Klasifikasi Kelainan Kelenjar Ludaah

15
KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH 1. DEVELOPMENTAL ANOMALIES a. Aplasia/Agenesis Definisi: Tidak ada satu atau sekelompok kelenjar ludah secara unilateral atau bilateral. Gejala klinis: Aplasia atau hipoplasia kelenjar ludah mayor menyebabkan xerostomia (mulut kering), yang meningkatkan risiko erosi gigi dan gigi karies. Komplikasi lain termasuk penyakit periodontal, peradangan jaringan lunak mulut dan gangguanmengunyah dan menelan. Pemeriksaan: CT scan atau MRI akan menunujukkan adanya kelenjar atau penggantian dengan jaringan lemak dan fibrous Perawatannya: Perawatan untuk agenesis kelenjar ludah adalah suportive dan diarahkan padamengurangi xerostomia dan dampaknya, pengganti saliva (salivary substitutes),mencuci mulut sesering mugkin, perawatan gigi yang komprehensif, terapi fluorida, dan kebersihan mulut yang baik. b. Aberansia : Kelainan bentuk anatomi c. Atresia :Tidak ada muara atau duktus kelanjar ludah 2. OBSTRUCTIVE SALIVARY GLAND DISEASE Sialolitiasis Definisi: Sialolitiasis merupakan pembatuan yang terjadi akibat pengendapan dari bahan bahan organic dan anorganik antara lain deposisi garam-garam kalsium disekitar nidus organik yang terdiri dari alterasi musin-musin saliva bersama dengan adanya deskuamasi sel-sel epitel, dekomposisi protein yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri dan mikroorganisme (infeksi akut). Gejala klinis: Rasa sakit yang hebat pada saat makan, memikirkan makanan, menelan dan disertai adanya pembengkakan kelenjar ludah dan sangat peka jika dipalpasi dan mereda setelah makan.

description

kkkl

Transcript of Klasifikasi Kelainan Kelenjar Ludaah

KLASIFIKASI KELAINAN KELENJAR LUDAH

1. DEVELOPMENTAL ANOMALIESa. Aplasia/AgenesisDefinisi: Tidak ada satu atau sekelompok kelenjar ludah secara unilateral atau bilateral.Gejala klinis: Aplasiaatauhipoplasiakelenjarludah mayormenyebabkanxerostomia(mulut kering),yang meningkatkanrisikoerosigigi dangigikaries.Komplikasilain termasukpenyakit periodontal,peradanganjaringan lunakmulutdan gangguanmengunyah danmenelan.Pemeriksaan: CT scan atau MRI akan menunujukkan adanya kelenjar atau penggantian dengan jaringan lemak dan fibrousPerawatannya: Perawatanuntukagenesiskelenjar ludahadalahsuportivedandiarahkan padamengurangixerostomiadan dampaknya,penggantisaliva(salivary substitutes),mencucimulutseseringmugkin,perawatan gigiyang komprehensif, terapifluorida, dankebersihan mulut yang baik.b. Aberansia : Kelainan bentuk anatomic. Atresia :Tidak ada muara atau duktus kelanjar ludah

2. OBSTRUCTIVE SALIVARY GLAND DISEASESialolitiasisDefinisi: Sialolitiasis merupakan pembatuan yang terjadi akibat pengendapan dari bahan bahan organic dan anorganik antara lain deposisi garam-garam kalsium disekitar nidus organik yang terdiri dari alterasi musin-musin saliva bersama dengan adanya deskuamasi sel-sel epitel, dekomposisi protein yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri dan mikroorganisme (infeksi akut).Gejala klinis: Rasa sakit yang hebat pada saat makan, memikirkan makanan, menelan dan disertai adanya pembengkakan kelenjar ludah dan sangat peka jika dipalpasi dan mereda setelah makan.Pemeriksaan: Batu dapat dideteksi dengan palpasi dan bantuan radiografi (sialography)bisa berbentuk lonjong atau bulat, kasar atau halus dengan ukuran yang bervariasi. Batu umumnya berwarna kuning muda yang jika dipotong akan kelihatan struktur yang homogeny tetapi lebih sering berlapislapis. Beberpa kasus dilaporkan dibagian sulkus, bibir bawah, palatum dan lidah. Biasanya merupakan massa kecil yang solid, keras, dapat digerakkan (dapat berpindah-pindah) bisa dengan atau simtom.Tata Pelaksanaannya: Pemberian antibiotik untuk mengobati infeksi akutnya, batu kecil biasanya dapat keluar bersama-sama saliva tetapi sebagian besar cara penanganan sialotiasis dengan sialodocotomy tetapi akhir-akhir ini penyingkiran sialolit dapat dilakukan secara manual (pemijatan dari kelenjar), pada sialodocotomy dilakukan insisi diatas batu pada dasar mulut. Semakin posterior posisi batu maka semakin sulit untuk mengangkat batu tersebut sehingga lama kelaman batu akan terdorong ke dasar mulut dan rasa sakit tmbul akibat terhentinya saliva menjadi kronis maka harus dilakukan pengangkatan kelenjar. Sialotlitiasis dapat timbul kembali (rekuren), khusunya bila factor etiologynya seperti adanya penyempitan tidak ditanggulangi. Pembentukan batu duktus yang berulang akan mengarah ke bentuk kronis dan terjadi infeksi glandula, oleh karena itu pada beberapa kasus eksisi kelenjar submandibula merupakan indikasi.2

3. MUCOUS RETENTIONa. MucoceleDefinisi:Mucocele merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak (mucus ekstravasasia) atau Genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut ( mucus retensi)Gejala Klinis:Massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter mucocele umumnya kurang dari 1 cm.Pemeriksaan:Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien. Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.Tata Pelaksanaannya:Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah.Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dandissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.

b. RanulaRanula merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan melibatkan glandula sublingualis, dapat juga melibatkan glandula salivari minor. Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafasGejala klinis:Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang paling sering diungkapkan pasien adalah mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas. Apabila tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas. Ranula yang berukuran besar akan menekan duktus glandula saliva dan menyebabkan aliran saliva menjadi terganggu.Akibatnya muncul gejala obstruksi glandula saliva seperti sakit saat makan atau sakit pada saat glandula saliva terangsang untuk mengeluarkan saliva dan akhirnya kelenjar saliva membengkakPemeriksaan:Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.Tata Pelaksanaannya:Eksisi bedah. Pengangkatan kelenjar ludahyang terlibat juga dianjurkan(biasanyasublingual, bagaimanapunkelenjarsubmandibuladan minordapat terlibat)Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Biasanya ranula yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal atau mekanik yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi ranula. Karena apabila kebiasaan buruk atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera dihilangkan, maka ranula akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan pembedahan.3

4. INFECTION & REACTIVE LESSION (Necrotizing Metaplasia, Viral Infection, Bacterial Infection, dan Actinomicosis)A. Necrotizing SialometaplasiaDefinisi:Merupakan kondisi inflamasi yang jarang terjadi karena tidak tuntasnya suatu etiologi yang berefek ke kelenjar saliva palatal minor.Gejala klinis:Nekrosis yang diikuti pembengkakan yang sakit dan ulserasi sering muncul yang dicurigai sebagai malignant. Umumnya lesi berada di palatum durum bagian posterolateral, bagaimanapun dapat menyerang semua tempat dimana terdapat jaringan kelenjar minor.Pemeriksaan:Untuk menentukan diagnosa dibutuhkan biopsi,meskipun kadang gambaran dari histopatologinya sering dikira bentuk dari karsinomaTata Pelaksanaannya:a. Tidak ada terapi lebih lanjut,biasanya akan sembuh sendiri dalam periode waktu beberapa minggu (biasanya 6 minggu)b. Dapat dilakukan debridement dan pembilasan dengan larutan salin untuk mempercepat proses penyembuhan.

B. SialadenitisDefinisi:Infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya disebabkan oleh batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar.Organisme yang merupakan penyebab paling umum padapenyakit ini adalahStaphylococcus aureus; organisme lain meliputiStreptococcus coli, dan berbagai bakteri anaerobGejala klinis:Meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, terdapatpembuangan pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus yang parah, demam,menggigil dan malaise (bentuk umum rasa sakit).Pemeriksaan:Evaluasi USG atau computed tomography (CT) akan menunjukkan apakah pembentukan abses telah terjadi. Sialography merupakan kontraindikasi.Tata Pelaksanaannya:Perawatan awal harus mencakup hidrasi yang memadai, kebersihan mulutbaik, pijat berulang pada kelenjar, dan antibiotik intravena. Evaluasi USG atau computed tomography (CT) akan menunjukkan apakah pembentukan abses telah terjadi. Sialography merupakan kontraindikasi. Insisi dan drainase paling baikdilakukan dengan mengangkat penutup parotidectomy standar dan kemudian menggunakan hemostat untuk membuat beberapa bukaan ke dalam kelenjar, tersebardi arah umum dari syaraf wajah. Sebuah saluran kemudian ditempatkan di ataskelenjar dan luka tertutup. Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk melakukan aspirasi jarum yang dipandu CT atau USG-pada abses parotis, yang dapat membantu menghindari prosedur operasi terbuka. Hal ini juga untuk diingat bahwa fluktuasi kelenjar parotis tidak terjadi sampai fase sangat terlambat karena beberapa investasifasia dalam kelenjar. Jadi, adalah mustahil untuk menentukan adanya pembentukanabses awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja4

C.Parotitis epidemika/ MumpsDefinisi:Parotitis epidemika adalah penyakit akut, menular dengan gejala khas pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis baik unilateral atau bilateral. Disebabkan oleh Virus mumps golonganparamyxovirusGejala klinis:Masa tunas 14-24 hari. Gejala prodromal 1-2 hari berupa demam, anoreksia, sakit kepala, muntah, dan nyeri otot. Kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral dan kemudian menjadi bilateral, disertai rasa nyeri spontan ataupun pada perabaan berlebih-lebih saat pasien makan atau minum sesuatu yang asam. Dapat terjadi trismus dan disfagia. Kadang-kadang kelenjar submandibularis dan sublingualis dapat terkena.Pemeriksaan:Pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan jumlah leukosit nomal atau leukopenia dengan limfositosis relatif. Pemeriksaan lain adalahcomplement fixing antibody, neutralization rest,isolasi virus, uji intradermal, dan pengukuran kadar amilase dalam serum. Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan dalam praktek sehari-hariTata Pelaksanaannya:Istirahat di tempat tidur selama masih demam dan pembengkakan kelenjar parotis masih ada. Simtomatik diberikan kompres demam atau dingin serta dapat diberikan analgetik. Diet makanan cair atau lunak tergantung dari kemampuan menelan. Kortikosteroid diberikan selama 2-4 hari dan globulin gama dipikirkan apabila terdapat orkitis.Definisi ParotitisPenyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuhpenyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui:1. Kontak langsung2. Percikan ludah (droplet)3. Muntahan4. Bisa pula melalui air kencingTidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.Etiologi ParotitisAgen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genusRubulavirussubfamilyParamyxovirinaedan familyParamyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu