Kinerja Ekspor Mamin Terancam -...

1

Transcript of Kinerja Ekspor Mamin Terancam -...

N I A G A & J A S A26 Selasa, 26 April 2016

HORTIKULTURA

Stok Melimpah, Harga Cabai Turun

JAKARTA — Harga ca bai di pasaran terus me nurun, dipicu oleh pa sokan yang berlimpah.

Sekjen Asosiasi Horti-kul tura Nasional (AHN) Ram dansyah Ba kir meng-akui pasokan komoditas itu di pasaran memang tengah berlimpah. Keber-ha silan panen di sejumlah sentra produksi membuat stok cabai meningkat.

Berdasarkan Sistem Pe mantauan Pasar Ke -bu tuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perda gang-an, harga cabai merah be sar berada di kisaran Rp30.000 per kilogram pada Senin (25/4). Harga tersebut lebih rendah 30% dibandingkan de -ngan harga sebulan se -be lumnya yang masih se kitar Rp44.000 per ki -lo gram.

Walaupun terjadi penu-run an signifikan, dia m e -nilai kontraksi harga ini wajar. “Sebenarnya nor-mal kalau dibandingkan de ngan beberapa bulan lalu yang harganya me -lon jak. Akan tetapi, harga ini mesti dijaga karena su pply dan demand men-je lang Lebaran mesti di -antisipasi,” tutur Ram-dan syah kepada Bisnis, Senin (25/4).

Penurunan harga ca -bai di pasar saat ini ju ga

diperkirakan tidak ber -langsung lama sei ring dengan semakin men de-katnya bulan Ra ma dan, serta adanya se rang an vi rus terhadap ta nam an itu.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Ikatan Pe -da gang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Man-suri mengatakan turun-nya harga cabai saat ini memang karena pe -ngaruh pasokan yang ber limpah. “Saat ini, me -mang har ganya turun cukup besar tapi kami pre diksi ke depannya akan naik lagi,” ujarnya.

Alasannya, terdapat se -jumlah petani di daerah, seperti di Kulonprogo (Ja wa Tengah) dan Ba -nyu wangi dan Bondo wo-so (Jawa Timur), yang su dah mengeluhkan mun culnya virus tertentu yang menyerang tanaman ca bai mereka.

“Kalau tidak cepat ditangani, mungkin bu -lan depan pun pasokan sudah terganggu dan harga kembali meningkat. Apalagi, sebentar lagi puasa,” ujar Abdullah.

Harga cabai sempat meroket pada Desember 2015 hingga awal 2016, yang disebabkan oleh minim nya pasokan. (Annisa

Margrit)

[email protected]

Ketua Umum Gabungan Peng-usaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menuturkan terjadi kelangkaan bahan baku untuk industri mamin, seperti kelapa, kakao, dan rumput laut.

Akibat kelangkaan komoditas yang menjadi bahan baku sektor mamin itu, produksi di dalam negeri menjadi terhambat. Ujung-ujungnya, kinerja ekspor pun ikut terancam.

“Industri dalam negeri belum banyak tumbuh saja, kami sudah mulai kekurangan bahan baku. [Kondisi kelangkaan] sudah sangat parah. Padahal banyak yang diekspor, apalagi produk kelapa. Ini merugikan,” katanya kepada Bisnis, Senin (25/4).

Khusus untuk kelapa, Adhi mengungkapkan produksi olahan santan dalam negeri adalah salah satu yang paling terganggu.

Dari kapasitas produksi yang ada saat ini, hanya sekitar 30% dari kapasitas total nasional yang dapat berproduksi. Sisanya idle atau menganggur karena ketiadaan

bahan baku yang dio lah.Industri minuman air kelapa

olahan juga terimbas kelangkaan ini. Padahal, produk yang satu ini tengah menjadi tren di Amerika Serikat dan Eropa se -hingga per mintaan te -rus mening kat. Namun, kelang ka an bahan baku mem buat permintaan terse but tak dapat dipe-nuhi.

Di tengah kondisi ini, di mana kebutuhan da -lam nege ri meningkat, pe laku usaha meminta pe merintah memi ni-mali sasi atau bahkan me nye top ekspor kelapa men tah.

Pasalnya, selain ni -lai ekspor yang lebih rendah karena tak ada

nilai tambah, keba nyak an kela-pa dari Indo nesia akan diolah kem bali menjadi produk olahan kelapa dan masuk kembali ke Indo nesia dengan harga yang lebih tinggi.

Mengutip data dari Badan Pu -sat Statistik (BPS), total volume eks por kelapa sepanjang 2015 tercatat naik 4,44% secara year-on-year (yoy) dari 1,65 miliar ton menjadi 1,73 miliar ton.

Dari total volume tersebut, sejumlah 640,96 juta ton adalah kelapa mentah. Adapun, dari sisi produksi, kelapa yang dihasilkan pada 2014 turun 0,66% menjadi 3,03 juta ton dari tahun sebe-lum nya.

Secara terpisah, Ketua Aso-sia si Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis menuturkan ke kurangan rumput laut yang dirasakan industri pengolahan tak semata-mata karena kurang-nya pasokan dari dalam negeri.

“Belum tentu masalah pa sok -

an, bisa jadi masalah logistik yang tak tersentuh,” tuturnya.

Di sisi lain, dia menambahkan, jenis rumput laut yang dibu-tuhkan juga belum tentu bisa dise diakan oleh produsen rum-put laut dalam negeri karena keterbatasan teknologi. Menu-rutnya, selama ini, pemerintah cenderung tak memahami kom-pleksitas pro duksi rumput laut.

Sementara itu, Direktur Ekse-kutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wija-ya mengakui industri pengo-lah an kakao dalam negeri juga kekurangan pasokan ba han baku. Pasalnya, kendati kapa si-tas pabrik dalam negeri me ning-kat menjadi 800.000 ton, hal itu belum dibarengi dengan pe ning-kat an ka pa -sitas pro - -

duksi nasio-nal.Untuk me me-

nuhi keku rangan ter sebut, pelaku usaha pun meng-impor kakao dari sejumlah negara di kawasan Afrika. Namun, beberapa waktu lalu upaya impor ini tertahan oleh peraturan dari Kementerian Pertanian yang meng atur keten tu -an produk sayur, buah, dan biji

kakao dan kopi ke Indonesia.

KONSISTENSI Secara terpisah, ekonom

dari Universitas Padjajaran Ina Primiana mengatakan peme-rintah harus konsisten jika ingin mengutamakan penghiliran.

“Kembali ke pemerintah, mau nya seperti apa, kalau mau dilanjutkan penghiliran, harusnya dipenuhi dulu kebutuhan dalam negeri,” tuturnya.

Pasalnya, dia memandang sela -ma ini industri mamin dalam negeri masih banyak mengimpor bahan baku. Alhasil, ketika nilai tukar terhadap dolar merosot, volume impor bahan baku pun berkurang dan mengurangi kapa-sitas produksi dan daya saing produk.

Padahal, Ina menilai sek -tor mamin adalah salah satu komoditas ekspor yang berpros-pek bagus mengingat pada da -sarnya Indonesia memiliki sum-ber daya pangan yang berlimpah.

“Ini adalah keunggulan kom-pa ratif kita. Jangan sampai kita hanya punya keunggulan kom-paratif tetapi tidak bisa punya keunggulan kompetitif karena tidak bisa menghasilkan produk bernilai tambah.”

Pelaku usaha sebelumnya mem -proyeksikan tahun ini ekspor makanan dan minuman ber tum buh sekitar 10%, dengan target pasar utama kawasan regional Asean.

BPS mencatat, sepanjang tahun lalu nilai ekspor makanan olahan naik 8,23% menjadi US$843,9 juta dari US$779,7 juta pada ta -hun sebelumnya. Sepanjang ti ga bulan pertama tahun ini, eks-por makanan olahan tercatat mencapai US$1,28 miliar.

Produksi domestik terhambat karena bahan baku minim.

Ketergantungan RI terhadap bahan baku impor masih tinggi.

JAKARTA — Kelangkaan sejumlah komoditas, termasuk kelapa, berisiko mengganggu kinerja

ekspor makanan dan minuman (mamin). Padahal, industri ini digadang-gadang

sebagai salah satu sektor potensial yang diandalkan untuk mendorong performa ekspor

nasional.

SANTUNAN KAUM DHUAFA

KELANGKAAN BAHAN BAKU

Kinerja Ekspor Mamin Terancam

PASAR TENAGA KERJA FORMAL

RI Bidik Kuwait & Jepang

JAKARTA — Peme rin-tah mendorong 13 atase ketenagakerjaan di luar ne geri untuk mencari pe -luang-peluang kerja yang baru, khususnya di sektor formal.

Direktur Penempatan Tenaga Kerja Luar Ne -geri Kementerian Ketena-gakerjaan Soes Hindarno mengatakan ada lebih dari 20.000 kesempatan kerja yang tersedia di luar negeri dan siap diisi tenaga kerja Indonesia.

“Dalam dua bulan ter-akhir, Atase di Kuwait sudah mengumpulkan lebih dari 2.800 lowongan pekerjaan formal dengan masa expired hingga 2017-2018,” kata Soes ke pada Bisnis, Minggu (24/4).

Tawaran tersebut ber-asal dari berbagai sek-tor, antara lain bi dang perminyakan, pertam-bangan, konstruksi, kasir, perawat, dan elektronik.

Kementerian, lewat Direk torat Jenderal Pem -binaan Pelatihan dan Produktivitas Kemenaker, akan mengupayakan agar tenaga kerja lulusan poli-tek nik dan balai latihan kerja (BLK) mampu me -menuhi kualifikasi un tuk mengisi lowongan itu.

“Pemerintah Kuwait sekarang menginginkan pekerja dari Indonesia. Selama ini, lowongan tersebut diisi tenaga kerja dari Pakistan dan India.”

Selain Kuwait, Soes

me ngatakan Abu Dha bi juga membuka kesem-pat an kerja dalam bi -dang perminyakan. Na -mun, pemerintah masih mengumpulkan jum lah peluang yang ada, ma sa berlaku, serta persya rat-an nya.

Dirjen Pembinaan, Pe -nempatan Tenaga Kerja (Binapenta) Kementerian Ketenagakerjaan Hery Su darmanto sebelumnya mengatakan Jepang me -nye diakan sekitar 20.000 kesempatan kerja.

Mayoritas peluang yang terbuka di bidang kons-truksi, mengingat negara itu akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade 2020 sehingga akan banyak melakukan pembangunan.

“Ini harus kita tang-kap dan sampaikan ke masyarakat supaya kita bisa dapat ke sempatan ker ja formal tersebut,” ka ta nya.

Namun untuk menda-patkan peluang itu, kata Hery, tenaga kerja Indonesia harus mening-katkan kapasitas agar dapat bersaing dengan negara penyedia tenaga kerja, seperti Vietnam, Myan mar, dan Filipina.

Mayoritas kendala te -naga kerja Indonesia adalah ketidaksesuaian kompetensi dengan stan -dar kualifikasi yang di bu-tuhkan, serta pengu a saan bahasa. (Ropesta Sitorus)

214,7 197,5 243,1

Januari Februari Maret

420,1

409,6

452,5

Kinerja Ekspor Makanan OlahanPeriode 2016

Volume (ribu ton)

Nilai (US$ juta)

Sumber: BPS, diolah. BISNIS/RADITYO EKO

Manager Keuangan PT Usaha Gemilang Utama Halim Saputro (dari kiri), Dirut Humpuss Group Eko Sunarko, Direktur Choiruddin Latuconsina, Manager PT Humpuss Patragas Witjaksono, dan Dirut PT Gatari Air Service Sukirno berbincang di Jakarta, Sabtu (23/4). Mereka bertemu pada acara penyerahan santunan kepada yatim piatu serta kaum dhuafa dalam rangka HUT ke-32 Humpuss Group.

Bisnis/Endang Muchtar

pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia, 26 April 2016