Kisi-Kisi MPKT A

17
Teman-teman, ini ada kabar dr kelas lain, katanya kurang-lebih ini bahan uts.. Tp ga tau lagi, kalo mau aman tetep aja pelajari buku ajar 1 semua :) 1. perbedaan karakter dan kepribadian 2. tanggapan dan analisis thdp wacana 3. nilai dan norma pd wacana yg diberikan pelajari perbedaan karakter dan kepribadian logika formal dll normal dan etika etika dan moralitas Jadi soalnya kan ada soal A dan B. Soal A itu nanti bakal dikasih kasus yg dimana kita bakal disuruh kaitkan sama materi moral, yg dimana etika itu ada dua : 1.utility 2.normatif Nah, nanti untuk soal A itu jawabnya struktural ya, jd kita jelasin dulu etika itu apa dan blablablanya, nah nanti baru kaitkan kasusnya ke salah satu etika dr yg dua itu, untuk di soal A itu satu aja ya kaitkannya, biar gabuangbuang tenaga, karena di soal B nanti bakal disuruh ngejelasin etika lagi, jadi di soal B cuma tinggal ngejelasin the other one yg belum dijelasin aja. Jadi ganulis dua kali kitanya, soalnya kan nanti kalo di soal A udh dijelasin duaduanya, di soal B jd nulis ulang doang. Biar keliatan pemahaman kita ttg materi itu juga. Sebagai contoh, etika kan ada normatif dan utility. Misalnya kasus bapak dan anak yg terombang ambing di perahu, dmn hrs ada salah satu yg mengorbankan diri. Dilihat dr etika normatif, tentu si anak yg hrs mengorbankan diri. Tapi dilihat dr etika utility, justru si bapak yg hrs mengorbankan diri dgn pertimbangan bahwa si anak masa hidupnya lebih panjang dan bisa menghasilkan keturunan. Ini contoh aja ya. Kenyataannya kita hrs menguasai benar konsep etika dan moral, dan ngga sebatas etika utility dan normatif aja. Yg jelas, untuk soal A (analisis kasus), misalnya kalo ada pertanyaan: Jelaskan analisis Anda sehubungan kasus di atas melalui

description

Ms. Word

Transcript of Kisi-Kisi MPKT A

Teman-teman, ini ada kabar dr kelas lain, katanya kurang-lebih ini bahan uts.. Tp ga tau lagi, kalo mau aman tetep aja pelajari buku ajar 1 semua :)1. perbedaan karakter dan kepribadian 2. tanggapan dan analisis thdp wacana 3. nilai dan norma pd wacana yg diberikan

pelajari perbedaan karakter dan kepribadian logika formal dll normal dan etika etika dan moralitas

Jadi soalnya kan ada soal A dan B. Soal A itu nanti bakal dikasih kasus yg dimana kita bakal disuruh kaitkan sama materi moral, yg dimana etika itu ada dua :1.utility2.normatif

Nah, nanti untuk soal A itu jawabnya struktural ya, jd kita jelasin dulu etika itu apa dan blablablanya, nah nanti baru kaitkan kasusnya ke salah satu etika dr yg dua itu, untuk di soal A itu satu aja ya kaitkannya, biar gabuangbuang tenaga, karena di soal B nanti bakal disuruh ngejelasin etika lagi, jadi di soal B cuma tinggal ngejelasin the other one yg belum dijelasin aja. Jadi ganulis dua kali kitanya, soalnya kan nanti kalo di soal A udh dijelasin duaduanya, di soal B jd nulis ulang doang. Biar keliatan pemahaman kita ttg materi itu juga.

Sebagai contoh, etika kan ada normatif dan utility. Misalnya kasus bapak dan anak yg terombang ambing di perahu, dmn hrs ada salah satu yg mengorbankan diri.Dilihat dr etika normatif, tentu si anak yg hrs mengorbankan diri. Tapi dilihat dr etika utility, justru si bapak yg hrs mengorbankan diri dgn pertimbangan bahwa si anak masa hidupnya lebih panjang dan bisa menghasilkan keturunan.

Ini contoh aja ya. Kenyataannya kita hrs menguasai benar konsep etika dan moral, dan ngga sebatas etika utility dan normatif aja.

Yg jelas, untuk soal A (analisis kasus), misalnya kalo ada pertanyaan: Jelaskan analisis Anda sehubungan kasus di atas melalui kacamata etika dan moral.Nah, kita sebaiknya menjelaskan dulu etika itu apa, bgmn cabang2nya, dsb. Baru kemudian mulai mengaitkannya dgn analisis kasus tsb.Jadi kalimat pertamanya jangan langsung "Menurut saya, pencurian pisang oleh nenek2 melanggar etika blablabla...".Tapi rancanglah jawaban kita agar terlihat runut dan sistematik.

Makasih ya guys

Bab 1: kepribadian & karakter, kekuatan & keutamaan karakter, kriteria karakter yg kuat, karakter dan spiritualitas

Bab 2: definisi filsafat, cara berpikir filsafat, sistematika pembagian filsafat, kajian filsafat dgn ilmu dan sains

Bab3: definisi, jenis, penalaran deduktif induktif, sesat pikir

Bab 4: perbedaan etika dan moralitas, klasifikasi etika, kegunaan etika.

GRACE

1. Sesat Pikir dan ContohnyaSESAT PIKIR (Fallacies): kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Deduktif: Sesat Pikir Formal1. Empat Term (Four Terms): ada empat term yang diikutsertakan dalam silogisme padahal silogisme yang sahih hanya mempunyai tiga term. 2. Term tengah yang tidak terdistribusikan (undistributed middle terms): silogisme kategoris term tengahnya tidak memadai menghubungkan term mayor & term minor3. Proses Ilisit (Illicit process): perubahan tidak sahih dari term mayor atau term minor 4. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif: dalam premis digunakan proposisi afirmatif (pernyataan yang menyatakan sesuatu secara positif) tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi negatif (pernyataan yang menegasi sesuatu). 5. Premis negatif & kesimpulan afirmatif: dalam premis digunakan proposisi negatif tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi afirmatif, misalnya6. Dua premis negatif: dalam silogisme kedua premis yang digunakan adalah proposisi negatif7. Mengafirmasi konsekuensi: pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden & konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan8. Menolak anteseden: pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden & konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan9. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer (atau): hubungan atau di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu terhadap hal yang lain10. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (&): dua hal yang dihubungkan dengan kata & diperlakukan seolah-olah nilai kebenaran (benar atau tidak benar) dari gabungan keduanya sama dengan nilai kebenaran dari setiap hal yang digabungkan, atau nilai tidak benar dari gabungan dari dua hal itu seolah-olah disebabkan oleh salah satunya Sesat Pikir Nonformal1. Perbincangan dengan ancaman: kebenaran dari kesimpulan didasarkan kepada ancaman2. Salah guna (Abusive): penyalahgunaan pertimbangan-pertimbangan yang secara logis tidak relevan3. Argumentasi berdasarkan kepentingan (circumstantial): penarikan kesimpulan secara logis melainkan untuk kepentingan pihak yang termaksud4. Argumentasi berdasarkan ketidaktahuan: menilai sesuatutindakan atau pernyataanbenar berdasarkan ketidaktahuan, bukan berdasarkan isi & bentuk argumentasinya5. Argumentasi berdasarkan belas kasihan:menilai benar atau salahnya sesuatu berdasarkan belas kasihan, bukan berdasarkan isi & bentuk argumennya. 6. Argumentasi yang disangkutkan dengan orang banyak: menjadikan apa yang dipercaya oleh kebanyakan orang sebagai dasar penentuan benar atau salahnya argumentasi. 7. Argumentasi dengan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan: membenarkan kesimpulan berdasarkan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan8. Accident atau argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial: menjadikan satu sifat yang berbeda atau yang sama sebagai dasar untuk menyimpulkan bahwa dari dua hal semuanya sama atau semuanya berbeda9. Perumusan yang tergesa-gesa (converse accident): pembuatan kesimpulan yang didasari oleh alasan tak memadai atau tanpa alasan sama sekali10. Sebab yang salah: pembuatan kesimpulan berdasarkan satu dugaan yang tak terbukti & tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukkan bahwa kesimpulan itu salah11. Penalaran sirkular: menjadikan kesimpulan sebagai alasan12. Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban tak sesuai dengan pertanyaan13. Kesimpulan tak relevan: argumentasi yang kesimpulannya tidak sejalan dengan alasannya14. Makna ganda (equivocation): argumen yang menggunakan term yang bermakna ganda sehingga kesimpulannya tidak jelas & dapat diubah-ubah berdasarkan pemaknaan terhadap term itu15. Makna ganda ketata-bahasaan (amphiboly): argumentasi yang dikemukakan menggunakan term-term yang bermakna ganda jika dilihat dari tata bahasa16. Sesat pikir karena perbedaan logat atau dialek bahasa17. Kesalahan komposisi: argumentasi yang memperlakukan kebenaran pada bagian sebagai kebenaran keseluruhan18. Kesalahan divisi: argumen yang serta-merta menyimpulkan bahwa karakteristik dari keseluruhan pasti ada pada bagian-bagiannya19. Generalisasi tak memadai: argumentasi yang kesimpulannya didasarkan pada data atau fakta yang tak memadai

2. PenalaranPENALARAN: penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan. Penyimpulan Langsung: penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika, dilakukan melalui indera, contoh: hari se&g hujan, matahari bersinar, saat ini pagi hari. Penyimpulan Tak Langsung: Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide Jenis Penalaran Deduksi: membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang umum itu. Induksi: proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil, atau prinsip umum dari kasus-kasus khusus (individual).

3. Keterkaitan Karakter dan Filsafat, Sebutkan & Bagaimana, PengertianKarakter: kumpulan sifat mental & etis yang menandai seseorang , kepribadian yang dievaluasi & yang ditampilkan keluar & disesuaikan dengan nilai & norma tertentu. Karakter diperoleh melalui pengasuhan & pendidikan meskipun potensialitasnya ada pada setiap orang. Allport (1937)Filsafat: usaha manusia untuk memahami segala perwuju& kenyataan secara kritis, radikal & sistematis. Kritis: terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru, dialektis, tidak membakukan & membekukan pikiran-pikiran yang sudah ada, serta selalu hati-hati & waspada terhadap berbagai kemungkinan kebekuan pikiran. Radikal: mendalam, sampai ke akar-akarnya. Sistematis: dilakukan menurut suatu aturan tertentu, runut & bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti suatu aturan tertentu pula.

4. Teori Immanuel KantEtika Kewajiban (Immanual Kant): individu harus dapat memikirkan & bertindak atas kehendaknya sendiri Konsep kewajiban prinsip deontologis: suatu tindakan memiliki nilai moral yang baik bila tindakan itu terlepas dari kepentingan individu, & hanya bertujuan terhadap prinsip kewajiban tersebut. Rasio praktis: kecerdasan yang datang dari individu sebagai agen moral, yakni ketika pemahaman tentang kebaikan & mampu menyesuaikan pilihan-pilihannya dengan apa yang dipertimbangkan baik secara universal. Immanuel Kant fungsi berpikir manusia yang tetuang dalam putusan-putusan dapat dikategorikan dalam 4 kelompok besar: kuantitas (quantity), kualitas (quality), relasi (relation) & modalitas (modality).

5. Pengertian Kekuatan dan Keutamaan KarakterKEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTERPeterson dan Seligman mengembangkan klasifikasi keutamaan beserta pendekatan metodik untuk mengidentifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan tertentu pada diri seseorang. Mereka mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Kondisi situasional dan pembinaan dapat mempengaruhi kekuatan karakter itu.

6. Pengertian EtikaETIKA Secara etimologis, istilah etika berasal dari kata Yunani "thikos" yang bearti "adat", "kebiasaan", atau "watak" (Pritchard, 2012, 1). Dalam perkembangannya, etika mengacu kepada seperangkat aturan-aturan, prinsip-prinsip atau cara berpikir yang menuntun tindakan dari suatu kelompok tertentu. Etika disebut juga filsafat atas moral. Etika punya fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu baik atau tidak.

WILDAN

1. Penalaran Induktif & DeduktifPENALARAN: penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan. Penyimpulan Langsung: penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika, dilakukan melalui indera, contoh: hari se&g hujan, matahari bersinar, saat ini pagi hari. Penyimpulan Tak Langsung: Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide Jenis Penalaran Deduksi: membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang umum itu. Induksi: proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil, atau prinsip umum dari kasus-kasus khusus (individual).

2. Pengertian Filsafat dan KlasifikasinyaDasar-dasar FilsafatFilsafat: usaha manusia untuk memahami segala perwuju& kenyataan secara kritis, radikal & sistematis. Kritis: terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru, dialektis, tidak membakukan & membekukan pikiran-pikiran yang sudah ada, serta selalu hati-hati & waspada terhadap berbagai kemungkinan kebekuan pikiran. Radikal: mendalam, sampai ke akar-akarnya. Sistematis: dilakukan menurut suatu aturan tertentu, runut & bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti suatu aturan tertentu pula. Pembagian filsafat berdasarkan sistematika permasalahannya:1) Ontologi : mengkaji tentang ada (being) atau tentang apa yang nyata; Ontologi: mengkaji ada yang keberadaannya tidak disangsikan lagi Metafisik: mengkaji ada yang masih disangsikan kehadirannya2) Epistemologi : mengkaji hakikat & ruang lingkup pengetahuan; Epistemologi dalam arti sempit: mengkaji hakikat pengetahuan yang ditelusuri melalui 4 pokok (sumber pengetahuan, struktur pengetahuan, keabsahan pengetahuan, & batas-batas pengetahuan) Filsafat ilmu: mengkaji ciri-ciri & cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan Metodologi: mengkaji cara-cara & metode-metode ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, sahih (valid), & teruji Logika: mempelajari teknik-teknik & kaidah-kaidah penalaran yang tepat3) Axiologi : mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Etika: mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan & apakah itu perilaku baik Estetika: mengkaji pengalaman & penghayatan manusia dalam menanggapi apakah sesuatu itu indah atau tidak

3. Hubungan Etika Normatif & TerapanKlasifikasi Etika Etika Normatif : penyelidikannya terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis. Etika Terapan: penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati & lain-lain.

4. Sesat Pikir dan Hubungan Kaakter & SpiritualitasSESAT PIKIR (Fallacies): kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Deduktif: Sesat Pikir Formal1. Empat Term (Four Terms): ada empat term yang diikutsertakan dalam silogisme padahal silogisme yang sahih hanya mempunyai tiga term. 2. Term tengah yang tidak terdistribusikan (undistributed middle terms): silogisme kategoris term tengahnya tidak memadai menghubungkan term mayor & term minor3. Proses Ilisit (Illicit process): perubahan tidak sahih dari term mayor atau term minor 4. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif: dalam premis digunakan proposisi afirmatif (pernyataan yang menyatakan sesuatu secara positif) tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi negatif (pernyataan yang menegasi sesuatu). 5. Premis negatif & kesimpulan afirmatif: dalam premis digunakan proposisi negatif tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi afirmatif, misalnya6. Dua premis negatif: dalam silogisme kedua premis yang digunakan adalah proposisi negatif7. Mengafirmasi konsekuensi: pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden & konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan8. Menolak anteseden: pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden & konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan9. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer (atau): hubungan atau di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu terhadap hal yang lain10. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (&): dua hal yang dihubungkan dengan kata & diperlakukan seolah-olah nilai kebenaran (benar atau tidak benar) dari gabungan keduanya sama dengan nilai kebenaran dari setiap hal yang digabungkan, atau nilai tidak benar dari gabungan dari dua hal itu seolah-olah disebabkan oleh salah satunya Sesat Pikir Nonformal1. Perbincangan dengan ancaman: kebenaran dari kesimpulan didasarkan kepada ancaman2. Salah guna (Abusive): penyalahgunaan pertimbangan-pertimbangan yang secara logis tidak relevan3. Argumentasi berdasarkan kepentingan (circumstantial): penarikan kesimpulan secara logis melainkan untuk kepentingan pihak yang termaksud4. Argumentasi berdasarkan ketidaktahuan: menilai sesuatutindakan atau pernyataanbenar berdasarkan ketidaktahuan, bukan berdasarkan isi & bentuk argumentasinya5. Argumentasi berdasarkan belas kasihan:menilai benar atau salahnya sesuatu berdasarkan belas kasihan, bukan berdasarkan isi & bentuk argumennya. 6. Argumentasi yang disangkutkan dengan orang banyak: menjadikan apa yang dipercaya oleh kebanyakan orang sebagai dasar penentuan benar atau salahnya argumentasi. 7. Argumentasi dengan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan: membenarkan kesimpulan berdasarkan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan8. Accident atau argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial: menjadikan satu sifat yang berbeda atau yang sama sebagai dasar untuk menyimpulkan bahwa dari dua hal semuanya sama atau semuanya berbeda9. Perumusan yang tergesa-gesa (converse accident): pembuatan kesimpulan yang didasari oleh alasan tak memadai atau tanpa alasan sama sekali10. Sebab yang salah: pembuatan kesimpulan berdasarkan satu dugaan yang tak terbukti & tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukkan bahwa kesimpulan itu salah11. Penalaran sirkular: menjadikan kesimpulan sebagai alasan12. Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban tak sesuai dengan pertanyaan13. Kesimpulan tak relevan: argumentasi yang kesimpulannya tidak sejalan dengan alasannya14. Makna ganda (equivocation): argumen yang menggunakan term yang bermakna ganda sehingga kesimpulannya tidak jelas & dapat diubah-ubah berdasarkan pemaknaan terhadap term itu15. Makna ganda ketata-bahasaan (amphiboly): argumentasi yang dikemukakan menggunakan term-term yang bermakna ganda jika dilihat dari tata bahasa16. Sesat pikir karena perbedaan logat atau dialek bahasa17. Kesalahan komposisi: argumentasi yang memperlakukan kebenaran pada bagian sebagai kebenaran keseluruhan18. Kesalahan divisi: argumen yang serta-merta menyimpulkan bahwa karakteristik dari keseluruhan pasti ada pada bagian-bagiannya19. Generalisasi tak memadai: argumentasi yang kesimpulannya didasarkan pada data atau fakta yang tak memadaiKarakter: kumpulan sifat mental & etis yang menandai seseorang , kepribadian yang dievaluasi & yang ditampilkan keluar & disesuaikan dengan nilai & norma tertentu. Karakter diperoleh melalui pengasuhan & pendidikan meskipun potensialitasnya ada pada setiap orang. Allport (1937) Karakter yang kuat: karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Peterson & Seligman (2004) Spiritualitas: yakin akan tujuan yang lebih tinggi, makna hidup & makna alam semesta

5. Perbedaan Karakter dan Kepribadian, Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Poin Unggul KarakterKepribadian Allport (1937; 1961):1. Kepribadian merupakan perpaduan & sifat-sifat (traits) mayor & minor yang masing-masing dapat berdiri sendiri & dikenali.2. Sifat kepribadian (personality trait) merupakan mekanisme paduan antara faktor-faktor biologis, psikologis & sosial yang mengarahkan individu kepada kegiatan-kegiatan spesifik dalam suatu keadaan yang spesifik.3. Memahami orang lain hanya dapat dilakukan jika keseluruhan sejarah hidup orang tersebut telah diteliti, kehidupannya diamati & orang itu sendiri ikut berkontribusi dalam proses self-evaluation. Untuk memahami kepribadian seseorang perlu diketahui sejarah hidup, latar belakang budaya, ambisi, cita-cita, karakter, motif & sifatnya serta keterkaitan semua itu dalam pembentukan kepribadiannya.Karakter: kumpulan sifat mental & etis yang menandai seseorang , kepribadian yang dievaluasi & yang ditampilkan keluar & disesuaikan dengan nilai & norma tertentu. Karakter diperoleh melalui pengasuhan & pendidikan meskipun potensialitasnya ada pada setiap orang. Allport (1937)KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTERPeterson dan Seligman mengembangkan klasifikasi keutamaan beserta pendekatan metodik untuk mengidentifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan tertentu pada diri seseorang. Mereka mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Kondisi situasional dan pembinaan dapat mempengaruhi kekuatan karakter itu. Karakter yang kuat: karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Peterson & Seligman (2004)

6. Etika & MoralETIKA Secara etimologis, istilah etika berasal dari kata Yunani "thikos" yang bearti "adat", "kebiasaan", atau "watak" (Pritchard, 2012, 1). Dalam perkembangannya, etika mengacu kepada seperangkat aturan-aturan, prinsip-prinsip atau cara berpikir yang menuntun tindakan dari suatu kelompok tertentu. Etika disebut juga filsafat atas moral. Etika punya fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu baik atau tidak. Perbedaan Etika dan MoralitasEtika merupakan cabang ilmu filsafat yang menyelidiki suatu sistem prinsip moral dan berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan radikal seperti apa artinya baik? apa itu keputusan moral? apakah moral itu subjektif atau objektif? bagaimana menjalani kehidupan yang baik?. Lain halnya dengan moralitas, moralitas mengacu pada nilai baik atau tidak baik yang disepakati dan diadopsi dalam suatu lingkungan tertentu

7. Logika & FilsafatLogika kajian tentang prinsip, hukum, metode, & cara berpikir yang benar untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Filsafat: usaha manusia untuk memahami segala perwuju& kenyataan secara kritis, radikal & sistematis. Kritis: terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru, dialektis, tidak membakukan & membekukan pikiran-pikiran yang sudah ada, serta selalu hati-hati & waspada terhadap berbagai kemungkinan kebekuan pikiran. Radikal: mendalam, sampai ke akar-akarnya. Sistematis: dilakukan menurut suatu aturan tertentu, runut & bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti suatu aturan tertentu pula.

HARIES

1. Kepribadian & karakter, kekuatan & keutamaan karakter, kriteria karakter yg kuat, karakter dan spiritualitasKepribadian Allport (1937; 1961):1. Kepribadian merupakan perpaduan & sifat-sifat (traits) mayor & minor yang masing-masing dapat berdiri sendiri & dikenali.2. Sifat kepribadian (personality trait) merupakan mekanisme paduan antara faktor-faktor biologis, psikologis & sosial yang mengarahkan individu kepada kegiatan-kegiatan spesifik dalam suatu keadaan yang spesifik.3. Memahami orang lain hanya dapat dilakukan jika keseluruhan sejarah hidup orang tersebut telah diteliti, kehidupannya diamati & orang itu sendiri ikut berkontribusi dalam proses self-evaluation. Untuk memahami kepribadian seseorang perlu diketahui sejarah hidup, latar belakang budaya, ambisi, cita-cita, karakter, motif & sifatnya serta keterkaitan semua itu dalam pembentukan kepribadiannya.Karakter: kumpulan sifat mental & etis yang menandai seseorang , kepribadian yang dievaluasi & yang ditampilkan keluar & disesuaikan dengan nilai & norma tertentu. Karakter diperoleh melalui pengasuhan & pendidikan meskipun potensialitasnya ada pada setiap orang. Allport (1937)KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTERPeterson dan Seligman mengembangkan klasifikasi keutamaan beserta pendekatan metodik untuk mengidentifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan tertentu pada diri seseorang. Mereka mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Kondisi situasional dan pembinaan dapat mempengaruhi kekuatan karakter itu. Karakter yang kuat: karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Peterson & Seligman (2004) Spiritualitas: yakin akan tujuan yang lebih tinggi, makna hidup & makna alam semesta

2. Definisi filsafat, cara berpikir filsafat, sistematika pembagian filsafat, kajian filsafat dgn ilmu dan sainsFilsafat: usaha manusia untuk memahami segala perwuju& kenyataan secara kritis, radikal & sistematis. Kritis: terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru, dialektis, tidak membakukan & membekukan pikiran-pikiran yang sudah ada, serta selalu hati-hati & waspada terhadap berbagai kemungkinan kebekuan pikiran. Radikal: mendalam, sampai ke akar-akarnya. Sistematis: dilakukan menurut suatu aturan tertentu, runut & bertahap, serta hasilnya dituliskan mengikuti suatu aturan tertentu pula. Pembagian filsafat berdasarkan sistematika permasalahannya:4) Ontologi : mengkaji tentang ada (being) atau tentang apa yang nyata; Ontologi: mengkaji ada yang keberadaannya tidak disangsikan lagi Metafisik: mengkaji ada yang masih disangsikan kehadirannya5) Epistemologi : mengkaji hakikat & ruang lingkup pengetahuan; Epistemologi dalam arti sempit: mengkaji hakikat pengetahuan yang ditelusuri melalui 4 pokok (sumber pengetahuan, struktur pengetahuan, keabsahan pengetahuan, & batas-batas pengetahuan) Filsafat ilmu: mengkaji ciri-ciri & cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan Metodologi: mengkaji cara-cara & metode-metode ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, sahih (valid), & teruji Logika: mempelajari teknik-teknik & kaidah-kaidah penalaran yang tepat6) Axiologi : mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Etika: mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan & apakah itu perilaku baik Estetika: mengkaji pengalaman & penghayatan manusia dalam menanggapi apakah sesuatu itu indah atau tidakAliran Filsafat:a. Rasionalisme: pan&gan bahwa semua pengetahuan bersumber dari akal (rasio)b. Empirisme: menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan.c. Kritisisme: kritik terhadap rasionalisme & empirisme yang dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusiad. Idealisme: pendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyektife. Vitalisme: pan&gan bahwa hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda matif. Fenomenologi: mengkaji penampakan (gejala-gejala) & meman&g gejala & kesadaran selalu saling terkaitLangkah-langkah umum dalam menganalisis & sintesis Kattsoff (2004:34-38):1. Memastikan a&ya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya. 2. Menguji prinsip-prinsip kesahihannya & menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya (untuk menyimpulkan kebenaran yang lain).3. Meragukan & menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan kebenaran.4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan & menguji penyelesaian-penyelesaian mereka.5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang diajukan.6. Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan.7. Menarik simpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan.

3.Definisi, jenis, penalaran deduktif induktif, sesat pikirPENALARAN: penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan. Penyimpulan Langsung: penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika, dilakukan melalui indera, contoh: hari se&g hujan, matahari bersinar, saat ini pagi hari. Penyimpulan Tak Langsung: Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide Jenis Penalaran Deduksi: membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang umum kepada suatu keadaan yang khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang umum itu. Induksi: proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil, atau prinsip umum dari kasus-kasus khusus (individual).SESAT PIKIR (Fallacies): kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Deduktif: Sesat Pikir Formal1. Empat Term (Four Terms): ada empat term yang diikutsertakan dalam silogisme padahal silogisme yang sahih hanya mempunyai tiga term. 2. Term tengah yang tidak terdistribusikan (undistributed middle terms): silogisme kategoris term tengahnya tidak memadai menghubungkan term mayor & term minor3. Proses Ilisit (Illicit process): perubahan tidak sahih dari term mayor atau term minor 4. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif: dalam premis digunakan proposisi afirmatif (pernyataan yang menyatakan sesuatu secara positif) tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi negatif (pernyataan yang menegasi sesuatu). 5. Premis negatif & kesimpulan afirmatif: dalam premis digunakan proposisi negatif tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi afirmatif, misalnya6. Dua premis negatif: dalam silogisme kedua premis yang digunakan adalah proposisi negatif7. Mengafirmasi konsekuensi: pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden & konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan8. Menolak anteseden: pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden & konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan9. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer (atau): hubungan atau di antara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu terhadap hal yang lain10. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (&): dua hal yang dihubungkan dengan kata & diperlakukan seolah-olah nilai kebenaran (benar atau tidak benar) dari gabungan keduanya sama dengan nilai kebenaran dari setiap hal yang digabungkan, atau nilai tidak benar dari gabungan dari dua hal itu seolah-olah disebabkan oleh salah satunya

Sesat Pikir Nonformal1. Perbincangan dengan ancaman: kebenaran dari kesimpulan didasarkan kepada ancaman2. Salah guna (Abusive): penyalahgunaan pertimbangan-pertimbangan yang secara logis tidak relevan3. Argumentasi berdasarkan kepentingan (circumstantial): penarikan kesimpulan secara logis melainkan untuk kepentingan pihak yang termaksud4. Argumentasi berdasarkan ketidaktahuan: menilai sesuatutindakan atau pernyataanbenar berdasarkan ketidaktahuan, bukan berdasarkan isi & bentuk argumentasinya5. Argumentasi berdasarkan belas kasihan:menilai benar atau salahnya sesuatu berdasarkan belas kasihan, bukan berdasarkan isi & bentuk argumennya. 6. Argumentasi yang disangkutkan dengan orang banyak: menjadikan apa yang dipercaya oleh kebanyakan orang sebagai dasar penentuan benar atau salahnya argumentasi. 7. Argumentasi dengan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan: membenarkan kesimpulan berdasarkan kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan8. Accident atau argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial: menjadikan satu sifat yang berbeda atau yang sama sebagai dasar untuk menyimpulkan bahwa dari dua hal semuanya sama atau semuanya berbeda9. Perumusan yang tergesa-gesa (converse accident): pembuatan kesimpulan yang didasari oleh alasan tak memadai atau tanpa alasan sama sekali10. Sebab yang salah: pembuatan kesimpulan berdasarkan satu dugaan yang tak terbukti & tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukkan bahwa kesimpulan itu salah11. Penalaran sirkular: menjadikan kesimpulan sebagai alasan12. Sesat pikir karena terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban tak sesuai dengan pertanyaan13. Kesimpulan tak relevan: argumentasi yang kesimpulannya tidak sejalan dengan alasannya14. Makna ganda (equivocation): argumen yang menggunakan term yang bermakna ganda sehingga kesimpulannya tidak jelas & dapat diubah-ubah berdasarkan pemaknaan terhadap term itu15. Makna ganda ketata-bahasaan (amphiboly): argumentasi yang dikemukakan menggunakan term-term yang bermakna ganda jika dilihat dari tata bahasa16. Sesat pikir karena perbedaan logat atau dialek bahasa17. Kesalahan komposisi: argumentasi yang memperlakukan kebenaran pada bagian sebagai kebenaran keseluruhan18. Kesalahan divisi: argumen yang serta-merta menyimpulkan bahwa karakteristik dari keseluruhan pasti ada pada bagian-bagiannya19. Generalisasi tak memadai: argumentasi yang kesimpulannya didasarkan pada data atau fakta yang tak memadai

4. Perbedaan etika dan moralitas, klasifikasi etika, kegunaan etikaETIKA Secara etimologis, istilah etika berasal dari kata Yunani "thikos" yang bearti "adat", "kebiasaan", atau "watak" (Pritchard, 2012, 1). Dalam perkembangannya, etika mengacu kepada seperangkat aturan-aturan, prinsip-prinsip atau cara berpikir yang menuntun tindakan dari suatu kelompok tertentu. Etika disebut juga filsafat atas moral. Etika punya fokus tentang bagaimana kita mendefinisikan sesuatu itu baik atau tidak. Perbedaan Etika dan MoralitasEtika merupakan cabang ilmu filsafat yang menyelidiki suatu sistem prinsip moral dan berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan radikal seperti apa artinya baik? apa itu keputusan moral? apakah moral itu subjektif atau objektif? bagaimana menjalani kehidupan yang baik?. Lain halnya dengan moralitas, moralitas mengacu pada nilai baik atau tidak baik yang disepakati dan diadopsi dalam suatu lingkungan tertentuKlasifikasi Etika Etika Normatif : penyelidikannya terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis. Etika Terapan: penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati & lain-lain. Etika Deskriptif: studi tentang apa yang dianggap 'etis' oleh individu atau masyarakat yang melibatkan stud-studi empris seperti psikologi, sosiologi & antropologi untuk memberikan suatu gambaran utuh Metaetika: cara untuk melihat fungsi-fungsi pernyataan-pernyataan etika, dalam arti bagaimana kita mengerti apa yang dirujuk dari pernyataan-pernyataan tersebut & bagaimana pernyataan itu didemonstrasikan sebagai sesuatu yang bermakna. Realisme Etis: berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis yang memiliki eksistensi independen di luar dirinyaNonrealisme Etis: manusia yang menciptakan kebenaran Kegunaan EtikaEtika menyediakan alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu moral. Dalam konteks ini etika dapat menyediakan sebuah gambaran utuh dan lebih mengedepankan rasionalitas ketika berhadapan dengan isu-isu tersebut. Peran etika yaitu menawarkan suatu prinsip-prinsip yang memungkinkan kita untuk mengambil pandangan yang lebih jernih dalam melihat isuisu moral. Dengan kata lain, etika memberikan sebuah peta moral atau kerangka berpikir yang bisa digunakan untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah moral yang sulit. Memang harus dimengerti bahwa etika tidak selalu memberi jawaban yang tepat untuk masalah moral. Hal ini karenakan masalah-masalah moral, seringkali tidak ada jawaban yang tunggal. Dalam hal ini, seperangkat prinsip etika hanya dapat diterapkan untuk kasus-kasus tertentu saja. Akan tetapi pada dasarnya semua jenis prinsip-prinsip etika dapat menghilangkan kebingungan dan memperjelas masalah. Hal ini dikarenkan persoalan moral sangat sulit dan komplek