kimia lingkungan

23
KAJIAN TENTANG TANAMAN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata) SEBAGAI BIOFILTER POLUTAN CO Fika Atina Rizqiana Jurusan Kimia Pascasarjana FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Unnes Bendan Ngisor Semarang 50233 E-mail: [email protected] Abstrak Pencemaran udara terpenting terpenting diakibatkan kegiatan transportasi dari kendaraan bermotor di darat. Selain pencemaran udara di outdoor, pencemaran di dalam ruangan atau indoor yang berasal dari asap rokok dan penggunaan pendingin ruangan yang menimbulkan sick building syndrome juga cukup mengganggu. Karbon monoksida merupakan salah satu polutan berbahaya yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor dan asap rokok. Upaya alternatif untuk mengurangi dampak polutan udara adalah secara biologis, diantaranya menggunakan tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata). Sansevieria selain digunakan sebagai tanaman hias atau tanaman pagar ternyata memiliki banyak manfaat, yakni sangat resisten terhadap polutan dan mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Di dalam tiap helai daunnya ada pregnane glycoside, zat yang mampu mengurai zat beracun menjadi senyawa organik, gula, dan asam amino. Di dalam ruangan, sansevieria bisa menangani sick building syndrome. Satu tanaman sansevieria trifasciata lorentii dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi. Selain itu, di dalam lingkungan industri potongan daun ini disebarkan di ruang-ruang produksi industri untuk mereduksi senyawa beracun yang terhirup oleh pekerja, bisa juga mereduksi radiasi gelombang elektromaknetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi. Jadi semakin banyak tanaman sansevieria ditanam semakin bersih udaranya. Kata kunci: Sansevieria, karbon monoksida, sick building syndrome, pregnane glycoside, methabolic breakdown 1

description

kimia lingkungan

Transcript of kimia lingkungan

KAJIAN TENTANG TANAMAN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata)

SEBAGAI BIOFILTER POLUTAN COFika Atina RizqianaJurusan Kimia Pascasarjana FMIPA Universitas Negeri SemarangKampus Unnes Bendan Ngisor Semarang 50233E-mail: [email protected]

Pencemaran udara terpenting terpenting diakibatkan kegiatan transportasi dari kendaraan bermotor di darat. Selain pencemaran udara di outdoor, pencemaran di dalam ruangan atau indoor yang berasal dari asap rokok dan penggunaan pendingin ruangan yang menimbulkan sick building syndrome juga cukup mengganggu. Karbon monoksida merupakan salah satu polutan berbahaya yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor dan asap rokok. Upaya alternatif untuk mengurangi dampak polutan udara adalah secara biologis, diantaranya menggunakan tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata). Sansevieria selain digunakan sebagai tanaman hias atau tanaman pagar ternyata memiliki banyak manfaat, yakni sangat resisten terhadap polutan dan mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Di dalam tiap helai daunnya ada pregnane glycoside, zat yang mampu mengurai zat beracun menjadi senyawa organik, gula, dan asam amino. Di dalam ruangan, sansevieria bisa menangani sick building syndrome. Satu tanaman sansevieria trifasciata lorentii dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi. Selain itu, di dalam lingkungan industri potongan daun ini disebarkan di ruang-ruang produksi industri untuk mereduksi senyawa beracun yang terhirup oleh pekerja, bisa juga mereduksi radiasi gelombang elektromaknetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi. Jadi semakin banyak tanaman sansevieria ditanam semakin bersih udaranya.Kata kunci: Sansevieria, karbon monoksida, sick building syndrome, pregnane glycoside, methabolic breakdownPENDAHULUANIndonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan yang sangat melimpah. Hal yang menarik minat wisatawan asing terhadap Indonesia, selain karena keindahan alamnya, adalah karena keanekaragaman budaya yang masih sangat kental. Salah satu budaya yang tidak dapat lepas dari masyarakat Indonesia adalah kepercayaan terhadap mitos yang dikaitkan dengan peruntungan seseorang.

Mitos ini merupakan kepercayaan nenek moyang, mitos bisa jadi benar bisa jadi salah. Dalam sebuah mitos, sebenarnya ada hal yang logis yang tersirat, namun disampaikan dengan cara yang masih tergolong primitif.Dari berbagai mitos yang ada, terdapat salah satu mitos tentang tanaman. Beberapa masyarakat Indonesia yang masih kental dengan dunia mistis dan mitos, memaknai beberapa tanaman sebagai simbol akan sesuatu hal. Terdapat mitos tentang tanaman yang baik dan kurang baik ditanam di pekarangan rumah. Jika dikaji secara sains, sebenarnya baik atau tidaknya suatu tanaman adalah dikarenakan fungsinya terhadap lingkungan. Fungsi yang paling fundamental dari suatu tanaman adalah kemampuannya dalam membersihkan udara, lebih khususnya adalah menyerap polutan dalam udara. Salah satu tanaman yang baik sebagai penyerap polutan adalah tanaman Sanseviera atau lebih dikenal sebagai tanaman lidah mertua.Terlepas dari berbagai mitos tentang tanaman lidah mertua, pada artikel ini akan dibahas mengenai kemampuan tanaman lidah mertua sebagai penyerap polutan gas CO.

Udara di Indonesia semakin polutif. Regulasi yang tidak tegas inkonsisten) tentang emisi kendaraan bermotor dan ketiadaan ruang publik yang bebas asap rokok, menyebabkan udara bersih menjadi barang langka, terutama di kawasan perkotaan.Udara merupakan unsur yang sangat penting bagi manusia karena untuk tetap hidup manusia membutuhkan sekitar 13,5 kg atau 10.000 liter udara bersih setiap harinya, maka dari itu masalah polusi udara harus diperhatikan dengan serius karena menyangkut masalah kesehatan masyarakat.Polusi udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Menurut World Health Organization, ada beberapa polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan semuanya berasal dari hasil emisi kendaraan bermotor seperti karbondioksida, karbonmonoksida, hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida yang tidak hanya dapat membahayakan kesehatan tapi juga dapat menyebabkan hujan asam yang dapat merusak harta benda.Masalah polusi udara belum benar-benar disadari oleh masyarakat. Salah satu cara untuk menangani masalah polusi adalah menanam tumbuhan hijau yang mampu penyerap karbondioksida dan zat berbahaya lainnya dari emisi knalpot kendaraan. Vegetasi (tanam-tanaman) selain memiliki nilai estetis ternyata juga dapat berfungsi sebagai pengurang efek polusi, ada beberapa jenis-jenis vegetasi tertentu dapat ditanam di lokasi yang memiliki kegiatan industri, perumahan dan perkantoran. Tidak ada salahnya jika kita mengetahui jenis-jenis tanaman tersebut sehingga kita dapat ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan cara yang paling alamiah, menanam. Salah satu upaya vegetasi untuk mengatasi masalah di atas adalah menanam Sansevieria alias Si Lidah Mertua. Seperti tanaman lainnya yang mampu melepaskan oksigen ke udara dan menyerap karbodioksida, tanaman hias ini juga dapat mengatasi efek rumah kaca, serta mampu tumbuh dengan baik di dalam ruangan.Tanaman ini juga mampu mengatasi sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas karbodioksida, nikotin dari rokok, dan penggunaan pendingin ruangan. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Melihat kemampuannya ini, bahkan beberapa warga pedesaan mulai menanam Sansevieria di pinggir selokan rumah. Sebab daun tanaman ini dapat pula menyerap bau busuk pada air comberan di selokan tersebut.Sansevieria trifasciata memiliki keunggulan yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya sangat resisten terhadap polutan dan bahkan mampu menyerap polutan, sebagai tanaman hias, dan biasanya diletakkan di sudut ruangan seperti dapur atau kamar mandi untuk mengurangi bau tidak sedap. Hal itu dikarenakan sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang mampu mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. SUMBER PENCEMARAN UDARAPencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan (CH4). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya. Sumber pencemaran udara dengan istilah factor internal dan eksternal. Faktor internal terjadi secara alamiah, sedangkan factor eksternal merupakan pencemaran udara yang diakibatkan oleh ulah manusia. Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi menjadi 2, yaitu: 1) sumber bergerak, seperti kendaraan bermotor dan 2) sumber tidak bergerak. Sumber tidak bergerak sendiri ada 2, yaitu: 1) sumber titik, seperti cerobong asap dan 2) sumber area, seperti pembakaran terbuka di wilayah pemukiman.KOMPONEN PENCEMAR UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR

Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia bertambah rata-rata 12% per tahun dalam kurun waktu 2000-2003. Sementara itu, pertumbuhan kendaraan penumpang dan komersial diproyeksikan mencapai berturut-turut 10% dan 15% per tahun antara tahun 2004-2006. Pada tahun 2004, total penjualan kendaraan penumpang adalah 312.865 unit, sedangkan kendaraan komersial (bus dan truk) mencapai 170.283 unit. Pada akhir tahun 2005 dan selama tahun 2006 jumlah penjualan kendaraan penumpang dan komersial diperkirakan mencapai 550.000 dan 600.000 unit. Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi dapat dilihat dilihat pada tabel berikut:Tabel 1 Perkiraan Persentase Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di IndonesiaNoKomponen PencemarPersentase (%)

1CO70,50

2NOx8,89

3Sox0,88

4HC18,34

5Partikel1,33

Total100

Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran LingkunganSICK BUILDING SYNDROMESick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau bangunan yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Keluhan-keluhan dapat timbul dari penghuni gedung pada ruang atau bagian tertentu dari gedung tersebut, meskipun ada kemungkinan menyebar pada seluruh bagian gedung. Pada hakikatnya SBS merupakan problema kesehatan masyarakat yang cukup penting (Anies, 2004:51).

Istilah Sick Building Syndrome pertama kali dikenalkan oleh para ahli di negara Skandinavia di awal tahun 1980-an, karena sindrom ini umumnya dijumpai dalam ruangan gedung-gedung pencakar langit. Namun dari penelitian tahun 1978-1988 oleh NIOSH ditemukan pada gedung-gedung biasa dengan karakteristik kualitas udara yang buruk.

Sick Building Syndrome adalah gejala-gejala gangguan kesehatan, umumnya berkaitan dengan saluran pernafasan. Sekumpulan gejala ini dihadapi oleh orang yang bekerja di gedung atau di rumah yang ventilasinya tidak direncanakan dengan baik.

Menurut NASA polusi udara juga menyebabkan penyakit yang dikenal dengan nama sick building syndrome. Polutan udara yang paling banyak berasal dari asap rokok, benzene, dan formaldehida. Sick building syndrom menyebabkan mata dan hidung panas seperti terbakar, tenggorokan panas dan kering, kelelahan kronis, kanker, menurunkan kemampuan konsentrasi, gemetar, mual, otot kram, kulit kasar dan kering, sakit kepala, hati berdebar, batuk, pilek, dan napas tersengal.KARBONMONOKSIDA (CO)

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, titik didih -192 C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara.

Karbon monoksida dapat membunuh makhluk hidup termasuk manusia. Gas CO ini akan mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada kasus darah yang tercemar karbon monoksida dalam kadar 70% hingga 80% dapat menyebabkan kematian pada orang. Sumber-sumber CO diantaranya adalah sebagai berikut:1. Aktifitas Gunung Berapi

2. Hasil Pembakaran Mesin

3. Asap Rokok

Dampak CO terhadap kesehatan diantaranya:1. Keracunan

2. Menghalangi masuknya oksigen

3. Menghambat kemampuan bakteri untuk memfiksasi nitrogen.

PERAN TANAMAN TERHADAP KUALITAS UDARA

Tanaman berperan besar dalam kualitas udara, terutama tanaman hijau. Melalui proses fotosintesis, tanaman dapat merombak zat pencemar udara menjadi zat yang tidak berbahaya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman dapat mereduksi polutan tergantung dari jenis tanaman dan jenis polutan. Sehingga dalam mereduksi polutan, dapat menggunakan tanaman berdasarkan jenis polutan agar proses reduksi lebih efektif. Penelitian Taufik Nasrulloh (2008) menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan tanaman dalam menyerap Timbal (Pb) tergantung jenis tanaman dan kondisi lingkungan. Tanaman juga berperan dalam mengendalikan pemanasan global dengan mereduksi kadar gas karbondioksida (CO2) dan penguapan air ke atmosfer kemudian membentuk awan. Awan kemudian memantulkan radiasi atau panas matahari sehingga panas bumi berkurang. Kadar CO2 di atmosfer dapat dikurangi dengan proses fotosintesis. Tanaman menyerap CO2 untuk pertumbuhan dan respirasi kemudian mengeluarkan oksigen yang berguna bagi lingkungan dan manusia. Selain CO2, tanaman juga dapat menyerap pencemar lain seperti gas karbonmonoksida (CO). Penelitian Atik Susanti (2003) menunjukkan ada perbedaan kadar karbonmonoksida (CO) di udara berdasarkan kerapatan tanaman di jalan raya.TANAMAN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata)Penelitian selama 25 tahun yang dirilis NASA pada 1999 menyimpulkan ada 10 tanaman penyerap polutan. Di antaranya sansevieria, philodendron, aglaonema, spathiphyllum, dan krisan. Gambar 1. Tanaman SansevieraSansevieria jadi pilihan utama lantaran cocok dimanfaatkan sebagai tanaman indoor dan outdoor, mudah dirawat, penampilannya menarik, dan tahan lama. Alasan lainnya, tanaman ini mempunyai jalur metabolisme CAM (Crasulaceaen Acid Metabolism). Dalam beberapa penelitian di mancanegara, Sansevieria diketahui mampu menyedot 107 jenis racun. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara (karbonmonoksida), racun rokok (nikotin), bahkan radiasi nuklir. Alasan inilah yang membuat Lembaga Penerbangan Antariksa AS (NASA) menanam ribuan sansevieria di dekat instalasi nuklirnya. Lokasi penanaman ini hanya berjarak sekitar 10-25 meter dari instalasi nuklir tersebut. Apabila suatu saat terjadi kebocoran, maka ribuan sansevieria tersebut akan meredamnya. Tentu jenis tanaman yang satu ini sangat tepat jika dibudidayakan di setiap kota.

Komposisi yang terkandung dalam tanaman sansevieria secara umum diantaranya adalah:

1. ruscogenin, 4-0 methyl glucoronic acid, 2. beta siti sterol, 3. d-xylose, 4. serat, 5. hemiselulosa, 6. n butyl 4 OL propylphthalate, 7. neoruscogenin, sanseverigenin, dan 8. pregnane glikosid. Bahan aktif pregnane glikosid inilah berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino yang tidak berbahaya lagi bagi manusia melalui proses methabolic breakdown. Proses respirasi sansevieria dihasilkan gas yang bermanfaat bagi manusia, yaitu oksigen. Proses ini berlangsung terus menerus selama tanaman masih hidup. Di malam hari penyerapan oksigennya sedikit sehingga tidak mengganggu proses pernapasan makhluk lain-termasuk pemilik tanaman.Beberapa manfaat Sansevieria adalah sebagai tanaman hias di dalam ruangan (indoor) dan di pekarangan (outdoor), sebagai tanaman obat yang telah teruji secara klinis berefek positif terhadap penyakit diabetes dan ambeien. Beberapa Sansevieria dapat diambil seratnya untuk bahan baku tekstil terutama di Negara China dan New Zealand. Di Afrika getah Sansevieria digunakan sebagai antiracun ular dan serangga. Sansevieria dapat membersihkan polutan dari udara. Berdasarkan penelitian NASA, sansevieria dapat menyerap 107 jenis polutan. Menurut penelitian Yoshihiro Mimaki (1997) dari Jepang, sansevieria mampu menyerap polutan berbahaya yang terdapat di udara sebab Sansevieria mengandung bahan aktif pregnance glycoside yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia.PERAN SANSIEVIERA SEBAGAI ANTI POLUTAN Sansevieria sangat tahan terhadap polutan dan bahkan dapat menyerapnya , begitu pula dengan asap rokok dan hasil pembakaran. Bahkan, beberapa penelitian mengatakan tanaman ini dapat menangkal radiasi dari berbagai peralatan elektronik seperti komputer, televisi, handphone, juga perlengkapan yang memanfaatkan gelombang cahaya dan elektromagnetik mampu diminimalisir sehingga tidak berbahaya lagi bagi kesehatan. Sansevieria juga mampu bertahan hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, dan mampu bertahan hidup dalam suhu yang extrem sekalipun, disaat tanaman lain tidak dapat bertahan hidup. Sansevieria merupakan jenis tanaman dengan tingkat penyerapan paling tinggi dan selalu mengeluarkan zat O2tanpa menghasilkan zat CO2sehingga cocok di taruh didalam ruangan. Sansevieria mampu menyerap 107 polutan diudara. Ini berkat kandungan bahan aktif Pregnan Glikosida yang disinyalir dapat menyerap dan menguraikan polutan menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Cara kerjanya polutan diserap dan dihancurkan melalui proses yang disebut dengan methabolic breakdown (penangkapan dan pemecahan) menjadi asam organik, gula dan beberapa senyawa asam amino. Menurut Wolfereton Environmental Service, satu helai lidah mertua dalam satu jam bisa menyerap 0,938 g/jam polutan di ruangan dengan volume 100.

Penelitian yang dilakukan NASA selama 25 tahun menunjukkan bahwa sansevieria mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang ada diudara sebab sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organic, gula dan asam amino, melalui proses methabolic breakdown tadi. Dengan demikian, unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia. Perlu diketahui penyakit yang ditimbulkan oleh polutan sebagian besar adalah penyakit berat dengan resiko kematian tinggi. Sansivera juga menjadi objek penelitian tanaman penyaring udara NASA untuk membersihkan udara di stasiun ruang angkasa.

Berdasarkan riset dari Wolfereton Environmental Service, kemampuan setiap helai daun sansevieria bisa menyerap 0.938 mikrogram per jam formalheid. Bila disetarakan dengan ruangan berukuran 75 meter persegi cukup diletakkan sansevieria dengan 4 helai daun saja. Maka rumah dengan ukuran luas 200 meter persegi sebenarnya hanya memerlukan sansevieria sebanyak 2 pot saja. Beberapa senyawa beracun yang bisa diuraikan oleh tanaman ini diantaranya kloroform, benzen, xilen, formaldehid, dan triklorotilen. Kloroform adalah senyawa beracun yang menyerang sistem saraf manusia, jantung, hati, paru-paru, dan ginjal, melalui sistem pernafasan dan sirkulasi darah. Kemampuan Sansevieria untuk menyerap racun berguna dalam penghijauan lingkungan. Tanaman ini dimanfaatkan untuk menyerap racun asap buangan kendaraan dari knalpot. Sementara itu sebagai tanaman hias, Sansevieria bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas karbondioksida, zat nikotin dari asap rokok, dan penggunaaan AC dalam ruangan. Oleh karena itu Sansevieria sangat bagus diletakkan di dalam ruangan baik di rumah ataupun di kantor-kantor, maupun dijadikan penghias taman di jalan-jalan yang lalu lintasnya padat sebagai anti polutan (Purwanto, 2006).

MEKANISME PENGOLAHAN POLUTAN OLEH SANSEVIERIAPengolahan polutan oleh tanaman sansevieria disebut dengan proses Metabolic Breakdown (penangkapan dan pemecahan) dimana polutan diserap dan dihancurkan menjadi asam organik, gula dan beberapa senyawa asam amino. Salah satu polutan yang dapat diolah oleh sansevieria adalah CO.

Menurut Lanny Lingga, praktikus tanaman hias di Bogor, tanaman sansevieria menyerap polutan dalam 2 tahap. Pertama melalui proses penangkapan dan pemecahan alias metabolic breakdown. Tanaman menangkap polutan berupa senyawa organik melalui stomata bersamaan proses respirasi, transpirasi, dan fotosintesis. Senyawa organik lalu dipecah menjadi ion yang dapat diserap jaringan tanaman. Tahap berikutnya berbarengan dengan pengeluaran oksigen melalui akar-ini terjadi ketika tanaman melakukan proses transpirasi. Saat pelepasan oksigen berlangsung, senyawa racun yang menumpuk di jaringan akar ikut dilepas. Tanaman yang punya tingkat transpirasi-penguapan-tinggi, paling aktif menyerap polutan. Penelitian lain oleh Wolverton Environmental Service mengungkap lidah naga menyerap senyawa kimia berbahaya seperti formaldehida, kloroform, benzena, xylene, dan trichloroethylene. Cukup menaruh 4 daun sansevieria dewasa di ruang seluas 75 m2 membuat udara bebas dari polutan. Belakangan beredar kabar, lidah mertua juga baik menyerap radiasi komputer. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut tentang hal itu Salah satu polutan yang dapat diolah oleh sansevieria adalah CO. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tahapan penyerapan polutan oleh tanaman sansevieria :1. Tahap pertama (Proses penangkapan dan pemecahan)

Sansevieria menangkap polutan melalui stomata. Polutan tersebut dipecah menjadi ion. Ion diserap oleh jaringan sansevieria. CO ditangkap oleh sansevieria melalui stomata. Kemudian dipecah menjadi ion C dan O, dan diserap oleh jaringan sansevieria yang mengandung pregnance glycoside.

Gambar 2. Stomata pada tanaman Sanseviera yang mengandung pregnance glycoside (Dyta, 2010)2. Tahap kedua

Sansevieria mengeluarkan oksigen melalui akar. Senyawa beracun keluar dan menumpuk di jaringan akar kemudian dilepaskan. Peristiwa ini terjadi pada proses transpirasi. CO yang sudah terpisah menjadi C dan O, jika ion C bereaksi dengan senyawa H2O (air) maka dapat membentuk C6H12O6 (gula) dan O2 (oksigen). Berdasarkan rumus kesetaraan reaksi kimia, reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada proses fotosintesis, klorofil pada sansevieria berfungsi menyerap cahaya matahari, sehingga dengan adanya cahaya matahari Sansevieria juga mampu menyerap beragam unsur polutan berbahaya di udara seperti timbal, klorofom, benzene, xylene, formaldehid dan trichloroethylene. Stomata pada sansevieria dapat membuka dan CO di udara masuk melalui stomata. Semakin tinggi pencahayaan, semakin banyak stomata yang membuka, sehingga CO yang diserap semakin besar. Laju fotosintesis juga meningkat dengan adanya energi yang diterima dari cahaya. Namun sansevieria dapat hidup dan tumbuh dengan baik dalam pencahayaan kurang. Pada malam hari, agar sansevieria tetap dapat berfotosintesis, maka perlu adanya cahaya lampu agar stomata tetap membuka.FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN TANAMAN SANSEVIERIA DALAM MENYERAP POLUTAN

Dalam menyerap polutan, tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya :

1. Pencahayaan

Cahaya diperlukan dalam proses fotosintesis untuk perombakan dan daya serap polutan. Cahaya masuk ke dalam daun melalui stomata. Pencahayaan berkaitan erat dengan membuka dan menutupnya stomata. Tanaman yang efektif menyerap polutan adalah tanaman yang memiliki kepadatan stomata tinggi. Sansevieria dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada pencahayaan penuh maupun kurang.2. Kerapatan dan luas daun

Menurut Patra (2004) dari Institut Pertanian Bogor, semakin tinggi kerapatan daun, maka penyerapan gas semakin tinggi. Pada tanaman sansevieria, semakin tinggi kerapatan daun maka luasnya semakin bertambah, sehingga kemampuan menyerap polutan semakin tinggi.3. Ketebalan

Menurut Patra (2004) dari Institut Pertanian Bogor, semakin tebal daun, kemampuan menyerap semakin berkurang, atau dengan kata lain semakin tipis daun maka penyerapan semakin tinggi, baik dalam kondisi gelap maupun terang. Daun yang lebih tipis lebih mudah menyerap zat pencemar dibanding daun yang tebal. 4. Umur tanaman

Tanaman mampu meyerap polutan dengan umur maksimal. Semakin bertambah umur sampai batas tertentu, maka kerapatan semakin padat. Tetapi jika umur tanaman terlalu tua, maka kemampuan menyerap pun berkurang.5. Suhu

Suhu yang diperlukan tanaman bervariasi tergantung jenis tanaman dan letak geografis yaitu berkisar 20-30C. Suhu berpengaruh pada beberapa proses fisiologis penting seperti bukaan stomata, laju traspirasi, fotosintesis dan respirasi. Sansevieria dapat tumbuh dan menyerap pada suhu tinggi maupun rendah, melihat habitat asalnya dari derah iklim tropis dan gurun yang memiliki curah hujan rendah. Sansevieria dapat hidup dalam ruangan ber AC, sehingga sansevieria dapat hidup di dalam ruangan. Sansevieria juga dapat hidup di daerah yang memiliki 4 musim, danmengalami perubahan morfologi, sehingga muncul variasi sansevieria.

6. Kadar Air

Kadar yang dibutuhkan tanaman dalam proses trasportasi dan respirasi. Sansevieria dapat hidup di daerah yang kering atau curah hujan rendah.

7. Klorofil

Semakin hijau tanaman, semakin banyak kandungan klorofilnya dan semakin banyak stomata yang terbuka, sehingga semakin banyak menyerap polutan.8. Kelembaban

Pada lingkungan daun yang sangat lembab, stomata daun akan membuka penuh sehingga kemampuan menyerap akan meningkat.

9. Tinggi Tanaman

Sansevieria memiliki variasi tinggi yang berbeda, tergantung jenisnya. Sansevieria memiliki daun keras, tegak, dengan ujung meruncing dengan panjang antara 30-120 cm. Pada masa pertumbuhan, maka semakin bertambahnya umur sansevieria, semakin tinggi pula daunnya, dan muncul tunas baru sehingga muncul daun baru .Setiap sansevieria tentunya memiliki kemampuan penyerapan yang berbeda. Seperti pada variasi umur dan kerapatan. Semakin bertambahnya umur sansevieria, maka daunnya pun semakin tumbuh, serta kerapatannya pun bervariasi. Dengan demikian, kandungan pregnance glycoside di dalamnya juga bertambah. Sehingga kemampuan menyerap polutan semakin besar.KESIMPULANSansevieria merupakan tanaman hias yang mempunyai banyak manfaat. Sansevieria mampu menyerap 107 polutan diudara. Tanaman ini ada berbagai jenis. Manfaat utamanya yang bemanfaat adalah sebagai anti polutan. Hal ini berkat kandungan bahan aktif pregnance glycoside yang disinyalir dapat menyerap dan menguraikan polutan menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Cara kerjanya polutan diserap dan dihancurkan melalui proses yang disebut dengan methabolic breakdown. Oleh karena itu semakin banyak tanaman sansevieria yang ditanam, dihapkan dapat menjadikan udara pada lingkungan semakin bersih.DAFTAR PUSTAKAAD, Patra, Nasrullah N, dan Sisworo E. Kemampuan Berbagai Jenis Tanaman Menyerap Gas Pencemar Udara (NO2). Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. BATAN, Jakarta, 2004Anies. 2004. Problem Kesehatan Masyarakat dan Sick Building Syndrome. Jurnal Kedokteran Yarsi, Jakarta.Dewi, Yusriani Sapta, Indri Hapsari. 2012. Kajian Efektivitas Daun Puring (Codiaeum variegatum) dan Lidah Mertua (Sanseviera trispasciata) dalam Menyerap Timbal di Udara Ambien. Jurnal Ilmiah Satya Negara Indonesia 5: 1-7Kholifah, Khusnul. 2014. Analisis Kemampuan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata) Sebagai Biofilter Polutan Udara dan Penangkal Radiasi Gelombang Elektromagnetik. Ringkasan Hasil Penelitian Individual Mahasiswa. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IAIN Walisongo SemarangMiftakhudin, A. I., Ulfa Nurullita, dan Mifbakhuddin. 2012. Perbedaan Efektifitas Tanaman Sansevieria dan Aloevera Terhadap Penurunan Kadar CO udara dalam Ruangan. Hasil Penelitian Mahasiswa. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah SemarangRahadiyan, Bovi, Adita C, dan Naniek Ratni J. A. R. 2012. Tingkat Kemampuan Penyerapan Tanaman Hias Dalam Menurunkan Polutan Karbon Monoksida. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol. 4 No. 2012 : 54-60 ISSN 2085-501-X2