kivt

14
KULTUR IN VITRO ANGGREK Oleh: Nama : Retno Dwi Lestari Nim : B1J010072 Kelompok : 1 Rombongan : I Asisten : Putri Dhiyas Destiana LAPORAN PRAKTIKUM ORKHIDOLOGI

description

nkk

Transcript of kivt

KULTUR IN VITRO ANGGREK

Oleh:Nama: Retno Dwi LestariNim: B1J010072Kelompok: 1Rombongan: IAsisten: Putri Dhiyas Destiana

LAPORAN PRAKTIKUM ORKHIDOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2013A. PENDAHULUANA. Latar BelakangAnggrek secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam Phylum Spermatopytha, yaitu digolongkan ke dalam tumbuhan berbiji, Kelas Angiospermae atau berbiji tertutup, Subkelas Monokotiledonae atau bijinya berkeping satu, Ordo Gynandrae karena alat reproduksi jantan dan betina bersatu sebagai tugu bunga, Famili Orchidaceae atau keluarga anggrek (Puspitaningtyas et al., 2003). Orchidaceae merupakan famili tanaman terbesar, terdiri dari sekitar 900 genera dan hampir 35.000 spesies. Dendrobium, genus terbesar dalam famili Orchidaceae terdiri dari sekitar 1100 spesies (Cordel 1999). Anggrek dapat diperbanyak secara generatif dari biji atau secara vegetatif (konvensional dan kultur in vitro). Tanaman anggrek hibrida diperoleh dari biji hasil silangan dan perbanyakannya dilakukan secara vegetatif untuk mempertahankan hibrida yang telah diseleksi. Penggunaan teknik pembiakan vegetatif konvensional, potensinya terbatas karena hanya sejumlah kecil tanaman yang dapat dihasilkan dalam satu kurun waktu tertentu (George 1996). Beberapa jenis tanaman anggrek yang populer di masyarakat antara lain yaitu Oncidium, Cattleya, Phalaenopsis, Dendrobium, Vanda dan Aranthera. Anggrek dipasarkan dalam bentuk bunga potong maupun tanaman dalam pot. Anggrek dari genus Dendrobium menghasilkan anakan dari umbi semu yang disebut dengan keiki yang seringkali berakar tapi masih melekat pada tanaman, dan hanya membutuhkan pemisahan untuk ditanam untuk mendapatkan tanaman baru (George 1996).Kultur jaringan secara luas dapat didefinisikan sebagai usaha mengisolasi, menumbuhkan, memperbanyak, dan meregenerasikan protoplast, sel utuh atau bagian tanaman seperti meristem, tunas, daun muda, batang muda, ujung akar, kepala sari, dan bakal buah dalam suatu lingkungan aseptik yang terkendali. Pada awalnya metode ini merupakan penelitian laboratorium sebagai bagian dari penelitian fisiologi tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Gunawan 1992). Kultur jaringan menggunakan teori sel seperti yang dikemukakan oleh Schleiden & Schwann pada tahun 1839. Menurut kedua ahli itu, sel mempunyai kemampuan otonom (mampu tumbuh mandiri), bahkan mempunyai kemampuan totipotensi yaitu kemampuan sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang seperti sel zigot karena memiliki susunan genetik yang sama (Wattimena et al. 1992).

B. TujuanTujuan dalam prakttikum kultur in vitro anggrek adalah mahasiswa dapat membedakan biji anggrek yang diisi dengan biji anggrek yang kosong, menggunakan mikroskop, menumbuhkan biji-biji anggrek hasil penyilangan, menyiapkan media untuk menumbuhkan biji anggrek, menyeterilkan biji-biji anggrek yg akan ditanam, serta membuat bibit anggrek dalam botol kultur.

II. MATERI DAN METODEA. MateriAlat-alat yang digunakan dalam praktikum kultur in vitro anggrek adalah botol kultur , jarum ose steril, LAF, api bunsen, penjepit, steiroform, sprayer.Bahan yang digunakan dalam praktikum kultur in vitro anggrek adalah bibit anggrek, media agar, larutan clorox dan aquades.

B. MetodeCara sterilisasi biji dari buah anggrek yang belum pecah.a. Dipotong buah anggrek yang telah cukup umur untuk di tanam , bersihkan sisa-sisa korola yang telah kering.b. Dimasukkan ke dalam botol ke dalam yang telah di sterilkan lalu tambahkan larutan alkohol 70%, 0,1 akuades sambil di kocok-kocok kemudian diamkan setelah itu akan berubah warna menjadi kehijau-hijauan.

Cara sterilisasi biji dari buah anggrek yang telah pecah. a. Dikeluarkan buah anggrek yanag telah pecah dikeluarkan dari buah dan dimasukkan dalam botol yang steril.b. Disterilisasi pertama untuk biji yang telah pecah menggunakan larutan clorox 10% selama 5 menit sambil di kocok, diamkan hingga mengendap.c. sterilisasi ke dua menggunakan clorox 5% selama 5 menit juga sambil di kocok.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil

Gambar 1. Kultur In Vitro Anggrek

Gambar 2. Kultur In vitro setelah di amati pada hari ke duabelas.

B. Pembahasan Kultur biji secara in vitro merupakan metode yang berguna untuk perbanyakan spesies tanaman endemik atau terancam untuk tujuan konservasi dan dapat memberikan variasi genetik lebih tinggi. Perbanyakan generatif dari biji secara in vitro sebagai metode perbanyakan yang tanpa henti. Serta telah diketahui sebagai metode yang efektif untuk menghasilkan banyak sekali plantlet anggrek. Anggrek telah diketahui memproduksi biji yang berlimpah dalam kapsul buahnya. Banyaknya kuantitas biji anggrek akan berkecambah dalam kondisi in vitro apabila dikultur pada media tumbuh yang sesuai. Kultur biji anggrek secara in vitro pada media tumbuh yang sesuai akan menghasilkan tanaman anggrek dalam jumlah besar (Fhadilah dkk, 2009).Usaha pengembangan budidaya, salah satu syarat penting yang perlu diperhatikan adalah penggunaan media tumbuh. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : tidak cepat melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan murah, ramah lingkungan. (Fhadilah dkk, 2009).Praktikum kultur in vitro anggrek kali ini menggunakan media agar. Kelebihan dari media yang digunakan antara lain mudah didapatkan, murah, tanpa bahan kimia sehingga membuat harga produk lebih murah, tapi tidak mengurangi kualitas produk. Produk yang dihasilkan tidak kalah dengan bibit anggrek yang ditanam menggunakan media kimia. Keunggulan tanaman dengan media alami antara lain akar bibit anggrek menjadi lebih kuat, tegar (tidak mudah patah) dan besar tanaman lebih bertahan hidup karena tidak menggunakan bahan kimia, sehingga bibit tanaman tidak tergantung pada suplai nutrisi dari bahan kimia. Hasil yang didapat adalah pertumbuhan kultur in vitro pada anggrek yang menyerap nutrisi tidak kontaminan Karena bibit anggrek yang dimasukkan pada botol kultur secara aspetis. Media yang digunakan juga harus mengandung karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam metabolisme tanaman dan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karbohidrat digunakan sebagai penghasil energi dalam proses respirasi, pertumbuhan sel-sel baru, dan dalam konsentrasi yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan akar. Salah satu usaha memodifikasi media adalah dengan memodifikasi konsentrasi karbohidrat (Fhadilah dkk, 2009).Berbagai studi mengenai pengaruh sumber dan konsentrasi karbohidrat dalam media juga telah dilaporkan. Rujukan menyatakan bahwa 10 dan 20 g/l sukrosa, 20 g/l fruktosa, 10, 20 dan 30 g/l glukosa serta 20 g/l gula pasir memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan plantlet anggrek Dendrobium dibandingkan media tanpa karbohidrat sederhana, sedangkan penambahan karbohidrat dalam jumlah yang lebih banyak justru menyebabkan tanaman terhambat pertumbuhannya. Kemudian untuk amilum, menyatakan bahwa 1 dan 5 g/l amilum dapat mendukung perkembangan protocorm dari biji Cattleya hibrid dalam asosiasi dengan jamur mikorhiza. Namun, penggunaan amilum dalam media untuk perkecambahan biji anggrek secara asimbiotik belum pernah dilakukan (Fhadilah dkk, 2009)Subkultur dilakukan untuk mengganti media dengan yang baru dan untuk menjarangkan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Hendriyanti, 2010). Ada beberapa fase dalam pertumbuhan dan perkembangan biji anggrek menjadi plantlet yang diamati pada perkecambahan biji dan perkembangan plantlet dari tanaman anggrek. Pertama, biji yang berubah menjadi protocorm menandakan biji berkecambah. Fase pekembangan selanjutnya merupakan pembentukan primordia daun pada bagian atas protocorm. Primordia daun kemudian berkembang menjadi daun pertama. Akhirnya, anggrek melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan beberapa daun berkembang menjadi tanaman kecil yang disebut sebagai plantlet (Fhadilah dkk, 2009) .Penggunaan kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu memproduksi bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatifr singkat. Oleh karena itu kultur jaringan sering dijadikan solusi sebagai metode perbanyakana tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan temapat yang besar. (Hendriyanti et al.,2010).Keberhasilan dari kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan konsentrasi nutrisi yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi dari tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara. Oleh karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan kultur jaringan. (Santoso, 2005).

IV. KESIMPULANBerdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:1. Subkultur dilakukan untuk mengganti media dengan yang baru dan untuk menjarangkan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.2. Hasil dari praktikum setelah diamati adalah terdapat kontaminasi pada hari ke 8 bagian media dan akar pada biji karena pada saat inokulasi tidak benar saat proses berjalan.

DAFTAR REFERENSI

Cordel GA. 1999. Introduction to Alkaloids. A Biogenic Approach. New York: A Willey-Interscience Publication John Willey. Fhadhilah, N.A., N.T., dan Nurfadilah, S. 2009. Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Karbohidrat Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Biji Dendrobium Capra J.J Smith Secara In Vitro. Kebun Raya Purwodadi, LIPI.

George EF. 1996. Plant Propagation by Tisue Culture. Part 1. In Practice. 2nd Edition. London: Exegetics Ltd

Gunawan LW. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Hendriyanti, D., Esti, E.A., Herkingto, Lusia, W.B, W.D.N. 2010. Wirausaha tanaman anggrek secara kultur jaringan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Puspitaningtyas DM, Mursidawati S, Sutrisno, Jauhari A. 2003. Anggrek Alam Di Kawasan Konservasi Pulau Jawa. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Santoso, A. 2005. Panduan Budi Daya Perawatan Anggrek. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Wattimena GA, Gunawan LW, Nurhayati AM, Syamsudin E, Wendi NMA, Ernawati A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti-Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.