KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali...

167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN (DISNAKKAN) KABUPATEN BOYOLALI BOYOLALI PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011/2012 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Disusun oleh: SISTI SETYOWATI D 0106121 ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali...

Page 1: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

(DISNAKKAN) KABUPATEN BOYOLALI

BOYOLALI PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN DI KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2011/2012

SKRIPSI

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

Disusun oleh:

SISTI SETYOWATI D 0106121

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

مسئوال آان أولئك آل والفؤاد والبصر السمع إن علم به لك ليس ما تقف وال

Artinya : “ Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan

sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu, dan agar tentram hatimu karenanya.

Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah”

راء) (٣٦ : اإلس

Ujian bagi orang sukses bukan kemampuan untuk mencegah munculnya masalah,

melainkan bagaimana ia menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul

(David J. Schwarth)

Tiada manusia yang berjaya dalam semua yang dilakukannya dan kewujudan kita

ini sebenarnya mesti menempuh kegagalan. Yang penting ialah kita tidak menjadi

lemah semasa kegagalan itu terjadi dan kekalkan usaha hingga ke akhir hayat.

(Joseph Conrad)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba karena di

dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan

untuk berhasil.

(Penulis)

Page 5: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

Skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Suami “Peka Nofiyanto Bakhtiar, S.Si.T“ dan Anak “Bianca Nesha

Aurekaisy” tercinta yang paling aku sayangi dan memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis.

3. Orang tua saya ”Intihan dan Sri Mulyani” yang telah membesarkan dan

memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya.

4. Adik-adik ku tersayang “Anto Heri Prasetyo dan Linda Ahan Sari” yang

memberikan dukungan kepada penulis.

5. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Universitas Sebelas Maret baik angkatan

’06 (Luqminati, Adhi, Dipho, Fajar, Anggia, Sari, dll) maupun adik-adik

angkatan (Lutfi, Erista, Erliana, Nein, Arinda, Trisa, Ria, dll) yang sudah

memberikan support dan memberikan kenang-kenangan yang tidak terlupakan

kepada penulis.

6. Almamater tercinta jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 6: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta

salam terjunjung kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Penulis sangat bersyukur

karena dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan sesuai yang diharapkan.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan S-1 tercinta Jurusan Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulisan skripsi dengan judul ”Kinerja Pengawasan Dinas Peternakan dan

Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di

Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,

arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi dukungan

dalam masa perkuliahan.

2. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si, selaku Ketua Prodi Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. Sri Yuliani, M.Si, selaku pembimbing akademik yang telah

mencurahkan perhatian, nasehat dan bimbingan akademik kepada penulis.

4. Drs. Agung Priyono, M.Si, selaku Pembimbing yang telah mencurahkan

perhatiannya dengan tulus dan ikhlas serta penuh kesabaran dalam

membimbing dan mengarahkan hingga tersusunnya skripsi ini.

Page 7: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

5. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mendidik dan

memberikan ilmu selama masa studi.

6. Bapak Drs Sudarsono M.Si selaku kepala Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Boyolali dan Drs. Joko Sularso, M.Si selaku kepala UPT RPH

Ampel yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan

penelitian.

7. Pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali dan UPT

RPH Ampel yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Keluarga dan teman-teman saya telah memberi dukungan kepada saya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Sebagai akhir kata, dengan segala kerendahan hati penyusunan skripsi ini

masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang penulis miliki, untuk itu

segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para

pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 8: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

ABSTRAK ........................................................................................................ xiii

ABSTRACT ........................................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kinerja ......................................................... 11

B. Pengawasan ............................................................................... 29

C. Kinerja Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAK-

KAN) Kabupaten Boyolali ........................................................ 38

D. Kerangka Berpikir ..................................................................... 42

Page 9: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 44

B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 45

C. Sumber Data ............................................................................ 45

D. Teknik Penentu Informan ........................................................ 46

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 47

F. Validitas Data ........................................................................... 49

G. Teknik Analisa Data ................................................................. 51 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali .................................... 55

B. Gambaran Umum Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAK-

KAN) Kabupaten Boyolali ......................................................... 57

C. Gambaran Umum Rumah Pemotongan Hewan Negeri

(Pemerintah) di Kabupaten Boyolali ........................................ 83

D. Gambaran Umum Rumah Pemotongan Hewan Swasta di

Kabupaten Boyolali .................................................................. 95

E. Kegiatan Pengawasan Pada Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di

Kabupaten Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012 ................... 97

F. Evaluasi Dalam Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan di

Kabupaten Boyolali .................................................................. 135

G. Kinerja Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan di

Kabupaten Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan Dalam

Menangani Kasus Praktek Pengglonggongan Sapi Potong ...... 143

Page 10: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 149

B. Saran ......................................................................................... 151

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 (4.1) Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan .................... 81

Tabel 2 (4.2) Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan .......................... 83

Tabel 3 (4.3) Data Pemotongan Sapi Potong di Kabupaten Boyolali

Tahun 2011 .................................................................................. 101

Tabel 4 (4.4) Data Pemotongan Sapi dan Pengiriman dan Penerimaan Retribusi

di Kabupaten Boyolali Tahun 2011 – 2012 ................................. 102

Tabel 5 (4.5) Data Sampel BAH Sesuai Jadwal Lokasi dan Jumlah Petugas ... 107

Tabel 6 (4.6) Data Laboratorium Yang Diambil Sampelnya dan Hasil Pengujian

Daging Sapi ................................................................................ 110

Tabel 7 (4.7) Program Peningkatan Hasil Produksi Peternakan Bagi Tenaga

Pengawas ..................................................................................... 115

Page 12: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 (4.1) Hubungan Ekonomi .............................................................. 24

Gambar 2 (4.2) Hubungan Efisiensi .............................................................. 25

Gambar 3 (4.3) Hubungan Efektivitas ........................................................... 25

Gambar 4 (2.2) Kerangka Berfikir ................................................................. 43

Gambar 5 (7.1) Komponen-Komponen Analisa Model Interaktif Menurut

H.B Sutopo .......................................................................... 51

Gambar 6 (4.1) Bagan Struktur Organisasi Disnakkan Boyolali .................. 60

Gambar 7 (4.2) Bagan Struktur Organisasi UPT. RPH Ampel .................... 83

Page 13: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

ABSTRAK

SISTI SETYOWATI, D0106121, Kinerja Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pengawasan pada Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Penelitian ini digunakan teknik penentuan informan dengan purposive sampling yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Analisis data yang digunakan menggunakan analisis model interaktif. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kinerja Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali dalam pengawasan Rumah Pemotongan Hewan tergonggong dilihat dari input, output dan income buruk. Hal ini dikarenakan banyaknya temuan-temuan yang ada di lapangan baik Disnakkan Boyolali, UPT, RPH Ampel dan pejagal atau RPH swasta yang melakukan pelanggaran, yaitu masih ditemukannya daging glonggongan di pasar tradisional wilayah Boyolali, kurangnya pengawasan secara rutin tentang beredarnya daging glonggongan karena pengawasan dilakukan hanya kalau mendekati hari-hari besar keagamaan saja. Hal ini dapat dilihat dari : (1) Indikator input : kinerja pengawasan Disnakkan Boyolali tergolong kurang baik karena program kegiatan pengawasan dalam pengambilan daging dan BAH baru dapat terealisasi pada RPH swasta dan di pasar; sumber daya manusia yang belum ideal, terdapatnya siswa anggaran; (2) Indikator output : kinerja pengawasan tergolong buruk karena UPT. RPH Ampel dalam realisasi pemotongan sapi potong belum mencapai target yang diberikan pemerintah daerah, pemotongan sapi tidak sesuai dengan prosedur, dalam memberikan SKKD untuk sapi-sapi yang di UPT. RPH Ampel tidak hanya diberikan pada daging kering (sapi tanpa diglonggong) namun diberikan pada daging semi (sapi diglonggong jumlah sedikit) dan daging basah (sapi diglonggong jumlah banyak), hasil uji organoleptik pada pengambilan sampel BAH yang dilakukan ternyata positif terjadi eber; (3) Indikator outcome : kinerja pengawasan Disnakkan Boyolali digolongkan buruk karena kegiatan pngawasan rutin pengambilan sempel daging di RPH belum dapat terealisasi, sosialisasi hanya dapat dilaksanakan 3 kali pada tahun 2011, dan jeratan hukum bagi orang-orang yang mengglonggong sapi tergolong sangat ringan, sehingga tidak ada efek jera.

Page 14: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRACT

SISTI SETYOWATI, D0106121, Monitoring the performance of Animal Husbandry and Fisheries Boyolali at slaughterhouses in Boyolali Year 2011/2012, Thesis, Administration Science. Social and Politic Science Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, 2012.

The purpose of this study was to determine the performance of supervision at the Department of Animal Husbandry and Fisheries (Disnakkan) Cutting Boyolali in Animal House (RPH) in Boyolali Year 2011/2012.

Types of research used in this study is the kind of qualitative descriptive study. Source of data used in this study is the source of primary data and secondary data sources. This study used the technique of determining the informant with a purposive sampling to select informants who know and can be trusted to be a source of data. Analysis of the data used to use an interactive model analysis.

The study concluded that the performance of Animal Husbandry and Fisheries (DISNAKKAN) Boyolali in the supervision of slaughterhouses tergonggong seen from the input, output and income poor. This is because many of the findings in the field either Disnakkan Boyolali, UPT, RPH RPH Ampel and pejagal or private commits an offense, which is still found in traditional meat glonggongan Boyolali area, lack of supervision on a regular basis about the circulation of meat because of the supervision carried glonggongan only when approaching the day-religious holidays only. It can be seen from: (1) Input indicators: performance monitoring Boyolali Disnakkan quite poor due to program oversight activities in flesh and making new BAH RPH can be realized in private and in the market of human resources that have not been ideal, the presence of the student budget: (2) Output indicators: monitoring the performance of relatively poor because of UPT. RPH Ampel in the realization of cuts of beef cattle has not reached the targets provided by local government, not cattle slaughtering in accordance with the procedures, in providing SKKD for cows in UPT. RPH Ampel not only given to the dried meat (beef without diglonggong) but given the semi meat (beef diglonggong small amounts) and wet meat (beef diglonggong quantities), the results of organoleptic tests on sampling conducted BAH occurred eber were positive, (3) Outcome indicators: performance monitoring Boyolali Disnakkan bad classed as routine activities taking Sempel pngawasan RPH meat can not be realized, socialization can be achieved only three times in 2011, and legal entanglement for the people who mengglonggong cows classified as very light, so no deterrent effect.

Page 15: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang

sehat dan sejahtera, mendorong adanya tuntutan akan kebutuhan pangan yang

sempurna. Pangan yang sempurna mencakup komposisi gizi yang seimbang

antara karbohidrat sebagai sumber energi, dan protein sebagai zat sumber

pertumbuhan badan. Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dengan

mengonsumsi bahan pangan dari tumbuh-tumbuhan sedang konsumsi protein

hewani diperoleh dari hewan ternak yang dipelihara dengan sehat

(mediaindonesia.com).

Kota Boyolali, sebagai sentral produksi sapi perah dan sapi potong di

Jawa Tengah memiliki potensi luar biasa dalam menyediakan kebutuhan

protein hewani. Populasi sapi potong di Kabupaten Boyolali pada akhir tahun

2009 tercatat sebanyak 88.910 ekor (Disnakan Boyolali, 2011). Sedangkan

kebutuhan protein hewani, yaitu yang berasal dari telur, ikan dan daging

unggas dan non unggas masyarakat Boyolali sebesar 6,96 gram/kapita/hari

pada tahun 2009. Produksi daging sapi di Kabupaten Boyolali dihasilkan oleh

seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali yang berjumlah 19

kecamatan. Produksi tertinggi daging sapi di Kabupaten Boyolali pada tahun

2009 masih dipegang oleh Kecamatan Ampel dengan jumlah produksi daging

sebanyak 7.304.200 kg, hal ini dikarenakan rata-rata penduduk di Kecamatan

Ampel memelihara sapi potong sehingga produksi daging di wilayah ini cukup

1

Page 16: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

banyak dan mengungguli 18 Kecamatan lainnya yang terdapat di Kabupaten

Boyolali. Sehingga besarnya populasi sapi potong di Kabupaten Boyolali

seperti diuraikan di atas merupakan potensi bagi Kabupaten boyolali untuk

menyediakan protein hewani bagi masyarakat di luar Kabupaten Boyolali

(Disnakan Boyolali, 2011).

Permintaan daging sapi sebagai sumber utama protein hewani akan

terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya

kesejahteran masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan

protein hewani juga menjadi penyebab meningkatnya permintaan daging sapi.

Namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan perkembangan populasi

sapi potong. Saat ini terdapat kecenderungan yang menunjukkan semakin

lebarnya kesenjangan antara laju permintaan dan laju penawarannya, terutama

daging sapi, permasalahan utama di dalam upaya pemenuhan kebutuhan

daging sapi nasional adalah ketidakmampuan sektor produksi domestik untuk

mengimbangi laju pertumbuhan konsumsi. Hal ini menyebabkan intensitas

pemotongan juga meningkat, oleh karena itu keberadaan Rumah Pemotongan

Hewan (RPH) sangat diperlukan, yang dalam pelaksanaannya harus dapat

menjaga kualitas, baik dari tingkat kebersihannya, kesehatannya, ataupun

kehalalan daging untuk dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut maka

pemerintah mendirikan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di berbagai daerah

seluruh Indonesia.

Keberadaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) tersebut maka

prosedur standar operasi pemotongan sapi merupakan hal pokok yang perlu di

perhatikan, seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus sesuai dalam

Page 17: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pasal 21 Undang-Undang No 6 tahun 1967 dan pasal 22 UU No 6 tahun 1967

yang menjelaskan tentang teknik cara pengawasan dan pemeriksaan ternak

ruminansia atau dalam hal ini dibidang kesmavet. Prosedur standar operasi

pemotongan sapi yang dimaksud adalah alur proses untuk memproduksi

daging sapi yang Aman, Sehat, Umum dan dan Halal (ASUH). Manual

pemotongan sapi potong berdasarkan SK Mentan Nomer 413 Tahun 1992

yakni berisi tentang petunjuk pelaksanan kesehatan masyarakat veteriner

(kesmavet). Kondisi Aman dan Sehat, dapat dilakukan dengan cara memeriksa

kesehatan sapi pada seperti prosedur teknis pemeriksaan sebagai berikut :

(Disnakkan Boyolali, 2011)

a) Ante-mortem yaitu pemeriksaan klinis oleh dokter hewan pengawas

kesmavet pada ternak sebelum disembelih; dan

b) Post-mortem yaitu pemeriksaan oleh dokter hewan atau pengawas teknis

kesmavet terhadap hasil pemotongan ternak (setelah disembelih).

Sedangkan halal atau kehalalan, adalah cara memotong sapi dengan disertai

doa dan prosedur yang sesuai dengan ketentuan agama Islam serta di sembelih

oleh seorang Muslim.

Untuk memenuhi persyaratan ASUH, proses pemotongan sapi

harus dilakukan melalui prosedur dan tahap-tahap proses yang baku (standar).

Standar dan prosedur operasi (S.O.P) pemotongan sapi yang telah ditetapkan

oleh pemerintah harus sesuai dalam pasal 21 Undang-Undang No 6 tahun

1967 dan pasal 22 UU No 6 tahun 1967 yang menjelaskan tentang teknik cara

pengawasan dan pemeriksaan ternak ruminansia atau dalam hal ini dibidang

kesmavet adalah sebagai berikut : (Disnakkan Boyolali 2011)

Page 18: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

a) Pemeriksaan kepala

1) Amati permukaan kepala dan mata.

2) Sayat dan amati perubahan empat kelenjar mandibula, paratoid, lateral

retropharyngeal.

3) Sayat dan amati perubahan otot masticory.

4) Amati perubahan melalui perabaan pada lidah.

5) Pemeriksaan dilakukan oleh seorang inpektor terlatih (keur master)

untuk mengamati perubahan.

6) Bila ada peruban keur master agar melaporekan kepada dokter hewan

kesmavet untuk pengamatan lebih lanjut atau pemeriksaan

laboratorium.

b) Pemeriksaan organ dalam (viscera) dan karkas

1) Pemeriksaan hindquarter (kaki belakang)

(a) Amati bagian belakang, palpasi storal (superficial inguinal) atau

kelenjar susu (suparmammary), kelenjar medial iliac (lymph nodes

iliacus internal).

(b) Amati perubahan ruang dalam rongga tubuh.

2) Pemeriksaan organ dalam (viscera)

(a) Amati perubahan lymph nodes cranial (depan) dan caudal

(belakang) mesenterica.

(b) Amati perubahan dan raba rasakan pada sumbangan

ruminoreticular.

(c) Amati perubahan oesophagus dan limpa.

Page 19: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

(d) Sayat dan amati kelenjar paru-paru (caudal, middle, cranial

mediastinal) dan kelenjar tracheobranchial kanan dan kiri.

(e) Amati perubahan dan raba permukaan paru-paru.

(f) Sayat jatung dari apex (atas) kebawah atau menyilang, amati

potongannya dan perubahan bagian dalam.

(g) Amati permukaan paru-paru dan jatung.

(h) Sayat dan amati perubahan kelenjar pada hati dan salurannya

(portal hepatic).

(i) Amati dan raba perubahan permukaan bawah hati dan permukaan

bagian punggung hati.

(j) Bila perubahan cukup mendasar, periksa laboratorium tetapi hati-

hati terhadap penyakit zoonosa seperti antrax stadium awal.

3) Pemeriksaan karkas

(a) Raba scrotal dan kelenjar ambing.

(b) Amati perubahan bagian lumbar (punggung).

(c) Amati dan raba perubahan pada ginjal.

(d) Amati perubahan pilar diagphragma dan peritoneum.

(e) Amati dan raba perubahan diagphragma.

(f) Amati perubahan pleura, potongan permukaan otot dan tulang serta

leher dan exterior karkas.

(g) Bila ada perubahan berarti lakukan tindakan sesuai pedoman

pemeriksaan ante mortem dan post mortem.

Page 20: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Namun saat ini, daging hewan ternak yang dipasarkan di Kabupaten

Boyolali dinilai relatif belum sepenuhnya memenuhi standar kesehatan

sebagai sumber protein hewani. Hal tersebut mungkin karena para peternak

melaksanakan pemotongan hewan sendiri tanpa dilakukan pengecekan

terhadap kesehatan dari hewan ternak yang akan dipotong. Pemotongan hewan

ternak yang sehat, higienis dan aman untuk dikonsumsi seharusnya dilakukan

di sebuah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dengan petugas-petugas yang

memang kompeten dalam bidangnya dan diawasi oleh instansi yang

berwenang. Oleh karena itu, dianggap perlu tersedianya fasilitas pemotongan

hewan ternak yang representatif.

Jadi pemerintah telah mengatur tata cara pemotongan hewan yakni

dengan mewajibkan hewan besar seperti sapi, kerbau, dan lain-lain, dipotong

di Rumah Potong Hewan (RPH). Maksud dari RPH adalah bangunan gedung

beserta sarana dan fasilitasnya yang khusus diperuntukkan melayani

pemotongan hewan. ada dua jenis RPH, yaitu RPH Umum yang melayani

pemotongan hewan besar dan kecil, serta RPH khusus yang hanya melayani

satu jenis hewan potong. RPH, di samping sebagai sarana produksi daging

juga berfungsi sebagai instansi pelayanan masyarakat yaitu untuk

menghasilkan komoditas daging yang sehat, aman dan halal (sah). Umumnya

RPH merupakan instansi Pemerintah. Namun perusahaan swasta diizinkan

mengoperasikan RPH khusus untuk kepentingan perusahaannya, asalkan

memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan dan sesuai dengan peraturan

Pemerintah yang berlaku. Pembangunan RPH harus memenuhi ketentuan atau

Page 21: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

standar lokasi, bangunan, sarana dan fasilitas teknis, sanitasi dan higiene, serta

ketentuan lain yang berlaku. Sanitasi dan higiene menjadi persyaratan vital

dalam bangunan, pengelolaan dan operasi RPH (Diknakkan Boyolali, 2011)

Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali

dalam mengatasi masalah beredarnya daging glonggongan telah melakukan

tindakan-tindakan yakni dengan mengadakan pengawasan menjelang dan saat

bulan Ramadhan. Juga tidak harus menunggu adanya pengaduan dari

masyarakat. Ditambah lagi pengawasan harus dimulai dari Rumah

Pemotongan Hewan atau Rumah Potong Hewan (RPH) baik yang dikelola

pemerintah maupun swasta hingga ke pedagang di pasar. Semua yang akan

dipotong diperiksa dengan teliti, kemudian daging dibekali surat resmi dan cap

yang menandakan daging tersebut sehat dan layak konsumsi dari RPH

(Tempo, September 2009).

Kinerja merupakan gambaran suatu keberhasilan dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab oleh organisasi atau instansi pemerintah. Kinerja

dalam menjalankan fungsinya tidak dapate berdiri sendiri, tapi berhubungan

dengan kepuasan kerja, dipengaruhi oleh keterampilan dan sifat-sifat individu.

Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus

mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui

pekerjaannya. Sehingga sumber daya manusia merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi suatu kinerja organisasi atau instansi pemerintah. Dengan

adanya kinerja dapat diketahui dampak positif dan negatif daari suatu

kebijakan operasional.

Page 22: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Namun demikian, melihat kenyataan di lapangan dapat diketahui

bahwa kinerja pengawasan di Disnakkan Kabupaten Boyolali belum

menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini dikarenakan masih ditemukannya

daging glonggongan di pasar-pasar tradisional di wilayah Boyolali, belum

adanya Undang-undang yang mengatur tentang tindakan bagi yang melanggar,

dan kurangnya pengawasan secara rutin tentang beredarnya daging

glonggongan karena pengawasan yang selama ini dilakukan hanya kalau

mendekati hari-hari besar keagamaan saja.

Berdasarkan latar belakang di atas, mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Kinerja Pengawasan Peternakan dan

Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan

di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012”. Aspek kinerja pengawasan dipilih

menjadi fokus kajian sebab diharapkan dapat mengetahui dimanakah peran

Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Boyolali sekarang ini terkait

dengan pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang ada di

Kabupaten Boyolali.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu :

”Bagaimana kinerja pengawasan pada Dinas Peternakan dan Perikanan

Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali

Tahun 2011/2012?”.

Page 23: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

Mengetahui kinerja pengawasan pada Dinas Peternakan dan Perikanan

Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali

Tahun 2011/2012.

2. Tujuan Fungsional

a. Memberikan manfaat bagi peneliti dan pembaca dalam memahami

kinerja pengawasan pada Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali

pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali Tahun

2011/2012.

b. Dapat digunakan sebagai bahan masukkan dan pertimbangan dalam

mengembangkan dan meningkatkan kinerja pengawasan Dinas

Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali.

3. Tujuan Individu

Tujuan penelitian bagi peneliti yaitu untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar sarjana sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poitik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) kabupaten

Boyolali, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk memperbaiki Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN)

Page 24: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kabupaten Boyolali dalam pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

di Kabupaten Boyolali.

2. Bagi peneliti, penelitian ini nantinya diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan peneliti dalam penyusunan tulisan yang bersifat ilmiah.

3. Bagi pihak lain (masyarakat, departemen terkait dan stake holders), hasil

penelitian ini membuat masyarakat dan pihak-pihak terkait memahami

proses pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten

Boyolali khususnya dan pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

di daerah lain pada umumnya, serta mampu memotivasi untuk

berpartisipasi dalam pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di

Kabupaten Boyolali.

Page 25: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kinerja

1. Pengertian kinerja

Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam Bahasa

Indonesia berasal dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari

bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian

kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan (www.wikipedia.com).

Kinerja merupakan salah satu aspek penting dalam organisasi.

Kinerja sering juga disebut sebagai prestasi kerja. Kinerja berasal dari kata

dalam Bahasa Inggris “performance” yang dapat diartikan sebagai

“Penampilan”, “Prestasi”, “Pertunjukkan kerja” dan “Pelaksanaan tugas”.

Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan organisasi adalah kinerja

dari organisasi itu sendiri. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh

suatu organisasi atau pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau

tingkat keberhasilan dari individu ataupun kelompok individu (organisasi).

Definisi kinerja menurut Mohamad Mahsun (2009 : 25) adalah sebagai

berikut :

”Kinerja (Performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi”.

11

Page 26: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Pendapat Otley dalam Mahmudi (2007 : 6) tentang definisi kinerja

adalah sebagai berikut:

”Kinerja mengacu pada suatu sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang telah dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan suatu konstruk yang bersifat multidimensional dan pengukurannya juga bervariasi tergantung pada kompleksitas faktor-faktor pembentuk kinerja tersebut”.

Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja

merupakan hal terkait dengan tingkat pencapaian atau hasil kerja dari

suatu kegiatan yang dilakukan baik individu maupun organisasi.

Menurut Bastian dalam Hessel Nogi Tangkilisan (2005 : 175)

mengemukakan bahwa kinerja adalah merupakan gambaran mengenai

tingkat pencapaian hasil pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam

upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut.

Senada dengan pendapat Bastian dalam Hessel Nogi tersebut,

Encyclopedia of Publik Administration and Publik Policy Tahun 2003

dalam Yeremias T. Keban (2004 : 193), juga menyebutkan kinerja dapat

memberikan gambaran tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil

ketika dibandingkan dengan pencapaian tujuan dan target yang telah

ditetapkan.

Sedangkan menurut Joko Widodo (2008 : 78) menjelaskan bahwa

kinerja adalah “melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai

dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan”. Kinerja

menurut Joko Widodo pada hakekatnya berkaitan dengan tanggung jawab

individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang

dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Page 27: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Definisi kinerja yang diungkapkan beberapa ahli ternyata berbeda-

beda, walaupun jika dilihat secara mendalam substansinya sama yaitu

tingkat pencapaian kerja atau hasil kerja dari suatu program. Lebih lanjut

dalam dalam Pedoman Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia dalam Joko

Widodo (2008 : 78-79) menyebutkan bahwa kinerja merupakan gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi.

Definisi kinerja juga dikemukakan oleh Rob Patton dalam The

International Journal of Public Sector Management, 16, 5 (2003): 359-72

(dalam www.espress.amu.edu.au/.../bi01.htm) berikut ini performance is

what those people centrally involved in and concerned about an

organisation agree, implicitly and explicitly, to be performance. Defining

performance in this way, of course, detracts from the claim that

performance measurement systems provide objective, reliable and

scientifically valid evidence about what works and what doesn’t in the

public sector. (terjemahan : kinerja adalah apa yang dipusatkan oleh

seseorang dan terkonsentrasi dalam kesepakatan organisasi, yang

ditunjukkan dalam makna yang tersirat maupun tersurat. Definisi kinerja

dalam hal ini tentu saja, diambil dari sistem ukuran kinerja yang dinilai

secara objektif, realistis, dan keilmuan yang sesuai tentang apa yang

dikerjakan dan yang tidak dikerjakan dalam sektor publik).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam

Page 28: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kegiatan atau aktivitas atau progam yang telah direncanakan sebelumnya

guna mewujudkan visi dan misi organisasi, tujuan serta sasaran yang telah

ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu

tertentu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang

mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Mahmudi

(2007 : 20) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

a. Faktor personal / individual, meliputi : pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki setiap individu;

b. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan oleh manajer atau team leader;

c. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan sesama anggota tim, kekompakan anggota tim dan keeratan anggota tim;

d. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja, infrakstruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi;

e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Yuwono, dkk. dalam Hessel Nogi Tangkilisan (2005 : 180)

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja

suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan

menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya

manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif.

Page 29: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Atmo Soeprapto dalam Hessel Nogi Tangkilisan (2005 : 181 - 182)

mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi

oleh faktor internal maupun faktor eksternal seperti berikut ini :

a. Faktor eksternal yang terdiri dari :

1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan

kekuasaan Negara yang berpengaruh pada keamanan dan

ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk

berkarya secara maksimal.

2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli

untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu system

ekonomi yang lebih besar.

3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah

masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos

kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor internal yang terdiri dari :

1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin

diproduksi oleh suatu organisasi.

2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan

dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara

keseluruhan.

Page 30: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4) Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam pola

kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

Ruky dalam Hesel Nogi Tangkilisan (2005 : 180) mengidentifi-

kasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat

pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut :

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang

digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh

organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan

semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan

ruangan, dan kebersihan.

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada

dalam organisasi yang bersangkutan.

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota

organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

imbalan, promosi, dan lain-lain.

Sedangkan Soesilo dalam Hessel Nogi Tangkilisan (2005 : 180 -

181) mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa

depan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :

a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.

b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi. c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk

bekerja dan berkarya secara optimal.

Page 31: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.

e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.

Dalam melihat bagaimana kinerja organisasi atau instansi telah

dicapai, diperlukan proses pengukuran atau evaluasi kinerja. Pengukuran

kinerja merupakan sebuah proses mengevaluasi individu-individu untuk

sampai pada keputusan-keputusan sumber daya manusia yang obyektif.

Kinerja organisasi perlu dinilai hasilnya sehingga dapat dievaluasi agar

kedepannya kinerja tersebut menjadi lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka faktor-faktor yang di indikasi

dapat mempengaruhi kinerja organisasi yang menjadi lokus dalam

penelitian ini antara lain : 1) Faktor sumber daya manusia; 2) Sarana dan

Prasarana.

3. Indikator Kinerja

Penilaian kinerja merupakan upaya untuk memperbaiki kinerja

agar lebih terarah dan sistematis. Maka dari itu dalam penilaian kinerja

perlu adanya indikator kinerja yang memudahkan dalam menilai tingkat

ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi yang juga harus selaras dengan

visi dan misi. Menurut Bastian dalam Hessel (2005:175) menetapkan

indikator kinerja organisasi sebagai berikut :

a. Indikator masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang

meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.

Page 32: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Indikator keluaran (outputs), adalah segala sesuatu yang diharapkan

langsung dicapai dari suatu kegiatan yang bersifat fisik ataupun

nonfisik.

c. Indikator hasil (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

d. Indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan

akhir dari pelaksanaan kegiatan.

e. Indikator dampak (impacts), adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik

positif maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator berdasarkan

asumsi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menpan No. 29/KEP/M.PAN/2/2010

tentang Panduan Penyusunan Penetapan Pengawasan dalam Kinerja

Instansi Pemerintah dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, disebutkan bahwa dalam hal pengukuran kinerja instansi

pemerintahan, haruslah ditetapkan terlebih dahulu tentang indikator-

indikator pengawasannya. Indikator pengawasan pada Instansi Pemerintah

adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja

pengawasan, kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke dalam

kelompok:

1. Indikator masukan (Input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran

misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan

sebagainya.

Page 33: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2. Indikator keluaran (Output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung

dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau nonfisik.

3. Indikator hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah.

Menurut Agus Dwiyanto, dkk. (2006 : 50 - 51) pengertian kinerja

organisasi secara lengkap dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi

juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami

sebagai rasio antara input dengan output. Produktivitas kerja dapat

diartikan sebagai sikap dan perilaku pegawai dalam birokrasi terhadap

peraturan-peraturan dan standar-standar yang sudah ditetapkan oleh

birokrasi. Secara umum produktivitas diartikan sebagai ukuran yang

menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah untuk menghasilkan

keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat. (Ratminto dan Atik Septi

Winarsih, 2005 : 174). Sedangkan menurut Agus Dwiyanto (2002:50):

“ Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, namun juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output. Konsep produktivitas diperluas pada seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.”

Produktivitas juga diartikan sebagai hasil dari efisiensi

pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran. Jadi agar kita

dapat mengidentifikasi produktivitas terlebih dahulu harus mengetahui

apa yang ingin dicapai suatu organisasi. Hal ini berkenaan dengan

Page 34: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

konsep efektivitas. Perolehan dalam bentuk hasil merupakan titik pusat

yang sangat penting dalam konsep produktivitas, sebab tanpa hasil

yang dicapai tersebut produktivitas akan dinilai nihil.

Produktivitas Dinas Peternakan dan Perikanan pada Rumah

Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012

adalah kemampuan kinerja pengawasan Dinas Peternakan dan

Perikanan dalam usaha pencapaian hasil yang telah ditetapkan.

Produktivitas Dinas Peternakan dan Perikanan dapat berupa penca-

paian target yang telah ditetapkan berdasarkan permintaan masyarakat.

Produktivitas di Dinas Peternakan dan Perikanan dilakukan melalui

cara membandingkan target yang ditetapkan oleh Dinas Peternakan

dan Perikanan yaitu memberikan pelayanan pada Rumah Pemotongan

Hewan dalam menyediakan dan melakukan pemotongan hewan,

mendistribusikan dan mengawasi atas ketersediaan daging di pasaran.

b. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin

penting dalam menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak

pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul

karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang

diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan

masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja

organisasi publik. Menurut Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono

(1996:4) mengatakan kualitas pelayanan merupakan kondisi dinamis

yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan

Page 35: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dari pengertian

tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pelayanan dipengaruhi oleh

alam.

Kualitas pelayanan juga dapat diukur dari perspektif pelanggan.

Yaitu tingkat kepuasaan dan kesesuaian antara harapan pelanggan

dengan pelayanan yang diperoleh. Tolak ukur dari kualitas ini adalah

tergantung pada pelanggan. Apakah telah sesuai dengan apa yang

diharapkan pelanggan dan menimbulkan kepuasan.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,

serta mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat

responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan

kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena

responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi

publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah

ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan

kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan

organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi organisasi

publik. Menurut Hessel Nogi (2005 : 222) responsivitas berkaitan

dengan kecepatan tanggapan yang dilakuka oleh aparatur atau petugas

Page 36: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

terhadap kebutuhan pengguna jasa, yang dalam hal ini adalah

masyarakat yang membutuhkan pelayanan sebagaimana diatur dalam

perundangan yang berlaku.

Joko widodo (2008 : 69) mengemukakan bahwa nilai

responsivitas, berkaitan dengan daya tanggap dan menanggapi apa

yang menjadi keluhan, masalah, dan aspirasi publik. Birokrasi publik

yang baik adalah birokrasi yang responsif (mempunyai daya tanggap

yang tinggi dan cepat menanggapi) terhadap apa yang menjadi

keluhan, masalah, aspirasi publik. Responsivitas merupakan

pertanggungjawaban dari sisi yang menerima pelayanan (masyarakat).

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan

organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip

administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik

yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja

pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas. Responsibilitas

banyak digunakan dalam menilai kinerja organisasi publik.

Responsibilitas menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005 :

174) merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat

kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum atau

peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk bisa

melaksanakan penilaian terhadap apa yang menjadi sikap, perilaku dan

sepak terjang birokrasi publik, maka harus memiliki standart penilaian

tersendiri yang sifatnya administratif atau teknis, bukan politis.

Page 37: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan

dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang

dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik

tersebut karena dipilih oleh rakyat dengan sendirinya akan selalu

merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep

akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar

kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan

kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya

bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi

publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya

harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang

berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki

akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai

dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Menurut Mahmudi (2007: 10 – 85) pengukuran atau indikator

kinerja sektor publik meliputi sebagai berikut:

a. Ekonomi

Ekonomi terkait dengan konversian input primer berupa sumber daya

keuangan (uang / kas) menjadi input sekunder berupa tenaga kerja,

bahan, infrastruktur dan barang modal yang dikonsumsi untuk kegiatan

opersi organisasi. Jadi ekonomi berfokus pada input. Konsep ekonomi

sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input.

Ekonomi merupakan konsep yang sifatnya relatif. Relativitas konsep

Page 38: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

ekonomi tersebut bisa disebabkan karena faktor lokasi dan waktu.

Secara matematis, ekonomi merupakan perbandingan antara input

dengan nilai rupiah untuk memperoleh input tersebut. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 mengenai hubungan arti

ekonomi di bawah ini :

Gambar 4.1

Hubungan Ekonomi

)(RpHARGAINPUTINPUTEkonomi =

Sumber: Mahmudi, 2007: 82.

b. Efisiensi

Efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barangatau

pelayanan yag dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk

menghasilkan output tersebut. Secara sistematis, efisiensi merupakan

perbandingan antara output dengan input atau dengan istilah lain

output per unit input. Jadi efisiensi berfokus pada output atau proses.

Suatu organisasi, program atau kegiatan dikatakan efisien apabila

mampu menghasilkan output sebesar-besarnya, atau dengan input

tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (speding well).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2 mengenai

hubungan arti efisiensi di bawah ini :

Gambar 4.2 Hubungan Efisiensi

INPUTOUTCOMEEfisiensi =

Sumber: Mahmudi, 2007: 83.

Page 39: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

c. Efektivitas

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin

besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka

semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Efektivitas berfokus

pada outcome (hasil). Program, atau kegiatan yang dinilai efektif

apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang

diharapkan atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar 4.3 mengenai hubungan arti efektivitas di bawah

ini :

Gambar 4.3 Hubungan Efektivitas

OUTPUTOUTCOMEsEfektivita =

Sumber: Mahmudi, 2007: 84.

d. Akuntabilitas program (program accountability)

Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan

yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah organisasi telah

mempertimbangkan alternatif program yang diberikan hasil yang

optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga publik harus

mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sa,pai pada

pelaksanaan program. Akuntabilitas program adalah sebuah program-

program yang bermutu mendukung strategi dan pencapaian misi, visi

dan tujuan organisasi (Mahmudi, 2007: 10-11).

Page 40: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Selain itu Zeithaml, Parasuraman & Berry dalam Ratminto dan Atik

Septi Winarsih (2010 :175 -176) juga mengungkapkan beberapa indikator

kinerja, yaitu : tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy.

a. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung,

peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers.

b. Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan

pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

c. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong

customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

d. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja

dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada

customers.

e. Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh

provider kepada costumers.

Menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2010 : 179-182) indikator

kinerja dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu indikator kinerja yang

berorientasi pada proses dan indikator kinerja yang berorientasi pada hasil.

Indikator-indikator tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Ukuran yang berorientasi pada hasil:

1) Efektivitas

Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu

dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupu misi organisasi.

Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus juga mengacu pada visi

organisasi.

Page 41: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2) Produktivitas

Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh

masyarakat.

3) Efisiensi

Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan.

Idealnya Pemerintah Daerah harus dapat menyelenggarakan suatu jenis

pelayanan tertentu dengan masukan (biaya dan waktu) yang sesedikit

mungkin. Dengan demikian, kinerja Pemerintah Daerah akan menjadi

semakin tinggi apabila tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat

dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan biaya yang

semurah-murahnya.

4) Kepuasan

Kepuasan, artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat memenuhi

kebutuhan karyawan dan masyarakat.

5) Keadilan

Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan dan

pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus diusahakan

seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara

adil.

b. Ukuran yang berorientasi pada proses

1) Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan provider untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,

serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan

Page 42: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap

harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.

2) Responsibilitas

Responsibilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar

tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan

hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.

3) Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat

kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan ukuran-

ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stake

holders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.

4) Keadaptasian

Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap

organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungannya.

5) Kelangsungan hidup

Kelangsungan hidup artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah atau

program pelayanan dapat menunjukkan kemampuan untuk terus

berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah

atau program lain.

6) Keterbukaan / transparansi

Transparansi adalah bahwa prosedur / tata cara, penyelenggaraan

pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan

umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan

dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

Page 43: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

7) Empati

Empati adalah perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau

penyelenggara jasa pelayanan atau providers terhadap isu-isu aktual

yang sedang berkembang di masyarakat.

Dari berbagai indikator yang telah dikemukakan diatas, peneliti dalam

penelitian ini akan menggunakan indikator berdasarkan Surat Keputusan

Menpan No. 29/KEP/M.PAN/2/2010 tentang Panduan Penyusunan Penetapan

Pengawasan dalam Kinerja Instansi Pemerintah dan Pelaporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah,antara lain, yaitu:

a. Indikator masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang

meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.

b. Indikator keluaran (outputs), adalah segala sesuatu yang diharapkan

langsung dicapai dari suatu kegiatan yang bersifat fisik ataupun nonfisik.

c. Indikator hasil (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

B. Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Masalah yang sering dihadapi dalam organisasi adalah tidak

terselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian,

suatu anggaran yang berlebihan dan kegiatan-kegiatan yang menyimpang

dari rencana. Untuk menjamin agar suatu pekerjaan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan diperlukan adanya suatu kegiatan yang disebut

Page 44: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pengawasan. Seperti dikemukakan oleh Djati Julitriarsa dan John

Suprihantoro (1998: 101) yang menyatakan bahwa :

Pengawasan adalah tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan, untuk demikian dilakukan perbaikan dan mencegah terulangnya kembali kesalahan-kesalahan itu, begitu pula menjaga agar pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan.

Adanya suatu pengawasan maka akan mencegah atau mengurangi

berbagai penyimpangan dan kesalahan dalam melaksanakan tugas dalam

mencapai tujuan organisasi. Manullang (1998: 180) mendefinisikan

pengawasan sebagai berikut: “Pengawasan sebagai suatu proses untuk

menetapkan pekerjaan-pekerjaan yang sudah dilaksanakan menilainya dan

mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan

sesuai dengan rencana semula”.

Handoko (1998: 359) mengemukakan pengawasan adalah “Proses

untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai”.

Robert Mokler yang dikutip oleh Handoko (1998: 360), mendefinisikan

penagwasan sebagai berikut:

Pengawasan manajemen adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanana, merancang sistem informasi umpan balik membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pengawasan merupakan suatu proses kegiatan yang umumnya dilakukan

oleh pimpinan dan merupakan salah satu fungsi manajemen untuk

Page 45: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

mengetahui apakah kegiatan-kegiatan yang ada dalam tanggung jawabnya

sudah sesuai segenap kegiatan manajemen menjadi dinamis serta berhasil

secara efektif dan efisien. Jadi pengawasan bukan mencari siapa yang

salah tetapi apa yang salah dan bagaimana membetulkannya.

2. Prinsip-prinsip Pengawasan

Pengawasan terdiri dari beberapa kegiatan untuk membuat agar

segala penyelenggaraan kegiatan yang menjadi kewajiban dan tanggung

jawab dapat berlangsung dan berhasil sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Djati Julitriarsa dan John Suprihantoro (1998: 104)

mengetakan bahwa prinsip-prinsip dasar dalam pengawasan adalah

sebagai berikut:

a. Adanya rencana tertentu dalam pengawasan. Dengan adanya rencana

yang matang akan merupakan standar/alat pengukur terhadap berhasil

tidaknya pengawasan.

b. Adanya pemberian instruksi atau perintah serta wewenang kepada

bawahan.

c. Dapat merefleksikan berbagai sifat dan kebutuhan dari berbagai

kegiatan yang diawasi. Sebab masing-masing kegiatan seperti

produksi, pemasaran, keuangan, dan sebagainya, memerlukan sistem

pengawasan tertentu sesuai dengan bidangnya.

d. Dapat segera dilaporkan adanya berbagai bentuk penyimpangan.

e. Pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis.

f. Dapat merefleksikan pola organisasi. Misal setiap kegiatan karyawan

harus tergambar dalam strutur organisasi dalam jumlah tertentu apabila

Page 46: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

terjadi penyimpangan, sehingga apabila penyimpangannya melebihi

standar, disebut tidak wajar lagi.

g. Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif, yakni segera

mengetahui apa yang salah, dimana terjadinya kesalahan tersebut serta

siapa yang bertanggung jawab.

Handayaningrat (1996: 149) mengatakan bahwa prinsip

pengawasan meliputi:

a. Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi,

b. Pengawasan harus objektif, jujur mendahulukan kepentingan umum

daripada kepentingan pribadi.

c. Pengawasan berorientasi pada kebenaran menuntut pranata – pranata

yang berlaku, berorientasi pada kebenaran-kebenaran prosedur yang

telah ditetapkan (rechmistigherd) berorientasi terhadap tujuan

(manfaat) dan pelaksanana pekerjaan (doelmatighed).

d. Pengawasan harus menjamin daya guna hasil pekerjaan,

e. Pengawasan harus bersifat terus menerus (continue)

f. Hasil pengawasan harus memberikan umpan balik (feed back)

perbaikan dan penyempurnaan dalam pekerjaan, perencanaan dan

kebijaksanaan waktu yang akan datang.

Adanya prinsip-prinsip pengawasan tersebut diharapkan pimpinan

dalam mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dapat

berjalan dengan efektif. Untuk itu hendaknya pengawas memahami sistem

pengawasan yang dianut dalam organisasinya.

Page 47: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Untuk menjamin agar pelaksanaan pengawasan dapat berjalan

dengan efektif maka dalam melaksanakan pengawasan perlu memperhati-

kan beberapa prinsip tersebt di atas. Pelaksanaan pengawasan harus sesuai

dengan kebutuhan-kebutuhan yang berlaku, tidak dipengaruhi oleh

kepentingan pribadi pengawas atau dengan kata lain pengawasan yang

dilakukan harus benar-benar obyektif dan berlandaskan pada tujuan

organisasi.

3. Pentingnya Pengawasan

Di dalam suatu organisasi, kegiatan pengawasan mutlak diperlukan

karena pimpinan memerlukan keyakinan bahwa dengan adanya kegiatan

pengawasan pelaksanaan pekerjaan karyawan akan sesuai rendana yang

diharapkan. Alex Nitisemito (1996: 111) menyatakan: “Pengawasan yang

baik mutlak diperlukan bagi setiap perusahaan atau instansi yang

menginginkan tercapainya tujuan secara efektif dan efisien”.

Winardi (2002: 395) mengutip pendapat Terry mengemukakan

perlunya dilakukan pengawasan sebagai berikut: “Adalah wajar apabila

terdapat adanya kekeliruan-kekeliruan tersebut, kegagalan-kegagalan dan

tidak efektif sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak

diinginkan daripada tujuan yang dicapai, maka oleh karenanya fungsi

pengawasan perlu dilaksanakan.

Fungsi pengawasan perlu dilakukan karena terdapat kemungkinan

adanya penyimpangan yang dilakukan para pegawai seperti pendapat yang

dikemukakan oleh Djati Julitriarsa dan J. Suprihanto (1998: 101) bahwa:

Page 48: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Apabila pengawasan ini tidak dilakukan, kemungkinan kesalahan-

kesalahan akan terus berlangsung dan semakin membengkak. Sehingga

tiba-tiba kesalahan tersebut sangat berat dan sulit diatasi. Dengan

demikian bukan hanya tujuan yang tidak tercapai namun kemungkinan

dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa

apabila pengawasan tidak dilakukan dengan baik, maka kemungkinan

rencana, kebijaksanaan dan perintah pimpinan tidak dilaksanakan

sebagaimana seharusnya.

4. Jenis-jenis Pengawasan

Pengawasan dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung

dari sudut pandang mana pengawasan tersebut ditinjau. Menurut Djati

Julitriarsa (1998: 106) pengAwasan ditinjau dari sistem pengawasannya

ada empat (4) macam, diantaranya :

a. Inspektif, yakni melakukan pemeriksaan setempat (on the spot), guna

mengetahui sendiri keadaan yang sebenarnya.

b. Komparatif, yakni membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan

rencana yang ada.

c. Verifikatif, yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh staff, terutama

dalam bidang keuangan dan atau material.

d. Investigatif, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengetahui atau

membongkar terjadinya penyelewengan-penyelewengan yang

tersembunyi.

Page 49: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Hani Handoko (1992: 361) menyatakan bahwa: “Ada tiga tipe

dasar pengawasan”, yaitu:

a. Pengawasan pendahuluan,

b. Pengawasan concurent

c. Pengawasan umpaN balik

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengawasan pendahuluan (steering controls)

Pengawasan pendahuluan adalah pengawasan yang bertujuan untuk

mengantisipasi masalah atau penyimpangan dari suatu standar atau

tujuan, sehingga dengan cepat dapat segera dikoreksi sebelum suatu

kegiatan diselesaikan. Pengawasan ini termasuk dalam pengawasan

preventif karena dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan.

b. Pengawasan concurent (screening control)

Pengawasan concurent yaitu pengawasan yang dilakukan bersamaan

dengan pelaksanaan kegiatan, sehingga memerlukan suatu prosedur

yang harus dipenuhi sebelum kegiatan dilanjutkan.

c. Pengawasan umpan balik (feed back control)

Pengawasan umpan balik adalah pengawasan yang bertujuan untuk

mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pengawasan

itu dilakukan pada saat kegiatan belum berlangsung, pada saat

berlangsungnya kegiatan dan pada akhir kegiatan dengan melihat

hasilnya.

Page 50: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

5. Pengawasan Melekat

Selain beberapa jenis pengawasan yang telah ada, untuk sekarang

ini digalakkan adanya pengawasan melekat (waskat). Pengawasan melekat

adalah pengawasan yang dilakukan oleh seorang pimpinan atau atasan

dalam mengawasi dan mengendalikan bawahannya secara langsung

terhadap pelaksanaan tugasnya sehingga sesuai dengan rencana dan

peraturan yang berlaku.

Pramono H (1990: 5) berpendapat: Pengawasan oleh pimpinan

sendiri (melekat), pengawasan ini dilakukan dari atasan atau pimpinan

secara berjenjang. Pengasan ini dinamakan pengawasan melekat karena

setiap saat dapat dilakukan dengan mencegah sedini mungkin

penyelewengan, penyimpangan, pemberian petunjuk pengarahan akan hal-

hal yang dianggap menyimpang.

Hadari Nawawi (1993: 8), juga berpendapat: Pengawasan melekat

merupakan proses pemantauan, memeriksa dan mengevaluasi yang

dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna oleh pimpinan unit

organisasi kerja terhadap sumber-sumber kerja untuk diperbaiki atau

disarankan oleh pimpinan yang berwenang pada jenjang yang lebih baik

demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas kiranya diungkapkan bahwa

pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan

secara langsung dan dilakukan oleh pimpinan secara langsung dan

dilakukan setiap saat pada jam kerja.

Perlunya pengawasan melekat ini adalah untuk mencegah sedini

mungkin kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan oleh bawahan baik sengaja

Page 51: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

maupun tidak, dengan diketahuinya kekeliruan tersebut maka akan dapat

menunjang tercapainya baik efisiensi waktu, bahan maupun biaya

operasional.

Beberapa pendapat di atas dapat dilihat betapa besar peran

pimpinan dalam melakukan pengawasan melekat. Dapat disimpulkan

bahwa kegiatan pengawasan melekat pada jabatan pimpinan untuk

menilai, mengevaluasi pelaksanaan kerja dari bawahan, sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan, dan jika terjadi penyimpangan maka

pimpinan dapat segera melakukan pembetulan dan pengarahan, yang pada

akhirnya kegiatan dapat mencapai tujuannya.

Berdasarkan uraian tentang pengawasan, baik pengawasan yang

biasa maupun pengawasan melekat, maka dapat dibedakan antara

keduanya, yaitu:

a. Pengawasan biasa dilakukan secara periodik, sedangkan pengawasan

melekat dilakukan setiap saat.

b. Ditinjau dari pelaksanaannya, pengawasan biasa dilakukan oleh tim

pengawas tersendiri, sedangkan pengawasan melekat dilakukan oleh

pimpinan yang bersangkutan.

c. Meskipun obyek pengawasannya sama, yaitu terhadap hasil kerja dan

prosesnya, namun frekuensi pelaksanaan pengawasan biasa lebih

sedikit dibanding dengan pengawasan melekat.

Page 52: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

C. Kinerja Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN)

Kabupaten Boyolali

Kinerja pengawasan adalah suatu gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan yang

apabila terdapat kesalahan atau kegagalan maka terdapat proses perbaikan dan

mencegah terulangnya kembali kesalahan tersebut, dilakukan koreksi untuk

menjaga agar pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan.

Selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi

pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk

dilakukan secara obyektif. Pengukuran kinerja suatu instansi dalam suatu

pengawasan, tidak hanya ditekankan kepada kemampuan instansi tersebut

dalam menyerap anggaran, namun ketepatan dalam menjalankan tugas sesuai

dengan yang direncanakan. Karena dengan adanya pengawasan instansi akan

memperkecil kesalahan agar sesuai rencana awal. Jadi kinerja pengawas

diartikan sebagai unjuk kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh pengawas

yang tercermin dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, kreativitas dan

aktivitasnya dalam proses kepengawasan, komitmen dalam melaksanakan

tugas. 

Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau outcome (hasil)

suatu instansi pemerintah dalam suatu pengawasan, maka seluruh aktivitas

instansi tersebut harus dapat diukur, dan pengukuran tersebut tidak semata-

mata kepada input (masukan) dari program akan tetapi lebih ditekankan

kepada output (keluaran).

Page 53: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Indikator pengawasan pada Instansi Pemerintah adalah ukuran

kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu

kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja pengawasan, kegiatan yang

akan ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok:

4. Indikator masukan (Input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran

misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan

sebagainya.

5. Indikator keluaran (Output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung

dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau nonfisik.

6. Indikator hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah.

Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat

mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Daiam

hubungan ini, penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses

identifikasi, pengembangan, seleksi dan konsultasi tentang indikator kinerja

atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan dan program-program

instansi. Penetapan indikator kinerja kegiatan harus didasarkan pada perkiraan

yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta

data pendukung yang harus diorganisasi.

Tujuan merupakan merupakan penjabaran atau implementasi dari

pernyataan misi, juga merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan

dalam jangka waktu tertentu. Yang menjadi salah satu tujuan Dinas

Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali adalah

Page 54: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

peningkatan pelayanan peternakan perikanan, kesehatan hewan dan

perlindungan masyarakat veteriner. Cara untuk mencapai tujuan yakni dengan

membuat kebijakan terlebih dahulu, kedua dengan membuat program

pembangunan peternakan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan

yang ketiga menetapkan kegiatan-kegiatan yang merupakan penjabaran dari

program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja dimaksud hendaknya memenuhi beberapa syarat

antara lain :

1. Konsistensi

Indikator kinerja yang dikembangkan harus memenuhi prinsip konsistensi,

yaitu indikator tersebut harus konsisten anta waktu dan juga konsisten

antarunit. Apabila tidak konsisten akan menyebabkan indikator tersebut

tidak dapat diandalakan dan akibatnya gambaran kinerja yang dihasilkan

bias dan menyesatkan dalam pengambilan keputusaan.

2. Dapat dibandingkan

Syarat keterbandingan dalam indikator kinerja sangat penting karena

pengukuran kinerja tidak bersifat mutlak akan tetapi relatif terhadap waktu

atau terhadap unit kerja lain.

3. Jelas

Indikator kinerja harus jelas dan sederhana agar mudah dipahami, jika

tidak menyulitkan dalam implementasi.

4. Dapat dikontrol

Indikator kinerja yang dikembangkan harus dapat digunakan oleh

manajemen untuk alat pengedalian.

Page 55: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

5. Kontinjensi (Contingency)

Indikator kinerja yang dikembangkan harus dapat mengikuti berbagai

perubahan lingkungan yang mungkin terjadi, sehingga indikator kinerja

harus luwes, fleksibel , tidak bersifat mutlak dan kaku.

6. Komprehensif

Indikator kinerja harus komprehensif dan dapat merefleksikan semua

aspek yang akan diukur, termasuk aspek perilaku. Jika tidak, makan

indikator kinerja hanya mampu mengukur kinerja secara parsial dan tidak

mampu merefleksikan semua aspek yang diukur.

7. Fokus

Indikator kinerja harus berfokus pada sesuatu yang diukur yakni dengan

cara membuat indikator kinerja kunci (Key Performance Indicator).

8. Relevan

Indikator kinerja harus relevan dengan sesuatu yang diukur yakni harus

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. Jika tidak, akan menyebabkan

manajemen kesulitan untuk berkonsentrasi pada kinerja yang

membutuhkan prioritas.

9. Realistis

Indikator kinerja harus bersifat realistis tidak bersifat utopis. Jika tidak

maka tujuan organisasi tidak akan tercapai.

Page 56: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

D. KERANGKA BERPIKIR

Penelitian ini dilatarbelakangi atau diawali oleh ketertarikan peneliti dalam

menemukan masalah yang ada di lapangan dalam kegiatan pengawasan yakni

ditemukannya ditemukannya daging yang tidak memenuhi standar kesehatan di

pasar-pasar tradisional wilayah Kabupaten Boyolali.

Dengan adanya masalah tersebut, Dinas Peternakan dan Perikanan

(DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali sebagai instansi pemerintah yang bertugas

mengawasi atau mengontrol kegiatan yang berkenaan dengan masalah di lingkup

peternakan, perikanan dan kesehatan masyarakat veteriner melakukan evaluasi

pelaksanaan pengawasan di Rumah Pemotongan Hewan Negeri Kabupaten

Boyolali baik di Rumah Pemotongan Hewan Negeri atau UPT. RPH Ampel

maupun Rumah Pemotongan Hewan Swasta atau pejagal.

Kajian tentang kinerja pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan pada

Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali ini diarahkan untuk

mengukur kinerja pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali, peneliti

menggunakan 3 (tiga) indikator kinerja dalam pengawasan, adalah: 1) Masukan

(input), 2) Keluaran (output), dan 3) Hasil (outcome).

Perumusan output/outcome ini merupakan hal penting, tetapi ada

perumusan lain yang juga penting berupa perumusan indikator kinerja program/

kegiatan. Rumusan indikator kinerja pengawasan ini menggambarkan tanda-tanda

keberhasilan program/kegiatan pengawasan yang telah dilaksanakan beserta

outcome/output yang dihasilkan. Indikator inilah yang akan digunakan sebagai

alat ukur setelah berakhirnya program/kegiatan pengawasan, berhasil atau tidak.

Page 57: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Indikator kinerja pengawasan yang digunakan baik pada tingkat program atau

kegiatan dalam penerapan PBK dapat dibagi dalam:

1. Input indicator yang dimaksudkan untuk melaporkan jumlah sumber daya

yang digunakan untuk menjalankan suatu kegiatan atau program;

2. Output indicator, dimaksudkan melaporkan unit barang/jasa yang dihasilkan

suatu kegiatan atau program.

3. Outcome/effectiveness indicator, dimaksudkan untuk melaporkan hasil

termasuk kualitas pelayanan).

Dengan diketahuinya indikator input, output, dan outcome tersebut maka

didapatkan kinerja yang ideal yaitu terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu

dan terjangkau.

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Masalah yang di lapangan pada kegiatan Pengawasan Disnakkan Boyolali pada RPH Kabupaten Boyolali :

Banyak ditemukannya daging yang tidak memenuhi standar kesehatan di pasaran

Evaluasi Dinas Peternakan dan Perikanan di Kabupaten Boyolali: a) Indikator Masukan (input) b) Indikator Keluaran (output) c) Indikator Hasil (outcome)

Terpenuhinya kecukupan pangan yang aman dan sehat

Page 58: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif deskriptif. Beni Ahmad Saebani (2008 : 122) penelitian

kualitatif yaitu: ”Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk

meneliti kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci,

pengumpulan datanya dengan triangulasi dengan analisis data bersifat induktif

dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada makna”.

Kemudian Beni Ahmad Saebani (2008 : 90) menambahkan

pengertiannya tentang penelitian deskriptif kualitatif yaitu: “Penelitian

deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang dipergunakan untuk

menggambarkan berbagai gejala dan fakta yang terdapat dalam kehidupan

sosial secara mendalam. Metode ini bertujuan melukiskan dan memahami

model kebudayaan masyarakat secara fenomenologis dan apa adanya dalam

konteks suatu kesatuan yang integral.”

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang berusaha

menggambarkan secara jelas mengenai suatu keadaan dari objek penelitian.

Maka dari itu penelitian ini dikatagorikan sebagai penelitian deskriptif

kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat

fenomena yang terjadi secara sistematis aktual dan akurat sesuai fakta yang

diperoleh dari pengumpulan data, serta menjelaskan dan menganalisa data

tersebut secara obyektif mengenai keadaan kinerja Dinas Peternakan dan

44

Page 59: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Perikanan Kabupaten Boyolali dalam menangani kasus pengglonggongan sapi

potong di kabupaten Boyolali.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi pada lingkungan kinerja pengawasan

Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali, dengan

pertimbangan bahwa Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN)

Kabupaten Boyolali yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi Rumah

Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali. Lokasinya kedua, peneliti

mengambil lokasi UPT. RPH Ampel, ini diambil berdasarkan pertimbangan

bahwa RPH tersebut adalah satu-satunya RPH yang dimiliki pemerintah

daerah Kabupaten Boyolali. Lokasi ketiga, RPH swasta atau pejagal di

Kecamatan Ampel dipilih peneliti karena di Kecamatan Ampel merupakan

sentral produksi daging sapi potong di Kabupaten Boyolali. Dan lokasi

keempat yaitu konsumen yang berada di wilayah Kabupaten Boyolali.

C. Sumber Data

Data adalah keterangan-keterangan tentang suatu fakta. Menurut

Taliziduhu Ndraha (1981 : 79) data kualitatif adalah data yang pada umumnya

sulit diukur atau menunjukkan kualitas tertentu. Kemudian Mc. Leod dalam

Husein Umar (2004 ; 63) mengatakan bahwa data dari sudut pandang ilmu

system informasi adalah fakta dan angka yang relatif belum dapat

dimanfaatkan bagi pemakai, oleh karena itu data harus ditranformasikan atau

diolah terlebih dahulu agar lebih bermanfaat untuk menyusun informasi.

Page 60: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data

yang diperoleh secara langsung oleh peneliti melalui pengamatan, wawancara

dan observasi langsung. Dari sumber data primer akan diperoleh data primer.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara terhadap

Kepala dan pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN)

Kabupaten Boyolali; UPT. RPH Ampel dan beberapa pejagal atau RPH

swasta di kecamatan Ampel serta masyarakat atau konsumen di sekitar

lingkungan kabupaten boyolali yang dijadikan informan.

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak

langsung atau didapat melalui sumber lain seperti telaah literatur,

dokumentasi, maupun penelitian yang terdahulu. Dari sumber data sekuder

akan diperoleh data sekunder / pendukung. Pada penelitian ini sumber data

sekunder adalah telaah literatur dan telaah dokumen yang ada pada Dinas

Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali dan pada

UPT. RPH Ampel.

D. Teknik Penentu Informan

Teknik penentuan informan merupakan salah satu cara peneliti dalam

menentukan sampel penelitian untuk mendapatkan informasi atau data yang

dibutuhkan dan tepat. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik penentuan

informan yaitu “Purposive Sampling”. Menurut Beni Achmad Saebani (2008

: 126) mengemukakan bahwa:

Page 61: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

“Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu, memilih sampel yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal” Pengumpulan data primer dalam penelitian ini bersumber dari

informan, yaitu orang (narasumber) yang diasumsikan mengetahui segala hal

terkait dengan permasalahan penelitian. informan dalam penelitian ini adalah

1. Disnakkan Boyolali meliputi Ir. Darsono, M.M selaku Kepala

Disnakkan; Drh. Afiany Firdania selaku Kepala seksi bidang

Kesmavet; Drh. Fitria, Drh. Trijoko Budi Jatmiko, Drh. Diah Ayu

selaku staf bidang kesmavet; dan Sujiyoto, AM.d selaku staf Kasubag

Keuangan.

2. UPT. RPH Ampel meliputi Ir. Joko Sularso selaku Kepala UPT. RPH;

Erwan Agustanto, AM.d selaku Kasubag TU; Eko Purnomo, AM.d

selaku Petugas Keur Master; dan Drh. Aryo Pramono selaku Dokter

Hewan UPT RPH.

3. RPH swasta atau pejagal meliputi Hj. Harjani, Sri Hartatik, Widodo,

Jatmiko, Darmo dan Bejo.

4. Konsumen meliputi Fitri, Dwi dan Marlina.

Informan diatas merupakan narasumber yang dianggap mampu

memberikan informasi yang valid terkait kinerja pengawasan Disnakkan

Boyolali pada RPH di Kabupaten Boyolali.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti dalam mencari dan

mengumpulkan informasi (data) yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan tiga cara, yaitu :

Page 62: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

1. Wawancara

Wawancara menurut Beni Achmad Saebani (2008:190–191) adalah

cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi

sosial antara peneliti dengan informan. Wawancara merupakan sumber

bukti yang esensial dalam penelitian ini. Dari wawancara ini disamping

melihat opini mereka mengenai peristiwa yang terjadi, juga dapat

digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya. Wawancara dilakukan

terhadap responden yang dapat memberikan informasi dan keterangan-

keterangan penting yang berkaitan dengan penelitian. Wawancara jenis ini

bersifat lentur, terbuka, berstruktur dengan pertanyaan yang semakin

terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi

2. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan pengamatan

dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap objek penelitian.

Teknik observasi sangat bermanfaat untuk mencari data yang tidak dapat

ditemukan dalam wawancara ataupun telaah dokumen. Dengan observasi

maka peneliti akan memperoleh pengalaman langsung terkait data yang

akan dicari dan peneliti akan memperoleh kesan-kesan pribadi serta

suasana nyata objek penelitian. Teknik pengumpulan data dengan

observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,

proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak

terlalau besar.

Page 63: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

3. Studi kepustakaan

Peneliti mencari data penelitian dengan cara mencari data-data,

referensi-referensi, dokumen-dokumen, literatur-literatur, dan buku-buku

sebagai acuan dalam penelitian.

F. Validitas Data

Ulber Silalahi (2009 : 244) mengemukakan bahwa validitas adalah

seberapa besar kesahihan, ketepatan, kecermatan instrumen pengukur mampu

mengukur objek yang akan diukur dan mampu mengungkapkan data tentang

karakteristik gejala yang diteliti secara tepat. Sedangkan HB. Sutopo (2002)

menjelaskan validitas bahwa data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan

dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan

kebenarannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan

cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolenya. Cara

pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan tepat

untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitiannya. Ketepatan

data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih sumber data dan

teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas

datanya.

Dalam penelitian kualitatif model validitas data yang sering digunakan

adalah model triangulasi. Ada empat macam triangulasi dalam penentuan

validitas data, yaitu :

Page 64: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

1. Trangulasi metode

Triangulasi metode adalah teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan

data sejenis, tetapi dengan menggunakan metode pengumpulan data yang

berbeda.

2. Trangulasi peneliti

Hasil penelitian baik data ataupun kesimpulan mengenai bagian tertentu

atau kesimpulannya bisa diuji validitasnya dari berbagai macam peneliti.

3. Trangulasi teori

Teknik ini menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas

permasalahan-permasalahan yang dikaji.

4. Trangulasi sumber

Peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia dalam

pengumpulan data, Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap

kebenarannya, bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan model triangulasi yang sumber untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Triangulasi sumber dilakukan dengan

pengamatan langsung kelapangan disertai dengan pelaksanaan wawancara

kepada beberapa pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN)

Kabupaten Boyolali yang berkecimpung langsung penanganan kasus

pengglonggongan sapi di desa Tanduk kecamatan Ampel melalui wawancara

kemudian dilanjutkan wawancara kepada peternak di desa Tanduk kecamatan

Ampel. Dengan model triangulasi sumber yang beragam tetapi dalam satu

pokok bahasan yang sama akan didapat data yang valid dengan dukungan data

dari berbagai pihak.

Page 65: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyusunan data agar dapat

diinterprestasikan. Sedangkan penyusunan data berarti pengklasifikasian data

dengan pola, tema atau katagori tertentu. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan analisis model interaktif.

Menurut H.B Sutopo dalam Metodologi Penelitian Kualitatif (2002 :

96) mengungkapkan bahwa kegiatan analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan/ verifikasi.Komponen-komponen analisis data model interaktif

menurut H.B Sutopo digambarkan dalam bagan sebagai berikut ini:

Bagan 7.1

Komponen-komponen Analisis Model Interaktif Menurut H.B Sutopo

Pengumpulan

Data

Sajian Data

Reduksi Data

Penarikan Simpulan atau

Verifikasi

Page 66: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Berdasarkan bagan tersebut, maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai

berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa

hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Kegiatan ini dilakukan untuk menjelaskan kerangka konseptual wilayah

penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data

yang mana yang dipilihnya. Reduksi data / proses transformasi ini

berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap

tersusun. Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditranformasikan dalam

beraneka macam cara antara lain ; melalui seleksi yang ketat, melalui

ringkasan atau uraian, dan menggolongkan dalam suatu pola yang lebih

luas.

2. Sajian data

Alur kedua yang paling penting dalam kegiatan analisis penelitian

kualitatif adalah penyajian data. Penyajan data yaitu sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data adalah penyajian

yang paling sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks

Page 67: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

naratif. Data yang ada mulai dari data yang terpencar-pencar, bagian demi

bagian, tersusun kurang baik, dan sangat berlebihan. Kemudian data-data

tersebut dibentuk sedemikian rupa agar mudah dipahami dan

diinterprestasikan.

3. Penarikan simpulan atau verifikasi

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik simpulan atau

verifikasi. Data-data yang terkumpul dilapangan yang telah melalui proses

penyajian data kemudian diamati dan dicermati untuk ditarik sebuah

simpulan dari sekumpulan data tersebut. Mula-mula simpulan yang luas

kemudian sampai pada kesimpulan yang lebih rinci. simpulan perlu

diverifikasi selama penelitian terus berlangsng. Maksud dari verifikasi

adalah simpulan yang telah didapat perlu diuji kembali, ditinjau kembali,

diuji kebenarannya, kekukuhannya, dan kecocokannya atau biasa disebut

validitas. Verifikasi dapat dilakukan dengan cara yaitu dengan melihat

kembali kelapangan dan kebelakang serta cross check data yang telah

didapat.

Simpulan yang dihasilkan perlu diverifikasi agar supaya benar-

benar mantap dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Apabila

dirasa kurang mantap dan terjadi keragu-raguan atau ada perkembangan

pemikiran baru lebih relevan maka diperlukan penelusuran kembali secara

cepat dengan melihat catatan lapangan yang ada.

Analisis model interkatif dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan reduksi data melalui pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

Page 68: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

dari hasil pengumpulan data dan catatan-catatan tertulis di lapangan. Tahap

selanjutnya adalah penyajian data dengan bentuk teks naratif, dan dukungan

data yang disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Tahap terakhir yang

dilakukan adalah penarikan simpulan dengan meninjau kembali hasil

penelitian dengan catatan lapangan yang dimiliki serta hasil validasi dengan

triangulasi sumber.

Page 69: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali

Kabupaten Boyolali (Bahasa Jawa: Bayalali, arti harfiah: ”lupa dari

marabahaya”), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya

adalah Boyolali, terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Surakarta. Boyolali

memiliki motto ”BOYOLALI TERSENYUM” (Tertib, Elok, Rapi, Sehat,

Nyaman untuk Masyarakat). Boyolali terkenal dengan susu sapinya, dan

Boyolali sebagai penyumbang daging dan susu sapi terbesar di Jawa Tengah

(www.boyolalikab.go.id).

1. Keadaan Geografis Kota Boyolali

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di

Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 101.510,1955 Ha atau kurang

4,5% dari luas Propinsi Jawa Tengah yang terdiri dari tanah sawah seluas

23.287,4945 Ha dan tanah kering seluas 56.186,0830 Ha dan tanah lain

22.036,5190 Ha. Kontribusi PDRB di Kabupaten Boyolali masih didominasi

oleh sektor pertanian sebesar 34,07% (atas dasar harga konstan) atau 35,37%

(atas dasar harga berlaku).

Kabupaten Boyolali secara astronomi terletak di koordinat antara

110022’-110050’ Bujur Timur (BT) dan 7036’-7071’ Lintang Selatan (LS),

dengan ketinggian antara 75-1500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten

Boyolali membentang barat-timur sepanjang 49 km, dan utara-selatan 54km.

Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan dataran bergelombang

dengan perbukitan yang tidak begitu terjal.

55

Page 70: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Bagian barat Kabupaten Boyolali merupakan daerah pegunungan,

dengan puncaknya Gunung Merapi (2.911 m) Gunung Merbabu (3.141 m),

keduanya adalah gunung berapi yang aktif. Sedangkan bagian utara

merupakan daerah perbukitan, bagian dari Pegunungan Kendeng. Di bagian

utara terdapat waduk Kedungombo.Bagian timur Kabupaten ini termasuk

kawasan Solo Raya. Di wilayah Kabupaten Boyolali terdapat Bandara

Internasional Adi Sumarmo yang melayani kawasan Solo dan sekitarnya

serta asrama haji Donohudan. Batas-batas Kota Boyolali antara lain:

a. Di sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Grobogan.

b. Di sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Srtagen, Kabupaten

Karanganyar dan Kabupaten Surakarta (Solo).

c. Di sebelah selatan : beratasan dengan Kabupaten Klaten.

d. Di sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan

Kabupaten Semarang.

2. Keadaan Administratif

Secara Administrasi, Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 Kecamatan,

yang dibagi lagi atas 262 desa dan 5 kelurahan. Dari seluruh desa dan

kelurahan yang ada, 224 desa/kelurahan merupakan desa yang berada di

dataran rendah atau sekitar 83 persen dari seluruh desa/kelurahan dan

selebihnya merupakan desa di dataran tinggi. Pusat pemerintahan berada di

kecamatan Boyolali. Di samping Boyolali, salah satu kota kecamatan lainnya

yang cukup signifikan adalah Ampel, Banyudono, Mojosongo, Simo,

Karanggede, Andong, Musuk dan Selo. Kawasan Ngemplak yang berbatasan

langsung dengan Surakarta, kini telah dikembangkan menjadi pusat

pertumbuhan Solo Raya ke arah barat.

Page 71: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3. Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Boyolali pada tahun 2010 berjumlah 953.839

jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 467.762 jiwa dan perempuan

sebanyak 486.077 jiwa, serta kepadatan penduduk sebesar 940 jiwa/Km2.

Sedangkan pada tahun 2009 jumlah penduduk 951.717 dengan komposisi

laki-laki sebanyak 466.481 jiwa dan perempuan sebanyak 485.236 jiwa, serta

kepadatan penduduk sebesar 938 jiwa/Km2. Data tersebut memberikan

gambaran bahwa jumlah penduduk Kabupaten Boyolali tahun 2010 terjadi

penambahan 122 jiwa atau terjadi pertumbuhan 0.01%.

B. Gambaran Umum Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN)

Kabupaten Boyolali

Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali atau

biasa disebut Disnakkan Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dinas dalam

jajaran dinas yang dimiliki Pemerinta Kabupaten Boyolali. Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Boyolali dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA)

Kabupaten Boyolali No. 3 Tahun 2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah

Kabupaten Boyolali. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi instansi

pemerintah maka perlu ditetapkan apa yang menjadi visi dan misi.

1. Visi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali

“Terwujudnya Peternakan dan Perikanan yang berwawasan agribisnis untuk

memenuhi kebutuhan protein hewani ”.

Page 72: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Penjelasan makna :

Terwujudnya kegiatan di sektor peternakan dan perikanan yang dimulai dari

penyediaan sarana produksi, proses produksi, penanganan pasca panen,

pengolahan dan pemasaran sehingga produk peternakan dan perikanan

sampai ke konsumen dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Kegiatan

tersebut semuanya berorientasi untuk memperoleh keuntungan.

2. Misi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali

a. Melakukan pembinaan umum di bidang peternakan dan perikanan.

b. Melakukan perumusan teknis, bimbingan peningkatan produksi,

pemasaran hasil peternakan dan perikanan.

Penjelasan masing-masing misi :

a. Melakukan kegiatan bidang peternakan dan perikanan yang bersifat

umum yaitu tentang organisasi, kelembagaan, perijinan dan pelayanan

kepada masyarakat.

b. Melakukan kegiatan bimbingan, pembinaan perumusan, teknis,

pengembangan peningkatan teknologi untuk meningkatkan populasi,

produksi serta pemasaran hasil peternakan dan perikanan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Boyolali

Dalam Perda No. 16/2011 tentang ”Organisasi dan tata kerja tingkat

daerah Kabupaten Boyolali” tugas pokok dan fungsi bidang peternakan dan

perikanan yaitu: ”Melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan

asas otonomi dan tugas pembantuan di Bidang Peternakan dan Perikanan

Page 73: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati”. Fungsi Dinas

Peternakan dan Perikanan antara lain :

a. Penyiapan bahan pembinaan umum di bidang peternakan dan perikanan

berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati;

b. Perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan

terhadap produksi, pemasaran dan koperasi peternakan dan perikanan

serta perlindungan terhadap hewan ;

c. Pemberian perijinan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh

Bupati berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

d. Pelaksanaan sesuai dengan tugas pokoknya sesuai Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku ;

e. Pengamanan dan pengendalian teknis atas tugas pokoknya sesuai dengan

kebijaksanaan ditetapkan oleh Bupati berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku ;

f. Pengurusan Tata Usaha Dinas ;

g. Pengelolaan Unit Pelaksanan Teknis Dinas dan Cabang Dinas.

Page 74: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

4. Bagan Organisasi Disnakkan Boyolali

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Boyolali

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali

BIDANG PETERNAKAN

KEPALA

SEKRETARIAT

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN

SEKSI PRODUKSI TERNAK RUMINANSIA

SEKSI PRODUKSI TERNAK NON RUMINANSIA

SEKSI SARANA PRASARANA DAN PASCA PANEN HASIL TERNAK

BIDANG KESEHATAN HEWAN DAN MASYARAKAT VETERINER

BIDANG PERIKANAN

SEKSI PENGAMATAN PENYIDIKAN PENYAKIT DAN PENGAWASAN OBAT

HEWAN

SEKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

HEWAN

SEKSI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

SEKSI PRODUKSI PERIKANAN

SEKSI PENGENDALIAN SUMBER DAYA IKAN DAN LINGKUNGAN

SEKSI SARANA PRASARANA DAN PASCA PANEN HASIL IKAN

UPTD

Page 75: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka dapat dijabarkan

TUPOKSI dari masing-masing bagian, yaitu :

Bidang Kesmavet

Penjabaran TUPOKSI Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Veteriner, meliputi :

1) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai

tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dan Perikanan di bidang

Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner ;

2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bidang

Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai fungsi :

a) Pelaksanaan pengamatan dan penyidikan penyakit hewan;

b) Pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan ;

c) Pelaksanaan fungsi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan pengawasan obat

hewan;

d) Penjabaran tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah sebagai

berikut :

(1) Menyiapkan bahan perumusan bahan kebijakan teknis di bidang

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;

(2) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang kesehatan hewan dan

kesehatan masyarakat veteriner;

(3) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas sesuai di bidang kesehatan

hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;

(4) Menjabarkan tugas dari atasan, mengoordinasikan dan memberi

petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

61

Page 76: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

(5) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang kesehatan

hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;

(6) Menyusun laporan kinerja dan keuangan di bidang kesehatan hewan

dan kesehatan masyarakat veteriner;

(7) Menyusun rencana kegiatan dan menetapkan program kerja dibidang

kesehatan hewan guna kelancaran pelaksanaan tugas ;

(8) Menjabarkan program kerja dengan membuat jadwal kegiatan

sehingga kegiatan dapat dilaksanakan tepat waktu dan tepat sasaran ;

(9) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahannya (membuat dan

menanda tangani DP3);

(10) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

1. Seksi Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan

(1) Seksi Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan mempunyai tugas

membimbing pengamatan dan penyidikan penyakit hewan dan membuat

peta penyakit hewan.

(2) Penjabaran tugas Seksi Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan

adalah sebagai berikut :

a. Membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

pengamatan dan penyidikan penyakit hewan;

b. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang pengamatan dan penyidikan

penyakit hewan;

Page 77: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

c. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang pengamatan dan

penyidikan penyakit hewan;

d. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang pengamatan dan

penyidikan penyakit hewan;

f. Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja dan keuangan di

bidang pengamatan dan penyidikan penyakit hewan;

g. Menyusun rencana kegiatan dan program kerja di bidang pengamatan

dan penyidikan penyakit hewan ;

h. Menjabarkan petunjuk Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan

Kesehatan Masyarakat Veteriner guna penyelesaian tugas ;

i. Melaksanakan surveilans (pengamatan) penyakit hewan ;

j. Melaksanakan monitoring hasil vaksinasi pada hewan;

k. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium kesehatan hewan;

l. Melaksanakan pembuatan peta penyakit hewan ;

m. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan (membuat dan

menanda tangani DP3);

n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

2. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

(1) Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan mempunyai tugas

membimbing pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan.

(2) Penjabaran tugas Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

adalah sebagai berikut :

Page 78: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

a) Membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang pencegahan dan

pemberantasan penyakit hewan;

c) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang pencegahan dan

pemberantasan penyakit hewan;

d) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang pencegahan dan

pemberantasan penyakit hewan;

f) Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja dan keuangan di

bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;

g) Menyusun rencana kegiatan dan program kerja di bidang pencegahan

dan pemberantasan penyakit hewan ;

h) Menjabarkan petunjuk Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan

Kesehatan Masyarakat Veteriner guna penyelesaian tugas ;

i) Melaksanakan pencegahan (vaksinasi) penyakit hewan ;

j) Melaksanakan pengobatan ternak / hewan ;

k) Melaksanakan pengawasan penyakit hewan ;

l) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan (membuat dan

menanda tangani DP3);

m) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tuganya.

Page 79: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

3. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pengawasan Obat Hewan

(1) Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pengawasan Obat Hewan

mempunyai tugas membimbing pelaksanaan fungsi Kesehatan

Masyarakat Veteriner dan Pengawasan Obat Hewan.

(2) Penjabaran tugas Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pengawasan

Obat Hewan adalah sebagai berikut :

a) Membantu mengkoordinasikan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis di bidang kesehatan masyarakat veteriner dan pengawasan obat

hewan;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang kesehatan masyarakat

veteriner dan pengawasan obat hewan;

c) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang kesehatan

masyarakat veteriner dan pengawasan obat hewan;

d) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang kesehatan

masyarakat veteriner dan pengawasan obat hewan;

f) Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja dan keuangan di

bidang kesehatan masyarakat veteriner dan pengawasan obat hewan;

g) Menyusun rencana kegiatan dan program kerja di bidang kesehatan

masyarakat Veteriner dan pengawasan obat hewan ;

h) Melaksanakan pengawasan penyakit zoonosis pada hewan ;

i) Melaksanakan pengawasan peredaran Bahan Asal Hewan (BAH) dan

Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH) ;

Page 80: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

j) Melaksanakan pemeriksaan / pengujian mutu produk hasil ternak di

Laboratorium;

k) Melaksanakan pembinaan kesejahteraan hewan ;

l) Melaksanakan pengawasan obat hewan;

m) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan (membuat dan

menanda tangani DP3);

n) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Bidang Peternakan

Penjabaran TUPOKSI Bidang Peternakan, meliputi :

(1) Bidang Peternakan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

Peternakan dan Perikanan di bidang Peternakan ;

(2) Dalam penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Bidang Peternakan mempunyai fungsi :

a) Pelaksanaan bimbingan Bibit dan Reproduksi Ternak ;

b) Pelaksanaan bimbingan Kaji Terap Teknologi Peternakan ;

c) Pelaksanaan bimbingan Penyebaran dan Pengembangan Ternak.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala

Bidang Peternakan mempunyai tugas :

a) Menyiapkan bahan perumusan bahan kebijakan teknis di bidang

peternakan;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada pimpinan

untuk menyelesaikan masalah di bidang peternakan;

Page 81: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

c) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang peternakan;

d) Menjabarkan tugas dari atasan, mengoordinasikan dan memberi

petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang peternakan;

f) Menyusun laporan kinerja dan keuangan di bidang peternakan;

g) Menyusun rencana kegiatan dan menetapkan program kerja

pengembangan Bidang Peternakan ;

h) Menyiapkan bahan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan dan

bimbingan di Bidang Peternakan ;

i) Menjabarkan program kerja dengan membuat pedoman kegiatan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan lancar ;

j) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan Bibit dan Reproduksi

Ternak ;

k) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan Kaji Terap Teknologi

Peternakan serta peredaran dan penggunaan pakan ternak ;

l) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan Penyebaran dan

Pengembangan Ternak kepada masyarakat ;

m) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan disposisi

Kepala Dinas dan memberikan petunjuk kepada bawahan dalam

rangka penyelesaian tugas ;

n) Melaksanakan Koordinasi dengan bidang-bidang dan sekretariat untuk

kelancaran tugas ;

o) Memberikan saran pertimbangan kepada atasan sesuai dengan bidang

tugasnya ;

Page 82: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

(1) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya ;

(2) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahannya ( membuat

dan menanda tangani DP3 );

(3) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang

tugasnya.

1. Seksi Bibit dan Reproduksi Ternak

(1) Seksi Bibit dan Reproduksi Ternak mempunyai tugas membimbing

produksi ternak bibit pedesaan, memantau pengawasan mutu ternak bibit,

membimbing registrasi ternak, menguji populasi dasar ternak, memantau

kinerja ternak bibit, menyusun kebutuhan semen (mani beku) dan

mudigah, membantu inseminator dalam pengadaan sarana / prasarana

inseminasi buatan, mengevaluasi kualitas semen beku dan mudigah,

memantau Inseminasi Buatan dan alih mudigah ;

(2) Penjabaran tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai

berikut :

a) Membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

bibit dan reproduksi ternak;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang bibit dan reproduksi ternak;

c) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang bibit dan

reproduksi ternak;

d) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang bibit dan

reproduksi ternak;

Page 83: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

f) Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja dan keuangan di

bidang bibit dan reproduksi ternak;

g) Menyusun rencana program kerja di bidang pembibitan dan tehnik

reproduksi.

h) Menjabarkan perintah Kepala Bidang Peternakan guna penyelesaian

tugas ;

i) Melaksanakan perintah Kepala Bidang Peternakan guna penyelesaian

tugas ;

j) Melaksanakan perencanaan, membantu pengadaan semen beku,

mudigah dan sarana prasarana IB;

k) Menyusun pemetaan alokasi dan evaluasi kualitas semen beku dan

mudigah ;

l) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai disposisi Kepala

Bidang Peternakan ;

m) Memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan untuk kelancaran

tugas ;

n) Memantau pelaksanaan tugas bawahan agar dapat dilaksanakan sesuai

petunjuk dan pedoman ;

o) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang

Peternakan ;

p) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya ;

q) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan ( membuat dan

menanda tangani DP3);

Page 84: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

r) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

2. Seksi Kaji Terap Teknologi Peternakan

(1) Seksi Kaji Terap Teknologi Peternakan mempunyai tugas membimbing

pelaksanaan pengkajian penerapan di bidang teknologi peternakan ;

(2) Penjabaran Tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai

berikut :

a) Membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

kaji terap teknologi peternakan;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang kaji terap teknologi

peternakan;

c) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang kaji terap

teknologi peternakan;

d) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang kaji terap

teknologi peternakan;

f) Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja dan keuangan di

bidang kaji terap teknologi peternakan;

g) Menyusun rencana dan program kerja di bidang pengkajian dan

penerapan teknologi peternakan ;

h) Menjabarkan progran kerja dengan membuat petunjuk operasional

agar pelaksanaan sesuai dengan rencana, tepat waktu dan tepat guna;

Page 85: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

i) Melaksanakan pengumpulan dan menyusun bahan pembinaan bidang

pengkajian dan penerapan teknologi peternakan ;

j) Melakukan bimbingan dan pembinaan kepada petani di bidang

pengkajian dan penerapan teknologi peternakan ;

k) Melakukan bimbingan dan pembinaan kepada petani di bidang

penerapan teknologi pakan ternak ;

l) Melakukan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan pakan

ternak;

m) Menjabarkan perintah Kepala Bidang Peternakan guna penyelesaian

tugas;

n) Melaksanakan perintah Kepala Bidang Peternakan guna penyelesaian

tugas;

o) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai disposisi Kepala

Bidang Peternakan ;

p) Memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan untuk kelancaran

tugas ;

q) Memantau pelaksanaan tugas bawahan agar dapat dilaksanakan sesuai

petunjuk dan pedoman ;

r) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang

Peternakan;

s) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya ;

t) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan ( membuat dan

menanda tangani DP3 );

Page 86: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

u) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

3. Seksi Penyebaran dan Pengembangan Ternak

(1) Seksi Penyebaran dan Pengembangan Ternak mempunyai tugas melaksa-

nakan bimbingan identifikasi lokasi penyebaran dan pengembangan

ternak, penyiapan lokasi dan peternak, mengelola administrasi gaduhan

ternak dan redistribusi ternak ;

(2) Penjabaran Tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai

berikut :

a) Membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

penyebaran dan pengembangan ternak;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang penyebaran dan pengem-

bangan ternak;

c) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang penyebaran dan

pengembangan ternak;

d) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang penyebaran dan

pengembangan ternak;

f) Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja dan keuangan di

bidang penyebaran dan pengembangan ternak;

g) Menyusun rencana dan program kerja di bidang penyebaran dan

pengembangan ternak ;

Page 87: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

h) Menjabarkan perintah Kepala Bidang Peternakan guna penyelesaian

tugas ;

i) Menyiapkan bahan pembinaan dan bimbingan di bidang penyebaran

dan pengembangan ternak ;

j) Melaksanakan administrasi gaduhan ternak ;

k) Melaksanakan redistribusi ternak ;

l) Melaksanakan petunjuk atasan guna penyelesaian tugas ;

m) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan disposisi

Kepala Bidang Peternakan ;

n) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang Peter-

nakan sesuai bidang tugasnya ;

o) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya ;

p) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan (membuat dan

menanda tangani DP3);

q) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Bidang Perikanan

Penjabaran TUPOKSI Bidang Perikanan, meliputi :

(1) Bidang Perikanan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas

Peternakan dan Perikanan di bidang Perikanan ;

(2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

Perikanan mempunyai fungsi :

a) Pelaksanaan budidaya dan produksi benih ikan;

Page 88: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

b) Pelaksanaan sumberdaya ikan dan lingkungan perikanan;

c) Pelaksanaan penyiapan paket teknologi perikanan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala

Bidang Perikanan mempunyai fungsi :

a) Menyiapkan bahan perumusan bahan kebijakan teknis di bidang

Perikanan;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada pimpinan untuk

menyelesaikan masalah di bidang perikanan;

c) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang perikanan;

d) Menjabarkan tugas dari atasan, mengkoordinasikan dan memberi petunjuk

kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang perikanan;

f) Menyusun laporan kinerja dan keuangan di bidang perikanan;

g) Menyusun Rencana kegiatan dan menetapkan program kerja dibidang

Produksi perikanan, Sumber Daya Ikan dan Lingkungan, Sarana Prasarana

Perikanan guna kelancaran pelaksanaan tugas ;

h) Menjabarkan program kerja dengan membuat jadwal kegiatan sehingga

rencana dapat dilaksanakan tepat waktu dan tepat sasaran ;

i) Menyiapkan bahan pedoman dan petunjuk teknis di bidang perikanan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

j) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang produksi

perikanan ;

k) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang sumberdaya

ikan dan lingkungan ikan ;

Page 89: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

l) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang sarana

prasarana perikanan ;

m) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai disposisi Kepala Dinas

dan memberikan petunjuk kepada bawahan dalam rangka penyelesaian

tugas ;

n) Memberikan saran pertimbangan kepada atasan sesuai bidang tugasnya ;

o) Melaksanakan koordinasi dengan bidang-bidang dan sekretariat untuk

kelancaran tugas ;

p) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya ;

q) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahannya ( membuat dan

menanda tangani DP3 );

r) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

1. Seksi Produksi Perikanan

a) Membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

produksi perikanan;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang produksi perikanan;

c) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang produksi

perikanan;

d) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang produksi

perikanan;

Page 90: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

f) Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja dan keuangan di

bidang produksi perikanan;

g) Menyusun rencana kegiatan dan menetapkan program kerja di bidang

produksi Perikanan ;

h) Menjabarkan perintah Kepala Bidang Perikanan guna menyelesaikan

dan pelaksanaan tugas ;

i) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai disposisi Kepala

Bidang Perikanan;

j) Menyiapkan bahan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang

produksi perikanan ;

k) Melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pembinaan dan

pengembangan, serta pengendalian Produksi Perikanan ;

l) Memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas ;

m) Memantau pelaksanaan tugas bawahan agar dilaksanakan sesuai

dengan petunjuk dan pedoman ;

n) Memberikan saran pertimbangan kepada Kepala Bidang Perikanan

sesuai bidang tugasnya ;

o) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya ;

p) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan ( membuat dan

menanda tangani DP3 );

q) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Page 91: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

2. Seksi Sumber Daya Ikan dan Lingkungan

a) Membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

Sumber Daya Ikan dan Lingkungan;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang Sumber Daya Ikan dan

Lingkungan;

c) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang Sumber Daya

Ikan dan Lingkungan;

d) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang Sumber Daya

Ikan dan Lingkungan;

f) Menyiapkan bahan menyusun laporan kinerja dan keuangan di bidang

Sumber Daya Ikan dan Lingkungan;

g) Menyusun rencana kegiatan dan menetapkan program kerja di bidang

Sumber Daya Ikan dan Lingkungan ;

h) Menjabarkan perintah Kepala Bidang Perikanan guna menyelesaikan

dan pelaksanaan tugas ;

i) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai disposisi Kepala

Bidang Perikanan;

j) Menyiapkan bahan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang Sumber

Daya Ikan dan Lingkungan ;

k) Melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pembinaan dan

pengembangan, serta pengendalian Sumber Daya Ikan dan

Lingkungan ;

Page 92: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

l) Memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas ;

m) Memantau pelaksanaan tugas bawahan agar dilaksanakan sesuai

dengan petunjuk dan pedoman ;

n) Memberikan saran pertimbangan kepada Kepala Bidang Perikanan

sesuai bidang tugasnya;

o) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya ;

p) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan ( membuat dan

menanda tangani DP3 );

q) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang dan tugasnya.

3. Seksi Sarana Prasarana Perikanan

a) Membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

Sarana Prasarana Perikanan;

b) Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasannya

untuk menyelesaikan masalah di bidang Sarana Prasarana Perikanan;

c) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang Sarana

Prasarana Perikanan;

d) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan;

e) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di bidang Sarana

Prasarana Perikanan;

f) Menyiapkan bahan penyusunan laporan kinerja dan keuangan di

bidang Sarana Prasarana Perikanan;

Page 93: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

g) Menyusun rencana kegiatan dan menetapkan program kerja di bidang

Sarana Prasarana Perikanan ;

h) Menjabarkan perintah Kepala Bidang Perikanan guna menyelesaikan

dan pelaksanaan tugas ;

i) Mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai disposisi Kepala

Bidang Perikanan;

j) Menyiapkan bahan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang Sarana

Prasarana Perikanan ;

k) Melaksanakan inventarisasi, identifikasi, pembinaan dan pengem-

bangan, serta pengendalian Sarana Prasarana Perikanan ;

l) Memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kelancaran

pelaksanaan tugas ;

m) Memantau pelaksanaan tugas bawahan agar dilaksanakan sesuai

dengan petunjuk dan pedoman ;

n) Memberikan saran pertimbangan kepada Kepala Bidang Perikanan

sesuai bidang tugasnya ;

o) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya ;

p) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan ( membuat dan

menanda tangani DP3 );

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya

Page 94: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

a. Susunan Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali

Susunan organisasi pada Dinas Peternakan dan Perikanan

(DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali diatur berdasarkan peraturan daerah

nomor 3 tahun 2008, yakni :

Susunan Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan terdiri dari :

1) Kepala;

2) Sekretariat;

3) Bidang Usaha Ternak dan Ikan;

4) Bidang Peternakan:

5) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;

6) Bidang Perikanan;

7) Kelompok Jabatan Fungsional;

8) Unit Pelaksana Teknis.

Sekretariat terdiri dari :

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

2) Sub Bagian Keuangan;

3) Sub Bagian Perencanaan Penelitian dan Pelaporan.

Bidang Usaha Ternak dan Ikan terdiri dari :

1) Seksi Pengelolaan Usaha;

2) Seksi Pengolahan Hasil;

3) Seksi Pemasaran.

Bidang Peternakan terdiri dari :

1) Seksi Bibit dan Reproduksi Ternak;

2) Seksi Kaji Terap Teknologi Peternakan;

Page 95: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

3) Seksi Penyebaran dan Pengembangan Ternak.

Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner terdiri dari :

1) Seksi Pengamatan dan Penyidikan Penyakit Hewan;

2) Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan;

3) Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pengawasan Obat Hewan.

Bidang Perikanan terdiri dari :

1) Seksi Produksi Perikanan;

2) Seksi Sumber Daya Ikan dan Lingkungan;

3) Seksi Sarana Prasarana Perikanan.

Unit Pelaksana Teknis ( sebanyak 7 UPT ) :

1) UPT RPH Ampel

2) UPT BBI Tlatar dan Bangak

3) UPT Pelayanan Reproduksi dan Keswan Wilayah Boyolali

4) UPT Pelayanan Reproduksi dan Keswan Wilayah Ampel

5) UPT Pelayanan Reproduksi dan Keswan Wilayah Banyudono

6) UPT Pelayanan Reproduksi dan Keswan Wilayah Simo

7) UPT Pelayanan Reproduksi dan Keswan Wilayah Wonosegoro

b. Kepegawaian Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali

1) Jumlah Pegawai : 149 orang

2) Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan :

Tabel 4.1. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan

Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan

SD SMP SMA/ SMK DI DII DIII DIV S1 S2 S3 Σ

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 17 5 31 0 0 26 2 66 2 0 149

Page 96: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

3) Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pangkat/Golongan :

(a) Juru Muda ( I/a ) : 6

(b) Juru Muda Tk. I ( I/b ) : 0

(c) Juru ( I/c ) : 1

(d) Juru Tk. I ( I/d ) : 0

(e) Pengatur Muda ( II/a ) : 11

(f) Pengatur Muda Tk. I ( II/b ) : 0

(g) Pengatur ( II/c ) : 6

(h) Pengatur Tk. I ( II/d ) : 8

(i) Penata Muda ( III/a ) : 16

(j) Penata Muda Tk. I ( III/b ) : 36

(k) Penata ( III/c ) : 22

(l) Penata Tk. I ( III/d ) : 25

(m) Pembina ( IV/a ): 5

(n) Pembina Tk. I ( IV/b ): 4

(o) Pembina Utama Muda ( IV/c ) : 1

(p) Pembina Utama Madya ( IV/d ): 0

(q) Pembina Utama ( IV/e ): 0

(r) PTT : 8

Jumlah : 149

Page 97: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

c. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan:

Tabel 4.2. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan

Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan Struktural Fungsional Jumlah

Total II.a II.b III.a III.b IV.a IV.b V.a V.b Jum Fung- sional

Jum

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

0 1 1 4 22 6 0 0 34 42 42 76

C. Gambaran Umum Rumah Pemotongan Hewan Negeri atau UPT. RPH

Ampel di Kabupaten Boyolali

Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan Unit Pelaksana teknis

Dinas (UPTD) yang berada dibawah naungan Dinas yang menangani fungsi

peternakan. RPH sebagai unit pelayanan publik memiliki fungsi teknis,

ekonomis dan sosial dimana pelaksanaannya mengacu pada visi misi Dinas

tersebut. Adapun satu-satunya RPH Negeri yang berada di wilayah Kabupaten

Boyolali adalah di UPT. RPH Ampel Boyolali.

Adapun struktur organisasi UPT. RPH Ampel sebagai berikut :

Bagan 4.2

Struktur organisasi UPT RPH Ampel

Sumber : UPT. RPH Ampel

KEPALA UPT RPH AMPEL

KASUBAG TATA USAHA

PETUGAS KEUR

MASTER

DOKTER HEWAN

PETUGAS MODIN /

JURU SEMBELIH

PETUGAS KEBERSIHAN

Page 98: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Jumlah pegawai atau sumber daya manusia pada UPT. RPH Ampel adalah

17 orang atau personil yang terdiri dari 9 PNS, PTT (pegawai tidak tetap) 5

orang, THL ( tambahan/ tenaga harian lepas) 3 orang.

UPT. Rumah Pemotongan Hewan di Ampel mempunyai sturuktur

organisasi dan tugas pokok dalam melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan / atau kegiatan teknis penunjang dalam urusan pelayanan

pemotongan hewan, dengan landasan Undang-Undang dengan pasal sebagai

berikut :

1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ,

UPT Rumah Pemotongan Hewan di Ampel mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis pelayanan pemotongan hewan;

b. Perencanaan dan pengoordinasian pelayanan pemotongan hewan;

c. Pengoordinasian dan pelaksanaan pelayanan pemotongan hewan;

d. Pelaksanaan pemungutan dan penyetoran pendapatan rumah pemotongan

hewan.

2) Kepala UPT Rumah Pemotongan Hewan di Ampel mempunyai tugas pokok

memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan sebagian kegiatan teknis

operasional dan / atau kegiatan teknis penunjang dalam urusan pelayanan

pemotongan hewan.

3) Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah sebagai

berikut :

a. Merumuskan kebijakan teknis pada unit kerjanya;

b. Menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan kinerja, dan

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

Page 99: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

c. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas pada unit kerjanya;

d. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasan;

e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada

bawahan;

f. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berkaitan dengan

kegiatan pemotongan hewan;

g. Mengelola administrasi dan pembinaan pegawai serta memberikan

pelayanan administrasi kepada pejabat fungsional di lingkungan

kerjanya;

h. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta memberikan

DP3;

i. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di unit kerjanya;

j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Arti atau maksud dari tugas pokok UPT. RPH diatas sebagai berikut :

1) Sub Bagian Tata Usaha pada UPT Rumah Pemotongan Hewan di Ampel

mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan rumah tangga, kepegawaian,

keuangan, umum, pengelolaan barang, perencanaan dan pelaporan.

2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada UPT Rumah Pemotongan Hewan di

Ampel mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan urusan rumah

tangga, kepegawaian, keuangan, umum, pengelolaan barang, perencanaan

dan pelaporan.

3) Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai

berikut :

Page 100: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pada unit kerjanya;

b. Menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan kinerja dan

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

c. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata

Usaha unit kerjanya;

d. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasan;

e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada

bawahan;

f. Menyelenggarakan urusan umum dan kepegawaian, keuangan, dan

pengelolaan barang;

g. Mengelola administrasi surat menyurat, pengarsipan, pemeliharaan dan

rumah tangga kantor;

h. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta memberikan

DP3;

i. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Sub Bagian Tata Usaha unit

kerjanya;

j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Peran RPH Pemerintah yang selama ini dilakukan, antara lain :

1. Penciptaan lapangan kerja. Dari seluruh mata rantai kegiatan RPH dapat

diciptakan lapangan kerja baik di sektor formal maupun nonformal yang

praindustrial (melibatkan tukang potong, pedagang daging dan jeroan dan

hasil ternak lainnya) maupun sebagai lapangan kerja bagi masyarakat seperti

industri pengalengan atau pengolahan daging.

Page 101: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

2. Pengembangan Industri Hasil Ternak. Dengan berdirinya RPH maka dapat

mendorong munculnya berbagai industri pengguna bahan baku hasil ternak

misalnya industri bakso, abon, dendeng, pakan ternak, kulit olahan, kerupuk

kulit, dan lain-lain) baik yang berskala kecil ataupun yang besar.

Adapun peran dari RPH negeri antara lain :

1. Aspek Teknis :

a. Sebagai tempat dilaksanakannya pemotongan hewan secara benar sesuai

dengan standar teknis yang berlaku.

b. Sebagai tempat dilaksanakan pemeriksaan hewan sebelum dipotong (ante

mortem) dan sesudah dipotong (post mortem) untuk mencegah penularan

penyakit hewan ke manusia atau sebaliknya yang dikenal sebagai

zoonosis.

c. Sebagai tempat untuk mendeteksi atau memonitor penyakit hewan

dengan melakukan penelusuran balik asal dari hewan potong tersebut

sehingga dapat dilakukan penyidikan yang lebih rinci di daerah asal.

d. Sebagai tempat untuk melaksanakan seleksi dan pengendalian

pemotongan hewan besar betina bertanduk yang masih produktif, serta

untuk menekan pengurangan populasi akibat pemotongan hewan besar

betina bertanduk yang tidak terkendali (penetapan status reproduksi

hewan betina dilakukan oleh Dokter Hewan yang bertanggung jawab).

2. Aspek Ekonomis

a. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

b. Menyerap lapangan pekerjaan.

Page 102: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

3. Aspek Sosial

a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan daging

yang aman, sehat, utuh dan halal bagi masyarakat konsumen. Hal

tersebut penting dalam memberikan ketentraman batin masyarakat

konsumen atas jaminan kualitas produk yang dikonsumsi.

b. Memperlakukan ternak potong sesuai dengan kaidah kesejahteraan

hewan.

Landasan hukum/operasional dari RPH milik pemerintah adalah :

a. Undang Undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan.

b. Undang Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

c. Undang Undang no.18 Tahun 2009 tentang Peternakan & Kesehatan

Hewan.

d. PP 22 Tahun 1983 tentang Kesmavet.

e. SK.Mentan no.555 Tahun 1986 syarat-syarat Pemotongan Hewan &

Usaha Pemotongan Hewan.

f. SK.Mentan no.413 Tahun 1992 tentang Pemotongan Hewan &

Penanganan Daging, serta Hasil Ikutannya.

g. Peraturan-peraturan daerah (provinsi maupun kabupaten/kota)

Adapun persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit

Penanganan Daging (Meat Cutting Plant), berdasarkan Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 13/Permentan/Ot.140/1/2010, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada Bab 1 pasal 1 ayat (2), dalam peraturan ini, yang dimaksud RPH

(Rumah Potong Hewan) adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan

dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong

hewan bagi konsumsi masyarakat umum.

Page 103: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

2. Pada pasal (12) disebutkan bahwa penyembelihan hewan adalah kegiatan

mematikan hewan hingga tercapai kematian sempurna dengan cara

menyembelih yang mengacu kepada kaidah kesejahteraan hewan dan syariah

agama Islam.

3. Pada pasal (15), dinyatakan bahwa dokter hewan berwenang adalah dokter

pemerintah yang ditunjuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan

pengawasan di bidang kesehatan masyarakat veteriner di RPH dan/atau

UPD.

4. Pada pasal (16) disebutkan bahwa dokter hewan penanggungjawab teknis

adalah dokter yang ditunjuk oleh Manajemen RPH dan/atau UPD berdasar-

kan rekomendasi dari Gubernur/Walikota yang bertanggungjawab dalam

pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem serta pengawasan di bidang

kesehatan masyarakat veteriner di RPH dan/atau UPD.

5. Pasal (20), kandang penampung adalah kandang yang digunakan untuk

menampung hewan potong sebelum pemotongan dan tempat dilakukannya

pemeriksaan ante-mortem.

6. Pasal (21), kandang isolasi adalah kandang yang digunakan untuk

mengisolasi hewan potong yang ditunda pemotongannya karena menderita

atau dicurigai menderita penyakit tertentu.

Dalam pendirian Rumah Pemotongan Hewan (RPH), ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Persyaratan Teknis RPH

Dalam pasal 4 dijelaskan sebagai berikut :

RPH merupakan unit pelayanan masayrakat dalam penyediaan daging yang

aman, sehat, utuh, dan halal, serta berfungsi sebagai sarana untuk

melaksanakannya :

Page 104: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

a. Pemotongan hewan secara benar, (sesuai dengan persyaratan kesehatan

masayrakat veteriner, kesejahteraan hewan dan syariah agama).

b. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong dan pemeriksaan

karkas, dan jeroan untuk mencegah penularan penyakit zoonotik ke

manusia,

c. Pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan zoonosis yang

ditemukan pada pemeriksaan ante-mortem dan pemeriksaan post-mortem

guna pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan

menular dan zoonosis di daerah asal hewan.

Dalam pasal 5 dijelaskan sebagai berikut :

1) Untuk mendirikan rumah potong wajib memenuhi persyaratan adminis-

tratif dan persyaratan teknis.

2) Persyaratan administrastif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan.

3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : (a)

Lokasi, (b) Sarana pendukung; (b) Konstruksi dasar dan desain

bangunan; (c) Peralatan.

2. Persyaratan Lokasi

Pada pasal 6 dinyatakan bahwa :

a. Lokasi RPH harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah

(RUTRD) dan Rencana Detil Tata Ruang Daerah (RDTRD) atau daerah

yang diperuntukkan sebagai area agribisnis.

b. Lokasi RPH harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:

1) tidak berada di daerah rawan banjir, tercemar asap, baum debu dan

kontaminan lainnya;

Page 105: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

2) tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan,

3) letaknya lebih rendah dari pemukiman,

4) mempunyai akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan

pemotongan hewan dan kegiatan pembersihan serta desinfeksi,

5) tidak berada dekat industri logam dan kimia,

6) mempunyai lahan yang cukup untuk mengembangkan RPH terpisah

secara fisik dari lkasi kompleks RPH Babi atau dibatasi dengan pagar

tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga) meter untuk mencegah lalu

lintas orang, alat dan produk antar rumah potong.

3. Persyaratan Sarana Pendukung

RPH harus dilengkapi dengan sarana/prasarana pendukung paling kurang

meliputi :

a. akses jalan yang baik menuju RPH yang dapat dilakui kendaraan

pengangkut hewan potong dan kendaraan daging,

b. sumber air yang memenuhi persyaratan baku mutu air bersih dalam

jumlah cukup, paling kurang 1.000 liter/ekor/hari.

c. Sumber tenaga listrik yang cukup dan tersedia terus menerus,

d. Fasilitas penanganan limbah padat dan cair.

4. Persyaratan Tata Letak, Desain, dan Konstruksi

Pasal 8 :

a. Kompleks RPH harus dipagar, dan harus memiliki pintu yang terpisah

untuk masuknya hewan potong dengan keluarnya karkas, dan daging.

b. Bangunan dan tata letak dalam kompleks RPH paling kurang meliputi :

1) Bangunan utama;

Page 106: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

a) Area penurunan hewan (unloading) sapi dan kandang penam-

pungan/kandang istirahat hewan;

b) Kandang penampungan khusus ternak ruminansia betina

produktif,

c) Kandang isolasi,

d) Ruang pelayuan berpendingin (chilling room).

e) Area pemuatan (loading) karkas/daging.

f) Kantor administratif dan kantor dokter hewan,

g) Kantin dan mushola,

h) Ruang istirahat karyawan dan tempat pemyimpanan barang

pribadi (locker)/ruang ganti pakaian.

i) Kamar mandi dan WC,

j) Sarana penanganan limbah,

k) Rumah jaga.

2) Dalam kompleks RPH yang menghasilkan produk akhir daging segar

dingin (chilled) atau beku (frozen) harus dilengkapi dengan :

a) Ruang pelepasan daging (deboning room) dan pemotongan daging

(cutting room),

b) Ruang pengemasan daging (wrapping and packing),

c) Fasilitas chiller,

d) Fasilitas freezer dan blast freezer,

e) Gudang dingin (cold storage).

3) Dalam kompleks RPH yang menghasilkan produk akhir daging segar

dingin (chilled) atau beku (frozen) harus dilengkapi dengan :

Page 107: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

a) RPH berorientasi ekspor dilengkapi dengan laboratorium sederhana.

Pasal 9 disebutkan :

(1) Bangunan utama RPH sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 8

ayat (2) huruf a harus memiliki daerah kotor yang terpisah secara

fisik dari daerah bersih.

(2) Daerah kotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

(a) Area pemongsanan atau perebahan hewan, area pemotongan

dan area pengeluaran darah,

(b) Area penyelesaian proses penyembelihan (pemisahan kepala,

keempat kaki sampai metatarsus dan metakarpus, pengulitan,

pengeluaran isi dada dan isi perut),

(c) Ruang untuk jeroan hijau,

(d) Ruang untuk jeroan merah,

(e) Ruang untuk kepala dan kaki,

(f) Ruang untuk kulit, dan

(g) Pengeluaran (loading) jeroan.

(3) Daerah bersih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

(a) Pemeriksaan post-mortem

(b) Penimbangan karkas,

(c) Pengeluaran (loading) karkas/daging.

Dalam pasal (10) disebutkan bahwa desain dan konstruksi dasar

seluruh bangunan dan peralatan RPH harus dapat memfasilitasi

penerapan cara produksi yang baik dan mencegah terjadinya

kontaminasi.

Page 108: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Pada pasal 11 disebutkan bahwa :

Bangunan utama RPH harus memenuhi persyaratan :

2) Tata ruang didisain sedemikian rupa agar searah dengan alur proses

serta memiliki ruang yang cukup, sehingga seluruh kegiatan

pemotongan hewan dapat berjalan baik dan higienes, dan besarnya

ruangan disesuaikan dengan kapasitas pemotongan.

3) Adanya pemisahan ruangan yang jelas secara fisik antara ”daerah

bersih” dan ”daerah kotor”.

4) Memiliki area dan fasilitas khusus untuk melaksanakan pemeriksaan

post-mortem.

Dalam bab III Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13/Permentan/

Ot.140/1/2010 tentang “Persyaratan Unit Penanganan Daging” dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Bagian kesatu, tentang Persyaratan Teknis Unit Penanganan Daging, dalam

pasal 30 dijelakan sebagai berikut :

(1) UPD wajib memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis,

(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Persyaratan teknis sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi

persyaratan:

(a) Lokasi

(b) Sarana pendukung.

(c) Konstruksi dasar dan disain bangunan

(d) peralatan

Bagian kedua, Persyaratan lokasi, dalam pasal 31 disebutkan :

Page 109: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

(1) Lokasi UPD harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah

(RUTRD) dan Rencana Detil Tata Ruang Daerah (RDTRD) atau lokasi

yang diperuntukkan sebagai area agribisnis.

(2) Lokasi UPD harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:

(a) tidak berada di daerah rawan banjir, tercemar asap, bau, debu, dan

kontaminasi lainnya.

(b) Tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan,

(c) Letaknya lebih rendah dari pemukiman,

(d) Memiliki akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan penanganan

daging dan kegiatan pembersihan serta desinfeksi,

(e) Tidak berada dekat industri logam dan kimia.

D. Gambaran Umum Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Swasta di Kabupaten

Boyolali

Rumah Potong Hewan swasta adalah suatu bangunan atau kompleks

bangunan dengan desain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong

hewan selain unggas bagi konsumsi masyarakat luas yang didirikan oleh

masyarakat atau pejagal, yang banyak tanpa memiliki ijin dari pemerintah

sehingga Rumah Potong Hewan (RPH) swasta dianggap pemerintah sebagai

Rumah Potong Hewan (RPH) illegal. Di Kabupaten Boyolali, data yang kongkrit

jumlah RPH di Disnakkan tidak ditemukan dan memang sulit untuk dilacak

keberadaannya, walaupun ada beberapa RPH swasta yang memiliki ijin, namun

ijin tersebut hanya sekedar ijin untuk menyembelih saja, tapi tidak adanya

pengawasan dan persyaratan-persyaratan yang detail sebagaimana pada tempat

Page 110: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

RPH Negeri milik pemerintah. Seperti yang di ungkapkan oleh Drh. Fitri selaku

staf bidang Kesmavet sebagai berikut :

”....dulu ada beberapa titik di daerah Boyolali yang kita berikan ijin dalam mendirikan rumah potong dirumah masyarakat jagal atas permintaan mereka, dengan melakukan seleksi dan harus memenuhi persyaratan seperti apa yang telah diatur di Undang-Undang, namun itu tidak bertahan lama hanya bertahan 3 bulan saja waktu itu, karena mereka tidak mau mengurus surat perpanjangan sampai sekarang” (Wawancara, pada hari Senin 09, Januari 2012, pukul 08.12 WIB).

RPH swasta umumnya tersebar di sejumlah kota kecamatan di Kabupaten

Boyolali. Berdasarkan penelusuran atau studi kasus yang dilakukan oleh peneliti

pada beberapa tempar RPH swasta dan keberadaannya sebagai Rumah Pemotong

Hewan, ditemukan sebanyak kurang lebih 69 tempat dan umumnya tempat

penyembelihan tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang ada pada RPH

negeri. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Eko Purnomo, AM.d

sebagai petugas harian Pemotongan Sapi di UPTD RPH Ampel, dinyatakan

sebagai berikut :

”... rumah pemotongan hewan selain di UPTD RPH Ampel, umumnya dimiliki oleh para pejagal yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Boyolali, dan mereka umumnya disamping menyembelih di RPH Ampel juga menyembelih sendiri di rumah-rumah milik jagal tersebut. Hal ini dilakukan karena mereka menganggap bahwa di RPH Ampel prosesnya terlalu lama dan menunggu proses pemeriksaan persyaratan pemotongan yang telah ditetapkan sebelumnya”. (Wawancara, pada hari Senin 09, Januari 2012, pukul 19.30 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa RPH swasta

umumnya mengadakan penyembelihan di rumah jagal dan syarat-syarat baik

persyaratan teknis, lokasi, desain maupun syarat kesehatan tidak disyaratkan

oleh jagal tersebut, yang penting mereka dapat menyembelih dan memasarkan

hasil penyembelihannya tersebut. Di samping itu mereka juga menyembelih di

RPH Negeri yang persentasenya hanya sedikit, hal ini beralasan bahwa

Page 111: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

menyembelih di RPH Negeri memerlukan waktu lama dan membutuhkan biaya

dan waktu yang juga tidak sedikit.

E. Kegiatan Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali

pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali Tahun

2011/2012

Pelaksanaan kegiatan pengawasan pada bidang Kesmavet di RPH oleh

Disnakkan Kabupaten Boyolali dilatarbelakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa

daging hewan ternak yang dipasarkan di Kabupaten Boyolali dinilai relatif belum

sepenuhnya memenuhi standar kesehatan sebagai sumber protein hewani.

Berdasarkan indikator kinerja Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali

dalam pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali

Tahun 2011/2012, untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan atau masalah yang ada

di lapangan yang diterapkan ke dalam 3 (tiga) indikator yaitu : input, output dan

outcome. Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Input

Dalam penelitian ini, yang menjadi input Dinas Perikanan dan Peternakan

(Disnakkan) Boyolali dalam pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dapat

disajikan secara rinci yang meliputi : program atau kegiatan pengawasan yang

dilakukan, sumber daya manusia, dan dana yang digunakan dalam program

pengawasan yang dilakukan oleh Disnakkan Kabupaten Boyolali. Adapun program

yang dilakukan Disnakkan ada dua macam yaitu kegiatan ruin dan kegiatan tahunan

(insidental). Hasil wawancara dengan ibu Drh. Afiany Firdania sebagai kepala seksi

bidang Kesmavet adalah sebagai berikut :

Page 112: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

“Program yang menjadi suatu kegiatan kita di Kesmavet itu ada dua macam yakni kegiatan rutin dan kegiatan yang diadakan tahunan tepatnya pada hari-hari besar keagamaan.“ (wawancara Senin, 09 Januari 2012, pukul 10.00 WIB). Program rutin dan program insidental yang dilakukan oleh Disnakkan dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a) Program atau Kegiatan Rutin

Program kegiatan rutin merupakan rancangan mengenai asas serta usaha

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali dalam mencapai

tujuan yang telah di susun secara terstruktur dan tersistematis yang dilakukan secara

rutin dalam jangka pendek. Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten

Boyolali mempunyai program kegiatan rutin pengambilan sampel daging, yang

terbagi menjadi dua yakni pengambilan sampel daging sapi yang dilakukan di RPH

dan di pasar.

Kegiatan rutin pengambilan sampel daging yang dilakukan di RPH belum

terlaksana secara maksimal, hal ini dikarenakan belum adanya peraturan daerah

yang mengatur tentang pengawasan rutin tersebut. Hal ini diutarakan oleh ibu Drh.

Afiany Firdania sebagai kepala seksi bidang Kesmavet adalah sebagai berikut :

“Kegiatan pengambilan sampel daging yang kita ambil langsung di RPH Ampel sampai sekarang belum bisa terlaksana, karena kita belum punya Perda yang mengaturnya, Jadi sejauh ini pengambilan sampel di RPH baru menjadi rencana kerja kita“ (wawancara Senin, 09 Januari 2012, pukul 10.00 WIB).

Wawancara dengan Ibu Fitria mengungkapkan mengenai masalah landasan

kerja mereka sebagai berikut :

“Kesmavet belum ada Perdanya baru maju sejak tahun 2007 sampai sekarang baru Raperda di karenakan untuk Perda sendiri harus ada undang-undang yang kuat dan harus ada uji hukumnya, jadi Kesmavet dasar kerjanya cuma mengacu pada undang-undang no. 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan” (wawancara Kamis, 16 Januari 2012, pukul 10.30 WIB).

Page 113: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa hasil

pengawasan kegiatan rutin di RPH dalam pengambilan sampel daging belum

terealisasi secara maksimal.

Sedangkan dalam kegiatan rutin pengambilan sampel di pasar sudah

terlaksana dengan baik. Sesuai dengan penuturan dari drh. Fitri selaku staf di bidang

Kesmavet yakni sebagi berikut :

“Kegiatan di Kesmavet ini ada kegiatan yang dilakukan secara rutin yakni yang diadakan bulanan ada 4 yakni : a) Pengambilan sampel susu di 6 kecamatan (Boyolali, Mojosongo, Musuk,

Cepogo, Ampel, dan Selo), b) Pengambilan sampel daging di 15 kecamatan (Selo, Cepogo, Ampel,

Boyolali, Teras, Mojosongo, Banyudono, Sambi, Simo, Klego, Kemusuk, Juwangi, Ngamplak, Andong),

c) Monitoring krupuk kulit di kecamatan Banyudono, d) Pembinaan sapi perah di 6 kecamatan (Boyolali, Mojosongo, Musuk,

Cepogo, Ampel, dan Selo). dan untuk pengawasan tahunan terdapat pengambilan sampel BAH dan pembinaan penyakit zoonosis” (wawancara Jumat, 10 Januari 2012, pukul 09.10 WIB). Di samping itu, diperkuat oleh penuturan drh. Trijoko Budi Jatmiko selaku

staf bidang Kesmavet berikut ini :

”Untuk pengawasan rutin ada beberapa dinas yang bekerjasama dalam hal ini yaitu Dinas kesehatan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Disperindag, Satpol PP, Kantor Ketahanan Pangan. Pengambilan sampel BAH tersebut dilakukan di 9 kecamatan, biasanya pengiriman sampel BAH di kantor Balai Pelayanan Kesmavet Jln. Cendana Boyolali (depan SMP Winong). Untuk pengambilan asal hewan yang diambil sampelnya secara langsung di RPH baru mulai bulan Juli ini, sekarang baru menyiapkan alat-alatnya. Sedangkan pembinaan penyakit zoonosis ada di 4 kecamatan, dahulu pada tahun 2002 di kabupaten Boyolali terdapat penyakit zoonosis yang jumlahnya banyak yakni suspect (Cepogo, Ampel, Selo, Teras); antrax (Ampel); brucelosis (Ampel, Simo, Boyolali, Cepogo, Musuk, Mojosongo); pes (Cepogo, Selo); rabies (Kemusuk, Simo, Ngemplak, Boyolali, Ampel)” (wawancara Kamis, 16 Januari 2012, pukul 10.10 WIB). 

Berdasarkan beberapa penjelasan yang diutarakan di atas diketahui bahwa

program pengawasan rutin dengan melakukan pengambilan sampel daging yang

Page 114: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

dilakukan di pasar-pasar oleh Disnakkan Kabupaten Boyolali yang diadakan setiap

bulan, yaitu ada empat kegiatan yakni: (1) Pengambilan sampel susu; (2)

Pengambilan sampel daging di 15 kecamatan; (3) Monitoring krupuk kulit di

kecamatan Banyudono; dan (4) Pembinaan sapi perah di 6 kecamatan.

Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten

Boyolali terhadap kegiatan pemotongan sapi potong di UPT RPH Ampel belum

maksimal. Hal ini dikarenakan pihak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan)

Kabupaten Boyolali tidak melakukan pengawasan secara langsung dan rutin. Dinas

Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali hanya mengandalkan

laporan tiap bulan dari RPH sebagai bentuk pengawasan, dengan dalih bahwa RPH

sudah merupakan UPT yang memiliki dokter hewan sendiri dan memiliki teknis

kerja sendiri.

Seperti yang diungkapkan oleh drh. Trijoko Budi Jatmiko selaku staf bidang

Kesmavet sebagai berikut :

“Pengawasan Disnakkan ke RPH tahun 2011 dilakukan tiap bulan tapi itu bentuknya ada laporan gitu ke kami dari RPH. Karena RPH di Ampel itu sudah merupakan UPT. UPT itu kan suatu ikatan organisai yang sudah teknis, jadi apabila ada penyimpangan di RPH kami serahkan penangannya di RPH” (wawancara Kamis, 16 Januari 2012, pukul 10.10 WIB).

Ibu drh. Afiany Firdania selaku kepala seksi di bidang Kesmavet

menambahkan, sebagai berikut :

“Karena RPH Ampel sudah UPT jadi teknis diserahkan sana atau tugas kegiatan disana dilakukan secara mandiri. Kalau daging sudah diperiksa dokter hewan disana, ya otomatis kita tidak akan memeriksa lagi, itu kode etik kerja kita. Kita tidak pernah croschek disana tiap hari ataupun tiap bulan ke RPH langsung, tapi mereka tiap bulan memberikan laporan kepada kita”. (wawancara Senin, 16 Januari 2012, pukul 11.05 WIB). Kemudian ibu drh. Diah Ayu selaku staf di bidang Kesmavet menambahkan

berikut ini:

Page 115: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

“Harusnya kita monitoring dan evaluasi tapi kita serahkan di UPT RPH karena disana ada Dokter Hewannya, kalau terjadi sesuatu kita akan membantu” (wawancara Senin, 16 Januari 2012, pukul 11.35 WIB). Data pemotongan sapi potong di Kabupaten Boyolali tahun 2011 yang

dimiliki Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali dari

laporan yang diterima dari UPT RPH Ampel sebagai berikut :

Tabel 4.3. Data Pemotongan Sapi Potong di Kabupaten Boyolali tahun 2011

NO BULAN TERNAK YANG DIPOTONG (ekor)

JANTAN BETINA JUMLAH SAPI SEHAT 1 JANUARI 2,728 160 2,888 2 FEBRUARI 2,706 137 2,843 3 MARET 3,311 165 3,476 4 APRIL 3,155 149 3,304 5 MEI 3,475 159 3,634 6 JUNI 3,556 161 3,717 7 JULI 4,071 183 4,254 8 AGUSTUS 4,968 248 5,216 9 SEPTEMBER 3,997 166 4,163 10 OKTOBER 3,089 156 3,245 11 NOVEMBER 5,108 158 5,266 12 DESEMBER 2,847 169 3,016 JUMLAH 43,011 2,011 45,022

(Wawancara Kamis, 19 Januari 2012, pukul 10.40 WIB). Dari data tersebut tidak bisa dilihat kondisi atau keadaan daripada kualitas

daging yang sebenarnya di UPT RPH Ampel, semua diberi keterangan bahwa

daging yang disembelih di RPH adalah sapi atau daging sehat. Hal tersebut berbeda

dengan kenyataan di lapangan, daging yang disembelih di UPT RPH Ampel tidak

semua sapinya sehat tanpa diglonggong, namun terdapat sapi yang semi

glonggongan (sapi digelonggong dengan takaran banyak namun sapi tidak sampai

pingsan atau teler) dan sapi glonggongan (sapi yang diglonggong dengan takaran air

yang sangat banyak atau sampai tidak mampu berdiri ataupun berjalan). Hal ini

dituturkan oleh bapak Irwan Agus Tanto sebagai Kasubag TU RPH Ampel

mengungkapkan jenis daging sapi yang dipotong di UPT RPH Ampel sebagai

berikut : 

Page 116: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

“Sapi yang disembelih di RPH sini ada daging glonggongan, disini menyebutnya daging semi (sapi digelonggong sedikit jadi sapi tidak sampai teler) tapi daging basah (sapi digelonggong dengan takaran air yang sangat banyak, yang biasanya sapi sampai tidak mampu berdiri atau berjalan) juga sampai saat ini disini masih ada, dan disini juga ada daging kering yakni tanpa diglonggong sapinya. Kebanyakan sapi disini diglonggong, daging kering cuma untuk abonan dan jumlahnya tidak seberapa“(wawancara selasa, 17 Januari 2012, pukul10.00 WIB).

Bapak Eko Purnomo, AM.d selaku mantri atau petugas keur master

di UPT. RPH di Ampel menambahkan sebagai berikut :

“Iya memang kondisinya seperti ini disini, kriteria sapi bisa dipotong disini minimal sapi bisa jalan tapi kalau tidak, langsung kita tolak. Disnakan ya ndak berani ngapa-ngapain, karena di sini kan ada dokter hewannya, mau negur ya ndak berani mereka. Disamping itu kan karena juga sama-sama didesak PAD.” (wawancara rabu, 11 Januari 2012, pukul 19.30 WIB).

Adapun laporan pemotongan sapi dan pengiriman retribusi pada tahun 2011-

2012 sesuai dengan target dan realisasi dapat dikemukakan sebagai berikut :

Tabel 4.4. Data Pemotongan Sapi dan Pengiriman dan Penerimaan Retribusi di Kabupaten

Boyolali tahun 2011-2012 Bln

Target (ribuan)

%

Penerimaan Bulan Lalu

(ribuan)

%

Penerimaan Bulan ini (ribuan)

%

Jmlh s/d bulan ini (ribuan)

%

Kurang dari Target

(ribuan)

%

Ket

2011 Jan 422.500 100 - - 32.328 7,65 32.328 7,65 390.172 92.35 Feb 422.500 100 32.328 7,65 32.753 7,52 64.081 15,17 358.520 84.83 Mrt 421.500 100 63.997 15,2 38.814 9,21 102.810 24.39 318.690 75.61 April 421.500 100 102.810 24,4 36.966 8,75 139.675 33.14 281.825 66.86 Mei 421.500 100 139.675 33,1 40.531 9.62 180.206 42.75 241.294 57.25 Juni 421.500 100 180.206 42.8 41.451 9,83 221.656 52.59 199.844 47.41 Juli 421.500 100 221.656 52.6 47.434 11.25 269.091 63.84 152.410 36.16 Agust 421.500 100 269.090 63.8 58.244 13.82 327.334 77.66 94.165 22.34 Sept 421.500 100 335.010 74.4 52.165 9.34 331.231 70.25 72.035 8.22 Okt 421.500 100 373.709 88,7 36.241 8,60 409.949 97,26 11.551 2.74 Nop 421.500 100 409.494 97,3 36.429 8,64 446.378 105,9 (24.878) -5,90 Des 421.500 100 446.378 105,9 33.767 8,01 480.145 113,9 (58.645) -13,91 2012 Jan 753.000 100 - - 60.222 8.00 60.222 7.99 692.778 92.00 Feb 717.000 100 60.222 8,4 58.305 8,13 118.527 16,53 598.473 83,47 Mrt 717.000 100 118.527 16,5 68.298 9,53 186.825 26,06 530.175 73,94 April 717.000 100 186.825 26,1 64.616 9,01 251.441 35,07 465.559 64,93

Sumber: UPT RPH Ampel tahun 2011-2012

Page 117: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Berdasarkan tabel 4.4 di atas terlihat bahwa target dan realisasi penerimaan

retribusi pemotongan hewan selama tahun 2011 ternyata setiap bulannya mengalami

penurunan atau kurang dari target terutama pada bulan Oktober, Nopember dan

bahkan pada bulan Desember tahun 2011 mengalami minus.

Adapun untuk penerimaan retribusi pemotongan hewan selama tahun 2012

sampai bulan April, semuanya kurang dari target, walaupun penurunannya tidak

begitu signifikan. Hal ini berarti realisasi penerimaan retribusi pemotongan hewan di

UPT RPH Ampel tahun 2011/2012 kurang dari target yang telah ditetapkan, hal ini

disebabkan antara lain : ada beberapa pedagang yang menyembelih di rumahnya

sendiri dengan mengundang jagal yang ada di kabupaten Boyolali, dan juga terlalu

lamanya mengantri pagi pedagang yang akan memotongkan hewannya di UPT RPH

Ampel Boyolali, sehingga mereka para pedagang tidak sabar untuk menunggunya.

Hal ini juga diperkuat oleh hasil wawancara tentang laporan pemotongan

sapi dan retribusi yang ada di RPH Ampel oleh drh. Fitria afriyani sebagai berikut :

“...dalam penanganan hasilnya memang belum maksimal. Kalau dilihat dari potensi yang sangat besar di kabupaten boyolali baik dari sapi potong maupun sapi perah, kalau SDMnya Cuma kami ya tentunya masih kurang untuk menangani semua ini, makanya kami dibantu UPT-UPT. Strategi : ini kan kasus besar jadi bukan kita sendiri yang duduk tetapi seharusnya dengan pemerintah pusat, bapak bupati, DPR dan komisi-komisi. Kalau kami menegakan aturan tugas dari kami tentunya berdampak pada retribusi. Jadi jangan yang bicara kami tok, masalahnya kalau angka praktek gelonggong sapi tinggi maka PADnya akan turun, nah apa mau PADnya bakalan turun”. (Senin 09 januari 2012, pukul 10.00 WIB). Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kenyataan di lapangan

ternyata banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh petugas dari Disnakkan. Untuk

mengantisipasi kendala-kendala tersebut diperlukan petugas atau tenaga pengawasan

yang mempunyai Sumber Daya Manusia yang handal. Oleh sebab itu, Disnakkan

melakukan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan untuk memberikan bekal bagi tenaga

Page 118: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

lapangan agar mempunyai kinerja pengawasan yang tinggi, namun pelaksanaan dan

fasilitas dilakukan dari pusat.

Adapun isi pelatihan yang dilakukan diantara berisi tentang teknis

pemotongan sapi, prosedur teknik pemeriksaan sapi yaitu ante-morten dan post-

morten, syarat-syarat yang harus dimiliki sebagai seorang pengawas di lapangan

serta penilaian atau menilai kinerja ketika melakukan pengawasan ke RPH yang

ditunjuk. Hal ini seperti diungkapkan hasil wawancara yang disampaikan oleh ibu

drh. Afiany Firdania sebagai berikut :

“Kami punya standar operasi pemotongan atau yang sering disebut SOP yang didasarkan dari SK yang kita punya yakni Mentan Nomer 413 Tahun 1992. Hal tersebut diatur dalam pasal 21 Undang-Undang No 6 tahun 1967 dan pasal 22 UU No 6 tahun 1967 yang didalamnya terdapat peraturan teknik cara pengawasan dan pemeriksaan ternak ruminansia atau dalam hal ini di bidang kesmavet” (wawancara Senin, 09 Januari 2012, pukul 10.00 WIB). Berdasarkan wawancara tersebut dijelaskan bahwa syarat-syarat yang harus

dimiliki sebagai seorang pengawas di lapangan serta penilaian atau menilai kinerja

ketika melakukan pengawasan ke RPH yang ditunjuk. Kejelasan dari syarat sumber

daya manusia antara lain : 1) Setiap RPH dan/atau UPD harus di bawah pengawasan

dokter hewan berwenang; 2) Setiap RPH harus mempekerjakan paling kurang satu

orang dokter hewan; 3) Petugas penanggung jawab teknis harus memenuhi

persyaratan paling kurang mempunyai sertifikat pelatihan sistem jaminan keamanan

pangan; dan 4) Tenaga ahli pemotong daging paling kurang harus mempunyai

sertifikat sebagai tenaga ahli pemotong daging yang dikeluarkan oleh lembaga

berwenang.

Ibu drh. Diah Ayu menambahkan berikut ini :

“Prosedur teknis pemeriksaan itu ada ante-mortem yaitu pemeriksaan klinis oleh dokter hewan pengawas Kesmavet pada ternak sebelum disembelih; dan post-mortem yaitu pemeriksaan oleh dokter hewan atau pengawas teknis

Page 119: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

kesmavet terhadap hasil pemotongan ternak (setelah disembelih)” (wawancara Senin, 16 Januari 2012, pukul 11.35 WIB). Di dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13/Permentan/Ot.140/1/2010

tentang Persyaratan RPH Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting

Plant) dijelaskan bahwa : (1) Pemeriksaan ante-mortem dilakukan di kandang

penampungan sementara atau peristirahatan hewan, kecuali apabila atas

pertimbangan dokter hewan berwenang dan/atau dokter hewan penanggung jawab

perusahaan, pemeriksaan tersebut harus dilakukan di dalam kandang isolasi,

kendaraan pengangkut atau alat pengangkut lain; (2) Pemeriksaan post-mortem

dilakukan segera setelah penyelesaian penyembelihan, dan pemeriksaan dilakukan

terhadap kepala, karkas dan/atau jeroan.

Adapun syarat yang harus dimiliki sebagai pengawas diungkapkan oleh ibu

drh. Fitria selaku staf di bidang Kesmavet sebagai berikut :

“Pengawas harus punya sertifikat yang dilegalisir dari pusat itu dimiliki orang-orang RPH namanya irmaster, jadi itu tidak sembarangan” (wawancara Jumat, 10 Januari 2012, pukul 09.10 WIB).

Penilaian kinerja UPT RPH Ampel diungkapkan Ibu drh. Afiany Firdania

selaku kepala seksi di bidang Kesmavet dan bapak drh. Trijoko Budi Jatmiko selaku

staf di bidang Kesmavet menjelaskan sebagai berikut :

“Penilaian Disnakkan ke RPH kalau saya ya gimana ya nilai itu secara objektif. Kalau kita melihat secara ke sisi kesehatan. Jadi berbeda melihat sisi dari di RPH, kan apa yang ada dilapangan kadang berbeda. Di RPH itu kan sudah punya dokter hewannya sendiri dan dokter hewan itu punya kode etik.” (wawancara Kamis, 16 Januari 2012, pukul 10.10 WIB. Bapak Ir. Darsono, M.M sebagai kepala bidang Kesmavet menambahkan

berikut ini :

“Saya lihat kinerja di RPH itu sudah baik ya, karena dari dahulu tidak ada masalah, mereka melakukan sesuai aturan yang ada. Lagian mana mungkin aturan yang sudah mereka buat mau dilanggar sendiri. Kalau masalah jenis penyakit itu biasa, yang ada seperti ditemukannya hati bercacing, paru tbc

Page 120: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

mereka mampu mengatasi sendiri tanpa harus kita turun tangan, kalau penyakit serius seperti antraks itu tidak pernah ada laporan dari RPH” (wawancara Kamis, 12 Januari 2012, pukul10.40 WIB).

b) Program atau Kegiatan Insidental

Dinas Peternakan dan Perikan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali di dalam

pelaksananaan kegiatan yang dilakukan hari-hari besar atau yang sering disebut

sebagai kegiatan insidental merupakan program kegiatan pengawasan yang

dilakukan secara tahunan adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan tepatnya pada

hari-hari besar keagamaan (misalnya : hari raya idul adha dan idul fitri, hari raya

natal, dan hari raya tahun baru masehi.

Pengawasan tersebut Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan)

Kabupaten Boyolali melakukan kerjasama dengan membentuk tim yakni dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Boyolali, Dinas Perindagsar, Kantor Ketahanan Pangan,

Petugas Puskesmas sesuai lokasi yang menjadi sasaran. Seperti yang di ungkapkan

oleh Ibu drh. Afiany Firdania selaku kepala seksi di bidang Kesmavet

menambahkan, sebagai berikut :

“Tim yang melaksanakan pengawasan dalam pengambilan sampel BAH itu terdiri dari Dinas kesehatan kabupaten Boyolali (4 orang), Dinas perindagsar kabupaten Boyolali (2 orang), Dinas Peternakan dan Perikanan (2 orang), Kantor Satpol PP (2 orang), Kantor Ketahanan Pangan (2 orang) dan dari Petugas Puskesmas sesuai lokasi sasaran” (wawancara Senin, 30 Januari 2012, pukul 09.05 WIB).

Pengadaan dalam pengambilan sampel BAH Dinas Perikanan dan

Peternakan (Disnakkan) Boyolali dilakukan di pasar-pasar besar, sistem pelaksanaan

pengawasan diuraikan oleh Drh. Trijoko Budi Jatmiko selaku staf bidang Kesmavet

sebagai berikut :

“Pengambilan Sampel BAH dalam operasi pasar kita melaksanakannya di pasar-pasar besar semua yang tersebar di daerah Boyolali dan kita mempunyai jadwalnya seperti di tahun 2011, di kec. Cepogo, kec. Nogosari,

Page 121: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

kec. Ampel, kec. Andong, kec. Banyudono, kec. Musuk, kec. Simo, kec. Juwangi, kec. Boyolali, kec Ngemplak, kec. Teras, kec. Sambi, kec. Selo, kec. Sawit, kec. Mojosongo, ke. Karanggede, kec. Kemusu, kec, Klego, kec. Wonosegoro, dan kec. Sunggingan” (wawancara Senin, 30 Januari 2012, pukul 10.05 WIB).

Hal ini diperkuat dengan uraian ibu drh. Diah Ayu, selaku staf bidang

Kesmavet sebagai berikut:

“Dalam pengambilan sampel BAH kita mempunyai jadwal yang terstruktur seperti ini : (Wawancara Senin, 30 Januari 2012, pukul 09.05 WIB).

Tabel 4.5.

Data Sampel BAH sesuai dengan Jadwal, Lokasi dan Jumlah Petugas NO TANGGAL LOKASI Gol. Petugas 1 10-08-2011 Wil Kec Simo III 1 2 10-08-2011 Wil Kec Ampel III 2 3 11-08-2011 Wil Kec Banyudono III 1 4 12-08-2011 Wil Kec Juwangi III 1 5 12-08-2011 Wil Kec Wonosegoro III 2 6 12-08-2011 Wil Kec Kemusu III 1 7 13-08-2011 Wil Kec Andong III 2 8 13-08-2011 Wil Kec Karanggede III 1 9 15-08-2012 Wil Kec Nogosari III 2 10 15-08-2011 Wil Kec Klego III 1 11 15-08-2011 Wil Kec Mojosongo III 2 12 16-08-2011 Wil Kec Cepogo III 2 13 16-08-2011 Wil Kec Sambi III 1 14 18-08-2011 Wil Kec Ngemplak III 1 15 18-08-2011 Wil Kec Sawit III 2 16 18-08-2011 Wil Kec Teras III 2 17 19-08-2011 Wil Kec Musuk III 2 18 19-08-2011 Wil Kec Boyolali III 1 19 19-08-2011 Wil Kec Selo III 1 20 19-08-2011 Wil Kec Sungingan III 1

Program atau kegiatan insidental ini dilakukan dalam waktu-waktu tertentu,

misalnya pada menjelang bulan puasa, hari raya keagamaan (idul fitri dan idul

adha). Data sebagian hasil pengawasan Dinas Perikanan dan Peternakan

(Disnakkan) Boyolali yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Disperindag,

Satpol PP, kantor ketahanan pangan pada pada tanggal 10 – 19 Agustus 2011 yang

disampaikan oleh drh. Afiany Firdania adalah sebagai berikut :

Page 122: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

a) Kec. Simo tanggal 10 Agustus 2011, tim 1 Dari lima pedagang sapi yang ditemui dengan sapi yang dijual pada umumnya dalam keadaan baik dan dinyatakan layak konsumsi dan satu pedagang daging sapi ditemukan daging dalam keadaan kurang baik. Pedagang dimintai menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi dan diketahui oleh ka. UPT pasar Simo. Barang bukti dimusnahkan. Diketemukan satu orang pedagang menjual daging yang sudah di es sebanyak kurang lebih 2 kg sudah ada surat dari RPH.

b) Kec. Ampel tanggal 10 Agustus 2011, tim 2 Dari sepuluh pedagang daging sapi yang ditemukan pedagang menjual daging hati sapi keadaan kurang baik kurang lebih 4 kg. pedagang dimintai menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi dan diketahui oleh ka. UPT pasar ampel. Barang bukti dimusnahkan dipuskesmas ampel.

c) Kec. Banyudono tanggal 11 Agustus 2011, tim 1 Dari lima pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan baik atau layak untuk dikonsumsi.

d) Kec. Kemusu tanggal 12 Agustus 2011, tim 1 Tidak ditemukan penjual daging sapi.

e) Kec. Juwangi tanggal 12 Agustus 2011, tim 1 Dari tiga pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan kurang baik, pedagang dimintai menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi dan diketahui oleh ka. UPT pasar Juwangi. Barang bukti dimusnahkan.

f) Kec. Wonosegoro tanggal 12 Agustus 2011, tim 2 Tidak ditemukan penjual daging sapi.

g) Kec. Karanggede tanggal 13 Agustus, tim 1 Dari tujuh orang pedagang daging sapi ditemukan 1 orang penjual daging hati sapi yang tidak layak konsumsi.

h) Kec. Andong tanggal 13 Agustus 2011, tim 2 Tidak di temukan pedagang daging sapi.

i) Kec. Klego tanggal 15 Agustus 2011, tim 1 Dari dua orang pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan baik atau layak untuk dikonsumsi.

j) Kec. Nogosari tanggal 15 Agustus 2011, tim 2 Dari satu orang pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan baik atau layak untuk dikonsumsi.

k) Kec. Sambi tanggal 16 Agustus 2011, tim 1 Dari tiga pedagang daging sapi ditemukan satu hati sapi bercacing kurang lebih 3 kg bagian yang berisi cacing dibuang.

l) Kec. Mojosongo tanggal 15 Agustus 2011, tim 2 Dari empat pedagang daging sapi ditemukan daging dalam keadaan baik atau layak konsumsi dan tiga pedagang daging sapi ditemukan daging dalam keadaan kurang baik. Pedagang dimintai menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi dan diketahui oleh ka. UPT pasar Mojosongo. Barang bukti dimusnahkan.

m) Kec. Cepogo tanggal 16 Agustus 2011, tim 2 Dari Sembilan pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan baik atau layak konsumsi dan satu pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan

Page 123: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

tidak baik. Pedagang dimintai menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi dan diketahui oleh ka. UPT pasar Cepogo. Barang bukti dimusnahkan.

n) Kec. Ngemplak tanggal 18 Agustus 2011, tim 1 Dari tiga pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan baik atau layak untuk dikonsumsi.

o) Kec. Teras tanggal 18 Agustus 2011, tim 2 Tidak ditemukan penjual daging sapi.

p) Kec. Sawit tanggal 18 Agustus 2011, tim 2 Tidak ditemukan penjual daging sapi.

q) Kec Selo tanggal 19 Agustus 2011, tim 1 Dari dua pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan tidak baik. Pedagang dimintai menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi dan diketahui oleh ka. UPT pasar Selo. Barang bukti dimusnahkan.

r) Kec. Sunggingan tanggal 19 Agustus 2011, tim 1 Dari empat pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan baik atau layak untuk dikonsumsi dan satu pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan tidak baik. Pedagang dimintai menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi dan diketahui oleh ka. UPT pasar Sunggingan. Barang bukti dimusnahkan.

s) Kec. Boyolali tanggal 19 Agustus 2011, tim 1 Dari lima pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan baik atau layak untuk dikonsumsi dan satu pedagang daging sapi ditemukan dalam keadaan tidak. Pedagang dimintai menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi dan diketahui oleh ka. UPT pasar Boyolali. Barang bukti dimusnahkan.

t) Kec. Musuk tanggal 19 Agustus 2011, tim 2 Tidak ditemukan penjual daging sapi.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pedagang daging sapi

yang ditemukan masih menjual daging semi glonggongan. Bagi yang masih menjual

daging glonggongan mereka telah diberikan pembinaan dan telah membuat surat

pernyataan untuk tidak menjual lagi daging jenis glonggongan tersebut.

Dalam pengadaan pengambilan sampel BAH terdapat sistem pelaksanaan

pengawasan antisipasi dalam menangani kasus pengglonggongan sapi potong, Data

laboratorium yang diambil sempelnya, salah satunya pada tanggal 10 agustus 2011

di pasar Simo pada jenis sampel daging sapi, dan jenis pengujiannya organoleptik,

uji awal pembusukan (Eber). Hal ini dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Page 124: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Tabel 4.6 Data Laboratorium yang Diambil Sempelnya dan

Hasil Pengujian Daging Sapi No Asal

Sampel Jenis

Sampel Hasil Pengujian Ket. Warna Bau Rasa Konsisten-si pH Eber

1. Sri Budi Wahyudi

Daging Sapi Merah pucat

Normal - Kenyal 7,5 +

2. Pardi I Daging Sapi Merah Normal - Kenyal 7 +

3. Pardi II Daging Sapi Merah pucat

Normal - Kenyal 7 +

Kesimpulan : Hasil uji organoleptik terhadap 3 sampel daging sapi basah dan 1 sampel normal dan hasil uji eber terhadap semua sampel menunjukkan hasil positif.

Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap tiga sampel daging sapi basah

dan satu sampel normal serta hasil uji eber terhadap semua sampel menunjukkan

hasil yang positif. Artinya bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan Disnakkan

menunjukkan daging yang dijual berwarna merah, bau normal, konsistensi kenyal,

PH antara 7-7,5 dan hasilnya ternyata positif terjadi eber.

Namun demikian, dalam sistem pengawasan terdapat beberapa hal agar

pengawasan yang dilakukan oleh Disnakkan efektif. Dalam kegiatan pengawasan

kegiatan rutin terdapat pengadaan pembinaan atau disebut sosialisasi dan atau

penyuluhan. Pembinaan yang diberikan Dinas Perikanan dan Peternakan

(Disnakkan) Boyolali dalam menangani kasus pengglonggongan sapi potong

dijelaskan oleh Ibu drh. Afiany Firdania, berikut ini :

“Pembinaan itu merupakan sosialisasi atau penyuluhan yang telah kita lakukan secara rutin yakni dengan cara kita mendatangi RPH. Disana yang hadir tidak cuma kita tapi bagian PAD, bagian perencanaan, pokoknya semua yang berkaitan dengan ini ikut serta dalam proses sosialisasi, tahun kemarin ada tiga sampai empat kali“ (wawancara kamis, 12 Januari 2012, pukul 09.40 WIB).

Ir. Mursid Sri Santoso. M.Si sebagai kepala bidang Kesmavet menjelaskan

hal yang sama, yakni sebagai berikut :

“Pembinaan kita lakukan untuk masyarakat melalui brosur dan pamflet, kalau jagal biasanya kami undang di RPH, yang penting kami ini berusaha

Page 125: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

memupuk rasa kepercayaan dulu kepada para pejagal agar kerjasamanya akan lebih enak. Yang hadir narasumber dan panitia. Narasumbernya itu meliputi tenaga medis, MUI, pemerintah pusat kalau enggak cuma kita secara sarasehan itu juga bisa. Tahun 2011 kemarin ada tiga sampai empat kali” (wawancara Kamis, 12 Januari 2012, pukul10.40 WIB).

Sistem pelaksanaan kegiatan pembinaan atau sosialisasi Dinas Perikanan dan

Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam menangani kasus pengglonggongan sapi

potong yakni dengan memberikan pamflet dan brosur yang telah disebarkan ke

masyarakat, yang isinya mengenai pengamanan pangan kepada masyarakat. Dan

untuk pejagal atau pelaku usaha pemotong sapinya kita melakukan sosialisasi

dengan di kumpulkannya mereka di RPH sebulan sekali, dengan cara kita sering

melakukan ajakan kumpul-kumpul secara kekeluargaan agar kita bisa ngobrol.

ibu Drh. Afiany Firdania mengungkapkan sebagai berikut :

“Sosialisasi biasanya membicarakan retribusi ke depan seperti apa, dan apabila paguyuban belum bekerja secara baik kami dari Disnakkan akan membantu. Jadi itu tugas kami bersama” (wawancara kamis, 12 januari 2012, pukul 09.40 WIB).

Dalam penanganan adanya kasus daging glonggongan yang tersebar dipasar-

pasar, Dinas Peternakan dan Perikan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali melakukan

sidak (operasi mendadak) tidak hanya melakukan operasi di pasar tetapi di rumah-

rumah pejagal juga, tetapi itu tidak ada jadwalnya karena itu sifatnya sidak.

Dalam mengefektifkan pengawasan pada kegiatan yang dilakukan oleh RPH,

maka beberapa teknik yang dilakukan, selain melakukan penyuluhan dan pembinaan

atau sosialisasi melalui brosur, dan yang lebih penting adalah berusaha memupuk

rasa kepercayaan kepada para pejagal agar dapat bekerjasama yakni dengan

diadakan pertemuan bila memungkinkan, yang hadir adalah narasumber dan panitia.

Narasumbernya itu meliputi tenaga medis, MUI, pemerintah pusat, dan kalau tidak

seperti bisa dilakukan dengan pertemuan atau sarasehan.

Page 126: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Dalam menjalankan program-program pengawasan untuk mencapai kinerja

yang baik, Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam melakukan

pengawasan untuk menangani kasus pengglonggongan sapi potong bekerjasama

dengan lembaga lain, seperti yang di ungkapkan oleh ibu drh. Afiany Firdania dan

drh. Trijoko Budi Jatmiko berikut ini :

“Kita biasanya dalam menjalankan program bekerjasama dengan Disperindag, Dinkes, Satpol PP atau Polisi, Dinas Pasar, Dinas Ketahanaan Pangan dan RPH Ampel serta pemerintah tingkat provinsi” (wawancara senin, 09 januari 2012, pukul 10.10 WIB).

Drs. Sudarsono sebagai kepala Disnakkan memaparkan hal yang sama

dengan drh. Diah ayu bahwa :

“Bentuk pengawasan kita sebenarnya tidak hanya dilakukan di RPH dan pasar-pasar namun kita juga ke rumah-rumah pejagal. Ini kita lakukan untuk mempersempit ruang gerak para pemotong liar yang memotong sapi diluar RPH. Tetapi itu tidak ada jadwalnya karna itu sifatnya sidak” (wawancara senin, 09 januari 2012, puklul 11.23 WIB Hal tersebut diungkapkan pula oleh drh. Afiany firdania sebagi berikut :

“Tahun 2011 yang kepejagal atau pelaku usaha pemotong sapinya 3 samapai 4 kali, gak bisa dijadwalkan karna itu sifatnya sidak operasinya. Kami juga pernah berkerjasama dengan Pemerintah tingkat provinsi saat itu dalam melaksanakan sidak” (wawancara senin, 09 januari 2012, pukul 10.00 WIB)

Yang menjadi peluang bagi Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan)

Boyolali dalam melaksanakan program pengawasan guna menangani kasus

pengglonggongan sapi potong di Kabupaten Boyolali dituturkan oleh ibu Drh.

Afiany Firdania sebagai berikut :

“Kalau ada laporan masuk ke kita, yang kita ikut menangani apabila daging tidak bisa masuk ke daerah lain. Di sinilah celah untuk kita memberikan penyuluhan secara maksimal dan mereka berusaha mendapatkan surat rekomendasi pengiriman daging dari kami sehingga dengan kejadian tersebut mereka ada efek jeranya. Surat rekomendasi terlampir” (wawancara senin, 09 januari 2012, pukul 10.00 WIB)

Page 127: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Kesimpulannya kegiatan pengawasan Disnakkan Boyolali baru terlaksana

berkaitan kegiatan pengawasan insendental atau tahunan yakni pengambilan sempel

BAH, selain itu ada kegiatan sidak sedangkan kegiatan rutin pengambilan sempel

daging di UPT. RPH Ampel belum terlaksana karena hal tersebut baru perencanaan

dan belum adanya Perda yang memperkuat Disnakkan dalam menjalankan tugas

tersebut. Dari kegiatan pengawasan yang dilaksanakan ditemukan sempel daging

yang dipasarkan penyakit eber dalam hasil laboratorium.

c) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan pelaku yang sangat penting dalam

berorganisasi khususnya dalam pengawasan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

di kabupaten Boyolali. Seperti halnya pada Dinas Perikanan dan Peternakan

(Disnakkan) Boyolali, pegawai mempunyai peran penting dalam menyukseskan

program pengawasan yang telah dirancang. Seperti yang diutarakan oleh Drs.

Sudarsono, M.M sebagai kepala Dinas sebagai berikut :

“Yang bekerja di sini ada 149 orang tapi yang khusus melakukan pengawasan itu ada di bidang Kesmavet yang jumlahnya 4 orang dan di bantu pekerja lapangan” (wawancara senin, 09 januari 2012, puklul 11.23 WIB).

Hal ini diperkuat dengan uraian ibu Drh. Afiany Firdania sebagai kepala

seksi bidang Kesmavet yakni sebagai berikut :

“Iya memang dalam melakukan pengawasan baik untuk pengambilan sampel daging sapi itu tugas sub bidang kita ada 4 orang yaitu terdiri dari dua medis dan dua paramedis. Dan kita di bantu pekerja lapangan.” (wawancara senin, 09 Januari 2012, pukul 10.10 WIB).

Kemudian Ibu Drh. Afiany Firdania, menambahkan lagi dalam wawancara

sebagai berikut :

“Untuk pekerja lapangan dalam melakukan pengawasan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) itu terdiri dari UPT perikanan dan BKP3 jumlahnya kurang lebih ada 100 orang. Untuk satu penyuluh biasanya

Page 128: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

menangani dua sampai tiga desa.” (wawancara kamis, 12 januari 2012, pukul 09.50 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa Sumber Daya yang

dimiliki Disnakkan sebanyak 149 orang, namun yang bertugas untuk melaksanakan

kegiatan pengawasan 4 (empat) orang dan dibantu oleh tenaga/pekerja lapangan

secukupnya. Hal ini berarti tenaga yang digunakan untuk program pengawasan

beredarnya daging glonggongan maupun di RPH belum ideal, sehingga diperlukan

penambahan tenaga kerja agar pengawasan yang dilakukan mampu menjangkau

seluruh pedagang, jagal maupun beredarnya daging tersebut.

d) Dana

Dalam menunjang kelancarkan jalannya program yang telah dirancang,

diperlukan dana untuk kegiatan rutin maupun kegiatan tahunan dalam pengawasan

dengan pengambilan sampel BAH ataupun pengambilan sampel sapi di Kabupaten

Boyolali. ibu Drh. Afiany Firdania sebagai kepala seksi bidang Kesmavet

mengungkapkan sebagai berikut :

“Anggaran yang kita butuhkan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan di RPH itu berasal dari APBD tapi untuk anggaran yang disediakan khusus dibidang Kesmavet anggarannya masih sangat kecil. Tidak ada anggaran khusus untuk kegiatan ini tapi itu sudah menjadi satu tupoksi, jadi dana itu seberapapun ya harus kita bisa gunakan. Jadi hanya berapa persen saja untuk melaksanakan program ini” (wawancara senin, 09 januari 2012, pukul 10.20 WIB).

Sedangkan bapak Sujiyoto, A.Md selaku Staf Sub. Bag. Keuangan

memerincikan dana sebagai berikut:

“Anggaran yang disediakan dalam menjalankan kegiatan pengawasan di RPH yang berkaitan dengan pengambialn sampel BAH ataupun pengambilan sampel sapi di tahun 2011 (wawancara, kamis 26 januari 2012, pukul 10.00 WIB)

Page 129: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Adapun dana yang digunakan untuk kegiatan pengawasan, khususnya bagi

tenaga pengawas untuk pelatihan dapat dikemukakan seperti pada tabel 4.7. berikut:

Tabel 4.7. Program Peningkatan Hasil Produksi Peternakan Bagi Tenaga Pengawas

KEGIATAN Dana yang Tersedia Realisasi Selisih

Penelitian dan pengem- bangan hasil produksi peternakan

Rp 15.000.000,- Rp 14.999.950,- Rp 50,-

Pembangunan sarana dan prasarana pasar produksi peternakan

Rp 45.000.000,- Rp 45.000.000,- Rp -

Penyuluhan distibusi pemasaran atas hasil produksi peternakan Masyarakat

Rp 10.000.000,- Rp 9.135.000,- Rp 865.000,-

TOTAL Rp 70.000.000,- Rp 69.134.950,- Rp 865.050,-

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kegiatan yang digunakan untuk

meningkatkan sumber daya manusia bagi tenaga pengawas untuk penelitian dan

pengembangan hasil produksi peternakan selisih Rp 50,-. Untuk kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana pasar produksi peternakan dapat dijalankan

sesuai dengan rencana anggaran, dan untuk penyuluhan distibusi pemasaran atas

hasil produksi peternakan masyarakat terjadi sisa anggaran sebear Rp 865.000,- Hal

ini berarti kinerja pengawasan dilihat dari anggaran yang digunakan dalam rangka

peningkatan sumber daya manusia sudah terealisasi sesuai anggaran dan bahkan

mengalami sisa anggaran sehingga dapat dikatakan kinerja pengawasan pada

peningkatan sumber daya manusia tergolong baik.

2. Output

Dalam penelitian ini, yang menjadi output adalah kelompok yang menjadi

sasaran dalam pembinaan, dan dalam pengambilan sampel BAH maupun

Page 130: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

pengambilan sampel daging sapi yang dilakukan Dinas Perikanan dan Peternakan

(Disnakkan) Boyolali adalah meningkatnya produksi daging 7,16% pertahun,

terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau, meningkatnya

kualitas dan produktivitas ternak perah dan potong di 19 kecamatan yang tersebar di

6 KUD persusuan dan pasar-pasar, meningkatnya sistem kinerja penyuluhan peter-

nakan, meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 6 % pertahun dan

meningkatnya proporsi APBD khususnya belanja modal yang menyentuh

kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam menjalankan

strategi dalam melaksanakan kegiatan pengawasan di Rumah Pemotongan Hewan

Kabupaten Boyolali agar tepat sasaran seperti di atas, tidak lepas dari peran

kerjasama antar institusi pemerintah lain yang telah membantu Disnakkan dalam

mengawasi dan menangani kasus pengglonggongan sapi potong, pihak Rumah

Pemotongan Hewan (RPH), pejagal atau pelaku pemotongan sapi, lembaga

konsumen yang didirikan masyarakat secara khusus dan secara umum tentunya

mengenai masyarakat luas di wilayah Kabupaten Boyolali. Dalam pengawasannya,

Disnakkan Boyolali melakukan pengawasan di beberapa tempat RPH, hal ini dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a) UPT. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ampel

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali membawahi kerja

UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ampel yang tepatnya berada di jalan Solo-

Semarang. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ampel menjadi satu-satunya RPH di

Kabupaten Boyolali. Sistem pelaksanan operasi pasar yang sebagai salah satu

kegiatan pengawasan dari Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali

Page 131: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

diuraikan oleh bapak Erwan Agustanto, AM.d sebagai Kasubag TU RPH

menambahkan hal yang senada dengan bapak Eko berikut ini :

“Pengawasan, dan pengambilan Sampel BAH itu biasanya sudah dikoordinasikan dari Disnakkan jadi jadwalnya lebih terstruktur, tapi tidak hanya itu saja kita juga mengadakan operasi yang bersifat sidak ke tempat-tempat atau rumah pejagal disini. Biasanya itu timnya terdiri dari kita, bidang Kesmavet Disnakkan, Dinas Pasar, Dinkes, Disperindag, Dinas Ketahanaan Pangan, kepolisian dan bahkan dengan pemerintah tingkat provinsi juga pernah” (wawancara selasa, 17 januari 2012, pukul 10.00 WIB)

Lalu bapak Drh. Aryo Pramono sebagai dokter hewan di UPT. RPH Ampel

menambahkan sebagai berikut :

“Untuk pengadaan operasi sidak yang kerumah-rumah pejagal kita kadang berjalan sendiri, jadi kita disini kadang melakukan sidak secara diam-diam, yang artinya kita tidak mengajak polisi, nanti kalau kita menemukan pejagal yang ternyata melakukan glonggongan pada sapi-sapinya dirumah mereka, pejagal tersebut kita giring ke kantor polisi. Namun kita disini juga dilema karena penindakan kita disini juga bisa dikatakan percuma. Lha orang disana pejagal malah bertransaksi sama polisi-polisinya. Jadi ndak ada rasa jera para pejagal disini, karena mereka sangat mudah menyelesaikan masalah seperti ini. Kita ini jadi berpikir kadang, kita malah kaya ngasih makan polisi” (wawancara Rabu, 11 januari 2012, pukul 20.15). Adapun sistem pelaksanaan pengembangan penelitian di UPT Rumah

Pemotongan Hewan (RPH) Ampel dituturkan oleh Drh. Aryo Pramono sebagai

berikut :

“Pengambilan sampel BAH biasanya diambil dari pasar-pasar, kalau untuk pengambilan sempel di sini Disnakkan selama ini tidak pernah” (wawancara Rabu, 11 januari 2012, pukul 20.15). Pernyataan tersebut diperkuat oleh bapak Eko Purnomo, AM.d yang biasa

membantu teknis yang ada dilapangan sebagai mantri berikut ini :

“Disnakkan tidak mengambil sampel daging sapi disini untuk penelitian tapi diambilnya di pasar-pasar. Kalau di RPH sistemnya kalau memang diketemukan daging yang tidak sehat atau berpenyakitan kita tidak memberikan cap, berbeda halnya dengan daging yang sehat pada pemeriksaan pemotongan sapi pada ante-mortem dan post-mortem” (wawancara rabu, 11 Januari 2012, pukul 19.30 WIB).

Page 132: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Penuturan tersebut dibenarkan oleh bapak Ir. Joko Sularso sebagai kepala

RPH Ampel sebagai berikut :

“Surat Keterangan Kesehatan Daging (SKKD) bisa didapatkan tidak hanya pejagal yang memotong disini (RPH) tetapi juga pejagal yang memotong dirumah juga bisa mendapatkan SKKD dengan membeli disini. Dan keadaan sapi yang masuk disini tidak hanya sapi sehat yang artinya sapi tidak diglonggong tapi disini juga menerima sapi yang datang dalam kondisi sudah diglonggong, walaupun kondisinya memang sudah berbeda dengan dulu, sapi itu sampai deprok tidak bisa apa-apa.” (wawancara selasa, 17 Januari 2012, pukul 09.30 WIB).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas Dinas Peternakan dan Perikanan

(Disnakkan) Kabupaten Boyolali tidak mengambil sampel daging sapi di UPT. RPH

Ampel untuk penelitian tapi diambilnya di pasar-pasar. Kalau di RPH sistemnya

kalau memang diketemukan daging yang tidak sehat atau berpenyakitan pihak

pengawas tidak memberikan cap, berbeda halnya dengan daging yang sehat pada

pemeriksaan pemotongan sapi pada ante-mortem dan post-mortem. Di samping itu

pelaksanaan pengawasan untuk pengadaan operasi sidak secara diam-diam

dilakukan ke rumah-rumah pejagal, dan juga ke pasar-pasar yang ada di wilayah

Kabupaten Boyolali.

Dan ditemukan pelanggaran dalam mengeluarkan Surat Keterangan

Kesehatan Daging (SKKD) setiap pemotongan sapi, SKKD tidak hanya didapat

untuk daging kering tapi SKKD bisa dkeluarkan walaupun itu dagingnya daging

semi. Dan SKKD diperjual belikan oleh pihak UPT. RPH sehingga sapi yang di

sembelih di luar UPT. RPH Ampel pun bisa mendapatkan SKKD. Permasalahannya

adalah kalau dibandingkan diluar pemotongan sapi disini cuma 20% atau kurang

dari 20%. Jadi SKKD bisa didapatkan tidak hanya yang memotong di rumah sendiri

tapi untuk yang memotong di luar juga bisa dapat SKKD kalau mereka mau, caranya

dengan membeli di RPH setempat.

Page 133: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Kenyataan di lapangan, daging yang disembelih di RPH Ampel tidak semua

sapinya tidak diglonggong, namun semi glonggongan (sapi digelonggongan dengan

takaran banyak namun sapi tidak sampai pingsan (teler). Hal ini dituturkan oleh

bapak Erwan Agustanto sebagai Kasubag TU di UPT. RPH Ampel mengungkapkan

jenis daging sapi yang dipotong di UPT. RPH Ampel sebagai berikut :

“Sapi yang disembelih di RPH sini ada daging glonggongan, disini menyebutnya daging semi (sapi digelonggong sedikit jadi sapi tidak sampai teler) tapi daging basah (sapi digelonggong dengan takaran air yang sangat banyak, yang biasanya sapi sampai tidak mampu berdiri atau berjalan) juga sampai saat ini disini masih ada, dan disini juga ada daging kering yakni tanpa diglonggong sapinya. Kebanyakan sapi disini diglonggong, daging kering cuma untuk abonan dan jumlahnya tidak seberapa“(wawancara selasa, 17 Januari 2012, pukul10.00 WIB).

Bapak Eko Purnomo, AM.d selaku mantri atau petugas keur master

di UPT. RPH di Ampel menambahkan sebagai berikut :

“Iya memang kondisinya seperti ini disini, kriteria sapi bisa dipotong disini minimal sapi bisa jalan tapi kalau tidak, langsung kita tolak. Disnakan ya ndak berani ngapa-ngapain, karna disini kan ada dokter hewannya, mau negur ya ndak berani mereka. Disamping itu kan karena juga sama-sama didesak PAD.” (wawancara rabu, 11 Januari 2012, pukul 19.30 WIB). Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dalam mencapai kinerja

pengawasan di Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali pada UPT. RPH Ampel

ditemukannya adanya sarat kepentingan dari setiap personel yang ada kaitannya

dengan beredarnya daging sapi glonggongan, misalnya dokter jaga ingin memenuhi

target PAD, aparat polisi yang mencari keuntungan sendiri, belum adanya Undang-

undang yang mengatur secara tegas tindakan yang akan dijatuhi kepada siapa yang

melanggar, sehingga tindakan yang dilakukan oleh pengawas dari Disnakkan tidak

membuat jera bagi pelaku kejahatan, ditemukannya hasil uji organoleptik dalam

pencegahan dan penanggulangan penyakit pada pengambilan sampel BAH ternak

ternyata positif terjadi eber, adanya pelanggaran atau penyimpangan-penyimpangan

Page 134: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

dalam kemudahan pemberian SKKD di UPT. RPH Ampel yakni dengan

memperjualbelikan SKKD kepada pejagal yang menyembelih dirumah, ditemukan

pemotongan sapi yang tidak sesuai prosedur di UPT. RPH Ampel dan adanya sapi

dalam kondisi sudah di glonggong.

b) RPH Swasta atau Pejagal

Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali telah

berusaha keras dalam meningkatkan mutu kualitas pangan dalam hal ini daging sapi

dan menangani kasus pengglonggongan sapi potong di Kabupaten Boyolali dengan

melakukan pengawasan di rumah-rumah pejagal selaku pelaku pemotongan sapi,

terbukti dengan pernyataan ibu Hj. Harjani pejagal Desa Tanduk, Dukuh Tanduk,

Kecamatan Ampel sebagai berikut :

“Pemotongan sapi-sapi saya dilakukan dirumah tidak di RPH karena lebih enak tidak repot memakan waktu yang banyak, hemat tenaga dan tentunya biaya. Jadi cukup disamping rumah saja, saya juga malah bisa mantau kalau ada apa-apa. Biasanya setiap hari dirata-rata ada 30 sampai 40 ekor sapi. Daging-daging itu ada yang saya jual sendiri ke pasar tapi kebanyakan diambil bakul kesini dan sebagaian saya kirim ke Jakarta” (wawancara Minggu, 29 Januari 2012, pukul 15.00 WIB). Hal yang sama juga dinyatakan oleh pejagal yang bernama Sri Hartatik

sebagai berikut :

“Sapi-sapi saya biasanya dipotong disini (belakang rumah), saya memang sengaja membuat kandang sapi sebagai tempat pemotongan sapi, jadi saya memang memotong sapi tidak di RPH karena pertimbangan jarak yang lumayan jauh, takut ribet saja kan harus mengirim sapi kesana nanti malah rugi waktu. Orang motong disini atau disana juga sama saja saya yang harus siapin tukang sembelihnya. Untuk setiap harinya ada 2 sampai 4 ekor sapi, itu saya jual sendiri dipasar Sunggingan dan sebagian daging disetorkan suami saya ke pasar Delanggu. Kalau SKKD kan bisa beli di RPH jadi sejauh ini tidak ada masalah” (wawancara senin, 30 januari 2012, pukul 11.40 WIB).

Page 135: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Ibu Hj. Harjani dan ibu Sri Hartatik menambahkan sebagai berikut :

“Saya menjual daging semi dan kering tapi kadang juga basah tergantung bakulnya pada pesen yang gimana, kalau yang kering saya tidak mengglonggong sapi tapi kalau yang daging semi itu diglonggong tanpa ada takarannya sampai tepat gitu aja. Biasanya sih glonggongnya sekali yakni waktu sore, kalau yang daging basah itu glonggongnya dua kali disore hari sama malam sehabis magrib” (wawancara minggu, 29 januari 2012, pukul 15.00 WIB).

Fakta lain yang terkuak diungkapkan oleh bapak Darmo selaku Pejagal di

Dukuh Bakalan, Desa Tanduk, Kecamatan Ampel sebagai berikut :

“Biasanya sapi-sapi saya ada yang dipotong dirumah dan di RPH juga ada. Untuk pemotongan hewan, perbandingannya rata-rata satu dipotong di RPH dan 4 ekor di rumah, biar aman, kan saya sudah dapat SKKDnya (Surat Keterangan Kesehatan Daging) yang satu sapi itu, jadi untuk yang 4 ekor tinggal nempelin aja daging yang dari RPH yang ada capnya, jadi semua daging saya semua sudah aman untuk dipasarkan diluar” (wawancara minggu, 04 maret 2012, pukul 15.00 WIB).

Hal tersebut juga dilakukan oleh bapak Bejo selaku pejagal di Desa Candi,

Kabupaten Boyolali, namun ada yang berbeda trik yang digunakan agar daging sapi

miliknya bebas dipasarkan yakni sebagai berikut :

“...Masalah cap itu gampang, tanda itu kan bisa diatasi, kalau daging sudah dicap ya cepet-cepet dibawa kerumah, itu mudah yang penting daging dari RPH itu masih anget-angetnya cepet-cepet dibawa kerumah saya tempelkan daging bagian yang ada capnya ke daging yang hasil sembelihan dirumah jadi otomatis kena cap semua, jadi amanlah daging saya dipasaran” (wawancara rabu, 25 januari 2012, pukul 15.30 WIB).

Hal ini diperkuat oleh Drh. Aryo Pramono selaku dokter hewan di RPH

Ampel dan bapak Eko Purnomo, A.Md selaku Mantri atau petugas keur master,

menyatakan bahwa :

“Iya memang benar, trik pejagal biasanya motong sapinya yang dibawa kesini cuma satu ekor, lainnya pada dipotong dirumah mereka, makanya kasus yang sering tertangkap juga karena hal demikian, dagingnya mereka oplos dirumah jadi jumlah daging sapinya sesuai dengan yang tercantum di SKKD (Surat Keterangan Kesehatan Daging” (wawancara selasa, 06 maret 2012, pukul 20.20 WIB).

Page 136: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Dalam pengawasan dari Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan)

Boyolali diungkapkan oleh bapak Widodo dan ibu Hj. Harhani Desa Tanduk, Dukuh

Tanduk, Kecamatan Ampel sebagai berikut :

“Saya pernah didatangi polisi-polisi dan orang Disnakan sama Dinas lain dirumah waktu itu malam sekitar pukul 22.00 WIB. Mereka melihat proses pemotongan sapi disini, itu dua kali tahun kemarin. Orang Disnakan mengajak rembugan kasih saran atau masukan tentang motong sapi yang benar kaya apa. Kalau yang polisi-polisi biasa mereka berusaha menggiring saya kekantor polisi tapi sampai saat ini belum pernah kejadian karena biasanya kita menyelesaikan dengan kekeluargaan. Tapi imbasnya polisi-polisi itu kadang suka datang sendiri kesini minta daging maupun uang” (wawancara rabu, 01 Februari 2012, pukul 14.50 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut terlihat bahwa banyak para pejagal

berbuat tidak benar tentang teknik dan prosedur penyembelihan sapi. Para pejagal

mengelabuhi petugas dengan cara pejagal menempelkan daging yang disembelih di

rumah dengan daging yang diberi cap dari UPT. RPH Ampel agar daging tersebut

bebas dipasarkan. Di samping itu kadang petugas atau aparat juga bisa diajak

kompromi, yang penting saling menguntungkan.

c) Konsumen

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam hal mengawasi

beredarnya daging sapi glonggongan telah memberikan pembinaan kepada

masyarakat luas agar masyarakat lebih cerdas memilih makanan yang sehat. Hal ini

dituturkan oleh ibu Fitria dan ibu Dwi selaku konsumen daging sapi berikut ini :

“Iya saya pernah ketemu pegawai Disnakan memberikan penyuluhan di pasar waktu saya mau beli daging sapi, saya dibilangin kalau ada baiknya milih daging sapi yang tidak murah jadi lihat kualitas dagingnya dan saya diberi brosur mengenai bahaya memakan makanan yang tidak sehat seperti daging sapi yang telah diglonggong“(wawancara Jumat, 03 februari 2012, pukul 07.45 WIB).

Page 137: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Sedangkan ibu Marlina Desa Tegalsari, Kecamatan Ampel menyatakan

sebagai berikut :

“Saya belum pernah bertemu pegawai Disnakan memberikan penyuluhan. Ya itu kan aturan cuma buat orang berduwit, kalau musti beli daging sapi yang mahal kaya saya ini ya tidak mampu. Yang pentingkan daging yang saya beli merah dan kalau murah ya saya malah seneng“(wawancara sabtu, 04 februari 2012, pukul 06.40 WIB). Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa para petugas dari

Disnakkan telah melakukan penyuluhan ke pasar-pasar yaitu dengan menasehati

para pedagang untuk membeli daging yang bukan glonggongan dan jangan asal

murah, di samping itu juga para pembeli (konsumen) diberi brosur untuk

mengetahui bahayanya mengkonsumsi daging sapi yang tidak sehat. Namun

demikian, ada beberapa pedagang maupun konsumen yang merasa bahwa mereka

belum pernah bertemu dengan pegawai Disnakkan dalam memberikan penyuluhan.

Malah ada yang berkomentar “Ya itu kan aturan cuma buat orang berduwit”, dan

konsumen tidak mempedulikan apakah daging yang dibeli dan dikonsumsi itu sehat

untuk dikonsumsi asalkan dagingnya merah.

3. Outcomes

Dalam penelitian ini, outcomes merupakan segala sesuatu yang mencermin-

kan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Yang menjadi outcomes

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam kegiatan pengawasan

RPH di Kabupaten Boyolali terdapat beberapa kendala, yaitu:

Hasil dari program–program yang dijalankan untuk pengawasan tersebut

belum berjalan maksimal karena ditemukannya adanya penyimpangan daging

glonggongan yang menyebar luas di Kabupaten Boyolali yang belum terpecahkan

seperti yang diungkap ibu drh. Afiany Firdania selaku kepala seksi bidang kesmavet:

Page 138: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

“Kalau cuma kita tok yang berupaya menangani kasus pengglonggongan sapi potong disini ya berat karena berhubungan dengan masalah ekonomi, kestabilan sosial politik dan perdagangan. Kita sebenarnya sudah optimal, kami sudah melakukan secara rutin memberikan pembinaan, mengadakan operasi pasar dan juga penelitian. Tetapi memang dalam penanganan hasilnya memang belum maksimal. Kalau dilihat dari potensi yang sangat besar di kabupaten boyolali baik dari sapi potong maupun sapi perah, kalau sumber daya manusianya cuma kita ya tentunya masih kurang “ (wawancara Senin, 09 Januari 2012, pukul 10.00 WIB). drh. Afiany Firdania juga menambahkan sebagai berikut :

“Kendalanya dari masyarakat kalau tak liat-liat masyarakat belum ada kesadaran, mereka cenderung memilih harga murah dan dari pelaku usaha pemotongan sapibersikap ngeyel. Jadi dua-duanya harus kuat punya kesadaran yang tinggi agar ada titik temunya untuk mengambil jalan keluar. Dan kalau dari segi anggaran kita memang hanya disediakan dalam jumlah yang masih sangat kecil jadi kita disini juga melaksanakan kegiatan dalam program juga belum maksimal “(wawancara kamis, 12 januari 2012, pukul 09.40 WIB). Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Pak Ir. Joko Sularso sebagai kepala

RPH Ampel sebagai berikut :

“Kendala dari kita ya minimnya sumber daya manusia yang kita punya. Kita tidak bisa memantau satu persatu pejagal, belum lagi yang bakul (pedagang pasar) sekian banyaknya. Apalagi kalau harus memonitoring disemua wilayah pemasarannya, ada yang di Solo, Semarang bahkan di Jakarta kan tidak mungkin kita mapu dengan tim kita yang tidak seberapa jumlahnya. Dan kalau dilihat besarnya anggaran kita juga hanya seberapa saja sehingga dalam pelaksanaan seperti sosialisasi kan tidak terlalu sering frekuensinya.” (wawancara selasa 17 januari 2012, pukul 09.30 WIB). Sedangkan menurut Ir. Mursid Sri Santoso. M.Si sebagai kepala bidang

Kesmavet menuturkan sebagai berikut :

“Saya rasa sebenarnya masalah anggaran bisa mengikuti apabila regulasinya bagus jadi ada kerja sama dengan pemerintah“ (wawancara kamis, 12 Januari 2012, pukul 10.40 WIB).

Pak Irwan Agus Tanto sebagai Kasubag TU RPH menambahkan sebagai

berikut :

Page 139: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

“Anggaran yang kita punya itu kecil. Jangankan untuk melaksanakan perbaikan sarana dan prasaran di RPH ini, untuk pelaksanaan pembinaan saja belum bisa maksimal. Padahal itu juga menjadi faktor penting karena ada pejagal yang tidak mau memotong sapi disini karena tidak adanya air disini, dengan alasan kurangnya kebersihan, kurangnya memadai tempat pemotongan ini.” (wawancara selasa, 17 januari 2012, pukul10.00 WIB).

Kendala yang dipaparkan menurut drh. Diah Ayu selaku staf bidang

Kesmavet sebagai berikut :

“Kendalanya itu ada pada jeratan hukum orang-orang yang masih meng-glonggong masih terlalu ringan, mereka hanya terjerat hukum tipikor, yang sanksi dendanya sangat ringan, jadi tidak membuat efek jera. Yang membuat efek jera mereka hanya UU perlindungan konsumen. Tapi kalau kita selama ini tidak mendapatkan laporan atau komplain dari masyarakat, jadi meraka malah mencari daging murah, kita iya gak akan bisa. Jadi kita tidak bisa berdiri sendiri tapi ada kerjasama dengan dinas atau instansi terkait“ (wawancara kamis, 12 januari 2012, pukul 08.40 WIB).

Menurut drh. Trijoko Budi Jatmiko selaku staf bidang kesmavet yang menjadi

kendala adalah sebagai berikut :

“Menurut kacamata saya, yang menjadi kendala dalam melaksanakan tugas kita tidak adanya Perda. Sebenarnya kita dari dulu sudah mengusulkan berkali-kali tapi istilahnya selama ini tidak gol. Nah seperti ini ditahun 2009, 2010 kita pernah mengajukan. Sekarang ini kan kita baru mau mengajukan lagi. Tapi seharusnya ada kerjasama instansi terkait dengan pemerintah daerah berupa Perda ini, agar menjadi pedoman teknis mereka.Ya gimana kami mau memberantas, kalau mereka menanyakan landasan hukum daerahnya gak ada“ (wawancara kamis, 12 Januari 2012, pukul 10.40 WIB).

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kendala dalam

melaksanakan kegiatan pengawasan baik Disnakkan dan UPT. RPH Ampel adalah

minimnya sumber daya manusia, tidak adanya Perda,

Tak terkecuali peneliti juga telah melakukan penelitian di UPT RPH Ampel

dan pejagal di wilayah Kecamatan Ampel, hal ini dipilih peneliti dikarenakan Ampel

merupakan sentral produksi daging terbesar di wilayah Kabupaten Boyolali.

Sebagai langkah awal dalam mencapai tujuan sesuai visi dan misi, Dinas Peternakan

Page 140: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

dan Perikanan di Kabupaten Boyolali telah menyusun kebijakan sebagai strategi

dalam mendukung adanya program yang telah direncanakan, yang didalamnya

terdapat uraian kegiatan agar tepat sasaran. Namun demikian, dalam meningkatkan

kinerja pengawasan diperlukan adanya dana maupun anggaran, namun anggaran

yang dimilikinya kecil. Jangankan untuk melaksanakan perbaikan sarana dan

prasaran di RPH, untuk pelaksanaan pembinaan saja belum bisa maksimal. Padahal

itu juga menjadi faktor penting karena ada pejagal yang tidak mau memotong sapi di

UPT. RPH Ampel karena tidak adanya air disini, dengan alasan kurangnya

kebersihan, kurangnya memadai tempat pemotongan di RPH tersebut.

4. Penanganan Masalah Yang Ada Di Lapangan Pada Rumah Potong

Hewan Kabupaten Boyolali

Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pemba-

hasan tentang penanganan masalah yang ada dilapangan pada UPT. RPH Ampel

adalah diketemukannya kasus praktek pengglonggongan sapi potong yang

beredar dari pejagal di Kabupaten Boyolali oleh Dinas Peternakan dan Perikanan

di Kabupaten Boyolali. Tak terkecuali peneliti juga telah melakukan penelitian

di UPT RPH Ampel dan pejagal di wilayah Kecamatan Ampel, hal ini dipilih

peneliti dikarenakan Ampel merupakan sentral produksi daging terbesar di

wilayah Kabupaten Boyolali. Hal ini dapat dikutip beberapa hasil wawancara

dari beberapa sumber sebagai berikut :

4.1 Dari Disnakkan Kabupaten Boyolali

Wawancara kepada ibu drh. Afiany Firdania sebagi kepala seksi bidang

Kesmavet, hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan beredarnya daging

glonggongan adalah :

Page 141: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Sebenarnya kita Undang-Undangnya udah ada, yaitu UU No 18 tahun 2009 tentang keterangan kesehatan hewan, tetapi itu tidak bisa mencover khusus perdaerahnya. Jadi harus dikuatkan dengan Perda. Ini saya sedang menyusun Perda baru, mengenai kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner salah satunya mengatur tentang pemotongan hewan, penanganan peredaran daging, pemeriksaan daging, jadi semua akan diatur. Tapi ini baru langkah awal banget. (Wawancara hari Senin 09, Januari 2012, pukul 11.23 WIB).

Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa hal-hal yang berkaitan

dengan pengawasan beredarnya daging glonggongan di pasaran sebenarnya

Disnakkan sudah mempunyai Undang-undang yaitu UU No. 18 tahun 2009

tentang keterangan kesehatan hewan, tetapi Undang-undang tersebut tidak serta

merta dapat diberlakukan di daerah. Oleh karena itu, untuk menguatkan

pelaksanaan Undang-undang tersebut diperlukan Peraturan Daerah (Perda).

Namun Perda sampai saat itu belum terbentuk dan baru disusun, belum selesai-

selesai, sementara beredarnya daging glonggongan di pasaran terus bertambah.

Adapun hal yang berkaitan dengan jeratan hukum bagi orang yang masih

melakukan pengglonggongan daging sapi seperti hasil wawancara dari ibu drh.

Afiany Firdania, yaitu

“Kendalanya jeratan hukum pada orang-orang yang masih mengglonggong masih terlalu ringan, mereka hanya terjerat hukum tipikor, yang sanksi dendanya sangat ringat, jadi tidak membuat efek jera. Yang membuat efek jera mereka hanya UU perlindungan konsumen. Tapi kalau kita slama ini tidak mendapatkan laporan atau komplain dari masyarakat, jadi meraka malah mencari daging murah, kita iya gak akan bisa”. (Wawancara hari Senin 09, Januari 2012, pukul 11.23 WIB)

Hal yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh

Disnakkan, ada program tahunan atau insidental, namun kalau berbunyi program

khusus kasus pengglonggongan sapi tidak ada. Yang menjadi kegiatan tahunan

Disnakkan, dengan mengadakan operasi pasar tradisional. Disnakkan memberi

Page 142: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

pembinaan kepada pedagang, kalau konsumen selalu berusaha memberitahu

mereka, untuk selalu mengutamakan kualitasnya yang bagus bukan pilih harga

yang murah. Itu biasanya dilakukan mendekati lebaran dan natal. Dalam

kegiatannya Disnakkan bekerjasama dengan Disperindag, Dinkes, Satpol PP

atau Polisi, Dinas Pasar dan Dinas Ketahanaan Pangan. Kalau untuk para pelaku

usaha pemotong sapinya diberi pembinaan di RPH.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa petugas dari Disnakkan dalam

melakukan pengawasan dan penindakan terhadap pedagang atau pejagal yang

melakukan pengglonggongan daging sapi tidak bisa dijalankan dengan

maksimal, hal ini adanya kendala-kendala : (1) Belum adanya undang-undang

atau Perda yang mengaturnya, (2) Sangsi yang diberikan cukup ringan; (3)

Pelaksanaannya hanya pada menjelang hari-hari besar keagamaan seperti hari

Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Natal.

Upaya-upaya untuk mengantisipasi dan mengurangi beredarnya daging

glonggongan di pasaran di Kabupaten Boyolali dapat dilakukan beberapa hal,

misalnya dengan memberikan pamflet dan brosur. Hal ini diperkuat oleh hasil

wawancara dengan ibu drh. Afiany Firdania, yaitu :

“Upaya kami untuk mengurang beredarnya daging glonggongan dengan memberikan pamflet dan brosur yang telah kami sebarkan, yang isinya mengenai pengamanan pangan. Tapi kalau jagalnya sudah ngeyel, gimana lagi. Jadi kami berusaha keras, gimana sih biar mereka punya efek jera? Kalau sampai dimana-mana daging mereka gak bisa diterima, dengan otomatis mereka akan berfikir. Jadi merubah perilaku itu kan secara pelan- pelan” (Wawancara hari Senin 09, Januari 2012, pukul 11.23 WIB).

Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan Disnakkan berhubungan

dengan pengawasan daging glonggongan, seperti diutarakan oleh Drs. Sudarsono

M.M sebagai kepala Disnakkan Boyolali sebagai berikut :

Page 143: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

“Tujuan dari Disnakkan selama ini belum maksimal, hal ini bisa dilihat dari laporan anggaran, visi dan misinya seperti apa, bisa ditanyakan disana. Sistem kinerjanya sesuai tupoksi dan yang menjalankan itu sesuai bidang-bidangnya. Sekarang sudah jauh berbeda dengan dahulu. Upayanya sudah kita ajak bersama dengan kesadarannya bahwa pengglonggongan sapi itu tidak baik. Dan proses sosialisasinya selama ini berjalan dengan lancar, gampang mereka itu”. (Wawancara hari Senin 09 januari 2012, pukul 11.23 WIB).

Drh. Afiany Firdania mengungkapkan sosialisasi yang telah di laksanakan

tahun 2011 sebagai berikut :

“… jagal biasanya kami undang di RPH, yang penting kami ini berusaha memupuk rasa kepercayaan dulu kepada para pejagal agar kerjasamanya akan lebih enak. Yang hadir narasumber dan panitia. Narasumbernya itu meliputi tenaga medis, MUI, pemerintah pusat kalau enggak cuma kita secara sarasehan itu juga bisa. Tahun 2011 kemarin ada tiga sampai empat kali” (wawancara senin, 09 januari 2012, pukul 10.00 WIB).

Penjelaskan tersebut menginformasikan bahwa tujuan pengawasan yang

dilakukan oleh Disnakkan selama ini belum maksimal, hal ini dapat dijelaskan

dari laporan anggaran, visi dan misinya. Namun demikian saat ini perkembangan

pengawasan agak berbeda, upaya yang dilakukan Disnakkan untuk menyadarkan

agar tidak melakukan pengglonggongan daging, dan ini dilakukan dengan

sosialisasi.

Adapun berkaitan dengan strategi pengawasan yang dilakukan oleh

petugas yaitu memberi wawasan dan aturan yang sudah ada dijalankan

semaksimal mungkin. Ada Perda di Disnakan sebagai pedoman teknis. Namun

demikian masih adanya kendala, yaitu mereka berpindah ke daerah lain seperti

Solo dan Semarang, mereka akan berpindah kesana, dan tentang pengawasannya

ada petugas yang melakukan dan pertanggungjawaban ke kepublik, mereka tiap

bulan melaporkan ke Bupati lalu di laporkan ke DPR.

Page 144: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Untuk memberikan sosialisasi terhadap dampak dan akibat dari

beredarnya daging sapi glonggongan maka strategi yang dicapai diantara dengan

menyajikan beberapa informasi dalam website atau blog Disnakan, hal ini seperti

diungkapkan oleh Drs. Sudarsono sebagai kepala Dinas sebagai berikut :

“Di website atau blog informasi seperti kasus pengglonggongan sapi juga ada, setiap laporan ada. Di samping itu untuk meningkatkan kinerja pengawasan agar pegawai bekerja dengan penuh kesadaran”. (Wawancara hari Senin 09 januari 2012, pukul 11.23 WIB).

Berdasarkan beberapa hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

beberapa peristiwa dan pelanggaran serta kinerja pengawasan yang ada di

Disnakan berkaitan dengan adanya kasus daging glonggongan, maka untuk

memperkuat dasar hukumnya maka diperlukan peraturan yaitu dikeluarkannya

UU No. 6 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok peternakan dan

kesehatan hewan pada pasal 21. Adapun pengawas di bidang kesmavet meliputi :

1) Pengawasan pemotongan hewan,

2) Pengawasan perusahaan susu, perusahaan unggas, perusahaan babi,

3) Pengawasan dan pengujian daging, susu dan telur,

4) Pengawasan pengolahan bahan makanan yang berasal dari hewan,

5) Pengawasan dan pengujian bahan makanan yang berasal dari hewan yang

diolah.

6) Pengawasan terhadap “bahan-bahan hayati” yang ada sangkut pautnya

dengan hewan, bahan-bahan pengawetan makanan dan lain-lain.

Sedang pada pasal 22 UU No. 6 tahun 1967 perlu dilengkapi pedoman

teknis pengawasan pemotongan yang memenuhi kaidah-kaidah kesejahteraan

hewan (animal welfare) termasuk juga kaidah yang berlaku bagi mayoritas

masyarakat Muslim di Indonesia yaitu syariah Islam.

Page 145: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

4.2 Dari UPT RPH Ampel

Hal yang berkaitan dengan pengawasan kesehatan sapi yang ada di RPH,

diketahui bahwa pemotongan sapi ada sekitar 100 ekor/bulan tapi yang ada di

RPH tersebut tiap harinya dirata-rata hanya 20 ekor, itu ada daftar buku harian.

Bentuk pengawasan UPT. RPH Ampel terhadap pemotongan sapi potong adalah

adanya surat keterangan daging halal yang dikeluarkan oleh dokter hewan UPT.

RPH Ampel. Berkaitan dengan hal tersebut menurut petugas klining service

sudah baik, hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Sunardi sebagai klining

servise sebagai berikut :

“...di sini mengeluarkan surat keterangan daging halal. Itu 3 bulan sekali, nanti perpanjangan terus. Adapun kinerja Disnakan sudah baik dibandingkan dulu. Kalau yang glonggong telat trus sapi deprok di sini langsung gak mau menerima. Jadi jagal sendiri sekarang lebih hati-hati. Kalau sampai gak dipotong disini, takutnya tidak dapat surat keterangan daging halal dari sini, ke pasarnya yang jadi repot”. (Wawancara pada hari Rabu 11 Januari 2012, pukul 10.00 WIB).

Lalu ditambahkan oleh ungkapan bapak Erwan Agustanto AM.d selaku

Kasubag TU di UPT. RPH Ampel sebagai berikut:

“...Pengawas disini ada pak dokter sama pak mantri yang memeriksa kualitas daging, contohnya kaya limpo apa hati misal ada penyakitnya ya harus dibuang, setelah semua sudah diperiksa jagal akan mendapatkan surat keterangan sehat.”(Wawancara pada hari Rabu 11 Januari 2012, pukul 10.00 WIB).

Namun hal tersebut tidak menjadikan kualitas daging yang tersebar di

pasar-pasar menjadi baik. Hal ini bisa dilihat dari kenyataannya di lapangan

kinerja Disnakkan belum maksimal. Bagaimana tidak, fakta yang ada

ditemukan terdapat kelongaran dalam menerima sapi yang akan dipotong di

UPT. RPH yang banyak tidak memenuhi syarat yakni adanya sapi yang

Page 146: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

diterima sudah diglonggong. Hal tersebut diakui oleh bapak Irwan Agus Tanto

sebagai Kasubag TU RPH Ampel mengungkapkan jenis daging sapi yang

dipotong di UPT RPH Ampel sebagai berikut :

“Sapi yang disembelih di RPH sini ada daging glonggongan, disini menyebutnya daging semi (sapi digelonggong sedikit jadi sapi tidak sampai teler) tapi daging basah (sapi digelonggong dengan takaran air yang sangat banyak, yang biasanya sapi sampai tidak mampu berdiri atau berjalan) juga sampai saat ini disini masih ada, dan disini juga ada daging kering yakni tanpa diglonggong sapinya. Kebanyakan sapi disini diglonggong, daging kering Cuma untuk abonan dan jumlahnya tidak seberapa. Kita fleksibel sajalah, sesuai permintaan“ (wawancara selasa, 17 Januari 2012, pukul10.00 WIB).

Fakta yang ada dilapangan yang lain adalah terdapatnya kecurangan

dalam pemberian surat keterangan daging sehat oleh pihak UPT. RPH Ampel

kepada pejagal. Hal tersebut bisa dilihat dari wawancara Bapak drh. Aryo

Pramono sebagai dokter hewan, yaitu :

“…disini kita mengeluarkan Surat Keterangan Kesehatan Daging (SKKD) setiap pemotongan sapi. SKKD tidak hanya didapat untuk daging kering tapi SKKD bisa kita keluarkan walaupun itu dagingnya daging semi. Masalahnya kalau dibandingkan diluar pemotongan sapi disini cuma 20% atau malah gak nyampek. Jadi SKKD bisa didapatkan tidak hanya yang motong disini tapi untuk yang motong diluar juga bisa dapat SKKD kalau mereka mau, caranya ya bisa beli disini” (wawancara Rabu, 11 januari 2012, pukul 20.15).

Penuturan tersebut dibenarkan oleh bapak Ir. Joko Sularso sebagai kepala

UPT. RPH Ampel sebagai berikut :

“Surat Keterangan Kesehatan Daging (SKKD) bisa didapatkan tidak hanya pejagal yang memotong disini (RPH) tetapi juga pejagal yang memotong dirumah juga bisa mendapatkan SKKD dengan membeli disini. Dan keadaan sapi yang masuk disini tidak hanya sapi sehat yang artinya sapi tidak diglonggong tapi disini juga menerima sapi yang datang dalam kondisi sudah diglonggong, walaupun kondisinya memang sudah berbeda dengan dulu, sapi itu sampai deprok tidak bisa apa-apa. Jadi prinsipnya kita melayani semua permintaan pejagal karena kita disini dituntut oleh retribusi, kalau tidak memenuhi retribusi kita disini kena marah pak bupati dikira kita disini tidak kerja” (wawancara selasa, 17 Januari 2012, pukul 09.30 WIB).

Page 147: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Berkaitan dengan target dan PAD serta kendala yang dihadapi di

lapangan, seperti dituturkan oleh Bapak drh. Aryo Pramono sebagai dokter

hewan, yaitu :

“....Ya memang kondisinya antara kualitas dengan PAD, targetnya tahun 2011 ada 400an juta dan 2012 ada sekitar 700an juta. Kendalanya : karna masalah ini sudah sangat komplek sekali jadi sangat susah memecahkannya, padahal sudah puluhan tahun pemerintah tidak henti-hentinya berusaha menekan ini semua. Ada banyak pihak yang memiliki kepentingan disini Kalau kesmavet menekan kualitas dagingnya maka dari segi anggaran akan menurun”.

Hasil wawancara tersebut mencerminkan bahwa di satu sisi pihak

Disnakkan akan meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja terutama dalam

pengawasan RPH dalam rangka meminimalkan beredarnya daging glonggongan

di pasaran, namun di sisi lain pemerintah mematok target pemasukan untuk

daerah (PAD), sehingga akan berdampak pada pelaksanaan di lapangan, yang

penting target pemasukan untuk pendapatan daerah

Hal yang berkaitan dengan pengawasan dan operasi seperti dituturkan

oleh Bapak Eko Purnomo, AM.d sebagai mantri atau petugas keur master, yaitu :

“...Kalau ada operasi diluar, itu menjadi tanggungjawab pak Aryo selaku dokter hewan disini. Dulu sini juga pernah ditelpon, bilang koq kualitas dagingnya kaya gini gitu. Tapi biasanya kalau kaya gitu kita gak mau taulah, itu sudah menjadi tanggung jawab jagalnya sendiri.” (Wawancara pada hari Rabu 11 Januari 2012, pukul 11.15 WIB).

Adapun hal yang berkaitan dengan kinerja Disnakan, menurut penuturan

Bapak drh. Aryo Pramono sebagai dokter hewan, yaitu :

“...Kinerja Disnakan, kalau bicara ukuran kinerja itu diukur dari ketercapaian target sehari-hari tapi di samping itu kita juga menjaga kualitas daging, terutama yang dari sini tapi kalau yang diluar kami kurang bisa mengawasi. Kriteria sapi bisa dipotong disini minimal sapi bisa jalan tapi kalau tidak, langsung kia tolak. Kita disini kadang melakukan sidak secara diam-diam”. (Wawancara pada hari Rabu, 11 januari 2012, pukul 20.15).

Page 148: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Berkaitan dengan permasalahan di lapangan, kondisi pengawasan, hal ini

diutarakan oleh Bapak drh. Aryo Pramono sebagai dokter hewan, yaitu :

“...Kalau saya perhatikan disini pejagal lebih dilatarbelakangi oleh persaingan harga. Jadi pejagal si A mersa pejagal si B dagingnya lebih murah ngejualnya, maka si pejagal A melapor ke kita biar si B kita operasi. Jadi intinya masalah ini seperti rantai makanan dan ada banyak pihak punya kepentingan sendiri didalamnya”. (Wawancara pada hari Rabu, 11 januari 2012, pukul 20.15).

Yang menjadi kendala atau masalah yang sering timbul itu adalah seperti

yang diungkapkan oleh bapak Ir. Joko Sularso sebagai kepala UPT. RPH Ampel

sebagai berikut :

“…Kita disini sering mendapat komplain yakni ada pihak pemerintah daerah di luar Kabupaten Boyolali yang menemukan daging sapi yang diproduksi dari sini kualitasnya jelek. Setelah diteliti ternyata pejagal itu nakal dengan mengoplos daging sapi yang dipotong di sini dengan daging sapi yang dipotong dirumah” (wawancara selasa, 17 Januari 2012, pukul 09.30 WIB).

Hal tersebut dibenarkan oleh bapak Erwan Agustanto AM.d selaku

sekretaris di UPT. RPH Ampel sebagai berikut:

“ Iya banyak kasus yang kita dapati setelah di telusuri, pejagal itu banyak yang nakal dengan mengoplos daging sapi, dan parahnya cap yang didapat dari sini itu ditempel didaging yang disembelih dirumah, jadi seolah-olah kalau dilihat mata daging tersebut seperti sudah melalui pemeriksaan dari sini, jadi banyak didapati daging yang di pasarkan menerangkan jumlah dagingnya tidak sama dengan yang tertera di SKKD” (wawancara selasa, 17 Januari 2012, pukul10.00 WIB).

Berdasarkan beberapa hasil wawancara tersebut, penanganan masalah

yang ada dilapangan yakni ditemukannya daging yang kualitasnya dibawah

standar kesehatan dan adanya kasus praktek pengglonggongan sapi potong di

Kabupaten Boyolali oleh Disnakkan dan UPT. RPH Ampel adalah dengan

melaksanakan sosialisasi atau pembinaan kepada pejagal yang dilakukan di

UPT. RPH Ampel, namun pelaksanaan sosialisasi belum maksimal karena hanya

dilakukan 3 sampai 4 kali pada tahun 2011. Selain itu pelaksanakan kegiatan

Page 149: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

pengawasan di pasar dan sidak haruslah dilaksanakan semaksimal mungkin. Dan

seharusnya UPT. RPH Ampel lebih selektif dalam memberikan SKKD kepada

pejagal sehingga hal tersebut dapat menekan atau mengurangi praktek

pengglonggongan sapi yang berdampak kualitas daging dipasaran yang kurang

bagus.

E. Evaluasi dalam Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan di

Kabupaten Boyolali

Peneliti mengemukakan berdasarkan indikator kinerja pengawasan Dinas

Peternakan dan Perikanan Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di

Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012 yang diterapkan kedalam kelompok

indikator input, output dan outcome. Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Input

Dalam penelitian ini yang menjadi input Dinas Perikanan dan

Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam pengawasan Rumah Pemotongan

Hewan (RPH) adalah progam atau kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh

Disnakkan Kabupaten Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

program pengawasan yang dilakukan oleh Disnakkan Kabupaten Boyolali

ada dua, yaitu program pengawasan rutin dan program pengawasan tahunan.

Untuk kegiatan yang dilakukan secara rutin yakni pengambilan sampel

daging yang diadakan di RPH belum terlaksana sampai sekarang karena

tidak adanya Perda yang dapat memayungi kegiatan mereka dilapangan

sedangkan kegiatan rutin yang dilakukan di pasar-pasar dilakukan setiap

Page 150: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

bulan, yaitu ada empat kegiatan yakni: (1) Pengambilan sampel susu di 6

(enam) kecamatan yaitu kecamatan Boyolali, Mojosongo, Musuk, Cepogo,

Ampel, dan Selo; (2) Pengambilan sampel daging di 15 kecamatan (Selo,

Cepogo, Ampel, Boyolali, Teras, Mojosongo, Banyudono, Sambi, Simo,

Klego, Kemusuk, Juwangi, Ngamplak, Andong); (3) Monitoring krupuk kulit

di kecamatan Banyudono; dan (4) Pembinaan sapi perah di 6 kecamatan

(Boyolali, Mojosongo, Musuk, Cepogo, Ampel, dan Selo). Adapun program

pengawasan yang dilakukan secara tahunan atau insidental adalah kegiatan

pengawasan yang dilakukan tepatnya pada hari-hari besar keagamaan

(misalnya : hari raya idul adha dan idul fitri, hari raya natal, dan hari raya

tahun baru masehi).

Dalam pelaksananan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali di Rumah Potong Hewan

Ampel diketahui bahwa target dan realisasi penerimaan retribusi pemotongan

hewan selama tahun 2011 ternyata setiap bulannya mengalami penurunan

atau kurang dari target terutama pada bulan Oktober, Nopember dan bahkan

pada bulan Desember tahun 2011 mengalami minus. Untuk penerimaan

retribusi pemotongan hewan selama tahun 2012 sampai bulan April,

semuanya kurang dari target, walaupun penurunannya tidak begitu

signifikan. Hal ini berarti realisasi penerimaan retribusi pemotongan hewan

di UPT RPH Ampel tahun 2011/2012 kurang dari target yang telah

ditetapkan, hal ini disebabkan antara lain : ada beberapa pedagang yang

menyembelih di rumahnya sendiri dengan mengundang jagal yang ada di

kabupaten Boyolali, dan juga terlalu lamanya mengantri pagi pedagang yang

Page 151: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

akan memotongkan hewannya di UPT RPH Ampel Boyolali, sehingga

mereka para pedagang tidak sabar untuk menunggunya.

Untuk mengantisipasi kendala-kendala tersebut diperlukan petugas

atau tenaga pengawasan yang mempunyai Sumber Daya Manusia yang

handal. Oleh sebab itu, Disnakkan melakukan penyuluhan dan pelatihan-

pelatihan untuk memberikan bekal bagi tenaga lapangan agar mempunyai

kinerja pengawasan yang tinggi, namun pelaksanaan dan fasilitas dilakukan

dari pusat. Adapun isi pelatihan yang dilakukan diantara berisi tentang teknis

pemotongan sapi, prosedur teknik pemeriksaan sapi yaitu ante-morten dan

post-morten, syarat-syarat yang harus dimiliki sebagai seorang pengawas di

lapangan serta penilaian atau menilai kinerja ketika melakukan pengawasan

ke RPH yang ditunjuk. Berdasarkan hasil wawancara dengan drh. Afiany

dan drh. Diah selaku kepala Kesmavet dan staf di bidang Kesmavet diketahui

bahwa pedagang daging sapi yang ditemukan masih menjual daging semi

glonggongan. Bagi yang masing menjual daging glonggongan mereka telah

diberikan pembinaan dan telah membuat surat pernyataan untuk tidak

menjual lagi daging jenis glonggongan tersebut.

Dalam pengadaan pengambilan sampel BAH terdapat sistem

pelaksanaan pengawasan antisipasi dalam menangani kasus pengglong-

gongan sapi potong, uji yang dilakukan adalah uji organoleptik terhadap tiga

sampel daging sapi basah dan satu sampel normal serta hasil uji eber

terhadap semua sampel menunjukkan hasil yang positif. Artinya bahwa hasil

pemeriksaan yang dilakukan Disnakkan menunjukkan daging yang dijual

berwarna merah, bau normal, konsistensi kenyal, PH antara 7-7,5 dan

hasilnya ternyata positif terjadi eber.

Page 152: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Namun demikian, dalam sistem pengawasan terdapat beberapa hal

agar pengawasan yang dilakukan oleh Disnakkan efektif. Dalam program

pengawasan kegiatan rutin terdapat pengadaan pembinaan atau disebut

sosialisasi dan atau penyuluhan. Pembinaan yang diberikan Dinas Perikanan

dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam menangani kasus peng-

glonggongan sapi potong, sistem pelaksanaan program pembinaan atau

sosialisasi Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam

menangani kasus pengglonggongan sapi potong ada beberapa teknik,

diantaranya adalah melakukan penyuluhan dan pembinaan atau sosialisasi,

dan yang lebih penting adalah berusaha memupuk rasa kepercayaan kepada

para pejagal agar kerjasamanya akan lebih enak, diadakan pertemuan bila

memungkinkan, yang hadir narasumber dan panitia. Narasumbernya itu

meliputi tenaga medis, MUI, pemerintah pusat, dan kalau tidak seperti bisa

dilakukan dengan pertemuan atau sarasehan.

Dalam menjalankan program-program pengawasan untuk mencapai

kinerja yang baik, Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali

dalam melakukan pengawasan untuk menangani kasus pengglonggongan

sapi potong bekerjasama dengan lembaga lain, misalnya : Dinas Kesehatan,

Disperindag, Satpol PP, dan Polisi.

Untuk melakukan pengawasan diperlukan Sumber Daya Manusia

yang ada. Adapun Sumber Daya Manusia yang dimiliki Disnakkan sebanyak

149 orang, namun yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan pengawasan

4 (empat) orang dan dibantu oleh tenaga/pekerja lapangan secukupnya.

Sedangkan Sumenr Daya Manusia di UPT. RPH Ampel terdapat 9 PNS,

PTT (pegawai tidak tetap) 5 orang, THL ( tambahan/ tenaga harian lepas) 3

Page 153: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

orang. Hal ini berarti tenaga yang digunakan untuk program pengawasan

beredarnya daging glonggongan maupun di RPH sangat terbatas, sehingga

diperlukan penambahan tenaga kerja agar pengawasan yang dilakukan

mampu menjangkau seluruh pedagang, jagal maupun beredarnya daging

tersebut.

Dalam menunjang kelancarkan jalannya program yang telah

dirancang, diperlukan dana untuk kegiatan rutin maupun kegiatan tahunan

dalam pengawasan dengan pengambilan sampel BAH ataupun pengambialn

sampel sapi di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan temuan diketahui bahwa

kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan sumber daya manusia bagi

tenaga pengawas untuk penelitian dan pengembangan hasil produksi

peternakan selisih Rp 50,-. Untuk kegiatan pembangunan sarana dan

prasarana pasar produksi peternakan dapat dijalankan sesuai dengan rencana

anggaran, dan untuk penyuluhan distibusi pemasaran atas hasil produksi

peternakan masyarakat terjadi sisa anggaran sebear Rp 865.000,- Hal ini

berarti kinerja pengawasan dilihat dari anggaran yang digunakan dalam

rangka peningkatan sumber daya manusia sudah terealisasi sesuai anggaran

dan bahkan mengalami sisa anggaran sehingga dapat dikatakan kinerja

pengawasan pada peningkatan sumber daya manusia tergolong baik.

2. Output

Dalam penelitian ini, yang menjadi output adalah kelompok yang

menjadi sasaran dalam pembinaan, dan dalam pengambilan sampel BAH

maupun pengambilan sampel daging sapi yang dilakukan Dinas Perikanan

dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali adalah meningkatnya produksi daging

Page 154: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

7,16% pertahun, terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan

terjangkau, meningkatnya kualitas dan produktivitas ternak perah dan potong

di 19 kecamatan yang tersebar di 6 KUD persusuan dan pasar-pasar,

meningkatnya sistem kinerja penyuluhan peter-nakan, meningkatnya

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 6 % pertahun dan meningkatnya

proporsi APBD khususnya belanja modal yang menyentuh kepentingan dan

kebutuhan masyarakat.

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam

menjalankan strategi program pengawasan di Rumah Pemotongan Hewan

Kabupaten Boyolali agar tepat sasaran seperti di atas, tidak lepas dari peran

kerjasama antar institusi pemerintah lain yang telah membantu Disnakkan

dalam mengawasi dan menangani kasus pengglonggongan sapi potong,

pihak Rumah Pemotongan Hewan (RPH), pejagal atau pelaku pemotongan

sapi, lembaga konsumen yang didirikan masyarakat secara khusus dan secara

umum tentunya mengenai masyarakat luas di wilayah Kabupaten Boyolali.

Dalam pengawasannya, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali

melakukan pengawasan di beberapa tempat RPH yaitu RPH Ampel dan RPH

swasta yang dilakukan oleh jagal-gal di rumah mereka sendiri.

Berdasarkan hasil temuan diketahui sistem pembinaan atau sosialisasi

dilakukan terutama kepada jagal, yang dulunya ada suatu paguyuban, namun

sampai saat ini paguyuban tersebut telah bubar. Di samping itu, kegiatan

penyuluhan dilakukan dengan mendatangi rumah ke rumah penjagal yang

bersangkutan.

Page 155: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Sistem pelaksanan operasi pasar yang sebagai salah satu program

pengawasan dari Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali

dilakukan dengan pengambilan Sampel BAH, dan biasanya sudah

dikoordinasikan dari Disnakkan yang jadwalnya sudah terstruktur. Di

samping itu pelaksanaan pengawasan untuk pengadaan operasi sidak secara

diam-diam kerumah-rumah pejagal, dan juga ke pasar-pasar yang ada di

wilayah Kabupaten Boyolali. Kenyataan di lapangan, daging yang

disembelih di RPH Ampel tidak semuanya sapinya tidak digelonggong,

namun semi glonggongan (sapi digelonggongan dengan takaran banyak

namun sapi tidak sampai pingsan (teler). Hal ini menurutnya karena sudah

diperiksa oleh mantri hewannya dan dapat disembelih di tempat tersebut. Hal

ini dapat dilakukan karena target yang harus ditempuh oleh UPT RPH

Ampel adalah target PAD harus terpenuhi, apapun kondisi di lapangan

kadang bertolak belakang dengan missi Disnakkan diantaranya menjaga dan

mengawasi beredarnya daging gelonggongan di pasaran.

Untuk penanganan kasus daging sapi glonggongan di RPH Swasta,

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali sudah berupaya keras

menangani kasus pengglonggongan sapi potong, namun demikian masih

banyak para pejagal berbuat tidak benar tentang teknik dan prosedur

penyembelihan sapi. Namun para pejagal mengelabuhi petugas dengan cara

cap yang ada pada daging sapi yang disembelih di UPT. RPH Ampel

ditempelkan pada daging sapi yang disembelih dirumah, selain itu terdapat

kemudahan dalam mendapatkan SKKD yakni dengan membeli SKKD

sehingga SKKD tidak hanya dimiliki pejagal yang memotong sapinya di

Page 156: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

UPT. RPH Ampel tetapi dapat dimiliki pula pejagal yang memotong sapinya

dirumahnya sendiri. Jadi kasus yang sering terjadi pada pasar adalah apabila

ada operasi dari Disnakkan Boyolali atau pun dari luar daerah terdapat

kualitas daging yang kurang bagus atau bahkan tidak bagus yang dibekali

SKKD namun berat daging tersebut ternyata berbeda dengan yang tertera di

SKKD (Surat Keterangan Kesehatan Daging).

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam hal

mengawasi beredarnya daging sapi glonggongan telah memberikan

pembinaan kepada masyarakat luas agar masyarakat lebih cerdas memilih

makanan yang sehat, yaitu dengan menasehati para pedagang untuk membeli

daging yang bukan glonggongan dan jangan asal murah, di samping itu juga

para pembeli (konsumen) diberi brosur untuk mengetahui bahanya

mengkonsumsi daging sapi yang tidak sehat. . Dan melaksanakan sosialisasi

kepada pejagal walaupun pelaksanaannya belum maksimal karena dalam

setahun (2011) hanya terdapat 3 kali. Selain itu pelaksanaan pengawasan

juga belum maksimal, kedua hal tersebut karena kecilnya anggaran yang

diterima Disnakkan Boyolali.

Selain itu. Pada UPT. RPH Ampel masih ditemukannya

penyimpangan-penyimpangan dalam kemudahan pemberian SKKD yakni

dengan memperjualbelikan SKKD kepada pejagal yang menyembelih

dirumah dan SKKD bisa diberikan ke daging yang kualitasnya kurang baik

seperti daging semi dan basah; pemotongan sapi yang tidak sesuai prosedur

dan adanya sapi dalam kondisi sudah di glonggong; adanya kecurangan dari

pejagal yang menempelkan daging yang disembelih di rumah dengan daging

Page 157: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

yang diberi cap dari UPT. RPH Ampel agar daging tersebut bebas

dipasarkan.

3. Outcomes

Dalam penelitian ini, yang menjadi outcomes Disnakkan Boyolali

dalam kegiatan pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di

Kabupaten Boyolali terdapat beberapa kendala, yaitu: 1) Hasil dari program–

program yang dijalankan untuk pengawasan tersebut belum berjalan

maksimal karena ditemukannya adanya penyimpangan daging glong-

gongan yang menyebar luas di Kabupaten Boyolali yang belum terpecahkan;

2) Kendala yang dihadapi Disnakkan Boyolali dalam melaksanakan kegiatan

pengawasan adalah kurangnya anggaran, belum adanya Perda dan kurang

tegaknya supremasi hukum.

F. Kinerja Pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan di Kabupaten

Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Dalam Menangani Kasus Praktek

Pengglonggongan sapi potong.

Berdasarkan hasil pelaksanaan pengawasan dan hasil evaluasi, maka

dapat diketahui kinerja pengawasan pada bidang Kesmavet di Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Boyolali sebagai berikut :

1. Input

Dalam pelaksananan pengawasan, hasil yang didapatkan bahwa

target dan realisasi penerimaan retribusi pemotongan hewan selama tahun

Page 158: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

2011 ternyata setiap bulannya mengalami penurunan atau kurang dari target

terutama pada bulan Oktober, Nopember dan bahkan pada bulan Desember

tahun 2011 mengalami minus. Untuk penerimaan retribusi pemotongan

hewan selama tahun 2012 sampai bulan April, semuanya kurang dari target,

walaupun penurunannya tidak begitu signifikan. Hal ini berarti realisasi

penerimaan retribusi pemotongan hewan di UPT RPH Ampel tahun

2011/2012 kurang dari target yang telah ditetapkan.

Dalam pengadaan pengambilan sampel BAH terdapat sistem

pelaksanaan pengawasan antisipasi dalam menangani kasus pengglong-

gongan sapi potong, uji yang dilakukan adalah uji organoleptik terhadap tiga

sampel daging sapi basah dan satu sampel normal serta hasil uji eber

terhadap semua sampel menunjukkan hasil yang positif. Artinya bahwa hasil

pemeriksaan yang dilakukan Disnakkan menunjukkan daging yang dijual

berwarna merah, bau normal, konsistensi kenyal, PH antara 7-7,5 dan

hasilnya ternyata positif terjadi eber.

Dalam program pengawasan kegiatan rutin terdapat pengadaan

pembinaan atau penyuluhan. Pembinaan yang diberikan Dinas Perikanan dan

Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam menangani kasus pengglonggongan

sapi potong, sistem pelaksanaan program pembinaan atau sosialisasi dalam

menangani kasus pengglonggongan sapi potong ada beberapa teknik,

diantaranya adalah melakukan penyuluhan dan pembinaan atau sosialisasi,

dan yang lebih penting adalah berusaha memupuk rasa kepercayaan kepada

para pejagal agar kerjasamanya akan lebih enak, diadakan pertemuan bila

memungkinkan, yang hadir narasumber dan panitia. Narasumbernya itu

Page 159: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

meliputi tenaga medis, MUI, pemerintah pusat, dan kalau tidak seperti bisa

dilakukan dengan pertemuan atau sarasehan. Untuk kegiatan pembangunan

sarana dan prasarana pasar produksi peternakan dapat dijalankan sesuai

dengan rencana anggaran, dan untuk penyuluhan distibusi pemasaran atas

hasil produksi peternakan masyarakat terjadi sisa anggaran sebear Rp

865.000,- Hal ini berarti kinerja pengawasan dilihat dari anggaran yang

digunakan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia sudah terealisasi

sesuai anggaran dan bahkan mengalami sisa anggaran sehingga dapat

dikatakan kinerja pengawasan pada peningkatan sumber daya manusia

tergolong baik.

2. Output

Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakkan) Boyolali dalam hal

mengawasi beredarnya daging sapi glonggongan telah memberikan

pembinaan kepada masyarakat luas agar masyarakat lebih cerdas memilih

makanan yang sehat, yaitu dengan menasehati para pedagang untuk membeli

daging yang bukan glonggongan dan jangan asal murah, di samping itu juga

para pembeli (konsumen) diberi brosur untuk mengetahui bahanya

mengkonsumsi daging sapi yang tidak sehat. Dan melaksanakan sosialisasi

kepada pejagal walaupun pelaksanaannya belum maksimal karena dalam

setahun (2011) hanya terdapat 3 kali. Selain itu pelaksanaan pengawasan

juga belum maksimal, kedua hal tersebut karena kecilnya anggaran yang

diterima Disnakkan Boyolali. Selain itu, di UPT. RPH Ampel masih

ditemukannya penyimpangan-penyimpangan dalam kemudahan pemberian

Page 160: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

SKKD yakni dengan memperjualbelikan SKKD kepada pejagal yang

menyembelih dirumah dan SKKD bisa diberikan ke daging yang kualitasnya

kurang baik seperti daging semi dan basah; 3) Pemotongan sapi yang tidak

sesuai prosedur dan adanya sapi dalam kondisi sudah di glonggong; 4)

adanya kecurangan dari pejagal yakni melakukan pengglonggongan sapi dan

menempelkan daging yang disembelih di rumah dengan daging yang diberi

cap dari UPT. RPH Ampel agar daging tersebut bebas dipasarkan

3. Outcomes

Dalam penelitian ini, yang menjadi outcomes Disnakkan Boyolali

dalam kegiatan pengawasan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di

Kabupaten Boyolali terdapat beberapa kendala, yaitu: 1) Hasil dari program–

program yang dijalankan untuk pengawasan tersebut belum berjalan

maksimal karena ditemukannya adanya penyimpangan daging glonggongan

yang menyebar luas di Kabupaten Boyolali yang belum terpecahkan; 2)

Terdapat kendala dalam melaksanakan kegiatan pengawasan yakni kuangnya

anggaran, belum adanya Perda dan kurang tegaknya supremasi hukum. Hal

ini berarti kinerja Disnakkan Boyolali kinerja pengawasan Rumah

Pemotongan Hewan (RPH) di Kabupaten Boyolali belum maksimal atau

tergolong masih rendah.

Berdasarkan hasil temuan tentang pengukuran kinerja kegiatan

khususnya pada kinerja pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali

pada Rumah Pemotongan Hewan tentang berdasarkan unsur input, output, dan

outcomes dapat diketahui sebagai berikut :

Page 161: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

1. Ditemukannya hasil uji organoleptik pada pengambilan sampel BAH oleh

Disnakkan Boyolali ternak ternyata positif terjadi eber.

2. Anggaran yang diterima Disnakkan Boyolali tergolong masih kecil

sehingga pelaksanaan pengawasan belum maksimal dan sosialisasi hanya

dapat dilaksanakan 3 kali pada tahun 2011.

3. Minimnya tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan pengawasan baik di

Disnakkan Boyoalali maupun di UPT. RPH Ampel.

4. Disnakkan tidak pernah menerima laporan atau pengaduan dari

masyarakat atau konsumen mengenai daging glonggongan yang ada di

pasaran, namun masyarakat atau konsumen banyak yang tidak

mengutamakan kualitas daging saat membeli namun mementingkan harga

yang terjangkau.

5. UPT. RPH Ampel dalam realisasi pemotongan sapi potong terdapat

banyak belum mencapai target yang diberikan pemerintah daerah

Boyolali.

6. UPT. RPH Ampel pemotongan sapi tidak sesuai dengan prosedur selain

itu UPT. RPH Ampel menerima sapi yang akan dipotong dalam keadaan

sudah diglonggong.

7. UPT. RPH Ampel melakukan penyimpangan dalam memberikan SKKD

untuk sapi-sapi yang di UPT. RPH Ampel tidak hanya diberikan pada

daging kering (sapi tanpa diglonggong), namun diberikan pada daging

semi (sapi diglonggong jumlah sedikit) dan daging basah (sapi

diglonggong jumlah banyak). Selain itu SKKD tidak hanya dimiliki oleh

pemotong sapi di UPT. RPH Ampel namun SKKD juga bisa dimiliki oleh

Page 162: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

pejagal atau RPH swasta dengan cara membeli SKKD di UPT. RPH

Ampel.

8. Pada pejagal atau RPH swasta terdapat kecurangan yakni banyak sapi-

sapinya yang diglonggong sebelum disembelih dan pejagal menempelkan

cap dari UPT. RPH Ampel pada daging yang dipotong dirumahnya agar

bebas dipasarkan.

9. Adanya sarat kepentingan dari setiap personel yang ada kaitannya dengan

beredarnya daging sapi glonggongan, misalnya dokter jaga ingin

memenuhi target PAD, aparat polisi yang mencari keuntungan sendiri,

dan penjagal yang juga ingin memperkaya diri sendiri tanpa memandang

dampak dari beredarnya daging sapiglonggongan di pasaran nanti.

10. Belum adanya Undang-undang yang mengatur secara tegas tindakan yang

akan dijatuhi kepada siapa yang melanggar, sehingga tindakan yang

dilakukan oleh pengawas dari Disnakkan tidak membuat jera bagi pelaku

kejahatan.

11. Belum adanya Perda yang membantu Disnakkan dalam melaksanakan

kegiatan pengawasan.

Page 163: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja Dinas

Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN) Kabupaten Boyolali dalam

pengawasan Rumah Pemotongan Hewan tergonggong dilihat dari input, output

dan income buruk. Hal ini dikarenakan banyaknya temuan-temuan yang ada di

lapangan baik Disnakkan Boyolali, UPT, RPH Ampel dan pejagal atau RPH

swasta yang melakukan pelanggaran, yaitu masih ditemukannya daging

glonggongan di pasar tradisional wilayah Boyolali, kurangnya pengawasan

secara rutin tentang beredarnya daging glonggongan karena pengawasan

dilakukan hanya kalau mendekati hari-hari besar keagamaan saja. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dari ketiga indikator, yaitu input, output dan income

sebagai berikut :

1. Indikator input : kinerja pengawasan Disnakkan Boyolali tergolong kurang

baik karena sebagai berikut :

a) Disnakkan Boyolali mempunyai program kegiatan pengawasan yang

terbagi dua yakni kegiatan pengawasan rutin dalam pengambilan sampel

daging dan kegiatan pengawasan insendental atau tahunan dalam

pengambilan sampel BAH, yang dilaksanakan di RPH baik di UPT. RPH

Ampel maupun RPH swasta atau pejagal,dan dilaksanakan pengawasan

dipasar. Namun kegiatan pengawasan dalam pengambilan daging dan

BAH tersebut baru dapat terealisasi pada RPH swasta dan di pasar.

b) Sumber daya manusia Disnakkan terdapat 149 orang namun yang

melaksanakan kegiatan pengawasan hanya 4 orang dan pada UPT. RPH

149

Page 164: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Ampel 3 orang sehingga tenaga kerja dalam pengawasan belum ideal,

diperlukan penambahan.

c) Dana anggaran yang diterima Disnakkan Boyolali dalam merealisasikan

terdapat sisa anggaran.

2. Indikator output : kinerja pengawasan tergolong buruk karena sebagai

berikut :

a) UPT. RPH Ampel dalam realisasi pemotongan sapi potong terdapat

banyak belum mencapai target yang diberikan pemerintah daerah

Boyolali.

b) UPT. RPH Ampel pemotongan sapi tidak sesuai dengan prosedur selain

itu UPT. RPH Ampel menerima sapi yang akan dipotong dalam keadaan

sudah diglonggong.

c) UPT. RPH Ampel dalam memberikan SKKD untuk sapi-sapi yang di

UPT. RPH Ampel tidak hanya diberikan pada daging kering (sapi tanpa

diglonggong), namun diberikan pada daging semi (sapi diglonggong

jumlah sedikit) dan daging basah (sapi diglonggong jumlah banyak).

d) SKKD tidak hanya dimiliki oleh pemotong sapi di UPT. RPH Ampel

namun SKKD juga bisa dimiliki oleh pejagal atau RPH swasta dengan

cara membeli SKKD di UPT. RPH Ampel.

e) Pada pejagal atau RPH swasta terdapat kecurangan yakni banyak sapi-

sapinya yang diglonggong sebelum disembelih dan pejagal menempelkan

cap dari UPT. RPH Ampel pada daging yang dipotong dirumahnya agar

bebas dipasarkan.

f) Disnakkan Boyolali telah melakukan pembinaan atau sosialisasi pada

pejagal dan konsumen yang dilakukan secara searasehan dan brosur, 3

kali pada tahun 2011.

Page 165: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

g) Hasil uji organoleptik pada pengambilan sampel BAH yang dilakukan

Disnakkan Boyolali ternak ternyata positif terjadi eber.

h) Disnakkan tidak pernah menerima laporan atau pengaduan dari

masyarakat atau konsumen mengenai daging glonggongan yang ada di

pasaran, namun masyarakat atau konsumen banyak yang tidak

mengutamakan kualitas daging saat membeli namun mementingkan

harga yang terjangkau.

3. Indikator outcome : kinerja pengawasan Disnakkan Boyolali digolongkan

buruk karena sebagai berikut :

a) Kegiatan pngawasan rutin pengambilan sempel daging di RPH belum

dapat terealisasi.

b) Minimnya tenaga kerja dalam melaksanakan pengawasan.

c) Pelaksanaan pengawasan belum maksimal dan sosialisasi hanya dapat

dilaksanakan 3 kali pada tahun 2011.

d) Jeratan hukum bagi orang-orang yang mengglonggong sapi tergolong

sangat ringan, sehingga tidak ada efek jera.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kinerja

pengawasan Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali pada Rumah Pemotongan

Hewan di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012 tersebut, jika dilihat dari ketiga

indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja pengawasan yaitu input,

output, dan outcome, maka dapat dikatakan bahwa kinerja pengawasan Dinas

Peternakan dan Perikanan Boyolali pada Rumah Pemotongan Hewan di

Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012 belum maksimal. Untuk itu, peneliti

mencoba memberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai bahan masukan

Page 166: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

dan pertimbangan bagi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali.

Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali hendaknya menambah

sumber daya manusia atau tenaga dalam melaksanakan kegiatan

pengawasan agar lebih maksimal hasilnya dalam melaksanakan

pengawasan.

2. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali hendaknya dapat

merealisasikan pelaksanaan pengambilan sempel daging di UPT. RPH

Ampel sebagai kegiatan pengawasan rutin.

3. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali hendaknya mengawasi

kegiatan pemotongan sapi dan dalam memberikan SKKD di UPT. RPH

Ampel agar pelanggaran yang selama ini terjadi dapat teratasi.

4. Mengembangkan sarana penjaring masukan dan kritik dari masyarakat

secara langsung maupun tidak langsung dan aktif mencari permasalahan

sehingga tidak hanya mengandalkan laporan, kritik dan keluhan yang masuk.

5. Meningkatkan sarana komunikasi dan sarana penyebarluasan informasi pada

publik melalui update informasi dalam papan pengumuman atau dengan

optimalisasi pengelolaan website yang juga dapat berfungsi sebagai sarana

transparansi dan akuntabilitas publik tentang kinerja pengawasan agar tidak

terjadi penyimpangan misalnya terjadinya peredaran di pasaran daging sapi

glonggongan.

6. Meningkatkan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat

tentang pengadaan dan pelaksanaan pencarian sapi yang akan dipotong

sampai dengan proses penyembelihan di Rumah Pemotongan Hewan serta

sistem penjualan daging yang tidak mengelabui pembeli.

Page 167: KINERJA PENGAWASAN DINAS PETERNAKAN DAN …/Kinerja... · Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali Pada Rumah Potong Hewan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012” tidak terlepas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

7. Untuk memberikan efek jera bagi yang melakukan penggelonggongan

daging, hendaknya dapat bekerja sama dengan aparat penegak hukum

(Satpol PP maupun Kepolisian) untuk menindaknya dengan seberat-

beratnya sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.