KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

268
Dr. H. Dedi Mulyadi, SE., MM. KEWIRAUSAHAAN Pengantar Menuju Praktik

Transcript of KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Page 1: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Dr. H. Dedi Mulyadi, SE., MM.

KEWIRAUSAHAANPengantar Menuju Praktik

Page 2: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

REPITBLIK INDONESIAKEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SURAT PENCATATANCIPTAAN

Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan:

Nomor dan tanggal permohonan

Pencipta

Nama

Alamat

Kewarganegaraan

EC00201821909, 24 Jull 2018

DEOIM ULYADI

PERUMAHAN BUMI KARAWANG BARU BLOK A 4 NO. 5. RT 001, RW 010 DESA TELUK JAMBE, KECAMATAN TELUK JAMBE TIMUR, KABUPATEN KARAWANG, PROVINSIJAWA BARAT., KARAWANG, Jawa Baral, 41361

Indonesia

Pemegang Hak Cipta

Nama

Alamat

Kewarganegaraan

Jenis Ciptaan

Judul Ciptaan

Tanggal dan tempat diumumkan untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia

OEDI MULYADI

PERUMAHAN BUMI KARAWANG BARU BLOK A 4 NO. 5, RT 001, RW 010 DESA TELUK JAMBE, KECAMATAN TELUK JAMBE TIMUR, KABUPATEN KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT., KARAWANG, Jawa Barat, 41361

Indonesia

Buku

Kewirausahaan Pengantar Menuju Praktik

24 Juli 2018, di Karawang

Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terns berlangsungselama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Nomor pencatatan : 000112539

adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon.Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

a.n. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DIR EKTU R JE N D E R A L K EK A YA A N IN TELEKTU AL

Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M., ACCS. NIP. 196611181994031001

Page 3: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Dr. H. Dedi Mulyadi, SE„ MM.

KEWIRAUSAHAANPengantar Menuju Praktik

Page 4: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

KEWIRAUSAHAANPengantarMenuju Praktik

Penulis : Dr. H. Dedi Mulyadi, SE., MM.

Editor : Creative Team CV. Lagood's ManagementPenerbit : CV. Lagood's ManagementDesain Sampul : Creative Team CV. Lagood's ManagementTata Letak : Creative Team CV. Lagood's ManagementCetakan : 1 ( Juni 2018)

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Sanksi Pelanggaran Pasal 72, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta:1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual pada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara pal­ing lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah).

ISBN : 978-602-52294-0-4

iv

Page 5: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

The entrepreneur rarely thinks in terms of what he or

she wants, but dreams about results - always results and

nothing but results - that can solve someone else’s prob­

lem or contribute to making someone else's life better.

—Michael E. Gerber

Page 6: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

PENGANTAR PENULIS

Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam, yang Maha Rahman dan Maha

Rahim, dan telah melimpahkan begitu banyak nikmat, dalam berbagai

bentuknya, terutama kesehatan, kekuatan, pikiran yang baik, lingkungan yang

nyaman, rejeki yang halal, dan orang-orang tersayang, yang semua itu pada

akhirnya menjadi faktor pendukung terbesar bagi penulis dalam

menyelesaikan buku ini. Tak lupa, sahalawat serta salam semoga tercurah

selalu kepada Nabi Muhammad Saw, sang penunjuk jalan, teladan terbesar

umat manusia. Semoga penulis mendapatkan syafaat beliau di hari

kebangkitan nanti.

Apa yang menjadi niatan utama dari buku ini adalah keinginan untuk

berbagi sekaligus memberikan sumbangsih perspektif dan pengalaman,

meskipun kecil, pada dunia keilmuan khususnya bidang kewirausahaan. Saya

selalu meyakini bahwa cara terbaik mendapatkan kebahagiaan dalam hidup

adalah dengan berbagi, memberi, dan berpikir bahwa hidup tidak hanya

tentang diri sendiri. Pikiran seperti inilah yang juga saya lihat pada praktik

kewirausahaan sebagaimana nantinya bisa didapati pada lembaran demi

lembaran dalam buku ini. Saya percaya bahwa menjadi wirausaha sejati berarti

menjadi orang yang tidak lagi semata berpikir tentang dirinya, tapi juga or-

ang lain ataupun lingkungan di sekitarnya. Seorang yang terjun secara total

dalam bidang wirausaha, pada akhirnya akan mengerti, bahwa ini bukan

semata persoalan hasil dan laba, tapi pada nilai-nilai, seperti kepuasan,

kebebasan, kreativitas, inovasi, dan hal-hal lain yang lebih bisa memberikan

kebahagiaan pada pelakunya.

vii

Page 7: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Saya berusaha menuliskan perihal kewirausahaan ini sesistematis

mungkin, agar orang bisa berangkat dari titik pijak yang tepat, untuk akhimya

menjalani proses yang tepat, dan tiba di tujuan yang tepat pula. Karena itu,

saya memulai dari pengenalan tentang konsep dasar kewirausahaan, lalu

membangun pola pikir wirausaha, dan hal-hal esensial lain, sebelum beranjak

pada hal yang lebih teknis seperti menyiapkan modal dan perangkat usaha.

Hal ini penting, karena bagi saya, orang perlu memahami dulu bagaimana

seorang wirausahawan berpikir, sebelum ia bisa menjalankan proses kreatif

yang sama. Mereka yang terpaku pada pengetahuan tentang hal-hal teknis

terkait usaha, justru pada umumnya akan mudah untuk jatuh dan gagal dalam

usahanya. Beberapa topik berikutnya, saya juga memasukkan perihal

kreativitas dan inovasi, serta motivasi berusaha, yang itu terkadang luput

dari bahasan ketika orangsudah berbicara tentang dunia kewirausahaan ini.

Dengan ini, saya bermaksud, agar orang tidak lagi selalu membayangkan

modal dan uang ketika mendengar istilah wirausaha. Agar mereka mengerti

bahwa ada banyakpengusaha suksesdi luarsana yang benar-benar memulai

dari nol. Agar orang mengerti bahwa inovasi dan kreativitas lebih bernilai

dibandingkan aset berupa lahan, gedung, sumberdaya, dan hal-hal lain yang

selama ini dijadikan sebagai patokan kesuksesan usaha.

Buku ini pada akhimya ditulis dalam semangat untuk mempelajari zaman

dengan berbagai perubahan yang dibawanya. Karena itu, pada banyak bagian

dalam buku ini, saya menekankan pentingnya mengenali zaman dan generasi

penghuninya yang ada hari ini, bagaimana karakteristik mereka, apa yang

membedakannya dengan generasi sebelumnya, yang semua itu akan menjadi

modal berharga bagi mereka yang akan terjun dalam praktik wirausaha secara

nyata. Dan terakhir, saya berharap buku ini bisa bermanfaat bagi anda yang

membacanya.

Dedi Mulyadi

VIII

Page 8: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

DAFTAR ISI

Pengantar Penulis................................................................................... vil

Daftar Isi .......................... ix

Daftar Tabel dan Bagan.......................................................................... xi

I. Konsep Dasar Kewirausahaan...................................................... 1

A. Pengertian Wirausaha............................................................ 1

B. Membangun Pola Pikir Wirausaha....................................... 8

C. Model dan Profil Wirausaha................................................. 20

D. Keuntungan dan Kelemahan Wirausaha............................. 26

II. Karakteristik dan Kompetensi Inti W irausaha.......................... 35

A. Karakteristik Pelaku Wirausaha........................................... 35

B. Kompetensi-kompetensi Dasar Wirausaha......................... 52

III. Kreativitas dan Inovasi dalam Memulai Usaha.......................... 67

A. Memulai Usaha; Peiuang dan Tantangan............................ 67

B. Motivasi Berprestasi.............................................................. 87

C. Kreativitas dan Inovasi dalam Usaha................................... 92

D. Memulai dan Mendirikan U saha.......................................... 110

IV. Manajemen untuk Produktivitas Usaha...................................... 121A. Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Usaha.............. 122

ix

Page 9: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

B. Branding dan Pemasaran...................................................... 143

C. Manajemen W aktu................................................................. 161

D. Manajemen Keuangan........................................................... 173E. Manajemen Operasi dan Pengembangan Usaha............... 197

V. Etika Bisnisdalam W irausaha...................................................... 221

A. Tantangan Global Kewirausahaan....................................... 222

B. Nilai-nilai Etis dalam W irausaha........................................... 233

C. Kewirausahaan dan Kesejahteraan Hidup Bersama......... 251

Pustaka ................................................................................................... 255

Tentang Penulis........................................................................................ 259

x

Page 10: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

DaftarTabel:

Tabel 1.1: Dua Cara PandangTerhadap Perubahan...................... 21

Tabel 2.1: Perspektif Lintas Generasi............................................. 37

Tabel 2.2: Entrepreneurial Behaviour Cues.................................... 43

Tabel 2.3: Motivations for Owning A Small Business................... 44

Tabel 2.4: Kuis Preferensi Entrepreneur........................................ 50

Tabel 3.1: Analisis Kelayakan Usaha: Tes dan Pertanyaan Kunci'.. 115

Tabel 4.1: Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia .... 126

Tabel 4.2: Contoh Sistem Produksi................................................. 200

Daftar Bagan:

Bagan 2.1: Push and Pull Factors.................................................... 45

Bagan 2.2: Karakteritik Kompetensi............................................. 57

Bagan 3.1: Proses Memulai Wirausaha.......................................... 69

Bagan 3.2: Proses Inovasi dalam Bisnis......................................... 103

Bagan 3.3: A Process Model of Creativity, Innovation,

and Entrepreneurship...................................................................... 106

Bagan 4.1: Matriks Pertumbuhan dan Kesiapan........................... 134

Bagan 4.2: Evolusi Konsep Pemasaran.......................................... 151

Bagan 4.3: Contoh Laporan Keuangan.......................................... 197

Bagan 4.4: Sistem Manajemen Operasi......................................... 200

Bagan 4.5: Process Layout.................................................................. 215

Page 11: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Bagan 4.6: Product Layout - Pabrik Susu...................................... 216

Bagan 4.7: Hybrid Layout - Supermarket...................................... 216

Bagan 4.8: Fixed Layout — Bangunan Pertanian........................ 217

Bagan 4.9: Proses Pekerjaan Minuman Ringan............................ 218

Page 12: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

T KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

A. Pengertian Wirausaha

This defines entrepreneur and entrepreneurship— the entrepreneur

always searches for change, responds to it, and exploits it as an

opportunity. -Peter F. Drucker

Dalam kurun waktu dua dasawarsa terakhir, terdapat berbagai

perubahan besar dan berdampak pada tatanan kehidupan bersama. Kekuatan

ekonomi bergerak menuju Timur, dari Amerika Serikat dan negara-negara

Eropa menuju Cina dan India. Salah satu penanda utama atas hal ini adalah

krisis finansial di negara-negara Eropa dan Amerika pada tahun 2008 yang

melahirkan resesi dan disrupsi besar di negara-negara tersebut. Kebangkrutan

Enron dan Lehman Brothers di Amerika, Parmalat di Italia, hingga Royal Bank

of Scotland (RBS), semua berdampak besar pada tatanan ekonomi yang ada.

Lalu, dunia juga terus dikejutkan dengan berbagai kejadian serangan teror di

Amerika dan Eropa serta peperangan yang tidak kunjung selesai di Afghani­

stan dan Irak. Fenomena Arab Spring juga terus memengaruhi negara-negara

Timur Tengah, tidak terkecuali Syria. Sementara di berbagai belahan dunia

lainnya, terdapat juga berbagai kejadian bencana alam luar biasa, seperti Tsu­

nami dan gempa bumi di Jepang pada tahun 2011, serta penyebaran virus

Ebola di Afrika Barat pada tahun 2014. Tidak lupa juga ancaman pemanasan

global yang terus menjadi perhatian banyak kalangan terutama karena

dampaknya pada kehidupan itu sendiri. Semua kejadian dan berbagai

Page 13: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

perubahan dalam tatanan kehidupan tersebut konteks yang harus diterima

oleh setiap orang dalam memulai ataupun menjalankan usahanya hari ini.

Mengapa kejadian-kejadian seperti itu harus diperhitungkan dalam

konteks usaha atau bisnis hari ini? Jawabannya sederhana, bahwa kita tengah

dan akan selalu hidup dalam dunia yang dipenuhi oleh ketidakpastian dan

perubahan. Karena itu, setiap hal yang terjadi harus dianggap sebagai

fenomena yang bisa kembali lagi di masa depan. Darinya, mempersiapkan

segala sesuatunya dengan penuh perhitungan adalah cara terbaik untuk

menjalankan bisnis atau usaha pada hari ini. Kathleen Allen (2007) dalam

bukunya menulis:

Business owners and managers live in a very exciting time. Every day brings

new surprises, because no matter where you live and do business in the

world, change is taking place — and not incrementally, so you can get

comfortable with it. Change is happening radically — almost overnight —

in ways that most businesses aren’t prepared for.

What is going on? Less than a decade into a new century, change is

happening faster than the business world can keep up with it. Adapting to

change is a way of life in the business world, and one of the best ways for

owners and managers to prepare for the changes that are bound to crop

up in the future is to become more aware of the phenomenon of trends.

Trends are patterns that we observe in the world around us, and which

may signal that a major change is about to occur. In this chapter, we ex­

amine many of the key trends that affect

Faktanya memang menunjukkan bahwa kehidupan tidak pernah berjalan

seperti apa yang diramalkan ataupun sesuai dengan perencanaan yang

disusun sebelumnya. Mereka yang membangun usaha, merencanakan segala

sesuatunya secara terperinci, akan selalu mendapati berbagai kejadian yang

mengharuskan’ adanya keputusan-keputusan mendadak untuk hal-hal yang

tidakterduga. Sebagai contoh, ketika perang dunia ke-il berakhir, lalu orang-

2 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 14: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

orang mulai dikenalkan dengan berbagai bentukteknologi baru yang canggih

(high tech), banyak kalangan menganggap bahwa teknologi canggih ini

menjadi penentu jalannya bisnis dan dunia usaha secara umum. Namun

demikian, pada kenyataannya, seperti diulas Peter Drucker (2002), dari 40

juta lebih tawaran kerja yang ada, teknologi canggih hanya menyumbang 5-

6 juta di antaranya. Ada banyak peluang usaha dan bidang bisnis yang

dijalankan tanpa bergantung pada teknologi canggih ini di masyarakat.

Tapi kita juga tidak bisa menutup mata pada kenyataan lainnya di awal

abad ke-21 ini, bahwa kehadiran teknologi canggih dengan berbagai

kembangan kecerdasan artif isialnya telah menghadirkan perubahan besar

pada cara kita hidup dan terutama cara kita berkomunikasi, menerima dan

mengolah informasi, serta melakukan berbagai jenis transaksi dan

mengembangkan bisnis itu sendiri. Kehadiran teknologi canggih, terutama

dalam bentuk internet, web 2.0, smartphone, berbagai aplikasi mutakhir

seperti online shop dan social media, semua semakin menegaskan bahwa

kehidupan kita telah berubah secara mendasar. Orang tidak lagi perlu

menunggu waktu yang lama untuk berkomunikasi atau mendapatkan

informasi, juga tidak harus bersusah payah menjalankan praktik promosi dan

atau transaksi.

Kita tinggal dalam dunia yang disebut oleh Friedman (2005) sebagai

dunia yang rata (flat world). Rata di sini tentu bukan dalam artian bahwa

bumi yang dihuni tidaklah bulat, namun ia menunjukkan bahwa kita tidak

lagi memiliki penghalang untuk berinteraksi satu sama lain, di manapun kita

berada. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghadirkan

lanskap kompetitif di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama

untuk bersaing dan mencapai kesuksesannya. Friedman (2005) dalam hal ini

menyatakan bahwa setidaknya ada 10 faktoryang menyebabkan hal tersebut,

yaitu:

1. Runtuhnya tem bok Berlin pada tahun 1989: ini membuka

keseimbangan dalam upaya masyarakat menuju demokrasi dan

Dedi Mulyadi 3

Page 15: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

pasar bebas, yang berarti hal bagus untuk bisnis karena adanya

keterbukaan dan hilangnya sekat-sekat lokal yang menghambat

perkembangan bisnis.

2. Penawaran publik oleh Netscape pada tahun 1995: ini membuat

internet bisa digunakan secara luas dan perusahaan-perusahaan

berbasis internet seperti Amazon, Google, atau eBay bisa tumbuh

dan berkembang dengan pesat.

3. Workflow software: ini memungkinkan terjadinya komunikasi dan

kolaborasi secara global sehingga orang bisa bekerja dari rumah.

4. Open source software: ini menginspirasi banyak komunitas mandiri

untuk berkolaborasi demi tujuan yang sama.

5. Outsourcing: ini membantu ekonomi negara-negara berkembang

dengan cara memberikan perusahaan cara untuk mereduksi biaya

bisnis.

6. Moving offshore: meningkatkan kemampuan untuk bersaing secara

global, di mana perusahaan bisa membangun kantor dan gudang

di berbagai wilayah.

7. Global supply chains: menghubungkan dunia dalam mata rantai yang

massif.

8. Insourcing: memungkinkan perusahaan dengan bisnis kecil untuk

mencapai kompetensi tertentu.

9. Web search engine: membawa informasi pada setiap orang, di

manapun, kapanpun.

10. Digital and wireless: memungkinkan ketersambungan dan

kolaborasi virtual setiap saat.

Faktor-faktor di atas menurut Friedman adalah faktor-faktor yang

membuat dunia kita menjadi rata (flat). Seseorang bisa berada di India, Mesir,

London, ataupun Jakarta dan tetap menemukan billboard Pizza Hut, KFC,

Starbucks, McDonald atau orang yang berbicara dengan bahasa inggris atau

4 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 16: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

mandarin yang fasih. Orang bisa membangun bisnis dari desa tertentu dengan

produk yang dijual secara global meskipun pemasarannya hanya dijalankan

secara virtual melalui media sosial. Tidak peduli apakah anda lahir dari ras

atau suku tertentu, memeluk agama tertentu, memiliki warna kulit dan model

rambut tertentu, setiap orang selalu memiliki kesempatan yang sama untuk

berhasil di atas bumi yang “rata” itu.

Kondisi seperti ini jelas menjadi kesempatan besar bagi setiap orang

untuk membangun usahanya sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi sudah memberikan wajah dunia yang berbeda dengan apa yang

dilihat satu abad yang lalu. Mereka yang berhasil adalah mereka yang bisa

menangkap peluang dan memiliki kreativitas dalam mengolahnya. Mereka

yang menyadari arti penting dari sebaran informasi dan bagaimana mengolah

informasi tersebut sesuai dengan kepentingan bisnis yang dibangunnya.

Mereka yangmemahami bahwa masyarakat kontemporer adalah masyarakat

yang tidak lagi bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Karena

itu setiap produk akan selalu memiliki konsumennya sendiri.

Menilik pada hal ini pula, maka wajar kiranya jika dunia usaha mandiri

dan kreatif terus bertumbuh dan berkembang secara pesat di berbagai

belahan dunia. Setiap orang bisa berwirausaha dan mengandalkan dirinya

sendiri untuk membangun usahanya tersebut. Bentuk usaha yang dibangun

bahkan tidak terbatas (limitless). Hanya bermodal sedikit keterampilan dalam

mengemas, anda sudah bisa menjadi selebritis, pemasar kelas wahid, pundit

berbagai bidang, ataupun jurnalis. Apa yang memungkinkan hal ini untuk

diwujudkan, seperti dijelaskan Kathleen (2007), adalah adanya teknologi dan

berbagai aplikasi terkait, seperti:

1. Internet (tak ada yang perlu dijelaskan)

2. Wireless technology (GPS, Personal Digital Assistants/PDA, dan

lainnya)

3. Teknologi produksi konten digital yang murah (Adobe creative,

Vegas movie studio, dan lainnya)

Dedi Mulyadi 5

Page 17: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

4- Mesin pencari yang canggih (Google, Yahoo, MSN)

5. eBay dan Paypal (jual beli produk dan bertransaksi tanpa hams

membangun toko dan bertatap muka)

6. Jaringan media sosial (Facebook, MySpace, Youtube)

7. Webblog, podcast, dan vodcasts (teknologi yang memungkinkan

komunikasi dengan teks, suara dan video interaktif).

Berbagai bentuk teknologi dan aplikasi di atas saat ini bahkan sudah

mengalami perkembangan sedemikian rupa yang semakin memudahkan or-

ang untuk mengakses dan menggunakannya demi kepentingan bisnis

mereka. Bitcoin adalah salah contoh nyata dari perkembangan teknologi dan

aplikasi tersebut, sebagai suatu bentuk virtual currency yang memungkinkan

para penggunanya untuk bertransaksi tanpa batasan. Jaringan media sosial

juga semakin beragam dan sudah digunakan oleh hampir semua orang yang

memiliki smartphone. Twitter, Instagram, Snapchat, ataupun bentuk-bentuk

aplikasi komunikasi massif seperti Whatsapp, Line, Telegram, dan lainnya

adalah contoh aplikasi yang bisa digunakan orang untuk berkomunikasi

sekaligus menyebarkan informasi tentang usaha yang dibangun atau produk

yang ditawarkan.

Peluang untuk membangun usaha ini bahkan semakin diperluas dengan

penerimaan masyarakat akan bentuk-bentuk budaya dan nilai-nilai kultural

baru yang menyebar secara global. Anak-anak muda tidak lagi malu untuk

menampilkan diri mereka dengan cara yang paling kreatif untuk menarik

minat orang lain guna mengenal produk yang mereka jual. Para orang tua

tidak lagi mengharuskan anaknya untuk jadi pegawai atau karyawan tertentu,

karena kesejahteraan secara ekonomi bisa didapatkan dari banyak peluang.

Pasar bukanlah satu-satunya tempat di mana orang bisa menghasilkan uang

dan keuntungan dengan cara berwirausaha. Setiap tempat, setiap waktu,

selama ada kreativitas dan Resungguhan, semua orang bisa menghasilkan

keuntungan dari usaha yang dijalankan.

6 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 18: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Namun demikian, sesuai dengan keperluan buku ini, kita akan mengulas

kembali makna sebenarnya dari wirausaha, terutama karena di tengah

kompleksitas kehidupan ekonomi masyarakat tersebut, istilah ini seringkali

sudah digunakan secara massif bahkan terlepas dari makna aslinya sendiri.

Istilah wirausaha dan atau entrepreneur seringkali digunakan secara tumpang

tindih dengan istilah w iraswasta. Secara mendasar, berdasarkan

etimologinya, wiraswasta terdiri dari tiga kata yaitu wira yang berarti manusia

unggul, teladan, berani berbudi luhur; swa artinya sendiri atau mandiri;

sedangkan sta artinya berdiri. Berdasarkan etimologi bahasa sanksekerta

tersebut, wiraswasta dengan demikian, dapat diartikan sebagai manusia yang

memiliki keberanian, keteladanan dan keperkasaan dalam memenuhi

kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang

ada pada dirinya sendiri.

Sementara wirausaha diartikan sebagai orang yang mempunyai

kemampuan m elihat dan menilai kesem patan-kesem patan usaha,

mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan dan bertindak untuk

memperoleh keuntungan dan peluang tersebut. Jadi kewirausahaan

adalah kegiatan yang memadukan perwatakan pribadi, keuangan dan

sumberdaya di lingkungan. Seorang entrepreneur berarti orang yang

mengkombinasikan sumberdaya, tenaga kerja, material dan peralatan

untuk meningkatkan nilai yang lebih dari pa da sebelumnya atau orang yang

memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi.

Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu

yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan

resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

Seorang wirausaha atau entrepreneur secara mendasar adalah seorang

pemimpin pada dirinya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kepercayaan yang

besar pada dirinya sendiri, kem am puan untuk mengambil resiko,

fleksibilitas tinggi, serta keinginan kuat untuk mencapai sesuatu dan tidak

bergantung pada orang lain.

D edi Mulyadi 7

Page 19: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Mereka yang memutuskan untuk berwirausaha adalah mereka yang

menyadari bahwa ada peluang dan kemungkinan untuk mendapatkan

keuntungan dan atau nilai-nilai tertentu dari kegiatan yang dijalankannya,

serta kepuasan ketika mereka bisa menjadi mandiri dengan kegiatan tersebut.

Dalam beberapa kasus, orang barangkali memutuskan untuk berwirausaha

ketika mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi pekerja pada

suatu perusahaan, atau karena adanya kebutuhan hidup yang mendesak

untuk dipenuhi setiap harinya. Pada titik ini mereka sebenarnya belum bisa

disebut sebagai seorang wirausahawan atau enterpreneur sejati, karena

wirausaha mensyaratkan adanya kesungguhan dan kemampuan untuk

melihat sekaligus memanfaatkan peluang demi nilai-nilai tertentu yang tidak

semata keuntungan material, tapi juga kepuasan dirinya secara personal. Akan

tetapi, dari langkah ini pula, mereka yang berjuang di dunia kewirausahaan

nantinya akan belajar memahami arti penting dari wirausaha itu sendiri.

Bahwa berusaha secara mandiri tidak melulu persoalan besar kecilnya modal

yang dimiliki, tapi lebih pada kemampuan lain, terutama kemampuan untuk

melihat dan menangkap peluang, kemampuan untuk berpikir dan bertindak

secara kreatif, serta keteguhan dalam menjalankan usaha meskipun harus

menghadapi kegagalan atau kerugian. Karena itu pula, maka ada baiknya kita

mengenal lebih jauh tentang bagaimana membangun pola pikir wirausaha.

B. Membangun Pola Pikir Wirausaha

I can honestlysay that I have never gone into any business purely to make

money. If that is the sole motive then I believe you are better off not do­

ing it. A business has to be involving, it has to be fun, and it has to exercise

your creative instincts. -Richard Branson

Bagaimana memulai usaha mandiri? Persoalan ini merupakan persoalan

utama ketika seseorang memutuskan untuk berwirausaha. Orang seringkali

memulainya dengan menyusun setumpuk rencana dan atau perhitungan

8 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 20: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tentang modal dan laba. Ada juga yang berfokus pada pengamatan tentang

apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di lingkungannya. Semua hal itu tentu

tidak ada yang salah, karena bagaimanapun usaha harus disertai dengan

perencanaan, perhitungan yang tepat, serta pengamatan atas apa yang

mungkin bisa menarik minat masyarakat konsumen terkait produk yang

nantinya ditawarkan. Namun demikian, apa yang seringkali dilupakan adalah

bahwa berwirausaha harus dimulai dari perubahan pola pikir dalam diri

mereka yang akan memulainya.

Belajardari salah satu wirausahawan terkenal di Indonesia, yakni Bob

Sadino, apa yang paling dibutuhkan dari seseorang ketika ingin memulai

usahanya sendiri adalah keberanian untuk menghadapi kegagalan. Bahwa

berwirausaha tidak selalu menjaditindakan yang bisa memperkaya diri sendiri.

Sebaliknya, seseorang bisa saja bangkrut dan kehilangan modal. Namun,

justru dengan kegagalan itu pula, maka seseorang bisa mendapatkan

pelajaran paling berharga dalam kehidupan. Apa yang dipraktekkan oleh Bob

Sadino ini pada dasarnya adalah sebuah pendidikan tentang bagaimana

membangundan membentukcara berpikiryang benar dalam berwirausaha.

Tidak menjadi soal apakah seseorang memulai dengan modal yang besar atau

yang kecil, selama pola pikirnya tepat, maka usahanya bisa berkembang.

Mereka yang tidak memulai dari perubahan cara berpikir dari awal seperti

ini, ketika ternyata dunia usaha tidak selurus seperti yang direncanakan bisa

saja berhenti di tengah jalan. Hal seperti inilah yang seringkali ditemukan

dalam konteks wirausaha.

Bob Sadino memang lahir dari keluarga yang cukup berada.

Saat ayah dan ibunya meninggal, seluruh warisan keluarga

jatuh ke tangan Bob sebagai anak bungsu karena kakak-

kakaknya yang lain sudah dianggap cukup mampu. Tapi

hidup sebagai anak orang kaya tidak menjadikan Bob

m anja. Dia m em ilih b e rk e la n a k e lilin g d unia deng an

Dedi Mulyadi 9

Page 21: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

setengah uang warisan yang dimilikinya.Bob sempat

terdampar selama 9 tahun di Belanda untuk bekerja

sebagai karyawan di sebuah perusahaan pelayaran.

Sepulangnya ke Indonesia Bob banting setir jadi pengusaha

Mobil Mercedes sewaan, dengan ia sendiri sebagai sopirnya.

Sebuah kecelakaan yang dialami membuatnya kehilangan

Mercedes kesayangannya sehingga otomatis kehilangan

modal. Bob yang kondisi ekonominya terpuruk akhirnya

memilih jadi tukangbatu dengan upah hanya Rp 100,00 per

hari untuk membiayai anak dan istrinya. Hal ini sempat

membuatnya depresi. Namun demikian, pada suatu hari,

temannya menyarankan Bob untuk memelihara ayam

untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik.

Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi untuk

berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam

ternaknya. la mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang

untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.Saat Bob

memulai usaha ternak ayam petelurnya Bob sempat dicibir

sebagai “orang gila” karena dianggap tak akan berhasil.

Saat itu pasar telur datam negeri memang masih didominasi

oleh telur ayam kampung yang terkenal lama proses

produksinya. Namun, dalam tempo satu setengah tahun,

ia dan istrinya sudah memiliki banyak langganan, terutama

orang asing yang tinggal di kawasan Kemang. Bob juga

terbantu karena ia memiliki kemampuan untuk berbahasa

Inggris yang baik.Meski demikian, Bob juga seringkali

mendapatipengalamanyangtidakmenyenangkan. Mereka

pernah dimaki dan dimarahi oleh pelanggan. Akan tetapi

hal seperti itu justru menjadi pelecut sem angat Bob untuk

10 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 22: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi

pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Bob

memahami betul bahwa dalam usaha yang ia bangun,

konsumen adalah raja. Mereka berhak mendapatkan

pelayanan terbaik.Usaha Bob ini semakin maju, hingga Bob

bisa mendirikan super market (pasar swalayan) Kemchicks

dan Kemfood. Bisnis pasar swalayan Bob ini bahkan

berkembang pesat dan merambah ke bidang agribisnis,

khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur

mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Untuk

keperluan ini, Bob juga menjalin kerjasama dengan para

petani di beberapa daerah.Bob percaya bahwa setiap

langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan.

Perjalanan wirausaha t/dak semulus yang dikira. la dan

istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang

nomor satu. Yang pen ting kemauan, komitmen, berani

mencari dan menangkap peluang.

Membaca pengalaman Bob dan juga beberapa wirausahawan lainnya,

kita bisa mengetahui bahwa orang pada awalnya tertarik untuk berwirausaha

karena adanya keinginan untuk memperbaiki kondisi ekonomi pribadi dan

keluarganya ataupun karena keinginan untuk mendapatkan kepuasan dengan

cara mengerjakan hal yang disukainya. Ada daya tarik tertentu dari

kemungkinan imbalan yang akan diperoleh dari kegiatan berwirausaha, baik

itu keuntungan material ataupun kepuasan personal. Faktor imbalan ini meski

bukan faktor terpenting dalam kegiatan wirausaha, tapi ia cukup efektif

sebagai dasar bagi orang untuk memulai wirausahanya sendiri. Tanpa adanya

imbalan, orang mungkin sulit untuk memutuskan berwirausaha.

Dedi Mulyadi 11

Page 23: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Mereka yang memutuskan untuk berwirausaha akan mengalami

berbagai tekanan bisnis yang bisa saja menyita waktu, tenaga, pikiran, dan

kenyamanan hidupnya secara keseluruhan. Selalu ada kemungkinan untuk

menghadapi kegagalan dalam berwirausaha. Dampak yangdirasakan akibat

kegagalan ini bisa saja memengaruhi dirinya ataupun keluarganya. Karena

itu, ketika seseorang memutuskan untuk berwirausaha, harus ada kesadaran

dan pemahaman penting bahwa berwirausaha bukanlah sebuah perjalanan

tamasya yang kegiatannya hanya bersenang-senang. Berwirausaha adalah

tindakan yang bisa merubah kehidupan, baik menjadi lebih baik ataupun lebih

terpurukdari sebelumnya.

Dalam keputusan yang dibuat untuk menjadi seorang wirausaha,

seseorang harus sedari awal mempertimbangkan aspek posisit maupun

negatif dari tindakan tersebut. Tantangan berupa kerja keras, tekanan

emosional dan resiko ketidakpastian dalam usaha, sangat memerlukan

komitmen dan kesiapan untuk berkorban jika ia mengharapkan dapat

mengambil imbalan dari usaha yang dijalankannya. Namun demikian,

seseorang juga tidak boleh terlalu takut dan kehilangan keberanian untuk

mengambil resiko dari peluang yang ada. Sebab berwirausaha juga

merupakan tindakan untuk mewujudkan mimpi menjadi nyata. la harus

menjadi tindakan yang menyenangkan bagi orang yang menjalankannya.

Tanpa kesenangan, maka kegiatan wirausaha hanya menjadi kegiatan kerja

dan rutinitas yang tidak menimbulkan kebebasan sekaligus kepuasan bagi

para pelakunya.

Cara berpikirseperti inilah yang utamanya harus dimiliki oleh para pelaku

wirausaha. Bahwa kegiatan ini merupakan sarana untuk membangun potensi

diri sekaligus mengasah keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi

berbagai tantangan yang ada. Persoalan yang dihadapi harus dilihat sebagai

ajang pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih unggul di masa

mendatang. Peluang yang ditemui harus dilihat sebagai kesempatan untuk

mendapatkan pengalaman baru dan aktualisasi diri yang bisa melahirkan

12 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 24: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

kepuasan dalam hidup. Untuk hal itu pula, maka tujuan berwirausaha sedari

awal hams dirumuskan, agar langkah yang diambil tidak terhenti di tengah

jalan atau mengalami kebingungan karena tidak mengerti apa yang ingin

dicapai dari kegiatan tersebut.

Tujuan Wirausaha

Secara umum, mereka yang memutuskan untuk terjun ke dalam dunia

wirausaha pasti memiliki tujuan dan atau harapan tertentu, yang dengannya

orang bisa terdorong untuk bekerja keras demi tercapainya tujuan atau

harapan tersebut. Namun demikian, dalam konteks yang lebih luas, tidak

hanya berkaitan dengan pribadi pelaku wirausaha, kewirausahaan ini memiliki

tujuan-tujuan berikut, yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan pribadi dan masyarakat;

2. Membuka kesempatan dan lapangan kerja yang lebih luas;

3. Membangun kesadaran bekerja secara mandiri dan membiasakan

berpikirkreatif;

4. Membangun otonomi usaha dan mengurangi ketergantungan pada

pemerintah demi kehidupan berbangsa yang lebih baik.

Berkaca pada tujuan-tujuan seperti di atas, maka kegiatan wirausaha

dapat dikatakan bukan hanya kegiatan yang berkaitan dengan pribadi

tertentu sebagai pelakunya. Kewirausahaan juga bisa menjadi sarana bagi

m asyarakat untuk membangun kemandirian dan m eningkatkan

kesejahteraannya tanpa harus bergantung pada pemerintah ataupun bantuan

dari pihak lain. Karena itu pula, Zimmerer dkk(2008) misalnya, melihat bahwa

kewirausahaan ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Wirausaha adalah peluang untuk menentukan nasib sendiri

Memiliki usaha atau perusahaan sendiri akan memberikan

kebebasan dan kesempatan takterbatas bagi para pelakunya untuk

mencapai apa yang penting baginya.

Dedi Mulyadi 13

Page 25: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

2. Wirausaha adalah peiuang untuk melakukan perubahan

Mereka yang memutuskan untuk berwirausaha pada umumnya

adalah mereka yang menyadari bahwa mereka harus melakukan

sesuatu untuk merubah hidup mereka. Kegiatan berwirausaha

adalah kegiatan penting yang bisa membawa mereka pada bentuk

kehidupan baru, pengalaman baru, dan hasil kehidupan yang baru

pula. Mereka yang memutuskan untuk berwirausaha bisa juga

mereka yang menyadari bahwa ada yang harus dirubah dari

lingkungan mereka, terutama ketika mereka melihat bahwa

masyarakat yang ada di sekeliling mereka adalah masyarakat yang

secara ekonomi belum sejahtera dan atau tidak memiliki

kesempatan kerja yangadil. Karena itu, berwirausaha bisa menjadi

sarana untuk melakukan perubahan, baik pada dirinya ataupun bagi

masyarakat di sekitarnya.

3. Wirausaha adalah peiuang untuk mencapai potensi sepenuhnya

Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan

seringkali membosankan, kurang menantang dan tidak ada daya

tarik. Hal ini tentu tidak berlaku bagi seorang wirausahawan, bagi

mereka tidak banyak perbedaan antara bekerja atau menyalurkan

hobi atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis yang dimiliki

oleh wirausahawan merupakan alat untuk menyatakan aktualisasi

diri. Keberhasilan mereka adalah suatu hal yang ditentukan oleh

kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki usaha

atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka,

kebangkitan spiritual dan mampu mengikuti minat atau hobinya

sendiri.

4. Peiuang untuk Meraih Keuntungan

Berwirausaha atau menajalankan usaha secara mandiri pada

dasarnya memang tidak selalu berkaitan dengan peiuang untuk

mendapatkan keuntungan finansial atau material tertentu yang

14 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 26: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dengannya kehidupan ekonomi seseorang akan berubah dari

kondisi sebelumnya. Berwirausaha berarti menjalankan sesuatu

untuk mendapatkan kebebasan dan kepuasan dari apa yang

dijalankannya. Namun demikian, keuntungan material dari

berwirausahawa merupakan salah satu faktor motivasi penting

untuk mendorong seseorang gua mendirikan usaha sendiri.

5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakan dan

mendapatkan pengakuan atas usahanya

Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga

masyarakat yang paling dihormati dan dipercaya. Kesepakatan

bisnis berdasarkan kepercayaan dan salingmerhormati adalah ciri

pengusaha kecil. Pemilik menyukai kepercayaan dan pengakuan

yang diterima dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selam

bertahun-tahun. Peran penting yang dimainkan dalam sistem bisnis

dilingkungan setempat serta kesadaran bahwa kerja memilki

dampak nyata dalam melancarkan fungsi sosial dan ekonomi

nasional adalah merupakan imbalan bagi manajer perusaan kecil.

6. Peluang untuk melakukan sesuatu yg Anda sukai

Hal tertetu yang bisa jadi menjadi daya tarik utama dari wirausaha

yang dijalankan seseorang adalah bahwa kegiatan ini bukan semata

kerja atau melakukan rutinitas yang pada akhirnya bsia

mendatangkan kejenuhan. Berwirausaha adalah peluang untuk

menjalankan sesuatu yang memang disukai oleh orang yang

menjalankannya. Ketika orang menjalankan sesuatu yang memang

diminatinya, maka akan ada banyak kreativitas dan gagasan yang

bisa dipraktekkan. Fatanya, kebanyakan kewirausahawan yang

berhasil memilih masuk dalam bisnis tertententu, sebab mereka

tertarik dan menyukai pekerjaan tersebut. Mereka menyalurkan

hobi atau kegemaran mereka menjadi pekerjaan mereka dan

mereka senang melakukannya.

Dedi Mulyadi 15

Page 27: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Tujuan dan manfaat dari wirausaha seperti disebutkan sebelumnya pada

dasarnya memberikan kita pelajaran penting bahwa usaha yang dijalankan

berdasarkan tujuan dan atau manfaat yang bukan semata bersifat

keuntungan material, tapi juga nilai-nilai tertentu seperti kepuasan dan

kebebasan personal. Bagaimanapun, bekerja bukan semata melakukan

sesuatu agar bisa m endapatkan modal hidup, tapi juga persoalan

mengaktualisasikan potensi dan keinginan dalam tindakan yang memberikan

makna pada individu yang melakukannya. Mereka yang bisa bekerja dengan

tujuan yang lebih dari semata tujuan f inansial seperti inilah yang pada akhirnya

lebih berbahagia. Karena itu pula, wirausaha menjadi salah satu cara paling

mungkin untuk hal tersebut.

Menyiapkan Kerangka Berpikir

Lalu, jika kesadaran akan tujuan dan manfaat dari wirausaha ini sudah

dimiliki, apa yang harus dilakukan dalam membangun pola pikir wirausaha

yang baik? Belajar dari beberapa contoh wirausahawan yang telah

menjalankan bisnis mereka dan mencapai kesuksesan di dalamnya, kita bisa

mencatat hal-hal berikut:

1. Menyiapkan mentalitas pemenang

Menjadi wirausahawan adalah menjadi pribadi yang menyadari

bahwa untuk mencapai cita-cita besar memerlukan pengorbanan

yang besar pula. Bahwa kegagalan adalah bagian dari perjalanan

yang dengannya orang bisa belajar memperbaiki kesalahan yang

dibuatnya. Kesadaran akan kemungkinan gagal dalam usaha dan

kesiapan untuk menghadapinya sedari awal memulai usaha ini

penting dimiliki agar seseorang bisa menjadi wirausahawan dengan

mentalitas pemenang. Mereka yang siap gagal tidak akan takut

ketika harus menghadapi persoalan. Sebaliknya, mereka yang hanya

menyiapkan diri mereka dengan pikiran mendapatkan keuntungan

akan mudah putus asa ketika menghadapi kegagalan.

16 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 28: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

2. Persoalansebagaitantangan

Setiap tindakan dan atau keputusan yang diambi! dalam hidup akan

selalu memiliki resiko dan dampak, baik positif ataupun negatif.

Dalam banyakkasus juga, orangseringkaliharusmenyimpang dari

rencana semula karena ada perubahan situasi yang dihadapi di

lapangan. Belum lagi jika ternyata usaha yang dijalankan harus

menemui banyak persoalan. Perubahan situasi yang kemudian

menyebabkan perubahan rencana, serta melahirkan persoalan ini

adalah hal yang lumrah didapati dalam dunia wirausaha. Namun

demikian, wirausahawan yang baik tidak boleh melihat persoalan

yang ditemui sebagai faktor penghambat dalam usahanya.

Persoalan yang ditemui tersebut justru harus dilihat sebagai

tantangan, yang bisa menempa keterampilan dan kemampuan diri

untuk menjadi wirausahawan yang lebih baik di masa selanjutnya.

Setiap tantangan akan memberikan pelajaran, pengalaman, dan

nilai-nilai baru untuk peningkatan kualitas dan kapabilitas diri.

Karena itu, melihat persoalan yang ditemui sebagai tantangan yang

harus dihadapi, dan bukan dihindari adalah pilihan logis untuk

mengembangkan kemampuan diri.

3. Melepaskan ketergantungan

Berwirausaha pada dasarnya adalah menjadikan diri sebagai

pemimpin untuk setiap rencana dan tindakan yang dilakukan.

Dengan kata lain, seseorang dituntut untuk memiliki kemandirian

dan kemampuan m emutuskan atau mengambil tindakan

berdasarkan pada pertimbangan dirinya sendiri. Jika seseorang

menjalankan praktik wirausaha namun dalam banyak hal selalu

menggantungkan usahanya pada orang lain, maka ia tidak berbeda

dengan pegawai atau pekerja biasa. Hal ini bukanlah tujuan dari

berwirausaha. Mereka yang memutuskan untuk berwirausaha

harus menyadari bahwa ada tujuan tertentu yang ingin didapatkan

Dedi Mulyadi 17

Page 29: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dari tindakannya itu, yakni kebebasan dalam menentukan arah dan

perkembangan usahanya sendiri. Karena itu, dalam berwirausaha

seseorang harus selalu berpikir untuk melepaskan ketergantungan

pada orang lain.

4. Hidup bermakna

Dalam memulai wirausaha juga, seseorang harus melihat nilai-nilai

yang lebih besar yang tidak semata keuntungan ekonomis. la harus

melihat bahwa apa yang dilakukannya bisa membawa perubahan

baik pada hidupnya, masyarakat sekitarnya, ataupun lingkungan

tempat di mana ia tinggal. Nilai-nilai kebajikan seperti inilah yang

pada akhirnya membuat hidup seseorang menjadi lebih bermakna.

Mereka yang memberi akan lebih berbahagia dibandingkan mereka

yang menerima. Mereka yang menebar kebajikan akan lebih mudah

menemukan kedamaian dibandingkan mereka yang menebar

kejahatan. Karena itu pula, dalam berwirausaha, seseorang harus

bisa berpikir bahwa apa yang dijalankannya bukan cuma untuk

dirinya, tapi juga orang lain di sekitarnya. Hanya dengan cara itu

pula seseorang akan lebih mudah menemukan makna dalam

hidupnya.

Poin-poin di atas pada dasarnya hanyalah sebagian kecil dari apa yang

bisa dipersiapkan dalam kerangka membangun pola pikir wirausaha yang

benar sedari awal. Dalam praktiknya, seseorang akan berkembang seiring

dengan proses pembelajaran yang didapatkannya dari pengalaman

berwirausaha. Segala hal pada akhirnya adalah guru: kegagalan, persoalan

yang dihadapi, keputusan yang dibuat dalam waktu singkat, keterbatasan

modal dan sumber daya, pilihan-pilihan bisnis yang diambil, dan lain

sebagainya. Membangun pola pikir wirausaha, dengan demikian adalah upaya

panjang seiring proses wirausaha itu sendiri. Apa yang dilihat pada hari ini

sebagai tantangan berat, bisa jadi hanya persoalan ringan di lain hari. Apa

18 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 30: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yang menjadi fokus usaha hari ini, bisa saja berkembang dan meluas pada hal

lain esokhari.

Bill Gates, salah seorang pengusaha tersukses dan beberapa kali

dinobatkan menjadi orang terkaya di dunia misalnya, dalam sebuah

wawancara ketika berkunjung ke Indonesia (5 April 2014), menyatakan bahwa

ketika ia memulai usahanya, ia tidak mengerti tentang isu-isu kesehatan

masyarakat. la hanya mengerti perangkat lunak (software) dan fokus

terhadap hal itu guna membangun usahanya. Namun, seiring perkembangan

bisnis yang dijalankannya, ia kemudian menyadari bahwa isu-isu kesehatan

merupakan salah satu persoalan terbesar yang dihadapi oleh masyarakat di

berbagai belahan dunia. Ada banyak anak yang meninggal karena sakit sebab

lingkungan yang kotor, ketersediaan sumber daya yang kurang, dan buruknya

layanan kesehatan yang ada. Kesadaran ini kemudian membawa Bill Gates

untuk mendirikan yayasan Bill and Melinda Gates Foundation yang berfokus

pada upaya-upaya meningkatkan bidang kesehatan di berbagai belahan

dunia. Melalui yayasannya ini pula, Bill Gates dan istrinya kemudian dikenal

sebagai salah seorangf ilantropis terbesar, dengan nilai sumbangan triliunan

rupiah di seluruh dunia.

Apa yang dilakukan oleh Bill Gates ketika ia sudah menjadi pengusaha

mandiri ini mengajarkan bahwa usaha yang dijalankan hanya akan berarti lebih

ketika ia tidak semata berurusan dengan keuntungan f inansial seseorang atau

perusahaan. Usaha yang dijalankan bisa memberikan nilai dan makna lebih

bagi mereka yang menjalankannya, ketika ia tidak lagi menjadi persoalan

semata kalkulasi material atau laba bisnis yang ditunjukkan dalam angka. la

menjadi hal yang lebih besar dari bisnis, dengan tujuan yang melibatkan

banyak orang dan masa depan yang lebih jauh, ketika apa yang dijalankan

oleh seseorang atau perusahaan bisa memberikan sumbangsihtertentu pada

masyarakat di sekitarnya. Sekecil apapun bentuk sumbangsih pelaku usaha

pada lingkungan atau masyarakat, maka itu menunjukkan adanya perubahan

pola pikir pelakunya, bahwa usaha adalah untuk kebaikan semua.

Dedi Mulyadi

Page 31: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Making a profit isn’t enough to announce success any more;

businesses must also be socially responsible. Social respon­

sibility is about operating your business in an ethical, legal,

environmentally friendly, and community-conscious way.

Today, businesses often have social missions as well as

profit missions — in other words, serve as role models and

change agents for the betterment of society. -Kathleen

Allen

C. Model dan Profit Wirausaha

Perkembangan zaman dan perubahan yang dihadirkannya dewasa ini,

bukan saja memberikan tantangan yang menuntut kreativitas lebih pada

mereka yang akan membangun usaha mandirinya, tapi juga bagi mereka yang

sudah menjalankan usahanya sejak lama. Beberapa lembaga bisnis atau

perusahaan, dan pengusaha mandiri yang sudah menjalankan usahanya dari

beberapa dekade sebelumnya misalnya, seringkali terlihat gagap ketika

mereka dihadapkan pada zaman di mana teknologi informasi dan komunikasi

menjadi raja seperti pada zaman sekarang. Perubahan seringkali dilihat

sebagai persoalan dan ancaman yang bisa mengganggu stabilitas dan status

quo ekonomis perusahaan atau usaha yang dijalankan. Sebaliknya, para

pengusaha muda dan pengusaha pemula lebih menyadari perubahan tersebut

sebagai tantangan, terutama dalam hal bagaimana menjadikan penanda

zaman yang ada (teknologi informasi dan komunikasi) sebagai sarana untuk

mengembangkan usaha mereka.

Dua cara pandang yang berbeda dalam melihat perubahan dan

ketidakpastian zaman ini, oleh McMillan (2004) dikategorisasi dalam dua

bentuk cara pandang terhadap perubahan, seperti bisa dilihat pada tabel

berikut:

20 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 32: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Tabel 1.1: Dua Cara PandangTerhadap Perubahan

Traditional, Classical, Mechanistic View of Change

New, Modern, Dynamic View of Change

Abnormal Normal

Incremental Both revolutionary and incremental

Linear Non-linear

Disruptive Turbulent

Potentially calamitous Full of opportunity

Cause and effect About learning and creativity

An event Continous

Controllable Uncontrollable

Pada tabel di atas, kita bisa melihat bahwa bentuk pandangan yang

pertama, yakni pandangan tradisional, klasik, dan mekanistis, pada dasarnya

melihat perubahan sebagai sesuatu yang abnormal (jarang terjadi),

mengandung ancaman, bisa merusak tatanan, memiliki pola sebab-akibat,

dan sedapat mungkin perusahaan harus bisa mengontrol hal tersebut agar

bisa dikembalikan pada kondisi semula, sehingga usaha yang dijalankan tidak

terpengaruh perubahan yang ada. Cara pandang seperti ini akan banyak

ditemukan pada perusahaan-perusahaan besarataupun pada mereka yang

membangun usahanya sejak beberapa dekade lalu ketika perubahan yang

terjadi belum bersifat massif dan global. Perusahaan atau pelaku usaha

dengan cara pandang terhadap perubahan seperti ini, umumnya lebih

menekankan ef isiensi dan efektivitas dalam usahanya dibandingkan inovasi

dan kreativitas (focus on efficiency and effectiveness rather than creativity and

innovation). Lebih menekankan kontrol daripada pemberdayaan (control

Dedi Mulyadi 21

Page 33: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

rather than empowerment). Akibatnya, ketika perubahan tersebut datang

secara massif, ada banyak perusahaan yang harus memperbaiki metode dan

perencanaan bisnis mereka, memotonganggaran, membangun pabrik-pabrik

kecil, mendekonstruksi bisnis yang sudah dijalankan selama bertahun-tahun

demi menyesuaikan diri mereka dengan perubahan yang ada. Mereka yang

tidak bisa menyesuaikan dengan perubahan akan tergilas dan sulit untuk

bersaing dengan mereka yang mempunyai kepekaan dan kemampuan

menghadapi perubahan.

Sementara cara pandang yang kedua, yakni cara pandang baru, mod­

ern, dan dinamis, melihat perubahan sebagai sesuatu yang wajar sekaligus

mengandung banyak peiuang dan tantangan baru bagi usaha yang dijalankan.

Kejadian dan fenomena yang ada menunjukkan bahwa segenap peristiwa

saling berhubungan namun tidak bisa dikontrol dan diramalkan. Karena itu,

orang harus terus belajar dan mengembangkan kemampuan dirinya, agar

bisa mengeluarkan potensi-potensi dangagasan kreatif serta inovatif untuk

menyambut perubahan sebagai sebuah peiuang dan tantangan yang bisa

memberikan pengalaman baru baginya serta bisnis yang dijalankannya.

Mereka yang memiliki cara pandang kedua ini umumnya adalah generasi

pengusaha baru yang sedari awal memang tumbuh dan berkembang dalam

lingkungan perubahan, terutama yang dibentuk oleh perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi seperti saat ini. Kalangan ini umumnya

lebih mengedepankan kreativitas dan inovasi dibandingkan efektivitas dan

efisiensi, serta lebih mengutamakan pemberdayaan dibandingkan kontrol

atas sumber daya yang dimiliki. Cara pandang kedua ini tentu saja lebih mudah

beradaptasi dengan karakteristik zaman itu sendiri.

Mengenali dua cara pandang dalam melihat perubahan ini, meski dalam

praktiknya tidak sesederhana kategorisasi McMillan di atas, namun ia dapat

membantu kita dalam memahami bagaimana model dan prof il wirausahawan

yang baik, yakni wirausahawan yang bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan

dan tantangan yang dihadirkan oleh perubahan yang ada. Kemampuan untuk

22 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 34: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

menghadapi perubahan sekaligus menyesuaikan diri dengan tuntutan bisnis

yang selalu menghadirkan kebaruan ini tentu sangat membutuhkan

kreativitas dan cara berpikiryang out of the box atau cara berpikiryang bisa

melihat hal-hal yangtidakterlihat secara umum. Hanya dengan cara itu pula,

maka seseorang bisa melihat peluang di tengah kondisi yang dipenuhi

persoalan, atau bisa menghadirkan gagasan kreatif dalam mengatasi masalah

yang dihadapinya. Namun demikian, membentuk cara berpikir seperti ini

bukanlah tugas yang mudah.

Proses kreatif dan inovatif dalam konteks kewirausahaan pada umumnya

hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian kreatif dan

inovatif juga, yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap dan perilaku

kewirausahaan, dengan karakteristik seperti berikut, di antaranya:

1. Kepercayaan diri; mereka yang memiliki keyakinan terhadap

kemampuan diri dalam menghadapi tantangan akan lebih bisa

menemukan solusi yang diharapkan dibandingkan mereka yang

tidak atau kurang memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri

sendiri. Sama halnya dengan mereka yang optimis akan lebih mudah

menghadapi perubahan dibandingkan mereka yang pesimis atau

takut terhadap ancaman perubahan. Kepercayaan diri juga dapat

memupuk komitmen serta tanggungjawab pada dirinya untuk

mengerjakan segala sesuatunya secara baik.

2. Berpikir luas; mereka yang kreatif dan inovatif umumnya adalah

mereka yang terbiasa melihat segala sesuatu secara luas tanpa

harus kehilangan fokus pada persoalan yang dihadapi. Keluasan

berpikir, kemampuan untuk menghubungkan berbagai hal yang

secara acak bisa saja tidak memiliki hubungan, dapat menjadi modal

untuk membangun gagasan yang tidak terpikirkan oleh mereka

yang tidak terbiasa berpikir luas atau berpikiran sempit.

3. Motivasi berprestasi; mereka yang kreatif umumnya juga adalah

mereka yang memiliki dorongan lebih dalam dirinya untuk mencapai

Dedi Mulyadi 23

Page 35: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

apa yang menjadi tujuan dan cita-citanya. Motivasi untuk

mendapatkan sesuatu yang berharga untuk kehidupan ini bisa

membuat seseorang lebih mampu mengeluarkan potensi dan bakat

terdalamnya dibandingkan mereka yang tidak atau kurang memiliki

dorongan untuk berpretasi.

4. Kemandirian dan kepemimpinan; kewirausahaan adalah persoalan

bagaimana membangun kemandirian dan mendorong kemampuan

diri untuk mencapai hal tertentu, yang berarti seseorang secara

tidak langsung akan dipaksa untuk mengeluarkan segenap upaya,

pikiran, dan berbagai modalitas kepribadian yangdimiiikinya untuk

mencapai tujuan tersebut. Mereka yang memutuskan untuk

berwirausaha pada akhimya harus menjadi pemimpin atas segenap

usaha yang dilakukannya. la tidak bisa bergantung pada orang lain,

terutama dalam menghadapi tantangan bisnis yang ada. Ketika

seseorang dituntut untuk memiliki kemandirian dan jiwa

kepemimpinan, maka kemampuan berpikirdan mencarisolusi juga

akan meningkat dan berkembang.

Senada dengan poin-poin di atas, Scarborough dan Zimmerer (2008)

jauh-jauh hari juga menyatakan bahwa model dan prof il wirausahawan yang

baik adalah mereka yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Desire for responsibility; memiliki rasa tanggungjawab atas usaha-

usaha yang dilakukannya.

2. Preference for moderate risk; memiliki resiko moderat (tidak tinggi

atau rendah). Mereka tidak takut terhadap perubahan, berani

mengambil langkah-Iangkah yang diperlukan, tapi juga tidak sampai

kehilangan perhitungan atas tindakan yang dilakukan tersebut.

3. Confidence in their ability to succes; memiliki kepercayaan atau

keyakinan terhadap kemampuan diri untuk mencapai kesuksesan

atau mencapai tujuan yang ditetapkan.

24 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 36: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

4. Desire for immediate feedback; keinginan untuk mendapatkan

umpan balik dengan segera. Wirausahawan yang baik adalah yang

mampu belajar secara langsung dari apa yang dijalankan dan

ditemuinya di lapangan.

5. High level of energy; memiliki semangat dan kerja keras untuk

mewujudkan keinginan demi masa depan yang lebih baik.

6. Future oriented; berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan

jauh ke depan.

7. Skill organizing; memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan

sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

8. Value of achievement over money; lebih menghargai prestasi

daripada uang. Prestasi bisa memberikan makna bagi diri dan

kehidupan, dan hal ini tidak bisa didapatkan dari semata uang.

Secara lebih rinci, Ahmad Sanusi (dalam Suryana, 2013) menjelaskan

bahwa sikap dan perilaku, yang juga bisa menjadi ciri dasar dari profil

wirausahawan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Tidak menyenangi hal-hal yang sudah biasa/tetap/sudah diatur dan

jelas;

2. Duka memandang keluar, berorientasi pada aspek-aspekyang lebih

luas;

3. Semakin berani karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap

kemandirian atau prakarsa atas nama sendiri,;

4. Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreatifitas serta

memperkenalkan hasil-hasil kepada pihaklain;

5. Ada keinginan yang berbeda dan toleransi terhadap orang lain;

6. Mengembangkan gagasan yang sudah diterima dan

berta nggu ngja wa b;

7. Kerja keras, optimis, dan percaya diri secara mendasar;

8. Ketrampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan produk,

Dedi Mulyadi I 2 5

Page 37: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

penetrasi/pengembangan pasar, organisasi dan komunikasi,

keuangan;

9. Resiko tercapai pada batas yang bisa diterima;

10. Komitmen pada alternatif yang dipilih;

11. Memandang jauh dan berdaya juang tinggi;

12. Sikap hatf-hati dalam mnedorong kerjasama dengan pihak lain;

13. Ujian, hambatan dan hal-hal dianggap sebagai tantangan;

14. Memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian;

15. Memiliki kemampuan intensif dalam menyimak informasi dari pihal

lain;

16. Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi

keyakinan diri, integritas pribadi yang mengandung citra dan harga

diri, selalu bersikap adil dan sangat menjaga kepercayaan yang telah

diberikan orang lain.

Belajar dari penjelasan para ahli tersebut, kita pada akhirnya bisa

mengenali dan memahami bahwa menjadi seorang wirausahawan sejati

adalah hal yang sulit, namun ia bisa dibangun dengan semangat, kesadaran,

dan usaha yang keras. Bagaimanapun, berbagai karakteristik yang menjadi

model dan prof il wirausaha yang baik tersebut adalah hal-hal yang semestinya

dimiliki oleh kita semua untuk menjadi manusia yang baik juga. Tanpa

modalitas yang baik, berupa sikap, perilaku, cara berpikir, dan prof il kedirian

yan baik, maka tujuan yang baik tidak akan pernah tercapai.

D. Keuntungan dan Kerugian Menjadi Wirausaha

Selama paling tidak dua dekade terakhir, kita menyaksikan bahwa ada

banyak lahan dan ruang-ruang ekonomi masyarakat diisi dan dibentuk oleh

para pengusaha dan lembaga-lembaga bisnis yang juga dibangun atau berdiri

pada dekade tersebut. Dengan kata lain, kewirausahaan kontemporer lebih

memberikan dan membuka tingkat kesejahteraan yang baru bagi masyarakat

26 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 38: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dibandingkan perusahaan-perusahaan yang berdiri sejak lama atau sebelum

dua dekade terakhir. Hal yang sama juga bisa ditemukan di berbagai negara

lainnya. Kewirausahaan kreatif telah menjadi sumber penggerak ekonomi

masyarakat yang luar biasa.

Pada konteks Indonesia misalnya, kehadiran warung-warung digital,

seperti Tokopedia, Buka Lapak, Blibli, Tiket, atau yang paling kekinian adalah

layanan transportasi berbasis aplikasi digital seperti Gojek, Grab, dan lainnya

telah membuka lahan pekerjaan dan memberikan inspirasi usaha kreatif yang

sangat luas bagi para wirausahawan muda dan pemula. Banyaknya kafe-kafe

baru, bentuk-bentuk perdagangan kreatif berupa lapak-lapak tertentu di

lingkungan masyarakat, hingga usaha-usaha mandiri yang pemasarannya

menggunakan sistem jaringan, adalah bukti bahwa kewirausahaan menjadi

lahan kompetitif yang berperan besarterhadap perkembangan ekonomi dan

tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Mengutip Paul Burns (2016):

Entrepreneurship has become something that society, governments and

organizations of all sizes and forms wish to encourage and promote.

Whether it be creating a new venture or breathing life into an old one,

whether it is creating new products or finding new ways to market old

ones, whether it is doing new things or finding new ways of doing old

things, entrepreneurial management - whatever that is - has become a

highly valued skill to be nurtured, developed and encouraged. Fostering

entrepreneurship in all aspects of their teaching is probably one of the

major challenges facing business schools in the 21st century. Entrepreneurs

themselves have finally been recognized as a vital part of economic wealth

generation. They have become the heroes of the business world, embody­

ing qualities that many people envy - freedom of spirit, creativity, vision

and zeal. They have the courage, self-belief and commitment to turn

dreams into realities. They are the catalysts for economic and sometimes

social change. They see an opportunity, commercialize it, and in doing so

become millionaires themselves.

Dedi Mulyadi I 27

Page 39: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Kewirausahaan, terlepas dari beragam bentukdan jenisnya, menjadi hal

yang sangat diperhatikan oleh generasi saat ini, mulai dari masyarakat biasa

hingga pemerintah sebuah negara. Ada banyak lembaga-lembaga pendidikan

dan pengajaran, dalam berbagai bentuknya (sekolah, kursus, diklat), yang

berdiri dengan tujuan memberikan pendidikan tentang kewirausahaan ini.

Masyarakat secara umum juga menyadari bahwa tingkat ekonomi mereka

hanya bisa maju jika mereka bisa kreatif membangun usaha mandiri mereka.

Mengandalkan kebijakan dan tindakan pemerintah tidakakan menyelesaikan

persoalan yang ada. Karena itu, berwirausaha adalah pilihan paling logis ketika

lowongan pekerjaan tidak memberikan ruang yang cukup bagi masyarakat

untukbekerja.

Namun demikian, apa keuntungan utama yang bisa didapatkan dari

berwirausaha, selain keuntungan f inansial tersebut? Beberapa keuntungan

utama yang bisa didapatkan dari praktik berwirausaha atau membangun

usaha mandiri adalah sebagai berikut:

1. Kebebasan untuk mengatur waktu, sumber daya, modal, tenaga,

pikiran, dan arah bisnis secara mandiri; wirausaha memberikan

peluang pada seseorang untuk mengatur dan menentukan arah dan

perkembangan usahanya sendiri. la bisa melakukan usahanya kapan

saja ia mau, di mana saja ia menghendaki, berapa banyak modal

yang harus digunakan, gagasan apa yang akan diwujudkan, berapa

keuntungan yang ditargetkan, dan lain sebagainya. Hal ini jelas

berbeda dengan pegawai atau karyawan pada perusahaan tertentu

yang terikat dengan waktu kerja, kewajiban dan fungsi dari posisi

yang diduduki, ataupun disiplin dan aturan-aturan tertentu yang

berlaku di lingkungan kerja atau perusahaan.

2. Imbalan yang diterima selaras dengan usaha yang dilakukan;

berwirausaha bukan cuma pilihan yang diambil untuk mendapatkan

kebebasan dalam bekerja, atau pilihan yang diambil ketika

lowongan pekerjaan tidak tersedia, tapi juga sebagai cara untuk

28 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 40: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

mendapatkankeuntungan yanglebih besardibandingkan menjadi

karyawan atau pekerja biasa. Ketergantungan pada upaya diri

sendiri ini membuat seseorang bisa menentukan besaran

penghasilan yang akan ia terima. Semakin keras usaha yang

dilakukan, maka keuntungan yang ihasilkan juga akan semakin

besar.

3. Peluang untukberperan lebih di masyarakat; berwirausaha seperti

disebutkan sebelumnya, bukan semata membangun usaha untuk

meningkatkan kesejahteraan atau tingkat ekonomi pribadi

pelakunya. Tapi ia juga bisa menjadi lahan untuk membantu orang

lain guna mendapatkan tingkat kesejahteraan secara ekonomis

yang lebih baik. Wirausaha bisa membuka lapangan kerja yang luas,

yang berarti seseorang bisa lebih berperan dan memberikan

sumbangsih nyata untuk lingkungan dan masyarakatnya.

4. Prestasi dan aktualisasi diri; berwirausaha dalam banyak hal juga

didorong oleh keinginan untuk berkarya dan mewujudkan segenap

potensi kreatif yang ada dalam diri pelakunya. Melalui tindakan

berwirausaha ini orang bisa mencapai prestasi dan kepuasan

tertentu, terutama dengan melakukan hal atau bidang yang

disukainya. Dengan kata lain, berwirausaha dapat memberikan

dorongan lebih pada diri seseorang untuk berprestasi, atau

mewujudkan minat dan bakat yang dimilikinya.

5. Kepuasan batin; keuntungan lain dari wirausaha adalah bahwa

kegiatan ini dapat memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang

seringkali tidak didapatkan ketika seseorang harus terikat dalam

lingkungan dan aturan kerja tertentu. Mereka yang bisa melakukan

apa yang disukainya, lalu bisa mendapatkan penghasilan dari hal

tersebut, hidupnya akan lebih bahagia dibandingkan mereka yang

mungkin secara upah mendapatkan lebih besar namun tidak

memiliki kebebasan yang sama. Kepuasan batin inilah yang pada

Dedi Mulyadi 29

Page 41: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

akhirnya membuat seseorang teguh dalam menjalankan dan

mengembangkan usaha yangdigelutinya.

Keuntungan-keuntungan dari wirausaha seperti disebutkan di atas,

dalam banyak contoh nyata di lapangan, akan dengan mudah ditemukan pada

mereka yang sudah menjalankan kegiatan kewirausahaan ini. Pesan-pesan

seperti ini pula yang akan banyak ditemukan ketika seseorang mengikuti

kegiatan pelatihan atau diklat tentang kewirausahaan yang diselenggarakan

oleh lembaga-lembaga tertentu. Meski demikian, perlu dipahami bahwa

keuntungan dan nilai-nilai positif yang didapatkan seseorang dalam

berwirausaha akan berbeda bentuk dan derajat antara satu dan lainnya. Apa

yang penting adalah bahwa ketika seseorang m em utuskan untuk

berwirausaha, maka keuntungan haruslah diletakkan sebagai bonus atau

dampak saja, sebab yang utama adalah pencapaian tujuan kebajikan yang

lebih besar dari wirausaha sebagaimana diulas pada bagian sebelumnya.

Sebagai kebalikannya, berwirausaha tentu tidak melulu cerita bahagia

tentang seseorang yang memiliki kebebasan waktu, f inansial, dan kepuasan

batin karena sudah m enjalankan apa yang ia minati dalam hidup.

Berwirausaha justru juga bisa menjadi ajang pembelajaran yang memberikan

pengalaman pahit dan merubah kehidupan seseorang menjadi lebih rendah

secara finansial dibandingkan mereka yang bekerja di sebuah perusahaan.

Keberhasilan dalam berwirausaha membutuhkan bukan saja niat, kerja keras,

keteguhan, semangat, dan modal yang besar, tapi juga nasib baik, kemujuran,

pilihan yang tepat, intuisi bisnis, perubahan yang membawa kebaikan, dan

lainnya. Dalam kenyataannya sendiri, mereka yang benar-benar sukses dalam

berwirausaha masih terhitung sedikit dibandingkan mereka yang belum

menikmati kesuksesan dalam wirausahanya.

Apa yang menjadi sebab utama dalam hal ini umumnya adalah

perencanaan yang kurang matang, perhitungan yang keliru, kurangnya

kemampuan melihat peluang dalam perubahan yang terjadi, kurangnya

30 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 42: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

sumber daya dan modal, atau kurangnya kreativitas dan gagasan-gagasan

inovatif tatkala seseorang harus menghadapi persoalan-persoalan di

lapangan. Hal ini belum lagi ditambah dengan fakta bahwa wirausaha juga

merupakan pilihan yang beresiko untuk diambil ketika seseorang sudah

berada dalam struktur dan lingkungan kerja tertentu. Karena itu, mereka yang

memutuskan untuk berwirausaha harus menyadari kelemahan-kelemahan

yang ada dalam pilihan ini, di antaranya:

1. Resiko kegagalan; berwirausaha sebagaimana kegiatan lainnya

dalam hidup selalu memiliki resiko untuk gagal atau tidak berhasil

seperti yang diharapkan atau direncanakan. Kegagalan dalam

berwirausaha bisa berarti kerugian yang besar karena kehilangan

modal dan aset tertentu, ataupun kehilangan waktu dan peluang

untuk m endapatkan pekerjaan yang tetap karena harus

menyibukkan diri dengan usaha yang dijalani. Mereka yang tidak

memiliki kesiapan untuk menghadapi kegagalanini bahkan bisa

mendapatkan dampak buruk yang lebih besar, seperti tertekan

secara mental (stress), semakin terperosok ke bawah secara

f inansial, apalagi jika ternyata kegagalan yang ada juga menyisakan

persoalan tambahan seperti tagihan, hutang, dan lainnya. Resiko-

resiko seperti inilah yang dapat dengan mudah ditemukan

seseorang ketika memutuskan untuk berwirausaha.

2. Hasil yang tidak menentu; berwirausaha juga tidak serta merta

dilakukan dan langsung memberikan keuntungan atau hasil yang

jelas. Ada banyak cerita dan pengalaman dari mereka yang sudah

melakukan kegiatan ini di mana mereka harus menjalani kehidupan

yang sulit karena usaha yang dilakukan tidak atau belum

memberikan hasil yang diharapkan. Pada bulan-bulan pertama

seseorang memulai usahanya, ia seringkali harus menyiapkan

pengeluaran lebih karena hasil yang diharapkan dari usaha yang

dijalankan tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan. Tidak

Dedi Mulyadi 31

Page 43: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

seperti pegawai atau karyawan di lingkungan kerja tertentu yang

sedari awal sudah mendapatkan kejelasan tentang apa yang akan

ia terima, seorang wirausahawan justru hams memulai dengan

ketidakpastian untuk kemudian terus berurusan dengan

ketidakpastian yang lain dalam hidupnya.

3. Kerja yang lebih keras; berwirausaha memang memberikan

kebebasan waktu dan pilihan bagi seseorang untuk melakukan apa

yang disukainya. Namun demikian, apa yang dilakukan atau

dijalankannya tersebut hanya bisa memberikan imbal balik berupa

hasil tertentu setelah ia didukung oleh banyakfaktor dan kerja keras

dari para pelakunya. Tak jarang, kalangan wirausaha justru harus

bekerja dua kali lipat lebih banyak dan lebih keras dibandingkan

mereka yang bekerja kantoran seperti pegawai negeri, guru, atau

karyawan perusahaan. Apalagi ketika usaha yang dijalankannya

harus menghadapi masalah, seseorang bisa saja kehilangan waktu

untuk beristirahat, kehilangan waktu kebersamaan dengan

keluarga, dan hal-hai lainnya yang justru menjauhkannya dari

kebebasan yang seharusnya bisa didapatkan dari berwirausaha.

Alih-alih memiliki kebebasan, seseorang bisa saja terjerat dalam

persoalan yang rumit karena usaha yang dijalankannya justru tidak

berjalan sebagaimana yang diharapkan.

4. Anggapan negatif masyarakat; berwirausaha dalam banyak hal

seringkali dianggap sebagai pekerjaan nomer dua di masyarakat.

Tidak bisa dipungkiri, mereka yang bekerja kantoran, memiliki

pekerjaan dan atau profesi tertentu sebagai Pegawai Negeri Sipil,

atau sebagai Guru, atau sebagai Karyawan di PT. A, lebih memiliki

status di masyarakat dibandingkan mereka yang berdagang atau

membuka usaha mandiri yang seringkali tidak terlihat ketika ia

belum menjadi usaha yang besar. Mereka yang berwirausaha

bahkan dianggap sebagai mereka yang tidak memiliki kualifikasi

32 Kewirausahaan, Pengantar Menu;u Praktik

Page 44: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

untuk bekerja di lingkungan lembaga-lembaga kerja tertentu.

Anggapan negatif seperti inilah yang akan dihadapi oleh banyak

pelaku usaha di masyarakat.

Melihat pada resiko dan kelemahan yang akan dihadapi ketika seseorang

memutuskan untuk berwirausaha tersebut, tentu saja ia menghadirkan

pertimbangan yang serius bagi mereka yang baru akan memulai usaha atau

memutuskan untuk berwirausaha. Namun demikian, kelemahan-kelemahan

dan resiko seperti ini sebenarnya adalah hal yang lumrah yang bisa saja

didapati dalam konteks yang lain dalam hidup. Karena itu, ia tidak boleh

menjadi dasar bagi seseorang untuk mencibir mereka yang memutuskan

untuk berwirausaha. la juga tidak boleh menjadi penghambat semangat dan

tekad untuk memulai wirausaha. Bagaimanapun, mereka yang memutuskan

dan memilih untuk berwirausaha adalah mereka yang berani mengambil

langkah penuh resiko, namun juga menawarkan banyak nilai-nilai dan

keuntungan lain bagi hidupnya.

Dedi Mulyadi 33

Page 45: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

34 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 46: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

n KARAKTERISTIK DAN KOMPETENSI INTI WIRAUSAHA

A. Karakteristik Pelaku Wirausaha

"The critical ingredient is getting off your butt and doing something. It’s

as simple as that. A lot of people have ideas, but there are few who decide

to do something about them now. Not tomorrow. Not next week. But to­

day. The true entrepreneur is a doer, not a dreamer.”

-Nolan Bushnell

Salah satu tantangan utama dalam berwirausaha pada hari ini adalah

mengenali karakteristik zaman di mana kita hidup di dalamnya. Masyarakat

yang ada hari ini akan berbeda sikap, perilaku, pola pandang, kebiasaan, atau

nilai-nilai yang diyakini dengan masyarakat pada generasi sebelumnya.

Kathleen Allen (2008) ketika menjelaskan tantangan wirausaha terkait

karakteristik generasi di mana kita hidup saat ini menyebutkan bahwa kita

bisa membagi generasi yang ada hari ini ke dalam empat kelompok, yakni:

1. The Mature Generation: Angkatan tua, yang secara ekonomi

mungkin tidak lagi produktif.

2. The Baby Boomers: Mereka yang lahir pasca perang dunia ke-ll,

antara tahun 1945-1961.

3. Generation X-ers: Mereka yang lahir antara tahun 1962 sampai

dengan 1980

4. The Milennials: Mereka yang lahir setelah tahun 1981.

Page 47: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Kathleen Allen, dalam hal ini membuat ilustrasi sederhana bagaimana

menggambarkan karakteristik empat generasi tersebut: Ajukan pertanyaan

pada mereka misalnya tentang, bagaimana John F. Kennedy meninggal?

Generasi pertama atau generasi tua (maturegeneration) dan generasi kedua

(baby boomers) tanpa ragu akan menjawab: Kennedy meninggal di Dallas

dalam rombongan kepresidenan karena ditembak oleh Harvey Oswald.

Generasi ketiga (generation X-ers) akan menjawab ia meninggal dalam

kecelakaan pesawat. Tapi generasi keempat (milennials) justru akan bertanya:

Siapa Kennedy?

Ilustrasi sederhana di atas m enggam barkan bahwa ada

kecenderungan kritis dalam angkatan kerja hari ini. Empat generasi bisa

saja tergabungdalam satu lingkungan kerja, namun dengan cara pandang,

sikap, pola pikir, wawasan, dan nilai-nilai etis yang berbeda satu sama lain.

Hal ini tentu bukan tugas yang mudah untuk menyatukan mereka dalam

satu kerangka komunikasi lintas generasi. Hal yang sama juga akan

dihadapi oleh pelaku bisnis. Mereka harus bisa menetapkan produk apa

yang dijuai dan untuktipe generasi atau masyarakat seperti apa yang akan

dituju dengan produk tersebut. Mereka juga harus memikirkan model

komunikasi bisnis seperti apa, atau bagaimana caraayang tepat untuk

menyampaikan produk pada konsumen, yang semua itu harus diterapkan

dengan m enyesuaikan pada karakteristik generasi terseb ut.

Bagaimanapun, menjual sayur pada kalangan ibu-ibu rumah tangga akan

berbeda bentuk dan model komunikasi dengan mempromosikan aplikasi

gaming pada anak-anak sekolah. Menjual cemilan anak-anak akan berbeda

pendekatan dan cara penyampaiannya dengan menjual real estate atau

perumahan. Empat jenis generasi ini, lanjut Allen, memiliki perbedaan

mendasar terkait tantangan dunia usaha hari ini, terutama bagaimana

dalam hal sistem nilai (value system), gaya komunikasi (communication

s t y le ) , cara memandang uang, ataupun pandangan mereka terhadap

pekerjaan itu sendiri. Dalam tabel:

36 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 48: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Tabel 2.1 : Perspektif Lintas Cenerasi

Characteristic MatureGeneration

Baby Boomers Gen X-ers Milennial s

Value System Discipline, respect for authority

Optimistic,active

Skeptical,informal

Realistic andconfident,social

CommunicationStyle

Phone, face to face conversa­tions, letters and memos

Cell phone, emails

Cell phone, emails

Cell phone, iPhone, email, iPod, text messaging

Money Save, pay cash Buy now, use credit

Cautious,savings

Spend what you earn

View of Work Have to do it Love to do it Find it a challenge

Just a means to an end

Pada tabel di atas bisa dilihat perbedaan keempat generasi dalam hal

sistem nilai, gaya atau cara berkomunikasi, pandangan terhadap uang, dan

pandangan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Generasi pertama

misalnya memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan,

mereka taat dan berdisiplin, melihat uang dari hasil kerjaan sebagai hal yang

harus ditabung dan digunakan secara tunai untuk keperluan tertentu saja.

Hal ini tentu berbeda jauh dengan generasi milennial yang memandang

pekerjaan hanya sebagai cara untuk mencapai tujuan tertentu, menghabiskan

uang kapan dan di mana saja ketika ia didapatkan, dan memiliki kepercayaan

diri yang tinggi akan nilai-nilai tertentu yang diyakininya tanpa harus terlalu

terikat pada aturan tertentu.Generasi milennial adalah generasi manja namun

kreatif, tidak terlalu suka menabung, lebih memilih untuk bersenang-senang

dengan uang yang didapatkan, memiliki keterampilan dalam hal penggunaan

teknologi yang memudahkan mereka untuk bekerja, mengolah gagasan-

gagasan kreatif, ataupun membuka usaha-usaha inovatif. Pada model

Dedi Mulyadi 37

Page 49: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

generasi seperti inilah kita hidup dan terlibat dalam banyak bentuk interaksi

di dalamnya.

Meski dalam kenyataan kultural di Indonesia bisa saja memiliki

karakteristik yang berbeda dengan klasifikasi generasi dari Kathleen Allen

tersebut, namun gambaran di atas pada dasarnya bisa menjadi acuan untuk

membuat model dan kerangka klasif ikasi yang sejenis untuk masyarakat kita

hari ini. Mengenali karakteristik generasi masyarakat sebagai calon konsumen

untuk usaha yang akan dibangun, adalah keharusan jika seseorang ingin

usahanya berhasil dan diterima oleh masyarakat. la juga harus dilengkapi

dengan upaya memahami bagaimana tipe-tipe sosial, budaya yang berlaku,

nilai-nilai keagamaan yang diyakini, yang bisa saja berbeda satu sama lain

serta menjadi dasar bagi mereka untuk bertindak, dan lain sebagainya.

Dalam konteks wirausahanya sendiri, para pelaku wirausaha ini secara

umum memiliki beragam tipe dan karakteristik yang berbeda satu sama lain.

Ada wirausahawan yang hanya menjalankan usahanya di kala senggang saja

(part time), ada yang menjalankan usahanya secara penuh, ada yang berbasis

industri rumahan (home based), ada yang menjalankannya sebagai sebuah

bisnis keluarga (family business), ataupun yang benar-benar secara individual

berjuangmengembangkan usahanya tanpa bergantungpada orang lain (solo

independent entrepreneur). Untuk memudahkan klasif ikasi wirausaha ini, kita

akan menyebutkan beberapa klasifikasi yang sudah dibuat oleh para ahli

sebelumnya, yakni:

1. Klasifikasi berdasarkan profil sosial

Mereka yang melakukan kegiatan wirausaha sedari awal sudah

selalu menjadi anggota dan bagian dari suatu masyarakat dengan

profil bawaan tertentu yang itu bisa menjadi penanda khusus atas

usaha yang dijalankannya. Dalam hal ini, kita bisa membagi para

pelaku wirausaha ke dalam beberapa kategori profil, di antaranya:

a. Women Entrepreneur

b. Migrant Entrepreneur

38 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 50: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

c. Part Time Entrepreneur

d. Home Based Entrepreneur

e. Family Business Entrepreneur

2. Klasif ikasi berdasarkan tingkat kebebasan

Klasifikasi ini dibuat oleh Raymond Kao dan Russel Knight yang

melihat bahwa berbagai bentuk kebebasan banyak muncul dari

def inisi terkait kewirausahaan itu sendiri. Raymond melihat adanya

suatu rentang spektrum dari aspek kebebasan yang bergerak dari

pengusaha perseorangan yang bebas mumi sampai kepada seorang

manajer dalam perusahaan milik orang lain yang digambarkan

sebagai berikut:

Tingkat Kebebasan Tinggi

Solo independent entrepreneur

Partnership

Management Team

Group of independent Film

Distributors

Join Venture Entrepreneur

Franchise Entrepreneur

Aquired Entrepreneur

Conglomerate Entrepreneur

Division Manager - Large Corporation

Profit Centre Manager- Large Corporation

Cost Centre Manager - Large Corporation

Large Corporation Manager

Tingkat Kebebasan Rendah

Susunan di atas menunjukkan bahwa wirausaha tidak membentuk

suatu stereotipe sendiri tetapi ada banyak bentuk dan tipe

Dedi Mulyadi 39

Page 51: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

wirausaha. Salah satu bentuknya adalah wirausaha waralaba (fran­

chise entrepreneur) yang terletakpada titiktengah spektrumdi atas.

Seorang pewaralaba adalah ia yang memiliki usaha yang

independen akan tetapi ia juga tergantung pada ikatan kontrak

kerjasama resmi dan tunduk pada pengusaha pemberi hak waralaba

(franchisor). Demikian halnya seorang distributor yang harus tunduk

pada peraturan yang ditetapkan oleh produsen pembuat produk

tertentu. Juga pengusaha yang melakukan perkongsian bagi hasil

mereka juga sedikit mengorbankan independensinya. Sebuah

perusahaan yang dibeli oleh pihak lain tetapi pemiliknya masih tetap

tinggal dalam perusahaan tersebut sebagai general manajer dia juga

tidak bebas. Manager sebuah divisi pada suatu perusahaan bebas

lakukan kegiatan dalam lingkup divisinya akan tetapi harus tunduk

pada aturan-aturan umum perusahaan. la yang benar-benar bebas

adalah solo independent entrepreneur, meskipun kategori ini

umumnya adalah para pelaku usaha mandiri yang belum

berkembang secara besar dan memiliki penjualan yang massif.

Ketika usaha yang dijalankan mulai dikembangkan maka ia akan

beranjak pada kategori kedua, ketiga, dan seterusnya yang juga

semakin mereduksi tingkat kebebasan yang dimilikinya.

3. Klasif ikasi berdasarkan jenis dan fungsi tanggung jawabnya

Berdasarkan klasifikasi ini, kalangan wirausahawan bisa dilihat

dalam beberapa kelompok berikut:

a. Founders (Pendiri Perusahaan)

Pada umumnya founders dipertimbangkan sebagai wirausaha

murni. Pendiri perusahaan mungkin seorang investor yang

memulai bisnis berdasarkan barang atau jasa yang baru atau

yang sudah diimprovisasi. Mereka mungkin juga seorang

pekerja tangan yang mengembangkan keahliannya dan

kemudian memulai perusahannya sendiri. Ketika bertindak

4 0 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 52: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

sendiri atau menjadi bagian dari suatu group, pendiri

perusahaan akan membawa perusahaan menjadi nyata

dengan melakukan survei pasar, mencari dana dan

memberikan fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan

bisnis yang ada.

b. General Manajer

Dalam kondisi tertentu setelah pendirian suatu perusahaan

baru mungkin perusahaan tersebut dibeli atau didanai oleh

pihak kedua atau wirausaha lain yang bertindak sebagai ad­

ministrator bisnis. Jadi kita mengakui wirausaha lain yang

disebut general manajer sebagai seorang yang mengepalai

operasi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

c. Franchise (Waralaba)

Franchise berfungsi sebagai wirausaha yang terbatas.

Kekuasaan seorang wirausaha waralaba dibatasi dengan

hubungan kontrak kerja dengan franchisor.

4. Klasifikasi berdasarkan latar belakang dan gaya manajemen

Berdasarkan latar belakang dan gaya manajemen yang diterapkan,

kalangan wirausaha ini bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok

berikut:

a. Wirausaha Artisan

Seseorang yang memulai bisnisnya hanya berdasarkan

keahlian teknis yang dimilikinya digolongkan sebagai

wirausaha artisan. Seorang ahli mekanik yang memulai usaha

bengkel di garasi rumahnya adalah contoh wirausaha artisan.

Pendekatan manajemen wirausaha artisan biasanya lebih

bersifat kekeluargaan dan paternalistik sehingga cenderung

enggan mendelegasikan kewenangannya, mereka membatasi

strategi pemasaran pada komponen harga secara tradisional,

kualitas dan reputasi perusahaan, orientasi waktu mereka

Dedi Mulyadi 41

Page 53: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

singkat, dengan sedikit perencanaan atau pertumbuhan di

masa mendatang.

b. Wirausaha Oportunistis

Selain berbekal keahlian/pendidikan teknis wirausaha

oportunitis juga membekali diri dengan pengetahuan-

pengetahuan non teknis seperti ekonomi, hukum, bahasa dan

lain sebagainya. Berbeda dengan wirausaha artisan, wirausaha

oportunistis menghindari sistem paternalistik dengan lebih

banyak mendelegasikan kewenangan yang diperlukan bagi

pertumbuhan perusahaan, menggunakan berbagai strategi

pendekatan dalam pemasaran, mendapatkan permodaian

lebih dari dua sumber dan merencanakan pertumbuhan

perusahaan di masa mendatang.

Klasif ikasi di atas, meski tidak dengan serta merta bisa digunakan untuk

mengidentif ikasi jenrs kewirausahaan seseorang, namun ia bisa memberikan

gambaran bagaimana kompleksitas dunia wirausaha yang berkembang saat

ini. Mereka yang menjadi pelaku usaha mandiri di satu sisi, bisa saja menjadi

konsumen bagi pelaku usaha lainnya. Mereka yang hari ini masih menjadi

solo entrepreneur bisa saja berkembang menjadi perusahaan dengan cakupan

bisnis yang menggurita pada waktu berikutnya. Dunia wirausaha adalah dunia

yang dinamis, sebagaimana karakteristik pelakunya yang juga beragam dan

mengalami perubahan.

Para ahli sendiri sebenarnya sudah banyak membincangkan masalah

apakah kalangan wirausaha adalah orang-orang dengan profil atau

personalitas tertentu ataukah mereka hanyalah orang-orang yang bereaksi

terhadap situasi yang dihadapinya. Untuk memahami ini, maka ada baiknya

kita membaca penjelasan Getz etal. (2004), yang menyatakan bahwa perilaku

wirausaha tercakup dalam setting individu, sosial, dan ekonomi kontemporer

seperti terdapat dalam tabel berikut:

42 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 54: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Tabel 2 .2 : Entrepreneurial Behaviour Cues

Positive Negative

Social Role of family and integrational role models Conductive culture Supportive networks

Political/religious displace­mentPolitical unrest Discrimination Unhappy with position in societyDissatisfied with blocked employment opportunities Discriminary legislation No other way to make money

Economy Move towards services Reversal of highly vertically integrated company structures Phenomenon of dotcom business

Psychological Entrepreneurial aspirations of independence, wealth, need to achieve, social mobility

Pada model dari Getz di atas dapat dilihat bahwa ada motif tertentu

yang melandasi tindakan seseorang untuk melakukan kegiatan wirausaha.

Ada yang bersifat positif seperti keinginan untuk memberikan pelayanan

bisnis yang berkualitas, adanya fenomena bisnis berbasis internet yang

menjadi peluang bagi banyak orang untuk membuka usaha mandiri, ataupun

adanya keinginan untuk mendapatkan kebebasan, kesejahteraaan secara

ekonomis yang lebih, motivasi berprestasi, dan lain sebagainya. Ada juga yang

bersifat negatif, seperti karena adanya diskriminasi dalam hal ketersediaan

dan penerimaan kerja, ketidaksukaan terhadap posisinya saat ini di

masyarakat, aturan dan kebijakan ekonomi yang tidak berpihak, ataupun

karena alasan yang lebih sederhana, yakni tidak ada cara lain untuk

mendapatkan uang kecuali dengan berwirausaha.

Penelitian yang lebih sederhana pernah dilakukan oleh Thomas etal.

(2000)terkait motivasi seseorang untuk menjalankan wirausaha atau memiliki

bisnisnya sendiri, di mana ia menunjukkan bahwa ada beberapa alasan

mengapa seseorang berwirausaha, di antaranya:

Dedi Mulyadi

Page 55: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Tabel 2 .3 : Motivations for Owning A Small Business

Motivation Value

To make a reasonable living 926 (66)

To make a lot of money 215(9)

To be my own boss 813(58)

1 Enjoy this lifestyle 576(41)

To avoid unemployment 197(14)

To live in this location 287 (21)

It is a form of smi-retirement 125(9)

1 spotted a market opportunity 246 (18)

Berbagai motivasi di atas menunjukkan bahwa orang membuka usaha

mandiri (bisnis kecil), sebagian besar didorong oleh keinginan untuk

mendapatkan penghasilan guna melanjutkan hidup. Sebagian lainnya

didorong oleh keinginan untuk mendapatkan uangyang banyak, menjadi boss

bagi dirinya sendiri, agar tidak menganggur, untuk hidup di daerah tertentu

dengan usaha tersebut, sebagai bentukpersiapan menghadapi masa pensiun,

serta karena melihat peluang di pasar. Satu alasan yang cukup menarik dan

banyak mendapatkan poin adalah bahwa membuka bisnis sendiri ini

merupakan bentuk gaya hidup yang disenangi (enjoy this lifestyle). Mereka

yang melakukan ini bukan karena berfokus pada maksimalisasi keuntungan,

tapi karena mereka mendapatkan kepuasan tertentu dari bisnis yang

dijalankan. Lee-Ross dan Lashley (2009) terkait hal ini misalnya memberikan

catatan:

“Whilst that this is not an exhaustive list of entrepreneurial types, it is

sufficient to show that the motives of those setting up and maintaining

44 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 56: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

small hospitality firms are not always compatible with ‘rationale economic’

considerations. Motives associated with personal preferences or which

relate to self-image do not automatically lead to levels of self-analysis which

suggest that a lack of business skills presents a major threat to their busi-

nessgoals.”

Upaya lainnya untuk memahami alasan seseorang menjalankan bisnisnya

sendiri, seperti disebutkan oleh Sweeney (2008) adalah dengan melihatnya

melalui teori push and pull factors. Push factors akan menciptakan situasi di

mana seseorang akan merasa wajib atau dipaksa untuk membuka usaha atau

menjalankan bisnisnya sendiri, sementara pull factors akan menarik individu

untuk membuka usaha atau menjalankan bisnisnya dengan berbagai

keuntungan yang mungkin didapatkan. Dalam bagan:

Bagan 2.1: Push and Pull Factors

Redundancy Previous job

Needed income To keep big house

Push Pull

Work from home Own boss Lifestyle LocationNatural progression

Hasil dari penelitian Sweeney sendiri menunjukkan bahwa ada banyak

para pelaku usaha dari generasi muda yang membuka usahanya sendiri,

terutama di bidang berbasis pelayanan (jasa), namun bukan karena adanya

dorongan dari kebutuhan atau keinginan yang berkaitan dengan profit dan

masukan finansial semata, melainkan karena adanya faktor-faktor penarik

tertentu yang lebih bisa memberikan mereka makna dan kepuasan dalam

menjalani hidupnya. Lee-Ross dan Lashley (2009) memberikan dua point

penting dalam hal ini, yaitu:

Many micro business in hospitality and tourism are run by individuals

who are primarily motivated by a cluster of factors which tend be

Dedi Mulyadi

Page 57: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

more important than the desire for business growth and profit maxi­

mization. They may be referred to as ‘lifestyle’ firms because their

key reasons for running the business are to improve their lifestyle in

some way or other.

Individuals running tenanted and leased pubs and franchisees, as well

as, independent firms, frequently reflect lifestyle firm characteris­

tics. That is, motives which are not always primarily concerned with

profit maximization and growth

Poin kunci tersebut menunjukkan bahwa ada banyak kalangan pelaku

usaha yang membuka bisnisnya sendiri yang didorong oleh faktor-faktor yang

tidak semata berurusan dengan hasrat akan pertumbuhan bisnis dan

maksimalisasi profit. Lee-Ross dan Lashley menyebutnya sebagai “gaya

hidup” baru yang dengannya para pelaku usaha tersebut bisa

mengaktualisasikan diri mereka dalam kehidupan.

Belajar dari fenomena ini, kita pada akhimya bisa menangkap hal penting,

bahwa para pelaku wirausaha harus sedari awal memiliki ‘hasrat’ tertentu,

yang dengannya ia bisa mengeluarkan segenap potensi dan kreativitas dalam

dirinya untuk menjalankan usaha tersebut. Bagaimanapun, berwirausaha

adalah menjalankan kegiatan yang paling tidak harus memberikan rasa

senang dan kebebasan pada pelakunya. Tanpa itu, maka usaha yang

dijalankan akan sulit untuk berkembang, karena pelakunya tidak berbeda

dengan bekerja seperti halnya pegawai dalam struktur dan lingkungan kerja

tertentu.

Lalu, apa yang menjadi karakteristikutama dari para pelaku wirausaha

ini? Merunut pada penjelasan para ahli dan pengalaman para professional di

bidang wirausaha ini kita dapat menyatakan bahwa tidak ada karakteristik

tertentu yang bersifat pasti bagi pelaku wirausaha. Namun demikian, ada

beberapa hal yang bisa dijadikan patokan bagi kepribadian para pelakunya

jika mereka ingin mencapai kesuksesan dalam usahanya, yaitu:

4 6 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 58: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

akan berubah seiring tumbuhnya kecintaan pada apa yang

dijalankannya. Pada banyakfenomena yang ada di masyarakat, kita

bisa melihat generasi muda yang dengan semangat menawarkan

produk tertentu sebagai hasil dari karya kreatif mereka, atau

menjalankan bisnis tertentu meskipun mereka tinggal dalam

lingkungan keluarga yang secara materi berkecukupan. Hal ini

menunjukkan bahwa berwirausaha pada akhirnya harus menjadi

cara berada di dunia, yang dengannya seseorang bisa

mengaktualisasikan keinginan dalam dirinya untuk memiliki karya

dan bermanfaat buat kehidupan yang dijalaninya. Dengan kata lain,

pelaku wirausaha adalah mereka yang berm anfaat untuk

kehidupan.

Pelaku wirausaha, merujuk pada patokan di atas, dengan demikian

adalah seorang pembelajar, memiliki motivasi berprestasi, serta memiliki

keinginan untuk bermanfaat buat lingkungan dan masyarakatnya. Tidak ada

karakteristik tertentu yang harus melekat dalam diri seorang pelaku

wirausaha. Karena itu pula Kathleen Allen (2007) misalnya menekankan

pentingnya mengenali cara wirausahawan berpikir (entrepreneurialthinking),

sebab baginya berwirausaha bukan untuk setiap orang, meskipun setiap or-

ang memiliki potensi untuk hal itu. Bagaimanapun, kehidupan membutuhkan

orang-orang yang tetap teguh dengan profesinya. Mereka yang jadi dokter,

dosen, polisi, biarlah tetap pada profesinya. Hanya dengan cara itu pula

kehidupan bisa berjalan dengan seimbang dan semestinya. Allen (2007)

menulis:

"... we must agree on one thing: starting a business isn’t for everyone. And

thank goodness for that, because we do need some scientists, mathema­

ticians, artists, and physicians to keep this world running. We’re not try­

ing to turn everyone into entrepreneurs, but we do think that there’s value

in learning how to think like an entrepreneur.”

4 8 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 59: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Allen juga menekankan bahwa ada beberapa cara berpikir wirausaha

yang bisa diambil nilai-nilai positifnya, terlepas dari apakah mereka ingin

membangun usahanya sendiri ataupun tetap pada profesi yang dijalaninya

saat ini. Berikut adalah beberapa karakteristik pikiran wirausaha yang bisa

dicatat:

1. Entrepreneur terbiasa dengan ambiguitas dan ketidakpastian (en­

trepreneurs are comfortable with ambiguity and uncertainty);

Kalangan entrepreneur sejati mengetahui bahwa gagasan yang

cemerlang terkadang lahir dari situasi yang penuh ketidakpastian.

Mereka juga menyadari bahwa dunia bisnis adalah dunia yang

dinamis. la terus mengalami perubahan dan perkembangan seiring

perkembangan tuntutan dan kebutuhan manusia itu sendiri. Karena

itu, setiap waktu dan setiap peristiwa adalah peluang bagi mereka

untuk terus belajar dan mencoba mengambil hal-hal yang positif

darinya.

2. Entrepreneur memiliki kedisiplinan dan keteguhan (entrepreneurs

have self discipline and tenacity);

Para wirausahawan yang sukses umumnya mengerti bahwa usaha

mereka hanya bisa berhasil jika mereka terus berfokus pada tujuan

yang akan dicapai. Hal itu membutuhkan keteguhan. Karena itu pula

dalam perjalanan mereka, ada lebih banyak keberhasilan

dibandingkan kegagalan.

3. Entrepreneur tidak takut mengalami kegagalan (entrepreneurs

aren't affraid to fail);

Entrepreneur sejati tidak takut akan kegagalan. Mereka menyadari

bahwa hal itu merupakan bagian dari perjalanan usaha yang pasti

akan dihadapi. Apa yang m embedakan mereka dari orang

kebanyakan adalah mereka tidak menyerah. Kegagalan justru

memberikan pelajaran untuk langkah yang lebih baik di masa

mendatang.

Dedi Mulyadi 49

Page 60: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

4. Entrepreneur meyakini bahwa merekalah yang menentukan nasib

mereka sendiri (entrepreneurs believe that they alone control their

destiny);

Kalangan entrepreneur sejati atau pelaku wirausaha yang baik akan

memahami bahwa jika mereka melakukan kesalahan dalam usaha

mereka, maka merekalah yang akan menanggung akibatnya, bukan

orang lain. Jika mereka membuat suatu keputusan, maka mereka

juga yang harus melaksanakan keputusan tersebut. Keberhasilan

dan kegagalan usaha berada di tangan mereka.

5. Entrepreuner berfokus pada penemuan peluang dan inovasi (en­

trepreneurs focus on opportunity and innovation);

Kalangan entrepreneur bukan semata pedagang. Mereka tidak

hanya berfokus pada bagaimana menjual produk dan atau jasa, tapi

lebih dari itu mereka juga berusaha menemukan cara-cara bisnis

yang baru. Karena itu, inovasi dan kreativitas dalam melihat peluang

lalu mengolahnya adalah bagian dari perjalanan menjadi entrepre­

neur yang baik.

Meski hal ini tidak selalu bersifat mutlak, namun cara berpikir kalangan

entrepreneur atau pelaku wirausaha seperti di atas dapat memberikan pijakan

bagi mereka yang baru akan memulai usahanya dan menjajal jalan menjadi

entrepreneur. Kathleen Allen (2007) dalam hal ini, terutama untuk membantu

seseorang bisa berpikir seperti layaknya seorang entrepreneur membuat

suatu kuis (quiz), seperti bisa dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.4: Kuis Preferensi Entrepreneur

Pertanyaan Ya T id ak

Apakah anda akan memulai pro/ek anda sendiri tanpa harus menunggu orang lain meminta anda untuk memulainya?

50 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 61: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Pertanyaan Ya Tidak

A pakah anda m au dan bisa bekerja m engem bangkan bisnis anda selam a satu tahun tanpa m enerim a im balan?

A pakah anda bisa tetap fokus m elakukan suatu projek sam pai dengan selesai?

A pakah anda suka bekerja dalam tim atau kelom pok?

A pakah anda senan g bertem u dengan orang-orang baru?

A p akah anda m erasa nyam an jika harus m enuntut hasil dari p ekerjaan anda?

A p ak ah an d a m erasa n yam an d en gan s itu a si y a n g p enuh p erubah an?

A p akah anda m em ilik i w aktu untuk m em ulai bisnis baru?

A p akah anda m e m ilik i d ukungan keluarga u n tu k m em u lai bisnis anda?

A p akah anda m erasa nyam an dengan hutang?

Semakin banyak jawaban anda terdapat dalam kolom (Ya), maka itu

berarti anda semakin dekat dengan cara berpikir kalangan entrepreneur.

Beberapa pertanyaan mungkin akan menimbulkan perdebatan hasil

jawabannya, seperti sebagian orangmungkin tidak setuju dengan memulai

usaha dengan modal yang didapatkan dari pinjaman atau hutang, namun

sebenarnya hal itu sudah menjadi bagian umum dari perjalanan seorang en­

trepreneur, terutama mereka yang memang sedari awal tidak memiliki modal

yang cukup ataupun merasa perlu dan memiliki keyakinan bisa

mengembangkan usahanya dengan pinjaman modal tersebut. Terlepas dari

itu, apa yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah bagaimana agar kita bisa

mengenali dan memahami cara berpikir kalangan entrepreneur atau pelaku

wirausaha itu sendiri.

Dedi Mulyadi 51

Page 62: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

B. Kompetensi-kompetensf Dasar Wirausaha

“Everyone is an entrepreneur. The only skills you need to be an entrepre­

neur: an ability to fail, an ability to have ideas, to sell those ideas, to ex­

ecute on those ideas, and to be persistent so even as you fail you learn and

move onto the next adventure." ~James Altucher

Salah satu pertanyaan penting dalam upaya mengenali sosok wirausaha

dan bidang yang digelutinya adalah kemampuan apa yang harus dimiliki oleh

seseorang agar kegiatan wirausaha yang dijalankannya bisa berhasil?

Pertanyaan semacam ini lazim diajukan ketika seseorang ingin mengenali

suatu jenis profesi yang mungkin akan dijalaninya. Jawabannya sederhana,

kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang pelaku usaha adalah kemampuan

yang sama dibutuhkan oleh seseorang guna menjadi sosok dengan

karakteristik wirausahawan yang sudah disebutkan sebelumnya. Dalam hal

ini, kemampuan tersebut adalah bentuk-bentuk keterampilan yang

berhubungan dengan bidang yang akan dijalankan (soft skills), keterampilan

berpikir kreatif dan inovatif, serta keterampilan untuk memotivasi diri ketika

menghadapi persoalan dan kegagalan yang mungkin dialami.

Secara teoritis, sebagaimana nantinya akan dijelaskan lebih lanjut, apa

yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan juga adalah kemampuan

mengelola bisnis atau yang berhubungan dengan manajemen bisnis secara

umum, kemampuan mengelola sumberdaya yang dimiliki, baiksumberdaya

material ataupun sumber daya manusia, kemampuan mengelola aspek

finansial, ataupun kemampuan mengelola sikap dan mengambil keputusan

(leadership skills). Namun demikian, kemampuan-kemampuan ini pada

umumnya jarang dimiliki sedari awal oleh para pelaku wirausaha ketika baru

memulai usahanya. Kemampuan ini biasanya akan dimiliki dan berkembang

dalam diri seseorang ketika ia sudah terjun menjalankan usahanya.

Pengalaman ketika menghadapi persoalan di lapangan, pengalaman dalam

berhubungan dengan orang lain di lingkungan bisnis, seperti menangani

52 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 63: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

pelanggan ataupun pemasok, pengalaman mengelola modal yang terbatas,

dan lainnya akan memberikan pelajaran berharga demi peningkatan

kemampuan diri seseorang dalam berwirausaha. Karena itu, meski nantinya

secara teoritis akan ada banyakjenis keterampilan yang harus dimiliki oleh

seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur yang baik, ia tidak mesti

dijadikan sebagai patokan awal untuk memulai usaha. Hal itu justru hanya

akan menghambat langkah seseorang dalam mewujudkan keinginan

berwirausaha.

Memiliki kemampuan yang menunjang langkah seseorang pada profesi

tertentu memang diharuskan. Hal ini bukan saja dapat memudahkan

seseorang untuk mencapai tujuannya, tapi juga bisa memberikan kepuasan

lebih dalam mengerjakannya. Socrates, seorangf ilsuf Yunani kuno misalnya

menyatakan bahwa kebahagiaan itu terletak dalam pengetahuan dan

penguasaan seseorang atas apa yang ia kerjakan. Manusia akan merasa

senang ketika ia bisa memahami apa yang ia kerjakan, bagaimana

mengerjakannya, dan apa hasil yang akan ia dapatkan dari pekerjaan tersebut.

Karena itu pula, nilai penting dari memiliki kemampuan atau keterampilan

dalam berwirausaha misalnya, bukan saja terletak pada bagaimana

kemampuan ini bisa menunjang keberhasilannya dalam berwirausaha, tapi

juga karena kemampuan tersebut bisa memberikan kebahagiaan dan

kepuasan bagi yang menjalankannya.

Konsep Dasar Kompetensi

Setiap profesi, tidak hanya wirausaha atau entrepreneur, akan selalu

memiliki tuntutan atas penguasaan keterampilan mendasar terkait bidang

pekerjaan yang menjadi locus profesi tersebut. Semakin baik penguasaan

seseorang atas bidang yang digelutinya, maka semakin besar pula peluang

baginya untuk mendapatkan keberhasilan dalam pekerjaan atau usaha yang

dijalankannya. Kemampuan yang berkaitan dengan bidang khusus atau

profesi tertentu ini umumnya disebut juga dengan kompetensi. Terkait

Dedi Mulyadi 53

Page 64: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

wirausaha sendiri, kompetensi ini biasanya dapat dijelaskan dalam cakupan

pengertian berikut:

1. Kompetensi wirausaha menggambarkan kemampuan seseorang

dalam mengeloia usaha yang dijalankannya.

2. Kompetensi juga dapat merujuk pada keterampilan dan teknologi

yang dimiliki seseorang atau lembaga untuk dapat bersaing.

3. Kom petensi dalam konteks pelayanan bisa dilihat sebagai

keterampilan yang memungkinkan seseorang atau lembaga dalam

memberikan manfaat fundamental kepada orang lain.

Pengertian mendasar di atas adalah pemahaman umum yang bisa ditarik

dari istiiah kompetensi sebagai penanda atas kemampuan yang dimiliki.

Secara teoritis, istiiah kompetensi ini sebenarnya memiliki pengertian yang

lebih luas dari semata kemampuan. Spencer (1993) misalnya, mengartikan

kompetensi sebagai "an underlying characteristic of an individual that is caus­

ally related to criterion- referenced effective and/or superior performance in a

job or situation. Sebagai karakteristik personal yang melekat pada inidividu,

kompetensi merupakan bagian dari kepribadian individu yang relatif dan

stabil, dan dapat dilihat serta diukur dari perilaku individu yang bersangkutan,

di tempat kerja atau dalam berbagai situasi. Dari pengertian yang diajukan

oleh Spencer ini, kompetensi yang terdapat pada seseorang dapat berarti

kemampuan seseorang secara konsisten dalam bertindak dan berperilaku

pada berbagai situasi yang berubah.

Senada dengan itu, William J. Rothwell & H.C. Kazanas (2003)

menjelaskan kompetensi sebagai "any characteristic related to successful per­

formance. Competencies are tied to individuals, not to the work they do."

Berdasarkan definisi dari Rothwell dan Kazanas ini, kompetensi dapat

dikatakan sebagai segala karakteristik individu yang menyokong kesuksesan

kinerja. Kompetensi ini memiliki istilah-istilah kunci yang perlu diketahui dalam

memahaminya, yaitu:

54 Kewlrausahaan, Pengantar Menuju Praktlk

Page 65: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

1. Competency identification; adalah proses penemuan kompetensi-

kompetensi esensial yang mendukung terhadap kesuksesan

seseorang dalam sebuah lingkup budaya organisasi ataupun jabatan

yangdiembannya.

2. Competency modeling; adalah penjelasan atas kompetensi-

kompetensi apa saja yang sudah diidentif ikasi. Competency model­

ing ini juga akan menunjukkan kompetensi apa yang harus dikuasai

oleh seseorang.

3. Competency assessment; adalah proses pembandingan seseorang

terhadap model-model kompetensi yang biasanya dilakukan melalui

uji kompetensi seperti serangkaian testertentu. (William J. Rothwell

& H.C. Kazanas, 2003)

Berdasarkan pengertian tentang kompetensi di atas, kita dapat

menyatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik atau kepribadian

(traits) individual yang bersifat permanen yang dapat mempengaruhi kinerja

seseorang. Selain pengertian kompetensi yang mengandung makna traits

dari Spencer, terdapat pengertian kompetensi Iain yang mengandung

karakteristik berupa motives, self concept, knowledge, dan skill. Seluruh

karakteristik kompetensi ini mengandung makna sebagai berikut:

Traits merunjuk pada ciri bawaan yang bersifat f isik dan tanggapan

yang konsisten terhadap berbagai situasi atau informasi.

Motives adalah sesuatu yang selalu dipikirkan atau diinginkan

seseorang, yang dapat m engarahkan, m endorong, atau

menyebabkan orang melakukan suatu tindakan.

Self concept adalah sikap, nilai, atau citra yang dimiliki seseorang

tentang dirinya sendiri; yang memberikan keyakinan pada

seseorang siapa dirinya.

Knowledge adalah informasi yang dimilki seseorang dalam suatu

bidang tertentu.

Dedi Mulyadi

Page 66: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu, baik

mental atau punfisik.

Karakteristik kompetensi yang membedakan antara kalangan superior

dengan kalangan rata-rata pada dasarnya meliputi: a) sensitivitas lintas-

budaya (cross-cultural sensitivity), yaitu kemampuan untuk mendengar apa

yang dikatakan orang dari budaya yang berbeda atau makna, serta

kemampuan memprediksi reaksi mereka; b) ekspektasi positif terhadap or­

ang lain; dan c) kecepatan belajar jaringan politik (political network).

Kompetensi dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: Pertama,

threshold competencies, atau kompetensi utama yang menjadi karakteristik

esensial, dan kedua, differentiating competencies, atau kompetensi pembeda

yaitu faktor-faktor yang membedakan keunggulan seseorang dari yang lain.

Pada titik ini lima jenis karakteristik kompetensi seperti tersebut di atas,

seperti sikap (traits), motif (motives), konsep diri (self-concept), pengetahuan

(knowledge) dan keterampilan (skill) termasuk ke dalam karakteristik

kompetensi utama.

Dari kelima karakteristik kompetensi di atas, keterampilan dan

pengetahuan dapat dianggap sebagai karakteristik yang lebih muncul ke

permukaan dan lebih terlihat, sedangkan konsep diri, sifat, dan motif-motif

lebih relatif tersembunyi dan bisa lebih sulit untuk berkembang serta kita

akses. Oleh karena itu, keterampilan dan kompetensi pengetahuan akan lebih

mudah dikembangkan melalui pembelajaran dan pelatihan. Meskipun

keterampilan dan pengetahuan lebih dapat dilihat, oleh karena sering

terdapat usulan untuk memasukkan dua karakteristik ini sebagai bagian dari

kompetensi pembeda (differentiating competencies).

Sedangkan motif, sifat bawaan, dan konsep diri ini akan memengaruhi

tindakan seseorang dari dalam, yang nantinya berujung pada hasil (karya)

atau performa kerja seseorang secara keseluruhan, seperti terlihat pada

gambar berikut:

5 6 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 67: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Bagan 2.2: Karakteritik Kompetensi

Nilai Tindakan Hasil

Motif, sifat, Keterampilan Karya, Prestasikonsep diri,

pengetahuan

Spencer(i993) dalam melanjutkan bahasan tentang kompetensidi atas,

juga melakukan pengelom pokan berbagai jenis kom petensi yang

berpengaruh terhadap kinerja seseorang ke dalam beberapa kelompok yang

mencakuphal-hal berikut:

1. Prestasi dan tindakan (achievement and action);

2. Pelayanan (helpingand human service);

3. Dampak dan pengaruh (the impact and influence);

4. Manajerial (managerial);

5. Pemikiran (cognitive); dan

6. Efektivitas personal (personal effectiveness).

Pengelompokan ini nantinya berguna dalam menata skala penomoran

dan dimensi dan indikator yang digunakan dalam pengukuran setiap

kelompok kompetensi. Skala kompetensi ini disusun dalam satu tabel yang

panjangnya bervariasi tergantung pada variasi kompetensinya. Masing-

masing level skala yang terdapat pada tabel disusun berdasarkan intersitas,

kompleksitas, dan kita dapat membedakan antara satu level dengan level

lainnya. Perlu diingat pula bahwa beberapa kompetensi memiliki 2 dimensi

atau lebih. Beberapa tipe dimensi yang dilibatkan dalam pengukuran

kompetensi sendiri mencakup:

Dedi Mulyadi 57

Page 68: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

1. Intensitas atau derajat penyelesaian sebuah tindakan (intensity of

completeness of action). Dimensi ini merupakan skala utama yang

menunjukkan derajat kesempurnaan pencapaian sebuah tindakan.

Dimensi ini diberi simbol skala A.

2. Ukuran dampak yang ditimbulkan (size of impact). Dimensi ini

menunjukkan besaran dan jumlah orang-orang yang terkena

dampak atau pengaruh, yang diberi skala B.

3. Kompleksitas (complexity). Dimensi ini biasanya ditujukan pada

kompetensi pemikiran (kognitif).

4. Besarnya usaha (amount of effort). Dimensi ini berhubungan

dengan dimensi pertama, yakni berkenaan dengan waktu dan

sumber daya tambahan yang diberikan dalam pencapaian sesuatu.

5. Dimensi-dimensi unik (unique dimensions). Dimensi unik ini biasanya

terdapat dalam beberapa jenis kompetensi yang tidak bisa

menggunakan keempat dimensi sebelumnya.

Kompetensi Wirausaha

Penyusunan kompetensi wirausaha bisa dilakukan dengan merujuk pada

preferensi kompetensi yang dibuat oleh Spencer sebelumnya ataupun

dengan merujuk pada daftar hal-hal tertentu yang dianggap penting dalam

menjalankan usaha. Dalam hal ini kita bisa merujuk pada penjelasan Triton

(2007) tentang 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh wirausahawan, seperti

halnya profesi lain dalam kehidupan, di mana nantinya kompetensi ini akan

mendukung seseorang ke arah kesuksesan, yaitu:

1. Knowing your business; yaitu mengetahui usaha apa yang akan

dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus

mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha

atau bisnis yang akan dilakukan.

2. Knowing the basic business management; yaitu mengetahui dasar-

dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha,

5 8 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 69: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat

memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan

membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen

bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua

sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.

3. Having the proper attitude; yaitu memiliki sikap yang sempurna

terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti

pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-

sungguh dan tidak setengah hati.

4. Having adequate capital; yaitu memiliki modal yang cukup. Modal

tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan

keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena

itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan

mental.

5. Managing finances effectively; yaitu memiliki kem am puan/

mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber

dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya

secara akurat.

6. Managing time efficiently; yaitu kemampuan mengatur waktu

seef isien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu

sesuai dengan kebutuhannya.

7. Managing people; yaitu kemampuan merencanakan, mengatur,

mengarahkan/memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam

menjalankan perusahaan.

8. Satisfying customer by providing high quality product; yaitu memberi

kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan

jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.

9. Knowing how to compete; yaitu mengetahui strategi/cara bersaing.

Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength),

kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat),

Dedi Mulyadi

Page 70: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik

terhadap dirinya dan terhadap pesaing.

10. Co ping with regulation and paper work; yaitu membuat aturan/

pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat.

Kompetensi-kompetensi di atas juga dapat dikelompokkan dengan

merujuk pada model pengelompokan Spencer sebelumnya. Berikut adalah

contoh tabel kompetensi wirausaha berdasarkan penjelasan Triton (2007)

dengan merujuk pada model Spencer:

Kompetensi Wirausaha

Definisi Kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan- kesempatan usaha, mengumpulkan dan mengolah sumberdaya yang dibutuhkan, dan bertindak untuk memperoleh nilai-nilai dan keuntungan dari peluang tersebut.

Ska la Pemikiran (Cognitive)

Level Penjelasan Indikator Pemikiran dalam Wirausaha

Dimensi A. Tindakan untuk meningkatkan aspek kognitif (Jumlah dan Kesulitan Tindakan)

0 Tid ak Berlaku. Atau tidak berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan bisnis.

1 M enyatakan keinginannya tetapi tidak m elakukan tindakan yang spesifik. Menyatakan keinginannya untuk mempelajari tentang bisnis dan atau manajemen usaha namun tidak diiringi dengan tindakan nyata mewujudkan hal tersebut.

2 M elakukan satu tindakan. Berusaha melakukan tindakan khusus untuk meningkatkan penguasaan dan pemahaman tentang bisnis, misalnya membaca buku, bertanya, dan lain sebagainya.

3 M elakukan tindakan aktif lanjutan. Berusaha melakukan tindakan aktif untuk meningkatkan kemampuan diri secara berkelanjutan,

60 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 71: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

seperti mengikuti dilat pembelajaran atau pelatihan tentang wirausaha.

4 M e n g g u n a k a n s t r a t e g i t e r t e n t u u n tu k p e n g e m b a n g a n kem am puan. Menggunakan strategi yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapi, seperti mempraktekkan hasil bacaan, pembelajaran, atau pelatihan dalam tindakan nyata wirausaha.

Contoh penyusunan kompetensi di atas adalah contoh sederhana yang

bisa dikembangkan seseorang dalam menyusun skala terkait kompetensi

yang diperlukannya dalam berwirausaha. Perumusan skala kompetensi ini

berguna untuk menilai apakah kemampuan atau keterampilan yang dimiliki

oleh seseorang sudah cukup baik ataukah bernilai negatif sehingga

memerlukan evaluasi. Sebagai catatan, kompetensi di sini bukanlah perihal

mutlak yang harus dijadikan patokan bagi seseorang dalam memulai

wirausaha. Seorang entrepreneur yang baik pada akhirnya adalah ia yang

terus belajar, tidak menyerah, dan secara teguh menjalankan apa yang

diyakininya bisa mendatangkan kebaikan baik pada dirinya maupun

lingkungan dan orang lain di sekitarnya.

Dedi Mulyadi 61

Page 72: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

BRAIN COLOR TEST

Tes Brain Color adalah tes yang diciptakan oleh Sheila N. Glazov pada tahun 2007. Tes ini didasarkan pada teori Jung mengenai empat fungsi kepribadian, yaitu Sumber Energi (Extra version atau Intraversion), Proses Informasi (Sens­ing atau Intuition), Pengambilan Keputusan (Thinking atau Feeling), dan Menjalankan Kehidupan (Judgment atau Perceiving). Tes ini dapat membantu untuk memahami persamaan dan perbedaan antara diri sendiri dengan orang lain dalam berpikir dan cara bertindak. Menurut Glazov (2007) setiap orang adalah campuran dari empat warna, yakni kuning, biru, hijau, dan oranye. Pemahaman yang lebih baik mengenai warna otak dapat membantu mengembangkan komunikasi yang lebih efektif, resolusi konflikyang lebih baik, dan kerja sama tim yang lebih baik di tempat kerja. Dengan mengetahui tipe- tipe kepribadian, seseorang dapat lebih mudah menerima, menghormati, dan menghargai orang lain.

PETUNJUK PENGGUNAAN BRAIN COLOR TEST

Perhatikan setiap kata pada pernyataan di lembartes. Pada setiap nomor/baris pemyataan, Anda diminta untuk memberikan skor dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah dari 4, 3, 2, dan 1. Dalam pernyatan ini, Anda akan menemukan sejumlah kata, ada yang mewakili diri Anda dan ada pula yang tidak mewakili diri Anda. Berikanlah skor 4 pada kata-kata yang mewakili diri Anda, dam untuk kata-kata yang tidak mewakili diri Anda. Berikan skor 3 atau 2 untuk kata-kata yang mendekati karakter Anda. Harap diperhatikan bahwa Anda harus mengisi berdasarkan ban's secara horizontal, bukan vertikal. Anda dapat mengerjakan baris berikutnya apabila sudah menyelesaikan baris sebelumnya. Apabila telah selesai memberikan penilaian, jumlahkan secara vertikal semua nilai Anda dan tuliskan hasil penjumlahan masing-masing kolom pada baris yang paling bawah. Lingkari nilai total tertinggi yang Anda dapatkan. Dosen Anda akan menerangkanapa warna otak Anda atau pemikiran apa yang Anda punyai.

LEM BAR TEST

Berilah nilai diri anda dalam tanda kurung ( )4 - Sangat Sesuai 3 = Mendekati2 = Kurang 1 = Sangat Tidak Sesuai

62 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 73: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

NO KARAKTER

1 ( ) Terorganisasi ( )Kreatif ( ) Mandiri ( ) Antusias

2 ( ) Tepat waktu ( ) Komunikatif ( ) Ingin tahu ( ) Kesenangan

3 ( ) Detail ( ) Fleksibel ( )Sabar ( ) Kompetitif

4 ( ) Bertanggung jawab

( ) Perhatian ( ) Analitis ( ) Panjang akal

5 ( ) Berkomitmen ( ) Sensitif ( ) Berusaha ( ) Berani

6 ( ) Berhati-hati ( ) Kooperatif ( )Teknikal ( ) Energik

7 ( ) Dapatdipertanggung-jawabkan

( ) Hangat ( ) Otonom ( ) Petualang

8 ( ) Respektif ( ) Original ( ) Kompeten ( ) Pemurah

9 ( ) Dapat diduga ( ) Mengasuh ( ) Investigatif ( ) Spontan

10 ( ) Ketikamembuatkeputusan, sayacenderungmembuatalternatifperencanaan

( ) Ketika membuat keputusan, saya cenderung mendiskusikan dengan orang lain

( ) Ketika membuat keputusan, saya cenderung berdasarkan fakta- fakta

( ) Ketikamembuatkeputusan, sayacenderungberdasarkannaluri

11 ( ) Ketika bekerjasama dengan orang lain, saya cenderung sebagai coach

( ) Ketika bekerjasama dengan orang lain, saya cenderung sebagai team player

( ) Ketika bekerjasama dengan orang lain, saya cenderung sebagai problem solver

( ) Ketika bekerjasama dengan orang lain, saya cenderung sebagai trouble shooter

12 ( ) Saya merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang stabil/ tenang

( ) Saya merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang harmonis

( ) Saya merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang memberikan privasi

( ) Saya merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang memberikan kebebasan

Jlh

Dedi Mulyadi I 6 3

Page 74: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

EMPATWARNAOTAK

Dari tes Brain Color, jika jumiah skor Anda lebih tinggi pada total A, maka warna otak Anda adalah kuning. Jika skor tertinggi pada total B, berarti warna otak Anda adalah biru. Jika pada total C, berarti warna hijau, dan skortertinggi pada total D menunjukkan warna otak oranye.

WARNA KARAKTERISTIK

Otak Kuning Dapat diandalkan, bertanggung jawab, hati-hati, dan pengambil keputusanyangdisiplin.Cenderung detail dan ingin memberikan perintah, cenderung unggul dalam bidang/posisi sebagai bankir, CEO, manajer, administrator dan pendidik.Di tempat kerja mereka siap, akurat dan terorganisir, serta memimpin dengan rencana, langkah demi langkah. Menghargai kesetiaan, keteguhan dan rasa moral yang kuat mengenai apa yang benar dan yang salah.Mudah frustrasi jika terdapat ketidakteraturan (disorganisasi) sehingga cenderung menghakimi dan keras kepala (birokratis dan pengendali).Bekerja dengan baik di lingkungan yang terorganisir, tahu apa yangdiharapkan dari mereka, dan dapat menyelesaikan tugastepat waktu.Bila salah dipahami, orang-orang ini dapat menjadi pencemas.

Otak Biru Antusias, kreatif, ramah, pemimpin yang mengayomi, hangat, penuh perhatian, kalem dan komunikatif.Disukai banyak orang karena ingin membantu dan cenderung unggul dalam bidang/posisi sebagai artis, penyedia layanan kesehatan, tempat penitipan anak, musisi dan kerja sosial.Memotivasi, menginspirasi dan interaktif di tempat kerja. Menghargai integritas, empati dan pemahaman.Mudah frustrasi jika kurang terjalin kerjasama dalam kelompok kerja, dianggap terlalu idealis, sensitif dan tergantung perasaan.Bekerja dengan baik dalam lingkungan yang mendukung kepercayaan, keselarasan dan fleksibilitas. Menunjukkan kreativitas yang tinggi ketika antusiasisme, perhatian dan integritas mereka diakui

64 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 75: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Bila salah dipahami, mereka dapat dengan mudah menjadipatah semangat dan emosional.

Otak Hijau Independen, teknis, pemecah masalah, pemimpin yang visioner.Orang-orang ini ingin mengumpuikan dan menganalisis data untuk membuatkeputusan, kalkulatif dan unggul di bidang/ posisi sebagai akuntan, teknisi komputer, pengacara, ahli kimia/f isika, peneliti dan insinyur.Di tempat kerja, mereka bekerja dengan baik secara mandiri/ pemain tunggal dan asyik dengan pekerjaan mereka sendiri. Sulit mengikuti kehendak orang lain, karena kritis dan rasional, serta sangat mengandalkan fakta. Tidak mudah percaya pada gosip atau mitos.Menghargai inovasi, pengetahuan, penelitian, kompetensi, keadilan, dan berpegang pada sesuatu yang logis dan ilmiah. Jika menghadapi orang-orang yang tidak kompeten, mereka cenderung kurangtoleran dan kurang komunikatif. Hal ini dapat dirasakan oleh orang lain sebagai sikap yang mengintimidasi, dingin dan kurang terampil menghadapi orang lain.Efisien di tempat kerja ketika kecerdasan, kompetensi dan rasa ingin tahu mereka diakui. Mereka akan merasa lebih dihargai ketika lingkungan mereka mengutamakan kejujuran. Senang dengan lingkungan kerja yang menyediakan teknologi.Cenderung menarik diri dan bimbang bila salah dipahami.

Otak Oranye Berani, bersemangat, antusias, pemimpin yang mampu mengambil risiko.Menyelesaikan masalah secara teknis (trouble shooter), banyak akal, membuat keputusan secara spontan dan cenderung unggul dalam bidang/posisi sebagai pemadam kebakaran, atlet, pekerja konstruksi dan penjualan.Di tempat kerja, mereka adalah tipe wirausaha dan mampu bekerja dalam lingkungan yang tidak terstruktur, luwes, mudah bergaul, dan terbuka.Menghargai hasil,sumberdaya dan kegigihan, berani mengambil risiko, mampu melihat peluang dan mengubah ancaman menjadi peluang.Tidak menyukai konflik. Bila terjadi konflik, mereka ingin mendamaikan.Berurusan dengan terlalu banyak aturan dapat membuat mereka frustrasi, memicu ketidaktaatan mereka dan

Dedi Mulyadi 65

Page 76: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

menjadi emosional. Kurang toleran terhadap rutinitas dan hal yang berulang-ulang. Cara berpikirnya kadang terlihat tidak sistematis dan dianggap berbeda dengan orang lain pada umumnya.Berkembang di tempat kerja saat ide-ide, kemampuan multitasking dan kerendahan hati mereka diakui. Bekerja dengan baik ketika diberi kebebasan dan berkompetisi, serta tidak harus mengikuti aturan orang lain.Cenderung kasar dan akan meninggalkan tempat bila salah dipahami.

Memahami karakteristik dan kemampuan diri melalui tes ini dapat membantu seseorang dalam banyak hal. Seorang wirausahawan misalnya, melalui tes ini otak dapat merencanakan penempatan karyawannya pada posisi tertentu sesuai warna otaknya. Misalnya, menempatkan otak oranye sebagai konseptor, orang kuningdistrukturmanajemen, atau menempatkan orang-orang yang memiliki perpaduan dengan kedua warna ini (multicolor) di salah satu posisi pemimpin. ‘Team player’ adalah orang yang memiliki otak biru dan akan menyelesaikan masalah dengan bekerjasama dengan orang lain, hangat dan perhatian, dapat diserahi posisi sebagai pengelola SDM. Sementara orang yang memilik otak hijau, yang hati-hati, teliti, penyendiri dan cenderung melakukan penelitian dan pekerjaan secara independen daripada bergabung dengan tim, dapat diserahi tugas yang dikerjakan secara individual, misalnya di bagian keuangan atau di bagianproduksi.

6 6 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 77: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

m KREATIVITAS DAN INOVASI DALAM MEMULAI USAHA

A. Memulai Usaha; Peluang dan Tantangan

"A person who sees a problem is a human being; a person who finds a

solution is visionary; and the person who goes out and does something

about it is an entrepreneur." -Naveen Jain

Seorang entrepreneur yang baik adalah entrepreneuryang memulai dan

menjalankan usahanya. la yang hanya berangan-angan dan sibuk menyusun

rencana membuka bisnis tapi tidak kunjung melakukan, tidak akan pernah

menjadi entrepreneur, melainkan hanya pemimpi (dreamer). Sekali lagi, en­

trepreneur yang baik adalah ia yang bertindak, bukan ia yang semata sibuk

merencanakan tanpa tindakan nyata. Entrepreuner adalah yang bisa melihat

peluang lalu m em anfaatkannya, bukan ia yang melihat lalu sibuk

menghitungnya.

Masalahnya adalah, bagaimana caranya memulai usaha? Ada banyak

jawaban atas hal ini, orang bisa memulai dengan melihat sekeliling dan

mencari apa yang dibutuhkan dalam lingkungannya. Orang juga bisa memulai

dengan menyiapkan modal dan mengamati pasar. Orang juga bisa memulai

dengan mencari tahu apa yang menjadi kelebihan dan kemampuan diri dalam

usaha. Orang juga bisa memulai dengan berkonsultasi tentang usaha apa yang

cocok pada orang yang dianggap memiliki wawasan tentang hal itu. Cara-

cara ini tentu tidak ada yang salah. Mencari tahu atau mengenali sesuatu

Page 78: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

adalah hal yang wajar dilakukan ketika seseorang belum atau kurang

mengetahui apa yang akan dilakukannya. Apa yang utama dalam hal ini adalah

adanya niat dan kesungguhan untuk melakukan hal tersebut.

Namun demikian, secara lebih praktis, seperti dijelaskan Hatten (2012),

dalam memulai usaha orang bisa melakukan satu dari tiga pilihan tindakan,

yaitu: (1) memulai usahanya sendiri dari awal dengan membangun bentuk

bisnis yang baru; (2) bergabung dalam jaringan bisnis waraiaba; dan (3)

mengambil alih bisnis atau usaha orang lain yang sudah mapan. Kita akan

mencoba menjelaskan tiga hal tersebut secara sederhana.

Membuka Usaha/Bisnis Baru

Membuka usaha atau bisnis yang baru pada dasarnya bisa berangkat

dari adanya ide atau gagasan tentang suatu usaha. Ide atau gagasan ini bisa

ditemukan dari mana saja. Seseorang bisa mencari gagasan tersebut dengan

cara membaca, mengamati sekitar, menanyakan apa yang dibutuhkan di

lingkungannya, ataupun menganaiisis keterampilan yang dimiiiki dan

bagaimana menjadikan keterampilan tersebut sebagai peiuang usaha. Orang

tidak perlu takut untuk menyatakan gagasan dalam dirinya, karena tidak ada

gagasan yang buruk. Setiap gagasan yang dimunculkan adalah baik, tinggal

apakah ia bisa diterapkan atau tidak.

Dalam prakteknya sendiri, belajar dari kalangan pelaku wirausaha yang

sudah mapan, mereka tidak sepenuhnya memiliki ide atau gagasan tersebut

dari awal. Ada banyak pelaku wirausaha yang memulai usahanya dengan ide

atau gagasan orang lain, atau mengembangkan ide-ide yang sudah ada yang

disesuaikan dengan konteks usaha yang akan dijalankannya. Bob Sadino

misalnya, memulai bisnisnya dari usulan temannya untuk berjualan telur.

Begitu pula Sunny Kamengmau yang memulai usaha berjualan tas kulit setelah

mendengar saran dari seorang pengusaha asal Jepang. Ada banyak cerita di

mana ide atau gagasan tentang suatu usaha justru lahir dari orang lain di

sekitar kita. Hal seperti ini bukanlah aib, karena para wirausahawan adalah

6 8 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 79: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

mereka yang mampu menangkap peluang, yang itu bisa saja datang dari

sebuah gagasan sederhana yang dikeluarkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Gagasan dan peluang untuk membuka usaha juga bisa dimulai dengan

pertanyaan sederhana tentang apa yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat,

atau produk apa yang menarik namun jarang didapatkan di lingkungan sekitar.

Orang juga bisa menanyakan tentang kemampuan apa yang dimiliki oleh

dirinya, dan apakah hal itu bisa diolah sehingga layak untuk dijual di

masyarakat? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa membantu seseorang

untuk menemukan peluang usahanya di tengah geliat ekonomi masyarakat

yang ada. Baik gagasan atau pertanyaan, keduanya adalah cara untuk

menemukan peluang, guna membantu seseorang mewujudkan usahanya

sendiri. Namun demikian, hal yang lebih penting dari itu semua dalam memulai

usaha adalah seseorang memerlukan niat yang teguh dan trigger (pemicu)

agar ia bisa menjadi dorongan yang kuat dalam diri untuk berwirausaha.

Proses memulai usaha ini bisa dilihat dalam bagan sederhana berikut:

Bagan 3.1: Proses Memulai Wirausaha

Keinginan awal untuk berusaha

Pencarian peluang usaha

Faktor pendukung yang memotivasi usaha

Pelaksanaan gagasan usaha

Pengembangan usaha yang dijalankan

Dedi Mulyadi 69

Page 80: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Pada bagan di atas dapat dilihat bahwa dalam memulai usaha orang

berawal dari tekad (niat), sebab usaha tanpa kesungguhan di awal tidak akan

pernah menjadi tindakan yang mendatangkan kebaikan. Pencarian peluang

usaha melalui perumusan gagasan atau pertanyaan-pertanyaan sederhana

menjadi langkah penting agar usaha yang nantinya akan dibangun bisa

menjadi bentuk usaha yang dapat diterima di masyarakat. Dalam hal ini,

seseorang perlu memerhatikan kebutuhan dan kecenderungan apa yang

berkembang di masyarakat, apa yang bisa menarik minat mereka, siapa yang

akan menjadi konsumen ketika usaha tersebut dijalankan, dan lain sebagainya.

Peristiwa dan faktor-faktor tertentu bisa menjadi pemicu seseorang untuk

mewujudkan gagasan tersebut dalam langkah nyata. Satu langkah kecil dalam

memulai usaha akan sangat berarti sebagai pijakan untuk langkah berikutnya.

Keberadaan pemicu sendiri sangat penting mengingat ada banyak or­

ang yang memiiiki niat usaha, memiliki gagasan tentang usaha, namun tidak

pernah memulainya dalam langkah atau tindakan nyata. Pemicu ini bisa

berupa tindakan kecil menyisihkan modal untuk usaha, dorongan dari

keluarga, kebutuhan hidup yang mendesak, dan lainnya yang bisa membuat

seseorang bertindak. Ketika tindakan tersebut dilakukan, maka tahapan

implementasi gagasan sudah berjalan. Dengan kata lain, seseorang sudah

bisa dikatakan menjalankan usahanya, terlepas dari apakah usaha tersebut

masih dalam skala kecil ataupun seseorang sudah menjalankan usahanya

secara besar-besaran.

Proses ini nantinya akan dilanjutkan dengan upaya pengembangan usaha

yang hanya bisa dilakukan ketika seseorang sudah menjalankan usahanya.

Bagaimanapun, setiap orang pasti menginginkan usahanya untuk tumbuh

menjadi lebih besar, lebih bisa mendatangkan keuntungan, dan lebih bisa

membawa nilai-nilai tertentu pada dirinya dan orang lain atau lingkungan

sekitarnya. Pada tahapan pengembangan ini, orang bisa melakukan praktik

promosi skala besar, menjalin kerjasama atau kemitraan dengan pihak lain

guna memperluas pasar, meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang

7 0 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 81: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dijual, dan lain sebagainya. Hal ini akan dibahas iebih lanjut pada bagian lain

dalam buku ini.

Proses ini barangkali terlihat terlalu sederhana, walaupun bukan berarti

semata simplifikasi atas kompleksitas dunia usaha. Seseorang bisa saja sedari

awal menemukan banyak hambatan dan permasalahan dalam memulai usaha.

Kekurangan modal dan sumber daya, kurangnya minat masyarakat atas

produk yang ditawarkan, kemampuan dan atau keterampilan kerja yang

kurang, kondisi ekonomi yang sedang lesu, dan hal-hal lain, bisa saja sudah

sedari awal menjadi masalah yang dihadapi seseorang dalam memulai usaha.

Jika hal seperti ini yang didapati, maka seseorang harus kembali lagi pada

apa yang dibutuhkan untuk menjadi wirausahawan sukses. Masalah harus

dilihat sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Tindakan yang diambil dan

pengalaman yang ditemukan harus menjadi pelajaran untuk peningkatan

kualitas dan kemampuan din. Tidakada keberhasilan tanpa usaha keras dalam

menyelesaikan persoalan. Kesadaran-kesadaran akan karakteristik wirausaha

seperti inilah yang harus diingat ketika orang menghadapi situasi-situasi yang

rumit seperti disebutkan di atas.

Persoalan lainnya yang juga banyak ditemukan di masyarakat adalah

banyak orang tidak bisa memulai usahanya karena kekurangan atau ketiadaan

modal usaha. Persoalan seperti ini menjadi semakin rumit ketika seseorang

tidak memiliki banyak pengetahuan tentang fasilitas pinjaman yang

disediakan oleh lembaga-lembaga keuangan, ataupun program-program

bantuan modal usaha dari pemerintah, seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat).

Menjawab persoalan seperti ini, maka seseorang perlu banyak mencari

informasi tentang bagaimana caranya m endapatkan modal usaha.

Bagaimanapun, kita hidup di tengah zaman dengan kemajuan teknologi dan

ilmu pengetahuan yang membuat saluran informasi bisa diakses dengan

mudah oleh setiap orang. Ada banyak program bantuan modal usaha yang

bisa digunakan seseorang untuk mengatasi ketiadaan atau keterbatasan

modal usaha.

Dedi Mulyadi 71

Page 82: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Jika seseorang sedari awal tidak menginginkan terjerat dalam skema

pinjaman modal oleh lembaga-lembaga keuangan tertentu, seperti koperasi

atau bank, maka cara yang paling sederhana untuk dilakukan adalah dengan

menyisihkan apa yang bisa disisihkan untuk modal usaha, bekerja pada or-

ang lain sambil menabung, menjual aset yang ada, mengajukan proposal

usaha pada lembaga atau pejabat pemerintah, serta perusahaan-perusahaan

besar yang memiliki program CSR (Corporate Social Responsibility), atau

meminjam pada orang-orang tertentu yang dianggap bisa memberikan

pinjaman tanpa harus memberatkan langkah usaha yang akan dijalankan. Ibu

Susi Pudjiastuti yang sekarang menjabat sebagai Menteri kelautan dan

Perikanan dalam kabinet kerja di bawah Presiden Jokowi, adalah seorang

pengusaha yang dulunya harus menjual perhiasan yang dimilikinya sebesar

750 ribu rupiah untuk modal awal usaha perikanan yang dirintisnya. Selama

mat atau tekad untuk usaha ada, maka selalu ada pula jalan untuk

mewujudkannya.

Bergabung dalam Jaringan Bisnis Waralaba

Pilihan kedua dalam memulai usaha selain membangun usaha sendiri

dari awal adalah bergabung dalam jaringan bisnis yang sudah memiliki nama,

basis konsumen yang jelas, dan medan kerja yang pasti, seperti banyak

terdapat dalam jaringan bisnis waralaba (franchise). Bisnis waralaba sendiri

sebenarnya sudah menjadi salah satu pilihan bagi para pengusaha awal ketika

mereka tidak memiliki gagasan yang cukup meyakinkan untuk membangun

usahanya sendiri. Dalam beberapa dekade terakhir, jaringan bisnis waralaba

ini bahkan terus berkembang pesat, mulai dari bisnis waralaba lokal (dalam

negeri) seperti waralaba clothing, maka nan dan minuman, bimbingan belajar,

hingga waralaba global atau dari luar negeri seperti Bread Talk, Starbucks,

McDonald, KFC, dan lainnya.

Dalam pengertian awalnya sendiri, seperti dijelaskan Skinner (2015),

waralaba (franchise) adalah adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau

72 Kewirausahaan, Pergartar Menuju Praktik

Page 83: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

jasa maupun layanan. la merupakan suatu lisensi untukmengoperasikan bisnis

sebagai milik pribadi, namun tidak terlepas dari perusahaan induk yang

membawahinya. Dalam Peranturan Pemerintah Indonesia No. 16 Tahun 1997,

disebutkan bahwa waralaba adalah perikatan yang salah satu pihaknya

diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan

intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain

dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak

lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.

Secara lebih administratif, waralaba merupakan perjanjian yang bersifat

mengikat antara pemilik waralaba (franchisor) dengan pembeli waralaba

(franchisee). Melalui perjanjian waralaba, pembeli memeroleh manfaat dari

perusahaan induk berupa seperangkat hak atas merek, sistem manajemen,

pemasaran, dan sistem keuangan, sementara pemilik memeroleh manfaat

karena dapat memperluas operasi bisnis dengan menggunakan modal dan

sumber daya dari pembeli.

Sistem bisnis waralaba ini dalam sejarahnya dikenalkan pertama kali oleh

Isaac Singer, seorang pembuat mesin jahit Singer, pada tahun 1850-an di

Amerika. la melakukan praktik bisnis seperti ini ketika ingin meningkatkan

distribusi penjualan mesin jahitnya. Apa yang dilakukan oleh Singer ini

kemudian diikuti oleh pengusaha lain yang melihat adanya keuntungan besar

dari model bisnis seperti ini. John S Pemberton, pendiri Coca Cola misalnya,

mulai mempraktekkan model bisnis seperti ini untuk produk yang

dijualnya. Beberapa kalangan mungkin akan menyebut bahwa yang

menerapkan praktik bisnis waralaba pertama kali ini bukanlah Isaac Singer,

melaikan perusahaan industri otomotif Amerika, yakni General Motors (GM)

pada tahun 1898. Bisnis waralaba di Indonesia sendiri mulai dikenal pada tahun

1950-an, yang dimulai dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui

pembelian hak kekayaan intelektual atau lisensi dari perusahaan induknya,

terutama perusahaan-perusahaan produsen kendaran bermotor di Jepang.

Hal ini kemudian dilanjutkan dengan pengembangan model bisnis waralaba

Dedi Mulyadi 73

Page 84: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

plus, yakni pihak penerima waralaba tidak lagi berfungsi sebagai penyalur

produk yang dijual, tapi juga memiliki hak untuk memproduksi ulang produk

tersebut dengan cetak biru dan dibawah pengawasan yang ketat dari

perusahaan induk. Model bisnis waralaba ini semakin menjamur dan

bertambah bentuk dan jenisnya, terutama ketika jaringan bisnis waralaba

internasional seperti Pizza Hut, Coca-cola, McDonald, KFC, mulai memasuki

pasar Indonesia. Sampai saat ini, sudah banyak jenis waralaba yang bisa

diakses, baik lokal maupun global, meskipun sebagian besar masih didominasi

oleh waralaba jenis makanan.

Terlepas dari perdebatan tentang siapa yang memulai model bisnis

waralaba tersebut, dalam perkembangannya hari ini, bisnis waralaba jelas

telah menjadi pilihan menarik bagi mereka yang memiliki modal bisnis tanpa

harus berinovasi dari awal untuk membangun usahanya. Beberapa pengusaha

yang membangun bisnis mereka sendiri sedari awal juga menjadikan model

bisnis waralaba ini sebagai cara pengembangan cakupan bisnis, tanpa

misalnya harus mengeluarkan dana yang besar untuk membangun cabang

usaha baru di wilayah yang lain.

Secara lebih detil, dalam praktik jaringan bisnis waralaba ini terdapat

dua pihak yang beroperasi, yakni:

i. Franchisor atau Pemberi Waralaba, adalah badan usaha atau

perorangan yang memberikan hak dan atau lisensi kepada pihak

lain (baik perorangan atau lembaga) untuk memanfaatkan dan atau

menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau

ciri khas usaha yang dimilikinya. Dalam hal ini, franchisor atau

pemberi waralaba tentu sudah harus menyiapkan berbagai hal

terkait kelengkapan operasi bisnis dan kinerja manajemen yang baik

agar kekayaan intelektualnya bisa tetap terjaga kualitasnya

meskipun dikelola oleh pihak lain. Pemberi waralaba juga harus bisa

membantu pihak lain tersebut agar mereka mendapatkan jaminan

kelangsungan usaha dan distribusi bahan baku untuk jangka

7 4 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 85: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

panjang, serta menyediakan kelengkapan usaha sampai ke detail

yang terkecil. Franchisor juga sudah harus menyediakan

perhitungan keuntungan yang didapat, neraca keuangan yang

mencakup BEP (Break Event Point) dan ROI (Return On Investment).

Persyaratan yang ditetapkan oleh pihak pemberi waralaba ini bisa

beragam tergantung pada kebijakan dan aturan main yang dibuat

sesuai dengan kepentingan lembaga atau orang yang memberikan

waralaba.

2. Franchisee atau Penerima Waralaba, yakni badan usaha atau

perorangan yang diberikan hak dan atau lisensi untuk

memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan

intelektual atau penemuan atau ciri khas atau produk tertentu yang

dimiliki oleh pemberi waralaba (franchise). Dalam hal ini franchisee

umumnya hanya memiliki kewajiban untuk menyediakan tempat

usaha dan sejumlah modal tertentu serta melakukan tindakan

tertentu bergantung pada jenis waralaba yang akan dibelinya. Pihak

penerima waralaba ini juga akan terikat dalam perjanjian dan

ketentuan persyaratan yang disesuaikan dengan aturan main

pemberi waralaba. Secara umum, kewajiban utama dari penerima

waralaba ini adalah menjaga citra dan nama baik produk yang akan

dijualnya, karena hal itu akan menentukan kelangsungan bisnisnya

secara keseluruhan. Secara finansial, pihak penerima waralaba ini

akan memiliki dua kewajiban, yakni membayar franchise fee dan

royalti fee. Franchise fee adalah jumlah yang harus dibayar sebagai

imbalan atas pemberian hak intelektual pemberi waralaba, yang

dibayar untuk satu kali (one time fee) di awal pembelian waralaba.

Royalti fee adalah jumlah uang yang dibayarkan secara periodikyang

merupakan persentase dari omzet penjualan. Nilai franchisee fee

dan royalti fee ini sangat bervariatif, bergantung pada jenis waralaba

yang dibelinya.

Dedi Mulyadi 75

Page 86: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Pilihan usaha dengan bergabung dalam jaringan bisnis waralaba ini cukup

menggiurkan, terutama karena adanya keuntungan-keuntungan berikut:

1. Kemudahan dalam membangun usaha dan jaringan;

2. tantangan bisnis yang dihadapi relatif kecil dibandingkan

membangun usaha sendiri;

3. Produk yang dijual sudah memiliki nama dan teruji;

4. Adanya sistem produksi terstandar dan uji kualitas yang baku;

5. Adanya sistem promosi dan pemasaran produk dengan standar

khusus;

6. Adanya pendampingan pengelolaan bisnis dalam hal manajemen

organisasi ataupun manajemen f inansial;

7. Memiliki peluang pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan

membangun bisnis sendiri;

8. Model bisnis ini memberikan kesempatan belajar dan pengalaman

profesional untuk seseorang guna mengembangkan bisnis yang

baru.

Meskipun model bisnis waralaba ini memiliki keuntungan-keuntungan

seperti tersebut di atas, tapi dalam praktiknya model bisnis waralaba juga

memiliki beberapa kelemahan mendasar, seperti:

1. Penerima bisnis waralaba harus berbagi hasil dengan pemberi

waralaba;

2. Penerima bisnis waralaba tidak memiliki kebebasan untuk

mengelola dan mengembangkan bisnisnya di luar aturan main yang

sudah ditentukan;

3. Adanya ketergantungan pada sistem yang membuat inovasi bisnis

menjadi terhambat;

4. Kesalahan salah satu cabang bisa berakibat burukpada keseluruhan

bisnis yang dijalankan oleh penerima waralaba yang lain.

5. Penerima waralaba bisa saja mengalami kerugian karena perjanjian

7 6 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 87: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dagang yang tidak jelas, pemutusan perjanjian secara sepihak,

produk yang tidak sesuai dengan apa yang dideskripsikan, penipuan

oleh pemberi waralaba, dan lain sebagainya.

Jika seseorang sudah memahami berbagai kelebihan dan kelemahan dari

model bisnis waralaba atau bergabung dalam jaringan bisnis waralaba ini,

maka ia yang tertarik untuk mencobanya bisa mencari informasi di berbagai

media yang ada. Beberapa perusahaan bahwa menawarkan secara gencar

jaringan bisnis mereka, yang tentu saja membutuhkan kehati-hatian dalam

menerima model bisnis tersebut. Kasus penipuan dengan menawarkan

praktik bisnis seperti ini sudah banyak terjadi. Karena itu, selain diperlukan

pemahaman yang mendalam atas model bisnis waralaba, jaringan yang

dimiliki, prospek bisnis ke depannya, produk yang ditawarkannya, basis

pelanggan yang dimilikinya, serta keseluruhan aspek manajemen bisnis yang

ada, orang juga perlu untuk membaca dengan detail perjanjian dan

persyaratan yang diajukan oleh pemberi waralaba. Dalam hal ini, jika

seseorang sudah memiliki naluri bisnis dan modal yang cukup, akan lebih baik

memulai bisnis sendiri, lalu mengembangkannya dalam jaringan waralaba

yang baru. Bagaimanapun, pihak pemberi akan lebih baik dan lebih bernilai

dibandingkan penerima.

Mengambil Alih Bisnis Mapan

Pilihan yang ketiga dalam memulai usaha adalah mengambil alih bisnis

yang sudah mapan. Pilihan ini umumnya diambil oleh mereka yang memang

memiliki modalitas dan sumber daya keuangan yang cukup, atau mereka yang

ingin mengembangkan bisnis yang ada namun tidak ingin direpotkan dengan

upaya-upaya mendasardalam memulai bisnis itu sendiri, seperti menganalisa

pasar, merumuskan produk, menemukan lokasi bisnis yang tepat, mencari

pelanggan, menerima dan mengorganisir karyawan, mencari pihak vendor

yang tepat, dan lainnya.

Dedi Mulyadi 77

Page 88: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Bentuk lain dari tindakan pengambilalihan bisnis yang sudah ada ini, lazim

juga dilakukan oleh orang atau lembaga tertentu yang mengakuisisi usaha

pihak lain, karena alasan tertentu, seperti kegagalan manajemen kerja,

kelemahan secara finansial, pengembangan bisnis yang kurang baik, dan

lainnya. Apa yang dimaksud dengan bisnis yang mapan di sini, pada akhirnya

harus dilihat sebagai suatu bentuk bisnis yang sudah berjalan, sudah memiliki

produk yang jeias, pelanggan yang nyata, manajemen organisasi yang baik,

namun juga memiliki persoalan, seperti kekurangan secara finansial,

kegagalan dalam menghadapi perubahan zaman dan tuntutan masyarakat,

dan lainnya. Bagaimanapun, sulit untuk menemukan suatu pihak yang tengah

memiliki usaha yang maju, lalu melepas usahanya tersebut dengan

menjualnya pada pihak lain demi keuntungan finansial temporal.

Beberapa keuntungan atau kelebihan dari memulai usaha dengan

mengambil alih usaha yang sudah mapan ini adalah sebagai berikut:

1. Usaha yang dijalankan sudah memiliki produk yang jeias;

2. Usaha yang dijalankan sudah memiliki basis dan target konsumen

yang jeias;

3. Tempat dan waktu usaha sudah dikenal oleh masyarakat;

4. Usaha yang dijalankan sudah memiliki citra;

5. Usaha yang dijalankan sudah memiliki data manajemen untuk

pengembangan bisnis ke depan;

6. Usaha yang dijalankan sudah memiliki hubungan dengan pihak

ketiga, seperti pemasok (supplier);

7. Usaha yang dijalankan sudah memiliki karyawan dan struktur

organisasi yang jeias.

Adapun kekurangan atau kelemahan dari praktik bisnis seperti ini adalah

sebagai berikut:

1. Memerlukan perencanaan ulang atas bisnis yang akan dijalankan;

2. Karyawan yang ada sulit untuk distruktur ulang;

7 8 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 89: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

3. Persepsi konsumen atas produk dan citra perusahaan sulit untuk

dirubah;

4. Peralatan dan berbagai inventarisasi lainnya umumnya sudah usang;

5. Seringkali terdapat kewajiban turunan sebagai akibat dari kontrak

bisnis yang sudah dijalankan sebelumnya.

Pada model usaha seperti ini, kelemahan-kelemahan mendasartersebut

harus menjadi perhatian, terutama jika ada rencana untuk restrukturisasi

bisnis dari pengambilalih usaha yang dijalankan. Jika ternyata dalam

perjalanan ke depannya, usaha yang diambil alih tersebut juga mengalami

kebuntuan, maka ia akan lebih sulit untuk ditawarkan lagi kepada pihak awal

ataupun pihakyang lain. Dengan kata lain, model bisnis seperti ini memerlukan

pengalaman dan intuisi bisnis yang besar dari orang yang akan

mempraktekkannya.

Selain itu, membeli atau mengambil alih usaha yang sudah mapan juga

harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena seperti hasil penelitian

Kevin Mulkaney, 50 sampai 70 persen mengalami kegagalan dalam bentuk

bisnis seperti ini (Norman M. Scarborough, 2012). Karena itu, untuk

menghindari terjadinya kegagalan dalam mengambil alih usaha orang lain,

seorang entrepreneur harus mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Melakukan inventarisasi mandiri (conduct self-inventory);

menganalisis secara objektif keterampilan, kemampuan, dan

ketertarikan personal terkait bisnis yang dimiliki. Dalam hal ini or­

ang bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Apa aktif itas bisnis yang paling disukai?

b. Tipe industri apa yang ingin digeluti?

c. Bisnis seperti apa yang akan dibeii dan yang ingin dihindari?

d. Di wilayah atau daerah apa anda ingin tinggal dan berbisnis?

e. Berapa banyak yang siap anda keluarkan untuk bisnis, uang

dan waktu?

Dedl Mulyadl 79

Page 90: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

f. Pengalaman bisnis atau usaha apa yang anda miliki? Apa yang

menjadi kekurangan anda?

g. Berapa besar resiko yang siap anda ambil?

h. Apa ukuran perusahaan yang akan anda beli?

2. Merumuskan dan mengembangkan daftar kriteria yang

mendefinisikan bisnis ideal untukdirinya sendiri.

3. Menyiapkan daftar kandidat potensiai yang sesuai dengan kriteria

yang ada. Beberapa sumber yang bisa m em bantu anda

mendapatkan informa si tentang kandidat potensiai ini adalah:

a. Internet: situs-situs seperti bizbuysell.com, bizquest.com, dan

situs-situs lainnya yang berisikan informasi tentang

perusahaan yang ditawarkan pada publik.

b. Broker bisnis

c. Bankers

d. Akuntan

e. Investment banker

f. Asosiasi dagang

g. Kontak industri, seperti pemasok, distributor, konsumen, dan

lainnya.

h. Koran dan jurnal yang mengiklankan bisnis yang akan dijual.

i. Jaringan kerja

4. Menginvestigasi target akuisisi potensiai yang cocok dengan

kriteria. Proses ini melibatkan tindakan seperti menganalisis

keuangan perusahaan untuk memastikan fasilitas yang ada

terstruktur dengan baik, menganalisis kondisi tenaga kerja yang

sudah ada, dan lainnya. Dalam hal ini, pelaku usaha yang akan

membeli atau mengambil alih bisnis yang sudah mapan juga bisa

mempertanyakan hal-hal berikut:

a. Motivasi: mengapa pemilik bisnis ingin menjual

perusahaannya?

80 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 91: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

b. Valuasi aset: berapa nilai sebenarnya dari aset-aset

perusahaan?

c. Potensi pasar: bagaimana peluang bisnis di pasar, terkait

produk dan jasa yang ditawarkan?

d. Isu-isu legal: apa aspek legal dari bisnis yang diketahui dan

adakah persoalan hukum yang disembunyikan?

e. Kondisi f inansial: bagaimana kondisi f inansial perusahaan saat

ini?

Masing-masing poin ini bisa dikembangkan sendiri oleh pelaku

usaha dalam upayanya mengecek kondisi perusahaan yang akan

dibeli secara objektif.

5. Mengeksplorasi berbagai opsi f inansial (pertimbangan ekonomis)

untuk membeli bisnis bersangkutan. Pelaku usaha bisa

menggunakan berbagai metode, teknik, dan analisis perhitungan

terkait perusahaan yang akan dibeli, nilai total aset yang dimiliki,

potensi pasar dan kelayakan pengembangan usaha ke depannya,

dan lain sebagainya.

6. Negosiasi untuk mencapai kesepakatan rasional dengan pemilik

bisnis. Terdapat beberapa tips yang bisa digunakan dalam konteks

negosiasi bisnis ini, di antaranya:

a. Perjelas apa yang ingin anda capai dari negosiasi tersebut.

b. Mengembangkan strategi negosiasi yang efektif. Mengetahui

kebiasaan dan “modal” pihakyang akan anda ajak bicara akan

lebih membuat anda bisa bertindak sesuai dengan keadaan.

c. Memahami keinginan dan kebutuhan orang lain seraya

menyesuaikan dengan target yang ditetapkan.

d. Jadilah pendengar yang empatik.

e. Fokus pada persoalan, bukan orang.

f. Hindari melihat orang atau pihak lain sebagai musuh.

Dedi Mulyadi 81

Page 92: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

g. Mendidik, bukan mengintimidasi. Berikan argumentasi anda

dan sampaikan itu dengan baik, jangan menghina orang lain

walaupunsalah.

h. Bersabar. Ketergesaan membuat negosiasi tidak berjalan

dengan baik.

i. Ingatlah, kegagalan negosiasi juga merupakan suatu opsi.

Tidak adanya titik temu dalam negosiasi bisa saja menjadi opsi

terbaik yang anda miliki saat itu.

j. Jadilah fleksibel dan kreatif.

7. Memastikan peralihan hak berjalan dengan baik. Pastikan anda

memiliki penasehat hukum agar proses peralihan sudah seiaras

dengan aturan dan ketentuan hukum yang berlaku.

Peluang dan Kegagalan Usaha

Setiap peristiwa, seburuk apapun ia, selalu menyembunyikan peluang

bagi seseorang untuk mendapatkan apa yang baik untuk dirinya. Prinsip

semacam ini rasanya perlu dipegang teguh oleh mereka yang ingin

berwirausaha. Bahwa di tengah kelesuan ekonomi, kondisi masyarakat yang

kurang sejahtera, kebijakan pemerintah yang belum membawa perubahan

di lapangan, dan lainnya, akan selalu ada jalan yang bisa ditemukan oleh

seseorang untuk mencukupi hidupnya dengan usaha-usaha tertentu. Karena

itu, berwirausaha pada akhirnya lebih banyak berurusan dengan upaya

menemukan peluang di tengah kerumitan yang ada.

Namun demikian, apa yang berkembang dalam pikiran pemula seringkali

adalah mitos-mitos tertentu tentang wirausaha yang itu justru melemahkan

niat dan semangat untuk berwirausaha. Beberapa mitos yang seringkali sudah

melekat dalam pikiran orang ketika mendengar istilah wirausaha misalnya

adalah:

1. Mitos 1: Perlu uang yang banyak untuk memulai usaha;

Kesalahan berpikir pemula adalah ia meyakini bahwa memulai usaha

82 Kew/rausahaan, Pengantar Menu/u Praktik

Page 93: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yang layak membutuhkan banyak uang sebagai modal pendirian

usaha. Padahal fakta yang ada menunjukkan ada banyak pelaku

wirausaha yang berhasil dengan modal yang kecil. Bisnis adalah

proses, ia berkembang seta hap demi setahap hingga memiliki skala

usaha yang besar. Laporan Inc. Magazines misalnya menyebutkan

dari 500 perusahaan privatyang paling cepat berkembang, kita bisa

menemukan lebih dari setengahnya justru dimulai dengan modal

yang kecil.

2. Mitos 2: Entrepreneur dilahirkan, bukan dibentuk;

Meyakini hal seperti ini sama halnya dengan menyatakan bahwa

kita tidak dapat mengajarkan tentang kewirausahaan. Peter

Drucker, salah seorang tokoh manajemen kontemporer misalnya

menyatakan bahwa wirausaha adalah tentang disiplin. Mereka yang

bisa teguh memegang prinsip tertentu untuk keberhasilannya,

merekalah yang akan sukses. Karena ia soal disiplin, maka ia bisa

dipelajari semua orang. Orang mungkin sudah memiliki passion dan

persistensi dalam dirinya, namun keterampilan berwirausaha harus

dipelajari dan dikembangkan dalam tindakan nyata.

3. Mitos 3: Entrepreneur cuma salah satu cara untuk mendapatkan

uang;

Berwirausaha memang merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan uang atau penghasilan. Orang bisa memilih jadi

pekerja pada lembaga atau organisasi tertentu tanpa harus

dirumitkan dengan tuntutan yang tinggi dalam wirausaha. Namun

demikian, berpikir bahwa wirausaha adalah semata tentang uang

adalah kesalahan yang besar. Sebab ada banyak tujuan dan

keinginan lain dari banyak pelaku wirausaha dalam bisnisnya, seperti

kebebasan, kepuasan, aktualisasi diri, dan bagaimana memberikan

sumbangsih lebih besar pada sesama dan kehidupan dengan

usahanya.

Dedi Mulyadl 83

Page 94: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

4- Mitos 4: Kita harus memiliki rencana bisnis yang baik untuk bisa

sukses;

Dalam banyak hal, para investor atau lembaga-lembaga keuangan

umumnya perlu melihat suatu rancangan bisnis yangdiajukan pada

mereka. Namun, jika seseorang memuiai usaha tanpa bergantung

pada investor atau iembaga keuangan untuk memodalinya, maka

ia tetap bisa memuiai usahanya berdasarkan pada analisis

feasibilitas serta interaksinya dengan konsumen. Bob Sadino

misainya, dalam banyak kesempatan selalu menekankan bahwa

rencana itu tidak penting, apa yang penting adalah tindakan nyata

dalam berwirausaha. Langkah berikutnya bisa mengalirbegitu saja

seiring intuisi bisnis dan keterampilan melihat peluang yang mulai

terbentuk dalam diri seseorang.

5. Mitos 5: Kita harus memuiai usaha selagi berusia muda;

Mitos ini jelas tidak benar. Ada banyak orang yang memuiai usaha

dengan usia yang tidak lagi muda, dan berhasil dalam usahanya.

Laporan Global Entrepreneurship Monitor Report misainya

menemukan bahwa ada sekitar 35% orang dengan kisaran usia 45-

64 tahun yang baru memuiai bisnisnya di Amerika, dan 22% di

seluruh dunia. Kewirausahaan adalah untuk semua usia.

Mengenyahkan mitos-mitos tersebut dalam diri dapat membantu

seseorang untuk memiliki keyakinan dalam memuiai dan menemukan peluang

berwirausaha. Apakah dengan berpikir kebalikan dari mitos tersebut orang

kemudian bisa langsung menemukan peluang? Tentu saja tidak. Peluang

hanya bisa ditemukan dengan m em biasakan diri berpikir kreatif.

Kewirausahaan adalah proses kreatif, bukan proses ilmiah di mana semua

langkah sudah ditentukan. la seringkali bersifat rumit dan penuh dengan

belokan tajam, tidak selalu linear. Kita akan membahas tentang kreativitas

ini pada bahasan khusus di bab lain dalam buku ini.

84 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 95: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Lalu, sebelum kita belajartentang bagaimana berpikir kreatif tersebut,

apa yang perlu dilakukan? Kathleen Allen (2007) dalam hal ini menyebutkan

perlunya untuk menghilangkan hambatan (barriers) dalam diri terlebih dahulu.

Hambatan-hambatan ini umumnya adalah:

1. Kurangnya kepercayaan diri (lack of confidence); Pikiran bahwa ia

tidak pernah melakukan hal ini, dan kemungkinan untuk berhasilnya

sangatrendah.

2. Kebutuhan finansial (financial needs); Bagaimana caranya

mendapatkan uang atau sejumlah dana tertentu untuk modal

usaha?

3. Persoalan individu dan keluarga (personal and family issues); Orang

sudah disibukkan dengan beban diri dan keluarganya. Jika ia

memulai usaha dan berhenti bekerja, bagaimana anak dan istrinya

bisa makan?

4. Keterbatasan waktu (time constrainst); Adanya pikiran bahwa

selama ini ia sudah bekerja dan waktunya habis untuk pekerjaan

itu, bagaimana mungkin ia bisa menjalankan usaha yang lain?

5. Kurangnya keterampilan (lack of skills); Pikiran bahwa ia tidak

memahami apapun tentang usaha, bagaimana memulainya, dan lain

sebagainya.

Hambatan-hambatan pikiran dalam diri seperti di atas, adalah penyebab

dari banyak orang takut dan ragu untuk memulai usaha. Akibatnya, ketika

hambatan tersebut terus muncul dalam diri, maka seumur hidupnya

seseorang hanya akan menjadi pekerja dan konsumen atas usaha orang lain.

Padahal sejatinya hambatan-hambatan itu datang dari ketidakpastian. Orang

tidak bisa memastikan usahanya akan gagal, seperti halnya usaha itu akan

berhasil. Namun, orang bisa belajar dan mengembangkan hal-halyangtadinya

kurang, untuk menambah peluang keberhasilan menjadi lebih tinggi dari

peluang kegagalan.

Dedi Mulyadi 85

Page 96: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Jika seseorang sudah bisa menghilangkan hambatan-hambatanini, lalu

bisa belajar melihat peluang usaha yang ada, namun tetap gagal dalam

usahanya, apa yang menjadi persoalan? Periu disadari, bahwa wirausaha tidak

semata mendisiplinkan pikiran, tapijuga bagaimana mengasah keterampilan.

Beberapa hal berikut, umumnya bisa menjadi faktor kegagalan seseorang

dalam usahanya, di antaranya:

1. Kurang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam mengelola

usaha. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan

pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama

yang membuat perusahaan kurang berhasil. Kompetensi manajerial

ini termasuk juga keterampilan mengelola sumber daya material

maupun manusia, mengintegrasikan operasi perusahaan, dan

lainnya.

2. Kurang memiliki kemampuan mengendalikan keuangan. Ada

banyak pelaku usaha pemula yang tidak bisa memilah antara

keuangan bisnis dan uang pribadi. Akibatnya, aliran kas seringkali

tidak jelas. Padahal mengatur pengeluaran dan penerimaan secara

cermat, merupakan faktor penting yang mendukung pada

kelancaranoperasional usaha.

3. Kegagalan dalam perencanaan. Adanya perubahan situasi yang

dihadapi seringkali memaksa orang untuk merubah dan atau

menyesuaikan rencana-rencana bisnis mereka. Namun demikian,

dalam banyak kasus, ketidakmampuan dalam menyesuaikan

perencanaan ini membuat usaha seringkali tidak berjalan dengan

baik.

4. Lokasi bisnis yang kurang strategis. Lokasi usaha yang strategis

merupakan faktor yang m enentukan keberhasilan usaha.

Ketidakmampuan pelaku usaha mendapatkan lokasi yang tepat

untuk usahanya dapat membawa dampak yang buruk untuk usaha

yang dijalankannya. Produk yang buruk sekalipun, seringkali bisa

8 6 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 97: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

laku ketika ia dipasarkan pada lokasi yang tepat. Karena itu,

penentuan lokasi menjadi hal yang harus diperhatikan oleh segenap

pelaku usaha.

5. Kurangnya kontrol dan manajemen inventaris. Kontrol atau

pengawasan adalah tindakan yang bisa menjamin adanya ef isiensi

dan efektivitas usaha. Kekurangan kontrol atau pengawasan dapat

berakibat pada kelalaian kerja, ketidakmampuan menjaga peralatan

dan perangkat produksi, serta jalannya usaha secara keseluruhan.

Ketika barang-barang yang ada tidak dijaga, maka ia justru menjadi

sumber kerugian bagi usaha.

6. Kurangnya persistensi dan motivasi dalam berusaha. Sikap yang

setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha

yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Mereka yang kurang

dorongan dalam dirinya sulit untuk memiliki keteguhan terutama

ketika harus menghadapi persoalan.

Meski kegagalan dalam berusaha sering terjadi dan sudah banyak dialami

oleh para pelaku usaha, namun ia bukanlah satu kondisi akhiryang membuat

seseorang harus berhenti untuk melakukan usaha lagi. Bisnis adalah proses,

dan kegagalan ataupun persoalan adalah bagian yang tak terpisahkan di

dalamnya. Karena itu pula, seseorang selalu butuh dorongan baru baik dari

dalam dirinya maupun dari luar dirinya untuk terus maju, bahkan ketika

mendapati kegagalan dalam usahanya. Dengan kata lain, motivasi untuk

sukses, motivasi berprestasi menjadi penting pula untuk kita pelajari.

B. Motivasi Berprestasi

A s u c c e ssfu l e n tr e p r e n e u r c a n 't b e a fra id o f fa ilu re s o r se tb a c k s . A n in itia l

s e t b a c k ca n b e a g re a t o p p o r tu n ity to ta k e a n e w a n d m o re p r o m is in g

a p p ro a c h to a n y p r o b le m , to c o m e b a c k s t ro n g e r th a n ever.

~John Roos

Dedl Mulyadi I 87

Page 98: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Motif (motive) dan motivasi (motivation) merupakan dua kata yang

seringkali diucapkan, dan memiliki arti yang saling berkaitan. Kata motif

sendiri berasal dari akar kata bahasa latin "movere" yang kemudian menjadi

"motion" yang artinya gerak atau dorongan untukbergerak. Motif tidak dapat

diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku

berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu

tingkah laku tertentu. Motif juga dapat dilihat sebagai daya penggerak dalam

diri sesorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan

tertentu, atau ia juga bisa diartikan sebagai suatu pernyataan yang kompieks

di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan

ke suatu tujuan atau perangsang.

Sedangkan kata motivasi dari kata inggris "motivation” yang berarti

dorongan, pengalasan, dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang

berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Dengan kata lain,

motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam

memenuhi kebutuhannya. Motivasi sebagai tindakan adalah proses yang

memberi semangat, arah, dan kegigihan pada perilaku. Artinya, perilaku yang

termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan dapat bertahan

lama. Motivasi dalam hal ini bisa dilihat sebagai sesuatu yang menghidupkan

(energize), mengarahkan, dan mempertahankan perilaku tertentu pada

seseorang. Dengan kata lain, motivasi merupakan faktor penggerak maupun

dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang

lebih baik untuk dirinya sendiri. Motivasi ini dalam praktiknya akan mendorong

seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu sehingga menghasilkan

perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Dalam konteks wirausaha, motivasi ini jelas menjadi salah satu faktor

penting keberhasilan wirausaha itu sendiri. Mereka yang memiliki dorongan

8 8 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 99: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dalam dirinya akan lebih banyak melakukan hal-hal yang diperlukan untuk

pengembangan usaha dibandingkan mereka yang tidak memiliki motivasl

dalam dirinya. Mereka yang tidak memiliki motivasi tertentu dalam dirinya,

akan sulit untuk bergerak sekaligus mengerjakan perihal tertentu meski hal

tersebut memiliki manfaat yang besar bagi dirinya. Sebaliknya, mereka yang

memiliki motivasi akan senantiasa bekerja keras melakukan berbagai hal yang

harus mereka kerjakan meskipun perihal tersebut sulit adanya. Karena itu

pula, wajar kiranya jika banyak para ahli yang menyatakan bahwa tujuan dari

perlunya motivasi dalam diri seseorang ini adalah untuk mendorong manusia

untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan

kebutuhan, menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan menentukan

perbuatan yang harus dilakukan.

Secara umum, motivasi ini memiliki dua jenis, yaitu: pertama, motivasi

instrinsik; atau motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Motivasi berwirausaha disebut instrinsik bila

tujuannya inheren dengan situasi wirausaha dan bertemu dengan kebutuhan

dan tujuan seseorang untuk berhasil dalam usahanya. Seseorang termotivasi

untuk berusaha lebih keras semata-mata karena ingin mendapatkan nilai-nilai

tertentu dari usaha yang dibangunnya, seperti kepuasan, aktualisasi diri,

keterpenuhan ekonomi, dan lainnya. Dengan kata lain, motivasi instrinsik

muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut

dan seremonial. Kedua, motivasi ekstrinsik atau kebalikan dari motivasi

instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsang dari luar. Motivasi berwirausaha dikatakan

ekstrinsik bila seseorang menempatkan tujuan wirausahanya di luarfaktor-

faktor situasi wirausaha itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini dalam banyak hal

justru menjadi pendorong penting dalam pengembangan usaha yang

dilakukan seseorang, karena adanya keinginan yang tidak berkaitan dengan

usahanya, seperti membantu masyarakat dan lingkungannya.

Dedi Mulyadi 8 9

Page 100: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Apakah motivasi harus diciptakan ataukah kita hanya harus menunggu

kesadaran dan atau situasi tertentu yang bisa menjadi dorongan dalam diri

itu datang dengan sendirinya? Dalam praktiknya, keduanya tidak bisa dipilah,

karena kesadaran untuk berusaha, seringkali berjalan seiring dengan kondisi

yang memang menuntut seseorang untuk bertindak secara nyata. Namun

demikian, kita bisa menyebutkan beberapa hal mendasar yang bisa menjadi

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk membangun

usahanya sendiri, di antaranya:

1. Kebutuhan finansial; kebutuhan ini banyak menjadi alasan utama

mengapa seseorang memulai usaha. Seseorang terdorong untuk

berwirausaha karena ingin hidupnya m enjadi lebih baik,

berkecukupan, tidak kekurangan.

2. Keinginan untuk melakukan hal yang disukai; banyak pelaku

wirausaha terdorong untuk melakukan sesuatu karena ia senang

melakukan hal tersebut. Ketika seseorang merasa bahwa ia memiliki

bakat dan keterampilan tertentu, lalu menginginkan bakat dan

keterampilan itu bisa menghasilkan untuk hidupnya, maka ia bisa

menjadi dorongan yang kuat untuk berusaha.

3. Kebutuhan akan kebebasan; wirausaha, seperti banyak dijelaskan

sebelumnya, adalah salah satu cara di mana seseorang bisa bekerja

tanpa terikat pada aturan dan perintah orang lain, la menjadi tuan

bagi dirinya sendiri. Kebebasan ini bisa menjadi dorongan besar bagi

seseorang untuk berwirausaha.

4. Keinginan untuk bernilai bagi orang lain dan lingkungan; meski

keinginan seperti ini seringkali muncul setelah kebutuhan yang lain

terpenuhi, namun ia juga bisa menjadi salah satu alasan penting

m engapa seseorang terdorong untuk membangun dan

mengembangkan usahanya sendiri. Ketika ia bisa berhasil dalam

usahanya, maka ia akan bisa membantu orang lain di sekitarnya.

Keinginan seperti ini juga yang menjadi landasan etis mengapa

90 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 101: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

seseorang tetap terdorong untuk mengembangkan bisnisnya,

meskipun kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi.

Motivasi dalam diri seseorang pada umumnya akan bersifat turun-naik.

Beberapa orang mungkin akan memiliki dorongan yang besar pada awal ia

membangun usahanya, namun dorongan tersebut akan menurun ketika ia

justru mendapati persoalan atau kegagalan dalam usahanya. Hal-hal seperti

ini bahkan menjadi sebab utama mengapa banyak orang tidak lagi mau

melanjutkan usaha atau membangun ulang bisnisnya ketika ia menghadapi

kegagalan. Kegagalan melahirkan trauma yang itu bisa berdampak besar pada

keinginan dan semangat seseorang untuk berusaha. Dalam hal ini, diperlukan

dorongan atau faktor pemicu lain yang bisa membuat seseorang mau

melanjutkan usaha atau membangun ulang usahanya. Seorang entrepreneur

sejati pada akhirnya adalah ia yang bisa bangkit dari kegagalan dan

menemukan dorongannya lagi untuk terus melangkah dan mencapai

tujuannya.

As an entrepreneur, I’ve come across countless articles and quotes proudly telling me that I should accept failure, smile, and keep my head up. In other words, I’ve been told to stay positive. The thing is, when you’re forced to shut down a business and let really awesome people you care about go, staying positive is the last thing on your mind. — John Ram pton

Dedi Mulyadi

Page 102: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

C. Kreativitas dan Inovasi dalam Usaha

C r e a t iv ity is a g r e a t m o tiv a t o r because it m a k e s p e o p le in t e r e s te d in w h at

th e y a re d o in g . C r e a t iv ity g iv e s h o p e th a t th e re ca n b e a w o rth w h ile idea.

C r e a t iv ity g iv e s th e p o s s ib ility o f so m e s o rt o f a c h ie v e m e n t to e v e ry o n e .

C r e a t iv ity m a k e s life m o re fu n a n d m o re in te re stin g . -Edward de Bono

Seperti dijelaskan sebelumnya, hal yang penting dalam memulai usaha

atau berwirausaha, adalah menemukan peluang dan menciptakan gagasan

untuk usaha. Tanpa hal itu, keinginan untuk berwirausaha hanya tinggal

keinginan. Gagasan dan peluang akan menjadi lahan di mana seseorang bisa

menghadirkan tindakan di atasnya. Karena itu pula, kreativitas menjadi

karakteristik penting dari wirausaha. Mereka yang mampu berpikir kreatif,

mencari peluang di tengah kondisi yang sulit dan penuh persoalan, merekalah

yang nantinya akan menjadi entrepreneur yang sukses.

Namun demikian, kreativitas seringkali menjadi baranglangka, terutama

bagi mereka yang tidakterbiasa berpikir dengan cara yang sedikit berbeda

dari orang kebanyakan. Kreativitas berkaitan erat dengan cara berpikir yang

tidak selalu linear, di mana orang dituntut untuk membuat hubungan antara

berbagai hal secara berkelanjutan. Melalui hal ini, diharapkan bisa ditemukan

kombinasi yang baru, yang kemudian dikonkritkan dalam gagasan yang

sebelumnya tidak terpikirkan. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-

kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosiasi ide-ide atau

hubungan antar ide akan membentuk ide-ide baru. Karena itu pula, berpikir

kreatif juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang

individu ingin memunculkan suatu ide atau gagasan yang baru. Ide baru

tersebut bisa merupkan gabungan dari ide-ide sebelumnya, ataupun hasil dari

proses abtraksi yang belum pernah diwujudkan.

Berdasarkan hal ini, secara sederhana bisa dipahami bahwa berpikir

kreatif ditandai dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari

proses berpikir tersebut. Berpikir kreatif merupakan suatu aktifitas mental

9 2 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 103: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yang mem perhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif

memungkinkan orang untuk mempelajari suatu masalah secara sistematik,

mempertemukan banyak sekali tantangan dalam suatu cara yang

terorganisasi, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yng inovatif dan

merancang atau mendesain solusi solusi yang asli. Berpikir kreatif merupakan

kebalikan dari berpikir destruktif yang cenderungterpaku pada pola sebab-

akibat. Berpikir kreatif justu mencari hubungan antara berbagai hal yang

sekilas tidak berkaitan, sebagai upaya pencarian kesempatan untuk

mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Berpikir kreatif merupakan suatu

kebiasaan dri pemikiran yang tajam dengan intuisi menggerakkan imaginasi,

mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung ide-

ide yang menakjubkan dan inspirasi yang tidak diharapkan.

Apakah berpikir kreatif tergantung pada bakat bawaanataukah sesuatu

yang bisa dipelajari? Beberapa orang di dunia barangkali sudah terlahir dengan

bakat dan kemampuan berpikir yang berbeda dari orang kebanyakan. Para

jenius ini umumnya sudah dianugerahi kemampuan dalam diri mereka untuk

menemukan hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Einstein, Newton,

Michelangelo, Mozart, hingga Steve Jobs misalnya adalah orang-orang yang

dianggap sebagai mereka yang terlahir dengan bakat kreativitas bawaan dan

kejeniusan yang lebih dari orang lain. Namun demikian, fakta seperti ini tidak

lantas bisa dijadikan dasar bahwa orang yang tidak memiliki “bakat” tersebut

tidakakan bisa berpikir kreatif. De Bono (1971) misalnya menekankan bahwa

meskipun kreativitas adalah suatu bentuk keterampilan yang penuh misteri,

ia tetaplah keterampilan yang bisa dipelajari dengan teknik tertentu sejauh

orang bisa menghindari cara berpikir yang semata rasional dan logis. De Bono

dalam hal ini misalnya mengajukan cara berpikirlateral (lateral thinking)yang

melibatkan intuisi dan pengalaman dalam prosesnya.

Pada umumnya, orang percaya bahwa pikiran jika dihadapkan dengan

setumpuk data, lalu menganalisasinya, maka ia akan menemukan gagasan

atau jawaban. Keyakinan semacam ini menurut de Bono adalah kesalahan

Dedi Mulyadi 93

Page 104: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

utama dalam berpikir, karena pikiran sejatinya hanya bisa melihat apa yang

dikondisikan untukdilihat. Kita biasanya juga berpikir dan menerapkan hukum

logika analitik sebagai prinsip-prinsip yang mudah diterapkan, dan dapat

menjadi alat efektif untuk membantu kita memecahkan berbagai jenis

masalah kehidupan nyata. Dalam bukunya, The use of Lateral Thinking (1967),

de Bono memilah dua cara berpikir, yakni: berpikir horisontal dan berpikir

lateral.

Cara berpikir horisontal adalah cara pikir yang mengikuti logika biasa:

jika begini maka pasti begitu; setelah ini pasti itu; dan seterusnya (logika

analitik). Cara berpikir seperti ini lazim kita gunakan, sebagai cara berpikir

yang menghubungkan berbagai hal dalam urutan sebab-akibat. Tentu saja

tidak ada yang salah dengan cara berpikir seperti itu. Hanya saja, cara berpikir

seperti itu sangat bergantung pada data yang kita temui. Semakin sedikit

data yang kita miliki, maka semakin sulit kita untuk mengambil kesimpulan

atau jawaban atas persoalan yang kita hadapi. Bahkan, meski data yang kita

miliki itu banyak, kita juga seringkali kebingungan untuk menghubungkan.

Berpikir horisontal ini jelas tidak cocok untuk bagi kita yang ingin menjadi

lebih kreatif.

Oleh karena itu, de Bono kemudian mengajukan cara berpikir lateral.

Cara berpikir lateral ini berupaya memandang situasi-situasi lama dari

presfektif-prespektif baru (sesuai dengan logika sintetik). Tidakseperti halnya

cara berpikir horisontal yang melihat segala sesuatu dalam hubungan sebab-

akibat yang bersifat sempit dan terbatas, maka cara berpikir lateral adalah

cara berpikir dengan merubah sudut pandang. De Bono dalam hal ini

menyatakan bahwa bilamana kita putus asa lantaran masalah yang tidak dapat

kita pecahkan, maka saatnya menerapkan cara berpikir lateral. Dengan itu

kita diarahkan untuk pertama-tama meyakini bahwa setiap persoalan ada

jawaban. Bukan pikiran kita yang tidak bisa menemukan solusi, melainkan

bahwa sudut pandang kita yang terlalu sempit. Dari situ pula, maka jika anda

kebingungan, ada baiknya merehatkan pikiran sejenak. Setelah anda merasa

9 4 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 105: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

lebih tenang cobalah untuk mengubah cara pandang anda tentang persoalan

yang dihadapi. Umumnya, kondisi bingung membuat cara pandang kita juga

semakin terbatas. Pada titik ini, maka menenangkan pikiran layakdilakukan

untuk memperluas Iagi cara pandang kita. Semakin luas cara pandang kita,

maka acapkali kita dapati bahwa solusinya ada di depan mata kepala kita

sendiri sejak semula. Kita bisa belajar cara berpikir ini dari kisah sederhana

berikut:

Seorang miskin datang meminta fatwa pada Nasrudin Hoja bahwa

rumahnya begitu sempit karena memiliki lima oranganak. Nasrudin

meminjami lelaki itu sepuluh ekor bebek untuk dipelihara. "Di mana

aku memeliharanya?”, tanya lelaki itu. "Ya di dalam rumahmu, itulah

satu-satunya cara penyelesaian masalahmul”. Lelaki itu menurut dan

mulai memelihara sepuluh ekor bebek bersamaan dengan dirinya dan

lima orang anak. Satu minggu kemudian menghadap Iagi dengan

keluhan lebih parah, “sangat-sangat sempit, tolonglah beri saran

penyelesaian!". Nasrudin menyarankan orang itu untuk memelihara

duapasangkambingdansepasangsapi, “Itulah cara penyelesaiannya,

dan jika ada masalah kembalilah Iagi ke sini dua minggu Iagi”.

Dua minggu kemudian lelaki itu datang dengan kondisi yang

menghawatirkan dan stress berat. Nasrudin berseru, "Kembalikan

sepuluh bebekku! Dan kembali Iagi ke sini seminggu Iagi!" Seminggu

kemudian lelaki itu penuh keceriaan, "Kini rumahku lebih lapang

Nasrudin kemudian berkata Iagi, " Kembalikan dua pasang

kambingku! Dan kembalilah satu minggu Iagi!" Seminggu kemudian

lelaki itu lebih ceria Iagi dan Nasrudin meminta sepasang sapinya. Dan

pada minggu kemudian lelaki itu berkata, “Rumahku luas dan bersih

seperti istana”.

Dedi Mulyadi 95

Page 106: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Dari kisah tersebut, cara berpikir lateral bukan berarti berpikir tanpa

melihat data persoalan. Tidak berurusan dengan sebab-akibat. Umumnya,

pikiran horisontal mengatakan bahwa jika penghuni rumah banyak, maka

rumah terasa sempit. Nah, cara berpikir lateral membimbing kita untuk

melihat dari sudut pandang lain. Bukan rumah yang diperlebar atau anak-

anak itu dibuang, namun lewat cara pandang baru terhadap apa itu sempit

dan luas. Arti sempit dengan cara ini bisa menemukan makna baru, yakni

luas; jadi dalam sempit ada luas dan dalam luas terkandung sempit. Cara

pandang baru terhadap masalah seperti kisah Nasrudin Hoja di atas akan

membuat kita bisa menemukan cara penyelesaiannya.

Topi Berpikir Kreatif De Bono

De Bono memberikan pelajaran dasar bagaimana caranya agar kita bisa

berpikir secara kreatif, atau paling tidak bisa berpikir dari berbagai perspektif.

Menurut De Bono, berpikir sebenarnya memiliki beberapa cara. Agar lebih

mudah memahaminya, De Bono menganalogikan beberpa cara berpikir ini

dengan sejumlah topi. Jika kita menggunakan sebuah topi, maka itu berarti

kita telah menggunakan cara berpikir tertentu. Meski begitu, perlu dipahami

bahwa dalam proses berpikir, kita bisa saja menggunakan beberapa topi atau

cara berpikir secara bergantian. Jadi, kita tidak mutlak harus menggunakan

satu topi berpikir saja. Berikut adalah beberapa contoh topi berpikir yang

diajarkan oleh De Bono:

1. Topi Putih; mencari fakta atau informasi sebanyak-banyaknya.

Semakin banyak fakta/informasi/teori yang kita dapatkan, maka

semakin besar kemungkinan fakta/informasi/teori tersebut

memunculkan kesimpulannya sendiri.

2. Topi Merah; menggunakan perasaan, emosi, dan pengalaman kita

untuk mengolah fakta atau informasi yang telah tersaji.

3. Topi Hitam; bertanya secara kritis, mencari sisi negatif dari fakta

atau informasi yang sudah didapatkan. Langkah ini merupakan

96 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 107: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tanggapan atas topi Merah.

4. Topi Kuning; mencari alasan dan dukungan logis dari fakta atau

informasi yang kita terima. Mengajukan argumen sebagai bentuk

penilaian kritis atas fakta atau informasi tersebut.

5. Topi Hijau; mencari alternatif Iain, sekaligus berusaha membuat

kesimpulan jawaban yang berbeda atas jawaban yang ditunjukkan

oleh fakta atau informasi.

6. Topi Biru; membuat rangkaian jawaban dari hasil berbagai topi

berpikiryang sudah digunakan, dan menjadikannya sebagai suatu

bangunan kesimpulan yang utuh.

Topi-topi berpikir di atas, pada dasarnya adalah cara berpikir yang

membantu kita dalam mencari dan mengolah informasi secara tepat. Dengan

kata lain, berpikir sudah dimulai dari proses pencarian fakta dan informasi

yang ada. Hal ini misalnya tampak pada topi Putih, di mana kita harus

mempersiapkan diri kita untuk berusaha mendapatkan dan menerima fakta

atau informasi sebanyak-banyaknya. Namun, pada topi Putih itu, kita tidak

boleh memberikan penilaian terlebih dahulu, melainkan cukup menerima saja.

Bersikap netral dan membiarkan fakta atau informasi yang berbicara adalah

inti dari topi Putih.

Membiarkan fakta atau informasi berbicara sendiri berarti kita hanya

sekadar membaca atau menerima apa adanya fakta tersebut. Dalam

praktiknya, fakta atau informasi dapatdibedakan menjadi duatingkat fakta,

yakni: pertama, fakta yang sudah dicek dan dibuktikan (kita lihat, dengar,

rasakan, dan alami sendiri); kedua, fakta yangdipercaya benar, namun belum

dibuktikan atau dicek langsung. Fakta yang pertama atau fakta yang

dibuktikan jelas lebih tinggi nilai objektivitasnya dibandingkan dengan fakta

yang kedua atau fakta yang dipercaya. Nah, proses berpikir, atau pengolahan

informasi atau fakta sendiri seharusnya didasarkan pada fakta yang sudah

dicek atau dibuktikan adanya. Meski demikian, bukan berarti fakta yang

Dedi Mulyadi 97

Page 108: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dipercaya tidak dapat diproses dalam pikiran, melainkan untuk menjaga

objektivitas dan nilai kebenarannya, akan lebih baikjika berpikir itu melibatkan

fakta yang sudah valid secara empirik (terbukti).

Selain itu, berpikir dengan melibatkan fakta yang sudah valid secara

empirik, maka ia akan menjaga kita untuktidakmelakukangeneralisasi(pukul

rata) buta. Dalam berpikir logis, generalisasi memang diperlukan. Akan tetapi,

jika fakta yang kita terima itu bisa kita cek dan buktikan, maka kita bisa

menentukan tingkat dan nilai fakta yang ada. Dari sini barulah kita juga dapat

membuat peta hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain.

Membiarkan fakta berbicara sendiri, tanpa memberikan penilaian

(generalisasi) terlalu dini, akan sangat bermanfaat untuk mengeluarkan hal-

hal yang mungkin saja tersembunyi dari keadaan yang sebenarnya.

Cara berpikir selanjutnya, atau topi Merah, adalah cara menerima dan

mengolah informasi atau fakta dengan menggunakan f irasat, intuisi, emosi,

perasaan, kesan, opini, serta pelajaran yang sudah kita dapatkan dari

pengalaman tentang fakta tersebut. Semakin banyak dan terbiasa kita

mengolah informasi, maka semakin banyak pula pengalaman yang bisa

menjadi saringan awal untuk informasi atau fakta baru yang kita dapatkan.

Selain itu, semakin banyak kita menerima informasi dan mengolahnya, kesan

dan opini tentang suatu hal juga akan semakin terbangun. Meski kita tidak

boleh menghakimi atau menilai sesuatu berdasarkan opini, kesan, dan emosi,

namun ia bisa berguna sebagai bahan perbandingan sebelum dilakukan

verif ikasi lanjut atas fakta dan informasi tersebut.

Pada topi Hitam, kita belajar untuk mengajukan pertanyaan kritis

terhadap fakta dan informasi yang kita terima. Selain itu, kita juga harus bisa

mengajukan sisi negatif atau kebalikan dari apa yang kita dapatkan pada topi

sebelumnya. Bertanya secara kritis atau negatif misalnya, dapat dilakukan

dengan mencari lawan atas fakta dan informasi yang mau diolah. Mencari

sisi negatif ini sangat berguna sebagai filter dan khazanah yang memperkaya

informasi dan fakta yang kita terima.

98 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 109: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Seperti halnya topi Hitam, cara berpikir yang lain, adalah topi Kuning.

Keduanya hampir sama. Perbedaannya adalah, jika topi Hitam mencari sisi

negatif dari sebuah fakta, maka topi Kuning mencari sisi positif dari fakta

atau informasi tersebut. Dengan kata lain, topi Kuning ini menuntut kita untuk

belajar mencari alasan logis yang mendukung atas nilai objektif dari fakta

tersebut.

Topi Hijau, adalah upaya berpikir yang berusaha merumuskan sebuah

kesimpulan dari berbagai fakta dan informasi yang sudah diolah. Pada topi

ini, kita juga belajar untuk mencari alternatif lain sebagai ajuan untuk

kesimpulan yang mungkin saja berbeda dari apa yang sudah kita dapatkan.

Topi yang terakhir, atau topi Biru sendiri dapat dikatakan sebagai me­

diator, yang bertugas untuk merangkai seluruh hasil yang didapatkan dari

cara berpikir sebelumnya. Cara berpikir topi Biru juga yang menggabungkan

keseluruhan simpulan dan membentuknya menjadi bangunan utuh, baik itu

gagasan, teori, konsep, ataupun jawaban atas kasus-kasus spesifik yang

dihadapi.

Meskipun terlihat sederhana dan sistem atis, namun dalam

kenyataannya, tentu kita tidak setiap saat menerima informasi yang mu mi.

Seringkali kita sudah mendapatkan fakta atau informasi yang sudah berupa

opini, kesan, atau kesimpulan. Untuk itu, maka beberapa macam topi berpikir

tadi bisa kita gunakan untuk mengurai lagi informasi yang kita terima atau

dapatkan. Topi berpikir ini bisa digunakan untuk mereka yang mau mencari

gagasan atau peluang usaha dengan cara mengumpulkan informasi dan fakta

lingkungan usaha yang ada.

Penggunaan topi berpikir ini tentu hanyalah satu dari sekian banyak cara

yang bisa digunakan untuk merangsang kreativitas dan melatih berpikir

kreatif. Ada banyak cara Iain yang juga bisa diterapkan agar kita bisa terbiasa

berpikir kreatif atau berpikir tingkat tinggi ini. Memperluas imajinasi,

menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan, membaca model dan

metode pemecahan masalah (problem solving) yang pernah dilakukan orang

Dedi Mulyadi

Page 110: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

lain, adalah cara-cara lain yang bisa digunakan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif. Kathleen Allen (2007) terkait hal ini misalnya

menekankan pentingnya bagi pelaku usaha untuk menghilangkan hambatan-

hambatan kreativitas, dengan cara:

1. Menemukan lingkungan yang paling mendukung untuk kreativitas;

peluang seseorang untuk menjadi kreatif akan lebih besar untuk

tumbuh jika ia berada dalam lingkungan yang mendukung untuk

hal itu. Lingkungan usaha atau kerja dengan struktur yang rigid dan

komando perintah yang militeristik misalnya, akan sulit untuk

membuat orang bisa berpikir out of the box. Suasana kantor yang

menyenangkan, dengan dekorasi dan penempatan yang menarik,

akan lebih mudah membuat orang terpancing untuk berpikir kreatif

dibandingkan sebaliknya. Menemukan atau membangun

lingkungan usaha yang menarik pada akhirnya bisa membantu

seseorang untuk bisa berpikir secara kreatif.

2. Menuliskan perjalanan dalam jurnal; ide-ide atau gagasan kreatif

seringkali hadir tanpa diduga. Beberapa gagasan krekatif bahkan

muncul dalam pikiran ketika kita tidak siap untuk mengingatnya.

Akibatnya, ketika gagasan itu dibutuhkan, kita tidak tahun

bagaimana menemukannya. Menuliskan apa yang ditemui, apa

yang dipikirkan, dalam sebuah jurnal atau buku catatan, akan sangat

membantu kita untuk mendapatkan gagasan kreatif ketika ia

dibutuhkan.

3. Mempraktekkan cara-cara penyelesaian masalah; ada banyak

gagasan yang lahir didasarkan pada gagasan atau sesuatu yang

sudah ada sebelumnya. Sesuatu itu juga bisa berupa masalah atau

persoalan yang harus diselesaikan. Berbagai persoalan yang ada di

pasar bisnis dalam hal ini bisa menjadi peluang untuk

mengembangkan gagasan kreatif. Karena itu pula, masalah harus

dianggap sebagai tantangan untuk mempraktekkan berbagai cara

100 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Prakt/k

Page 111: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

penyelesaian, yang itu nantinya bisa menjadi bentuk kreativitas baru

dalam bisnis secara umum. Para pelaku usaha tidak bisa berfokus

pada bagaimana menghindari masalah dalam usahanya, tapi juga

hams bisa berlatih untuk mencari solusi guna menyelesaikan

m asalah tertentu yang mungkin saja dihadapinya di masa

mendatang.

4. Membangun jaringan untuk memperluas peluang; orang-orang

yang berada di lingkungan kerja, atau rekan-rekan sejawat yang

datang dari latar belakang sosial, budaya, dan pendidikan yang

berbeda, pada dasarnya merupakan sumber penting untuk

perluasan wawasan agar kita bisa mendapatkan perspektif baru

dalam berpikir. Bertukar informasi dan pikiran dengan orang-orang

yang berbeda latar belakang dalam jaringan bisnis yang dibangun

ini, sangat bermanfaat agar kita bisa menambah kekayaan wawasan

dan membangun gagasan yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Menghilangkan hambatan kreativitas dengan cara-cara di atas bisa

dipraktekkan oleh siapapun. Satu hal penting dari itu semua adalah bahwa

kreativitas, sebagaimana halnya gagasan, tidak memiliki batasan. Para pelaku

usaha tidak boleh berpuas diri dengan apa yang dicapainya saat ini. Dalam

banyak kasus pelaku wirausaha, jika bisnis yang dijalankan itu sudah mapan,

maka kreativitas ini umumnya hanya dilakukan dalam konteks pengembangan

produk dan perluasan bisnis, namun dengan template yang tidak banyak

berubah. Mereka yang sudah mencapai kemapanan biasanya cenderung tidak

terlalu banyak dan berani melakukan berbagai terobosan, karena hal itu

dianggap bisa mengganggu status quo bisnis yang dijalankan. Padahal,

kreativitas dalam mengembangkan bisnis, produk, layanan, manajerial, semua

itu mutlak diperiukan agar usaha yang dijalankan tidak terjebak dalam

kejumudan yang justru menjadi kondisi awal kegagalan bisnis menyesuaikan

diri dengan perubahan.

Dedi Mulyadi I -|01

Page 112: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Inovasi dalam Wirausaha

Selain kreativitas, ada istilah lain yang juga sering disebutkan dalam

konteks bisnis, yakni inovasi. Kedua istilah ini, kreativitas dan inovasi, bahkan

oleh banyak penulis bidang bisnis dan manajemen kontemporer seringkali

disandingkan secara bergantian, karena hubungan yang erat antara

keduanya. Meski dem ikian, inovasi sendiri sebenarnya sulit untuk

didefinisikan secara jelas, karena ia merupakan proses yang bisa diterapkan

dalam seluruh aktivitas wirausaha. la bisa didasarkan pada produkatau proses

seperti penggunaan teknologi canggih atau impelementasi dan observasi atas

proses perubahan yang ada. Darinya, akan lebih baik untuk memahami inovasi

sebagai suatu prinsip berkelanjutan atau langkah-langkah di mana pada titik

akhirnya suatu produk atau jasa diciptakan. Amabile, Conti, dan Coon (1996)

menjelaskan:

All innovation begins with creative ideas...We define innovation as the

successful implementation of creative ideas within an organization. In this

view, creativity by individuals and teams is a starting point for innovat ion;

the first is necessary but not sufficient condition for the second.

Secara etimologis, istilah inovasi ini berasal dari bahasa Inggris innova­

tion, yang berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya innovo, inno­

vate yang artinya memperbaharui dan mengubah. Dengan demikian inovasi

bisa dimaknai sebagai suatu perubahan yang baru menuju kearah perbaikan,

yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan

sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan). Jika seseorang menciptakan

sesuatu yang sifatnya tidak sengaja, maka itu sekadar penemuan, bukan

inovasi. Inovasi membutuhkan perencanaan, nalar kreatif, dan usaha yang

sungguh-sungguh.

Mereka yang ingin menjadi inovatif harus memiliki wawasan kreatif dan

kemampuan atau perangkat untuk mengeksploitasi wawasan tersebut

menjadi nilai-nilai atau keuntungan tertentu. Inovasi adalah kerja nalar yang

102 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 113: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

lebih bersifat rasional dibandingkan kreativitas yang lebih mengandalkan

imajinasi. Seberapa penting inovasi ini untuk bisnis? Peter Drucker (1985)

menulis:

In n o v a tio n is th e s p e c if ic to o l o f e n tr e p re n e u r s , th e m e a n s b y w h ich th e y

e x p lo it c h a n g e a s an o p p o r tu n ity fo r a d iffe re n t b u s in e s s o r a d iffe re n t

se rv ic e . It is c a p a b le o f b e in g p r e s e n t e d a s a d isc ip lin e , c a p a b le o f b e in g

le a rn e d , c a p a b le o f b e in g p ra c tic e d ... A n d th e y n e e d to k n o w a n d to a p p ly

th e p r in c ip le s o f s u c c e ssfu l in n o v a tio n .

Drucker barangkali tidak menyebutkan secara spesif ik dalam tulisannya

tentang kreativitas, dan lebih berfokus pada persoalan inovasi. Meski

demikian, dalam prakteknya, kedua hal ini (kreativitas dan inovasi) sebenarnya

tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Mengutip Kirby (2003), jika kreativitas

adalah kemampuan untuk memikirkan hal-hal baru, maka inovasi adalah

kemampuan untuk melakukan hal-hal baru tersebut (c r e a tiv ity is th e a b ility

to th in k n e w th in g s w h ilst in n o v a tio n is th e a b ility to d o n e w th in g s). Dalam

konteks praktek bisnis saat ini, inovasi bahkan menjadi sebuah kebutuhan

dan keharusan, karena ia merupakan proses logis dan sistematis mewujudkan

ide dalam tindakan nyata agar bisnis yang dijalankan bisa mendatangkan hasil

dan keuntungan yang nyata pula. Secara sederhana, seperti ditulis Lee-Ross

dan Lashley (2009) proses dan signifikansi inovasi bisa digambarkan dalam

bagan berikut:

Bagan 3.2: P ro se s In o v a si d a la m B isn is

DediMulyadi 103

Page 114: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Setiap peristiwa dan perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis, pada

dasarnya akan menyediakan peluang untuk pengembangan inovasi bisnis

tertentu. Namun demikian, ia membutuhkan kemampuan berpikir kreatif

terlebih dahulu, lalu diikuti dengan kemampuan untuk mewujudkan gagasan-

gagasan kreatif tersebut dalam tindakan nyata, baik berupa produk ataupun

jenis jasa yang akan ditawarkan pada masyarakat. Implementasi gagasan

dalam bentuk produk inilah yang nantinya bisa menghasilkan keuntungan

f inansial bagi pelaku usaha atau bisnis. Seorang entrepreneur pada akhirnya

adalah mereka yang bisa menggabungkan kreativitas dan inovasi tersebut

menjadi keuntungan dan nilai-nilai tertentu bagi dirinya dan lingkungannya.

Apakah proses seperti ini yang dilakukan oleh para pelaku usaha yang sukses

di luar sana? Kisah dari tokoh yang dianggap paling inovatif berikut akan

menjawab hal tersebut.

Suatu h ari, d i ta h u n 1983, S te v e J o b s sa a t itu m e m im p in ra p a t d iv is i M ac.

M a c in ia d a la h d iv is i y a n g b e rta n g g u n g ja w a b m e ra n c a n g se b u a h ko m p u te r

d i p e ru sa h a a n A p p le Inc. H al y a n g p e rta m a d ila k u k a n S t e v e J o b s u n tu k

p e k e rja a n n y a in ia d a la h m e m a s a n g b e n d e r a b a ja k la u t . M u n g k in b e n d e ra

in i d im a k s u d k a n s e b a g a i s im b o l mendobr a k k e b ia s a a n , m e la n g g a r

p e ra tu ra n , y a n g te n tu saja h a ru s d ib a ca se ca ra po sitif. B ah kan , d ala m d un ia

in o v a si d an k re a tiv ita s, a rti d a ri s im b o l b a ja k lau t in i d a p a t d ise b u t se b a g a i

b a sis p e m ik ira n a w a l u n tu k m e n c ip ta k a n g a g a sa n -g a g a sa n b a ru .

D a la m ra p a t tersebut, Steve J o b s m e m b a w a se b u a h k a n to n g p la stik . la

k e m u d ia n m e m b u k a n y a , d a n m e n g e lu a r k a n s e b u a h b e n d a y a n g

t e rb u n g k u s kain b e lu d ru b e rw a rn a co k la t. S e m u a o r a n g b e rta n y a -ta n y a ,

a p a g e ra n g a n m a k su d S te v e Jo b s d e n g a n membawa benda t e rse b u t. P ara

p e s e r ta ra p a t b a h k a n leb ih ka g et lagi, k e tik a S t e v e J o b s m e m b u k a kain

b e lu d ru y a n g m e n u tu p i b e n d a te rse b u t. T e rn ya ta s e te n g a h d a r i b e n d a itu

104 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 115: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

merup akan model dari sebuah keyboard. Setengahnya lagi adalah sebuah

tiruan monitor komputer, seperti layar televisi kecil, tapi rata. Steve Jobs

kemudian berucap singkat: “kita akan membuat benda seperti ini.”

Kita tidak tahu, apakah dalam ‘rapat bajak laut' itu, semua pesertanya

bisa menangkap apa maksud Steve Jobs. Pada masa itu, komputer adalah

benda canggih yang bentuknya benar-benar tidak menarik seperti sekarang.

Apalagi notebookatau laptop. Namun, 8tahun berlalu setelah rapat itu, tiba-

tiba Apple mengeluarkan sebuah produk yang disebut dengan Powerbook.

Inilah laptop terbaik yang hadir hasil dari ‘rapat bajak laut' 8 tahun yang lalu

itu. Komputer ini kemudian menjadi benda paling laris di Amerika Serikat yang

menembus angka 1 juta sepanjang tahun 1991 sd 1992. Berkat Powerbook ini

pula perusahaan Apple Inc. menjadi raja dalam industri PC modern.

Kisah tentang Powerbook ini hanyalah satu dari sekian banyak bentuk

inovasi yang dilakukan Steve Jobs di Apple Inc. Steve Jobs sendiri sebenarnya

bukanlah orang yang jenius dalam hal teknis. Ada banyak orang Iain yang

lebih berbakat dalam hal teknis daripada Steve Jobs. Namun, ia memiliki

kemampuan untuk melihat jauh ke masa depan. la memiliki keberanian untuk

mencoba hal-hal baru yang semula mungkin hanya ada dalam imajinasi.

Keberanian untuk mendobrak batasan dengan mengemukakan ide-ide baru,

dan kemudian terus berusaha mewujudkan ide tersebutlah yang membuat

Steve Jobs istimewa. Hal seperti ini pula yang semestinya dilakukan oleh

pelaku wirausaha di luar sana. Menggabungkan kreativitas dan inovasi untuk

menjadi entrepreneur sejati agar bisa membawa manfaat yang banyak untuk

kehidupan.

Lee-Ross dan Lashley (2009) menjelaskan bahwa kreativitas sebagai

suatu tindakan perumusan ide-ide dan penemuan hal-hal baru untuk memulai

dan atau mengembangkan bisnis, harus diikuti dengan proses inovasi, di mana

di dalamnya orang kemudian dituntut memperbaiki dan mengevaluasi ide-

Dedi Mulyadi 105

Page 116: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

ide tersebut, lalu menciptakan prototipe awal ( in it ia l p r o t o t y p e ) atau

merumuskan rancangan bisnis (business p la n ). Seorang entrepreneur pada

titik ini akan melanjutkan proses ini menjadi tindakan penciptaan nilai (cre­

ation o f v a lu e ) serta pengembangan hal yang sudah dibuat menjadi bentuk

konkrit berupa produk atau jasa. Semua ini dilakukan dengan

m enggabungkan antara dorongan (push) lingkungan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang ada serta tarikan (pull) yang dihasilkan dari

kebutuhan-kebutuhan pasar dan masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain,

ide dan implementasi ide dalam tindakan serta hasilnya menjadi sebuah

produk, harus didasarkan pada aktuaiitas kebutuhan pasar dan masyarakat

agar ia bisa bernilai dan membawa manfaat nyata. Dalam bagan:

Bagan 3.3: A P ro c e ss M o d e l o f C rea tiv ity , In n o v a tio n , a n d E n tre p re n e u rsh ip

(Sumber: Lee-Ross & Lashley, 2009)

Bagaimana menyiapkan kreativitas dan inovasi ini menjadi sebuah

produk atau jasa? Langkah inilah yang seringkali menjadi persoalan banyak

106 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Prakt/k

Page 117: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

orang yang ingin memulai usaha. Mereka seringkali memiliki gagasan dan

rancangan usaha, tapi tidaktahu harus memulai dari mana. Untuk itu, kita

akan menjelaskan langkah-langkah memulai atau mendirikan usaha atau bisnis

ini pada bagian selanjutnya.

BELAJAR DARI PETUAH STEVE JOBS

1. In n o v a tio n d ist in g u ish e s b e tw e e n a le a d e r a n d a fo llo w e r.

Inovasilah yang membedakan antara seorang pemimpin

dengan pengikut. Meski kemudian banyak orang yang bisa

menghasilkan gagasan yang lebih baik dari gagasan kita,

namun nilai yang terbesar adalah milik kita yang memulainya.

Inovasi tidak memiliki batasan. Masalahnya ada pada

ketakutan dan keraguan yang kita miliki bahkan untuk semata

memiliki bayangan tentang apa yang kita ingin hasilkan. Karena

itu, jika anda ingin dianggap sebagai orang yang terdepan

(pemimpin) mulailah berpikir untuk berinovasi.

2. There's a p h ra s e in Buddhism, 'Beginner's m in d .' It's w o n d e rfu l

t o h a v e a b e g in n e r's m in d .

Jika anda merasa tidak memiliki gagasan, atau tidak bisa keluar

dari kotak hitam (terjebak dalam rutinitas), maka sudah

saatnya anda mencoba untuk menghilangkan berbagai macam

kesan, opini, atau teori yang sudah anda ketahui. Lalu cobalah

untuk berpikir sebagaimana anak kecil. Inilah yang disebut

dengan “pikiran pemula” (b e g in n e r's m in d ). Pikiran pemula ini

adalah sebuah tindakan pikiran yang melihat sesuatu

sebagaimana adanya. Sebuah tindakan melihat sesuatu yang

terlepas dari pra-konsepsi, kesan, harapan, penilaian, ataupun

opini. Seperti halnya seorang anak kecil yang melihat sesuatu

0edl Mulyadl I 107

Page 118: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yang baru dalam hidupnya. la tidak langsung berpikir sesuatu

itu buruk atau baik, atau melakukan penilaian, melainkan

bertanya-tanya penuh dengan ketakjuban. Bersikap seperti

anak kecil ini sangat membantu dalam menumbuhkan

pertanyaan-pertanyaan dasar, yang nantinya secara tidak

langsung akan membimbing kita menuju pengembangan

gagasan.

3. T h e o n ly w a y to d o g re a t w o rk is to lo v e w h a t y o u do. If y o u

h a v e n 't fo u n d it y e t , k e e p lo o k in g . D o n 't s e tt le . A s w ith a ll m a t­

te rs o f the heart, you'll know when you find it.

Satu-satunya cara untuk melakukan hal besar adalah mencintai

apa yang kita lakukan. Kecintaan pada bidang yang kita geluti,

usaha yang kita kerjakan, pekerjaan yang kita lakukan, gagasan

yang kita pikirkan, adalah syarat utama untuk mencapai

keberhasilan. Tanpa rasa cinta pada sesuatu yang kita kerjakan,

maka tidak akan pernah ada keberhasilan.

4. We th in k b a sic a lly y o u w a tc h te le v is io n to t u r n y o u r b ra in off,

a n d y o u w o rk o n y o u r c o m p u te r w h e n y o u w a n t to tu rn y o u r

b ra in o n ."

Mereka yang terbiasa menonton televisi adalah mereka yang

mematikan otak mereka. Sedang mereka yang ingin

menghidupkan otak adalah mereka yang bekerja di depan

komputer. Ucapan Steve Jobs di sini, sebenarnya hanyalah

kiasan. Bahwa televisi merupakan simbol hiburan, sedang

komputer adalah simbol pengetahuan. Jika kita selama ini lebih

sering mencari kesenangan sesaat, bermain-main dan lari dari

tantangan, maka kita sejatinya telah membuat otak kita

lumpuh alias tidak berfungsi. Otak kita ibarat mesin. la perlu

dipanaskan sebelum bisa berjalan dengan lancar. Pikiran perlu

dilatih menghadapi masalah, agar ia tidak bingung ketika kita

108 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 119: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

menemukan persoalan yang lain. Karena itu, jangan lari dari

tantangan ataupun persoalan. Semakin, sering kita

dibenturkan dengan tantangan dan persoalan, maka kita

semakin kuat.

5. I'm th e o n ly p e rs o n I k n o w th a t ’s lo st a q u a rte r o f a b illio n d o l­

la rs in o n e y e a r . . . . It ’s v e ry c h a r a c t e r -b u ild in g ."

Jika kita membaca sejarah hidup dan perjalanan bisnis yang

dibangun oleh Steve Jobs, maka kita akan menemukan fakta

bahwa tidak semua inovasi yang ia lakukan berhasil dengan

baik. Ada banyakkegagalan yang ia temui. Bahkan, perusahaan

Apple Inc. pernah mengalami kerugian yang sangat besar

karena produk yang gagal itu. Tapi kegagalan inovasi bukanlah

akhir dunia. Kegagalan justru merupakan guru terbaik untuk

meningkatkan karakter dan kepribadian kita. Seperti orang

bilang, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Kegagalan hari ini adalah kesuksesan esok hari. Persoalannya

tinggal bagaimana kita menyikapi kegagalan tersebut. Jika kita

melihat kegagalan sebagai sebuah akhir dari usaha, maka tidak

ada yang kita dapatkan kecuali kegagalan itu sendiri. Tapi jika

kita memandangnya sebagai pelajaran berharga, maka

kegagalan bukanlah sesuatu yang buruk, melainkan pedoman

untuk tidak lagi terjerumus pada lobang yang sama, dan

menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Keberanian untuk

mencoba meski gagal adalah hal yang utama, dan ia lebih baik

daripada tidak pernah mencoba karena takut gagal.

Dedi Mulyadi 109

Page 120: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

D. Memulai dan Mendirikan Usaha

T h e e n t r e p r e n e u r r a r e ly th in k s in t e r m s o f w h a t h e o r sh e w a n ts, b u t

d re a m s a b o u t r e s u lts - a lw a y s r e s u lts a n d n o t h in g b u t re su lts - th a t can

s o lv e s o m e o n e e ls e ’s p r o b le m o r c o n tr ib u te to m a k in g so m e o n e e ls e ’s life

b e tte r. "Michael E. Gerber

Apa perbedaan antara gagasan dan peluang dalam bisnis? Suatu peluang

pada dasarnya adalah sebuah gagasan yang memiliki potensi pasar atau

kemungkinan untuk dibisniskan (c o m m e rc ia l p o t e n t ia l). Jika kita memiliki

gagasan untuk usaha tapi tidak mengerti bagaimana menjadikan gagasan

tersebut sebagai peluang, maka inilah saat yang tepat untuk belajar

bagaimana memulai bisnis atau usaha dari gagasan yang dimiliki. Inilah saat

yang tepat untuk berinovasi dan menjadi entrepreneur. Pertanyaannya, dari

mana kita memulai semua itu?

Gagasan yang dimiliki harus diwujudkan dalam bentuk konkrit. Karena

itu, langkah pertama mewujudkan gagasan menjadi usaha nyata adalah

membangun atau merumuskan konsep bisnis (b u s in e s s c o n c e p t) sebagai

bentuk dari pengembangan gagasan yang ada. Kathleen Allen (2007)

menjelaskan bahwa sebuah konsep bisnis yang efektif pada dasarnya memiliki

4 (empat) komponen berikut:

1. Produk atau jasa yang akan ditawarkan (p ro d u c t) .

Merumuskan produk atau jasa adalah bagian terpenting dari

perjalanan awal bisnis. Apa yang akan kita tawarkan pada

konsumen? Makanan, minuman, barang-barang, teknologi, layanan?

Apapun produk atau jasa yang akan ditawarkan, maka ia harus

memiliki kejelasan. Masyarakat harus mengetahui dengan pasti

produkatau jasa apa yang kita jual dan tawarkan, apa perbedaannya

dengan produk dan jasa yang lain, seberapa mudah mendapatkan

produk atau jasa tersebut, berapa harganya, bagaimana

kualitasnya, dan lain sebagainya.

110 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 121: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Dalam konteks bisnis hari ini, orang tidak saja menjual barang,

tapi juga harus mengiringinya dengan layanan tertentu yang

membuat masyarakat merasa nyaman dan senang membeli produk

tersebut. Itu kenapa kita tidak lagi bisa memilah antara produk

berupa barang atau jasa, karena keduanya sudah menjadi satu paket

dalam bisnis hari ini. Produk yang bagustanpa pelayananyang baik

hanya akan membuat masyarakat enggan membelinya. Kita bisa

m elihat misalnya, pihak Security Bank yang begitu ramah

m enyambut masyarakat yang ingin m enabung di Bank

bersangkutan.

Secara umum, suatu produk yang baik, khususnya produk

berupa barang-barang tertentu, akan memiliki atribut-atribut

sebagai berikut:

a. Objek f isik yang baik;

b. Kesesuaian dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat;

c. Kualitas produksi yang baik;

d. Hak paten dan kekayaan intelektual yang jelas;

e. Harga yang kompetitif;

f. Produk tersebut tidak tergantikan;

g. Produk tersebut bisa diperdagangkan dalam berbagai pasar

yang berbeda;

Sementara dalam konteks jasa atau layanan tertentu yang

ditawarkan, maka ia harus memiliki pertimbangan yang baik terkait

empat fitur berikut, yakni:

a. Intangible; jasa atau layanan adalah hal yang bersifat intangible

atau tidak memiliki wujudf isik tertentu sepertihalnya barang.

Karena itu, setiap bentuk tindakan yang diberikan harus

dilakukan sepenuh hati dan sebaik mungkin sesuai dengan

norma-norma etis yang berlaku dan budaya yang ada.

Dedi Mulyadi 111

Page 122: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

b. Heterogeneous; jasa yang ditawarkan dalam prakteknya akan

menyesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan keinginan

konsumen. Karena itu jasa yangsama bisa dipraktekkan secara

berbeda pada konsumen dengan latar belakangyang berbeda

pula. Meski demikian, harus ada standar tertentu yang itu bisa

menjadi dasar untuk mendapatkan kepuasan konsumen atas

jasa yang diberikan.

c. Inseparable; jasa tidak seperti halnya barang, akan selalu

bersentuhan langsung dengan konsumen. Perusahaan

manufaktur bisa saja terus memproduksi barang tertentu dan

memberikannya pada distributor tanpa harus mengenali dan

bersentuhan langsung dengan konsumen mereka. Namun

jasa, selalu ada dalam kesatuan (inseparabale) yang tidak bisa

dipisahkan antara pemberi jasa dan konsumen yang

menikmatinya.

d. Perishable; jasa tidak seperti halnya barang juga bukan hal yang

bisa disimpan dan dijadikan aset tetap. la akan hilang ketika ia

selesai dilakukan (perish). Ketika perusahaan penerbangan

menawarkan kursi penumpang untuk penerbangan pada hari

tertentu, ketika ia tidak terjual maka ia tidak lagi bisa

ditawarkan, kecuali dalam konteks penawaran jasa

selanjutnya. Hal yang sama juga berlaku bagi konsumen, ketika

mereka misalnya meminta layanan antar jem put dari

perusahaan pemberi layanan antar jemput tertentu, ketika ia

selesai dikerjakan, maka konsumen tidak lagi mendapatkan

layanan yang lain. Jasa atau layanan yang diberikan akan

berakhir seiring berakhirnya kontrak yang ada.

2. Konsumen yang akan menikmati atau menggunakan produk

tersebut (customer).

Merumuskan produk (barang dan jasa) yang akan ditawarkan atau

112 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 123: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dijual harus diiringi pula dengan perumusan tentang siapa yang akan

menikmati produktersebut. Pelaku usaha harus bisa menentukan

sedari awal pihak masyarakat mana yang akan menjadi target

penjualan mereka. Apakah ia akan ditawarkan untuk kalangan

muda, ibu-ibu rumah tangga, anak-anak, ataukah konsumen dengan

segmen tertentu seperti mahasiswa, pelajar, pekerja kantoran, laki-

laki, perempuan, dan lain sebagainya. Pelaku usaha yang menjual

kerudung misalnya tidak bisa menjadikan laki-laki sebagai target

awal mereka. Merumuskan konsumen ini juga bisa menjadi dasar

pemikiran untuk penambahan kualitas produksi yang dijalankan.

Perusahaan yang memproduksi mainan anak-anak misalnya, tidak

bisa menjadikan kebiasaan dan selera orang tua mereka sebagai

pertimbangan utama, meskipun ia tetap harus dimasukkan dalam

pertimbangan yang ada.

3. Manfaat atau proposisi nilai dari produk atau jasa yang ditawarkan

( b e n e fit o r v a lu e p r o p o s it io n ).

Pelaku usaha baik perorangan atau lembaga juga dituntut untuk

bisa memasukkan nilai-nilai dan manfaat dari produk yang

ditawarkan. Nilai-nilai dan manfaat dari produk ini bahkan

merupakan ciri khusus yang itu nantinya akan menjadi sumber

keunggulan bersaing pelaku usaha atau perusahaan bersangkutan.

Mereka yang menjual makanan harus bisa memastikan bahwa tidak

saja makanan tersebut bersih, memiliki rasa yang lezat, memiliki

tampilan yang menarik, tapi juga memberikan manfaat tertentu

seperti menunjang kesehatan, memberikan kepuasan, dan lain

sebagainya. Pada kenyataannya, ada banyak perusahaan barang

tertentu yang hari ini justru lebih menjual nilai dibandingkan produk

berupa barangnya itu sendiri. Mereka yang membeli produk Apple

misalnya tidak saja mendapatkan barang berupa smartphone, PC,

notebook, atau yang lainnya, tapi juga mendapatkan citra bahwa

Dedi Mulyadi 113

Page 124: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dengan memakai produk tersebut mereka juga membawa nilai-nilai

inovasi, kesempurnaan, teknologi tinggi, dan lainnya.

4. Distribusi produk atau cara penyampaian manfaat dan nilai pada

konsumen (distribution).

Hal lain yang harus dipertimbangkan dan dirumuskan dalam

pembuatan konsep bisnis yang efektif adalah channel atau saluran

distribusi bisnis, di mana pelaku usaha akan menyampaikan produk

dan nilai-nilai yang ditawarkan pada konsumen mereka. Dalam hal

ini, pelaku usaha harus bisa menetapkan apakah produk (barang

dan jasa) yang mereka buat akan ditawarkan dan diberikan

langsung pada konsumen mereka, ataukah diberikan pada retailer

atau distrbutor lain yang nantinya akan menyampaikan produk

tersebut pada masyarakat konsumen. Penentuan jalur distribusi ini

akan memberikan gambaran tentang perilaku bisnis apa yang

diinginkan serta gambaran tentang pengembangan bisnis di masa

mendatang.

Jika semua hal itu sudah selesai dirumuskan, maka kita bisa menyatakan

bahwa kita sudah memiliki konsep bisnis yang jelas. Langkah berikutnya

sebelum melakukan tindakan bisnis di lapangan seperti pemilihan dan

penentuan lokasi, membangun dan mendesain tempat usaha, membuat

produk atau membangun set produksi, menentukan, memilah, dan

mengorganisir sumber daya (f isik dan manusia), dan lainnya, adalah membuat

analisis feasibilitas (feasibility analysis).

Analisis feasibilitas (feasibility analysis) atau kelayakan usaha adalah cara

yang bisa digunakan oleh pelaku atau calon pelaku usaha untuk menguji

bangunan konsep bisnis yang sudah disusun sebelumnya. Bagaimanapun,

akan terdapat banyak ketidakpastian dan perubahan yang tidak terpikirkan

sebelumnya ketika akan memulai bisnis. Analisis kelayakan usaha ini akan

memberikan gambaran tentang bisnis yang dijalankan untuk mengurangi

114 Kewirausahaan, Pengantar Menuju PraUtiU

Page 125: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh berbagai ketidakpastian

tersebut. Tujuan utama dari analisis kelayakan usaha ini adalah memberikan

bimbingan pada pelaku usaha untuk berpikir secara kritis dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan fundamental terkait konsep bisnis yang dirumuskan

sebelumnya. Berikut adalah contoh tes kelayakan dan berbagai pertanyaan

kunci yang harus dijawab oleh para pelaku terkait bisnis yang akan dijalankan.

Tabel 3.1: Analisis Kelayakan Usaha: Tes dan Pertanyaan Kunci

Tes Kelayakan Pertanyaan Kunci

Analisis Konsep Bisnis

Siapa yang akan menjadi konsumen?Apa manfaat yang akan ia terima?Bagaimana caranya saya menyampaikan manfaat tersebut pada mereka?Apa yang menjadi rahasia bisnis saya?

Analisis Pasar dan Industri

Apa karakteristik utama dari industri yang ada? Apakah terdapat halangan atau hambatan untuk memasukinya?Siapa yang menjadi opinion leader di pasar? Bagaimana kondisi demograf is dari target pasar? Siapa yang akan menjadi konsumen pertama? Bagaimana lanskap persaingan yang ada? Seberapa besartuntutan dan kebutuhan akan produk yang akan ditawarkan?

AnalisisManajemen Tim

Siapa yang akan bekerja dengan saya? Rekan sesama pendiri, advisor, direksi, dan lainnya? Apa kelebihan, keterampilan, dan pengalaman yang kita miliki?Posisi apa yang lowong dan bagaimana kita mengisinya?

Analisis Produk dan Jasa

Apa produk atau jasa yang akan ditawarkan? Bagaimana cara menjaga produk atau jasa

Dedi Mulyadi 115

Page 126: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tersebut?Bagaimana membuat prototipe produk atau jasa tersebut? Berapa lama waktu yang dibutuhkan?

Pernyataan Kebutuhan Modal

Berapa banyak modal yang dibutuhkan untuk usaha sampai usaha tersebut bisa menghasilkan? Apa target yang ingin dicapai?Apa yang akan menyebabkan perubahan dalam prediksi saya?

Pada tabel di atas, kita bisa melihat bahwa pelaku usaha juga harus

membuat analisis terkait pasar dan lingkungan industri yang ada (m a rk e t a n d

in d u s t r y a n a ly s is ) , analisis manajemen tim ( te a m m a n a g e m e n t a n a ly s is ),

analisis produk dan jasa (p r o d u c t a n d s e r v ic e a n a ly s is) , serta pernyataan

kebutuhan modal (c a sh n e e d a sse ss m e n t). Berbagai pertanyaan kunci terkait

tes kelayakan usaha dengan melibatkan berbagai analisis tersebut pada

dasarnya bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan usaha. Pelaku usaha

misalnya dapat menambahkan pertanyaan tentang apakah produk atau jasa

yang akan ditawarkan sudah mencakup berbagai kriteria terkait produk dan

jasa yang baik? Apakah bisnis atau usaha yang digagas akan dibangun sendiri

atau dengan orang lain? Dan lain sebagainya.

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini penting guna

meminimalisir kemungkinan persoalan yang timbul di mana pelaku usaha

tidak siap untuk menghadapinya di kemudian hari. Meski demikian, kembali

lagi pada rumusan awal tentang wirausaha, keberanian untuk memulai

menjadi hal yang lebih penting daripada itu semua. Pertimbangan dan

perencanaan yang detil memang penting, tapi jika ia hanya membuat

seseorang terus menunda langkahnya dalam memulai usaha, maka alih-alih

melancarkan usaha, perencanaan dan berbagai pertimbangan tersebut justru

menjadi penghambatan seseorang berusaha. Karena itu pula, setelah langkah

analisis ini dijalankan, maka langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah

116 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 127: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

menentukan dan menjalankan berbagai hal yang sudah disusun dalam

rumusan konseptual terkait bisnis dan jawaban atas analisis yang ada.

Beberapa bentuk usaha bisa saja memiliki langkah-langkah yang berbeda

dalam prakteknya. Mereka yang memulai usaha pengembangan aplikasi game

online misalnya, akan berbeda secara praktis dengan mereka yang membuka

usaha berdagang merchandise klub sepakbola. Namun tindakan-tindakan

prinsipil pendirian usaha tetap harus dijalankan. Dalam hal ini, terdapat

beberapa langkah yang meski tidak dimaksudkan berurutan dalam

pelaksanaannya, tapi ia tetap harus dilibatkan dalam pertimbangan dan

pelaksanaan usaha, di antaranya:

1. Pengurusan izin usaha;

Beberapa daerah pada umumnya sudah memiliki tata aturan

tertentu, terutama yang berasal dari peraturan pemerintah, terkait

izin dan persyaratan usaha, tempat-tempat yang diizinkan, produk

yang boleh ditawarkan, dan lain sebagainya. Beberapa usaha juga

seringkali diwajibkan untuk memiliki badan hukum yang jelas.

Mengurus perihal izin usaha ini harus menjadi prioritas agar tidak

terjadi persoalan hukum di kemudian hari.

2. Pemilihan lokasi dan desain tempat usaha (locating and decorat­

ing);

Tidak salah jika ada banyak orang yang menyatakan bahwa usaha

adalah persoalan lokasi. Tempat yang dipilih akan sangat

menentukan tingkat penjualan dan keberhasilan usaha secara

umum. Pelaku usaha yang membuka usahanya dekat dengan lokasi

keramaian atau lebih mudah diakses oleh masyarakat akan lebih

mudah mendapatkan pelanggan dibandingkan sebaliknya. Selain

itu, desain tempat usaha yang menarik, juga akan lebih menarik

pelanggan dibandingkan tempat usaha yang tidak didesain dengan

baik. Pelaku usaha harus bisa memikirkan cara-cara kreatif untuk

menarik minat orang guna mendatangi tempat usahanya.

Dedl Mulyadi 117

Page 128: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

3. Penentuan waktu usaha (time);

Pelaku usaha sedari awal harus bisa menetapkan lini waktu

(timeline) usahanya. Apakah ia akan menjual produknya siang hari,

malam hari, pada hari-hari tertentu saja (part-time), ataukah full­

time. Hal ini harus dipikirkan berdasarkan analisis tentang kebiasaan

masyarakat calon konsumen, situasi lingkungan usaha, tingkat

keamanan, tingkat persaingan, dan lain sebagainya. Penentuan

waktu ini berguna agar pelaku usaha memiliki jadwal kerja yang

baik, sehingga ia bisa tetap memiliki waktu untuk mengerjakan hal

lain dalam hidupnya. Meski tidak dimaksudkan untuk mengekang

kebebasan, disiplin dalam hal waktu akan menentukan keberhasilan

usaha.

4. Pembuatan produk (production);

Produk yang akan ditawarkan harus dibuat dengan jadwal dan set­

ting produksi yang jelas. Penyiapan stok dan bahan mentah produk,

pemasok bahan, alat produksi yang digunakan, orang-orang yang

membantu dalam pekerjaan, perangkat kontrol mutu produk (qual­

ity control), hingga pembuatan nama atau merk produk, juga harus

dipikirkan sebelumnya, sehingga proses pembuatan produk ini bisa

berjalan dengan efektif dan ef isien.

5. Promosi produk (promotion);

Produk yang sudah dibuat dan akan ditawarkan harus

dipromosikan. Usaha tanpa promosi yang baik sulit untuk

mendatangkan keuntungan. Bagaimanapun, harus ada anggapan

bahwa masyarakat perlu dikenalkan dengan produk oleh pelaku

usaha. Mereka tidak bisa menunggu masyarakat mengenal produk

tersebut dengan sendirinya. Promosi yang baik, seperti halnya

penentuan lokasi yang baik, akan sangat berpengaruh terhadap

tingkat penjualan produkyang ada. Dalam hal ini, pelaku usaha bisa

memilih media apa yang paling cocok digunakan untuk keperluan

118 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 129: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

promosi, seperti komunikasi lisan, iklan di media cetak dan

elektronik, promosi melalui social media dan aplikasi-aplikasi chat­

ting berbasis teknologi informasi dan komunikasi, penawaran

diskon, dan Iain sebagainya.

6. Distribusi produk (distribution);

Pada usaha skala kecil, distribusi produk pada umumnya akan

dilakukan melalui tindakan penjualan atau penawaran langsung dari

pelaku usaha kepada konsumennya. Namun demikian, melihat fakta

bisnis hari ini, terutama banyak kalangan pelaku usaha yang juga

menjual produk mereka secara online, maka distribusi produk bisa

saja melalui pihak lain tanpa harus ada ukuran tertentu apakah

usaha yang dijalankan sudah masuk usaha skala besar atau kecil.

7. Pengembangan jaringan bisnis (business network);

Pelaku usaha tentu tidak ingin berhenti pada satu titik capaian saja.

la setiap saat harus memikirkan bagaimana mengembangkan bisnis

yang dijalankannya menjadi lebih baik dan besar, agar ia juga bisa

mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan

lingkungan. Rumusan seperti ini sedari awal harus dilakukan ketika

seseorang memulai usahanya. Karena itu, berhubungan dengan

pihak lain, seperti pelaku usaha lain, pemasok, orang-orang yang

dianggap memiliki pengaruh, dan lainnya harus dibina sedari awal.

Terhubung dengan orang lain dalam jaringan bisnis yang baik, akan

sangat membantu pelaku usaha untuk tidak saja mengembangkan

usahanya, tapi juga ketika ia harus menghadapi persoalan-persoalan

tertentu dalam usahanya.

8. Manajemen sumberdaya dan pengembangan (managingresources

and developing);

Jika usaha yang dijalankan sudah tumbuh dan berkembang seiring

pencapaian dan perluasan target usaha, maka pelaku usaha juga

akan dituntut untuk m engelola badan usahanya dengan

Dedi Mulyadi 119

Page 130: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

menerapkan berbagai prinsip manajemen yang baik. Pelaku usaha

dalam hal ini harus mau mempelajari bagaimana penerapan

manajemen mutu, manajemen pengetahuan, perilaku organisasi,

budaya kerja, manajemen administrasi dan perkantoran,

manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi, dan lain

sebagainya. la harus menyadari bahwa usahanya sudah

berkembang sedemikian rupa, dan karenanya ia juga harus

mengembangkan kapasitas dan kapabilitas dirinya dalam hal

mengelola sumber daya yang ada, baik sumber daya material

ataupun manusia. la tidak lagi bisa berpikir bahwa usahanya hanya

tentang dirinya, tapi harus berpikir bahwa apa yang dijalankannya

menanggung hajat hidup orang banyak dan kelangsungan usahanya

akan menghidupi banyak orang di lingkungan kerja.

Beberapa hal di atas adalah catatan-catatan sederhana tentang apa yang

harus dilakukan dalam memulai atau mendirikan usaha. Pada prakteknya, apa

yang dilakukan oleh masing-masing pelaku usaha mungkin akan berbeda satu

dengan yang lainnya. Namun, prinsip-prinsip manajemen bisnis secara umum

terkait usaha ini tetap harus menjadi acuan.

120 Kewirausahaart, Pengantar Menuju Praktik

Page 131: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

T \ T MANAJEMEN UNTUK PRODUKTIVITAS 1 V USAHA

Mengelola bisnis pada akhirnya adalah persoalan bagaimana pelaku usaha

bisa mempraktekkan segenap teori dan konsep manajemen dalam usahanya.

Meskipun dalam kenyataannya banyak pelaku usaha yang tidak berangkat

dari pendidikan manajemen dahulu, namun ketika bisnis atau usaha yang

dijalankannya berkembang sedemikian rupa, maka ia tetap saja harus bisa

menerapkan berbagai prinsip dan konsep manajemen seiring penambahan

wawasan dan pengalaman bisnis yang dimilikinya. Seorang enterpreneur

adalah seorang pembelajar. Apa yang ditemuinya di lapangan, persoalan yang

dihadapinya, peluang yang diupayakannya, semua akan memberikan

pelajaran berharga untuk perkembangan dirinya. Karena itu pula, berbicara

tentang wirausaha pada akhirnya dituntut juga untuk memahami sedikit

banyak tentang konsep-konsep manajemen itu sendiri.

Pelaku usaha barangkali memulai usahanya secara personal, la

mengerjakan semuanya mulai dari menyiapkan gagasan, merumuskan dan

membuat produk, memasarkan dan menjual produk tersebut, menghitung

dan menata penghasilan yang didapatkan, hingga mengevaluasi usahanya.

Akan tetapi, dalam banyak pengalaman wirausaha, ketika usaha yang

dijalankan ini semakin berkembang, lingkup kegiatan juga semakin meluas,

maka pelaku usaha kemudian mulai menambah tenaga kerja, menyiapkan

orang-orang untuk posisi-posisi dengan tugas dan tanggungjawab tertentu

guna membantunya menjalankan usaha. Pelaku usaha yang tadinya bersifat

Page 132: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

individual berubah menjadi sebentukorganisasi yang melibatkan banyak or-

ang dalam praktiknya. Badan usaha dalam bentuk organisasi dengan struktur

kerja dan fungsi manajemen tertentu akhirnya dibangun sesuai dengan aturan

yang ada. Pada saat ini pula, memahami konsep-konsep manajemen untuk

pengembangan bisnis menjadi sangat diperlukan, mulai dari manajemen

sumber daya manusia, manajemen pemasaran, manajemen operasi,

manajemen keuangan, dan manajemen bisnis secara umum. Kita akan

mempelajari hal tersebut secara ringkas pada bab ini.

A. Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Usaha

"Recently, I was asked if I was going to fire an employee who made a mis­

take that cost the company $600,000. No, i replied, I just spent $600,000

training him. Why would I want some body to hire his experience?” -Th o­

mas John Watson Sr.

Salah satu tema penting yang banyak dikaji dalam bidang manajemen

secara umum adalah manajemen sumber daya manusia (MSDM). Tema ini

bahkan dianggap sebagai salah satu tema krusial, terutama ketika

berkembang perspektif baru terkait keberadaan sumber daya manusia dalam

suatu organisasi yang tidak bisa dianggap sebagai tenaga kerja semata, tapi

juga aset terpenting dari organisasi dan usaha yang dijalankannya. Mesin-

mesin produksi dan berbagai peralatan kerja jelas memudahkan orang untuk

menjalankan bisnisnya, namun dalam banyak kasus, semua itu tetap sangat

bergantung pada manusia pelaksananya. Oleh karena itu, mengelola sumber

daya manusia secara baik adalah sebuah keniscayaan dalam bisnis agar pelaku

usaha bisa mendorong segenap potensi karya dan kesungguhan mereka

dalam bekerja.

Pentingnya perhatian pada aspek sumber daya manusia seringkali

dilupakan oleh banyak pelaku usaha kreatif, terutama mereka yang tidak

pernah belajar tentang bidang manajemen sama sekali. Hal yang sama bisa

12 2 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 133: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

ditemukan juga pada organisasi yang masih bersifat tradisional, di mana fokus

terhadap SDM belum sepenuhnya dilaksanakan. Pelaku usaha dan atau

organisasi tersebut masih lebih memilih untuk berkonsentrasi pada fungsi

produksi, keuangan, dan pemasaran yang cenderung berorientasi jangka

pendek. Perhatian pada aspeksumber daya manusia hanya dilakukan sebatas

penerimaan tenaga kerja dan pemberiah upah. Jarang sekali ditemukan

pelaku usaha atau organisasi yang memberikan perhatian yang serius dalam

hal pengadaan tenaga kerja, pelatihan sistematis pada mereka, pemberian

motivasi kerja, ataupun mengelola wawasan keilmuan dan keahlian mereka.

Akibatnya, sumber daya manusia tak jauh beda dengan peralatan yang

dimiliki. la hanya difungsikan untuk melakukan pekerjaan yang sifatnya

terbatas. Padahal, sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi

memiliki nilai lebih dari itu. Ada banyak kreativitas dan inovasi usaha yang

mungkin dikeluarkan ketika organisasi atau perusahaan bisa mengelola

sumber daya manusianya dengan baik.

Dalam banyak kasus juga, pelaku usaha dan atau perusahaan seringkali

harus m enghadapi kegagalan usaha karena ketidakm am puan

memberdayakan sumber daya manusia yang dimilikinya. Perencanaan yang

matang tidak berjalan karena manusia pelaksananya tidak bekerja dengan

sungguh-sungguh. Divisi-divisi kerja tidak berkembang karena pelaksana di

dalamnya hanya terfokus pada tugas literal dan tidak pernah menumbuhkan

kreativitas yang itu sangat dibutuhkan dalam bisnis atau usaha. Karena itu

pula, wajar jika pada organisasi yang lebih moderat seperti bisa ditemukan

pada perusahaan-perusahaan besar hari ini, perhatian pada sumber daya

manusia ini sangat besar. Ada banyak contoh perusahaan yang memanjakan

karyawannya agar mereka bisa terdorong lebih giat dalam bekerja.

Perusahaan-perusahaan ini secara berkala memberikan pelatihan kerja,

menyediakan jenjang karier dan jabatan sesuai dengan kompetensi

karyawannya, memberikan mereka keadilan secara manusiawi dalam bekerja,

membangun lingkungan kerja yang menyenangkan untuk mereka, yang

Dedi Mulyadi 123

Page 134: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

semua itu pada akhirnya akan memberikan feedback yang positif pada

perusahaan atau pelaku usaha itu sendiri.

Lebih lanjut, untuk memahami perbedaan pandangan manajemen

tradisional dan perspektif bam terkait peran sumber daya manusia ini, maka

kita perlu melihat karakteristik pada perspektif masing-masing. Pada

paradigma tradisonal organisasi hanya menganggap sumber daya manusia

hanya sebagai divisi pelengkap saja. Sehingga peran utama divisi SDM tidak

lain hanya untuk mengurus administrasi kepegawaian belaka (Cascio, 1995).

Tentu saja tidak mengherankan apabila orientasi divisi ini hanya menjalankan

fungsi administrasi belaka. Dalam hal ini Cascio (1995) menggarisbawahi

beberapa peran sumber daya manusia pada paradigma lam a:

1. Attraction yang meliputi: identifikasi pekerjaan, menentukan jumlah

orang dan kombinasi ketrampilan yang dibutuhkan untuk suatu

pekerjaan dan menyediakan kesempatan yang sama bagi setiap

kandidatterpilih.

2. 5election yang meliputi: memilh orang yang terbaik bagi pekerjaan

yang bersangkutan.

3. Retention yang meliputi: memberikan reward bagi orang yang

bekerja efektif dan memperthankan keamanan dan kenyamanan

lingkungan kerja.

4. Development yang meliputi: meningkatkan dan menyiapkan

kompetensi karyawan melalui peningkatan knowledge, skills dan

abilities dan pendekatan spesialisasi fungsi perusahaan.

5. Assesment yang meliputi: pengamatan dan penilaian perilaku dan

sikap relevan dengan pekerjaan dan kinerja sumber daya manusia.

6. Adjustment yang meliputi; pemeliharaan pemenuhan kebutuhan

yang terkait dengan kebijakan sumber daya manusia perusahaan.

Jika dalam paradigma lama tersebut peran divisi sumber daya manusia

sekedar pelengkap, maka dalam paradigma baru (era 1980 - 1990 atau the

124 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Prakt/k

Page 135: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

age of gaining and sustaining competetive advantage), divisi sumber daya

manusia sudah memiliki peran strategis, artinya divisi sumber daya manusia

memiliki kontribusi dalam menentukatt wnasa depan organisasi melalui

orientasi fungsional bukan lagi pada pengawasan, pengarahan, dan

pengendalian saja (command) tetapi sudah pada pengembangan, kreativitas,

fleksibilitas dan manjamen proaktif (coordination) (Bowen & Sceineder, 1995).

Sumber daya manusia hari ini dianggap sebagai aset paling bernilai dari

sebuah organisasi atau perusahaan, karena manusia memiliki potensi untuk

bertindak kreatif, bisa belajar dan mengajarkan keterampilan dan keahlian

yang dimilikinya pada orang lain, membuat putusan penting yang bisa

menyelamatkan kinerja perusahaan, memiliki faktor keberuntungan yang

tidak dimiliki oleh, serta hal-hal lain yang membuat manusia tidak bisa lagi

dipandang sebagai semata “pekerja.” Pentingnya penekanan pada

pengelolaan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi atau perusahaa

dengan perspektif baru inilah yang kemudian membuat banyak perusahaan

memiliki divisi khususnya untuk pengelolaan sumber daya manusia ini dalam

lembaganya, seperti bagian personalia, atau HRD (Human Resources Devel­

opment).

Secara umum, manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas

sumber daya manusia yang ada. Dalam praktiknya, kegiatan manajemen

sumber daya manusia ini akan berurusan dengan berbagai kegiatan terkait

tenaga kerja yang dimulai dari proses perencanaan sumber daya manusia,

rekrutmen, seleksi, penempatan, pemberdayaan, hingga pemutusan

hubungan kerja. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan manajemen sumber daya

manusia ini hadir dalam setiap tahapan dan kegiatan bisnis itu sendiri. Secara

lebih terperinci, manajemen sumber daya manusia (MSDM) dalam sebuah

organisasi atau perusahaan akan memiliki ruang lingkup kegiatan yang

mencakup tiga hal berikut dengan cakupan dan sub-cakupan operasionalnya

masing-masing:

Dedi Mulyadi I 125

Page 136: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Tabel 4.1: Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia

Tugas Cakupan Operasional Sub-cakupan Operasional

Pengadaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengadaan Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)Penarikan Sumber Daya Manusia (SDM)Seleksi Sumber Daya Manusia (SDM) Penempatan Sumber Daya Manusia (SDM) Pembekalan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM)Pengembangan Karir

Pemeliharaan Sumber Daya Manusia (SDM)

KompensasiMotivasiIntegrasiHubunganPerburuhanPensiundanPemberhentianKerja (PHK)

Pengelompokan sederhana ruang lingkup manajemen sumber daya

manusia di atas hanyalah untuk memudahkan pemahaman kita bagaimana

peranan dan tugas yang diemban oleh Departemen yang mengurus sumber

daya manusia ini secara teoritis. Meski demikian, dalam kenyataannya, apa

yang dihadapi oleh departemen sumber daya manusia, atau seorang manajer

personalia tidak sesederhana proses di atas, namun lebih kompleks

tergantung pada berbagai faktor yang seringkali tidak bisa diramalkan

sebelumnya. Tantangan tersebut bahkan bisa muncul dari faktor eksternal

seperti kondisi sosial, ekonomi, politik, peraturan dan kebijakan pemerintah,

126 Kewirausahaan, Pengantar Mertuju Praktik

Page 137: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

perkembangan teknologi, dan lingkungan perusahaan. Sedang tantangan

yang datang dari dalam organisasi (internal) dapat berupa karakter organisasi,

serikat pekerja, perbedaan individu, sistem nilai manajer dan karyawan yang

berbeda, dan lain sebagainya. Untuk itu pula, organisasi terutama bagian

personalia perlu aktif mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu

seperti memonitor perubahan lingkungan, mengevaluasi serta melakukan

tindakan proaktif dalam mengatasi tantangan melalui teknikdan pendekatan

yang cocok.

Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup sebelumnya, maka fungsi dari

manajemen sumber daya manusia (MSDM) atau tanggungjawab fungsional

dari departemen personalia atau HRD pada sebuah organisasi atau

perusahaan tidak berbeda dengan cakupan dan ruang lingkup kegiatan dari

MSDM tersebut. Meski demikian, secara spesifik, kita bisa membagi fungsi

manajemen sumber daya manusia ini ke dalam dua jenis, yaitu: (i)fungsi yang

berkaitan dengan manajemen; dan (2) fungsi yang berkaitan dengan cakupan

operasionalnya.

Pada yang pertama, atau fungsi yang berkaitan dengan manajemen,

maka Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) memiliki fungsi-fungsi

sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning); Persiapan dapat hal pengadaan,

pengembangan, dan pemeliharaan tenaga kerja secara efektif dan

efisien agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan.

Dalam perencanaan ini, disusun pula program-program

kepegawaian yang diperlukan untuk membantu terwujudnya tujuan

organisasi atau perusahaan.

2. Pengorganisasian (organizing); Kegiatan menata semua karyawan

dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi

wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam struktur dan bagan

organisasi. Dalam hal manajer personalia juga merancang struktur

hubungan yang mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan

Dedi Mulyadi 127

Page 138: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

faktor-faktor fisik sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan

yang lainnya.

3. Pengarahan (directing); Pemberian petunjuak dan arahan agar

sumberdaya manusia yang dimiliki organisasi bisa bekerja dengan

efektif dan efisien sesuai dengan posisi dan tanggungjawab yang

diembannya, demi tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan oleh

manajemen sebuah organisasi atau perusahaan.

4. Pengawasan dan Pengendaiian (controlling); Mengatur aktifitas-

aktifitas agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

organisasi dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Fungsi ini

berguna untuk memberikan perbaikan dan evaluasi bila terjadi

penyimpangan atau kesalahan dalam pelaksanaan tugas atau

pekerjaan.

Sedang pada fungsi yang berkaitan dengan cakupan operasionalnya,

manajemen sumber daya manusia (MSDM) memiliki fungsi-fungsi sebagai

berikut:

1. Pengadaan atau rekrutmen sumber daya manusia (Procurement);

Proses ini mencakup kegiatan penarikan, seleksi, penempatan,

orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan atau tenaga

kerja sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan.

2. Pengembangan (Development); Usaha untuk meningkatkan

keahlian karyawan melalui program pendidikan dan latihan yang

tepat agar karyawan atau pegawai dapat melakukan tugasnya

dengan baik. Aktivitas ini penting dan akan terus berkembang

karena adanya perubahan teknologi, penyesuaian dan

meningkatnya kesulitan tugas manajer.

3. Kompensasi (Compensation); Pemberian balas jasa baik langsung

ataupun tidak langsung, uang atau barang kepada karyawan

sebagai imbalan atas jasa yang telah mereka berikan kepada

128 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 139: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

perusahaan dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan perusahaan.

4. Motivasi (Motivation); Fungsi manajemen untuk memberikan

dorongan kerja pada karyawannya agar lebih giat dan bersemangat

dalam m enyelesaikan apa yang sudah menjadi tugas dan

tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya.

5. Integrasi (Integration); Mempersatukan dan menyelaraskan

kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agartercipta

kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan

memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil

pekerjaannya.

6. Pemeliharaan (Maintenance); Fungsi ini biasanya dijalankan ketika

fungsi-fungsi sebelumnya sudah berjalan dengan baik. Dengan kata

lain, fungsi pemeliharaan (maintenance) adalah menjaga dan

meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar

mereka tetap mau bekerja baik sesuai dengan kebutuhan

perusahaan sebagaimana tujuan dari fungsi sebelumnya.

7. Hubungan Perburuhan (Employee Relations); Fungsi MSDM dalam

menjaga sumber daya manusia yang dimiliki organisasi atau

perusahaan agar dapat menyuarakan apa yang menjadi keluhan,

hak, dan kepentingannya, dalam koridor organisasi yang legal. Pada

perusahaan yang memiliki serikat pekerja, Departemen Sumber

Daya Manusia harus berperan aktif dalam melakukan negosiasi dan

mengurus masalah persetujuan dengan pihak Serikat Pekerja.

8. Pem utusan Hubungan Kerja (Separation); Pem berhentian

hubungan kerja antara perusahaan dengan tenaga kerja

bersangkutan. Pemberhentian ini dapat disebabkan keinginan

perusahaan, keinginan karyawan, kontrak kerja berakhir, pensiun,

dan sebab-sebab lainnya. Pada titik ini, maka sudah menjadi

tanggungjawab perusahaan untuk mengembalikan pegawainya ke

lingkungan masyarakat dalam keadaan sebaik mungkin, sehingga

Dedi Mulyadi 129

Page 140: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tidak menimbulkan ekses yang negatif dan pemberhentian kerja

tersebut.

Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia di atas adalah fungsi-

fungsi utama yang harus dilaksanakan, khususnya oleh Departemen yang

mengurus dan bertanggungjawab perihal sumber daya manusia dalam

sebuah organisasi atau perusahaan. Dalam kelanjutannya, departemen ini

juga harus berperan aktif dalam membantu manajer organisasi terkait fungsi

dan tugas manajemen organisasi secara umum. Hal ini misalnya tampak pada

proses evaluasi kinerja (performance evaluation) yang dilakukan oleh

perusahaan, di mana Departemen Personalia atau Divisi sumber daya manusia

(SDM ) ini akan ikut bertanggung jawab untuk m engembangkan

bentuk penilaian kinerja yang efektif dan memastikan bahwa penilaian kinerja

tersebut selaras dengan kondisi sumber daya manusia yang dimiliki oleh

perusahaan bersangkutan. Departemen Sumber Daya Manusia juga

terkadang perlu melakukan pelatihan terhadap para manajer tentang

bagaimana membuat standar kinerja yang baik dan membuat penilaian kinerja

yangakurat.

Dalam konteks wirausaha sendiri, meski usaha yang dijalankannya belum

memiliki bagian khusus untuk mengurus masalah sumber daya manusia ini,

namun prinsip-prinsip fungsional seperti terdapat di atas harus tetap

diterapkan dengan sebaik-baiknya. Pelaku usaha harus bisa membuat

perencanaan sumber daya manusia atau tenaga kerja, membuat standar

rekrutmen tenaga kerja, ia juga harus bisa memberdayakan karyawan yang

dimilikinya melalui berbagai aktivitas pelatihan dan pengembangan

keterampilan kerja, ia juga harus memikirkan dan merumuskan besaran upah

(kompensasi kerja) yang baik, memotivasi mereka, memahami keinginan dan

mengintegrasikan keinginan mereka dengan tujuan usaha yang ada, hingga

jika dalam kondisi tertentu memutuskan hubungan kerja dengan cara-cara

yang etis dan tidak banyak merugikan kedua belah pihak.

130 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 141: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Dalam konteks usaha atau bisnis yang lebih besar seperti ketika usaha

yang dijalankan sudah berbentuk badan usaha (perusahaan), maka harus ada

divisi tertentu yang tugasnya tidak hanya berpaku pada fungsi-fungsi umum

manajemen sumberdaya manusia itu sendiri, tapi juga merumuskan strategi

yang tepat untuk pengembangan sumber daya m anusia, serta

mengintegrasikan berbagai konsep manajemen lain, seperti manajemen

mutu, manajemen nilai, manajemen pengetahuan, dan lainnya dengan

manajemen sumber daya manusia. Keterpakuan pada fungsi umum

manajemen sumber daya manusia ini justru akan membuat pelaku usaha atau

perusahaan kembali terjebak pada paradigma lama sumber daya manusia itu

sendiri. Alih-alih dikelola dan diberdayakan, sumber daya manusia yang

dimilikinya hanya menjadi tenaga kerja tanpat kreativitas dan inovasi, tanpa

warisan keahlian pada generasi kerja berikutnya.

Strategi Sumber Daya Manusia dalam Wirausaha

Sumber daya manusia sangat penting tidak hanya karena mereka

memegang peranan penting dalam membentuk dan mencapai setiap tujuan

organisasi, tetapi juga karena manusia-manusia ini memang sudah

sepantasnya mendapat kewajaran dan keadilan. Rasa ketidakadilan di antara

para pegawai akan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Ketidakhadiran

(absenteeism), motivasi kerja yang rendah, tidak adanya perhatian terhadap

kualitas produk dan jasa, kurangnya komitmen, dan bahkan sabotase alat-

alat produksi dapat menjadi akibatnya. Sikap dan perilaku ini dapat

mempengaruhi biaya, produktivitas, laba, serta nilai pasarsaham perusahaan

itu sendiri. Perlakuan yang adil dalam hubungan kepegawaian secara tidak

langsung dapat mempengaruhi efisiensi arus kas perusahaan.

Oleh karena itu, pelaksana bagian sumber daya manusia, dalam konteks

ini, perlu memiliki strategi yang tepat dalam mengelola dan mengembangkan

sumber daya manusia atau lini pekerja yang dimiliki oleh perusahaan atau

badan usaha tertentu. Strategi sumber daya manusia sendiri berkaitan dengan

Dedi Mulyadi 131

Page 142: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

misi, visi, strategi perusahaan, SBU (strategy business unit) dan juga strategi

fungsional. Penentuan strategi sumber daya manusia perlu memperhatikan

dan mempertimbangkan misi, visi, serta strategi korporat, serta perlu

dirumuskan secara logis, jelas dan aplikabel. Strategi sumber daya manusia

mendu-kung pengimplementasian strategi korporat dan perlu diterjemahkan

dalam aktivitas-aktivitas SDM, kebijakan-kebijakan, program-program yang

sejalan dengan strategi perusahaan. Ketidaksesuaian antara strategi SDM

dan strategi perusahaan akan mempengaruhi pencapaian sasaran

perusahaan. Sebaliknya kesesuaian antara strategi perusahaan dan strategi

SDM perlu diupayakan mendorong kreat-ivitas dan inovasi karyawan dalam

mencapai sasaran perusahaan.

Strategi SDM berkaitan antara lain dengan pembentukan suatu budaya

perusahaan yang tepat, perenca-naan SDM, mengaudit SDM baik dari segi

kuantitatif maupun kualita-tif, serta mencakup pula aktivitas SDM seperti

pengadaan SDM (dari rekrutmen sampai pada seleksi), orientasi,

pemeliharaan, pelatihan dan pengembangan SDM, penilaian SDM. Dalam

menentukan strategi SDM, faktor-faktor eksternal perlu dipertimbangkan

mengacu pada future trends and needs, demand and supply, peraturan

pemer-intah, kebutuhan manusia pada umumnya dan karyawan pada

khususn-ya, potensi pesaing, perubahan-perubahan sosial, demografis,

budaya maupun nilai-nilai, teknologi. Kecen-derungan perubahan lingkungan

akan mempengaruhi perubahan stra-tegi perusahanan yang juga berarti

bahwa strategi SDM pun perlu dipertimbangkan ulang, dan kemungkinan

besar perlu disesuaikan. Perubahan strategi SDM bukanlah sesuatu yang tabu

namun perlu dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Dalam

perumusan strategi SDM yang tepat ini juga, manajer SDM atau Personalia

perlu m em perhitungkan faktor-faktor lingkungan seperti halnya

ketidakpastian, inovasi teknologi, perubahan demografis, organisasi yang

menjadi lebih flat dan fleksibel, meningkatnya kolaborasi dan kompetisi

multinasionai berpengaruh terhadap strategi sumberdaya manusia.

132 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 143: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Perubahan teknologi juga sangat berpengaruh terhadap pekerjaan-

pekerjaan di bidang jasa, perubahan di bidang ekonomi sangat berpengaruh

terhadap alternatif kompensasi dan pelatihan karyawan serta perubahan

sosial berpengaruh terhadap perubahan pengembangan organisasi, promosi

dan sistem penilaian formal organisasi. Sebagai konsekuensi dari perubahan

berbagai faktor-faktor lingkungan seperti halnya inovasi teknologi, perubahan

demograf is, serta situasi ketidakpastian lingkungan bisnis maka strategi bisnis

dan sekaligus strategi sumberdaya manusianya akan mengalami perubahan.

Pendekatan yang bisa digunakan dalam menyesuaikan strategi sumberdaya

manusia dengan strategi bisnis atau kondisi organisasi adalah melalui

penciptaan kesesuaian antara kebijakan sumberdaya manusia dengan pilihan

strategi yang sp'esifik. Smith menekankan bahwa meskipun rencana

pemasaran, keuangan, dan teknik seringkali berubah untuk mencerminkan

perubahan strategi, tetapi fungsi sumberdaya manusia seringkali diabaikan.

Dengan demikian perlu adanya kesesuaian antara strategi bisnis dengan

strategi sumberdaya manusia dikarenakan kesesuaian kedua strategi ini akan

mendukung keberhasilan implementasi strategi dan pencapaian keunggulan

bersaing (kompetitif) perusahaan atau organisasi. Menurut Cynthia dan Mark

Lengnickhall (1990), Tipologi strategi sumberdaya manusia merupakan

salahsatu pendekatan yang digunakan dalam merumuskan strategi

sumberdaya manusia yang sesuai dengan strategi bisnis. Tipologi tersebut

dinyatakan dalam bentuk matriks “Growth/Readiness”. Dalam matriks

tersebut, sumbu tegaknya adalah corporate growth expectations, di mana

growth yangtinggi menunjukkan tingginya peluang, berbagai opsi strategi

yang tersedia; cash flow yang tinggi serta ekspansi. Sumbu datarnya

menyatakan organizational readiness yang menunjukkan ketersediaan atau

pencapaian, skill, gaya, dan pengalaman sumberdaya manusia yang

diperlukan bagi implementasi strategi. Readiness sendiri merupakan proksi

bagi kelayakan implementasi dan menunjukkan seberapa baik sumberdaya

manusia fit dengan kebutuhan pada situasi tersebut. Keempat kuadran pada

Dedi Mulyadi 133

Page 144: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

matriks tersebut menunjukkan empat kondisi dimana strategi sumberdaya

manusia akan diformulasikan agar sesuai dengan strategi bisnis perusahaan

atau organisasi dalam mencapai keunggulan bersaing. Dalam matriks:

Bagan 4.1: Matriks Pertumbuhan dan Kesiapan

HIGH

CORPORATE GROWTH

EXPECTATIONS

LOW

HIGH LOW

ORGANIZATIONAL READINESS

INVESTMENT ------------------------->

RETURN-------------------------->

Keempat kuadran beserta alternatif strateginya sebagaimana terdapat

pada matriks di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kuadran satu: Development

Kuadran ini dicirikan oleh ekspektasi growth yang tinggi dan tingkat

readiness yang buruk antara strategi dengan skill sumber daya

manusia. Pada kuadran ini terdapat tiga alternatif strategi sumber

daya manusia, yaitu:

134 Kewirausahaan, Pengantar Menu/u Praktik

Page 145: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

a. Perusahaan memilih melakukan investasi yang tinggi pada

bidang sumber daya manusia seperti halnya investasi yang

dilakukan oleh Hyatt untuk melakukan pelatihan kembali

terhadap karyawan Braniff setelah perusahaan tersebut

diakusisi.

b. Merubah tujuan corporat yang mencerminkan kurangnya

readiness, seperti yang dilakukan oleh Sambo yang merubah

fokus dari pertumbuhan ke profit setelah mengalami kesulitan

keuangan pada tahun 1983.

c. Merubah corporate strategy untuk mempergunakan

ketrampilan dan sumber daya yang tersedia pada saat itu. Hal

ini dilakukan oleh Anheuser-Busch yang mundur dari industri

soft drink dan masuk ke industri snack dan bakery.

2. Kuadran Dua: Exspansion

Kuadran ini dicirikan oleh ekspektasi growth yang tinggi dan readi­

ness yang baik antara strategi dengan kinerja. Perusahaan-

perusahaan yang berada pada kuadran ini pada umumnya

merupakan perusahaan yang memiliki posisi persaingan dalam

industri yang kuat. Permasalahan yangmuncul pada pada kuaradran

ini adalah masalah alokasi sumber daya perusahaan yakni seberapa

besar proporsi sumberdaya yangakan dialokasikan untuk mencapai

pertumbuhan yang diinginkan, serta seberapa besar proporsi

sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelola pertumbuhan.

Solusi atas permasalahan tersebut sangat tergantung dari:

a. Tingkat investasi pada sumberdaya manusia yang diperlukan

untuk mempertahankan yang diinginkan;

b. Prof itabilitas;

c. Ukuran kinerja lain yang penting bagi perusahaan.

3. Kuadran Tiga: Productivity

Kuadran ini dicirikan oleh ekspektasi growth yang rendah serta

Dedi Mulyadi 135

Page 146: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

readiness yang baik bagi implementasi strategi. Sebagai contohnya

adalah perusahaan Mercedes Benzataupun Kroger Stores. Kedua

perusahaan ini memiliki keunggulan kompetitif namun tidak

melakukan ekspansi secara cepat. Karena itu, operasi perusahaan

ini bisa berjalan secara efektif dan efisien. Pada kuadran ini terdapat

beberapa alternatif strategi sumber daya manusia, yaitu:

a. Perusahaan berfokus pada persiapan terhadap perubahan-

perubahan yang sudah diantisipasi yang akan terjadi pada

bisnis utama. American Exspress memilih strategi ini dalam

rangka menghadapi deregulasi, di mana sumber dayanya

diinvestasikan pada bisnis yang terkait atau tidak dengan

portofolio.

b. Perusahaan berfokus pada upaya memperbaiki posisi

persaingan saat ini. Fokus ini mencakup penggunaan sumber

daya dalam rangka memperbaiki sosialisasi, mentoring,

pengembangan rencana suksesi, dan sebagainya dalam upaya

membenahi kelemahan organisasi.

4. Kuadran Empat: Redirection

Kuadran ini dicirikan oleh ekspektasi growth dan readiness yang

buruk. Perusahaan-perusahaan yang berada pada kuadran ini pada

umumnya merupakan perusahaan yang berada pada industri yang

sedangmengalami penurunan, produk-produknya yangtelah usang

ataupun manufakturisasi yang tidak lagi kompetitif. Pada kuadran

ini pilihan strateginya adalah perusahaan harus merubah haluan

(turn around) ataukah keluar (exit) dari bisnis. Pada kuadran ini

perusahaan harus memutuskan apakah perusahaan akan

mengalihkan aktifitas-aktifitas karyawannya ataukah merubah

fokus bisnis, dalam hal ini sumber daya manusia maupun

pertimbangan kompetitif merupakan hal yang paling penting. Jika

merubah haluan merupakan alternatif strategi yangdipilih, maka

136 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 147: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

diperlukan upaya-upaya pelatihan kembali, penyesuaian kembali

serta restrukturisasi pada perusahaan atau organisasi tersebut.

Tetapi bila perusahaan memilih untuk keluar dari bisnis, maka

dihadapkan pada kewajiban tentang perpindahan karyawan dan

relokasi perusahaan. Pada kuadran ini perlu diperhatikan tiga hai

dalam implementasi strategi sumber daya manusia yaitu evaluasi

kondisi industri, penilaian posisi persaingan serta analisis kelayakan

dalam mendukung kesuksesan implementasinya.

Matriks growth/readiness (pertumbuhan dan kesiapan) di atas hanyalah

salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan di

tengah dunia persaingan bisnis, untuk kemudian dijadikan bahan dan tolak

ukur dalam merumuskan strategi pengelolaan sumber daya manusia yang

diinginkan. Terkait pemilahan strategi pengelolaan sumber daya manusia demi

kepentingan organisasi atau perusahaan ini, maka dalam kajian Manajemen

Sumber Daya Manusia setidaknya kita akan disuguhi dengan tiga macam

strategi yang bisa digunakan, yaitu:

1. Strategi Inovasi

Inovasi pada dasarnya berarti pembaharuan, yang bersumber dari

kreativitas dan inisiatif dalam proses berpikir yang produktif.

Pelatihan dalam strategi ini adalah untuk mewujudkan kemampuan

merespon secara tepat sesuai dengan hasil informasi, yang memiliki

peluang luas untuk melaksanakannya secara kreatif. Dengan kata

lain strategi ini dipergunakan dalam pelatihan untuk mewujudkan

kemampuan mengembangkan produk dan pelayanan, baik jenis,

cara maupun kualitasnya. Kemampuan itu harus diarahkan pada

mencari dan m engem bangkan kekhususan, yang akan

membedakan produk dan pelayanan dari perusahaan lain yang

sejenis, sebagai pesaing dan lawan berkompetisi. Tujuan utama

untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lain, harus

Dedi Mulyadi

Page 148: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

berpegang pada prinsip sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

konsumen. Oleh karena itu strategi inovasi sangat erat

hubungannya dengan strategi kecepatan, bahwa pengambilan

keputusan yang akan diwujudkan dalam tindakan bisnis secara

operasional selalu diperlukan informasi berupa umpan balik dari

konsumen. Informasi-informasi itu tidak sekedar berbentuk keluhan

atau koreksi-koreksi konsumen, tetapi juga mengharuskan

dilakukannya penelitian pemasaran (riset pemasaran), yang perlu

dijadikan materi pelatihan.

Dalam hal ini, perusahaan yang mengikuti strategi inovasi pal­

ing tidak harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Pekerja-pekerja yang menuntut interaksi dan koordinasi yang

erat antara kelompok-kelompok individu.

b. Penilaian kinerja yang lebih mencerminkan pencapaian tujuan

berdasarkan kelompok untuk jangka waktu yang lebih

panjang.

c. Pekerja yang memungkinkan karyawan yang mengembangkan

keahlian yang dapat digunakan pada posisi lainnya didalam

perusahaan.

d. Sistem kompensasi yang menekankan pada keadilan internal

daripada keadilan eksternal menurut pasar.

e. Tingkat gaji yang cenderung rendah, tetapi memungkinkan

karyawan menjadi pemilik saham dan memiliki keleluasaan

memilih bauran komponen gaji (gaji, bonus dan hak saham)

yang mendasari paket upah mereka.

f. Jalur-jalurkariryanglebarguna mengalakkan pengembangan

yang lebih luas keahlian-keahlian mereka.

2. Strategi Peningkatan Kualitas

Strategi ini merupakan strategi yang berfokus pada upaya-upaya

perbaikan atau penyempurnaan kualitas produk atau jasa yang

138 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 149: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dihasilkan. Scholer dan Jakcson dalam hal ini menyatakan bahwa

terdapat delapan prof il tentang perilaku peran yang diperlukan dari

sumber daya manusia (karyawan) dalam mendukung implementasi

strategi peningkatan kualitas produkjasa, yaitu: (1) perilaku yang

bersifat repetitive dan predictable; (2) fokus jangka panjang atau

menengah; (3) derajat perilaku interdependen cooperative yang

moderat; (4) Perhatian yang tinggi terhadap kualitas; (5) derajat

perhatian yang moderat pada kuantitas; (6) perhatian yang tinggi

pada proses; (7) aktifitas yang tidak berisiko; (8) komitmen

terhadap tujuan perusahaan. Perlu diperhatikan, bahwa di samping

peningkatan produk, perusahaan juga harus memerhatikan setiap

bentuk upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia yang

dimilikinya. Hal yang tidak bisa dipungkiri jika saat ini, ada banyak

kesadaran bahwa sumberdaya manusia merupakan unsur dan aset

perusahaan yang paling penting. Artinya semakin disadari bahwa

manusia tidak boleh diperlakukan sebagai salah alat produksi

semata yang posisi dan statusnya disamakan dengan alat-alat

produksi yang lain. Berkarya dewasa ini dikaitkan dengan

pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai insan politik,

insan ekonomi, insan social, dan sebagai individu yang memiliki jati

diri yang khas. Berangkat dari pandangan demikian, manajemen

tampaknya semakin sadar bahwa perusahaan harus berupaya untuk

memuaskan berbagai kepentingan dan kebutuhan para karyawan,

baikyang sifatnya mated, social, status, psikologi dan kesempatan

untuk bertumbuh dan berkembang.

Pemuasan berbagai kepentingan dan kebutuhan tersebut

mempunyai aspek-aspek yang sangat rumit dan beraneka ragam.

Misalnya, system imbalan yang diterapkan tidak lagi mencukupi

apabila hanya dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan para

karyawan yang bersifat mated, seperti dalam bentuk upah atau gaji.

Dedi Mulyadi 139

Page 150: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Disampaing imbalan berupa uang, para karyawan mengharapkan

imbalan finansial tidak langsung, imbalan yang nonfinansial dan

bahkan berbagai imbalan yang sifatnya intrinsik, seperti tanggung

jawab yang lebih besar, tugas yang menarik dan menantang,

diskresi dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam

pelaksanaan tugas, perlakuan sebagai manusia yang sudah matang

dan dewasa m elalui otonomi dalam berkarya serta

pemberdayaannya memperoleh haknya apabila yang bersangkutan

menunaikan kewajibannya dengan memuaskan.

Salah satu klasif ikasi pandangan demikian adalah behwa para

karyawan mendambakan tersedianya kesem patan untuk

bertumbuh dan berkembangdalam berkarya. Dan di bidang strategi

manajemen sumber daya manusia harus tergambar dengan jelas

segala bentuk dan jenis langkah yang harus diambil pada tingkat

manajemen operasional berdasarkan filsafat dan strategi dasar

yang menyangkut menejemen sumber daya manusia serta telah

ditetapkan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi. Seluruh

kegiatan m anajem en sumber daya manusia berkisar pada

pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia

sedemikian rupa sehingga mendukung penampilan kinerja

organisasi yang memuaskan. Penyelenggaraan seluruh kegiatan

manajemen sumber daya manusia perlu didasarkan pada suatu

sistem informasi sumber daya manusia (SISDM) yang handal.

Masukan dalam menciptakan system informasi dimaksudkan

berasal dari:

a. Klasif ikasi jabatan yang lengkap;

b. Analisis pekerjaan;

c. Deskrpsi tugas;

d. Spesifikasi pekerjaan; dan

e. Standarmutu hasil pekerjaan.

140 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 151: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Di sisi lain strategi ini bertolakdari kenyataan bahwa keinginan

dan kebutuhan masyarakat, khususnya konsumen setiap organisasi/

perusahaan selalu berubah ke arah kepuasan yang semakin

meningkat/tinggi tuntutannya terhadap produk (barang atau jasa)

dan pelayanan yang dapat diperoleh dengan membayar. Oleh

karena itu tujuan utama strategi ini dalam kegiatan pelatihan, adalah

untuk mewujudkan para pekerja yang tidak saja mempunyai

komitmen, tetapi juga memiliki kemampuan dalam meningkatkan

kualitas produk (barang atau jasa). Kemampuan itu di satu pihak

mengharuskan ditumbuhkannya sikap peka terhadap pendapat,

kritik dan keluhan konsumen, sedang dipihak lain maupun pula

menghimpun informasi mengenai kualitas produk yang sama dari

pesaing sebagai bahan pembanding.

Strategi ini berarti juga pelatihan harus diarahkan pada usaha

mewujudkan kemampuan memperkecil dan menghindari resiko

bisnis. Dengan kata lain peningkata kualitas merupakan faktor yang

berpengaruh langsung pada keberhasilan pemasaran produk

(barang atau jasa). Tanpa kemampuan meningkatkan kualitas dalam

kompetisi dengan perusahaan atau pelaku usaha lain sebagai

pesaing, akan menimbulkan resiko kerugian karena produk tidak

akan diserap pasar. Oleh karena itulah strategi ini menjadi sangat

penting dalam kegiatan pelatihan, dengan memasukkan ke dalam

kurikulumnya, materi yang memungkinkan para pekerja kunci

memiliki kemampuan menghindari atau memperkecil resiko,

terutama melalui perbaikan dan peningkatan kualitas produk dan

pelayanan. Khusus dalam pemberian pelayanan, seharusnyalah

dilakukan pelatihan secara praktis dan riel, agar setiap pekerja

mampu memberikan pelayanan terbaik, yang sesuai dengan

keinginan/kebutuhan dan memuaskan konsumen secara

berkelanjutan.

Dedi Mu/yadi 141

Page 152: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

3. Strategi Pengurangan Biaya

Strategi ini berusaha mendapatkan keunggulan bersaing melalui

biaya produksi yang rendah. Perusahaan yang menerapkan strategi

ini dicirikan oleh kontrol biaya yang ketat, minimisasi biaya over­

head serta pencapaian skala ekonomis. Fokus utama diarahkan

pada upaya meningkatkan produktivitas, melalui biaya output per

individu. Pada prinsipnya upaya pengurangan biaya ini dilakukan

melalui pengurangan jumlah karyawan , penurunan tingkat upah

karyawan, pemanfaatan karyawan paruh waktu, subkontrak,

prosedur pengukuran dan penyederhanaan pekerjaan, perubahan

aturan pekerjaan, serta fleksibilitas penugasan pekerjaan.

Strategi pengurangan biaya ini berhubungan langsung dengan

kemampuan menghindari dan memperkecil resiko, karena terarah

pada usaha meningkatkan keuntungan kompetitif organisasi/

perusahaan. Strategi ini harus dilaksanakan dengan meningkatkan

kemampuan para pekerja lini, dalam mengusahakan mengurangi

atau menekankan serendah-rendahnya biaya produksi dan

pemberian pelayanan, tanpa berakibat sempit atau mengurangi

pasar. Dengan kata lain strategi ini bermaksud tidak mengurangi

kualitas, sebagai faktor yang menentukan dalam merebut dan

mempertahankan konsumen. Beberapa aspeknya adalah kesediaan

bekerja keras dengan disiplin kerja dan kecermatan yang tinggi,

mampu melakukan kegiatan kontrol kualitas agar terhindar dari

hasil produk yang tidak memenuhi persyaratan.

Dalam strategi pengurangan biaya ini juga perusahaan

berusaha meraih keunggulan kompetitif dengan cara menjadi

produsen barang yang berbiaya paling murah. Dalam rangka

memperoleh keunggulan kompetitif dengan mengikuti strategi

pengurangan biaya maka praktek-praktek kunci sumber daya

manusia harus mencakup:

142 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 153: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

a. Deskripsi jabatan yang relatif stabil dan dinyatakan secara

ekplisit sehingga mengurangi penafsiran yang mendua;

b. Jalur karir pekerjaan dirancang secara sempit yang bakal

mendorong adanya spesialisasi, keahlian dan efisiensi;

c. Penilaian kinerja yang berjangka pendek dan berorientasi pada

hasil;

d. Pemantauan yang teliti terhadap tingkat gaji dipasar tenaga

kerja yang akan digunakan dalam keputusan kompensasi; dan

e. Tingkat pelatihan dan pengembangan karyawan yang minimal.

Pemilahan strategi yangtepat untuk digunakan merupakan kunci utama

untuk menciptakan sumber daya manusia yang siap bersaing di tengah arus

bisnis global yang semakin menantang dan tidak memiliki batasan. Hal ini

berlaku di bidang apapun, tidak terkecuali wirausaha kreatif itu sendiri. Para

pelaku usaha atau perusahaan yang bisa memperlakukan sumber daya

manusianya secara efektif dan ef isienlah yang bisa berkembang di tengah

persaingan tersebut. Sebaliknya, perusahaan dan mereka yang tidak mampu

menghargai serta mengembangkan sumber daya manusia yang dimilikinya

akan tergerus dan sulit untuk maju.

B. Branding dan Pemasaran

"Content marketing is more than a buzzword. It is the hottest trend in

marketing because it is the biggest gap between what buyers want and

brands produce." -Michael Brenner

Usaha yang komersial dan bisa mendatangkan keuntungan adalah usaha

yang dipasarkan. Tanpa adanya praktik pemasaran, pengelolaan cara jual

produk dan nilai-nilai yang menjadi keuntungan bagi calon pelanggan, maka

usaha atau bisnis yang dijalankan akan sulit untuk menghasilkan keuntungan.

Karena itu pula, para pelaku usaha baik individu ataupun perusahaan mau

Dedi Mulyadi 143

Page 154: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tidakmau harus menjalankan praktik pemasaran dan manajemen penjualan

produkdengan sebaik-baiknya. Manajemen pemasaran dalam hal ini, menjadi

tema penting berikutnya yang harus dipahami oleh para pelaku usaha yang

ingin usahanya tetap kompetitif di tengah persaingan yang ada.

Secara umum, pemasaran atau lazim juga didengarkan istilah inggrisnya

marketing dalam pembicaraan, pada dasarnya adalah sebuah kegiatan di

mana seseorang atau organisasi menawarkan suatu produk atau jasa dengan

nilai tertentu kepada seseorang, atau kelompok, atau masyarakat secara

umum untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Dengan kata lain,

pemasaran merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

dan keinginan melalui proses pertukaran dengan menambahkan nilai tertentu

bagi kedua pihak. Kotler dan Armstrong (2011), tokoh yang terkenal sebagai

bapak pemasaran misalnya, mendefinisikan pemasaran atau marketing ini

sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk atau jasa yang

bernilai kepada pihak lain.

Penjelasan dari Kotler ini menyatakan bahwa pemasaran merupakan

suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,

menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barangyang dapat

memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

Dengan demikian, inti dari pemasaran adalah pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pelanggan dengan cara pertukaran, di mana masing-masing pihak

mendapatkan nilai dari proses tersebut. Pelanggan mendapatkan apa yang

mereka butuhkan, penjual mendapatkan keuntungan dari produk atau jasa

yang mereka tawarkan.

Praktik pemasaran yang baik sangat dibutuhkan oleh setiap pelaku usaha

agar produknya bisa dikenal dan konsumen juga tertarik untuk membeli atau

menggunakannya. Karena itu pula, pemasaran ini membutuhkan pemahaman

pelaku usaha atau perusahaan tentang kebutuhan dan keinginan masyarakat

144 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 155: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

atau pelanggan. Kebutuhan masyarakat konsumen akan selalu berubah

sebagaimana tuntutan mereka akan suatu produk terus berkembang. Karena

itu, bagaimana memahami kebutuhan, keinginan, dan kecenderungan

perubahan hal tersebut menjadi kunci dalam kegiatan pemasaran. Sebagai

contoh, pelaku usaha kreatif penjualan sepatu misalnya, harus mengetahui

sepatu seperti apa yang sedang laku di pasaran, siapa yang menjadi trend

setternya, berapa kisaran harga yang mereka inginkan, warna sepatu apa

yang paling banyak dicari, berapa lama kecenderungan memakai sepatu itu

akan bertahan, dan lain sebagainya.

Kata kunci lainnya dalam pemasaran adalah menentukan pasar sasaran.

Dalam prinsip pemasaran modern diyakini bahwa satu produk tidak akan

pernah sesuai dengan keseluruhan pasar. Oleh karena itu maka pemasaryang

baik adalah orang yang dapat menentukan dengan tepat apa yang harus

dijualnya secara tepat kepada kelompok orang tertentu. Kelompok ini bisa

terkait dengan orang, kebiasaan orang, suku, bahkan negara tertentu.

Dengan demikian, konsep utama pemasaran selalu berhubungan erat dengan

kepuasan yang bisa diraih oleh konsumen dengan terpenuhinya kebutuhan

dan keinginan mereka. Kegiatan perusahaan yang berdasar pada konsep

pemasaran ini juga harus diarahkan untuk memenuhi tujuan perusahaan itu

sendiri. Secara definitif dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah

falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen

merupakan syarat ekonomis dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan

atau pelaku ushaa.

Swastha (1996) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor penting yang

bisa digunakan sebagai dasar bagi konsep pemasaran, yaitu:

1. Orientasi konsumen

Setiap bentuk produk atau jasa yang dibuat dan ditawarkan harus

berdasarkan pada analisis yang tepat tentang apa yang menjadi

kebutuhan dan keinginan pelanggan. Karena itu, dalam pemasaran

yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen, pihak

Dedi Mulyadi 145

Page 156: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

perusahaan sebagai pemasar produk dan jasa harus melakukan hal-

hal berikut, di antaranya:

a. Menentukan kebutuhanpokokdaripembeliyangakandilayani

dan dipenuhi.

b. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam

penjualan.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur,

menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku

mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik,

apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang

murah atau model yang menarik.

2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan

Pelaku usaha yang ingin memberikan kepuasan secara optimal

kepada konsumen melalui produk dan jasa yang mereka tawarkan,

maka semua elemen pemasaran yang ada harus diintegrasikan.

Tidak bolah ada pertentangan antara kebutuhan pelanggan dan

ketersediaan produk atau jasa. Cara paling umum yang biasa

dilakukan oleh pelaku ushaa atau perusahaan untuk mengantisipasi

hal ini adalah membentuk divisi khusus pemasaran yang

bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan pemasaran. Dengan

adanya divisi ini dan seorang manajer pemasaran yang

memimpinnya, maka seluruh lini yang terlibat dalam kegiatan

pemasaran dapat bekerja secara efektif, terkoordinir, selaras

dengan tujuan perusahaan itu sendiri.

3. Mendapatkan laba melalui pemuasan kebutuhan konsumen

Tujuan utama dari pemasaran atau penjualan produk dan jasa yang

dilakukan sebuah perusahaan pada dasarnya adalah untuk

mendapatkan profit atau laba dari produk dan jasa yang mereka

146 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 157: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tawarkan. Adanya keuntungan atau margin nilai dari penjualan inilah

yang membuat sebuah perusahaan bisa tumbuh dan berkembang

dengan kemampuan yang lebih besar. Sebaliknya, jika perusahaan

tidak mampu menarik keuntungan dari pemasaran yang

dijalankannya, maka hanya persoalanwaktu sebelumia mengalami

keruntuhan atau kebangkrutan. Meski demikian, perolehan

keuntungan atau profit bukaniah satu-satunya tujuan dari kegiatan

pemasaran. Ada banyak manfaat lain yang bisa diraih dari aktivitas

pemasaran itu sendiri, misalnya; mempererat hubungan antara

perusahaan dengan pelanggan, memperkenalkan visi dan misi

perusahaan kepada masyarakat, membangun citra dan kerjasama

dengan pihak lain, serta membuka peluang baru untuk bisnis yang

mungkin dijalankan.

Konsep apapun yang dibangun sebagai dasar dalam kegiatan

pemasaran, ia harus mencakup ketiga hal tersebut di atas. Pemasaran yang

baik adalah pemasaran yang berorientasi pada konsumen, yang melibatkan

koordinasi semua lini dalam perusahaan, serta bisa menghasilkan keuntungan

bagi perusahaan bersangkutan. Pelaku usaha yang hanya fokus pada

penjualan produk tapi tidak disertai dengan perhatian pada keinginan dan

kebutuhan konsumen, atau harapan-harapan mereka terkait produk tersebut,

sulit untuk mendapatkan keberhasilan dalam pemasarannya. Begitu pula

pemasaran yang hanya dilakukan oleh bagian tertentu tanpa koordinasi

dengan bagian lainnya akan berdampak buruk bagi pemasaran itu sendiri.

Logikanya sederhana, bagaimana mungkin seorang pem asar bisa

memasarkan produknya, mengenalkan produk tersebut pada masyarakat,

jika ia tidak memahami produk itu sendiri. Dalam hal ini, memahami produk

berarti pemasar harus bisa berkoordinasi dengan bagian produksi.

Namun demikian pemasaran sebagai sebuah konsep pada akhirnya

bukan semata persoalan mengenalkan produk, lalu menjualnya pada

Dedi Mulyadi I 147

Page 158: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

masyarakat konsumen. Pemasaran adalah totalitas kegiatan yang berkaitan

dengan bagaimana sebuah perusahaan membangun masa depannya dengan

melibatkan konsumen dan masyarakat secara umum melalui aktivitas

pertukaran yang bertujuan. Penjualan produk semata tanpa membangun nilai

lebih demi kepentingan perusahaan, bukanlah sebuah pemasaran yang

bertujuan. Karena itu, setiap pelaku usaha, harus bisa memahami terlebih

dahulu arti penting dari konsep pemasaran yang bertujuan ini.

Seorang pelaku usaha kreatif yang membuka kedai kopi (coffee shop)

misalnya, ia tidak boleh semata berpikir bagaimana bisa menjual produk

kopinya dalam waktu singkat dan memperoleh margin keuntungan atas

modal dagang yang telah dikeluarkannya. Pelaku usaha tersebut juga harus

memikirkan bagaimana kelangsungan usahanya di masa depan dengan cara

membangun hubunganyang baikdengan pelanggannya melalui pemasaran

yang bertujuan. la juga harus bisa melihat pemasaran sebagai sarana

komunikasi untuk memahami apa yang diinginkan oleh masyarakat dari

produk yang ditawarkannya. Pada titik ini, ketika ia bisa memahami dengan

baik apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat, maka ia bisa

merancang produknya dengan lebih baik di masa mendatang. Nilai-nilai yang

dibangun ini bisa berwujud citra baik usaha, ingatan konsumen akan layanan

yang optimal dari pelaku usaha ketika menjual produknya, dan hal-hal penting

lainnya yang itu akan menjadi perekat antara produk dan konsumen yang

menikmatinya. Karena itu pula, pelaku usaha coffee shop harus melakukan

beberapa aktivitas lain dalam upayanya memasarkan produknya, seperti

membuat iklan yang mengakrabkan dirinya dengan konsumen, membangun

citra positif dengan menyediakan layanan yang akrab bagi pelanggan yang

membeli kopi, dan lain sebagainya.

Perlu diingat bahwa meskipun peran pemasaran sangat penting dalam

setiap kegiatan bisnis, pengertian pemasaran sebagai sebuah konsep tidaklah

seragam. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh beberapa faktor, seperti

lingkungan, kondisi pasar, sifat produk, dan terutama pandangan pemasar

148 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 159: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

atau pihakyang berkepentinganterhadap pemasaranitu sendiri. Dengan kata

lain, konsep pemasaran yang dianut oleh masing-masing perusahaan tidaklah

sama. Konsep pemasaran yang dijalankan oleh sebuah perusahaan adalah

dasar atas semua kegiatan pemasaran yang dipercaya akan membawa

keuntungan bagi perusahaan tersebut. Konsep pemasaran ini dalam

evolusinya telah mengalami beberapa perkembangan yang bisa diringkas

sebagai berikut:

a. Konsep pemasaran berbasis produksi

Pemasaran yang berorientasi pada produksi (internal). Pemasaran

dengan konsep ini beranggapan bahwa konsumen hanya akan

membeli produk-produk yang murah. Dengan demikian, fokus

kegiatan perusahaan adalah pada bagaimana menghemat biaya

produksi dan efisiensi distribusi sehingga mereka bisa menjual

produk tersebut dengan harga murah kepada konsumen.

b. Konsep pemasaran berbasis produk

Dalam konsep ini, perusahaan memandang bahwa konsumen atau

pelanggan lebih menghendaki produk-produk atau jasa yang

berkualitas atau berpenampilan baik dan menarik. Dengan demikian

tujuan dan kegiatan perusahaan adalah bagaimana mereka bisa

mengendalikan kualitas dari produk mereka untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut.

c. Konsep pemasaran berbasis penjualan

Konsep pemasaran ini berfokus pada tingkat penjualan produk atau

barang, yakni bahwa konsumen perlu dipengaruhi dan diyakinkan

untuk membeli produk dan atau menggunakan jasa yang

ditawarkan, sehingga perusahaan bisa memenuhi target penjualan

dan mendapatkan keuntungan maksimum dari pemasaran yang

dilakukan. Dengan konsep ini, fokus kegiatan perusahaan dalam

konteks pemasaran adalah bagaimana meningkatkan cara-cara

penjualan dan kegiatan promosi yang intensif agar bisa

Dedi Mulyadi 149

Page 160: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

memengaruhi bahkan memaksa pelanggan untuk membeli produk

dan atau jasa yang ditawarkan.

d. Konsep pemasaran berbasis kepuasan

Konsep pemasaran ini berorientasi pada pelanggan (eksternal),

yakni bahwa pelanggan atau konsumen hanya akan membeli

produk dan atau jasa yang ditawarkan jika produk atau jasa tersebut

bisa memberikan kepuasan kepada mereka. Dengan ini, fokus

kegiatan pemasaran sebuah perusahaan adalah bagaimana

menciptakan produk dan atau jasa yang bisa memenuhi kebutuhan

dan keinginan pelanggan sehingga mereka terpuaskan. Dalam

konsep ini juga, pihak perusahaan akan belajar untuk memahami

bagaimana perilaku konsumen melalui kegiatan pemasaran yang

bertujuan.

e. Konsep pemasaran berbasis kebutuhan sosial

Konsep ini beranggapan bahwa konsumen atau pelanggan hanya

akan bersedia membeli produk atau jasa yang ditawarkan jika ia

mampu memenuhi kebutuhan serta kesejahteraan lingkungan

sosial tertentu. Dengan ini, maka fokus kegiatan pelaku usaha atau

perusahaan adalah bagaimana membangun hubungan dengan

masyarakat untuk memahami kebutuhan mereka dan bagaimana

bisa menyokong kesejahteraan mereka dengan produk dan jasa

yang ditawarkan.

f. Konsep pemasaran berbasis persaingan pasar

Konsep ini beranggapan bahwa produsen atau perusahaan

penyedia produk dan atau jasa harus memiliki keunggulan pasar

untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen sehingga mereka bisa

tetap eksis di tengah persaingan. Dengan konsep ini, maka fokus

kegiatan perusahaan adalah bagaimana memahami perilaku

konsumen sekaligus bagaimana perilaku dan strategi perusahaan

pesaing.

15 0 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 161: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Perkembangan pemikiran tentang pemasaran atau marketingtersebut

secara ringkas bisa digambarkan sebagai berikut:

Bagan 4.2: Evolusi Konsep Pemasaran

Konsep =

Orientasi =

Basis

1. Produksi2. Produk3. Penjualan

4. Kepuasan 3. Kebutuhan

Sosial

6. Persaingan Pasar

Internal Eksternal

Perusahaan Pelanggan/Masyarakat

Perusahaanpesaing

Marketing Mix

Kompleksitas aktivitas pemasaran dan rumitnya pemilihan strategi di

dalamnya seringkali tidak disadari oleh masyarakat konsumen. Mereka hanya

mengetahui bahwa barang tertentu ada tempat tertentu yang bisa dibeli

dengan harga tertentu. Padahal suatu barang hingga berada di tangan

konsumen akan melewati berbagai putusan yang rumit, mulai dari putusan

tentang jenis, bentuk, sifat barang, putusan tentang harga, putusan tentang

karakteristik konsumen calon penggunanya, putusan tentang lokasi di mana

ia akan dijual, putusan tentang nilai-niiai dan citra seperti apa yang akan

dibawa oleh produk bersangkutan, dan lain sebagainya.

Seperti halnya produk tersebut, pelaku usaha dan atau perusahaan

misalnya juga tidak bisa bergantung pada hanya satu faktor atau variabel

dalam pemasaran. Penekanan hanya pada aktivitas promosi semata, tanpa

fokus pada variabel lain, seperti harga produk, penentuan lokasi jual produk,

sistem distribusi produk, dan lainnya, akan berdampak besar pada pemasaran

yang dilakukan. Karena itu pula, banyak pelaku usaha yang kemudian

Dedi Mulyadi

Page 162: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

berusaha menjalankan praktik pemasarannya dengan menggabungkan

berbagai variabel terkait pemasaran itu sendiri. Pendekatan seperti inilah yang

kemudian dikenal dengan istilah marketing mix atau bauran pemasaran.

Dengan kata lain, bauran pemasaran adalah kumpulan dari variabel-variabel

pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan atau

pelaku usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar yang sudah

ditentukan.

Tujuan utama dari pendekatan pemasaran seperti ini adalah

menggunakan seluruh variabel yang ada untuk menunjang efisiensi dan

efektivitas pemasaran itu sendiri. Dalam hal ini, sebagaimana banyak

disebutkan oleh para ahli manajemen pemasaran, seperti Kotler dan

Armstrong (2011) dalam rumusan awalnya, bauran pemasaran memiliki empat

variabel utama, yakni:

1. Product (produk); merujuk pada segala sesuatu yang ditawarkan

kepada masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi.

Secara lebih konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari

produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk

mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan

kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas

organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula

didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh

produsen melalui hasil produksinya.

Kotler & Armstrong (2011) menjelaskan bahwa dalam

merencanakan produk atau apa yang hendak ditawarkan ke pasar,

baik berupa barang ataupun jasa, maka para pemasarperlu berpikir

melalui lima tingkatan produk dalam merencanakan penawaran

pasar, yaitu: (a) manfaat inti (core benefit), yaitu jasa atau manfaat

fundamental yang benar-benar dibeli oleh pelanggan; (b) produk

dasar ( b a s ic p ro d u c t) . Para pemasarharus mengubah manfaat inti

menjadi produk generik (generic product), yaitu versi dasar dari

1 5 2 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 163: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

produkyang akan ditawarkan tersebut; (c) produkyang diharapkan

(expected product) atau sekumpulan atribut dan kondisi yang

biasanya diharapkan dan disetujui oleh pembeli ketika mereka

membeli produk tersebut; (d) produk yang ditingkatkan ((aug­

mented product). Layanan dan m anfaat tam bahan yang

membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing; (e)

produk yang potensial (potensial product). Hal ini mencakup semua

peningkatan dan transformasi yang akhirnya akan dialami produk

tersebut di masa mendatang.

2. Price (harga) adalah sejumlah uang yang konsumen bayar untuk

membeli produk atau mengganti hal milik produk. Harga dapat

diungkapkan dengan beberapa istilah, misalnya tarif, sewa, bunga,

premium, komisi, upah, gaji dan lainnya. Dalam perspektif

pemasaran sendiri, harga merupakan satuan moneteratau ukuran

lainnya (term asuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau

jasa. Harga merupakan satu-satunya unsurbauran pemasaran pal­

ing fleksibel karena bisa dirubah setiap saat, serta satu-satunya

variabel yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi

perusahaan.

Dalam penetapan harga ini, pelaku usaha setidaknya harus

mengacu pada hal-hal berikut: (a) kondisi atau kualitas barang

ditinjau dari modal yang dikeluarkan untuk memproduksinya,

kompleksitas keterampilan untuk mengolahnya, ataupun manfaat

yang dibawanya; (b) keadaan konsumen yang dituju, seperti apakah

konsumen ini termasuk dalam golongan masyarakat dengan

penghasilan tinggi, sedang, atau rendah, konsumen perkotaan atau

pedesaan, dan lainnya; dan (c) kondisi pasar. Dalam hal ini pelaku

usaha harus memahami apakah produknya baru dikenalkan ke pasar

atau produknya sudah menguasai pasar, berapa banyak saingan

Dedi Mulyadi 153

Page 164: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

produk tersebut di pasar, apakah jalur distribusinya sudah

mencakup berbagai jalur, dan lain sebagainya.

3. Place (tem pat) adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk

membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia

bagi pasar sasaran. Pengertian tempat ini mencakup juga saluran

distribusi barang yang akan dijual atau ditawarkan pada masyarakat

konsumen. Karena itu pula, banyak ahli yang menjelaskan bauran

pemasaran dengan mengganti variabel tempat menjadi saluran

distribsi. Kotier dan Armstrong (2011) dalam hal ini mengungkapkan

bahwa saluran distribusi adalah suatu perangkat organisasi yang

saling tergantung dalam menyediakan satu produk atau jasa untuk

digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis.

4. Promotion (promosi) adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk

mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar

sasaran. Dalam hal ini, emua kegiatan yang dimaksudkan untuk

menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada

pasar sasaran, untuk memberi informasi tentang keistimewaan,

kegunaan dan yang paling penting adalah tentang keberadaannya,

untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong orang-orang

supaya bertindak, adalah bagian dari kegiatan promosi. Dalam

praktiknya, promosi ini setidaknya memiliki lima macam, yaitu: (a)

Personal Selling, yakni praktik promosi dengan menggunakan

komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual atau pemasar

dengan calon pelanggan; (b) Mass Selling, yakni pendekatan yang

menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi

kepada khalayakramai. Mass selling ini umumnyaterdiri dari: (i) iklan

sebagai bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada

informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang

disusun sedemikian rupa sehingga m enimbulkan rasa

menyenangkan yang akan mengubah pikiran orang untuk membeli;

154 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 165: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dan (ii) publisitas sebagai bentuk penyajian dan penyebaran ide

barang dan jasa secara non personal; (c) Sales Promotion, yakni

bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif

yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan

segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan;

(d) P u b lik R e la tio n , yakni upaya komunikasi menyeluruh dari suatu

organisasi untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan dan

sikap berbagai kelompok terhadap organisasi tersebut; dan (e) D i­

rect M a rk e tin g , yakni sistem pemasaran yang bersifat interaktif yang

memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan

respon yang terukur atau transaksi di sembarang lokasi.

Pertimbangan akan empat variabel tersebut menjadi pertimbangan

kunci yang akan menentukan keberhasilan praktik pemasaran secara

keseluruhan. Dalam kelanjutannya, konsep tentang empat variabel bauran

pemasaran ini kemudian mengalami perluasan dan pengembangan dari para

ahli. Pakar marketing, Lovelock dan Wright (2011), misalnya mengembangkan

bauran pemasaran (m a r k e tin g mix) ini menjadi in te g ra te d se r v ic e m a n a g e ­

m e n t dengan menggunakan pendekatan 8P, yang mencakup:

1. P ro d u c t e le m e n ts; yakni semua komponen dari kinerja layanan yang

menciptakan nilai bagi pelanggan.

2. P lace, cy b e rsp a c e , a n d t im e ; yakni keputusan manajemen mengenai

kapan, di mana, dan bagaimana menyajikan produk atau layanan

yang baik kepada masyarakat konsumen dan calon konsumen.

3. P ro m o tio n a n d e d u c a tio n ; yakni semua aktivitas komunikasi dan

perancangan insentif untuk membangun persepsi pelanggan yang

dikehendaki pelaku usaha atau perusahaan atas produk dan atau

layanan spesifikyang diberikan perusahaan pada konsumen.

4. Price a n d o t h e r u s e r o u tla y s ; yakni pengeluaran uang, waktu, dan

usaha yang pelanggan korbankan dalam membeli dan

Dedi Mulyadi 155

Page 166: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

mengkonsumi produk dan layanan yang perusahaan tawarkan atau

sajikan.

5. Process; yakni suatu metode pengoperasian atau serangkaian

tindakan yang diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan

yang baik kepada pelanggan.

6. Productivity and quality; produktivitas adalah sejauhmana ef isiensi

masukan-masukan layanan ditransformasikan ke dalam hasil-hasil

layanan yang dapat menambah nilaf bagf pelanggan, sedangkan

kualitas adalah derajat suatu layanan yang dapat memuaskan

pelanggan karena dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan

harapan.

7. People; yakni pelanggan dan karyawan yang terlibat dalam kegiatan

memproduksi produk dan layanan (serviceproduction).

8. Physical evidence; adalah perangkat-perangkat yang diperlukan

dalam menyajikan kualitas produk dan layanan secara nyata.

Penggunaan model bauran pemasaran atau marketing mix sebagai in­

tegrated service management dalam konteks pengembangan cakupan bisnis

ini pada dasarnya sangat bermanfaat dan bisa membantu pelaku usaha untuk

mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam

kegiatan pemasaran produk atau jasa yang dimilikinya. Meski demikian, dalam

banyak pengalaman pelaku usaha atau perusahaan yang memiliki produk

yang terkenal, praktik pemasaran yang sesungguhnya pada akhirnya adalah

bagaimana upaya perusahaan untuk bisa menanamkan citra tertentu dalam

benak masyarakat konsumen, serta bagaimana membangun branding

perusahaan yang membuat perusahaan memiliki nilai-nilai tertentu di mata

masyarakat. Sebab hanya melalui keduanya, maka masyarakat konsumen

tetap menjadi masyarakat yang loyal pada produk yang dijual. Untuk

keperluan ini pula, meski tidak dimaksudkan sebagai pebahasan mendalam,

kita perlu mengenal persoalan branding dan citra.

1 5 6 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 167: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Branding dan Citra

Pelaku usaha pada hari ini pada umumnya menyadari bahwa produk yang

mereka tawarkan tidaklah sepenuhnya baru. Ada banyak pelaku usaha lain

yang membuat dan menjual produk serupa dengan merk jual yang berbeda.

Perbedaan antara satu produk dengan produk sejenis lainnya begitu tipis,

sehingga konsumen kemudian seolah tinggal mencari produk mana yang lebih

murah harganya atau lebih mudah untuk didapatkan. Jika terdapat dua rumah

makan yang sama-sama menjual ayam goreng, maka secara logis orang akan

mencari mana rumah makan yang lebih murah harganya, atau lebih dekat

dengan tempat tinggalnya.

Faktor-faktor kecil yang membedakan antara satu usaha dengan usaha

lainnya, pada akhirnya menjadi krusial. Mereka harus bisa menambahkan detil-

detil tertentu pada produk mereka yang itu bisa menjadi nilai tambah sehingga

lebih mampu menarik minat masyarakat untuk membelinya. Detil-detil

tertentu yang bisa menjadi nilai tambah suatu produk ini misalnya adalah

nama produk yang lebih mudah diingat, tampilan fisik produk yang lebih

menarik, pelayanan oleh penjual yang lebih ramah dan komunikatif, ataupun

penambahan citra-citra tertentu pada produk bersangkutan sehingga

konsumen tetap loyal untuk membelinya meskipun ia mendapati banyak

produk sejenis di luar sana (branding).

Sebagian besar produk ternama yang dapat kita temui di pasaran pada

umumnya sangat memokuskan pada persoalan branding ini. Jika konsumen

sudah direkatkan dengan produk melalui nilai tambah dan citra yang ada,

maka harga jual seringkali tidakterlalu dipersoalkan. Aqua misalnya, adalah

salah satu merk minuman kemasan yang terus merajai pasar minuman

kemasan, meskipun harga jualnya lebih tinggi dibandingkan produk sejenis.

Apa yang membuat konsumen tetap memilih untuk membeli Aqua dibanding

produk lain yang sejenis adalah citra tertentu yang sudah melekat di

masyarakat dan nilai-nilai yang dibangun oleh Aqua tersebut. Citra Aqua

sebagai produk air minum kemasan yang lebih steril proses pengolahannya

Dedi Mulyadi 157

Page 168: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dibandingkan minuman lain melalui iklan yang disebarkannya, adalah contoh

bagaimana branding suatu produk ini menjadi hal penting agar konsumen

tetap setia pada produk tersebut.

Contoh lainnya adalah produk-produk perusahaan Apple. Ipod, Iphone,

Macbook, adalah perangkat-perangkat teknologi yang f itur dan manfaatnya

tidak jauh berbeda dengan produk-produk teknologi sejenis. Jika

dibandingkan dengan produk-produk lainnya, Apple bahkan cenderung

mengeluarkan produk tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Namun

demikian, para konsumen produk Apple justru tetap setia untuk membelinya.

Konsumen Apple yang loyal ini tidak didapatkan begitu saja. la merupakan

hasil dari praktik pemasaran dan branding produk yang efektif selama

bertahun-tahun. Gambaran yang dibangun dari produk yang dijual misalnya

adalah bahwa pengguna produk Apple lebih eksklusif (terbatas kalangan

tertentu), dan membawa nilai-nilai kreativitas perusahaan Apple itu sendiri.

Dua contoh di atas menunjukkan bagaimana pentingnya branding suatu

produk di mata konsumen. Branding, atau dalam pengertian umumnya

merujuk pada suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan

dalam rangka membangun dan membesarkan brand atau merk produk

tertentu, yang bisa membedakannya dengan produk sejenis lainnya, adalah

aktivitas wajib dalam konteks pemasaran secara keseluruan. Branding produk

yang baik menujukkan adanya praktik pemasaran yang baik pula.

Bagaimanapun, apa yang diingat oleh konsumen dari suatu produk umumnya

adalah nama atau merk dan atribut-atribut tertentu yang melekat pada

produk tersebut. Jika pelaku usaha atau perusahaan bisa membawa hal ini

lebih lanjut, yakni dengan menambahkan nila-nilai atau atribut-atribut yang

sejatinya tidak berhubungan secara langsung dengan produk yang ada, maka

produk itupun akan semakin efektif untuk menjadi sebuah brand.

Branding lazim dilakukan oleh perusahaan atau pelaku usaha agar produk

dan atau layanan yang diberikan pada masyarakat konsumen bisa memiliki

nilai-nilai atau atribut-atribut tertentu yang berbeda dengan produk atau jasa

158 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 169: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

lainnya, yang memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Semakin kuat

ingatan konsumen pada merk atau brand tersebut, maka semakin baik pu!a

branding yang dilakukan. Dalam hal ini, pelaku usaha yang ingin melakukan

praktik branding paling tidak harus memahami prinsip-prinsip dasar brand­

ing seperti:

1. Branding harus bisa menyampaikan pesan dengan jelas dan mudah

diingat;

2. Suatu brand harus bisa mengkonf irmasi kredibilitas pemilik brand

bersangkutan;

3. Suatu brand harus bisa menghubungkan dengan target pemasaran

yang lebih personal;

4. Branding yang dilakukan harus bisa memotivasi pembeli untuk

membelinya;

5. Branding yang dilakukan harus bisa menumbuhkan loyalitas

pelanggan pada brand bersangkutan.

Dalam kajian di bidang manajemen pemasaran secara khusus, persoalan

branding ini tentu tidak sesederhana seperti yang dinyatakan sebeiumnya.

Menanamkan nilai-nilai tertentu pada sebuah brand dalam benak konsumen,

yang membuat mereka bisa dengan mudah mengingat merk atau brand

tersebut, adalah perihal yang sulit untuk dilakukan. la membutuhkan proses

yang panjang, strategi yang tepat, dan pemahaman akan variabel-variabel

pendukung praktik branding yang efektif. Karena itu pula, dalam kajian

manajemen pemasaran, ada bahasan tentang brand positioning, brand iden­

tity, brand personality, brand communication, brand equity, employer brand­

ing, dan lain sebagainya. Apa yang perlu ditekankan terkait wirausaha adalah

bahwa brandingsangat vital dalam membantu keberhasilan pemasaran dan

penjualan produk dan atau jasa yang dimiliki oleh pelaku usaha.

Praktik branding yang efektif tentu saja adalah ketika brand yang

dikomunikasikan kepada masyarakat pelanggan tersebut bisa menghasilkan

Dedi Mulyadi

Page 170: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

suatu citra tertentu yang membuat masyarakat pelanggan lebih memilih

produk dan atau jasa bersangkutan dibandingkan produk dan atau jasa

lainnya. Alasan ini pula yang membuat pelaku usaha harus bisa menanamkan

citra tertentu dari praktik branding yang dilakukannya. Secara umum, citra

dapat diartikan sebagai gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai

pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. la mempresentasikan

keseluruhan persepsi masyarakat konsumen terhadap produk yang dibentuk

dari sebaran informasi dan pengalaman masa lalu terhadap produk itu.

Sebagai suatu konstruksi mental seseorang yang diperoleh dari hasil

pergaulan atau pengalaman seseorang, atau merupakan interprestasi, reaksi,

persepsi atau perasaan dari seseorang terhadap apa saja yang berhubungan

dengannya, citra ini penting terutama untuk membuat konsumen tetap loyal

mengonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa, meskipun terjadi

perubahan berbagai hal yang melekat pada produk tersebut, seperti

perubahan harga, perubahan kemasan, bahkan perubahan kualitas sekalipun.

Ketika seseorang meminum air kemasan Aqua, dalam dirinya terdapat

keyakinan bahwa air kemasan ini adalah air yang sehat, yang sudah diolah

melalui proses sterilisasi yang lebih baik dibandingkan air kemasan lainnya,

serta bisa membuat orang tidak kehilangan fokus dan konsentrasi dengan

meminumnya sebagaimana iklannya. Menanamkan hal seperti ini tentu tidak

mudah, karena ia bukan saja memerlukan kerja keras dari pihak perusahaan,

tapi juga waktu yang relatif lama.

Praktik branding yang baik dan citra yang kuat dapat menjadi modal

berharga bagi pelaku usaha untuk mengembangkan produknya sedemikian

rupa, karena persepsi dan keyakinan masyarakat akan produk bersangkutan

sudah terbentuk dan sulit untuk dihilangkan. Hal ini jelas membawa

keuntungan signifikan terhadap pelaku usaha atau perusahaan, karena

mereka tidak lagi perlu bersusah payah mengenalkan produknya dan menarik

pelanggan dengan sebaran informasi terkait nilai-nilai yang dibawa produk

tersebut.

160 K e w irau sa h a a n , Pengcntar Menuju Praktik

Page 171: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

C. Manajemen Waktu

"Waste your money and you're only out of money, but waste your time

and you’ve lost a part of your life." -Michael LeBoeuf

Keluhan yang sering didengar dalam berusaha adalah bahwa seseorang

tidak memiliki waktu untuk melakukan tindakan tertentu karena kurang atau

tidak adanya waktu untuk mengerjakan hal tersebut. Banyak orang juga

menyadari pentingnya mengelola waktu agar bisa bekerja secara efektif,

namun dalam praktiknya mereka justru sama sekali tidak mengerti bagaimana

mengelola waktu tersebut. Padahal, sejatinya pengelolaan waktu sangat

pentinguntukdilakukan, terutama dalam konteksbisnis. Fischer(2001)dalam

hal ini menekankan bahwa mereka yang tidak bisa menerapkan manajemen

waktu dengan baik, pada dasarnya telah mengabaikan kemungkinan untuk

mendapatkan hasil yang besar dalam usahanya.

Istilah manajemen waktu (time management), pada awalnya mulai

dikenal sejak revolusi industri, ketika muncul perhatian yang besar tentang

pentingnya pengelolaan waktu secara efektif dan efisien untuk bisa

mengontrol waktu yang dimiliki seseorang. Peter Drucker (1966) kemudian

mempopulerkan istilah ini dalam bidang manajemen sehingga ia menjadi salah

satu konsep penting dalam hal upaya perusahaan untuk mencapai efisiensi

dan efektivitas kerja sumber daya manusia yang dimilikinya. Secara

sederhana, manajemen waktu dapat diartikan sebagai upaya seseorang dan

atau organisasi dalam merencanakan dan melaksanakan sejumlah waktu

untuk tindakan tertentu, sehingga tindakan tersebut bisa ditingkatkan dalam

hal efisiensi, efektivitas, dan produktivitasnya. Tindakan pengelolaan waktu

ini adalah sebuah seni yang membutuhkan pelatihan dan pengasahan

keterampilan secara terus-menerus. Hal ini penting disadari karena dalam

praktiknya, banyak pelaku usaha yang merasa sudah membuat jadwal

pekerjaan tertentu, tapi sebenamya ia telah membuang banyak waktu untuk

m e n g e rja k a n n y a .

Dedi Mulyadi I 161

Page 172: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Manajemen waktu ini penting untuk dikuasai, mengingat dalam dunia

bisnis dibutuhkan kemampuan untuk membuat putusan penting di tengah

perubahan dan padatnya aktivitas, serta pentingnya membuat rincian jadwal

produksi di tengah tuntutan masyarakat yang sangat dinamis. Pelaku usaha

yang menunda keputusan tertentu bisa saja mengalami kerugian yang besar

di kemudian hari. Sama halnya pula dengan mereka yang mengerjakan

sesuatu tanpa ketetapan waktu akan kehilangan ef isiensi dan efektivitas yang

itu sangat diperlukan untuk keberhasilan bisnis atau usaha yang dijalankan.

Manajemen waktu yang baik akan sangat membantu pelaku usaha untuk

menjadi lebih produktif, lebih kreatif, lebih bisa menghemat modal usaha,

menghindari tuntutan bekerja pada saat-saat kritis, dan secara meyakinkan

dapat meningkatkan kesempatan meraih keberhasilan dalam bisnis.

Konsep dasar manajemen waktu pada dasarnya berkaitan erat dengan

kedisiplinan dalam hal penggunaan waktu secara efektif dan ef isien untuk

menyelesaikan tugas atau tindakan tertentu. Dalam hal ini, banyak kalangan

ahli yang meyakini bahwa hal-hal berikut penting untuk dimasukkan dalam

pertimbangan guna merancang manajemen waktu yang baik, yaitu:

1. Menyusun skala prioritas; orang harus bisa menentukan apa yang

lebih penting untuk dikerjakan, seberapa banyak waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikannya, dan menyusun urutan

prioritas ini berdasarkan tingkat signifikansi dan pengaruhnya

terhadap usaha yang dijalankan serta modal yang diperlukan.

2. Membuat perencanaan dan menggunaan waktu yang tersedia

berdasarkan perhitungan tertentu yang didapatkan dari data

tentang pekerjaan, pengalaman mengerjakan, tingkat keahlian yang

dibutuhkan, teknologi yang dimiliki, serta dampaknya terhadap arus

kas dan aliran produksi dan atau operasional perusahaan secara

keseluruhan.

3. Menyiapkan perangkat kontrol untuk mengawasi terjadinya

penyimpangan atau hal-hal yang melenceng dari jadwal yang sudah

162 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Proktik

Page 173: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

ditentukan. Ketiadaan perangkat kontrol ini bisa membuat pelaku

usaha terjebak dalam situasi di mana pekerjaan terhambat,

produktivitas yang tersendat, ketidakmampuan memenuhi

pesanan, dan lain sebagainya.

4. Memberikan pelatihan dan keterampilan pada sumber daya

manusia pelaksana pekerjaan. Manajemen waktu adalah persoalan

bagaimana seseorang memiliki tingkat kedisiplinan diri yang tinggi,

agar ia bisa tetap bekerja secara efektif meskipun di tengah beban

pekerjaan yang berat, ataupun sedang mendapatkan masalah

dalam hidupnya.

Mengelola waktu erat kaitannya dengan efektivitas. Mereka yang bisa

mengerjakan segala sesuatunya secara terukur akan mendapatkan hasil yang

lebih baikdibandingkan mereka yang tidak bisa mengelola waktunya. Namun

demikian, seperti ditekankan Chapman & Rupured (2016), kita sebenarnya

tidak bisa mengelola waktu, apa yang kita kelola adalah peritiwa, kejadian,

tindakan, dalam kaitannya dengan waktu (we manage the events in our life in

relation to time). Setiap hari waktu akan berjalan dengan hitungan yang sama,

24 jam, 1.440 menit, 86.400 detik. Bagaimana menggunakan waktu yang

tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan atau proyek tertentu sangat

bergantung pada kemampuan seseorang dalam menganalisis kebiasaan diri,

merencanakan dan mengevaluasi tindakannya, dan mengontrol setiap

langkah dan tindakan yang diambilnya.

Pentingnya waktu ini sama halnya dengan uang. la harus dijaga,

digunakan secara bijak, dan dianggarkan sesuai dengan modal dan tujuan

yang ingin dicapai. Mereka yang bisa menerapkan manajemen waktu pada

umumnya akan lebih produktif, lebih memiliki energi untuk menyelesaikan

pekerjaan mereka, tidak gampang tertekan (stress), lebih bisa terhubung

dengan orang lain secara positif, dan merasa lebih baik dengan diri mereka

sendiri (Dodd 8c Sundheim, 2005). Karena alasan-alasan ini pula, maka

Page 174: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

seseorang, terutama dalam hal ini pelaku usaha, harus bisa menemukan

strategi pengelolaan waktu yang tepat untuk dirinya. Chapman & Rupured

(2016) sendiri, terkait hal ini memberikan tips untuk manajemen waktu

sebagai berikut:

1. Know how you spend your time

Membuat catatan waktu (log time) akan sangat membantu guna

mengetahui bagaimana cara kita menghabiskan waktu dalam

keseharian. Hal ini bisa dimulai dengan merekam apa yang kita

lakukan per 15 menit interval selama satu sampai dua minggu

pertama, lalu mengevaluasinya. Apakah kita sudah menyelesaikan

apa yang harus diselesaikan, apakah kita sudah bisa menentukan

waktu yang tepat untuk pekerjaan tertentu, apakah kita sudah bisa

melihat waktu apa yang harus digunakan untuk pribadi, keluarga,

kerjaan, dan lainnya. Menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini

dapat membantu kita pada langkah berikutnya.

2. Set priorities

Mengelola waktu secara efektif memerlukan pemahaman yang jelas

akan apa yang penting (important) dan apa yang mendesak (ur­

gent). Banyak hal yang penting tidak selalu mendesak untuk

dikerjakan, dan banyak pula orang yang tidak mengerti perbedaan

antara keduanya. Dalam kenyataannya, kita sendiri cenderung

membiarkan apa yang mendesak memenuhi waktu kita. Covey

(1994) dalam hal ini misalnya menyatakan bahwa orang semestinya

belajar menggunakan waktu secara lebih sedikit untuk hal-hal yang

kurang penting meskipun hal itu cukup mendesak untuk dilakukan.

Tindakan seperti ini dapat membuat seseorang bisa lebih fokus

pada hal-hal yang penting (important), sehingga kelak ia bisa

mengontrol waktunya dan mereduksi waktu untuk mengerjakan

hal-hal penting yang jadi mendesak karena ketidakmampuan

mengontrol waktu. Cara ini ini kemudian harus diperkuat dengan

164 Kewirausahaan, Pengantar M enuju Praktik

Page 175: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

membuat urutan tentang apa yang hams dikerjakan berdasarkan

skala prioritas atau kepentingannya.

3. Use a planning tool

Ada banyak perangkat perencanaan yang bisa digunakan agar

seseorang mampu mengelola waktunya secara lebih efektif, seperti

perangkat teknologi, buku catatan harian, kalender, program

komputer tertentu, wall charts, index cards, dan lain sebagainya.

Kuncinya adalah menggunakan satu perangkat (tool) yang paling

cocokdengan dirinya secara konsisten.

4. Get organized

Pada umumnya orang akan mendapati fakta bahwa mereka yang

tidak teratur hidupnya adalah mereka yang tidak memiliki

manajemen waktu. Menjadi orang yang teratur, bisa mengorganisir

pekerjaan yang harus dilakukan, mengerti kapan harus bekerja,

kapan harus bersantai, dan secara konsisten hidup dengan pola

tertentu dapat membantu orang memiliki manajemen waktu yang

baik.

5. Schedule your time appropriately

Membuat jadwal bukan semata tindakan di mana seseorang bisa

mengatur dan merekam apa yang harus dilakukan pada waktu

tertentu, tapi juga membuat komitmen waktu pada apa-apa yang

ingin dilakukan. Jadwal yang baik tidak mudah untukdibuat, karena

ia membutuhkan pemahaman tentang kemampuan diri, cara

hidupnya sendiri, kapan waktu bekerja yang paling produktif,

masalah apa yang sering dihadapi, dan lain sebagainya. Semakin

tinggi kemampuan mengenali diri dan membuat jadwal ini, maka

semakin baik pula manajemen waktu yang dimiliki.

6. Delegate: get help from others

Tidaksemua pekerjaan harus kita lakukan sendiri. Hal itu hanya akan

membuat kita terjebak dalam pemborosan waktu. Delegasikan

Dedi Mulyadi 165

Page 176: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

beberapa pekerjaan pada orang lain yang benar-benar mampu

menyelesaikannya dan sisakan pekerjaan yang benar-benar penting

dan membutuhkan keterampilan diri untuk diselesaikan oleh diri

kita sendiri. Percaya pada kemampuan orang lain adalah hal penting

agar kita tidak kehabisan waktu untuk mengerjakan segalanya

sendirian.

7. Stop procrastinating

Orang barangkali akan menunda pekerjaan untuk alasan-alasan

yang beragam. Beberapa lainnya menunda pekerjaan karena

semata kemalasan atau kurangnya motivasi untuk mengerjakan.

Prokrastinasi atau berleha-leha pada akhirnya menjadi pilihan yang

dibenarkan, padahal hal itu justru menjadi awal ketidakmampuan

diri untuk mengelola waktu secara efektif. Karenanya berhenti

melakukan prokrastinasi, dan mulai memberikan motivasi pada diri

untuk bekerja adalah hal penting untuk dilakukan.

8. Manage external time wasters

Waktu bekerja yang dimiliki seringkali habis oleh hal-hal yang tidak

diduga yang datang dari luar diri, seperti menerima telpon rekan,

kunjungan orang lain, musibah keluarga, dan lain sebagainya.

Karena itu orang harus mulai berpikir bagaimana mengurangi

datangnya hal-hal tersebut dengan cara-cara tertentu yang bisa

membantunya tidak terganggu dalam bekerja sesuai timeline yang

sudah dibuat sebelumnya. Menggunakan fitur voice mail dan

m enentukan waktu kapan menjawab panggilan telpon,

menyelesaikan hal-hal yang datang tidak terduga secara ringkas

guna menghindari tindakan menghabiskan waktu pada hal-hal

tersebut, datang dan memulai pekerjaan secara tepat waktu, dan

lain sebagainya adalah tindakan-tindakan yang bisa dilakukan guna

mengelola hal-hal yang bisa menghabiskan waktu secara tidak

terduga.

166 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 177: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

g. Avoid multi-tasking

Beberapa hasil studi Psikologi kontemporer menunjukkan bahwa

mengerjakan banyak hal dalam satu waktu tidak lantas membuat

orang bisa menghemat waktu. Sebaliknya orang bisa kehilangan

banyak waktu ketika berganti-ganti mengerjakan banyak hal dalam

satu waktu. Multi-tasking juga seringkali membuat orang hilang

fokus dan konsentrasi pada apa yang tengah dikerjakan, dan

membuat pekerjaan tersebut justru lambat untuk diselesaikan.

10. Stay healthy

Perhatian pada kondisi diri sendiri adalah hal yang utama.

Bagaimanapun, jadwal yang tersusun, pekerjaan yang sudah

dikelompokkan, perangkat pengingat kerjaan, dan lainnya tidak

akan berarti apa-apa jika seseorang sedang dalam kondisi sakit.

Menjaga kesehatan diri sendiri berarti berkomitmen pada waktu

dan bagaimana memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin.

Tips-tips di atas bisa digunakan oleh para pelaku usaha dalam kegiatan

bisnisnya. Orang bisa hanya menjalankan beberapa tips saja yang sesuai

dengan dirinya, atau menentukan tips, cara, teknik, dan strateginya sendiri.

Bagaimanapun, manajemen waktu adalah persoalan memahami kondisi diri

sendiri, kondisi usaha yang sedang dijaiankan, kondisi perusahaan dan

segenap sumber daya yang terdapat di dalamnya, sehingga setiap strategi

yang dijaiankan hanya harus didasarkan pada pengetahuan akan hal-hal

tersebut.

Merubah Kebiasaan

Ada banyak cara yang bisa dilakukan orang untuk membantunya dalam

mengelola waktuyang dimilikinya. Namun demikian, apa yang diperlukan agar

cara itu bisa berhasil adalah kedisiplinan dan konsistensi dalam

menjalankannya. Tanpa kedisiplinan dan konsistensi, orang sulit untuk

Page 178: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

berhasil mengelola waktu, terlepas dari secanggih apapun perangkat yang

digunakan untukmembantunya. Mengapa disiplin dan konsistensi ini penting?

Jawabannya sederhana, sebab kedua hal itu dapat membantu seseorang

untukmerubah kebiasaan yangdimilikinya.

Barangkali akar dari banyak persoalan yang dihadapi ketika seseorang

mulai belajar mengelola waktu adalah kebiasaan buruk untuk menunda

pekerjaan, kebiasaan prokrastinasi, kebiasaan mengerjakan banyak hal dalam

satu waktu, kebiasaan melakukan hal-hal yang menyenangkan semata, dan

berbagai bentuk kebiasaan lainnya. Merubah kebiasaan dalam hal ini, akan

sangat membantu orang untuk menjalani waktunya secara terukur sesuai

dengan tujuannya. Namun demikian, merubah kebiasaan adalah hal yang sulit

untuk dilakukan. Pada awalnya suatu tindakan dilakukan oranghanya sebagai

percobaan, lalu timbul kesenangan, dan kemudian terjadi pengulangan.

Semakin sering sesuatu itu dilakukan, semakin besar pula kemungkinan ia

akan menjadi kebiasaan. Pada titik di mana sesuatu itu menjadi kebiasaan,

maka ia berarti sudah menjadi bagian dari diri seseorang. Sesuatu yang sudah

menjadi bagian dari diri, akan sulit untuk dilepaskan. Itu mengapa merubah

kebiasaan bukanlah perkara yang mudah. Mengapa sulit? Secara psikologis,

sesuatu yang sudah terbiasa dilakukan, pada dasamya adalah sesuatu yang

tertanam di bawah sadar. la biasanya menuntut seseorang secara sadar

ataupun tidak untuk melakukannya berulangkali. Sesuatu yang terbiasa juga

bisa dilihat sebagai sesuatu yang lumrah. Dan semakin lumrah sesuatu itu,

maka biasanya semakin tidak disadari pula.

Jika kebiasaan yang ada dalam diri seseorang itu baik, tentu saja ia tidak

perlu merubahnya. Bahkan ia harus meningkatkannya. Akan tetapi bagaimana

jika kebiasaan itu buruk? Hal inilah yang menjadi tantangan baginya untuk

merubahnya. Dalam hal ini, Covey (1994) menyatakan bahwa karakter

seseorang merupakan kumpulan dari kebiasaan dirinya, dan kebiasaan ini

memegang peranan penting dalam hidupnya. Kebiasaan ini, lanjut Covey,

terdiri dari pengetahuan, keteram pilan, dan minat. Pengetahuan

168 K e w irau sa h a a n , Pengantar Menuju Praktik

Page 179: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

memungkinkan kita untuk memahami apa yang harus dilakukan; keterampilan

memberikan kita kemampuan untuk bagaimana melakukan sesuatu itu; dan

minat adalah motivasi atau dorongan untuk melakukannya.

Our c h a r a c te r is a co lle ctio n o f o u r h a b its, a n d h a b its h a v e a power­

ful ro le in o u r lives. H a b its consist of k n o w le d g e , sk ill, a n d d e s ire .

K n o w le d g e a llo w s us to k n o w w h a t to do, sk ill g iv e s us t h e a b ility to

k n o w h o w to d o it, a n d d e s ire is th e m o tiv a tio n to d o it.

-Stephen R. Covey

Covey sendiri, terkait kebiasaan ini, menjelaskan bahwa ia bukanlah

sesuatu yang tidak bisa dirubah. Namun, untuk merubahnya diperlukan

kesungguhan, persistensi, dan tentu saja kedisiplinan. Orang-orang yang

sukses dan efektif dalam hidupnya, pada dasarnya adalah orang-orang yang

sanggup merubah kebiasaan mereka. Berubah dari yang tadinya kurang baik,

menjadi lebih baik. Dari yang kurang berkualitas, menjadi penuh mutu. Dari

sini pula, orang sebenarnya bisa belajar tentang apa yang harus dilakukan

untuk menjadi orang yang efektif, dalam arti memiliki kebiasaan yang baik.

Berdasarkan nasehat Covey, yang dirangkum dari penelitiannya terhadap

orang-orang sukses, kita harus merubah kebiasaan melalui dan pertama-tama

dari dalam diri kita sendiri (in s id e -o u t). Mengapa dari dalam diri kita sendiri?

Karena masing-masing kita adalah subjekyang otonom, makhlukyang mampu

berpikir sendiri. Betul adanya bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang

cukup besar pada pembentukan karakter dan diri kita. Namun itu tidak berarti

kita tidak bisa menumbuhkan kesadaran yang otonom untuk berubah. Karena

itu pula, perubahan mestilah dirubah dari dalam diri, dari hal-hal kecil yang

bisa kita lakukan hari ini.

Dalam konteks melakukan perubahan kebiasaan ini, orang pada

dasarnya mengalami tiga fase yang harus dilalui, yaitu:

Dedi Mulyadi 169

Page 180: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

1. Fase pertama atau fase ketergantungan (dependence), adalah fase

di mana orang sangat bergantung pada orang lain. Orang menurut

apa yang dikatakan oleh orang lain yang ia hormati. Orang

mencontoh tindakan, gaya, dan berbagai hal dari orang yang

dianggapnya menarik. Orang bergantung pada orang lain untuk

mengurus, menjaga, dan memelihara dirinya. Ringkasnya, fase ini

menunjukkan kondisi diri seseorang yang belum mandiri, sangat

bergantung pada pertolongan orang lain untuk melakukan berbagai

hal. Fase ini adalah fase di mana orang baru lahir, hingga mulai

tumbuh menjadi remaja.

2. Fase yang kedua adalah fase kemandirian ( independence). Ini

dimulai tatkala orang sudah bisa berpikir sendiri, dan tidak lagi

semata mendengarkan dan menuruti orang lain. Dalam fase ini,

orang sudah bisa menilai apa yang berharga buat diri dan hidupnya,

dan apa yang mesti dihindari karena mengandung resiko yang

membahayakan dirinya. Dengan kata lain, orang sudah bisa

menimbang apa yang harus dilakukan, bisa membuat keputusan

sendiri, dan bisa menjaga apa yang sudah dikerjakan demi kebaikan

hidupnya.

3. Fase yang terakhir adalah fase kerjasama (interdependence). Fase

ini menunjukkan tingkat perkembangan kesadaran diri yang lebih

tinggi. Orang tidak sekadar mandiri, tapi juga sudah timbul

kesadaran bahwa ia tidak bisa melakukan semuanya sendirian. Or­

ang membutuhkan sesama yang bisa diajak untuk berbagi visi,

tujuan, dan cita-cita demi keberhasilan bersama. Pada titikini, sikap

seseorang pun akan mengalami perubahan. la tidak lagi melakukan

segalanya dengan terfokus pada dirinya, melainkan sudah berf ikir

untuk berbagi keberhasilan dengan orang lain. Hidup tidak lagi

berupa pemuasan kebutuhan diri, melainkan bakti untuk

memperoleh makna yang lebih dalam bagi hidup.

1 7 0 Kewirausahaan, Pengantar M enu/u Praktik

Page 181: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Ketiga fase ini merupakan fase-fase yang menunjukkan tingkat

perkembangan diri kita untuk menjadi semakin efektif dalam berbagai hal.

Fase inilah yang nantinya harus kita lalui dalam rangka merubah kebiasaan.

Jika selama ini kita masih saja terjebak dalam rutinitas dan aktivitas yang

kurang bermanfaat, maka itu berarti kita masih berada dalam fase

ketergantungan. Kita belum bisa menghasilkan sesuatu yang berharga baik

untuk diri kita pribadi, maupun orang lain. Lebih lanjut, Covey (1994), dalam

penjelasannya tentang kebiasaan ini, mengungkapkan bahwa terdapat tujuh

kebiasaan yang sangat efektif untuk menunjang keberhasilan seseorang

melakukan perubahan dan mencapai kesuksesan. Tujuh kebiasaan tersebut

adalah:

1. Proaktif; Menjadi proaktif berarti belajar membuka diri terhadap

segala hal baru yang ditemui dalam hidup. Termasuk juga di

dalamnya kemauan untuk memahami apa yang dialami di masa lalu,

dan apa yang ingin dicapai di masa mendatang.

2. Memulai dengan akhir yang akan dicapai dalam pikiran; Untuk

memulai perubahan, maka kita harus bisa membayangkan

perubahan seperti apa yang kita inginkan. Bayangkan kondisi ideal

seperti apa yang kita mau. Dalam hal bisnis misalnya, jika kita merasa

saat ini usaha yang dijalankan belum bisa memenuhi kebutuhan

hidup kita dengan layak, maka apa yang harus kita lakukan? Hasil

seperti apa yang kita inginkan? Apakah kita menginginkan

penghasilan yang lebih baik atau usaha yang lebih menantang? Dan

seterusnya. Dengan membayangkan hasil akhir dari perubahan

yang akan kita buat tersebut, maka ia bisa menjadi motivasi yang

menguatkan langkah dan pijakan kita. Dengan membayangkan hasil

akhir tersebut juga, maka kita telah belajar untuk mengolah tujuan

baru dalam hidup kita. Tinggal nanti bagaimana kita merumuskan

langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan untuk

mewujudkannya.

Dedi Mulyadi I 171

Page 182: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

3. Letakkan hal awal di tempat pertama; Luangkan waktu untuk

memikirkan hal apa yang harus dilakukan untuk menjalankan

rencana perubahan tersebut. Jangan lupa untuk menyeimbangkan

antara cita-cita dengan kapabilitas yang kita miliki untuk meraihnya.

4. Berpikir tentang keberhasilan bersama; Langkah ini merupakan

penanda kita sudah memasuki fase kerjasama. Oleh karena itu,

mulailah berpikir bahwa apa yang kita kerjakan tidakakan mencapai

keberhasilan tanpa dukungan dari orang lain. Dari itu, mulailah

mencari dan membangun hubungan yang berkualitas dengan or-

ang-orang yang berkualitas pula. Ciptakan kerjasama yang saling

menguntungkan (win/win solution) antara kedua belah pihak.

3. Berusaha memahami, lalu dipahami; Dalam membangun hubungan

kerjasama yang baik dengan orang lain, maka pertama-tama kita

harus bisa memahami apa yang menjadi alasan dan pentingnya kita

bekerjasama. Pahami juga keinginan dan kapabilitas orang lain yang

akan kita ajak bekerjasama. Atau paling tidak selalu timbulkan

kesadaran bahwa usaha yang meski kita jalankan sendiri, kita selalu

membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitar kita. Baik itu

dukungan moril, semangat, doa, pengertian, dan lainnya yang justru

sangat penting bagi keberhasilan usaha kita. Berikutnya, jika kita

sudah bisa memahami keinginan dan kapabilitas kita, juga keinginan

dan kapabilitas orang lain di luar kita, maka bertindaklah dalam

perspektif yang sama. Hal ini dilakukan agar orang lain juga mudah

memahami keinginan dan kemampuan kita. Pemahaman sepihak

tidak akan menghasilkan kerjasama yang baik. Diperlukan

kesalingpahaman agar tercipta keselarasan tindakan dan tujuan

yang ingin dicapai.

6. Ciptakan sinergi; Pemahaman terhadap diri dan orang lain pada

a kh irn ya akan menciptakan keselarasan tindakan dan tujuan. Inilah

yang kita sebut dengan sinergi. Adanya keseimbangan pembagian

17 2 K e w irau sa h a a n , Pen g a n ta r M enuju Praktik

Page 183: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

peran. Adanya kesadaran tentang hal-hal yang tak perlu dibicarakan

tapi langsung dikerjakan. Adanya kesadaran tentang perbedaan

yang kita miliki bisa menjadi sumber tenaga yang saling

menguatkan. Dan kesadaran bahwa alam pun akan mendukung

usaha kita jika memang terus fokus untuk meraihnya.

7. Menajamkan pisau diri; Langkah ketujuh dari kebiasaan efektif ini

merupakan langkah evaluatif, yakni menganalisa kembali apa yang

sudah kita lakukan. Jika kita menemukan kekurangan, maka berikan

perbaikan di masa yang akan datang. Hitung juga pertambahan nilai

apa yang sudah kita hasilkan, terkait kemampuan dan keterampilan

kita, kondisi fisik dan mental, tingkat kesadaran sosial dan

emosional, dan tentu saja dimensi spiritual yang kita miliki. Jika

ternyata masih banyak kekurangan, ataupun masih banyakwaktu

yang kita habiskan untuk melakukan tindakan yang kurang efektif,

maka sudah saatnya kita menajamkan kembali niat dan motivasi

kita untuk merubahnya.

D. Manajemen Keuangan

F in a n c e is n o t m e re ly a b o u t m a k in g m o n e y. It’s a b o u t a c h ie v in g o u r d e e p

g o a ls a n d p r o t e c t in g th e fru its o f o u r lab or. It 's a b o u t ste w a rd s h ip a n d ,

th e re fo re , a b o u t a c h ie v in g th e g o o d so ciety . -Robert J. Shiller

Kegiatan bisnis adalah mencari keuntungan yang digerakkan oleh kapital.

Kapital ialah uang, barang, ilmu, teknologi, dan kemampuan Sumber Daya

Manusia yang digunakan untuk mencari keuntungan oleh perusahaan. Karena

itu, dalam kegiatan bisnis, istilah laba, rugi, bunga, dan hal-hal yang berkaitan

dengan angka dan uang akan banyak kita dengar. Lagipula, bisnis yang tidak

bisa memberikan pertambahan nilai pada modal awal adalah bisnis yang tidak

mendapatkan keuntungan. Dan itu berarti ada yang salah dalam cara

seseorang mengelola bisnis tersebut. Karena itulah, manajemen keuangan

Dedi Mulyadi 173

Page 184: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yang mengurus seluruh aktivitas keuangan dalam sebuah organisasi atau

perusahaan mutlak diperlukan. Begitu pula halnya dengan pelaku usaha

mandiri dan personal lainnya, mereka juga dituntut untuk bisa mengelola

kapital yang ada sebaik mungkin. Jika tidak, maka bisnis yang dijalankan akan

mengalami kegagalan.

Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen

fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan

dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Keown,

Martin, Petty, dan Scott (2005) menyatakan bahwa "f in a n c ia l m a n g e m e n t is

c o n c e r n e d w ith th e m a in te n a n c e a n d c r e a tio n o f e c o n o m ic v a lu e o r w e a lt h / ’

Manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang berfokus pada

bagaimana menciptakan nilai ekonomi dan kesejahteraan. Pengertian ini

menyiratkan bahwa manajemen keuangan akan berhubungan erat dengan

usaha-usaha untuk mendapatkan dana bagi perusahaan dengan biaya yang

murah serta bagaimana mengelola dana tersebut secara ef isien sehingga bisa

menghadirkan kemakmuran pada perusahaan secara keseluruhan.

Manajemen keuangan sebuah perusahaan dengan kata lain merupakan

aktivitas perusahaan yang biasa dilakukan oleh seorang manajer keuangan

guna mendapatkan dana untuk membiayai jalannya perusahaan. Seorang

manajer keuangan akan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva

yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber

dana untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai

kebutuhan dana tersebut, manajer keuangan dapat memenuhinya dari

sumber yang berasal dari luar perusahaan dan dapat juga yang berasal dari

dalam perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal,

yaitu pertemuan antara pihak membutuhkan dana dan pihak yang dapat

menyediakan dana. Dana yang berasal dari pasar modal ini dapat berbentuk

hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham). Sumber dari dalam perusahaan

berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan), cadangan, maupun

depresiasi.

174 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 185: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Setelah dana diperoleh, dana tersebut harus digunakan untuk

membelanjai operasi perusahaan. Dana akan tertanam pada berbagai

kekayaan riil perusahaan, baik kekayaang yang berwujud ataupun yang tidak

berwujud. Sedangkan sumber-sumber dana perusahaan, akan diwujudkan

dalam berbagai aktiva finansial, yaitu selembar kertas yang mempunyai nilai

pasar, karena dengan memiliki kertas tersebut, pemiiik dapat memperoleh

penghasilan(baikyangtetap, atau pun tidak tetap). Besarkecilnya dana yang

harus diperoleh oleh manajer keuangan tentu saja harus disesuaikan dengan

kebutuhan untuk operasi perusahaan itu. Penggunaan dana untuk operasi

perusahaan dapat digunakan untuk keperluan yang sangat variatif. Tetapi

kalau dipandang dari dimensi waktunya, maka penggunaan dana tersebut

dapat untuk modal kerja (jangka pendek) dapat juga untuk investasi modal

(jangka panjang). Setelah dana tersebut dipergunakan, maka diharapkan

perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari penggunaan dana tersebut.

Apabila perusahaan memperoleh keuntungan maka harus diputuskan apakah

keuntungan ini akan dibagikan kepada pemiiik modal ataukah diinvestasikan

kembali ke dalam perusahaan.

Keputusan investasi apapun yang dilakukan oleh sebuah perusahaan,

semuanya tentu mengharapkan adanya laba dari investasi tersebut. Jika

seorang pelaku usaha atau sebuah perusahaan melakukan investasi, namun

tidak mendapatkan keuntungan, maka investasi yang dilakukan tidak

berhasil. Tugas dari manajemen keuangan dalam hal ini nantinya adalah

bagaimana memastikan investasi yang dilakukan dapat mendatangkan laba,

sekaligus bagaimana meminimalisir berbagai resiko kerugian yang mungkin

dihadapi. Dengan demikian, tujuan utama dari manajemen keuangan dalam

sebuah perusahaan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran atau

tingkat kesejahteraan para pemiiik atau pem egang saham atau

memaksimumkan nilai perusahaan, bukan semata memaksimumkan

keuntungan. Jika seorang manajer keuangan, atau perusahaan secara

umum, hanya terfokus pada bagaimana memaksimalkan perolehan

Dedi Mulyadi 175

Page 186: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

keuntungan (profit), maka itu berarti perusahaan sudah mengabaikan nilai-

nilai penting dari tanggungjawab sosial, manajemen risiko, dan orientasi

peningkatan nilai perusahaan jangka panjang.

Tujuan manajemen keuangan, dengan ini menyiratkan bahwa ia tidak

hanya berurusan dengan bagaimana mengelola dana atau arus kas sebuah

perusahaan, tapi juga berurusan dengan nasib perusahaan secara

keseluruhan. Dalam konteks bisnis, ini harus dimakna sebagai pelajaran bagi

para pelaku usaha atau bisnis agar menjalankan bisnisnya secara lebih

bertanggungjawab dan peka terhadap lingkungan sosial di mana ia tinggal

dan mengelola bisnisnya. Meski demikian, beberapa ahli keuangan dan para

pelaku bisnis itu sendiri terkadang bisa saja memahami tujuan dari manajemen

keuangan ini secara lebih sederhana, yaitu bagaimana memaksimalkan

keuntungan (profit) dan meminimalkan biaya (cost), dengan menggunakan

keputusan yang maksimum dalam hal investasi dan pengelolaan dana. Bagi

para pelaku usaha, sebuah bisnis dijalankan tentu dengan tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran mereka sebagai pemilik bisnis.

Karena itu, memaksimalkan keuntungan dari bisnis adalah satu-satunya cara

yang paling rasional dan terukur dalam mencapai tujuan ini. Hal-hal seperti

ini tentu tidak bisa disalahkan. Akan tetapi, para pengusaha juga harus

menyadari bahwa semakin besar bisnis yang dijalankan, maka semakin besar

dan iuas pula cakupan tanggungjawabnya. Tidak hanya pada pemilikdan para

pemegang saham, tapi juga pada masyarakat secara keseluruhan.

Adapun fungsi dari manajemen keuangan bagi pelaku usaha atau sebuah

perusahaan, maka ia akan berkaitan dengan tiga keputusan utama yang harus

dilakukannya, yaitu:

a. Keputusan investasi; adalah keputusan yang diambil oleh manajer

keuangan dalam hal alokasi dana (fund allocation) dalam bentuk

investasi yang dapat menghasilkan laba di masa mendatang.

Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan dan

memengaruhi struktur kekayaaan perusahaan itu sendiri, terutama

1 7 6 Kewirausahaan, Pengantar M enuju Praktik

Page 187: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yang berkaitan dengan perbandingan antara c u rre n t a sse ts dengan

f ix e d a sse ts.

b. Keputusan pendanaan; adalah keputusan manajemen keuangan

dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara

sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk

mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan

operasional perusahaan lainnya. Keputusan pendanaan akan

tercermin dalam sisi pasiva perusahaan, dengan melihat baik jangka

pendek atau jangka panjang, atau perbandingan antara struktur

finansial dan struktur modal yang keduanya dipengaruhi secara

signif ikan oleh keputusan pendanaan ini.

c. Keputusan deviden; keputusan ini merupakan bagian pembagian

keuntungan perusahaan yang harus dibayarkan kepada para

pemegang saham. Keputusan deviden juga merupakan keputusan

manajemen keuangan, terutama dalam hal penentuan besarnya

proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham

dan proposi dana yang akan disimpan sebagai laba ditahan untuk

menunjang pertumbuhan perusahaan.

Nilai Perusahaan dan Peran Manajer Keuangan

Hal penting yang perlu dipelajari oleh para pelaku usaha adalah

bagaimana menghitung nilai usaha atau perusahaan yang dijalankannya,

seperti yang menjadi tujuan manajemen keuangan itu sendiri. Dalam beberapa

kajian dan literatur ekonomi nilai ini sering disebut juga dengan p ric e b o o k

v a lu e (P B V ) ra tio dan m a r k e t /b o o k (M/B) ra tio . Nilai perusahaan dengan kata

lain diindikasikan dari price b o o k v a lu e -nya. Semakin tinggi price book v a lu e

sebuah perusahaan, maka tingkat kepercayaan pasar akan kelangsungan dan

masa depan perusahaan juga semakin meningkat.

Mengukur nilai perusahaan secara keseluruhan memang sulit dilakukan.

Namun demikian, Keown, Martin, Petty, dan Scott (2005) dalam hal ini

Dedi Mulyadi 177

Page 188: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

menyatakan bahwa terdapat variabel-variabel kuantitatif yang dapat

digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, yaitu:

a. Nilai Buku; merupakan jumiah aktiva dari neraca dikurangi

kewajiban yang ada atau modal pemilik. Nilai buku tidak

menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara keseluruhan

karena perhitungan nilai buku didasarkan pada data historis dari

aktiva perusahaan.

b. Nilai Pasar Perusahaan; suatu pendekatan untuk memperkirakan

nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa

sekuritas dan secara luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai

dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai ini

merupakan suatu pendekatan yangsering digunakan untuk menilai

perusahaan besar, meski nilai-nilai ini dapat berubah dengan cepat.

c. Nilai Appraisal; perusahaan yang berdasarkan appraiser indepen­

dent akan mengijinkan pengurangan terhadap goodwill apabila

harga aktiva perusahaan meningkat. Goodwill sendiri dihasilkan

sewaktu nilai pembelian perusahaan melebihi nilai buku aktivanya.

d. Nilai Arus Kas; nilai ini umumnya dipakai dalam penilaian merger

atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas yang telah ditentukan

akan menjadi maksimum dan harus dibayar oleh perusahaan yang

ditargetkan (target firm), pembayaran awal kemudian dapat

dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Nilai

sekarang (present value) adalah arus kas bebas di masa yang akan

datang.

Sebuah perusahaan yang sudah go public biasanya akan menjual

saham nya untuk merangkum investor guna mendukung ekspansi

perusahaan. Dalam konteks ini biasanya perusahaan akan memiliki apa yang

disebut dengan nilai buku per lembar saham sebagai nilai yang menunjukkan

aktiva bersih (net assets) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang

Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 189: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

saham. Nilai buku per saham (book value per share) ini merupakan

perbandingan antara modal dengan jumlah saham yang beredar. la memang

tidak menunjukkan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku

per lembar saham dapatmencerminkan seberapa besar jaminanyangakan

diperoleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham dilikuidasi.

Nilai perusahaan ditunjukkan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada tahun t yang

tercermin pada harga saham itu sendiri. Karena itu, dalam mengukur price

book value ratio atau nilai perusahaan, rumusan yang sering digunakan

adalah:

Price per Share PBV = ---------— --------

Book Value

Para pelaku usaha atau bisnis yang ingin meningkatkan nilai jual usahanya

atau nilai perusahaannya akan sangat memerlukan keberadaan seorang

manajer keuangan yang handal. Dalam hal ini, jika ternyata pelaku usaha atau

bisnis tersebut adalah pelaku tunggal, di mana ia yang bertanggungjawab

atas jalannya usaha dan semua hal yang terdapat di dalamnya, mulai dari

produksi, pemasaran, penjualan, dan analisa keuangan, maka ia juga dituntut

untukbisa berperan sebagaimana layaknya manajer keuangan profesional.

Block dan Hirt (2005) terkait hal ini menyatakan bahwa manajer keuangan

bertanggungjawab atas pengalokasian dana perusahaan baik dalam bentuk

aktiva lancar maupun aktiva tetap, untuk menghasilkan perpaduan yang

terbaik dari alternatif-alternatif keuangan, serta untuk mengembangkan

kebijakan deviden yang tepat dalam koridor pencapaian tujuan dan

kepentingan perusahaan.

Secara umum, fungsi dan sekaligus tugas utama dari manajer keuangan

berkaitan erat dengan fungsi dari manajemen keuangan seperti telah

disebutkan sebelumnya, yaitu:

Dedi Mulyadi 179

Page 190: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

1. Mengambil keputusan investasi (investment decision); menyangkut

masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari berbagai

kesempatan dan peluang yang ada, memilih satu atau lebih

alternatif investasi yang dianggap dan dianalisis paling

menguntungkan.

2. Mengambil keputusan pem belajaan (financing decision);

menyangkut masalah pemilihan berbagai bentuksumberdana yang

tersedia untuk melakukan investasi dan operasionalisasi

perusahaan, memilih satu atau lebih alternatif pembelajaan yang

paling hemat dan minim biaya.

3. Mengambil keputusan deviden (dividend decision); menyangkut

masalah penentuan besamya deviden yang akan dibagikan kepada

para pemegang saham dan laba yang ditahan, stabilitas dan

kontinuitas pembayaran deviden, pembagian saham deviden, serta

pembelian kembali saham-saham.

Jika para pelaku usaha mandiri bisa sekaligus mengambil peran manajer

keuangan untuk usaha atau bisnis yang dijalankannya, maka ia akan lebih

mudah mengontrol arus keuangan yang ada. Hal ini bisa memberikan nilai

lebih dan keuntungan tertentu pada usaha yang dijalankannya. Namun jika

ternyata ia tidak atau kurang bisa mengambil peran dan fungsi dari seorang

manajer keuangan, maka ada baiknya jika ia berkonsultasi dengan analis

finansial atau manajer keuangan profesional guna membimbingnya dalam

mengelola keuangan bisnis yang dijalankannya.

Modal dan Keputusan Investasi

Salah satu faktor terpenting yang seringkali menjadi titik kerumitan

seseorang dalam memulai usaha atau bisnis adalah modal. Dalam konteks

wirausaha, modal memang merupakan fondasi utama. Terlepas dari apapun

bentuk yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan dalam menjalankan

180 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 191: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

bisnisnya. Modal mencakup segala sesuatu yang menunjang fungsi dan

operasi bisnis baik berwujud ataupun tidak berwujud. Modal juga bisa dilihat

sebagai jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham

biasa, atau seluruh pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang

dikenakan bunga. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007) modal disebut

sebagai hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua

kewajiban. Modal ini dapat berupa uang, barang, bangunan, tempat, orang,

pengetahuan, keterampilan, dan segala hal yang menjadi milik perusahaan

yang mendukung tindakan operasi dan fungsi pencapaian tujuan dari usaha

itu sendiri.

Ketika seseorang akan memulai usaha, maka niat dan motivasi untuk

berusaha pun sebenarnya sudah bisa disebut sebagai modal. Hanya saja,

dalam dunia bisnis, modal intangible atau modal tak berwujud seperti itu

seringkali tidak cukup untuk menjadi modal utama dalma usaha. Seorang

pengusaha memerlukan modalitas lain untuk mendukung kelancaran dan

tujuan usahanya. Seorang pedagang makanan akan memerlukan uang untuk

membeli bahan pokok makanan, keterampilan mengolahnya, tempat

menjajakan dagangannya, orang yang membantunya dalam berdagang,

peralatan yangdigunakannya dalam berdagang, dan lainnya. Semua itu dapat

dikategorikan sebagai modal yang nantinya akan dihitung nilai lalu

dibandingkan dengan pendapatan yang diperolehnya. Jika terdapat nilai

tambah atas modal tersebut, maka itu berarti usaha yang dijalankannya

mendapatkan laba, sebaliknya, jika tidak ada pertambahan, maka ia perlu

merumuskan ulang strategi bisnisnya.

Secara umum, terdapat dua jenis modal ketika kita menjalankan usaha

atau bisnis, yaitu:

1. Modal investasi awal; jenis modal yang harus dikeluarkan pada awal

memulai usaha. Modal ini biasanya diorientasikan untuk

penggunaan jangka panjang. Modal investasi awal ini bisa berupa

uang atau dana, bangunan, peralatan, keahlian, dan sebagainya.

Dedi Mulyadi 181

Page 192: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

2. Modal kerja; modal yang harus dikeluarkan untuk membiayai

kegiatan operasional dan fungsional sebuah bisnis atau usaha.

Modal ini mencakupseluruh aktiva lancaryang dimiliki perusahaan.

Kedua jenis modal tersebut memiliki peranan penting dalam kelancaran

usaha atau bisnis yang dijalankan. Beberapa ahli lebih sering menggabungkan

dua jenis modal di atas, dan menyebutnya sebagai modal kerja saja.

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin operasi dari

perusahaan secara efisien dan ekonomis. Apabila modal kerja terlalu besar,

maka dana yangtertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga

terjadi dana menganggur, tetapi apabila jumlah modal kerja terlalu kecil atau

kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan

langganan. Modal kerja ini umumnya memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang

ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancarseperti penurunan

nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau

penurunan nilai persediaan.

2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk

membayar semua utang lancar tepat pada waktunya.

3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan mendapatkan

“credit standing”, yaitu penilaian pihak ketiga bahwa perusahaan

bersangkutan layak untuk mendapatkan kredit.

Para pelaku usaha harus bisa menentukan seberapa besar dan modal

apa saja yang dimilikinya ketika akan memulai usaha atau bisnisnya.

Penentuan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu usaha atau bisnis

umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

1. Sifat dan tipe usaha yang dijalankan. Modal kerja dari suatu usaha

jasa relatif lebih kecil daripada kebutuhan modal kerja usaha di

bidang industri atau produk tertentu. Perusahaan jasa biasanya

182 Kewirausahaar1, P engantar Menuju Praktik

Page 193: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian

besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan

pelayanan atau jasanya kepada masyarakat. Sebaliknya perusahaan

industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva

lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam

operasinya sehari-hari. Perusahaan yang memproduksi barang

membutuhkan modal kerja relatif lebih besar daripada perusahaan

dagang,

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh

barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.

Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang

atau untuk memperoleh barang tersebut, maka akan semakin besar

pula modal kerja yang dibutuhkan.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan. Jika syarat kredit

yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, semakin

sedikit uang kas yang harus disediakan untuk diinvestasikan dalam

persediaan bahan ataupun barang dagangan.

4. Syarat penjualan. Semakin lunak kredit yang diberikan oleh

perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin

besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam

piutang.

5. Tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran

persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin

rendah.

Modal kerja ini harus dikeloia dengan baik dan benar agar ia bisa

menyokong jalannya usaha atau bisnis secara efektif dan efisien.

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas

operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja

terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi

Dedi Mulyadi 183

Page 194: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund),

karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan Iain

dalam rangka peningkatan laba. Sementara perusahaan yang kekurangan

modal kerja untuk memperluas penjualan dan produksinya, maka besar

kemungkinan ia akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan

yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban

jangka pendek tepat pada waktunya dan umumnya akan menghadapi

masalah likuiditas.

Para pelaku usaha atau perusahaan yangsudah menjalankan bisnisnya,

tentu akan selalu berpikir untuk memperbesar modal mereka. Dalam rangka

mendapatkan tambahan modal untuk usahanya, tidak jarang mereka

menetapkan kebijakan leverage. Kebijakan ini berarti sebuah perusahaan

memutuskan untuk mengikutsertakan modal pinjaman dengan disertai

kewajiban membayar beban yang bersifat tetap di dalam suatu struktur modal

perusahaan sebagai jaminan modal pinjaman dari kreditur. Secara sederhana

berarti perusahaan memutuskan untuk meminjam dana kepada pihak lain

untuk menambah dan memperkuat modal yang sudah dimiliki.

Pelaku ushaa atau perusahaan dalam menentukan struktur modalnya

pasti bertujuan untuk meminimalkan biaya modal yang akan dikeluarkan,

karena biaya ini secara potensial akan mengurangi pembayaran deviden tunai

kepada para pemegang saham. Jika biaya modal ini dapat diminimalasir,

jumlah deviden tunai yang akan dibayarkan akan meningkat, hal ini tentunya

dapat memaksimumkan harga saham. Penentuan struktur modal, yang

menyangkut bauran pendanaan yang berasal dari modal sendiri dan utang

yang akan digunakan oleh perusahaan pada akirnya menyangkut penentuan

berapa banyak utang (leverage keuangan) yang akan digunakan perusahaan

unutkmendanai aktivanya. Syahyunun (2004), menyebutkan bahwa “finan­

cial Leverage dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam

menggunakan kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap”. Jika

perusahaan menggunakan utang, berarti memiliki kewajaban tetap untuk

184 Kewirausahaan, Pengantar Menu/u Praktik

Page 195: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

membayar bunga atas utang yang diambil dalam rangka pendanaan

perusahaan.

Ketika pelaku usaha atau sebuah perusahaan mengambil kebijakan le­

verage, maka paling tidak ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh

manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu

tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk)”. Keputusan keuangan yang

berhubungan dengan leverage, seperti yang telah disebutkan sebelumnya

akan membawa konsekuensi pada peningkatan risiko pemegang saham biasa.

Risiko yang dihadapi oleh perusahaan atau pemegang saham biasa dibagi

menjadi dua macam, yaitu risiko bisnis (business riks) berkaitan dengan

ketidakpastian tingkat pengembalian atas aktiva suatu perusahaan di masa

mendatang, dan risiko keuangan (financial riks) yang terjadi karena adanya

penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan yang mengakibatkan

perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik berupa beban

bunga. Keputusan tentang modal ini penting bagi setiap pengusaha, karena

ia akan menentukan tingkat keberlanjutan usaha, terutam a yang

berhubungan dengan risiko usaha, tingkat return, dan raihan laba.

Keputusan lain yang tak kalah penting dalam konteks manajemen

keuangan sebuah bisnis, adalah keputusan investasi. Investasi, seperti

dinyatakan Tandelilin (2001) adalah sebentuk komitmen atas sejumlah dana

atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh

keuntungan di masa mendatang. Dengan kata lain, investasi merupakan

upaya penempatan dana pada berbagai aktiva keuangan dengan harapan

akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal pada waktu yang akan

datang.

Kegiatan investasi yang dilakukan oleh seorang pengusaha atau

perusahaan akan menentukan bagaimana keuntungan yang diperolehnya

di masa yang akan datang. Keputusan investasi yang tepat akan membuat

kelangsungan hidup perusahaan dan bisnis semakin baik. Sebab, apabila

kelangsungan hidup perusahaan atau bisnis terganggu, maka penilaian dan

Dedi Mulyadi 185

Page 196: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tingkat kepercayaan para investor atau kreditur terhadap perusahaan juga

akan menurun. Keputusan investasi ini penting dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan. Seorang pelaku usaha yang melakukan investasi, sebenarnya

bukan sedang mengalami pengurangan modal, namun ia menempatkan

modal yang ada pada aktiva lain yang diharapkan bisa membawa keuntungan

setelah beberapa waktu. Investasi bahkan bisa disebut sebagai pertumbuhan

total asep perusahaan dari tahun ke tahun. Investasi yang dilakukan oleh

perusahaan ini biasanya dihitungdengan menggunakan rumus berikut:

Total Assets - Total AssetstInvestasi = --------------------------------------------------

Total Assetstt

Tujuan umum ketika orang melakukan investasi adalah untuk

mendapatkan keuntungan di masa depan dengan menempatkan sebagian

modal atau dana pada instrumen keuangan atau aktiva tertentu di masa

sekarang. Secara lebih khusus, Citman dan Joehnk (2005) dalam hal ini

menyatakan bahwa tujuan orang melakukan investasi, di antaranya adalah:

a. Accum ulating retirement funds; investasi dilakukan untuk

mengakumulasi pendapatan demi kesejahteraan di masa tua.

b. Enhancing current income; investasi dilakukan untuk menambah

penghasilan atau pendapatan yang ada.

c. Saving for major expenditure; investasi dilakukan untuk menyimpan

atau menabung dana guna membiayai keperluan yang lebih besar

di masa depan.

d. Sheltering income from taxes; investasi dilakukan untuk mengurangi

beban pajak pendapatan.

Keputusan investasi dapat dilakukan oleh individu atau kelompok, atau

perusahaan yang memiliki kelebihan dana. Investasi dalam arti luas terdiri

186 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 197: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dari dua bagian utama, yaitu:

1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) berupa aktiva

berwujud, seperti emas, perak, intan, batu mulia, barang-barang

seni, alat-alat produksi, rumah, gudang, dan lain sebagainya.

2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial assets)

berupa surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim

atas aktiva riil yang dikuasai oleh entitas tertentu. Pemilikan aktiva

finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas atau

perusahaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:

a. Investasi langsung (direct investment); suatu kepemilikan surat

berharga secara langsung dalam suatu perusahaan atau institusi

dengan harapan akan m endapatkan keuntungan berupa

penghasilan dividend dan capital gain.

b. Investasi tidak langsung (indirect investment); investasi tidak

langsung terjadi ketika surat-surat berharga yang dimiliki

diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment

company) yang berfungsi sebagai perantara.

Terdapat banyak sekali produk-produk investasi yang tersedia di pasaran,

dan setiap kita bisa dengan bebas memilih satu di antaranya. Namun,

pemilihan produk-produk tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dari

investasi itu sendiri. Beberapa jenis produk investasi di antaranya adalah:

1. Tabungan; dengan menyimpan uang di tabungan, maka kita akan

mendapatkan suku bunga tertentu yang besarannya mengikuti

kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan ini biasanya

memperbolehkan kita untuk mengambil dana simpanan tersebut

kapanpun kita inginkan.

2. Deposito; produk deposito hampir sama dengan tabungan.

Bedanya, dalam deposito kita tidak dapat mengambil uang kapan

saja, melainkan setelah periode tertentu yang disepakati ketika kita

Dedi Mulyadi 187

Page 198: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

membuka deposito. Suku bunga deposito biasanya lebih besar

daripada suku bunga tabungan.

3. Saham; saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan. Dengan

membeli saham, itu berarti kita telah membeli sebagian dari

perusahaan yang m engeluarkan saham tersebut. Apabila

perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan, maka pemegang

saham biasanya akan mendapatkan sebagian jatah keuntungan

yang dibagi-bagi dan disebut dengan deviden. Saham juga bisa dijual

kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih

harganya disebut dengan capital gain, ataupun lebih rendah dari

saat kita membelinya (capital loss).

4. Properti; investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk

tanah atau rumah. Investasi di bidang ini sudah mulai banyak dilirik

baik oleh investor pemula ataupun investor lama, terutama karena

kecenderungan harga properti yang terus meninggi setiap

tahunnya.

5. Barang-barang koleksi; investasi pada barang-barang koleksi baik

itu barang-barang seni, ataupun yang mengundang minat orang

lain terhadapnya, seperti lukisan, barang antik, perangko, dan

lainnya.

6. Emas; emas adalah logam mulia dengan kecenderungan harga yang

terus meninggi. Karena itu, banyak sekali para investor yang

menginvestasikan dana mereka dengan membeli emas untuk suatu

saat dijual kembali atau dijadikan jaminan atas pinjaman. Emas

biasanya memiliki sifat searah dengan inflasi; semakin tinggi inflasi,

maka semakin tinggi pula kenaikan harga emas.

7. Mata uang asing; segala macam mata uang asing dari berbagai

negara pada dasarnya bisa dijadikan investasi. Meski demikian,

investasi pada mata uang lebih berisiko dibandingkan investasi pada

saham. Hal ini umumnya disebabkan nilai mata uang asing di Indo-

188 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 199: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

nesia menganut sistem mengambang bebas (free float), yaitu

benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di

pasaran.

8. Obligasi; obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang

diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk

menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek

pemerintah. Karena sifatnya yanghampirsama dengan deposito,

maka agar lebih menarik para investor, suku bunga obligasi ini

biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga deposito.

Selain itu, saham kepemilikan obligasi juga da pat dijual kepada pihak

lain dengan harga yang lebih tinggi ataupun lebih rendah sesuai

dengan kesepakatan yang ada.

Investasi, seperti halnya bisnis tentu perkara yang bukan tanpa risiko.

Tidak ada yang bisa memastikan bahwa investasi yang dilakukan akan

mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan. Risiko ini semakin besarketika

investasi dilakukan pada bidang yang memiliki tingkat risiko bisnis yang tinggi.

Tandeiilin (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa risiko yang bisa

memengaruhi nilai investasi, di antaranya: (1) risiko suku bunga; (2) risiko

pasar; (3) risiko inflasi; (4) risiko bisnis; (5) risiko f inansial; (6) riosiko likuiditas;

(7) risiko nilai tukar mata uang; dan (8) risiko negara.

Keputusan investasi yang dilakukan harus menganalisis kebutuhan,

tujuan, keinginan, ketersediaan dana, dan resiko yang mungkin dihadapi oleh

pelaku investasi bersangkutan. Meski demikian, investasi merupakan cara

paling efektif untuk menggunakan dana yang diam, karena dana yang diam

pada dasarnya akan menyusut. Sedang investasi, meski ia memiliki risiko

tertentu tetapi juga memiliki peluang keberhasilan yang bisa dianalisis tingkat

probabilitasnya sedan awal. Dalam dunia wirausaha, keputusan investasi yang

dilakukan tidak semata berupa tabungan atau deposito atau saham. Pilihan

investasi pada jenis properti seperti lahan akan lebih menguntungkan jika

189Dedi Mulyadi

Page 200: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

para pelaku usaha berniat untuk mengembangkan usaha mereka di masa

depan. Keputusan ini penting, terutama ketika iklim usaha yang sangat

dipengaruhi oleh berbagai perubahan. Karena itu, mempersiapkan diri dalam

menghadapi kemungkinan terburuk juga dapat menjadi bagian dari investasi

yang diperlukan.

Budgeting dan Cash Flow

Selain putusan modal dan putusan investasi, terdapat beberapa

perangkat putusan keuangan lain yang juga berguna dalam membantu para

pelaku usaha dalam mengelola aspek-aspek yang berhubungan dengan

manajemenfinansial mereka. Duateknik yang penting untukdipelajari adalah

penyusunan budget atau anggaran (budgeting) dan pembuatan laporan arus

kas (cash flow). Budgeting adalah sebuah teknik meramalkan kinerja keuangan

yang tidak hanya dipergunakan sebagai perangkat untuk mengontrol bisnis

atau usaha, tapi juga untuk m enentukan kebutuhan pinjaman dan

pembayarannya di masa depan. Beberapa perusahaan dan organisasi dalam

menjalankan bisnisnya seringkali menyusun dan menganggarkan budget

untuk modal kerja (capital budget), anggaran keperluan lain (advertisingbud­

get), atau anggaran riset dan pengembangan (research and development

budget). Ukuran, tipe, dan kompleksitas organisasi atau badan usaha akan

menentukan jenis anggaran apa saja yang akan dibuat.

Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja

dalam rangka waktu satu tahun atau lebih, yang dinyatakan dalam satuan

moneter dan satuan kuantitatif orang lain. Penyusunan anggaran sering

diartikan sebagai perencanaan laba (profit plamning). Dalam perencanaan

laba, manajemen menyusun rencana operasional yang implikasinya

dinyatakan dalam laporan laba rugi jangka pendekdan jangka panjang, neraca

kas dan modal kerja yang diproyeksikan di masa yang akan datang. Sebuah

anggaran harus bersifatformal, artinya ia disusun dengan sungguh-sungguh

dalam bentuk tertulis dan teliti. Kesalahan penulisan bisa berakibat fatal

190 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 201: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dalam perhitungan dan aktivitas keuangan secara umum. Anggaran juga

harus bersifat sistematis, atau disusun secara runut dan saling berhubungan.

Pada bisnis dengan skala kecil, seringkali hanya memerlukan satu jenis

anggaran yang memuat keseluruhan kebutuhan bisnis, yang dibagi dalam

beberapa sesi, seperti anggaran untuk penjualan, anggaran produksi, ataupun

anggaran keuangan secara umum. Sedang pada perusahaan yang besar,

anggaran bisa disusun untuk berbagai tingkatan, dari departemen, divisi,

wilayah, produk, dan lain sebagainya.

Sebuah anggaran bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang.

Anggaran jangka pendek (short term budget) umumnya adalah anggaran

biaya yang akan dikeluarkan atau dipergunakan selama satu tahun atau

kurang dari satu tahun. Sedangkan anggaran jangka panjang (long range

budget) adalah anggaran yang memerhitungkan keperluan penggunaan biaya

dalam jangka waktu di atas satu tahun. Anggaran dan penggunaannya untuk

jangka panjang ini biasanya dilaporkan secara berkala, atau menurut periode

tertentu sebagaimana terdapat dalam kebijakan perusahaan bersangkutan

yang menerapkannya.

Perlu dipahami bahwa keberadaan sebuah anggaran akan membantu

pelaku usaha dalam menentukan arah perkembangan usahanya di masa

depan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang ingin mengembangkan

produk baru, akan dituntut untuk mengeluarkan budget untuk kepentingan

riset dan pengembangan produktersebut. Hal ini berarti perusahaan tersebut

sedang melakukan sebuah investasi yang bisa jadi membuat perusahaan lebih

berkembang di masa depan atau sebaliknya. Memutuskan memberikan

anggaran pada satu proyek atau sasaran tidaklah mudah. Terutama karena

pihak perusahaan harus memperhitungkan bagaimana aspek pengelolaan

keuangannya secara menyeluruh. Penambahan anggaran bisa berarti

merubah kebijakan finansial untuk anggaran keseluruhan. Meski demikian,

pembuatan anggaran adalah salah satu langkah paling rasional untuk

menghitung dan mengalkulasi gerak dan keinginan sebuah perusahaan.

Dedi Mulyadi 191

Page 202: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan

dinyatakan dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan

pengalaman masa lalu dan taksir-taksiran pada masa yang akan datang, maka

ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk

menjalankan kegiatannya.

Pembuatan anggaran tentu bukan semata perumusan angka-angka

berdasarkan ramalan (forecasting). Dalam konteks manajemen, peramalan

(forecasting) biasanya merujuk pada beberapa prediksi tentang apa yang akan

terjadi di masa depan secara umum. Para pelaku usaha bisa saja membuat

ramalan tentang bagaimana situasi dan kondisi ekonomi di masa mendatang,

atau bagaimana nasib penjualan suatu produk di suatu wilayah. Namun, bud­

geting biasanya lebih bersifat spesifik dan berhubungan erat dengan kinerja

keuangan (financial performance), yang dibuat sebagai alat atau perangkat

untuk mengawasi dan mengendalikan cash inflows dan outflows sebuah pro­

gram atau proyek.

Secara umum, pembuatan anggaran yang baik akan memberikan

beberapa keuntungan pada perusahaan, di antaranya:

1. Penyusunan anggaran merupakan kekuatan manajemen dalam

menyusun perencanaan, di mana dengan anggaran manajemen bisa

melihat ke depan untuk menentukan tujuan perusahaan yang

dinyatakan di dalam ukuran f inansial.

2. Anggaran dapat digunakan alat koordinasi berbagai kegiatan

perusahaan, misalnya koordinasi antara berbagai penjualan dengan

kegiatan produksi.

3. Implementasi anggaran dapat menciptakan alat untuk pengawasan

kegiatan perusahaan. Penyimpangan antara anggaran dengan

realisasi dihitung dan dianalisa, dan manajemen dapat mengetahui

adanya penyelewengan tersebut.

4. Berdasarkan teknik yang digunakan dalam anggaran, manajemen

dapat memeriksa dengan seksama penggunaan sumber ekonomi

192 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 203: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yang dimiliki perusahaan apakah dapat berdaya guna (efisien) dan

berhasil guna (efektif).

5. Pemakaian anggaran mengakibatkan timbulnya suasana yang

bersemangat untuk memperoleh laba, timbul kesadaran tentang

pentingnya biaya sebelum dana disediakan. Tekanan anggaran

bukan sem ata-m ata menekan biaya, akan tetapi adalah

memaksimalkan laba dalam jangka panjang. Adanya penambahan

biaya untuk satu kegiatan akan dibenarkan apabila tambahan biaya

tersebut diperkirakan dapat meningkatkan laba perusahaan.

6. Anggaran dapat digunakan sebagai perangkat atau standar untuk

mengukur kinerja suatu bagian atau individu di dalam organisasi

perusahaan.

7. Pemakaian anggaran dapat membantu manajemen di dalam

pengambilan keputusan untuk memilih beberapa alternatif yang

mungkin dilaksanakan, misalnya: membuat atau membeli, membuat

atau menyewa, menolak atau menerima pesanan, mengurangi atau

menambah produk, dan lainnya.

Di samping keuntungan-keuntungan dari pemakaian anggaran tersebut,

perlu diketahui pula beberapa keterbatasan dari anggaran itu sendiri, di

antaranya:

1. Anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi atas kegiatan

yang akan datang. Ketepatan dari estimasi sangat tergantung

kepada pengalam an dan kemampuan dari estim ator atau

proyektor. Ketidaktepatan anggaran akan berakibat tidak baik pada

perencanaan, koordinasi, dan gerak manajemen secara umum.

2. Anggaran harus selalu disesuaikan dengan perubahan kondisi dan

asumsi. Anggaran umumnya disusun atas dasar kondisi dan asumsi

yang terkadang memerlukan adanya revisi ketika terjadi perubahan

pada kondisi yang dihadapi perusahaan.

Dedi Mulyadi 193

Page 204: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

3. Anggaran dapat dipakai sebagai alat oleh manajemen hanya apabila

semua pihak, terutama manajer-manajer perusahaan, secara terus-

menerus dan terkoordinasi berusaha dan bertanggung-jawab atas

tercapainya tujuan yang telah ditentukan di dalam anggaran.

4. Semua pihak di dalam perusahaan perlu menyadari bahwa anggaran

adalah alat untuk membantu manajemen, akan tetapi tidak dapat

m enggantikan fungsi manajemen dan peranan manusia

pelaksananya.

Anggaran dapat berjalan baik apabila ada dukungan aktif dari para

pelaksana dari tingkat atas maupun bawah dalam sebuah perusahaan.

Pelaksanaan sebuah anggaran akan selalu menyangkut dengan manusia

pelaksananya. Karena itu, ia harus diawasi dengan baik, agar tidak terjadi

kesalahan dan melenceng dari yang sudah diatur dalam anggaran.

Penyusunan anggaran yang baik dan terukur akan sangat membantu para

pelaku usaha dalam memprediksi kemungkinan dan peluang usaha di masa

depan. Memulai usaha dengan modal semata tidak akan cukup, para

pengusaha membutuhkan anggaran yang baik agar modal yang dimilikinya

bisa digunakan secara ekfektif dan efisien.

Perangkat kedua yang sangat membantu para pelaku usaha dalam

menjalankan dan mengatur aktivitas keuangan bisnisnya adalah membuat

laporan arus kas (cash flow statement). Laporan arus kas sendiri adalah suatu

laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan

transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta

kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu

periode kerja, yang umumnya adalah berkisar selama satu tahun (annual

period).

Arus kas juga dapat diartikan sebagai arus masuk dan arus keluar kas

atau setara kas. Laporan arus kas merupakan infromasi dari mana uang kas

diperoleh perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan

194 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 205: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas

perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku).

Tujuan utama dari pembuatan laporan arus kas (cash flow statement)

adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas

entitas atua perusahaan selama suatu periode. Selain itu, laporan arus kas

juga bertujuan untuk memberikan informasi tentang kegiatan operasi,

investasi, dan pembiayaan suatu entitas selama periode berjalan.

Pembuatan laporan arus kas dalam sebuah perusahaan atau oleh pelaku

usaha, pada dasarnya memiliki beberapa manfaat, di antaranya:

1. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di

masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan

atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.

2. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas

masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.

3. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus

kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan

dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu

entitas pelapor dan struktur keuangannya (termasuk likuiditas dan

solvabilitas).

Dalam pembuatannya, suatu laporan arus kas harus memberikan arus

kas selama periode tertentu yang diklasif ikasikan menurut aktivitas operasi,

aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.

1. Aktivitas Operasi; aktivitas ini menimbulkan pendapatan dan beban

dari operasi utama suatu perusahaan. Karena itu aktivitas operasi

mempengaruhi laporan laba rugi, yang dilaporkan dengan dasar

akrual. Sedangkan laporan arus kas melaporkan dampaknya

terhadap kas. Arus masuk kas terbesar dari opersi berasal dari

pengumpulan kas dari langganan. Arus masuk kas yang kurang

penting adalah penerimaan bunga atas pinjaman dan dividen atas

Dedl Mulyadi 195

Page 206: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

investasi saham. Arus keluar kas operasi meliputi pembayaran

terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan

pajak.

2. Aktivitas Investasi; aktivitas ini meningkatkan dan menurunkan

aktiva jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk

melakukan kegiatannya. Pembelian atau penjualan aktiva tetap

seperti tanah, gedung, atau peralatan merupakan kegiatan

investasi, atau dapat pula berupa pembelian atau penjualan

investasi dalam saham atau obligasi dari perusahaan lain. Pada

laporan arus kas, kegiatan investasi mencakup lebih dari sekedar

pembelian dan penjualan aktiva yang digolongkan sebagai investasi

di neraea. Pemberian pinjaman juga merupakan suatu kegiatan

investasi karena pinjaman menciptakan piutang kepada peminjam.

Pelunasan pinjaman tersebut juga dilaporkan sebagai kegiatan

investasi pada laporan arus kas.

3. Aktivitas Pendanaan; aktivitas pendanaan meliputi kegiatan untuk

memperoleh kas dari investor dan kreditoryang diperlukan untuk

menjalankan dan melanjutkan kegiatan perusahaan. Kegiatan

pendanaan mencakup pengeluaran saham, peminjaman uang

dengan mengeluarkan wesel bayar dan pinjaman obligasi, penjualan

saham perbendaharaan, dan pembayaran terhadap pemegang

saham seperti dividen dan pembelian saham perbendaharaan.

Pembayaran terhadap kreditor hanyalah mencakup pembayaran

pokok pinjaman.

The financial markets generally are unpredictable. So that one has

to have different scenarios... The idea that you can actually pre­

dict whot's going to happen contradicts my way of looking at the

market. -G e o r g e S o r o s

196 Kewirausahaan, Pengantar Menu/'u Praktik

Page 207: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

ketika banyak perusahaan jasa yang bermunculan, maka istilah tersebut

kemudian diganti dengan manajemen operasi dengan pengertian dan ruang

lingkup yang lebih luas dibandingkan manajemen produksi. Meski demikian,

beberapa ahli dan pakar masih banyak yang menggunakan istilah manajemen

produksi ataupun menggunakan istilah manajemen produksi dan operasi

(MPO) dalam menjelaskan bagaimana proses pembuatan barang dan jasa.

Proses produksi (manufacture) yang terdapat dalam sebuah alur usaha

pada dasarnya adalah kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang

setengah jadi atau barang jadi dengan melibatkan bahan-bahan pembantu,

tenaga kerja, mesin-mesin, serta alat-alat perlengkapan sehingga memiliki

nilaitambah yang lebih besar (added value). Dalam hal ini, perusahaan perlu

membuat sebentukprosedurdan pengaturanterhadap segala interaksi dari

berbagai faktor produksi sehingga ia dapat meningkatkan efektifitas serta

efisiensi dari proses produksi tersebut. Dalam konteks inilah, yakni untuk

mendukung kelancaran proses produksi maupun dalam proses pengambilan

keputusan dalam seluruh kegiatan operasional perusahaan, maka dibutuhkan

adanya manajemen produksi atau manajemen operasi. Dengan demikian,

manajemen produksi atau manajemen operasi pada dasarnya merupakan

usaha-usaha pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber daya (atau sering

disebut faktor-faktor produksi), tenaga kerja, mesin- mesin, peralatan, bahan

mentah secara optimal. Dalam proses operasinya, faktor-faktor tersebut

bertransformasi, di mana bahan mentah dan tenaga kerja diolah menjadi

berbagai produk dan jasa.

Manajemen produksi dan operasi ini merupakan suatu proses yang

berkesinambungan dalam menggunakan berbagai fungsi manajemen untuk

mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efektif dan efisien dalam

rangka mencapaitujuan perusahaan itu sendiri. Dengan demikian kata kunci

dalam manajemen produksi dan operasi ini adalah kontinuitas (keberlanjutan)

di mana manajemen produksi dan operasi digambarkan bukan sebagai suatu

kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan tindakan yang berkelanjutan atau

198 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 208: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

suatu proses yang kontinyu. Kunci kedua adalah efektif dan ef isien, di mana

segala pekerjaan harus dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan yang

terkandung dalam konsep manajemen produksi dan operasi ini memerlukan

pengetahuan yang luas karena mencakup berbagai berbagai fungsi

manajemen itu sendiri.

Manajemen produksi dan operasi akan mencakup perencanaan atau

penyiapan sistem produksi dan operasi, pengendalian dari sistem produksi

dan operasi, serta sistem informasi produksi. Perencanaan dan pengendalian

produksi sendiri dimaksudkan untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan

langsung atau tidak langsung dalam berproduksi, sehingga perusahaan itu

betul-betul dapat menghasilkan barang-barang atau jasa dengan efektif dan

efisien serta memenuhi sasaran-sasaran lainnya. Secara umum, kegiatan

manajemen operasi dan produksi ini berkaitan erat dengan keberadaan

seorang manajer operasi atau manajer produksi itu sendiri. Seorang manajer

produksi atau operasi akan bertanggungjawab dalam putusan-putusan yang

berkaitan dengan produksi atau operasi. Dalam proses pengambilan

keputusan ini, para manajer produksi akan membutuhkan data dari aliran in­

put ke output yang sering disebut juga dengan informasi depan (feed for­

ward information), serta data atau laporan tentang output atau proses ke

input yang disebut juga informasi balik (feed back information). Informasi-

informasi tersebut akan dipakai sebagai alat untuk mengamati jalannya proses

konversi input menjadi output atau produksi dan operasi secara keseluruhan.

Para manajer produksi dan operasi harus mengarahkan berbagai berbagai

masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai keluaran (output) dalam

jumlah, kualitas, harga, waktu, dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan

konsumen.

Seluruh kegiatan mulai dari permintaan pasokan barang dan faktor-

faktor produksi dan operasi (input) kemudian dikonversi dalam proses

produksi dan operasi atau layanan dan menjadi produk berupa barang atau

Dedi Mulyadi 199

Page 209: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

jasa (output), hingga bisa sampai dan dinikmati oleh konsumen ini

merupakan sistem terintegrasi sebuah manajemen produksi atau operasi.

Dalam bagan:

Bagan 4.4: Sistem Manajemen Operasi

(Diadaptasi dari Freddie Barnard, et. al., 2012)

Pada bagan tersebut, sistem manajemen produksi dan operasi memiliki

masukan (input), berupa material atau bahan baku, modal, peralatan,

personel, informasi, dan energi. Semua input ini kemudian dikonversi atau

ditransforma si menjadi keluaran (output) berupa atau jasa. Tabel berikut

menggambarkan hal tersebut secara lebih sederhana:

Tabel 4.2: Contoh Sistem Produksi

Usaha Supplier input Konversi O utput

Restauran Distributor Daging Pengolahan Sajian

2 0 0 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 210: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

makanan Say u ran Peralatan masak Koki

makananPenyiapanPenyajian

makanan Kenikmatan dan cita rasa Hiburan

Pabrik Rokok DistributortembakauPetanitembakau dan cengkeh

TembakauCengkehPeralatanPekerjaMesin

Pengolahan tembakau, cengkeh, dan unsurlain menjadi rokok

Rokok

Kegiatan atau proses produksi atau operasi sebagai kegiatan yang

berkesinambungan harus dibuat melalui sebuah perencanaan yang matang.

Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi sendiri adalah

mengusahakan agar terjadi keseimbangan, keselarasan serta keserasian

antara faktor-faktor produksi yang ada dengan kebutuhan atau kesempatan

yang terbuka baginya, sehingga dapat menimbulkan adanya perkembangan

yang menguntungkan (profitable growth). Pada titik ini, pelaksanaan

perencanaan kegiatan produksi atau operasi juga perlu memerhatikan aspek

peluang (opportunities) yang ada serta tekanan (threats) dari luar yang

dialami perusahaan bersangkutan. Analisa terhadap faktor-faktor produksi

ini akan menghasilkan rumusan tentang kekuatan-kekuatan (strengths) yang

dimiliki serta kelemahan-kelemahan (weakness) yang ada.

Tujuan umum dari manajemen produksi atau operasi ini adalah untuk

melaksanakan perencanaan dan pengawasan yang baik agar perusahaan

dapat melaksanakan kegiatan pengolahan dengan biaya paling rendah.

Manajemen operasi dan produksi yang baik akan mempertinggi kehematan

(efisiensi) seluruh sumber daya yang digunakan, dan juga akan

mempengaruhi pencapaian tujuan (efektifitas) perusahaan secara

keseluruhan. Tujuan ini dengan jelas menyatakan bahwa keberadaan

manajemen produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan pada dasarnya

adalah untuk memastikan segenap kegiatan produksi dan operasi berjalan

Dedi Mulyodi I 201

Page 211: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dengan lancar, efektif, dan efisien. Hal ini dikarenakan aktivitas produksi dan

operasi ini menjadi titik sentral usaha yang sangat menopang keberadaan

sebuah perusahaan atau bisnis itu sendiri. Seluruh unsur yangterlibat dalam

rangkaian sistem manajemen produksi dan operasi sebagaimana dijelaskan

sebelumnya, harus terintegrasi dan berkelanjutan. Ketika produksi terhenti,

maka seluruh aktivitas perusahaan juga akan berhenti.

Setiap unsur dalam sistem produksi tersebut akan memiliki peranan

dan fungsi yang penting. Supplier berperan sebagai pemasok bahan baku,

peralatan, mesin, informasi yang kemudian menjadi input untuk produksi.

Input yang buruk akan menghambat proses konversi atau transformasi

(pengolahan bahan), yakni pengolahan input menjadi produk yang

diinginkan. Input yang buruk pada akhirnya akan menghasilkan output

yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan baik oleh perusahaan

ataupun konsumen itu sendiri. Meski demikian, input yang baik pun harus

diiringi pula dengan proses konversi dan transformasi yang baik dan

efektif. Meredith (2000) dalam hal ini menyebutkan bahwa proses

transform asi atau konversi yang baik umumnya memiliki beberapa

karakteristik berikut, di antaranya yaitu:

1. Efisiensi (efficiency); biasa diartikan sebagai “doing the thing right”

atau melakukan sesuatu dengan benar. Efisiensi ini juga sering

dikaitkan dengan istilah produktivitas dimana ukurannya adalah

nisbah antara output terhadap input.

2. Efektif (effective); biasa diartikan sebagai “doing the right thing”

atau melakukan sesuatu yang benar.

3. Kapasitas (capacity); bertolak belakang dengan efisiensi, kapasitas

berkaitan dengan peralatan (equiptment) dan alat (tools) yang

digunakan. Jika bagian operasi memproduksi dibawah kapasitas

yang ada, maka dikatakan pemborosan atau utilitas yang rendah,

sehingga kapasitas adalah salah satu potensi penyebab adanya

inefisiensi.

202 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 212: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

4. Kualitas (quality); salah satu def inisinya adalah ukuran kesesuaian

antara harapan konsumen dengan spesif ikasi produksi yang dibuat.

5. Waktu tunggu (lead time); merupakan lama waktu yang dibutuhkan

untuk menghasilkan suatu produk. Atau dalam bentuk pertanyaaan,

Berapa lama produk yang dihasilkan diproduksi?

6. Fleksibilitas (flexibility); apakah proses transformasi yang digunakan

dapat digunakan untuk memproduksi produk yang berbeda?

seberapa mudah? seberapa cepat?

Jika pelaku usaha atau manajemen sebuah perusahaan bisa

mengendalikan sistem produksi dan operasinya dengan baik, terutama

mengontrol proses konversi nya, maka ia akan menghasilkan produk yang

baik pula. Sebaliknya, jika pelaku usaha ataupun perusahaan melalui manajer

produksi atau operasinya tidak bisa mengendalikan sistem produksi ini, maka

output yang ada berupa barang atau jasa akan gagal atau tidak memenuhi

harapan. Fungsi utama dari keberadaan manajemen operasi ini dengan

demikian adalah memastikan seluruh proses produksi dan operasi berjalan

dengan baik. Manajemen produksi dan operasi pada sebuah perusahaan

merupakan pusat kegiatan yang menentukan eksistensi perusahaan itu

sendiri. Dengan kata lain, tanpa kegiatan produksi, maka fungsi manajemen

lain dalam sebuah perusahaan, seperti keuangan, sumber daya manusia, dan

seluruh departemen lain tidak akan berjalan.

Selain itu, perusahaan atau para pelaku bisnis yang sudah berhasil

memproduksi barang dan jasa, maka mereka telah berkontribusi terhadap

kesejahteraan publikdan bidang ekonomi secara umum. Penyediaan produk-

produk yang berkualitas dan bisa dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen

merupakan faktor penting dalam pertumbuhan perekonomian suatu wilayah.

Perusahaan dengan sistem produksi dan operasi yang baik juga bisa dilihat

sebagai perusahaan yang berhasil mengubah faktor produksi menjadi barang

jadi yang berguna (form utility).

Dedi Mulyadi 203

Page 213: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Strategi Operasi dalam Wirausaha

Menyiapkan alur produksi atau operasi hingga menghasilkan produk

tertentu dengan nilai dan mutu yang baik, seperti disebutkan sebelumnya,

bukanlah hai yang mudah. Pelaku usaha baik skala kecil ataupun skala besar

dituntut untuk menata sedemikian rupa alur tersebut agar tidak terjadi hal-

hal yang menyebabkan kerugian pada usaha yang dijalankan. Alur produksi

yang tidak diatur dengan baik dapat menyebabkan adanya limbah berlebih

dan atau pemborosan bahan mentah yang digunakan. Alur produksi yang

tidak baik juga dapat menyebabkan waktu tunda pekerjaan menjadi lebih

lama sehingga efektivitas usaha juga sulit didapatkan. Karena itu pula,

diperlukan suatu strategi produksi atau operasi yang bisa menjamin efesiensi

dan efektivitas operasi produk pada suatu model usaha atau bisnis yang

dijalankan. Secara lebih konseptual, strategi operasi ini merupakan fungsi

operasi yang menetapkan arah untuk pengambilan keputusan yang

diintegrasikan dengan strategi bisnis melalui perencanaan formal. Strategi

ini dimaksudkan untuk menghasilkan pola pengambilan keputusan operasi

yang konsisten dan keunggulan bersaing bagi perusahaan.

Schroder, Anderson dan Clevevand (dalam Rasmulia, 2017), terkait

persoalan strategi operasi ini menyatakan bahwa strategi operasi yang

disusun oleh perusahaan pada dasarnya harus memuat empat komponen

utama, yaitu misi, tujuan, kemampuan khusus, serta kebijakan. Berikut ulasan

atas empat hal tersebut:

1. Misi; misi harus menyatakan prioritas di antara tujuan operasi baik

yang menyangkut biaya, kualitas, fleksibilitas, tepat waktu,

pengiriman cepat, pelayanan, dan sebagainya. Satu misi operasi

yang dapat diandalkan adalah jika strateginya dengan cara

memasang biaya yang pantas (bukan berarti biaya rendah), dan

juga pentingnya akan pengenalan produk baru.

2. Tujuan; terdapat empat tujuan operasi yaitu biaya, kualitas,

fleksibilitas, pengiriman, dan pelayanan. Tujuan - tujuan tersebut

204 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 214: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

harus ditetapkan dalam beentuk yang sekuantitatif mungkin agar

dapat terukur seberapa beesar pencapaian yang akan diraih.

3. Kemampuan Khusus; kemampuan khusus operasi adalah

menciptakan operasi apa yang harus unggul secara relatif dari para

kompetitoryang terkait dengan misi operasi. Kemampuan khusus

ini harus mampu keunggulan bersaing dan merupakan inti dari

strategi operasi di berbagai hal seperti biaya yang pantas, kualitas

tinggi, pelayanan terbaik, fleksibilitastinggi, dan sebagainya. Bisnis

yang berhasil berada pada mereka yang mengenal dengan baik

kemampuan khusus yang dimilikinya dan berusaha untuk

mempertahankan itu agar bisa unggul bersaing dengan

berkelanjutan.

4. Kebijakan; kebijakan operasi merupakan penjabaran dan

menjelaskan bagaimana tujuan operasi akan dicapai. Kebijakan ini

harus dibentuk untuk setiap sisi keputusan yang menyangkut

proses, kapasitas, kualitas, persediaan, dan barisan kerja. Dan

kebijakan operasi harus dibuat oleh manajemen senior dengan

melibatkan pertimbangan - pertimbangan yang strategis.

Lebih lanjut, seperti dijelaskan Rasmulia (2017), terdapat empat strategi

dasar operasi yang merupakan faktor kunci utama perusahaan, yaitu: biaya,

kualitas, kecepatan penyampaian (speed of delivery) dan fleksibilitas. Keempat

strategi ini diterjemahkan secara langsung kedalam karakteristik yang

digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan guna memenangkan

persaingan serta memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage).

1. Biaya; dalam setiap industri, selalu ada segmen pasar yang membeli

hanya berdasarkan harga yang murah. Untuk dapat bersaing

dengan baik dalam ceruk pasar ini, sebuah organisasi haruslah

merupakan produsen berbiaya rendah. Tetapi dengan melakukan

hal ini tidak selamanya menjamin keberhasilan dan keuntungan.

Page 215: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Produk yang terjual hanya dikarenakan harganya merupakan

komoditas umum, dengan kata lain, konsumen tidak dapat

membedakan produk dari satu perusahaan dan perusahaan lainnya

yang sejenis. Sebagai hasilnya, konsumen menggunakan harga

sebagai penentu utama dalam keputusan pembelian. Walaupun

demikian, segmen pasar ini umumnya sangat besar dan banyak

perusahaan yang terpikat oleh potensi profitnya yang cukup

signifikan, yang dihubungkan dengan volume unit produk yang

besar. Sebagai konsekuensinya, kompetisi pada segmen ini cukup

sengit/dahsyat dan begitu juga dengan tingkat kegagalannya. Lebih

dari itu, selalu hanya ada satu produsen yang berbiaya rendah,

dimana umumnya dialah yangmenentukan harga jual di pasar.

2. Kualitas; kualitas dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: kualitas

produk dan kualitas proses. Tingkat kualitas pada perancangan

produk akan beragam bergantung pada semen pasar yang

ditargetkan. Tentunya, kualitas dari sepeda roda dua untuk anak-

anak berbeda secara signifikan dengan sepeda roda dua untukatlit

kelas dunia. Salah satu keuntungan dari menghasilkan produk yang

berkualitas tinggi adalah dapat menawarkan harga yang juga tinggi

di pasar. Penetapan tingkat kualitas yang tepat berfokus pada

kebutuhan konsumen. Produk yang dirancang secara berlebihan

dengan kualitas yang terlalu tinggi akan dipandang sebagai sesuatu

yang diluar jangkauan dan akan mengakibatkan harganya menjadi

terlalu kemahalan. Sebaliknya, produk yang dirancang dengan

kualitas rendah akan kehilangan konsumen yang memilih produk

dengan biaya yang sedikit lebih mahal tetapi memandang produk

yang dipilih tersebut memberikan keuntungan/manfaat (benefit)

yang jauh lebih tinggi. Kualitas proses adalah hal yang paling kritis

dalam setiap segmen pasar. Secara umum, pelanggan ingin produk

yang tanpa cacat. Oleh karena itu, tujuan dari kualitas proses adalah

206 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 216: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

untuk memproduksi produk yang bebas cacat melalui total quality

management (TQM)

3. Kecepatan Penyampaian; ceruk pasar akan sangat

mempertimbangkan kecepatan penyampaian (speed of delivery)

sebagai penentu terpenting dalam keputusan pem belian.

Kecepatan penyampaian adalah waktu antara penerimaan pesanan

dari pelanggan dan pemenuhan pesanan tersebut. Banyak

perusahaan yang mencari upaya untuk m engelola atau

meningkatkan jumlah pelanggan mereka dengan memusatkan pada

waktu penyampaian yang cepat dan kompetitif. Kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kecepatan penyam paian

memungkinkan untuk membebankan harga premium pada

produknya.

4. Fleksibilitas dari perspektif strategis; merujuk pada kemampuan

perusahaan untuk menawarkan beragam produk kepada

konsumennya. Fleksibilitas juga merupakan ukuran seberapa cepat

perusahaan dapat mengubah prosesnya dari tahapan membuat

produk lama, kedalam tahapan membuat produk yang baru. Produk

yang beragam terkadang juga dipersepsikan oleh konsumen

sebagai kecepatan penyampaian.

Perencanaan Mutu, Lokasi, Kapasitas, dan Tata Letak Operasi

Dalam setiap kegiatan fungsional manajemen, perencanaan mutlak

dilakukan sebagai pedoman agar kegiatan yang akan dijalankan tidak

kehilangan fokus pada pencapaian tujuan yang ada. Perencanaan dalam

sistem produksi dan operasi misalnya, dilakukan agar kegiatan produksi dan

operasi tetap terarah pada pencapaian tujuan produksi dan operasi.

Perencanaan ini berkaitan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi

produk jadi (manufacture) atau berkaitan dengan penciptaan kegunaan

bentuk (form utility). Proses perencanaan merupakan jembatan yang

Dedi Mulyadi

Page 217: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

menghubungkan tahap desain dan tahap manufacturing, artinya setelah tahap

desain selesai dilakukan, proses perencanaan dilakukan untuk menjelaskan

bagaimana masing-masing part dan komponen yang dibutuhkan untuk proses

pembuatan barang.

Dalam konteks manajemen operasi agribisnis, aspek perencanaan

produksi atau operasi ini mencakup berbagai keputusan dan aktivitas yang

luas, seperti merancang program kualitas (devising a quality program),

menetapkan tempat produksi (locatinga plant), memilih level kapasitas yang

sesuai untuk keperluan produksi atau operasi (choosing the appropriate level

of capacity), mendesain tata letak operasi (designing the layout of the opera­

tion), menetapkan desain proses (deciding on the process design), serta

menentukan tugas dan tanggungjawab (specifying job tasks and responsibili­

ties) setiap bagian yang ada dalam sebuah struktur organisasi atau badan

usaha. Kita akan membahas beberapa aspek di atas, terutama keputusan

perencanaan mutu, lokasi, tata letak, dan kapasitas produksi, secara ringkas

sebagai berikut:

Pertama, keputusan penting pertama dalam perencanaan operasi adalah

keputusan terkait rancangan mutu operasi. Produk dan atau jasa yang

bermutu adalah kunci untuk keberhasilan bisnis yang dijalankan. Produk yang

bermutu merupakan syarat untuk terpenuhinya kepuasan konsumen. Jika

produk atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat konsumen diolah

secara asal-asalan, tidak memiliki nilai dan keunggulan yang membedakannya

dengan produk lainnya, maka pelaku usaha juga akan sulit untuk menjual

atau memasarkannya. Karena itu pula, putusan pertama yang harus dipikirkan

oleh pelaku usaha dalam merumuskan alur operasinya adalah bagaimana

setiap tahapan pembuatan produk, mulai dari pemilihan dan penerimaan

bahan mentah, penyimpanan, pengolahan, pengemasan, hingga pemasaran

dan penjualan, benar-benar dijalankan dengan mengacu pada prinsip-prinsip

mutu. Pelaku usaha misalnya harus melakukan kontrol mutu pada setiap

tahapan produksi, memastikan bahwa produk yang dihasilkan sudah sesuai

208 Kew/rausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 218: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dengan standaryang ditetapkan. Untuk keperluan ini, pelaku usaha dapat

merujuk pada teori-teori dan praktik penerapan manajemen mutu, seperti

Total Quality Management (TQM), Quality Assurance (QA), dan lainnya.

Kedua, penentuan lokasi usaha. Hal penting lainnya yang harus

dirumuskan oleh para pelaku usaha dalam perencanaan operasi mereka

adalah menentukan lokasi operasi atau produksi. Penentuan lokasi usaha ini

akan menjadi salah satu unsur penting dalam hal perencanaan sistem produksi

dan operasi secara umum. Keputusan dalam pemilihan lokasi adalah

keputusan strategis yang akan memberikan pengaruh besar pada biaya

operasi, harga produk yang akan dihasilkan dan dijual, serta kemampuan

perusahaan bersangkutan dalam bersaing. Dalam banyak kasus, faktor-faktor

yang menjadi pertimbangan penentuan lokasi oleh para pelaku usaha akan

berbeda satu sama lain, tergantung pada tipe produk dan layanan yang

mereka sediakan, ukuran pabrik, tipe pabrik, undang-undang lingkungan, dan

kondisi geografis lingkungan secara umum. Namun demikian, terdapat

beberapa hal, seperti dijelaskan Freddie Barnard, et. al. (2012), yang bisa

dijadikan masukan untuk pertimbangan penentuan lokasi, di antaranya:

1. Kedekatan dengan sumber bahan baku dan pemasok (proximity

to raw materials and suppliers); para pelaku usaha umumnya

menginginkan agar lokasi produksi atau operasi mereka dekat

sumber bahan baku ataupun pihak pemasok. Semakin dekat jarak

tempuh antara lokasi produksi dan operasi sebuah perusahaan

dengan sumber input untuk produksinya, maka semakin sedikit

biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri untuk

ongkos produksinya.

2. Lokasi pasar (location of markets); Lokasi pasar sangat signif ikan

bagi para pedagang atapun retailer, karena para konsumen

biasanya enggan pergi ke tempat yang jauh untuk berbelanja

kebutuhan mereka. Produk-produk usaha yang bersifat mudah

rusak (perishabel) umumnya bisa dijual dengan harga yang lebih

Dedi Mulyadi 2 0 9

Page 219: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tinggi dengan pertimbangan lokasi ini. Semakin strategis lokasi

penjualan, semakin baik pola pelayanan, dan semakin sedikit ongkos

yang harus dikeluarkan oleh konsumen, maka harga produk yang

dijual juga bisa semakin disesuaikan (dinaikkan).

3. Iklim kerja (labor climate); Iklim kerja, yang mencakup standar upah,

produktivitas, kebutuhan pelatihan, sikap terhadap pekerjaan,

kekuatan kebersamaan dalam kerja, semua itu merupakan faktor

yang harus dipertimbangkan dalam rencana perusahaan untuk

menjalankan bisnisnya. Faktor lainnya adalah ketersediaan tenaga

kerja handal dan ahli.

4. Pengelom pokan (Agglom eration); istilah ini merujuk pada

pengertian tentang akumulasi aktivitas bisnis pada lokasi tertentu.

Beberapa perusahaan terkadang menentukan lokasi untuk kantor

atau aktivitas operasi secara umum berdekatan dengan perusahaan

lain. Karena itu, tidak jarang kita sering menemukan adanya lokasi

perkantoran, di mana banyak perusahaan yang terlibat di dalamnya.

Hal ini umumnya untuk memudahkan mereka dalam bekerjasama,

serta dalam berbagi infrastruktur yang tentu akan menjadi langkah

penghematan dalam biaya operasi perusahaan-perusahaan

bersangkutan.

5. Pajakdan insentif (taxes and incentives); kebijakan pajakdan insentif

adalah dua produk kebijakan pemerintah untuk membangun

kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya, sekaligus

untuk menarik industri agar berkembang. Pada titik ini, kebijakan

pajak dan insentif yang dikeluarkan pemerintah juga harus

diperhitungkan oleh para pelaku usaha dalam menjalankan

bisnisnya.

6. Kedekatan dengan fasilitas perusahaan yang lain (proximity to other

company facilities); seperti halnya kedekatan dengan pihak

pemasok sumber bahan baku, pihak perusahaan atau pelaku usaha

210 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 220: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

secara umumjuga perlu mempertimbangkan kedekatanantara satu

lokalitas operasi dengan fasilitas perusahaan yang lain. Pada

beberapa kasus industri, seringkali ditemukan ada jarakyang cukup

jauh antara kantoryangmengurus persoalan-persoalan izin admin-

istratif dengan pabrik sebagai tempat pengolahan dan produksi

barang utama. Hal ini memang terkadang bergantung pada

pertimbangan kondisi wilayah, kondisi lingkungan, kepemilikan

lahan, dan faktor lain. Namun, semakin dekat dan terhubung antara

satu fasilitas dengan fasilitas lainnya, maka semakin mudah dan

hemat pola sistem produksi dan operasi yang dijalankan.

Dalam konteks bisnis layanan (service business) atau sektor jasa,

penentuan lokasi ini bahkan lebih penting dan memengaruhi bisnis secara

signifikan dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Faktor-faktor

seperti kenyamanan konsumen, volume pengunjung atau calon pembeli, level

income atau pendapatan, tingkat kepadatan penduduk, semuanya merupakan

indikator penjualan yang penting dan memengaruhi penentuan lokasi. Selain

itu, lokasi perusahaan atau pelaku bisnis pesaing juga penting untuk

diperhitungkan. Beberapa pelaku usaha bahkan seperti ada yang berusaha

untuk mencari lokasi bersebelahan dengan lokasi usaha pesaing, meski hal

ini tentu membawa resiko yang tidak kecil untuk bisnis itu sendiri.

Bagaimanapun, sebaik-baik lokasi adalah lokasi yang memenuhi semua faktor

pertimbangan strategis, dengan tingkat pesaing yang rendah apalagi nihil.

Ketiga, penentuan kapasitas produksi. Perencanaan kapasitas produksi

pada dasarnya adalah perencanaan jumlah maksimum output yang dapat

diproduksi dalam satuan waktu tertentu. Perencanaan kapasitas ini mencakup

seluruh aktivitas untuk menentukan ukuran dan lokasi yang tepat untuk

tempat produksi dan operasi secara umum. Dengan itu, kuantitas barang yang

bisa diproduksi dalam satuan waktu tertentu bisa dihitung. Pelaku usaha

dalam hal ini harus bisa menyeimbangkan antara biaya memiliki kapasitas

Dedi Mulyadi 211

Page 221: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

produksi besar dengan resiko kehilangan peluang penjualan karena kapasitas

produksinya yang kecil. Jika hal ini tidak bisa disikapi dengan baik, maka ia

akan kesulitan dan bahkan memengaruhi perencanaan jangka pendek atau

jangka panjang dari usaha yang dijaiankannya. Karena itu, peramalan atau

prediksi yang akurat tentang kebutuhan yang mungkin timbul sangat penting

dalam konteks perencanaan kapasitas ini. Selain itu, pemahaman yang benar

tentang siklus hidup produk juga harus dipertimbangkan.

Terdapat beberapa faktor yang bisa dijadikan pertimbangan dalam

perencanaan kapasitas produksi ini, yaitu:

1. Skala ekonomi (economic of scale); berdasarkan pada prinsip skala

ekonomi, sebuah pabrik yang besar biasanya akan menghasiikan

biaya produksi per unit yang rendah (lower per unit cost), karena

biaya standar atau biaya tetap (fixed cost) sudah terangkum pada

jumlah produk yang besar pula. Pada titik ini, analisis biaya volume

(volume-cost analysis) bisa digunakan untuk menentukan seberapa

besar volume yang dibutuhkan untuk menutup fixed cost.

2. Fleksibilitas (flexibility); alternatif untuk skala ekonomi adalah

flesksibilitas. Salah satu konsep yang menyebutkan pentingnya

fleksibilitas pada proses produksi adalah pabrik terfokus (focused

factory). Konsep ini pertama dikenalkan oleh Skinner pada tahun

I970an. Dalam pandangan ini, terdapat beberapa faktoryang harus

dilibatkan dalam konteks ukuran dan kapasitas pabrik, yang

mencakup siklus hidup produkyang lebih singkat, kualitas sebagai

prioritas, dan fleksibilitas. Pabrik terfokus (focused factory)

menganggap bahwa beberapa mesin kecil akan meningkatkan

kinerja pabrik secara keseluruhan, karena manajer produksi lebih

bisa berkonsentrasi pada skala kelompoktugasdantanggungjawab

yang lebih kecil guna mengarahkan mereka pada satu tujuan.

3. Karakter musim dan pola produksi (seasonality and other patterns

of production); beberapa produk seringkali memiliki sifat musiman,

212 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 222: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

dan hal ini pula yang seringkali membuat pusing para pelaku usaha.

Produsen bahan baku (input) pertanian, seperti pupuk, benih, dan

bahan kimia biasanya akan mengalami kenaikan permintaan pada

musim tanam. Pengusaha kuliner dan baju akan mengalami

peningkatan omzet penjualan pada musim liburan, Sementara

produsen lainnya akan mengalami peningkatan permintaan pada

musim berikutnya. Hal-hal seperti inilah yang seringkali membuat

para manajer operasi perusahaan harus berpikir ulang dalam

menata sistem dan pola produksi serta kapasitas produksi yang

diperlukan sesuai dengan karakter produknya.

4. Fluktuasi kebutuhan dan permintaan (fluctuating demand);

kebutuhan dan permintaan pelanggan sudah sedari dulu disadari

oleh para pelaku bisnis akan bersifat fluktuatif. Pada periode

tertentu, atau karena adanya kecenderungan dan faktor tertentu,

akan terjadi permintaan barang dan jasa yang besar. Sementara

pada periode lainnya, perusahaan akan mengalami masa surut di

mana permintaan yang ada, atau daya beli masyarakat sedang

menurun. Pada titik ini, para pelaku usaha, terutama para manajer

operasi harus bisa menyusun strategi yang bisa menutupi kenaikan

permintaan, sekaligus menjawab persoalan ketika permintaan

sedang turun.

5. Shift tunggal dan multishift (multiple versus single shifts);

pembagian waktu kerja ke dalam beberapa shift oleh kelompok

pekerja bisa menjadi alternatif untuk mencapai kapasitas produksi

yang maksimum. Meski demikian, pekerjaan multishift ini juga harus

dilihat dari segi pengeluaran biaya yang bertam bah, juga

penggunaan alat-alat produksi yang berkelanjutan dan

pengaruhnya dalam hal keausan. Semua itu bisa menjadi tambahan

pengeluaran yang harus ditutup oleh perusahaan di samping

keuntungan yang timbul dari produksi yang maksimal.

Dedi Mulyadi 2 1 3

Page 223: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Keempat, penentuan tata letak (layout) operasi. Aspek penting

berikutnya yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan operasi adalah

persoalan tata letak operasi. Perencanaan tata letak (layout) ini, seperti

dijelaskan Rasmulia (2017), merujuk pada desain tertentu dari pengaturan

dan penyusunan material dalam sebuah fasilitas. Tata letak sebuah pabrik

misalnya adalah tata ruang di mana segenap alat, mesin, dan fasilitas lain

dalam pabrik tersebut disusun berdasarkan keperluan produksi dan operasi

secara keseluruhan. Letak dari fasilitas-fasilitas itu harus diatur sehingga

proses produksi dapat berjalan sedemikian rupa dengan lancar dan efisien.

Perencanaan tata letak (layout) yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan

yang teratur dan efisien semua fasilitas kelengkapan dan personel yang ada

di dalam pabrik. Fasilitas pabrik tidak hanya mesin-mesin tapi juga service

area termasuk penerimaan dan pengiriman barang, tempat maintenance,

gudang, dan lainnya.

Dalam perencanaan tata letak ini, pelaku usaha atau manajer operasi

harus mempertimbangkan juga aspek kenyamanan kerja terutama ruang

kerja, penanganan barang-barang produksi, dan kemudahan untuk

perubahan tata letak . Tujuan utama dari perencanaan tata letak ini adalah

bagaimana para pekerja dan peralatan yang ada di dalam tempat produksi

bisa beroperasi dengan efektif dan efisien. Terdapat empat kategori yang

perlu diperhatikan dalam pengaturan tata letak fasilitas ini, yaitu:

1. Proses (process)

Suatu tata letak proses ini menekankan pengaturan aktivitas

berdasarkan fungsinya. Terlepas dari sebuah produk sedang dibuat

atau diolah, semua fungsi yang sama akan dikumpulkan dalam satu

tempat. Tata letak seperti ini biasanya digunakan pada perusahaan

dengan produk barang dan jasa yang bervariasi, sehingga dalam

penyusunan tata letaknya, kesamaan fungsi lebih diutamakan.

Kelemahan utama dari tata letak seperti ini adalah proses produksi

yang lebih lambat, level inventarisir yang lebih tinggi, banyak waktu

214 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 224: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yang terbuangantara satu operasi tertentu dan lainnya, serta biaya

penanganan material yang iebih tinggi.

Bagan 4.5: Process Layout

- | - ------------------ > • - ■

MachininParti

Part 2

Drilling

t < -I

Grinding

" > t

Welding

Painting

> • ”Assembly

>

2. Produk (product)

Tata letak berbasis produk atau produk layout dibuat khususnya

untuk proses produksi yang berkelanjutan, karena ia terus

menghasilkan produk di setiap waktunya. Tata letak seperti ini

biasanya dijalankan pada proses produksi dengan produk yang tidak

variatif (Model layout berbasis produk dapat dilihat pada halaman

selanjutnya).

3. Hybrid (hybrid)

Hybrid layout ini pada dasarnya merupakan campuran atau

gabungan antara dua layout sebelumnya, yaitu layout proses dan

layout produk. Penggabungan ini dimaksudkan untuk mengambil

manfaat dari keduanya. Pelaku usaha bisa memilih tipe layout ini

ketika mengenalkan sistem manufaktur yang baru. Model layout

hybrid ini sangat populer pada beberapa perusahaan, seperti

perusahan plastik atau supermarket (Model layout hybrid ini dapat

dilihat pada halaman selanjutnya).

Dedi Mulyadi

Page 225: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Bagan 4.6: Product Layout - Pabr/k Susu

Bagan 4.7: H y b rid L a y o u t - S u p e rm a rk e t

T iis fo m p r 1

2 16 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 226: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

4- Posisi tetap (fixed position)

Fixed position atau tata letak posisi tetap merupakan layout yang

banyak digunakan pada lahan pertanian. Bentuk layout ini

umumnya digunakan pada situasi di mana barang atau produk yang

sedang diolah terlalu besar dan luas untuk dipindahkan, atau ketika

suatu item mau diletakkan secara permanen pada suatu tempat.

Bagan 4.8: Fixed Layout — Bangunan Pertanian

Kelima, penentuan desain proses. Desain proses adalah proses seleksi

input, operasi, dan m etode tertentu yang akan digunakan untuk

memproduksi barang atau jasa. Keputusan mengenai desain proses ini sangat

penting karena ia memengaruhi jumlah biaya (cost) yang harus dikeluarkan

oleh perusahaan dalam sistem produksi atau operasinya. Tampubolon (2004),

menyatakan bahwa desain proses pekerjaan harus dilakukan dengan

pendekatan ilmiah untuk meningkatkan kemampuan karyawan, antara lain

dengan: (1) menetapkan masalah dalam tingkat operasional secara umum

dalam melakukan pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan

persoalan; (2) menganalisis secara seksama dan mencatat bagaimana

Dedl Mulyadl 217

Page 227: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

pekerjaan itu dilaksanakan saat ini; (3) menganalisis beban kerja perorangan

dan unsur-unsur di dalam pekerjaan; dan (4) mengembangkan dan

melaksanakan metode kerja baru.

Terdapat beberapa jenis desain proses yang bisa digunakan oleh para

manajer operasi, yaitu:

1. Desain Proses Pekerjaan (Flow Diagram)

Merupakan gambaran yang digunakan untuk menganalisis

pergerakan pekerja dan bahan-bahan. Seperti diuraikan pada

contoh diagram proses pekerjaan minuman ringan berikut ini.

Bagan 4.9: Proses Pekerjaan Minuman Ringan

218 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 228: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

2. Pemetaan dan Waktu Fungsi Pekerjaan (Time Function Maping)

Merupakan diagram alur pekerjaan yang diikuti dengan tambahan

hasil studi waktu yang digunakan pada setiap bagian kegiatan, yang

bertujuan untuk mengurangi penghamburan waktu, baik oleh

pekerja maupun mesin.

3. Bagan Arus Proses (Proses Chart)

Menganalisis kegiatan antar tempat kerja untuk dapat memperoleh

gambaran tentang arus proses pekerjaan secara menyuluruh.

Merupakan analisis pendekatan beban kerja terhadap rancangan

pekerjaan. Kegunaannyaadalah untukmenyederhanakan gerakan

yang tidak perlu, sehingga diperoleh tingkat efisiensi dalam

penggunaan pekerja dan mesin. Meminimalkan waktu yang

terhambur dan menyederhanakan gerakan operasional akan dapat

meningkatkan keluaran (output) berarti produktivitas perusahaan

meningkat.

Dalam konteks perusahaan jasa, seringkali para konsumen dilibatkan

dalam prosesnya. Keterlibatan konsumen ini penting dalam sektor jasa untuk

meningkatkan kepuasan mereka. Keterlibatan konsumen ini bisa mengambil

bentuk seleksi produk, desain produk, waktu dan lokasi layanan. Keterlibatan

konsumen dalam konteks manajemen bisnis dapat menjadi sarana dan

sumber informasi yang berharga dalam mengetahui apa yang mereka

inginkan dari sebuah produk. Dengan itu, diharapkan mereka bisa menjadi

konsumen yang setia untuk jangka waktu yang lama.

Dedi Mulyadi I 219

Page 229: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

220 Kewirausahaan, Pengantar Menu/u Prakt/k

Page 230: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

ETIKA BISNIS DALAM WIRAUSAHA

Pada bab sebelumnya kita sudah mempelajari tentang bagaimana

memaksimalkan fungsi-fungsi manajemen untuk keberhasilan wirausaha.

Meski tidakdimaksudkan sebagai pembahasan mendalam, namun poin-poin

yang dibahas sudah cukup sebagai pengantar awal memahami pentingnya

penerapan aspek-aspekfungsional dari manajemen dalam dunia wirausaha.

Pelaku usaha tidak bisa hanya melihat bisnis yang dijalankannya sebagai

semata usaha jual beli barang dan atau jasa. la harus melihat bahwa dalam

usaha tersebut dibutuhkan berbagai keterampilan mulai dari keterampilan

berpikir kreatif, menyusun gagasan dan mewujudkan gagasan tersebut dalam

tindakan nyata, membuat perencanaan bisnis, menguasai aspek-aspek

pemasaran, mengelola sumber daya material dan manusia yang dimiliki,

menjalankan sistem operasi bisnis secara profesional, mengelola keuangan

dan investasi bisnis, dan lain sebagainya.

Namun demikian, pengantar dengan berbagai bahasan tersebut tidak

akan sempurna tanpa adanya pengenalan tentang etika bisnis. Pembahasan

tentang etika bisnis sendiri diperlukan karena wirausaha bukan semata

membangun dan menjalankan bisnis dengan menghalalkan segala cara serta

tanpa perhatian pada kemaslahatan yang lain. Sebaliknya, pelaku wirausaha

justru harus bisa menjalankan bisnis dengan cara-cara yang baik, selaras

dengan aturan dan proseduryang disepakati bersama, serta bisa memberikan

manfaat pada masyarakat dan lingkungannya. Karena itu pula, pada bagian

Page 231: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

ini kita akan mengulas bagaimana menjalankan usaha dengan mengacu pada

nilai-nilai etis yang ada.

A. Tantangan Global Kewirausahaan

Being a c o n g lo m e ra te , e a ch o f our b u s in e s se s h a s a d iffe re n t c h a lle n g e ;

b u s in e s s la n d sc a p e is d iffe re n t fo r each b u s in e ss. It m a k e s it ch a lle n g in g

as w e ll as e x c it in g . -Kumar Mangalam Birla

Masyarakat yang hidup pada hari ini adalah masyarakat yang tengah

berada pada zaman di mana ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan

penanda utama zaman. Ada banyak hal yang lebih mudah untuk difakukan,

informasi yang mudah didapatkan, dan akses-akses keuangan yang lebih

terbuka dibandingkan masa-masa sebelumnya. Namun, hal itu hanya bisa

dirasakan oleh mereka yang memahami bahwa untuk berhasil dalam zaman

ini, dibutuhkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas yang

mumpuni. Mereka yang tidak mau dan tidak bisa belajar, adalah mereka yang

sulit untuk bersaing di dalamnya. Tanpa kompetensi diri yang unggul, orang

sulit untuk menempatkan dirinya di tengah perubahan yang ada.

H.A.R. Tilaar(i998) jauh-jauh mengatakan bahwa kita tengah hidup pada

era di mana globalisasi menjadi tantangan bagi semua. Era ini lanjutnya,

merupakan era dengan empat karakteristik utama, yaitu: P erta m a , kehidupan

hari ini adalah kehidupan yang diisi oleh “dunia dan masyarakat tanpa batas”

( b o r d e r le s s w o rld a n d society). Dengan kata lain, globalisasi di abad 21 telah

membawa keterbukaan arus informasi yang dengan cepat kita terima

sehingga jarak antar pribadi dan area tidak lagi menjadi persoalan. Batas-

batas yang dulu menyumbat proses komunikasi dengan sendirinya juga

terhapus. Kondisi ini tentu saja ditopang oleh kemajuan teknologi dan

pengetahuan yang dihasilkan oleh manusia lengkap dengan berbagai

kompeksitas permasalahannya. Karakteristik pertama ini bagi dunia

pendidikan tentu saja membawa dampak yang cukup signifikan. Kita bisa

2 2 2 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Prakt/k

Page 232: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

menyaksikan adanya tuntutan akan keunggulan kompetitif yang harus dicapai

oleh lembaga pendidikan agar bisa bersaing di tengah derasnya percepatan

perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dunia kerja. Sekolah

berstandar internasional, pertukaran pelajar, riset bersama antar lembaga

pendidikan yang berbeda kawasan, dan lainnya adalah fenomena umum yang

menghiasi dunia pendidikan sejalan dengan arus globalisasi dan keterbukaan

informasi tersebut.

Karakteristik kedua yang melanda masyarakat dunia hari ini adalah

timbulnya kecenderungan kehidupan dengan tingkat kegiatan keilmuan yang

tinggi. Kemudahan dan percepatan yang dibawa oleh globalisasi pada

akhirnya mendorong orang-orang untuk semakin kreatif dan inovatif. Hal ini

secara tidak langsung memaksa lahirnya kegiatan keilmuan yang tinggi.

Pengetahuan dianggap sebagai modal yang harus dipelihara dan diolah

dengan baik guna menghasilkan efisiensi dan produktivitas. Lebih dari itu,

kecenderungan kedua ini dihiasi juga dengan kesadaran baru bahwa sudah

saatnya pendidikan mengarahkan paradigmanya untuk menciptakan

keunggulan kom petitif, sehingga outcome dunia pendidikan dapat

memberikan sumbangan signifikan bagi kehidupan. Kegiatan keilmuan ini

dapat dicermati dengan semakin gencarnya riset-riset yang dilakukan, tidak

hanya oleh lembaga pendidikan, namun juga perusahaan, seiring dengan

kesadaran akan pentingnya modalitas pengetahuan tersebut.

Ketiga, masyarakat yang tanpa sekat dan tersatukan dalam kegiatan

keilmuan tersebut akan lebih menyadari perihal hak dan kewajiban asasi

manusia. Penghargaan atas kemanusiaan ini tentu saja merupakan harapan

bersama seiring dengan wacana humanisme yang semakin gencar

dibicarakan. Kita yang hidup hari ini tidak lagi menjadi anggota suatu sekat

tertentu, melainkan anggota dari satu komunitas bersama; masyarakat dunia.

Dengan kata lain, ketiadaan batas akibat keterbukaan dan percepatan

informasi membuat siapapun dari kita harus menyadari hak dan kewajibannya

sebagai anggota komunitas dunia.

Dedi Mulyadi 223

Page 233: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Karakteristik k eempat adalah timbulnya masyarakat kompetitif bahkan

megakompetitif sebagai dampak selanjutnya ketiadaan batas yang ditandai

oleh perdagangan bebas, keterbukaan dan percepatan informasi yang saling

menyinggung dengan kegiatan keilmuan yangtinggi, serta semakin diakuinya

hak-hak dan kewajiban asasi kemanusiaan. Dalam masyarakat kompetitif

inilah pendidikan menjadi faktor kunci keunggulan. Tingginya tingkat

persaingan memaksa orang untuk semakin terdidik, unggul secara mental

dan intelektual, serta kreatif dalam mengeluarkan gagasan-gagasan baru

untuk kehidupan. Ringkasnya, pendidikan pada titik ini adalah bidang yang

paling diharapkan bisa menghasilkan orang-orang yang siap bersaing dan

memenangkan persaingan tersebut.

Berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut, kita pada akhirnya bisa

menerka apa saja yang akan kita hadapi pada zaman ini, terutama dalam

konteks wirausaha. Para pelaku usaha sudah selalu berada dalam persaingan

mulai dari tahapan perumusan gagasan hngga menjalani usahanya. Gagasan

berusaha saja sudah harus diletakkan dalam anggapan bahwa gagasan yang

kita punya bisa jadi kurang bernilai dibandingkan gagasan orang lain. Bisa

jadi apa yang kita pikirkan sudah lama dipikirkan orang lain. Apa yang baru

akan kita lakukan, sudah dilakukan orang lain. Karena itu, kreativitas dan

inovasi menjadi hal yang harus dimiliki agar apa yang kita lakukan bisa

membawa nilai-nilai yang lebih untuk orang lain.

Bayangkan diri anda ingin mulai berwirausaha. Keterampilan yang anda

miliki hanyalah keterampilan mengolah dan memasakayam goreng. Lalu anda

memutuskan untuk menjual ayam goreng. Anda tidak bisa berpikir bahwa

usaha yang akan anda mulai tersebut tidak ada pesaing. Sudah banyak pelaku

usaha lain yang menjual produk yang sama dengan berbagai atribut pembeda

di luar sana. Berapa besar peluang yang anda miliki jika kondisinya seperti

itu? Peluang anda untuk bisa eksis dan menjadi pilihan utama masyarakat

dalam hal konsumsi ayam goreng akan sangat kecil. Lalu apa yang harus

dilakukan? Sekali lagi, kuncinya terletak pada kreativitas dan inovasi. Anda

224 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 234: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

harus bisa merumuskan atribut pembeda yang itu bisa menjadi nilai tambah

untuk produkyang akan anda tawarkan kepada masyarakat. Anda juga harus

memiliki cara-cara kreatif dalam menjajakan atau menawarkan produk

tersebut pada masyarakat. Lebih dari itu, anda juga dituntut untuk mengasah

keterampilan mengolah ayam goreng ke level yang lebih tinggi, yang bisa

membuat produk anda lebih bernilai di mata masyarakat dibanding produk

sejenis lainnya. Tanpa itu semua, keterampilan yang anda miliki, niat dan

motivasi untuk berusaha, modal yang anda kumpulkan, hanya akan berakhir

pada kegagalan.

Dunia bisnis adalah dunia yang sangat kompetitif. Tidak ada ruang bagi

mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk bersaing. Pilihannya adalah

kita mau belajar dan meningkatkan segenap kemampuan diri untuk

berwirausaha atau kita menjadi pekerja dan tidak berpikir untuk memulai

wirausaha sama sekali. Betul bahwasanya urusan rejeki adalah hal yang tidak

dapat ditentukan oleh manusia. Namun, perlu diingat bahwa dunia bisnis dan

kehidupan pada umumnya berjalan dengan hukum-hukum tertentu di mana

kausalitas dan tarik-menarik adalah salah satu fondasi utamanya. Mereka yang

berusaha lebih giat, akan memiliki peluang untuk berhasil yang lebih besar.

Mereka yang belajar dan berlatih keterampilan tertentu, secara logis adalah

mereka yang nantinya bisa menguasai keterampilan tersebut. Memperbesar

peluang inilah yang harus dilakukan oleh para pelaku usaha. Caranya adalah

dengan meningkatkan kompetensi diri secara keseluruhan, tidak hanya terkait

pengolahan produk saja, tapi juga keterampilan lain yang bisa menunjang

kemampuannya dalam menjalankan bisnis.

Persoalan di atas adalah tuntutan internal yang harus diselesaikan oleh

setiap orang yang ingin menjalani dunia bisnis hari ini. Tantangan yang lebih

berat akan ditemukan ketika bisnis itu sudah dijalankan, apalagi ketika pelaku

usaha ingin mengembangkan usahanya ke tingkat yang lebih tinggi. Dunia

bisnis pada abad di mana ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi atribut

kunci, serta globalisasi yang melanda berbagai aspek kehidupan sebagai

Dedi Mulyadi 225

Page 235: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

wajah utamanya, adalah dunia yang setiap saat menghadirkan perubahan

dan tantangan bam untuk dihadapi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, terutama di bidang komunikasi dan distribusi informasi misalnya,

membuat setiap batasan lokal dan sekat-sekat regional tidak lagi menjadi

penghalang untuk keterjalinan terutama secara virtual. Setiap kita pada saat

ini adalah bagian dari masyarakat dunia (global society), bukan lagi sebatas

masyarakat suatu negara (nation society), yang saling terhubung dan

memengaruhi satu sama lain dengan cara yang seringkali tidak disangka-

sangka.

Pada dataran yang lebih empirik, gelombang besar globalisasi yang

memunculkan masyarakat dunia ini, bisa dilihat pada gejala dan fenomena

yang muncul dari interaksi yang semakin intensif dalam perdagangan,

transaksi f inansial, media, dan teknologi itu sendiri. Pada paruh dasawarsa

1970-an hingga 1990-an misalnya, terdapat lonjakan terbesar volume

perdagangan, di mana porsi negara sedang berkembangdalam perdagangan

global melonjak dari 6,6 persen menjadi 24,7 persen. Pada dekade tersebut

juga, perdagangan valuta asing melonjak lebih dari seribu kali, dari 1 milyar

menjadi 1,2 trilyun dollar AS per hari (Crafts, 2000). Pada dasawarsa 1990-an

sampai 2000-an, mulai muncul berbagai regulasi dan aturan perdagangan

lintas regional, yang memungkinkan transaksi antar negara secara lebih bebas

dan memunculkan tingkat persaingan global yang juga memengaruhi seluruh

perusahaan dan organisasi di berbagai bidang. Contoh-contoh ini hanyalah

sebagian kecil dari berbagai penanda yang menunjukkan bahwa kita pada

hari ini adalah sebuah kesatuan global, yakni sebuah masyarakat dunia dengan

teknologi sebagai pemersatunya.

Kondisi ini juga yang dapat dengan mudah kita lihat pada dunia usaha di

Indonesia. Kemunculan berbagai toko online, praktik penawaran, promosi,

jual beli, hingga pembayaran secara virtual melalui forum (Kaskus), online

shop (Tokopedia, Buka Lapak, Lazada, Shopee), aplikasi berbasis smartphone

(Gojeg,Grab), virtual bankseperti paypal, online currency seperti bitcoin, dan

226 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 236: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

lainnya adalah penanda bagaimana teknologi sudah membuat pelaku usaha

harus memiliki kesadaran global. Mereka dituntut untuk menyadari bahwa

teknologi memberikan mereka kesempatan untuk meluaskan lingkup usaha

mereka dan menjangkau masyarakat di berbagai wilayah tanpa harus

mendirikan toko secara nyata. Teknologi bisa menjadi peluang, tapi juga bisa

menjadi tantangan dan mengandung ancaman bagi mereka yang tidak

menguasainya. Orang bisa dengan mudah melakukan praktik jual beli dan

transaksi secara virtual, tapi orang juga bisa dengan mudah tertipu dalam

praktik tersebut.

Fenomena lainnya yang beriringan dengan globalisasi dan faktor-faktor

pendukung utamanya, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, adalah munculnya jenis kerjaan atau profesi baru. Dalam sebuah

situasi di mana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara di seluruh

dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan, dan dengan

terbukanya akses informasi dan komunikasi antara masyarakat satu negara

terhadap masyarakat negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa,

tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lainnya,

maka ada banyak proses adaptasi kultural baru dan jenis-jenis peluang dan

pekerjaan baru yang dapat ditemukan. Pada titik keterbukaan akses informasi

dan komunikasi itu, masyarakat pada akhirnya digiring untuk mencoba

berbagai hal baru yang dikemas sedemikian rupa dan dipraktikkan secara

luas. Bentuk-bentuk baru dari nilai-nilai yang berkelindan secara global inilah

yang kemudian turut menyumbang pada berbagai profesi atau penawaran

jasa yang baru. Orang bisa dengan mudah mendapatkan uang dengan cara

menjadi y o u tu b e r, v ilo g g e r, o n lin e w riter, penjual c u rre n c y , penyalur produk

tanpa modal, pedagang tanpa produk, konsultan tanpa tatap muka, pengetik

c a p t c h a ,analis forensik digital, fo o d s c ie n t is t , n o s ta lg is t , terapis pecandu

internet dan so c ia l m e d ia , admin so c ia l m ed ia , dan lain sebagainya.

Masyarakat kita hari ini, sebagai dampak dari globalisasi kemajuan

teknologi tersebut, juga berubah menjadi masyarakat yang manja, ingin

Dedi Mulyadi 227

Page 237: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

segala sesuatu tercapai secara instan, mudah terpengaruh dengan berbagai

hal baru, dan lainnya. Hal ini bisa dilihat secara sederhana pada misalnya

bagaimana orang lebi memilih untuk memilih barang dan bertransaksi secara

online karena itu lebih memudahkan mereka. Kualitas barang menjadi

pertimbangan sekunder, karena yang lebih utama adalah kemudahan dan

citra. Bisnis seakan direduksi menjadi persoalan bagaimana menggunakan

akun social media seefektif mungkin untuk menjaring massa. Kondisi demikian

pada akhirnya menuntut para pelaku bisnis untuk lebih terampil melihat

peluang yang ada, sekaligus meningkatkan kesadaran mereka tentang

perlunya memahami karakteristik zaman dan masyarakat di mana mereka

akan menjalankan usahanya.

Meskipun dunia kewirausahaan tetaplah dunia yang berbasis kegiatan

faktual, atau ia lebih banyak dijalankan di kehidupan nyata dibandingkan dunia

virtual, namun kesadaran akan pentingnya penguasaan keterampilan terkait

tenologi dan sumber daya virtual ini tidak bisa dihindari. Tantangan lainnya

dari keberadaan dunia virtual itu adalah bahwa pelaku usaha terkadang tidak

lagi bisa mengenal secara jelas siapa konsumen mereka, atau siapa yang

memasok barang untuk mereka. Kondisi ini membuat tanggungjawab dan

etika bisnis menjadi persoalan serius, terutama ketika banyak bentuk

kejahatan penipuan bisnis hari ini lahir dari kemajuan teknologi dan dunia

virtual ini.

Globalisasi tentu tidak semuanya berisi cerita indah tentang kemajuan

hidup dan modernisasi peradaban. Globalisasi juga tidak semuanya berisi

tentang penyebaran nilai-nilai Barat, terutama Amerika, pada masyarakat

Timur, khususnya Asia. Sebaliknya, globalisasi juga banyak berisikan ekses

negatif yang justru baru dirasakan setelah ia berkembangsedemikian rupa.

Ketika istilah globalisasi ini mengemuka, banyak orang meyakini bahwa garis

kehidupan akan berjalan linier menuju satu tatanan kehidupan yang lebih baik,

dengan sistem dan tata kelola tertentu yang disepakati bersama. Namun,

kenyataan justru berbicara lain. Peter Drucker dalam Age of Discontinuity

228 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 238: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

(2011), misalnya menyatakan bahwa pada tahun-tahun terakhir abad ke-20

dan awal abad ke-21, kehidupan global lebih ditandai oleh suatu perubahan

yang terputus-putus. Perubahan yang ditandai dengan diskontinuitas antara

satu fenomena dengan fenomena lainnya. Ada banyak hal baru yang muncul

secara tiba-tiba tanpa pemah diduga sebelumnya. Berbagai konsep baru yang

inovatif dan kreatif muncul ke permukaan dan memberikan warna pada

kehidupan global. Semua itu menunjukkan bahwa kita tengah berada pada

kondisi di mana tak ada kepastian kecuali perubahan itu sendiri.

Salah satu contoh kejutan diskontinuitas perubahan ini misalnya tampak

pada kondisi sosio-ekonomi-kultural negara Amerika. Amerika Serikat yang

seringkali dituding sebagai negara penyebar globalisasi budaya, justru tengah

mengalami perubahan yang lebih dramatis ketimbang perubahan yang

disebabkan oleh negara adidaya tersebut terhadap dunia. Kita umumnya

ketika mendengarkata budaya ‘Barat’ akan membayangkan Amerika dengan

berbagai karakteristik kehidupannya yang ‘serba bebas,’ yang menyebarkan

hegemoni budayanya ke berbagai belahan dunia. Berdasarkan anggapan ini,

globalisasi tak jarang dianggap sebagai Amerikanisasi, sehingga kesan buruk

pun tercipta, yakni bahwa globalisasi adalah suatu cara bangsa Amerika untuk

mendominasi dunia baik melalui dominasi ekonomi ataupun hegemoni

budaya. Dalam kenyataannya, Amerika sendiri tidak menahan pengaruh dan

dampak dari globalisasi tersebut pada dirinya. Keterbukaan akses ekonomi

dari globalisasi misalnya, membuat jumlah restoran China hari ini di Amerika

Serikat justru lebih banyak dibandingkan outlet MC-Donald sebagai produk

asli yang mewakili kultur Amerika itu sendiri.

Secara umum, kita bisa meringkas berbagai tantangan global

kewirausahaan ini sebagai berikut:

1. The advance of technology; globalisasi mau tidak mau harus dilihat

sebagai era di mana keterbukaan informasi dan kemudahan

komunikasi menjadi gejaia yang dihadirkan oleh kecanggihan

teknologi. Ada banyak peluang dan inovasi baru dalam bisnis

Dedi Mulyadi 229

Page 239: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

sebagai dampak dari kecanggihan teknologi tersebut. Perubahan

pola dagang, perubahan bentuk-bentuk promosi dan penawaran

produk, perubahan model transaksi, semua itu akan menjadi hal

yang harus disikapi secara cerdas oleh pelaku usaha pada hari ini.

2. Virtual community; masyarakat hari ini adalah masyarakatyangtidak

terlepas dari gadget dan keterhubungan secara virtual. Mereka

lebih banyak bercengkrama dan beraktivitas pada social media

dibandingkan berinteraksi dengan sesama pada kehidupan nyata.

Mereka berkelompok dalam grup-grup komunikasi tertentu,

menjadi anggota forum tertentu, yang semuanya bisa menjadi

peluang baru bagi pelaku usaha untuk menawarkan produk dan

ataujasanya.

3. Consumerism; globalisasi adalah sebuah era di mana banyak prinsip-

prinsip kapitalisme ekonomi diterapkan di berbagai belahan dunia.

Setiap orang akan berlom ba-lom ba untuk mendapatkan

keuntungan dengan berbagai cara. Karena itu, tidak heran jika

sebagian besar informasi yang diberikan pada kita adalah informasi

yang berisikan iklan, promosi, pencitraan dan hal-hal lain yang

bertujuan untuk kepentingan bisnis dan peningkatan laba dari

mereka yang menjadikan teknologi komunikasi dan informasi ini

sebagai media pendukung bisnis utama. Ada begitu banyak yang

ditawarkan kepada masyarakat, dengan berbagai kemasan, yang

semuanya seringkali dijadikan alat untuk kepentingan peningkatan

laba tersebut. Dalam hal ini, media massa merupakan agen utama

yang terlibat dalam praktik penciptaan ikon-ikon kultural,

komersialisasi berbagai hal, yang semuanya secara tidak langsung

akan membuat masyarakat menjadi lebih konsumtif. Tayangan-

tayangan yang ada baik di media cetak, televisi, radio, atau yang

berbasis internet, tidak lagi mementingkan aspek edukatif dan

pembelajaran bagi masyarakat, tapi lebih diarahkan untuk membuat

230 Kewirausahaan, Pengantar Menu/u Praktik

Page 240: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

masyarakat menjadi tertarik untuk mengonsumsi hal-hal yang

tersembunyi di baliknya. Kita bahkan tidak lagi mengerti batas

antara kebutuhan hidup dan keinginan yang memang tak pernah

ada habisnya. Setiap saat kita ingin membeli, berbelanja, dan

menikmati kesan kepuasan sementara yang bisa didapatkan dari

pembelian sebuah produk atau layanan jasa. Naluri penyaluran

hasrat di tengah gelombang konsumerisme ini seolah mendapatkan

tempatnya.

4. Quality and competitiveness; menjadi anggota komunitas global

atau masyarakat dunia berarti harus memiliki kom petensi-

kompetensi yang bisa diterima oleh semua. Dalam hal ini, ketika

batas-batas regional tidak lagi berlaku, terutama dalam konteks

persaingan bisnis dan ekonomi, maka satu-satunya cara untuk tetap

bertahan adalah dengan meningkatkan mutu atau kualitas baik dari

layanan yang dihadirkan ataupun produk barang yang ditawarkan.

Kita tidak lagi bisa beranggapan bahwa persaingan hanya terjadi

dalam konteks lokal. Sebaliknya, dengan terbukanya batas-batas

regional dan berlakunya berbagai aturan perdagangan yang

semakin bebas, membuat pelaku bisnis dari luarakan berdatangan

ke Indonesia dan bersaing dengan pelaku bisnis lokal. Tuntutan

peningkatan mutu ini berlaku tidak hanya bagi setiap pelaku usaha

atau perusahaan-perusahaan bisnis, tapi juga untuk iembaga-

lembaga publik meski bersifat nirlaba. Masyarakat setiap harinya

akan lebih cerdas dalam memilih mana yang baik dan berkualitas

untuk mereka. Karena itu, meski kondisi ekonomi belum merata

dan cenderung sulit, bukan berarti produk tidak harus berkualitas

agar bisa dijual secara lebih murah. Tantangan mutu ini berkaitan

erat dengan tantangan daya saing masyarakat itu sendiri. Semakin

bermutu sebuah produk, baik barang atau jasa yang ditawarkan,

maka semakin baik pula daya saingnya. Semakin tinggi tingkat

Dedi Mulyadi 231

Page 241: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

kompetensi dan keahlian yang dimiliki oleh generasi muda kita,

maka semakin terbuka pula peluang bagi mereka untuk bisa eksis

dan memenangkan persaingan yang ada.

5. Ethic; gelombang besar globalisasi tidak hanya menghadirkan

persaingan ekonomi dalam konteks global, tapi juga tantangan

akulturasi budaya, ideologi, dan nilai-nilai yang sejatinya asing bagi

masyarakat Indonesia. Dalam era keterbukaan informasi tersebut

juga, Indonesia sebagai negara yang cenderung menikmati hasil-

hasil teknologi dibandingkan menciptakannya, mau tidak mau akan

lebih banyak menerima atau mengimport budaya dan nilai-nilai luar

dibandingkan sebaliknya. Pada titik ini, proses hegemoni kultural

seringkali menjadi hal yang tak terelakkan. Ada banyak nilai-nilai

baru yang merasuk ke masyarakat. Ada banyak pula bentuk-bentuk

kejahatan baru yang terjadi di masyarakat, terutama yang

menggunakan perangkat teknologi dan ketiadaan aturan yangjelas

terkait dunia virtual. Karena itu, pelaku usaha mau tidak mau juga

harus mempertimbangkan bahwa kehadiran mereka di tengah

masyarakat bukan semata sebagai penjual produk tertentu, tapi

juga harus memberikan nilai-nilai yang bisa memperkuat kebaikan

hidup bersama sebagai sebuah bangsa melalui produk dan jasa yang

mereka tawarkan. Mereka juga harus bisa menjadi pelaku ushaa

yang bisa dipercaya meskipun dalam praktik jual beli dan transaksi

pembayaran yang ada, terutama dalam dunia virtual, mereka tidak

mengenal satu sama lainnya.

Tantangan-tantangan semacam inilah yang pada akhirnya akan dihadapi

oleh banyak pelaku bisnis hari ini. Meski hal-hal semacam ini tidak harus

menjadi fokus utama ketika memulai wirausaha, namun ia harus menjadi

bagian pertimbangan untuk perencanaan dan pengembangan bisnis ke

depannya.

232 Kewirausahaan, Pengantar Menu/u Praktik

Page 242: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

B. Nilai-nilai Etis dalam Wirausaha

E th ic s o r s im p le h o n e s ty is th e b u ild in g b lo ck s u p o n w h ich o u r w h o le s o c i­

e ty is b a se d , a n d b u s in e s s is a p a rt o f o u r so ciety , a n d it 's in te g ra l to th e

p r a c t ic e o f b e in g a b le to c o n d u c t b u s in e s s, th a t y o u h a v e a s e t o f honest

sta n d a rd s . -Kerry Stokes

Bisnis, seperti halnya aspek-aspek lain kehidupan manusia, bukanlah

perihal yang bebas nilai. Para pelakunya tidak bisa menjalankan segenap

rancangan dan praktik jual beli demi peningkatan laba dan penambahan

sumberdaya saja, tapijuga harus ikut bertanggungjawab pada peningkatan

kualitas dan kebaikan hidup bersama. Dengan kata lain, ada standar lain yang

juga harus dijadikan acuan dalam bertindak dalam bisnis, terutama yang

berkaitan dengan nilai-nilai etis dan moralitas. Jika setiap pelaku bisnis hanya

menjadikan peningkatan laba material atau keuntungan finansial berupa

angka dan uang sebagai standar kebaikan dan kemakmurannya, maka ia akan

terjebak pada kondisi yang secara jangka panjang juga akan merugikan

dirinya. Karena itu, setiap putusan yang dihasilkan dan dijadikan dasar untuk

tindakan yang dilaksanakan, harus mengikutsertakan pertimbangan moral

dan nilai-nilai etis.

Pentingnya pertimbangan moral dalam setiap putusan ini tidak hanya

berlaku pada bisnis saja, melainkan juga dalam seluruh aspek kehidupan

manusia itu sendiri. Moral dan nilai-nilai etis dengan segala tatanannya

memungkinkan terselenggaranya kehidupan bersama yang baik. Tanpa itu,

maka kehidupan akan menjadi ajang di mana tak ada aturan, batasan, dan

hal-hal yang bisa menghalangi seseorang untuk berbuat jahat kepada sesama

dan lingkungannya. Tanpa kaidah-kaidah dan tatanan moral, setiap orang

pada akhirnya akan merasa bebas untuk berbuat apa saja tanpa

memperdulikan akibat dari perbuatannya tersebut. Suatu perusahaan dapat

membuang limbah produksinya secara sembarangan tanpa memperdulikan

akibat dari tindakannya tersebut. Seseorang dapat menipu sesamanya demi

Dedi Mulyadi 233

Page 243: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

keuntungan pribadinya. Hal-hal seperti inilah yang membuat moral dan nilai-

nilai etis menjadi penting adanya.

Secara etimologis, istilah moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,

yang memiliki bentuk jamak mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-

istiadat. Dalam pengertian kebahasaan yang umum ini, moral dilihat sebagai

akhlak, budi pekerti, atau susila. Sedang secara terminologis, moral memiliki

rumusan pengertian yang cukup luas dan beragam, meskipun tidak ada

perbedaan secara substantif materiilnya. Sebagian besarmengartikan moral

sebagai moral adalah ajaran baik dan buruktentang perbuatan dan kelakuan

(akhlak) (Al-Ghazali, 1994). la merupakan suatu perangai (watak, tabiat) yang

menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya

perbuatan tertentu dari dirinya yang mengalir tanpa pertimbangan yang

terlalu rumit. Orang akan berbuat baik karena ia sebuah keniscayaan, dan

bukan sebagai tindakan bersyarat.

Dalam penggunaannya, kata moral ini sering disinonimkan dengan etika,

yang berasal dari kata ethos dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti

kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, atau cara berf ikir. Bertens

(1993) misalnya mengartikan etika sejalan dengan moral ini terutama ketika

ia didef inisikan dalam tiga hal: Pertama, etika diartikan sebagai nilai-nilai dan

norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorangatau sekelompok

dalam mengatur tingkah lakunya. Dengan kata lain, etika di sini diartikan

sebagai sistem nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat

mempengaruhi tingkah lakunya. Sebagai contoh, Etika Hindu, Etika Protestan,

Etika Masyarakat Badui dan sebagaimya. Kedua, etika diartikan sebagai

kumpulan asas atau nilai moral, atau biasa disebut kode etik. Sebagai contoh

Etika Kedokteran, Kode Etik Jurnalistik, Kode EtikGuru dan sebagainya. Ketiga,

etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik dan buruk. Etika

merupakan ilmu apabila asas-asas atau nilai-nilai etis yang berlaku begitu saja

dalam masyarakat dijadikan bahan refleksi atau kajian secara sistematis dan

metodis.

234 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 244: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Absolutisme vs Relativisme

Perdebatan panjangterkait moral dan etika ini adalah apakah moral atau

etika memiliki hukum yang universal, berlaku untuk seluruh tatanan

masyarakat, apakah sebaliknya berlaku relatif sesuai dengan apa yang diyakini

oleh masyarakat itu sendiri? Perdebatan ini pula yang kemudian melahirkan

dua perspektif utama dalam kajian moral dan etika, yakni absolutisme dan

relativisme. Ada kalangan yang menyatakan bahwa standar moral dan tatanan

etis suatu masyarakat pada suatu daerah bisa jadi berbeda dengan

masyarakat lain di daerah yang lain. Hal ini umumnya disebabkan oleh adanya

perbedaan budaya, adat-istiadat, norma dan nilai-nilai, kebiasaan, ajaran dan

ideologi yang diyakini, serta tatanan hukum dan sosial yang dibangun

(relativisme). Meski demikian, beberapa kalangan juga tetap meyakini bahwa

ada beberapa bentuk-bentuk aturan dan kaidah tentang perilaku untuk

membedakan tindakan baik dan burukyang bersifat tetap dan berlaku uni­

versal (absolutisme).

Jika dielaborasi lebih jau, kalangan yang percaya akan moral atau etika

absolut adalah mereka yang meyakini bahwa perintah moral atau sejumlah

larangan adalah perintah yang harus diyakini benar dan keberlakuannya

mengatasi ruang dan waktu serta situasi. Kalangan ini percaya bahwa

beberapa hal adalah salah atau benar dari sudut pandang objektif, dan bukan

semata dilihat dari sudut pandang subjek tertentu saja (subjektif). Hidup

bermoral berarti menjalankan berbagai hal yang secara objektif diyakini baik

serta menjauhi hal-hal yang secara objektif dianggap burukatau mengandung

nilai yang bisa mencederai kehidupan bersama. Dalam etika absolut seperti

ini, benar dan salah tidakakan berubah. la tidak terpengaruh oleh situasi yang

berubah atau alasan apapun yang mendasarinya. Melakukan penyiksaan

terhadap anak misalnya, adalah tindakan yang tidak benar terlepas di

manakah seseorang tinggal dan situasi apapun yang dihadapinya. Tindakan

yang immoral atau tidak bermoral secara intrinsik adalah salah, yang berarti

ia salah dalam dirinya. Sesuatu itu tidak berarti salah karena dibuat oleh situasi

Dedi Mulyadi

Page 245: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tertentu atau alasan apapun yang mendasarinya. la salah karena tindakannya

bertentangan dengan aturan moral.

Sebaliknya kalangan yang menganut aliran relativisme dalam hal etika

atau moral adalah mereka yang meyakini bahwa etika dan tatanan moral

berlaku relatif sesuai dengan konteks masyarakat yang meyakininya. Sebab

orang-orang tidak selalu sependapat tentang apa yang baik dan apa yang

buruk, apa yang benar dan yang salah. Beberapa kalangan misalnya meyakini

bahwa menikah dengan lebih dari satu orang istri itu adalah tindakan yang

dapat diterima. Beberapa kalangan lain justru menyatakan bahwa tindakan

itu adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan karena ia merendahkan

martabat kaum perempuan. Orang bisa memandang bahwa aborsi itu adalah

tindakan yang salah dan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Tapi

ada juga kalangan yang percaya bahwa tindakan aborsi bisa dilakukan dan

diterima sebagai tindakan yang tidak melanggar moral sejauh ada alasan yang

mencukupi untuk tindakan tersebut. Ada yang meyakini bahwa berbohong

terkadang diperlukan jika itu bisa menyelamatkan hidup seseorang. Tapi ada

juga mereka yang meyakini bahwa berbuat benar adalah mutlak, terlepas

situasi apapun yang dihadapi oleh seseorang. Perbedaan budaya, ajaran,

pandangan hidup, dapat mengekspresikan perbedaan dalam hal tatanan

moral tentang apa yang baik dan buruk untuk dilakukan. Tentang apa yang

benar dan salah untuk dikerjakan.

Terlepas dari perdebatan di atas, setiap orang pada dasarnya sudah

selalu terlahir dalam suatu konstruk nilai-nilai tertentu, terutama yang

bersumber dari lingkungan keluarga, masyarakat, adat-istiadat dan budaya,

hukum-hukum negara, ajaran-ajaran agama, yang secara perlahan akan

tertanam dalam dirinya, dan menjadi standar untuk setiap tindakan yang akan

dilakukannya. Dalam hal ini seseorang bisa bertanya apakah ia akan memiliki

konstruk nilai yang berbeda jika ia terlahir dan berkembang di suatu daerah

dengan orang lain yang tumbuh dan berkembang di daerah lainnya.

Perbedaan konstruk nilai yang ditanamkan dan diyakini tentu saja akan

236 Kewirausahaan, Pengantar Menu/u Praktik

Page 246: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

muncul dari perbedaan latar dan konteks pertumbuhan dan perkembangan

seseorang.

Kembali pada standar moral sendiri, jika ternyata perbedaan ajaran,

pemahaman, keyakinan, dan hal-hal yang berlaku di lingkungan masyarakat

tertentu membuat ada banyak standar moral atau standar etis yang harus

ditaati, bukankah hal ini akan membingungkan? la bisa membingungkan, tapi

juga bisa sederhana sejauh kita mengenali apa yang disebut dengan prinsip-

prinsip moral. Setidaknya terdapat empat prinsip moral yang harus dikenali,

yaitu:

1. The Principle of Nonmaleficence

Prinsip ini berarti seseorang tidak boleh melakukan perbuatan atau

tindakan yang bisa mencelakai atau membawa mudarat pada or-

ang lain. Seseorang yang melakukan tindakan kejahatan, seperti

memukul, melukai, mencederai orang lain, berarti melakukan

tindakan yang berhaluan dengan prinsip moral. Prinsip ini berlaku

di manapun, karena tidak mungkin ada aturan di mana seseorang

bisa melakukan tindakan mencelakai orang lain secara bebas.

2. The Principle of Beneficence

Prinsip ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang

harus membawa kebaikan pada dirinya dan orang lain. Dengan kata

lain, setiap orang memiliki keharusan untuk memasukkan nilai-nilai

kebaikan dalam tindakan dan perilakunya. Dalam bentuk

sederhananya, tindakan yang dilakukan oleh seseorang harus

bemilai positif dengan tidak merugikan orang lain di sekitarnya.

3. The Principle of Autonomy

Prinsip ini berarti setiap orang harus menghormati dan menghargai

autonomi orang lain, terutama terhadap putusan dan pilihan yang

dibuat oleh seseorang dalam hidupnya. Dalam hal ini, kita harus

bisa memandang bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengatur

dirinya sendiri, dan kita tidak bisa mencampuri hak tersebut sejauh

Dedi Mulyadi 237

Page 247: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

apa yang dilakukannya tidak melanggar batasan dan hak yang

lainnya. Meski demikian, autonomi atau kebebasan seseorang

dalam bertindak juga harus tetap dibatasi jika ia memberikan hal

yang berbahaya bagi orang lain ataupun dirinya sendiri. Pada

beberapa kasus, kebebasan juga harus dibatasi agar ia bisa

membawa kemaslahatan bagi orang lain atau kesejahteraan orang

banyak.

4. T h e P r in c ip le o f J u s t ic e

Prinsip ini berarti bahwa kita harus memperlakukan kasus yang

sama dengan cara yang sama, terutama dengan berpegang pada

nilai kesetaraan ( e q u a lit y ) , kebutuhan ( n e e d ), kontribusi (c o n t r ib u ­

tio n ), dan upaya yang dilakukan (e ffo r t ) . Kesetaraan berarti setiap

keuntungan dan beban yang ditanggung harus didistribusikan

secara merata; kebutuhan berarti mereka yangmemiliki kebutuhan

lebih besar seyogyanya mendapat manfaat yang lebih banyak pula;

kontribusi berarti bahwa setiap orang harus mendatangkan

kebaikan sejauh yang mereka bisa; dan prinsip upaya berarti setiap

orang harus mendapatkan manfaat atau keuntungan sesuai dengan

besaran tindakan atau usaha yang ia lakukan.

Empat prinsip inilah yang menjadidasar dalam perumusan standar moral

yang ada. Pemahaman akan keempat prinsip dasar ini menjadi vital di tengah

perbedaan standar moral yang berlaku di berbagai bentuk masyarakat

dengan segenap budaya, adat-istiadat, kebiasaan, norma, ajaran, dan hukum-

hukum yang berlaku di dalamnya. Tanpa adanya pemahaman akan prinsip-

prinsip dasar ini, sulit bagi seseorang untuk melakukan tindakan atau

membuat putusan yang sesuai dengan nilai-nilai moral secara umum. Prinsip-

prinsip ini juga yang menjadi dasar-dasar pertimbangan etika. Secara

s e d e rh a n a , s u a tu p e rb u a ta n d ip a n d a n g e tis s e ja u h ia t id a k m e n im b u lk a n

mudarat atau mencelakai orang lain, tidak melanggar batasan dan hak or-

238 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 248: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

ang lain, mampu membawa kebaikan pada dirinya dan orang lain, serta

dilandaskan pada keadilan. Masing-masing poin ini tentu saja akan

menimbulkan pembicaraan atau wacananya sendiri. Akan ada banyak

perdebatan pula di dalamnya, terutama ketika standar moral bisa saja bersifat

arbiter, koersif, baku, dan tidak banyak memberikan ruang ekspresi pada

individu.

Perlindungan Konsumen

Salah satu alasan penting mengapa etika harus diterapkan dalam konteks

bisnis adalah karena pelaku usaha, baik individu ataupun perusahaan harus

melindungi dan bertanggungjawab terhadap konsumennya. Hal ini penting

untuk dicatat agar tidak ada pelaku usaha yang membuat produk tertentu

yang bisa mencelakai konsumen, dan terlepas dari akibat yang timbul dari

perbuatannya. Bagaimanapun, persaingan bisnis yang sengit seringkali

membuat banyak pelaku usaha yang tidak menghiraukan persoalan ini. Apa

yang penting baginya hanyalah bagaimana bisa membuat produk dengan

biaya sesedikit mungkin dan bagaimana agar produknya tersebut bisa terjual

habis. la seringkali lupa bahwa produk yang dibuat secara asal-asalan bisa

mendatangkan dampak yang buruk pada konsumen. la juga seringkali lupa

bahwa ada tanggungjawab tertentu yang tetap harus dijalankan meskipun

transaksi dengan konsumen sudah selesai dilaksanakan.

Terkait hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen ini, dalam

kajian teoritis Etika sendiri terdapat tiga pendekatan yang dikemukakan oleh

para ahli. Ketiga pendekatan tersebut adalah:

1. Teori Kontrak

Menurut teori kontrak, hubungan antara perusahaan dan

konsumen merupakan hubungan kontraktual, jadi kedua belah

pihak menuangkan hak dan kewajibannya pada kontrak penjualan

bersama yang dilakukan secara suka rela dan kesadaran. Dari

pendekatan deontologi kita melihat bahwa ini memiliki dasar moral

Dedi Mulyadi 239

Page 249: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

yakni seseorang berkewajiban melakukan sesuatu yang menurut

perjanjian harus dia lakukan karena kegagalan melaksanakan

kewajiban m erupakan tindakan yang tidak dapat

diuniversalisasikan, dan memperlakukan orang lain sebagai sarana,

bukan tujuan. Dalam hal ini, kedua belah pihak tidak boleh dengan

sengaja menyalahartikan fakta-fakta perjanjian pada pihak lain atau

memberikan gambaran yang salah. Perjanjian juga tidak boleh

dibuat karena keterpaksaan atau pengaruh lain serta dengan

menyembunyikan informasi yang perlu diketahui konsumen karena

bertentangan dengan menjadikan manusia sebagai tujuan dan

bukan sekadar sarana.

Kelemahan dari pendekatan Teori Kontrak ini adalah bahwa

sekilas tampak sulit buat perusahaan untuk melakukan perjanjian

secara langsung dengan konsumen. Namun untukargumentasi ini,

mereka yang setuju teori kontrak mengatakan perusahaan dapat

mempromosikan produknya melalui iklan, dan melaluinya

perusahaan melakukan hubungan kontraktual secara tidak

langsung. Akan tetapi keberatan utama pendekatan ini adalah pada

asumsi bahwa posisi pembeli dan penjual setara atau sama dalam

hal penguasaan informasi, dan kerentanan terhadap dampaknya.

Dalam hal ini teori kontrak pun masih berlaku doktrin caveat emp-

tor: biarkan pembeli melindungi dirinya sendiri, yang berarti bisa

saja perusahaan mencurangi tanpa diketahuinya.

2. Teori Due Care

Teori due care mendasarkan diri pada asumsi pembeli dan

konsumen adalah tidak sejajar, bahwa kepentingan-kepentingan

konsumen sangat rentan m engingat perusahaan memiliki

pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki oleh konsumen.

Produsenlah yang tahu untuk ukuran mobil seperti ini letak desain

tangki bensin harus dimana agar tidak terbakar ketika tabrakan,

Kewirausahaan, Pengantar Menu/u Praktik

Page 250: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

komponenmanayangtidaktahan panassehingga membahayakan,

atau berapa kekuatan ban yang baik sehingga tidak aman untuk

digunakan. Produsenlah yang tahu bahan jenis apa yang

dicampurkan sebagai pengawet dengan jumlah berapa banyak yang

masih aman untuk konsumsi manusia. Pembeli kebanyakan tidak

tahu. Di sini yang berlaku adalah caveat vendor: biarkan penjual yang

harus berhati-hati. Saat ini terlalu banyak produk yang canggih, yang

sebagai konsumen kita tidak tahu carakerjanya, menggunakan

bahan apa, berbahaya atau tidak dan sebagainya. Menurut

pandangan due care, produsen tidak hanya berkewajiban untuk

memberikan produk yang sesuai dengan klaim yang dibuatnya

(seperti teori kontrak) tetapi juga wajib memperhatikan dampak

produk, mencegah, mengambil langkah-langkah yang diperlukan

untuk memastikan produk mereka aman dan konsumen punya hak

untuk memperoleh jaminan ini walau secara eksplisit mereka sudah

melakukan tanda tangan kontrak dan tidak menyebutkan hal ini

atau sebaliknya.

Menurut teori ini, seorang produsen tidak bisa dikatakan lalai

secara moral jika kerugian yang terjadi tidak bisa diperkirakan

sebelumnya. Contoh, pemakai mobi! yang ceroboh sehingga

mengakibatkan kecelakaan pada dirinya, tidak tercakup dalam

tanggung jawab produsen tentunya. Akan tetapi ketika desain

mobil tidak memperhitungkan perangkat pengaman, bahan ban

yang mudah meledak di tengah jalan termasuk dalam lingkup

tanggung jawab produsen. Kelemahan Teori Due Care adalah sulit

menentukan batas apa yang disebut perhatian memadai (due care).

Prinsip utilitarian yang menyatakan: “semakin besar kemungkinan

risikonya, semakin besar populasi yang mungkin dirugikan, maka

semakin besar pula kewajiban perusahaan”, ternyata tidak selalu

dapat diterapkan.

Dedi Mulyadi I 241

Page 251: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

3. Teori Social Cost

Menurut teori social cost, perusahaan wajib menanggung semua

kerugian termasuk kerugian yang tidak bisa diperhitungkan

sebelumnya yang diakibatkan oleh kerusakan produknya. Apa itu

biaya sosial atau social cost? Jika perusahaan Anda memiliki pabrik

yang memproduksi suatu produk, dan selain produk, yang

dihasilkan adalah pencemaran atau polusi, maka sebenarnya biaya

polusi itu ada. Namun seringkali perusahaan tidak menanggung

biaya ini. Konsumen yang membeli produk dan perusahaan tersebut

juga tidak menanggung social cost ini karena perusahaan tidak

membebankan biaya tersebut dalam proses produksi. Akan tetapi

orang miskinlah yang menanggung biaya tersebut karena yang

rumah yang dekat daerah polusi adalah murah, sementara

kemungkinan akan banyak orang miskin yang tinggal di sana, dan

orang kaya akan menghindari daerah demikian. Dalam hal ini, etika

melihat terjadi ketidakadilan.

Kelemahan dari teori sosial cost adalah bahwa harus ada

keseimbangan antara tanggung jawab produsen dan konsumen

karena kalau semua biaya ditanggung oleh produsen maka justru

akan terjadi peningkatan kecerobohan oleh konsumen sendiri.

Selain itu, karena social cost ditanggung oleh produsen, besar

kemungkinan harga produk akan naik, sehingga tentu ini akan

merugikan konsumen pula. Akan tetapi teori ini memberikan

kesadaran bagi pengusaha untuk selalu mengadakan riset dan

berusaha memperkecil dampaknya terhadap lingkungan dan

masyarakat sekitarnya.

Dasar-dasar teoritis tersebut akan mewarnai aturan yang dibuat oleh

masyarakat ataupun pemerintah tertentu terkait perlindungan konsumen.

Dalam konteks aturan hukum di Indonesia sendiri, pemerintah sudah

Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 252: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

membuat berbagai aturan yang termuat dalam Undang-undang No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dimaksudkan sebagai segaia

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen.

Dalam hal ini, adanya peraturan hukum terkait perlindungan konsumen

tersebut didasarkan pada asas-asas perlindungan konsumen, yang meliputi:

1. Asas Manfaat

Mengamanatkan bahwa segaia upaya dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan,

2. Asas Keadilan

Partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan

memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha

untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara

adil,

3. Asas Keseimbangan

Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku

usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,

4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;

5. Asas Kepastian Hukum

Baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan

memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan

konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Sesuai dengan pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen, tujuan

dari Perlindungan Konsumen sendiri adalah:

Dedi Mulyadi

Page 253: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan m artabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau

jasa.

3. Meningkatkan pem berdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi.

3. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggungjawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.

Meskipun Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini sudah

dibuat, namun dalam praktiknya bukan berarti pelaku usaha atau perusahaan

dengan sendirinya menaati peraturan tersebut. Ada banyak kasus yang terjadi

yang menunjukkan bagaimana pelaku usaha seringkali lalai terhadap

kepentingan perlindungan konsumen ini. Pada sisi lain, masyarakat konsumen

juga seringkali tidak sepenuhnya sadar akan hak dan kewajibannya sebagai

konsumen dalam suatu ikatan jual-beli dengan pelaku usaha itu sendiri. Dalam

kasus-kasus tertentu, konsumen yang mendapatkan kerugian juga banyak

yang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Karena itu pula, pemerintah

kemudian membentuk beberapa badan yang bisa membantu terlaksananya

praktik usaha dengan memerhatikan signif ikansi perlindungan konsumen ini,

di a n ta ra n y a B a d a n Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

244 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 254: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat BPOM adalah

sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-

obatan dan makanan di Indonesia. Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

(SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan

m engawasi produk-produk dengan tujuan m elindungi keam anan,

keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar

negeri. Sementara Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) adalah

badan yang dibentuk khusus untuk menangani dan menyelesaikan sengketa

konsumen antara pelaku usaha dan konsumen yang menuntut ganti rugi atas

kerusakan, pencem aran dan/atau yang menderita kerugian akibat

mengkonsumsi barang dan/atau memanfaatkan jasa (Pasal 1 Nomor 8

Kepmen. Deperindag No. 350/MPP/Kep/i2/200i). Melihat pada Kepmen di

atas, maka BPSK didirikan untuk menangani dan menyelesaikan sengketa

konsumen dengan cara konsiliasi, mediasi, dan arbitrasi. Kedua badan ini

penting untuk diketahui agar baik pelaku usaha ataupun masyarakat

konsumen bisa memahami hak dan kewajiban mereka serta langkah-langkah

apa yang bisa ditempuh jika terjadi persoalan di antara mereka.

Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Istilah penting lainnya yang harus dipahami oleh para pelaku usaha

ataupun masyarakat konsumen adalah tanggungjawab sosial perusahaan

atau dikenal juga dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Istilah

ini pada awalnya digunakan pada tahun 1970-an dan semakin dikenal terutama

setelah John Elkington menerbitkan buku Cannibals With Forks: The Triple

Bottom Line in 21st Century Business (1998), di mana ia mengembangkan tiga

komponen penting sustainable development, yakni economic growth, envi­

ronmental protection, dan social equity, yang digagas the World Commission

on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987),

Elkington mengemas CSR ini ke dalam tiga fokus, yaitu: Profit, Planet, dan

People (3Ps). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan

Dedi Mulyadi 245

Page 255: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

ekonomi belaka ( p r o f it ) . Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap

kelestarian lingkungan (p la n e t) dan kesejahteraan masyarakat (p e o p le ) .

Dalam konteks Indonesia sendiri, istilah CSR ini dikenal digunakan sejak

tahun 1990-an, meskipun dalam praktiknya, beberapa perusahaan sebenarnya

telah lama melakukan CSA ( C o r p o r a t e S o cia l A c t iv it y ) atau aktivitas sosial

perusahaan. Praktik sosial ini, walaupun tidak disebut dengan istilah CSR,

namun ia secara faktual mendekati konsep CSR yang merepresentasikan

bentuk peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan

lingkungan. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan

bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak fo r b e tt e r o r worse,

bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar

perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya

s h a r e h o ld e rs atau para pemegang saham. Melainkan pula sta k e h o ld e rs, yakni

pihak-pihakyang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.

Pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR ini juga disadari

oleh pemerintah, sehingga pemerintah membuat Undang-Undang Perseroan

Terbatas (UUPT) yang terbaru, yakni UU Nomer 40 Tahun 2007. Melalui

undang-undang ini, industri atau korporasi wajib untuk melaksanakan

tanggung jawab sosialnya, meskipun kewajiban ini tidak dimaksudkan sebagai

suatu beban yang memberatkan. Adanya peraturan perundang-undangan ini

menunjukkan bahwa pemerintah menerima aspirasi masyarakat akan

pentingnya peran serta perusahaan dalam membangun lingkungan dan

masyarakat sekitarnya.

Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek

perilaku perusahaan (f ir m 's b e h a v io u r ), termasuk kebijakan dan program

perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:

1. Good c o r p o r a te g o v e rn a n c e : etika bisnis, manajemen sumberdaya

manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan

keselamatan kerja;

2. Good c o r p o r a t e r e s p o n s ib i l i t y : pelestarian lingkungan,

246 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 256: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

pengem bangan m asyarakat (community developm ent),

perlindungan hak azasi manusia, perlindungan konsumen, relasi

dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku

kepentingan lainnya.

Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan

melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM,

lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR.

Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang

menyangkut aspek ekonomi, iingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator

atau perangkatformal dalam mengukurkinerja CSR suatu perusahaan. Meski

demikian, CSR juga dalam praktiknya seringkali dimaknai sebagai komitmen

dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan

terhadap hukum. CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya

untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula

untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan

berkelanjutan, di mana pembangunan Iingkungan sosial-ekonomi ini akan

memberikan imbal positif juga untuk perusahaan tersebut.

Meski sudah disebutkan dalam peraturan perundang-undangan, dan

disebarkan secara luas pada masyarakat melalui berbagai sebaran informasi

terkait CSR, akan tetapi, apa yang berkembang di masyarakat itu sendiri

seringkali melenceng dari pengertian sesungguhnya dari CSR. Beberapa

kesalahpahaman yang seringkali didapati di masyarakat terkait CSR ini, di

antaranya adalah:

1. CSR adalah tindakan amal perusahaan atau pelaku usaha

Kesalahpahaman paling umum yang sering didapati adalah

menyamakan CSR dengan tindakan karitatif/amal. Jika pelaku usaha

atau perusahaan menyumbang untuk warga yangterkena musibah,

maka ia dianggap CSR, padahal sejatinya tindakan tersebut

hanyalah tindakan karitatif atau amal semata. Tindakan karitatif

Dedi Mulyadi 247

Page 257: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

atau dikenal juga denan nama generik f ilantropi, adalah tindakan

yang memang kerap dilakukan oleh perusahaan. Pada kondisi yang

lebih maju, yaitu dengan pertimbangan kegunaan optimum dan

dampakterbesar terhadap reputasi perusahaan pemberi, tindakan

f ilantropi itu diberi nama filantropi strategis. Melihat sejarahnya,

tindakan sosial perusahaan banyakdimulai dari filantropi, kemudian

menjadif ilantropi strategis, barn kemudian CSR. Tentu saja, banyak

juga percabangan lain yangtidakmengikuti aiurtersebut. Vang mau

ditegaskan adalah bahwa tindakan karitatif merupakan bentuk

“primitif” dari tindakan sosial perusahaan yang hingga kini masih

penting—dan akan terus penting— dilakukan, namun kini sudah

dianggap tidak lagi mencukupi. Hal ini terutama dikarenakan CSR

atau tanggungjaw ab sosial perusahaan justru lebih luas

pengertiannya daripada semata tindakan-tindakan amal. CSR adalah

bentuk perwujudan tanggung jawab perusahaan atau pelaku usaha

dalam skala besar yang bertujuan untuk membangun lingkungan

sosial dan ekonomi masyarakat secara holistik.

2. CSR semata berkaitan dengan aspek sosial.

Banyak perusahaan juga pengamat yang menekankan CSR pada

aspek sosial semata. Mereka mengira bahwa karena S yang berada

di tengah C dan R merupakan singkatan dari social, maka aspek

sosial di dalam CSR haruslah yang paling menonjol, kalau bukan

satu-satunya. Padahal, sebagian besar literatur mengenai CSR

sekarang sudah bersepakat bahwa CSR mencakup aspek ekonomi,

sosial dan lingkungan. Ini terutama terjadi setelah pembangunan

berkelanjutan menjadi arus utama berpikir— walau hingga kini

belum juga jadi arus utama bertindak. Pembangunan berkelanjutan

yang didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi

kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan

generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya secara sangat

248 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 258: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

tegas menyatakan pentingnya keseimbangan dalam tiga aspek

tersebut.

3. CSR hanya untuk perusahaan besar.

Banyak keengganan perusahaan untuk mengadopsi CSR karena

anggapan bahwa CSR adalah hanya untuk perusahaan berskala

besar saja. Hal ini boleh jadi merupakan kesalahan besar dari mereka

yang membiarkan C di depan SR tetap sebagai singkatan dari cor­

porate. Sebagaimana yang banyak diketahui, corporate juga corpo­

ration berarti perusahaan besar. Sementara istilah generik untuk

entitas bisnis yang mencari keuntungan—tanpa memerhatikan

ukuran— adalah company. Adanya kerancuan pemahaman seperti

ini tentu perlu diluruskan, sebab CSR berarti tanggung jawab

perusahaan (apapun ukuran, hentuk, dan bidang bisnisnya)

terhadap seluruh pemangku kepentingan bisnis mereka, mulai dari

konsumen, pekerja, hingga masyarakat umum.

4. CSR terbatas lingkupnya dan terpisah dari bisnis inti perusahaan.

Banyak sekali perusahaan yang membuat berbagai program CSR

dengan curahan sumberdaya yang sangat besar, namun hingga

sekarang belum banyak perusahaan yang membuat program-pro­

gram yang berkaitan dengan bisnis intinya. Tidak mengherankan

kalau kebanyakan program CSR kebanyakan dikotak-kotakkan ke

dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, sarana f isik, dsb

sementara dampak perusahaan itu sendiri tidaklah diurus secara

memadai. Persolan lain yang juga banyak ditemukan adalah adanya

pembatasan lingkup kegiatan CSR perusahaan hanya pada aspek

internal perusahaannya saja. Alasan yang digunakan adalah bahwa

mereka tidak berhak untuk mencampuri kinerja CSR perusahaan

lain. Logika ini jelas tak dapat diterima, karena itu berarti bahwa

produknya tidaklah bisa dibuktikan berasal dari seluruh operasi

yang berkinerja CSR baik.

Dedi Mulyadi I 249

Page 259: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

5. CSR tidak lagi berlaku bagi produk yang sudah sampai ke tangan

konsumen.

Dalam perkembangan awal, seluruh perusahaan membatasi CSRnya

sampai di tangan salah satu pemangku kepentingan terpenting,

konsumen. Belakangan, setelah sampai tangan konsumen,

perusahaan yang bersungguh-sungguh ingin memberikan kepuasan

kepada mereka manambahkan after sales service. Garansi produk

adaiah saiah satu bentukdari jasa itu. Kalau konsumen mengajukan

keberatan atas mutu produk sampai batas waktu tertentu— pada

beberapa kasusada “life time guarantee"—maka konsumen berhak

atas pengembalian, perbaikan atau penggantian.

6. CSR adaiah kegiatan yang bersifat sukarela dari perusahaan.

Mereka yang menyatakan bahwa CSR bersifat sukarela, adaiah

mereka yang sebenamya tidak mengerti bahwa tanggung jawab

adaiah sebuah kewajiban. Karena itu, kegiatan CSR juga menjadi

wajib bagi pelaku usaha atau perusahaan untuk menjalankannya.

Jika suatu perusahaan memberikan bantuan untuk masyarakat,

maka bantuan itu bukaniah bantuan sukarela, tapi memang menjadi

kewajibannya.

Berbagai kesalahpahaman ini seringkali ditemukan di masyarakat dan

pelaku usaha itu sendiri, baik individu ataupun organisasi. Asumsi-asumsi yang

salah ini dalam perjalanannya bisa menjadi muasal kegagalan perusahaan atau

pelaku usaha untuk berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat yang

ada di sekitarnya. Karena itu, dibutuhkan pemahaman yang baik tentang CSR

atau tanggungjawab sosiai perusahaan ini tidak hanya oleh masyarakat, tapi

juga pelaku usaha itu sendiri. Program CSR yang berkelanjutan diharapkan

dapat membantu menciptakan kehidupan dimsyarakat yang lebih sejahtera

dan mandiri. Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari

semua pihak secara terus menerus m em bangun dan menciptakan

Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 260: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat

yang terlibat dalam program tersebut.

C. Kewirausahaan dan Kesejahteraan Hidup Bersama

"All businesses should have an element of social enterprise, and all social

enterprises should not ignore the most important lessons from successful

commercial businesses.” -Holly Branson

Salah satu persoalan mendasar yang banyak disorot dalam konteks

kehidupan bersama hari ini sebagai umat global adalah ketimpangan distribusi

ekonomi di masyarakat. Segelintir masyarakat yang kaya menjadi semakin

kaya dan mereka yang miskin semakin sengsara. Tidak jarang, ketimpangan

ekonomi ini menjadi muasal timbulnya tindakan-tindakan yang bertentangan

dengan moral dan melanggarprinsip-prinsip etika itu sendiri. Ketika keadilan

menjadi barang langka, dan ketimpangan adalah fenomena nyata, maka

moralitas sulit untuk dipertahankan. Pada titikini, apalah arti tata aturan jika

temyata pembatasan tersebut tidak berlaku dalam konteks ekonomi di mana

penghargaan atas hak pribadi menjadi lebih utama daripada kesejahteraan

bersama. Karena itu pula, ketika etika dibawa ke dalam wilayah bisnis,

persoalan keadilan dan distribusi ekonomi menjadi persoalan yang tidak bisa

dilepaskan dari pembicaraan-pembicaraan etis.

Dalam konteks ekonomi dan bisnis sendiri, keadilan harus dilihat sebagai

kebijakan utama yang mendasari tindakan manusia atau lembaga. Karena

itu, agar ia terjaga, dibutuhkan institusi, aturan, tata perundang-undangan,

yang menjamin bahwa setiap pihak bisa mendapatkan apa yang menjadi hak

dan kewajibannya. Konsep keadilan dalam ekonomi juga dapat dilihat sebagai

suatu bentuk distribusi pendapatan yang merata. Hal ini penting untuk dicatat,

mengingat bahwa kita hidup dalam dunia di mana pendapatan segelintir or-

ang terkaya di dunia ini setara dengan pendapatan masyarakat lainnya jika ia

dikumpulkan. Terjadi kesenjangan dan distribusi kekayaan yang sangat

Dedi Mulyadi 251

Page 261: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

mencolok yang membuat pembicaraan tentang keadilan dalam hal ekonomi

hanyalah pepesan kosong dibandingkan keadilan dalam bidang yang lain.

Orang bisa berharap untuk mendapat putusan yang adil dalam bidang hukum,

tapiorangakansulituntukmendapatkankesempatan dan peluang yang sama

dalam bidang ekonomi.

Karena itu pula, berbicara tentang keadilan pada akhirnya berbicara

tentang perilaku dan putusan-putusan etis yang dikeluarkan dalam konteks

pertumbuhan dan kelangsungan ekonomi di masyarakat. Jika putusan atau

kebijakan yang dihasilkan, atau tindakan yang diambil tidak bisa memberikan

pemerataan dan kesempatan yang adil, maka ia layak dipertanyakan nilai-

nilai etis dari keadilan yang diyakini oleh para pembuat kebijakan dan atau

pelaksana tindakan tersebut.

Kesenjangan dan ketimpangan secara ekonomi memang tidak berurusan

secara kuantitatif dengan perihal-perihal etis dan moralitas ataupun nilai-nilai

keadilan itu sendiri. Apalagi dalam banyak hal, orang terkadang tidak terlalu

suka membicarakan perihal etika dan moralitas dalam kegiatan berdagang.

Ketimpangan ekonomi bahkan seringkali hanya dilihat sebagai buah dari

kebijakan ekonomi yang tidak berpihak, adanya pertumbuhan ekonomi yang

tidak merata antara wilayah pedesaan dan perkotaan, ataupun

perkembangan jumlah pendudukitu sendiri yang meningkat pesat sementara

kesempatan kerja justru semakin sempit. Namun demikian, persoalan keadilan

dan prinsip etis yang menyertainya, tetaplah harus dibicarakan, karena bidang

pokok keadilan adalah susunan dasar masyarakat semua institusi sosial,

politik, hukum, dan ekonomi; dan susunan institusi sosial itu mempunyai

pengaruh yang mendasar terhadap prospek kehidupan individu itu sendiri.

Membangun Kesejahteraan Masyarakat

Tujuan utama dari kehidupan bersama yang diselenggarakan dalam

suatu koridor normatif tertentu dalam lingkup sebuah negara adalah

terciptanya pemerataan dalam setiap aspek kehidupan. Kekayaan jangan

252 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 262: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

hanya menjadi milik segelintir orang saja, sebagaimana kesetaraan di depan

hukum juga harus berlaku bagi semua. Dalam konteks ini, negara melalui

pemerintah dengan berbagai kebijakan dan peraturan yang dibuatnya, harus

hadir untuk mewujudkan pemerataan tersebut. Urusannya boleh jadi tidak

sesederhana bagaimana menyamakan tingkat pendapatan untuk setiap

individu dalam suatu negara. Karena tugas utama dari pemerintah adalah

bagaimana memberikan jalan dan peluang bagi masyarakat agar bisa

meningkatkan taraf hidupnya, baik dalam hal strata sosial, pendidikan,

terlebih lagi dalam bidang ekonomi sebagai tolak ukur penting akan

kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Pembukaan dan perluasan lapangan

kerja, pemberian insentif dan bantuan untuk warga guna membuka usaha-

usaha kreatif, memudahkan perijinan dan birokrasi usaha, dan lainnya adalah

hal-hal yang sekiranya bisa dilakukan pemerintah untuk mewujudkan tujuan

pemerataan kesejahteraan tersebut.

Dalam konteks wirausaha sendiri, tujuan ini juga harus menjadi salah

satu target jangka panjang pelaku usaha, di mana mereka dituntut untuk tidak

hanya bisa meningkatkan taraf hidupnya, tapi juga mampu berkontribusi

terhadap pembangunan kesejahteraan masyarakat dan lingkungannya.

Karena alasan itu pula, sebagaimana banyak ditekankan dalam buku ini,

wirausaha bukan semata persoalan bagaimana memakmurkan individu

tertentu sebagai pelakunya, tapi juga bagaimana usaha yang dijalankannya

bisa maju dan akhirnya memberikan nilai-nilai positif untuk orang lain di

sekitarnya. Ketika seseorang membuka usaha, lalu mengembangkan usaha

tersebut, maka mau tidak mau ia akan melibatkan orang lain untuk

membantunya. Pelibatan orang lain ini bisa berarti pembukaan lapangan kerja

bagi mereka yang belum mendapatkan tempat untuk memiliki penghasilan

tertentu. Terlebih lagi jika pelaku usaha bersangkutan bisa menjalankan

tanggung jawab sosial usahanya dengan utuh, maka ia akan sangat

membantu pemerintah dalam upaya membangun kesejahteraan masyarakat

secara umum.

Dedi Mulyadi 253

Page 263: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Apakah persoalan itu selesai sampai di situ? Tentu saja tidak. Pelaku usaha

pada awalnya adalah aktor kreatif untuk urusan bisnis yang dijalankannya.

Namun, ia harus beranjak meningkat menjadi director atau sutradara yang

mampu mencetak aktor-aktor baru dalam bidang bisnis, yang mampu

menampilkan bentuk-bentuk usaha kreatif baru di masyarakat. Karena itu,

jika pelaku usaha hanya berhenti pada usahanya sendiri, tanpa adanya

keinginan untuk membantu orang Iain mewujudkan hal yang sama, maka ia

kembali terjebak menjadi pekerja, bukan pelaku wirausaha, bukan seorang

entrepreneur. Seorang entrepreneur adalah mereka yangsenantiasa berpikir

untuk kemajuan, bukan hanya tentang dirinya, tapi juga orang lain guna

mendapatkan kesempatan dan keberhasilan yang sama.

For a successful entrepreneur it can mean extreme wealth. But with ex­

treme wealth comes extreme responsibility. And the responsibility for me

is to invest in creating new businesses, create jobs, employ people, and to

put money aside to tackle issues where we can make a difference.

— Richard Branson

254 Kewirausahaan, Pengantar Menuju Praktik

Page 264: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

PUSTAKA

Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty, & David F. Scott, Financial

Management: Principles and Applications, (New Jersey: Prentice-Hall,

2005).

B. Render & J. Heizer. 2000. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. Jakarta:

Salemba Empat.

Basu Swastha, Azas-Azas Marketing, Edisi 3, (Yogyakarta: Liberty, 1996).

C. Argyris & D.A. Schon, Organizational Learning: Theory, Method and Prac­

tices, (MA: Addison-Wesley, 1996).

Cascio, Managing Human Resources, New York: McGraw-Hill Education (In­

dia) Pvt Limited, 2010.

Christoper Lovelock & Lauren K. Wright, Managemen Pemasaran Jasa,

(Jakarta: Gra media, 2011).

Cynthia A.Lengnick-Hall & Mark L. Lengnick-Hall, Interactive Human Resource

Management and Strategic Planning, (New York: Quorum Books, 1990).

D. Getz, J. Carlsen, & A. Morrison, Family Businesses in Hospitality and Tour­

ism, (Wallsingham: CABI Publishing, 2004).

D. Kirby, Entrepreneurship, (Maidenhead: McGraw-Hill, 2003).

Daniel A. Wren, The Evolution of Management, New York: Wiley, 1979.

Darren Lee-Ross & Conrad Lashley, Entrepreneurship & Small Business Man­

agement in The Hospitality Industry, (Boston: Elsevier, 2009).

David L. Kurtz & Louis E. Boone, Principles of Management, New York: McGraw-

Page 265: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

Publishing, 2007).

L. M. Spencer & SM. Spencer, Competence at Work: Models for Superior Per­

formance, (New York: John Willey and Sons, Inc., 1993).

M. Sweeney, An Investigation into the Hosts Connection with the Commercial

Home, PhD thesis, (Edinburgh: Queen Margaret College, 2008).

Michael Armstrong, A Handbook of Human Resource Management Practice,

10th Edition, Kogan Page Limited, 2006.

Norman M. Scarborough, Effective Small Business Management, An Entrepre­

neurial Approach, (New Jersey: Prentice-Hall, 2012).

P. Dodd & D. Sundheim, The 25 Best Time Management Tools and Techniques:

How to Get More Done Without Driving Yourself Crazy, (Ann Arbor, Ml:

Peak Performance Press, Inc. 2005).

Paul Burns, Corporate Entrepreneurship, Innovation and Strategy in Large Or­

ganizations, (New York: Palgrave MacMillan, 2016).

PB. Triton, MSDM Perspektif Partnership dan Kolektivitas, (Yogyakarta: Tugu

Publiser, 2007).

Peter F. Drucker, Innovation and Entrepreneurship, Practice and Principles,

(New York: HarperBusiness, 1993).

_____________ , The Effective Executive, (New York: Collins, 1066).

Philip Kotler &Gary Armstrong, Principles of Marketing, (New York: Pearson

Education, 2011).

R. DeGeorge, Business Ethics, (Upper Saddle River, N.J.: Prentice-Hall, 2002).

R. Sims, Ethics and Corporate Social Responsibility - Why Giants Fall. (C.T. Green­

wood Press, 2003).

R. Thomas, C. Lashley, B. Rowson, Y. Xie, S. Jameson, A. Eaglen,G. Lincoln, 81

D. Parsons, The National Survey of Small Tourism and Hospitality Firms:

2000 - Skills Demands and Training Practices, (Leeds: Leeds Metropoli­

tan University, 2000).

Rasmulia Sembiring, Manajemen Agribisnis, (Bandung: Lagoods Publishing,

2017).

257

Page 266: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

S. C. Harper, Starting Your Own Busniess, (New York: McGraw-Hill, 1991).

Stephen P. Robbins, Mary K. Coulter, Management, (New Jersey: Pearson

Prentice Hall, 2007).

Stephen R. Covey, 7 Habits of Highly Effective People, (Jakarta: Binarupa

Aksara, 1994).

Steven D. Strauss, The Small Business Bible: Everything You Need to Know to

Succeed in Your Small Business, (New York: John Wiley & Sons, 2004).

Sue M. Chapman & Michael Rupured, Time Management, 10 Strategies for

Better Time Management, (Georgia: The University of Georgia, 2016).

Suryana, Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi 4, (Jakarta:

Salemba Empat, 2013).

T. S. Hatten, Small Business Management: Entrepreneurship and Beyond. 5th

ed. (USA: South-Western Cengage Learning, 2012).

Teresa Amabile, Regina Conti, Heather Coon, (October 1996). “Assessing The

Work Environment for Creativity”. Academy of Management Review 39

(5): 1154-1184.

Thomas L. Friedman, The World is Flat: A Brief History of the Twenty-First Cen­

tury, (New York: Farrar, Straus and Giroux, 2005).

Thomas W. Zimmerer & Norman M. Scarborough, Kewirausahaan dan

Manajemen, Usaha Kecil, (Jakarta: Salemba Empat, 2008).

Timothy S. Hatten, Small Business Management Entrepreneurship and Beyond,

5th Edition, (USA: South-Western Cengange Learning, 2012).

William D. Bygrave, The Portable MBA in Entrepreneurship, (New York: John

Willey & Sons, Inc., 1997).

William J. Rothwell & H.C. Kazanas, Mastering the Instructional Design Pro­

cess: A Systematic Approach. 3rd Edition. (New Jersey: Prentice Hall,

2003).

258

Page 267: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

TENTANG PENULIS

Dedi Mulyadi, lahir di Karawang pada tanggal 11 Juli

1962. Menjadi dosen sejak tahun 1991 pada Fakultas

Ekonomi Universitas Singaperbangsa Karawang

(UNSIKA). Pernah bekerja pada perusahaan swasta

sebagai Cost Accountant dan HRD pada PT Dharmala

Tomei Industrial. Lulus sarjana tahun 1990, magister

manajemen konsentrasi manajemen keuangan lulus

tahun 1998 dan menyelesaikan doktor ilmu manajemen tahun 2011

konsentrasi manajemen keuangan.

Jabatanfungsional akademikAsisten Ahlidiperoleh pada tahun 1994, Lektor

tahun 2000 dan Lektor kepala (associate professor) pada tahun 2003. Tugas

tam abahan yang pernah diemban adalah Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan, pembantu Dekan bidang Akademik, Dekan, wakil rektor

bidang akademik dan kemahasiswaan di Universitas Singaperbangsa

Karawang. Saat ini memiliki home base pada program studi manajemen

Fakultas Bisnis dan llmu-ilmu sosial Universitas Buana Perjuangan (UBP)

Karawang dan sedang mengemban tugas tambahan sebagai Rektor pada

Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang.

Page 268: KEWIRAUSAHAAN - Repository UBP Karawang

260