Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

32
KONTRASEPSI NON HORMONAL MAKALAH disusun guna memenuhi tugas presentasi mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VII dosen pengampu: Ns. Ratna Sari H, M.Kep oleh: Kelompok 24 Haidar Dwi Pratiwi NIM 112310101012 Dewa Ayu Eka C.M.S NIM 112310101047 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014

Transcript of Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

Page 1: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

i

KONTRASEPSI NON HORMONAL

MAKALAH

disusun guna memenuhi tugas presentasi mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VII dosen pengampu: Ns. Ratna Sari H, M.Kep

oleh:

Kelompok 24

Haidar Dwi Pratiwi NIM 112310101012

Dewa Ayu Eka C.M.S NIM 112310101047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

ii

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kontrasepsi Non

Hormonal”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu

Keperawatan Klinik VII pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Jember.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu

Keperawatan Klinik VIIB, Ns. Ratna Sari H., M.Kep. yang telah membimbing

kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terima kasih

pula kepada teman-teman yang secara ikhlas mengerjakan tugas ini dengan

semangat dan kerja sama yang baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka kami menerima

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah

ini.

Jember, Februari 2014

Penulis

Page 3: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

PRAKATA ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan .............................................................................................. 2

1.3 Implementasi Keperawatan ........................................................... 2

BAB 2. PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

2.1 Definisi.............................................................................................. 3

2.2 Tujuan Kontrasepsi ........................................................................ 3

2.3 Syarat-Syarat Kontrasepsi ............................................................. 4

2.4 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pemilihan Kontrasepsi .. 4

2.5 Macam-Macam Kontrasepsi Non Hormonal ............................... 5

2.5.1 Metode Amenore Laktasi (MAL) ........................................... 5

2.5.2 Kondom................................................................................... 8

2.5.3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ............................. 14

2.5.4 Alat Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi) ........ 20

BAB 3. PENUTUP............................................................................................. 27

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 27

3.2 Saran .............................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28

Page 4: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi

fokus utama program kependudukan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan

Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi sehingga keluarga

dapat mengatur waktu, jumlah anak, jarak kelahiran anak secara ideal sesuai

dengan keinginan atau tanpa unsur paksaan dari pihak manapun. Dengan

pemenuhan hak-hak reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang

ideal, kondisi kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai

tambah dalam kehidupan sosial dan aktifitas perekonomiannya. Dampak

pemenuhannya hak-hak reprodusi tersebut secara langsung adalah terwujudnya

keluarga kecil sehat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga

yang berkualitas (BKKBN, 2005)

KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda

kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau

membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis

serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan. Kontrasepsi merupakan salah satu

upaya dalam Keluarga Berencana untuk menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

sperma. Jenis kontrasepsi yang tersedia di Indonesia saat ini meliputi kontrasepsi

hormonal dan kontrasepsi non hormonal. Kontrasepsi hormonal terdiri dari

progestin dan kombinasi, sedangkan kontrasepsi non-hormonal terdiri dari metode

amenore laktasi/MAL, kondom, AKDR, dan kontrasepsi mantap seperti

tubektomi dan vasektomi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kami ingin membahas lebih lanjut

mengenai kontrasepsi non hormonal sehingga masyarakat dapat mengetahui

macam-macam kontrasepsi non hormonal beserta kelebihan dan kekurangannya.

Page 5: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

2

1.2 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah “Kontrasepsi Non Hormonal” ini adalah

sebagai berikut.

a. Menyelesaikan tugas mata kuliah ilmu keperawatan klinik VII.

b. Mendeskripsikan konsep kontrasepsi.

c. Mendeskripsikan jenis-jenis kontrasepsi non hormonal.

d. Mendeskripsikan konsep teori dari berbagai jenis kontrasepsi non

hormonal.

e. Mendeskripsikan cara penggunaan kontrasepsi non hormonal.

1.3 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dari disusunnya makalah “Kontrasepsi Non

Hormonal” ini adalah sebagai berikut.

a. Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah di Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Jember.

b. Menambah pengetahuan mahasiswa keperawatan dan perawat sebagai

penulis dan pembaca makalah.

c. Melatih mahasiswa keperawatan dalam penulisan karya tulis ilmiah.

Page 6: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang

dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi

adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Sarwono dalam Leani,

2011). Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu

dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Proverawati, 2010).

Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak menggunakan hormon.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi non

hormonal merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan tanpa

menggunakan hormon.

2.2 Tujuan Kontrasepsi

Tujuan umum dari kontrasepsi adalah pemberian dukungan dan pemantapan

penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS. Sedangkan tujuan pokok, yaitu

penurunan angka kelahiran yang bermakna. Hartanto (2010) menjelaskan bahwa

untuk mencapai tujuan tersebut, maka diambil kebijaksanaan dengan

mengkategorikan menjadi 3 fase, yaitu

1) Fase menunda/mencegah kehamilan

Fase menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri

kurang dari 20 tahun. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral. Penggunaan

kondom kurang tepat karena pada pasangan muda frekuensi bersenggama masih

tinggi sehingga mempunyai angka kegagalan yang tinggi. Ciri-ciri kontrasepsi

yang diperlukan ialah yang memiliki reversibilitas dan efektifitas yang tinggi.

Page 7: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

4

2) Fase menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20-35 tahun, merupakan periode yang baik untuk

melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara 2-4 tahun. Alasan

menjarangkan kelahiran karena usia ibu merupakan usia yang terbaik untuk

mengandung dan melahirkan. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan ialah

reversibilitas efektivitas yang cukup tinggi, dapat dipakai 2-4 tahun (sesuai

dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan, tidak menghambat ASI.

3) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan

Periode usia istri diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah

memiliki 2 orang anak. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan ialah efektivitas yang

sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang, dan tidak menambah kelainan

yang sudah ada.

2.3 Syarat-Syarat Kontrasepsi

Syarat-syarat pemakaian kontrasepsi menurut Proverawati (2010) dan

Wiknjosastro (2006) adalah sebagai berikut.

1) Aman pemakaiannya dan dipercaya.

2) Tidak ada efek samping yang merugikan.

3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

5) Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya.

6) Cara pemakaiannya sederhana.

7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.

8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

2.4 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pemilihan Kontrasepsi

Faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi menurut

Proverawati (2010) adalah sebagai berikut.

Page 8: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

5

1) Pasangan dan motivasi : umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah

keluarga yang diinginkan, dan pengalaman dengan metode kontrasepsi

yang lalu.

2) Kesehatan : status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan

fisik dan panggul.

3) Metode kontrasepsi : efektivitas, efek samping, dan biaya.

2.5 Macam-Macam Kontrasepsi Non Hormonal

BKKBN dan Kemenkes RI (2012) menyebutkan bahwa kontrasepsi non

hormonal terdiri dari empat jenis yaitu Metode Amenore Laktasi (MAL), kondom,

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan kontrasepsi mantap (Tubektomi dan

Vasektomi).

2.5.1 Metode Amenore Laktasi (MAL)

a. Definisi

Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Salah satu manfaat pemberian

ASI secara eklsklusif adalah efek kontrasepsi, terutama pada bulan-bulan

pertama pasca partum. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sebagai salah satu

pilihan metode kontrasepsi yang dikenal dengan Metode Amenore Laktasi yang

merupakan salah satu metode kontraspsi yang bersifat sementara yaitu enam

bulan pertama pasca partum yang menunjang upaya promosi pemberian ASI.

Metode ini mendasarkan pada infertilitas alamiah sebagai hasil pola tertentu

pemberian ASI (Suradi, 2003)

b. Indikasi

Prawirohardjo dalam Sartika (2013) menyebutkan bahwa kontrasepsi

MAL ini dapat digunakan oleh:

1) Ibu yang menyusui secara eksklusif

Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi

menyelesaikan menghisap dari satu payudara sebelum diberikan pada

Page 9: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

6

payudara yang lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir (hind

milk). Bayi hanya mendapatkan sedikit AS1 dari payudara berikut

sehingga ibu dapat memulai menyusui pada payudara berikutnya.

Semakin sering bayi mengisap ASI maka produksi ASI dikedua payudara

semakin banyak hingga dapat menekan ovulasi.

2) Bayi berumur kurang dari 6 bulan

Jika dipakai secara benar, Metode Amenorea Laktasi merupakan metode

kontrasepsi yang dapat dipercaya, yaitu jika ibu tersebut penuh atau

hampir penuh menyusui siang dan malam dan mengalami amenore selama

6 bulan pertama sampai ibu memberikan makanan pendamping.

3) Belum mendapatkan haid setelah melahirkan

Wanita yang tidak menyusui bayinya biasanya mendapat periode

menstruasi pertamanya 6 minggu setelah persalinan. Namun wanita yang

menyusui secara teratur mengalami amenore 25 sampai 30 minggu.

Menyusui merangsang sekresi prolaktin dan terdapat bukti bahwa

prolaktin menghambat sekresi GnRH pada hipofise dan melawan efek

gonadotropin pada ovarium. Ovulasi dihambat dan ovarium menjadi tidak

aktif, sehingga pengeluaran estrogen dan progesteron turun kekadar yang

rendah.

c. Kontraindikasi

BKKBN (2009) menyebutkan bahwa kontrasepsi mal tidak boleh

diberikan kepada:

1) Ibu yang menderita sakit jiwa

2) Ibu yang menderita hepatitis

3) Ibu yang menderita penyakit lepra

d. Waktu penggunaan

Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sebagai salah satu pilihan metode

kontrasepsi yang dikenal dengan Metode Amenore Laktasi yang merupakan

salah satu metode kontraspsi yang bersifat sementara yaitu enam bulan pertama

pasca partum yang menunjang upaya promosi pemberian ASI. Metode ini

Page 10: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

7

mendasarkan pada infertilitas alamiah sebagai hasil pola tertentu pemberian ASI

(Suradi, 2003)

e. Mekanisme kerja

Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron mengidentifikasi

perkembangan alveolus dan duktus laktiferus didalam mammae/payudara

dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI tidak

berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen

menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan kadar prolaktin yang

berkesinambungan disebabkan oleh menyusui ibu pada mammae ibu (Suradi,

2003).

Kontrasepsi prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus

pengisapan berulang ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang

cukup, kadar prolaktin akan tetap tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang

produksi ASI juga mengurangi kadar hormon LH yang perlukan untuk

memelihara siklus menstruasi. Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan

ovarium menjadi kurang sensitif terhadap perangsangan gonadotropin yang

memang sudah rendah, dengan akibat timbulnya inaktivasi ovarium, kadar

estrogen yang rendah dan an-ovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai

pulih kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang

singkat dan fertilitas menurun. Jadi, inti dari cara kerja Metode Amenorea

Laktasi ini adalah dengan penundaan atau penekanan ovulasi (Hidayati dalam

Sartika, 2013).

f. Efek samping

Menurut BKKBN & Kemenkes RI (2012), Metode Amenorea Laktasi

(MAL) tidak memiliki efek samping bagi penggunanya.

g. Keuntungan

Keuntungan Metode Amenorea Laktasi menurut BKKBN & Kemenkes

RI (2012) yaitu sebagai berikut.

Page 11: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

8

1) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pertama setelah

melahirkan).

2) Segera efektif.

3) Tidak mengganggu senggama.

4) Tidak ada efek samping secara sistemik.

5) Tidak perlu pengawasan medis.

6) Tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya.

h. Kekurangan

Kekurangan kontrasepsi MAL menurut BKKBN & Kemenkes RI

(2012) yaitu sebagai berikut.

1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui

dalam 30 menit pasca persalinan.

2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6

bulan.

4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan

HIV/AIDS

2.5.2 Kondom

a. Definisi

Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan

atau penularan penyakit kelamin pada saat bersanggama. Kondom biasanya

dibuat dari bahan karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita

pada keadaan ereksi sebelum bersanggama (bersetubuh) atau berhubungan

suami-istri (Sutantri dalam Ramadhan, 2012).

b. Jenis-Jenis

Ramadhan (2012) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis kondom yaitu

kondom laki-laki dan kondom wanita.

Page 12: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

9

1) Kondom laki-laki

Kondom laki-laki merupakan sarung dari latex yang tipis, digunakan

pada penis ketika melakukan hubungan seksual. Kondom berguna

untuk mengumpulkan semen sebelum, selama, dan sesudah masa

ejakulasi dan menghalangi sperma masuk ke vagina. Penggunaan

kondom yang benar dapat mengurangi risiko penularan penyakit

seksual dan dapat juga digunakan sebagai alat kontrasepsi.

Gambar 2.1 Kondom laki-laki

b) Kondom wanita

Terdiri dari bahan polyurethane berbentuk seperti sarung atau kantong

dengan panjang 17 cm (6,5 inci). Bahan ini kurang menyebabkan alergi

dibandingkan dengan latex. Bahan tersebut juga kuat dan jarang robek

(40% lebih kuat dari latex) tetapi tipis sehingga sensasi yang dirasakan

bisa tetap dipertahankan. Kondom wanita ini dapat mencegah kehamilan

dan penularan penyakit seksual termasuk HIV apabila digunakan dengan

benar.

Gambar 2.2 Kondom wanita

Page 13: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

10

c. Indikasi

BKKBN (2003) menjelaskan bahwa terdapat indikasi khusus dan

indikasi umum dalam pemakaian kontrasepsi kondom.

1) Indikasi khusus penggunaan kondom yaitu:

(a) Pasangan yang benar-benar sepakat menggunakan cara barier.

(b) Proteksi terhadap PMS dan HIV.

2) Indikasi umum penggunaan kondom yaitu:

(a) Terdapat kontraindikasi medis untuk cara KB lain, sementara

klien belum menginginkan sterilisasi.

(b) Klien tidak sering melakukan hubungan seksual.

(c) Sebagai kontrasepsi sementara pada keadaan-keadaan khusus

yaitu selama amenore laktasional, beberapa waktu setelah

vasektomi, ketika benang IUD tidak terlihat atau teraba, ketika

wanita meminum obat yang mempengaruhi khasiat kontrasepsi

oral (pil), selama menunggu cara lain (misalnya pada prosedur

sterilisasi atau IUD), selama mengamati gejala ginekologis,

sebagai alternatif sementara atau “back up” cara lain, bagi

pengguna cara pemantauan kesuburan, untuk digunakan selama

masa subur.

(d) Untuk perlindungan terhadap PMS dan penyakit HIV.

d. Kontraindikasi

Simbolon (2011) menjelaskan bahwa kontraindikasi pemakaian

kontrasepsi kondom yaitu

1) Pada pria dengan ereksi yang tidak baik atau gangguan ereksi.

2) Pada pasangan yang alergi terhadap karet atau lubrikan dari kondom.

e. Waktu penggunaan

Lubis (2008) menjelaskan waktu penggunaan kondom laki-laki yaitu

sebelum melakukan hubungan seksual setelah penis ereksi, sedangkan pada

Page 14: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

11

kondom wanita yaitu sebelum melakukan hubungan seksual saat lubrikasi

vagina dirasa telah cukup.

f. Mekanisme kerja

Mekanisme kerja kondom menurut BKKBN & Kemenkes RI (2012)

yaitu:

1) Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara

mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis

sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi

perempuan.

2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan

HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus

kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

g. Cara penggunaan

Cara penggunaan kondom menurut Lubis (2008) adalah sebagai

berikut.

1) Kondom laki-laki

(a) Selalu menggunakan kondom latex yang baru dan gunakan

sebelum tanggal kadaluarsa.

(b) Buka kemasan kondom dengan hati-hati dan jangan

menggunakan gigi.

(c) Pasang kondom setelah penis ereksi.

(d) Pegang ujung kondom diantara dua jari (menjepit ujungnya)

agar ada tempat untuk mengumpulkan sperma dan hilangkan

udara dari ujung kondom untuk menghindari kondom robek

ketika digunakan.

(e) Pasang kondom dari ujung penis, kemudian ditarik hingga ke

pangkal penis dan ujungnya tetap dijepit

Page 15: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

12

(f) Setelah ejakulasi dan sebelum penis menjadi lembek, tarik

keluar penis dengan hati-hati dan pegang bibir kondom agar

sperma tidak tumpah.

(g) Setelah pemakaian, kondom dibungkus dan tidak boleh dibuang

ke dalam toilet.

Gambar 2.3 Cara pemasangan kondom laki-laki

2) Kondom wanita

(a) Buka bungkusan kondom dengan hati-hati.

(b) Pastikan lubrikasinya cukup.

(c) Cincin yang tertutup berada di sebelah bawah dan ujung yang

terbuka dipegang menggantung.

(d) Pegang cincin bagian dalam dengan ibu jari dan jari tengah dan

kemudian masukkan cincin bagian dalam beserta kantongnya ke

dalam vagina.

(e) Cincin bagian luar tetap berada diluar vagina

(f) Untuk mengeluarkan kondom, putar cincin bagian luar dengan

hati-hati dan kemudian tarik kondom keluar dan sperma tetap

berada didalam.

(g) Setelah pemakaian, dianjurkan kondom tersebut tidak digunakan

lagi dan tidak dibuang kedalam toilet.

Page 16: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

13

Gambar 2.4 Cara pemasangan kondom wanita

h. Efek samping

BKKBN (2003) menjelaskan bahwa efek samping penggunaan kondom

jarang terjadi. Namun efek samping biasanya yang terjadi berupa alergi

terhadap lateks atau lubrikan atau spermisida yang dipakai atau yang ada

pada kondom.

i. Keuntungan

Keuntungan menggunakan kontrasepsi kondom menurut BKKBN &

Kemenkes RI (2012) yaitu sebagai berikut.

1) Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar.

2) Tidak mengganggu produksi ASI.

3) Tidak mengganggu kesehatan klien.

4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

5) Murah dan dapat dibeli secara umum.

6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus

ditunda.

Page 17: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

14

j. Kekurangan

Kekurangan menggunakan kontrasepsi kondom menurut BKKBN &

Kemenkes RI (2012) yaitu sebagai berikut.

1) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.

2) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).

3) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

4) Malu membeli kondom di tempat umum.

5) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal

limbah

2.5.3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Definisi

AKDR adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan

untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan ke

dalam rahim untuk menghasilkan efek kontraseptif. AKDR atau IUD atau

Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,

mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan

ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN, 2003).

IUD (Intra Uterin Device) adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang

lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika

sudah digunakan selama periode tertentu.

b. Jenis-Jenis AKDR

1) Lippes Loop

IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau

huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang

pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut

ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang

biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm

(benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes

Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari

Page 18: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

15

pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang

menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan

plastik. Pada program KB masional IUD jenis ini banyak digunakan

oleh masyarakat.

2) Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian

vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga

halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup

baik. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang

rendah selama minimal lima tahun. Hasil penelitian menunjukkan

efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak

direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini

adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.

3) Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32

mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai

luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan

tembaga halus pada jenis Copper-T.

4) Multi Load

IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri

dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas

ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan

luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas.

Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

Page 19: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

16

Gambar 2.5 Jenis-jenis IUD

c. Indikasi AKDR

1) Usia reproduktif;

2) Keadaan nulipara;

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang;

4) Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi;

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui;

6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi;

7) Risiko rendah dari IMS;

8) Tidak menghendaki metoda hormonal;

9) Tidak menyukai mengingat- ingat minum pil setiap hari;

10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama;

11) Gemuk ataupun kurus.

Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR dengan aman dan

efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan

keadaan misalnya:

1) Perokok;

2) Sedang menyusui;

3) Gemuk ataupun yang kurus;

4) Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat

adanya infeksi.

Page 20: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

17

d. Kontraindikasi AKDR

AKDR tidak boleh digunakan secara mutlak, apabila:

1) Kehamilan;

2) Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis; bila penyebab

didiagnosis dan diobati, AKDR dapat dipasang;

3) Kelainan pada uterus;

4) Alergi terhadap komponen AKDR mis, tembaga;

5) HIV/AIDS karena penurunan sistem imun dan peningkatan risiko

infeksi;

6) Infeksi panggul atau vagina; bila telah diobati, AKDR dapat dipasang.

e. Waktu Penggunaan AKDR

Waktu penggunaan AKDR dapat dilaukan dalam keadaan sebgai

berikut.

1) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

2) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak

hamil.

3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4

minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode

amonorea laktasi (MAL).

4) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila

tidak ada gejala infeksi.

5) Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi

(Saifuddin, 2006) .

f. Mekanisme Kerja AKDR

Mekanisme Kerja IUD adalah sebagai berikut:

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii;

2) Mempengaruhi fertilitasasi sebelum ovum mencapai kavum uteri;

Page 21: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

18

3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilisasi;

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

(Saifuddin, 2006).

Gambar 2.6 Mekanisme Kerja IUD

g. Efek Samping AKDR

Beberapa efek samping yang ditimbulkan dari pemasangan AKDR

sebagai berikut:

1) Ameora;

2) Kejang;

3) Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur;

4) Keluarnya cairan yang abnormal dari vagina.

h. Keuntungan AKDR

Keuntungan dari IUD ini adalah sebagai berikut:

1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi;

2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan;

3) Metode jangka panjang;

4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat- ingat;

Page 22: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

19

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual;

6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil;

7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI;

8) Tidak efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A);

9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi);

10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir) ;

11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat ;

12) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

i. Kerugian AKDR

1) Efek samping yang umum

(a) Perubahan pada siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan);

(b) Haid lebih lama dan banyak ;

(c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi;

(d) Saat haid lebih sakit.

2) Menimbulkan komplikasi

(a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan;

(b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia;

(c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya

benar).

3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan

yang sering berganti pasangan.

Page 23: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

20

2.5.4 Alat Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)

Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi

keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang dilakukan terhadap salah

seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara

mantap dan sukarela (Zietraelmart, 2010).

Jenis- jenis kontrasepsi mantap yaitu tubektomi dan vasektomi.

a. Tubektomi

1) Pengertian

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan

fertilitas (kesuburan) seorang perempuan (Saiffudin,2006). Tubektomi

adalah tindakan oklusi/pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk

mencegah proses fertilisasi (Saifuddin, 2006). Tubektomi adalah setiap

tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita

bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi (Mansjoer, 2001).

Gambar 2.7 Tubektomi

2) Jenis-Jenis Tubektomi

Menurut Hartanto (2004) jenis-jenis tubektomi yaitu

a) Laparotomi

b) Minilaparotomi/Mini-lap

c) Sub-umbilikal/infra-umbilikal: post-partum

d) Supra pubis/Mini-Pfannenstiel: post-abortus, interval

e) Laparoskopi

Page 24: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

21

3) Indikasi

Saifuddin (2003) menjelaskan bahwa tubektomi dapat dilakukan pada:

a) Usia lebih dari 26 tahun.

b) Paritas lebih dari dua.

c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan

kehendaknya.

d) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang

serius.

e) Pascapersalinan.

f) Pascakeguguran.

g) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

4) Kontraindikasi

Menurut Saifuddin (2006) yang tidak boleh melakukan tubektomi antara

lain sebagai berikut.

a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).

b) Perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga harus

dievaluasi).

c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu

disembuhkan atau dikontrol).

d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa

depan.

f) Belum memberikan persetujuan tertulis.

5) Waktu Penggunaan

Menurut Saifuddin (2003) waktu yang tepat dilakukan tubektomi

adalah:

a) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara

rasional klien tersebut tidak hamil.

b) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).

Page 25: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

22

c) Pascapersalinan

d) Minilap: di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12

minggu.

e) Laparoskopi: tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.

f) Pascakeguguran

g) Triwulan pertama: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti

infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi).

h) Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti

infeksi pelvik (minilap).

6) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja tubektomi yaitu dengan memotong kedua saluran tuba

fallopi yang menghubungkan ovarium dan uterus. Kemudian ujung-

ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Jika tidak

menginginkan dipotong, dapat dengan mengikat atau menjepit saluran tuba

falopi (tubal ring/tubal clip). Dengan demikian sel telur yang diproduksi

tidak dapat bertemu dengan sperma. Karena pada kondisi normal, sel telur

yang telah matang akan berada pada tuba falopi menunggu sperma untuk

dibuahi.

7) Efek Samping

Menurut Saifuddin (2006) efek samping yang ditimbulkan setelah

prosedur bedah biasanya adalah:

a) Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim

dialami karena gas (CO atau udara) di bawah diafragma.

b) Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa (apabila

mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, jumlah dan

durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan).

Page 26: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

23

8) Keuntungan Tubektomi

Menurut Saifuddin (2003) manfaat kontrasepsi tubektomi sebagai berikut:

a) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun

pertama penggunaan);

b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding);

c) Tidak bergantung pada faktor senggama;

d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan

yang serius;

e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal;

f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang;

g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada

produksi hormon ovarium).

9) Kerugian Tubektomi

a) Sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan lagi),

kecuali dengan operasi rekanalisasi.

b) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.

c) Klien dapat menyesal di kemudian hari.

b. Vasektomi

1) Pengertian

Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode

kontrasepsi operatif minor pria yang sangat aman, sederhana dan sangat

efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan

anestesi umum (Hartanto, 2004). Vasektomi adalah prosedur klinik

untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan

oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan

proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin,

2006). Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan

Page 27: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

24

saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis

vesikula seminalis (Everett, 2008).

Gambar 2.8 Vasektomi

2) Jenis - Jenis Vasektomi

Menurut Saifuddin (2006) macam- macam vasektomi ada 2 yaitu :

a) Vasektomi dengan pisau

b) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)

3) Indikasi Vasektomi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana

fungsi reproduksi merupakkan ancaman atau gangguan terhadap

kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan

kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).

4) Kontraindikasi Vasektomi

Menurut Hartanto (2004) yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi

vasektomi adalah:

a) Infeksi kulit lokal, misal Scabies

b) Infeksi traktus genitalia.

c) Kelainan skrotum dan sekitarnya

(1) Varicocele

(2) Hydrocele besar

Page 28: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

25

(3) Filariasis

(4) Hernia inguinalis

(5) Orchiopexy

(6) Luka parut bekas operasi hernia

(7) Scrotum yang sangat tebal

d) Penyakit sistemik

(1) Penyakit-penyakit perdarahan

(2) Diabetes mellitus

(3) Penyakit jantung koroner yang baru

e) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

5) Mekanisme Kerja Vasektomi

Mekanisme kerja dari vasektomi yaitu oklusi/pemotongan vas deferens

sehingga menghambat perjalanan sperma dan tidak dapat

menghantarkan sperma di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran

sperma dari testis ke penis).

6) Efek Samping Vasektomi

Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi vasektomi menurut Everett

(2008) adalah:

a) Infeksi

b) Hematoma

c) Granula sperma

7) Keuntungan vasektomi

Keuntungan memakai vasektomi menurut Hartanto (2004) antara lain :

a) Efektif

b) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.

c) Sederhana.

d) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.

Page 29: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

26

e) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal

saja.

f) Biaya rendah.

g) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana

wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang

tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.

h) Metode permanen

i) Efektivitas tinggi

j) Menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak

direncanakan.

8) Kerugian vasektomi

Menurut Hartanto (2004) kerugian yang ditimbulkan dari kontrasepsi

vasektomi adalah :

a) Diperlukan suatu tindakan operatif.

b) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau

infeksi.

c) Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua

spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal

dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.

d) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual

mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang

menyangkut sistem reproduksi pria.

Page 30: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

27

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian dari kontrasepsi yaitu tindakan yang membantu individu atau

pasngan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval

kelahiran, mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan

suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).

Ada berbagai macam kontrasepsi untuk mencegah konsepsi salah satunya

dengan menggunakan kontrasepsi non hormonal yaitu dengan metode amenore

laktasi/MAL, kondom, AKDR, dan kontrasepsi mantap seperti tubektomi dan

vasektomi.

3.2 Saran

3.2.1 Bagi pengguna alat kontrasepsi

a. Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan

di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.

3.2.2 Bagi tenaga kesehatan

a. Sebagai tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan keterampilannya

memasang alat kontrasepsi yang baik dan sesuai prosedur.

b. Sebelum memasang alat kontraspsi pada klien jangan lupa untuk melakukan

infomconsent pada klien.

Page 31: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

28

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN & Kemenkes RI. 2012. Metode Kontrasepsi Berdasarkan Saran Ditjalpem. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

BKKBN. 2009. Metode Amenore Laktasi (MAL) Dalam Program KB Dan Kesehatan Reproduksi. http://nad.bkkbn.go.id/infoprogram/Documents/

MAL.pdf [04 Februari 2014] Hartanto, et al. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan.

Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Mulia Sari.

Lubis, Ramona. 2008. Penggunaan Kondom. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Mansjoer, Arif, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta: Media Ausculapius.

Prawirohardjo S, Hanifa W. 2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo. Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta: YBP-SP

Proverawati, Atikah, et al. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ramadhan, Ety. 2012. Hubungan Informasi, Motivasi dan Keterampilan Berperilaku dengan Tindakan Penggunaan Kondom pada LSL untuk

Mencegah HIV/AIDS di Wilayah Kerja Klinik Veteran Medan Tahun 2012. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Saefuddin, Abdul Bari. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Page 32: Kk7_kontrasepsi Non Hormonal

29

Sartika, Dewi. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu

Menyusui Tentang Metode Amenore Laktasi Sebagai Kontrasepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013. Skripsi. Dipublikasikan. Banda Aceh:

STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

Simbolon, Siti. 2011. Peran Petugas Kesehatan Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi. Dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara

Suradi R, Tobing HKP, 2003. Manajemen Laktasi. Program Manajemen Laktasi

Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Jakarta. Wiknjosastro, H., et al. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.