Kinerja Pelayanan Publik Kabupaten Kutai Kartanegara
Click here to load reader
-
Upload
heru-suprapto -
Category
Documents
-
view
2.823 -
download
6
description
Transcript of Kinerja Pelayanan Publik Kabupaten Kutai Kartanegara
KINERJA PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
(STUDI KASUS PELAYANAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN)
TAHUN 2008
Oleh : Heru Suprapto
Abstrak :
Kinerja pelayanan publik yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilakukan baik oleh pemerintah
maupun swasta. Kedua bentuk penyelenggaraan pelayanan tersebut tentu saja
memiliki karakteristik pelayanan yang berbeda. Pelayanan yang diselenggarakan
oleh swasta lebih berorientasi pada profit, sedangkan pelayanan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dilakukan karena adanya tanggung jawab tugas
dan fungsi pemerintahan. Namun, birokrasi dapat belajar dari pengalaman swasta
dalam menyelenggarakan pelayanan. Pelayanan yang diselenggarakan oleh swasta
karena berorientasi pada profit, menjadikan kualitas layanan sebagai tujuan atau
nilai penting yang harus dijaga agar mereka tidak kehilangan pelanggan sebagai
sumber keuntungan. Dengan demikian maka kinerja pemberi layanan swasta
harus dapat menjaga kepercayaan dan memberikan kepuasan kepada pengguna
layanan. Pengguna layanan menjadi orientasi utama mereka, sehingga swasta
dalam memberikan pelayanan dapat lebih professional, dapat menjamin kepastian
waktu dan biaya, serta dapat memberikan kepuasan, serta berupaya untuk
menciptakan ikatan psikologis dengan pengguna layanan.
Sebaliknya, penyelenggaraan pelayananan publik yang diselenggarakan
oleh birokrasi lebih berorientasi pada peraturan yang harus ditaati, kesesuaiannya
dengan juklak dan juknis, daripada kepuasan warga pengguna layanan. Pola pikir
birokrasi cenderung menganggap bahwa sebaik apapun dalam memberikan
pelayanan pada masyarakat, toh tidak akan merubah gaji dan pendapatannya.
Profesionalisme dalam penyelenggaraan pelayanan publik bukan menjadi tujuan
utama birokrasi. Mereka mau melayani hanya karena tugas dari pimpinan instansi
atau karena sebagai pegawai pemerintah, bukan karena tuntutan profesionalisme
kerja. Ini yang membuat keberpihakannya kepada warga pengguna layanan
menjadi sangat rendah. Pejabat birokrasi akan bersikap ramah kepada warga
pengguna layanan kalau ada “sesuatu” yang memberikan keuntungan atau melatar
belakanginya, seperti hubungan pertemanan, status sosial ekonomi warga, dan
sebagainya.
Kenyataan ini memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan birokrasi masih
belum menunjukkan adanya profesionalisme seperti yang diharapkan. Peraturan
yang ada seringkali tidak mudah dipahami oleh warga pengguna yang sebagian
besar berpendidikan rendah, sehingga banyak terjadi mis-komunikasi antara
birokrasi dengan warga pengguna. Kondisi pelayanan seperti ini merupakan
konsekuensi kurang efektifnya osialisasi kebijakan pelayanan kepada warga
pengguna, disamping itu warga pengguna memang tidak dilibatkan dan tidak
diajak bicara tentang masalah pelayanan. Perumusan kebijakan pelayanan, seperti
penentuan biaya, waktu pelayanan, prosedur, dan sebagainya, masih dilakukan
secara sepihak oleh birokrasi. Dengan demikian, warga pengguna hanya
ditempatkan sebagai „obyek pelayanan‟ yang dapat diperlakukan sesuai dengan
kemauan pejabat birokrasi.
Buruknya kinerja pelayanan publik bersumber dari masih kurang
profesionalnya aparatur pemerintah dalam mengelola organisasi publik. Berbagai
persoalan internal organisasi merupakan faktor utama yang menjadikan kinerja
aparatur pemerintah tidak maksimal. (Anwar Suprijadi, 2004: 19) Mengamati dan mengkaji berbagai permasalahan kinerja aparatur (PNS) di
atas dan dampaknya, maka sudah saatnya kini dilakukan evaluasi terhadap kinerja
pelayanan publik khususnya pelayanan dasar (bidang pendidikan dan kesehatan)
oleh aparatur (PNS) di lingkungan pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara.
1.2. Tujuan Studi
Studi evaluasi ini pada dasarnya untuk mengetahui dan mengkaji aktivitas
pelayanan publik (pelayanan dasar) yang dilakukan oleh unit-unit organisasi di
mana para PNS (aparatur) ditempatkan. Dalam hal ini adalah pada unit organisasi
pelayanan Kesehatan (RSU dan Puskesmas) dan pelayanan pendidikan. Secara
rinci tujuan evaluasi ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji : Indeks kepuasan
masyarakat secara menyeluruh terhadap hasil pelaksanaan pelayanan publik pada
organisasi pemerintah di Pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara;
II. Kerangka Teoritis
2.1. Konsep dan Dimensi Kinerja Pegawai
Kinerja (performance) pada dasarnya berarti pula prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil/unjuk kerja/penampilan kerja
(LAN,1992: 3; Munir,1983: 35). Kinerja adalah suatu hasil, di mana orang,
sumber-sumber dan pada lingkungan kerja tertentu secara bersama membawa
hasil akhir yang didasarkan tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan
(Baso,2003; 35). Kinerja personil erat kaitannya dengan cara mengadakan
penilaian terhadap pekerjaan seseorang, sehingga perlu ditetapkan standar kerja.
Mitchell (1978;343), mengemukakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek yaitu
: (1) quality of work, (2) promptness, (3) initiative, (4) capability, (5)
communication. Ke lima aspek tersebut selain dapat dijadikan ukuran dalam
pengkajian tingkat kinerja seseorang, juga dapat digunakan sebagai pengukuran
terhadap kinerja, yaitu ; Performance = ability x motivation (Mitchell.1978: 327).
Studi Bernandin & Russel (1993: 518) menyimpulkan bahwa faktor-faktor
determinan kinerja adalah ; knowledge, skills, abilities, attitudes dan behaviors.
Apabila pengkajian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
tersebut dapat dilakukan, maka hal ini dapat mengeli-minasi kinerja seorang
pegawai yang tidak efektif. Dengan demikian kinerja pegawai yang meningkat
pada akhirnya akan turut mempengaruhi atau meningkatkan kinerja organisasi.
Robbins (2001) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keefektifan dan efisiensi (produktivitas) individu-individu,
kelompok, dan organisasi keseluruhan, sebagai variabel tergantung, antara lain
adalah : (1) variabel tingkat individual, seperti ; ciri biografis, kepribadian, nilai
dan sikap serta kemampuan, (2) variabel tingkat kelompok, seperti ; sumber daya
kelompok (kemampuan dan karakteristik kepribadian), dan struktur kelompok
(dalam hal ini ; kepemimpinan formal, peran, norma, status, ukuran, komposisi,
kepaduan),(3) variabel tingkat organisasi, seperti ; kebijakan dan praktik
sumber daya manusia serta struktur dan desain organisasi. Setiap orang yang
bekerja diharapkan mencapai kinerja yang tinggi.
Kinerja sebagai hasil dari kegiatan unsur-unsur kemampuan dapat diukur
dan terstandarisasi. Keberhasilan suatu kinerja pada dasarnya akan sangat
tergantung dan ditentukan oleh beberapa aspek dalam melaksanakan pekerjaan
antara lain (Ainsworth, et al,1993) ; kejelasan peran (role clarify), tingkat
kompetensi (competencies), keadaan lingkungan (environment) dan faktor lainnya
seperti nilai (value), budaya (culture), kesukaan (preference), imbalan dan
pengakuan (reward and recognitions).
Dari uraian konsep di atas maka dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor
yang membentuk kinerja individual/aparatur, pada dasarnya dapat dilihat dari dua
aspek yaitu ; (1) faktor internal (dari diri pegawai), seperti : kemampuan
intelektual (pendidikan dan keterampilan), dan sikap mental (kepribadian, dan
motivasi kerja), (2) faktor eksternal (dari luar diri pegawai), seperti ; kebijakan
dan praktik sumber daya manusia (rekruitmen, seleksi, pengembangan karir,
sistem penilaian kerja dan sistem balas jasa), dan budaya organisasi. Unsur-unsur
setiap faktor tersebut pada dasarnya dapat saling berpengaruh dan dapat
mempengaruhi kinerja karyawan maupun kinerja organisasi.
2.2. Konsep Kinerja Pelayanan Publik
Telah dikemukakan di atas bahwa kinerja (performance) pada dasarnya
berarti pula prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil/unjuk
kerja/penampilan kerja (LAN,1992: 3; Munir,1983: 35). Sedangkan pelayanan
publik adalah adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan (KEP/25/M.PAN/2/2004).
Dengan demikian kinerja pelayanan publik adalah prestasi kerja
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil/unjuk kerja/penampilan kerja
dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh para PNS (aparatur) pemerintah
pusat/daerah, BUMN/BUMD dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pelayanan publik pada prinsipnya dapat meniru layanan konsumen dalam dunia
bisnis. Para penerima jasa dianggap sebagai pelanggan dan para pegawai lembaga
pemerintah meganggap dirinya sebagai penjual jasa. Tujuan akhir dari pegawai
pemerintah adalah membuat pelanggan merasa puas, dengan memenuhi
kebutuhan dan harapannya terhadap layanan publik.
Dengan demikian interaksi organisasi pemerintah (sebagai penyedia jasa
pelayanan) dengan masyarakat merupakan faktor yang menentukan kepuasan dan
ketidakpuasan layanan bagi kedua pihak. Kepuasan dan ketidakpuasan
masyarakat atas layanan tersebut juga merupakan salah satu basis ukuran kinerja
organisasi pemerintahan. Dengan kata lain bahwa, masyarakat akan merasakan
kepuasan yang tinggi atas kinerja layanan organisasi pemerintah, manakala
mereka dilayani oleh pegawai yang merasa puas.
Penilaian kinerja pelayanan publik dalam studi ini dilakukan dari persepsi
manajemen yaitu dari sisi aktivitas organisasi pemerintah dan para pegawai dalam
memberikan pelayanan, karena pegawai yang merasa puas diharapkan akan
memberikan pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian, elemen-elemen
indikator yang membentuk variabel kinerja pelayanan publik disusun dalam lima
dimensi kualitas pelayanan jasa menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry
(1993:1-12) sebagai berikut :
1. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan dan kehandalan untuk
menyediakan pelayanan yang terpercaya,
2. Daya tanggap (responsiveness) yaitu kesanggupan untuk membantu dan
menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap
keinginan konsumen (masyarakat yang dilayani),
3. Jaminan (assurance) yaitu kemampuan dan keramahan serta sopan
santun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen,
4. Perhatian (emphaty) yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian terhadap
konsumen,
5. Kenyataan (tangibility) yaitu kualitas pelayanan yang di lihat dari
sarana fisik yang kasat mata, misalnya berupa fasilitas atau sarana
perkantoran, komputerisasi, administrasi, ruang tunggu, tempat
informasi dan sebagainya.
Mengingat jenis pelayanan sangat beragam dengan sifat dan karakteristik
yang berbeda, maka untuk memudahkan penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) unit pelayanan diperlukan pedoman umum. Pedoman umum
tersebut digunakan sebagai acuan bagi Instansi, Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan di
lingkungan instansi masing-masing. Oleh karena itu, penetapan unsur penilaian
telah didahului dengan penelitian yang dilaksanakan atas kerja sama Kementerian
PAN dengan BPS. Dari hasil penelitian diperoleh 48 (empat puluh delapan) unsur
penting yang mencakup berbagal sektor layanan yang sangat bervariasi dan dari
hasil pengujian akademis/ilmiah diperoleh 14 (empat belas) unsur yang dapat
diberlakukan untuk semua jenis pelayanan, untuk mengukur indeks kepuasan
masyarakat unit pelayanan. Namun demikian, masing-masing unit pelayanan
dimungkinkan untuk menambah unsur yang dianggap relevan dengan
karakteristiknya.
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam
Keputusan Menteri PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian
dikembangkan menjadi 14 unsur yang "relevan”, “valid" dan "reliabel”, sebagai
unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan
2. Persyaratan Pelayanan
3. Kejelasan petugas pelayanan
4. Kedisiplinan petugas pelayanan
5. Tanggung jawab petugas pelayanan
6. Kemampuan petugas pelayanan
7. Kecepatan pelayanan
8. Keadilan mendapatkan pelayanan
9. Kesopanan dan keramahan petugas
10. Kewajaran biaya pelayanan
11. Kepastian biaya pelayanan
12. Kepastian jadwal pelayanan
13. Kenyamanan lingkungan
14. Keamanan Pelayanan
Dengan demikian 14 unsur yang "relevan”, “valid" dan "reliabel”, di atas
yang diterapkan dalam studi evaluasi ini. Sebagai unsur minimal yang harus ada
untuk dasar instrumen penilaian dan evaluasi kinerja pelayanan publik di
lingkungan instansi masing-masing.
III. Metode Penelitian
3.1. Responden dan Sampel
Responden adalah penerima pelayanan publik yang pada saat pencacahan
sedang berada di lokasi unit pelayanan, atau yang pernah menerima pelayanan
dari aparatur penyelenggara pelayanan yaitu masyarakat umum pengguna
pelayanan kesehatan dan penerima layanan pendidikan adalah murid sekolah.
Lokasi penelitian dilakukan di 8 Kecamatan dengan 9 obyek pelayanan
Pendidikan dan 9 obyek layanan kesehatan. Adapun Kecamatan dimaksur adalah
: Kota Bangun, Muara Jawa, Muara Kaman, Muara Muntai, Samboja, Sanga -
Sanga, Sebulu dan Tenggarong.
Masyarakat pengguna layanan kesehatan merupakan masyarakat pengguna
pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas adalah pasien rawat jalan.
Pengumpulan data pelayanan kesehatan dilakukan di Unit Pelayanan Kesehatan di
berdasarkan Kecamatan, dalam hal ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSU)
dan Puskesmas Perawatan yang berada di kecamatan, sedangkan pengumpulan
data pelayanan pendidikan dilakukan sekolahan di SLTP dan SLTA negeri di
Kecamatan terpilih. Adapun waktu pelaksanaan adalah bulan Juni sampai
September 2008.
Sampel penelitian dalam hal ini adalah murid dan pasien yang pada saat itu
berada pada unit pelayanan pendidikan dan kesehatan dengan jumlah diharapkan
masing-masing 50 orang.
3.2. Alat Analisis
3.2.1. Metode pengolahan data
Nilal IKM dihitung dengan menggunakan "nilai rata-rata tertimbang"
masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan indeks kepuasan
masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan
memiliki penimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut:
Bobot nilai rata – rata
tertimbang =
Jumlah Bobot =
1 = 0,071
Jumlah Unsur 14
Untuk memperoleh nilai IKM unit pelayanan digunakan pendekatan nilai rata-rata
tertimbang dengan rumus sebagai berikut:
IKM =
Total dari Nilai Persepsi Per Unsur
x Nilai penimbang
Total unsur yang terisi
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 - 100
maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan
rumus sebagai berikut:
IV. Hasil Penelitian
4.1. Karateristik Responden
4.1.1. Rresponden Pelayanan Pendidikan
Tabel 4.1. Distribusi murid berdasarkan Kelas
Kelas KT
Ban
gun
M J
awa
M K
aman
M M
un
tai
Sam
bo
ja
San
ga
2
Seb
ulu
Ten
gg
aro
ng
1
Ten
gg
aro
ng
2
To
tal
SM
AN
1
SM
A N
1
SM
PN
1
SM
AN
I
SM
A.N
1
SM
AN
1
SM
AN
1
SM
KN
1
SM
PN
3
1 0 28 0 0 0 0 0 49 0 77
2 50 22 51 52 38 40 50 1 51 355
3 0 0 4 0 0 0 4
Jumlah 50 50 51 52 42 40 50 50 51 436
Distribusi murid berdasarkan Kelas Dalam Prosentase
1 0% 56% 0% 0% 0% 0% 0% 98% 0% 17.66%
2 100% 44% 100% 100% 90.48% 100% 100% 2% 100% 81.42%
3 0% 0% 0% 0% 9.52% 0% 0% 0% 0% 0.92%
Jumlah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Hasil Penelitian 2008
IKM Unit pelayanan x 25
4.1.2. Responden Pelayanan Kesehatan
Tabel 4.2. Usia Responden Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Kecamatan
KECAMATAN
KT
Ban
gun
M J
awa
M K
aman
M M
un
tai
Sam
bo
ja
San
ga
2
Seb
ulu
Ten
g-g
aro
ng
1
Ten
g-g
aro
ng
2
To
tal
Obyek
Penelitian
Pu
skes
mas
Pu
skes
mas
Pu
kes
mas
Pu
skes
mas
Pu
skes
mas
Pu
skes
mas
Pu
skes
mas
RS
UD
AM
Par
ikes
it
Pu
skes
mas
Man
gk
ura
wan
g
Usia < 30 28 19 12 25 27 15 15 23 20 184
Usia 30 SD 50 18 28 8 22 21 29 31 17 8 182
Usia > 50 4 3 0 3 2 7 4 4 0 27
Jumlah Rsp 50 50 20 50 50 51 50 44 28 393
Usia responden dalam prosentase
Usia < 30 56% 38% 60% 50% 54% 29.41% 30% 52.27% 71.43% 46.82%
Usia 30 SD 50 36% 56% 40% 44% 42% 56.86% 62% 38.64% 28.57% 46.31%
Usia > 50 8% 6% 0% 6% 4% 13.73% 8% 9.09% 0% 6.87%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Hasil Penelitian 2008
4.2. Indek Kepuasan Pelayanan Pendidikan
Indek kepuasan pelayanan pendidikan mengukur seberapa puas murid
pada sekolah yang menjadi obyek penelitian terhadap pelayanan sekolah yang
dirasakan. Indek kepuasan pelayanan pendidikan tersebut di sampaikan
berdasarkan rerata dari sejumlah indikator dan disampaikan juga berdasarkan
masing-masing indikator. Pengukuran rerata dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran secara menyeluruh terhadap kualitas pelayanan, sedangkan pengukuran
masing-masing indikator untuk melihat lebih terperinci indikator mana yang
memiliki kinerja baik atau tidak baik.
Gambar 4.1. Indek kepuasan Pelayanan Pendidikan
Keterangan :
Nilai persepsi Nilai interval IKM Mutu pelayanan Kinerja unit pelayanan
1 1,00 – 1,75 D Tidak baik
2 1,76 – 2,50 C Kurang baik
3 2,51 – 3,25 B Baik
4 3,26 – 4,00 A Sangat baik
Secara umum Indek Kepuasan Pelayanan Pendidikan menunjukkan kinerja
yang baik atau dengan nilai interval 3,02 dengan mutu B. gambar 4.1.
menunjukkan dari 9 unit sekolah yang diteliti hanya terdapat 1 (satu) Kecamatan
yakni Kecamatan Muara Kaman dengan obyek SMPN 1 menunjukkan kinerja
pelayanan pendidikan yang kurang baik dengan nilai 2.42. Sedangkan yang
menunjukan indek kepuasan sangat baik adalah SMAN 1 Kota Bangun dan
SMAN 1 Sebulu. Jika dibanding dengan nilai rerata indek kepuasan pelayanan
pendidikan hanya terdapat 3 kecamatan atau 3 sekolahan yang nilai indeknya
dibawah rerata, yaitu kecamatan Sanga-Sanga, Muara Kaman dan Muara Jawa
sedangkan 6 kecamatan lainnya diatas rata-rata.
Gambar 4.1 menunjukkan Indek Kepuasan Pelayanana Pendidikan
masing-masing Kecamatan dengan nilai rerata indikator. Indek kepuasan
pelayanan pendidikan berdasarkan indikator menggambarkan seberapa baik
kinerja masing-masing indikator yang diukur (terdapat 16 indikator) untuk
masing-masing sampel yang diteliti. Hal ini untuk melihat lebih jelas gambaran
yang lebih rinci bagaimana kinerja masing-masing indikator dimana hal ini tidak
tergambar jika menggunakan ukuran rerata Indek Kepuasan Pelayanan
Pendidikan.
Berdasarkan rerata indikator terdapat indikator pelayanan pendidikan
dengan kinerja kurang baik atau dengan mutu C, indikator tersebut adalah :
3.46
2.69
2.42
3.07
3.04
2.84
3.44
3.14
3.1
3.02
0 1 2 3 4
KT Bangun
M Jawa
M Kaman
M Muntai
Samboja
Sanga-Sanga
Sebulu
Tenggarong 1
Tenggarong 2
Rerata
Indek Kepuasan Pelayanan Pendidikan
Nilai Interval
Nilai Interval
Kesigapan Pelayanan Guru, Kenyamanan Ruang Kelas dan kelengkapan Buku
Pelajaran.
4.3.2. Indek Kepuasan Pelayanan Kesehatan
Indek kepuasan pelayanan kesehatan diukur oleh 14 indikator, secara
keseluruhan bila diukur nilai rerata maka Indek Kepuasan Masyarakat pelayanan
kesehatan adalah baik dengan nilai interval 2,90. Hal ini berarti bahwa secara
umum masyarakat di seluruh Kecamatan sampel penerima layanan kesehatan
sudah puas atas kinerja pelayanan Puskesmas kecuali di RSUD Tenggarong.
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 1 puskesmas dengan kinerja yang
sangat baik yaitu Puskesmas Mangkurawang dengan Indek Kepuasan Masyarakat
sebesar 3,47 disisi lain justru pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
memberikan pelyanan kepada masyarakat yang kurang baik, selebihnya 7
puskesmas di Kecamatan Lainnya ditanggpai responden dengan kinerja baik.
Gambar 4.2. Indek Kepuasan Pelayanan Kesehatan
Dari gambar 4.2. diketahui bahwa rerata kinerja indikator Pelayanan
Kesehatan menunjukan kinerja yang Baik atau dengan mutu pelayanan B.
Terdapat 5 indikator dengan kinerja dibawah rerata dan 9 indikator lainnya
dengan kinerja diatas rerata. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan bahwa
kinerja indek kepuasan pelayanan kesehatan adalah baik.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1.1. Indek Kepuasan Masyarakat Pelayanan Pendidikan
2.78
2.8
2.67
3.19
2.84
3.07
2.92
2.38
3.47
2.9
0 1 2 3 4
Puskesmas Kota Bangun
Puskesmas Muara Jawa
Pukesmas Ma.Kaman
Puskesmas Muara Muntai
Puskesmas Samboja
Puskesmas Sanga-sanga
Puskesmas Sebulu
RSUD AM Parikesit
Puskesmas Mangkurawang
Rerata
Indek Kepuasan Pelayanan Kesehatan Nilai Interval
Nilai Interval
Secara umum Indek Kepuasan Pelayanan Pendidikan menunjukkan kinerja
yang baik atau dengan nilai interval 3,02 dengan mutu B. Dari 9 unit sekolah
yang diteliti hanya terdapat 1 (satu) Kecamatan yakni Kecamatan Muara Kaman
menunjukkan kinerja pelayanan pendidikan yang kurang baik dengan nilai 2.42
dengan obyek SMPN 1. Sedangkan yang menunjukan indek kepuasan sangat baik
adalah SMAN 1 Kota Bangun dan SMAN 1 Sebulu.
Jika dibanding dengan nilai rerata indek kepuasan pelayanan pendidikan
hanya terdapat 3 kecamatan atau 3 sekolahan yang nilai indeknya dibawah rerata,
yaitu kecamatan Sanga-Sanga, Muara Kaman dan Muara Jawa sedangkan 6
kecamatan lainnya diatas rata-rata.
Berdasarkan rerata indikator terdapat indikator pelayanan pendidikan
dengan kinerja kurang baik atau dengan mutu C, indikator tersebut adalah :
Kesigapan Pelayanan Guru, Kenyamanan Ruang Kelas dan kelengkapan Buku
Pelajaran.
5.1.2. Indek Kepuasan Masyarakat Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Indek Kepuasan Masyarakat penerima Pelayanan Kesehatan,
secara umum masyarakat di seluruh Kecamatan sampel penerima layanan
kesehatan sudah puas atas kinerja pelayanan Puskesmas kecuali di RSUD
Tenggarong. Terdapat 1 puskesmas dengan kinerja yang sangat baik yaitu
Puskesmas Mangkurawang dengan Indek Kepuasan Masyarakat sebesar 3,47
disisi lain justru pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang kurang baik, selebihnya 7 puskesmas di Kecamatan
Lainnya ditanggpai responden dengan kinerja baik.
Bahwa rerata kinerja indikator Pelayanan Kesehatan menunjukan kinerja
yang Baik atau dengan mutu pelayanan B atau dengan nilai interval 2,91.
Terdapat 5 indikator dengan kinerja dibawah rerata dan 9 indikator lainnya
dengan kinerja diatas rerata. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan bahwa
kinerja indikator adalah baik. Indikator dengan kinerja dibawah rerata tersebut
yaitu : Kepastian petugas yang melayani, Kedisiplinan Petugas, Kecepatan
Pelayanan, Jadwal waktu pelayanan dan Kenyamanan Lingkungan.
5.2. Rekomendasi
5.2.1. Rekomendasi Umum
Mengkaji hasil analisis penelitian di atas maka, tingkat pencapaian kinerja
pelayanan publik yang baik pada unit-unit pelayanan instansi di 9 (sembilan)
kecamatan baik Pelayanan Pendidikan Maupun Pelayanan Kesehatan, harus
mampu memberikan nilai mutu pelayanan publik yang lebih baik lagi, dalam hal
ini antara lain adalah :
1. Penataan sistem, mekanisme dan prosedur pelayanan, sehingga pelayanan
dapat dilaksanakan secara lebih berkualitas, berdaya guna dan berhasil
guna;
2. Pengembangan kreativitas, prakarsa para petugas dan peran serta
masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik;
3. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan oleh para
PNS/ non PNS (aparatur) pada lingkup Pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara (khususnya pada pelayanan pendidika dan kesehatan) dalam
upaya peningkatan kinerja pelayanan publik;
Kebijakan pendayagunaan aparatur negara dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan harus dilaksanakan secara konsisten dengan memperhatikan
kebutuhan dan harapan masyarakat, sehingga pelayanan pemerintah kepada
masyarakat dapat selalu diberikan secara cepat, tepat, murah, terbuka,
sederhana dan mudah dilaksanakan serta tidak diskriminatif. Oleh karena itu,
upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat merupakan kegiatan
yang dilaksanakan secara terus-menerus dan berkelanjutan oleh semua jajaran
aparatur negara pada semua tingkatan.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) pada dasarnya adalah data dan informasi tentang tingkat
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan
kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan
kebutuhannya, maka diharapkan adanya ketersediaan data IKM secara periodik,
sehingga dapat :
1. Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur
dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
2. Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan
oleh unit pelayanan publik secara periodik;
3. Sebagai bahan penetapan kebijakan tentang pelayanan publik yang
perlu diambil dan upaya-upaya yang perlu dilakukan;
4. Diketahui indeks kepuasan masyarakat secara menyeluruh terhadap
hasil pelaksanaan pelayanan publik pada lingkup pemerintah
kabupaten Kutai Kartanegara;
5. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada
lingkup pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara dalam upaya
peningkatan kinerja pelayanan publik;
6. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit
pelayanan.
Oleh karena itu, agar dapat membandingkan indeks kinerja unit pelayanan
secara berkala, diperlukan survei secara periodik dan berkesinambungan. Dengan
demikian dapat diketahui perubahan tingkat kepuasan masyarakat dalam
menerima pelayanan publik. Jangka waktu survei sebagaimana tertuang dalam
keputusan Menpan, waktunya antara periode yang satu ke periode berikutnya
dapat dilakukan 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) bulan atau sekurang-kurangnya
1 (satu) tahun sekali.
5.2.2. Rekomendasi Khusus
5.2.2.1. Rekomendasi Untuk Pelayanan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang bersumber dari penyelenggaran
pelayanan pendidikan dan para murid yang dijadikan sampel, maka dapat
direkomendasikan sebagai berikut :
1. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara hendaknya melengkapi sarana
fisik seperti, Ruang, Ruang Guru, Ruang Laboratoium, Ruang
Perpustakaan dan fasilitas fisik lainnya diseluruh sekolah yang ada di
Kabupaten ini.
2. Dirtribusi tenaga guru hendaknya merata baik yang di wilayah perkotaan
maupun yang berada di wilayah pedesaan. Sebagai contoh di SMAN 1
Kecamatan Sebulu, SMN 1 Kecamatan Kota Bangun memiliki rasio guru
dengan murid paling tinggi dibanding sekolah lainnya.
3. Kapasitas tenaga guru hendaknya ditingkatkan bukan hanya pada sisi
pendidikan formal tetapi juga peningkatan ketrampilan sebagai seorang
pendidik.
5.2.2.2. Rekomendasi Untuk Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian yang bersumber dari penyelenggaran
pelayanan kesehatan dan responden yang dijadikan sampel, maka dapat
direkomendasikan sebagai berikut :
1. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara hendaknya melengkapi sarana
fisik diseluruh puskesmas dan rumah sakit yang ada di Kabupaten ini.
2. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara hendaknya melengkapi
prasarana pendukung pelayanan kesehatan diseluruh puskesmas dan rumah
sakit yang ada di Kabupaten ini.
3. Distribusi tenaga medis baik dokter maupun perawan hendaknya
disesuaikan dengan jumlah penduduk, sebagai contoh di Kecamatan
Sebulu memiliki rasio paling tinggi diantara kecamatan lainnya yang
diteliti, yakni memiliki rasio 1 : 650.
4. Hendaknya pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Kesehatan
mengevaluasi kembali tentang penempatan tenaga di unit pelayanan
kesehatan agar sesuai pendidikan.
5. Hendaknya dilaksanakan peningkatan kapasitas baik tenaga medis maupun
tenaga pendukungnya secara terprogram.
Daftar Pustaka
Hardijanto. 2000. Pendayagunaan Aaparatur Negara Menuju Good
Governance, Makalah disampaikan Pada TOT Pengadaan
Barang/Jasa Menuju “Good Governance”,Deputi III Menpen
Bidang SDM Aparatur, 11 September.
MENPAN. 2004. Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat
Unit Pelayanan Pemerintah, Keputusan Nomor 25 tahun 2004.
MENPAN. 1993. Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum, Keputusan Nomor 83
tahun 1993.
Mitchell, Terence R. 1978. People in Organization Understanding their
Behavior, International Student Edition Mc.Graw Hill
Kogakhusa, Ltd.
Mulyadi, Deddy.2002. “Mengharapkan Pelayanan Publik yang Optimal”,
Pikiran Rakyat Cyber Media.
Munir, AS.1983. Pendekatan Manusia dan Organisasi, Terhadap Pembinaan
Pegawai, Jakarta : Sumber Agung.
Nelson, B. 1996. Performance management: The use of informal rewards in
recognizing performance, Personnel Journal, p.65-70 [On-line]
Available at: http://www.smartbiz.com
Rahayu,Amy Y.S. 1997. Fenomena Sektor Publik dan Era Service Quality,
dalam Bisnis dan Birokrasi No. 1/Vol. III/April.
Robbins,Stephen P.2001. Perilaku Organisasi, versi bahasa Indonesia, edisi
kedelapan, jilid 1, Jakarta: penerbit PT.Prenhallindo.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja,
Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju.
Situmorang,S.2002. “Pola Pengembangan Pegawai Negeri Sipil Dan
Pendidikan Dan Latihan”,dalam Manajemen Sumber Daya
Aparatur Pemerintah Daerah, Jatinangor :penerbit Fokusmedia
Bandung bekerjasama dengan Pusat Kajian Pemerintahan
STPDN.
Soeling, Pantius D. 1997. Pemberdayaan SDM Untuk Peningkatan Pelayanan,
dalam Bisnis Birokrasi No. 2/Vol III/Agustus.