MPKT A BUKU 2
-
Upload
adrian-von-bismarck -
Category
Documents
-
view
200 -
download
9
Transcript of MPKT A BUKU 2
BAB 1APAKAH MANUSIA ITU?
Evita E. Singgih
1.PENDAHULUAN
Manusia adalah spesies tertinggi di bumi. Apa makna pernyataan ini? Jika manusia disebut
sebagai spesies tertinggi, tentunya manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan spesies-
spesies yang lebih rendah darinya. Pembahasan masalah ini biasanya akan membawa kita kepada
pembahasan mengenai kemampuan berpikir dan bernalar yang pada manusia berkembang jauh
melebihi kemampuan spesies lainnya. Manusia tidak hanya bergerak berdasarkan insting
semata, melainkan mampu menggunakan nalar dan kemampuan berpikirnya dalam menjalankan
hidup serta memecahkan berbagai masalah hidupnya sehingga kualitas hidup manusia
melampaui kualitas hidup spesies-spesies lainnya.
Von Uexküll ( dalam Cassirer, 1944) membahas bagaimana manusia di samping
mengikuti hukum-hukum biologis seperti organisme lainnya, juga mampu melakukan
penyesuaian diri yang lebih tinggi kualitasnya. Ikan, misalnya, sebagai makhluk air hanya bisa
hidup di air. Manusia, walaupun tidak termasuk makhluk air, bisa hidup di air maupun di luar
angkasa dalam waktu yang cukup panjang dengan bantuan peralatan-peralatan yang dibuatnya
untuk beradaptasi dengan lingkungannya (seperti kapal selam dan
alat-alat menyelam lainnya maupun perlengkapan untuk bernapas di
luar angkasa). Kecenderungan ini juga diungkapkan oleh Benjamin
Franklin; “Man is a tool making animal” (Manusia adalah hewan
pembuat alat). Manusia membuat berbagai alat untuk memudahkan
hidupnya (Cassirer, 1944).
1
Bagaimana manusia bisa membuat berbagai macam alat dan apakah hewan tidak membuat alat?
Bukankah lebah juga membuat rumah yang cukup rumit? Begitu juga berang-berang dan burung
walet. Di Merauke, banyak dijumpai rumah semut yang tingginya bisa mencapai lebih dari 3
meter, sangat kokoh, indah seperti pohon, dan mengagumkan. Memang hewan-hewan tersebut
dapat membuat rumah yang cukup unik dan terkadang sangat cantik, namun semua dibuat
berdasarkan insting, dan rumah itu tak pernah berubah dari masa ke masa. Tidak demikian
halnya dengan rumah manusia. Berbagai bentuk dan model rumah dibuat untuk berbagai alasan
pula. Manusia tidak membuat rumah hanya berdasarkan insting tetapi juga dengan menggunakan
nalar, pikiran, minat, dan motivasi.
Gazzaniga (2008), dalam bukunya Human, the science behind what makes us unique,
mengungkapkan tubuh manusia memang terbuat dari bahan kimiawi yang sama dengan hewan-
hewan lain penghuni bumi, manusia juga memiliki banyak reaksi fisiologis yang sama dengan
hewan-hewan tersebut. Namun bagaimanapun manusia sangat berbeda dari hewan lainnya.
Gazzaniga (2008), selanjutnya dengan tegas menekankan perbedaan utama manusia
dibandingkan dengan hewan lain adalah pada otaknya. Otak manusia memungkinkan manusia
untuk berpikir kompleks dan melakukan pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking). Otak
manusia, menurut MacLean (1990), merupakan hasil evolusi paling mutakhir dari otak
makhluk lainnya. Dari generasi ke generasi otak manusia terus melalui proses evolusi sehingga
diperoleh kemampuan otak seperti yang ada sekarang ini. Evolusi kemampuan ingatan,
kesadaran diri, menciptakan, dan menggunakan alat (tools), membantu manusia melakukan
introspeksi dan mengarahkan perkembangan dirinya sendiri.
Membahas semua kemampuan itu berarti membahas otak, semacam CPU yang build-in
dalam kepala. Dengan memahami berbagai sifat dan cara kerja otak diharapkan kita mampu
memanfaatkannya secara lebih optimal. Bila kita mengenal komputer sebagai pengganti mesin
ketik, maka komputer yang canggih itu hanya akan menjadi mesin ketik belaka. Sebaliknya, bila
kita memahami berbagai kemampuan komputer maka kita juga menghayati manfaat lebih dari
komputer (menulis, mengolah data, menggambar, berinternet), dan menggunakannya
berdasarkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan kita (mempromosikan tulisan,
menganalisis hasil penelitian, membuat galeri seni virtual, mengeksplorasi berbagai potensi
interaksi global. Kita menghayati komputer selayaknya --mesin yang menakjubkan yang bisa
bisa membantu melipatgandakan pengalaman kita berkarya.
2
Berkaitan dengan pembahasan di atas, dalam buku ini akan dibahas konsep tiga serangkai
otak dari MacLean yang relatif cukup mudah dipahami. Diharapkan dengan memahami konsep
tiga serangkai otak ini mahasiswa dapat menggunakan otaknya seoptimal mungkin.
2.Tiga Serangkai Otak (The Triune Brain)
Menurut MacLean, seorang neurolog mantan direktur dari Laboratory of the Brain and Behavior
pada United StatesNational Institute of Mental Health, otak berbagai spesies mengalami sebuah
evolusi panjang. Otak manusia merupakan hasil evolusi terakhir yang paling canggih.
Berdasarkan peneilitan yang panjang, MacLean (1990)
mengajukan sebuah konsep yang diberi nama The Triune Brain
(Tiga Serangkai Otak). Teorinya ini mulai dikembangkan pada
tahun 1954 dan terus berkembang berdasarkan berbagai
penelitian sampai akhir hayatnya. Menurut MacLean (1990),
otak berevolusi dalam tiga periode besar dan evolusi ini
membentuk tiga lapisan. Lapisan yang paling tua dikenal sebagai
R-complex, lapisan kedua disebut Limbic System, dan yang
terakhir Neocortex. Masing-masing lapisan memiliki karakter dan fungsi yang berbeda-beda
namun saling berhubungan dan bekerjasama dalam menentukan perilaku yang akan ditampilkan
oleh individu.
.2.1 R-complex
R-complex meliputi bagian atas batang otak dan cerebellum
merupakan otak yang tertua. Pada reptilia otak inilah yang
paling dominan. Oleh karena itu, otak ini juga disebut sebagai
Otak Reptil. Lapisan Otak Reptil ini yang bertanggungjawab
pada pola perilaku bawaan yang penting untuk kelangsungan
hidup diri maupun spesies. Fungsinya antara lain adalah
mengendalikan semua gerakan involunter dari jantung,
peredaran darah, reproduksi dan sebagainya yang dibutuhkan
3
untuk kelangsungan hidup makhluk tersebut maupun spesiesnya. Kerusakan pada bagian otak ini
bisa berakibat fatal. Kalau dulu untuk menetapkan apakah seseorang masih hidup atau sudah
meninggal dunia biasa ditentukan dari apakah jantungnya masih bekerja atau tidak, saat ini
ditentukan oleh batang otaknya masih berfungsi atau tidak.
Otak Reptil juga bertanggungjawab bagi pola perilaku khas bawaan yang penting bagi
pertahanan diri. Reaksi yang paling sering muncul untuk mempertahankan hidup adalah tempur
atau kabur (fight or flight).
Perhatikan bagaimana seekor ular saat mempersepsikan ada ancaman
bagi hidupnya, reaksi yang biasa muncul adalah menegakkan kepala siap
untuk mematok (fight) atau lari sipat kuping (flight). Perilaku makan dan
reproduksi yang terkait dalam kelangsungan hidup diri dan spesies, juga
termasuk reaksi dari otak reptil.
Saat individu dikendalikan oleh Otak Reptilnya, ia pun biasa bertindak
secara refleks untuk mempertahankan hidupnya tanpa memikirkan secara
cermat apa yang akan dilakukannya. Ini biasa terjadi saat mereka berada
dalam keadaan darurat, bahaya, dan terdesak.
2.2. Limbic System
Setelah Otak Reptil, bagian berikutnya yang berkembang dalam evolusi otak adalah Otak
Paleomammalia. Otak ini terdiri dari sistem limbik yang terkait dengan batang otak. Bagian otak
ini berkembang pada awal masa evolusi mamalia. Oleh karena itu, MacLean menyebutnya
sebagai Otak Mamalia. Sistem limbik memegang peranan penting dalam emosi serta motivasi.
Otak ini juga bertanggungjawab atas pemelajaran dan memori. Dua struktur yang paling penting
dalam sistem limbik adalah amygdala dan hippocampus.
2.2.1 Amygdala
Amygdala, yang berbentuk biji almond, membantu organisme untuk mengenali apakah sesuatu
atau situasi yang dihadapinya itu berbahaya atau tidak, apakah sesuatu itu penting bagi
kelangsungan hidup atau tidak, misalnya apakah makanan ini boleh dimakan, apakah orang ini
tepat untuk dijadikan pasangan, apakah situasi ini bahaya bagi kita. Pada manusia amygdala
membantu untuk memahami ekspresi dari orang yang dihadapinya. Kerusakan pada amygdala
4
akan membuat individu tidak mampu berempati dengan orang
lain.
Karena dalam berfungsi amygdala banyak dipengaruhi oleh
persepsi, maka amygdala bisa keliru apabila organisme bisa
menangkap tanda-tanda yang keliru dalam memperseps, dan ini
dapat menyebabkannya mereka menampilkan perilaku yang
tidak sesuai (King, 2011).
Bila amygdala rusak, akibatnya adalah ketidakmampuan
individu dalam menangkap emosi yang signifikan dari setiap peristiwa. Kondisi ini kadang-
kadang disebut sebagai ‘buta afektif’ (Goleman, 1996). Orang yang mengalami kerusakan pada
amygdala atau yang dicabut amygdalanya akan sulit membaca ekspresi orang lain maupun
mengenali bahasa tubuh. Tentunya kesulitannya ini bisa membawa akibat dalam hubungan antar
manusia. Sulit baginya untuk memahami ekspresi dan bahasa tubuh dari orang yang dihadapinya.
Kemampuan membaca ekspresi pembicaralah yang dapat membantu kita memahami maksud
dari apa yang disampaikan oleh pembicara sebenarnya, apakah ia bersungguh-sungguh atau
sedang bercanda atau bahkan sedang menyindir kita. Bahkan dalam bukunya Emotional
Intelligence, why it matters more than IQ, Daniel Goleman (1996) menceriterakan bagaimana
seorang pemuda yang diangkat amygdalanya (untuk mengendalikan kejang-kejang yang
dialaminya) walaupun masih memiliki kemampuan berbicara, menjadi sama sekali tidak tertarik
pada orang lain, lebih suka memisahkan diri dari orang lain.
2.2.2 Hippocampus
Hippocampus memiliki peran khusus dalam ingatan (Bethus, Tse, &
Morris dalam King, 2011). Walaupun ingatan tidak tersimpan dalam
sistem limbik, hippocampus berperan penting dalam
mengintegrasikan berbagai rangsangan yang terkait serta membantu
dalam membangun ingatan jangka panjang. Selain itu, hippocampus
dan daerah sekitarnya berperan penting dalam membentuk ingatan
mengenai fakta-fakta walaupun hanya mengalami sekali saja. Sangat penting peranannya dalam
hidup terutama dalam belajar. Apa yang telah dipelajari dan diingat oleh individu inilah nantinya
5
yang akan turut mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi segala sesuatu, sehingga
merangsang amygdala memberi signal pada individu.
Bila otak reptil mengeluarkan perilaku refleks yang kaku dan tidak berubah dari saat ke
saat, otak mamalia ini menghasilkan perilaku yang lebih luwes dan mengintegrasikan pesan dari
dalam maupun dari luar tubuh. Oleh karena itu perilaku yang ditampilkan bisa beraneka ragam,
tergantung sistem limbik ini berkolaborasi dengan siapa. Otak Reptilkah atau dengan Neocortex
yang canggih.
2.3 Neocortex
Periode evolusi terakhir dari otak menghasilkan neocortex atau otak neomamalian. Neocortex
adalah lapisan teratas yang mengelilingi otak mamalia, dan hanya dimiliki oleh jenis mamalia.
Reptil dan burung tidak memiliki bagian otak ini. Walaupun neocortex juga dimiliki mamalia
lain selain manusia, pada manusia perbandingan ukuran neocortex dari keseluruhan otak adalah
yang terbesar. Pada manusia neocortex mencakup 80% dari otak bila dibandingkan dengan pada
mamalia lain yang umumnya hanya mencakup 30 sampai 40% dari keseluruhan otaknya (King,
2011).
Perbedaan luasnya neocortex ini mempengaruhi banyaknya syaraf dan kompleksitas
hubungan antar syaraf yang berkaitan dengan kemampuan berpikir dari makhluk-makhluk
tersebut. Berbeda dengan amygdala yang bekerja dengan sistem intuitif yang primitif, neocortex
bekerja dengan sistem analitis yang lebih canggih. Sebagai hasil evolusi otak yang paling akhir,
neocortex mengendalikan keterampilan berpikir tingkat tinggi, nalar, pembicaraan, dan berbagai
tipe kecerdasan lainnya. Oleh karena itu bagian ini sering desibut sebagai otak berpikir.
Saat menjumpai masalah rumit yang perlu dipecahkan dengan pemikiran tingkat tinggi,
neocortexlah yang paling cocok berfungsi. Besarnya neocortex pada manusia membuat manusia
mampu berpikir abstrak, transendens, tidak terbatas pada hal-hal yang sedang dialami saat ini
6
saja. Salah satu kelebihan dari kemampuan berpikir ini membuat manusia dapat melakukan
introspeksi untuk mengenali dirinya serta membuat perencanaan untuk mengembangkannya,
sedangkan gajah misalnya, mungkin tidak pernah sadar bahwa dia adalah seekor gajah, apalagi
memikirkan cara untuk menjadi gajah unggul.
Ketiga otak ini (triune brain) tidaklah bekerja secara terpisah. Menurut MacLean,
ketiganya bekerja seperti tiga komputer biologis yang saling berkaitan. Tentunya diharapkan
Otak Reptil secara rutin bekerja otomatis menjalankan fungsinya menjaga kelangsungan hidup,
dan tidak lengah dalam menggerakkan jantung agar memompa darah ke seluruh tubuh, atau
menggerakkan usus-usus dan seluruh alat pencernaan lainnya untuk mencerna makanan yang
kita makan. Namun dalam menghadapi masalah pelik, kita tentu mengharapkan neocortex yang
akan ‘memimpin’, memikirkan cara-cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan awal, Otak Reptil berfungsi dalam
mekanisme penyelamatan hidup (survival). Perilaku yang muncul sebagai reaksi dari otak reptil
ini muncul sebagai refleks-refleks pertahanan diri. Pertahanan diri tanpa pikir panjang yang
paling sering muncul dalam perilaku adalah tempur (fight) atau kabur (flight).
Perilaku yang merupakan reaksi dari otak reptil yang berupa reflek-
reflek instinktif dan tanpa dipikirkan masak-masak ini juga sering
kali muncul pada manusia. Reaksi ini bisa sangat membantu dalam
keadaan darurat, namun bisa pula justru mencelakai. Kita ambil
contoh seorang ibu yang menghadapi perampok bersenjata belati
yang bertubuh tegap. Bisa saja tanpa berpikir si ibu melawan (fight)
perampok tadi padahal ia tidak membawa senjata dan juga tidak
memiliki bekal ilmu bela diri. Perilaku ibu tadi memang bisa
membantu, karena bisa saja perampok terkejut lalu melarikan diri
(dalam hal ini sang perampok yang menunjukkan mekanisme pertahanan ‘kabur’ atau flight),
namun bisa juga membahayakan dirinya karena bisa jadi tenaga dan kemampuan bertempur
perampok itu lebih unggul ketimbang ibu tadi.
Pernahkah Anda mengalami keadaan seperti ini? Biasanya reaksi Otak Reptil ini tidak disadari,
baru setelah keadaan reda (bila masih selamat) individu menyadari betapa konyol tindakannya
tadi yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya. Ini terjadi karena apa yang seharusnya
dilakukan oleh neocortex diambil alih oleh otak reptil.
7
Yang perlu diketahui adalah neocortex hanya bisa betul-betul berfungsi bila sistem
limbik berada dalam keadaan emosi terkendali. Sebab saat amygdala menemukan situasi yang
dipersepsi sebagai bahaya dan sistem limbik tak dapat membuat organisme menjadi lebih
nyaman, maka yang lebih sering berperan adalah otak reptil dengan refleks-refleks pertahanan
diri tanpa memikirkan secara mendalam bagaimana keadaan sebenarnya dan tindakan apa yang
sebaiknya diambil. Padahal bila sistem limbik bisa menenangkan dan membuat individu merasa
nyaman, maka neocortex bisa berperan dengan segala kecanggihannya untuk memikirkan apa
yang baiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Seperti pemegang kunci, sistem
limbiklah yang akan menetapkan ‘pintu’ mana yang akan dibuka. Pintu ke arah otak reptil atau
neocortex.
Sebagaimana dinyatakan MacLean, tiga serangkai otak ini bekerja seperti tiga komputer
biologis yang saling berkaitan. Dengan adanya neocortex yang sangat besar pada manusia, yang
membuatnya mampu berpikir tingkat tinggi, diharapkan manusia lebih banyak menggunakan
kemampuannya berpikir tingkat tingginya dan tidak sering dikendalikan oleh otak reptilnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi sistem limbik untuk membuat organsime nyaman, dan perlu
untuk menjaga agar kesalahan amygdala dalam menilai situasi bisa segera disadari dengan
mengaktifkan neocortex dalam menilai dan menyadarkan sistem limbik bahwa ada cara yang
lebih tepat untuk mengendalikan keadaan.
Manusia berbeda dengan hewan lainnya, tidak sepenuhnya bergerak berdasarkan insting,
langsung bereaksi begitu mendapat rangsangan. Manusia mampu menunda reaksinya,
mengambil waktu untuk member kesempatan bagi neocortex berpikir dan menganalisis situasi.
Memang mula-mula penundaan ini membuat reaksi manusia acap terkesan lamban, namun
dengan latihan menganalisis dan berpikir kritis, lama kelamaan reaksi menjadi lebih cepat. Yang
penting adalah kesadaran akan pentingnya menunda reaksi demi menganalisis situasi dengan
lebih cermat. Beberapa cara untuk menenangkan diri adalah dengan menghirup napas panjang
beberapa kali, minum air putih, lalu menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk
menganalisis situasi. Makin sering kita menggunakan kemampuan analisis kita, semakin cepat
kita mampu menganalisis lingkungan dan situasi yang kita hadapi.
8
3. Perbedaan Individual
Setiap manusia adalah unik. Tidak ada orang yang benar-benar sama, sepasang kembar
sekali pun. Perbedaan-perbedaan membawa pada keaneka ragaman cara dalam memandang
sesuatu, dalam bertindak pada berbagai situasi, dalam menentukan sasaran, dalam menilai dan
lain sebagainya. Adanya keanekaragaman manusia ini membawa dinamika kehidupan,
Perbedaan individual dalam kelompok dapat membawa pada sinergi yang kaya, namun bisa juga
menimbulkan konflik yang menguras tenaga.
Selaku manusia, kita memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok dengan
manusia-manusia lainnya. Dalam hidup berkelompok ini manusia saling berinteraksi dan
interaksi ini akan menjadi lebih efektif bila kita memahami diri kita sendiri dan orang yang kita
hadapi. Memahami diri adalah memahami ciri-ciri kepribadian yang akan mempengaruhi sikap,
kecenderungan, dan perilaku kita. Di samping itu, memahami diri akan membantu kita dalam
menangani maupun mengembangkan diri sehingga tercapai peningkatan kualitas kemanusiaan
kita, yaitu kepemimpinan, motivasi, empati, dan lain sebagainya. Ada berbagai teori kepribadian
yang berusaha membantu kita memahami keanekaragaman individu. Salah satunya adalah teori
kepribadian Myers-Briggs.
Teori kepribadian Myers-Brigs merupakan hasil pemikiran
sepasang psikolog, ibu dan anak, yaitu Katherine Briggs dan
Isabella Myers Briggs. Mereka mengembangkan sebuah Model
yang disebut Myers-Briggs Type Indicator (MBTI®), yang
dikembangkan berdasarkan teori kepribadian Carl Jung. MBTI
hasil kembangan mereka telah membantu menjelaskan teori tipe
psikologi dari Jung sehingga lebih mudah dipahami dan bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Melalui penelitian yang panjang serta penyempurnaan berkala, Myers dan Briggs membangun
sebuah instrument tes MBTI (Myers Briggs Type Indicator) yang mengukur tipe psikologi
seseorang. MBTI ini mengidentifikasi dan mengkategorisasi kecenderungan perilaku individu
dalam empat demensi, yaitu
1. (E) Ekstraversion / Introversion (I)
2. (S) Sensing / Intuition (N)
3. (T) Thinking / Feeling (F)
9
4. (J) Judging / Perceiving (P)
Keempat demensi ini masing-masing merupakan suatu kontinum. Jadi seorang individu tidak
disebut ekstravert atau introvert, melainkan kecenderungan lebih ekstravert, sangat ekstravert
atau sangat introvert.
Berdasarkan skala empat demensi ini ini mereka mengelompokkan enambelas tipe
kepribadian, dan setiap orang masuk dalam salah satu kategori tersebut. Ini bukan berarti bahwa
setiap orang itu tidak unik. Setiap manusia itu tetap saja unik mengingat mereka memiliki
orangtua, gen, pengalaman, minat dan lain-lain yang berbeda satu dari lainnya. Namun, mereka
juga memiliki sejumlah besar persamaan, dan menemukan tipe kepribadian bisa membantu
menemukan, meramalkan perilaku yang akan ditampilkan dalam situasi tertentu, dan
mempelajari bagaimana memanfaatkan kesamaan ini.
Salah satu cara untuk mengetahui tipe kepribadian seseorang adalah menjalani test
MBTI® atau mengisi inventori MBTI®, kemudian meminta seorang profesional terlatih untuk
menginterpretasikannya. Sebetulnya, apabila kita telah memahami ciri-ciri dari masing-masing
tipe kepribadian, kita bisa mencoba menemukan tipe kepribadian kita melalui introspeksi diri
serta membandingkan ciri-ciri kita, yang ditemukan melalui introsteksi diri tersebut dengan ciri-
ciri dari keempat dimensi Tipe Kepribadian MBTI® ini, kemudian memikirkan mana yang
paling mirip dengan Anda (Tieger dan Barron-Tieger, 2001). Mempelajari tipe kepribadian ini
juga dapat membantu kita memahami orang lain, terutama orang yang berhubungan dan
bekerjasama dengan kita. Memahami orang-orang disekitar dan yang bekerjasama dengan kita
akan membantu melancarkan hubungan dan kerjasama tersebut.
3.1 Empat Dimensi Tipe Kepribadian
Sistem Tipe dari pengukuran ini didasarkan atas empat aspek dasar dari kepribadian manusia
Berdasarkan empat dimensi tipe kepribadian MBTI yang telah disebutkan sebelum ini. Keempat
dimensi ini tidak merupakan sesuatu yang mutlak (yang ini atau yang itu), melainkan
mengestimasikan suatu titik dalam sebuah garis kontinum.
(E) Exstraverts ____________________I___________________ Introverts (I)
(S) Sensors _______________________I___________________ Intuitives(N)
(T) Thinkers ____________________I___________________ Feelers(F)
(J) Judgers _____________________I___________________ Perceivers(P)
10
Misalnya seberapa individu lebih ekstravert daripada introvert. Oleh karena itu sebaiknya
fokus dalam mempelajari dan menganalisis tipe kepribadian kita maupun orang lain,
hendaknya jangan hanya melihat pada satu tipe secara terisolasi, seperti hanya mempelajari
tipe extravert saja, melainkan pelajari juga lawannya (introvert). Dengan cara ini dapat
ditentukan titik secara relatif lebih tepat, misalnya ada lebih banyak ciri tipe extravert yang
cocok dengan saya, namun ada beberapa ciri dari introvert yang juga saya miliki, maka saya
cenderung extravert dan posisi dalam skala mgkin:
(E) Extraverts _________X__________I___________________ Introverts (I)
atau
(E) Extraverts ______________X_____I___________________ Introverts (I)
3.1.1 (E) Extraversion/Introversion (I)
Dimensi pertama ini membahas mengenai bagaimana individu
berinteraksi dengan dunia dan darimana asal energy yang
dimilikinya. Seorang dengan tipe Extravert lebih tertarik dengan
objek di luar dirinya. Umumnya mereka senang bergaul, bekerja
dalam kelompok, dan berada dalam keramaian. Adanya orang-orang
lain memberi semangat bagi dirinya, seperti energi yang
membuatnya bersemangat dan bergairah. Ini bukan berarti mereka
tidak dapat bekerja sendiri. Mereka bisa saja terampil bekerja
sendiri, namun bila mereka harus bekerja sendirian untuk jangka yang panjang, energinya mudah
terkuras. Untuk menambah semangat maka orang-orang ekstravert sebaiknya menyediakan
waktu untuk berkumpul dengan orang lain, karena dengan energi yang cukup, hasil kerjanya bisa
lebih optimal.
Sebaliknya, seorang yang introvert lebih tertarik melakukan kegiatan-
kegiatannya sendiri dalam ketenangan. Tetapi sebagaimana orang
ekstravert mampu bekerja sendiri, maka orang-orang introvert
walaupun lebih suka sendiri, bisa saja mempunyai kemampuan
kerjasama yang baik. Namun, jika terlalu lama berada diantara orang
11
banyak membuat energinya terkuras dan mereka merasa lelah. Untuk mengisi ulang energinya,
seperti men-charge batere, mereka perlu meluangkan cukup waktu untuk aktivitas sendirian,
seperti mendengarkan music sendirian, membaca buku, ataupun bermain-main dengan
gagasannya sendiri. Orang yang cenderung ekstraversi disebut extravert dan dalam MBTI
dicantumkan insial E sedangkan yang cenderung introversi disebut introvert dengan inisial I.
Beberapa Ciri Extravert dan Introvert
Extraverts Introverts
Semangat dengan kehadiran orang lain Semangat dengan menghabiskan waktu sendiri
Senang menjadi pusat perhatian Menghindar dari pusat perhatian
Bertindak, lalu (atau sambil) berpikir Berpikir, baru bertindak
Cenderung berpikir dengan bersuara Berpikir dalam ‘kepala’
Mudah ‘dibaca’ dan mudah ditebak; membagi
informasi pribadi dengan bebas
Lebih pribadi, lebih suka membagi informasi pribadi
kepada orang tertentu saja
Lebih banyak bicara daripada mendengarkan Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara
Berkomunikasi dengan antusias Antusias disimpan hanya bagi dirinya sendiri
Memberi respons dengan cepat; menyukai pacu
pembicaraan yang cepat
Memberi respons setelah berpikir panjang; lebih suka
pacu pembicaraan yang lambat
Lebih menyukai pembicaraan yang luas daripada
mendalam
Lebih menyukai pembicaraan yang mendalam
daripada yang meluas
Dengan melihat ciri-ciri orang extravert maupun introvert, kita bisa mengenali kecenderungan
yang ada pada diri kita. Kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita, apakah kita cenderung
lebih ekstravert atau introvert. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah E atau I
dalam tanda kurung di bawah ini.
(E) Exstraverts ____________________I___________________ Introverts (I)
12
3. 1.2 (S) Sensing/Intuition (N)
Dimensi ini membicarakan mengenai jenis informasi yang mudah
ditangkap oleh seseorang. Ada orang yang lebih mudah menangkap
informasi melalui panca inderanya, ada yang
lebih tertarik pada arti, hubungan-hubungan,
dan kemungkinan berdasarkan fakta,
ketimbang fakta-faktanya sendiri. Dalam
kehidupan sehari-hari kita menggunakan
kedua pendekatan ini terhadap informasi.
Akan tetapi setiap orang cenderung lebih
memilih, lebih mudah atau lebih merasa nyaman menggunakan yang satu daripada yang lain,
secara alamiah lebih mudah menggunakan yang satu daripadan lainnya, dan lebih sering benar
saat menggunakan satu pendekatan daripada yang lain. Seorang yang lebih mudah menangkap
informasi melalui pancaindera biasanya cukup cermat dengan fakta-fakta, namun harus berusaha
keras saat menggunakan mencari makna ‘di belakang’ fakta tersebut. Sebaliknya seorang intuitif
cepat menangkap makna dari sebuah fakta, namun harus hati-hati saat menangkap fakta dengan
inderanya, karena kurang jeli dan kadang-kadang keliru. Kerjasama antar keduanya sebenarnya
adalah yang terbaik, walaupun ada hal-hal yang lebih mudah dipelajari dengan menggunakan
indera dan yang lain lebih mudah dipelajari melalui intuisi. Orang-orang yang memiliki
kecenderungan sensing disebut sensors dan dalam MBTI ditulis dengan inisial S, dan yang
intuisi disebut intuitives dengan inisial N (huruf kedua dari intuitif karena inisial I sudah
mewakili Introvert).
Beberapa Ciri sensor dan intuitiive
Sensors Intuitives
Percaya pada apa yang pasti dan konkret Percaya pada inspirasi dan inference
Menyukai ide baru hanya bila bisa digunakan dengan praktis
Menyukai ide baru dan konsep-konsep
Menghargai realisme dan akal sehat Menghargai imajinasi dan inovasi
Senang menggunakan dan mengasah keterampilan yang sudah dimiliki
Senang mempelajari keterampilan baru; cepat bosan setelah menguasi sebuah keterampilan
Cenderung spesifik dan harafiah; memberikan Cenderung general dan figuratif; senang
13
deskripsi detail menggunakan perumpamaan dan peribahasa
Mengajukan informasi dengan cara step-by-step Mengajukan informasi secara umum dan garis besar
Berorientasi pada masa kini Berorientasi pada masa depan
Dengan melihat ciri-ciri dari sensor maupun intuitives, kita bisa mengenali
kecenderungan yang ada pada diri kita, kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita. Apakah
kita cenderung lebih sensor atau intuitif. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah
S atau N dalam tanda kurung di bawah ini.
(S) Sensors ____________________I___________________ Intuitives(N)
3.1.3 (T) Thinking / Feeling (F)
Dimensi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Individu yang
memiliki kecenderungan thinking biasa disebut Thinkers, mereka biasa
berpikir panjang sebelum mengambil keputusan. Benar salahnya, baik
buruknya, aturan-aturannya, semua dianalisis dengan cermat. Setelah
pasti, baru menetapkan keputusannya. Ini berbeda
dengan mereka yang memiliki kecenderungan
Feeling. Individu yang cenderung feeling disebut
Feelers, dan mereka sangat peka terhadap perasaan
orang lain. Sebuah keputusan diambil setelah memperhitungkan dampaknya
bagi orang lain dan mengikuti suara hatinya. Oleh karena itu Feelers bisa
menerima kekecualian perlakuan, berbeda dari Thinkers yang bersikukuh dengan ‘satu hukum atau
aturan berlaku bagi semua.
Beberapa Ciri Thinker dan Feeler
Thinker Feeler
Saat akan memutuskan sesuatu, melangkah mundur; menggunakan analisis objektif terhadap situasi
Saat akan memutuskan sesuatu, melangkah ke depan; memikirkan dampak dari keputusan tersebut bagi orang lain
Menghargai logika, hukum dan keadilan; satu standar berlaku bagi semua
Menghargai empati dan harmoni; bisa menerima kekecualian dari suatu peraturan, tergantung situasi
Mudah menangkap kesalahan dan cenderung kritis Suka menyenangkan hati orang lain, mudah menghargai orang lain
Bisa tampak tidak berperasaan, tidak peka dan tidak peduli
Bisa kelihatan terlalu emosional, tidak logis, dan lemah
Menganggap lebih penting kebenaran daripada memikirkan cara menyampaikannya
Menganggap cara menyampaikan sesuatu sama pentingnya dengan kebenaran itu sendiri
14
Menganggap perasaan hanya sahih bila logis Menganggap perasaan itu sahih, masuk akal ataupun tidak
Dimotivasi oleh keinginan berprestasi dan berhasil Dimotivasi oleh keinginan untuk dihargai
Dengan melihat ciri-ciri orang tipe Thinker maupun Feeler ini, kita bisa mengenali
kecenderungan yang ada pada diri kita (kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita). Apakah
kita cenderung lebih Thinker atau Feeler. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan
lingkarilah T atau F dalam tanda kurung di bawah ini.
(T) Thinkers ____________________I___________________ Feelers(F)
3.1. 4 (J) Judging / Perceiving (P)
Dimensi keempat ini membahas mengenai gaya hidup. Ada orang yang lebih suka hidup dengan
cara yang teratur, ada pula yang lebih spontan. Orang yang termasuk judging
disebut judger. Mereka cenderung hidup secara teratur dan lebih suka bila
kehidupannya terstruktur dengan jelas. Mereka senang mengambil
keputusan. Judgers mencari keteraturan dan senang
mengendalikan hidupnya, sedangkan mereka yang
memiliki kecenderungan perceiving, yang biasa disebut
perceivers lebih suka hidup secara spontan dan lebih
menyukai kehidupan yang luwes. Mereka menyukai berbagai kemungkinan,
dan lebih suka mencari apa makna dari kehidupan daripada
mengendalikannya.
Beberapa Ciri Judger dan Perceiver
Judgers Perceiver
Paling bahagia bila keputusan sudah dibuat Paling senang meninggalkan pilihan terbuka
Memiliki ‘etika kerja’: kerja dulu, bermain kemudian (itupun kalau sempat)
Memiliki ‘etika bermain’: nikmati hidup sekarang, menyelesaikan tugas nanti (itupun kalau masih ada waktu)
Menetapkan sasaran dan berusaha untuk mencapainya
Mengganti-ganti sasaran bila mendapat informasi baru
Lebih suka mengetahui apa yang akan dihadapinya terlebih dahulu baru bertindak
Suka beradaptasi pada situasi baru, bertindak sambil mempelajari situasi
Lebih berorientasi pada produk (penekanan pada penyelesaian tugas)
Lebih berorientasi pada proses (penekanan pada bagaimana menyelesaika tugas)
Mendapatkan kepuasan dalam menyelesaikan proyek
Mendapatkan kepuasan dari memulai proyek
15
Melihat waktu sebagai sumberdaya yang pasti dan serius menanggapi tenggang waktu
Melihat waktu sebagai sumberdaya yang bisa diperbaharui dan melihat tenggang waktu sebagai elastik (bisa ‘jam karet’)
Dengan melihat ciri-ciri dari Judgers maupun Perceivers, kita bisa mengenali
kecenderungan yang ada pada diri kita. Kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita, apakah kita
cenderung lebih Judger atau Perceiver. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah J
atau P dalam tanda kurung di bawah ini.
(J) Judgers ____________________I___________________ Perceivers(P)
3. 2 Temperamen
Setelah mengetahui keempat dasar kecenderungan, dapat ditemukan temperamen dari setiap
individu. Temperamen ddapat dijelaskan sebagai sebuah pola dariperilaku karakteristik yang
merefleksikan kecenderungan-kecenderungan alamiah dari individu (Baron, 1998). Temperamen
akan berdampak pada bagaimana individu melihat dunia, apa nilai dan keyakinannya, bagaimana
pikiran, tindakan dan perasaannya. Individu-individu dengan temperamen yang sama memiliki
nilai utama yang sama, dan mereka memiliki banyak karakteristik yang sama. Karena
temperamen merupakan bawaan, bukan dipelajari, maka tindakan dan perilaku konsisten sudah
tampak sejak individu masih sangat muda.
Dengan menetapkan mana ciri dominan dari masing-masing dimensi, akan didapatkan
tipe temperamen dari individu, Ada 16 kombinasi, yaitu
ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ
ESTP ISTP ESFP ISFP
ENFJ INFJ ENFP INFP
ENTJ INTJ ENTP INTP
Keenambelas tipe ini memiliki ciri yang berbeda satu sama lain, namun berdasarkan
penelitian bertahun-tahun pada berbagai budaya, David Keirsey (Tieger dan Barron-Tieger,
16
2001) berhasil mengelompokkan tipe-tipe dari Myers-Briggs ke dalam empat temperamen yang
berbeda.
Temperamen adalah gaya berperilaku, cara dan karakteristik yang ditampilkan oleh
individu dalam merespon (King, 2011). Temperamen dapat juga diartikan sebagai sifat
kepribadian yang dapat diamati.
Berdasarkan model MBTI, David Keirsey membagi empat kelompok temperamen dan dalam
tiap temperamen terdapat empat tipe yang berbeda, namun keempatnya memiliki beberapa
persamaan. Penting diingat bahwa keempat temperamen ini tidak sekedar merupakan
penggabungan dari masing-masing karakteristik MBTI, tetapi merupakan hasil interaksi dari dua
dimensi dasar dari perilaku manusia: komunikasi, perilaku, kata-kata dan niat, atau tegasnya, apa
yang dikatakan individu dan apa yang dilakukannya.
Keempat Temperamen tersebut diberikan nama yang disarikan dari kesamaannya. Penamaan
keempat kelompok berdasarkan temperamen adalah sebagaimana disebutkan berikuti ini.
Guardians/Tradisionalists (SJ): ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ
Artisans/Experiencers (SP): ESTP ISTP ESFP ISFP
Idealists (NF): ENFJ INFJ ENFP INFP
Rationals/Conceptualizers (NT): ENTJ INTJ ENTP INTP
17
3. 2.1 Pembimbing/Tradisionalis (Sensing Judgers)
ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ
Kaum Sensors percaya pada fakta, data yang telah terbukti, pengalaman masa lalu, serta
informasi yang ditangkap oleh pancainderanya; sedangkan Judgers menyukai struktur serta
keteraturan, dan ini akan mempengaruhinya saat mengambil keputusannya. Bila digabung, kedua
preferensi ini menghasilkan Sensing Judger, sebuah tipe pribadi yang menapak bumi dan tegas,
yang disebut sebagai “Pembimbing/Tradisionalis.”
Motto dari tipe Pembimbing/Tradisionalis adalah “Cepat tidur,
bangun pagi.” Tipe ini adalah orang-orang yang paling tradisional
dari empat kelompok temperamen Keirsey. Mereka sangat
menghargai hukum dan keteraturan, jaminan, sopan santun, aturan,
serta mudah menyesuaikan diri. Mereka didorong oleh motivasi untuk
melayani kebutuhan masyarakat. Pembimbing/Tradisionalis
menghormati otoritas, hirarki, dan garis komando, serta memiliki
nilai-nilai yang konservatif. Mereka terikat pada rasa tanggungjawab
dan selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar. Ini membuat
mereka menjadi orang-orang yang dapat diandalkan, dapat dipercaya, dan tentu saja, orang yang
bertanggungjawab.
Walaupun sama-sama tergolong pada temperamen Pembimbing/Tradisionalis, kelompok
Thinking (STJ) maupun Feeling (SFJ), sangat berbeda. Mereka yang
ESFJ dan ISFJ, dalam ciri Pembimbing/Tradisionalis, tidak sekuat ciri
ESTJ dan ISTJ. Bagi ESFJ dan ISFJ hubungan dengan orang lain dan
kriteria orientasi pada manusia dalam pengambilan keputusan sangatlah
penting. Jadi, walaupun biasanya kaum Pembimbing/Tradisionalis (tak
peduli apapun gaya hidupnya, J atau P) paling senang bekerja di tempat
yang struktur dan ekspektasinya jelas. Mereka yang tergolong Feeling
akan berusaha membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain
18
dan mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang memungkinkan mereka membantu
orang lain secara nyata.
Kekuatan dan kelemahan
Pembimbing/Tradisionalis membutuhkan perasaan menyatu dengan kelompok, dan melakukan
yang benar. Mereka menghargai stabilitas, keteraturan, kooperasi, konsistensi, dan kesahihan,
serta cenderung serius dan merupakan pekerja keras. Pembimbing/Tradisionalis selalu menuntut
baik dirinya, maupun orang lain untuk selalu fokus pada pekerjaan dan bekerja sebaik-baiknya.
Kekuatan
Pembimbing/Tradisionalis adalah orang-orang yang praktis dan terorganisasi, teliti serta
sistematis. Mereka sangat memperhatikan peraturan, kebijakan, kontrak, ritual, maupun jadwal.
Mereka sangat hebat dalam memandu, memonitor, dan menjalankan aturan.
Pembimbing/Tradisionalis senang bekerja dengan fakta-fakta yang telah terbukti dan
menggunakannya untuk mengarahkan diri pada sasaran organisasi di mana mereka menjadi
anggotanya. Mereka sangat bangga bahwa mereka selalu bekerja dengan baik. Mereka juga
pandai melihat apa yang harus diperhatikan dan menyelesaikan tugas dengan sumberdaya
seefisien mungkin. Begitu mereka komit, Pembimbing/Tradisionalis selalu melaksanakannya
dengan teliti. Dalam keadaan terbaiknya, mereka adalah orang-orang yang solid, bisa dipercaya
dan diandalkan.
Kemungkinan kelemahan
Pembimbing/Tradisionalis tidak tertarik pada teori atau hal-hal yang abstrak, dan kurang
memperhatikan masa depan dibandingkan masa kini. Perencanaan jangka panjang bukanlah
kekuatannya. Pembimbing/Tradisionalis kadang-kadang terlalu cepat dalam mengambil
keputusan. Mereka juga cenderung melihat hitam putih, sulit melihat area abu-abu. Ada risiko
mereka sulit menghadapi perubahan dan lambat dalam menyesuaikan diri, cenderung enggan
mencobakan pendekatan baru yang berbeda, apalagi yang belum teruji. Kemungkinan besar
mereka akan minta bukti bahwa solusi baru itu bisa jalan, sebelum mereka bisa
mempertimbangkan untuk menggunakannya. Kelemahan utama Pembimbing/Tradisionalis
adalah mereka sering kurang luwes, cenderung dogmatis, dan kurang imajinatif. Contoh tokoh
19
dengan temperamen ini adalah Mother Theresa, Jenderal Washington, Mar’ie Muhammad, Ir.
Ciputra.
3.2.2 Artis/Experiencers (Sensing, Perceivers)
ESTP ISTP ESFP ISFP
Sensors berkonsentrasi pada apa yang dilihat, didengar, diraba, dicium dan dikecap dan percaya
pada apa yang dapat diukur serta dicatat. Perceivers terbuka pada berbagai kemungkinan dan
suka hidup secara luwes. Bila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan “Sensing Perceiver,”
sebuah tipe individu yang responsive dan spontan, yang disebut temperamen
Artis/Experiencers.”
Mottonya adalah “Makan, minum, dan brgembiralah!” Ini adalah
suatu tipe yang paling avonturir. Mereka hidup untuk bertindak,
mengikuti kata hati, dan demi masa ini. Fokusnya adalah pada
situasi sesaat dan kemampuan untuk menetapkan apa yang harus
dilakukan sekarang. Karena Artis/Experiencers menghargai
kebebasan dan spontanitas, mereka jarang menyukai aktivitas atau
situasi yang terlalu terstruktur atau terlalu banyak aturan. Mereka
cenderung senang menyerempet bahaya (risk-taker), mudah
menuesuaikan diri, easy-going, dan pragmatis. Mereka mengagumi
pertunjukan keterampilan di segala bidang atau disiplin. Banyak (tapi tidak semua)
Artis/Experiencers adalah orang-orang yang senang hidup di ‘ujung tanduk.’
Artis/Experiencers membutuhkan aktivitas dan kebebasan untuk bertindak sesuai kata
hatinya. Dalam bekerja, mereka fokus pada apa yang akan diselesaikan saat ini, mereka
menghargai perbuatan heroik dan tindakan akhli dan senang menghadapi tantangan-tantangan.
Seperti Pembimbing/Tradisionalis, Artis/Experiencers juga ada dua macam, yaitu STP dan SFP.
SFP tidak sepenuhnya sesuai dengan gambaran temperamen Artis/Experiencers yang penuh
dengan kebebasan, Experiencer yang SFP terutama ingin berespons pada kebutuhan orang lain
dan ingin hasil kerjanya bisa membawa perubahan segera pada orang lain.
Kekuatan
20
Artis/Experiencers bisa melihat dengan jelas apa yang sedang
terjadi dan tangkas mengangkap kesempatan. Mereka
sangat unggul dalam mengenali masalah praktis dan
melakukan pendekatan pada masalah ini secara luwes,
berani, dan banyak akal. Mereka tidak takut mengambil
risiko ataupun berimprovisasi bilamana perlu. Artis/Experiencers senang melakukan perubahan
demi kebutuhan atau krisis mendesak. Namun seperti Pembimbing/Tradisionalis,
Artis/Experiencers juga lebih suka menghadapi fakta dan masalah nyata daripada teori atau
gagasan. Artis/Experiencers merupakan pengamat yang tajam bagi perilaku manusia dan
merupakan negosiator-negosiator yang hebat. Mereka sangat efisien serta dalam menggunakan
perhitungan ekonomi untuk mencapai sasarannya. Banyak Artis/Experiencers, walaupun tidak
semua, sangat terampil menggunakan alat dan instrumen segala alat yang bisa dimanipulasi
secara fisik dan membutuhkan ketepatan. Dalam keadaan terbaiknya mereka bisa banyak akal,
mengasyikan, dan menyenangkan.
Kemungkinan kelemahan
Artis/Experiencers sering sulit ditebak oleh orang lain, dan kadang-kadang tidak berpikir secara
cermat sebelum bertindak. Mereka tidak suka teori, hal-hal abstrak, maupun konsep, dan
mengalami kesulitan dalam melihat hubungan maupun pola dari sebuah peristiwa.
Artis/Experiencers cenderung kehilangan antusiasmenya begitu fase krisis dari situasi telah
berlalu. Dan karena mereka menyukai pilihan-pilihan yang terbuka, mereka tidak selalu
mengikuti aturan yang baku dan terkadang mengindari komitmen dan rencana. Keadaan
terburuknya adalah mereka bisa kurang bertanggungjawab, kurang bisa diandalkan, kekanak-
kanakan, dan impulsif. Contoh tokoh dengan temperamen ini adalah Ernest Hemmingway,
Barbara Streissant, Gus Dur.
3.2.3 Idealis (Intuitive Feelers)
ENFJ INFJ ENFP INFP
Kaum Intuitif adalah orang-orang yang tertarik pada arti, hubungan dan kemungkinan-
kemungkinan, dan Feelers cenderung membuat keputusan berdasarkan nilai pribadi. Bila
digabung, kedua preferensi ini menghasilkan “Intuitive Feeler”, tipe yang peduli akan tumbuh
21
kembang orang lain dan memahami dirinya maupun orang lain. Mereka biasa disebut sebagai
Idealis. Mottonya “Jujurlah pada diri sendiri.” Idealis adalah tipe yang paling filosofis spiritual.
Seolah-olah mereka terus-menerus dalam pencarian arti kehidupan. Mereka sangat menghargai
kejujuran dan integritas pada orang maupun suatu hubungan, dan cenderung mengidealkan orang
lain. Idealis fokus pada potensi manusia dan seringkali berbakat dalam membantu orang lain
untuk tumbuh dan berkembang, suatu tugas yang dapat memuaskannya. Sering kali tipe Idealis
ini merupakan komunikator ulung dan bisa dianggap katalisator bagi perubahan yang positif.
Idealis senang menggunakan kemampuan alami mereka untuk memahami dan menghubungkan
mereka dengan orang lain. Secara alami mereka mampu berempati dan fokus pada kebutuhan
orang lain.
Kekuatan
Idealis tahu bagaimana mengeluarkan potensi terbaik orang dan memahami cara memotivasi
orang lain untuk bekerja sebaik-baiknya. Mereka ahli dalam menyelesaikan konflik dengan
orang lain serta membangun tim yang bisa bekerjasama dengan efektif, dan pandai membuat
orang percaya diri. Idealis pandai dalam mengidentifikasi solusi kreatif bagi berbagai masalah.
Mereka berkomunikasi dengan baik, secara lisan maupun tulisan dan bisa membangkitkan gairah
orang terhadap gagasan maupun tindakannya. Idealis umumnya adalah orang yang karismatik,
mau menerima gagasan baru dan bisa menerima orang lain apa adanya.
Kemungkinan kelemahan
Idealis memiliki kecenderungan mengambil keputusan berdasarkan perasaannya dan mudah larut
pada masalah orang lain sehingga membuatnya kewalahan. Mereka juga kadang-kadang jadi
terlalu idealisti sehingga terkesan kurang praktis. Walaupun mereka memiliki kemampuan
untuk mencela dirinya sendiri, Idealis kurang mampu mendisiplin ataupun mengkritik orang lain.
Kadang-kadang mereka akan mengorbankan pendapatnya demi hubungan harmoni, kelemahan
terbesar adalah mereka bisa angin-anginan, tidak bisa diterka dan terlalu emosional. Contoh
tokoh dengan temperamen ini adalah Mahatma Gandhi, Putri Diana, Romo Magnis.
3.2.4 Rasional/Konseptualis (Intuitive Thinkers)
ENTJ INTJ ENTP INTP
22
Intuitive cenderung mencari arti dari segala sesuatu dan fokus pada implikasinya, sedangkan
Thinkers mengambil keputusan secara impersonal dan logis. Bila disatukan, kedua preferensi ini
menghasilkan “Intuitive Thinker,” sebuah tipe yang intelektual dan kompeten, yang disebut
“Rasional/Konseptualis.”
Motto kaum “Conceptualizer” adalah “Unggullah dalam segala
sesuatu.” Mereka adalah yang paling mandiri dari keempat
temperamen Keirsey, didorong oleh keinginan mendapatkan
pengetahuan dan menetapkan standar yang tinggi sekali bagi dirinya
maupun orang lain. Secara alami Rasional/Konseptualis penuh rasa
ingin tahu. Mereka biasanya dapat melihat berbagai segi mengenai
suatu argument atau isu. Rasional/Konseptualis unggul dalam
melihat berbagai kemungkinan, memahami kompleksitas, serta
merancang solusi pada masalah riil maupun hipotetis. Peranannya sering menjadi arsitek
perubahan.
Kekuatan dan kelemahan
Rasional/Konseptualis senang menggunakan kemampuannya untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan dan menganalisisnya secara logis untuk mendapatkan pemecahannya. Mereka
berminat untuk terus-menerus mendapatkan pengetahuan, baik demi pengetahuan itu sendiri
maupun untuk alasan stratejik.
Kekuatan
Rasional/Konseptualis memiliki visi dan bisa menjadi innovator yang hebat. Mereka bisa melihat
berbagai kemungkinan maupun gambaran besar dari situasi, serta mudah mengkonseptualisasi
dan merancang perubahan-perubahan yang perlu di lingkungannya. Mereka unggul dalam
membuat strategi, rencana, dan membangun sistem untuk mencapai sasaran, dan menikmati
prosesnya. Rasional/Konseptualis sangat mudah dalam memahami gagasan yang kompleks dan
teoretikal serta pandai dalam mendeduksi prinsip-prinsip atau kecenderungan-kecenderungan.
Mereka senang akan tantangan dan menuntut dirinya sendiri maupun orang lain untuk mencapai
standar yang tinggi, dan biasanya mampu menerima kritikan yang konstruktif tanpa merasa
23
diserang secara pribadi. Dalam keadaannya yang terbaik Rasional/Konseptualis itu penuh
percaya diri, tangkas, dan imajinatif.
Kemungkinan kelemahan
Kadang-kadang Rasional/Konseptualis bisa terlalu rumit untuk dipahami oleh orang lain. Mereka
juga memiliki kecenderungan yang untuk mengabaikan detail-detail yang penting. Mereka bisa
menjadi sangat skeptis dan sering menantang aturan-aturan, asumsi, atau adat istiadat yang
berlaku. Rasional/Konseptualis juga kadang-kadang mengalami masalah dengan otoritas dan bisa
tampil sebagai elitis. Mereka sering kali mengalami kesulitan melihat dampak tindakannya pada
orang lain. Mereka bisa tidak menganggap penting hubungan yang harmoni, maupun pentingnya
perasaan. Mereka juga sangat kompetitif dan kadang-kadang tidak peduli dengan suatu tugas bila
mereka tidak merasa bisa unggul di sana. Yang paling parah, Rasional/Konseptualis bisa arogan,
menarik diri, dan asyik dalam dunianya sendiri.
Dalam bekerjasama Rasional/Konseptualis membutuhkan banyak kebebasan, keaneka-ragaman,
banyak rangsangan intelektual, dan kesempatan untuk menghasilkan gagasan, dan harus melihat
bahwa pekerjaannya menantang. Contoh dari tokoh-tokoh dengan
temperamen Rasional/Konseptualis adalah Einstein, Thatcher, Bung
Hatta.|
Memahami segala segi dari manusia; kemampuannya, faktor-faktor yang
mempengaruhi dirinya, termasuk tipe kepribadiannya, bisa membantu
individu dalam memahami dan merencanakan pengembangan dirinya. Di
samping itu, pengetahuan tersebut dapat membantu individu dalam
menjalin hubungan antar manusia yang harmonis dan efektif karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kecenderungan
kuat untuk hidup bersama orang lain. Tanpa kehidupan sosial, tampaknya sulit mengharapkan
individu dapat berkembang sepenuhnya, sehingga ada ungkapan “Manusia hanya bisa menjadi
manusia bila ia hidup bersama manusia lain”
Pada awal abad 19 di daerah pegunungan di Perancis ditemukan seorang anak yang dibesarkan
oleh serigala. Anak ini kemudian terkenal sebagai Anak laki-laki dari Avignon (Le Garçon
d’Avignon), yang kemudian diberi nama Victor. Oleh Jean–Marc–Gaspard Itard, Victor dicoba
dididik dan ‘dimanusiakan’ namun berbeda dengan cerita dalam The Jungle Book dari Rudyard
24
Kipling, kisah nyata ini tidak semanis dongengnya. Sampai akhir hayatnya yang singkat, Victor
tidak berhasil untuk diajarkan bahasa manusia. Di samping kisah Anak Laki-laki dari Avignon
ini, di India juga pernah ditemukan dua orang anak perempuan yang dipelihara oleh serigala.
Setelah induk serigalanya ditembak, kedua anak ini dimasukkan ke rumah piatu di bawah
pengawasan pendeta Joseph Singh. Seperti Victor, kedua anak ini pun tidak berhasil dilatih
untuk berperilaku (berjalan, bicara) seperti manusia. Sampai akhir hayatnya anak-anak malang
ini tetap lebih mirip serigala dari pada manusia.
Memang manusia bisa hidup sendiri saat keadaan memaksa, seperti yang terjadi pada
beberapa orang, misalnya mereka yang terdampar atau karena alasan lainnya. Seperti yang
terjadi pada Nakamura, seorang perajurit Jepang, asli Taiwan, pada perang
dunia kedua. Pada tahun 1975 Nakamura ditemukan di pulau Morotai. Ia
mengira perang dunia kedua masih berlangsung. Oleh karena itu ia
bersembunyi dan hidup seorang diri. Ia membuat sebuah gubuk sederhana
untuk tempat tinggal dan bercocok tanam di ladang untuk kelangsungan
hidupnya. Puluhan tahun ia tinggal sendiri sampai ditemukan oleh
penduduk Morotai. Begitu ditemukan dan tahu bahwa perang dunia sudah
usai, ia langsung minta dipulangkan ke negara kelahirannya: Taiwan, agar
bisa berkumpul dengan keluarga dan lingkungan sosialnya. Demikianlah manusia, bilamana
mungkin, pasti mereka berusaha hidup dalam sebuah lingkungan sosial.
Daftar Kepustakaan Baron, Renee. (1998). What type am I? discover who you really are. New York: Penguin Books. Gazzaniga, Michael S. 20… Human, the science behind what makes us unique. HarperCollins e-
books. Rakic, Pasko T. (1999). Medicine in the Twenty-First Century, Annals of the New York Academy
of Sciences 882. Cassirer, Ernest. (1944). An essay on man. Peoples, David A. (1992). Presentations Plus, 2nd edition. John Wiley and Sons Inc. Tieger, Paul D. & Barbara Barron-Tieger. 2001. Do what you are, thierd ed. Boston: Little
Brown Company. Weiten, W. et al.2009. Psychology applied to modern life.Belmont: Wadsworths Cengage
Learning. MacLean, Paul D. 1990 The Triune Brain in Evolution: Role of Paleocerebral Functions, New
York: Springer. King, Laura A. 2011. The science of Psychology. New York: MacGraw-Hill. ISBN: 978-0-07-
122154-2
25
BAB IIINDIVIDU DAN KELOMPOK
Miranda Diponegoro Z
Sebagai mahluk sosial, individu memiliki kebutuhan yang kuat untuk hidup bersama dalam
kelompok dan melalui hidup berkelompok individu dapat mengembangkan kemanusiaannya..
Dengan demikian secara umum tidak ada individu yang tidak ingin hidup bersama orang lain.
Individu yang ada di dalam kelompok, melakukan interaksi di antara mereka dan melalui
interaksinya itu disepakati aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur kehidupan
berkelompok.
1.Tahap perkembangan kelompok
Saat kita berbicara tentang kelompok, kita tidak akan terlepas membahas mengenai bagaimana
sebuah kelompok terbentuk dan berkembang.
Menurut Tuckman (dalam Suzanne Janasz, Karen Dowd dan Beth Scheider, 2009) kelompok
tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan, mulai dari tahap forming (pembentukan),
strorming (goncangan), norming (pembentukan norma), performing (melakukan atau
melaksanakan), adjourning (penangguhan). Setiap tahap memiliki karakteristik pembeda dan
menyajikan tantangan khusus bagi anggota dan pemimpin kelompok. lihat gambar II.1.
Gambar: II.1. Tahap perkembangan Kelompok (Tuckman, 2009)
1.1 Tahap Pertama: Pembentukan (Forming)
26
Umumnya kelompok dibentuk untuk menyelesaikan tugas tertentu. Pada tahap ini, awalnya
anggota kelompok belum mengenal satu sama lain, dan bahkan jika mereka lakukan sesuatu,
muncul perasaan ketidakpastian karena anggota kelompok belum memiliki kesempatan untuk
mengenal satu sama lain dan menetapkan tujuan kelompok. Pada tahap pembentukan, anggota
kelompok akan terlibat dalam kegiatan, seperti mendefinisikan tugas awal, membahas bagaimana
pembagian tugas, memahami ruang lingkup tuga, tujuan tugas, dan belajar tentang sumber daya
(waktu, peralatan, personil) yang tersedia untuk kelompok bekerja menyelesaikan tugas. Pada
tahap ini, beberapa anggota melakukan uji peran kepemimpinan, menemukan kesamaan
kepribadian dan perbedaan, dan membuat beberapa pengungkapan awal, namun kemajuan relatif
sedikit.
Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peran anggota kelompok di tahap pertama adalah
untuk mendorong kelompok untuk memantapkan misi dan tujuan, mengatur jadwal kerja,
mengenal satu sama lain, dan menetapkan beberapa norma awal untuk bekerja sama.
1.2 Tahap Kedua: Goncangan (Storming)
Pada tahap ini, di antara anggota kelompok timbul beberapa perbedaan seperti arah,
kepemimpinan, gaya kerja dan pendekatan, dan persepsi tentang kualitas yang diharapkan dan
produk akhir. Sama halnya dengan hubungan antar manusia lainnya, konflik tidak dapat
dihindari. Saat konflik pertama di antara anggota kelompok muncul, beberapa atau semua
anggota mulai merasa kurang antusias terhadap kelompok dan bahkan mungkin saja meragukan
kelompok akan mencapai tujuannya secara bersama-sama. Pada tahap ini kemungkinan akan
terjadi perebutan kepemimpinan ("cara saya adalah yang terbaik"), kekuatan ("jika Anda tidak
setuju kami akan meninggalkan Anda di belakang"), dan peran ("yang ditunjuk kepala Anda?").
Di samping itu, muncul perasaan-perasaan tertentu seperti resistensi terhadap tugas atau
pendekatan yang dilandasi oleh kebencian, perbedaan beban kerja, kemarahan tentang peran dan
tanggung jawab, dan perubahan sikap terhadap kelompok atau anggota kelompok dan
kekhawatiran. Biasanya dalam tahap goncangan, kelompok dalam kondisi konflik dan kacau,
karena belum ditetapkannya cara untuk berkomunikasi tentang perbedaan-perbedaan ini.
Pada tahap ini, peran anggota kelompok atau pemimpin adalah untuk menahan diri dari
mengambil sisi, mendorong kelompok untuk mengembangkan saluran komunikasi, dan
27
membantu anggota kelompok lain agar terpusat pada tugas dan bukan pada perbedaan pribadi.
Selain itu juga mempromosikan lingkungan komunikasi yang terbuka untuk memastikan bahwa
konflik yang tak terhindarkan adalah sehat , efektivitas komunikasi ditingkatkan, dan memiliki
komitmen yang tinggi terhadap tugas kelompok. Perlu diingat bahwa tingkat ketegangan yang
tepat dapat memotivasi kelompok, akan tetapi tingkat ketegangan yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dapat mempengaruhi produktivitas kelompok. Sebuah kelompok yang tidak dapat belajar
bagaimana menangani konflik tidak pernah dapat mencapai tujuannya.
1.3 Tahap Ketiga: Membangun Norma (Norming)
Pada tahap ini, para anggota kelompok berusaha menetapkan dan mematuhi pola perilaku yang
dapat diterima dan dalam bekerja sama mereka belajar untuk menggabungkan metode dan
prosedur baru yang telah disepakati sebelumnya. Pada tahap membangun norma (norming),
anggota kelompok merasa memiliki kemampuan baru untuk mengekspresikan kritik yang
konstruktif, mereka merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok kerja dan memiliki keyakinan
bahwa segala sesuatu yang dikerjakan akan berhasil. Pada tahap ini, anggota berusaha untuk
mencapai keselarasan dengan menghindari konflik yang tidak perlu, bertindak lebih ramah
terhadap sesama anggota kelompok, saling percaya satu sama lain, dan mengembangkan rasa
kesatuan kelompok ("bersama-sama, kita mampu memecahkan masalah ini"). Norma tidak harus
sama untuk setiap keputusan atau kebijakan.
Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, berperan mendorong anggota kelompok untuk
mengambil tanggung jawab lebih, bekerja sama menciptakan cara yang dapat diterima untuk
memecahkan masalah, menetapkan tujuan yang menantang, dan mengambil tanggung jawab
pribadi untuk keberhasilan kelompok. Peran utama ada pada pemimpin kelompok. Jangan
mengharapkan orang lain untuk "melakukan seperti yang Anda katakan, tapi tidak seperti yang
Anda lakukan." Jika Anda terlihat bertengkar dengan rekan-rekan dan diam-diam merencanakan
langkah politik, anggota kelompok cenderung meniru perilaku normatif dan ada kemungkinan
mundur ke tahap goncangan.
28
1.4 Tahap Keempat: Melakukan atau Melaksanakan (Performing)
Pada tahap Melakukan atau Melaksanakan (Performing), status keanggotaan anggota kelompok
sudah stabil, tugas sudah jelas, dan perhatian anggota kelompok lebih pada ganjaran. Anggota
kelompok sangat termotivasi untuk menyelesaikan tugas mereka dan pusat perhatian lebih pada
tujuan kelompok daripada kepentingan individu. Melalui bekerja bersama-sama, anggota
kelompok telah mengembangkan wawasan ke dalam kekuatan dan kelemahan satu sama lain,
merasa puas dengan kemajuan kelompok, dan percaya kelompok akan berhasil mencapai atau
bahkan melebihi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahap ini, anggota terlibat dalam
perubahan diri yang konstruktif demi kebaikan kelompok; kemampuan berkomunikasi dan
memberikan umpan balik satu sama lain ditingkatkan; kemampuan antisipasi, mencegah, atau
bekerja melalui masalah-masalah kelompok dikembangkan, dan sebagai hasilnya, keterikatan
antar anggota kelompok juga berkembang.
Peran anggota dan pemimpin kelompok pada tahap ini adalah untuk mendorong anggota
untuk memberikan dukungan dan berfungsi sebagai sumber daya satu sama lain. Anggota dan
pemimpin kelompok juga berperan agar kelompok melanjutkan kemajuan yang sudah dicapai
dan mempertahankan kohesi dan moral, dan memandu agar tetap sukses.
1.5 Tahap kelima: Penangguhan (Adjourning)
Setelah berhasil menyelesaikan tugas atau tujuan, kelompok dapat bubar secara permanen atau
beristirahat sementara. Beberapa kelompok mungkin mendapatkan anggota baru atau menerima
tujuan baru. Pada tahap Penangguhan, anggota akan merasa kecewa jika pengalaman itu positif,
atau rasa terima kasih jika pengalaman itu negatif. Tugas pada tahap ini adalah untuk
mengendurkan ikatan kelompok untuk kemudian menindaklanjuti tugas-tugasnya.
Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peranan pada tahap akhir ini adalah mendorong
anggota kelompok untuk mendiskusikan proyek atau tugas, dengan membahas pelajaran yang
dapat diperoleh dari hasil pekerjaan mereka dan menyampaikan kepada kelompok baru cara
pemecahan masalah apabila berhadapan dengan masalah yang serupa. Tahap ini juga bermanfaat
sebagai upaya mengakui kelompok. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk pengakuan publik
(uraian atas prestasi kelompok dalam newsletter bulanan), hadiah (imbalan organisasi berupa
persentase dari pendapatan tabungan diwujudkan sebagai hasil dari kerja kelompok), atau
29
manfaat lainnya (seperti mengajak kelompok untuk makan siang di luar kampus). Dengan
memberikan dorongan dan mengakui prestasi, kerja keras, dan upaya, berarti membantu untuk
melanjutkan momentum dan membangun motivasi. Tentu saja, pekerjaan yang sedang
berlangsung mungkin tidak secara fisik berhenti bekerja atau istirahat. Pekerjaan mungkin tetap
berlangsung terus dengan tujuan baru sekalipun proyek tertentu selesai. Dalam hal ini, bukan
menangguhkan, anggota kelompok dapat memilih untuk berdiskusi di taman atau kantin,
mengevaluasi proses mereka dan melakukan upaya komunikasi untuk memastikan mereka untuk
menjaga alur kerja dan bekerja seproduktif mungkin.
Adalah sehat bagi kelompok-kelompok untuk bergerak melalui beberapa atau semua tahap
ini karena mereka berkembang menjadi sebuah kelompok kerja. Tidak semua kelompok
berkembang melalui semua tahap, dan beberapa berkembang melalui langkah yang berbeda.
Sebagai contoh, jika anggota kelompok yang sudah saling kenal sebelumnya dan memiliki nilai-
nilai dan tujuan yang sama-serta ketat tenggat waktu, mereka mungkin dapat bergerak segera ke
tahap penetapan norma (norming). Dalam kasus lain, di mana anggota kelompok belum saling
mengenal dengan baik, akan memakan waktu lebih lama untuk mencapai tahap penetapan norma
(norming), karena dibutuhkan waktu untuk saling mengenal dengan baik hingga terbentuk
kelompok kerja yang efektif. Beberapa orang mungkin terjebak dalam salah satu tahapan dan
bubar sebelum maju ke tahap berikutnya tampil di tingkat lebih rendah daripada apa yang
mungkin. Sebuah kelompok terjebak dalam tahap goncangan tetapi menghadapi tenggat waktu
dekat harus terus melakukan. Dalam hal ini ada kemungkinan anggota kelompok akan menderita
karena ketidakmampuan untuk berfungsi secara kohesif. Dalam beberapa kasus ekstrim,
kelompok akan mengalami disfungsi dan akan memerlukan intervensi dari luar untuk
menyelesaikan tugasnya. Sebagaimana halnya dengan hubungan, kelompok juga memiliki siklus
perkembangan. Memahami ini sebelumnya dapat membantu anggota dan pemimpin kelompok
mengembangkan strategi untuk membantu kelompoknya berkembang menjadi sebuah kelompok
efektif pada setiap langkah dari perjalanannya.
2.Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok formal ialah: kelompok yang mempunyai struktur organisasi dan peraturan yang tegas
dan dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan diantara anggotanya.
Kelompok informal ialah: kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu.
30
Hal yang menarik perhatian banyak ilmuan sosial ialah adanya kaitan antara kelompok
formal dan kelompok informal. Setelah seseorang menjadi anggota organisasi formal seperti
sekolah,universitas, atau perusahaan biasanya ia mulai menjalin hubungan persahabatan dengan
anggota lain dalam organisasi formal tersebut sehingga tampak dalam organisasi formal akan
terbentuk kelompok informal. Gejala yang telah di amati para ilmuan sosial ialah bahwa dalam
organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat searah,
berbeda atau bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal.
Apabila kelompok persahabatan memiliki nilai dan norma yang searah dengan tujuan kelompok
formal, belajar bersama untuk mendapatkan nilai A, tujuan belajar akan mendukung tujuan
perguruan tinggi sebagai kelompok/organisasi formal. Bila di kalangan siswa dan mahasiswa
tujuan kesetiakawanan bertentangan dengan aturan organisasi, seperti melakukan pelangaran
disiplin dalam melengkapi daftar hadir, tentunya akan mempersulit tercapainya tujuan institusi
pendidikan sebagai organisasi formal.
3.Tipe kelompok berdasarkan efektivitasnya
Berdasarkan efektivitasnya, Johnson dan Johnson (2006) membedakan empat macam
kelompok yaitu kelompok pseudo (pseudogroups), tradisional (traditional groups), efektif
(effective groups) dan kinerja tinggi (high-performance groups).
31
3.1Kelompok Pseudo
Kelompok pseudo adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja
bersama namun sebenarnya tidak berminat untuk melaksanakannya. Mereka percaya bahwa
mereka akan dievaluasi dalam peringkat, mulai dari yang kinerjanya tertinggi sampai yang
paling rendah. Walaupun anggota kelompok saling berbicara, sebenarnya mereka saling
bersaing. Mereka menganggap satu sama lain sebagai saingan yang harus dikalahkan atau
dihambat, dan harus saling menghalangi kinerja satu sama lain, mereka saling menyembunyikan
informasi, berusaha menyesatkan dan membuat yang lain bingung, tidak percaya satu dengan
yang lain. Akibatnya individu jadi lebih produktif bila bekerja sendiri dan hasil kerja kelompok
jadi lebih buruk daripada bila mereka bekerja sendiri-sendiri. Kelompok macam ini tidak akan
mencapai kematangan karena anggotanya tidak berminat dan tidak komit akan masa depan
kelompoknya. Contoh dari Kelompok Pseudo adalah kelompok para salesman yang anggotanya
saling bersaing untuk jadi salesman terbaik dan melakukan penjualan terbanyak.
3.2Kelompok Tradisional
Kelompok Tradisional adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja sama
dan bisa menerima bahwa mereka harus bekerja sama. Anggota kelompok percaya bahwa
mereka akan dinilai sebagai individu, bukan sebagai anggota kelompok. Tugas-tugas sangat
terstruktur sehingga kecil sekali kerjasama yang dituntut. Anggota kelompok berinteraksi
terutama untuk menjelaskan bagaimana pekerjaan harus dilakukan. Mereka berusaha
mendapatkan informasi dari yang lain tapi tidak bermotivasi untuk membagi informasi pada
anggota yang lain yang lain. Anggota kelompok bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-
masing tapi bukan sebagai tim. Beberapa anggota kelompok akan bermalas-malasan dan
berusaha nèbèng pada anggota yang lebih serius. Anggota yang lebih serius akan merasa
dieksploitasi lalu akan mengurangi kerjanya. Akibatnya adalah,bagi beberapa anggota hasil
kerjasama itu akan lebih baik dari pada bila mereka bekerja sendiri-sendiri, namun hasil kerja
anggota yang lebih serius akan lebih baik hasilnya kalau bekerja sendiri dibandingkan bila
mereka bekerja dalam kelompok. Kelompok Tradisionasl banyak ditemui pada kelas-kelas
dimana kelompok ditetapkan oleh guru atau dosennya.
32
3.3Kelompok Efektif
Kelompok Efektif bukan sekedar jumlah dari bagian-bagiannya. Kelompok Efektif adalah
kelompok yang anggota-anggotanya komit untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya maupun
keberhasilan anggota-anggota yang lain. Beberapa karakteristik dari Kelompok Efektif adalah
saling ketergantungan yang positif (positive interdependence), yang menyatukan para anggota
kelompok untuk mencapai sasaran operasional yang jelas, komunikasi-dua-arah, kepemimpinan
didistribusikan (mimpin secara bergantian), dan kekuasaan berdasarkan keahlian. Sebagai
tambahan, kelompok yang efektif ini menampilkan proses pengambilan keputusan yang
memungkinkan setiap anggota kelompok untuk saling mempertanyakan informasi dan
penalarannya dan mengatasi konflik secara konstruktif. Anggota Kelompok Efektif saling
mengandalkan tanggungjawab satu sama lain dalam menjalankan bagian tugasnya, membantu
keberhasilan satu sama lain, memiliki keterampilan berkelompok, dan kerjasama yang efektif.
3.4Kelompok Kinerja-Tinggi
Kelompok Kinerja-Tinggi memenuhi seluruh kriteria dari kelompok yang efektif, bedanya
dari kelompok efektif adalah pada tingkat komitmen anggota-anggotanya satu sama lain maupun
komitmen pada keberhasilan kelompok. Kelompok ini memiliki tingkat komitmen yang lebih
tinggi, tidak hanya kepercayaan, respek satu sama lain, mereka sangat peduli pada anggota-
anggota timnya, termasuk pada pengembangan pribadi setiap anggota kelompok. Selalu siap
untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan. Sayangnya jarang sekali ada kelompok
yang mencvapai tingkat perkembangan ini, menjadi Kelompok Kinerja Tinggi.
4.Peran persepsi dalam hubungan antar pribadi
Persepsi adalah sebuah proses mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi sehingga
menjadi berarti (King, 2011). Dengan demikian dalam mempersepsi, individu mengorganisasi
dan menginterpretasikan apa yang ditangkap oleh inderanya. Persepsi bisa tidak sesuai dari
realitas, namun persepsinya sangat penting karena perilaku individu biasanya didasari oleh
persepsinya, bukan oleh realitas itu sendiri. Contohnya, walaupun seorang seorang ibu telah
berlaku adil, tapi bila salah seorang anaknya merasa tidak diperlakukan secara adil, maka anak
33
tersebut akan berpendapat, bersikap maupun memilih tindakan sesuai dengan persepsinya itu ; ia
dianak tirikan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi, yang membentuk dan kadang mendistorsi
persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver) seperti sikap, motif, minat,
pengalaman masa lalu serta ekspektasinya. Misalnya
2. Karakteristik dari target, misalnya menarik atau tidak, gerakan, suara, ukuran dan lain
sebagainya.
3. Situasi adalah konteks dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi persepsi.
Perhatikan gambar di sebelah ini. Gambar apakah
ini? Apakah yang pertama anda lihat adalah
gambar seorang gadis atau seorang nenek?
Apakah Anda dapat melihat baik gambar gadis
maupun gambar nenek? Sebuash pedoman untuk
melihat kedua duanya, sebagai patokan bisa
dilihat dagu sang gadis adalah hidung sang nenek.
Bagaimana? Berhasilkah Anda melihat dua figure
tersebut? Biasanya apa yang pertamakali terlihat
tergantung pada minat dari individu atau apa
yang lebih familiar baginya.
Dalam menilai orang lain seringkali kita menggunakan jalan pintas. Walaupun seringkali
jalan pintas membantu mempercepat individu menyimpulkan apa yang dipersepsi, cara ini bisa
menyesatkan. Oleh karena itu, mempelajari jalan pintas bisa membantu dalam mengenali saat
terjadi dan menghindari distorsi dalam persepsi. Jalan pintas yang sering diambil ini adalah
sebagai berikut:
1. Persepsi yang selektif – individu menginterpretasi apa yang dilihatnya secara selektif
berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikapnya namun membusang bagian
informasi yang dirasakan mengancam atau dianggap tidak relevan. Seperti menggunakan
filter, menyaring hanya apa yang sesuai dengan harapannya.
34
2. Proyeksi – mengatribusikan sikap, karakteristik atau keterbatasannya sendiri pada orang
lain. Orang yang curang atau berbohong bisa berasumsi semua orang juga curang dan
berbohong.
3. Setreotipi – menilai seseorang atau kelompok berdasarkan penilaian umum; orang Jawa
halus, anak bungsu manja, orang tua kolot.
4. Halo Effect – perasaan positif mengenai sebuah karakteristik pada individu
mempengaruhi penilaiannya mengenai karakteristik yang lain. Misalnya menilai
seseorang yang kelihatannya perlente sebagai intelek atau terpelajar.
Karena persepsi sangat mempengaruhi keyakinan individu akan apa yang dihadapinya, maka
persepsi juga akan mempengaruhi bagaimana orang berkomunikasi satu sama lainnya.
5.Peran Komunikasi Dalam Hubungan Antar pribadi
Sebagai mahluk sosial, individu harus berhubungan satu sama lainnya. Untuk itu individu-
individu saling mengirim dan menerima pesan yang bermakna dari satu sama lain.
5.1 Pentingnya komunikasi
Mempelajari komunikasi sangat penting karena komunikasi merupakan pusat kehidupan kita
sebagai manusia. Komunikasi yang efektif dapat membantu kita memecahkan masalah dalam
kehidupan profesional kita dan meningkatkan hubungan dalam kehidupan pribadi kita. Para ahli
komunikasi percaya bahwa komunikasi yang buruk adalah akar dari banyak masalah dan bahwa
komunikasi yang efektif adalah salah satu solusi untuk masalah ini (Pearson, Nelson, Titsworth,
dan Harter, 2011).
Komunikasi ada di mana-mana. Kita tidak dapat menghindari komunikasi, dan kita akan
terlibat dalam komunikasi hampir setiap menit setiap hari dalam hidup kita. Komunikasi
memainkan peran utama dalam hampir setiap aspek kehidupan.
Terlepas dari kepentingan dan tujuannya, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
akan meningkatkan dan memperkaya hidup kita. Belajar bagaimana berkomunikasi sama
pentingnya dengan belajar tentang komunikasi. Mempelajari komunikasi secara komprehensif
memberikan setidaknya tujuh keuntungan (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011):
35
a. Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan cara kita memandang diri sendiri.
Komunikasi adalah "penting untuk perkembangan seluruh pribadi" (Morreale, Obsborn,
& Pearson, 2000, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Sebagian dari
pengetahuan kita berasal dari pengalaman komunikasi. Seperti kita terlibat dalam
pikiran (komunikasi intrapersonal) dan dalam interaksi dengan orang lain yang
signifikan (komunikasi interpersonal), kita belajar tentang diri kita sendiri. Orang yang
naif tentang proses komunikasi dan pengembangan kesadaran diri, konsep diri, dan self-
efficacy mungkin tidak melihat diri mereka secara akurat atau mungkin tidak menyadari
pengembangan dirinya. Mengetahui bagaimana komunikasi mempengaruhi persepsi-
diri dapat menyebabkan kesadaran yang lebih besar dan penghargaan diri (Pearson,
Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).
b. Belajar keterampilan komunikasi dapat meningkatkan cara kita memandang diri
sendiri dengan cara kedua. Ketika kita belajar bagaimana melakukan komunikasi
secara efektif dalam berbagai situasi dari hubungan interpersonal rasa percaya diri kita
akan meningkat. Dalam sebuah penelitian berdasarkan tanggapan dari 344 mahasiswa
di sebuah universitas publik yang besar, mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan
komunikasi dirasakan kompetensi komunikasi mereka menjadi lebih besar dalam kelas,
di tempat kerja, dan dalam pengaturan sosial. Paling dramatis adalah perbaikan
persepsi, mereka merasa percaya diri tentang diri sendiri, merasa nyaman dengan
persepsi orang lain terhadap diri mereka, daya nalarnya dengan orang lain, dan
menggunakan bahasa secara tepat (Ford & Wolvin, 1993). Singkatnya, keberhasilan
kita dalam berinteraksi dengan orang lain dalam situasi sosial dan prestasi kita dalam
pengaturan profesional akan menimbulkan perasaan yang lebih positif tentang diri kita
sendiri.
c. Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antar
manusia. Belajar komunikasi termasuk belajar tentang bagaimana orang berhubungan
satu sama lain dan tentang apa jenis komunikasi yang sesuai untuk situasi tertentu.
Kebanyakan orang menghargai hubungan antar manusia dan menemukan kenyamanan
36
dalam persahabatan, hubungan keluarga, dan hubungan masyarakat. Dalam hubungan
ini kita belajar tentang kepercayaan, keakraban, dan hubungan timbal balik (Pearson,
Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).
Hubungan antar manusia melayani berbagai fungsi. Melalui hubungan antar manusia
terpenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia, antara lain: kebutuhan akan kasih sayang,
dalam arti seseorang dapat menerima dan memberikan kehangatan dan keramahan;
kebutuhan inklusi, dalam arti seseorang dapat mengalami perasaan bahwa kita saling
memiliki dan mampu menunjukkan perasaan terhadap orang lain sesuai dengan pesan
yang mereka miliki; kebutuhan akan kesenangan, dalam arti berbagi kebahagiaan dan
menyenangkan); kebutuhan untuk melarikan diri, dalam arti membolehkan seseorang
untuk mengalihkan diri; dan kebutuhan akan kontrol, dalam arti memberikan kebebasan
untuk mengelola kehidupannya sendiri dan mempengaruhi orang lain) (Rubin, Perse, &
Barbato, 1988).
Kita belajar tentang kompleksitas hubungan antar manusia sebagai juga kita
mempelajari komunikasi. Kita belajar, pertama, bahwa orang lain dalam hubungan yang
sangat berbeda satu sama lain. Kita belajar bahwa mereka dapat menerima atau
meremehkan kita. Kita belajar bahwa mereka dapat berperilaku seolah-olah mereka
lebih unggul atau lebih rendah dari kita. Kita juga belajar bahwa diantara mereka ada
yang mungkin didekati atau sangat formal. Pastinya orang-orang tidak dapat
dipertukarkan satu sama lain.
Hubungan antar manusia tidak bersifat netral. Kita juga belajar bahwa peran kita dalam
interaksi dengan orang lain dapat membantu atau berbahaya. Melalui komunikasi dapat
berbagi informasi pribadi yang membangun kepercayaan dan raport. Informasi pribadi
yang sama dapat digunakan untuk menghina atau mempermalukan orang lain.
Sementara beberapa hubungan meningkatkan dukungan sosial, yang lain penuh dengan
penipuan dan konflik.
Kita belajar bahwa setiap orang dalam hubungan antar manusia ikut membangun
realitas hubungan yang terjadi. Keluarga, misalnya, adanya kesempatan suka bercerita
pengalaman mereka yang buruk ketika berlibur, ketika melakukan perjalanan
37
keberbagai tempat, atau ketika beberapa kejadian khusus yang positif atau negatif
terjadi. Dengan adanya kesempatan saling bercerita akan membangun pola hubungan
tertentu. Pola hubungan yang terjadi mungkin positif apabila sebagai anggota keluarga
menekankan perasaan mereka rasa memiliki dan identitas mereka sebagai anggota
keluarga. Di lain pihak, cerita yang disampaikan oleh anggota keluarga mungkin saja
akan membentuk pola hubungan yang sangat negatif sebagai orang menipu orang lain
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menutupi tindakan kriminal
seperti penggunaan narkoba, pelecehan anak, atau pembunuhan. Tentunya demikian
pula hubungan antar manusia yang terjadi didunia kampus, antar pengajar, antar
mahasiswa, dan antara pengajar dan mahasiswa masing-masing memiliki andil yang
besar dalam membangun pola hubungan yang akan terbentuk.
Hubungan antar manusia kompleks. Melalui studi komunikasi, akan memperjelas
variabel yang terlibat dalam hubungan antar manusia, petunjuk verbal dan nonverbal
yang diberikan, pengaruh waktu, sifat hubungan, dan tujuan manusianya. Dengan
demikian dengan pemahaman tentang proses komunikasi akan jauh lebih siap untuk
terlibat dalam hubungan antar manusia.
Orang yang memiliki keterampilan komunikasi juga mengalami kepuasan relasional
lebih besar (Egeci & Gencoz, 2006). Jika kitamenerima pendidikan dalam keterampilan
komunikasi, lebih mungkin untuk melaporkan kepuasan hubungan yang lebih besar
daripada mereka yang tidak menerima pendidikan tersebut (Ireland, Sanders, &
Markie-Dodds, 2003). Hubungan antara keterampilan komunikasi dan kepuasan hidup
yang kuat. Koneksi berlaku dalam konteks kesehatan (Dutta-Bergman, 2005), termasuk
situasi di mana anggota keluarga yang mengalami penyakit yang mengancam jiwa
(Manne dkk, 2006).
d. Mempelajari komunikasi dapat mengajarkan seseorang akan pentingnya keterampilan
hidup. Mempelajari komunikasi berarti pula belajar keterampilan penting lainnya yang
akan digunakan dalam menjalankan kehidupannya, seperti berpikir kritis, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, resolusi konflik, membangun tim, melek media, dan
berbicara di depan orang banyak. (Allen, Berkowitz, Hunt, dan Louden, 1999)
38
e. Mempelajari komunikasi dapat membantu kita menggunakan kebebasan konstitusional
karena kita memahami bagaimana berkomunikasi secara efektif. Beberapa negara
memiliki hak untuk mengajak warganya untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide
mereka, namun kebebasan berbicara adalah penting untuk suatu bentuk pemerintahan
yang demokratis. Menjadi warga negara berlatih dalam suatu masyarakat demokratis
berarti mengetahui tentang isu-isu saat ini dan mampu berbicara tentang mereka dalam
percakapan, presentasi, dan melalui media massa, tetapi juga melibatkan kemampuan
untuk menelaah secara kritis pesan yang disampaikan orang lain.
Pemahaman kita tentang komunikasi membentuk kehidupan politik kita pula.
Komunikasi massa dan teknologi komunikasi secara tajam telah mengubah proses
politik. Hari ini orang lebih banyak memiliki kesempatan untuk menerima informasi
daripada sebelumnya. Melalui media massa, orang-orang di lokasi terpencil serta
informasi seperti ini di pusat-pusat kota besar. Masalah mendesak dapat perhatian
segera.
Dengan menguasai keterampilan komunikasi, memiliki kesempatan untuk menjadi
anggota yang berfungsi penuh dari masyarakat demokratis. Namun juga memiliki beban
tambahan agar memiliki pemahaman tentang media dan teknologi informasi lainnya.
Mempelajari komunikasi akan membantu kita belajar bagaimana berbicara secara
efektif, menganalisisargumen, mensintesis sejumlah besar informasi, dan kritis
mengkonsumsi informasi dari berbagai sumber. Masa depan masyarakat kita tergantung
pada penguasaan tersebut.
f. Mempelajari komunikasi dapat membantu kita sukses secara profesional. Sebuah iklan
lowongan pekerjaan di koran akan memberikan pemahaman langsung tentang
pentingnya meningkatkan pengetahuan dan praktek komunikasi. Di bawah ini akan
ditunjukkan beberapa iklan lowongan kerja dari koran atau internet seperti ini:
39
1) "Kami membutuhkan orang yang berorientasi pada hasil, secara profesional
berpengalaman, mampu melakukan komunikasi dengan baik dan inovator"
membaca satu iklan untuk seorang manajer pemasaran.
2) Berikutnya satu untuk seorang analis pemasaran, berbunyi, "Anda harus kreatif,
ingin tahu, dan seorang komunikator yang baik, baik secara tertulis dan lisan."
3) Sebuah iklan untuk spesialis trainer hendaknya memiliki " keterampilan presentasi
yang baik, keterampilan komunikasi verbal dan tertulis, dan kemampuan untuk
berinteraksi dengan semua tingkat dalam organisasi”.
Sebagai orang yang berpendidikan dalam komunikasi, kita akan lebih mudah
mendapatkan pekerjaan yang lebih diinginkan (Bardwell, 1997; Cockrum, 1994:
Peterson, 1997: Ugbah & Evuleocha, 1992 dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan
Harter, 2011). Banyak profesi yang keberhasilannya ditentukan oleh keterampilan
komunikasi. Profesional di bidang-bidang seperti akuntansi, audit, perbankan,
konseling, teknik, higiene industri, ilmu informasi, humas, dan penjualan semua ditulis
tentang pentingnya kemampuan komunikasi lisan (Hanzevack & McKean, 1991; Horton
& Brown, 1990; LaBar , 1994; Messmer, 1997; Nisberg, 1996; Ridley, 1996; Simkin,
1996, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Akhir-akhir ini, profesional
di bidang industri komputer (Coopersmith, 2006; Glen, 2006), genetika dan ilmu
pengetahuan (Bubela, 2006), pertanian dan peternakan (Harper, 2006), pendidikan
(Lavin Colky & Young, 2006), dan kebidanan (Nicholls & Webb, 2006) telah
menekankan pentingnya keterampilan komunikasi bagi karyawannyal. Berbagai karir
ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi yang penting di seluruh jajarannya.
Menurut banyak ahli yang dikutip oleh Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011)
salah satu satu yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan keterampilan
komunikasi yaitu dalam kontak pertama dengan orang lain. Dengan mempelajari
komunikasi, keterampilan wawancara Anda akan ditingkatkan. Lebih lanjut, personil
pewawancara mencatat bahwa keterampilan komunikasi lisan, secara umum, secara
signifikan mempengaruhi keputusan diterima atau tidaknya seorang calon karyawan
(Peterson, 1997). Salah satu survei menunjukkan bahwa personil manajer yang efektif
diidentifikasi berbicara dan mendengarkan sebagai faktor paling penting dalam
mempekerjakan orang (Curtis, Winsor, & Stephens, 1989). Dalam survei lain,
40
pengusaha mengidentifikasi keterampilan yang paling penting bagi lulusan perguruan
tinggi memiliki kemampuan komunikasi lisan, kemampuan interpersonal, kerjasama,
dan kemampuan analitis (Collins & Oberman, 1994).
Keterampilan komunikasi penting tidak hanya di awal karir Anda, tetapi sepanjang
rentang kehidupan kerja. Dauphinais (1997) mengamati bahwa kemampuan komunikasi
dapat meningkatkan mobilitas dalam karir seseorang. Eksekutif bisnis mencatat
pentingnya kompetensi komunikasi (Argenti & Forman, 1998; Reinsch & Shelby,
1996). Akhirnya, keterampilan komunikasi adalah salah satu prioritas utama bagi
pekerja.
g. Mempelajari komunikasi dapat membantu Anda mengendalikan dunia yang semakin
beragam. Ketika kita berjalan-jalan di mal, uang deposito di bank, pergi ke bioskop,
atau bekerja di pekerjaan Anda, kemungkinan besar bahwa sekitar satu dari setiap lima
orang yang datang ke konter akan berbicara dengan bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua. Belajar bagaimana komunikasi di dunia sekarang ini, apakah bahasa Inggris
adalah bahasa pertama atau tidak, memerlukan pemahaman tentang komunikasi dan
budaya dan bagaimana dua konsep terkait.
5.2 Pengertian komunikasi
Setelah memahami tentang pentingnya komunikasi, selanjutnya perlu dipelajari secara tepat
pengertian tentang komunikasi. Komunikasi adalah konsep yang tidak mudah untuk sampai pada
definisi yang tepat dan memuaskan untuk sebagian besar dari mereka yang menganggap dirinya
ahli komunikasi. Namun sebagian besar ahli memiliki pandangan yang sama, bahwa komunikasi
adalah begitu dalam berakar pada perilaku manusia dan struktur masyarakat yang sulit untuk
memikirkan kegiatan sosial atau perilaku yang tidak ada komunikasi.
Komunikasi berasal dari kata Latin communicare, yang berarti "untuk membuat umum" atau
"untuk berbagi". Sedangkan menurut Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), komunikasi
dapat didefinisikan sebagai proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna. Komunikasi
dianggap suatu proses karena kegiatan, pertukaran, atau satu set perilaku-bukan produk yang
tidak berubah. David Berlo, 1960, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), seorang
pionir dalam bidang komunikasi, mungkin memberikan pernyataan paling jelas tentang
41
komunikasi sebagai suatu proses. Jika kita menerima konsep proses, kita melihat peristiwa dan
hubungan yang dinamis, berkelanjutan, terus berubah, terus menerus. Ketika kita label sesuatu
sebagai suatu proses, berarti komunikasi sebagai proses tidak memiliki awal, akhir, urutan tetap
kejadian.
Gambaran tiga orang mahasiswa yang sedang melakukan pertemuan di selasar antara kelas
dan saling berbicara dengan bertukar beberapa kalimat. Kejadian ini tidak dimulai dan berakhir
dengan kata-kata pertama dan kalimat terakhir yang diutarakan ketiga mahasiswa tersebut
walaupun mereka semua berhenti untuk saling berbicara satu sama lain. Ada kemungkinan
hubungan mereka dimulai sebelum pertemuan ini, karena mereka semua tampaknya memiliki
pemahaman umum apa yang dikatakan, Ada kemungkinan mereka berbagi pengalaman yang
sama membentuk persepsi mereka. Kemungkinan lain, bahwa pertemuan singkat ini tidak
berakhir ketika ketiga mahasiswa itu pergi dengan cara mereka, melainkan bahwa mereka
berpikir tentang konservasi mereka di kemudian hari atau yang mengarah ke pertemuan lain
akhir minggu ini. Dengan kata lain, sebuah kejadian tidak dapat menangkap semua yang terjadi
selama komunikasi, sebuah proses yang dimulai sebelum kata-kata mulai dan berakhir lama
setelah akhir kata.
5.3 Komponen Komunikasi
Bagaimana komunikasi dalam tindakan benar-benar bekerja ditentukan oleh komponen yang
ada. Komponen komunikasi terdiri atas orang-orang, pesan, kode, saluran, umpan balik,
encoding dan decoding, dan kebisingan (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).
a. Orang
Orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi memiliki dua peran, baik sebagai sumber
dan penerima pesan. Sebagai sumber yang menyampaikan pesan, dan penerima adalah sasaran
pesan. Karakteristik individu, termasuk ras, jenis kelamin, usia, budaya, nilai, dan sikap,
mempengaruhi cara orang mengirim dan menerima pesan.
b. Pesan
Pesan adalah bentuk verbal dan non verbal ide, pikiran, atau perasaan bahwa satu orang (sumber)
ingin berkomunikasi dengan orang lain atau sekelompok orang (penerima). Pesan adalah isi dari
interaksi. Pesan berisi simbol-simbol yang digunakan untuk berkomunikasi yang dapat berupa
42
ide-ide, ekspresi wajah, gerakan tubuh, gerakan, kontak fisik, nada suara, dan kode nonverbal
lainnya. Ada pesan yang relatif pendek dan mudah untuk dipahami atau panjang dan rumit.
c. Saluran atau Media
Saluran atau Media adalah sarana penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan.
Sebuah pesan bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari satu orang ke orang lain, dengan
melakukan perjalanan melalui media, atau saluran. Airwaves, gelombang suara, kabel tembaga
twinted, serat kaca, dan kabel semua saluran komunikasi. Airwaves dan kabel adalah dua dari
berbagai saluran melalui mana kita menerima pesan televisi. Pesan radio bergerak melalui
gelombang suara. Komputer gambar (dan suara, jika ada) perjalanan melalui cahaya dan
gelombang suara. Dalam komunikasi orang ke orang, pengiriman pesan melalui saluran
gelombang suara dan gelombang cahaya yang memungkinkan penerima untuk melihat dan
mendengar apa yang disampaikan sumber.
d. Umpan balik
Umpan balik adalah respon penerima baik verbal dan nonverbal untuk pesan yang disampaikan
sumber. Idealnya, penerima menanggapi pesan-pesan yang disampaikan sumber atau pengirim
dengan memberikan umpan balik sehingga sumber mengetahui pesan diterima sebagaimana
dimaksud. Umpan balik adalah bagian dari setiap situasi komunikasi. Bahkan tidak ada
tanggapan, atau diam, adalah umpan balik, seperti perilaku gelisah dan bingung terlihat dari
mahasiswa di ruang kuliah. Misalkan pada waktu mahasiswa ingin mencari kamar kecil yang
belum pernah tahu sebelumnya.
e. Kode
Sebuah kode adalah susunan sistematis simbol yang digunakan untuk membuat makna dalam
pikiran orang lain atau orang-orang. Sebuah komputer membawa pesan melalui kode pada kabel
atau kawat serat; ketika berkomunikasi dengan orang lain menggunakan kode yang disebut
"bahasa". Kata, frasa, dan kalimat menjadi "simbol" yang digunakan untuk membangun
gambaran, pikiran, dan ide-ide dalam pikiran orang lain. Jika seseorang membelalakan matanya
merupakan tanda marah bagi orang lain.
Kode verbal dan nonverbal adalah dua jenis kode yang digunakan dalam komunikasi. Kode
verbal terdiri dari simbol dan pengaturan tata bahasa mereka. Semua bahasa adalah kode. Kode
43
nonverbal terdiri dari semua simbol yang bukan kata-kata, termasuk gerakan tubuh, penggunaan
ruang dan waktu, pakaian dan ornamen lainnya, dan suara selain kata-kata.
f. Encoding dan Decoding
Komunikasi melibatkan penggunaan kode, proses komunikasi dapat dilihat sebagai salah satu
encoding dan decoding. Encoding didefinisikan sebagai proses menerjemahkan ide atau
pemikiran ke kode. Decoding adalah proses untuk menempatkan berarti bahwa ide atau
pemikiran. Misalnya, kita tertarik untuk membeli baju untuk kekasih yang berulang tahun. Kita
mencoba untuk menggambarkan baju yang cocok untuk kekasih kita itu, yang dapat membantu
kita ketika akan membelinya. Kita mencoba memvisualisasikan baju dengana warna hitam,
desain sederhana, dan berupa celana panjang yang disukai oleh kekasih kita itu. Menempatkan
visi ini menjadi kata-kata dan memberitahu kepada kekasih tersebutlah yang disebut sebagai
encoding. Setelah mendengarkan apa yang disampaikan, kekasih kita akan membayangkan
seperti apa baju yang akan kita hadiahkan, yang disebut sebagai decoding. Tapi baju apa
konkritnya yang akan hadiahkan belum tentu sesuai dengan apa yang dibayangkan oleh kekasih
kita. Seperti yang Anda lihat, kesalahpahaman sering terjadi karena keterbatasan bahasa dan
ketidakcukupan deskripsi. Meskipun demikian, encoding dan decoding sangat penting dalam
berbagi pikiran, gagasan, dan perasaan dengan orang lain.
g. Kebisingan
Dalam proses komunikasi, kebisingan adalah setiap gangguan pada proses encoding dan
decoding yang mengurangi kejelasan pesan. Kebisingan dapat fisik, seperti suara keras,
mengganggu pemandangan, seperti sepotong makanan di antara gigi depan seseorang, atau
perilaku yang tidak biasa, seperti seseorang berdiri terlalu dekat untuk kenyamanan. Kebisingan
dapat berupa mental, psikologis, atau semantik, seperti lamunan tentang orang yang dicintai,
khawatir tentang suatu kejadian, sakit kepala, atau ketidakpastian tentang apa kata orang lain
maksud.
5.4 Jenis Komunikasi
Ada berbagai jenis komunikasi tetapi mereka dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis dasar
komunikasi. Keempat jenis komunikasi adalah sebagai berikut:
44
5.4.1 Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal meliputi suara, kata, bahasa dan berbicara. Bahasa dikatakan berasal dari
suara dan gerak tubuh. Ada banyak bahasa yang diucapkan di dunia. Dasar-dasar pembentukan
bahasa adalah: gender, kelas, profesi, wilayah geografis, kelompok umur dan elemen sosial
lainnya. Berbicara adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dan diklasifikasikan menjadi
dua yaitu jenis. interpersonal komunikasi dan berbicara di depan umum.
5.4.2 . Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal melibatkan cara-cara fisik dari komunikasi, seperti, nada, sentuhan,
suara, dan gerak tubuh. Komunikasi non-verbal dapat pula berupa gerakan kreatif dan estetika
termasuk menyanyi, bermain musik, menari dan memahat. Simbol dan bahasa isyarat juga
termasuk dalam komunikasi non-verbal. Bahasa tubuh adalah cara non-verbal komunikasi.
postur tubuh dan kontak fisik menyampaikan banyak informasi. postur tubuh banyak hal ketika
Anda berkomunikasi secara lisan kepada seseorang. Contoh lain dari komunikasi nonverbal
adalah kontak fisik, seperti, berjabat tangan, mendorong, menepuk-nepuk dan menyentuh
mengungkapkan rasa keakraban. Ekspresi wajah, perilaku, dan kontak mata adalah cara-cara
komunikasi yang berbeda. Membaca ekspresi wajah dapat membantu Anda mengetahui
seseorang yang lebih baik.
5.4.2 Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis berupa tulisan kata-kata yang ingin disampaikan pada waktu berkomunikasi.
Komunikasi tertulis yang baik sangat penting untuk tujuan pendidikan dan bisnis. Komunikasi
tertulis dapat dipraktekkan dalam berbagai bahasa. E-mail, laporan, artikel dan memo adalah
beberapa cara menggunakan komunikasi tertulis dalam pendidikan dan bisnis. Komunikasi
tertulis dapat diedit dan diubah berkali-kali sebelum dikomunikasikan kepada pihak kedua
kepada siapa komunikasi dimaksudkan. Ini adalah salah satu keuntungan utama menggunakan
tulisan sebagai sarana utama komunikasi dalam kegiatan usaha. komunikasi tertulis yang
digunakan tidak hanya dalam pendidikan dan bisnis saja, tapi juga untuk tujuan komunikasi
informal. Mobile SMS adalah contoh komunikasi tertulis informal.
45
5.4.3 Komunikasi visual
Komunikasi visual adalah tampilan visual dari informasi, seperti, topografi, fotografi, tanda,
simbol dan desain. Televisi dan video klip adalah bentuk elektronik komunikasi visual.
Jenis komunikasi yang meningkat dari hari ke hari dapat membantu kejelasan dan
menghilangkan ambiguitas dalam komunikasi.
5.5 Tingkat Komunikasi
Komunikasi terjadi dalam konteks suatu keadaan atau situasi. Komunikasi dapat terjadi antara
dua teman, di antara beberapa kenalan bisnis dalam suatu kelompok kecil, dan antara dosen dan
mahasiswanya di dalam kelas. Pada banyak perguruan tinggi dan universitas, program
komunikasi terjadi dalam konteks: komunikasi interpersonal, wawancara, komunikasi dalam
suatu kelompok kecil, berbicara di depan banyak orang (public speaking), dan komunikasi
massa. Jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi mempengaruhi jenis komunikasi yang
terjadi. Kita dapat berkomunikasi dengan diri sendiri, dengan orang lain, atau dengan banyak
orang lain. Perbedaan antara situasi ini mempengaruhi pilihan kita dari kode yang paling tepat
verbal dan non verbal.
5.5.1 Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal-adalah komunikasi yang menggunakan bahasa atau pemikiran internal
sebagai kommunikator. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan individu sekaligus
menjadi pengirim dan penerima pesan, memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri dalam
proses internal yang sedang berlangsung.
Komunikasi intrapersonal dapat mencakup:
Bermimpi
Melakukan introspeksi diri
Berbicara dengan suara keras (berbicara kepada diri sendiri), membaca keras, mengulangi
apa yang didengar, kegiatan tambahan dari berbicara dan mendengar apa yang
dipikirkan, membaca atau mendengar yang dapat meningkatkan konsentrasi dan retensi.
Hal ini dianggap normal, dan berbeda dari orang yang satu dengan orang lainnya.
46
Menulis (dengan tangan, atau dengan pengolah kata, dll) hasil pikiran atau pengamatan:
kegiatan tambahan, di atas berpikir, menulis dan membaca kembali lagi yang dapat
meningkatkan pemahaman diri ("Bagaimana saya tahu apa yang saya maksud sampai aku
lihat apa yang saya katakan ") dan konsentrasi. Kegiatan ini dapat membantu dalam
memetakan pikiran seseorang, di samping menghasilkan catatan yang dapat digunakan
kemudian hari. Menyalin teks untuk membantu menghafal juga masuk dalam kategori
ini.
Melakukan sesuatu sambil berpikir: aktivitas tambahan, di atas pemikiran, dari gerakan
tubuh, suatu cara yang dapat meningkatkan konsentrasi, membantu dalam pemecahan
masalah, dan membantu memori.
Mengambil keputusan, misalnya menafsirkan peta, teks, tanda, dan simbol.
Menginterpretasikan komunikasi non-verbal, misalnya gerakan dan kontak mata.
Komunikasi antara bagian tubuh; misalnya "Perut saya memberitahu saya sudah
waktunya untuk makan siang."
merenungkan alternatif dalam pikiran.
Komunikasi intrapersonal juga mencakup kegiatan seperti pemecahan masalah internal,
menyelesaikan konflik internal, perencanaan untuk masa depan, dan mengevaluasi diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain.
5.5.2 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh para ahli komunikasi dalam berbagai cara,
meskipun definisi paling banyak: melibatkan peserta yang saling bergantung satu sama lain dan
menuntut keterampilan berbicara dan mendengar. Saluran komunikasi yang dipilih adalah
medium untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima. Saluran komunikasi dapat
dikategorikan ke dalam dua kategori utama: saluran komunikasi langsung dan tidak langsung.
Saluran langsung adalah mereka yang jelas dan dapat dengan mudah dikenali oleh penerima.
Mereka juga berada di bawah kontrol langsung dari pengirim. Dalam kategori ini adalah saluran
verbal dan non-verbal komunikasi. saluran komunikasi verbal adalah mereka yang menggunakan
kata-kata dalam beberapa cara, seperti komunikasi tertulis atau komunikasi lisan. saluran
komunikasi non-verbal adalah mereka yang tidak memerlukan kata-kata, seperti ekspresi wajah
47
terbuka tertentu, gerakan tubuh terkontrol (seperti yang dibuat oleh polisi lalu lintas untuk
mengendalikan lalu lintas di persimpangan), warna (merah untuk bahaya, berarti hijau pergi dll),
suara (sirene, alarm dll). Saluran tidak langsung adalah saluran yang biasanya diakui secara sadar
oleh penerima, dan bukan di bawah kontrol langsung dari pengirim. Ini termasuk gerakan atau
bahasa tubuh, yang mencerminkan emosi batin dan motivasi daripada pesan yang disampaikan
sebenarnya. Ini juga mencakup hal jelas, seperti "firasat", "firasat" atau "pertanda".
Menurut Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), diad dan komunikasi kelompok
kecil adalah dua himpunan bagian dari komunikasi interpersonal. Komunikasi diad hanya
melibatkan dua orang, seperti wawancara dengan seorang atasan atau seorang guru, pembicaraan
dengan orang tua, pasangan, atau anak, dan interaksi dengan orang yang belum dikenal
sebelumnya, kenalan, dan teman-teman. Komunikasi kelompok kecil adalah proses
menggunakan pesan untuk menghasilkan makna dalam sebuah kelompok kecil orang (Brilhart &
Galanes, 1998). Komunikasi dalam kelompok kecil, terjadi dalam keluarga, kelompok kerja,
kelompok pendukung, kelompok agama, dan kelompok belajar.
Komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses seperti menjadi orang tua, hubungan
yang akrab, manajemen, penjualan, konseling, pendidikan, mentoring, dan manajemen konflik.
5.5.3 Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok mengacu pada sifat dari komunikasi yang terjadi dalam kelompok antara
3 sampai 12 orang. Komunikasi kelompok kecil umumnya terjadi dalam konteks yang
menggambungkan interaksi komunikasi interpersonal dengan pengelompokan sosial.
5.5.4 Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna dalam situasi
di mana satu sumber mengirimkan pesan ke banyak penerima, yang disertai komunikasi
nonverbal, dan kadang-kadang dengan mengajukanpertanyaan dan jawaban atau umpan balik.
Dalam komunikasi publik sumber menyesuaikan pesan ke penerima pesan dalam upaya untuk
mencapai pemahaman maksimum. Adakalanya hampir semua penerima atau audiens memahami
pesan pembicara; kali lain banyak penerima pesan atau audiens gagal untuk memahami.
Komunikasi publik, atau berbicara di depan umum dan pesan dikemas dalam struktur
perencanaan yang bentuknya formal. Komunikasi publik paling sering digunakan untuk tujuan
48
menginformasikan atau membujuk, tetapi juga dapat pula untuk tujuan menghibur,
memperkenalkan suatu produk, mengumumkan suatu informasi atau keputusan, dan ungkapan
selamat datang. Bentuk komunikasi public antara lain: kuliah di dalam ruangan kelas, seminar
atau ceramah di ruang aula atau auditorium, dan ibadah. Komunikasi publik juga dilakukan
ketika seorang politisi mencoba untuk meyakinkan para calon pemilih melalui kegiatan
kampanye, atau ketika memperkenalkan pembicara tamu untuk khalayak dengan jumlah yang
besar. Rumah pruduksi menggunakannya untuk mempromosikan film mereka. Tidak ada
kebijakan atau produk bisa berhasil tanpa pesan cerdasyang ditargetkan untuk khalayak yang
tepat dengan cara yang kreatif dan inovatif.
5.5.5 Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan untuk menghasilkan makna, antara
sumber dan sejumlah besar penerima yang melibatkan beberapa sistem transmisi (mediator).
Ketika kita menonton acara TV favorit, sinyal akan diperoleh dari sebuah studio siaran melalui
satelit atau sistem kabel dan kemudian dari sistem akan sampai ke TV kita: Mediatornya adalah
saluran, metode distribusi. Jenis komunikasi ini disebut "massa" karena pesan tersebut masuk ke
koran dan majalah pembaca, pemirsa TV, dan pendengar radio. Komunikasi massa sering
diajarkan pada sebuah perguruan tinggi, yang mengajarkan komunikasi radio dan televisi, atau
jurnalisme.
Orang yang mempelajari komunikasi massa mungkin tertarik dalam proses melalui saluran atau
media apa komunikasi ditransmisikan. Atau, mereka mungkin tertarik dalam efek media pada
masyarakat dan srudi persuasi atau bagaimana opini publik diciptakan dan diubah. Komunikasi
massa telah mengalami peningkatan peminat karena kesempatan untuk melakukan komunikasi di
Internet semakin diperluas. Saat ini banyak mahasiswa yang tertarik pada konvergensi media
atau cara penyiaran, penerbitan, dan komunikasi digital sekarang berkumpul, dan dalam
beberapa kasus membentuk suatu wadah tersendiri.
5.5.6 Komunikasi Melalui Komputer
Secara khusus Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011) mengemukakan komunikasi lain:
Komunikasi Melalui Komputer, meliputi komunikasi manusia dan berbagi informasi melalui
jaringan komputer. Komunikasi Melalui Komputer ini membutuhkan keaksaraan digital, yaitu
kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang tersedia
49
melalui komputer. Pesan e-mail, tulisan diskusi kelompok, catatan newsgroup, pesan instan,
pesan teks, dan twitters berfungsi sebagai pesan manusia yang secara terus menerus melayani
sebagai sumber atau penerima dari pesan-pesan. Dengan cara yang sama, konvergensi media
telah menjadi jalan penting dari penelitian tentang komunikasi massa, konvergensi teknologi
telah menggelitik minat para sarjana dan praktisi. Konvergensi teknologi memfokuskan diri pada
sistem teknologi, termasuk suara, data, dan video. Pertimbangkan berbagai perangkat elektronik
digunakan saat ini dan apa yang mungkin telah digunakan lima tahun yang lalu untuk
mendapatkan beberapa pemahaman tentang seberapa cepat perubahan ini terjadi.
5.6 Hambatan dalam Komunikasi
Banyak orang menganggap berkomunikasi itu mudah. Anggapan ini muncul setelah banyak yang
sudah kita lakukan sepanjang hidup kita. Ada beberapa kebenaran dalam pandangan sederhana.
Akan tetapi apabila kita telusuri lebih jauh lagi ternyata tidak selalu komunikasi berhasil dengan
efektif. Ada beberapa kemungkinan yang membuat komunikasi dirasakan rumit, sulit, dan
menimbulkan frustrasi . Berikut adalah tujuh hambatan yang dapat membuat proses komunikasi
tidak berjalan efektif.
5.6.1 Hambatan Fisik.
Hambatan fisik di lingkungan kampus meliputi:
Ditandai wilayah, semacam ekslusivitas di mana orang asing tidak diperbolehkan
Pintu ruangan dosen tertutup, ada layar penghalang, wilayah yang terpisah untuk orang
yang berbeda status
Wilayah kerja besar atau bekerja dalam satu unit yang secara fisik terpisah dari orang
lain.
Penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor paling penting dalam membangun tim kohesif
adalah kedekatan. Selama orang masih memiliki ruang pribadi yang mereka dapat memanggil
mereka sendiri, kedekatan kepada orang lain bantu komunikasi karena itu membantu kita
mengenal satu sama lain.
5.6.2 Hambatan persepsi.
50
Masalah dengan berkomunikasi dengan orang lain adalah bahwa kita semua melihat dunia
adakalanya berbeda. Pikiran, asumsi dan persepsi kita akan membentuk realitas kita sendiri.
Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah merasa takut apabila diminta untuk
datang ke ruang dosen, berbeda dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Penyebab utamanya adalah persepsi “diminta untuk ke ruang dosen” bagi mahasiswa yang
kurang percaya diri adalah ada teguran atau sudah melakukan suatu kesalahan, dilain pihak
mahasiswa yang percaya diri dapat saja menganggap akan memperoleh kesempatan baik. Lebih
jauh mengenai persepsi telah dibahas dalam topic persepsi.
5.6.3 Hambatan emosional.
Salah satu hambatan utama untuk membuka dan komunikasi bebas adalah hambatan emosional.
Hal ini terutama terdiri dari ketakutan, ketidakpercayaan dan kecurigaan. Akar dari
ketidakpercayaan emosional kita terhadap orang lain terletak pada masa kecil kita dan masa
kanak-kanak ketika kita diajarkan untuk berhati-hati apa yang kita katakan kepada orang lain.
"Pikiran Anda P dan Q"; "Jangan bicara sampai kau berbicara dengan"; "Anak-anak harus dilihat
dan tidak mendengar". Akibatnya banyak orang menahan diri dari mengkomunikasikan pikiran
dan perasaan kepada orang lain. Mereka merasa rentan. Sementara beberapa orang mungkin
bijak dalam hubungan tertentu, ketakutan yang berlebihan dari apa yang orang lain mungkin
menganggap kami bisa mencapait perkembangan sebagai komunikator yang efektif dan mampu
untuk membentuk hubungan yang bermakna.
5.6.4 Hambatan budaya.
Ketika kita bergabung dalam kelompok dan ingin tetap di dalamnya, cepat atau lambat kita perlu
mengadopsi pola perilaku kelompok. Kelompok bermanfaat bagi penguatan perilaku tersebut
melalui tindakan pengakuan, persetujuan dan inklusi. Dalam kelompok yang senang menerima
anggotanya, dan anggota kelompok tersebut dengan senang hati akan menyesuaikan diri, terjadi
mutualitas kepentingan dan tingkat kepuasan menang-menang. Namun demikian, apabila
terdapat hambatan untuk menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok, tidak terjadi komunikasi
yang baik.
5.6.5 Hambatan Bahasa.
51
Bahasa yang menggambarkan apa yang kita ingin katakan dalam dapat menjadi sumber
hambatan komunikasi kita dengan orang lain yang tidak akrab dengan ekspresi kita dan jargon.
6 Kepemimpinan dan Kelompok
"Kepemimpinan sehalus melodi Mozart. Musik ada dan tiada. Musik tertulis di
halaman, tapi itu tidak akan berarti apa-apa apabila tidak ditampilkan dan
didengar. Banyak tidaknya efek tergantung pada pelaku dan pendengarnya.
Pemimpin terbaik, seperti musik terbaik, menginspirasi kita untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan baru. "
M.Kur (1997: p. 271)
Para pemimpin kelompok atau organisasi menghadapi tantangan serupa. Sementara mereka
tidak perlu membawa pasukan mereka ke medan perang, pemimpin organisasi harus memahami
lingkungan di mana mereka beroperasi, menetapkan tujuan dan sasaran, dan memotivasi
karyawan mereka untuk mencapai keunggulan untuk "pertempuran" di pasar global. Selain itu
para pemimpin harus memimpin "pasukan" dengan cara yang memungkinkan mereka tidak
hanya untuk melakukan tugas-tugas yang diperlukan, tetapi juga untuk berpartisipasi dalam
sehari-hari keputusan yang mempengaruhi mereka. Anggota kelompok atau organisasi berharap
untuk memainkan peran yang lebih berarti dalam kegiatan kelompok atau organisasi daripada di
masa lalu, menterjemahkan perintah dan pendekatan kontrol untuk kepemimpinan tidak akan
banyak manfaatnya.
6.1 Apa itu Kepemimpinan?
a. Suatu proses pengaruh sosial untuk memindahkan individu dan kelompok menuju
pencapaian tujuan tertentu
b. Berbagi visi dan pengikut yang terlibat dalam visi itu.
c. Kemampuan untuk menggerakkan organisasi ke arah tingkat kinerja yang lebih tinggi
dengan mengubah visi menjadi tindakan yang signifikan.
52
d. Merupakan suatu hubungan. Kepemimpinan hanya ada kalau ada pengikut, dan
efektivitas hubungan langsungnya bervariasi hingga pada tingkat kepercayaan
dalam hubungan tersebut. Sementara itu beberapa orang mungkin lebih atau
kurang percaya daripada yang lain, dan kepercayaan ada (dan berkembang)
dalam hubungan tersebut.
e. Dapat diamati, dipelajari, seperangkat praktek dan keterampilan yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal. "Siapa pun yang ingin menjadi pemimpin dapat meningkatkan
kemampuannya melalui pelatihan, praktek, dan umpan balik."
f. Sebuah integrasi teori, proses, dan kesadaran bahwa apa yang efektif dalam satu situasi
mungkin tidak efektif di negara lain. Kepemimpinan yang efektif membutuhkan
kemampuan untuk menilai situasi (dan orang yang terlibat), membandingkannya dengan
pengalaman sebelumnya dan praktek, dan mengembangkan pendekatan yang akan fit tapi
tetap cukup fleksibel untuk menyesuaikan dengan situasi yang membutuhkan. Pemimpin
yang efektif juga mengambil waktu untuk merenungkan tindakan dan perilaku mereka
untuk menilai secara objektif apa yang berhasil dan apa yang tidak. Singkatnya,
pemimpin yang efektif adalah belajar terus menerus.
6.2 Karakteristik Kepemimpinan yang Efektif
Setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin besar. Bahkan
beberapa yang awalnya sederhana, seperti Abraham Lincoln dan Jenderal Sudirman, telah
naik ke posisi kepemimpinan dan mempengaruhi banyak orang dan bahkan bangsa. Anda
mungkin berpikir. "Tapi aku hanya seorang mahasiswa," atau "Saya tidak pintar” atau
“Orang tua saya tergolong tidak mampu”. Tidak ada cetakan tunggal untuk menjadi
pemimpin besar. Mereka ada yang perempuan (misalnya Sri Mulyani) dan laki-laki, tua
dan muda, berbadan sehat dan fisik ditantang, dan datang dari semua bangsa dan latar
belakang sosial ekonomi. Jadi, apa yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin besar?
Menurut Kouzes dan Posner (1993), para pemimpin yang efektif ditandai oleh
kemampuan mereka untuk
53
6.2.1 Tertantang pada proses.
Hendaknya seorang pemimpin merasa tertantang untuk
melakukan suatu usaha untuk membawa anggota
kelompok mencapai suatu tujuan sekalipun dihadapkan
pada berbagai kesulitan. Organisasi dan kelompok adalah
tempat terjadinya konflik yang tak terhindarkan dan juga
konflik eksternal. Ketegangan yang terjadi dapat
meningkatkan produktivitas.
Pemimpin perlu menyoroti bahwa jika anggota tidak
bekerja untuk meningkatkan keahlian mereka, mereka kehilangan keahlian mereka. Keahlian
adalah proses, bukan produk akhir. Setiap orang atau organisasi terus berubah. Jika keahlian
tidak tumbuh, maka menurun. Saat seseorang percaya dia adalah seorang ahli dan berhenti
mencoba untuk belajar lebih banyak, maka ia akan kehilangan keahlian mereka. Pemimpin harus
memimpin anggota terhadap agar keahlian mereka ditingkatkan. Dan tantangan yang paling jelas
dan langsung ke langkah kompetitif dan individualistis tradisional adalah adopsi dari tim
koperasi dalam organisasi. Dalam rangka meningkatkan penyesuaian psikologis dan harga diri
anggautanya, organisasi perlu diubah menjadi jaringan saling koperatif.
6.2.2 Menginspirasi visi bersama secara jelas.
Tanggung jawab kepemimpinan kedua adalah untuk menciptakan visi bersama dari apa yang tim
atau organisasi harus dan bisa, misi yang jelas bahwa semua anggota berkomitmen untuk
mencapai, dan satu set tujuan sebagai upaya-upaya membimbing anggota-anggota '. Untuk
melakukannya seorang pemimpin harus:
1) Memiliki visi / impian yang dapat dicapai organisasi.
2) Mengkomunikasikan visi itu dengan komitmen dan antusiasme.
3) Membuat visi bersama diadopsi anggota staf sebagai milik mereka.
4) Membuat visi yang rasional dan prosedur pelaksanaan disusun berdasarkan
kesepakatan bersama.
54
Daripada mendikte arah, pemimpin yang efektif akan mengakui nilai-nilai, keyakinan, dan emosi
anggota kelompok, dan memotivasi mereka untuk menyelaraskan diri dengan misi yang
mencerminkan kebaikan yang lebih besar.
Pemimpin hendaknya antusias dan sering berkomunikasi tentang impian tim dan organisasi serta
menjadi tempat di mana anggota kelompok saling berbagi, membantu, mendorong, dan
mendukung usaha satu sama lain untuk mencapai dan berhasil. Bekerja sama untuk mendapatkan
pekerjaan yang dapat dilakukan dan menciptakan kepedulian serta berkomitmen yang
mendorong anggota maju dalam pencarian bersama mereka untuk mencapai prestasi yang
unggul. Praktek-praktek baru harus didukung didasari oleh pengetahuan tentang penelitian yang
relevan dan teori.
Seseorang tanpa pengikut bukan pemimpin, dan orang tidak akan menjadi pengikut sampai
mereka menerima visi sebagai milik mereka.
6.2.3 Memungkinkan orang lain untuk bertindak.
Pemimpin yang efektif akan berbagi informasi dan kekuasaan dengan cara berkolaborasi dan
memberdayakan mereka untuk menetapkan dan mencapai tujuan koperatif. Anggota kelompok
perlu tahu di mana mereka cocok dan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dalam
rangka memberikan kontribusi dalam cara yang berarti. Dengan mendengarkan dan mendukung
semua anggota kelompok akan menciptakan suasana saling percaya dan menghormati untuk
mengembangkan potensi mereka.
6.2.4 Model bagaimana ‘berjalan’.
Seorang pemimpin adalah bagian dari dan tidak terlepas dari kelompok. Dengan kata lain,
kekuatan seorang pemimpin ada tidak begitu banyak karena peran mereka itu sendiri, tetapi
karena diberikan oleh para pengikutnya. Dengan demikian agar efektif, pemimpin harus
‘berjalan sesuai pembicaraan’ dengan menunjukkan perilaku yang mereka harapkan dari orang
lain dan memastikan konsisten antara kata dan perbuatan mereka. Misalnya, ketua kelas yang
mengharapkan ketua kelompok untuk memberdayakan anggota kelompok, harus melakukan hal
yang sama dengan berbagi kekuasaan, menerima kesalahan, dan melibatkan ketua kelompok
55
dalam keputusan-keputusan. Demikian pula, para pemimpin yang mengharapkan ketekunan dan
dedikasi tidak boleh menyerah, bahkan di tengah-tengah kesulitan.
6.2.5 Mendorong berfungsinya ‘jantung’.
Pemimpin hendaknya mampu menemukan cara untuk menghargai anggota dan kelompok untuk
mencapai kemajuan dan sukses menuju tujuan bersama. Pemimpin yang efektif akan
memberikan pelatihan, umpan balik, dan pengakuan pada anggotanya untuk menunjukkan
penghargaan atas upaya mereka.
Seperti yang dapat kita pelajari dari karakteristik ini, bahwa mereka tanpa posisi kepemimpinan
formal dapat berhasil memimpin orang lain. Kepemimpinan dapat dipelajari, misalnya melalui
suatu pelatihan atau memanfaatkan peluang untuk menjadi seorang pemimpin.
Bagaimana jika Anda Tidak Ingin Menjadi Pemimpin?
1) Sesering mungkin tidak hadir pada pertemuan kelompok.
2) Jika hadir di pertemuan, tidak memberikan kontribusi apa-apa.
3) Jika Anda berpartisipasi, banyak di awal diskusi. Menunjukkan pengetahuan tentang
segala sesuatu, termasuk kosa kata, kata-kata besar dan jargon teknis.
4) Menunjukkan bahwa hanya mau melakukan yang dianggap harus dilakukan dan tidak
lebih.
5) Selama pertemuan membaca koran atau merajut.
7.Membangun kelompok yang efektif
Untuk bisa menjadi efektif, sebuah kelompok harus melakukan tiga hal: mencapai sasaran,
mempertahankan hubungan yang baik antar anggota kelompok; dan menyesuaikan diri terhadap
kondisi yang berubah dari lingkungannya.
Johnson dan Johnson (2008) mengajukan tujuh pedoman untuk membangun kelompok yang
efektif.
1. Tetapkan sasaran kelompok yang jelas, operasional dan relevan sehingga menciptakan
saling ketergantungan yang positif dan membangkitkan komitment yang tinggi dari setiap
anggotanya. Kelompok terbentuk karena alasan: orang-orang ingin mencapai sasaran
56
yang tak dapat dicapainya sendiri. Dalam kelompok yang efektif, sasaran harus
dinyatakan dengan jelas sehingga setiap anggota memahami hakikat dari sasaran tersebut.
Sasaran harus operasional sehingga anggota kelompok memahami bagaimana cara
mencapainya. Sasaran juga harus relevan bagi kebutuhan dari anggota sehingga mereka
akan komit untuk mencapainya. Akhirnya, sasaran kelompok marus menciptakan saling
ketergantungan yang positif pada anggotanya.
2. Bangun komunikasi-dua-arah yang efektif dalam kelompok dimana setiap anggota dapat
mengkomunikasikan gagasan dan perasaannya secara tepat dan jelas. Komunikasi
merupakan dasar dari interaksi manusia serta berfungsinya kelompok. Ini sangat penting
saat sekelompok orang mengusahakan pencapaian sebuah tujuan bersama. Anggota
kelompok harus mengirimkan dan menerima pesan secara efektif agar bisa saling
bertukar informasi dan mengirimkan makna dengan tepat. Komunikasi yang efektif juga
dapat mengurangi salah pengertian dan perpecahan antar anggota kelompoknya.
3. Pastikan bahwa setiap anggota berkesempatan untuk menjadi pemimpin dan
berpartisipasi. Semua anggota kelompok bertanggungjawab untuk menyediakan
kepemimpinan. Partisipasi setara dan kepemimpinan memastikan bahwa semua anggota
berinvestasi dalam kerja kelpompok, komit untuk menerapkan keputusan kelompok, dan
puas dengan keanggotaannya. Dengan berbagi kepemimpinan dan berpartisipasi,
memungkinkan kelompok, sebagai suatu kesatuan, menggunakan sumberdaya dari setiap
individu, sehingga dapat meningkatkan kekompakan kelompok.
4. Pastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan bahwa pola pengaruh
bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari kelompok. Dalam kelompok yang efektif
kekuatan didasarkan pada keakhlian, kemampuan, dan akses pada informasi, bukan pada
otoritas ataupun karakter kepribadian. Perebutan kekuasaan di antara anggota kelompok
bisa mengalihkan kelompok dari tujuan dan sasarannya, dan akhirnya akan membuat
kelompok menjadi tidak berguna. Untuk mencegahnya, setiap anggota kelompok
hendaknya memiliki sebagian kekuatan pengaruh pada beberapa bagian dari kerja
kelompok. Dengan berkembangnya kelompok dan ditetapkannya sasaran baru,distribusi
kekuasaan juga harus berkembang. Untuk itu, anggota kelompok harus membentuk
koalisi untuk membantu memenuhi sasaran pribadi anggota atas dasar saling
mempengaruhi dan saling ketergantungan.
57
5. Pastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan bahwa pola pengaruh
bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari kelompok. Dalam kelompok yang efektif
kekuatan didasarkan pada keakhlian, kemampuan, dan akses pada informasi, bukan pada
otoritas ataupun karakter kepribadian. Perebutan kekuasaan di antara anggota kelompok
bisa mengalihkan kelompok dari tujuan dan sasarannya, dan akhirnya akan membuat
kelompok menjadi tidak berguna. Untuk mencegahnya, setiap anggota kelompok
hendaknya memiliki sebagian kekuatan pengaruh pada beberapa bagian dari kerja
kelompok. Dengan berkembangnya kelompok dan ditetapkannya sasaran baru,distribusi
kekuasaan juga harus berkembang. Untuk itu, anggota kelompok harus membentuk
koalisi untuk membantu memenuhi sasaran pribadi anggota atas dasar saling
mempengaruhi dan saling ketergantungan.
6. Sesuaikan prosedur pengambilan keputusan dengan situasinya. Kelompok bisa
mengambil keputusan dalam berbagai cara, namun harus ada keseimbangan antara waktu
dan sumberdaya yang dimiliki kelompok dengan metode pengambilan keputusan yang
dipilih. Misalnya kelompok hukum untuk memutuskan hukuman mati memerlukan
keputusan bulat, sedangkan kelompok arisan yang akan memutuskan kapan untuk
mengadakan pertemuan berikutnya mungkin tidak. Cara yang paling efektif dalam
membuat keputusan adalah berdasarkan Konsensus. Konsensus akan mendorong
distribusi partisipasi, pemerataan kekuasaan, kontroversi yang konstruktif, persatuan,
keterlibatan, dan komitmen.
7. Melibatkan kontroversi yang konstruktif melalui ketidaksetujuan dan tantangan terhadap
kesimpulan dan penalaran satu sama lain, sehingga akan meningkatkan pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah yang kreatif. Untuk membuat keputusan yang efektif,
anggota kelompok harus manyajikan alasan terbaik bagi program yang pilihannya serta
menganalisis berbagai pilihan lainnya secara kritis. Kontroversi akan gagasan-gagasan
dan kesimpulan-kesimpulan bermanfaat bagi kelompok, karena akan meningkatkan
pelibatan diri dalam kerja kelompok, kualitas dan kreativitas dalam pengambilan
keputusan, serta komitmen untuk melaksanakan keputusan kelompok. Kontroversi juga
membantu memastikan pendapat minoristas dan pendapat yang bertentangan
mendapatkan kesempatan untuk didiskusikan dan dipertimbangkan secara serius.
58
8. Hadapi dan pecahkan konflik secara konstrutktif. Konflik kepentingan bisa terjadi akibat
kebutuhan dan tujuan yang tidak selaras, langkanya sumberdaya maupun adanya
persaingan.
Dalam menangani konflik ini, ada dua kepentingan yang menjadi pertimbangan, tujuan
atau sasaran kelompok atau hubungan antar anggota kelompok.Lima strategi dasar bisa
digunakan untuk mengangani konflik kepentingan adalah:
Burung hantu (kolaborasi); Strategi burung hantu
sangat menghargai tujuan maupun hubungan. Bila baik
tujuan maupun hubungan dianggap sama-sama
pentingnya, untuk menyelesaikan konflik individu akan
memilih pemecahan masalah negosiasi. Solusi yang
dicari dipastikan bahwa ia maupun anggota kelompok
lainnya sepenuhnya dapat mencapai tujuannya dan
menyelesaikan setiap ketegangan dan perasaan negatif
antara mereka yang terlibat konflik. Strategi ini
memerlukan langkah yang berisiko, seperti ketika mengungkapkan suatu pandangan
mungkin saja akan mendapat bantahan yang cukup keras.
Boneka beruang (akomodasi). Dalam strategi boneka
beruang hubungan dianggap sangat penting, sedangkan
59
tujuan memiliki derajat kepentingan yang rendah. Individu yang cenderung menggunakan
strategi ini, dalam menghadapi konflik dengan orang lain, cenderung lebih
mempertahankan kualitas hubungan dan cenderung akan mengorbankan tujuannya
sendiri. Cara ini dapat saja dilakukan apabila tujuan tidak begitu penting dan apabila
kualitas hubungan tidak dijaga akan lebih berdampak buruk.
Hiu (konfrontasi). Strategi Hiu menganggap hubungan
tidak penting sedangkan tujuannya sangat penting, oleh
karena itu individu ini akan mencoba untuk
mengalahkan lawan dengan memaksa mereka untuk
menyerah sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Hiu
berusaha untuk mencapai tujuannya dengan memaksa atau membujuk yang lain hingga
berhasil. Strategi penyelesaian konflik yang dilakukan dengan gaya hiu yaitu dengan
memenangkan, melalui ancaman, agresi fisik dan verbal, hukuman-hukuman, atau
tindakan-tindakan lain yang merugikan orang lain sekalipun akan berdampak terganggu
atau bahkan terputusnya hubungannya dengan anggota kelompok lain yang terlibat
konflik dengannya itu.
Rubah (kompromi). Rubah menganggap tujuan dan
hubungan dengan anggota kelompok lainnya sama-
sama cukup penting. Ketika baik tujuan dan hubungan
dianggap sama pentingnya, dan tampaknya bahwa
dirinya dan anggota kelompok lain yang terlibat
konflik dengan dirinya tidak mungkin memperoleh sepenuhnya apa yang diinginkan,
dalam rangka untuk mencapai kesepakatan, orang dengan gaya rubah merasa perlu untuk
menyerahkan sebagian dari tujuannya dan sedikit mengorbankan hubungannya kepada
anggota kelompok lainnya yang terlibat konflik dengan dirinya . Dengan kompromi,
kedua belah pihak bertemu di tengah sehingga masing-masing mendapat setengah, atau
dengan cara membalik koin untuk menentukan penyelesaian konfliknya. Kompromi
sering digunakan ketika terjadi konflik, ingin terlibat dalam pemecahan masalah
negosiasi tetapi tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya. Yang perlu
diingat asdalah strategi ini hanya menghasilkan penyelesaian sementara, masih ada
‘pekerjaan rumah’ yang perlu diselesaikan.
60
Kura-kura (menghindar). Seperti kura-kura
apabila merasa terancam, akan menarik diri ke
dalam cangkangnya, demikian pula orang dengan
gaya kura-kura apabila terlibat konflik dengan
orang lain cenderung menarik diri menghindari
konflik. Ia tidak mementingkan hubungannya dengan orang lain dan tujuannya tidak akan
tercapai. Ketika tujuan tersebut adalah tidak penting dan Anda tidak perlu menjaga
hubungan dengan orang lain, gaya kura-kura ini dapat dipilih. Atau kadang-kadang untuk
sementara waktu menghindar atau menarik diri dari konflik sampai keadaan emosi
masing-masing yang terlibat sudah lebih stabil dan sudah berhasil mengendalikan
perasaannya.
Anggota kelompok yang efektif akan menghadapi konflik dan terlibat dalam mengatasi konflik
tersebut dengan cara negosiasi integratif. Jika negosiasi gagal, mediasi dapat terjadi. Apabila
konflik berhasil diselesaikan secara konstruktif, efektivitas kelompok akan meningkat. Oleh
karena itu konflik merupakan aspek penting dan sangat diperlukan guna meningkatkan
efektivitas kelompok.
Daftar Pustaka
Ford, Wendy S. Zabava, and Andrew D. Wolvin (1993). "The Differential Impact of a Basic
Communication Course on Perceived Communication Competencies in Class, Work, and Social
Contexts." Communication Education, 42(3), 215-23. [EJ 463 803]
Gazzaniga, Michael S. 2008. Human, the science behind what make us unique. HarperCollons
e-books
Janasz Suzanne C., Karen O. Dowd, dan Beth Z. Schneider. 2009. Interpersonal Skills in Organizations. Third Edition. McGraw-Hill International Edition Co., New York.
Johnson David W. & Frank P. Johnson. 2006. Joining Together. Group Theory and Group Skills. Ninth Edition. Pearson Education, Inc., Boston.
61
King, Laura A. 2011. The science of Psychology. New York: MacGraw-Hill. ISBN: 978-0-07-122154-2
Kouzes J.M. dan B.Z. Posner. 1993. Credibility: How leaders Gain and Lose It. Why People Demand It. Jossey-Bass. San Francisco.
MacLean, Paul D. 1990 The Triune Brain in Evolution: Role of Paleocerebral Functions, New York: Springer.
Morreale, S.P., Osborn, M.M., & Pearson, J.C. (2000). Why communication is important: A
rationale for the centrality of the study of communication. Journal of the Association for
Communication Administration,
29, 1-25.
M.Kur. “Leaders Everywhere! Can a Broad Spectrum of Leadership Behaviours Permeate an Entire Organization?” Leadership and Organization Development Journal 18 (1997).
Robbins, Stephens. P. 2003. Organizational Behaviour 9th ed. San Diego State University Prentice Hall International, Inc.
Rubin, R.B., Perse, E.M., & Barbato, C.A., 1988. Conceptualization and measurement of
interpersonal communication motives. Human Communication Research.
Tieger, Paul D. & Barbara Barron-Tieger. 2001. Do what you are, thierd ed. Boston: Little
Brown Company.
Weiten, W. et al.2009. Psychology applied to modern life.Belmont: Wadsworths Cengage
Learning.
_____________http://www.buzzle.com/articles/four-types-of-communication.html, diunduh 26
Juni 2011
62
BAB IIIMASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Rosa Diniari
Bab III ini merupakan bagian dari buku ajar yang berjudul Manusia, Kelompok, dan Masyarakat.
Peran individu dalam masyarakat atau peran masyarakat terhadap individu menjadi penting untuk
dibahas mengingat salah satu sasaran pembelajaran dalam pembinaan karakter di MPKT adalah
“Mahasiswa mampu membedakan/menggambarkan mengenai keanekaragaman kebudayaan dan
masyarakat,” yang diharapkan pada gilirannya mahasiswa akan dapat hidup, berperan-serta dan
diterima sesuai dengan harapan masyarakat (The Four Pillars Of Education, learn to live
together).
Dalam bab ini aspek masyarakat dan kebudayaan dibahas sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan karena masyarakatlah yang menghasilkan kebudayaan. Tanpa masyarakat, kebudayaan
tidak akan terbentuk. Kebudayaan memang milik masyarakat, bukan milik individu. Oleh karena itu
aspek masyarakat dan kebudayaan dibahas dalam satu kesatuan.
Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang anggotanya saling berhubungan satu sama
lain. Kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan
bagi masyarakat tertentu.1 Masyarakat yang hidup berdampingan dapat memiliki kebudayaan yang
mirip, tapi bisa juga berbeda. Misalnya, masyarakat etnis Sunda dan etnis Baduy, ke dua etnik ini
hidup berdampingan memiliki bahasa, kepercayaan dan symbol yang mirip. Disisi lain. etnis Sunda
dan etnis Betawi memiliki bahasa, kepercayaan, simbol dan kebudayaan yang berbeda, walaupun
tinggal berdekatan secara geografis.
1 Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt, 1984. Sociology, ed kelapan. Michigan: McGraw-Hill. Terjemahan dalam bahasa Indonesia, Sosiologi. Diterjemahkan oleh Aminuddin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Penerbt Erlangga. 1993.Halaman 59.
63
1. Pengertian Masyarakat dan Kebudayaan
Kata society berasal dari bahasa Latin “societas” diartikan sebagai hubungan persahabatan
antara satu dengan lainnya. Societas merupakan turunan dari kata socius yang berarti teman atau
kerabat, erat kaitannya dengan kata sosial. Dalam bahasa Arab, masyarakat disebut ‘musyarak’
yang artinya adalah suatu jaringan berbentuk hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Jadi,
masyarakat mengacu pada sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang
teratur.
Kata kebudayaan atau budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah”, yang
merupakan bentuk jamak dari “buddhi.” Secara harfiah budi atau akal diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris adalah
“culture” berasal dari bahasa Yunani ”culere”, yang berarti mengerjakan tanah. Jadi, dari kedua
asal kata kebudayaan tersebut dapat dikatakan bahwa untuk melakukan tindakan dan berperilaku,
manusia akan menggunakan akalnya.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski berpendapat bahwa kebudayaan sangat
erat hubungannya dengan masyarakat, karena segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, yang disebut dengan
istilah Cultural-Determinism.2 Determinisme budaya adalah suatu keyakinan bahwa budaya
menentukan perilaku individunya. Hal ini mendukung teori bahwa pengaruh lingkungan lebih
dominan dibandingkan dengan warisan biologis/genetika. Perilaku individu merupakan
perwujudan warisan biologis, namun di lain sisi lingkungan budaya dan masyarakat juga ikut
menentukan. Mana yang lebih menentukan antara keduanya? Paham Cultural-Determinism
mengatakan bahwa lingkungan budayalah yang lebih banyak berperan. Seseorang yang
dilahirkan dari keluarga Tapanuli pada dasarnya memiliki logat tegas dan karakter yang keras.3
Kemudian anak Tapanuli itu dibesarkan dalam lingkungan keluarga jawa di kota Solo. Hasilnya
akan terbentuk perilaku halus, lembut yang sudah menjadi stereotip orang Jawa pada umumnya.
2 Melville J. Herskovits dan Bronislaw dalam Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara3 Ini merupakan stereotipe yang umum.
64
Dalam kasus ini budaya Solo lingkupan tempat ia dibesarkan akan lebih besar pengaruhnya
dalam menentukan perilakunya.
Menurut William Kornblum4 istilah masyarakat mengacu pada populasi orang (mahluk
sosial lainnya) yang diselenggarakan dengan besama-sama untuk menjalankan fungsi utama
kehidupan, termasuk reproduksi, nafkah, tempat berlindung, dan pertahanan. Fokus dari
masyarakat lebih pada adanya hubungan timbal balik antara anggota populasi. Ralph Linton
berpendapat mengenai masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup
dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir. Kesamaan
pemikiran, perasaan, sistem dan aturan yang sama mendasari interaksi di antara mereka.
Masyarakat merupakan kelompok yang terdiri dari individu-individu yang tinggal dalam
wilayah geografis tertentu yang terorganisasi secara sistemik, satu dengan yang lain saling
membutuhkan dan saling tergantung satu sama lain. Definisi Kornblum ini lebih menekankan
pada adanya beberapa persamaan dalam kehidupan bersama yang terorganisasi, sedangkan
definisi Ralph Linton lebih menekankan pada kehidupan dan tempat tinggal dalam suatu wilayah
geografis yang sama.
Kebudayaan menurut William H. Haviland,5 adalah seperangkat peraturan dan norma
yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para
anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua
masyarakat. Kupper menyebutkan bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi
pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu
maupun kelompok.
Dari definisi-definisi mengenai kebudayaan, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dibentuk
dan dikembangkan oleh masyarakat dalam bentuk:
1) kebudayaan nonmateri seperti ideologi, religi, gagasan, tindakan, seperangkat peraturan,
norma, moral, hukum, adat istiadat, pengetahuan, kepercayaan, kesenian.
2) kebudayaan materi yaitu teknologi dan berbagai benda seni (artefak)
4 Kornblum, Sociology In A Changing World . Rinehart and winston. Page 59
5 William A. Haviland,Harald E. L. Prins,Dana Walrath,Bunny McBride. 2008. Cultural Anthropology: The Human
Challenge. Belmont: Thomson Wardworth, halaman 324.
65
3) secara keseluruhan merupakan pedoman yang mengarahkan para anggotanya dalam bersikap
dan berperilaku serta merupakan ciri khas suatu masyarakat.
1.1 Hubungan Individu dan Masyarakat
Individu merupakan bagian terkecil yang membentuk masyarakat. Masyarakat
merupakan kelompok sosial yang terdiri dari individu-individu, tinggal dalam wilayah geografis
tertentu, terorganisasi secara sistemik, satu dengan yang lain saling membutuhkan. Mereka hidup
dalam keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak, mereka tergabung membentuk kelompok
dan masyarakat. Keluarga dalam hal ini merupakan unit masyarakat terkecil karena anggotanya
terdiri dari sejumlah kecil individu. Sekalipun disebutkan bahwa setiap individu memiliki ciri-
ciri yang berbeda satu dengan lainnya, atau “unik”, tetapi individu tersebut akan memiliki ciri-
ciri/karakteristik dan perilaku yang sama dengan kelompok dimana dirinya menjadi anggota.
Dalam keluarga, anak-anak memiliki kesamaan secara biologis karena mereka berasal dari
keturunan yang sama, seperti warna kulit, bentuk mata, cara berbicara, dll. Persamaan secara
psikologis dan sosiologis terbentuk karena mereka diasuh, dibesarkan, dan disosialisasikan
bersama-sama dalam keluarga.
1.2 Berbagai Pandangan Mengenai Individu dan Masyarakat
Hubungan antara individu dan masyarakat menarik untuk dibahas karena keduanya tidak dapat
dipisahkan. Mana yang lebih penting? Manusia atau masyarakat? Apakah manusia dan
masyarakat sama pentingnya? Topik itu merupakan bahan diskusi yang menarik untuk dibahas.
Ada tiga pendapat yang menyatakan hal tersebut.
1.2.1 Pentingnya Masyarakat bagi Individu
Keberadaan masyarakat sudah lebih awal dahulu sebelum individu. Oleh karena itu, masyarakat
tumbuh bebas, berdiri sendiri dibawah hukum alam dan tidak berada dalam tanggung jawab
individu yang menjadi anggotanya. Berarti masyarakat tidak terikat pada keberadaan individu.
Pandangan ini lebih menekankan bahwa masyarakat lebih penting daripada individu.
66
Menurut pandangan kolektif,6 masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Hubungan individu
dan masyarakat berdasarkan kolektivisme, kepentingan individu ditentukan oleh masyarakat.
Individu tidak memiliki kebebasan dalam menentukan arah pertumbuhan masyarakat.
Masyarakat mengatur secara individu untuk kepentingan kolektif.
Individu dalam perkembangannya ditentukan oleh masyarakat. Pada dasarnya setiap
individu lahir dan berkembang dalam masyarakat. Individu dilahirkan dalam kondisi yang
lemah, tergantung kepada orang lain, dan yang paling dekat adalah dengan keluarganya.
Masyarakat mempengaruhi individu dalam membentuk perilakunya melalui sebuah proses yang
disebut sosialisasi. Dari mahluk biologis yang perilakunya digerakkan oleh naluri semata
menjadi mahluk sosial yang dapat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Sosialisasi
merupakan proses belajar yang dialami oleh individu mengenai aturan-aturan yang terdapat
dalam masyarakat, agar ia dapat hidup dan menyesuaikan diri dalam masyarakat. Proses ini
disebutkan oleh Peter Berger sebagaimana sebuah proses “memasukkan masyarakat ke dalam
diri individu”. Sosialisasi tidak hanya pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi berlangsung terus
dalam perkembangannya menuju dewasa, menjadi tua. Seorang individu terus memerlukan orang
lain dalam berinteraksi dan membangun perilakunya agar supaya ia dapat menyesuaikan diri
dalam masyarakat. Dalam menyesuaikan diri dalam kelangsungan hidupnya, manusia saling
membutuhkan sesamanya. Hal ini disebabkan karena kepentingan, keinginan, cita-cita
masyarakat, berada diatas kepentingan, keinginan, cita-cita individu.
1.2.2 Arti Penting Individu bagi Masyarakat
Berbeda dengan pandangan Peter L. Berger mengenai aspek masyarakat lebih penting daripada
individu, Talcott Parsons melihat arti penting individu dalam membentuk masyarakat. Keberadaan
individu merupakan komponen lebih penting dibandingkan masyarakat, karena individulah dalam
kumpulan-kumpulannya yang membentuk masyarakat. Karakter individu menentukan corak
karakter masyarakatnya. Sifat-sifat individu sebagai anggota masyarakat merepresentasikan corak
masyarakat tersebut. Misalnya individu yang baik akan membawa masyarakatnya ke arah yang baik,
begitupula sebaliknya. Setiap individu dalam masyarakat menentukan karakter masyarakat tertentu,
misalnya berpotensi korup, banyak melakukan kekerasan, atau masyarakat yang memiliki tingkat
6 Wuradji MS.1988. Pendidikan dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan : sebuah pendekatan sosio-antropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud
67
integritas pada bangsa dan memiliki tingkat keimanan yang baik.7 Contoh: Individu yang memiliki
moral yang baik akan membawa masyarakatnya ke arah yang baik, walaupun ada juga individu yang
bermental buruk, tidak berarti kontribusinya akan melahirnya masyarakat yang buruk, bahkan ini
merupakan pemicu perubahan ke arah masyarakat yang lebih baik.
Menurut paham individualistik8, setiap individu dapat saja menumbuhkan sifat-sifat
individualistik, dalam hubungannya dengan masyarakat, yang menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai individu. Individualisme merupakan paham yang menyatakan
kepentingan dan kebutuhan individu lebih penting daripada kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Individu menentukan masyarakat seperti apa yang diinginkan dan sesuai dengan
tujuannya.
Paham individualisme juga disebut atomistik9 merujuk pada hubungan antara individu
seperti halnya hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Atom merupakan
unsur terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Atomistik tersebut di atas merupakan analogi
sosiologi. Parsons melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosial terdiri dari perilaku-perilaku
individu yang beragam ketika berinteraksi secara tetap (ajeg) dengan individu lainnya dalam
lingkungan fisik tertentu.
1.2.3 Individu dan Masyarakat Sama Pentingnya.
Hubungan antara individu dan masyarakat dikonsepsikan oleh Herbert Spencer dalam
Margaret H Poloma (1979)10. Masyarakat sebagai struktur sosial maupun individu sebagai mahluk
biologis sama-sama mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan individu sebagai mahluk biologis
seiring dengan pertumbuhan struktur sosial. Semakin besar dan kompleks struktur sosial, semakin
banyak dan rumit pula bagian-bagian organ tubuhya. Demikian pula halnya dengan sistem organ
biologis individu yang tumbuh kembang menjadi semakin dewasa, sehingga bagian yang tumbuh
di dalam organ biologis dan sosial masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya, ginjal
memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dengan paru-paru; demikian juga halnya dengan keluarga
sebagai bagian dari struktur sosial memiliki fungsi yang berbeda sistem pendidikan, sistem politik 7 (http://darahmerdeka.wordpress.com/2008/10/12/individu-dan-masyarakat/) jam 11.00 tanggal 1 Agustus 2011).
8 Peter Jarvis dikutip oleh Wuradji dari Adult Learning In The Sosial Context. London: Taylor & Francis, 1987.
9 K. Bertens. 1999. Sejarah Fislasafat Yunani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
10 Poloma, Margaret M. Contemporary Sociological Theory. Macmillan Publishing ... 1991.
68
dan ekonomi. Di antara masing-masing organ tubuh terjadi keterkaitan dan ketergantungan satu sama
lain sehingga masalah dari organ tertentu akan mmpengaruhi organ yang lain.
Dalam masyarakat sebagai sistem sosial, perubahan sistem ekonomi dalam masyarakat
akan mempengaruhi pada sistem politik, pendidikan, keluarga dan lainnya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dianalogikan
sebagai organisme hidup yang alamiah. Gejala sosial dijelaskan berdasarkan hukum alam, yang
mengatur perkembangan fisik dan sosial manusia. Di samping itu individu sebagai bagian dari
sistem mempunyai peranan yang cukup berarti bagi masyarakat yang merupakan sistem sosial
yang lebih luas.
Dari berbagai definisi yang dirumuskan oleh beberapa tokoh, disimpulkan oleh W.F.Connell (1972)11
bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri
sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap
untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah
geografis tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun
temurun dan menyosialisasikan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) seseorang yang
mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara
bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.
2.Individu dan Kebudayaan
Sebagai makhluk budaya, individu diartikan sebagai makhluk yang memiliki pikiran atau akal
budi (Pusat Bahasa Diknas, 2001: 169). Makhluk budaya mempunyai tingkatan lebih tinggi karena
selain mempunyai ciri-ciri sebagaimana makhluk hidup yang disebutkan di atas, juga mempunyai
akal yang dapat memperhitungkan tindakannya yang didapatkan melalui proses belajar secar terus-
menerus.
Dengan menggunakan “buddhi”nya, manusia mengembangkan kebudayaan, baik
kebudayaan materi, maupun kebudayaan nonmateri. Kebudayaan diciptakan karena berfungsi
untuk melindungi diri terhadap alam mengatur dan hubungan antar manusia. Ada dua bentuk
11 Wuradji MS.1988. Pendidikan Dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan : sebuah pendekatan sosio-antropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud
69
kebudayaan. Kebudayaan nonmaterial dalam bentuk gagasan/idea, dongeng, lukisan, legenda
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi, sedang
kebudayaan material adalah semua ciptaan yang dapat diamati dengan pancaindera, dihasilkan
oleh individu dan masyarakat dalam bentuk nyata/konkret. Teknologi atau kebudayaan kebendaan
berupa senjata, rumah, televisi, pesawat terbang, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
makanan dan minuman, perhiasan, temuanhasil penggalian arkeologi merupakan hasil kebudayaan
material.
Hasil-hasil kebudayaan ini berguna untuk melindungi individu dan masyarakat terhadap
lingkungannya seperti bencana alam dan lingkungan sosial sebut saja peperangan. Manfaat dari
kebudayaan yang diciptakan oleh manusia untuk membuat kehidupan menjadi efisien dan
efektif. Memasak nasi menggunakan mesin penanak nasi (hasil kebudayaan materi), membuat
pekerjaan menjadi lebih efisien. Komputer (hasil kebudayaan materi) membuat pekerjaan
manusia lebih sistematis, memasarkan produk-produk melakui internet (hasil kebudayaan
nonmateri) lebih efektif. Secara keseluruhan fungsi dari kebudayaan adalah sebagai pedoman
bagi manusia dalam bertingkah laku.
Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa nilai merupakan salah satu elemen
kebudayaan. Bagaimana individu dan masyarakat berorientasi pada nilai budaya nya sangat
berbeda di setiap masyarakat. Sistem nilai budaya dalam masyarakat berkaitan dengan lima
masalah pokok kehidupan manusia berlaku universal, seperti Hakikat hidup manusia (MH),
Hakikat karya manusia (MK), Hakikat waktu manusia (MW), Hakikat alam manusia (MA),
Hakikat hubungan manusia (MM). Untuk memudahkan memahami sistem nilai budaya ini, kita
dapat mempelajari secara terinci kerangka Kluckhohn12 .
a. Hakikat hidup manusia (MH)
Setiap kebudayaan memiliki persepsi terhadap hakikat hidup yang berbeda, ada yang
menerima (nrimo), pasrah, menganggap hidup ini untuk mati, ada juga yang menganggap
hidup ini sangat tergantung pada nasib, ditentukan oleh yang Kuasa dan prihatin. Masyarakat
lain menyambut hidup sebagai sebuah kebahagiaan, hidup sebagai suatu hal yang baik, harus
diisi dan ditentukan oleh upaya manusia sendiri.
b. Hakikat karya manusia (MK)
12 Koentjaraningrat, 2000. Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
70
Hakikat terhadap karya manusia dalam setiap kebudayaan berbeda-beda, ada yang
beranggapan bahwa karya untuk hidup mencari makan, ada masyarakat yang memandang
karya untuk mendapatkan kedudukan, harta dan kehormatan. Masyarakat industri,
menganggap karya merupakan kepuasan untuk hasil kerja dan untuk meningkatkan hasil
karya berikutnya.
c. Hakikat waktu manusia (MW)
Hakikat untuk setiap kebudayaan berbeda, ada yang berpandangan mementingkan orientasi
masa lalu, ada pula yang berpandangan untuk masa lalu yang jaya dan masa kini, dan ada
juga yang berorientasi pada masa depan.
d. Hakikat alam manusia (MA)
Ada kebudayaan yang menganggap manusia pada masyarakat industri mengeksploitasi alam,
memanfaatkan alam semaksimal mungkin, dan menundukkan demi kepentingannya.
Kebudayaan yang beranggapan bahwa manusia harus harmonis dan selaras dengan alam.
Dalam masyarakat agraria, manusia biasanya menyerah, bahkan tunduk kepada alam.
e. Hakikat hubungan manusia (MM)
Hubungan manusia dengan manusia, diatur secara horizontal juga secara vertikal. Pada
masyarakat pertanian tradisional, hubungan mengacu pada para sesepuh atau penghormatan
oleh yang muda kepada yang lebih tua. Pada masyarakat industri, hubungan berorientasi
kepada tokoh-tokoh yang lebih berprestasi, lebih kompeten, mandiri, dan individualistis.
Sistem nilai budaya merupakan abstraksi dari adat-istiadat dari yang merupakan konsep-
konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat.
Lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya ini sangat berharga
dan paling penting dalam hidup sehingga berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan
orientasi kepada kehidupan warga masyarakat.
3. Masyarakat sebagai Tatanan/Struktur Sosial dan sebagai Sistem Sosial
3.1 Masyarakat sebagai struktur sosial.
Struktur secara harfiah diartikan sebagai susunan atau tatanan. Struktur dapat berbentuk susunan
fisik dari benda-benda mati, seperti struktur kamar tidur yang terdiri dari meja, kursi, lemari baju,
71
tempat tidur, dll. Selain itu dapat pula berwujud susunan sosial yang terdiri dari kumpulan individu
berada dalam kelompok-kelompok sosial, misalnya struktur keluarga yang terdiri ayah, ibu, anak-
anak, nenek, kakek, paman, dll. Tatanan yang terdiri dari individu dalam kelompok-kelompok yang
berinteraksi secara teratur dan berpola dikenal dengan istilah “struktur sosial”. Dengan demikian
struktur masyarakat berupa susunan berbagai kelompok-kelompok, institusi sosial dalam masyarakat
yang saling tergantung, saling terkait dan berhubungan secara teratur. Secara konseptual, struktur
sosial menekankan pada pola perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang
yang menciptakan hubungan antarindividu dan antar kelompok dalam masyarakat (Kornblum).
Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah hubungan-hubungan di antara kelompok pegawai
perusahaan swasta, kelompok pegawai negeri sipil, kelompok tentara, kelompok guru, dan kelompok
siswa, kelompok pedagang, kelompok penjual, kelompok pembeli, dll.
Ada dua konsep penting yang terkait dengan struktur sosial, yaitu status dan peran 13.
3.1.1. Status
Status atau kedudukan adalah pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia.
Cara-cara memperoleh status atau kedudukan adalah seperti yang tersebut di bawah ini.
a. Ascribed status yaitu status yang diberikan kepada individu tanpa memandang
kemampuan atau perbedaan antarindividu yang dibawa sejak lahir; misalnya status
sebagai laki-laki dan perempuan, status kebangsawanan, status sosial dengan etnis
sunda, batak, jawa yang sudah inherent.
b. Achieved status yaitu status yang memerlukan kualitas tertentu yang harus diraih
melalui usaha pribadi dan persaingan; misalnya status sebagai mahasiswa berprestasi,
sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dll.
3.1.2 Peran/role
Peran/role merupakan aspek yang dinamis dari suatu status atau kedudukan. Jika seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, ia telah menjalankan
peranannya. Peran/role adalah tingkah laku yang diharapkan dari peran, misalnya peran
mahasiswa: belajar dengan baik, menaati aturan akademik, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Status sebagai ibu memiliki peran memasak, bekerja, kegiatan sosial, dll.
13 Ralph Linton:1968. The Study of Man: An Introduction. New York: Appleton-Century.
72
Konflik peran timbul jika orang harus memilih peran dari dua status atau lebih yang dimilikinya.
Umumnya konflik timbul karena peranan-peranan itu saling bertentangan. Contohnya seorang
ibu berstatus guru dan di kelasnya ada anaknya sebagai murid. Dalam peranannya sebagai guru,
ia menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dikelas termasuk anaknya. Melatih siswa
menjadi mandiri, jujur dalam mengerjakan tugas, dlsb. Ketika di rumah, peran sebagai ibu
menyediakan keperluan anaknya, termasuk diantaranya mengajarkan dan membantu membuat
tugas untuk anaknya. Peran yang berbeda ketika di kelas melatih kemadirian anak, tapi di rumah
perannya membantu membuat tugas anaknya. Disini tampak ada konflik peran antar di kelas dan
di rumah.
3.2 Masyarakat sebagai sistem sosial.
Sistem merupakan suatu kumpulan unsur terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu
sama lain, saling tergantung, saling mempengaruhi, saling terikat, berkerjasama melakukan kegiatan
dalam mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efesien.
Tubuh manusia sebagai mahluk biologis, merupakan suatu sistem, yang terdiri atas
organ-organ tubuh meliputi jantung, paru-paru, otak, mata, lambung, limpa, pankreas, ginjal,
hati, usus, kulit, saluran urin, tulang yang masing-masing menjalankan fungsinya. Walaupun
masing-masing organ tubuh menjalan fungsinya yang berbeda, ada keterkaitan dan pengaruh
bahkan tergantung satu dengan lainnya. Satu organ tubuh mengalami kerusakan akan
mengganggu organ tubuh lainnya.
Contoh, dilihat dari strukturnya mulut, lambung, usus, anus merupakan bagian-bagian dari
struktur anatomi tubuh khususnya untuk pencernaan yang terdapat di dalam tubuh manusia.
Sistem pencernaan makanan14 ada di sepanjang saluran pencernaan, dari mulut ketika makanan
masuk kemudian ke lambung dimana makanan dihancurkan. Organ usus menyerap sari makanan
yang ada, akhirnya anus mengeluarkan sisa makanan.. Dilihat dari sistemnya, ke empat organ tadi
merupakan sistem pencernaan yang masing-masing berfungsi sendiri, tetapi ada hubungan satu
sama lain dan saling mempengaruhi. Satu bagian yang akan mempengaruhi keseluruhan sistem.
Katakanlah kalau kita sakit gigi, masalah dimulut membuat tidak nafsu makan, sehingga,
mengganggu lambung, dst.
14 Christine Taylor-Butler. The Digestive System. 2008. Canada : Weldon Owen Education - Scholastic Inc.
73
Talcott Parsons menganalogikan sistem organ tubuh dengan sistem yang ada dalam
masyarakat sebagai sistem sosial, dimana kehidupan sosial berlangsung. Sistem sosial dilihat
sebagai suatu keseluruhan terdiri dari bagian-bagian yang saling terikat dalam suatu pola
keteraturan tertentu (struktur sosial) masing-masing bagian memiliki fungsi yang khas untuk
menunjang keberlangsungan hidup (survival) dari sistem itu.
Institusi keluarga sebagai bagian dari sistem sosial memiliki fungsi yang berbeda dengan
institusi pendidikan, politik dan ekonomi. Di antara masing-masing institusi ada keterkaitan dan
ketergantungan satu sama lain sehingga masalah yang muncul dari salah satu institusi sosial
tertentu akan mempengaruhi institusi yang lain. Arus globalisasi menuntut kebijakan politik
dan ekonomi untuk membuka peluang dalam memasuki pasar bebas. Berarti lapangan kerja
memerlukan tenaga terampil, yang mampu bersaing baik pada tingkat regional, nasional maupun
internasional. Institusi pendidikan berbenah diri untuk menghasilkan lulusan untuk memenuhi
permintaan dunia kerja. Di samping itu, tenaga kerja perempuan lebih banyak memenuhi pasar
kerja, berdampak posisi tawar perempuan lebih baik terhadap laki-laki dalam keluarga. Secara
umum dapat dilihat bahwa angka perceraian meningkat dan terjadi disorganisasi keluarga. Saling
mempengaruhi dan keterkaitan dalam masyarakat merefleksikan bahwa sisitem sosial bekerja.
Perubahan sistem ekonomi akan mempengaruhi pada sistem ketenagakerjaan, pendidikan,
keluarga dan lainnya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dianalogikan
sebagai organisme hidup yang alamiah dimana gejala sosial dijelaskan berdasarkan hukum alam,
yang mengatur perkembangan fisik dan sosial manusia. Di samping itu individu sebagai bagian
dari sistem mempunyai peranan yang cukup berarti bagi masyarakat yang merupakan sistem
sosial yang lebih luas.
4.Bentuk-bentuk Masyarakat
Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan dimulai dari
masa lampau dan terus berlangsung sampai saat sekarang ini dan terdapat berbagai bentuk
masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti
perkembangan zaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan
yang terjadi secara global. Tetapi, ada pula masyarakat yang berkembang dengan konsep mereka
tentang perubahan itu sendiri.
74
Perbedaan bentuk masyarakat tergantung pada kriteria apa yang digunakan. Berdasarkan
kriteria geografis, masyarakat dibedakan menjadi masyarakat desa dan kota. Berdasarkan kriteria
interaksi dan solidaritas masyarakat, dibagai ke dalam masyarakat yang terikat oleh solidaritas
mekanis dan masyarakat yang terikat pada solidaritas organis (Emile Durkheim). Dilihat dari
tingkat rasionalitas masyarakat, Max Weber membagi masyarakat tradisional dan masyarakat
rasional. Perbedaan masyarakat yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada gagasan Gerhard
lenski15, dibedakan berdasarkan teknologi yang digunakan, dibagi atas lima macam.
4.1 Masyarakat berburu dan pengumpul makanan.
Masyarakat ini berburu binantang dan mengumpulkan tanaman untuk dikonsumsi dengan
menggunakan perkakas yang sederhana. Mereka tidak menanam atau berternak, Ketika tanaman
dan binatang mulai habis, mereka berpindah ke tempat yang baru. Berpindah-pindah ke tempat
perburuan disebut nomadik. Mereka berada dalam kelompok yang kecil, belum ada pembagian
kerja yang rumit, hanya membagi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin: laki-laki berburu
binatang dan perempuan mengumpulkan sayuran untuk dikonsumsi.
4.2 Masyarakat penggembala dan hortikulura
Masyarakat yang tadinya berburu hewan mulai memelihara dan berternak hewan yang
diperlukan, sehingga disebut masyarakat pastoral. Para perempuan yang mengumpulkan sayuran
mulai bercocok tanam tumbuhan-tumbuhan yang diperlukan, dengan menggunakan peralatan
tangan yang sederhana. Ini disebut masyarakat hortikultur. Pada masyarakat ini, apa yang
mereka tanam dan ternak sudah dapat dipanen dan kadang-kadang ada kelebihan/surplus. Di
masa ini, populasinya pun berkembang menjadi ratusan. Sudah tampak ada pembagian kerja
yang lebih jelas.
4.3 Masyarakat agraria
Masyarakat agraria berkembang menjadi suatu pekerjaan yang lebih terdifrensiasi, tetapi lebih
jelas pembagian kerjanya, karena ada beberapa pekerjaan yang berbeda. Di lahan pertanian
misalnya, dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan,
pengendalian, pemberantasan hama dan penyakit serta panen, beberapa jenis pekerjaan mulai
menggunakan tenaga hewan atau sumber tenaga air/uap. Teknologi yang digunakan adalah
bajak, tenaga manusia dan tenaga hewan. Mulai terjadi segregasi/pemisahan pembagian kerja
15 Macionis, Introduction to Sociology (13th edition). Pearson New Jersey. 2010
75
antara perempuan dan laki-laki, seperti pesemaian, penanaman, panen dikerjakan oleh
perempuan, selebihnya dikerjakan oleh petani laki-laki (Aida Vitayala, 2004). Walau terjadi
pemisahan pekerjaan, keutuhan keluarga tetap terjaga, keluarga menjalani fungsi produksi dan
konsumsi sekaligus yang sering disebut petani subsisten, bagi mereka yang memiliki
surplus/kelebihan panen dapat memasarkan hasil pertaniannya.
4.4 Masyarakat Industri
Pada masyarakat ini, memproduksi barang dengan menggunakan sumber energi berubah dengan
penggunaan mesin-mesin besar. Pada tahap ini masyarakat mulai berubah dengan cepat.
Pekerjaan berpindah dari rumah ke pabrik, demikian pula dengan perempuan yang biasanya
mengerjakan pekerjaan di rumah tangga, kini bekerja di pabrik karena mendapatkan imbalan
dalam bentuk uang. Dengan demikian, pertumbuhan pabrik mengikis nilai-nilai tradisional,
kepercayaan, dan adat istiadat. Kemakmuran dan standar kehidupan masyarakat meningkat.
Industrialisasi menyediakan banyak kenyamanan dengan dikembangkannya media transportasi
dan komunikasi yang canggih. Pendidikan dan kesehatan menjadi kebutuhan yang penting.
Spesialisasi pekerjaan meningkatkan tumbuh dengan pesat pendidikan keterampilan karena
kebutuhan pasar. Keluarga yang tradisional kehilangan arti pentingnya dan muncul dalam
berbagai bentuk.
Pada tahap awal industrialisasi, standar hidup kebanyakan orang meningkat, sementara
kemiskinan terus menjadi masalah serius sehingga kesenjangan sosial ikut naik. Tuntutan
partisipasi politik juga meningkat.
4.5 Masyarakat Pascaindustri
Masyarakat pascaindustri menekankan pada teknologi yang mampu mendukung ekonomi
berbasis informasi. Pada tahap ini, terjadi perpindahan dari produksi industri yang selama ini
menggunakan mesin-mesin besar menjadi pekerjaan yang lebih efisien dengan penggunaan
komputer dan teknologi untuk memproses pengolahan informasi yang relevan. Jumlah populasi
menjadi semakin meningkat, dan pembagian pekerjaan pun semakin kompleks. Jaringan
informasi dunia penghubung masyarakat dapat memunculkan masyarakat dan kebudayaan
global.
5.Masyarakat Desa dan Kota
76
Dilihat dari batas-batas geografinya masyarakat dibedakan menurut masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan. Berbicara tentang desa dan kota ada perbedaannya dilihat dari dimensi
ruang, fisik, dan ekologi. Desa memiliki ruang kerja lebih terbuka dibandingkan kota. Musim dan
cuaca di desa sangat menentukan kegiatan masyarakatnya, sedangkan kehidupan di kota hampir
tidak dipengaruhi oleh keadaan alam. Antara rumah dan tempat kerja di desa jaraknya berdekatan,
sedang di kota jauh sehingga membutuhkan transportasi. Jarak rumah-rumah di desa cenderung
berdekatan dalam jumlah kecil, sedang di kota bervariasi dalam kluster menurut kelas sosialnya.
Rumah-rumah berhimpitan terdapat pada daerah padat penduduk, yang berasal dari kelas bawah,
rumah besar-besar dengan jarak yang tidak mengganggu privasi penghuninya, berada di daerah elit.
Perbedaan desa dan kota secara fisik akan mempengaruhi aspek sosial budaya dari
masyarakat pedesaan dan perkotaan. Dari apek satuan produksi, masyarakat di desa cenderung
homogen dalam hal mata pencaharian dan keahliannya. Masyarakat kota lebih heterogen dalam
bidang-bidang pekerjaan dan sangat spesifik. Dari segi satuan sosialnya, interaksi sosial
masyarakat di desa terjalin kuat, hidup bertetangga merupakan hidup keseharian, begitu keluar
rumah tegur sapa dengan tetangga sudah menjadi kebiasaan. Hubungan antar tetangga seperti
layaknya saudara, karena mereka sering saling membantu. ini disebabkan karena masyarakat
pedesaan masih menjunjung tinggi nilai-nilai, norma, adat dan budaya yang berlaku.
Dalam masyarakat kota interaksi sosial yang terjalin tampak kurang kuat karena daya
saing yang tinggi di perkotaan membuat masyarakat cenderung individualis. Hubungan tetangga
pada kelas menengah dan atas tampak ketika penghuninya hanya keluar rumah saat akan kerja,
berkunjung ke tetangga jarang dilakukan, kalau ada pada saat tertetnu seperti arisan, 17
Agustusan, dan hari raya keagamaan.
Demikian pula dengan kontrol sosial pada masyarakat pedesan masih terikat pada adat
dan tradisi, pada masyarakat kota pengendalian sosial sudah menggunakan hukum-hukum
formal, sekalipun masalah ketetanggaan, diseleaikan secara hukum. Sifat masyarakat desa
terbiasa dengan gotong royong, di kota masyarakat hanya bergotong royong pada saat-saat
tertentu.. Mobilitas sosial masyarakat desa lebih stabil daripada masyarakat di kota.
Masyarakat desa cenderung resisten terhadap inovasi, perubahan, karena mereka masih
berpegang pada adat istiadat dan tradisi nenek moyang, sedang pada masyarakat kota lebih
dinamis, dan mudah menerima perubahan dan pembaharuan karena kebutuhan hidup mereka.
77
6.Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan
Berdasarkan hal yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, pada akhirnya dapat disimpulkan
bahwa tidak ada kebudayaan tanpa manusia dan masyarakat, demikian pula sebaliknya. Masyarakat
dan kebudayaan apabila tidak berkembang akan mengalami kepunahan. Manusia dan masyarakatlah
yang mampu menghasilkan serta mengembangkan kebudayaan, maka manusia, masyarakat dan
kebudayaan merupakan satu kesatuan yang utuh.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Culture, "that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom,
and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society"16
Karena kebudayaan adalah cara berpikir, cara-cara bertindak dan benda-benda material yang
berasal dari cara hidup manusia, maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah pandangan
hidup/the way of life 17.
6.1 Elemen Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa elemen yang disosialisasikan kepada anggota masyarakat agar
supaya dapat beradaptasi dalam masyarakat. Menurut Macionis elemen-elemen kebudayaan
tersebut adalah18 yang tersebut dan diuraikan di bawah ini.
6.a.1 Simbol
Simbol didefinisikan sebagai sesuatu yang dimaknai tertentu diakui oleh orang-orang yang
memiliki kebudayaan sama. Simbol digunakan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu,
pemaknaan terhadap simbol-simbol yang sama akan bervariasi pada setiap masyarakat dan
waktu yang berbeda. Simbol dalam kehidupan sehari-hari salah satu diantaranya digunakan oleh
seseorang sebagai bahasa non verbal atau gerak tubuh yang mengandung isyarat. Secara umum,
menggelengkan kepala berarti ‘tidak setuju’, sedang menganggukan kepala ke atas dan ke bawah 16 Tylor, Edward B. 1924. Primitive Culture. 2 vols. 7th ed. New York: Brentano's.17 Ibid. Macionis18 Ibid
78
diartikan “setuju”. Sebalikannya di India, menggelengkan kepala ke kiri dan kekanan
menandakan “setuju” dan anggukan kepala ke atas dan ke bawah menandakan “tidak setuju”.
Berarti masyarakat dan budaya India memiliki pemaknaan berbeda terhadap simbol gerak tubuh
yang sama. Perbedaan makna dari simbol yang sama dapat menghambat komunikasi. Bahu
jalan/trotoir secara normatif di simbolkan sebagai tempat pejalan kaki yang aman, bagi pedagang
kaki lima simbol wilayah ini dimaknai sebagai lahan untuk meletakkan lapaknya berdagang, agar
supaya mudah terjangkau pembeli. Pemaknaan terhadap simbol yang sama bisa saja berbeda
dari kelompok masyarakat yang berbeda. Masih banyak orang tua yang enggan mengangkat
menantu laki-laki apabila ia berambut panjang. Di sekolah Pangudi Luhur, ada tradisi bagi siswa
yang berprestasi diperkenankan memelihara rambut panjang, tapi kalau nilainya turun pada
semester berikutnya ia harus memotong rambutnya. Pemberian makna terhadap simbol laki-laki
rambut panjang berbeda dalam kesempatan dan konteks yang berbeda. Jadi simbol dibuat oleh
kebudayaan.
6.1.2 Bahasa
Hewan memiliki kemampuan menggunakan simbol untuk berkomunikasi, manusia dapat
membuat dan mengembangkan sistem yang rumit dari simbol menjadi bahasa sebagai alat
komunikasi. Perangkat dari kayu berkaki empat berfungsi untuk diduduki dibahasakan sebagai
‘kursi’. Perangkat terbuat dari besi, ada roda empat untuk berjalan, ada kemudi, kaca untuk
melihat ke depan (sistem yang rumit) merupakan simbol yang dibahasakan ‘mobil’. Bahasa
merupakan elemen kebudayaan yang sangat penting karena bahasa sebagai alat untuk
berkomunikasi yang berperan dalam mentransmisikan kebudayaan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dalam sejarah manusia transmisi budaya terjadi melalui tradisi bahasa lisan. Tesis
Sapir-Whorf menyatakan bahwa orang melihat dunia melalui lensa budaya bahasa.
6.1.3 Nilai
Nilai adalah penghargaan yang berlaku dalam masyarakat mengenai sesuatu yang dianggap benar
dan salah, baik dan buruk, serta mengarahkan perilaku seseorang dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Nilai mempunyai peranan penting karena berfungsi sebagai panduan bagi manusia
dan masyarakat dalam berperilaku.
79
Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat biasanya bersumber dari nilai budaya bangsa, seperti nilai
kejujuran, kesetaraan, kepedulian, kebebasan, saling menghargai, saling mencintai, gotong royong
dan tolong menolong di antara sesama manusia.
Nilai sosial memiliki karakteristik sebagai berikut.
Lahir dari pengalaman masyarakat dan merupakan gambaran/ciri masyarakat tsb;
misalnya, nilai gotong royong lahir dari budaya dan masyarakat Indonesia.
Bersifat subyektif, melibatkan emosi dan perasaan. Nilai gotong royong menjadi
identitas bangsa Indonesia dan ciri khas kebudayaan bangsa Indonesia.
Interpretasi nilai berbeda beda, tergantung pada konteks masyarakat/kelompok yang
berbeda. Masing-masing kelompok dalam masyarakat memberikan interpretasi yang
berbeda pada nilai gotong royong. Dalam memperingati acara 17 Agustus, warga setiap
kelurahan melakukan gotong royong membersihkan lingkungan pemukiman mereka.
Berbeda dikalangan remaja, nilai gotong royong digunakan untuk membela, melindungi
sesama temannya yang jelas jelas berbuat kesalahan, atau bahkan gotong royong dalam
mengerjakan soal ulangan.
Diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masyarakat Indonesia sangat
menghargai nilai gotong royong. Setiap anggota masyarakat mempertahankan dan
mentaati nilai-nilai gotong royong tersebut dan disosialisasikan pada generasi baru.
6.1.4 Norma
Norma yang ada dalam masyarakat merupakan aturan/kaidah yang mengatur tata kelakuan
masyarakat, untuk mencapai nilai tertentu. Norma memiliki kekuatan yang mengikat masyarakat
dalam tingkat yang berbeda. Berdasarkan kekuatan mengikat dari yang lemah ke yang kuat,
norma digolongkan ke dalam lima bentuk.
a.Cara(usage), adalah suatu perbuatan antar individu dalam hubungan bermasyarakat.
Contoh, menggunakan pakaian yang sopan dan pantas untuk kuliah. Apabila mahasiswa
menggunakan sandal jepit saat kuliah, pelanggaran terhadap cara(usage) penampilannya
tidak mendapat hukuman yang berat. Pengajar mungkin hanya menatapkan matanya
berulang-ulang pada sandal jepitnya sampai yang bersangkutan merasa risih, dan teman-
temannya hanya memberikan sindiran.
80
b. Kebiasaan (folkways), merupakan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk
yang sama dan dianggap sebagai hal yang lazim dalam masyarakat. Kebiasaan (folkways)
memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar dibanding cara (usage). Sudah menjadi
kebiasaan, bila seseorang terkena penyakit campak dibawa ke dokter untuk mendapatkan
perawatan dan istirahat di rumah. Tapi apabila tidak ke dokter dan tetap beraktivitas,
lingkungannya akan merasa sulit untuk menerimanya bahkan meminta temannya untuk
pulang karena takut tertular penyakit yang dideritanya. Sanksi sosial yang diterimanya
adalah tersisih dari kontak sosial lingkungannya.
c.Tata kelakuan (mores), adalah norma yang lebih menekankan pada larangan, yang bertujuan
agar supaya anggota masyarakat menaati tata kelakuan (mores). Tata kelakuan (mores) dapat
memaksa atau juga melarang dilakukan perbuatan tertentu. Misalnya, tata kelakuan (mores)
melarang perkawinan dengan sesama jenis kelamin/ homoseksual, sedang tata kelakuan
(mores) yang memaksa adalah perkawinan seharusnya terjadi diantara laki-laki dan
perempuan (heteroseksual). Pelanggaran terhadap tata kelakuan (mores), tergantung pada
masyarakatnya. Pada masyarakat yang lebih individual, sanksi yang berlaku hanya dalam
bentuk gunjingan, tetapi pada masyarakat yang agak tradisional sanksi yang diberikan
berupa pengucilan.
d. Adat kebiasaan (custom) terbentuk dari tata kelakuan yang lebih kuat integrasinya
dengan pola perilaku masyarakat. Pada masyarakat Tapanuli, perkawinan yang
diperbolehkan adalah yang disebut ‘pariban’, anak perempuan dari seorang ibu menikah
dengan anak laki-laki dari pamannya (kakak atau adik laki-laki dari ibu tersebut). Mereka
yang melanggar atau tidak mau dengan perjodohan yang sudah menjadi tradisi, paling
sedikit harus dari marga yang berbeda, akan menerima sanksi adat, atau menikah dengan
cara ‘mangalua’/kawin lari.
e. Hukum (laws) yaitu norma hukum yang diumumkan secara tertulis dan tegas untuk
mengatur tertib masyarakat. Hukum berfungsi untuk memperkuat tata kelakuan
(mores), cenderung menggunakan alat paksa yang keras berupa sanksi. Bagi mereka
yang melanggar hukum akan dikenakan hukuman penjara atau tindakan lainnya yang
sudah diatur secara tertulis. Hukum yang mengatur pengemudi kendaraan bermotor
dalam berlalu lintas, secara tegas akan menjatuhkan tilang pada pelanggaran rambu-
81
rambu lalu lintas. Lebih jelas lagi, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika mengatur ketentuan pidana bagi mereka yang dapat dikenakan pidana beserta
denda yang harus ditanggung oleh penyalahguna narkotika. Pelaku perbuatan pidana
narkotika dikenakan sanksi hukum secara tegas.
Masyarakat dan kebudayaan dalam kesehariannya merupakan satu kesatuan yang tidak
tampak pemisahan, walaupun dalam tataran konsep, pembahasan keduanya dapat dipisahkan.
Manusia dalam hubungannya dengan masyarakat dapat dikatakan sebagai mahluk sosial dan dalam
hubungannya dengan kebudayaan dikatakan sebagai mahluk budaya karena memiliki pikiran atau
akal budi (buddayah).
6.2 Dinamika Antar Kelompok dalam Masyarakat
Masyarakat terdiri dari kelompok kelompok sosial. Kelompok tersebut bervariasi, ada kelompok
berdasarkan agama, berdasarkan etnis, ras, usia, gender, kelompok kepentingan, kelompok
minoritas dan mayoritas. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat dirasakan belum cukup
dengan mempelajari keragaman bentuk-bentuk kelompok saja, tetapi juga perlu dinamika
kelompok kelompok tersebut dalam bentuk interaksi dan relasinya yang disebut proses sosial.
Proses sosial dapat menggambarkan interaksi yang terjadi secara berulang antar kelompok sosial,
sehingga terbentuk pola-pola interaksi. Dalam proses sosial, interaksi sosial antar kelompok ini
dibagi ke dalam dua bentuk19: Asosiatif, yaitu proses yang terjadi antar kelompok bergerak ke
arah integrasi dan disosiatif, adalah proses yang terjadi antar kelompok kearah disintegrasi.
sering disebut proses oposisi. Bentuk proses asosiatif adalah kooperasi/kerjasama, akomodasi,
asimilasi dan akulturasi.
1) Kooperasi/kerjasama adalah hubungan timbal balik antara orang perorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Menurut Charles Horton
Cooley20:
Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-
19 Soeryono soekanto . 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto (ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (edisi 2). Jakarta: Kencana.20 Ibid
82
kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna”.
Kerjasama dalam suatu masyarakat merupakan hal yang lazim, seperti sudah diuraikan
pada bagian sebelumnya bahwa setiap manusia membutuhkan hidup berkelompok, punya
tujuan dan kepentingan bersama untuk mempertahankan kehidupannhya. Contoh dari
kerja sama adalah koperasi yang dibentuk berdasarkan kerukunan dan gotong royong,
memiliki tujuan dan kepentingan bersama diantara anggotanya. Usaha bersama (joint
venture) atau kerjasama berbasis ekonomi seperti penanaman modal dari beberapa orang
dengan pembagian keuntungan yang dibagi menurut perjanjian.
2) Akomodasi
Akomodasi dapat dilihat dari dua hal yang berbeda:
- Akomodasi sebagai sebuah situasi, ada interaksi yang seimbang diantara
individu/kelompok dan saling menyesuaikan diri berdasarkan nilai dan norma
kelompok. Kehidupan yang harmonis dalam sebuah kelompok yang dipersatukan
karena adanya persamaan dalam tujuan hidup dan cara menjacai tujuan. Hampir
tidak ada perbedaan pendapat dalam pandangan hidup mereka. Masyarakat
tradisional dipedesaan yang hidup sangat sederhana seperti Baduy dalam , cara
berpakaian warna putih-putih bagi kaum laki laki. Mereka berjalan kaki kemana pun
tujuannya, karena menurut adat istiadat warga Baduy tidak diperbolehkan
menggunakan angkutan kendaraan. Ini semua dipatuhi oleh warga Baduy.
- Akomodasi sebagai proses, merupakan usaha diantara individu/kelompok dalam
membangun kesepakatan yang diterima bersama, sekalipun terdapat berbeda bahkan
bertentangan pendapat. Dalam kehidupan sehari-hari, ditempat pekerjaan, di sekolah,
siswa tetap berinteraksi dan bermain dengan teman-temannya, walaupun di antara
mereka ada perbedaan agama. Mereka hidup berdampingan secara rukun dan damai.
3) Asimilasi
Adalah proses pembauran kebudayaan atau kelompok-kelompok yang saling berhubungan,
kemudian melahirkan kebudayaan baru yang merupakan perpaduan dari beberapa
kebudayaan, diakui dan dimiliki bersama. Kebudayaan asli mulai memudar. Di
Indonesia, interaksi antara orang Cina dengan masyarakat pribumi sudah berlangsung sejak
awal abad pertama Masehi. Orang Tionghoa membawa kebudayaan mereka, hidup
83
membaur dan melebur dengan unsur budaya lainnya bahkan mengawini perempuan Jawa
atau Melayu yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Mata pencaharian yang
merupakan ke khasan orang Tionghoa bergerak dalam bidang ekonomi sebagai pedagang.
Asimilasi kebudayaan Cina dan kebudayaan-kebudayaan di Indonesia berlangsung dengan
lancar. “Bakmi” dan Bakso” terbuat dari daging babi yang merupakan kuliner khas cina,
kini diakui dan dimiliki sebagai kuliner masyarakat Indonesia dari desa sampai kota,
sebagai bakmi dan bakso yang terbuat dari daging sapi, ayam dan ikan. Mie juga sudah
dimodifikasi menjadi mie instan bermerek “Indomie”. Baju Kokoh adalah baju yang
menjadi khas baju laki-laki Tionghoa, dengan leher kura-kura (turtle neck). Setelah
melampaui masa panjang baju kokoh ini diadopsi oleh kaum muslimin sebagai kemeja
yang digunakan untuk kemesjid, mengaji, dan kegiatan-kegiatan lain, dimana baju kokoh
ini menjadi pencitraan umat islam.
4) Akulturasi; proses sosial yang terjadi ketika suatu kebudayaan kelompok tertentu
dengan kebudayaan asing yang berbeda berinteraksi dalam waktu cepat ataupun lama,
yang akhirnya unsur-unsur budaya asing tersebut diterima tanpa menghilangkan
kekhasan kepribadian budaya sendiri. Banyak orang hidup dalam kebudayaan modern
tapi tidak dapat meninggalkan budaya tradisional. Misalnya dalam perayaan perkawinan
anak seseorang yang berasal dari kelas atas diselenggarakan di tempat mewah, sajian
dengan beragam pilihan, mengundang tamu dari kelas atas, menengah dan bawah tak
terhitung jumlahnya, design dan gaya modern, sampai menghabiskan biaya yang sangat
besar. Mereka tetap tidak lupa menyelenggarakan tradisi budaya mereka, seperti uruta-urutan
dari malam pelepasan masa lajang yang sering disebut malam midodareni. Setelah upacara
secara agama, dilanjutkan dengan berbagai upacara adat kebudayaan masing-masing
pengantin, injak telur, saling suap makanan, yang dimaknai tertentu oleh budayanya.
Barongsai yang dulu merupakan simbol identitas kebudayaan Cina yang terbatas ada di
kleteng dan pecinan, kini diterima oleh masyarakat sebagai hiburan di pusat pusat
perbelanjaan terutama saat imlek. Jelas disini akulturasi terjadi antara kebudayaan cina dan
islam. Mempertahankan budaya tradisional dalam kehidupan modern lainnya juga banyak
dialami oleh kita dalam kehidupan sehari-hari.
84
Jemaat HKBP (Huriah Kristen Batak Protestan) adalah hasil persinggungan antara agama
Kristen yang dianut oleh etnis Batak. Dilihat sejarahnya21, tahun 1824 para Missionaris
pertama ke Tanah Batak yaitu Tuan Burton dan tuan Ward dari Inggris. Setelah
melampaui masa yang cukup lama, akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1861 lahirlah
HKBP, dengan Alkitab berbahasa Batak yang diterjemahkan oleh Van Der Tuuk dari
Amsterdam dan dilengkapi dengan Kamus Batak-Belanda. Contoh ini merupakan refleksi
telah berlangsunya akulturasi dalam waktu yang cukup lama antara budaya Batak dengan
agama Kristen.
Seperti telah disebutkan di atas, dinamikan antarkelompok masyarakat ditandai oleh terjadinya
proses asosiatif dan disosiatif. Proses disosiatif iniselalu dijumpai dalam masyarakat apa pun.
Bentuknya juga bervariasi antara lain kompetisi, kontravensi dan konflik.
1) Kompetisi adalah usaha untuk mengapai tujuan tertentu, tanpa merugikan pihak lain.
Kompetisi dapat dilakukan secara bersaing tapi tidak harus konflik. Kompetisi dapat
dilakukan secara individu dan kelompok, dengan menonjolkan sisi postif yakni kelebihan
masing-masing kelompok, bukan keburukan diantara mereka.
Persaingan pada Pemilihan Mahasiswa Berprestasi yang diselenggarakan oleh Kementrian
Pendidikan Nasional, dapat disebut kompetisi. Ada tujuan yang akan dicapai, yakni 22: (1)
memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berhasil mencapai prestasi tinggi;
memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan kurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler sebagai wahana mensinergikan hard skills dan soft skills mahasiswa.; (3)
mendorong perguruan tinggi untuk mengembangkan iklim kehidupan kampus yang dapat
memfasilitasi mahasiswa mencapai prestasi yang membanggakan secara berkesinambungan.
Dalam kompetisi ini ada sejumlah syarat yang harus dipatuhi oleh calon mapres, ada
komponen penilaiannya seperti IP Kumulatif penampilan individu, dsb, ada prosedur
pemilihan Mahasiswa Berprestasi dari tingkat tingkat program studi, tingkat universitas,
sampai tingkat nasional, yang kemudian menetapkan juara I, II, dan III. Seleksi ini betul-betul
obyektif, berpegang pada panduan yang sudah disusun dan sesuai dengan prosedur. Bagi yang
tidak mendapatkan kesempatan untuk menang, diharapkan tetap menerima dengan legowo, 21 SEJARAH HKBP, diunduh dari http://hkbpcinere.tripod.com/sejarah.html, 22 gustus 2011, pukul 20.00).
22 Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi , Direktorat Akademik. 2009
85
dan bagi yang menang tidaklah mengumbar keburukan yang lain. Contoh kompetisi
lainnya adalah pemilihan Indonesia idol, disaat akhir dimana juri akan menentukan siapa
pemenangnya, para kontestan selalu digambarkan sebagai sahabat yang tak akan terpisahkan,
bergandengan tangan seerat mungkin, sependeritaan. Ketika dinyatakan seorang sebagai
pemenang, sang juara memeluk semua teman teman yang tersisih, dan melantunkan lagu
perpisahan. Gambaran ini mencerminkan sebuah kompetisi yang sehat.
2) Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang bentuknya berada diantara persaingan
dengan konflik. Sebab munculnya kontravensi adalah (1) adanya perasaan tidak puas,
kecewa, ragu dan benci dari dua pihak; (2) perasaan-perasaan tersebut dari masing-
masing pihak saling dipendam.
Kita dapat megatakan kontravensi ini adalah ‘perang dingin’, karena konflik yang terjadi
adalah konflik laten. Pihak tertentu hampir tidak mengetahui perasaan-perasan yang ada pada
pihak lawan. Kalaupun ada serangan tidak dalam bentuk fisik, tapi lebih pada serangan
secara psikologis. Saat ini sering muncul teror, fitnah, pernyataan ketidakpuasann pada
seseorang atau kelompok melalui (short messages services) SMS, email, facebook dan
twitter. Ini merupakan contoh dari kontravensi.
3) Konflik adalah salah satu bentuk proses disosiatif. Benturan dua kelompok atau lebih
terjadi disebabkan adanya perbedaan. Konflik tidak selalu bersifat negatif, teori konflik
menganggap bahwa konflik dalam tingkat dan bentuk tertentu diperlukan dalam
masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Coser23 mengenai fungsi konflik, “….social
conflict may contribute to the maintenance, adjustment or adaptationof social
relationships and social structures”. Konflik dalam tingkat dan bentuk tertentu
diperlukan dalam masyarakat karena konflik akan menghasilkan perubahan yang
kemudian menjadikan masyarakat lebih dinamis.
Masalah keadilan gender merupakan masalah yang belum terselesaikan. Keadilan
dan kepekaan gender menjadi arus utama (mainstreaming) dalam program-program
pemerintah di segala aspek kehidupan. Pemerhati gender melalui usulan di media massa,
ingin sekali melakukan perubahan pelayanan publik dibidang transportasi. Ada konflik
nilai dalam hal gender, karena pemerintah dan masyarakat memiliki pandangan yang
23 Coser, Lewis A .1956 . The functions of sosial conflict. Cambridge, UK: The Free Press. Halaman 154.
86
berbeda, sehingga gerakan-gerakan sosial yang dilakukan oleh pemerhati gender ini
mampu mengubah kebijakan dalam transportasi. Supaya penumpang perempuan tidak
terkena pelecehan seksual dari penumpang laki-laki, pemerintah mengeluarkan kebijakan
untuk menyediakan gerbong khusus wanita untuk kereta api. Demikian pula pada antrean
penumpang trans Jakarta mulai dipisahkan jalur laki-laki dan jalur perempuan. Upaya
pemerhati gender ini merupakan konflik yang memperjuangkan perbedaan pendapat
menjadi persamaan pendapat. Konflik yang ada di sini berhasil mengubah kebijakan yang
bermanfaat bagi kaum perempuan.
Yang menjadi pemicu konflik adalah perbedaan dan keragaman. Konflik bisa
berbentuk konflik horizontal dan konflik vertikal. Konflik horizontal biasanya disebabkan
adanya perbedaan agama, ras, etnis, sedangkan konflik vertikal disebabkan adanya
perebutan sumberdaya sehingga muncul politik, ekonomi, antar kelas, konflik
internasional24
Konflik dapat dibedakan pada tataran konflik itu berada. Perbedaan pandangan,
nilai, prinsip masuk dalam konflik nilai. Misalnya dalam seminar atau Focus Group
Discussin (FGD) ada diskusi tentang banyak wacana tentang satu konsep, misalnya
kemiskinan. Peserta yang berasal dari berbagai disiplin ilmu akan melihat konsep
kemiskinan dari sudut pandangnya masing-masing yang berbeda dengan yang lain. Diskusi
ini akan menghasilkan wacana mengenai kemiskinan. Ada konflik dalam diskusi ini, tapi
hanya pada tataran perbedaan pendapat.
Perebutan sumberdaya yang dibutuhkan disebut dengan konflik kepentingan.
Persaingan dalam memperebutkan kedudukan sebagai anggota DPR, lurah, camat, bupati,
gubernur, sering muncul konflik-konflik yang disebut konflik kepentingan (conflict of
interest) karena ada yang diharapkan dari kedudukan tersebut, yakni sumberdaya,
kekuasaan, dan kewenangan.
Konflik berikutnya adalah menggunakan kekerasan nonfisik, seperti pelecehan,
buli, dan kekerasan fisik, pukulan, tinju yang menimbulkan korban cedera bahkan sampai
meninggal. Biasanya konflik kekerasan berada pada skala luas, misalnya konflik etnis,
konflik antar agama, konflik politik, tawuran remaja, tawuran antar kampung yang
sedang marak terjadi di Jakarta.
24 Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dan Soeryono Soekanto . 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
87
Konflik yang terjadi bisa dimulai dari konflik nilai, misalnya dalam keluarga
diantara anggotanya berbeda paham tentang pembagian harta warisan. Mula-mula mereka
hanya cekcok mulut, kemudian berkembang menjadi konflik kepentingan. Anggotanya
menyatakan siapa paling berhak untuk mendapatkan bagian terbesar karena ada
kebutuhan dan tanggung jawab sebagai anak tertua. Akhirnya konflik berubah menjadi
kekerasan fisik, mereka saling pukul sehingga cedera. Konflik kekerasan terjadi karena
adanya beda pandangan, misalnya dalam hal agama dan etnis seperti di Poso. Konflik
separatis juga dimulai dengan perbedaan nilai, terutama ketidakadilan dari pemerintah
pusat terhadap daerah. Konflik kepentingan pusat yang ditolak oleh daerah, akhirnya
menjadi konflik kekerasan. Mereka melakukan penolakan kunjungan pejabat pusat ke
daerah dengan poster atau lemparan telur, dll.
7.Kepemimpinan dalam Masyarakat
Masyarakat dan kepemimpinan merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan, sebab
secara normatif pemimpin diharapkan dapat mengatasi masalah yang muncul dalam masyarakat.
Secara sosiologis, masyarakat memerlukan seorang pemimpin karena berfungsi atau berperan untuk
menguasai, mengatur dan mengawasi agar tujuan masyarakat tercapai.
Kata pemimpin dan kepemimpinan sering disamakan dalam penggunaannya, padahal
secara konsep keduanya berbeda. Pemimpin (leader) adalah orang yang dengan kekuasaannya
mempengaruhi pengikut dan mengarahkan tindakannya untuk mencapai tujuan bersama.
Pemimpin, pengikut, dan tujuan adalah tiga kata yang mendukung dan sama-sama diperlukan
untuk kepemimpinan25. Kepemimpinan (leadership) adalah hubungan yang ada dalam diri
seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan
tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.26 Secara singkat bisa dibedakan antara pemimpin
adalah orang yang memimpin masyarakat/organisasi, sedangkan kepemimpinan adalah sifat-sifat
yang dimiliki oleh pemimpin tersebut seperti inisiatif, kreativitas, enerjik, intelegensi,
kepercayaaan pada diri sendiri, kedewasaan dalam menjalankan kepemimpinannya.
25 Wills Garry. 1996. Certain Trumpets: the Nature of Leadership. New York:Touchstone Rockefeller Center. 26 George R. Terry,yang dikutip oleh Sutarto. 1998. Dasar Organisasi. Yogyakarta: Penerbit: Gadjah Mada University Press.
88
Pemimpin dalam masyarakat/organisasi ada yang sifatnya sebagai pemimpin formal dan
ada yang sebagai pemimpin informal. Pemimpinan formal memiliki otoritas kewenangan yang
legal atau kekuatan hukum yang kuat, diangkat melalui menkanisme pengangkatan yang resmi
dan formal seperti, gubernur, bupati, camat, ketua organisasi, dst. Pemimpin informal menurut
Kartini Kartono27 adalah:
“…………….. orang yang tidak mendapatkan pengangkatan sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.”
Pemimpinan informal di dalam masyarakat bukan diperoleh melalui pengangkatan yang
formal dan resmi. Seseorang dijadikan pemimpin oleh masyarakat karena keunggulan yang
dimilikinya dalam bentuk kekayaan, pengetahuan, pengalaman atau kekuatan. Contoh pemimpin
informal dalam masyarakat adalah tokoh masyarakat, ulama, posisi ayah dalam keluarga; dapat
juga ketua preman pasar tradisional yang memiliki kekuasaan di wilayahnya.
Pemimpin formal dan informal dilihat dari kekuatan hukum dan formalitasnya jelas
berbeda, namun tidak berarti yang formal memiliki kepemimpinan lebih baik dibandingankan
dengan kepemimpinan informal, atau pun pemimpin formal lebih ditaati oleh masyarakat
dibandingkan dengan pemimpin informal.
“Kepemimpinan” bukanlah merupakan hal yang baru, namun merupakan warisan
kebudayaan bangsa Hastha Brata28, yang diidentikkan dengan sifat-sifat alam. Berikut ini
disajikan 8 watak yang harus dimiliki seorang pemimpin yang kemudian dimaknai dengan sifat
alam, yaitu:
1. Berwatak matahari, artinya memberi semangat, memberi kehidupan, dan memberi
kekuatan bagi yang dipimpinnya.
2. Mempunyai watak bulan, dapat menyenangkan dan memberi terang dalam kegelapan.
3. Memiliki watak bintang, dapat menjadi pedoman.
4. Berwatak angin, dapat melakukan tindakan secara teliti dan cermat.
27Kartono, Kartini, , 2002. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta ; Grafindo Persada:
28 Dalam budaya jawa ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,Samudra,Dahana dan Bhumi. http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00.
89
5. Berwatak mendung, artinya bahwa pemimpin harus berwibawa, setiap tindakannya harus
bermanfaat.
6. Pemimpin harus berwatak api, yaitu bertindak adil, mempunyai prinsip, tegas, tanpa
pandang bulu.
7. Harus berwatak samudera, yaitu mempunyai pandangan luas, berisi, dan rata.
8. Pemimpin harus memiliki watak bumi, yaitu budinya sentosa dan suci.29
Ki Hadjar Dewantara merumuskan kepemimpinan dalam tiga prinsip kepemimpinan ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangunkarso, dan tut wuri handayan, yang mengandung makna:
"seorang pemimpin harus berada di depan yang dipimpinnya untuk menjadi teladan, di tengah-
tengah untuk membangun semangat (kemauan), dan mengikuti dari belakang untuk member
kekuatan (daya)."30 Seorang pemimpin harus dapat memberikan motivasi dan keyakinan pada
orang yang dipimpinnya, sehingga orang/pengikut yang dipimpin akan merasakan efektif,
bermanfaat dan menerima kepemimpinannya.
Membicarakan kepemimpinan tidaklah dapat terlepas dari pembahasan mengenai
kekuasaan (power) dan wewenang (authority), karena kedua unsur ini melekat pada diri seorang
pemimpin dalam menjalankan peranannya. Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi pihak lain agar supaya mengikuti keinginan pemimpin yang memegang
kekuasaan. Kata kunci yang penting dari kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi.
Besarnya kekuasaan tergantung pada relasinya dengan pihak yang dipengaruhi, rela atau dalam
keadaan terpaksa mereka menerima pengaruh tersebut.31 Seorang kiai pemilik pesantren
dipercaya oleh santri dan masyarakat umum sebagai jamaah, memiliki kekuasaan yang berasal dari
Tuhan. Karena kepercayaan tersebut, kiai dan pesantren dianggap dengan mudah dapat
mempengaruhi para santri dan jamaahnya, dan peranannya penting dalam proses pendidikan dan
perubahan dalam masyarakat. Contoh lain kekuasaan yang dirasakan sebagai paksaan atau
kekerasan adalah ’premanisme’ dimana laki-laki dengan penampilan tidak rapih meminta sesuatu
29 Ramayana Kakawin (cerita berbentuk puisi dalam bahasa Jawa Kuno dari abad-10. 30 Pidato Ki Hadjar Dewantara dihadapan anak-anak didiknya dan para pengasuh di Perguruan Taman Siswa yang dibangunnya pada masa penjajahan Belanda. "Kata-kata itu dikutip oleh Ki Hadjar dari Drs. Raden Mas Sostrokartono (saudara kandung Raden Adjeng Kartini) .31 Sunarto, Kamanto. 2000. Halaman 76. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dan Soeryono Soekanto. Halaman 293. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
90
yang berharga dengan menodongkan senjata tajamnya pada wanita yang sedang memarkir
motornya di depan pasar. Menggunakan kekuasaan dengan cara kekerasan tanpa memiliki
wewenang apapun mungkin saja terjadi. Contoh lain mengenai kekuasaan dengan manipulasi,
terjadi ketika beberapa laki-laki berdasi di mall memasarkan produk tertentu secara manipulative
dengan pemberian hadiah yang menarik. Jadi, kekuasaan diikuti oleh pengikutnya bukan saja
karena suka rela, tetapi bisa juga berupa paksaan, kekerasan atau manipulasi.
Kewenangan (authority) adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok
orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan/legitimasi dari masyarakat.32
Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan akan lebih efektif bila memiliki kewenangan.
Namun, tidak selalu kekuasaan dan wewenang sekaligus berada pada tangan pemimpin.
Pemimpin informal memiliki kekuasaan tetapi jarang dari mereka yang punya wewenang karena
jabatannya. Tidak jarang pemimpin formal memiliki kewenangan tetapi miskin kekuasaan untuk
sampai dipatuhi oleh bawahannya, sehingga tampak tidak berwibawa.
Ada tiga bentuk wewenang yang berbeda dikemukakan oleh Max Weber:
1) Wewenang Kharismatik, yaitu wewenang yang didasarkan pada kelebihan pribadi dalam
bentuk penampilan seorang tokoh yang memiliki kharisma/kelebihan, kemampuan khusus
yang memberi daya pesona kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengakuinya sebagai
pemimpin kharismatik. Wewenang ini tidak didasari aspek legal, namun cenderung memiliki
sifat irrasional.Wewenang kharismatik tidak mudah hilang sekalipun pemimpin yang
memegang wewenang ini meninggal dunia. Begitu kuat kharismanya sampai pengikutnya
mengkultuskan pemimpinnya.
Mahatma Gandhi seorang tokoh kharismatik dunia yang
berjasa pada perjuangan hak-hak asasi manusia dan anti
kekerasan. Ia dianggap Mahatma (Jiwa yang agung)
oleh rakyat India. Penampilan Gandhi amatlah
sederhana namun pemikiran dan perjuangannya
berdampak besar bagi kemerdekaan India serta
menginspirasi pejuang-pejuang anti kekerasan di
berbagai belahan dunia. Ketika Gandhi ditahan, tuntutan
rakyat untuk membebaskannya makin besar sampai
32 Ibid. Soeryono Soekanto, 294.
91
jongkok dan tidak mau bangun meski dipukuli polisi, sampai akhirnya Gandhi dibebaskan.
Pemerintah sangat khawatir karena jika ia meninggal, maka akan terjadi revolusi di India.
2) Wewenang Tradisional, yaitu wewenang yang didasarkan pada ikatan primordial,
keluargaan, kesukuan, kedaerahan, adat, dan agama. Penampilan pimpinan yang memiliki
wewenang tradisional memiliki wewenang lebih tinggi dari kemampuan pribadinya.
Wewenang tradisional bisa berubah dan hilang sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Pada masa sebelum tahun 1997, kepala desa di Indonesia merupakan pemimpin desa dengan
wewenang tradisional, yang jabatannya diperoleh secara turun temurun dari keluarga kakek
dan ayahnya. Kepala desa diangkat berdasarkan penurunan jabatan dari pimipinan
sebelumnya ke pimpinan yang sudah ditentukan yang keduanya memiliki garis keturunan.
Dalam sistem kerajaan, jabatan raja juga diturunkan dari orang tua ke anaknya, dalam
kepemimpinannya menggunakan wewenang tradisional.
3) Wewenang Legal Rasional, yaitu wewenang yang didasarkan pada kemapuan dan kecakapan
yang dimiliki seseorang sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku. Pemimpin dengan
wewenang legal rasional dipilih dan diangkat berdasarkan aturan-aturan hukum, menjalankan
kepemimpinannya menurut birokrasi. Wewenang yang digunakannya akan hilang bersamaan
dengan berakhirnya masa kepemimpinannya. Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono diangkat
melalui pemilihan umum dan pengangkatan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Kekuasaan dan kewenangannya legal, diakui melalui pemilihan yang rasional. Demikian pula
Ketua dan Wakil Badan Eksekutif Mahasiswa UI, diangkat melalui prosedur Tata Tertib Badan
Perwakilan Mahasiswa Bab VI pasal 42 sampai 50 yang memuat syarat-syarat calon ketua dan
wakil ketua BEM, pemilihan ketua dan wakil BEM, kepengurusan, masa jabatan, hak dan
kewajiban.
Ketiga bentuk kewenangan ini berbeda dalam
tingkat legitimasinya dan kondisi pribadi
pemimpin. Ketiga bentuk kewenangan ini bisa saja
sekaligus melekat pada diri seorang pemimpin.
Bung Karno, dapat dikatakan karismatik karena
penguasaan yang dimilikinya bukan hanya sebagai
negarawan, tapi juga sebagai teknokrat dan
92
budayawan yang memiliki wawasan luas, sehingga dikagumi dan dihargai bukan pada tingkat
nasional, melainkan juga pada tingkat dunia. Membawa bangsanya merdeka dari penjajahan, berdiri
diatas kaki bangsa sendiri, tidak mau bersekutu dengan kapitalis. Rasa nasionalisme yang tinggi,
mempersatukan keragaman suku bangsa dan agama di Indonesia merupakan kepemimpinan
tradisional yang melekat pada dirinya. Sebagai presiden RI pertama, Bung Karno juga pemimpin
dengan kewenangan legal rasional, karena dipilih dan diangkat menurut aturan negara secara rasional.
Dengan demikian, kepemimpinan, kekuasaan dan kewenangan dalam masyarakat memiliki
bentuk, sifat dan ciri yang berbeda. Asas dan nilai-nilai kepemimpinan bukan merupakan hal yang baru tapi
sudah ada sejak manusia hidup berkelompok dan sifatnya universal.
Ada hal-hal yang mempersatukan masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh berbagai
tokoh sosiologi. Kumpulan masyarakat yang ingin bersatu menjadi sebuah “bangsa”. Sebuah
bangsa (nation) terbentuk dari adanya sense of belonging terhadap suatu warisan budaya dan
sejarah yang sama dan keinginan untuk hidup bersama dalam suatu kesatuan politik (negara).
Ben Anderson menyebutnya sebagai ”imagined community”. Ketika bangsa memerlukan
wilayah, disebutlah sebagai Negara (state) yang merupakan suatu satuan politis yang
mengandung tiga unsur dasar, yaitu pemerintah yang berdaulat, rakyat dan wilayah (Republik
Indonesia memiliki tiga syarat tersebut).
Daftar Kepustakaan
_____. 2009. Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Akademik.
_______Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi, 2009. Jakarta: Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi , Direktorat Akademik.
Coser, Lewis A .1956 . The Functions of Sosial Conflict. Cambridge, UK: The Free Press.
Herkovits, Melville J., 1948. Man and His Work. New York: Alfred A.Knopft
J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto (ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (edisi 2). Jakarta: Kencana.
Jarvis , Peter dikutip oleh Wuradji dari Adult Learning in the Sosial Context. 1987. London: Taylor & Francis.
Horton, Paul B. & Chester L. Hunt, 1984. Sociology, edisi kelapan. Michigan McGraw-Hill.
Kartono, Kartini, 2002.Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Grafindo Persada.
93
Koentjaraningrat, 2000. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kornblum, Sociology in a Changing World . Rinehart and winston.
Linton , Ralph.1968. The Study of Man: an Introduction. New York: Appleton-Century.
Macionis. 2010. Introduction to Sociology (13th edition). New Jersey: Pearson
Poloma, Margaret M. 1991. Contemporary Sociological Theory. Michigan: Macmillan Publishing.
Soekanto.,Soeryono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soeratman, Darsiti . 1989. Ki Hajar Dewantara. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,
Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Suwito Santoso. Ramayana Kakawin Volume 1. New Delhi, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, International Academy of Indian Culture
Taylor-Butler.Christine . The Digestive System. 2008. Canada : Weldon Owen Education - Scholastic Inc.
Wills,Garry. 1996. Certain Trumpets: the Nature of Leadership. New York:Touchstone Rockefeller Center.
Wuradji MS.1988. Pendidikan dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan: sebuah pendekatan sosio-antropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud
(http://darahmerdeka.wordpress.com/2008/10/12/individu-dan-masyarakat/) jam 11.00 tanggal 1 Agustus 2011).
http://hkbpcinere.tripod.com/sejarah.html, 22 gustus 2011, pukul 20.00).
http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00.http://1.bp.blogspot.com/-d9ols74Bn-c/TdqB6E2IU1I/05clM7AFdTU/s1600/ mahatma-gandhi.jpghttp://www.google.co.id/search?tbm=isch&hl=id&source=hp&biw=1259&bih=579&q=bung+karno+pidato&gbv=2&aq=2&aqi=g10&aql=&oq=bung+karno (diunduh tanggal 8 agustus 2011 jam 7.00)http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00.
94
95
BAB IVIlustrasi Kehidupan Manusia dari
Sudut Pandang Ekonomi
Pius Nugraha
1.PENDAHULUAN
Bumi kita ini ditinggali oleh berbagai makhluk hidup, diantaranya manusia, tumbuhan dan
binatang. Setiap makhluk hidup dikaruniai oleh Tuhan YME naluri untuk bertahan hidup agar
menjaga eksistensi dan keberlangsungannya di dunia ini. Manusia sebagai makhluk hidup juga
akan selalu berusaha menjaga keberadaannya, baik untuk dirinya sendiri, untuk kelompoknya
maupun masyarakatnya. Naluri bertahan dan menjaga keberadaannya ini dilakukan secara
perorangan, kelompok, dan masyarakat.
Melakukan kegiatan ekonomi yang
merupakan perwujudan dari perilaku
ekonomi baik oleh perorangan, kelompok,
maupun masyarakat merupakan salah satu
upaya mendasar manusia untuk bertahan
hidup dan menjaga eksistensinya. Selain
kegiatan ekonomi, manusia juga
melakukan aktifitas sosial, budaya, politik,
dan lainnya untuk bertahan hidup. Pada bagian ini akan diuraikan perilaku ekonomi yang
terwujud dalam bentuk berbagai kegiatan ekonomi.
2.Kegiatan Ekonomi
Kegiatan ekonomi manusia yang mendasar untuk bertahan hidup dan menjaga eksistensinya
adalah aktifitas mengkonsumsi. Kegiatan konsumsi pada hakekatnya dilakukan untuk memenuhi
96
kebutuhan, baik kebutuhan primer (makan-minum, pakaian, dan perumahan), kebutuhan
sekunder (kesehatan, pendidikan, transportasi, dan sebagainya), dan kebutuhan tersier (hiburan,
kenyamanan, piknik, dan sebagainya). Selain kebutuhan-kebutuhan fisik (phisiology needs) ini,
manusia juga membutuhkan hal-hal yang bersifat non-materi, seperti kebutuhan akan rasa aman
(safety needs), kebutuhan untuk disayang dan dicintai (love and belonging needs), kebutuhan
untuk diakui dan direspeki (self esteem needs), serta kebutuhan untuk pencapaian suatu prestasi
(self actualization needs)33. Bahkan manusia secara fitrahnya, sebagai makhluk ber-Tuhan
menginginkan pemenuhan kebutuhan spiritual34. Pemenuhan kebutuhan baik materi maupun
non-materi ini diarahkan untuk tercapainya kesejahteraan bagi ketiga unsur manusia yaitu jiwa,
jasmani, dan rohani (mind, body, and spirit).
Agar bisa mengkonsumsi berbagai
pemenuhan kebutuhan di atas, manusia harus
memproduksi. Manusia menghasilkan segala
sesuatu demi untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam berproduksi, selain
bertindak sebagai produsen, manusia
sekaligus merupakan faktor produksi. Dalam
hal ini manusia terlibat langsung dalam
pelaksanaan proses produksi dengan
menyumbangkan tenaga kerjanya (labor).
Selain tenaga kerja, proses produksi juga membutuhkan faktor produksi lain seperti lahan ( land),
bahan baku (materials), modal baik fisik maupun finansial (physical and financial capitals),
kewirausahawan (entrepreneurship), dan teknologi (technology). Dalam mengembangkan faktor
produksi baik dalam dirinya (tenaga kerja) maupun di luar dirinya (faktor produksi selain tenaga
kerja), manusia mengembangkan metoda berproduksi melalui pemanfaatan serta
pengkombinasian penggunaan faktor produksi tersebut.
33 Lihat piramida kebutuhan manusia dalam Abraham H. Maslow, “A Theory of Human Motivation”, Psychological Review 50(4) (1943): 370-96.
34 Beberapa ahli, misalnya Viktor Frankl dalam artikelnya “Self-transcendence as a Human Phenomenon”, Journal of Humanistic Psychology 6(2) (1966): 97-106 menambahkan satu lagi kebutuhan manusia yang disebut sebagai self-transcendence needs yang tak lain adalah kebutuhan manusia untuk ber-Tuhan.
97
Dua kegiatan ekonomi yang mendasar ini, mengkonsumsi dan memproduksi dapat
digambarkan secara sederhana dalam suatu diagram arus melingkar (circular flow). Dalam arus
melingkar ini di buat penyederhanaan bahwa hanya ada dua kelompok pelaku ekonomi yaitu
rumah tangga dan perusahaan. Rumah tangga melakukan aktifitas mengkonsumsi dan
menawarkan faktor produksi yang dimilikinya (tenaga kerja, modal, lahan, kewirausahaan, dan
sebagainya). Perusahaan melakukan aktifitas memproduksi (barang atau jasa) dengan
memanfaatkan berbagai faktor produksi yang tersedia. Diagram-1 menggambarkan dua kegiatan
ekonomi (konsumsi dan produksi) dari dua kelompok pelaku ekonomi (rumah tangga dan
perusahaan).
Perlu diingat bahwa di dalam suatu masyarakat atau perekonomian yang sudah mengenal
alat tukar (uang), selain arus fisik (barang, jasa, atau faktor produksi), dengan arah yang
berlawanan ada juga arus uang dari rumah tangga ke perusahaan (imbalan barang/jasa yang
dibeli rumah tangga untuk konsumsi) dan arus uang dari perusahaan ke rumah tangga (imbalan
faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi). Sedangkan untuk masyarakat
subsisten yang memenuhi kebutuhannya sendiri-sendiri, rumah tangga juga berfungsi sebagai
perusahaan, jadi selain mengkonsumsi rumah tangga juga memproduksi. Tentu saja tidak ada
arus uang untuk masyarakat yang memproduksi kebutuhan konsumsinya sendiri.
98
Diagram-1. Arus Melingkar Kegiatan Ekonomi
Meskipun berbagai makhluk hidup selain manusia, baik tumbuhan maupun binatang, juga
memproduksi dan mengkonsumsi namun kegiatan mereka sangat terbatas dan nyaris tidak
berkembang sama sekali. Manusia dengan kemampuan inteligensianya mampu untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi, baik kegiatan mengkonsumsi maupun memproduksi, yaitu
meliputi: (1) pengkombinasian faktor-faktor produksi yang semakin efisien; (2) pengelolaan
proses produksi yang lebih efektif; (3) peningkatan hasil produksi melalui metoda yang semakin
baik; (4) penyimpanan dan pengawetan kelebihan hasil produksi; (5) pendistribusian hasil
produksi; (6) penghematan jumlah yang dikonsumsi; (7) pengkombinasian barang yang
dikonsumsi agar lebih efisien untuk mencukupkan tingkat konsumsi tertentu; dan berbagai
pengembangan kegiatan produksi maupun konsumsi lainnya.
Pengembangan kegiatan produksi di atas menyebabkan beberapa ahli menganggap bahwa
ada kegiatan ekonomi penting lainnya selain konsumsi dan produksi yaitu distribusi. Kegiatan
ekonomi distribusi pada dasarnya adalah sebagai jembatan antara kegiatan produksi dengan
kegiatan konsumsi. Selain fungsi penyimpanan dan pengawetan, fungsi distribusi yang juga
sangat berkembang adalah pemasaran (marketing) yang meliputi strategi penentuan harga
99
RumahTangga
Faktor produksi(labor, land, capital, entrepreneurship)
Produksi (barang/jasa)
Perusahaan
(pricing), penentuan lokasi (placing), pengemasan (packaging), dan promosi (promotion). Dalam
teori dasar pemasaran empat strategi ini dikenal sebagai 4P’s strategy.
Kelebihan lain manusia dibandingkan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk
memanfaatkan sumber daya yang ada di Bumi ini yang meliputi benda-benda di dalam bumi, di
atas bumi, dan juga di udara, termasuk tumbuhan dan binatang. Tumbuhan dan binatang lebih
banyak dimanfaatkan daripada memanfaatkan. Bahkan pada umumnya, berbagai barang maupun
makhluk hidup selain manusia merupakan barang-barang yang dimanfaatkan oleh manusia untuk
membantu keberlangsungan keberadaan manusia di atas bumi.
Kemampuan memanfaatkan inilah yang merupakan perbedaan pokok antara manusia
dengan berbagai makhluk hidup lain yang ada di atas bumi. Kemampuan manusia untuk
memanfaatkan sumber daya alam di Bumi ini merupakan pedang bermata dua yang kalau
digunakan secara baik dapat mensejahterakan seluruh umat manusia secara adil dan
berkelanjutan. Namun kalau pedang tersebut digunakan secara salah akan mengakibatkan
pengurasan dan merusak sumberdaya alam sehingga tidak tersisa bagi generasi manusia di masa
mendatang. Meminjam ucapan Mahatma Gandhi (1869-1948) yang terkenal, yang artinya,
“Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia di Bumi, tetapi tidak cukup untuk
memenuhi berbagai keserakahan manusia”.
Hal inilah yang perlu dipahami dan bahkan perlu direnungi. Kegiatan ekonomi pada
hakekatnya merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan barang dan jasa
yang disediakan baik oleh manusia itu sendiri maupun oleh alam. Dengan perkembangan waktu,
kebutuhan manusia juga tumbuh baik dari segi kuantitas (semakin banyak) maupun kualitas
(semakin baik). Perkembangan kebutuhan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya berbagai
besaran-besaran demografi dan ekonomi seperti total populasi, jumlah penduduk usia muda,
aktifitas komunikasi, aktifitas mobilitas penduduk, dan lain-lain. Selain pertumbuhan-
pertumbuhan tersebut, kebutuhan manusia juga dipengaruhi oleh hal-hal yang semestinya tidak
terlalu diperlukan, sehingga menimbulkan pemborosan. Dalam skala dunia, perkembangan
kebutuhan yang demikian ini membawa manusia mengalami kelangkaan. Dan yang paling
berbahaya adalah kelangkaan akan pangan dan enerji.
Disinilah perlunya pemahaman perilaku ekonomi dikaitkan dengan berbagai aspek
kehidupan lainnya (sosial, budaya, hukum, politik, dan lingkungan alam) termasuk aspek
spiritual. Seperti disebutkan di atas, ada kebutuhan spiritual dari manusia. Dengan spiritual yang
100
baik dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan lainnya, diharapkan manusia
dapat mengendalikan dirinya, terutama dalam memanfaatkan alam, tidak memboroskan apa yang
disediakan oleh alam sehingga lebih dari cukup untuk semua dari waktu ke waktu. Dengan
demikian upaya ekonomi yang sejatinya adalah untuk menjamin eksistensi dan keberlangsungan
manusia dapat tercapai.
3.Hal-hal Yang Membahayakan Keberlangsungan
Manusia:
Walaupun upaya manusia melalui kegiatan ekonomi sudah diarahkan untuk menjamin
keberlangsungan keberadaan manusia yang berkelanjutan, namun ada beberapa hal yang bisa
mengancam pencapaian tersebut yaitu:
I. Alam: Alam sering berulah berupa gunung meletus, gempa bumi, dlsb.
II. Ulah manusia sendiri: Inilah yang sebenarnya lebih berbahaya karena membahayakan
kelangsungan keberadaan umat manusia.
Ancaman terhadap keberlangsungan
keberadaan manusia sebagai akibat ulah alam,
sedikit demi sedikit mulai dapat diatasi atau paling
tidak diantisipasi, meski tidak mungkin untuk
dihilangkan sama sekali. Namun yang justru perlu
diawasi perkembangannya adalah ulah manusia
yang semakin lama semakin brutal. Apakah hal ini
merupakan akibat dari kepentingan ekonomi?
Kepentingan ekonomi pada dasarnya netral.
Yang selalu menjadi masalah adalah kerakusan manusia dalam memanfaatkan keinginannya.
Ekonomi memang menyediakan peralatan-peralatannya, seperti teknologi dan manajemen untuk
meningkatkan produktivitas manusia, yang utamanya bertujuan meningkatkan kemakmuran
manusia. Sayangnya peralatan ini rawan disalahgunakan. Perkembangan produktivitas sering
berada di bawah keinginan manusia. Manusia memaksakan kehendaknya agar produksi
berkembang lebih pesat daripada kemampuannya. Bahkan produksi dipaksa untuk berkembang
101
melebihi kebutuhan manusia. Demikian pula, alam dipaksa untuk berkembang melebihi
kemampuannya. Akibatnya terjadilah pengrusakan alam.
Berangkat dari situasi inilah manusia semestinya bertindak dan berpikir dengan selalu
didasarkan atas kekritisan, kreativitas dan inovatif. Selain itu sebaiknya dalam bertindak,
terutama dalam memanfaatkan alam, manusia semestinya juga menunggu sampai mampu
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Hal ini akan dengan mudah dilakukan bila
manusia menyadari akan perlunya spiritualitas
4.Kritis
Manusia haruslah kritis dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi. Pandai
menimbang baik buruknya tindakan yang akan dilakukan. Selalu mempertanyakan kebenaran
dan akibat tindakan yang akan dilakukan. Apakah suatu tindakan akan menghasilkan nilai-nilai
positif ataukah negatif. Apakah suatu tindakan akan menghasilkan nilai positif untuk jangka
pendek, tetapi dalam jangka panjang justru akan memberikan hasil negatif.
Sesuatu yang baik, namun jika dilaksanakan tanpa sikap kritis, sangat sering justru
menghasilkan akibat negatif dari sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil yang positif.
Penggunaan pupuk, pestisida, bibit unggul yang tidak dilandasi sikap kritis terhadap dampaknya,
merupakan contoh yang sangat bagus, bahwa sesuatu yang diharapkan akan menghasilkan output
yang baik, ternyata malah merugikan.
- Penggunaan pupuk an-organik yang tidak tepat ternyata merusak struktur tanah.
- Penggunaan pestisida ternyata membinasakan banyak hewan yang sebenarnya bermanfaat
bagi pertanian dan penggunaan pestisida yang terus menerus malah mengakibatkan banyak
hama menjadi tahan terhadap pestisida.
- Penggunaan bibit unggul mengakibatkan terjadinya pergeseran penggunaan tenaga kerja
dari tenaga kerja wanita ke tenaga kerja pria, sehingga banyak tenaga kerja wanita beralih
profesi menjadi buruh di kota atau menjadi TKW di luar negeri.
Sikap kritis juga perlu ada dalam berkonsumsi. Diperlukan tingkat pemikiran tertentu
agar konsumsi bisa sehat dan tidak merusak lingkungan, serta bermanfaat bagi orang banyak.
Selain banyaknya polusi yang berasal dari BBM, besarnya konsumsi hasil ternak ikut
menyumbang terjadinya “Global Warming”. Oleh karena itu dorongan untuk berkonsumsi juga
harus diarahkan sedemikian rupa sehingga tidak merusak lingkungan.
102
5.Kreatif.
Di dalam menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tertentu manusia harus kreatif
dalam menciptakan metode dan peluang-peluang, guna menunjang keberhasilan suatu tindakan.
Misalnya dalam hal meningkatkan produktivitas, perlu ditemukan terobosan-terobosan baru,
dengan tujuan agar hasil yang diperoleh benar-benar bisa meningkat, bahkan meski
menggunakan teknologi yang tersedia. Kreativitas dalam berkonsumsi bisa dilaksanakan dengan
pengembangan sumber energi alternatif.
Contohnya adalah pemanfaatan energi dari kotoran ternak, tenaga surya, dan lain-lainnya.
Demikian pula dengan penggunaan pupuk kompos atau pupuk kandang, serta berusaha
mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Hal ini selain akan menjaga peningkatan
produktivitas sebagaimana yang diharapkan, juga akan membuat berkelanjutannya kesuburan
tanah, serta memperbaiki kandungan nutrisi hasil produksi (organik). Dengan demikian, selain
memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan, petani juga akan dapat
meningkatkan pendapatannya
Inovatif
Sikap inovatif maksudnya adalah menemukan hal-hal yang baru sama sekali. Misalnya
mengganti tanaman yang semula merupakan tanaman pangan seperti padi dan palawija, diganti
dengan tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai lebih tinggi.
Contoh-contoh di atas hanyalah beberapa dari banyak yang bisa dilakukan.
Diperlukannya sikap kritis, kreatif serta inovatif ini dapat ditemukan di setiap kelompok orang,
masyarakat, dan dimanapun. Juga di setiap bidang ekonomi dengan permasalahan masing-
masing, baik dalam berproduksi maupun dalam berkonsumsi. Sikap kritis, kreatif dan inovatif
juga perlu dikembangkan ketika seseorang bertindak baik sebagai faktor produksi maupun
sebagai pelaksana manajemen. Sebagai faktor produksi dan manajerial misalnya, kritis, kreatif
dan inovativ terjadi sebagaimana dalam sejarah dari berdirinya koperasi dan selama
perjalanannya sampai saat ini. Koperasi merupakan contoh yang sangat baik, bagaimana dengan
bekerja sama koperasi mampu meningkatkan manusia sebagai faktor produksi bahkan juga
sebagai produsen dan konsumen. Koperasi juga membina para anggotanya menjadi manusia
yang berdisiplin dalam menjaga lingkungan dan bertindak kritis. Bahkan koperasi telah
103
memakmurkan anggotanya. Koperasi berkembang sedemikian sehingga memakmurkan
anggotanya tanpa menimbulkan permasalahan
Individu.
Pada dasarnya secara individu, kekhawatiran manusia dalam menghadapi alam dan
eksistensinya lebih besar daripada secara berkelompok. Oleh karena itu pada umumnya, secara
individu manusia akan berusaha mempunyai kearifan yang lebih besar dalam mempertahankan
eksistensi ras manusia. Secara individu manusia akan menjaga kelestarian alam dan
mempertahankan haknya secara lebih langsung. Individu juga akan berproduksi secukupnya.
Tidak berlebihan. Kekurangan bahan-bahan keperluan hidup yang mungkin terjadi juga tidak
terlalu mengkhawatirkan dirinya karena ia hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Dalam
hal menghadapi kekurangan keperluan hidupnya, seorang individu juga akan merasa lebih
mudah memenuhi kebutuhannya karena ia merasa hanya akan memenuhi kebutuhan untuk satu
orang, yaitu dirinya sendiri. Namun demikian usaha untuk berproduksi juga sangat terbatas,
karena hanya dilakukan sendiri. Baik tenaga maupun pikiran yang dapat dicurahkan dalam
usahanya berproduksi menjadi sangat terbatas. Sehingga hasil produksinya pun menjadi sangat
terbatas pula.
Orang yang bekerja secara individu hampir tidak mungkin atau kecil kemungkinanannya
mengembangkan metode berproduksi atau mengembangkan kombinasi penggunaan faktor
produksi. Individu umumnya cepat merasa puas dengan terpenuhinya kebutuhan yang minimal.
Namun cerita di bawah ini memberikan ilustrasi yang sangat pas untuk menggambarkan
perjuangan seorang anak manusia yang mempertahankan eksistensinya di alam bebas seorang
diri.
Badar bukan sedari mula merupakan
manusia yang hidup seorang diri. Ia berasal dari
suatu masyarakat yang sudah berbudaya.
Keinginannya untuk berlayar mengakibatkan ia
meninggalkan masyarakatnya. Maka diceritakan
perahunya kandas dan ia terdampar di pantai
sebuah pulau kosong.
104
Ketika pagi-pagi sadar dari pingsannya ia menyadari bahwa barang yang ada
padanya hanyalah pakaian yang dia kenakan dan sebuah pisau pemberian kakeknya
ketika ia mulai dewasa dan yang tidak pernah meninggalkan pinggangnya. Ia merasa
lapar, lalu tertatih-tatih berjalan menuju pedalaman pulau. Ia menemukan sebuah
sungai yang airnya sangat jernih, minumlah ia sepuasnya dan kemudian mandi. Setelah
segar ia mulai merasa hidup kembali. Tahu bahwa ia harus mendapatkan makanan
maka iapun mulai melihat-lihat ke sekelilingnya. Di air sungai yang sangat jernih itu, ia
melihat ikan-ikan yang cukup besar berenang kesana kemari.
Dengan mempergunakan pisaunya, ia mulai membuat sebuah tombak
dari sebuah ranting pohon yang diruncingkan ujungnya. Setelah selesai
membuat tombak, iapun mulai berburu ikan.
Hari itu ia mendapat 4 ekor ikan dan habis dimakannya. Keesokan
harinya ia berburu lagi dan mendapatkan 4 ekor ikan yang habis untuk
dikonsumsinya pada hari yang sama. Cerita berlanjut untuk beberapa hari ke
depan. Sampai pada suatu hari ia berpikir, “Kalau begini keadaannya, saya
tidak akan pernah berhasil keluar dari pulau ini. Hari-hariku habis untuk
berburu ikan.”
Maka iapun menyadari bahwa ia harus bisa mendapatkan lebih banyak
ikan. Tetapi bagaimana? Dengan tombaknya ia hanya mampu memperoleh 4
ekor ikan dalam sehari. Ia berpikir bahwa untuk mendapatkan ikan yang lebih
banyak ia harus mengganti peralatannya yang semula tombak menjadi jaring.
Itu artinya ia harus membuat jaring. Tapi kapan? Waktunya dalam sehari sudah
habis digunakan untuk menangkap ikan. Mulailah ia berhitung: Dengan
mengurangi jumlah ikan yang dikonsumsi, ia akan bisa menyimpan ikan untuk
dimakan pada hari berikutnya.
Keesokan harinya ia menangkap ikan mendapatkan 4 ekor tetapi hanya
dimakan 3 ekor saja maka ia mempunyai simpanan 1 ekor. Hari kedua ia
menangkap 4 ekor ikan lagi sehingga ia mempunyai 5 ekor ikan dan hanya
dimakan 3 ekor sehingga masih sisa 2 ekor. Begitu juga yang dilakukannya pada
hari ke 3, sehingga sisa ikan pada hari itu menjadi 3 ekor. Pada hari ke 4, ia
105
tidak menangkap ikan tetapi dengan makan 3 ekor ikan tersisa, hari itu bisa ia
gunakan untuk memintal benang dari serat kulit kayu.
Pada periode tiga hari mendatang ia melakukan hal yang sama dan pada hari
keempat ia memintal benang lagi. Demikianlah ia melakukan untuk beberapa lama,
hingga pada akhirnya ia merasa bahwa benang yang dimilikinya sudah cukup untuk
membuat sebuah jala. Ia masih melakukan hal yang sama pada hari pertama, kedua dan
ketiga. Namun, yang dilakukan pada
hari keempat adalah merajut sebuah
jala. Kegiatan ini dilakukan beberapa
waktu sehingga pada akhirnya jala
selesai dirajut dan kini ia mempunyai
sebuah jala untuk menangkap ikan.
Dengan menggunakan jala itu,
tangkapannya meningkat drastis.
Sekarang ia mampu menangkap ikan dalam sehari sebanyak 10 ekor. Iapun
makan ikan sebanyak 5 ekor ikan sehari. Itupun masih berlebih. Maka banyak
hal dapat dilakukannya yaitu:
- membangun pondok,
- belajar membuat api,
- menjelajahi hutan,
- mencoba berburu binatang hutan,
- mencari buah-buahan atau makanan lain di hutan, dan
- akhirnya mencoba bercocok tanam.
Cerita tentang si Badar di atas memberikan ilustrasi tentang konsumsi, saving
(menabung), investasi, dan peningkatan aktivitas produksi yang kemudian semakin
meningkatkan kehidupannya atau kesejahteraannya. Inilah cerita anak manusia yang hidup
dalam kesendiriannya dan mencoba untuk mempertahankan hidup dan eksistensinya.
6.Kelompok
106
Ketika manusia mulai berkelompok, segala sesuatunya dilakukan bersama. Maka
mulailah timbul rasa kekhawatiran terhadap ketiadaan kebutuhan pada suatu saat. Mereka
melakukan upaya untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan produktivitas dan
melakukan penyimpanan. Simpanan ini terutama dilakukan untuk menghadapi masa paceklik.
Terlebih-lebih juga disebabkan karena sangat sering dalam kelompok mereka ini terdapat
anggota kelompok yang belum produktif seperti anak-anak dan para orang tua yang karena usia
atau jabatannya menjadi tidak produktif.
Dengan berkelompok-kelompok, kemampuan berproduksi menjadi lebih besar dan
beragam daripada ketika dilakukan secara individu. Baik untuk berburu, bertani, maupun
menangkap ikan yang dilakukan secara kelompok akan menghasilkan lebih banyak. Selain itu
dengan berkelompok, semakin banyak profesi yang dapat di jalankan. Hingga profesi dukun
yaitu pengobat, pelindung dari kuasa jahat, ataupun dukun-dukun yang lain yang lebih dikenal
dengan pawang juga timbul disini.
Situasi ini menimbulkan kesadaran bahwa besarnya kelompok berpengaruh langsung
terhadap hasil yang akan mereka peroleh. Sehingga mereka mulai menyadari bahwa jumlah anak
dalam suatu kelompok akan berpengaruh terhadap “kemakmuran” kelompok mereka. Semakin
banyak anak, akan semakin memungkinkan kelompok tersebut berkembang menjadi lebih
makmur. Akan tetapi situasi ini juga membawa konsekwensi untuk menghidupi anak-anak
mereka demi untuk kelangsungan produksi yang semakin besar. Dari sinilah tumbuh konsep
“investasi”, yaitu menahan konsumsi sekarang demi untuk meningkatkan produksi di masa
mendatang.
7.Masyarakat
Kelompok-kelompok manusia terus berkembang. Jumlah anggota masing-masing
kelompok juga berkembang. Terjadi persaingan antar kelompok. Mereka bersaing
memperebutkan daerah atau bahkan kekayaan yang sudah dimiliki oleh kelompok lain. Disinilah
mulai terlihat secara nyata tumbuhnya kerakusan. Maka dalam kelompok-kelompok tersebut
timbullah kesadaran untuk mengembangkan tatanan. Dalam kelompok-kelompok, timbullah
pembidangan kegiatan masyarakat. Bidang pertahanan, bidang ekonomi, bidang kesenian,
bidang kesehatan dan lain sebagainya. Sebagai dampak berikutnya, timbullah persaingan untuk
memperebutkan kekuasaan dan pemerintahan. Terbentuklah masyarakat. Tatanan pada
107
masyarakat yang menimbulkan spesialisasi ini ternyata semakin berkembang kearah spesialisasi
yang lebih rinci lagi.
Tumbuhnya berbagai masyarakat ini sekaligus
menumbuhkan berbagai pemikiran-pemikiran. Di bidang
sosial, agama, pertahanan, kebudayaan sudah lebih dahulu
timbul. Dibidang ekonomi berbagai pemikiran juga sudah
ada jauh jauh hari. Sampai kemudian Adam Smith pada
tahun1776 dalam bukunya An Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations (disingkat Wealth of
Nations) menuliskan tentang dasar-dasar perdagangan
bebas. Ia merupakan pelopor perdagangan bebas yang sekaligus menjadi bibit dari ekonomi
kapitalis. Mungkin ketika Adam Smith menuliskan pendapatnya ia benar, mengingat situasi pada
waktu itu mendukungnya. Sebagai contoh, waktu itu produksi masih merupakan produksi
rumahan. Belum ada yang disebut sebagai pabrik dan demikian juga belum ada yang disebut
buruh. Sehingga kapitalisme dalam arti menghadapkan capital dengan buruh juga belum terjadi.
Namun dalam perkembangannya, kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan
oleh Adam Smith melalui konsep invisible hands nya menjadi berantakan.
Lahirnya konsep pabrik yang menimbulkan istilah buruh, memasukkan buruh ke dalam
biaya, mengakibatkan buruh dihadapkan dengan kapital sebagai pilihan. Sebagai akibatnya
dengan konsep kapitalisme (oleh tulisan Adam Smith) buruh adalah bagian dari biaya. Sehingga
buruh merupakan bagian yang harus ditekan ketika perusahaan menghadapi perusahaan lain.
Pergolakan atau lebih jelas lagi tekanan terhadap buruh inilah yang kemudian melahirkan
Marxisme. Jadi invisible hands secara teori memang mengatur keseimbangan antara produksi
dengan konsumsi namun sangat sering, pengaturan yang terjadi membawa akibat yang sangat
luar biasa pahitnya bagi sebagian anggota masyarakat, dalam hal ini kaum buruh. Terjadi
penjajahan atas manusia oleh kelompok manusia lain. Kelas buruh
sangat dirugikan dan sangat menderita.
Melihat situasi ini, Karl Marx bereaksi. Ia menuliskan dalam
bukunya Manifesto Komunis bahwa: Sejarah dari berbagai
masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah
108
pertentangan kelas. Oleh karenanya Marx menuntut bahwa demi keadilan maka semua alat
produksi harus dikuasai oleh negara. Secara teori ajaran ini tentu sangat baik. Di bawah
kepemilikan alat-alat produksi oleh negara, hasil produksi akan dapat dibagikan secara optimal
kepada para warga negaranya sehingga kemakmuran akan optimal. Tetapi, pemikiran ini ternyata
hanya terjadi di alam maya saja. Dalam prakteknya ternyata negaralah yang kemudian
memegang peranan sebagai penjajah warganya. Tidak ada kebebasan berpikir apalagi kebebasan
berproduksi. Jumlah serta jenis produksi ditentukan dan dikuasai oleh negara.
Pada bidang Ekonomi, spesialisasi dalam berproduksi menjadi semakin dalam. Namun
demikian pengaturannya yang lengkap dan apik mengakibatkan produksi barang dan jasa
berlimpah dan sangat berlebih untuk mencukupi kebutuhan anggota masyarakat yang berada di
luar sektor produksi. Akan tetapi situasi
spesialisasi ini juga tidak menjadikan buruh
lebih baik. Setiap buruh hanya menguasai
bidang produksi tertentu. Bahkan pada
suatu sistem produksi yang besar dan
kompleks, setiap buruh hanya ahli di
sebagian sistim produksi saja. Buruh tidak
bisa berproduksi di luar bidangnya, dan ini
menjadikan mereka rentan terhadap berbagai situasi. Hal ini terbukti ketika terjadi revolusi
industri dimanan nilai buruh sangat merosot dibandingkan dengan nilai mesin. Mengapa
demikian? Karena buruh tidak mempunyai alternatif untuk bekerja di bidang lain.
Sampai akhirnya, melalui proses panjang dan melalui berbagai kegagalan, para buruh
bisa melahirkan konsep koperasi. Konsep ini bukan dilahirkan oleh seseorang yang pandai
seperti halnya kapitalisme dan komunisme (Marxisme) namun langsung lahir dari rahim
golongan yang mengalami kesulitan. Dan mereka berhasil menemukan jalan pemecahannya.
Ternyata koperasi, apabila dijalankan sebagaimana cita-citanya yaitu memakmurkan
anggotanya, dapat berkembang dan memberikan manfaat yang sangat significant terhadap
anggotanya. Namun cita-cita koperasi yang dapat berhasil ini sangat membutuhkan dedikasi,
keuletan serta ketelatenan baik dari para pengurus maupun anggotanya. Keadaan bahwa koperasi
sudah membuktikan memberikan manfaat berupa kemakmuran bagi para anggotanya sudah
109
banyak terjadi. Banyak koperasi yang bahkan turn-overnya lebih besar daripada multi national
corporation
Di Indonesia koperasi sudah dikenal pada akhir abad XIX. Jadi sebenarnya sudah cukup
lama, karena tidak terpaut jauh (tidak sampai 20 tahun) dari dilahirkannya koperasi di negara
asalnya Inggris. Namun demikian koperasi ternyata tidak dapat berkembang dengan baik di
Indonesia. Padahal negara kita memiliki dasar yang sangat sesuai untuk berkembangnya koperasi
yaitu “Gotong Royong”. Gotong Royong artinya bekerja sama, dan ide yang sama pula yang
menjadi awal pemikiran koperasi (co-operative) di Inggris.
Secara singkat, sejarah timbulnya pemikiran koperasi di Inggris diawali dengan siatuasi
sebagaimana sudah dinyatakan diatas, sistim ekonomi kapitalis yang menghadapkan buruh
dengan kapital. Ternyata kapital memang lebih unggul dibandingkan dengan buruh. Sebagai
akibatnya nilai buruh (upah) menurun drastis. Buruh juga terancam pemecatan. Sebagai
akibatnya buruh berupaya untuk berkelakuan sebaik mungkin.
Langkah pertama yang dilakukan adalah belanja bersama. Bukan berarti para buruh ramai
ramai ke kota bersama-sama belanja. Tetapi secara begiliran orang berbelanja ke kota. Yang lain
menitipkan belanjaannya kepada orang yang bertugas. Tindakan ini membawa akibat,
- konduite buruh di mata majikan meningkat karena berkurangnya hari membolos,
- sewa angkutan per satuan barang bawaan menjadi lebih murah, dan
- para penjual di kota yang semula menghadapi banyak buruh sehingga bisa menahan harga,
sekarang hanya menghadapi satu buruh sehingga para penjuallah yang kini bersaing untuk
menjual barangnya kepada perwakilan buruh.
Langkah kedua adalah mendirikan warung kebutuhan para buruh. Sehingga tempat belanja para
buruh bisa didekatkan. Dalam perkembangannya, warung ini kemudian ditiru oleh kumpulan-
kumpulan buruh. Bahkan warung-warung ini kemudian melakukan belanja bersama sehingga
effisiensi yang luar biasa besarnya. Belanja kemudian dilakukan langsung ke pabrik pembuatnya.
Langkah ketiga adalah dengan semakin besarnya kebutuhan untuk beberapa barang konsumsi
seperti biskuit, sepatu, dan lain-lain, kelompok buruh ini kemudian mendirikan sendiri
pabriknya.
Inilah perkembangan koperasi di negara asalnya, Inggris. Bagi mereka koperasi adalah
harapan dan media untuk mencapai kemakmuran. Oleh karenanya mereka bekerja keras di dalam
koperasi mereka.
110
Bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia bukannya tidak
mempunyai tokoh koperasi. Banyak tokoh koperasi di Indonesia. Yang
paling menonjol adalah Bung Hatta. Beliau bahkan pernah mencita-citakan
koperasi menjadi satu-satunya lembaga ekonomi yang terkuat di Indonesia.
Hal ini beliau tuangkan dalam UUD’45.
Buah pikiran Bung Hatta, terlihat sebagaimana berikut ini:
“Sebagai suatu bangsa yang berpuluh puluh tahun berjoang menentang
imperialisme dan kolonialisme, kita mempunyai ideal, cita-cita tinggi
tentang dasar hidup kita. Kita ingin melihat bangsa kita hidup makmur dan sejahtera, bebas dari
kesengsaraan hidup. Ideal kita itu terpancang dalam Undang-Undang Dasar: Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Asas itu ialah koperasi. Suatu
perekonomian nasional yang berdasar atas koperasi adalah ideal kita”.
Ini sebenarnya buah pikiran Bung Hatta sendiri sebagai salah seorang penyusun Undang-
Undang Dasar. Namun kerendahan hati beliau menuntut beliau untuk menyatakan bahwa hal
tersebut memang sudah ada pada UUD’45, tanpa menyebutkan siapa sebenarnya orang yang
memasukkannya.
Namun demikian dalam berkoperasi harus diakui masyarakat Indonesia, mempunyai
kelemahan yang sangat jelas. Sebagian besar orang Indonesia sudah terkena penyakit
“instantisme”. Maunya segalanya bisa dicapai dengan instan. Ini sangat bertentangan dengan
karakter yang ingin dicapai melalui koperasi, pelan-pelan, bertahap namun pasti dan
meyakinkan. Satu lagi karakter orang Indonesia yang melemahkan perkembangan koperasi di
Indonesia adalah: banyak orang Indonesia yang beranggapan bahwa begitu masuk menjadi
anggota sebuah koperasi, yang pertama-tama dicita-citakan adalah memperoleh fasilitas melalui
koperasi tersebut, bukan justru kerja kerasnya.
Bahan Pustaka
Basri, Faisal dan Haris Munandar (2009). Lanskap ekonomi Indonesia:kajian dan renungan
terhadap masalah-masalah struktural, transformasi baru, dan prospek perekonomian
Indonesia, (Jakarta: Kencana).
Hatta, Mohammad (1954). Beberapa Fasal Ekonomi, Djilid Pertama, Jalan Keekonomi dan
Koperasi, (Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian PP&K).
111
______________ (1966). Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, (Jakarta: Penerbit Djambatan).
Djojohadikusumo, Sumitro (2007). Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi
Pertumbuhan Dan Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Pustaka LP3ES).
112