Fraktur Dentoalveolar Dan Penanganannya 1

42
FRAKTUR DENTO AL VEOLAR DAN PENANGANANNYA Pedro Bernado

description

fraktur

Transcript of Fraktur Dentoalveolar Dan Penanganannya 1

  • FRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN

    PENANGANANNYA

    Pedro Bernado

  • PENDAHULUAN

    ETIOLOGI

    KLASIFIKASI

    DIAGNOSIS

    PERAWATAN

    WIRING: essig dan eyelet/Ivy

  • ETIOLOGI

    Trauma dentoalveolar semua usia terbanyak usia: 8-12 tahun

    Penyebab:

    Kecelakaan lalulintas

    Kecelakaan olahraga

    Trauma langsung (benda keras ke gigi)

  • PREVALENSI

    Gigi yang sering terkena trauma

    1. Insisivus sentral RA : 77%

    2. Insisivus sentral RB : 8%

    3. Insisivus lateralis RA: 6 %

    4. Insisivus lateralis RB : 3%

    5. Sisanya 3% gigi lainya.

  • KLASIFIKASI

    Sistim WHO yang dimodifikasi oleh Andreasen:

    A. Cedera jaringan keras gigi dan pulpa

    B. Cedera jaringan periodontal

    C. Cedera gusi dan mukosa oral

  • A. Cedera jaringan keras gigi dan pulpa

    1. Infrak email

    2. Fraktur email/ fraktur mahkota sederhana

    3. Fraktur email-dentin/sederhana

    4. Fraktur mahkota kompleks

    (1) (2) (3) (4)

  • 5. Fraktur mahkota-akar sederhana

    6. Fraktur mahkota-akar kompleks

    7. Fraktur akar

    (5) (6) (7)

  • B. Cedera jaringan periodontal

    1. Concussion (sensitif).

    2. Subluksasi (kegoyangan gigi).

    3. Intrusif luxation (central dislocation).

    4. Extrusif luxation (peripheral dislocation, partial avultion)

    (1) (2) (3) (4)

  • 5. Lateral luxation

    6. Retained root fracture

    7. Exarticulation (complete avultion)

    (5) (6) (7)

  • C. Cedera tulang pendukung

    1. Comminution alveolar socket.

    2. Fracture of the alveolar socket wall (Fraktur dinding socket alveolar)

    3. Fracture of alveolar process (fraktur prosesus alveolaris).

    4. Fraktur maksila atau mandibula

  • D.Cedera gingiva atau mukosa oral

    Laserasi gingiva atau mukosa

    luka /sobekan benda tajam

    Kontusio gingiva atau mukosa oral.

    luka memar/ pukulan benda tumpul

    Abrasi gingiva atau mukosa oral.

    luka daerah supefisial / lecet gesekan, goresan

  • PEMERIKSAAN & MENEGAKKAN DIAGNOSA

    Cedera pada gigi-gigi dan struktur pendukungnya keadaan darurat.

    Perlu penaganan yang cepat.

    Riwayat mekanisme dan kejadian yang lengkap harus didapatkan pemeriksaan klinis dan radiografis diagnosa perawatan yang tepat

  • A. Anamnesis

    Langkah pertama mendapatkan riwayat kecelakaan yang akurat.

    Riwayat yang komprehensif dari pasien, orangtuanya/orang lain informasi riwayat pasien

    dimana, kapan, dan bagaimana kejadiannya

    terapi apa yang sudah diberikan sebelumnya

  • Anamnesis

    Kapan Terjadinya Trauma ?

    Karena jarak antara kecelakaan dan perawatan sangat penting diketahui

    menentukan jenis perawatan dan prognosisnya.

    Avulsi semakin cepat gigi tersebut di replantasi, maka prognosisnya akan semakin baik.

    Fraktur rahang yang proses penyembuhannya akan berpengaruh jika perawatannya ditunda.

  • Anamnesis

    Dimana Tempat Trauma Terjadi ?

    Hal ini penting karena mungkin saja penderita memerlukan suntikan anti tetanus.

    Demikian juga pada kecelakaan mobil perlu diperhitungkan kemungkinan ada pecahan kaca pada bibir dan daerah muka.

  • Anamnesis

    Bagaimana Trauma Terjadi ?

    Informasi ini penting untuk mengetahui apakah trauma tersebut mengenai benda keras atau tumpul atau lunak

    Trauma pada benda keras fraktur mahkota gigi

    Trauma pada benda lunak /tumpul fraktur akar gigi dan luksasi

  • Anamnesis

    Perawatan yang Sudah Didapat

    Riwayat Trauma pada Gigi

    Penyakit Sistemik yang Diderita

    Keluhan Lain

    Gangguan Pengunyahan

  • Pemeriksaan Klinis

    Pemeriksaan fisik umum

    KU, VS, kesadaran

    Pemeriksaan ekstraoral

    inspeksi/visual : edema, hematom, luka, gangguan pergerakan rahang

    palpasi diskontinyuitas, kelainan saraf.

    Pemeriksaan intraoral

  • Pemeriksaan intraoral

    1. Perkusi gigi

    2. Pencatatan kegoyangan abnormal dari gigi atau tulang alveolar.

    3. Pencatatan adanya perubahan warna gigi

    4. Pencatatan kerusakan jaringan lunak, seperti pada bibir, gusi, langit-langit dan lidah.

    5. Pencatatan perubahan letak gigi

    6. Tes vitalitas dari gigi

    7. Pencatatan adanya kerusakan prosesus alveolaris, dengan cara palpasi prosesus alveolaris.

  • Pemeriksaan Radiologis

    Pemeriksaan ini berguna untuk memberikan informasi:

    Untuk melihat arah garis fraktur

    Adanya fraktur akar

    Bagaimana tingkat keparahan dari gigi yang mengalami instrusi atau ekstrusi

    Adanya kelainan dari jaringan periodontal

    Tingkat perkembangan akar

    Ukuran kamar pulpa dan saluran akar

    Adanya fraktur rahang

    Melihat keadaan fragmen gigi dan jaringan lunak lain disekitar rongga mulut, seperti dasar mulut, bibir dan pipi.

  • Macam-macam foto rontgen

    Teknik radiologis pada kasus trauma gigi anterior

    Teknik intra oral ( foto periapikal dan foto oklusal)

    Teknik ekstra oral (foto panoramik, foto lateral dan foto postero-anterior) jika dengan foto intra oral garis fraktur tidak terlihat.

  • Temuan Klinis dan Radiografis

  • PERAWATAN TRAUMA PADA GIGI ANTERIOR

    Ananmnesis

    Pemeriksaan klinis &

    Pemeriksaan radiologis

    Diagnosis tepat ditegakkan

    Langkah perawatan kelainan akibat trauma gigi anterior segera dlakukan

  • Prinsip perawatan

    Prinsipnya perawatan trauma gigi anterior ada dua yaitu

    1. mencegah prognosis yang lebih buruk

    2. mengurangi rasa sakit akibat trauma.

  • Tahapan Perawatan

    Perawatan trauma gigi anterior dapat dibagi menjadi dua tahap:

    1. perawatan darurat: perawatan segera setelah terjadinya trauma

    2. perawatan definitif: perawatan terhadap gigi anterior yang mengalami trauma

  • Perawatan Darurat

    1. Membersihkan luka cairan antiseptik

    2. Merawat luka penjahitan dan penutupan luka dengan kain kasa.

    3. Menghentikan perdarahan

    4. Menghilangkan rasa sakit

    5. Pencegahan terhadap infeksi

  • Perawatan definitif: Prinsip

    Prinsipnya adalah:

    Reposisi

    mengembalikan gigi yang mengalami trauma keposisi semula

    Fiksasi dan imobilisasi

    mempertahankannya hingga proses penyembuhan

  • Perawatan definitif: 3 macam

    Perawatan jaringan keras gigi penambalan dengan resin komposit pembuatan mahkota jaket, dll.

    Perawatan jaringan pulpa perawatan endodontik pulp capping, pulpotomi, dll.

    Perawatan pada gigi yang goyang dan berubah letak melakukan reposisi dan fiksasi.

  • FIKSASI

    Definisi

    Syarat dalam fiksasi

    Teknik

  • Definisi Fiksasi

    Tindakan pemasangan alat digunakan untuk menstabilkan satu gigi atau lebih mengikat atau menggabungkan gigi goyah atau berubah letak kegigi sebelahnya yang masih kokoh melalui kawat, band atau splin dari logam cor, plastik atau acrylik

  • Syarat fiksasi baik

    1. Mudah dipasang di dalam mulut tanpa melalui prosedur laboratorium yang lama.

    2. Bersifat pasif pada tempatnya, tanpa menyebabkan tekanan pada gigi.

    3. Tindak berkontak dengan gusi dan tidak mengiritasi gusi.

    4. Tidak terdapat sangkutan pada saat oklusi yang normal.

  • 5. Mudah dibersihkan dan dipakai pada oral higiene yang baik.

    6. Tidak menyebabkan trauma pada gigi atau gusi.

    7. Memberikan jalan bagi perawatan endodontik.

    8. Mudah dikeluarkan.

    9. Memperhatikan nilai estetik yang baik.

    10.Harganya murah dan bahan-bahannya mudah diperoleh dipasaran.

  • Periode stabilisasi

    Cedera Dentoalveolar Durasi Imobilisasi

    Gigi yang mobile. 7 10 hari Gigi yang berubah tempat. 2 3 minggu Fraktur akar. 2 4 bulan. Replantasi gigi (matur) 7 10 hari. Replantasi gigi (imatur) 3 4 minggu. (Ellis, 2003, Soft Tissue and Dentoalveolar Injuries)

  • Macam teknik fiksasi

    1. Interdental wiring fixation, fiksasi pengikatan kawat interdental. metode Essig, Eyelet (Ivy).

    2. Arch bar wiring, pengikatan kawat dengan arch bar.

    3. Resin komposit splin

    4. Alat Orthodontik bracket, kasus ekstrusi dan avulsi.

    5. Metal cast splintsplin dengan menggunakan logam cor.

    6. Sectional acrylic splint splin dengan menggunakan bahan dari akrilik.

    7. Titanium trauma Splint

  • Teknik wiring

    1. Eyelet/ Ivy loop

    2. Essig

    3. Risdon horizontal

    4. Stout continous loop

  • Teknik wiring

    Risdon horizontal

    Stout continous loop

  • Eyelet/ Ivy loop

    1. Kawat soft stainless steel wire 0,35 2. Eyelet wire : 15cm dgn loop 3mm di tengahnya 10- 20 buah

    3. Wire forcep/ arteri clamps 4. Cheek dan tongue retractor 5. Instrumen menekan dan menahan kawat ke

    di bawah cingulum/undercut gigi di sekitar servikal gigi

    6. Pemotong kawat 7. Pencahayaan dan suction.

  • Teknik Eyelet : wire 0,35 (0,4)

  • Teknik Essig

  • Perawatan dan kontrol

  • Keterangan:

  • DAFTAR PUSTAKA

    Budihardja AS, Rahmat, MM, 2012, Trauma Oral dan Maksilofasial, EGC, Jakarta

    Powers, MP, 1991, Diagnosis and management of Dentoalveolar Injuries, In, Fonseca RJ, Oral and Maxillofacial Trauma, Volume 1, WB Saunders Company, Philladelphia.

    Kaban, LB, 1990, Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery, WB Saunders Company, Philladelphia.

    Ellis, E III, 2003, Soft Tissue and Dentoalveolar Injuries, In, Peterson, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, Third ed., Mosby Year Book Inc. St. Louis.

    Schwenzer, N, and Steinhilber, 1982, Appliances for Immobilization, In, Kruger, E and Schilli, Oral and Maxillofacial Traumatology, Vol. 1, Quintessence Publishing Co.

    Sowray, FH, 1994, Localized Injuries of the Teeth and Alveolar Process, In. Williams, J, Rowe and Williams Maxillofacial Injuries, Second Ed. Churchill Livingstone.