Kitin

16
Kitin Kitin sebagai prekursor kitosan pertama kali ditemukan pada tahun 1811 oleh Henri Braconnot (Perancis) sebagai hasil isolasi dari jamur. Sedangkan kitin dari kulit serangga ditemukan kemudian pada tahun 1820. Kitin merupakan polimer kedua terbesar di bumi setelah selulosa. Kitin adalah senyawa amino polisakarida berbentuk polimer gabungan. Kitosan ditemukan oleh C. Roughet pada tahun 1859 dengan cara memasak kitin dengan basa. Perkembangan penggunaan kitin dan kitosan meningkat pada tahun 1940-an, terlebih dengan makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri sekitar tahun 1970-an. Penggunaan kitosan untuk aplikasi khusus, seperti farmasi dan kesehatan dimulai Universitas Sumatera Utara

description

fgghhhj

Transcript of Kitin

Page 1: Kitin

Kitin

Kitin sebagai prekursor kitosan pertama kali ditemukan pada tahun 1811

oleh Henri Braconnot (Perancis) sebagai hasil isolasi dari jamur. Sedangkan kitin

dari kulit serangga ditemukan kemudian pada tahun 1820. Kitin merupakan

polimer kedua terbesar di bumi setelah selulosa. Kitin adalah senyawa amino

polisakarida berbentuk polimer gabungan. Kitosan ditemukan oleh C. Roughet

pada tahun 1859 dengan cara memasak kitin dengan basa. Perkembangan

penggunaan kitin dan kitosan meningkat pada tahun 1940-an, terlebih dengan

makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri sekitar tahun 1970-an.

Penggunaan kitosan untuk aplikasi khusus, seperti farmasi dan kesehatan dimulai

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Kitin

pada pertengahan 1980-1990. Umumnya kitin diisolasi melalui rangkaian proses

produksi. Pertama, demineralisasi atau proses penghilangan mineral menggunakan

asam. Kedua, deproteinasi atau proses penghilangan protein menggunakan basa.

Ketiga, dekolorisasi atau proses penghilangan warna menggunakan oksidator atau

pelarut organik (Rismana, 2006).

Kitosan

Kitosan adalah senyawa polimer alam turunan kitin yang diisolasi dari

limbah perikanan, seperti kulit. udang dan cangkang kepiting dengan kandungan

kitin antara 65-70 persen. Sumber bahan baku kitosan yang lain di antaranya

kalajengking, jamur, cumi, gurita, serangga, laba - laba dan ulat sutera dengan

kandungan kitin antara 5-45 persen. Kitosan merupakan bahan kimia multiguna

berbentuk serat dan merupakan kopolimer berbentuk lembaran tipis, berwarna

putih atau kuning, tidak berbau. Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin

melalui proses kimia menggunakan basa natriumbidroksida atau proses enzimatis

menggunakan enzim chitin deacetylase. Serat ini bersifat tidak dicerna dan tidak

diserap tubuh. Sifat menonjol kitosan adalah kemampuan mengabsorpsi lemak

hingga 4 - 5 kali beratnya (Rismana, 2006).

Kitosan adalah senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin, suatu

senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa. Kitin ini umumnya

diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok Arthopoda sp, Molusca

sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari kelompok

jamur. Selain dari kerangka hewan invertebrata, juga banyak ditemukan pada

bagian insang ikan, trakea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi. Sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Kitin

sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting,

dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut. Sumber ini diutamakan

karena bertujuan untuk memberdayakan limbah udang (Hawab, 2005).

Kitosan adalah produk terdeasetilasi dari kitin yang merupakan

biopolimer alami kedua terbanyak di alam setelah selulosa, yang banyak terdapat

pada serangga, krustasea, dan fungi. Diperkirakan lebih dari 109-1.010 ton kitosan

diproduksi di alam tiap tahun. Sebagai negara maritim, Indonesia sangat

berpotensi menghasilkan kitin dan produk turunannya. Limbah cangkang rajungan

di Cirebon saja berkisar 10 ton perhari yang berasal dari sekurangnya 20 industri

kecil. Kitosan tersebut masih menjadi limbah yang dibuang dan menimbulkan

masalah lingkungan. Data statistik menunjukkan negara yang memiliki industri

pengolahan kerang menghasilkan sekitar 56.200 ton limbah. Pasar dunia untuk

produk turunan kitin menunjukkan bahwa oligomer kitosan adalah produk yang

termahal, yaitu senilai $ 60.000/ton (Sanford and Hutchings, 1987).

Kitosan merupakan senyawa turunan kitin, senyawa penyusun rangka luar

hewan berkaki banyak seperti kepiting, ketam, udang dan serangga. Kitosan dan

kitin termasuk senyawa kelompok polisakarida. Senyawa – senyawa lain yang

termasuk kelompok polisakarida yang sudah tidak asing bagi kita adalah pati dan

sellulosa. Polisakarida-polisakarida ini berbeda dalam jenis monosakarida

penyusunnya dan cara monosakarida-monosakarida berikatan membentuk

polisakarida (Rismana, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Kitin

Sifat – sifat Kimia Kitin dan Kitosan

Sebagian besar polisakarida yang terdapat secara alami seperti sellulosa,

dekstran, pektin, asam alginat, agar, karangenan bersifat netral atau asam di alam,

sedangkan kitosan merupakan polisakarida yang bersifat basa (Kumar, 2000).

Kitin dicirikan oleh sifatnya yang sangat susah larut dalam air dan

beberapa pelarut organik, rendahnya reaktivitas kimia dan sangat hidrofobik.

Ketiga sifat tersebut menyebabkan penggunaan kitin relatif lebih sedikit

dibandingkan kitosan dan derivatnya. Aplikasi kitin yang utama adalah sebagai

senyawa pengkelat logam dalam instalasi pengolahan air bersih atau limbah,

kosmetik sebagai fungisida dan fungistatik penyembuh luka (Kumar, 2000).

Menurut Rismana (2006) sifat alami kitosan dapat dibagi menjadi dua sifat

besar yaitu, sifat kimia dan biologi. Sifat kimia kitosan sama dengan kitin tetapi

yang khas antara lain:

• Merupakan polimer poliamin berbentuk linear.

• Mempunyai gugus amino aktif.

• Mempunyai kemampuan mengikat beberapa

logam. Sifat biologi kitosan antara lain:

• Bersifat biokompatibel artinya sebagai polimer alami sifatnya tidak

mempunyai akibat samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna, mudah

diuraikan oleh mikroba (biodegradable).

• Dapat berikatan dengan sel mamalia dan mikroba secara agresif.

• Bersifat hemostatik, fungistatik, spermisidal, antitumor, antikolesterol.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Kitin

• Bersifat sebagai depresan pada sistem saraf pusat. Berdasarkan kedua sifat

tersebut maka kitosan mempunyai sifat fisik khas yaitu mudah dibentuk

menjadi spons, larutan, pasta, membran, dan serat. yang sangat

bermanfaat.

Dalam hal kelarutan kitin berbeda dengan selulosa karena kitin merupakan

senyawa yang stabil terhadap pereaksi kimia. Kitin bersifat hidrofobik, tidak larut

dalam air, alkohol dan hampir semua pelarut organik. Kitin dapat larut dalam

asam klorida, asam sulfat dan asam fosfat pekat (Roberts, 1992).

Kitosan dengan bentuk amino bebas tidak selalu larut dalam air pada pH

lebih dari 6,5 sehingga memerlukan asam untuk melarutkannya. Kitosan larut

dalam asam asetat dam asam formiat encer. Adanya dua gugus hidroksil pada

kitin sedangkan kitosan dengan 1 gugus amino dan 2 gugus hidroksil merupakan

target dalam modifikasi kimiawi (Hirano, dkk.,1987).

Standart mutu kitosan yang beredar di pasaran dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Standart Mutu Kitosan

Sifat-sifat Kitosan Mutu yang Dikehendaki

Ukuran partikel Butiran atau bubuk

Kadar protein (%) < 20

Kadar air (%) < 10

Kadar abu (%) < 2

Derajat deasetilasi > 70

Sumber: Unhas (2003)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Kitin

Sifat kation kitosan adalah linier polielektrolit, bermuatan positif,

flokulan yang sangat baik, pengkelat ion - ion logam. Sifat biologi kitosan adalah

non toksik, polimer alami, sedangkan sifat kimia seperti linier poliamin, gugus

amino dan gugus hidroksil yang reaktif. Aplikasi kitosan dalam berbagai

bidang tergantung sifat-sifat kationik, biologi dan kimianya

(Sandford and hutchings, 1987)

Pemanfaatan Kitosan

Kitosan dewasa ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik

sebagai makanan yang menjaga kesehatan maupun industri. Kitosan dipakai untuk

mengawetkan biji-bijian dari serangan hama, membersihkan dan menjernihkan

air, bahan baku kosmetik, bahan baku industri pangan, pemupukan lahan

pertanian, dan pengolahan lingkungan. Dewasa ini manfaat kitosan sebagai

makanan kesehatan (bukan obat) banyak diteliti, bahkan sudah diaplikasikan

(Hawab, 2004).

Fungsi kitosan pada penjernihan air limbah telah banyak digunakan di

Jepang dengan volume penggunaan mencapai 500 ton pada 1986. Dalam dunia

farmasi, kitosan telah banyak digunakan sebagai drug-delivery vehicle, dimana

kitosan mudah dicampur dengan obat sebagai pembentuk obat dan bahan aktif

obat akan dilepas ketika terjadi kontak dengan cairan dalam tubuh. Penelitian

dalam bidang kesehatan, juga menunjukkan bahwa kitosan mampu berfungsi

sebagai health-promoting agents (agen peningkat kesehatan) dengan memberikan

efek penurunan kolesterol (hyphocholesterolemic) dan lemak (hypolipidemic)

pada hewan percobaan maupun manusia (Djagal 2003).

Industri Pengolahan Pangan

Karena sifat kitin dan kitosan yang dapat mengikat air dan lemak, maka

Page 7: Kitin

keduanya dapat digunakan sebagai media pewarnaan makanan. Mikrokristalin

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Kitin

kitin jika ditambahkan pada adonan akan dapat meningkatkan pengembangan

volume roti tawar yang dihasilkan. Selain itu juga sebagai pengental dan

pembentuk emulsi lebih baik dari pada mikrokristalin sellulosa. Pada pemanasan

tinggi kitin akan menghasilkan pyrazine yang potensial sebagai zat penambah cita

rasa (Krissentiana, 2004).

Kesehatan

Sifat kitosan sebagai polimer alami mempunyai sifat menghambat absorpsi

lemak. Sifat ini sangat potensial untuk dijadikan obat penurun lemak, penurun

kolesterol, pelangsing tubuh atau pencegahan penyakit lainnya. Kitosan juga

bersifat tidak dapat dicerna dan tidak diabsorpsi tubuh, sehingga lemak dan

kolesterol makanan terikat menjadi bentuk non-absorpsi yang tak berkalori. Tidak

seperti serat alam lain, kitosan mempunyai sifat unik karena memberikan daya

pengikatan lemak yang sangat tinggi. Pada kondisi normal kitosan mampu

menyerap 4 - 5 kali lemak dibandingkan serat lain. Kapasitas yang tinggi ini juga

diakibatkan gugus kitosan yang relatif bersifat basa dengan adanya gugus amino.

Sebagai contoh jumlah lemak yang dieksresi oleh kitosan sekitar 51% sedangkan

oleh pektin dan selulosa hanya mencapai (5% – 7%) (Krissentiana, 2004).

Kitosan tidak bisa dicerna sehingga tidak mempunyai nilai kalori. Sifat ini

sangat penting untuk produk-produk pelangsing tubuh. Tetapi, tak seperti serat

lain, kitosan mempunyai daya pengikatan lemak yang sangat tinggi

(superabsorban) sehingga mampu menghambat absorpsi lemak oleh tubuh.

Kitosan adalah serat yang tidak diabsorpsi sehingga bila lemak terikat dengannya

akan menjadi senyawa yang tak diabsorpsi. Hasil penelitian pada hewan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Kitin

percobaan menunjukkan, hewan yang diberi makanan mengandung kitosan

mampu mengekskresi lemak di kotorannya hingga 5 - 10 kali serat lain. Kitosan

mampu menurunkan kolesterol LDL (Low density lipoprotein) sekaligus

meningkatkan komposisi perbandingan kolesterol HDL (High density lipoprotein)

terhadap LDL (Rismana, 2006).

Kitin dan turunannya (karboksimetil kitin, hidroksietil kitin dan etil kitin)

dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan benang operasi. Benang operasi

ini mempunyai keunggulan dapat diurai dan diserap dalam jaringan tubuh, tidak

beracun, dapat disterilisasi dan dapat disimpan lama. Kitin dan kitosan dapat

digunakan sebagai bahan mempercepat penyembuhan luka bakar, lebih baik dari

yang terbuat dari tulang rawan. Selain itu juga sebagai bahan pembuatan garam-

garam glukosamin yang mempunyai banyak manfaat di bidang kedokteran,

misalnya untuk menyembuhkan influenza, radang usus dan sakit tulang.

Glukosamin terasetilasi merupakan bahan antitumor, sedangkan glukosamin

sendiri bersifat toksik terhadap sel-sel tumor sehingga dapat menurunkan kadar

kolesterol darah dan kolesterol liver. Kitin tidak dapat dicerna dalam pencernaan,

sehingga berfungsi sebagai dietary fiber yang berguna melancarkan pembuangan

sisa-sisa pencernaan (Kristina, 2004).

Kitin dicirikan oleh sifatnya yang sangat susah larut dalam air dan

beberapa pelarut organik, rendahnya reaktivitas kimia dan sangat hidrofobik.

Ketiga sifat tersebut menyebabkan penggunaan kitin relatif lebih sedikit

dibandingkan kitosan dan derivatnya. Aplikasi kitin yang utama adalah sebagai

senyawa pengkelat logam dalam instalasi pengolahan air bersih atau limbah,

kosmetik sebagai fungisida dan fungistatik penyembuh luka (Rismana 2006).

Page 10: Kitin