Khawarij Dan Wahabi

download Khawarij Dan Wahabi

of 11

description

Khawarij dan Wahabi

Transcript of Khawarij Dan Wahabi

  • (1)

    MENGENAL DOKTRIN PEMIKIRAN DALAM ISLAM:

    (KHAWRIJ DAN WAHABI) 1

    Oleh: Azka Fuady Abdillah

    Pendahuluan

    Pergumulan pemikiran dalam diri manusia adalah sebuah keniscayaan. Demikian juga dalam agama

    Islam, yang kemudian melahirkan perbedaan pandangan dalam memahami teks-teks sakral keagamaan (Al-

    Qurn dan Al-Hadts) untuk diterapkan dalam kehidupan dan masa di mana doktrin-doktrin pemikiran tsb.

    lahir.

    Khawrij dan Wahabi. Keduanya adalah bagian dari doktrin-doktrin pemikiran dalam masyarakat

    muslim, yang lahir dan berkembang di masa dan masyarakatnya masing-masing ketika itu. Dan doktrin-

    doktrin tsb. senantiasa bermetamorfosa, lalu bersenyawa, dan kemudian berkembang-biak di tengah

    masyarakat muslim.

    Sebagai seorang pelajar muslim, sudah semestinya kita mengenal doktrin-doktrin aliran pemikiran tsb.

    Agar doktrin-doktrin pemikiran yang tidak sejalan dengan misi Islam yang rahmatan li-l-lmn dan

    syubhat-syubhat yang terlahir darinya dapat dijawab dan ditanggulangi, sebelum mendarah-daging dalam

    tubuh masyarakat Islam dan melahirkan perpecahan yang berkepanjangan.

    Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk mengulas Khawrij dan Wahabi dalam 3 aspek

    pembahasan: (1) Sejarah kemunculan; (2) Prinsip-prinsip keyakinan; dan (3) Kelompok-kelompok di

    dalamnya.

    1) KHAWRIJ 2:

    Khawrij ( ) bentuk jamak dari khrijy ( ). Secara harfiah berarti orang yang keluar.

    Sebagaimana Ibnu Manr menyebutkan, bahwa (mereka disebut demikian) karena mereka telah keluar

    dari kumpulan manusia, atau karena mereka adalah golongan yang mempunyai pendapat menyimpang

    (dari mayoritas) 3. Al-Syahristny berpendapat, bahwa setiap orang yang memberontak kepada imam

    yang hak yang telah disepakati oleh jamaah adalah seorang khrijy, baik pemberontakan

    (pembangkangan) tsb. terjadi di masa para sahabat ra. kepada khulaf al-Rsyidn, atau di masa

    setelahnya kepada tabin dan kepada para pemimpin di setiap masa 4.

    Secara historis dan epistemologi Islam, Khawrij adalah sebutan bagi para pendukung sayyidina Ali

    bin Abi Thalib ra. ketika terjadi konflik dengan sayyidina Muawiyah bin Abu Sofyan ra. pada perang

    1 Makalah disampaikan pada "Seminar Sehari: Al-Azhar dan Moderasi Islam, kerjasama Majalah Hir Turki dan Ruwaq

    Azhar Center, 25 Maret 2015. 2 Disarikan dari tulisan Prof. Dr. Abdul Fattah Ahmad al-Fawy, M.A [) ( ] dan tulisan Prof. Dr. Muh. s al-

    Harry, M.A. [ ], Mausat al-Firaq wa al-Madhhib, dan Trkh al-Madhhib al-Islmiyah Muhammad Abu Zahrah, dengan sedikit penambahan.

    3 Ibnu Manr, Lisn al-Arab, kata ( ), vol. 2, hal. 1126. 4 Al-Syahristny, al-Milal wa Al-Nihal, hal. 115.

  • (2)

    iffn, dan mereka mendukung sayyidina Ali ra. untuk menerima tahkm (arbitrase), dan kemudian

    mereka keluar dari barisan tsb. karena kesepakatan yang terjadi antara kedua belah pihak tidak sesuai

    dengan apa yang mereka inginkan.

    Sejarah Kemunculan Khawrij

    Embrio Khawrij terlahir dari peristiwa pembunuhan sayyidina Utsman bin Afwan ra. hingga

    peristiwa perang iffn, dan beberapa peristiwa yang terjadi setelahnya, yang menjadikan mereka sebagai

    kekuatan oposisi demonstratif tunggal bagi para pemimpin umat pada masa itu, mulai dari kekhilafahan

    sayyidina Ali ra., kekhilafahan Umawiyah sampai Abbasiyah.

    Untuk mengenal lebih dalam tentang Khawrij, ada lima peristiwa penting yang harus kita baca dan

    dalami dari buku-buku sejarah Islam. Peristiwa-peristiwa penting tsb. adalah:

    (1) Fitnah di masa khilafah sayyidina Utsman bin Afwan ra. (34 H),

    (2) Pembunuhan sayyidina Utsman bin Afwan (35 H),

    (3) Perang Jamal (36 H),

    (4) Perang iffn (37 H),

    (5) Peristiwa Tahkm (37 H),

    Selain aspek sosio-historis dan geo-politik di masa tsb. yang mempengaruhi kelahiran Khawrij,

    aspek sosio-kultural merupakan embrio Khawrij yang berkembang, kemudian dewasa, dan melahirkan

    ideologi Khawrij. Yang nanti akan kita bahas dalam kisah perdebatan sayyidina Ibnu Abbas dengan

    Khawrij.

    Prinsip-prinsip Keyakinan Khawrij

    Pada mulanya, Khawrij tidak mempunyai prinsip-prinsip dasar dalam keyakinan dan pemikirannya,

    akan tetapi mereka hanya dikumpulkan oleh slogan-slogan, seperti Tidak ada hukum, kecuali milik

    Allah ( ), mengkafirkan setiap orang yang berbeda pendapat dengan mereka, dan

    menghalalkan untuk membunuh dan memeranginya.

    Selanjutnya, dengan periodik dan bertahap berkembang dalam tubuh Khawrij prinsip-prinsip global

    atas keyakinan dan pemikiran mereka, seperti immah, hak-hak ketaatan kepada seorang imam, dan

    pengkafiran atas pelaku dosa besar.

    (1) Pendapat Khawrij atas immah:

    Demikian juga pendapat golongan ini tentang immah. Berbeda dengan Sunni dan Syiah, Khawrij

    tidak mempunyai pandangan jelas dalam isu ini. Mereka tidak mempunyai kriteria paten yang harus

    dipenuhi oleh seorang imam (pemimpin), akan tetapi mereka hanya perpegang teguh kepada slogan:

    Tidak ada hukum, kecuali milik Allah ( ) dan berkomitmen untuk memegang teguh slogan

    tsb.

  • (3)

    Dan kemudian sayyidi Ali bin Abu Thalib ra. menjawab mereka dengan petuahnya yang masyhur:

    Kata hak (yang digunakan) untuk alasan yang batil (batil) 5.

    Ketika kita menelaah sejarah Khawrij, kita akan menemukan bahwa dalam tubuh Khawrij sendiri

    terdapat beberapa pendapat tentang isu immah; (1) Al-Harriyah: Tidak ada hukum, kecuali milik

    Allah; (2) Al-Najdt: Masyarakat tidak membutuhkan imam (pemimpin), kecuali apabila mereka

    sepakat untuk memilih imam, maka hukumnya boleh (jiz).

    Akan tetapi, sejarah berkata lain, yaitu ketika mereka memisahkan diri dari barisan sayyidina Ali ra.

    dan berkumpul di desa Harr 6, mereka mengangkat seorang imam sebagai imam mereka dalam salat,

    dan seorang imam sebagai imam mereka dalam perang. Dan kemudian mereka mengangkat Abdullah

    bin Wahb Al-Rsiby sebagai imam dan khalifah 7.

    (2) Pengkafiran Khawrij atas pelaku dosa besar:

    Ini adalah asas pokok ideologi Khawrij. Mereka berpendapat bahwa perbuatan dosa (maksiat)

    menjadikan pelakunya seorang kafir yang keluar dari agama Islam. Pendapat mereka tsb. dilandaskan

    pada melaksanakan perintah Allah swt. dan meninggalkan segala larangan-Nya. Jadi, barang siapa

    yang meninggalkan perintah atau melaksanakan larangan, berarti ia telah kafir dan keluar dari agama

    Islam.

    Tidak hanya sebatas itu, mereka berkeyakinan bahwa salah dalam berpendapat adalah sebuah dosa.

    Kemudian mereka menjadikan keyakinan ini sebagai landasan untuk keluar dan berlepas-diri ( ) dari

    siapa pun yang berbuat kesalahan perbuatan atau pendapat -, dan kemudian mengkafirkan pelakunya

    dan para pengikutnya. Dan barang siapa yang selamat menurut pandangan mereka dari kesalahan,

    mereka akan mengikuti dan tunduk di bawah kepemimpinannya. Oleh karena itu, mereka tunduk kepada

    sayyidina Abu Bakr ra., sayyidina Umar ra., sayyidina Utsman ra. (2 tahun pertama masa

    kepemimpinannya), sayyidina Ali ra. (sebelum tahkm). Bahkan, mereka mengkafirkan sayyidina

    Utsman ra. dan sayyidina Ali ra. di akhir masa kekhilafahannya. Dan tidak luput dari pengkafiran mereka

    sayyidina Thalhah ra., sayyidina Zubair ra., sayyidah Aisyah ra., sayyidina Abu Musa Al-Asyary ra.,

    sayyidina Amru bin A ra., sayyidina Muawiyah ra., dan seluruh pejabat Daulah Umawiyah.

    (3) Metode Khawrij dalam memahami Islam:

    Dari kasus pengkafiran pelaku dosa besar di atas, kita dapat mengetahui, bahwa pemahaman Khawrij

    didasarkan kepada ahir nas-nas Al-Quran dan pemahaman harfiah atas sebuah ayat, tanpa memahami

    nas-nas tsb. secara utuh dan keseluruhan.

    Berikut ini 2 contoh nas Al-Quran yang dijadikan landasan untuk mengkafirkan para sahabat ra.:

    ...

    5 Shih Muslim, Kitab Zakat, Bab. Hasutan untuk membunuh khawrij. 6 Nama sebuah desa di Kfah Irak. 7 Baca Trkh Al-Thabary, Bab. Apa Yang dikatakan tentang Berita Kaum Khawarij, vol. 5, hal. 74.

  • (4)

    Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah menunaikan ibadah haji ke baitullah,

    yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari

    (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh

    alam.[Qs. Ali Imran: 97]

    Pemahaman Khawrij atas ayat tsb.: Allah swt. dalam ayat tsb. menyifati orang yang meninggalkan

    ibadah haji dengan kufur, dan menginggalkan perintah haji adalah sebuah dosa. Maka, pelaku dosa

    adalah kafir.

    Hari di mana ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun

    orang-orang yang berwajah hitam muram, (kepada mereka dikatakan): Kenapa kamu kafir setelah

    beriman? Karena itu, rasakanlah azab yang disebabkan kekafiranmu itu. [Qs. Ali Imran: 106]

    Pemahaman Khawrij atas ayat tsb., bahwa seorang fasik tidak boleh masuk dalam golongan orang-

    orang yang berwajah putih berseri, akan tetapi mereka termasuk dalam golongan yang berwajah hitam

    muram. Maka, mereka adalah orang-orang kafir.

    Untuk mengenal prinsip-prinsip mereka dan metode menjawabnya, sayyidina Abdullah Ibnu Abbas

    telah menunjukkan dan mengajarkannya kepada kita, dalam perdebatannya dengan Khawrij. Berikut

    riwayat tentang perdebatan tsb.8:

    : : .

    . : . :

    : : .

    :

    8 Riwayat Al-Hkim dalam Al-Mustadrak, kitab Qitl Ahl-l-Bagy wa Huwa khir-l-Jihd. Baca juga: (1) Dhiauddin Al-Maqdisy, Al-Ahdits Al-Mukhtrah - Bab. Nuzlu-l-Wahyi wa Hum alam bi tawlih; (2) Abdurrazzq, Al-Muannaf - Bab. M Ja fi-l-Harriyah; (3) Al-Afahny, Hilliyatu-l-Auliy Bab. Abdullah Ibn Abbas wa fahmu-l-laqni-l-Muallim; (4) An-Nas, As-Sunan Al-Kubr Bab. Dzikru Munzarah Abdillah Ibn Abbas Al-Harriyah; (5) Al-Baihaqy, As-Sunan Al-Kubr - Bab. L Yabda Al-Khawrij bi-l-Qitl; (6) Ath-Thabrny, Al-Mujam Al-Kabr Bab. Min Manqib Abdillah Ibn Abbas wa Akhbruh; (7) Ibnu Abdi-l-Br, Jmi Bayni-l-Ilm wa Fadlih Bab. Itynu-l-Munzarah wa-l-Mujdalah wa Iqmatu-l-Hujjah.

  • )5(

    :: ]23[ : :

    : :

    .

    ]85 : :{ }[ : :

    : .

    : : .

    : ] 75[ : : :

    : .

    : .

    : : .

    : : .

    :

    :. : :

    ]59[ : :

  • )6(

    ] 59[ :

    : ] 53[ :

    : : :

    : : ] 6[ :

    :

    : :

    :" : " :

    :" : "

    :

    anamiagab atik adapek nakrajagnem .ar sabbA unbI halludbA anidiyyas ,sata id natabedrep iraD

    kiab ;malsI imahamem malad heneleyn narikimep nad ,thbuys ,usi ,mahap bawajnem nad ipakiynem

    ,yrahzA-lA diyyaS amasU hkiayS .raul irad uata iridnes malsI tamu lanretni irad rihalret gnay

    :utiay ,9 arakrep mane malad aynsakgnirem

    naidumek ,.bst heneleyn narikimep nad thbuys aumes nakitahrepmem nad itukigneM )1

    naD .narikimep itni-itni malad ek aynisalumroferem nad ,sakgnirem ,ijakgnem ,naklupmugnem

    .bst narikimep sata haimli kitirk nad isulos nakirebmem naidumek

    irad hawem naiakap nakanegnem .ar sabbA unbI halludbA anidiyyas apaneK :naaynatrep haubeS )2

    ?namaY

    .84-14 .lah ,yrahzA-lA diyyaS amasU ,nD-d-ib abalaT nam ddaR f nbuM-lA qqaH-lA irad sakgniriD 9

  • (7)

    Apa maksud dari tindakannya tsb.? Tidak lain adalah untuk mengenal mindset berpikir Khawrij

    dari respon mereka atas pakaian tsb. Respon mereka menunjukkan kejumudan mereka dalam

    memahami agama Islam dan kesempitan framework berpikir mereka dalam menafsirkan nas-nas Al-

    Quran, yang kemudian mengantarkan mereka kepada pengkafiran para sahabat ra. dan selain

    pengikut manhaj Khawrij.

    3) Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. menunjukkan kepada mereka keontentikan manhaj dan

    keilmiahan konsep berpikir dalam memahami agama Islam. Yang beliau tunjukkan dalam perkataan

    berikut:

    4) Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. mendebat Khawrij secara langsung, tanpa harus bertanya dan

    meminta pendapat terlebih dahulu. Beliau mengajarkan untuk langsung mengenal Khawrij secara

    langsung, baik dari mindset dan pemikiran mereka, ataupun dari tindakan dan perbuatan mereka.

    5) Penetapan dan pembatasan sumber permasalahan dan jawabannya. Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas

    ra. menanyakan kepada Khawrij tentang alasan mereka keluar dan menentang Sayyidina Ali ra.

    6) Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. menunjukkan kepada kita, bahwa pemikiran Khawrij bertumpu

    pada sebuah nas atau beberapa nas saja, tanpa berusaha untuk mengumpulkan nas-nas Al-Quran dan

    Hadis untuk memahami sebuah permasalahan.

    Demikianlah enam hal yang berhubungan dengan manhaj dan metode yang diajarkan oleh sayyidina

    Ibnu Abbas ra. dalam menjawab pemikiran Khawrij. Dalam beberapa riwayat mengatakan, bahwa 2000

    pengikut Khawrij bertaubat setelah perdebatan tsb.

    Golongan-golongan Dalam Tubuh Khawrij:

    (1) Khawrij Perdana ():

    Mereka adalah golongan yang keluar dari barisan sayyidina Ali ra. ketika beliau menerima tahkm.

    Di antara mereka adalah Abdullah bin Kaw, Attb bin Al-Awr, Abdullah bin Wahb al-Rsiby,

    Urwah bin Jarr, Yazd bin Abu im al-Muhriby, dan arq bin Zuhair.

    (2) Al-Azriqah ( ):

    Yaitu sebutan bagi para pengikut Nfi bin al-Azraq al-Hanafy (Abu Rsyid). Para pengikut Khawrij

    berkumpul dan mengangkatnya sebagai amr al-Muminn, yang kemudian diikuti oleh Khawrij Oman

    dan Yammah, sehingga pengikutnya lebih dari 20.000 orang.

  • (8)

    (3) Al-Najdt ():

    Mereka adalah pengikut Najdah bin mir al-Hanafy. Najdah dan pasukannya keluar dari Yammah

    untuk berbaiat kepada Nfi bin al-Azraq. Akan tetapi, di tengah perjalanan mereka bertemu dengan

    Abu Fudaik, Athiyah bin al-Aswad al-Hanafy, dan sekumpulan orang yang keluar dari barisan Nfi

    bin al-Azraq, karena Nfi bin al-Azraq mengkafirkan orang-orang yang tidak ikut berperang dan

    menghalalkan darah anak-anak dan isteri-isteri orang yang berbeda pandangan dengannya.

    Dan akhirnya mereka membaiat Najdah bin mir al-Hanafy sebagai pemimpin, dan menyebutnya

    sebagai amr al-Muminn. Kemudian mereka dikenal dengan para pengikut Najdah (Al-Najdt).

    (4) Al-Baihasiyah ():

    Mereka adalah pengikut Abu Baihas al-Haiam bin Jbir. Ia berpendapat, bahwa seseorang tidak

    dikatakan muslim sebelum mengakui telah mengenal Allah swt., para rasul-Nya, risalah rasulullah saw.,

    dan wilayah para wali-Nya, serta berlepas diri dari musuh-musuh Allah swt.

    Dan kemudian, golongan ini terpecah lagi menjadi beberapa golongan kecil, seperti Ashb al-Tafsr,

    Ashb al-Sul, dst.

    (5) Al-Ajridah ():

    Adalah pengikut Abdul Karm bin Ajrad. Sebagian ulama 10 berpendapat, bahwa mereka adalah

    pecahan dari pengikut Najdah bin mir al-Hanafy (Al-Najdt), dan sebagian lainnya 11 berpendapat

    mereka adalah pecahan dari pengikut Al-Baihasiyah. Perpecahan tsb. karena perbedaan pendapat yang

    terjadi di dalamnya. Pecahan ini berpendapat, bahwa; (1) mereka harus berlepas diri dari anak kecil yang

    belum baligh, dan apabila telah baligh mereka harus mengajaknya berbaiat kepada Islam yang benar;

    (2) Anak-anak orang musyrik kekal di neraka bersama orang tua mereka; (3) Hijrah adalah fadhlah

    bukan kewajiban; (4) dll.

    (6) Al-Tsalibah ():

    Adalah pengikut Tsalabah bin Musykn. Pengikutnya mengangkatnya sebagai imam setelah terjadi

    perselisihan pendapat antara Tsalabah bin Musykn dan Abdul Karm bin Ajrad tentang kedudukan

    anak kecil; apakah mereka di bawah kepemimpinan Khawrij atau tidak? Tsalabah melihat bahwa

    mereka berada di bawah naungan Khawrij selama tidak tampak pengingkaran dari mereka. Perbedaan

    inilah yang melahirkan perpecahaan antara pengikut mereka berdua.

    (7) Al-ufriyah ( ):

    Adalah pengikut Ziyd bin al-Afar. Sebagian besar pendapat Al-ufriyah sama dengan Al-Azriqah,

    hanya sedikit permasalahan yang berbeda, seperti; (1) tidak mengkafirkan orang yang tidak ikut

    10 Al-Asyary, Maqlt al-Islmiyyin. 11 Al-Syahristny, al-Milal wa al-Nihal.

  • (9)

    berperang selama berkeyakinan seperti mereka; (2) tidak meniadakan hukum rajam; (3) taqiyyah boleh

    dalam perkataan tidak dalam perbuatan; (4) dll.

    (8) Al-Ibaiyah ():

    Adalah pengikut Abdullh bin Ib al-Tammy.

    Para pengikut Ibaiyah sendiri tidak menganggap golongan mereka bagian dari Khawrij, karena

    terdapat perbedaan pendapat dalam masalah-masalah dasar mazhab, akan tetapi para sejarawan Islam

    memasukkannya sebagai bagian dari Khawrij.

    Setelah perdebatan panjang antara Abdullh bin Zubair ra. dan Khawrij di Makkah (th. 64 H.),

    terjadi perdebatan panjang dalam tubuh Khawrij, yang kemudian mendorong mereka untuk

    mengamandemen prinsip-prinsip pokok mazhab mereka. Sehingga Khawrij terbagi menjadi 2

    golongan; (1) Khawrij Ekstrimis, yang mengajak untuk jihad dan perang, dan; (2) Khawrij Moderat,

    yang bersifat lebih toleran kepada mereka yang berbeda pendapat dengannya.

    Khawrij Moderat terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu: (1) Abdullh bin Ib al-Tammy dan

    pengikutnya, dan (2) Ziyad bin al-Afar dan pengikutnya.

    Abdullah bin Iba melihat, bahwa mereka yang berbeda pendapat dengan Khawrij tidak keluar dari

    Islam, akan tetapi mereka kufur atas nikmat Allah swt. Oleh karena itu, mereka tidak boleh diperangi

    dan tidak dibunuh, serta seluruh wilayah kekuasaan umat Islam bukanlah dr al-harb. Dan mereka juga

    berpendapat, bahwa pelaku dosa besar adalah seorang yang mengesakan Allah (muwahhid), akan tetapi

    bukan seorang mukmin. Dan beberapa pendapat lain yang tidak memungkin untuk disebutkan secara

    detail di sini.

    Pada awal abad ke-2 Hijriah, Kota Barah menjadi pusat penyebaran Ibaiyah, yang kemudian

    menyebar ke kawasan Oman, Hadramaut, dan Yaman. Dan sampai detik ini, Ibaiyah menjadi mazhab

    resmi negara Oman.

    2) WAHABI:

    Wahabi adalah sebutan yang disematkan untuk dakwah tajdid dan pembaharuan yang dibawa oleh

    Muhammad bin Abdul wahhb bin Sulaimn al-Tamimy yang bermula dari kawasan Najd. Membahas

    tentang Wahabi tidak bisa terlepas dari doktrin-doktrin salafy, yang akan kembali kepada sejarah tentang

    manhaj salaf dalam memahami ayat-ayat tentang sifat di abad ke-4 Hijriah (pengikut Ahmad bin

    Hanbal), dan kemudian didengungkan kembali oleh Ibnu Taimiyah di abad ke-7 Hijriah. Dan setelah

    berabad-abad lamanya doktrin pemikiran ini termakan waktu, Muhammad bin Abdul Wahhb kembali

    mendengungkan dan menyebarkannya di abad ke-12 Hijriah.

    Shaikh Muhammad Abu Zahrah mengatakan 12: Penggagas gerakan Wahaby adalah Muhammad bin

    Abdul Wahhb (th. 1787 M). Ia telah mempelajari karya-karya Ibnu Taimiyah, hingga terpatri dalam

    12 Trkh al-Madhhib al-Islmiyah, hal. 212.

  • (10)

    pandangannya, dan kemudian ia mendalaminya. Bahkan, ia mengeluarkannya dari sebuah sudut

    pandang (pemikiran) menjadi pandangan yang harus diterapkan. Dan sesungguhnya, mereka (Wahaby)

    dalam doktrin akidah tidak lebih dari doktrin akidah yang dibawa oleh Ibnu Taimiyah, akan tetapi

    mereka lebih keras dari pendahulunya (Ibnu Taimiyah), dengan menerapkannya dalam amal-

    perbuatan

    Demikian gambaran umum tentang Wahabi.

    Sejarah Kemunculan Wahabi 13

    Muhammad bin Abdul Wahhb lahir pada tahun 1115 H (1703 M) di kota al-Ainiyah Najd. Ia

    terlahir dari keluarga yang berilmu, shaikh Sulaiman (kakeknya) adalah seorang qy di kota al-

    Ainiyah.

    Terlahir di Najd, kota di mana mayoritas penduduknya terlalu berlebih-lebihan dalam mengkultuskan

    ulama, bahkan dalam masalah ngalap berkah dari makam, kuburan, dan bahkan pepohonan dan batu-

    batu, hingga masalah tawasul dengan para nabi, wali, dan para orang salih yang telah wafat. Aspek

    sosio-kultural masyarakat inilah yang memenuhi pikiran Muhammad bin Abdul Wahhb. Sampai

    akhirnya ia menemukan sandaran dalam pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyah dalam karya-karyanya,

    hingga ia merasa bahwa iklim sosio-kultural yang dirasakannya menemukan jawaban dan solusi dalam

    karya-karya Ibnu Taimiyah.

    Dalam menyebarkan keyakinannya, Muhammad bin Wahhb menghadapi banyak rintangan dan

    hambatan dari mayoritas masyarakatnya ketika itu. Hingga ia pindah ke kawasan al-Dariyah dan

    bertemu dengan pangeran al-Dariyah Muhammad bin Saud. Dan terjadilah baiat antara keduanya

    untuk saling membantu dan menguatkan, yaitu pada tahun 1158 H/1744 H. Hingga akhirnya terlahir

    kerajaan Saudi Arabia yang dipimpin oleh keluarga Saud dan ber-manhaj-kan Wahabi. Demikianlah

    sejarah koalisi antara kekuasaan Muhammad bin Saud dengan manhaj Muhammad bin Abdul Wahhb.

    Prinsip-prinsip Keyakinan Wahabi

    Sebagaimana penjelasan syaikh Muhammad Abu Zahrah, bahwa dakwah yang dibawa oleh

    Muhammad bin Abdul Wahhb tidak lebih dari sebuah penerapan atas pemikiran-pemikiran Ibnu

    Taimiyah, meskipun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Berikut beberapa prinsip-prinsip yang

    dakwah Wahabi:

    13 Untuk mengenal sejarahnya, baca: Rauat al-Afkr wa al-Afhm li murtd hl al-Imm (karya: Husein bin Ghanm), Tidd al-Ghazawt dhawy al-Islm (karya: Husein bin Ghanm), dan Unwn al-Majd an Trkh al-Najd (karya: Utsman bin Abdullah bin Basyr). Husein bin Ghanm adalah sejarawan yang hidup semasa dengan Muhammad bin Abdul Wahhb dan salah satu dari muridnya. Bahkan, ia menuliskan sejarah tsb. atas perintah dari sang guru.

    Dan Utsman bin Abdullah adalah sejarawan yang lahir setelah Muhammad bin Abdul Wahhb meninggal.

  • (11)

    (1) Pembagian Tauhid menjadi tiga: (1) Ulhiyah; (2) Rubbiyah; (3) Asm wa ift 14.

    (2) Pengingkaran atas tawasul dan istighsah kepada para nabi as., para wali, dan orang salih.

    Ini adalah pengaruh keadaan sosio-kultural masyarakat Najd kepada Muhammad bin Abdul Wahhb.

    Sehingga ia menilai bahwa hal-hal di atas bertentangan dengan nilai-nilai tauhid dalam mengesakan

    Allah swt. 15

    (3) Pengingkaran atas tasawuf dan filsafat secara umum tanpa terkecuali.

    Muhammad bin Abdul Wahhb dan para pengikutnya mengingkari tasawuf secara umum, tanpa

    membedakan antara tasawuf sunny yang diakui oleh Ahlussunnah wal jamaah, dan tasawuf falsafy yang

    meyakini paham hull, al-Ittihd, dan wihdat al-Wujd.

    (4) Pengingkaran atas metode takwil dalam memahami ayat-ayat Al-Quran.

    (5) Memperluas cakupan makna bidah, yaitu seluruh bidah adalah sesat, dan mengingkari

    adanya bidah hasanah.16

    Penutup

    Demikian sekilas tentang sejarah dan doktrin-doktrin pemikiran Khawrij dan Wahabi. Slogan-slogan

    kembali kepada hukum Allah swt. banyak kita temukan dalam era modern sekarang. Dan apabila kita

    cermati lebih dalam lagi, ternyata slogan tsb. telah didengungkan oleh Khawrij di abad pertama hijriah.

    Demikian juga tawaran-tawaran tajdid dan pembaharuan dalam Islam, banyak kita temukan di masa kita

    sekarang.

    Demikianlah, bahwa doktrin-doktrin pemikiran yang pernah terjadi dalam tubuh umat Islam, telah

    kembali didengungkan oleh umat Islam sekarang tanpa mereka sadari bahwa slogan dan tawaran tajdid dan

    pembaharuan tsb. telah memecah persatuan umat di masa silam.

    Mampukah umat Islam - pada umumnya - dan para ulama pada khususnya merevisi dan

    mereformulasi pemahaman dan persoalan Islam kontemporer sembari mengikatnya dengan tradisi

    pandangan para sahabat dan salaf-salih?! Sebagaimana sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. mengembalikan

    2000 pengikut Khawrij kepada pemahaman Islam yang benar, yaitu agama rahmat bagi alam semesta.

    Wa Allahu wa Rasuluhu alam.[]

    ...

    14 Objek pembahasan ini sangat panjang, untuk keterangan lebih lanjut lihat karya-karya Ibnu Taimiyah, kemudian bandingkan dengan pendapat Ahlussunnah wal Jamaah (Al-Asyairah - Al-Mturdiyah). 15 Objek pembahasan ini sangat panjang. Akan tetapi, stressing point-nya adalah apakah masalah tawasul dan istightsah masuk ke dalam ranah Akidah atau ranah Fikih? 16 Baca: Al-Bidah f Dhaui Al-Quran wa As-Sunnah, Dr. Imd Sayyid Syarbny.