KF N-1
description
Transcript of KF N-1
LAPORAN KIMIA FISIK KI 2241
Percobaan N-1
PENENTUAN VOLUME MOLAR PARSIAL
Nama : Ade Tria
NIM : 10511094
Kelompok : VII
Tanggal Percobaan : 01 Maret 2013
Tanggal Pengumpulan : 08 Maret 2013
Asisten : - Aldini Rizqka Humaidi (10509041)- Tika Pebriani (10510052)
Laboratorium Kimia Fisik
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
PENENTUAN VOLUME MOLAR PARSIAL
I. Tujuan
1. Menentukan volume molar parsial larutan Natrium Klorida (NaCl) dengan berbagai
konsentrasi sebagai fungsi rapat massa.
II. Teori Dasar
Variabel termodinamika dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu variabel ekstensif dan
variabel intensif. Kedua variabel tersebut dapat dinyatakan sebagai fungsi homogen. Ada
tiga sifat termodinamik molal parsial utama, yakni: (i) volum parsial dari komponen-
kompenen dalam larutan, (ii) entalpi molal parsial, dan (iii) enegi bebas molal parsial.
Sifat-sifat molar parsial dapat ditentukan dengan cara: (i) metode grafik, (ii) metode
analitik, (iii) metode molar nyata, dan (iv) metode intersep. Secara matematis, sifat molar
atau molar parsial didefinisikan sebagai.
Qi=( ∂ Q∂ N )
P ,T , N j ≠ i
dengan Q = kuantitas ekstensif, N = banyaknya mol komponen i, Qi = sifat molar parsial
komponen i. penentuan kuantitas volume molar parsial yang diturunkan untuk larutan biner
pada temperature dan tekanan konstan hanya bergantung pada jumlah mol dari kedua
komponen.
Penentuan volume molar parsial dengan metode grafik: volume V dialurkan sebagai
fungsi komposisi larutan. Penentuan volume molar parsial dengan metode analitik jika
harga sifat ekstensif dapat dinyatakan sebagai suatu fungus aljabar dari komposisi system.
Penentuan volume molar parsial dengan metode volume molar nyata yang didefinisikan
sebagai . Penentuan volume molar parsial dengan metode intersep, sebagai besaran baru,
yakni harga rata-rata dari volume molar campuran per mol.
III. Cara Kerja Pikno kosong
- ditimbang, dicatat
- ditambah air (H2O) sampai penuh
Pikno Penuh
- ditutup dengan penutup pikno
- ditimbang, dicatat
- dibuang larutan dalam pikno
Pikno kosong
- diulangi prosedur untuk larutan NaCl dalam berbagi konsentrasi
- dicatat T ruang saat percobaan
IV. Data Pengamatan
Truang = 27 C
Wpikno = 19,22 gram
Wpikno + air = 45,29 gram
Wpikno + larutan NaCl (dalam berbagi konsentrasi)
[NaCl] (M) Wpikno + larutan NaCl (dalam berbagi konsentrasi) (gram)
0,3 45,470,6 45,990,9 46,211,2 46,581,5 46,90
Mr Natrium Klorida (NaCl) = 58,44 gram/molMr Air (H2O) = 18,02 gram/mol
V. Perhitungan dan Pengolahan Data
1. Penentuan volume pikno (mL)
V pikno=W pikno+air – W pikno
ρair T =27C (literatur )=
(45,29−19,22 ) gram0,9965166 gram /mL
= 26,07 gram0,9965166 gram /mL
=26,16 mL
2. Penentuan massa jenis larutan NaCl (gram/mL)
ρNaCl=W pikno+NaCl−W pikno
V pikno
Perhitungan untuk Larutan NaCl 1
ρNaCl1=W ( pikno+NaCl ) 1−W pikno
V pikno
=(45,47−19,22 ) gram
26,16 mL=26,25 gram
26,16 mL=1,003 gram /mL
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, didapatkan massa jenis larutan NaCl
dalam berbagai konsentrasi sebagai berikut.
[NaCl] (M) Massa Jenis (gram/mL)
0,3 1,0030,6 1,0230,9 1,0321,2 1,0461,5 1,058
3. Penentuan molalitas larutan NaCl (mol/gram)
mNaCl=M NaCl xV (1 L)
(❑NaCl x V (1 L ))−(M NaCl xV (1 L ) x MrNaCl)
Perhitungan untuk Larutan NaCl 1
mNaCl 1=M NaCl 1 x V (1 L)
(❑NaCl1 xV ( 1 L ))−(M NaCl1 x V (1 L ) x MrNaCl)= 0,3 M x1 L
(1,003 gram /mL x1000 mL )−(0,3 M x1 L x 58,44 gram /mol)= 0,3 mol
(1003−17,532 ) gram=3,043 x10−4 mol /gram
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, didapatkan molalitas larutan NaCl
dalam berbagai konsentrasi sebagai berikut.
[NaCl] (M) Molalitas (mol/gram)
0,3 3,043 x 10-4
0,6 6,071 x 10-4
0,9 9,192 x 10-4
1,2 1,230 x 10-3
1,5 1,546 x 10-3
4. Penentuan mol larutan NaCl dalam 1 kg pelarut
nNaCl=mNaCl x 1000 gram
Perhitungan untuk Larutan NaCl 1
nNaCl1=mNaCl x1000 gram=3 , 043 x10−4 mol /gram x1000 gram=0,304 mol
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, didapatkan mol larutan NaCl dengan
berbagai konsentrasi dalam 1 kg pelarut sebagai berikut.
[NaCl] (M) Mol
0,3 0,3040,6 0,6070,9 0,9191,2 1,2301,5 1,546
5. Penentuan volume molar nyata larutan NaCl
¿ 1❑NaCl
x [MrNaCl−1000nNaCl
x (W pikno+NaCl−W pikno+air
W pikno+air−W pikno)]
Perhitungan untuk Larutan NaCl 1
❑1=1
❑NaCl 1x [MrNaCl−
1000nNaCl1
x (W ( pikno+NaCl ) 1−W pikno+air
W pikno+air−W pikno)]= 1
1,003 gram /mLx [58,44 gram /mol−
10000,304
x ( (45,47−45,29 )(45,29−19,22 ) )]=35,629
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, didapatkan volume molar nyata larutan
NaCl dengan berbagai konsentrasi sebagai berikut.
[NaCl] (M) 0,3 35,6290,6 13,8930,9 19,4331,2 17,4091,5 17,473
6. Grafik terhadap √n NaCl
Setelah didapatkan volume molar nyata NaCl, ditentukan akar kuadrat dari mol NaCl
dan didapatkan nilainya sebagai berikut.
[NaCl] (M) nNaCl (mol) √n NaCl
0,3 35,629 0,304 0,5520,6 13,893 0,607 0,7790,9 19,433 0,919 0,9591,2 17,409 1,230 1,1091,5 17,473 1,546 1,243
Dari tabel di atas dialurkan nilai volume molar nyata NaCl terhadap akar kuadrat dari
mol NaCl dan didapatkan grafik sebagai berikut.
0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.310
15
20
25
30
35
40
f(x) = − 21.079796791617 x + 40.3378833413372R² = 0.451183831469096
Grafik terhadap (nNaCl)
√( )𝒏 𝑵𝒂𝑪𝒍
Perhitungan volume molar parsial percobaan ini menggunakan metode volume molar
nyata. Dari persamaan umum, y=mx+c, ditentukan m=( ❑√nNaCl ) dan c=¿. Pada grafik
di atas, persamaan grafik yang didapatkan yaitu y = -21,08x + 40,338, dengan m =
( ❑√nNaCl ) = -21,08 dan c = = 40,338.
7. Volume molar parsial larutan NaCl
V 2=+[ 32
x√nNaCl x ( ❑√nNaCl
)]Perhitungan untuk Larutan NaCl 1
V 2NaCl 1=+[ 32
x √nNaCl 1 x ( ❑√nNaCl
)]=40,338+( 32
x 0,552 x (−21,08))=22,90
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, didapatkan volume molar parsial
larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi sebagai berikut.
[NaCl] (M) V2
0,3 22,900,6 15,700,9 10,021,2 5,271,5 1,03
8. Volume molar parsial H2O
V 1=V 1❑−[ (nNaCl )
32
2 x55,51x ( ❑
√nNaCl )] ,denganV 1❑=
MrH 2 O
ρH 2 OT=27 C
Perhitungan untuk Larutan NaCl 1
V 1dari NaCl1=MrH 2 O
ρH 2O
−[ ( nNaCl 1 )32
2 x 55,51x ( ❑
√nNaCl )]= 18,020,9965166
−[ (0,304 )32
111,02x (−21,08 )]=18,083−(−0,032)=18,12
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, didapatkan volume molar parsial H2O
sebagai berikut.
[NaCl] (M) V1
0,3 18,120,6 18,170,9 18,251,2 18,341,5 18,45
VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan penentuaan volume molar parsial larutan Natrium
Klorida (NaCl) dalam berbagai konsentrasi sebagai fungsi rapat massa. Perubahan volume
ketika 1 mol zat bertambah untuk volume campuran yang sangat besar diartikan sebagai
volume molar parsial. Volume total dari campuran dapat diartikan sebagai volume molar
parsial komponen. Sementara itu, volume molar nyata adalah volume 1 mol komponen
murni pada tekanan 1 atm dan temperatur 25 C.
Rapat massa atau massa jenis didefinisikan sebagai perbandingan dari berat suatu zat
terhadap berat dari standar dalam volume yang sama. Kedua zat mempunyai temperatur
yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat
cair dan padat, serta hidrogen atau udara untuk gas.
Dalam penentuan volume molar parsial suatu larutan terdaapat 4 metode yang biasa
digunakan, yaitu metode analitik, metode grafik, metode volume molar nyata, dan metode
intersep. Jika digunakan metode grafik, volume V dialurkan sebagai fungsi komposisi
larutan. Volume larutan diukur pada variasi penambahan jumlah suatu komponen yang
sudah ada dalam sistem dengan tetap mempertahankan komposisi total semua komponen
penyusunnya. Jika aluran tersebut menghasilkan garis lurus (linier), maka besarnya volume
molar parsial dari komponen yang ditambahkan itu adalah sama dengan kemiringan garis
tersebut.
Pada metode analitik, harga sifat ekstensif dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi
aljabar dari komposisi sistem sehingga sifat molar parsial dapat dihitung secara analitik.
Penentuan dengan metode volume molar nyata yang didefinisikan sebagai , yaitu
perbandingan selisih antara volume molar parsial komponen muni terhadap mol A kali
volume molar parsial komponen muni tersebut dengan mol B. Sementara itu, penentuan
dengan metode intersep diartikan sebagai besaran baru, yakni harga rata-rata dari volume
molar campuran per mol. Dalam percobaan ini, penentuan volume molar parsial
menggunakan metode volume molar nyata karena perhitungannya mudah hanya perlu
menentukan massa jenis larutan. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk larutan
biner, namun perhitungan yang dilakukan akan lebih rumit.
Penentuan massa jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer. Prinsip
piknometer didasarkan atas penentuan massa cairan dan ruang yang ditempati cairan.
Massa cairan ditimbang dengan menggunakan wadah yaitu piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya
volume piknometer.
Saat melakukan percobaan penentuan volume molar parsial, penimbangan
piknometer dengan berbagai zat (H2O atau NaCl berbagai konsentrasi) menggunakan
piknometer yang sama sehingga piknometer harus dibersihkan terlebih dahulu dengan
menggunakan aquades. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran atau endapan NaCl
yang masih tertinggal pada piknometer. Kemudian piknometer dibilas dengan aseton untuk
mempercepat pengeringan piknometer tersebut. Pengeringan piknometer sangat penting
karena cairan yang masih menempel pada pikometer sangat mempengaruhi hasil
penimbangan piknometer, yang akhirnya juga mempengaruhi pada penentuan massa jenis
zat.
Dalam percobaan ini, digunakan NaCl sebagai zat yang akan ditentukan volume
parsialnya dalam berbagai konsentrasi sebagai fungsi rapat massa. NaCl digunakan
karena merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai menjadi ion
Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya
penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume
molal parsial semu. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah :
NaCl Na+ + Cl-
Pada tempat terdekat dari suatu ion positif, molekul-molekul air
mengelilingi letaknya sedemikian rupa sehingga ujung negatif dari dipol
akan mengarah ke muatan positif dari zat sedangkan, molekul-molekul
yang mengelilingi ion negatif ujung positifnya akan mengarah pada
muatan negatif. Selain NaCl, garam lainnya dapat digunakan dalam percobaan ini, seperti
KCl, MgCl2, dan sebagainya.
Dalam piknometer masing-masing larutan NaCl memiliki berat yang berbanding
lurus dengan konsentrasinya, yaitu semakin kecil konsentrasi NaCl, maka beratnya
semakin kecil pula. Selain itu, massa jenis NaCl lebih besar dari massa jenis air sehingga
perubahan konsentrasi tidak mempengaruhi suhu larutan NaCl. Massa jenis larutan NaCl
diperoleh dari selisih berat piknometer yang berisi larutan NaCl dengan berat piknometer
yang kemudian dibagi dengan selisih berat piknometer berisi air dengan berat piknometer.
Besarnya berat jenis larutan NaCl dari konsentrasi 0,3 M; 0,6 M; 0,9 M; 1,2 M; hingga 1,5
M semakin lama semakin besar yaitu 1,003 g/mL, 1,023 g/mL, 1,032 g/mL, 1,046 g/mL,
1,058 g/mL. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan,
menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak. Dengan kata lain,
konsentrasi suatu larutan berbanding lurus dengan massa jenis larutan.
Dari grafik antara volume molar nyata terhadap akar kuadrat dari mol NaCl,
diperoleh kemiringan nNaCl) = -21,08. Pada grafik terdapat kekurangtepatan
letak dari titik volume molar nyata terhadap akar kuadrat dari mol NaCl Kekurangtepatan
ini dapat disebabkan oleh pengaruh suhu dari lingkungan. Volume molar parsial juga
bergantung pada suhu. Kemiringan dari grafik ini bernilai negatif karena volume molar
nyata berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari mol NaCl. Semakin kecil nilai mol
NaCl, maka akan semakin besar nilai volume molar nyatanya. Pada perhitungan volume
parsial NaCl mulai dari konsentrasi 0,3 M; 0,6 M; 0,9 M; 1,2 M; dan 1,5 M secara
berturut-turut didapatkan nilai 22,90; 15,70; 10,02; 5,27; dan 1,03. Sementara itu, untuk
volume parsial H2O yang dihitung dari volume molar parsial NaCl dengan konsentrasi 0,3
M; 0,6 M; 0,9 M; 1,2 M; dan 1,5 M nilai yang didapatkan secara berturut-turut adalah
18,12; 18,17; 18,25; 18,34; dan 18,45. Nilai volume molar parsial H2O (literatur) adalah
18, sementara yang didapatkan dari percobaan sekitar 18, hanya terdapat perbedaan 2
angka di belakang koma.
Perbedaan-perbedaan nilai yang didapatkan percobaan ini dengan nilai sebenarnya
dikarenakan terdapat pengaruh dari suhu dan kesterilan alat yang digunakan. Selain itu,
juga terdapat kesalahan-kesalahan yang terjadi selama percobaan, misalnya pada saat
pengisian piknometer dengan sampel, harus diperhatikan baik-baik agar di dalam alat tidak
terdapat gelembung udara karena dapat mengurangi massa sampel yang akan diperoleh,
kesalalahan pada saat penimbangan, kesalahan pembacaan skala pada alat timbang, atau
kondisi piknometer yang tidak bersih atau tidak sengaja terpegang. Selain itu, kondisi dari
kemurnian cairan juga mempengaruhi massa yang akan diperoleh.
VII. Simpulan
1. Volume molar parsial larutan Natrium Klorida (NaCl) dalam berbagai konsentrasi
adalah sebagai berikut.
[NaCl] (M) V2
0,3 22,900,6 15,700,9 10,021,2 5,271,5 1,03
VIII. Daftar Pustaka
Atkins, P. 1986. Physical Chemistry 3rd Edition. Oxford: University of Oxford. Hlm. 161-4
& 168-7.
Atkins, P dan Julio de Paula. 2006. Physical Chemistry 8th Edition. Oxford: University of
Oxford. Hlm. 136-138.
Shoemakir, David P. 1989. Experimental in Physical Chemistry 5th Edition. New York:
McGraw-Hill. Hlm. 187-184.
CRC Handbook of Chemistry and Physics.
IX. Lampiran
1. Massa jenis air (H2O) dalam berbagai suhu.
2. Data Pengamatan Praktikum Kimia Fisika Percobaan N-1 (01 Maret 2013)