KK 8

15
ANALISIS FILM FIKTIF KEPERAWATAN JIWA Oleh Kelompok 5 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS JEMBER 2015

description

ghgfcgf

Transcript of KK 8

ANALISIS FILM FIKTIF KEPERAWATAN JIWA

OlehKelompok 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015

ANALISIS FILM FIKTIF KEPERAWATAN JIWA

diajukan unutk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VIII dengan dosen: Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep,Sp.Kep.j

Oleh:Jamilatus SholihahNIM 122310101007Ajeng Dwi RetnaniNIM 112310101020Desi RahmawatiNIM 122310101027Made Enstini Sadhiharti P NIM 122310101027Dwi Nida DzusturiaNIM 122310101045M Tutus PrasetyoNIM 122310101071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015

ii

KATA PENGANTARPuji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul analisis film fiktif keperawatan jiwa dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIII. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:1. Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep,Sp.Kep.j. selaku dosen pembimbing mata kuliah kuliah Keperawatan Klinik VIII;1. teman-teman sekelompok yang telah membantu;1. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.

Jember, Februari 2014Penulis

iii

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN SAMPUL.iHALAMAN JUDUL iiKATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI ivBAB 1. PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang.11.2 Tujuan.2BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.32.1 Resensi film 32.2 Predisposisi.32.3 Presipitasi2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan BAB 3. PENUTUP 43.1 Kesimpulan 43.2 Saran 4DAFTAR PUSTAKA 5

BAB 1. PENDAHULUANA. Latar BelakangKesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan distabilitas.Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. B. TujuanTujuan dari analisis film ini adalah:a. Mengetahui pengertian dari delusi/wahamb. Mengetahui jenis-jenis wahamc. Mengetahui proses terjadinya wahamd. Mengetahui askep pada pasien dengan waham/delusi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Resensi FilmTayangan dimulai dari stasiun kereta dikota Manhattan, seorang gelandangan yang sedang meminta-minta uang pada siapa saja yang berlalu lalang di stasiun tersebut melihat cahaya yang tiba-tiba masuk kedalam stasiun dan muncul seorang laki-laki ditengahnya. Disaat yang bersamaan seorang nenek dijambret dan terjatuh, melihat sang nenek terjatuh laki-laki tadipun hendak menolongnya, tapi sial, saat polisi datang mereka mengira bahwa laki-laki itulah yang melakukan penjambretan. Tapi gelangangan yang melihat itu memberi tahu bahwa bukan dialah pelakunya. Karena itu, saat ditanya identitasnya laki-laki tadi pun mengatakan bahwa dia adalah makhluk asing yang berasal dari planet yang bernama K-PAX. Merasa bahwa laki-laki yang diketahui bernama Prot itu mengalami gangguan kejiwaan, polisi pun akhirnya membawa Prot ke Institute Psychiatric Of Manhattan( IPoM ) karena setelah dilakukan pemeriksaan fisiologis, Prot sama sekali tidak mengalami cidera otak, bahkan terapi untuk mengetahui bahwa seseorang itu mengalami delusi pun tidak memberikan respon. Disini juga Prot bertemu dengan dokter Mark Powell, awalnya Mark Prot sama seperti pasien-pasiennya yang lain, tapi begitu berapa kali melakukan terapi Prot tidak sama dengan pasiennya yang lain. Prot selalu menggambarkan dunianya dengan sangat jelas, atau dengan kata lain ini membuat Mark percaya bahwa Prot memang bukan berasal dari bumi. Apalagi ditambah dengan teori astronomi tentang lokasi K-PAX yang berasal dari Prot pun berhasil ketika dibuktikan kepada doktor-doktor ahli astronomi. Berawal dari situlah dokter Mark mencoba mencari tahu siapa sebenarnya Prot. Dengan metode Hipnosis dokter mark mencoba mencari tahu bagimana keadaan lingkungan Prot dimana ia tinggal dulu. Setelah beberapa waktu akhirnya Identitas Prot yang sebenarnya dapat diketahui. Namun dokter Mark tidak bisa mencegah kepulangan Prot ke Planet K-Pax. Prot akhirnya menderita Lumpuh total karena memaksakan membuka kaca matanya saat sedang melihat sinar matahariDan Prot pun akan kembali ke planet asalnya K-PAX pada tanggal 27 Juli karena perjalanannya di Bumi telah usai, hal ini menyebabkan Mark lebih giat untuk mengetahui apa yang terjadi terhadap Prot.2.2. Faktor Predisposisi:Faktor risiko predisposisi biologi termasuk latar belakang genetik, status gizi, sensitivitas biologi, kesehatan umum, dan paparan racun. Dalam film tersebut faktor predisposisi biologi tidak dapat diidentifikasi apakah Tn. P membawa sifat genetik yang dapat menyebabkan Tn. P mengalami waham. Dalam film tersebut digambarkan bahwa status gizi dan kesehatan umum Tn. P baik dan tidak ada kelainan ataupun kerusakan neurobiologis. Faktor risiko predisposisi psikologis meliputi kecerdasan, kemampuan verbal, moral, kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri dan motivasi, pertahanan psikologi, dan locus of control. Dari film tersebut digambarkan bahwa Tn. P memiliki kepribadian yang ekstrovert dan sangat menyayangi keluarganya. Kehidupan masa lalu Tn. P bersama keluarganya sebelum mengalami peristiwa traumatik sengat menyenangkan. Faktor risiko predisposisi sosial budaya meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, posisi sosial, latar belakang budaya, pendidikan dan agama,afiliasi politik, pengalaman sosialisasi, dan tingkat integrasi sosial atau keterkaitan. Dalam film tersebut latar belakang budaya tidak dapat dikaji secara mendalam. Tn . P memiliki pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Tn. P memiliki kemampuan sosialisasi yang baik2.3. Faktor PresipitasiMenurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran yaitu :a. BiologisStressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan. b. Stress lingkunganSecara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. c. Pemicu gejalaPemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkunag yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya.2.4. Diagnosa medisa. Diagnosa medisPsikotik Kronik (Waham Kebesaran)b. Diagnosa keperawatan1. Kerusakan komunikasi verbal2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganc. Penatalaksanaan1. Bina hubungan saling percaya (salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).2. Tidak membantah dan mendukung waham klien: katakan bahwa kita menerima keyakinan klien saya menerima keyakinan anda disertai ekspresi menerima, katakan tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.3. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki di masa lampau dan saat ini secara realistis. Kaji kegiatan/aktivitas apa yang biasa dilakukan klien. ketika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan hingga kebutuhan waham tidak ada.4. Bantu klien mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi Observasi kebutuhan klien sehari-hari. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi. Kaji kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga timbulnya waham.5. Ajak klien berhubungan dengan realitas Ajak bicara klien dalam konteks realitas (diri sendiri, orang lain, tempat dan waktu). Lakukan psikoterapi pada klien (terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.6. Klien dapat dukungan dari keluarga Kaji riwayat keluarga klien7. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam kebutuhan Psikofarmakologi klien.

BAB.3 PENUTUP2. KesimpulanWaham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, danmekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien denganwaham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalandan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawanagresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akanketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirianyang kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataanyangmenyakitkan.Proyeksi digunakan untukmelindungi diri darimengenal impuls yang tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan telahmenyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan suporioritas.Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasiayang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri merekayang terluka. (kalpan dan Sadock 1997).Tindakan keperawatan jiwa yang diberikan antara lain BHSP, tidakmendukung atapun menyangkal Waham pasien, mempertahankan pasienuntuk tetap pada realita, mengajarkan cara minum obat dan mempertahankanpengobatan, serta dapat juga diberikan tindakankeperawatan untuk keluarga.2. SaranSebagai tenaga kesehatan jiwa, kita hendaknya memperhatikan setiapaspek yang mungkin dapat mempengaruhi Waham seseorang, sepertilingkungan, keluarga dan faktor-faktor lain yang mungkin mendukung waham yang dialami. Sehingga dengan mengidentifikasi aspek yang ada mungkin berpengaruh, diharapkan tindakan keperawatan yang diberikan sesuaidandapat menghasilakan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKAAziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.David A. Tomb ; alih bahasa, Martina Wiwie S. Nasrun [et al.] ; editor edisi bahasa Indonesia, Tiara Mahatmi N. 2003. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta:EGCDireja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha MedikaDoenges. E Marilynn, dkk. 2006. Rencana Usaha Keperawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGCKaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan PerilakuKeliat, B. A. (2009). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG.Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed). St. Louis Mosby Year Book.Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.Bandung : RSJP BandungYosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Jakarta: Refika Aditama