Keynes
description
Transcript of Keynes
MASHAB KEYNES
A. PENDAHULUAN
Siapa yang tidak kenal dengan Keynes? Atau lebih lengkapnya John Maynard
Keynes. Semua mahasiswa fakultas ekonomi khususnya yang telah mengambil mata
kuliah ekonomi makro pasti pernah mendengar nama kesohor ini.
Kini nama Keynes melambung kembali setelah sekitar 40 tahun-an namanya tergilas
liberalisme Adam Smith ala Neoliberal. Melalui serangkain stimulus-stimulus
ekonomi yang dilakukan oleh banyak negara, khususnya Amerika Serikat, kini
pandangan ekonomi Keynes yang dikenal dengan istilah Big Government telah
kembali.
Majalah Newsweek edisi 21 Februari 2009 dalam artikel yang berjudul Who This
Fella Keynes, Anyway, mengungkapkan orang yang telah mati 63 tahun yang lalu ini
seperti hidup lagi menjadi anggota tim ekonomi Presiden Barack Obama.
Berkat jasa tokoh-tokoh neo-klasik yang melumpuhkan serangan Marx terhadap
sistem kapitalis, maka perekonomian pada awal abad ke-20 berjalan sesuai dengan
paham laissez faire-laissez passer seperti keinginan kaum klasik dan neo-klasik,
Didasarkan atas pendapat J.B. Say yang mengatakan bahwa penawaran akan selalu
berhasil menciptakan permintaannya sendiri (supply creates it’s own demand), maka
tiap perusahaan berlomba-lomba menghasilkan barang-barang sebanyak-banyaknya.
Akibatnya produksi meningkat tak terkendalikan, hingga pada tahun 30-an dunia
mengalami krisis ekonomi yang maha dahsyat (depresi besar-besaran), di mana
perekonomian ambruk, pengangguran terbuka merajalela, dan inflasi membubung tak
terkendali.
Krisis yang dialami negara-negara maju seperti yang digambarkan di atas oleh
sebagian pihak dianggap bahwa ramalan Marx tentang kejatuhan sistem kapitalis
1
menjadi kenyataan. Dalam menghadapi persoalan ekonomi yang maha dahsyat
tersebut teori-teori ekonomi yang dikembangkan oleh pakar-pakar klasik maupun
neo-klasik seperti lumpuh tak berdaya. Teoori klasik dan neo-klasik tak mampu
menjelaskan fenomena dan peristiwa apa yang sesungguhnya telah terjadi, apakah
lagi memberikan jalan keluar dan kemelut yang dihadapi. Hal ini sebetulnya tidak
dapat disesalkan, sebab yang terjadi pada tahun 30-an tersebut memang sangat
berbeda dengan persoalan-persoalan yang selama ini dihadapi. Dalam situasi tidak
menentu inilah lahir serang tokoh ekonomi yang kemudian menjadi sangat
berpengaruh, yaitu J.M. Keynes.
John Maynard Keynes (1883- 1946) mula-mula memperoleh pendidikan di Eton.
Sebagai seorang murid yang pintar ia banyak memenangkan berbagai hadiah dalam
bidang matematik, bahasa Inggris dan seni klasik. Kemudian Keynes melanjutkan
pendidikan ke King’s College, dengan bidang utama matematik. Disamping
matematik ia juga memperdalam falsafah dari gurunya Alfred Whitehead dan
pelajaran-pelajaran ekonomi diperoleh di bawah bimbingan Alfred Marshall dan A.C.
Pigou.
J.M. Keynes betul-betul cerminan seorang cendekiawan tulen. Selain ahli dalam
ilmu ekonomi, yang didukung oleh kepiawaiannya dalam ilmu matematik, ia juga
mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang falsafah, politik, dan bahkan juga
sangat mengerti dengan dunia sastra, seni lukis, teater drama dan bahkan tari balet
klasik. Orang tuanya, John Neville Keynes, juga seorang ahli ekonomi yang cukup
disegani. Akan tetapi namanya tenggelam di bawah bayang-bayang nama anaknya
yang jauh lebih termasyhur.
Sesudah menamatkan kuliahnya Keynes pernah menjadi editor sebuah jurnal
ilmiah yang cukup ternama “Economic Journal”. Disamping itu ia juga pernah
bertugas sebagai pamong (civil servant) dalam pemerintahan Inggris. Dalam usia
sangat muda (sekitar 26 tahun) Keynes sudah ikut tim delegasi Inggris melakukan
perundingan perdamaian Versailles tahun 1919. Sebelum mencapai usia 30 tahun ia
diangkat sebagai dosen di Cambridge University. Pengaruh Keynes sangat besar
dalam Perjanjian Bretton Woods tahun 1946, dan juga dalam pembentukan badan
Moneter Internasional IMP (International Monetary Fund). Atas jasa-jasanya sangat
2 | K e l o m p o k I V
besar, ia kemudian diangkat sebagai “baron”, suatu gelar kebangsawanan yang sangat
tinggi dalam masyarakat Eropa.
B. KARYA-KARYA KEYNES
Sebagai seorang pakar ekonomi ulung, ia telah menulis banyak buku. Tahun
1913 ia menulis: Indian Currency and Finance, yang memperlihatkan
ketertarikannya pada masalah-masalah moneter. Tulisan berikutnya adalah: The
Economic Consequences of the Peace (terbit tahun 1919). Pada tahun 1922 ia
menulis: A Revision of The Treaty. Kedua buku yang disebutkan terakhir ditulis
sehubungan dengan pengalamannya dalam delegasi perdamaian Versailles. Pada
tahun 1923 ia menulis: A Tract on Monetary Reform. Dalam buku ini
memperlihatkan keprihatinannya terhadap perubahan yang terjadi dalam daya beli
uang. Tulisannya yang lain adalah A Treatise on Money yang diterbitkan tahun
1930. Enam tahun berikutnya ia menerbitkan bukunya yang paling terkenal: The
General Theory of Employment, Interest, and Money.
Dalam bukunya: The Economic Consequences of The Peace, ia banyak
mengritik cara-cara yang digunakan oleh negara-negara yang menang Perang
Dunia Pertama (Amerika Serikat, Inggris dan Perancis) dalam menekan negara-
negara yang kalah perang (yaitu pihak Jerman). Walaupun dalam Perjanjian
Versailles ia mewakili pemerintahan Inggris, namun tidak urung ia mengritik
cara-cara yang digunakan negara-negara yang menang perang tersebut dalam
menekan Jerman dengan syarat pembayaran utang perang yang begitu berat.
Dalam buku tersebut ia mengisyaratkan bahwa tekanan dan negara-negara yang
menang perang terhadap Jerman dapat menimbulkan rasa marah dan dendam dan
masyarakat Jerman. Apa yang diramal oleh Keynes tahun 1919 tersebut menjadi
kenyataan 20 tahun berikutnya, di mana Jerman yang kalah dalam Perang Dunia I
di bawah Hitler melakukan balas dendam dengan memulai prakarsa Perang Dunia
Kedua.
Bukunya yang lain: A Treatise on Money terdiri dan dua volume. Volume
pertama khusus menyajikan teori-teori tentang anti dan peran uang dalam
3 | K e l o m p o k I V
perekonomian secara murni, dan dalam volume kedua dijelaskan bagaimana teori-
teori mumi tentang uang tersebut diterapkan dalam perekonomian.
Dalam hal ini seperti dicatat bahwa dalam beberapa bukunya yang terbit
sebelum The General Theory, Keynes masih berada dalam “jalur” pemikiran
klasik dan neo-klasik. Tetapi jalur pemikiran klasik dan neo-klasik ini mulai
ditinggalkan waktu ia menulis The General Theory. Sebagaimana yang dikutip
oleh Fusfeld (1977), paragraf pertama bab pertama buku General Theory tersebut
Keynes menulis:
“I have called this book ‘The General Theory of Employment, Interest, and
Money’, placing the emphasis on the prefix general. The object of such a title
is to contrast the character of my arguments and conclusions with those of the
classical theory of the subject, upon which I was brought up and which
dominates the economic thought, both practical and theoritical, of the
governing and academic classes of this generation, as it has for a hundred
years past.”
Buku The General Theory ditulis sebagai reaksi terhadap depresi besar-
besaran yang terjadi tahun 30-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode
klasik dan neo-klasik. Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak
kelemahan, dan karena itu perlu diperbaiki dan disempurnakan.
C. KRITIKAN KEYNES TERHADAP TEORI KLASIK
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan
mekanisme pasarakan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi
keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli
untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh
sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa
dan balas jasa dan faktor-faktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor-faktor
produksi tersebut seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang
yang dihasilkan perusahaan. Ini yang dimaksudkan Say bahwa penawaran akan
selalu berhasil menciptakan permintaannya sendiri.
4 | K e l o m p o k I V
Dalam posisi kestimbangan tidak terjadi kelebjhan maupun kekurangan
permintaan. Kalaupun terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), misalnya
pasokan lebih besar dari permintaan; kekurangan konsumsi; atau teijadinya
pengangguran, maka keadaan ini dinilai kaum klasik sebagai sesuatu yang
sementara sifatnya Nanti akan ada suatu tangan tak kentara (invisible hands) yang
akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan.
Kaum klasikjuga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya,
termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (fully-employed). Dengan
demikian di bawah sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada
penganggurän. Kalau ada yang tidak bekerja, daripada tidak memperoleh
pendapatan sama sekali, maka mereka bersedia bekerja dengan tingkat upah yang
lebih rendah.. Kesediaan untuk bekerja dengan tingkat upah lebih rendah ini akan
menarik perusahaan untuk mempekerjakan mereka lebih banyak.
Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka yang mau bekerja pasti akan
memperoleh pekerjaan. Kekecualian berlaku bagi mereka yang “pilih-pilih”
pekerjaan; atau tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang diatur oleh pasar.
Tetapi kalau ada yang tidak ekerja karena kedua alasan yang disebutkan di atas,
mereka ini oleh kaum klasik tidak digolongkan pada penganggur; melainkan
pengangguran sukarela (voluntary unemployment).
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, analisis klasik bertumpu pada
masalah-masalah mikro. Dalam berproduksi, misalnya, masalah yang dihadapi
adalah: bagaimana menghasilkan barang-barang dan jasa sebanyak-banyaknya
dengan biaya serendah-rendahnya dengan memilih alternatif kombinasi faktor-
faktor produksi yang terbaik. Dengan cara memilih alternatif terbaik atau paling
efisien perusahaan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Karena
yakin bahwa tiap barang yang diproduksi akan selalu diiringi oleh permintaan,
sesuai dengan teori Say, maka tiap perusahaan berlomba-lomba menghasilkan
barang-barang dan jasa sebanyak-banyaknya.
Teori Say yang mengatakan bahwa “penawaran akan menciptakan
permintaannya sendiri” di atas dikritik habis-habisan oleh Keynes sebagai sesuatu
yang keliru. Dalam kenyataan, demikian Keynes, biasanya permintaan lebih kecil
5 | K e l o m p o k I V
dan penawaran. Alasannya, sebagian dari pendapatan yang diterima masyarakat
akan ditabung, dan tidak semuanya dikonsumsi. Dengan demikian permintaan
efektif biasanya lebih kecil dari total produksi. Kalaupun kekurangan ini bisa
dieliminir dengan menurunkan hargaharga, maka pendapatan tentu akan turun,
dan sebagai akibatnya tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena
konsumsi lebih kecil dari pendapatan, berarti tidak semua produksi akan diserap
masyarakat. Dan memang inilah yang terjadi pada tahun 30-an, di mana
perusahaan berlomba-lomba berproduksi tanpa kendalii. Di pihak lain daya beli
masyarakat terbatas Akibatnya banyak stok menumpuk. Sebagian perusahaan
terpaksa mengurangi produksi, dan sebagian bahkan melakukan rasionalisasi,
yaitu mengurangi produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.
Tindakan rasionalisasi dari pihak perusahaan akan memaksa sebagian pekerja
menganggur. Orang yang menganggur jelas tidak mmperoleh pendapatan, dan
sebagai konsekuensinya pendapatan masyarakat turun. Turunnya pendapatan
masyarakat menyebabkan daya beli semakin rendah, dan akibatnya barang-barang
tidak laku sehingga kegiatan produksi menjadi macet. Puncak dan kemerosotan
ekonomi terjadi pada tahun 30-an di mana hampir di seluruh negara-negara
industri tenjadi depresi secara besar-besaran.
Sejak terjadinya depresi besar-besaran tersebut orang curiga bahwa ada
sesuatu yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang dianggap berlaku
umum selama ini. Menurut Keynes, pandangan klasik bahwa produksi akan selalu
menciptakan permintaannya sendiri hanya berlaku untuk perekonomian tertutup
sederhana yang terdini dari sektor rumah tangga dan perusahaan saja. Pada
tingkat perekonomian seperti ini semua pendapatan yang diterima pada suatu
periode biasanya langsung dikonsumsi, tanpa ada yang ditabung. Dalam keadaan
seperti ini memang permintaan akan selalu sama dengan penawaran agregat.
Tetapi dalam perekonomian yang lebih maju, di mana masyarakatnya sudah
mengenal tabungan, maka sebagian dan pendapatan akan mengalami kebocoran
(leakage) dalam bentuk tabungan, sehingga arus pengeluaran tidak lagi sama
dengan anus pendapatan. Dengan demikian permintaan agregat akan lebih kecil
dari penawaran agregat.
6 | K e l o m p o k I V
Pendapat di atas mula-mula dibantah oleh pendukung klasik. Mereka
mengatakan bahwa tabungan tersebut akan dihimpun okeh lembaga-lembaga
keuangan, dan nanti akan disalurkan pada investor. Menurut keyakinan
pendukung-pendukung klasik, pasar akan mengatur sedemikian rupa sehingga
jumlah tabungan akan sama dengan jumlah investasi. Dengan demikian
kebocoran yang terjadi dalam tabungan akan diinjeksikan kembali ke dalam
pnekonomian melalul investasi, sehingga keseimbangan kembali wujud dalam
perekonomian.
Pendapat klasik bahwa jumlah tabungan akan selalu sama dengan jumlah
investasi di atas dibantah Keynes. Alasannya, motif orang untuk menabung tidak
sama dengan motif pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha melakukan
investasi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan laba yang sebesar-
besarnya, sedang sektor rumah tangga melakukan penabungan didorong oleh
berbagai motif yang sangat berbeda. Termasuk di dalamnya unruk motif benjaga-
jaga (pre-cautionary motives), misalnyu untuk menghadapi kecelakaan, penyakit,
untuk memenuhi hajat (memperingati kelahiran, perkawinan, kematian) dan
sebagainya. Perbedaan dalam motif ini menyebabkan jumlah tabungan tidak akan
pernah sama dengan jumlah investasi. Kalaupun jumlahnya sama, menurut
Keynes itu hanya merupakan kebetulan belaka, bukan suatu keharusan.
Karena Keynes mengamati bahwa umumnya investasi lebih kecil dan jumlah
tabungan, maka ia menyimpulkan bahwa permintaan agregat juga lebih kecil dari
penawaran agregat. Kekurangan ini, apabila tidak diantisipasi, akan menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan dalam perekonomian. Karena sebagian produksi
tidak terserap oleh masyarakat, stok akan meningkat, dan pada periode-periode
berikutnya terpaksa harus dibatasi. Apa yang menjadi inti pokok dari pendapat
Keynes di atas ialah bahwa perekonomian yang berjalan menurut mekanisme
pasar biasanya mencapai keseimbangan pada titik di bawah full-employment.
Kritikan Keynes yang lain terhadap sistem klasik yang juga sangat perlu
diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme
penyesuaian (adjustment) otomatis yang menjamin bahwa perekonomian akan
7 | K e l o m p o k I V
mencapai keseimbangan (equilibrium) pada tingkat penggunaan kerja penuh. Hal
ini sangat jelas dalam analisisnya tentang pasar tenaga kerja.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam posisi
keseimbangan semua sumber daya, termasuk di dalamnya sumber daya tenaga
keeja atau labor, akan dimanfaatkan secara penuh (fully employed). Kalau
seandainya terjadi pengangguran, pemerintah tidak perlu melakukan
tindakan/kebijaksanaan apapun.
Sesuai pandangan Laissez faire klasik, biarkan saja keadaan dernikian, dan
nanti orang-orang yang tidak bekerja tersebut akan bersedia bekerja dengan
tingkat upah yang lebih rendah, yang mendorong pengusaha untuk
mempekerjakan labor lebih banyak, sehingga akhimya semua yang mau bekerja.
akan memperoleh pekerjaan.
Pandangan klasik di atas tidak diterima Keynes. Menurut pandangan Keynes,
dalam kenyatan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik
di atas. Di manapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union)
yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dan penurunan tingkat
upah. Dan sini Keynes imengecam analisis kaum klasik yang didasarkan pada
pengandaian-pengandaian yang keliru dengan kenyataan hidup sehari-hani.
Kalaupun tingkat upah bisa diturunkan (tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes
kecil sekali), tingkat pendapatan masyarakat tentu. Tentunya pendapatan
sebagaian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya berli
masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara
keseluruhan berkurang. Biasanya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya
harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor
(marginal value of productivity of labor), yang ikan sebagai patokan oleh
pengusaha dalam mempekerjakan akan turun. Kalau penurunan dalam harga-
harga tidak besar, maka kurva Nilai produktivitas marjinal labor hanya sedikit,
tetapi begitupun tetap sajajumlah labor yang tertambah kecil dan jumlah labor
yang ditawarkan. Yang parah harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva
8 | K e l o m p o k I V
nilai ktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah labor tertampung jadi
semakin kecil, dan pengangguran menjadi semakin luas.
D. PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Dari hasil pengamatannya tentang kejadian depresi ekonomi pada awal 30-an
Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada
mekanisme pasar. Hingga batas tertentu peran pemerintah justru diperlukan.
Misalnya kalau terjadi pengangguran pemerintah bisa memperbesar
pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya sehingga sebagian tenaga yang
menganggur bisa bekerja, yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Kalau harga-harga naik cepat, bisa menarik jumlah uang beredar
dengan mengenakan yang lebih tinggi, sehingga inflasi yang tak terkendali tidak
sampai terjadi. Dalam situasi di mana terjadi gerak gelombang turunnya kegiatan
ekonomi, pemerintah dapat menjalankan kebijaksanaan pengelolaan pengeluaran
dan pengendalian efekfif dalam bentuk “kontra-siklis” atau “anti-siklis’.
Dari berbagai kebijaksanaan yang bisa di ambil, Keynes lebih mengandalkan
kebijaksanaan fiskal. Dengan kebijaksanapemerintah bisa mempenganihi jalannya
perekonomian dengan menyuntikkan dana berupa pengeluaran pemerintah untuk
proyek-proyek yang mampu menyerap tenaga kerja. Terutama dalam situasi di
mana sumber-sumber daya belum dimanfaatkan secara penuh, kebijaksanaan ini
sangat ampuh dalam meningkatkan output dan memberantas pengangguran.
Apakah Keynes tidak percaya pada mekanisme pasar bebas sesuai doktrin
laissez faire-laissez passer klasik? Apakah Ia tidak yakin dengan anggapan kiasik
bahwa perekonomian akan menemukan jalannya sendiri menuju keseimbangan?
Keynes sebetulnya percaya tentang semua hal yang dikemukakan oleh kaum
klasik tersebut. Akan tetapi Keynes menilai bahwa jalan menuju keseimbangan
dan full-employment tersebut sangat panjang. Kalau ditunggu mekanisme pasar
(lewat tangan tak kentara) yang akan membawa perekdnomian kembali pada
9 | K e l o m p o k I V
posisi keseimbangan, dibutuhkan waktu yang sangat lama. Sedangkan, demikian
Keynes pernah menulis: “dalam jangka panjang kita akan mati! ” (In the long run
we’re all dead!). Jadi, satu-satunya cara untuk membawa perekonomian ke arah
yang diinginkan seandainya ia “lari dari posisi keseimbangan”, demikian uraian
Keynes lebih lanjut, ialah lewat intervensi atau campur tangan pemerintah.
Demikianlah, kalau kaum klasik pada umumnya menganggap tabu campur
tangan pemerintah, bagi Keynes campur tangan pemerintah merupakan
keharusan. Campur tangan pemerintah terutama diperlukan kalau perekonomian
benjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kalau diamati, sepertinya Keynes sependapat dengan Marx yang mengatakan
bahwa sistem ekonomi klasik tidak bebas dan fluktuasi, krisis pengangguran, dan
sebagainya. Bedanya, kalau Marx berusaha menghancurkan sistem kapitalis dan
menggantikannya dengan sistem sosialis, Keynes sebaliknya justru ingin
menyelamatkan sistem liberal. tersebut.
E. DISKUSI
Pandangan Keynes sering dianggap sebagai awal dari pemikiran ekonomi
modern. Ia banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin
klasik dan neo-klasik. Karena Keynes menganggap peran pemerintah perlu dalam
melaksanakan pembangunan, maka Keynes sering disebut “Bapak Ekonomi I
Pembangunan”. Selain itu ia juga disebut “Bapak Ekonomi Makro”, sebab kalau
dulu dalam tradisi klasik maupun neo-klasik analisis-analisis ekonomi lebih
banyak bersifat mikro, sejak Keynes analisis ekonomi juga dilakukan secara
makro, yaitu dengan melihat huhungan di antara variabel-variabel, ekonomi
(seperti pendapatan, konsumsi, tabungan, pajak, pengeluaran pemerintah, ekspor-
impor, pengangguran, inflasi dan sebagainya) secara besar-besaran atau agregatif.
Pengaruh Keynes terhadap negara-negara berkembang yang sangat ingin
melihat pembangunan ekonominya berhasil sangat besar. Juga sejak munculnya
Keynes maka status ahli-ahli ekononi naik beberapa tingkat. Pendapat-pendapat
mereka lebih sering didengar dan dijadikan sebagai bahan pengambil
kebijaksanaan. Sebagai yang pernah ditulis Keynes:
10 | K e l o m p o k I V
“The ideas of economists and political philosophers, both when they are
right and when they are wrong, are more powerful than is commonly
understood. Indeed, the world is ruled by little else!”
J.M. Keynes yang merupakan anak seorang ahli ekonomi John Neville
Keynes - sering dibandingkan dengan John Stuart Mill, yang juga anak seorang
ahli ekonomi James Mill. Keynes dan Mill yunior sama-sama menolak implikasi
kebijaksanaan dasar yang dianut kedua orang tua mereka, dan berani menempuh
perjalanan ke arah yang berbeda. Perbedaannya, J.S. Mill gagal melakukan
perpisahan dengan struktur teoritis yang dikembangkan pakar-pakar terdahulu
(terutama oleh Ricardo), sehingga ia akhirnya hanya bisa membuat “rumah
setengah jadi” antara mazhab klasik dan neo-klasik. Sedang J.M. Keynes berhasil
melakukan escape dari masa lalu, yaitu dan tradisi laissez faire yang dianut pakar-
pakar ekonomi masa silam seperti Adam Smith, Ricardo dan gurunya sendiri
Alfred Marshall. Keynes kemudian berhasil membentuk suatu “bangunan numah
utuh” dalam struktur teori-teori ekonomi baru, sehingga terjadi revolusi baik
dalam teori-teori apalagi dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi.
Untuk sebagian, apa yang dilakukan Keynes dalam mengembangkan teori-
teori baru dapat dijelaskan sebagai reaksi intelektual terhadap masalah-masalah
yang dihadapi di masanya. Keynes ingin mengetahui kekuatan-kekuatan yang
telah menyebabkan terjadinya pengangguran besar-besaran di Inggris tahun 20-an
dan depresi besar-besaran tahun 30-an. Apa yang disaksikannya, menurut
pemikiran Keynes, tidak mungkin bisa diatasi dengan teori-teori dan pendekatan
usang kaum klasik yang dipelajarinya dari tokoh-tokoh ekkonom terdahulu.
Bagi masyarakat Indonesia, suatu hal menarik yang bisa kita pelajari dan
tokoh Keynes ialah bahwa dalam mencari kebenaran kita harus dapat
menghilangkan budaya segan (budaya euh pakewuh). Menolak ajaran-ajaran lama
bukan berarti bahwa kita tidak menghargai karya-karya para pemikir ekonomi
terdahulu, tetapi sebagai titik anjak untuk membuka lembaran baru yang diyakini
mampu membawa masyarakat pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, baik
di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Bagi masyarakat Indonesia
11 | K e l o m p o k I V
yang sering sekali terjerat dan terpenjara oleh masa lampau hal ini bisa dijadikan
sebagai sesuatu yang berharga untuk diperhatikan.
Berani menempuh jalan sendiri, jika berhasil, akan menjadikan kita sebagai
pahlawan yang dikagumi. Tetapi untuk itu bukan tidak ada risikonya. Dalam
masyarakat yang bagaimanapun majunya sikap ‘berani tampil beda” sering harus
menghadang risiko. Hal seperti ini juga dialami oleh Keynes. Misalnya, karena ia
sering menentang ajaran dan teori-teori klasik dari guru-gurunya, maka ia tidak
pernah mendapat nilai yang memuaskan dalam mata-mata kuliah ekonomi.
Bagaimana reaksinya terhadap nilainya yang sering rendah untuk pelajaran
ekonomi tersebut? Menurut R.F. Harrod: The Life of John Maynard Keynes”
(1952), reaksi Keynes adalah: “I evidently know more about economics than my
examiners!”
12 | K e l o m p o k I V
Appendix - PowerPoint
13 | K e l o m p o k I V