Kisah Seorang Dokter Anestesi

12
MENGAPA AKU MENJADI SEORANG DOKTER ANESTESI (Sebuah Titik Balik Kehidupan) Sekarang walaupun belum dapat kuraih semuanya, tetapi aku mulai bisa tersenyum mengenang akan masa laluku. Kini aku telah menjadi seorang dokter dan telah mendapatkan spesialisasi dalam jenjang pendidikan di bidang anestesiologi alias pendalaman dalam ilmu pembiusan dan penanganan pasien kegawatdaruratan di ruang intensif (ICU). Memang sih, masih banyak yang belum bisa aku raih tetapi setidaknya kini aku dapat tersenyum dengan kehidupanku sekarang. Aku terlahir disebuah desa kecil dengan kultur budaya pendidikan yang tidak menunjang, jangankan bermimpi untuk menjadi seorang dokter, untuk sekolah sampai jenjang menengah pertama dan atas saja masih menjadi barang yang langka. Untung aku terlahir mempunyai seorang bapak yang memang berorientasi pada pendidikan, walaupun susah dari sisi ekonomi untuk menjalaninya. Bapakku merupakan seorang pendidik yang berhenti entah mengapa, karena jaman atau

description

Motivasi

Transcript of Kisah Seorang Dokter Anestesi

MENGAPA AKU MENJADI SEORANG DOKTER ANESTESI(Sebuah Titik Balik Kehidupan)Sekarang walaupun belum dapat kuraih semuanya, tetapi aku mulai bisatersenyum mengenang akan masa laluku. Kini aku telah menjadi seorang dokterdan telah mendapatkan spesialisasi dalam jenjang pendidikan di bidanganestesiologi alias pendalaman dalam ilmu pembiusan dan penanganan pasienkegawatdaruratan di ruang intensif (ICU). Memang sih, masih banyak yang belumbisa aku raih tetapi setidaknya kini aku dapat tersenyum dengan kehidupankusekarang.Aku terlahir disebuah desa kecil dengan kultur budaya pendidikan yang tidakmenunjang, jangankan bermimpi untuk menjadi seorang dokter, untuk sekolahsampai jenjang menengah pertama dan atas saja masih menjadi barang yanglangka. Untung aku terlahir mempunyai seorang bapak yang memang berorientasipada pendidikan, walaupun susah dari sisi ekonomi untuk menjalaninya. Bapakkumerupakan seorang pendidik yang berhenti entah mengapa, karena jaman ataupolitikah yang aku tidak mengerti.Kehidupan kecilku aku jalani dengan kebahagiaan dan keriangan dari sisi anak-anak, bermain, mandi di sungai, ke gunung, main sepakbola dan bola voley akujalani hampir setiap hari. Tetapi keluargaku terutama Bapakku adalah memangseorang jiwa pendidik yang disiplin, nasionalis dan religius sehingga penanamankedisiplinan, dan rasa tanggung jawab akan masa depan telah dipupuk sejak kecil.Kebebasan masa kecilku dibiarkan dalam bidang studi berjalan bagai roda pedatiyang berputar pelan-pelan dan kadang terantuk bebatuan, hanya dipantau dandibebaskan berjalan sendiri. Sampai pada suatu saat menjelang ujian akhir kelasenam, masih teringat kala aku disuruh belajar. Aku masuk ke kamarku danterdiam lama di dalam, terbengong bingung akan kata-kata ayah dan kakakku,"Belajar ! kamu mau ujian kelas enam". Kebingangku semakin dalam dan dalambenak otakku mengalir sebuah pertanyaan, seperti apakah belajar itu ? aku harusngapain ? dan apakah membaca buku itu yang namanya belajar ? Itu terjadi saataku kelas enam SD sampai masa ujian akhir sekolah selesai. Keterlaluan memangaku ini, menerjemahkan belajar saja aku tidak mengerti. Memang sih sebenarnyaini salah siapa ? diriku ? keluargaku ? guruku ? ataukah sistem pendidikan sekolahdasar saat itu ? Aku tidak mengerti sampai sekarang ini. Ujian akhir sekolah telahselesai dan aku mendapatkan nilai standar tidak mengecewakan dan tidakmemuaskan kala itu, hanya rata-rata nilai NEM (nilai ebtanas murni) sistem saatitu setinggi enam.Aku mengalami kesulitan untuk masuk sekolah yang favorite, dibawalah olehkakakku ke pendaftaran di SMP favorite di sekitar tempatku, menurut pengamatankakakku nilaiku tidak menyebabkan aku diterima disitu, tetapi kalau aku ingatsekarang sebenarnya aku masih bisa masuk, cuman kakakku sengaja menunjukkansecara tidak langsung bahwa di luar sana masih banyak anak yang pintar. Cerdasdan brilian kakakku, akhirnya aku dimasukkan ke sekolah tetangga dan aku beradajauh diperingkat bawah dari nilai NEM-ku.Sepulang sampai di rumah, aku terdiam menatap atap rumahku yang seringberjatuhan dempul-dempul atap gedek rumah mengotori tempat tidurku, wuahberat kalau seperti ini, mau jadi apa aku nanti, aku tersadar dan mencari apa yangsalah dalam perjalanan selama aku di sekolah dasar, aku menemukan ! dantersenyumlah aku, lihatlah kedepan kalian akan tahu siapa Igun itu !Hari-hari pertama aku lalui di sekolah SMP, aku menjadi siswa yang tidakdipandang. Kembali aku terpicu oleh kondisi yang demikian. Okai....., kalian akanlihat siapa aku ini ! sampailah pada masa ujian tengah semester pertama danmenjadi kebiasaan di sekolahku, nilai murni untuk mata pelajaran yang masukuntuk NEM SMP dipajang di dinding masing-masing depan kelas sesuai urutannilai tertinggi sampai terendah, banyak mata terbelalak melihat urutan yang adapada papan nilai siswa, aku berada pada peringkat kedua dari 245 siswa dan akukalah hanya pada nila bahasa inggris. Mulaialah saat itu aku menjadi perhatiansiswa-siswa yang merasa dirinya pintar. Saat sendirian dikamar kecilku akutertawa bahagia, oh inilah selama ini yang dimaksud belajar yah. Inilah titik balikpertama dalam kehidupanku yang membuat aku menjadi orang yangdiperhitungkan disekelilingku. Mungkin inilah kondisi terdesak alias kepepet yangmemacu adrenalin kehidupan untuk menanjak secara cepat dan bilamemungkinkan untuk berbalik arah menuju sesuatu yang membahagiakan.Perjalanan kehidupanku dalam sekolah telah normal sebagai orang yangdiperhitungkan dalam sisi keenceran otak, ini aku lalui sampai aku lulus dariseorang siswa sekolah menengah pertama.Aku tahu bahwa aku berasal dari keluarga yang kurang beruntung dari sisiperekonomian alias kurang mampu untuk menopang pendidikan yang lebih tinggi.Sehingga mulai tertanam dalam diriku, aku harus sekolah tinggi tetapi denganbiaya yang murah alias mendapatkan beasiswa. Dalam angan pikiran kedepanpunterlintas melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi negeri untuk menjadiseorang guru. Itu telah tertanam dalam-dalam pada diriku, disamping bebarapakakakku seorang guru, akupun menyukai menjadi seorang guru yang mengajarkankeilmuannya kepada orang lain. Aku ingin melanjutkan ke SMA 2 Purwokerto,tetapi apa !? aku dilarang oleh kakakku untuk sekolah disana dan dia menyarankanaku untuk masuk ke sekolah yang jauh sama sekali dari anganku, sebuah sekolahbaru berdiri, pelajaran agama yang dominan, yaitu pada SMA Islam TaalaumulHuda Bumiayu. Apalagi sekolah di wilayah Bumiayu yang hampir orang disekitarwilayahku tidak ada yang sekolah didaerah sana. Aku sangat sadar betul danberkata dalam diriku, sebagian cita-citaku telah kandas ! dengan iringan tetesanair mata aku genggam seperangkat perlengkapan pendaftaran dalam gulungangenggaman tanpa aku bungkus stofmap yang biasa dilakukan.Aku jalani kehidupan sebagai seorang siswa SMA pada sekolah Islam di Bumiayudengan perasaan galau, libur sekolah hari Jumat dan hari Minggu masuk dimanakebiasaanku mengikuti lomba bola voley terhambat, sehingga aku banyakmembolos di saat hari Minggu. Aku telah mengalami keputusasaan dalammenggapai cita-cita, sehingga pada suatu saat keadaan itu terjadi. Disaat akuberkumpul bersama keluargaku membicarakan akan masa depan masing-masinganaknya, keluarlah sebuah harapan dari seorang Ibu bahwa beliau berkeinginansalah seorang anaknya menjalani pekerjaan dengan menggunakan baju putih, aliasmenjadi seorang dokter. Semua terdiam karena tidak mungkin, hanyalah tinggaldiriku padahal aku bercita-cita untuk menjadi seorang guru, tetapi demi hasratyang dalam dari seorang Ibu, saat itu langsung aku saut, Tenang Mak (panggilanibu untuk beliau), aku akan mewujudkan keinginan mamake untuk menjadi seorangdokter inilah titik balik kehidupanku yang kedua, sebuah keridhoan dari orang tuaterutama seorang ibu.Aku tahu ini sangatlah berat untuk menjadi seorang dokter, untuk masuk keperguruan tinggi negeri hampir mustahil karena aku berada di sekolah yang barudengan kultur pendidikan untuk ke jenjang pendidikan favorite tidak mendukung,masuk ke perguruan swasta pada fakultas kedokteran jauh lebih tidak mungkinkarena orang tuaku pasti tidak sanggung untuk membiayai. Inilah dilemaku tetapiwalaupun aku telah melepas hasratku untuk menjadi seorang guru walausebenarnya seorang dokterpun bisa menjadi seorang guru keadaan yang tidak akupahami saat itu, tetapi aku yakin akan keridhoan seorang Ibu pasti aku bisa.Setelah aku lulus SMA sebulan waktu menuju UMPTN aku didaftarkan olehkakakku disebuah bimbingan belajar untuk persiapan menuju UMPTN, setiap hariaku jalani kegiatanku hanya belajar, dari pagi sehabis subuh sampai jam sepuluhsiang aku lahap buku persiapan SKALU, siang mengikuti bimbingan belajar sampaijam empat sore baru sampai rumah, kebiasaanku mengikuti bola voley sampaimagrib telah aku korbankan hampir seratus persen, malam sehabis magribkembali aku lahap soal-soal persiapan menuju UMPTN sampai jam sebelasmalam. Memang lelah dalam sebulan ini, dan saat yang dinantipun tiba...UMPTN! dan aku mendaftarkan diriku di Fakultas Kedokteran UNDIP dan Fakultas MIPAjurusan kimia UNDIP.Waktu sebulan menunggu pengumuman hasil UMPTN adalah waktu yangmelelahkan pikiranku, jauh lebih melelahkan dibandingkan saat persiapan menujuUMPTN, mengapa demikian ? Soalnya sekarang hanya menunggu tanpa kita bisaberbuat, hanya pasrah akan apa yang telah kita jalani. Banyak waktu aku habiskandi perkebunan cabe kakakku saat itu dan tidak lupa kebiasaan yang telahdiajarkan Bapakku untuk prihatin dengan menjalani puasa sunah senin kemis dansholat tahajud dimalam hari selalu aku lakukan dan yang pasti berdoa sertapermohonan bantuan doa kedua orang tuaku selalu aku lakukan.Akhirnya saat itupun tiba, disaat pengumuman hasil UMPTN terdapat namakumasuk koran diterima di Fakultas Kedokteran UNDIP, alhamdulillah aku langsungsujud syukur saat itu dan segera pulang sampaikan kabar berita ini kepadamamake dan Bapak. Beliau berdua sangat bahagia mendengar berita yang akubawa. Kehidupan di bangku kuliah aku jalani, segala perlik-perlik kehidupan akutemui, masalah keuangan, pertemanan, nilai yang jatuh, keberuntungan danperjodohan aku temui disini. Perjodohan yang aku dapatkan seorang gadis temansatu angkatan telah mengubah kehidupanku sebagai seorang suami. Ini aku jalanisekitar empat bulan akhir masa co ass.Inilah babak baru dalam perjalanan kehidupanku sebagai seorang suami dandokter. Setahun kemudian aku dikaruniai seorang anak. Kehidupan sebagaiseorang dokter aku jalani tanpa perencanaan yang baik untuk melanjutkan jenjangpendidikan yang lebih tinggi. Kehidupanku selalu dihantui ketakutan akan biayauntuk melanjutkan ke jenjang spesialistik, kasihan isteri, kasihan anak dan darimana uang aku dapat bila membutuhkan. Inilah pertanyaan dibenak pikiranseorang pengecut untuk menjalani kehidupan. Telah sepuluh tahun aku jalanisebagai seorang dokter umum, sehinga pada suatu waktu aku mendapatkantelepon dari temenku untuk menanyakan mau sekolah lagi atau tidak. Jiwakuterbakar, kepengecutanku lumer dan kutanyakan kepada anak isteriku "relakahkalian kalau ayah sekolah lagi ?!" dengan serempak mereka menjawab "tidak apa-apa ayah", aku justru merasa lemas karena tabunganku sangat jauh dari cukup.Tetapi orang-orang terdekatku selalu membisikan untuk berani melangkah maju,dan kulangkahkan kakiku untuk maju terus menuju jenjang pendidikan yang lebihtinggi, aku daftarkan diriku di PPDS anestesi Fakultas Kedokteran UNDIP dan akuditerima ! Kehidupanku sebagai seorang residen anestesi (sebutan dokter yangsedang sekolah) aku jalani selama 3,5 tahun, hambatan perekonomian memangada, tetapi dengan keberanian semua bisa dilewati dengan baik. Inilah titik balikkehidupan yang aku temui Keberanian dalam menghadapi tantangan.Kehidupan sebagai seorang dokter ahli anestesi telah aku jalani, memang berattanpa mengenal waktu, kapanpun dibutuhkan harus selalu siap, memang sih darisisi penghasilan jauh meloncat bila dibandingkan saat menjadi dokter umum,tetapi kembali aku tersadar semua ini aku jalani kalau aku bisa artinya aku dalamkondisi sehat, aku masih ada anak, ada isteri dan aku butuhkan jaminankesehatan. Makannya dalam kesunyian malam itu setelah selesai akumenjalankan kegiatan bius membius aku tersadar bahwa aku harus mempunyaijaminan akan masa depan diriku, anak isteriku dan kesehatanku. Oleh karena itusegera aku mencari informasi untuk masalah ini dan kutemukan salah satuasuransi dalam hidupku. Inilah titik balik kehidupanku berikutnya akan jaminanmasa depan diriku dan keluargaku.Setelah saya amati dalam rentang waktu perjalanan kehidupanku ada beberapahal yang telah mengubah arah kehidupan diriku, diantaranya kesadaran untukhidup yang lebih baik dan dihargai, kondisi yang terpaksa atau kepepet, keinginanuntuk mendapatkan keridhoan orang tua terutama dari seorang ibu, keberaniandalam menghadapi tantangan dan butuhnya akan jaminan keluarga dan hari tua.(disarikan dari kehidupan seorang dokter spesialis anestesi :dr. Igun Winarno, SpAn, Pekuncen 01.10.13. 0.40 WIB)