Kontrasepsi Hormonal Dr Endang
-
Upload
santri-dwizamzami-nasution -
Category
Documents
-
view
159 -
download
2
description
Transcript of Kontrasepsi Hormonal Dr Endang
Kontrasepsi Hormonal
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak
dan jarak kelahirannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga-
keluarga muda baik di perkotaan maupun di pelosok pedesaan. Kesadaran akan
pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan
keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun
finansial dalam penataan masa depan anak-anak mereka. Tentu saja pandangan seperti ini
masih bisa dipertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga sangat berkaitan
dengan banyak faktor.
Sementara itu, teknologi kedokteran, riset-riset untuk menemukan ragam corak
alat kontrasepsi serta industri farmasi berkembang sangat pesat dan cepat. Dengan itu,
seharusnya terdapat banyak pilihan alat-alat kontrasepsi yang bisa digunakan baik oleh
laki-laki maupun perempuan dalam upaya mewujudkan perencanaan keluarga itu. Dan
dengan kemajuan teknologi pula, diharapkan risiko dari pemakaian alat-alat kontrasepsi
dapat dihindari atau setidaknya dikurangi. Ini pun bukan berarti mengabaikan pentingnya
melakukan kontrol atas alat-alat kontrasepsi yang telah terpasang dalam tubuh seseorang.
Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri–ciri suatu
kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak
memerlukan motivasi terus menerus, dan efek samping minimal. Terdapat beberapa cara
kontrasepsi, antara lain: pantang berkala, obat spermatisid, kondom, AKDR, kontrasepsi
hormonal, dan sterilisasi. Pada makalah ini akan dibahas mengenai kontrasepsi hormonal,
mencegah terjadinya kehamilan dengan menggunakan obat yang berkhasiat hormonal,
yang mempengaruhi poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan atau endometrium
(pengaruh pada poros, pada organ, dan pada kesuburan).
1
Kontrasepsi Hormonal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan hanya
terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antar kelahiran diperpanjang dan kelahiran
selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah tercapai sesuai dengan yang di
kehendaki, untuk membina kesehatan seluruh anggota keluarga dengan sebaik-
baiknya menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).1
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan dan
konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadi kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sel sperma.
Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari 1897 ketika
Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi.
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat
estrogen dan progesterone.2
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:3
1) Dapat dipercaya
2) Tidak menimbulkan efek yang dapat mengganggu kesehatan
3) Daya kerjanya dapat diatur sesuai kebutuhan
4) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5) Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6) Mudah pelaksanaannya
7) Murah hargannya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
II. FISIOLOGI HORMONAL-HAID1,2,4
Ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan-perubahan siklik pada alat
kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini adalah suatu proses yang
2
Kontrasepsi Hormonal
kompleks dan harmonis meliputi serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital,
korteks adrenal, glandula tireoidea, dan kelenjar-kelenjar lain yang kini masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut. Pada siklus haid, endometrium dipersiapkan
secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi ovulasi, di bawah
pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium: estrogen dan progesteron. Hormon-
hormon ini dapat ditemukan antara lain di dalam air kencing, dan pengeluarannya
setiap 24 jam dapat diukur, estrogen sebagai estriol dan progesteron sebagai
pregnandiol. Di klinik, untuk mengetahui apakah ada ovulasi cukup dengan
mengerjakan biopsi endometrium. Biopsi ini dikerjakan pada hari pertama haid untuk
menghindarkan kemungkinan mengganggu kehamilan muda. Bila ada ovulasi, maka
dapat ditemukan bagian-bagian endometrium dalam masa sekresi.
Lamanya siklus haid yang normal atau yang dianggap sebagai siklus haid klasik
adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Siklus menstruasi
normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus
uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular
dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi
(pertumbuhan) dan masa sekresi. Siklus ini dapat berbeda-beda pada wanita yang
normal dan sehat.
Pada tiap siklus uterus dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut:
(1) Masa haid selama dua sampai delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas,
sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling
rendah (minimum).
(2) Masa proliferasi sampai hari keempat belas. Setelah menstruasi berakhir,
dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis
untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium
tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur
dari indung telur (disebut ovulasi).
(3) Sesudahnya, dinamakan masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.
Korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di
bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-
keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan
3
Kontrasepsi Hormonal
lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah ke arah sel-sel desidua,
terutama yang berada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini
memudahkan adanya nidasi.
Siklus ovarium :
(1) Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap
untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase
folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi
panjang siklus menstruasi keseluruhan.
(2) Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari.
4
Kontrasepsi Hormonal
Sekarang ternyata bahwa dalam proses ovulasi bukan hanya harus ada suatu kerja
sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis, dan ovarium,
melainkan ada pengaruh pula dari glandula tiroidea, korteks adrenal, dan kelenjar-
kelenjar endokrin lain. Dewasa ini ternyata prostaglandin dan serotonin mempunyai
peranan pula dalam ovulasi dengan mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis. Pula
ditemukan pengaruh ACTH terhadap korteks adrenal dikaitkan dengan sistem renin
angiotensin di ovarium pada ovulasi.
Dalam sistim endokrin beberapa susunan saraf pusat tertentu seperti glandula
pinealis, glandula amigdalae, dan hipokampus mempunyai hubungan neural dan
humoral – yang disebut juga hubungan neurohumoral – dengan hipotalamus dan
hipofisis. Di dalam hipotalamus sendiri terdapat releasing hormones dalam jumlah
yang sedikit sekali. Zat-zat ini ialah polipeptida yang kecil sekali, terdiri atas
sejumlah asam amino tertentu.
5
Kontrasepsi Hormonal
Dikenal (1) FSH-RH yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH
(follicle stimulating hormone releasing hormone), (2) LH-RH yang merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan LH (luteinizing hormone releasing hormone), (3) PIH
(prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin, dan (4) beberapa RH untuk somatotropin, TSH (thyroid stimulating
hormone), dan ACTH (adrenocorticotrophic hormone).
Pada tiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang
menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium.
Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih dari satu, berkembang menjadi
folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH,
sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang
kedua, yakni LH.
Seperti telah diuraikan, produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH)
adalah di bawah pengaruh releasing hormones (RH) yang disalurkan dari hipotalamus
ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik
estrogen terhadap hipotalamus. Pula oleh pengaruh dari luar, seperti cahaya, bau-
bauan melalui bulbus olfaktorius, dan hal-hal psikologik. Salah satu contoh ialah di
negara bermusin dingin dan panas kehamilan terjadi lebih banyak pada musim semi
(mulai ada cahaya) dan musim panas (adanya banyak cahaya).
Bila penyaluran releasing hormones normal berjalan baik, maka produksi
gonadotropin-gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya
makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang
mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yaitu
menyebabkan endometrium tumbuh atau berproliferasi. Waktu ketika proses
berproliferasi terjadi disebut masa proliferasi.
Di bawah pengaruh LH folikel de Graff menjadi lebih matang, mendekati
permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium).
Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang
peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain
(Mittelschmerz). Pula dapat diikuti oleh adanya perdarahan vagina sedikit. Setelah
ovulasi terjadi dibentuklah korpus rubrum (berwarna merah oleh karena perdarahan
6
Kontrasepsi Hormonal
tersebut di atas), yang akan menjadi korpus luteum (warnanya menjadi kuning) di
bawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones), suatu
hormon gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron.
Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi
dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).
Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan
bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan
progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium.
Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia.
Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang
nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis. Bilamana ada pembuahan dalam masa
ovulasi, maka korpus luteum tersebut di atas dipertahankan, bahkan berkembang
menjadi korpus luteum graviditatis.
Mekanisme hormon estrogen1
Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi
dan, perjalanan ovum, atau implantasi.
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipothalamus dan
selanjutnya menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil
kombinasi yang mengandung estrogen yang mengndung 50 mikrogram atau kurang.
Kalaupun daya guna preparat ini tinggi (95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah
pengaruh progesteron disamping estrogen.
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil
stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu
diantara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan
sesudah pemberian estrogen dosis tinggi pasca konsepsi menunjukkan efek anti-
progesteron, yang dapat menghambat implantasi. Perjalanan ovum dipercepat dengan
pemberian estrogen pasca konsepsi.
Mekanisme kerja progesteron1
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan
mempertahankan kehamilan. Disamping itu, progesteron mempunyai khasiat
kontrasepsi, sebagai berikut:
7
Kontrasepsi Hormonal
1. Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan
transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.
2. Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitasi diperlukan oleh sperma
untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan disekeliling ovum.
3. Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba
akan terhambat.
III. KLASIFIKASI
Berdasarkan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi hormonal,
yaitu:1,2,3,6,7
a) Kontrasepsi oral
b) Kontrasepsi suntikan
c) Kontrasepsi patch
d) Kontrasepsi IUD
e) Kontrasepsi implant
f) Kontrasepsi transvaginal
Ada beberapa jenis metode hormonal pengendalian kelahiran. Perbedaan di antara
mereka melibatkan jenis hormon, jumlah hormon, dan cara hormon memasuki tubuh
wanita. Hormon dapat estrogen dan / atau progesteron. Hormon ini dapat diambil
secara oral (diminum), ditanamkan ke dalam jaringan tubuh, disuntikkan di bawah
kulit, diserap dari patch pada kulit, atau ditempatkan di vagina.
a) KONTRASEPSI ORAL
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet,
mengandung hormon estrogen dan progestrone yang digunakan untuk mencegah
hamil.3 Pil kombinasi dewasa ini dipakai oleh lebih dari 65 juta wanita di seluruh
dunia. Pil diminum setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan 1 minggu tanpa pil
atau placebo, pada saat mana suatu perdarahan surut akan terjadi. Estrogennya ialah
etinil estradiol atau mestranol, dalam dosis 0,05; 0,08; atai 0,1 mg per tablet.
Progestinnya bervariasi: yang merupakan androgen, yang menggunakan
progesterone, atau mempunyai pengaruh estrogen intrinsik. Daya guna teoritis hampir
8
Kontrasepsi Hormonal
100% (tingkat kehamilan 0,1/100 tahun-wanita). Daya guna pemakaian ialah 95-98%
efektif (tingkat kehamilan 0,7/100 tahun-wanita).1
Jenis dan Macam Kontrasepsi Oral
Berdasarkan jenisnya kontrasepsi oral dibagi menjadi 3 macam,yaitu:6
1. Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif.
2. Bifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
3. Trifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
Kontrasepsi oral terdiri atas lima macam yaitu: 1,2,7
1). Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone sintetik yang
diminum 3 kali seminggu.
9
Kontrasepsi Hormonal
2). Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan urutan
hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan
hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama 14 – 16 hari pertama di ikuti
oleh kombinasi progestrone dan estrogen selama 5 – 7 hari terakhir.
3). Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progestrone dalam
dosis mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari termasuk pada
saat haid.
4). Once a month pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang ” Long acting ”
yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai
Biological Half Life panjang.
5). Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung estrogen dosis tinggi
yang hanya diberikan untuk keadan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan
kondom bocor.
1). PIL KOMBINASI
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini masih dianggap
paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil ini juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis, seperti menyebabkan perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menyebabkan kurang banyak dan kental, yang menyebabkan
sperma tidak dapat masuk ke kavum uteri.3
Mekanisme kerja pil hormonal
Pil hormonal merupakan metode KB paling efektif karena bekerja dengan
beberapa cara sekaligus sbb:5,6
Estrogen menekan Follikel Stimulating Hormon (FSH), sehingga menghalangi
maturasi folikel dan ovarium
Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan, mencegah
implantasi.
Perubahan pada lendir serviks yaitu meningkatkan kekentalan lendir serviks
sehingga menghalangi masuknya sperma.
Perubahan pada motilitas tubafallopi dan uterus, sehingga transpotasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.
10
Kontrasepsi Hormonal
Pilihan pil kombinasi
Dalam memilih jenis pil kombinasi pertama-tama harus diperhatikan ada tidaknya
indikasikontra.1
Kontraindikasi1,3,6
Kontraindikasi terhadap penggunaan pil dapat dibagi dalam kontraindikasi mutlak
dan relatif.
Kontraindikasi mutlak
Termasuk disini :
1) Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
2) Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik yang akut ataupun menahun
3) Pernah mengalami tromboflebitis, trombo-emboli, kelainan serebro-vaskuler
4) Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat reproduksi
5) Kehamilan
Kontraindikasi relatif
Yang termasuk kontraindikasi relatif antara lain :
1) Hipertensi
2) Diabetes Melitus
3) Perdarahan abnormal per vaginam yang tidak jelas sebabnya
4) Laktasi
5) Mioma uteri
6) Depresi
7) Migrain
8) Oligomenorea dan amenorea
Cara makan pil1,5,6,7
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid. Dapat
juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu, agar mudah
diingat. Pada pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari,
sedang pasca keguguran 1-2 minggu sesudah keguguran.
11
Kontrasepsi Hormonal
Sejumlah 21-22 tablet dimakan terus menerus, kemudian istirahat selama 1
minggu. Pada pil kombinasi yang terdiri dari 28 tablet (21 tablet kombinasi dan 7
tablet plasebo), pil diminum terus menerus. Tablet yang diminum pertama kali
sewaktu haid ialah tablet plasebo. Pada 2 minggu pertama pemakaian pil bungkus
pertama sebaiknya jangan bersenggama, atau memakai cara kontrasepsi lain. Karena
ovulasi pada siklus haid itu mungkin belum dapat dicegah.
Setiap pagi dilakukan kontrol apakah pil kemarin sudah diminum. Jika lupa 1 pil,
minumlah segera ketika ingat. Pil berikutnya diminum seperti biasa. Jika lupa 2 pil
berturut-turut, minumlah 2 pil segera ketika ingat, dan 2 pil lagi pada waktu yang
biasa hari berikutnya. Pada keadaan ini mungkin akan terjadi spotting. Selama sisa
daur haid harus dipakai cara kontrasepsi yang lain. Jika lupa 3 pil atau lebih,
kemungkinan hamil menjadi besar. Pemakaian pil dihentikan selama satu minggu,
kemudian mulai bungkus baru.
Perdarahan surut terjadi pada hari ke 3-4 sesudah pil kombinasi habis. Jika tidak
terjadi perdarahan, pil pertama bungkus berikutnya dapat dimulai, seminggu setelah
pil kombinasi habis. Jika perdarahn tidak terjadi lagi bulan berikutnya, pemeriksaan
terhadap kemungkinan hamil harus dilakukan, dan pemakaian pil harus dihentikan
dahulu.
Sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sitologi vagina (Paps smear)
dan pemeriksaan payudara setahun sekali.
Efek samping
Efek sampingan dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni efek sampingan yang
ringan, dan efek sampingan yang berat.
Efek sampingan yang masih dianggap ringan dari penggunaan pil kombinasi
antara lain berupa penambahan berat badan, perdarahan di luar daur haid, enek-enek,
depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea pasca-pil, retensi cairan dan
keluhan-keluhan gastrointestinal. Umumnya efek sampingan ini timbul pada beberapa
bulan pertama pemakaian pil. Adapun beberapa efek sampingn sehubungan dengan
kadar estrogen dan progesteron masing-masing.1,2
Efek karena kelebihan estrogen1
12
Kontrasepsi Hormonal
Efek yang sering terjadi adalah terasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
mamma, fluor albus. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diarea dan rasa perut
kembung.
Efek karena kelebihan progestagen1
Progestagen dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan yang tidak
teratur, bertambah nafsu makan disertai penambahan berat badan, akne, alopesia,
kadang-kadang mamma mengecil, fluor albus, hipomenorea.
Efek sampingan yang berat dalam penggunaan pil adalah trombo-emboli,
termasuk tromboflebitis, emboli paru-paru, dan trombosis otak. Hal ini mungkin
terjadi karena peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan, atau mungkin juga
karena pengaruh vaskuler secara langsung. Kemungkinan untuk terjadi trombo-
emboli pada wanita yang minum pil, lebih besar apabila ada faktor-faktor yang
memberikan pradisposisi, seperti merokok, hipertensi, diabetes melitus, obesitas. 1,3
Kelebihan dan kekurangan pil kombinasi
Kelebihan pil kombinasi antara lain: 2,5,6
1. Efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir 100%, daya guna
pemakaian 95-98%
2. Frekuensi koitus tidak perlu diatur
3. Siklus haid jadi teratur
4. Keluhan-keluhan dismenorea yang primer jadi berkurang atau hilang sama sekali
Kekurangan penggunaan pil kombinasi antara lain: 2,5,6
1. Pil harus diminum tiap hari, sehingga kadang merepotkan
2. Motivasi harus kuat
3. Adanya efek samping walaupun sifatnya sementara, misalnya mual, sakit kepala,
buah dada nyeri,
4. Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang persisten
5. Untuk golongan penduduk tertentu harganya masih mahal
2). PIL SEKUENSIAL1
13
Kontrasepsi Hormonal
Pil sekuensial belakangan ini agaknya kurang populer. Selama 14-15 hari pertama
hanya diberikan estrogen, selanjutnya kombinasi estrogen dan progesteron sampai
siklus haid selesai.
Khasiat utama pil sekuensial ialah menghambat ovulasi. Dosis estrogen pada pil
sekuensial lebih tinggi daripada dosis estrogen pada pil kombinasi. Cara
pemakaiannya sama dengan pil kombinasi. Berhubung tidak ada progresteron pada
pil-pil pertama, maka lupa minum pil itu dapat menimbulkan kehamilan.
Efek samping dan kontraindikasi kurang lebih sama dengan pil kombinasi.
Beberapa kepustakaan menganjurkan pil sekuensial pada keadaan hipoestrogenik,
haid tidak teratur, haid sering terlambat, dan jerawat.
3). PIL MINI1
Pil mini mengandung progestin saja, tanpa estrogen. Dosis progestinnya pun kecil
(0,5 mg atau kurang). Pil mini harus diminum setiap hari, juga pada waktu haid. Para
penyelidik belum mengetahui benar mengenai mekanisme kerjanya, tetapi mungkin
sekali pencegahan kehamilan terjadi oleh gabungan beberapa efek, termasuk motilitas
tuba, pengaruh terhadap korpus luteum, endometrium, lendir serviks dan pencegahan
ovulasi.
Adapun efek sampingan utama pil mini beberapa perdarahan tidak teratur, dan
spotting. Daya guna pil mini kurang lebih sama dengan daya guna AKDR; jadi lebih
kecil daripada pil kombinasi. Di samping itu, tanpa estrogen, progestin lebih sering
menimbulkan perdarahan yang tidak teratur. Seperti halnya dengan pil sekuensial,
lupa minum 1-2 pil dalam suatu siklus sudah cukup untuk menimbulkan kehamilan.
Karena tanpa estrogen, maka pil mini dianjurkan bagi para wanita yang masih
menyusui, dan lain-lain yang mempunyai masalah yang bersangkutan dengan
estrogen. Pemakaian pil mini pada saat ini masih terbatas, belum populer benar.
4). MORNING AFTER PILL(8)
14
Kontrasepsi Hormonal
Berisi Lynoral atau Stillbestrol. Dosis: sangat tinggi yaitu Stillbestrol 25-50 mg atau
Lynoral 1 mg.Stilbestrol yang diberikan setelah senggama untuk mencegahkehamilan
yang tidak diinginkan, dikenal dengan istilah ”morning-after pill.” Kuchara (1971)
melaporkan tidak terjadinya kehamilan pada 1.000 orangwanita yang tidak mendapatkan
perlindungan kontrasepsi secara memadai padasaat senggama namun dalam waktu 3 hari
mulai menggunakan stilbestrol, 25 mgdua kali sehari, selama 5 hari berikutnya.8
Alat kontrasepsi darurat yang dikenal dengan Morning After Pill kian popular
terutama di masyarakat barat yang dikenal permisif dalam masalah seks. Morning After
Pill termasuk jenis alat kontrasepsi darurat yang idealnya hanya dipakai padakondisi
pelaku hubungan seks tidak menginginkan terjadinya pembuahan padahal,saat melakukan
hubungan seks mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi apapunbaik itu pil, spiral,
susuk atau bahkan kontrasepsi instan seperti kondom.
Mekanisme kerja senyawa ini belum dipahami sepenuhnya tetapi sangatbesar
kemungkinannya terdapat gangguan implantasi dengan cara tertentu. Nuseadan vomiting
merupakan efek samping yang umum terjadi. Efek teratogenik yangmungkin terdapat
pada pemakaian obat tersebut harus dipikirkan bila kehamilantetap terjadi. Pencegahan
kehamilan juga pernah dilaporkan dengan pemakaianetinil estradiol atau preparat ekuina
estrogen konjugasi (Premarin) kalau diminumdengan dosis tinggi selama waktu beberapa
hari.
Yupze menggunakan preparat estrogen plus progestin dimanakombinasi tersebut
digunakan dalam 2 kali pemberian dengan interval waktu 12 jamyang dimulai dalam
waktu 72 jam setelah senggama. Pada suatu uji coba yang melibatkan 692 orang wanita,
angka kehamilan yang terlihat pada para wanitatersebut adalah 1,6 persen.8
b) KONTRASEPSI SUNTIK1,2,6,7
Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang populer.
Kontrasepsi suntikan yang digunakan ialah long-acting progestin, yaitu:
a) Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.
b) Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate
testosteron.
c) Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.
15
Kontrasepsi Hormonal
Depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) adalah bentuk long-acting sintetis dari
hormon progesteron. DMPA mirip dengan minipil yang tidak mengandung estrogen.
Seperti kontrasepsi berbasis progesteron lainnya, DMPA bertindak dengan mencegah
pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi) dan dengan mempromosikan lendir serviks
tebal yang menghambat kemajuan sperma. Efektivitas dalam mencegah kehamilan
mendekati 100%.
DMPA harus disuntikkan oleh seorang profesional perawatan kesehatan setiap tiga
bulan (12 minggu). Hal ini diberikan sebagai otot (intramuscular) injeksi yang mendalam.
Sebuah formulasi dosis lebih rendah dari obat yang disuntikkan di bawah kulit (subkutan)
juga tersedia. Injeksi harus diberikan dalam waktu lima hari pertama periode menstruasi
wanita. Dia kemudian dilindungi dari kehamilan dalam waktu 24 jam setelah menerima
suntikan.
Seorang wanita mungkin berhenti mengalami haid sama sekali setelah menggunakan
DMPA selama satu tahun. Setelah dua tahun penggunaan, 70% wanita tidak akan
memiliki perdarahan menstruasi. Periode menstruasi berhenti karena DMPA
menyebabkan ovarium untuk pergi ke sebuah "istirahat" negara. Ketika ovarium tidak
melepaskan telur setiap bulan, pertumbuhan teratur pada lapisan rahim tidak terjadi dan
tidak ada lapisan rahim adalah gudang selama siklus menstruasi berikutnya.
Periode menstruasi seorang wanita harus dimulai lagi dalam waktu enam sampai 18
bulan setelah ia berhenti mengambil suntikan. Seorang wanita juga bisa hamil, biasanya
dalam waktu 12 sampai 18 bulan, setelah ia berhenti menggunakan DMPA. Jika seorang
16
Kontrasepsi Hormonal
ibu baru tidak menyusui bayinya, dia bisa melanjutkan suntikan tepat setelah melahirkan.
Ibu yang sedang menyusui dapat dengan aman memulai suntikan enam minggu setelah
melahirkan. Suntikan tidak mengurangi aliran ASI-nya, dan tidak ada efek berbahaya
pada bayi telah dicatat.
Efek samping yang paling umum dari suntikan DMPA adalah siklus yang tidak
teratur menstruasi, berhentinya periode menstruasi, dan berat badan. Efek samping lain
mungkin termasuk kegugupan, pusing, perut tidak nyaman, sakit kepala, kelelahan, atau
nyeri payudara. Adalah penting bahwa seorang wanita menyadari bahwa sekali ia telah
disuntik dengan DMPA, efek samping ia mungkin mengalami tidak bisa dinetralkan atau
dihilangkan. Dia harus mentolerir efek samping obat sampai habis, biasanya tiga bulan
kemudian.
DMPA juga telah terbukti memiliki efek negatif pada kepadatan mineral tulang,
terutama dengan penggunaan jangka panjang, namun penelitian telah menunjukkan
bahwa kepadatan tulang nya sebelumnya biasanya dipulihkan ketika obat dihentikan.
Perempuan mungkin dapat menggunakan DMPA ketika menghindari estrogen adalah
bijaksana untuk alasan medis (lihat kontrasepsi oral). Sebuah penyedia layanan kesehatan
yang berkualitas harus dapat membantu membuat perbedaan yang tepat. DMPA tidak
boleh digunakan oleh wanita yang memiliki riwayat kanker payudara, penyumbatan
darah, penyakit hati, perdarahan vagina yang tidak dapat dijelaskan, atau stroke. Seorang
wanita di DMPA harus menghubungi profesional kesehatan jika dia mengalami aliran
menstruasi berat, sakit perut parah, sakit kepala, atau depresi.
Suntikan DMPA lebih dari 99% efektif jika suntikan yang diterima sesuai dengan
jadwal yang benar. Seorang wanita menggunakan kontrasepsi suntik memiliki
keuntungan yang mampu menjadi hamil di lain waktu, jika diinginkan, hanya dengan
menghentikan penggunaan. DMPA tidak meningkatkan risiko seorang wanita terkena
kanker, termasuk kanker payudara, dan sangat mengurangi resiko mereka terkena kanker
rahim. Kontrasepsi suntik tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual.
Mekanisme kerja2,5
1) Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan
Releasing Factor dari hipotalamus.
17
Kontrasepsi Hormonal
2) Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui
serviks uteri.
3) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk
implantasi dari hasil konsepsi.
4) Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.
Waktu pemberian dan dosis
Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah
keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid.1,5,7 Depo provera sangat
cocok untuk program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi. Depo
provera disuntikan dngan dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan.2,5
Saat Pemberian Yang Tepat3
a. Pasca persalinan
1. Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 hari post partum dan
sebelum berkumpul dengan suami.
2. Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
b. Pasca Abortus
1. Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
2. Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
c. Interval.
1. Hari kelima menstruasi.
2. Jadwal waktu suntikan diperhitungkan..
Cara Penggunaan1,2
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular, di daerah m.
Gluteus maksimus atau deltoideus, tiap 12 minggu dengan kelonggaran batas waktu
suntik, biasa diberikan kurang satu minggu.
Efek Samping dan Penanggulangannya1,2
a. Efek samping
18
Kontrasepsi Hormonal
1) Gangguan Haid:
o Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan
kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.
o Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama
menggunakan kontrasepsi suntikan.
o Metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
2) Keputihan
Keputihan yang keluar dari vagina disebabkan oleh progesteron merubah flora
dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh didalam vagina dan
menimbulkan keputihan.
3) Perubahan berat badan
Berat badan biasa bertambah untuk setiap tahun bervariasi antara 2,3-2,9 kg,
sedangkan berat badan biasa berkurang antara 1,6-1,9 kg (menurut hasil
penelitian Depo Provera)
4) Pusing dan sakit kepala
Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau
keseluruhan dari bagian kepala . Ini biasanya bersifat sementara.
5) Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah
kulit.
b. Penanggulangannya
1) Gangguan haid
a. Konseling.
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada pemakaian
kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat
pengaruh hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala perdarahan tidak
berlangsung lama.
b. Pengobatan.
Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian Pil KB hari
I sampai ke II masing masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1
selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat
19
Kontrasepsi Hormonal
estrogen misalnya : Lymoral 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti.
Setelah perdarahan berhenti, dapat dilaksanakan “tapering off” ( 1 x 1
tablet).
2) Keputihan.
a. Konseling.
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kontrasepsi suntikan jarang terjadi
keputihan. Bila hal ini terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan segera di
berikan pengobatan.
b. Pengobatan.
Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Pada kasus dimana cairan
berlebihan dapat diberikan preparat Anti Cholinergis seperti extrabelladona
10 mg dosis 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan.
Perubahan warna dan bau biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.
3) Perubahan Berat Badan
a. Konseling.
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan berat badan adalah salah satu
efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga
disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat
pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor
makan lebih banyak dari biasanya. Disamping itu dapat pula terjadi
penurunan berat badan.
b. Pengobatan.
Pengobatan diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk melaksanakan
diet rendah kalori serta olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus, dianjurkan
untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkan untuk ganti cara
kontrasepsi non hormonal.
4) Pusing dan Sakit Kepala
a. Konseling.
Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek samping tersebut mungkin ada
tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara.
20
Kontrasepsi Hormonal
b. Pengobatan.
Pemberian anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan acetosal 500mg, 3
x 1 tablet/hari
5) Hematoma
a. Konseling.
Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan efek samping
b. Pengobatan.
Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari. Setelah itu
diubah menjadi kompres hangat sehingga warna biru/kuning menjadi hilang.
Keuntungan metode ini adalah:2,3,5
1) Efektivitas tinggi
2) Sederhana pemakaiannya.
3) Cukup menyenangkan bagi akseptor (suntk hanya 4x setahun)
4) Reversibel
5) Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak, tidak mengganggu pengeluaran laktasi
dan tumbuh kembang bayi.
6) Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu
untuk 6 bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12
minggu.
7) DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.
Kekurangan metode ini adalah: 2,3,5
1) Sering menyebabkan pendarahan yang tidak teratur ( breaktrough bleeding).
2) Dapat menimbulkan amenorea.
3) Berat badan yang bertambah.
4) Sakit kepala.
5) Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan.
6) Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.
7) Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.
8) Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
21
Kontrasepsi Hormonal
9) Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan.
10) Memerlukan biaya yang cukup tinggi.
Komplikasi dan Penanggulangannya2
a. Komplikasi.
Abses
Rasa sakit dan panas didaerah suntikan. Bila terdapat abses teraba adanya
benjolan yang nyeri di daerah suntikan. Biasanya diakibatkan karena
pemakaian jarum suntik yang berulang dan tidak suci hama.
b. Penanggulangan.
Pemberian antibiotic dosis tinggi ( Ampicilin 500 mg, 3 x 1 tablet / hari ).
Bila abses : Berikan kompres untuk mendinginkan infeksi / mematangkan abses
misalnya kompres permanganas atau rivanol. Bila ada fluktuasi pada abses,
dapat dilakukan insisi abses, setelah itu diberikan tampon dan drain jangan lupa
berikan antibiotic sperti penatalaksanaan pada infeksi.
c) KONTRASEPSI PATCH(6,7)
Sebuah perekat patch telah dikembangkan yang menyediakan kontrasepsi hormonal
melalui kulit, yang dikenal sebagai sistem pengiriman transdermal. Patch dapat
dikenakan di lengan, perut, atau bokong. Seorang wanita memakai patch selama
seminggu dan kemudian menggantikannya dengan patch baru.
Patch ini, disebut Ortho-Evra (etinil estradiol / norelgestromin patch-topikal), yang
mirip dengan pil bahwa mereka mengandung estrogen dan progesteron. Ortho-Evra mirip
dengan pil dalam hal menekan ovulasi dan memiliki keuntungan dari peningkatan
kepatuhan dan kenyamanan karena administrasi mingguan. Seorang wanita hanya perlu
ingat untuk mengganti patch seminggu sekali bukannya diperlukan untuk mengingat
minum pil setiap hari. Namun, beberapa studi telah menunjukkan bahwa patch
kontrasepsi mungkin terkait dengan risiko yang lebih besar dari efek samping negatif,
seperti masalah pembekuan darah, daripada pil kontrasepsi oral.
Hal yang penting untuk dipastikan bahwa patch membuat kontak yang baik dengan
kulit. Patch bisa menjadi masalah bagi para wanita yang banyak berkeringat dan / atau
22
Kontrasepsi Hormonal
sering mandi karena kelembaban dapat mengganggu kontak patch dengan kulit. Beberapa
wanita juga mungkin mengalami iritasi kulit di lokasi patch.
Seperti semua metode hormonal lainnya untuk mengendalikan kelahiran, patch tidak
akan melindungi wanita terhadap infeksi menular seksual.
*Cara pemakaian :
Setiap patch dipakai terus selama satu minggu.
Total pemakaian tiga minggu, minggu keempat tidak perlu memakai atau
memakai patch tanpa isi untuk memungkinkan terjadinya withdrawal penarikan.
Penggunaan kontrasepsi ini pada lengan atas, abdomen bagian bawah, bokong,
atau tubuh bagian atas tapi tidak pada payudara.
Meskipun patch sangat ideal dipakai tidak lebih dari 7 hari, kadar hormon tetap
berada dalam rentang yang efektif sampai 9 hari, dan ini memberikan masa selang
kosong selama 2 hari, ada juga yang mengatakan untuk 10 hari, untuk keterlambatan
perubahan patch.
*Keuntungan :
- Peningkatan kepatuhan pasien
- Bisa mengenakan patch pada saat di bak mandi, kolam renang, dan sauna
tanpa menurunkan kemanjurannya
- Efek samping minimal, seperti nausea dan muntah.
*Kerugian :
- Sama dengan kontrasepsi oral kombinasi
- Tidak efektif pada wanita dengan berat badan lebih dari 70 kg.
- Kontrasepsi Skin Patch tidak beredar di Indonesia.
Setiap patch mengandung 1 minggu suplai hormone yang melepaskan hormone
steroid dosis rendah yang setara dengan dosis terendah kontrasepsi oral kombinasi.
Kontrasepsi ini melepaskan etinil estradiol (hormone estrogen) 20mcg dan
norelgertromin (hormone progestin) 150mcg setiap hari secara langsung melalui kulit ke
dalam aliran darah. Karena hormon digabungkan dengan perekat, kerekatan kulit yang
berkurang akan menurunkan penyerapan dan kemanjuran hormon. Oleh karena itu, jika
daya lekat patch sudah jelek yaitu seperti diperlukannya penguatan dengan menggunakan
selotip, maka patch harus diganti.
23
Kontrasepsi Hormonal
d) KONTRASEPSI IUD(6,7)
IUD yang mengandung dua bahan kimia aktif saat ini telah disetujui untuk digunakan
di Amerika Serikat seperti perangkat progestin-releasing. LNG-IUD ( Levonorgestrel-
relating intrauterine devices / Mirena) melepaskan levonorgestrel ke dalam rahim dengan
jumlah yang relatif konstan 20 µg / hari, yang dapat mengurangi efek sistemik. Alat ini
memiliki kerangka radiopaque berbentuk T, dengan batang dibungkus reservoir silinder,
terdiri dari campuran polydimethylsiloxane-levonorgestrel. Ada dua trailing
string cokelat menempel batang.
Mekanisme kerja IUD belum dapat didefinisikan dengan tepat dan masih menjadi
subyek perdebatan sampai saat ini. Pernah dipercaya bahwa aksi IUD ialah
menginterferensi terhadap keberhasilan implantasi ovum yang telah dibuahi, namun
sekarang dianggap menjadi kurang penting dibandingkan pencegahan pembuahan.
Dalam rahim, IUD menginduksi adanya respon peradangan setempat endometrium,
terutama oleh perangkat yang mengandung tembaga. Komponen peradangan selular dan
komponen humoral ini terjadi pada jaringan endometrium dan cairan yang mengisi
rongga rahim dan saluran tuba. Ini menyebabkan menurunnya sperma dan viabilitas telur
Pembuahan sulit untuk terjadi, disebabkan inflamasi yang sama diarahkan terhadap
blastokista, dan endometrium yang berubah menjadi lokasi yang buruk untuk terjadinya
implantasi. Pada IUD tembaga, tembaga meningkatkan lendir pengguna IUD dan
menurunkan motilitas dan viabilitas sperma
Dengan IUD yang mengandung levonergestrel, di samping terjadinya reaksi
peradangan, pelepasan progestin yang lama pada pengguna menyebabkan atrofi kelenjar
dan stroma desidualisasi. Selain itu, progestin membuat lendir serviks menjadi lebih
kental yang dapat menghalangi motilitas sperma. IUD tipe ini juga mungkin tidak
konsisten melepaskan progestin untuk menghambat ovulasi.
e) KONTRASEPSI IMPLANT
NORPLANT
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi terdiri atas enam kapsul, yang mengandung
36 mg levonorgestral yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone
24
Kontrasepsi Hormonal
(Polydimethylsiloxane) dan disusukan dibawah kulit. Setelah disusukkan keenam
kapsul akan mengeluarkan 80 mcg levonorgestrel per hari selama 6-18 bulan pertama.
Levonogestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-
pill atau pil kombinasi ataupun pada AKDR yang bioaktif.1,3
Sebuah implan kontrasepsi yang dikenal sebagai Implanon tersedia di Implanon
AS menyediakan kontrasepsi oleh slow release dari progestin etonogestrel selama
periode tiga tahun. Implanon adalah batang tipis yang dimasukkan di lengan atas
bawah anestesi lokal. Perlindungan dari kehamilan terjadi dalam waktu 24 jam dari
penyisipan batang, dan tingkat kegagalan sebanding dengan sterilisasi bedah
(ligations tuba). Salah satu keuntungan dari batang Implanon adalah kesuburan yang
cepat kembali setelah pengangkatan batang.
Sebuah implan dua batang yang mengandung progestin levonorgestrel (Jadelle)
telah disetujui oleh FDA untuk 5 tahun penggunaan, meskipun belum dipasarkan di
Amerika Serikat. Demikian pula, Sino-Implan II implan kontrasepsi mirip dengan
Jadelle, tetapi dirancang untuk tetap di tempat selama 4 tahun.
Studi awal produk menunjukkan bahwa secara umum ditoleransi dengan baik dan
efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa
perdarahan yang tidak teratur adalah efek samping dari produk. Seperti semua metode
hormonal lain dari kontrol kelahiran, Implanon tidak akan melindungi wanita
terhadap infeksi menular seksual.
Mekanisme kerja1,3,5
25
Kontrasepsi Hormonal
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
2. Minimbulkan perubahan-perubahan pada dinding endometrium sehingga tidak
cocok untuk implantasi zygote.
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
Pemasangan norplant1,5,7
Pasien berbaring di tempat tidur. Tangan kiri atau tangan kanan (jika kidal)
diletakkan disamping badan dengan bagian volar di atas. Lengan atas mulai dari lipat
siku sampai pergelangan bahu dicuci dengan larutan antiseptic. Pada tempat yang
avaskular, kira-kira 6-10 cm dari lipat siku, disuntikkan anestesi lokal subkutan ke
daerah di mana susuk akan dipasang (berbentuk kipas). Pada tempat bekas tusukan
jarum suntik, dilakukan insisi 3-4 mm. Trokar dimasukkan subkutan sampai garis
batas ke daerah daerah yang telah dianestesi secara sistematis mulai dari medial ke
lateral atau sebaliknya. Kapsul norplant dimasukkan melalui trokar, lalu didorong
dengan alat pendorong sampai terasa tertahan. Kemudian trokar ditarik keluar sampai
garis batas. Untuk mengetahui bahwa kapsul sudah keluar semua dari trokar,
masukkan alat pendorong ke dalam trokar sampai tidak ada tahanan lagi.
Selanjutnya trokar dimasukkan lagi ke sebelah Norplant yang pertama. Demikian
seterusnya sampai keenam kapsul terpasang. Selanjutnya luka insissi ditutup dengan
band-aid, dan ditutup lagi dengan aerosol adhesive. Kemudian dilapisi dengan kasa
steril dan dibalut.
Setelah Norplant selesai dipasang, pasien dipesan datang untuk follow-up, 2
minggu, 13 bulan, 25 bulan, 37 bulan, 49 bulan, dan 61 bulan kemudian atau bila ada
keluhan. Pasien diminta untuk tidak membuka balutan dan menjaga agar tidak basah
selama 3 hari pertama.
Pencabutan1,5,7
Pencabutan dapat dilakukan setiap saat bila diinginkan. Sebelum pencabutan,
sebaiknya dilakukan perabaan terhadap norplant yang akan dicabut. Bila diperlukan,
berikan tanda/gambar dakapsul norplant yang akan dicabut.
26
Kontrasepsi Hormonal
Setelah tindakan a dan antisepsis, dilakukan anestesi local di bawah ujung-ujung
kapsul Norplant 1-2 ml. Buat insisi 3-4 mm. Insisi tidak perlu di tempat yang sama
dengan insisi pemasangan. Secara tumpul dengan artery forceps, kapsul Norplant
dibebaskan dari jaringan sekitarnya.
Selanjutnya kapsul Norplant dicabut dengan cara (a) blind, yaitu arteri forceps
dengan tuntunan tangan kiri menjepit ujung kapsul, lalu kapsul ditarik keluar satu
demi satu; atau (b) a vue, yaitu ujung kapsul setelah dibebaskan dari jaringan
sekitarnya, dipresentasikan ke lubang insisi; selanjutnya setelah dibersihkan dari
jaringan ikat, kapsul siangkat satu persatu.
Efek samping1,2,7
Efek samping norplant antara lain adalah gangguan pola haid, seperti terjadinya
spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah (metrorrhagia),
amenorea; mual-mual, anoreksi, pening, sakit kepala, kadang-kadang terjadi
perubahan pada libido dan berat badan, timbulnya akne.
Indikasi2,7
1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi dalam jangka waktu yang lama
tapi tida bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR.
2. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB karena mengandung
estrogen.
Kontraindikasi 2,3
1. Kehamilan atau disangka hamil,
2. Penderita penyakit hati,
3. Kangker payudara,
4. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis)
5. Varikosis,
6. Riwayat kehamilan ektopik,
7. Diabetes mellitus,
8. Kelainan kardiovaskuler.
27
Kontrasepsi Hormonal
f) KONTRASEPSI TRANSVAGINAL
Sebuah perangkat berbentuk cincin yang berisi hormon estradiol dan etonogestrel
(progestin) dapat ditempatkan dalam vagina. Ini tetap di tempat selama tiga minggu terus
menerus, maka akan dihapus selama satu minggu untuk memungkinkan periode
menstruasi. Hal ini terus menerus melepaskan rendahnya tingkat hormon ke dalam aliran
darah untuk seluruh tiga minggu.
Saat ini satu merek tersedia di AS, NuvaRing (etonogestrel / etinil estradiol-cincin
vagina). Sekitar 99% efektif dalam mencegah kehamilan, memiliki efektivitas yang tinggi
sama seperti metode hormonal kontrasepsi lainnya.
Pengguna diminta untuk memasukkan cincin tinggi-tinggi ke vagina; pemasangan ini
tidak memerlukan tenaga kesehatan. Tingkat kehamilan keseluruhan lebih dari 1 tahun
penggunaan ialah 0,65 kehamilan per 100 wanita per tahun.
Cincin ini mempunyai kelebihan dapat dengan mudah dimasukkan, diperiksa,
dilepaskan, dan diganti oleh pengguna. Keuntungan lain dari cincin ini adalah sebagai
berikut:
- Penggunaannya dapat dilepaskan saat koitus. Meskipun cincin tersebut dirancang
untuk harus disimpan intravaginal bahkan selama berhubungan., namun cincin
tersebut dapat mempertahankan kemanjurannya bahkan jika cincin tersebut
dilepaskan sampai waktu 3 jam.
- Ini memberikan jumlah pelepasan obat yang konstan, sehingga tingkat plasma lebih
stabil dari dosis minimum yang diperlukan untuk kontrasepsi
- Efek samping metabolik dikurangi dengan menghindari first-pass effect di hati
- Pada kasus kehamilan yang disengaja atau jika proteksi tidak lagi diperlukan, kadar
dalam plasma dengan cepat jatuh ke nol.
Insiden efek samping yang berhubungan dengan hormon mirip dengan yang terlihat
dengan metode kontrasepsi hormonal lainnya seperti pil dan patch. Keputihan kadang-
kadang dapat terjadi sebagai efek samping dari persiapan cincin. NuvaRing tidak
melindungi terhadap infeksi menular seksual.
28
Kontrasepsi Hormonal
BAB III
KESIMPULAN
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat
estrogen dan progesterone. Estrogen sebagai kontrasepsi bekerja dengan jalan
menghambat ovulasi melalui fungsi hypothalamus-hipofisis-ovarium, menghambat
perjalanan ovum atau implantasi. Sedangkan progesterone bekerja dengan cara
membuat lender serviks lebih kental, hingga penetrasi dan transportasi sperma
menjadi sulit, menghambat kapasitasi sperma, perjalanan ovum dalam tuba,
implantasi, dan menghambat ovulasi melalui fungsi hypothalamus-hipofisis-ovarium.
Kontraindikasi kontrasepsi hormonal dibagi menjadi 2, yakni mutlak dan relatif.
Kontraindikasi mutlak antara lain: kehamilan, tumor-tumor yang dipengaruhi
estrogen, riwayat kelainan serebrovaskular, dan diabetes mellitus. Sedangkan
kontraindikasi relatif antara lain: depresi, migraine, mioma uteri, hipertensi,
oligomenore, dan amenore.
Efek samping pemberian kontrasepsi hormonal sesuai dengan kadar hormon yang
dikandungnya. Kelebihan hormone estrogen dapat menimbulkan nausea, edema,
keputihan, kloasma, disposisi lemak berlebihan, teleangiektasia, nyeri kepala,
hipertensi, dan superlaktasi. Rendahnya dosis estrogen dapat menyebabkan spotting
dan breakthrough bleeding antara masa haid. Sedangkan kelebihan progesterone
dapat menimbulkan perdarahan yang tidak teratur, nafsu makan meningkat, cepat
lelah, depresi, alopesia, hipomenorea, dan keputihan. Kekurangan hormone
progesterone menyebabkan haid yang lebih banyak dan lama.
Berdasarkan cara pemakaiannya dikenal enam macam kontrasepsi hormonal,
yaitu: Kontrasepsi oral, kontrasepsi suntikan, kontrasepsi transdermal, kontrasepsi
IUD, kontrasepsi transvaginal dan kontrasepsi implant.
29
Kontrasepsi Hormonal
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi T. Kontrasepsi Hormonal. Kontrasepsi.
Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Edisi Kedua,
Cetakan ketujuh. Jakarta; 2009. p 543-936.
2. Jallo H. A. Kontrasepsi Hormonal. Available at : http://harnawatiaj.com/kontrasepsi.
Accessed on July 16th, 2013.
3. Omnia M. Samra. Contraception. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/258507-overview#aw2aab6b6. Accessed on
July 16th, 2013.
4. Sarifuddin A. B, Affandi B, Bharuddin M, Soekir S. Kontrasepsi Kombinasi. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta; 2006. p 28-38.
5. Kost K, Singh S, Vaughan B, Trussell J, Bankole A. Estimates of contraceptive
failure from the 2002 National Survey of Family Growth. Contraception.
2008;77(1):10-21.
6. Stoppler MC. Hormonal Methods of Birth Control. Available at:
http://www.medicinenet.com/hormonal_methods_of_birth_control/article.htm.
Accessed on July 16th, 2013.
7. Contraception, Chapter 32. William Obstetrics. 22th ed. Cunningham : McGraw-
HillCompanies. 2007.
30