kimfar
-
Upload
rambutan27 -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
Transcript of kimfar
BAB I
PENDAHULUAN
Analgetik merupakan obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. (DEPKES RI, 2007).
Antipiretik adalah zat-zat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh (demam).
(Tjay, dan Kirana. 2010)
Adapun maksud percobaan adalah untuk mengetahui dan menetapkan kadar
metampiron yang terdapat dalam sediaan tablet metampiron secara Iodimetri.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan menentukan kadar
metampiron dalam sediaan tablet metampiron secara Iodimetri.
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan titrasi iodimetri sampel
dititrasi dengan menggunakan larutan iodide dan menentukan kadar metampiron dalam
tablet metampiron.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tentang Golongan Obat Analgetik Antipiretik
Analgesik atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalang rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri adalah perasaan sensoris
dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan..
Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45o C.
Antipiretik adalah zat-zat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh
(demam). Pada umumnya demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit
tersendiri. Bila suhu mencapai 40-41o C, barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi
fatal, karena tidak terkendali oleh tubuh. (Tjay Tan Hoam dan Kirana, 2010).
2.2 Uraian Tentang Metampiron
Nama IUPAC : METHAMPYRONUM
Nama Lain : Metampiron, antalgin
Rumus Kimia : C13H16N3NaO4S. H2O
R.Bangun :
Bobot Molekul : 351,37
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan
Kelarutan : Larut dalam air, larut dalam HCl 0,02 N
Khasiat : Analgetik, antipiretik, untuk macam-macam rasa sakit, pada kolik
dan sakit setelah operasi
Dosis : Dewasa 3 g
Anak 6-12 tahun 2 g
Anak 6 tahun 1 g
Pemberian : Diberikan secara oral
Farmalogi : Pada fase ini, antalgin mengalami proses absorbs, distribusi,
metabolism, dan ekskresi yang berjalan secara stimuli langsung.
2
2.3 Uraian Metode Penetapan Kadar Metampiron
Titrasi Iodimetri (Farmakope IV, Hal. 538)
Timbang secara seksama lebih kurang 200 mg, larutkan dalam 5 mL air.
Tambahkan 5 mL asam klorida 0,02 N dan segera titrasi dengan iodium 0,1 N
menggunakan indikator kanji, dengan sekali-kali dikocok hingga terjadi warna biru
mantap selama 2 menit.
3
BAB III
METODEOLOGI
3.1 Desain Praktikum
Penelitian untuk menguji adanya kandungan Metampiron pada sediaan tablet
yang ada disalah satu apotik yang beredar di Makassar.
3.2 Waktu dan Tempat Praktikum
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi,
Universitas Indonesia Timur, Makassar 2013. Pada hari Senin, Tanggal 28 Januari
2013, Pukul 14.00 WITA.
3.3 Alat dan Bahan
1. Alat-Alat
Adapun alat yang digunakan adalah :
a. Batang pengaduk
b. Buret
c. Corong gelas
d. Erlenmeyer
e. Gelas kimia
f. Gelas ukur
g. Kompor listrik
h. Labu ukur
i. Lap halus/lap kasar
j. Lumpang
k. Pipet tetes
l. Stamper
m. Sendok tanduk
n. Statif
o. Timbangan analitik
2. Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan :
a. Aquadest
4
b. Asam klorida 0,02 N
c. Indikator kanji 0,5 %b/v
d. Iodium 0,1 N
e. Metampiron
f. Kertas perkamen
3.4 Metode Kerja
1. Pengolahan Samprel
Sampel diambil secara acak dari salah satu Apotik yang beredar di wilayah
Makassar, lalu ditimbang pertablet sebanyak 10 tablet lalu digerus sampai halus.
2. Pembuatan larutan baku
a. Pembuatan Iodium 0,1 N
Ditimbang iodium sebanyak 1,4 g dan KI sebanyak 3,6 g, dimasukkan ke dalam
gelas kimia, dilarutkan dengan aquadest 100 mL. Ditambahkan 3 tetes HCl P dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL.
b. Pembuatan Kanji 0,5% b/v
Ditimbang kanji sebanyak 500 mg, lalu dilarutkan dengan aquadest sebanyak 100
mL dalam gelas kimia. Dipanaskan larutan tersebut dengan kompor listrik sampai
selama ± 3 menit.
3. Prosedur Kerja
Ditimbang seksama 200 mg zat dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
ditamabahkan 5 mL aquadest dan 5 mL asam klorida 0,01 n lalu dikocok hingga
larut dan homogen dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
dengan sesekali dikocok hingga terjadi warna biru mantap selama 2 menit.
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
Re
p
Volu
me
samp
el
(mg)
Pembaca
an skala
buretVolu
me
titrasi
(ml)
Rat
a-
rata
(ml)
Titi
k
aw
al
(ml
)
Titi
k
akh
ir
(ml)
1.
2.
3.
200
200
200
0
29.
7
0
20,7
40,3
19,7
20,7
20,7
20,7
20
4.2 Reaksi
4.3 Perhitungan
Kadar metampiron (etiket) = 500 mg
Kadar pada FI = 400 mg
Bobot rata-rata pertablet = 6,03 mg
B.ditimbang= x kadar FI
= x 400 mg
= 482,4 mg
Dit : %K = … ?
Peny : BM Metampiron =351,37
Konsentrasi =0,1 N
Mgrek =351,37x0,1
=35,13 mg
6
1 mL I2 ≈ metampiron 35,13 mg
1. Untuk volume titrasi 20,1 mL
maka
20,1 mL I2 0,1 N ≈ Metampiron ?
mg kadar titrasi = mL I2 x kadar
= 20,7 x 35,13
= 727,3359 mg
Bobot/tabet = x 6,03 mg
= 909,169 mg
Kadar/tablet = x 100 %
= x 100 %
= 181,83%
2. Untuk volume titrasi 20,1 mL
maka
20,1 mL I2 0,1 N ≈ Metampiron ?
mg kadar titrasi = mL I2 x kadar
= 19,6 x 35,13
= 688,6852 mg
Bobot/tabet = x 6,03 mg
= 860,8565 mg
Kadar/tablet = x 100 %
= x 100 %
= 172,17%
3. Untuk volume titrasi 20,1 mL
maka
20,1 mL I2 0,1 N ≈ Metampiron ?
mg kadar titrasi = mL I2 x kadar
= 19,7 x 35,13
= 692,1989 mg
Bobot/tabet = x 6,03 mg
7
= 861,248 mg
Kadar/tablet = x 100 %
= x 100 %
= 173,05%
%k rata-rata =
=
= 175,68%
8
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, sebelum melakukan titrasi terlebih dahulu larutan sampel
metampiron ditambahkan dengan larutan asam klorida 0,02 N. Hal tersebut dilakukan
untuk meningkatkan keasamaan metampiron sehingga dapat dititrasi.
Dari hasil percobaan diperoleh volume titrasi rata-rata adalah 20 mL. Dengan % K
rata-rata 175,68%.
Dari hasil perhitungan diperoleh % K Metampiron adalah 175,68%. Hasil ini tidak
sesuai dengan literatur pada Farmakope Edisi III yakni tidak kurang dari 99 % dan tidak
lebih dari 101,0 %.
9
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan penetapan kadar Metampiron dalam tablet, dapat diambil
kesimpulan bahwa volume titrasi rata-rata yaitu 20 ml dengan %k metampiron 175,68%,
dimana kadar masing-masing Erlenmeyer 1 sampai 3 adalah 181,83%, 172,171%, dan
173,05%, dimana kadar tersebut tidak sesuai dengan syarat yang tertera pada FI Edisi III,
yaitu tidak kurang dari 99 % dan tidak lebih dari 101,0 %
10
DAFTAR PUSTAKA
Donald C. 2009. “Intisari Kimia Farmasi”. EGC ; Jakarta
DEPKES RI. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. DIRJEN POM ; Jakarta
DEPKES RI. 1995. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. DIRJEN POM ; Jakarta
DEPKES RI. 2007. “Farmakologi”. Pusdikarsi ; Jakarta
DEPKES RI. “Pelayanan Informasi Obat”. DIRJEN POM ; Jakarta
Sulistia, G, Ganiswara. 2009. “Farmakologi dan Terapi Edisi V”. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ; Jakarta
Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2007. “Obat-Obat Penting”. Elex Media ; Jakarta
11