kkp

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan mempunyai tugas, yakni: Melaksanakan Pencegahan Masuk dan Keluarnya Penyakit Karantina Dan Penyakit Potensial Wabah. Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) menyelenggarakan 16 (enam belas) fungsi,salah satunya antara lain: Upaya Kesehatan Lintas Wilayah. Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 pada bidang upaya kesehatan lintas wilayah Pasal 20 : salah satu fungsi dari KKP adalah pelayanan kesehatan haji.Pelayanan kesehatan haji yang dilakukan berupa pelayanan kesehatan dan pengobatan dalam rangka meningkatkan status kesehatan jamaah haji. Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara menyeluruh yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan pemerintah daerah serta perlu adanya pedoman yang dapat menjadi acuan penyelenggaraan kesehatan haji di tanah air yaitu di embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di Arab Saudi. Pedoman tersebut telah disusun dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1394/Menkes/SK/2002 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji yang telah dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dengan diterbitkannya Keputusan Menteri 1

description

kesehatan kelautan dan penerbangan

Transcript of kkp

Page 1: kkp

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), sebagai Unit Pelaksana Teknis di

lingkungan Kementerian Kesehatan mempunyai tugas, yakni: Melaksanakan

Pencegahan Masuk dan Keluarnya Penyakit Karantina Dan Penyakit Potensial

Wabah. Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

menyelenggarakan 16 (enam belas) fungsi,salah satunya antara lain: Upaya

Kesehatan Lintas Wilayah. Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

356/Menkes/Per/IV/2008 pada bidang upaya kesehatan lintas wilayah Pasal 20 : salah

satu fungsi dari KKP adalah pelayanan kesehatan haji.Pelayanan kesehatan haji yang

dilakukan berupa pelayanan kesehatan dan pengobatan dalam rangka meningkatkan

status kesehatan jamaah haji. Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji

dilaksanakan secara menyeluruh yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor

dan pemerintah daerah serta perlu adanya pedoman yang dapat menjadi acuan

penyelenggaraan kesehatan haji di tanah air yaitu di embarkasi dan debarkasi serta

selama perjalanan di Arab Saudi. Pedoman tersebut telah disusun dan ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1394/Menkes/SK/2002 tentang

Penyelenggaraan Kesehatan Haji yang telah dilakukan penyempurnaan dan

penyesuaian dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442/

MENKES/ SK/ VI/ 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan

Haji. Penyelenggaraan Kesehatan Haji berkomitmen untuk meningkatkan kondisi

kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar jemaah haji dalam

kondisi sehat selama menunaikan ibadah. Namun, dilapangan masih banyak

ditemukan penyakit – penyakit sehingga diperlukan perhatian yang serius dalam

penanganannya salah satunya hipertensi. Hipertensi merupakan merupakan salah satu

faktor utama kematian karena gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan

kematian 20-50% dari seluruh kematian. Terdapat pula hubungan langsung antara

risiko kardiovaskuler dan tekanan darah dimana semakin tinggi tekanan darah

semakin besar risiko terkena stroke dan jantung koroner. Pasien yang menderita

hipertensi dan diabetes mellitus rentan terhadap komplikasi kardiovaskuler dan ginjal.

Sindroma resisten terhadap insulin ditandai dengan hipertensi, dislipidemia,

1

Page 2: kkp

hiperinsulinemia dan obesitas sentral. DM merupakan penyakit yang sangat mudah

kerja sama dengan penyakit lainnya khususnya kolesterol dan hipertensi sehingga

dapat membentuk segita penyakit DM- kardiovaskuler dan stroke. Jumlah penderita

yang sudah bergabung dalam segitiga penyakit ini mencapai 3 juta, tersebar di lebih

50 negara di dunia.

Data penyelenggaraan kesehatan haji menunjukkan dalam sepuluh tahun

terakhir angka kematian jemaah haji berkisar antara 2,0-3,9 per 1000 jemaah atau 0,5-

0,9 per hari per 10.000 jemaah. Berdasarkan Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan

(KKP) Kelas II Mataram tahun 2012, Proporsi jemaah haji hipertensi asal NTB

sebanyak 464 orang.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah “Bagaimana

Gambaran Penyakit Hipertensi pada Jemaah ibadah umroh NTB pada tahun 2012 “.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran penyakit hipertensi pada jamaah umroh pada tahun

2012

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui dasar hukum pengamanan kesehatan jamaah haji

2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan jamaah haji

3. Untuk mengetahui jamaah resiko tinggi

4. Untuk mengetahui upaya pencegahan faktor resiko

I.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi penulis

Mengetahui secara lebih mendalam gambaran penyakit hipertensi serta penyebab

dan upaya pencegahan bagi Jemaah ibadah umroh yang dilakukan oleh petugas

KKP Mataram.

1.4.2. Bagi KKP Mataram

1. Sebagai informasi dan masukan bagi Kantor kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas

II Mataram dan segala instansi yang terkait untuk menyusun perencanaan dan

program kegiatan sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan haji.

2

Page 3: kkp

2. Sebagai bahan sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis

mengenai hipertensi dan bahan informasi kepada peneliti lain yang akan

melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3

Page 4: kkp

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA KESEHATAN DAN LINTAS WILAYAH

Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah mempunyai tugas melaksanakan

perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pelayanan kesehatan

terbatas, kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra, vaksinasi internasional,

pengembangan jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pendidikan dan

pelatihan bidang upaya kesehatan pelabuhan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara.

Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi

pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji,

perpindahan penduduk, penanggulangan bencana, vaksinasi internasional, pengembangan

jejaring kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pelatihan teknis bidang upaya

kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang Upaya

Kesehatan dan Lintas Wilayah menyelenggarakan fungsi:

a. Pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat Negara

b. Pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat Negara

c. Pengujian kesehatan nahkoda/pilot dan anak buah kapal/pesawat udara serta

penjamah makanan

d. Vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional

e. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara

f. Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara, serta ketersediaan obat-obatan/peralatan P3K

di kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya

g. Kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang upaya kesehatan

dan lintas wilayah

h. Penyusunan laporan di bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah.

4

Page 5: kkp

Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah terdiri dari:

Seksi Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan

Seksi Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perecanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan

laporan, dan koordinasi pelayanan pengujian kesehatan nahkoda, anak buah

kapal dan penjamah makanan, pengawasan persediaan obat/P3K di

kapal/pesawat udara/alat transportasi lainnya, kajian ergonomik, advokasi dan

sosialisasi kesehatan kerja, pengembangan jejaring kerja, kemitraan dan

teknologi, serta pelatihan teknis bidang kesehatan kerja, kemitraan dan

teknologi, serta pelatihan teknis bidang kesehatan kerja di wilayah kerja

bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Seksi Kesehatan Matra dan Lintas Wilayah.

Seksi Kesehatan Matra dan Lintas Wilayah mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan

laporan, dan koordinasi pelaksanaan vaksinasi dan penerbitan sertifikasi

vaksinasi international (ICV), pengawasan pengangkutan orang sakit dan

jenazah, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk,

penanggulangan bencana, pelayanan kesehatan terbatas, ruju-kan gawat

darurat medik, pengembangan jejaring kerja, kemitraan, dan teknologi, serta

pelatihan teknis bidang kesehatan matra di wilayah kerja bandara, pelabuhan,

dan lintas batas darat negara.

2.1. Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji

Sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia No : 23 tahun 1992 tentang

kesehatan, pada BAB IV tugas dan tanggung jawab pasal 6 yang menyatakan :

Pemerintah bertugas mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya

kesehatan.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No : 62 tahun 1995 tentang pelaksanaan

pemeriksaan penyelenggaraan urusan haji bab IV pasal 12 yang menyebutkan pelayanan

dan pemeriksaan kesehatan haji dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2 tahun 1992 tentang

penyelenggaraan urusan haji pada pasal 8 menyebutkan setiap warga negara yang akan

5

Page 6: kkp

menunaikan ibadah haji, harus memenuhi persyaratan yaitu sehat jasmani dan rohani.

Pasal 9 menyatakan calon jemaah haji harus memenuhi syarat kesehatan yang ditentukan

dan calon haji yang mengidap penyakit karantina atau penyakit menular menurut

undang-undang yang berlaku ditunda keberangkatannya.

Pelaksanaan kegiatan Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji adalah berdasarkan surat

keputusan Menteri Kesehatan RI No.1117/Menkes/ SK/XII/1992 bahwa pengamanan

kesehatan haji Indonesia terdiri dari kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

a) Pemeriksaan kesehatan

Rangkaian pemeriksaan kesehatan seluruh jemaah haji pada saat kedatangan di

Embarkasi adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan dokumen kesehatan ( Buku Kesehatan Jemaah Haji dan Surat

Keterangan Imunisasi Meningitis / ICV ).

2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang terdiri dari :

a) Pemeriksaan Fisik

b) Pemeriksaan Penunjang ( Kadar Gula Darah, EKG, Planotest bagi

CJH Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur).

b) Pembinaan kesehatan

Pembinaan kesehatan merupakan sarana mencapai kondisi kesehatan optimal

hingga menjelang keberangkatan. Bimbingan dan penyuluhan dapat dengan cara-cara

promotif dengan menekankan pendekatan manajemen risiko serta kemandirian

jemaah haji. Ruang lingkup kegiatan meliputi peningkatan pemahaman perjalanan

ibadah haji sebagai kondisi matra yang berpengaruh kepada kesehatan, manajemen

berhaji sehat dan mandiri, persiapan kesehatan (fisik dan psikis). Penyuluhan

kesehatan juga dapat dilakukan pada saat jemaah yang sakit datang meminta

pelayanan kesehatan.

c) Pelayanan medis

Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian pelayanan kesehatan yang bersifat

kontinum dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan

pemeliharaan kesehatan terhadap jemaah haji.

Pelayanan kesehatan di Embarkasi / Debarkasi Poliklinik meliputi :

a) PoloklinikEmbarkasi dan Debarkasi bagi jemaah haji sakit atau konsultasi

kesehatan pada saat tiba di Embarkasi/Debarkasi.

6

Page 7: kkp

b) Rujukan dan Perawatan di Rumah Sakit bagi jemaah haji sakit yang dirujuk

oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan

Embarkasi/Debarkasi.

d) Pengamatan penyakit

Surveilans epidemiologi kesehatan haji adalah kegiatan analisis secara sistimatis dan

terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan jemaah haji dan

kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau

masalah-masalah kesehatan jemaah haji dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya

peningkatan dan penularan penyakit atau masalah - masalah kesehatan tersebut, agar

dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses

pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada

penyelenggara program kesehatan haji. Surveilans epidemiologi di embarkasi

meliputi - masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan

penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,

pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program

kesehatan haji. Surveilans epidemiologi di embarkasi meliputi:

a) Surveilans Epidemiologi Jemaah Haji Risiko Tinggi

Berdasarkan data embarkasi Mataram pada tahun 2012 bahwa jamaah haji

resiko tinggi sebanyak 2891 orang sedangkan jamaah haji non resiko tinggi

sebanyak 1678 orang.

b) Data jemaah haji dirujuk dan jemaah haji wafat di Embarkasi Mataram pada

tahun 2012 adalah 14 orang

c) Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan

Merupakan kegiatan pemeriksaan sanitasi makanan, penyehatan lingkungan

asrama agar jemaah haji dan petugas bebes dari ancaman terjadinya Kejadian

Luar Biasa (KLB) keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya gangguan

kesehatan lainnya.

Prioritas sanitasi makanan adalah penyediaan makanan yang bersifat massal di

asrama embarkasi dan dalam perjalanan (Pesawat). Sedangkan prioritas

penyehatan lingkungan adalah pengendalian vektor penular penyakit,

penyediaan kamar tidur, air mandi dan air minum di asrama embarkasi.

Penyehatan lingkungan di asrama untuk memberantas serangga/pengendalian

vektor dilakukan pengasapan (fogging). Penyehatan lingkungan di pesawat juga

7

Page 8: kkp

dilakukan dengan pemeriksaan fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat,

pemeriksaan dan pemantauan kehidupan vektor serangga

2.2. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji

Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji berfungsi sebagai

alat prediksi risiko kesakitan dan kematian, dilaksanakan dalam dua tahap

meliputi pemeriksaan kesehatan pertama di Puskesmas dan pemeriksaan

kedua di Tingkat Kabupaten/Kota.

2.2.1.Pemeriksaaan Kesehatan Tahap Pertama

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama adalah penilaian status

kesehatan tahap pertama seluruh jemaah haji sebagai persyaratan

mengikuti perjalanan ibadah haji. Dilaksanakan oleh Tim Pemeriksaan

Kesehatan Pertama di Puskesmas yang ditunjuk yang terdiri dari dokter

yang diberi kewenangan sebagai pemeriksa kesehatan, dibantu perawat

dan analis laboratorium kesehatan. Puskesmas dan Tim Pemeriksa

kesehatan Pertama ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Prosedur pemeriksaan kesehatan tahap pertama bagi calon jemaah haji

bertempat di Puskesmas :

a. Pendaftaran Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) di

Puskesmas yang ditunjuk sesuai dengan tempat tinggal/domisilinya.

b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) sesuai protokol

standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai

berikut :

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan fisik

c. Tes Fungsional

Untuk CJH lansia (Usia ≥ 60 tahun), dilakukan Tes

Fungsional Barthel Indeks dimana untuk menilai kesanggupan

melakukan aktifitas sehari-hari.Hasil penilaian berupa ukuran

8

Page 9: kkp

kesanggupan : mandiri, perlu pendamping / pengawas, perlu

bantuan/ketergantungan.Adapun yang dinilai adalah fungsi

perawatan diri,fungsi kerumahtanggaan dalam melakukan

aktifitas sehari – hari dan fungsi perilaku.

d. Pemeriksaan Penunjang

Untuk CJH berusia ≥ 40 tahun dilakukan pemeriksaan

Radiologi, Darah Sewaktu (GDS), Kolesterol dan EKG.Untuk

CJH Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur

(PUS) dilakukan pemeriksaan tes kehamilan. Untuk CJH yang

bertugas sebagai pendamping dilakukan tes kebugaran.

c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam Catatan Medik dan disimpan di

Puskesmas.

d. Cataan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji

(BKJH). BKJH diisi setelah CJH mendapatkan bukti pelunasan Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) atau terdaftar di SISKOHAT.

e. BKJH disimpan di Puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua

untuk selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksaan Kesehatan

Kedua.

f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut.

g. Untuk kepentingan pembinaan , pemeriksaan kesehatan dapat

dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan.

h. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksaan pemeriksaan

kesehatan bagi calon jemaah haji dan melaporkan hasil pemeriksaan

calon jemaah haji ke Dinas Kabupaten/Kota.

2.2.2. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua.

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah upaya penilaian status

kesehatan rujukan terhadap jemaah haji dengan faktor risiko kesehatan yang

secara epidemiologi berisiko tinggi mendapatkan penyakit dan kematian

dalam perjalanan ibadah haji, yaitu jemaah haji risiko tinggi (risti).

Pemeriksaan Kesehatan Kedua dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan

Kedua di rumah sakit yang ditunjuk.Penetapan rumah sakit dan Tim

9

Page 10: kkp

Pemeriksa Kesehatan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

2.2.3. Penetapan Kelayakan

Penetapan Kelayakan adalah upaya penentuan kelayakan jemaah haji untuk

mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi kesehatan, dengan

mempertimbangkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua

melalui pertemuan yang dibuat khusus untuk keperluan tersebut oleh Tim

Pemeriksa Kesehatan Pertama, Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi selambat-

lambatnya dua minggu sebelum operasional embarkasi haji dimulai.

Standar kelayakan kesehatan adalah rumusan kriteria jemaah haji untuk

memenuhi syarat kesehatan dalam mengikuti perjalanan ibadah haji secara

mandiri tidak membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain.

Penetapan memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat kesehatan

mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut :

a. Status Kesehatan dikategorikan menjadi 4 yaitu :

Mandiri adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri

mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa kepada tergantung bantuan

alat/obat dan orang lain.

Observasi adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri

sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat.

Pengawasan adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan

mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat dan orang

lain.

Tunda adalah calon jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak

memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada

pemeriksaan tahap I dan kedua.

b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan

Penerbangan.

Peraturan Kesehatan Internasinal menyebutkan jenis – jenis penyakit

menular tertentu sebagai alasan pelanggaran kepada seseorang untuk

keluar masuk antar negara.

10

Page 11: kkp

Ketentuan Keselamatan Penerbangan

a. Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan ketinggian.

b. Usia kehamilan kurang dari 12 minggu dan lebih dari 32 minggu.

c.Imunisasi Meningitis Meningokokus, dengan jenis vaksin

ACW135Y, dibuktikan dengan Kartu ICV (international Certificate

of Vaccination).

d.Calon Jemaah Haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila :

1. Status kesehatan termasuk kategori Tunda.

2. Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada

saat di Embarkasi.

3. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan penerbangan

Pembinaan kesehatan terhadap jemaah haji disamping dilakukan di

Puskesmas dan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi

penyuluhan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan

pemulihan kesehatan .Pelaksanaannya dapat secara mandiri atau berkelompok

dan berkesinambungan. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan diprioritaskan

pada jemaah haji usia lanjut,jemaah risiko tinggi. Pembinaan kesehatan dimulai

sejak di daerah asal, diperjalanan, diasrama embarkasi/debarkasi haji, selama di

Arab saudi dan setelah kembali ke Indonesia.

Pembinaan kesehatan dilakukan dalam aspek:

a. Pengelolaan Kesehatan Haji Mandiri

Jemaah haji mampu mencari pelayanan kesehatan baik di kloter, sector,

daker maupun Rumah Sakit di Arab Saudi. Dismping itu jemaah haji

diperkenalkan dengan masalah penyakit, masalah kesehatan reproduksi dan

vaksinasi.

b. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah proses tubuh dalam menyesuaikan dengan situasi dan

kondisi alam di Arab Saudi dan cara menghadapinya, pondokan, sarana

dan prasarana, sosial dan budaya.

c. Latihan Kebugaran

Cara – cara untuk mencapai kebugaran dengan melakukan praktek

kebugaran jasmani/latihan kesegaran jasmani. Bagi jemaah haji risiko

11

Page 12: kkp

tinggi atau yang sakit hendaknya berkonsultasi ke dokter sebelum

melakukan latihan.

d.Pengaturan Gizi

Bagaimana pengaturan makanan/diet bagi jemaah haji selama

melakukan ritual haji. Pengaturan menu dan porsi makanan juga dapat

menjaga agar berat badan tetap ideal dan mempertahankan kondisi

kesehatan yang optimal.

e. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

Menjelaskan bagaimana tata cara berperilaku hidup bersih dan sehat Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat bagi jemaah haji dipengaruhi system nilai, norma

atau kultural daerah asal jemaah haji, ekonomi, pendidikan serta keyakinan

agama

2.3. Jemaah Haji Risiko Tinggi (Risti)

Jemaah Haji Risiko Tinggi adalah jemaah haji yang memiliki kondisi atau penyakit

tertentu yang diperkirakan dapat memperburuk kesehatan selama menjalankan ibadah

haji. Kondisi ini bisa hanya terdiri dari satu jenis penyakit untuk seorang jemaah haji,

dan bisa pula lebih dari satu jenis penyakit. Makin banyak risti yang dimiliki oleh

jemaah, semakin besar risiko memburuknya kondisi kesehatan calon jemaah haji

tersebut.

Sebelum calon jemaah haji berangkat ke tanah Suci, terlebih dahulu menjalani

pemeriksaan kesehatan sehingga jemaah haji dapat dikelompokkan kedalam yang sehat

atau risiko tinggi (risti).Apabila calon jemaah haji tergolong dalam risti,maka di Buku

Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) yang bersangkutan diberi stempel “RISTI” untuk

memudahkan pemantauan oleh petugas kesehatan jemaah, baik TKHI (Tim Kesehatan

Haji Indonesia), TKHD (Tim Kesehatan Haji Daerah) yang menyertai jemaah atau

petugas kesehatan di BPHI (Balai Pengobatan Haji Indonesia) maupun di Rumah Sakit

Arab Saudi.

2.3.1. Identifikasi Faktor Risiko Jemaah Haji

Faktor risiko jemaah haji dibagi 2 yaitu faktor risiko internal dan faktor risiko

eksternal.

a. Faktor Risiko Internal

12

Page 13: kkp

1. Gangguan kesehatan/penyakit : hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK,

diabetes, stroke, dll

2. Perilaku : kebiasaan merokok, pola makan, gaya hidup.

b. Faktor Risiko Eksternal

Prosesi haji syarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan secara

sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai tempat sekitar kota

Mekkah meliputi: Tawaaf (mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali, dengan arah

berlawanan jarum jam, dimana ka’bah berada di sisi kiri badan).

1. Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali dari bukit

Safa ke Marwah, yang berkisar 500 m sekali jalan).

2. Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah sehari sebelum

wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum wukuf).

3. Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan berlantai

tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat padat dan diselimuti

cuaca dingin.

4. Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke

Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jemaah yang lalu lalang, dan

berdesakan saat melontar jumroh.

2.3.2. Jenis Risiko Tinggi

Risti dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu risti sehat dan risti sakit

a. Risti Sehat

Risti sehat adalah kelompok jemaah calon haji yang secara fisiknya

sudah disertai keadaan tertentu yang memudahkan untuk timbulnya penyakit

atau mengalami penyakit tertentu. Kondisi fisik tersebut yaitu :

1. lanjut usia ≥ 60 tahun

Proses penuaan pada lanjut usia sering disertai adanya peningkatan

gangguan organ dan fungsi tubuh. Dampak proses penuaan akan

ditemukan banyaknya lanjut usia yang mengalami gangguan kesehatan.

Olah raga sangat penting dilakukan oleh jemaah haji lanjut usia untuk

dapat mempertahankan kesehatan selama melakukan aktifitas haji.

2. Obesitas

13

Page 14: kkp

Penyebab terbanyak obesitas adalah ketidakseimbangan antara masukan

dan keluaran energi. Patofisiologi obesitas bervariasi yaitu genetik,

psikologik, aktifitas fisik, pola makan, pola hidup, usaha penurunan badan

yang tidak teratur, sehingga menimbulkan perubahan metabolisme.

Penatalaksanaan obesitas bagi jemaah haji sebaiknya kombinasi dari

kalori, olah raga dan modifikasi gaya hidup.

3. Kecacatan Fisik

Bagi calon jemaah dengan cacat fisik diupayakan agar melakukan

kegiatan ibadah haji sesuai kemampuan. Kegiatan fisik dalam rangka

menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan

nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari mesjid.Termasuk

melontar jumarat di Mina sebaiknya jemaah yang sakit diwakilkan dengan

jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan.

b. Risti Sakit

Risti sakit adalah jemaah haji yang menderita penyakit kronis, seperti :

1. Penyakit Neuro-Psikiatri seperti paska stroke

2. Penyakit Kardiovaskuler seperti Hipertensi

3. Penyakit Endokrin seperti Diabetes Melitus

4. Penyakit Saluran Pernafasan seperti Asma

5. Penyakit lain – lain seperti Rhemathoid Athritis, Dyspepsia, Gagal ginjal.

Penyakit sistem kardiovaskuler dibagi atas Aterosklerosis, Hipertensi dan

Penyakit Jantung Koroner. Aterosklerosis adalah keadaan pengerasan

dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan lubangnya.

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyempitan pembuluh darah arteri

koronaria yang memberi pasokan nutrisi dan oksigen ke otot-otot jantung,

terutama ventrikel kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh. Hipertensi

merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap terjadinya PJK dan

proses aterosklerosis. Hipertensi disebut juga sebagai Silent Killer karena

tidak ditemukan tanda–tanda fisik, individu dengan tekanan darah >160/95

mmHg memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung

dan 3 kali lebih tinggi untuk terkena stoke. Prevalensi hipertensi di dunia

sekitar 5- 18 %, sedangkan di Indonesia 6- 15 %. Sekitar 25- 37% jemaah

haji asal Indonesia menderita hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit

terbanyak yang di derita jamaah haji pada tahun 2012 pada jemaah haji

14

Page 15: kkp

2.4. Defenisi Hipertensi

Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh

darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Tinggi rendahnya tekanan darah ditentukan

oleh 2 faktor yaitu curahan jantung dan tahanan resistensi pembuluh darah

perifer.Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus

menerus yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah diastolik tekanan darah

sistolik maupun kedua - duanya secara terus menerus

2.4.1 Klasifikasi hipertensi

Menurut The Seven Report Of The Joint National Committee On Prevention

Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure

Klasifikasi tekanan

darah

Tekanan

Sistolik

Tekanan Diastolik

Normal <120 <80

Prehipertensi120-139 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 90-99

Hipertensi stadium II >160 >100

2.4.2 Etiologi hipertensi

15

Page 16: kkp

1. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya secara jelas,

berbagai faktor mungkin turut berperan sebagai penyebabnya seperti

lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatik, system rennin angiostensin,

efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress. Hingga saat ini, penyebab

spesifik hipertensi primer belum diketahui

Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebih dan

gaya hidup yang sedenter tampaknya memiliki peran yang utama dalam

menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan

yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa

kenaikan berat badan yang berlebih dan obesitas memberikan resiko 65 sampai

70 persen untuk terkena hipertensi primer. Penelitian klinis telah secara nyata

menunjukkan pentingnya menurunkan tekanan darah pada sebagian besar pasien

hipertensi. Bahkan, panduan klinis terbaru untuk pengobatan hipertensi

menganjurkankan aktivitas fisik dan penurunan berat badan sebagai langkah

pertama dalam mengelola pasien hipertensi

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan adanya penyakit lain, Gangguan tersebut

menyebabkan gangguan aliran darah sehingga jantung harus bekerja lebih keras

sehingga tekanan darah meningkat.

2.4.3 Gejala Klinis

Gejala – gejala yang dirasakan penderita hipertensi antara lain sakit kepala 40,5

%, berdebar 28,5 %, sering buang air kecil waktu malam 20,4 %, rasa limbung

20,8 %, dan sering mengalami telinga berdengung 13,8 %

2.4.4 Faktor resiko

1. Genetik

Kasus hipertensi esensial 70-80% diturunkan dari orang tuanya.

Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan

hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya

menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah

satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar

menderita hipertensi.

2. Berat badan

16

Page 17: kkp

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada

kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Obesitas merupakan ciri khas

penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara

hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan

sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari

pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.Pada orang yang terlalu

gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh

dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar

jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang

menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi

tinggi

3. Jenis kelamin

Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum

pria daripada kaum wanita, hal ini disebabkan pada umumnya yang bekerja

adalah pria, dan pada saat mengatasi masalah pria cenderung untuk emosi

dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk minum-minuman alkohol

dan pola makan yang tidak baik sehingga tekanan darahnya dapat meningkat.

Sedangkan pada wanita masih dapat mengatasinya dengan tenang dan lebih

stabil. (Beevers, 2002). Tetapi pada usia 40 tahun ke atas tekanan darah

cenderung meningkat pada wanita karena hormone estrogen mulai berkurang

yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).

Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis

4. Etnis

Pada masyarakat masyarakat Afro – Karibia hipertensi sangat umum

terjadi di Amerika Serikat, terjadi dua kali lebih banyak daripada masyarakat

berkulit putih dan Hispanik. Terdapat bukti yang cukup kuat bahwa

penyebran hipertensi dalam masyarakat keturunan Afrika Di Inggris dan

Amerika Serikat berkaitan dengan konsumsi garam. Di afrika, dengan

urbanisai yang meningkat, terjadi peningkatan tajam konsumsi garam dan

penurunan konsumsi potassium

5. Pola asupan garam dalam diet

Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah.

Telah ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika semakin tua,

17

Page 18: kkp

yang terjadi pada semua masyarakat kota, merupakan akibat dari banyaknya

garam yang dimakan. Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi

dalam pola makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah yang

meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang

konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan

tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya usia. Terdapat

bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan menderita hipertensi

secara keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk

mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun mereka mengkonsumsi garam

tidak lebih banyak dari orang lain, meskipun tubuh mereka cenderung

menimbun apa yang mereka makan

6. Merokok

Kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan kurang

olahraga serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan

jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan

tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan

tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri

menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar

7. Stress

Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek,

tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam

waktu yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres yang muncul akibat

mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising,

atau bahkan ketika sedang menyortir benda berdasarkan perbedaan ukuran,

menyebabkan lonjakan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba (Beevers,

2002).

Menurut Adnil Basha (2004), stres diduga melalui aktivitas syaraf

simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan

aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu). Gangguan kepribadian yang bersifat sementara

dapat terjadi pada orang yang menghadapi keadaan yang menimbulkan stres

berat. Gangguan tersebut dapat berkembang secara tiba-tiba atau secara

bertahap

18

Page 19: kkp

8. Olahraga

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi

karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.

Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya

obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya

hipertensi. Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang

berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan

memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka yang tidak melakukan

olahraga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada

olahraga berat tetapi hanya sekali.

2.5 Analisa

2.5.1 Masalah

Dalam pelayanan kesehatan, pemerintah telah melakukan berbagai

upaya untuk meningkatkan kondisi kesehatan, namun itu dilakukan secara garis

besar, tidak dilakukan secara pendekatan individu supaya calon jemaah haji

menyadari betapa pentingnya mempersiapkan dan menjaga kondisi fisik dalam

melaksanakan ibadah haji. Dari data pemeriksaan kesehatan yang dilakukan,

tercatat penyakit Hipertensi menjadi penyakit bawaan dengan jumlah penderita

terbesar sebanyak 464 orang, angka kesakitan lainnya yang menunjukan angka

cukup besar adalah pada penyakit pernafasan ( command cool) sebanyak 158

0rang dan penyakit sistem otot dan tulang (mialgia) sebanyak 149 orang.

Kemudian di susul oleh peny.sistem pencernaan: gastritis, peny.endokrin :

niddm, peny.sistem saraf : tension headache, peny.infeksi: diarrhoea &gea,

trauma&akibat external:motion sickness, peny.kulit&sub kutan:alergic kontak

dermatitis, peny.mata&adneksa:conjungtivitis. Pemeriksaan kesehatan yang

dianjurkan pada 6 bulan dan 3 bulan sebelum keberangkatan ternyata memiliki

rentang jarak yang terlalu jauh dengan waktu keberangkatan, sehingga tidak

dapat diketahui lagi kondisi kesehatan calon jemaah, dalam kondisi sehat atau

tidak.

2.5.2 Penyebab Masalah

Persepsi bahwa pergi haji hanya memerlukan persiapan niat dan materi, tanpa

memperhatikan kesehatan, karena banyak dari para calon haji beranggapan lebih

19

Page 20: kkp

baik meninggal di tanah suci. Akibatnya tercatat masih banyak calon haji yang

divonis memiliki penyakit, ini disebabkan oleh:

a. Calon jemaah haji tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala (satu

minggu sekali atau minimal 2 minggu sekali) di puskesmas atau Dokter

setempat setelah pemeriksaan anjuran (6 bulan dan 3 bulan sebelum

keberangkatan)

b. Kurangnya kegiatan fisik rutin yang dapat meningkatkan kondisi

kesehatan, kegiatan tersebut seperti latihan kesegaran jasmani

c. Pola makan yang tidak teratur, diantaranya makan tidak pada waktunya.

d. Banyak mengkonsumsi makanan berlemak dan kolesterol.

e. Pengaturan berat badan yang tidak teratur (Obesitas).

f. Perilaku yang potensial menimbulkan gangguan kesehatan, seperti

kebiasaan merokok, menyimpan jatah makanan untuk dimakan di lain

waktu (menunda makan), dll.

g. Melakukan aktifitas yang tidak perlu yang dapat menguras tenaga.

2.6 Upaya Pencegahan

Sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, seyogyanya calon jemaah haji harus

melakukan persiapan- persiapan. Persiapan tentang ilmu manasik haji juga persiapan

fisik dan mental. Persiapan fisik dan mental meliputi pemeriksaan kesehatan,

persiapan dalam menghadapi perubahan cuaca dan iklim di negara Saudi Arabia,

persipan untuk menjaga kondisi fisik yang baik dan prima, sehingga dapat

menjalankan ibadah haji dengan optimal

2.6.1 Pencegahan Primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri

dari berbagai faktor risiko.Dapat dilakukan dengan cara :

a. Mengkonsumsi makanan sehat dan mengurangi garam

b Hindari stress. Usahakan sejak berangkat dan selama di perjalanan tenang,

tidak usah tergesa-gesa dan berdesakkan.

c. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan

kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari

mesjid. Termasuk melontar jumroh di Mina sebaiknya jemaah yang sakit

diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan.

d. Istirahat yang cukup.

e. Olah Raga teratur jalan kaki lebih kurang 30 menit sehari.

f. Tidak merokok.

20

Page 21: kkp

g. Selalu gunakan masker untuk melindungi diri dari penyakit infeksi dari

orang lain (batuk,pilek,demam) yang semua itu dapat meningkatkan denyut

jantung menjadi lebih cepat dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan

sesak nafas.

2.6.2.Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dini suatu

penyakit pada awal masa sakit berupa screening (penyaringan), hal ini dapat

dilihat pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Bagi calon jemaah haji yang

terdeteksi menderita hipertensi agar melakukan tindakan pengobatan secara

teratur sehingga memungkinkan menjalankan ibadah haji dengan kondisi prima.

Jemaah haji hipertensi sebaiknya rutin mengontrol tekanan darah pada dokter

kloter masing-masing (konsultasi) dan bawalah obat anti hipertensi bila

bepergian dan minum secara teratur.

2.6.3.Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih

berat, kecacatan dan kematian. Untuk jemaah haji hipertensi agar tetap

melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan berobat secara teratur.

Dengan demikian kondisi fisik dapat dipertahankan secara optimal baik

sebelum, selama dan setelah melaksanakan ibadah haji

21

Page 22: kkp

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Penyakit terbanyak jamaah haji adalah penyakit hipertensi

2. Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji di atur Sesuai dengan Undang –

Undang Republik Indonesia No : 23 tahun 1992, Keputusan Presiden Republik

Indonesia No : 62 tahun 1995, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2

tahun 1992 tentang penyelenggaraan urusan haji pada pasal 8 dan keputusan Menteri

Kesehatan RI No.1117/Menkes/ SK/XII/1992

3. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji ada dua yaitu : Pemeriksaaan Kesehatan

Tahap Pertama dan Pemeriksaaan Kesehatan Tahap kedua

4. Jamaah haji resiko tinggi sebanyak 2891 orang sedangkan jamaah haji non resiko

tinggi sebanyak 1678 orang.

5. Upaya pencegahan yang dilakukan terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan

tersier.

22