Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

25
1. HASIL PENGAMATAN Grafik 1. Hubungan Waktu Fermentasi dan Jumlah Sel pada Cider Apel N0 N24 N48 N72 N96 0 200000000 400000000 600000000 800000000 1000000000 JUMLAH SEL/CC TERHADAP WAKTU D1 D2 D3 D4 D5 WAKTU JUMLAH SEL/CC Dari hasil praktikum diketahui bahwa semakin lama waktu fermentasi, semakin banyak pula jumlah sel Grafik 2. Hubungan Waktu Fermentasi dan OD pada Cider Apel N0 N24 N48 N72 N96 0 2 4 6 8 OD terhadap WAKTU D5 D4 D3 D2 D1 WAKTU O D Berdasarkan percobaan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa sebagaian besar kelompok mendapatkan hasil yakni semakin lama proses fermentasi berlangsung, semakin tinggi pula nilai OD.

Transcript of Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

Page 1: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

1. HASIL PENGAMATAN

Grafik 1. Hubungan Waktu Fermentasi dan Jumlah Sel pada Cider Apel

N0 N24 N48 N72 N960

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

JUMLAH SEL/CC TERHADAP WAKTU

D1D2D3D4D5

WAKTU

JUM

LAH

SEL/

CC

Dari hasil praktikum diketahui bahwa semakin lama waktu fermentasi, semakin banyak pula

jumlah sel

Grafik 2. Hubungan Waktu Fermentasi dan OD pada Cider Apel

N0 N24 N48 N72 N9601234567

OD terhadap WAKTU

D5D4D3D2D1

WAKTU

OD

Berdasarkan percobaan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa sebagaian besar

kelompok mendapatkan hasil yakni semakin lama proses fermentasi berlangsung, semakin

tinggi pula nilai OD.

Page 2: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

Grafik 3. Hubungan Jumlah Sel Mikroorganisme terhadap pH,OD dan total asam pada Cider

Apel

3.343.463.353.543.423.323.423.323.49

0

200000000

400000000

600000000

800000000

1000000000

JUMLAH SEL/ CC TERHADAP PH

D1D2D3D4D5

PH

JUM

LAH

SEL/

CC

0.0928

1.1195

0.9958

1.0695

0.618900000000001

0.00870000000000001

1.0482

0400000000800000000

JUMLAH SEL/CC TERHADAP OD

D1D2D3D4D5

OD

JUM

LAH

SEL/

CC

11.5214.44 11

.911.36 14

.411.5213.44

16.896

11.904

0100000000200000000300000000400000000500000000600000000700000000800000000900000000

1000000000JUMLAH SEL/CC TERHADAP TOTAL ASAM

D1D2D3D4D5

TOTAL ASAM

JUM

LAH

SEL/

CC

Dari hasil percobaan hubungan antara jumlah sel terhadap OD, jumlah sel terhadap pH, dan

jumlah sel terhadap total asam praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa pada

D2,D3,dan D5 kelompok menunjukkan semakin banyak jumlah sel semakin tinggi pula nilai

pH dan total asam yang dihasilkan. Namun pada kelompok D1 dan D4 menunjukkan hasil

yang sebaliknya.

Page 3: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika

Kelompok PerlakuanWakt

u

Ʃ MO tiappetakRata-rata/

Ʃ MO

tiap petak

Rata-

rata/ Ʃ

MO tiap

cc

OD

(nm)pH

Total

Asam1 2 3 4

D1Sari Apel +

S. cerevisiae

N0

19 26 20 16 20,25 8,08 x

107

0,0928 3,34 11,52

N24

79 67 110 137 98,25 3,93 x

108

0,6167 3,33 11,52

N48

160 128 171 179 159,5 6,38 x

108

1,040 3,45 14,44

N72

72 212 180 77 135,75 5,41 x

108

1,6038 3,46 14,44

N96

141 130 122 142 133,75 5,35 x

108

1,1195 3,45 11,52

D2Sari Apel +

S. cerevisiae

N0 25 35 32 69 25 1 x 108 0,0273 3,38 10,94

N24

48 53 60 57 44 1,76 x

108

0,6682 3,3511,90

N48

82 115 114 121 108 4,32 x

108

0,9875 3,4514,44

N72

122 117 125 125 122,5 4,89 x

108

0,9958 3,4610,56

N96

147 146 151 140 146 5,84 x

108

1,5034 3,5411,36

D3 Sari Apel +

S. cerevisiae

N0 7 16 18 6 11,75 4,7 x 107 0,0588 3,35 11,52

N24 62 58 79 75 68,52,74 x

1080,5095 3,28 12,48

N48 112 97 133 141 120,754,83 x

1081,0695 3,42 14,40

N72 104 109 116 120 112,254,49 x

1081,0033 3,41 14,40

N96 182 193 189 203 191,75 7,67 x 1,3080 3,45 10,56

Page 4: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

108

D4Sari Apel +

S. cerevisiae

N0 6 5 7 9 6,75 2,7 x 107 0,0135 3,32 11,52

N24

97 90 86 92 91,25 36,5 x

107

0,6189 3,31 13,06

N48

150 100 136 90 119 47,6 x

107

0,9435 3,39 13,248

N72

161 159 155 160 158,75 63,5 x

107

0,9108 3,42 13,44

N96

99 60 47 67 68,25 27,3 x

107

1,1990 3,45 12,288

D5Sari Apel +

S. cerevisiae

N0

39 32 42 21 33,5 13,4 x

107

0,0087 3,33 12,67

N24

115 185 174 210 179 71,6 x

107

1,0027 3,32 16,896

N48

215 256 217 188 219 87,6 x

107

1,3256 3,43 9,792

N72

271 240 231 181 230,75 92,3 x

107

1,3124 3,45 10,56

N96

220 204 255 207 221,25 88,6 x

107

1,0482 3,49 11,904

pH blanko = 3,33

OD blanki = 0,0000

Page 5: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

2. Pembahasan

Fermentasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperpanjang umur simpan

produk dan menghasilkan cita rasa yang khas pada produk sehingga memiliki nilai ekonomi

yang tinggi. Dalam praktikum kali ini, proses fermentasi yang berjalan termasuk proses

fermentasi alkohol. Fermentasi alkohol adalah proses fermentasi secara anaerobik yang di

dapatkan dari dekomposisi heksosa, yang menghasilkan CO2 dan etanol. Fermentasi ini juga

disebabkan oleh enzim yang berasal dari yeast. Yeast yang di aplikasikan pada gula dapat

menghasilkan larutan yang mengandung alkohol kurang lebih 10-15 %. Kandungan alkohol

yang tinggi dapat membunuh yeast. (Sharma & Caralli, 1998). Prinsipnya, proses fermentasi

alkohol meliputi dua tahap yakni fermentasi utama dan fermentasi lanjutan. Pada tahap

fermentasi utama bertujuan untuk mengubah gula (glukosa, sukrosa, maltosa dan maltotriosa)

dengan khamir yang akhirnya menjadi CO2, alkohol, dan kalori. Sedangkan pada tahap

fermentasi lanjutan bertujuan untuk meragikan sisa dari ekstrak pada peragian utama, serta

bertujuan untuk menyempurnakan dan juga mematangkan rasa dan aroma dari bir serta

menjenuhkan kadar O2 dan menjernihkan bir yang dihasilkan ( Arpah, 1993 ).

Dibawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme :

Nutrien

Nutrien juga dibutuhkan sebagai salah satu sumber energi, untuk membentuk protoplasma

serta membentuk struktur mikroorganisme. Beberapa elemen penting yang biasanya terdapat

dalam nutrien yang dibutuhkan mikroorganisme antara lain karbon, nitrogen, sulfur,

hidrogen, dan fosfat serta elemen yang lainnya namun dalam jumlah yang kecil antara lain

seperti besi, potasium, magnesium, dan juga kalsium. Asam amino dan karbohidrat pada

umumnya digunakan untuk sumber karbon dan juga untuk sumber energi, selain itu nitrogen

dan sulfur (belerang) juga sering dipakai oleh senyawa-senyawa organik yang memiliki 2

elemen yaitu asam amino, protein (untuk senyawa yang mengandung sejumlah besar asam

amino), peptida (untuk senyawa yang mengandung 2 atau lebih asam amino). Coleman et al

(2007) mengatakan bahwa fermentasi yang di lakukan pada suhu yang tinggi akan

menghasilkan sisa nitrogen yang cukup tinggi di akhir proses fermentasi. Penggunaan gula

dapat di lakukan untuk memprediksi adanya stuck fermentation. Stuck fermentation berkaitan

dengan suatu kecukupan nutrisi terutama nitrogen.

pH

Page 6: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

pH juga dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Semua jenis mikroorganisme pasti

mempunyai pH optimumnya agar para mikroorganisme bisa tumbuh dengan baik. pH yang

minimum adalah reaksi asam yang bisa membuat mikroorganisme tumbuh, sedangkan pH

yang maksimum dimana yang biasanya dapat terjadi dari reaksi alkali atau basa ini, dapat

menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme.

Oksigen

Ada beberapa dari jenis mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk tumbuh, namun

untuk jenis mikroorganisme yang tidak membutuhkan oksigen, oksigen mereka anggap

toksik.

Suhu

Suhu juga merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh pada semua reaksi kimia

yang juga berkaitan dengan pertumbuhan.

Kelembaban

Kelembaban yang biasanya dibutuhkan adalah sebesar 80% - 90% air dari total berat sel

hidup. Mikroorganisme berjenis Bakteri lebih membutuhkan banyak air daripada fungi atau

jamur.(Hayes, 1995).

Dalam praktikum ini menggunakan inokulum yeast di media cair. Yeast merupakan jenis

organisme eukariotik yang juga termasuk dalam kelompok fungi yang termasuk tidak

membentuk spora atau aseksual dan juga bersifat sel tunggal hal ini dapat terjadi selama

siklus pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan yeast berawal dari peningkatan volume yang

kemudian dilanjutkan dengan membentuk tunas. Namun sebelum tunas terbentuk volume

total yang terdapat di sel anak dan sel induk konstan sehingga menyebabkan pertumbuhan

tunas terjadi. Hal tersebut menjadi suatu konsekuensi pembelahan sel induk (Cooney et al.,

1981). Temperatur optimal untuk pertumbuhan selama fermentasi dari baker’s yeast adalah

28oC-32oC dan pH lingkungan yang termasuk optimal adalah antara 4-5 (Rehm & Reed,

1983).

Yeast yang biasanya digunakan di proses fermentasi yaitu Saccharomyces cereviseae.

Saccharomyces cereviseae ini berperan dalam fermentasi glukosa di buah dan dari hasil

pemecahan pati dapat menghasilkan alkohol dan CO2 (Rahman,1992). Pada Saccharomyces

Page 7: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

cereviseae, konsentrasi gula yang tinggi dan laju pertumbuhan spesifik yang tinggi

mempengaruhi pembentukan alkohol pada kondisi anaerob. Fermentasi alkohol yang tidak

diinginkan dapat mengurangi biomassa. Oleh karena itu, untuk memperoleh produktivitas

yang tinggi dari biomassa dibutuhkan laju pertumbuhan spesifik dan hasil biomassa setinggi

mungkin. (Van Hoek et al, 2004). Selain itu menurut Kulkarniet al (2011), produksi alkohol

dan pertumbuhan S.cerevisiae di pengaruhi juga oleh penambahan biotin dan daun jambu.

Namun, penabahan biotin di dalam kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang optimun tidak

dapat meningkatkan jumlah produksi alkohol namun penambahan daun jambu dapat

meningkatkan produksi alkohol.

Yeast memiliki membran dimana memiliki kemampuan untuk mempertahankan beberapa

senyawa yang terdapat dalam produk fermentasi. Yeast seperti Saccharomyces cerevoceae

memiliki dinding sel yang terbuat dari mannoproteins terikat pada oligopolysaccharides,

glucanose dan kitin. Polaritas yang berbeda menentukan kapasitas yeast untuk

mempertahankan atau menyerap molekul seperti senyawa volatil, asam lemak atau pigmen.

Dinding sel yeast bepori dimana porositas dinding dapat mempengaruhi adsorpsi (Nogueira,

Alessandro et al., 2008). Secara umum, yeast yang tergolong non-Saccharomyces tumbuh

dengan baik selama tahap awal fermentasi, namun pada tahap fermentasi berikutnya

pertumbuhan yeast non- Saccharomyces cereviceae digantikan dengan pertumbuhan

Saccharomyces cereviceae (Valles, Belen Suarez et al., 2007).

Yeast merupakan sel eukariotik dan diklasifikasikan sebagai jamur. Yeast berperan dalam

meningkatkan produksi bio-ethanol dari gula. Dalam pertumbuhannya, yeast tidak

memerlukan sinar matahari. Sel yeast Saccharomyces cereviceae menggunakan tiga jalur

utama untuk pertumbuhan yakni oksidasi glukosa, fermentasi glukosa, dan oksidasi etanol.

1. oksidasi glukosa:

C6H12O6 (s) + 6O2 (g) 6CO2 (g) + 6H2O (l)

2. fermentasi glukosa:

C6H12O6 (s)2CH3H2OH (l) + 2CO2(g)

3. oksidasi etanol:

CH3CH2H(l) + 3O2 (g) 2CO2 (g) + 3H2O (l)

Tiga reaksi ini dapat menunjukkan bahwa sel-sel Saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh

baik di lingkungan oksigen bebas dan lingkungan yang kaya oksigen. Selain itu, hal itu

Page 8: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

menunjukkan bahwa pertumbuhan dapat terjadi ketika glukosa menjadi sangat terbatas atau

gas absen dan oksigen hadir. Saccharomyces cerevisiae tumbuh optimal pada lingkungan

yang dikontrol yakni 20-40ºC. Dalam organisme hidup, kerja enzim terbaik pada 37 º C

dimana pada suhu ini diharapkan menghasilkan karbon dioksida dengan jumlah yang tinggi

(Gnode, Slaa J, & Else H, 2009).

Cider biasanya didefinisikan sebagai minuman yang rendah alkohol dan mengandung gas.

Cider terbuat dari apel yang diekstrak kemudian melewati dua proses mikrobiologis yakni

fermentasi alkohol dan konversi malolatic. Fermentasi alkohol dapat dilakukan dengan

menggunakan bantuan inokulum komersial ataupun dari tumbuhan alami. strain

Saccharomyces cerevisiae var. Uvarum adalah yeast yang selalu ditemukan dalam fermentasi

alkohol (Nogueira, Alessandro et al., 2007).

Cider adalah minuman fermentasi yang diperoleh dari jus apel. Biasanya cider diproduksi

menggunakan dua metode yang berbeda yakni :

1.) cider yang terbuat dari jus apel terkonsentrasi ditambah dengan gula, karbon dioksida

serta stabilisasi yang berbeda.

2.) cider yang terbuat dari "sari alami", dibuat dengan metode tradisional tanpa penambahan

gula dan CO2.

(Riekstina-Dolge, Rita et al., 2012).

Dalam percobaan praktikum mengenai kinetika fermentasi dalam produksi minuman

beralkohol, pertama-tama bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu. Bahan-

bahan yang digunakan antara lain adalah sari apel, inokulum yeast dalam media cair dan

aquades steril. Sari apel didapatkan dengan cara apel dihancurkan menggunakan juicer

kemudian dipindah ke dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan aluminum foil lalu disterilisasi

dan didinginkan. Sari apel yang sudah disterilisasi ini nantinya digunakan sebagai media

pertumbuhan mikroorganisme.

Sebanyak 250 ml sari apel yang sudah disterilisasi ditambah dengan biakan yeast yang telah

tersedia. Yeast yang digunakan dalam praktikum ini adalah Saccharomyces cereviceae.

Biakan yeast 30 ml diambil dengan jarum ose secara aseptis di dalam LAF. Selanjutnya,

Page 9: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

dilakukan inkubasi pada suhu ruang (25-300C) selama 5 hari. Setiap 24 jam sebanyak 10 ml

sampel diambil secara aseptis untuk mengetahui tingkat pertumbuhan sel yeast. Pertumbuhan

sel yeast dapat diketahui dengan uji tingkat kepadatan menggunakan alat Haemocytocmeter.

Langkah berikutnya, membuat grafik untuk menggambarkan pertumbuhan yeast. Selain

menguji tingkat kepadatan, dilakukan pengujian lain yakni menentukan Optical Density (OD)

menggunakan spektrofotometer. Mula-mula sebanyak 30 ml sampel diambil dan diletakkan

ke dalam beaker glass kemudian dilakukan penetuan OD dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 660nm. Pengambilam sampel dilakukan selama 5 hari dan nilai OD yang

didapat kemudian dicatat dan dibandingkan dengan hasil pengamatan kepadatan sel lalu

dibuat kurva atau grafik.

Jam ke 0 Jam ke 24 Jam ke 48 Jam ke 72 Jam ke 96

Setelah itu di lakukan pengukuran pH dengan mengambil larutan sampel sebanyak 10 ml lalu

di ukur dengan pH meter lalu hasilnya di catat. Selain itu juga ada penentuan total asam hal

ini di lakukan dengan mengambil sampel 10ml di titrasi dengan NaOH 0,1N. Titrasi di

lakukan dengan menambahkan indikator PP titrasi selesai jika larutan berubah jadi merah

muda lalu di catat volume NaOH nya.

Penggunaan sari apel ini sangat cocok untuk medium pertumbuhan. Hal ini dikarenakan apel

mengandung beberapa komponen nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme

dalam proses metabolisme. Dalam proses pembuatan cider, mula-mula sari apel yang

digunakan untuk media pertumbuhan mikroorganisme disterilisasi kemudian dibiarkan

dingin. Hal ini dilakukan agar saat proses inokulasi, mikroorganisme tidak mati sehingga

dapat tumbuh optimal dan membantu dalam proses fermentasi menghasilkan produk yang

diinginkan. Inokulum yang digunakan dalam pembuatan cider adalah Saccharomyces

cereviceae. Saccharomyces cereviceae yang ditambahkan ke dalam sari apel berperan untuk

menfermentasi glukosa dalam buah dan hasil pemecahan pati menghasilkan alkohol dan CO2

(Rahman,1992).

Page 10: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

Penggunaan inokulum dalam proses fermentasi ditujukan untuk menyediakan inokulum

dalam keadaan aktif sehingga fase adaptasi dapat dipersingkat (Sapariantin,2006). Penutupan

sari apel dengan menggunakan aluminium foil bertujuan untuk mencegah terjadi kontaminasi

oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan selama proses fermentasi berlangsung.

Pengambilan sampel secara aseptis dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

kontaminasi serta mempertahankan kelangsungan hidup mikroorganisme yang digunakan

sebagai inokulum. Suhu inkubasi yang digunakan yakni (25-300C) sesuai dengan teori yang

ada yang menyatakan bahwa temperatur optimal untuk pertumbuhan selama fermentasi dari

baker’s yeast adalah 28oC-32oC (Rehm & Reed, 1983). Lamanya inkubasi juga sudah sesuai

dengan teori yang ada yakni proses peragian biasanya berjalan selama 5-15 hari

(Suratiningsih, 1999).

Cider yang dilakukan pada praktikum ini sesuai dengan jurnal yang menyatakan bahwa cider

terbuat dari "sari alami" dimana dibuat dengan metode tradisional tanpa penambahan gula

dan CO2.

(Riekstina-Dolge, Rita et al., 2012). Sari buah apel yang digunakan sebagai medium

pertumbuhan serta yeast Saccharomyces cereviceae yang digunakan dalam pembuatan cider

juga sudah sesuai dengan jurnal yang menyatakan bahwa Cider terbuat dari apel yang

diekstrak kemudian melewati dua proses mikrobiologis yakni fermentasi alkohol dan

konversi malolatic. Fermentasi alkohol dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan

inokulum komersial ataupun dari tumbuhan alami. strain Saccharomyces cerevisiae var.

Uvarum adalah yeast yang selalu ditemukan dalam fermentasi alkohol (Nogueira, Alessandro

et al., 2007).

Haemocytocmeter adalah alat yang biasanya digunakan untuk menghitung jumlah sel dalam

darah. Namun alat ini juga dapat digunakan untuk menghitung densitas sel dari alga. Dalam

haemocytometer terdapat ruang hitung yang terdiri atas petak – petak berukuran kecil apabila

diamati dengan menggunakan mikroskop. Petak-petak berukuran kecil ini nantinya yang

menunjukkan banyaknya jumlah sel yang dapat dihitung (Hadioetomo, 1993).

Haemocytometer digunakan untuk sel dengan densitas > 104 sel/ml. Dalam keakuratan

penghitungan secara manual bergantung pada keakuratan pencampuran sampel (tanpa

gelembung), jumlah ruang / bilik yang dihitung, dan jumlah sel yang dihitung (biasanya 200

– 500 per 0.1 mm3)

Page 11: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung densitas sel. Prinsipnya

sampel ditembak dengan menggunakan sinar untuk kemudian sebagian sinar diserap

sedangkan sebagian sinar dipantulkan. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengujian

dalam menggunakan spektrofotometer yakni cuvet yang digunakan kotor atau tergores,

ukuran cuvet tidak seragam, penempatan cuvet yang tidak tepat, ada gelembung gas dalam

larutan, panjang gelombang yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang tertera dalam

instrumen, dan kekurangsempurnaan dalam penyiapan larutan sampel atau blanko (Pomeranz

& Meloan, 1994).

Dari hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa pada D2,D3,dan D5

kelompok menunjukkan semakin banyak jumlah sel semakin tinggi pula nilai OD yang

dihasilkan. Namun pada kelompok D1 dan D4 menunjukkan hasil yang sebaliknya.

Seharusnya, peningkatan jumlah sel seiring dengan nilai OD yang dihasilkan karena sel yang

tumbuh dalam cider semakin banyak sehingga larutan semakin keruh. Ketidaksesuaian ini

dapat terjadi dikarenakan beberapa hal diantaranya ketidaktelitian dalam menghitung jumlah

sel dalam mikroskop karena sel yang terlalu kecil dan banyak, pengambilan larutan yang

tidak seragam sehingga ada yeast yangterikut dan dapat mempengaruhi pengukuran densitas

sel menggunakan spektrofotometer. Selain itu, adapun alasan lain yakni cuvet yang

digunakan kotor atau tergores, ukuran cuvet tidak seragam, penempatan cuvet yang tidak

tepat, ada gelembung gas dalam larutan, panjang gelombang yang dihasilkan tidak sesuai

dengan yang tertera dalam instrumen, dan kekurangsempurnaan dalam penyiapan larutan

sampel atau blanko (Pomeranz & Meloan, 1994).Berdasarkan percobaan praktikum yang

telah dilakukan diketahui bahwa sebagaian besar kelompok mendapatkan hasil yakni semakin

lama proses fermentasi berlangsung, semakin tinggi pula nilai OD. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin lama fermentasi maka pertumbuhan mikroorganisme meningkat yang

ditandai dengan warna larutan menjadi keruh sehingga nilai OD semakin tinggi. Hasil

praktikum ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan

mikroorganisme ditandai dengan pembentukan koloni sehingga mempengaruhi warna larutan

yakni menjadi lebih keruh. Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti pH, nutrisi, kelembapan, suhu dan oksigen. Apabila faktor-faktor pertumbuhan

dipenuhi maka pertumbuhan mikroorganisme maksimal (Hayes, 1995). Dari hasil praktikum

diketahui bahwa semakin lama waktu fermentasi, semakin banyak pula jumlah sel. Hal ini

dapat terjadi dikarenakan selama proses fermentasi berlangsung, terjadi proses aerasi yakni

ada suplai udara pada media yang nantinya dapat berfungsi sebagai sumber karbon untuk

Page 12: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

membantu pertumbuhan mikroorganisme (Said, 1987). Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa semakin lama fermentasi, pertumbuhan mikroorganisme terus meningkat seiring

dengan adanya suplai oksigen yang diberikan. Dari hasil percobaan hubungan antara jumlah

sel terhadap pH dan jumlah sel terhadap total asam praktikum yang telah dilakukan diketahui

bahwa pada D2,D3,dan D5 kelompok menunjukkan semakin banyak jumlah sel semakin

tinggi pula nilai pH dan total asam yang dihasilkan. Namun pada kelompok D1 dan D4

menunjukkan hasil yang sebaliknya. seharusnya peningkatan jumlah sel seiring dengan nilai

pH dan total asam yang dihasilkan karena sel yang tumbuh dalam cider semakin banyak

sehingga larutan semakin asam sedangkan jika semakin asam maka pH akan semakin tinggi.

Ketidaksesuaian ini dapat terjadi dikarenakan beberapa hal diantaranya ketidaktelitian dalam

menghitung jumlah sel dalam mikroskop karena sel yang terlalu kecil dan banyak,

pengambilan larutan yang tidak seragam sehingga ada yeast yangterikut dan dapat

mempengaruhi pengukuran densitas sel menggunakan spektrofotometer. Selain itu, adapun

alasan lain yakni cuvet yang digunakan kotor atau tergores, ukuran cuvet tidak seragam,

penempatan cuvet yang tidak tepat, ada gelembung gas dalam larutan, panjang gelombang

yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang tertera dalam instrumen, dan kekurangsempurnaan

dalam penyiapan larutan sampel atau blanko (Pomeranz & Meloan, 1994).

Page 13: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

3. KESIMPULAN

Pertumbuhan Saccharomyces cereviceae melalui beberapa fase yaitu fase lag, fase

log dan fase stasioner.

Saccharomyces cereviceae biasanya akan mati setelah hari ke 2

Absorbansi atau optical density berbanding lurus dengan konsentrasi sel.

Konsentrasi sel dalam suspensi dapat dinyatakan sebagai nilai OD (optical density).

Setiap mikroorganisme memiliki pH yang optimum untuk tumbuh

Suhu dapat berpengaruh pada pertumbuhan mikroorganisme

Semakin tinggi jumlah sel maka semakin tinggi OD

Haemacytometer berfungsi untuk mengukur jumlah sel

Titrasi dengan NaOH yang di bantu indikator PP bertujuan untuk menghitung total

asam

Semarang, 28 Juni 2014

Praktikan Asisten Dosen

- Stella Mariss - Meilisa Lelyana - Katharina Nerissa

Jo Vincentius Michael - Chrysentia Archinitta 11.70.0122 - Andriani Cintya

Page 14: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

4. DAFTAR PUSTAKA

Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu Pangan. Tarsito. Bandung.

Coleman, M. C., R. Fish & D. E. Block. (2007). Temperature-Dependent Kinetic Model for Nitrogen-Limited Wine Fermentations. http://aem.asm.org/cgi/content/full/73/18/5875?maxtoshow=&HITS=&hits=&RESULTFORMAT=1&andorexacttitle=and&fulltext=fermentation+kinetic&andorexactfulltext=and&searchid=1&FIRSTINDEX=0&sortspec=relevance&resourcetype=HWCIT

Cooney, C. L.; Rehm, H. J. & G. Reed. (1981). Biotechnology volume 1. VCH. Weinheim.

Gnode, Slaa J, & Else H. (2009). Yeast and Fermentation : The Optimal Temperature. Journal of Organic Chemistry : Chem. Dut. Aspects 134.

Hadioetomo, R. S. (1993). Mikobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hayes, P. R. (1995). Food Microbiology and Hygiene. Chapman and Hall. Great Britain.

Kulkarniet al. (2011). Effect of Additives on Alcohol Production and Kinetic Studies of S.cereveciae for Sugar Cane Wine Production. International Journal of Advanced Biotechnology and Research ISSN 0976-2612, Vol 2, Issue 1, 2011, pp 154-158

Nogueira, Alessandro et al., (2007). Effect of Biomass Reduction on the Fermentation of Cider. Brazilian Archives of Biology and Technology. Vol.50, n.6 : pp. 1083-1092, November 2007.

Nogueira, Alessandro et al., (2008). Effect of Alcoholic Fermentation in the Content of Phenolic Compounds in Cider Processing. Vol.51, n 5 : pp.1025-1032, September-October 2008.

Pomeranz, Y. & C.E. Meloan. (1987). Food Analysis: Theory and Practise. Von Nostrand Reinhold Company. New York.

Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.

Reed, G & Rehm, H. J. (1995). Biotechnology volume 9. VCH Verlagsge Sellschaft. New York.

Riekstina-Dolge, Rita et al., (2012). Aroma Compund and Polyphenol Content of Ciders Available in Lativian Market. Worl Academy of Sciencer, Engineering and Technology 67 2012.

Page 15: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

Said, E. G. (1987). Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Sapariantin, Etrin, Tjahjadi Purwoko, dan Ratna Setyaningsih. (2006). Fermentasi Etanol Sari Buah Semu Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) oleh Zymomonas mobilis dengan Penambahan Urea. Bioteknologi 3 (2): 50-55.

Sharma, J.L. & S. Caralli. (1998). A Dictionary of Food & Nutritions. CBS Publishers & Distributors. New Delhi.

Suratiningsih, S. (1999). Pembuatan Anggur Pisang Klutuk. Duta Farming Vol. 17, No. 1 (1-9)

Valles, Belen Suarez et al., (2007). Yeast Species Associated With The Spontaneous Fermentation of Cider. Food Microbiology 24 (2007) 25-31.

Van Hoek, et al. (2004). Effect of Spesific Growth Rate on Fermentative Capacity of Baker’sYeast.http://aem.asm.org/cgi/content/full/64/11/4266?maxtoshow=&hits=RESULTFORMAT.

14

Page 16: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

5. LAMPIRAN

5.1. Perhitungan Jumlah Sel Tiap cc

Kelompok D3

Rata- rata / ∑❑MO tiap petak

N0 =7+16+18+6

4=11,75

N24 =62+58+79+75

4=68,5

N48 =112+97+133+141

4=120,75

N72 =104+109+116+120

4=112,25

N96 =182+193+189+203

¿4

=191,75¿

Rata- rata / ∑❑MO tiap cc

1vol petak

x rata- rata jumlah mo tiap petak

Volume petak = 0,05 mm x 0,05 mm x 0,1 mm

= 0,00025 mm3

= 0,00000025 cc

= 2,5 x 10-7cc

N0 =1

2,5 x 10−7 x 11,75 = 4,7 x 107

N24 =1

2,5 x 10−7 x 68,5 = 2,74 x 108

N48 =1

2,5 x 10−7 x 120,75 = 4,83 x 108

N72 =1

2,5 x 10−7 x 112,25 = 4,49 x 108

N96 =1

2,5 x 10−7 x 191,75 = 7,67 x 108

14

Page 17: Kinetika D3 michael rahardjo 11.70.0122 unika soegijapranoto

5.2. Gambar

hari ke 1 hari ke 2

hari ke 3 hari ke 4

hari ke 5

5.3. Jurnal

5.4. Laporan Sementara

14