Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar Menurut World Health Organization

4
Klasifikasi fraktur dentoalveolar menurut World Health Organization (WHO). 873.67: Intrusi atau ekstrusi. Gambaran klinis ( Intrusi ) Gigi tampak memendek atau dalam kasus yang berat gigi tampak hilang. Biasanya apeks gigi berpindah tempat ke arah labial atau melewati tulang labial pada gigi primer dan terdorong ke dalam procesus alveolaris pada gigi tetap. Gigi tersebut tidak goyang dan tidak lunak saat di sentuh. Gambaran Radiografi

description

a

Transcript of Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar Menurut World Health Organization

Page 1: Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar Menurut World Health Organization

Klasifikasi fraktur dentoalveolar menurut World Health Organization (WHO).

873.67: Intrusi atau ekstrusi.

Gambaran klinis ( Intrusi )

Gigi tampak memendek atau dalam kasus yang berat gigi tampak hilang. Biasanya apeks gigi berpindah tempat ke arah labial atau melewati tulang labial pada gigi primer dan terdorong ke dalam procesus alveolaris pada gigi tetap. Gigi tersebut tidak goyang dan tidak lunak saat di sentuh.

Gambaran Radiografi

Page 2: Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar Menurut World Health Organization

Perawatan

Melakukan reposisi pasif (membiarkan terjadi re-erupsi ke posisi sebelum terluka), aktif (reposisi dengan traksi ), atau dengan pembedahan kemudian menstabilkan gigi dengan bidai selama lebih dari 4 minggu dalam posisi anatomi yang benar, untuk mengoptimalkan penyembuhan ligamentum periodontal dan suplai neurovaskular, serta memelihara estetika dan intergritas fungsional. Untuk gigi immatur dengan potensi erupsi lebih besar, perawatan objektifnya adalah membiarkan erupsi spontan. Untuk gigi matur, tujuannya adalah mereposisi dengan orthodonsi atau pembedahan ekstrusi dan memulai perawatan endodontik dalam 3 minggu setelah insidensi trauma.

Komplikasi selama perawatan (Intrusi atau ekstrusi)

1. Komplikasi yang timbul selama perawatan, yang paling umum terjadi adalah : • Perdarahan, dapat terjadi perdarahan massif akibat robekan jaringan lunak dan pembuluh darah yang disebabkan oleh segmen fraktur. • Sumbatan jalan nafas, adanya bekuan darah dan gigi yang terlepas dapat menyebabkan gangguan jalan nafas. • Infeksi atau osteomyelitis, kerusakan saraf, imobilisasi maupun displacement gigi, kerusakan ginggival dan periodontal.

2. Komplikasi lanjut, jika terjadi fraktur, tulang alveolar merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan penyembuhan fraktur baik itu malunion ataupun non-union, hal ini akan memberi keluhan berupa rasa sakit dan tidak 12 nyaman (discomfort) yang berkepanjangan pada sendi rahang (Temporo mandibular joint) oleh karena perubahan posisi dan ketidakstabilan antara sendi rahang kiri dan kanan. Hal ini tidak hanya berdampak pada sendi tetapi otot-otot pengunyahan dan otot sekitar wajah juga dapat memberikan respon nyeri (myofascial pain) Terlebih jika pasien mengkompensasikan atau memaksakan mengunyah dalam hubungan oklusi yang tidak normal. Kondisi inilah yang banyak dikeluhkan oleh pasien patah rahang yang tidak dilakukan perbaikan atau penangnanan secara adekuat. Ada beberapa faktor risiko yang secara spesifik berhubungan dengan fraktur alveolardan berpotensi untuk menimbulkan terjadinya malunion ataupun non-union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi, kemudian aposisi yang kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda asing, tarikan otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion yang berat pada mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga disertai gangguan fungsi. Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perencanaan osteotomi secara tepat untuk merekonstruksi bentuk lengkung mandibula.

3. Komplikasi jika tidak dirawat : Nekrosis pulpa,resorbsi akar,kalsifikasi saluran akar

Gambaran klinis (ekstrusi ) : temuan klinis berupa gigi muncul memanjang.

Page 3: Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar Menurut World Health Organization

Gambaran Radiografis :

Perawatan :

Mereposisi secepat mungkin lalu menstabilkan giginya pada posisi anatomis untuk mengoptimalkan penyembuhan ligamentum periodontal dan suplai neurovaskuler sambil melakukan perawatan integritas estetika dan fungsional. Reposisi mungkin selesai dengan lambat dan tekanan apikal yang tetap untuk memindahkan koagulum yang berada diaantara akar apeks dan dasar dari soket secara bertahap. Fiksasi dilakukan hingga 2 minggu.

Komplikasi perawatan : ( sama seperti intrusi )