KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT....

25
KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' Oleh : Hanung B Editor: akhdian http://akhdian.wordpress.com

Transcript of KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT....

Page 1: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

KISAH

DI BALIK PEMBUATAN FILM

'AYAT-AYAT CINTA'

Oleh : Hanung B

Editor: akhdian

http://akhdian.wordpress.com

Page 2: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

KATA PENGATAR

Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada

uswah kita Nabi Muhammad SAW.

Jujur saya adalah penggemar Novel-nover karangan kang Abik, panggilan untuk

Habiburahman El Shirazy. Salah satunya adalah Ayat-Ayat Cinta (AAC). Meski buku itu

saya baca jauh dari awal peluncuran, tapi saya merasa tidak ketinggalan dalam

menemukan sari-sari keindahan dari Novel Ayat-ayat cinta tersebut.

Saya sampai meneteskan air mata ketika membaca Novel AAC. Sesuatu yang

jarang saya lakukan dan jarang saya rasakan ketika membaca sebuah buku. Saya

menemukan nilai lebih yang bisa saya ambil. Suatu suasana yang 'mungkin' pernah saya

rasakan ketika menjadi aktivis Kerohanian FT UNY dan juga takmir M-Al-Ikhlash/Al-

Jihad Yogyakarta beberapa tahun lalu. Ada kerinduan yang mengharu biru dalam dada

saya . Kangen.

Setelah membaca AAC saya juga hunting novel karangan kang Abik yang lain.

Meski hanya pinjam saat ini saya sudah membaca Novel Pudarnya Pesona Cleopatra,

Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dan Dalam Mihrab Cinta.

Setelah saya searching di Internet saya menemukan kalau AAC akan dibuat film

layar lebarnya. Subhanallah. Saya merasa bersyukur karena seolah ada setetes embun

sejuk ditengah perfilman Nasional yang hanya sering membuat Film bertema horor dan

percintaan remaja.

Berita tentang Film ini sudah tersebar di internet. Banyak blog yang memuat

tentang akan tayangnya Film ini. Bahkan Trailer Film ini juga sudah beredar di situs

Youtube.

Saya pun sudah menanti. Dan berniat menonton film ini sekeluarga. Namun

ternyata Film AAC yang rencananya tayang akhir Desember mundur jadi Januari.

Kenapa? Itu yang saya tanyakan dan mungkin jutaan pecinta AAC yang lain. Saya cari

tahu. Saya search di Internet dan akhirnya menemukan blog Mas Hanung Bramantyo,

sang sutradara AAC. Di blog mas Hanung

1

Page 3: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

http://dearestmask.blogs.friendster.com/my_blog saya menemukan jawabannya. bahkan

lebih dari yang saya butuhkan.

Blog Mas Hanung mengupas kisah-kisah pembuatan Film AAC secara detail. Jujur

ketika saya membaca baris demi baris tulisan Mas Hanung saya merasa seperti membaca

Novel bukan hanya membaca sebuah diary. Indah menyentuh. Perjuangan yang ckup

melelahkan tapi penuh optimisme untuk mewujudkan idealisme..

Maka setelah membaca seluruh Kisah Di Balik Produksi AAC saya mendapat ide

mengapa kisah tersebut tidak dibuat e-book. Akhirnya saya berusaha membuat e-book

berdasarkan tulisan dari Mas Hanung yang ditulis di blognya. Saya mengedit apa adanya

tulisan Mas Hanung. Saya belum sempat minta izin ke Mas Hanung dan semoga Mas

Hanung tidak keberatan tulisannya saya buat E-book.

Kepada Mas Hanung dan seluruh crew Film AAC semoga film AAC yang dibuat

akan Booming Di Indonesia. Amin. Dan yang terpenting lagi bagi yang membuat dan

menonton film juga bisa mengambil hikmah dari FILM AAC tersebut.

Kita tunggu penayangannya ☺

Bogor, 20 Desember 2007

Akhdian http://akhdian.wordpress.com

2

Page 4: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

KISAH DI BALIK PRODUKSI AYAT-AYAT CINTA (bag.1)

Aku mulai sadar bahwa tidak mudah membuat film agama. Itulah kenapa ibuku

dulu berpesan kalau kamu sudah bisa membuat film, buatlah film tentang agamamu:

Islam. Awalnya aku cuma tersenyum mendengar kata-kata ibuku. Senyum yang

menyangsikan. Sebab pada waktu itu buatku film agama tidak lebih dari sekedar petuah-

petuah yang membosankan. Lelaki berpeci dengan baju koko, bertasbih, kadang

berewokan, mulutnya nerocos soal ayat dengan cara menghadap kamera. Membuat

dirinya tampak suci dengan mengumbar ayat-ayat Quran. Ah, tidak terbayang olehku

sebuah film agama. Tapi aku tidak begitu saja lantas menyerah. Aku coba berangkat dari

apa yang aku kenal: Muhammadiyah. Lalu merentet ke sebuah nama: Ahmad Dahlan.

Hmm, aku memang menyukai film yang mengangkat satu tokoh: Gandhi, Erin

Brokovich, Henry V, Shakespeare, Baghad Sigh, Malcom X, dan mungkin juga nanti

Sukarno (kalau memang jadi difilmkan oleh Hollywood). Film yang mengangkat tokoh

bisa membuat penonton bercermin. Dan Agama adalah cermin bagi manusia untuk

senantiasa melihat kembali dirinya: Kotor atau bersih?

Lalu aku membuat proposal Ahmad Dahlan untuk aku tawarkan ke PP

Muhammadiyah. Ditolak! Muhammadiyah tidak ada uang, katanya . Aku cuma bengong

saja. Tidak ada uang? Kataku dalam hati. Ah, sudahlah. Mungkin waktu itu aku belom

dipercaya. maklum masih kuliah di IKJ semester Akhir.

3

Page 5: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

Lalu kutinggalkan itikadku membuat film Agama. Aku terjun membuat film Cinta:

Brownies, Catatan Akhir Sekolah, Jomblo, dsb ... dsb ... Tapi aku tetap yakin bahwa

suatu saat akan datang masa aku membuat film tentang agama.

Alhamdulillah, benar. MD Entertainment menawari membuat Film Ayat-Ayat

Cinta (AAC).

'Kenapa anda membuat film ini?' Tanyaku

'Sederhana. Pertama, Ini film dari Novel best seller. Kedua, penduduk indonesia 80

persen muslim. Kenapa saya tidak membuat film tentang mereka? Kalau saya minta 1

persen dari 80 persen masak tidak bisa.'

1% dari 80% penduduk muslim Indonesia berarti sekitar 2 juta penonton.

dikalikan 10 ribu per tiket. Berarti pendapatan kotor 20 milyar. Kalau bujet produksinya

10 milyar, keuntungan yang didapat 10 milyar.

Aku jadi berfikir, kenapa Muhammadiyah tidak berfikiran begitu ya? Kalau cuma

mengumpulkan 2 juta penonton, masa Muhammadiyah tidak sanggup? Bukankah dari

80% tersebut 40% adalah warga Muhammadiyah? Ah, dasar stupid pikirku. Banyak

orang Islam tidfak berfikir luas seperti orang-orang Yahudi. Oleh sebab itu Islam selalu

dimarjinalkan, mudah diadu domba, dibohongi ... diakali.

Lalu aku mulai memasuki tahap persiapan dan riset.

Wallohu ... Aku melihat islam dari dekat sekali. Sangat dekat. Di Kairo, aku

menatap Menara Azhar, aku menyentuh dinding dan lantai Azhar university, aku

mencium bau apek baju-baju dan karpet mahasiswa Alzhar tetapi memiliki roman muka

bersih dan santun. Aku melihat keikhlasan mereka saat bersujud diatas sajadah buluk.

Bibir mereka pecah-pecah oleh panas sekaligus dingin hawa Kairo, tetapi dibalik bibir

pecah itu terlantun dzikir panjang menyebut: Alloh ... Alloh ...

Lalu aku melihat seorang syaih duduk bersila dihadapan murid-muridnya.

'Tallaqi' mereka menyebutnya. Aku mendengar seorang melantunkan ayat-ayat Al quran

di sudut masjid. Dan juga di pinggiran jalan. Seolah quran bagaikan bacaan novel. Allohu

Akbar ... Allohu Akbar. Inikah caramu membuatku dekat dengan agamaku, Ibu?

Darahku menggelora membuat mataku terbelalak. Islam sangat indah. Islam

sangat eksotis. Tapi orang-orang islam seperti tidak mengerti semua itu. Orang-orang

Islam di Jakarta lebih memilih jalan-jalan ke eropa daripada ke Kairo.

4

Page 6: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

'Saya akan membuat film ini eksotis, pak' begitu kata saya ke producer.

Dan mulailah persiapan dimulai. Semangatku menggelora. Aku baca buku-buku

tentang Fiqih dan sunnah. Aku libatkan mahasiswa Al Azhar untuk mendampingiku. Aku

sangat hati-hati sekali melakukan ini agar apa yang tertulis dalam novel dengan indah

pula tersampaikan lewat gambar. Sebuah film yang lembut, yang indah, yang suci

tergambar di depan mataku dan aku yakin sekali bisa mewujudkannya.

Namun semua impianku itu tidak begitu saja mudah diwujudkan.

Pertama kali berita tentang pembuatan film AAC tersebar, halangan pertama

datang justru dari pembaca. Diantara banyak yang berharap, mereka juga menyangsikan,

sinis, dan mencemooh. Bahkan ada yang bilang : 'Wah, sayang sekali novel sebagus ini

akan difilmkan. Jadi ill Feel, deh'. ada juga yang bilang 'Tidak pernah aku lihat Novel

yang di filmkan hasilnya bagus, sekalipun Harry Potter. Apalagi ini.'

Pada suatu hari ada sekelompok orang datang ke kantor MD, mereka bilang dari

organisasi Islam. Mereka datang dengan membawa seorang lelaki berwajah putih dan

seorang gadis berjilbab. Mereka bilang ...

'Ini calon pemain Fahri dan ini calon pemain Aisha' sambil menunjuk ke lelaki

berwajah putih dan gadis berjilbab itu.

'Kami dari organisasi Islam' lanjutnya 'Kami sangat concern terhadap dakwah

islamiah. Kami tidak ingin film Ayat-Ayat Cinta melenceng dari novel dan ajaran Islam.

Kang Abik (Nama panggilan Habiburrahman El Shirasy) sudah tahu tentang ini.'

Kami hanya saling pandang dan tersenyum. Aku ... malu sekali.

Tentu saja kami menolaknya. Kami tahu bahwa film ini harus dibuat dengan hati-

hati sekali. Kami juga tidak begitu saja memilih pemain hanya semata-mata ganteng dan

'menjual'. Karena itu kami menggandeng ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin

sebagai penasehat kami.

Sebelum aku melakukan casting, aku berdiskusi dulu dengan kang Abik. Kang

abik sangat concern dengan sosok Fahri. Dia harus turut serta memilih tokoh Fahri.

Semula kami membuka casting di pesantren-pesantren. Tetapi hasilnya Nol. Bukan

berarti para santri tidak ada yang ganteng dan pintar seperti fahri. Tetapi banyak diantara

mereka sudah menganggap 'Film' adalah produk sekuler. Oleh sebab itu banyak diantara

mereka tidak mau ikut casting. Saya pernah membaca satu hadist, jangankan membuat

5

Page 7: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

film, menggambar manusia saja hukumnya Haram. Nanti di Neraka hasil gambar yang

kita buat harus kita hidupkan. Kalau tidak bisa, Malaikat Jibril akan mencambuk kita

dengan cambuk api.

Kami melakukan casting lebih dari 5 bulan. Semua yang ikut casting adalah

pemain-pemain terkenal. Tapi diantara mereka banyak terjebak pada tuntutan atas

'Kesucian Fahri'. Banyak diantara mereka beracting 'sok suci' dengan melantunkan ayat-

ayat dan menyebut asma Alloh dengan berlebihan, mirip seperti ustadz-ustadz di TV-TV.

Pernah aku menemukan seorang yang menurutku pas bermain sebagai Fahri. Tetapi lelaki

itu tidak beragama Islam. Kang Abik tidak setuju. Lalu ditengah keputusasaan kami

datang seorang lelaki. Ganteng, tetapi tidak sombong (tidak merasa dirinya ganteng).

Sering kita lihat di Mal-Mal, banyak lelaki pesolek, sadar sekali bahwa dirinya ganteng.

Tetapi lelaki ini tidak . Dia sangat santun. Bahasanya pun santun. Ketika berucap Alloh,

dia agak-agak canggung. Bahkan tidak fasih seperti ustadz. Pada saat dia sholat aku

melihat gerakannya jauh dari sempurna. Tetapi lelaki itu punya mata yang didalamnya

mengandung semangat belajar. Dia adalah Fedi Nuril. Aku berdiskusi dengan kang Abik.

Terjadi tarik ulur dan perdebatan panjang. Akhirnya kita sepakat memutuskan dia yang

main sebagai Fahri. Alasanku adalah, Fahri bukan lelaki sempurna. Tapi yang membuat

Fahri tampak sempurna karena dia sadar bahwa dirinya tidak sempurna. Keputusan Fedi

Nuril sebagai Fahripun mengundang banyak kesangsian di kalangan pembaca fanatik

AAC, terutama di Malaysia. Karena film Fedi Nuril sebelumnya menampilkan Fedi

ciuman dengan perempuan bukan muhrim. Fedi pun mengakui itu. Yang membuat aku

terharu, Fedi menganggap film AAC sebagai media dia buat dekat dengan Islam. Belajar

kembali tentang Islam. Karena film ini, Fedi jadi rajin membuka-buka lagi buku tentang

Islam. Bahkan Fedi menyadari segala tingkah lakunya yang tidak Islami selama ini

setelah memerankan Fahri. Sungguh, baru kali ini aku rasakan dampak film yang begitu

besar mempengaruhi keimanan seseorang. Terima kasih kang abik. terima kasih Ibu.

Pada saat kami mencari sosok Aisha dan Maria, semula kami bersepakat untuk

mencari pemain Mesir. Tetapi setelah kami melakukan riset disana, sangat mengagetkan.

Perempuan-perempuan Mesir lebih tua dari umurnya. Aku mengcasting seorang

perempuan mesir bernama Roughda untuk berperan sebagai Aisha. Tidak hanya cantik,

tetapi mainnya luar biasa. Tetapi setelah di sejajarkan dengan Fahri, terlihat Roughda

6

Page 8: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

lebih pas sebagai kakaknya daripada isteri Fahri. Padahal umurnya lebih muda 3 tahun

dari Fedi Nuril. Lalu kami mencari pemain dengan umur 8 tahun lebih muda dari Fedi.

Pada saat kami sejajarkan, sangat pas. Tetapi disaat dia berdialog tentang perkawinan,

tidak bisa dipungkiri 'kedewasaannya' tidak tampak. Alias belum matang. Kami bingung

dan akhirnya kami sepakat untuk mencari pemain indonesia saja.

Tidak gampang mencari pemain indonesia yang cantik sekaligus solihah. Pak Din

Syamsudin berpesan kalau bisa pemain Aisha kesehariannya ber jilbab. Lihatlah siapa

artis kita yang bertampang Bule yang seperti itu. Hanya Zaskia Meca saja yang berjilbab

dan cantik. Selebihnya tidak ada. Sementara itu Zascia tidak bertampang bule. Dia sangat

sunda. Pernah kita meng casting Nadine Candrawinata. Dia sangat cantik dan bermain

bagus. Dangat cocok pula berdampingan dengan Fedi Nuril. Tapi Nadine bukan Muslim.

Padahal Nadine sudah mau bermain sebagai perempuan Muslim. Aku pernah berdiskusi

panjang dengan kang abik soal itu. Aku bilang padanya ...

'Suatu hal yang unik, ketika tokoh Maria yang kristen dimainkan oleh seorang

muslim, sementara tokoh Aisha yang Islam dimainkan seorang kristen. Ini akan

memperlihatkan sikap toleransi dan demokratisasi dalam Islam seperti di India.'

Tetapi kang abik dan pak Din Syamsudin menyarankan untuk jangan bertaruh

terlalu besar di film ini. Masyarakat Islam di Indonesia berbeda dengan India. Di India,

masyarakat moslem dan Non Moslem sudah terdidik tingkat kedewasaan dalam

toleransi, sementara di Indonesia belum. Akhirnya dipilihlah Ryanti sebagai Aisha dan

Carrisa Putri sebagai Maria.

Ketiga pemain itu dikursuskan bahasa arab secara privat untuk mendalami

kehidupan Muslim di kairo. Mereka sangat antusias. Namun antusiasme itu harus

berhadapan dengan kenyataan bahwa mereka juga punya kesibukan lainnya. Ryanti

sebagai VJ di MTV dan Carrisa bermain sinetron. Ryanti yang bagiku sangat keteter

ketika berperan sebagai Aisha. Asiha adalah sosok yang memiliki beban berat. Sementara

Ryanti sebagai VJ MTV harus selalu tampak riang dan ringan. Sering sekali benturan itu

membuat proses pendalaman karakter tidak sempurna. Aku frustasi sendiri. Tetapi aku

ingat, bahwa di Film ini kesabaranku benar-benar di uji. Impianku mewujudkan

keindahan dan kedalaman Islam terbentur oleh kenyataan sebaliknya: Ringan, Riang,

Hedonistik dan Pop. Apalagi ketika producer tiba-tiba berubah pikiran melihat kenyataan

7

Page 9: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

penonton Film Indonesia banyak di dominasi anak-anak muda yang pop, ringan dan tidak

menyukai hal-hal bersifat perenungan. Dia lantas ingin mengubah karakterr film AAC

menjadi sangat pop seperti Kuch Kuch Hotahai ... Tuhanku! Tuhanku! selamatkan film

ini ...

Tidak jarang aku berperang mulut dengan producerku ketika meminta adegan

Talaqi dibuang. Karena boring dan membuat penonton mengantuk. Lalu beberapa adegan

yang bersifat perenungan, seperti pada saat Fahri dipenjara dan menemukan hakikat

kesabaran dan keikhlasan dari seorang penghuni penjara yang absurd (dalam novel

digambarkan sebagai seorang professor agama bernama Abdul Rauf), Tetapi di Film saya

adaptasi sebagai sosok imajinatif, bergaya liar, bermuka buruk tetapi memiliki hati bersih

dan suara yang sangat tajam melafatskan kebenaran. Semua adegan itu diminta untuk

dibuang atau dikurangi dan lebih mementingkan adegan romans seperti AADC ataupun

Kuch Kuch Hotahai ...

Sabar ... Sabar ... Ikhlas ... ikhlas!!! begitulah yang aku dapatkan di film ini.

Film ini tidak hanya mampu merobah pandanganku tentang Film. Film ini mampu dan

sudah merobah pandangan hidupku: tentang agama, kesetiaan, kerjakeras, komitmen, dan

... cinta. Berkali-kali aku berucap syukur yang besar kepada Tuhanku yang sudah

memberikan aku jalan menuju kedewasaan. Berkali-kali aku berucap terima kasih kepada

Kang Abik yang sudah secara tak langsung mempercayaiku menyutradarai film ini,

dimana telah membuatku kembali merasa dekat dengan Islam yang indah, bersahaja dan

penuh dengan toleransi. Dan terakhir, berkali-kali aku berucap syukur kepada Ibuku yang

telah berpesan untuk membuat film tentang agama. Sekarang aku mengerti, kenapa Kau

berpesan begitu Ibu. Tidak lain hanyalah untuk membuatku selalu dekat dengan Islam ...

La haula wa kuwwata illa billahi ...

KISAH DI BALIK PRODUKSI AYAT-AYAT CINTA (bag.2)

8

Page 10: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

Kairo adalah kota dimana manusia-manusia Fahri, Aisha, Maria, Noura, Nurul,

dan segudang manusia-manusia ciptaan Kang Abik bertebaran, hidup, saling bicara dan

saling mencinta. Kairo sangat indah kata kang Abik. Sudut-sudut pasar El Khalili, jalanan

di Down Town, Menara-menara masjid termasuk didalamnya Masjid Al Azhar dan

University of Azhar Cairo. Sangat detil kang Abik menggambarkan itu dalam novelnya,

yang membuat aku tertantang untuk mewujudkan dalam gambar: Bangunan-bangunan

tua peninggalan 3 Dinasti (Firaun, kesultanan dan Penjajah Perancis), Kios-kios

berdempetan berhadapan dengan trotoar-trotoar sempit yang penuh dengan pejalan kaki,

terkadang diisi kursi-kursi rotan café pinggir jalan yang meletakkan seorang tua sedang

menyedot shisa. Lalu 5 jam dari tempat itu, menuju matahari terbit, kita melihat kampung

tua El Giza dengan aroma kotoran unta yang … hmmm, sekilas menjijikkan, tetapi …

tertutup oleh eksotisnya lingkungan khas kairo. Bangunan itu berdiri dari tumpukan

bata-bata merah yang dipoles campuran semen dan pasir. Menjadikan warna coklat muda

dominan, berpadu selaras dengan warna tanah, warna kain-kain yang dipakai membalut

tubuh gadis-gadis kairo, dan warna kulit unta. Bangunan itu ada banyak. Bertebaran.

Saling berdiri begitu saja. Tidak begitu rapi seperti bangunan-bangunan kuno di Itali atau

paris, tapi sangat menarik bagiku. Apalagi dengan latar belakang sepasang pyramid yang

gagah menjulang menyentuh langit.

Kairo … ah, Kairo. Di kota ini aku akan meletakkan kamera, melukis dengan cahaya,

membangun set dan meletakkan pemain-pemain didalamnya. Pemain Indonesia yang

bergaya selayaknya orang kairo asli.

Aku datang bersama tim kecil, menjalin kerjasama dengan local production

house, Egypt Production. Mereka sangat senang menyambut kedatangan kami. Kata

mereka, tidak mudah membuat film di kairo. Skenario film harus dapat ijin dari sensor

film. Tidak seperti di Indonesia. Bisa dengan gampang membuat film apa aja. Karena

waktu yang kita punya sangat sempit, ijin yang seharusnya 3 bulan, bisa diurus dalam 2

minggu oleh seorang local producer bernama Tammer Abbas; seorang muslim kairo,

cerdas, berpengalaman di bidang film dan kharismatis. Tammer mem-provide apa yang

kita butuhkan: Hunting Lokasi, akomodasi dan transportasi hingga penyewaan alat. Di

benankku, sedemikian jelas tergambar film ini akan sedetil seperti yang kang abik

tuliskan di novel.

9

Page 11: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

Setelah riset selesai dan scenario jadi, 20 tim dari Jakarta datang untuk melakukan

hunting lokasi sekaligus test kamera. Kami melakukan shooting di sebuah tempat di El

Giza. Alat-alat yang di sediakan buat kami jauh lebih bagus dari yang sering kita pakai di

Indonesia. Kami sangat di support disana. Kami melakukan persiapan di kairo selama 2

minggu. Tammer akan mensupport semua shooting di Kairo berikut kostum, lokasi, crew

dan pemain pendukung. Film ini benar-benar akan menjadi film Indonesia yang shooting

total di Luar Negeri. Baru pertama kali terjadi dalam sejarah perkembangan film

nasional. Bisa dibayangkan, bagaimana perasaanku waktu itu. Ibu, aku akan

persembahkan yang terbaik buatmu … sebuah film agama yang indah dan bersahaja.

Yang akan kau kenang … dan semua umat muslim Indonesia dan dunia tentunya …

`Mendadak semua berhenti begitu saja. Impian itu kandas. Producer

membatalkan shooting di Kairo dengan alasan bujet produksi yang ditawarkan Egypt

Production tidak masuk akal. Tammer Abbas menawarkan angka 3 kali lipat produksi

standart Film Indonesia. 1 Film AAC di produksi sama saja memproduksi 3 film layar

lebar di Jakarta. Siapapun producer di negeri ini akan berfikiran sama: Membatalkan

produksi Film.

Seakan runtuh bangunan mimpi yang sudah aku bangun. Satu persatu

menimpaku.

Tapi producerku tidak begitu saja berniat membatalkan produksi film ini.

‘Kita sudah terlanjur berjanji dengan banyak orang.’ Katanya …

Bersama-sama kita mulai memikirkan bagaimana AAC bisa diproduksi sesuai

dengan apa yang kita inginkan. Kemudian kita mencari sponsor untuk bisa tetap shooting

di Kairo. Kita menjalin kerjasama dengan The Embassy of Egypt di Jakarta. Lewat

hubungan baik dengan ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin, mereka setuju dengan

tawaran ini. Kata Dubesnya, Film ini akan dikelola oleh dua Negara: Indonesia dan

mesir. Sebelum di putar di bioskop, film ini harus diputar dihadapan presiden Negara-

Negara Islam di Asia dan Timur Tengah, begitu kata Dubes. Betapa senangnya aku

mendengar kabar ini. Impianku bangkit. Ku kabarkan berita ini ke teman-teman crew dan

pemain. Mereka kembali semangat. Akhirnya dibuatkan kesepakatan antara dua Negara

melalui Dubes Mesir-DepBudPar-PP Muhammadiyah. Bersama-sama kita melakukan

pers conference, mengabarkan berita gembira ini ke masyarakat.

10

Page 12: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

Namun lagi-lagi semua itu tidak ada artinya. Pemerintah mesir, sekalipun

memberikan dukungan buat kerjasama ini, tidak bisa melakukan intervensi terhadap

harga-harga termasuk di dalamnya Equiptment, lokasi, property. Itu adalah hak

perusahaan swasta. Artinya, sekalipun di dukung pemerintah, tetap tidak bisa

mempengaruhi harga. Harapan shooting di Kairo akhirnya kandas. Terlebih lagi pihak

Egypt Production tiba-tiba mengirimkan tagihan atas hunting, pelayanan persiapan dan

test kamera selama di kairo sebesar 500 juta rupiah. Angka yang tidak masuk akal buat

producer untuk harga test kamera dan hunting. Biasanya di Jakarta kami melakukan

hunting sekitar 5 juta sampai 10 juta. Test kamera gratis kita lakukan karena itu salah satu

fasilitas perusahaan penyewaan alat.

Akhirnya producer tidak mau membayarnya. Terjadilah perselisihan antara

keduanya. Pihak Egypt Production melayangkan surat gugatan ke pihak KBRI di Kairo.

Pihak KBRI kairo mengirimkan surat ke Departemen Luar Negeri Indonesia dan

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang isinya terjadi penipuan pihak MD kepada

perusahaan Kairo. Berita ini membuat Deplu dan Depbudpar menarik kembali

dukungannya. Begitu juga dengan pihak Dubes Mesir. Seperti sebuah drama tragedy saja,

nasib produksi Ayat-Ayat cinta tidak terselamatkan.

Terbayang olehku bangunan-bangunan bersejarah, menara-menara masjid Azhar

yang tinggi menjulang, kios-kios berjajar, pasar-pasar tradisional, pyramid, guran sahara,

pantai Alexandria yang indah … hilang … hilang ditelan angin begitu saja. Lalu pesan

ibu terngiang : … Kalau kamu sudah bisa membuat film, buatlah film agama … Ana

aasif … ya ummi …

11

Page 13: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

KISAH DI BALIK PRODUKSI AYAT-AYAT CINTA (bag.3)

Bukan sekali ini aku mendapatkan persoalan pada saat membuat film. Persoalan

buatku adalah sahabat karib. Di Dapur Film aku menekankan ke teman-teman, jika mau

terjun ke dunia film, persoalan adalah bagian hidup kita. Bukan berarti kita mencari

persoalan, tapi persoalan harus kita sikapi sebagai tantangan. Akan tetapi persoalan yang

menimpaku sekarang ini seolah tak berujung. Menangis sudah bukan suatu yang luar

biasa lagi.

Sejak kabar kita bakal sulit shooting di kairo aku jadi tidak bergairah. Tapi kabar

film AAC bakal diproduksi sudah beredar. Posisiku sulit. Bersamaan dengan itu film

produksi pertama MD yang berbujet besar drop di pasaran. Sebuah film yang dianggap

idealis, bahkan tidak mampu menembus angka 100 ribu penonton. Keyakinan producer

mulai goyah.

‘Apakah kamu masih yakin AAC akan diproduksi?’ Kata producer padaku,

‘Iya’ jawabku yakin. Sekalipun aku sendiri tidak tahu apakah keyakinan itu sekuat

dulu.

‘Apakah AAC adalah film yang bakal di tonton?’ tanyanya kemudian.

Aku lalu ingat pernyataannya tentang 80% penduduk Indonesia adalah muslim.

Kemudian aku membalikkan pernyataan itu kepadanya. Jawabnya …

‘Ya, tetapi setelah melihat realitas, penonton kita masih belum bisa menerima

film-film berat.’

Beberapa detik aku sempet bingung dengan istilah film berat. Aku tahu pada

waktu itu kondisi psikologis producerku sedang drop. Tidak hanya satu-dua juta kerugian

yang dia tanggung di film pertama. Wajar jika sudah menggoyahkan keyakinannya. Aku

berusaha meyakinkan dia lagi kalau AAC adalah film yang ditunggu penonton. Aku juga

meyakinkan kalau kita di dukung oleh Muhammadiyah. Tapi alasan itu tidak cukup buat

dia. Sebuah dukungan bisa dengan gampang dicabut. Tetapi sebuah produk yang sudah

diproduksi tidak bisa diuangkan. Investor tetap menanggung beban besar. Intinya, dia

butuh keyakinan kalau AAC adalah film yang bakal ditonton lebih dari 1 juta penonton.

Jumlah tersebut diperhitungkan secara bisnis untuk balik modal, mengingat bujet yang

12

Page 14: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

dipersiapkan untuk memproduksi AAC duakali lipat bujet standart Film Indonesia. Yah,

sekitar 7 Milyar.

Lalu produk seperti apa yang ditonton oleh satu juta penonton?

Pertanyaan itu yang akan merobah karakter Film Ayat-Ayat Cinta yang selanjutkan

menjadi persoalanku kemudian.

Pertama yang dilakukan untuk menset-up produk agar ditonton oleh satu juta

penonton adalah mengubah scenario menjadi light. Scenariopun dirombak total. Producer

sempat menghubungi Musfar Yasin untuk menggantikan Salman Aristo, karena pada saat

itu Nagabonar jadi 2 meraih 1,3 juta penonton. Musfar menolak dengan alasan tidak etis.

Salman Aristo kemudian bersedia merubah scenario dengan catatan sedikit keluar dari

novel. Kita sepakat. Dalam hal ini Kang Abik sedikit kita abaikan dengan maksud

segalanya berjalan lancar. Mengingat kang Abik kondisinya waktu itu tidak di Jakarta,

sehingga untuk melakukan diskusi scenario harus menghadirkannya dari semarang.

Skenario dibuat dalam 2 minggu. Selama 2 minggu itu kegiatan persiapan

menjelang shooting dihentikan. Di minggu ketiga seharusnya kita sudah melakukan

shooting, terpaksa dilakukan persiapan lagi. Jadwal akhirnya mundur satu bulan.

Keberatan muncul dari para pemain. Sebagian pemain Ayat-Ayat Cinta adalah pemain

dengan jadwal ketat. Fedi Nuril sibuk dengan album dan tour Garasi. Ryanti sibuk

dengan jadwal MTV, Carissa dan tante Marini sibuk dengan sinteron striping, Melanie

putria dan Surya Saputra sibuk dengan presenter. Kalau produksi ini mundur schedule

pemain yang akan sulit. Di bulan kedepan para pemain tersebut sudah masuk schedule

lain diluar Ayat-Ayat Cinta. Hal itu membuat Iqbal Rais, asistenku kelabakan mengatur

schedule. Dalam 2 minggu itu pekerjaan Iqbal berkali-kali melakukan revisi schedule dan

breakdown shooting. Sedangkan Amelia Oktavia (amek) dan Ruth Damai Pakpahan

(Iyuth) yang bertugas sebagai casting director me-loby pemain kembali. Itu tidak mudah

tentunya. Schedule di luar AAC sudah terlanjur di booking oleh para manajer. Malah

beberapa ada yang sudah kontrak.

Seperti yang disepakati bersama, scenario rampung dalam 2 minggu. Tapi bukan

berarti persoalan selesai disitu. Tahap berikutnya adalah menentukan dimana shooting

dilakukan, mengingat kairo sudah tertutup buat MD. Oh,ya … Hal mendasar yang

membuat produksi ini mengalami kendala kreatif adalah producer mulai menekan bujet

13

Page 15: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

produksi akibat kerugian di film pertama. Pemindahan shooting di Indonesia dilakukan

dengan asumsi bujet produksi tidak semahal di Kairo. Padahal kenyataan di lapangan

tidak semudah asumsi itu. Sesuatu yang diciptakan dengan set akan lebih mahal

dibanding kita menggunakan set yang sudah jadi. Kalau toh ditemukan rumah yang mirip

dengan yang ada di Kairo, perabot didalam rumah itu tidak bisa dipakai.

Menjelang shooting aku dan producer banyak bertengkar soal itu. Pengajuan bujet

untuk tata artistic di potong. Begitupun dengan pengajuan lampu. Aku seperti berada

dalam ruang isolasi yang semakin lama dinding itu bergerak menghimpit. Pada awal

persiapan, konsep film AAC adalah menghadirkan keindahan kota kairo dengan

memotret lansekap sebagaimana tertulis di novelnya kang Abik. Kini, terpaksa harus aku

persempit mengingat lokasi shooting tidak memadai dan peralatan pendukung dikurangi.

Aku dan Salman Aristo memutuskan memperkuat dramatik cerita daripada keindahan

gambar. Oleh sebab itu beban jatuh pada para pemain. Pemain harus mampu secara

meyakinkan membawakan karakter yang diperankan. Disini muncul persoalan baru.

Sekalipun Amek dan Iyuth berhasil me-loby pemain untuk mundur shooting, tapi tidak

bisa dapat waktu untuk latihan. Jangankan untuk melakukan riset dan observasi peran,

untuk melakukan reading scenario saja waktunya terbatas. Kepalaku mendadak berat

sekali. Hari-hari shooting tinggal beberapa hari, tapi permainan mereka masih jauh dari

harapanku. Ya Alloh, selamatkan aku. Selamatkan film ini …

Pernah suatu kali aku minta mundur lagi karena pemain belum siap, terutama

Rianti dan Carrisa. Producer tidak memberikan ijin. Aku bingung. Aku melihat Rianti

dan Cariisa masih jauh dari harapanku. Pada awalnya tokoh Aisha diperankan Carrisa

dan Rianti sebagai Maria. Saat latihan berlangsung, aku merasa keduanya tidak pernah

mencapai klimaks. Selalu saja ada yang salah. Kemudian mas Whani Darmawan selaku

acting coach (Penata laku) mencoba merobah posisi. Rianti sebagai Aisha dan Carrisa

sebagai Maria. Aku melihat ada perubahan ke lebih baik. Mungkin tepatnya: Lebih pas

… Tapi aku masih belum yakin dengan itu, dikarenakan banyak persoalan kreatif lain

yang menghimpitku. Aku tidak bisa dengan jernih memutuskan. Lalu Aku minta bantuan

Salman Aristo untuk ikut memutuskan. Setelah melewati test kamera, aku, Salman Aristo

dan Producer bersama-sama melihat dan memutuskan siapa yang pantas menjadi Aisha.

Aku ingat waktu itu rapat untuk memutuskan siapa yang pantas menjadi Aisha dilakukan

14

Page 16: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

10 menit sebelum acara pers conference yang menghadirkan PP Muhammdiyah Din

Sayamsudin dan wartawan dari media cetak dan TV. Di ruang lain, Rianti dan Carisa

menunggu keputusan itu, karena berhubungan dengan siapa yang akan memakai cadar

dan jilbab pada saat acara pers conference. Akhirnya, kami memutuskan Rianti yang

menjadi Aisha. Cadarpun terpasang menutup sebagian wajah cantik Rianti

Ketika hari Shooting ditentukan, pemain sudah disiapkan secara schedule, Set

sudah dibangun, mendadak ada kabar Ryanti akan di deportasi karena masa tinggalnya

sudah habis (Rianti masih menjadi warag Negara Inggris saat ini), sehingga dia harus

kabur ke Singapura beberapa hari sambil mengurus perpanjangan masa tinggalnya di

Indonesia. Shooting yang sudah kita tentukan harus mundur lagi. Set yang sudah

dibangun harus dibongkar. Kepalaku mulai berat. Mataku mulai kabur. Allohu akbar!

Apa lagi yang harus aku hadapi? Berapa tetes lagi air mataku kutumpahkan dan berapa

lapang lagi dadaku aku rentangkan? Ingin rasanya aku lari dari semua ini. Tapi aku selalu

ingat pesan ayahku, wong lanang kui kudu mrantasi … (Lelaki itu harus menyelesaikan

segala persoalan). Aku melihat sisi positif dari kemunduran ini. Aku bisa focus latihan

buat pemain. Akhirnya kamipun mundur. Karena set yang sudah dibuat tidak bisa

dibongkar, kita terpaksa shooting satu hari tapi setelah itu break seminggu.

Pada saat shooting, aku melihat kairo berdiri di Jakarta dan semarang. Aku melihat metro

yang dibangun bangsa Prancis di stasiun Manggarai. Aku melihat perpustakaan Al Azhar

dan ruang Talaqi masjid Al Azhar di Gedung Cipta Niaga Jakarta Kota. Flat Fahri, Flat

Maria dan Pasar El Khalili di kota lama dan Gedung Lawang Sewu Semarang. Ruang

sidang pengadilan Fahri di Gereja Imanuel Jakarta. Apa yang dibangun Allan, art

directorku, berhasil meski dengan berbagai kendala keuangan yang tidak lancar. Untuk

membangun set dan menyediakan property, Allan sering mengeluarkan uang pribadinya

untuk menutup aliran uang yang tidak lancar. Gajinya yang seharusnya di bagi-bagikan

kepada krunya, habis buat belanja property dan membangun set. Karenanya banyak

krunya pada marah-marah dan kabur.

Pada saat shooting berlangsung, tidak begitu saja mulus dan on schedule. Hari-

hari pertama kami berhasil menghadirkan suasana kairo dengan menyewa orang-orang

arab sebagai extras. Karena shooting selalu selesai tengah malam, orang-orang arab lama-

lama tidak mau diajak shooting lagi. Maklumlah, mereka bukan berprofesi sebagai

15

Page 17: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

pemain. Kebanyakan dari mereka pedagang, mahasiswa, karyawan bahkan ada yang

dokter. Suatu kali pernah si dokter marah-marah karena shooting sampai malam, padahal

sebagai dokter dia tidak pernah berpraktek sampai malam. Di hari-hari menjelang akhir

shooting AAC, bahkan untuk mengajak gembel Arab pasar Tanah Abang pun tidak bisa.

Masya Alloh!!

Di Kota lama dan Lawang sewu Semarang, kami menghadapi persoalan kamera

terbakar, hujan, berhadapan dengan preman Kota Lama, ruang sempit dan lapuk karena

tua yang membuat set lampu lama. Dengan begitu scene yang seharusnya diambil jadi

banyak terhutang. Untuk membayarnya, kita menunggu jadwal pemain kosong, Amek

dan Iyuth kembali me-loby, iqbal rais kembali membongkar break down. Hal itu terus

menerus mereka lakukan sampai-sampai Amek dan Iyuth kehilangan muka di hadapan

manajer dan pemain. Tidak jarang aku melakukan improvisasi demi efisiensi. Banyak

adegan aku sederhanakan. bahkan dibuang. Tapi aku cukup senang karena aku bisa

merobah salah satu sudut kota lama semarang menjadi pasar di El-Giza. Aku

menghadirkan unta dari Kebun Binatang Gembiraloka Jogjakarta. Penduduk kota lama

Semarang dibikin heboh dengan munculnya unta secara tiba-tiba di sana.

Shooting paling berat yang aku rasakan pada saat adegan sidang Fahri. Aku

memilih gereja Imanuel Jakarta untuk di set sebagai ruang pengadilan. Aku

menghadirkan lebih dari 300 ekstrass. Semua pemain utama kumpul jadi satu. Penata

kostum, penata make up kewalahan menghadapi banyaknya pemain. Ini salah satu scene

dengan jumlah pemain paling banyak. Aku melihat hal yang unik di sana. Banyak pemain

memakai Jilbab bahkan bercadar, tapi mereka berada di dalam gereja. Tanda salib

bertebaran di atas kepala mereka. Suatu yang lucu dan menarik aku lihat. Lalu aku ingat,

pada saat aku masuk masjid Al Azhar, bahkan untuk ijin memotret saja tidak mudah.

Apalagi shooting. Tapi di gereja Imanuel ini, aku tidak hanya membawa kamera dan

lighting. Aku bahkan memasukkan teralis penjara sebesar 3 meter persegi didalamnya.

Aku tertawa kalau memikirkan itu …

Tidak terasa, persoalan sudah menjadi bagian dari produksi ini. Malah, ketika

persoalan tidak muncul aku merasa ada yang aneh. Terlepas dari semua itu, aku senang

bisa terlibat dalam persoalan. Terlebih lagi, persoalan itu bisa terpecahkan sekalipun

dengan air mata. Semoga kedepan, aku bisa lebih dewasa.

16

Page 18: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

Robbana afrigh alaina shabran wa tsabit aghda mana fanshurnaa ala qaumil kafiriin ...

( ...Ya Alloh, limpahkan kami kesabaran. tegakkanlah kaki kami kembali. Lindungilah

kami atas orang-orang yang membenci kami ...)

Hingga shooting ini selesai, kami masih berhadapan dengan puluhan persoalan

lagi. Nantikan di bagian IV (AAC hijrah ke India untuk menghadirkan Sungai Nil,

Padang Pasir dan kota) ...

17

Page 19: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

KISAH DI BALIK PRODUKSI AYAT-AYAT CINTA (bag.Akhir)

Shooting di Jakarta sudah selesai. Aku puas dengan kerja tim AAC yang solid.

Sekalipun berat, tetap commit untuk menyelesaikan film ini apapun hambatannya.

Padahal secara legal, kontrak crew sudah habis 1 bulan sebelumnya. Artinya, mereka

bekerja tanpa ikatan kontrak lagi. Ini yang membuat aku terharu atas commitment

mereka. Terlebih lagi, banyak diantara mereka non-muslim. Tapi tidak satupun dari

mereka yang mengkaitkan keyakinan itu dengan kualitas kerja mereka.

Sebagaimana sudah direncanakan sebelumnya, meski Allan bisa menyulap

Semarang dan Jakarta jadi kairo. Secara geografis, tidak akan tergambar jika tidak ada

shooting di Kairo. Awalnya producer sudah puas dengan hasil shooting di Indonesia

tanpa perlu shooting di Kairo. Saya sangat keberatan.

Sebenarnya, dari hasil sisa adegan yang belum diambil, hanya membutuhkan

waktu 5 hari saja shooting di kairo. Akhirnya producer mengerti dan menjalin hubungan

dengan local production lain di kairo. Local producer itu sering menangani film-film

asing yang shooting di Cairo. Sebuah perusahaan yang juga berpengalaman d bidang

produksi film. Setelah melihat konsep film AAC, dia menawarkan harga untuk shooting

disana selama 5 hari. Jumlah yang diajukan sebesar 3 Milyar untuk shooting 5 hari. Nilai

yang bahkan di Indonesia bisa membuat satu film.

‘Angka yang tidak masuk akal’ kata producerku.

Aku sepakat dengan producerku, meski aku tahu konsekwensi membuat film

sesuai dengan novel Kang Abik memang berbujet besar. Tapi aku tetap tidak percaya

degan penawaran itu. Setelah kita cek quote yang diajukan, aku melihat item-item yang

tidak rasional. Misalnya, makan per orang dia budjet kan 100 US$ sehari. Padahal pada

saat riset di sana, aku bisa makan dengan 25 ribu sehari. Bujet penawaran itu tidak bisa

ditawar kecuali kita mengurangi jumlah hari dan kru. Negosiasi tertutup.

Kemudian muncul gagasan shooting di India dari salah seorang staf perusahaan

MD yang orang India. Dia berjanji bisa menyediakan lokasi yang kita butuhkan mirip

Cairo. Semula aku ragu, tapi setelah ditunjukkan foto-foto lokasi di India, saya jadi

yakin. Dalam foto itu tergambat Sungai Nil, sudut kota kairo, Taman Al azhar University,

18

Page 20: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

Padang Pasir lengkap dengan unta-unta dan kafilah. Hanya pyramid saja yang tidak ada.

Tapi itu bisa dibuat di studio menggunakan Computer Graphics Imagery (CGI) yang

lebih dikenal dengan special effect.

Disaat persiapan menuju India, tercetus ide untuk tetap bisa shooting di Kairo

dengan dibarengi workshop film buat mahasiswa Indonesia-Al Azhar. Lalu aku

menghubungi PCIM (Pimpinan Cabang Islam Muhammadiyah). Mereka setuju dengan

ideku. Kita bahkan dibantu KBRI. Di Kairo, aku dan PCIM berencana menggelar

workshop dengan peserta anggota PCIM (mereka adalah mahasiswa Indonesia yang

sekolah di Azhar Univ yang menjadi anggota Muhammadiyah) dan akan Shooting

mengambil suasana kota dengan kamera kecil bersama dengan mahasiswa peserta

workshop tersebut. Biasanya, kegiatan yang mengatasnamakan mahasiswa tidak perlu

ijin berbelit-belit. Maka segala sesuatu dipersiapkan. Dari Jakarta, tim yang berangkat ke

India 20 orang termasuk pemain, tetapi 6 diantaranya berangkat duluan ke Kairo selama 4

hari. 6 orang tersebut adalah, Fedi Nuril, Faozan Rizal (Kamera), Kasnan (Asisten

Kamera), seorang pengawal alat, Adi molana (tata suara) dan aku.

Producer setuju dengan rencana tersebut. Tapi ditengah persiapan itu, muncul

kendala di pengurusan Visa. Karena hari shooting di India dan Kairo berurutan, membuat

pengurusan visa tarik-tarikan antara keduanya. Waktu kita hanya 1 minggu sebelum

keberangkatan shooting, sementara mengurus Visa di India membutuhkan waktu 4

sampai 5 hari karena jumlah orang yang akan berangkat banyak. Begitupun mengurus

Visa Kairo. Akhirnya aku minta tolong pihak PCIM dengan bantuan KBRI menguruskan

visa on arrival. KBRI setuju dan sudah menghubungi pihak emigrasi cairo bahwa akan

datang tim dari Indonesia berjumlah 6 orang untuk workshop. Kamipun senang dengan

kabar tersebut. Terbayang eksotisnya kota kairo, kios-kiosnya, menara-menara masjid

yang menjulang, jalan raya yang macet, kampung- el giza. Bahkan pihak KBRI bisa

menyediakan fasilitas khusus masuk kawasan pyramid dengan bebas. Rasa optimisku

bangkit lagi. Akhirnya … aku bisa shooting di Kairo …

Tapi, lagi-lagi semua itu cuma mimpi. Sesampainya di bagian Check In Bandara

Sukarno-Hatta, aku dan 5 kru lainnya tidak boleh berangkat. Waktu itu kami berencana

terbang ke Kairo dengan Sinagpore Airlines (SQ). Pihak SQ tidak bisa memberangkatkan

kami dengan alasan tidak ada visa. Aku menjelaskan, bahwa kita dapat fasilitas Visa on

19

Page 21: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

Arrival dari KBRI Cairo. Mereka minta bukti tertulis dari pihak KBRI sebagai pegangan.

Aku tunjukkan undangan dari PCIM untuk workshop atas nama Muhammadiyah ke

pihak SQ. Mereka tidak mau terima. Yang mereka minta adalah surat tertulis yang

menjamin 6 orang yang diterbangkan SQ bisa diterima di Kairo. Itu tanggungjawab

Airlines atas keselamatan penumpang. Aku segera telpon pihak PCIM untuk

menghubungi KBRI. Ternyata hari itu kantor KBRI libur. Sekalipun bisa terhubung

secara pribadi dengan bagian konsulat KBRI, tapi untuk urusan administrasi harus

melalui kantor. Akhirnya, kami tidak jadi berangkat. Kamera yang sudah kita sewa, tiket

yang sudah kita beli dan segala harapan untuk bisa shooting di Kairo buyar … Dada ini

terasa sakit sekali. Dalam perjalanan meninggalkan bandara Soekarno-Hatta, tanpa sadar,

air mataku meleleh lagi. Ya Alloh, Apakah aku terlalu kotor memproduksi film ini, maka

kau berikan hambatan buatku untuk yang terbaik?

Tidak ada harapan lagi kecuali shooting ke India saja. Untuk saat ini, sebuah

kemewahan bisa membayangkan film ini sesuai dengan harapan Kang Abik dan pembaca

fanatik AAC. Yang bisa aku lakukan hanyalah menyelesaikan film ini semaksimal yang

aku bisa.

Pesawat Malaysia Airlines take off dari Jakarta membawa 20 Kru dan pemain

AAC beserta dua kopor berisi Kostum pemain, 3 kopor berisi property keperluan Artistik

dan dua kopor lain berisi bahan baku film 35mm serta kabel-kabel. Kira-kira 8 jam

perjalanan, kami mendarat di Banglore untuk transit. Saat itu malam hari. Udara agak

dingin. Pesawat yang membawa kita ke Bombay baru besok pagi sekitar jam 10 take off

dari bandara. Menurut travel agent di Jakarta, di Banglore kita disediakan penginapan.

Tetapi kenyataannya bukan penginapan sebagaimana layaknya sebuah hotel transit di

bandara international. Kita disediakan satu apartement dengan 6 kamar. Padahal kami

berjumlah 20 orang dimana tidak semuanya laki-laki. Kopor kami juga banyak. Tidak

layak buat kami untuk menempati satu apartement. Malam itu sudah jam 12 malam.

Pihak administrasi apartement sudah tutup untuk meminta tambahan satu apartement lagi.

Kami kebingungan sendiri. Setelah beberapa lama terkatung-katung, salah seorang

pembantu apartement lain menawari bisa memakai apartementnya kalau cuma buat

semalam, karena pemiliknya sedang keluar kota. Akhirnya kami patungan menyewanya.

Apartement itu untuk crew dan pemain perempuan. Aku bersama crew laki-laki lainnya

20

Page 22: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

saling tumpang tindih di apartement satunya. Aku dan Rajish (Make up artist) tidur di

sofa depan. Faozan Rizal dan tim kamera tumpuk-tumpukan satu kamar. Fedi, Oka dan

Iqbal tidur satu ranjang bertiga. Lainnya tidur sekenanya.

Tepat jam 11 siang kami meninggalkan Banglore menuju Bombay. Kami sudah

dijemput sebuah bis yang akan membawa kami 15 jam menuju Jodhpur. Bayangan kami,

Jodhpur adalah kota kecil yang tidak ada bandaranya disana. Tapi ternyata Jodhpur

adalah kota wisata. Banyak turis eropa-Amerika datang kesana menggunakan pesawat,

apalagi di bulan-bulan November. Bandaranya-pun lebih bagus dari Halim

Perdanakusuma. Jadi penggunaan bis semata-mata buat ngirit bujet produksi, mengingat

harga tiket Bombay-Jodhpur di bulan-bulan libur naik. Kami cuma menghela nafas. 15

jam perjalanan, bayangan kami, seperti perjalanan Jakarta Surabaya. Tidak apalah, aku

bisa istirahat di bis, pikirku.

Setelah keluar dari bandara Bombay dengan tumpukan kopor-kopor, kami melihat

bis yang disediakan kami kecil. Warnanya kuning. Bis tersebut bukan selayaknya

kendaraan tempuh Jakarta-Surabaya. Bis itu seperti bis Jakarta-Sukabumi yang diberi

AC. Tempat duduknya sempit hanya memuat 20 orang saja. Sedangkan kopor-kopor

kami banyak. Aku komplain dengan orang india (staff MD) yang mengurusi kami disana.

Dia bilang, bis ini disediakan berdasarkan bujet dari producer. Kami tetap tidak mau naik.

Aku melihat wajah teman-teman kusut. Tika (line producer AAC) marah dan meminta

local unit menyediakan tiket pesawat. Sayangnya, tiket pesawat ke jodhpur habis sampai

3 hari kedepan. Setelah berdebat lama, akhirnya kami disediakan satu mobil kijang

khusus untuk kopor-kopor. Allan menyertai kopor-kopor itu di mobil Kijang. Yang

lainnya naik bis. Fedi yang berkaki panjang menduduki bagian belakang tepat di selasar

tengah bis diapit Rianti, Prita (Pencatat Script), dan Clarissa. Ditengah diisi Oka, Pao,

Tarmiji, Kasnan (tim kamera), Adi molana dan pak Rajish. Di depan ada Aku, Retno

Damayanti (kostum), mbak Tia (asisten Retno) dan Tika. Seorang supir bernama Ganesh

membawa kami membelah negeri India melintasi Gujarat. Sebuah perjalanan panjang dan

melelahkan terbayang …

Perjalanan Bombay-Jodhpur mirip seperti perjalanan Jakarta-Surabaya. Padang

Ilalang terbentang di kiri kanan. Rumah-rumah gubuk, warung-warung tempat mangkal

bis dan Container berderetan sepanjang jalan seperti di film Iran Café Transit, jajaran

21

Page 23: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

rumah-rumah pedesaan diselingi pohon-pohon besar dan sawah-sawah tandus

berseliweran. Pemandangan luar biasa buatku. Eksotis. Bis kami melaju bersama dengan

puluhan bahkan ratusan truk-truk. Kadang bis kami berhenti sekedar minum teh hangat

India yang dicampur susu bersama sopir-sopir berkulit hitam. Di perbatasan Gujarat.

Kami mendapat persoalan. Bis kami dilarang melintasi perbatasan karena dokumen tidak

lengkap. Selama 2 jam kami dicuekin, sementara Ganesh mondar-mandir dari post satu

ke post lainnya yang jaraknya 1 km untuk menyelesaikan administrasi. Terlihat dia begitu

stress, dia meminjam Hp Tika untuk menghubungi seseorang. Terlihat dari cara

bicaranya, Ganesh sedang bertengkar. Mungkin orang itu yang menyebabkan Ganesh

mendapat persoalan. Kami nyaris balik ke Bombay karena tidak ada ijin melintas.

Ditengah situasi panik itu Rianti, Clarrisa, Oka dan Fedi didatangi militer bersenapan

karena mereka foto-foto.

‘Ini bukan tempat wisata!’ kata Militer itu.

Terlihat wajah Rianti pucat karena takut. Akhirnya Ganesh menjelaskan

ketidaktahuan kami. Merekapun mengerti. Setelah 2 jam lewat dengan perasaan tidak

menentu, kami bisa melintasi perbatasan, melanjutkan perjalanan atas perjuangan

Ganesh. Malam yang panjang terasa. Sekalipun sulit buat kami tidur di tempat sempit

seperti itu, kami tidak bisa melewatkan rasa ngantuk. Pagi berikutnya kami berhenti di

sebuah kota kecil. Kami menyewa losmen kecil buat mandi dan sarapan. Kami istirahat

selama 4 jam memberikan kesempatan Ganesh tidur. Di tempat itu kami diliatin

penduduk sekitar. Apalagi Rianti dan Clarissa. Orang-orang India memiliki keramahan

berbeda dengan Indonesia. Apalagi bukan di kota besar seperti Bombay, Delhi atau

Madrass. Suara mereka yang keras membuat kami mengira mereka marah. Tetapi

sebenarnya tidak. Di tempat itu kami baru sadar bahwa kami sudah menempuh 15 jam

perjalanan. Tetapi kami masih berada setengah perjalanan menuju Jodhpur. Setelah

membuka peta baru kami sadar berapa jarak sebenarnya dan berapa waktu tempuh

sebenarnya antara Bombay-Jodhpur. Bombay-Jodhpur berjarak 850km, Kira-kira 24 jam

waktu perjalanan darat jika ditempuh secara non-stop. Kami merasa ditipu. Fedi yang

biasanya diam, kini marah-marah, dia protes ke producer atas perlakuan ini. Jawab

producerku, pihak MD tidak tahu menau soal ini. Mereka juga minta maaf. Pak Rajish,

salah satu karyawan MD dari India bagian make up artis banyak membantu kami.

22

Page 24: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

Setidaknya membantu kami berkomunikasi. Ternyata, dibalik semua itu ada yang tidak

jujur, memanfaatkan situasi ini untuk mengambil keuntungan. Aku marah, tetapi aku tahu

itu tidak ada gunanya. Akibat dari kesalahpahaman ini kami kehilangan waktu dan tenaga

yang seharusnya bisa dimanfaatkan buat Shooting. Kami cuma bisa pasrah …

Jam 8 malam, tepat 30 jam perjalanan dari Bombay, kami masuk Hotel.

Alhamdulillah, akhirnya kami bisa merebahkan diri di tempat yang layak. Diatas tempat

tidur aku melepaskan pikiran. Sepanjang hidupku, tidak pernah aku membayangkan

melintasi negeri Gujarat naik bis. Tanpa asuransi, tanpa perlindungan apapun. Untung

tidak ada teroris menghadang kami. Sungguh, aku sudah tidak kuat. Aku ingin lari saja

dari produksi. Toh, tidak ada jaminan apapun buatku untuk menyelesaikan film ini?

Uang? Demi Alloh, gajiku tidak sebanding dengan persoalan yang aku hadapi. Kalau

orang mengira aku melakukan ini semua demi uang? Demi jualan? Kehormatan?

Wallohi, orang itu benar-benar picik. Tidak ada keuntungan materi yang aku dapat di

film ini. Semata-mata hanya idealismeku saja yang berharap Film Indonesia tidak hanya

diisi oleh Horor dan percintaan remaja Kota. Tapi apa itu idealisme? Apakah Kang Abik

dan jutaan pembaca AAC mengerti soal idealisme ini? Apa yang mereka bisa berikan

buat mengganti segudang persoalan kami disini? Mereka tidak lebih dari sekedar

penonton yang menuntut hiburan atau membanding-bandingkan Film dengan Novelnya.

Lantas jika tidak sama dengan Novelnya terus mencaci maki, menganggap bodoh dan

kafir sutradara yang membuat. Karena hal-hal islami dalam Novel tidak tampak, tidak

terasa.

Lagi-lagi dadaku sesak. Tapi aku tidak bisa lari. Aku sudah berjanji kepada

diriku, anakku dan ibuku untuk memberikan yang terbaik.

'Kalau kamu sudah bisa membuat film. Buatlah film tentang agamamu.' Kata

ibuku yang terus menerus terngiang.

Pagi harinya aku mulai shooting. Dan persoalan seperti tidak selesai. Dari mulai

peralatan yang kami pakai sudah ditinggalkan industri India 5 tahun yang lalu alias butut:

Lampu-lampu yang fliker (menghasilkan cahaya kelap-kelip seperti neon yang habis watt

nya), Kamera tua yang ketika dipakai mengeluarkan bunyi berisik, generator kami yang

lebih layak dipakai buat menyalakan mesin pemarut kelapa dibanding buat shooting. Lalu

kru-kru India yang disediakan untuk membantu kami bukan kru profesional. Di bagian

23

Page 25: KISAH DI BALIK PEMBUATAN FILM 'AYAT-AYAT CINTA' fileKATA PENGATAR Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW. Jujur saya

akomodasi makanan kami selalu datang telat sehingga banyak yang protes. Tidak hanya

kru Jakarta saja yang protes, kru India juga begitu. Suatu kali pernah mereka mogok kerja

tidak shooting karena hanya di kasih makan sekali sehari. Padahal shooting sampai jam

12 malam. Di lokasi gurun, kami harus mendaki gunung pasir dengan jalan kaki sebelum

menuju lokasi utama. Kami menggunakan Unta buat mengangkat Kamera dan

perlengkapannya. Kaki-kaki kami sakit tertusuk tanaman duri. Bibir kami banyak yang

pecah karena panas matahari. Sebelum mencapai tempat lokasi, kami istirahat mirip

kafilah-kafilah yang kehausan ditengah sahara.

Tapi dari semua kesulitan itu, Alhamdulillah aku bisa menyelesaikannya dengan

baik. Lokasi yang aku dapatkan luar biasa. Kecuali lokasi Gurun, lokasi Nil, Taman,

Rumah Sakit berada di satu hotel peninggalan Kasultanan Pakistan. Lokasi gurun Pasir

kami tempuh 4 jam perjalanan dari Jodhpur. Melelahkan tapi juga menyenangkan.

3 hari kami melakukan shooting dan 2 hari sisanya adalah perjalanan. Di hari

ketiga, rombongan kembali ke Jakarta. Aku bersama 20 cann film hasil shooting di

Jodhpur terbang menuju Madras untuk editing dan processing lab. Sastha Sunu, editor

Ayat-Ayat Cinta sudah menungguku disana. Sampai tulisan ini dikirim, aku masih

menyelesaikan proses film Ayat-Ayat Cinta yang semakin lama semakin rumit secara

teknis. Sehingga mengakibatkan jadwal Tayang Ayat-Ayat Cinta mundur di bulan

Januari. Aku tidak berani menjelaskan kerumitan itu, karena sifatnya technical sekali.

Pendeknya, produksi Ayat-Ayat Cinta adalah produksi yang penuh dengan cobaan

dibandingkan 6 filmku sebelumnya.

Semoga Cobaan ini membuktikan Cinta Alloh masih bersama Kami semua …

24