Kerja Praktek UBP Suralaya

65
Achmad Makki ( 41406010014 ) UNIVERSITAS MERCU BUANA 1 ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3 LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini, laporan TE - kerja praktek yang disusun oleh : Nama/Nim : Achmad Makki / 414 060 10014 Program Studi : Teknik Elektro Perguruan tinggi : Universitas Mercu Buana Tempat kerja praktek : PT. Indonesia Power UBP Suralaya Waktu pelaksanaan : 3 Agustus s/d 28 Agustus 2010 Telah disetujui dan disahkan oleh PT. Indonesia Power UBP Suralaya PEMBIMBING : MANAJER BIDANG SUPERVISOR SENIOR PEP PIB ADE HENDRATNO, BE H SIMARMATA MENGETAHUI, DEPUTY GENERAL MANAGER BIDANG UMUM RIDWAN SUWARNO, S.E.

Transcript of Kerja Praktek UBP Suralaya

Page 1: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

1

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, laporan TE - kerja praktek yang disusun oleh :

Nama/Nim : Achmad Makki / 414 060 10014

Program Studi : Teknik Elektro

Perguruan tinggi : Universitas Mercu Buana

Tempat kerja praktek : PT. Indonesia Power UBP Suralaya

Waktu pelaksanaan : 3 Agustus s/d 28 Agustus 2010

Telah disetujui dan disahkan oleh PT. Indonesia Power UBP Suralaya

PEMBIMBING :

MANAJER BIDANG SUPERVISOR SENIOR

PEP PIB

ADE HENDRATNO, BE H SIMARMATA

MENGETAHUI,

DEPUTY GENERAL MANAGER

BIDANG UMUM

RIDWAN SUWARNO, S.E.

Page 2: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, laporan TE - kerja praktek yang disusun oleh :

Nama/Nim : Dian Novira / 414 060 10005

Program Studi : Teknik Elektro

Perguruan tinggi : Universitas Mercu Buana

Tempat kerja praktek : PT. Indonesia Power UBP Suralaya

Waktu pelaksanaan : 3 Agustus s/d 28 Agustus 2009

Telah disetujui dan disahkan oleh PT. Indonesia Power UBP Suralaya

PEMBIMBING :

MANAJER BIDANG SUPERVISOR SENIOR

PEP PIB

ADE HENDRATNO, BE H SIMARMATA

MENGETAHUI,

DEPUTY GENERAL MANAGER

BIDANG UMUM

RIDWAN SUWARNO, S.E.

KATA PENGANTAR

Page 3: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

3

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek yang

dilikukan di PT. Indonesia Power UBP Suralaya yang ditandai dengan selesainya

penuliusan laporan ini. Penulisan laporan kerja praktek ini merupakan persyaratan

akademis yang wajib dipenuhi oleh setiap mahasiswa Program Studi Teknik Elektro

Universitas Mercu Buana.

Selama pelaksanaan kerja praktek dan penulisan laporan, penulis memperoleh

banyak mendapatkan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, selain itu penulis

mendapatkan kesempatan untuk merasakan situasi dan kondisi di dunia kerja yang cukup

berbeda dengan lingkungan di kampus saat menjalani peruses perkuliahan. Selain itu

penulis juga diberi kesempatan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada

sehingga penulis dapat mencoba menyimpulkan serta melakukan analisis permasalahan

yang terjadi dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah,

meskipun kondisi dilapangan tidak selalu sesuai dengan teori yang ada.

Dalam penulisan praktek kerja praktek ini serta pelaksanaan kerja praktek ini

penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan serta pantauan dari berbagai pihak,

maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih pada semua pihak

yang telah membantu dalam pelaksanaan kerja praktek serta penyusunan laporan ini,

khususnya kepada :

1. Orang tua tercinta serta kakak-kakakku yang selama ini telah memberikan

semangat, dukungan serta bantuan dan doa sehingga penulis dapat melakukan

kerja praktek dengan lancar.

2. Bpk. Ir. Yudhi Gunardhi, selaku dosen pembimbing dan Kepala Program Studi

Teknik Elektro Universitas Mercu Buana yang telah memberikan motivasi serta

masukan selama proses sosialisasi kerja praktek.

3. Bpk. Ir. Sudirmanto, MM selaku General Manajer PT. Indonesia Power UBP

Suralaya dimana saya menunaikan kerja praktek.

4. Bpk. Ridwan Suwarno, SE selaku Deputi General Manager bidang Umum PT.

Indonesia Power UBP Suralaya.

5. Bpk. Endang Hidayat selaku Manager SDM dan HUMAS PT. Indonesia Power

UBP Suralaya.

6. Bpk. Ade Hendratno, BE selaku Manager Bidang PEP PT. Indonesia Power

UBP Suralaya.

7. Bpk. Agus Tresma, A.Md. selaku Supervisor Pemeliharaan Listrik Energi

Primer yang telah membimbing baik diruang kerja dan pengarahan langsung

di lapangan Unit 1-7.

8. Bpk. Tatang Sahmadi selaku SPS KAM&MAS.

9. Bpk. M. Kurniawan dan Bpk. Mulyadi selaku senior teknisi senior energi

primer UNIT 1-7 yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan

permasalahan yang belum penulis pahami dari awal kerja praktek.

10. Bpk. Joko Mulyono, S.Sos. yang telah memberikan masukan serta dorongan

agar mengikuti kegiatan layaknya karyawan yang berada di Suralaya.

11. Bpk. Cutarya selaku pelaksana publikasi, yang telah memberikan banyak

masukan, penjelasan serta pengetahuan mengenai UBP Suralaya, serta

bimbingan ketika pertama kali memulai kerja praktek.

Page 4: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

4

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

12. Teman – teman Teknik Elektro UMB : Dian Novira, Ridwan, Vicky, Galih,

B’dhu, Janu, Anton, Rijal dan Sumardi yang selalu memberikan motivasi untuk

tidak tertinggal rekan satu angkatan.

13. Teman – teman PKL di Lingkungan Suralaya : Abi, Deden, Faisal, Adit, Randa,

Hafizz, Arie dkk.

14. Seluruh Staff Suralaya yang bersedia bersenda gurau ketika jam makan siang

serta istirahat.

15. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kerja

praktek ini.

Penulis berharap laporan kerja praktek ini tidak menjadi sesuatu yang sia – sia

karena penulis berharap agar kerja praktek ini dapat menjadi bekal untuk kedepannya.

Keritik dan saran membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari.

Akhir kata semoga hasil penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Suralaya, 5 Agustus 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Page 5: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

5

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 3

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 5

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ 7

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... 8

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ 9

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 10

I. 1. Latar Belakang ........................................................................................... 10

I. 2. Batasan Permasalahan

................................................................................ 11

I. 3. Tujuan

......................................................................................................... 11

I. 4. Manfaat

....................................................................................................... 11

I. 5. Sistematika Penulisan

................................................................................. 11

BAB II DATA UMUM PT. INDONESIA POWER SURALAYA ............................ 13

II. 1. Jadwal Kerja Praktek

..................................................................................

13

II. 2. Lingkup Pekerjaan Perusahaan

..................................................................

13

II. 3. Makna Bentuk dan Warna Logo PT. INDONESIA POWER .................... 14

II.3.1. Bentuk ................................................................................................... 14

II.3.2. Warna .................................................................................................... 14

II. 4. Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Paradigma PT. INDONESIA POWER ..... 14

II.4.1. Paradigma ............................................................................................. 15

II. 5. Budaya Perusahaan, Lima Filosofi Perusahaan, dan Tujuh nilai

Perusahaan PT. INDONESIA POWER ( IP – HaPPPI ) ........................... 15

II.5.1. Budaya Perusahaan ............................................................................... 15

II.5.2. Lima Filosofi Perusahaan ..................................................................... 16

II.5.3. Tujuh Nilai Perusahaan PT. INDONESIA POWER (IP-HaPPPI) ....... 16

II. 6. Sasaran dan Program Kerja Bidang Produksi

............................................

16

II. 7. Lokasi PLTU Suralaya ............................................................................... 20

II. 8. Proses Produksi Tenaga Listrik PLTU

.......................................................

21

II. 9. Dampak Lingkungan .................................................................................. 24

II. 10. Struktur Organisasi

.....................................................................................

24

II. 11. Data Teknik Komponen Utama PLTU Suralaya ........................................ 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 32

III.1. Langkah – Langkah Pemecahan Masalah

..................................................

32

III.2. Sistem Penanganan Batu Bara ( Coal Handling System 32

Page 6: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

6

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

)...........................

III.3. Coal Handling Area

....................................................................................

34

III.3.1. Unloading Area

....................................................................................

34

III.3.2. Coal Stock Area ................................................................................... 36

III.3.3. Power Plant

..........................................................................................

36

III.4. Bagian – Bagian Coal Handling System .................................................... 37

III.4.1. Peralatan Utama

...................................................................................

37

III.4.2. Peralatan Bantu

....................................................................................

43

III.4.3. Peralatan Pengaman ( Proteksi )

..........................................................

45

III.5. Coal Handling System 1 – 4 dst Berikut Penjelasannya ............................ 47

BAB IV Analisis Pemecahan Masalah ........................................................................ 48

IV.1. Pendahuluan ............................................................................................... 48

IV.2. Cara Kerja Magnetic Separator

..................................................................

48

IV.3. Teori Dasar

.................................................................................................

51

IV.3.1 Mekanisme Pemisahan ........................................................................ 52

IV.3.2 Type Magnetic Separator

.....................................................................

52

IV.4. MCC Room & Junction House B ( MS03/04 ) .......................................... 56

IV.5. Sistem Work Order ..................................................................................... 58

IV.6. Pemeliharaan Magnetic Separator

..............................................................

58

IV.6.1 Jenis dan Klasifikasi Maintenance ...................................................... 59

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 63

V.1. Kesimpulan ................................................................................................. 62

V.2. Saran

...........................................................................................................

63

BAB VI LAMPIRAN .................................................................................................. 64

- Wiring Diagram -

- Tabel Preventive Maintenance & Prosedur Pengecekan Kendala -

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... I

Page 7: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

7

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

DAFTAR TABEL

II.1 Proses Pembangunan dan Pengoperasian UBP Suralaya # 1 – 8

...................

18

II.2 Kapasitas Terpasang Per Unit Bisnis Pembangkitan

......................................

19

II.3 Daya Mampu Per – Unit Bisnis Pembangkitan .............................................. 19

II.4 Produksi Listrik (GWh) Per – Unit Bisnis Pembangkit .................................. 20

II.5 Daya Terpasang ( MW ) System Jawa Bali .................................................... 20

II.6 Luas Area PLTU Suralaya .............................................................................. 21

Page 8: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

8

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1. Lokasi PLTU Suralaya ...................................................................... 20

Gambar II. 2. Denah PLTU Suralaya

.......................................................................

21

Gambar II. 3. Rute Transportasi Batubara dari Tanjung Enim ke PLTU Suralaya

.

22

Gambar II. 4. Proses Tenaga Listrik Pada Sistem PLTU Suralaya ......................... 22

Gambar II. 5. Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UBP Suralaya

.................

25

Gambar III.

1.

Coal Handling System Suralaya Power Plant Unit 1 – 7

..................

33

Gambar III.

2.

Pelabuhan / dermaga I Batubara

........................................................

34

Gambar III.

3.

Dermaga II Batubara

.........................................................................

34

Gambar III.

4.

Pelabuhan Semi Permanent Jetty ( SPJ )

...........................................

35

Gambar III.

5.

Facility Discharging Equipment ( FDE ) .......................................... 36

Gambar III.

6.

Belt Conveyer System ....................................................................... 37

Gambar III.

7.

Konstruksi Motor, Fluid Coupling, dan Reducer 38

Gambar III.

8.

Hopper ............................................................................................... 39

Gambar III.

9.

Konstruksi Belt Feeder ...................................................................... 40

Gambar

III.10

Stacker/Reclaimer ( Stire ) ................................................................ 41

Page 9: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

9

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar

III.11

Konstruksi Junction House ................................................................ 41

Gambar

III.12

Tripper dan Scapper Conveyor

..........................................................

42

Gambar

III.13

Ship Unloader .................................................................................... 42

Gambar

III.14

Telescopic Chut ................................................................................. 43

Gambar

III.15

Diverter Gate ..................................................................................... 44

Gambar

III.16

Dust Collector

....................................................................................

45

Gambar

III.17

Pull Coard Switch

..............................................................................

45

Gambar

III.18

Belt Sway .......................................................................................... 46

Gambar

III.19

Local Control Panel

...........................................................................

46

Gambar

III.20

Instalasi Penyaluran Bahan Bakar Unit 1, 2, 3, dan 4

.......................

47

Gambar IV.1. Flow Chart Diagram Magnetic Separator

.........................................

50

Gambar IV.2. Control Board MS03/04 .................................................................... 51

Gambar IV.3. Suspended Magnet ............................................................................ 56

Gambar IV.4. One Line Diagram 6 kV # 1 – 4 ........................................................ 58

Gambar IV.5. Proses Terbitnya suatu Work Order

..................................................

59

Gambar IV.6. Diagram Jenis Pemeliharaan MCC Junction House

..........................

61

DAFTAR LAMPIRAN

Wiring Diagram Magnetic Separator ( MS03/04 ) -

Tabel Preventive Maintenance dan Uraian Pekerjaan -

Page 10: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

10

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Energi merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi keberlangsungan aktivitas

manusia terutama untuk kesejahteraan hidupnya serta memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Page 11: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

11

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Salah satu energi pada era teknologi dan globalisasi seperti sekarang inni sulit dipisahkan

dari kehidupan manusia ialah kebutuhan akan energi listrik. Kemudahan energi listrik

untuk diubah menjadi energi lain membuat pemanfaatanya telah mencangkup hampir

keseluruh aspek kehidupan baik rumah tangga, industri, pemerintahan, pertahanan dan

sebagainya. Perkembangan pertumbuhan industri serta bertambahnya jumlah penduduk

menuntun penyediaan energi yang semakin banyak. Oleh karena itu didirikanlah

pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhsn

konsumen. Dari berbagai jenis pembangkit yang ada maka penulis memfokuskan

pembahasan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ). Untuk mendukung

keberlanggsungan proses produksi PLTU dalam jangka waktu yang lama maka

dibutuhkan bagian pemeliharaan ( maintenance ) agar tercipta efisiensi pada perusahaan

serta menjamin berjalanya proses keseluruhan sistem dalam waktu yang lama.

Pentinganya fungsi maintenance dalam industri merupakan hal yang tidak

terbantahkan. Meskipun tidak segemerlap fungsi pemasaran atau penelitian serta tidak

terlalu diperhatikan sebagaimana fungsi produksi. Akan tetapi akan banyak permasalahan

yang akan timbul jika maintenance tidak dilakukan, antara lain ialah operasi yang tidak

aman, kerugian daya, terhambatnya produksi, kegagalan sistem secara keseluruhan dan

lain sebagainya. Jika ditinjau lebih lanjut maka maintenance mencakup terhadap dua jenis

konsep yaitu pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan dapat diartikan sebagai

kegiatan untuk menjaga suatu barang agar tetap baik dan sehat selama mungkin,

Sedangkan pemeliharaan dapat diartikan sebagai kegiatan mengembalikan/merawat

barang yang telah rusak agar dapat kembali berfungsi seperti semula. Pada lokasi sistem

yang ditinjau yaitu UBP Suralaya, memiliki beberapa unit pembangkit sehingga

penanggung jawab pemeliharaan dibagi menjadi dua, yaitu untuk unit 1-4 dan untuk 5-7.

Pada unit 5-7 memiliki bagian maintenance harian yang dikepalai oleh manager harian 5-

7 yang disusun oleh supervisor senior harian pada bidang dan bagian masing-masing,

yaitu turbin,listrik,boiler, control serta Auxiliary.

Penelitian yang dilakukan kali ini difokuskan pada bagian Magnetic Separator (

MS ) karena dari proses pemeliharaan serta perawatan, maka magnetic separator

merupakan salah satu bagian terpenting dari PLTU Suralaya. Hal ini dikarenakan jika

dilihat dari proses pemeliharaan baik mingguan atau bulanan Magnetic Separator cukup

sederhana dan memiliki peranan yang cukup besar dalam berjalannya seluruh sistem

tanpa harus merusak mill ( penghalus batu bara ). Jika hal tersebut terjadi atau dengan

kata lain pasokan batu bara yang akan masuk ke dalam boiler akan terganggu. Kegiatan

maintenance magnetic separator unit 1 – 4 dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya

maintenance periodok, serta work order preventif maintenance. Supervisor senior harian

magnetik separator membawahi tiga bidang str room, teknisi ahli, serta elektro magnet.

Analisa akan difokuskan terhadap Magnetic Separator ( M.S.), jika ditinjau lebih dalam

banyak terdapat kasus yang menarik. Mulai dari analisa di Kontaktor, Fuse, Motor AC

dan AC. Apakah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi sistem di unit 1 – 4

maupun antara status work ordernya sendiri serta apakah kinerja para pegawai masih

dapat ditingkatkan agar efektifitas preventif dapat dioptimalkan.

I.2 Batasan Permasalahan

Karena sistem instalasi Coal Handling ini sangat luas dan terdiri dari banyak peralatan

dan keterbatasan waktu dalam kerja praktek ini, maka penulis membatasi topik permasalahan

pada Magnetic Separator Unit 1 – 4 PT. INDONESIA POWER.

I.3 Tujuan

Page 12: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

12

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Tujuan Umum

Mengetahui kondisi eksisting bagian pemeliharaan Magnetik Separator unit 1 – 4

khususnya work order serta efektifitas Preventif Maintenance ( PM )

Tujuan Khusus

a. Mengetahui tren kerusakan yang terjadi pada masa PKL mulai 3 Agustus 2010

– 28 Agustus 2010.

b. Mengetahui waktu efektif pekerja pada bagian pemeliharaan Magnetik

Separator unit 1 – 4.

c. Membandingkan kriteria performasi kinerja bidang yang ditetapkan oleh SPS

( Supervisor Harian ) dengan performansi pada literatur mengenai

maintenance manajemen dengan standar manufaktur.

d. Mengetahui korelasi antara work out M.S antara :

1. 60 VDC atau 15 %

2. 220 VDC atau 55 %

3. 400 VDC atau 100 %

e. Menganalisa apabila ada trouble shoot baik di Junction House B maupun di

MCC room

I.4 Manfaat

Bagi mahasiswa

a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktek berupa laporan yang mana

penulis memilih jenis laporan dengan konten berupa analisa troubleshooting

serta proses analisa terhadap kondisi eksisting perusahaan yang kemudian

memberikan usulan perbaikan dari kondisi yang ada saat ini.

b. Memperoleh pengalaman secara langsung penerapan ilmu yang diperoleh saat

kuliah pada kondisi nyata di dunia industri.

c. Menambah wawasan serta pengalaman mengenai situasi dunia kerja yang

sebenarnya.

d. Melatih kemampuan analisa permasalahan menggunakan tools – tools yang

telah dipelajari ( wiring diagram ).

Bagi institusi pendidikan

a. mendapatkan masukan mengenai sistem pengajaran yang sesuai dengan

lingkungan kerja yang sebenarnya.

b. meningkatkan kualitas dan pengalaman lulusan yang dihasilkan.

I.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjelasan mengenai susunan penulisan laporan

yang menjelaskan susunan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Sistematika penulisan

dalam laporan ini ialah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, batasan permasalahan

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Data Umum Perusahaan

Bab ini berisikan data umum perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, profil

perusahaan, jadwal dan lokasi kerja praktek, makna bentuk dan warna logo perusahaan,

visi, misi, tujuan dan lingkup perusahaan.

Page 13: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

13

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Bab III Metodologi Pemecahan Masalah

Bab ini berisi dasar teori yang digunakan dan langkah – langkah pemecahan masalah

yang dilakukan.

Bab IV Analisis Pemecahan Masalah

Bab ini berisi pengolahan data baik sistem operasi sampai pada maintenance Magnetik

Separator unit 1 – 4, data waktu pemeriksaan rutin setiap bulannya sampai akhir tahun

2010 yang dilakukan berdasarkan teori – teori yang ada diantaranya teori maintenance

yang digunakan pada bagian pemeliharaan pada perusahaan ini.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab terakhir, berisi kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan

penelitian ini yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, baik untuk

pihak yang terlibat dengan hasil penelitian yang akan dicapai, baik untuk pihak yang

terlibat dengan hasil penelitian maupun bagi pengembangan penelitian lebih lanjut.

BAB II

DATA UMUM PT. INDONESIA POWER SURALAYA

II. 1 Jadwal Kerja Peraktek

Kerja Peraktek dilaksanakan di PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan

Suralaya Jl. Komplek PLTU Suralaya kotak pos 15 Serang, Merak 42456, Indonesia.

Pelaksanaan Kerja Praktek dilaksanakan selama 1 bulan mulai tanggal 03 Agustus 2009

Page 14: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

14

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

hingga 28 Agustus 2010. Berikut ialah susunan kegiatan selama peroses Kerja Praktek

yang telah di strukturkan oleh perusahaan :

Minggu ke – 1 : Proses orientasi perusahaan, dengan diberikan penjelasan

mengenai keseluruhan sistem di perusahaan serta peninjauan terhadap lokasi –

lokasi keseluruh bagian perusahaan, menuju lokasi penempatan dibagian untuk

Kerja Praktek

Minggu ke – 2 : Menuju ke lapangan untuk mengetahui peroses sesuai dengan

bidang yang difokuskan, yaitu pemeliharaan Magnetik Separator unit 1 – 4.

melaksanakan tugas yang diberikan SPV harian Coal Handling, serta belajar

mengenai maintenance, mengumpulkan data dari ruang kerja SPS, serta dari

lapangan.

Minggu ke – 3 dan 4 : penyusunan dan penyelesaian laporan serta pengumpulan

data yang diambil dari data perusahaan. Mmempelajari ilmu maintenance lainnya

yang diberikan SPS harian mengenai Magnetik Separator.

II. 2 Lingkup Pekerjaan Perusahaan

PT. INDONESIA POWER

Indonesia Power ialah salah satu anak perusahaan PT. PLN ( Persero ) yang

didirikan pada 3 Oktober 1995 dengan nama PT. PLN Pembangkitan Jawa Bali I. Sejak 3

Oktober 2000 berganti nama dengan Indonesia Power sebagai penegasan atas tujuan

perusahaan untuk menjadi perusahaan pembangkitan tenaga Listrik independen yang

berorientasi bisnis murni. Indonersia Power merupakan perusahaan pembangkitan tenaga

listrik terbesar yang mensupplai sekitar 40 % kebutuhan listrik di pulau jawa dan bali.

Untuk mengelola 133 mesin pembangkitan dengan total kapasitas terpasang sekitar 8.987

MW, Indonesia Power memiliki delapan Unit Bisnis Pembangkitan di berbagai lokasi di

Pulau Jawa dan Bali dan satu unit Bisnis Jasa Pemeliharaan. Indonesia Power terus

melakukan upaya – upaya penambahan kapasitas pembangkit listrik, baik di pulau jawa

maupun di luar pulau jawa antara lain Kalimantan Barat , Kalimantan Timur, Sumatera

Selatan, Jambi, dan Nusa Tenggara Timur. Dengan identitas baru, Indonesia Power

mendeklarasikan Visi dan Misi yang terintegrasi dengan rencana baru untuk menjadi

perusahaan publik dan meningkatkan diri menjadi pembangkit kelas dunia.Untuk

mendukung terealisasikannya keinginan tersebut, Indonesia Power dan seluruh Unit

Bisnisnya telah berbenah diri. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya berbagai

penghargaan Nasional dan Internasional oleh 8 Unit Bisnis antara lain, ISO 14001 : 2000

(Sertifikat Manajemen Lingkungan ), ISO 9001 : 2004 ( Sertifikat Manajemen Mutu ),

SMK3 dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia, Penghargaan Padma

untuk bidang Pengembangan Masyarakat, dan ASEAN Renewable Energy Award.

II. 3. Makna Bentuk dan Warna Logo

Logo mencerminkan identitas dari PT. Indonesia Power sebagai Power Utility

Company terbesar di Indonesia.

Gambar II. 1. Logo PT. Indonesia Power

Page 15: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

15

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

II. 3. 1. Bentuk

A. INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan menggunakan dasar jenis huruf

FUTURA BOOK / REGULAR dan FUTURA BOLD menandakan font yang kuat

dan tegas.

B. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “ TENAGA

LISTRIK “ yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.

C. Titik / bulatan merah ( red dot ) diujung kilatan petir merupakan simbol

perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I. Titik

ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi

perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan identitas perusahaan

dapat langsung terwakili.

II. 3. 2 Warna

A. Merah, diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukan identitas yang kuat

dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik,

guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.

B. Biru, diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru

menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata

POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan

perusahaan memiliki ciri-ciri :

- Berteknologi tinggi.

- Efisien.

- Aman.

- Ramah lingkungan.

II.4 Visi, Misi, Motto, Tujuan, dan Paradigma PT. INDONESIA POWER

Sebagai perusahaan pembangkit listrik yang terbesar di Indonesia dan dalam

rangka menyongsong era persaingan global maka PT. Indonesia Power mempunyai visi

yaitu menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan

lingkungan. Untuk mewujudkan visi ini PT. Indonesia Power telah melakukan langkah-

langkah antara lain melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan

mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan

niaga sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka

panjang.

Dalam pengembangan usaha penunjang di dalam bidang pembangkit tenaga listrik,

PT. Indonesia Power telah membentuk anak perusahaan yaitu PT. Cogindo Daya

Bersama dan PT. Artha Daya Coalindo. PT. Cogindo Daya Bersama bergerak dalam

bidang jasa pelayanan dan menejemen energi dengan penerapan konsep cogeneration,

energy outsourcing, energy efficiency assessment package dan distributed generation.

Sedangkan PT. Artha Daya Coalindo bergerak dalam bidang perdagangan batubara

sebagai bisnis utamanya dan bahan bakar lainya yang diharapkan menjadi perusahaan

trading batubara yang menangani kegiatan terintegrasi di dalam rantai pasokan batubara,

selain kegiatan lainnya yang bernilai tambah, baik sendiri maupun bekerjasama dengan

pihak lain yang mempunyai potensi sinergis. Selain itu PT. Indonesia Power juga

menanamkan saham di PT. Artha Daya Coalindo yang bergerak di bidang usaha

perdagangan batubara sebesar 60%.

Visi

Page 16: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

16

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

“Menjadi Perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan

lingkungan”.

Misi

“Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha

lainnya yang berkaitan berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat guna

menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang”.

Motto

“ Bersama kita maju “.

Tujuan

A. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam

penggunaan sumber daya perusahaan.

B. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan

bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang

berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.

C. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari

berbagai sumber yang saling menguntungkan.

D. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai

standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan, efisiensi, maupun

kelestarian lingkungan.

E. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai

antar karyawan dan mitra serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi

dan profesionalisme.

II. 4. 1. Paradigma

“Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini”.

II. 5. Budaya perusahaan, Lima filosofi Perusahaan, dan Tujuh nilai Perusahaan PT.

INDONESIA POWER (IP-HaPPPI)

II. 5. 1. Budaya Perusahaan

Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia perusahaan adalah

pembentukan budaya perusahaan. Unsur-unsur budaya perusahaan :

A. Perilaku akan ditunjukkan seseorang akibat adanya suatu keyakinan akan nilai-nilai

atau filosofi.

B. Nilai adalah bagian daripada budaya/culture perusahaan yang dirumuskan untuk

membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut. Di PT. Indonesia Power,

nilai ini disebut dengan “Filosofi Perusahaan”.

C. Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang menilai

sesuatu.

Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku yang

didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini diwujudkan dalam

tujuh nilai perusahaan PT. Indonesia Power (IP-HaPPPI).

II. 5. 2. Lima Filosofi Perusahaan

Mengutamakan pasar dan pelanggan. Berorientasi kepada pasar serta memberikan

pelayanan yang terbaik dan nilai tambah kepada pelanggan.

Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan. Menciptakan

keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi financial dan proses bisnis

yang handal dengan semangat untuk memenangkan persaingan.

Page 17: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

17

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Mempelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terdepan dalam

memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal.

Menjunjung tinggi etika bisnis. Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis

internasional.

Memberi penghargaan atas prestasi. Memberi penghargaan atas prestasi untuk

mencapai kinerja perusahaan yang maksimal.

II. 5. 3. Tujuh Nilai Perusahaan PT. INDONESIA POWER (IP - HaPPPI):

A. Integritas

Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada

perusahaan.

B. Profesional

Menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai bidang.

C. Harmoni

serasi, selaras, seimbang, dalam :

- Pengembangan kualitas pribadi,

- Hubungan dengan stakeholder (pihak terkait)

- Hubungan dengan lingkungan hidup

D. Pelayanan Prima

Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan stakeholder.

E. Peduli

Peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta memelihara

lingkungan sekitar.

F. Pembelajar

Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kualitas diri yang

mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian berbagi dengan orang lain.

G. Inovatif

Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam usaha

melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses maupun produk dengan

tujuan peningkatan kinerja.

II. 6. Sasaran dan Program Kerja Bidang Produksi

Sasaran dari bidang ini adalah mendukung pemenuhan rencana penjualan dengan

biaya yang optimal dan kompetitif serta meningkatkan pelayanan pasokan. Untuk

mencapai sasaran tersebut, strateginya adalah sebagai berikut :

1. Melakukan optimalisasi kemampuan produksi terutama pembangkit beban

dasar dengan biaya murah.

2. Meningkatkan efisiensi operasi pembangkit baik biaya bahan maupun biaya

pemeliharaan.

3. Meningkatkan optimalisasi pola operasi pembangkit.

4. Meningkatkan kehandalan pola pembangkit.

5. Meningkatkan keandalan dengan meningkatkan availability, menekan gangguan

dan memperpendek waktu pemeliharaan.

Adapun program kerja di bidang produksi :

A. Mengoptimalkan kemampuan produksi.

B. Meningkatkan efisiensi operasi dan pemeliharaan pembangkit :

- Efisiensi termal.

- Efisiensi pemeliharaan.

Page 18: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

18

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

- Pengawasan volume dan mutu bahan bakar.

C. Melakukan optimasi biaya bahan bakar.

D. Meningkatkan keandalan pembangkit.

E. Meningkatkan waktu operasi pemeliharaan.

Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik khususnya di

Pulau Jawa yang sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan

pemanfaatan sumber energi primer dan diversifikasi sumber energi primer untuk

pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya telah dibangun dengan menggunakan

batubara sebagai bahan bakar utama. Beberapa alasan mengapa Suralaya dipilih sebagai

lokasi yang paling baik diantaranya adalah:

1. Tersedianya tanah dataran yang cukup luas, di mana tanah tersebut dipandang

tidak produktif untuk pertanian.

2. Tersedianya pantai dan laut yang cukup dalam, tenang dan bersih, hal ini baik

untuk dapat dijadikan pelebuhan guna pemasokan bahan baku, dan ketersediaan

pasokan air, baik itu air pendingin maupun air proses.

3. Karena faktor nomor dua di atas, maka akan membantu/memperlancar

4. pengangkutan bahan bakar dan berbagai macam peralatan berat yang masih di

5. impor dari luar negeri.

6. Jalan masuk ke lokasi tidak terlalu jauh dan sebelumnya sudah ada jalan namun

dengan kondisi yang belum begitu baik.

7. Karena jumlah penduduk di sekitar lokasi masih relatif sedikit sehingga tidak perlu

adanya pembebasan tanah milik penduduk guna pemasangan saluran transmisi

kelistrikan.

8. Dari hasil survey sebelumnya, diketahui bahwa tanah di Suralaya memungkinkan

untuk didirikan bangunan yang besar dan bertingkat.

9. Tersedianya tempat yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa

pembakaran batubara.

10. Tersedianya tenaga kerja yang cukup untuk memperlancar pelaksanaan

pembamgunan.

11. Dampak lingkungan yang baik karena terletak diantara pelabuhan dan laut.

12. Menimbamg kebutuhan beban di Pulau Jawa merupakan yang terbesar, maka tepat

apabila dibangun suatu pembangkit listrik dengan daya yang besar di Pulau Jawa.

UBP Suralaya merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh PT Indonesia

Power. Diantara pusat pembangkit yang lain, UBP Suralaya memiliki kapasitas daya terbesar

dan juga merupakan pembangkit paling besar di Indonesia. PLTU Suralaya dibangun melalui

tiga tahapan yaitu :

Tahap I Membangun dua unit PLTU, yaitu unit 1 dan 2 yang masing-masing berkapasitas

400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada bulan Mei 1980 sampai

dengan bulan Juni 1985 dan telah beroperasi sejak tahun 1984, tepatnya pada

tanggal 4 April 1984 untuk unit 1 dan 26 Maret 1985 untuk unit 2.

Tahap II Membangun dua unit PLTU yaitu unit 3 dan 4 yang masing-masing berkapasitas

400 MW. Dimana pembangunannya dimulai paada bulan Juni 1985 dan berakhir

sampai dengan bulan Desember 1989. dan telah beroperasi sejak 6 Februari

1989 untuk unit 3 dan 6 November 1989 untuk unit 4.

Tahap III Membangun tiga unit PLTU, yaitu unit 5,6, dan 7 yang masing-masing

berkapasitas 600 MW. Pembangunannya dimulai sejak bulan Januari 1993

dan telah beroperasi pada bulan Oktober 1996 untuk 5. untuk unit 6 pada

bulan April 1997 dan Oktober 1997 untuk unit 7.

Peroses pembangunan UBP Suralaya

Page 19: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

19

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Tabel II. 1. Proses pembangunan dan pengoperasian UBP Suralaya # 1 – 8

Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN Proyek Induk

Pembangkit Thermal Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultan asing dari Montreal

Engineering Company (Monenco) Canada untuk Unit 1 s/d Unit 4 sedangkan untuk Unit 5

s/d Unit 7 dari Black & Veatch Iternational (BVI) Amerika Serikat. Dalam melaksanakan

pembangunan Proyek PLTU Suralaya dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan

kontraktor asing.

Saat ini telah terpasang dan siap beroperasi PLTG (Pembangkit listrik Tenaga Gas)

dengan kontraktor pembuat yaitu John Brown Engineering, England. PLTG ini

dimaksudkan untuk mempercepat suplai catu daya sebagai penggerak peralatan Bantu

PLTU, apabila terjadi ‘black out’ pada sistem kelistrikan Jawa- Bali.

Beroperasinya PLTU Suralaya diharapkan akan menambah kapasitas dan

keandalan tenaga listrik di Pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem interkoneksi se-

Jawa dan Bali. Mensukseskan program pemerintah dalam rangka penganekaragaman

sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik sehingga lebih menghemat BBM,

juga meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia dalam menyerap teknologi maju,

penyediaan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup masayarakat dan pengembangan

wilayah sekitarnya sekaligus meningkatkan produksi dalam negeri.

Total Aset Indonesia Power

Indonesia Power memiliki 133 Unit pembangkitan yang tersebar diberbagai lokasi

stateggis di Pulau Jawa dan Bali yang dikelola melalui delapan Unit Bisnis Pembangkitan

( UBP ) yaitu UBP Suralaya, UBP Priok, UBP Saguling, UBP Kamojang, UBP Mrica,

UBP Semarang, UBP Perak Grati, dan UBP Bali. Unit-Unit Bisnis Pembangkitan tersebut

mengoperasikan Pusat Listrik Tenaga Air ( PLTA ), Tenaga Uap ( PLTU ), Tenaga Gas –

Uap ( PLTGU ), Tenaga Panas Bumi ( PLTP ), Tenaga Gas ( PLTG ), dan Tenaga Diesel

( PLTD ), dengan total aset Indonesia Power sekitar Rp 60 Triliun.

Pada tahun 2002 keseluruhan unit-unit pembangkitan tersebut menghasilkan tenaga

listrik hampir 41.000 GWh yang memasok lebih dari 50 % kebutuhan listrik Jawa Bali.

Secara keseluruhan di Indonesia total kapasitas terpasang sebesar 9.039 MW tahun 2002

dan 9.047 untuk tahun 2003 serta menghasilkan tenaga listrik sebesar 41.253 GWh.

PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per-unit bisnis

pembangkit yang dapat dilihat pada Tabel II.2.

Tabel II. 2. Kapasitas Terpasang Per–unit Bisnis Pembangkit

No. Item Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4 Unit 5 Unit 6 Unit 7 Unit 8

1 CONSTRUCTION 1980 1984 1994 PROSSES

2 FIRST FIRING 26-06-84 11-03-85 28-05-88 04-02-89 22-06-96 26-01-97 14-07-97 PROSES

3 SYNCHRONIZE 24-08-84 11-06-85 25-08-88 24-04-89 16-12-96 26-03-97 19-09-97 PROSES

4 COMMERCIAL

OPERATOR 04-04-85 26-03-86 06-02-89 06-11-89 25-06-97 25-06-97 19-12-97 PROSES

5 LOUNCHING BY

PRESIDENT 10-08-1985 17-05-1990 PROSES

Page 20: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

20

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT. Indonesia Power menjalankan bisnis

pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Pada Tahun 2004, PT

Indonesia Power telah memasok sebesar 44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi

Sistem Jawa dan Bali.

Tabel II. 3.Daya Mampu per-Unit Bisnis Pembangkit

Untuk produksi listrik pada unit-unit bisnis pembangkitan dari tahun 1999 sampai

dengan Triwulan pertama tahun 2005 dapat di lihat pada Tabel II.4.

Tabel II. 4. Produksi Listrik (GWh) per – Unit Bisnis Pembangkit

Page 21: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

21

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Sedangkan dalam menyuplai kebutuhan akan tenaga listrik dari Jawa Bali dari

tahun 1998 sampai 2004 tidak hanya PT. Indonesia Power yang menyuplai tetapi juga

pembangkit yang lain yaitu IPP dan PJB, seperti diperlihatkan pada Tabel II.4.

Tabel II 5. Daya Terpasang (MW) Sistem Jawa Bali

II. 7. Lokasi PLTU Suralaya

PLTU Suralaya terletak di desa Suralaya, Kecamatan Pulo Merak, Serang, Banten.

120 km ke arah barat dari Jakarta menuju pelabuhan Ferry Merak, dan 7 km ke arah

utara dari Pelabuhan Merak tersebut.

Lokasi PLTU Suralaya dapat dilihat pada gambar II. 1.

Gambar II. 1. Lokasi PLTU Suralaya

Berikut ini adalah

denah PLTU

Suralaya. Dapat

dilihat pada

gambar II. 2.

Page 22: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

22

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Luas area PLTU Suralaya adalah ±254 ha, terdiri dari :

Tabel II. 6. Luas Area PLTU Suralaya

II. 8. Proses Produksi Tenaga Listrik PLTU

PLTU Suralaya telah direncanakan dan dibangun untuk menggunakan batubara

sebagai bahan bakar utamanya. Sedangkan sebagai bahan bakar cadangan menggunakan

bahan bakar residu, Main Fuel Oil (MFO) dan juga menggunakan solar, High Speed

Diesel (HSD) sebagai bahan bakar ignitor atau pemantik pada penyalaan awal dengan

bantuan udara panas bertekanan. Batubara diperoleh dari tambang Bukit Asam, Sumatera

Selatan dari jenis subbituminous dengan nilai kalor 5000-5500 kkal/kg.

Transportasi batubara dari mulut tambang Tanjung Enim ke pelabuhan. Tarahan

dilakukan dengan kereta api. Selanjutnya dibawa dengan kapal laut ke Jetty Suralaya.

Gambar II. 2. Denah PLTU Suralaya

Page 23: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

23

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar II. 3. Rute Transportasi Batubara dari Tanjung Enim ke PLTU Suralaya

Batubara yang dibongkar dari kapal di Coal Jetty dengan menggunakan Ship

Unloader atau dengan peralatan pembongkaran kapal itu sendiri, dipindahkan ke hopper

dan selanjutnya diangkut dengan conveyor menuju penyimpanan sementara (temporary

stock) dengan melalui Telescopic Chute (2) atau dengan menggunakan Stacker/Reclaimer

(1) atau langsung batubara tersebut ditransfer malalui Junction House (3) ke Scrapper

Conveyor (4) lalu ke Coal Bunker (5), seterusnya ke Coal Feeder (6) yang berfungsi

mengatur jumlah aliran ke Pulverizer (7) dimana batubara digiling dengan ukuran yang

sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang halus.

Gambar II . 4. Peroses Tenaga Listrik pada Sistem PLTU Suralaya

Keterangan :

1. Stacker Reclaimer

2. Telescopic Chute

3. Junction House

4. Scraper Conveyor

5. Coal Bunker

6. Coal Feeder

7. Pulverizer

8. Primary Air Fan

9. Coal Burner

10. Forced Draft Fan

Page 24: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

Dian Novira ( 41406010005 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

24

11. Air heater

18. Intermediate Pressure Turbin

19. Low Pressure Turbine

20. Rotor Generator

21. Stator Generator

22. Generator Transformer

23. Condenser

24. Condensate Excraction Pump

25. Low Pressure Heater

26. Sea Water

27. Deaerat

28. Boiller Feed Pump

12. Induced Draft Fan

13. Electrostatic Precipitator

14. Stack

15. Superheater

16. High Pressure Turbine

17. Reheater

29. High Pressure Heater

30. Economizer

31. Steam Drum

32. Circulating Water Pump

Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary Air Fan (8) dan

dibawa ke Coal Burner (9) yang menyemburkan batubara tersebut ke dalam ruang bakar

untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk mengubah air menjadi uap.

Udara pembakaran yang digunakan pada ruangan bakar dipasok dari Forced Draft Fan

(FDF) (10) yang mengalirkan udara pembakaran melalui Air Heater (11). Hasil proses

pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah berupa abu dalam perbandingan 14:1. Abu

yang jatuh ke bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan dikirim ke Ash Valley.

Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh Induce Draft Fan (IDF) (12) dan

dilewatkan melalui Electric Precipitator (13) yang menyerap 99,5% abu terbang dan debu

dengan sistem elektroda, lalu dihembuskan ke udara melalui cerobong/Stak (14). Abu dan

debu kemudian dikumpulkan dan diambil dengan alat pneumatic gravity conveyor yang

digunakan sebagai material pembuat jalan, semen dan bahan bangunan (conblok).

Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa pipa

penguap (water walls) menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian dipanaskan di

Super Heater (SH) (15) yang menghasilkan uap kering. Kemudian uap tersebut dialirkan

ke Turbin tekanan tinggi High Pressure Turbine (16), dimana uap tersebut diexpansikan

melalui Nozzles ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap mendorong sudu-sudu turbin dan

membuat turbin berputar. Setelah melalui HP Turbine, uap dikembalikan kedalam Boiler

untuk dipanaskan ulang di Reheater (17) guna menambah kualitas panas uap sebelum uap

tersebut digunakan kembali di Intermediate Pressure (IP) Turbine (18) dan Low Pressure

(LP) Turbine (19).

Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di Condenser (23) dengan

pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh Circulating Water Pump (32). Air kondensasi

akan digunakan kembali sebagai air pengisi Boiler. Air dipompakan dari kondenser

dengan menggunakan Condensate Extraction Pump (24), pada awalnya dipanaskan

melalui Low Pressure Heater (25), dinaikkan ke Deaerator (27) untuk menghilangkan gas-

gas yang terkandung didalam air. Air tersebut kemudian dipompakan oleh Boiler Feed

Pump (28) melalui High Pressure Heater (29), dimana air tersebut dipanaskan lebih lanjut

sebelum masuk kedalam Boiler pada Economizer (30), kemudian air masuk ke Steam

Drum (31). Siklus air dan uap ini berulang secara terus menerus selama unit beroperasi.

Poros turbin dikopel dengan Rotor Generator (20), maka kedua poros memiliki jumlah

putaran yang sama. Ketika telah mencapai putaran nominal 3000 rpm, pada Rotor

generator dibuatlah magnetasi dengan Brushless Exitation System dengan demikian Stator

Generator (21) akan membangkitkan tenaga listrik dengan tegangan 23 kV. Listrik yang

dihasilkan kemudian disalurkan ke Generator Transformer (22) untuk dinaikan

Page 25: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

25

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

tegangannya menjadi 500 kV. Sebagian besar listrik tersebut disalurkan kesistem jaringan

terpadu (Interkoneksi) se-Jawa-Bali melalui saluran udara tegangan extra tinggi 500 kV

dan sebagian lainnya disalurkan ke gardu induk Cilegon dan daerah Industri Bojonegara

melalui saluran udara tegangan tinggi 150 kV.

II. 9. Dampak Lingkungan

Untuk menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, dilakukan pengendalian

dan pemantauan secara terus menerus agar memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh

Pemerintah dalam hal ini Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no.

02/MENLH/1988 tanggal 19-01-1988 tentang Nilai Ambang Batas dan no.

13/MENLH/3/1995 tanggal 07-03-1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Untuk itu PLTU Suralaya dilengkapi peralatan antara lain :

A. Electrostatic Precipitator, yaitu alat penangkap abu hasil sisa pembakaran dengan

efisiensi 99,5%.

B. Cerobong asap setinggi 218 m dan 275 m, agar kandungan debu dan gas sisa

pembakaran sampai ground level masih dibawah ambang batas.

C. Sewage Treatment dan Neutralizing Basin yaitu pengolahan limbah cair agar air

buangan tidak mencemari lingkungan.

D. Peredam suara untuk mengurangi kebisingan oleh suara mesin produksi. Di unit 5-

7 kebisingan suara mencapai 85-90 dB.

E. Alat-alat pemantau lingkungan hidup yang ditempatkan di sekitar PLTU Suralaya.

F. CW Discharge Cannel sepanjang 1,9 km dengan sistem saluran terbuka.

G. Pemasangan Stack Emmision.

H. Penggunaan Low NOx Burners.

II. 10. Struktur Organisasi.

Struktur organisasi yang baik sangat diperlukan dalam suatu perusahaan, semakin

besar perusahaan tersebut semakin kompleks organisasinya. Secara umum dapat

dikatakan, struktur organisasi merupakan suatu gambaran secara skematis yang

menjelaskan tentang hubungan kerja, pembagian kerja, serta tanggung jawab dan

wewenang dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan semula.

Dapat dilihat pada Gambar II. 5. berikut.

Page 26: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

26

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar II.5. Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UBP Suralaya

PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya, secara structural puncak

pimpinannya dipegang oleh seorang General Manajer yang dibantu oleh Deputi General

Manajer dan Manajer Bidang. Secara lengkap, struktur organisasi PT Indonesia Power

Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya diperlihatkan pada Gambar II.5.

II. 11. Data Teknik Komponen Utama PLTU Suralaya.

A. Data Teknik Peralatan PLTU Suralaya Unit 1 – 4

1. Ketel (Boiler)

Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada

Tipe : Natural Circulation Single Drum

Radiant Wall Outdoor

Kapasitas : 1168 ton uap/jam

Tekanan uap keluar superheater : 174 kg/cm2

Suhu uap keluar superheater : 540oC

Tekanan uap keluar reheater : 39,9 kg/cm2

Bahan bakar utama : Batubara

Bahan bakar cadangan : Minyak residu

Bahan bakar untuk penyalaan awal : Minyak solar

Page 27: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

27

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

2. Turbin

Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy

Industries, Japan

Tipe : Tandem Compound Double

Exhaust

Kapasitas : 400 MW

Tekanan uap masuk : 169 kg/cm2

Temperatur uap masuk : 538oC

Tekanan uap keluar : 56 mmHg

Kecepatan putaran : 3000 rpm

Jumlah tingkat : 3 tingkat

- Turbin tekanan tinggi : 12 sudu

- Turbin tekanan menengah : 10 sudu

- Turbin tekanan rendah 1 : 2 x 8 sudu

- Turbin tekanan rendah 2 : 2 x 8 sudu

3. Generator

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Kecepatan putaran : 3000 rpm

Jumlah fasa : 3

Frekuensi : 50 Hz

Tegangan : 23 kV

KVA keluaran : 471 MVA

kW : 400.350 kW

Arus : 11.823 A

Faktor daya : 0,85

Rasio hubung singkat : 0,5

Media pendingin : Gas Hidrogen

Tekanan gas H2 : 4 kg/cm2

Volume gas : 80 m3

Tegangan penguat medan : 500 V

Kumparan : Y

4. Sistem Eksitasi

a. Penguat Medan Tanpa Sikat (Brushless Exciter)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Totally enclosed

kW keluaran : 2400 kW

Tegangan : 500 V

Arus : 4800 A

Kecepatan putaran : 3000 rpm

b. Penyearah (Rotating rectifier)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Penyearah silicon (silicon rectifier)

kW keluaran : 2400 kW

Tegangan : 500 V

Arus : 400 A

Page 28: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

28

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

c. Penguat Medan AC (AC Exciter)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Rotating Armature

kVA keluaran : 2700 kVA

Tegangan : 410 V

Jumlah fasa : 3

Frekuensi : 250 Hz

d. Penguat Medan Bantu (Pilot Exciter)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Permanet Magnetic Field

kVA keluaran : 30 kVA

Tegangan : 170 V

Arus : 102 A

Frekuensi : 400 Hz

Jumlah fasa : 3

Faktor daya : 0,95

e. Lain-lain

Dioda silicon : SR 200 DM

Sekering : 1200 A, 1 detik

Kondenser : 0,6 μF

5. Pulverizer (Penggiling Batubara)

Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada

Tipe : MPS-89

Kapasitas : 63.000 kg/jam, kelembaban

batubara 23,6%

Kelembutan hasil penggilingan : 200 Mesh

Kecepatan putaran : 23,5 rpm

Motor penggerak : 522 kW/6 kV/706 A/ 50 Hz

6. Pompa Pengisi Ketel (Boiler Feedwater Pump)

Pabrik pembuat : Ingersollrand, Canada

Tipe : 65 CHTA – 5 stage

Kapasitas : 725 ton/jam

N.P.S.H : 22,2 m

Tekanan : 216 kg/cm2

Motor penggerak : 6338,5 kW/6 kV/50 Hz/3 fasa

7. Pompa Air Pendingin

Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries, Japan

Tipe : Vertical Mixed Flow

Kapasitas : 31.500 m3/jam

Discharge head : 12,5 m

Tekanan : 0,8 kg/cm2

Motor penggerak : 1300 kW/6 kV/50 Hz/3 fasa

8. Transformator Generator

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Oil Immersed Two Winding Out door

Daya semu : 282.000/376.000/470.000 kVA

Page 29: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

29

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Tegangan primer : 23 kV

Arus primer : 7080/9440/11.800 A

Tegangan skunder : 500 kV

Arus skunder : 326/434/543 A

Frekuensi : 50 Hz

Jumlah fasa : 3

Uji tegangan tinggi saluran : 1550 kV

Uji tegangan rendah : 125 kV

Uji tegangan netral : 125 kV

Prosentasi impedansi : 11,66 – 11,69 %

9. Penangkap Abu (Electrostatic Precipitator)

Pabrik pembuat : Wheelabarator, Canada

Jumlah aliran gas : 1.347.823 Nm3/jam

Temperatur gas : 195oC

Kecepatan aliran gas : 1,47 m/detik

Tipe elektroda : Isodyne & Star Type Unit 1&2, Coil

Unit 3&4

Tegangan elektroda : 55 kV DC

Arus elektroda : 1250 – 1700 mA

Efisiensi : 99,5 %

Jumlah abu hasil penangkapan : 11,2 ton/jam

10. Cerobong (Stack)

Jumlah : 2 buah (4 unit)

Tinggi : 200 m

Diameter luar bagian bawah : 22,3 m

Diameter luar bagian atas : 14 m

Diameter pipa saluran gas buang : 5,5 m

Suhu gas masuk cerobong : ± 140oC

Kecepatan aliran gas : ± 2 m/detik

Material cerobong : Beton dan di bagian dalamnya

terdapat 2 pipa aluran gas berdiameter

5,5 meter

B. Data Teknik Peralatan PLTU Suralaya Unit 5 – 7

1. Ketel (Boiler)

Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada

Tipe : Radian Boiler, Balance Draft.

Natural Circulation, Single Reheat. Top

Supported with Single Drum.

Kapasitas : 1.953.866 kg uap/jam

Tekanan uap keluar superheater : 174 kg/cm2

Suhu uap keluar superheater : 540oC

Tekanan uap keluar reheater : 59 kg/cm2 design.

Bahan bakar utama : Batubara

Bahan bakar untuk penyalaan awal : Minyak solar

2. Turbin

Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries, Japan

Page 30: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

30

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Tipe : Tandem Compound Quadruple

Exhaust Condensing Reheat

Kapasitas : 600 MW

Tekanan uap masuk : 169 kg/cm2

Temperatur uap masuk : 538oC

Tekanan uap keluar : 68 mmHg. Abs

Kecepatan putaran : 3000 rpm

Jumlah tingkat : 3 tingkat

Turbin tekanan tinggi : 10 sudu

Turbin tekanan menengah : 7 sudu

Turbin tekanan rendah 1 : 2 x 7 sudu

Turbin tekanan rendah 2 : 2 x 7 sudu

3. Generator

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation,

Japan

Kecepatan putaran : 3000 rpm

Jumlah fasa : 3

Frekuensi : 50 Hz

Tegangan : 23 kV

KVA keluaran : 767 MVA

kW : 651.950 kW

Arus : 19.253 A

Faktor daya : 0,85

Rasio hubung singkat : 0,58 pada 706 MVA

Media pendingin : Gas Hidrogen

Tekanan gas H2 : 5 kg/cm2

Volume gas : 125 m3

Tegangan penguat medan : 590 V

Kumparan : Y

4. Sistem Eksitasi

a. Penguat Medan Tanpa Sikat (Brushless Exciter)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Totally enclosed

kW keluaran : 3300 kW

Tegangan : 590 V

Arus : 5593 A

Kecepatan putaran : 3000 rpm

b. Penyearah (Rotating rectifier)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Penyearah silicon (silicon rectifier)

kW keluaran : 330 kW

Tegangan : 590 V

Arus : 550 A

c. Penguat Medan AC (AC Exciter)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Rotating Armature

Page 31: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

31

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

kVA keluaran : 3680 kVA

Tegangan : 480 V

Jumlah fasa : 3

Frekuensi : 200 Hz

d. Penguat Medan Bantu (Pilot Exciter)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan

Tipe : Permanet Magnetic Field

kVA keluaran : 20 kVA

Tegangan : 125 V

Arus : 160 A

Frekuensi : 400 Hz

Jumlah fasa : 3

Faktor daya : 0,95

e. Lain-lain

Dioda silicon : FD 500 DH 60

Sekering : 800 A, 1 detik

Kondenser : 0,6 μF

5. Pulverizer (Penggiling Batubara)

Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada

Tipe : MPS-89N

Kapasitas : 67.495 kg/jam, kelembaban batubara 28,3%

Kelembutan hasil penggilingan : 200 Mesh

Kecepatan putaran : 23,5 rpm

Motor penggerak : 522 kW/3,3 kV/158 A/ 50 Hz

6. Pompa Pengisi Ketel (Boiler Feedwater Pump)

Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries, Japan.

Tipe : Horizontal, Centrifugal Doble

Cage, Four Stage

Kapasitas : 1410 m3/jam

Head Total : 2670 m

Tekanan : 14,2 kg/m2

Motor penggerak

Turbin BFP : 5720 rpm

Motor Listrik : 5960 kW/10 kV/50 Hz/3 fasa/1480 rpm

7. Pompa Air Pendingin

Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada

Tipe : -

Kapasitas : 180 m3/jam

Discharge head : 45,2 m

Tekanan : 2,0 kg/cm2

Motor penggerak : 1300 kW/10,5 kV/50 Hz/3 fasa

8. Transformator Generator

Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation,

Japan

Tipe : Oil Immersed Two Winding Out

door

Page 32: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

32

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Daya semu : 411.000/548.000/685.000 kVA

Tegangan primer : 23 kV

Arus primer : 17.195 A

Tegangan skunder : 500 kV

Arus skunder : 791 A

Frekuensi : 50 Hz

Jumlah fasa : 3

Uji tegangan tinggi saluran : 1550 kV

Uji tegangan rendah : 125 kV

Uji tegangan netral : 125 kV

Prosentasi impedansi : 11,9 % pada 685 MVA

9. Penangkap Abu (Electrostatic Precipitator)

Pabrik pembuat : Lodge Cotrell, USA

Jumlah aliran gas : 1.347.823 Nm3/jam

Temperatur gas : 195oC

Kecepatan aliran gas : 1,47 m/detik

Tipe elektroda : Square Twisted Element

Tegangan elektroda : 65 kV DC

Arus elektroda : 1400 mA

Efisiensi : 99,5 %

Jumlah abu hasil penangkapan : 25 ton/jam

10. Cerobong (Stack)

Jumlah : 3 buah (3 unit)

Tinggi : 275 m

Diameter luar bagian bawah : 25 m

Diameter luar bagian atas : 14 m

Diameter pipa saluran gas buang : 6,5 m

Suhu gas masuk cerobong : ± 140oC

Kecepatan aliran gas : ± 2 m/detik

Material cerobong : Beton dan di bagian dalamnya

terdapat 2 pipa saluran gas berdiameter

6,5 meter

Page 33: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

33

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III. 1 Langkah Pemecahan Masalah

Langkah – langkah pemecahan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Perumusan dan Pembatasan Masalah

Dalam tahap ini, Penulis memutuskan untuk menganalisis Magnetik Separator dengan

menggunakan standar manufaktur serta efektifitas PM menggunakan pendekatan hasil

maintenance sebelumnya

Studi Literatur

Dalam tahap ini ini, Penulis mempelajari teori yang berhubungan dengan

permasalahan yang diambil. Dalam tahap ini pula, Penulis melakukan identifikasi

data untuk pemecahan masalah.

Studi Kasus

Setelah melakukan identifikasi data, maka studi kasus ini terbagi mejadi beberapa

tahap :

a. Pengambilan data melalui wiring diagram Magnetik Separator unit 1 – 4

b. Analisis One Line Diagram Power 6 kV unit 1 – 4 ( 03/04 ), disesuaikan

dengan kondisi lapangan di MCC room.

c. Mengetahui jadwal Preventive Maintenance di Magnetik Separator unit 1 – 4.

d. Pengambilan data PM yang diperoleh dari hasil wawancara karena

keterbatasan waktu jika dilakukan sampling secara langsung di lapangan,

serta melalui data schedule yang ada.

Pengolahan Data Studi Kasus

Dalam tahap ini, data data yang telah diambil akan diolah untuk melihat tingkat

pencapaian bagian pemeliharaan, efektifitas PM dan perkiraan besar work order fault

jika diketahui work order rutinnya.

Analisis Pengolahan Data

Dalam tahap ini, dilakukan analisis lebih lanjut terhadap hasil pengolahan data

pencapaian bagian serta efektifitas dan perkiraan nilai work order

Kesimpulan dan Saran

Dalam tahap ini, penulis mengambil kesimpulan akhir atas analisis yang dilakukan

serta pemberian saran sebagai masukan bagi peruahaan khususnya maintenance

harian Magnetic Separator Unit 1 – 4.

III. 2 Sistem Penanganan Batu bara ( Coal Handling System )

PLTU batubara adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan batubara

sebagai bahan bakar utamanya. UBP Suralaya adalah salah satu pembangkit yang

menggunakan bahan bakar batubara dengan kapasitas pembangkitan 3400 MW. Untuk

mencukupi kapasitas pembangkitan yang cukup besar tersebut dibutuhkan batubara dalam

jumlah yang sangat banyak. Oleh karenanya diperlukan suatu penanganan khusus

terhadap bahan bakar batubara tersebut yang dinamakan coal handling system.

Coal handling system berfungsi menangani mulai dari pembongkaran batubara dari

kapal/tongkang (unloading area), penimbunan/penyimpanan di stock area atapun

pengisian ke bunker (power plant). yang digunakan untuk pembakaran di Boiler. Sistem

penanganan batu bara ( Coal Handling System ) di PLTU Suralaya terdiri dari peralatan

bongkar muat batu bara dari kapal ( Ship Unloader ) dan peralatan transportasi dari

Page 34: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

34

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

tempat bongkar menuju tempat tujuan. Coal Handling System di PLTU Suralaya

menggunakan sistem Belt Conveyor, Belt Feeder, Apround Feeder, dan Scrapper

Conveyor. beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan system conveyor diantaranya

adalah :

1. Menurunkan biaya dan waktu pada saat memindahkan batubara.

2. Menigkatkan efisiensi pemindahan material.

3. Menghemat ruang.

4. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja (bersahabat dengan

lingkungan).:

a. Tidak berisik

b. Menurunkan tingkat polusi udara

Berikut ini adalah lay out dari coal handling system Suralaya Power Plant Unit 1 –

7 dapat kita liat pada Gambar III. 1.

Gambar III. 1. Coal Handling System Suralaya Power Plant Unit 1-7

Secara operasional, Coal Handling System dibedakan menjadi dua sistem :

a. Sistem pembongkaran yaitu sistem yang dioperasikan untuk menyalurkan batu

bara dari kapal ( Coal Jetty ) ke penampungan sementara ( Stock Area ) dan

atau Coal Bunker.

b. Sistem pengisian yaitu sistem yang dioperasikan untuk menyalurkan batu bara

dari area cadangan ( Stock Area ) ke Coal Bunker. Sistem ini terutama

menggunakan Stacker Reclaimer yang digunakan baik untuk menyetok ( Stock )

batu bara ke Stock Pile maupun untuk mengambil ( Reclaim ) batu bara dari

Stock Pile.

Page 35: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

35

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Selain fungsi utama untuk menyalurkan batu bara, Coal Handling System dilengkapi

dengan sistem AMDAL, untuk meminimalisir polusi udara dari debu batu bara yaitu

berupa sistem penyiraman batu bara dengan media air tawar ( Dust Suppression ), sistem

penangkapan debu batu bara ( Dust Collector ) dan pelindung curahan batu bara dari

angin yaitu berupa corong yang bisa dinaik – turunkan ( Telescopic Chute )

Agar batu bara yang dibongkar dari kapal dan batu bara yang di salurkan ke

penampungan utama unit pembangkit listrik tidak tercampur dengan material yang tidak

di kehendaki terutama pada jenis logam, maka pada system penyaluran batu bara ini

dilengkapi dengan sarana pemisah antara batu bara dengan logam ( Fe ) yang

tercampur pada batu bara yang disalurkan dengan system magnetisasi ( Magnet Separator

).

Selain hal di atas, pada system penanganan batu bara juga dilengkapi sarana untuk

mengambil contoh dari batu bara yang sedang dibongkar dari kapal guna keperluan

laboratorium untuk mengetahui kualitasnya.

III.3. Coal handling Area

Secara garis besar, coal handling area di PLTU Suralaya dapat dikelompokkan

menjadi :

III. 3. 1. Unloading Area

• Pelabuhan/Dermaga I

Merupakan pelabuhan yang digunakan oleh kapal yang sudah mempunyai sistim

bongkar sendiri (Conveyor). Pelabuhan I dilengkapi dengan hopper A yang berkapasitas

100 ton dan belt feeder yang berkapasitas 2000 ton/jam. Biasanya pelabuhan I digunakan

untuk pengisian ke unit 1-4.

Gambar III. 2. Pelabuhan/Dermaga I Batubara

• Pelabuhan/Dermaga II

Merupakan pelabuhan yang digunakan yang tidak mempunyai alat bongkar

sendiri. Dilengkapi dengan 2 buah ship unloader yang berkapasitas masing-masing 1750

ton/jam. Selain itu pelabuhan II juga dilengkapi dengan movable hopper untuk

pembongkaran dari kapal yang punya alat bongkar sendiri.

Page 36: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

36

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar III. 3. menunjukan pelabuhan / dermaga II di PLTU Suralaya.

Gambar III. 3. Dermaga II Batubara

• Semi Permanent Jetty (SPJ)

Tempat pembongkaran batubara dari tongkang dalam kondisi emergency.

Pembongkaran dilakukan secara manual dengan menggunakan excavator dan dump truck

untuk selanjutnya dibawa ke stock area.

Gambar III. 4. Pelabuhan Semi Permanent Jetty (SPJ)

Page 37: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

37

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

• Semi Permanent Oil Jetty (SPOJ)

Tempat pembongkaran batubara dari tongkang yang sudah dilengkapi dengan

fasilitas Float Discharging Equipment (FDE).

Gambar III. 5. Facility Discharging Equipment (FDE)

III. 3. 2. Coal Stock Area

Merupakan tempat penimbunan batubara sementara yang dikirim dari unloading

area sebelum dilanjutkan ke power plant. Coal stock area ini dilengkapi Stacker

Reclaimer, Telescopic Chute, dan Under Ground Hopper.

III. 3. 3. Power Plant

Merupakan tempat penyimpanan akhir batubara yang ditampung dalam bunker

(silo). Untuk system pengisian batu bara ke Power Plant di bagi menjadi 2 type yaitu :

1. Scrapper.

Terdiri dari 5 buah bunker (silo) dan 2 buah scrapper conveyor pada masing-

masing unit sebagai media untuk memasukkan batubara ke dalam bunker

melalui sillo gate yang bisa dibuka/tutup secara otomatis dari control room dan

juga secara lokal.

2. Tripper.

Terdiri dari 6 buah bunker yang berkapasitas 600 ton. Dalam

pendistribusiannya menggunakan tripper car yang bisa dioperasikan secara

otomatis dari control room dan lokal.

Page 38: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

38

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

III. 4. Bagian- Bagian Coal Handling System

Secara umum, peralatan dalam Coal Handling System dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu peralatan utama dan peralatan bantu.

III. 4. 1. Peralatan Utama

1. Belt Conveyor System

Adalah mesin yang digunakan untuk mentranportasikan batu bara dari

system conveyor sebelum ke sistem conveyor berikutnya, hopper atau

bunker dengan jarak yang cukup jauh.

Belt Conveyor di dalam Coal handling sistem merupakan peralatan

yang sangat vital dan berfungsi untuk mentransmisikan batubara dari

unloading area (Intake Hopper) sampai Coal Bunker (power plant).

Kontruksi dari belt ini berupa karet memanjang yang tidak terputus

dengan lebar 1400 mm sampai 1.800 mm digulungkan diantara 2 buah

pulley yang terletak pada ujung Belt Conveyor. Konstruksi dari Belt

Conveyor dapat dilihat pada Gambar III.6.

Gambar III. 6. Belt Conveyor System

Belt Conveyer System terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut :

a. Motor Penggerak

Motor yang digunakan untuk menggerakan Belt Conveyor System Motor yang

digunakan adalah jenis motor induksi

b. Gear Reduction ( Reducer )

Suatu rangkaian roda gigi yang digunakan untuk menurunkan putaran dari

motor penggerak yang akan digunakan untuk menggerakan belt agar sesuai

dengan putaran yang diharapkan.

c. Fluid Kopling

Page 39: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

39

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

MOTOR

GEAR BOX

FLUID COUPLING

Alat yang ada diantara motor penggerak dan reducer untuk menyalurkan

putaran dari motor ke reducer agar lebih halus

d. Drive Pulley

Drive pulley yang terhubung dengan gear box yang digunakan untuk

menggerakan belt. Merupakan pulley yang secara langsung atau tidak

langsung terhubung dengan motor listrik dan dikopling dengan gearbox.

Fungsinya untuk memutar belt menuju ke depan. Posisi drive pulley tidak harus

selalu di depan, bisa dipasang dimana saja yang dianggap memungkinkan

Gambar III. 7. Konstruksi Motor, Fluid Coupling, dan Reducer

e. Snub Pulley

Digunakan untuk memperbesar luas permukaan singung antara belt dengan

drive pulley. Pulley yang digunakan untuk memperbesar sudut llitan kontak

antara pulley dengan belt. Biasanya Snub pulley terletak di dekat drive pulley.

f. Band Pulley

Pulley yang digunakan untuk membelokan arah belt

g. Tail Pulley

Pulley yang berada di ujung belakang belt yang berfungsi memutar Belt

conveyor ke arah Drive pulley. Berada di sisi belakang conveyor. Berfugnsi

untuk memutar kembali Belt Conveyor menuju ke arah drive pulley. Tail pulley

dilengkapi dengan belt cleaner yang berfungsi untuk mencegah batubara agar

tidak masuk ke tail pulley. pada conveyor jenis light duty, tail puley juga sering

dijadikan sebagai take up pulley.

h. Take Up Pulley

Pulley yang digunakan untuk menyangga belt dimana pulley tersebut terhubung

dengan pemberat agar belt tetap tegang. Pulley yang berfungsi untuk menjaga

ketegangan belt. Take up pulley terhubung dengan counter weight.

i. Scrapper

Digunakan membersihkan belt dari kotoran

Merupakan perangkat yang berfungsi membersihkan material yang menempel

pada belt.

j. Carring Idler

Suatu alat yang berbentuk roller yang berfungsi untuk menyangga belt yang

terbebani oleh batu bara agar posisi tetap pada jalurnya. Belt pada bagian

yang berbeban atau sebagai roll penunjang ban bermuatan material. Posisi

Page 40: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

40

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

dari Carrying idler berada di atas conveyor table. Komposisinya terdiri dari 3

buah roll penggerak berbentuk V.

k. Return Idler

Idler yang berada di bagian arah balik belt yang digunakan untuk menyangga

belt. Berada di bawah belt pada sisi balik conveyor. Komposisinya hanya

terdiri dari 1 buah roll penyangga dan berfungsi untuk menyangga belt dengan

arah putar balik.

l. Impact Idler

Idler yang berada di bawah belt yang ada di bawah hopper atau chute yang

berfungsi untuk menahan beban tiba-tiba saat batu bara di jatuhkan ke belt.

Indler ini dilapisi dengan karet sebagai peredam. Posisinya persis di bawah

chute. Pada bagian luarnya dilapisi dengan karet dan jarak antara satu sama

lain lebih rapat dari carrying idler. Fungsinya untuk menahan belt agar tidak

sobek/rusak akibat batubara yang jatuh dari atas.

m. Belt

Sabuk yang berfungsi untuk mengangkut batu bara dibuat dari bahan Polyster

Warf / Nylon Weft

n. Steering Idler

Merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusan belt agar tidak

jogging (bergerak ke kiri/kanan). Posisinya di bagian pinggir belt.

o. Counter Weight

Merupakan bandul yang terhubung dengan take up pulley yang berfungsi untuk

memberi/menjaga ketegangan belt.

p. Head Pulley

Pulley terakhir yang berada pada ujung depan conveyor. Tidak semua head

pulley dapat dipakai sebagai drive pulley. head pulley yang tidak dapat

dihubungkan dengan drive pulley tidak dapat disebut sebagai drive pulley.

q. Rubber Skirt ( Skirt Board )

Merupakan peralatan yang berfungsi mencegah agar material tidak tumpah

keluar dari belt pada saat muat.

r. Plough Scrapper

Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah balik belt.

Biasanya terdiri dari primary dan v-plough scrapper.

2. Hopper

Berfungsi untuk penampungan batu bara sementara sebelum disalurkan

ke sistem Conveyor berikut. Hopper dilengkapi dengan corong

pengarah ( Chute ) agar tidak terjadi penyumbatan. Berada di sisi

depan Conveyor. Memiliki bentuk yang lebih besar.

Page 41: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

41

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar III. 8. Hopper

3. Belt Feeder

Berada dibawah hopper dan belt conveyor, berfungsi untuk

mengumpankan batu bara dari hopper menuju belt conveyor

dibawahnya yang relative dekat. Belt feeder yang berfungsi untuk

mengalirkan batubara yang berasal dari suatu hopper ke Belt Conveyor

melalui chute untuk dikirim ketempat yang dikehendaki. Belt feeder ini

mempunyai kecepatan yang rendah dengan jarak penghantaran yang

relatif pendek. Kapasitas maksimum belt feeder tergantung dari

kapasitas Belt Conveyor yang mengikutinya, dan kecepatannya dapat

diatur sesuai dengan aliran batubara yang dibutuhkan.

Gambar III. 9. Konstruksi Belt Feeder

4. Stacker/Reclaimer (ST/RE)

Peralatan ini digunakan untuk penimbunan (stacking) dan pengerukan

(reclaiming) batubara di stock area. Peralatan ini terdiri dari suatu

Bucket Whell yang ditempatkan pada ujung/akhir dari slewing dan

lufting boom yang terpasang pada suatu Reversible Boom Conveyor.

Komponen-komponen tersebut diatas dimuatkan pada suatu mobile

Gantri yang akan menggerakan secara parallel ke stock area dan

mengisi inner hopper. Mobile Gantri bergerak sepanjang jalur rel yang

dipasang di area penimbunan. Batubara yang dikeruk kemudian

diserahkan ke Belt Conveyor untuk dilakukan proses conveying

Inlite Hopper

Outlet Chute

Page 42: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

42

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

berikutnya menuju Power Plant. Pada coal handling area terdapat 2

buah ST/RE.

Peratan ini terdiri dari beberapa system, Yaitu :

Elevating Conveyor System

Boom Conveyor System

Slewing System

Luffing System

Bucket Wheel System

Travelling System

Gambar III. 10. Stacker/Reclaimer (ST/RE)

5. Junction House

Bangunan yang berisi pertemuan dua conveyor atau lebih yang

digunakan untuk mengatur arah aliran batu bara, apakah akan dikirim

langsung ke Coal Bunker di tiap unit atau ke Stack area terlebih

dahulu. Pengaturan dilakukan dengan mengatur posisi dari Deverter

Gate atau Isolating Shutle. Pengaturan arah aliran tersebut dilakukan

disuatu bangunan yang memuat alat pemindah arah aliran yang

pengendaliannya dapat dikendalikan dari Control Room Coal handling

(CHCR). Pengaturan dilakukan dengan cara mengatur posisi dari

Diverter Gate/ Isolating Shutle yang terdapat pada peralatan pemindah

aliran. Bangunan ini dikenal dengan nama Junction House.

Gambar III. 11. Konstruksi Junction House

Page 43: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

43

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

6. Scrapper Conveyor ( SC ) dan Tripper ( TR )

Alat yang menyalurkan batu bara dari hopper ke masing-masing bunker

dengan cara mendorong batu bara dengan media plat besi dan rantai

yang disusun sedemikian rupa. Alat ini hanya digunakan di Coal

Handling System Unit 1 – 4.

Tripper adalah suatu peralatan untuk mengarahkan curahan batubara

dari Plant Distribute Hopper ke bunker melalui Belt Conveyor.

Scrapper conveyor adalah peralatan untuk memasukkan batubara ke

dalam bunker melalui sillo gate yang bisa dibuka secara otomatis dari

control room dan juga secara lokal dengan sistem rantai (T-Plate).

Gambar III. 12. Tripper dan Scrapper Conveyor

7. Uprond Feeder

Merupakan system conveyor khusus dimana media pembawa batu bara

berupa plat-plat besi, bukan belt alat ini hanya digunakan di Unit 1 – 4

8. Coal Bunker

Merupakan tempat penampung akhir batu bara pada instalasi Coal

Handling dan merupakan tempat penampungan utama bagi Unit

Pembangkit sebelum masuk ke dalam Pulverizer

9. Ship Unloader (S/U)

Adalah suatu peralatan yang digunakan untuk pembongkaran batubara

dari kapal yang tidak mempunyai peralatan bongkar sendiri (non self

Unloading) peralatan ini dilengkapi dengan Grab (bucket) dengan

kapasitas bongkar 1750 ton/jam masing-masing ship unloader

Page 44: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

44

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar III. 13. Ship Unloader

10. Telescopic Chute

Adalah corong pengarah yang panjangnya dapat diatur yang berfungsi

untuk mencegah pencemaran debu batu bara selama pembongkaran ke

stock area.

Merupakan tempat pembongkaran batubara untuk kebutuhan stock

dalam keadaan normal. Dilengkapi dengan corong untuk mencegah abu

batubara yang berterbangan saat pembongkaran. Peralatan ini bisa

naik secara otomatis jika level batubara di bawahnya sudah mempunyai

jarak sesuai setting tertentu. Seperti gambar III. 13 di bawah ini.

Gambar III. 14. Telescopic Chut

11. Crusher

Crusher berfungsi untuk menghancurkan batu bara yang lewat

peralatan tersebut dan mempunyai ukuran lebih besar dari 32 mm.

peralatan ini dirancang hanya untuk menghancurkan batu bara, bukan

untuk batu atau material lain. Karena peralatan ini menggunakan

motor dengan daya yang sangat tinggi ( 1000kW ) maka peralatan ini

dilengkapi dengan beberapa alat pengaman diantaranya : vibration

sensor, winding temperature sensor, space heater.

III. 4. 2 Peralatan Bantu

1. Isolating Shuttle

Isolating Shuttle adalah peralatan yang berfungsi untuk merubah arah curah

batu bara pada corong pengarah ( Chute ) dari satu arah ke arah yang lain.

Alat ini juga di sebut diverter gat.Adalah suatu peralatan untuk mindahkan

aliran batubara dari arah yang satu ke yang lainnya. Diverter Gate ini

Page 45: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

45

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

mempunyai dua posisi pada sisi pengeluaran, dan tidak boleh dipindahkan

pada saat ada aliran batubara.

Gambar III. 15. Diverter Gate

2. Belt Weigher

Berfungsi untuk menimbang batu bara yang melewati belt conveyor.

Penimbangan dilakukan dengan cara mengukur laju aliran batu bara dalam

belt conveyor. Untuk menimbang batubara yang akan disalurkan ke stock area

atau ke unit dan untuk mengetahui flow rate yang melewati conveyor tersebut.

Berada di tengah conveyor dan memiliki sensor kecepatan dan sensor berat

(load cell) di bawah Belt Conveyor. Pengukuran berat dilakukan dengan cara

menimbang laju aliran batubara diatas Belt Conveyor. Melalui Differential

Transformer Transmitter dan peralatan Totalizer Indicator batubara dapat

diketahui beratnya lewat panel angka. Belt weighter ditempatkan di Bel

Conveyor 03, Belt Conveyor 04, Belt Conveyor 13, Belt Conveyor 14 untuk unit

I – IV dan Belt Conveyor 34, Belt Conveyor 35, Belt Conveyor 02, Belt

Conveyor 40, Belt Conveyor 17A, Belt Conveyor 18, Belt Conveyor 19, Belt

Conveyor 36, Belt Conveyor 37, dan Stacker Raclaimer 02. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.6. dan Gambar 3.7. Instalasi Penyaluran

Bahan Bakar Unit 1, 2, 3, dan 4 dan Unit 5, 6, dan 7.

3. Magnetic Separator

Magnetic separator ( MS ) berfungsi untuk memisahkan logam besi yang

tercampur dengan batu bara pada saat penyaluran batu bara ke stock area

atau ke bunker.

Prinsip kerja M/S ini berdasarkan induksi elektromagnetik logam besi yang

terbawa pada aliran batubara akan ditarik oleh medan elektromagnetik lalu

menempel pada conveyor MS dan akan jatuh pada sisi penampungan. Pada

bahasan kali ini penulis akan membahas lebih dalam mengenai magnetic

separator.

4. Coal Sampling Equipment

Coal Sampling adalah alat pengambil sample batu bara secara otomatis.

Sistem ini akan mengambil sample secara periodic dari aliran batu bara dan

diperoses sedimikian rupa, sehingga pengambilan sampel – sample itu dapat

mewakili keseluruhan batu bara yang ditrima dari kapal.

5. Dust Collector

Berfungsi untuk mengumpulkan debu batu bara denagn system vacuum. Secara

garis besar peralatan ini terdiri dari blower penyedot debu.

1. Bag Filter sebagai penyaring debu

2. Screw Conveyor dengan Bucket elevating sebagai alat transportasi debu

Page 46: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

46

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

3. Panel pengoperasian.

Jika debu yang tersedot sudah terkumpul maka akan dikembalikan ke Belt

Conveyor. Dapat dilihat pada Gambar III. 15. dibawah ini.

Gambar III. 16. Dust Collector

6. Dust Suppression

Dust suppersion berfungsi untuk menyemprot batu bara yang baru dibongkar

dari kapal dengan media air tawar guna mengurangi debu abu yang

berterbangan yang menimbulkan polusi udara.

III. 4. 3 Peralatan Pengaman (Proteksi)

1. Pull Cord/Pull Rope Switch

Berfungsi untuk memberhentikan Belt Conveyor/belt feeder dengan cara

menarik tali yang dipasang sepanjang belt sisi kiri dan kanan apabila ada

gangguan atau kelainan peralatan di local. Peralatan pengaman ini dipakai

juga pada saat ada pekerjaan perbaikan/pemeliharaan.

Gambar III.17. Pull Cord Switch

Pull Cord Switch

Page 47: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

47

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

2. Belt Sway/Belt Tracking/Miss Alignment Switch

Berfungsi untuk memberhentikan Belt Conveyor/belt feeder apabila terjadi

unbalance/jogging (belt bergerak ke kiri atau kanan tidak pada posisi tengah)

Gambar III.18. Belt Sway

3. Plugged Chute

Berfungsi untuk memberhentikan conveyor secara otomatis yang ada

dibelakang (di sisi inlet) plugged chute apabila terjadi penumpukan di outlet

chute (hopper).

4. Speed Motion Detector

Berfungsi memberhentikan motor apabila putaran conveyor tidak normal (slip,

overload), biasanya alat ini dipasang di Band Pulley.

5. Push Button Emergency Stop Local Box

Tombol switch untuk memberhentikan jika ada gangguan atau kelainan

dilokal, juga pada saat dilakukan pemeliharaan/perbaikan. Alat ini lokasinya

di dekat motor penggerak.

Gambar III.19. Local Control Panel

6. Back Stop

Emergency LPS

Page 48: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

48

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Alat ini berfungsi untuk menahan putaran balik conveyor, alat ini bekerja

secara mekanik dan dipasang pada Belt Conveyor.

III. 5. Coal Handling System 1 -4 Disertai Penjelasannya

Pusat kendali Coal Handling System unit 1-4 berada di gedung yang terpisah

dengan pusat kendali Pembangkit listrik atau disebut Coal Handling Control Room 1-4

(CHCR 1-4) dan biasa disebut Tower-G. Sistem pembongkaran

didesain khusus untuk kapal yang mempunyai peralatan bongkar batubara sendiri

sehingga pada Coal Handling System Unit 1-4 hanya disediakan penampungan sementara

(Hopper-A) dan sistem conveyor saja dengan kapasitas maksimum 2x2000 Ton/jam. Dan

juga ditambah sistem conveyor khusus untuk pembongkaran batubara dari tongkang

dengan kapasitas maksimum 1000 ton/jam.

Sistem pengisian batubara ke bunker Unit Pembangkit terdiri dari 2 (dua) jalur

yaitu dari Reclaimer (RE-01) dengan kapasitas maksimum 1x2000 Ton/jam dan dari

Under Ground Conveyor yaitu sistem conveyor yang berada di bawah permukaan tanah

dengan kapasitas maksimum 2x1000 Ton/jam yang sebelumnya melalui penampungan

sementera dulu (Hopper-D). Khusus Under Ground Conveyor, peralatan ini didesaint

hanya sebagai peralatan darurat saja (Emergency). Under Ground Conveyor dioperasikan

jika sistem Reclaimer mengalami masalah atau dalam status pemeliharaan.

Gambar III.20. Instalasi Penyaluran Bahan Bakar Unit 1, 2, 3, dan 4

Page 49: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

49

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

BAB IV

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

IV. 1. Pendahuluan

Pada bahasan bab ini penulis sengaja memfokuskan pada satu permasalahan

dimana apa yang telah penulis dapatkan di lapangan dengan sediki banyak mengenal dan

mengetahui bagaimana pekerjaan / peralatan mekanikal pada suatu project PLTU

beroperasi, kurun waktu 1 bulan terhitung 3 Agustus 2009 – 28 Agustus 2009 di

perusahaan PT. INDONESIA POWER UBP SURALAYA. Salah satunya yaitu proses

terjadinya pemisahan logam yang terdapat pada batu bara. Alat tersebut dinamakan

Mgnetic Separator ( M.S ).

Magnetic Separator ( M.S ) merupakan alat atau instrumen yang digunakan untuk

memisahkan Logam dengan Batu Bara sebelum Batu Bara tersebut diolah untuk dijadikan

Bahan Bakar. Logam tersebut harus dipisahkan dari Batu Bara karena dapat

mengakibatkan terjadinya kerusakan pada Peralatan penghalus Batu Bara ( mill ), karena

Batu Bara yang tidak halus dapat mengakibatkan peroses pembakaran tidak sempurna

atau terganggu.

Magnetic Separator terdiri dari 3 bagian , yaitu :

1. Sensor Logam

2. Panel Kontrol

3. Magnet Listrik ( Coil )

Sensor logam ( Logam Detector ) merupakan gerbang awal proteksi dengan

mengindra Logam yang terbawa atau tercampur dengan Batu Bara, sinyal diteksi ini akan

dikirim ke Panel Kontrol Logic Magnetic Separator untuk diolah dan kemudian

dilanjutkan dengan mengaktifkan Magnet Listrik ( Coil ) untuk “ menangkap “ Logam

tersebut .

IV. 2. Cara Kerja Magnetic Separator

Ada 2 mode cara kerja pada Magnetic Separator ini yaitu :

1. Mode Lokal

2. Mode Remote

Mode lokal berkerja pada saat Belt Conveyor ( B.C ) off. Mode lokal ini digunakan

untuk memeriksa kesiapan semua peralatan atau instrument yang ada pada magnetic

separator, apabila semua peralatan telah siap, mode dikembalikan ke Mode Remote, Mode

Remote digunakan magnetic separator berkerja secara automatic dan Belt Conveyor

sudah bisa dijalankan / dioperasikan .

Tegangan keluaran Magnetic Separator dibagi dalam 3 tahap :

1. 60 VDC atau 15%

Page 50: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

50

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

2. 220 VDC atau 55%

3. 400 VDC atau 100%

Pada posisi Belt Conveyor off tegangan keluaran Magnetic Separator adalah 15%

dan pada saat Belt Conveyor dijalankan Magnetic Separator menaikan tegangan

keluarannya menjadi 55% dengan mengaktifkan K.41 dan K.52 lewat sinyal yang dikirim

dari papan operasi Belt Conveyor.

Selama sensor logam belum mendeteksi adanya material logam yang terbawa pada

batu bara maka tegangan keluaran magnetic separator statis pada kisaran 55%.

Kemudian pada saat sensor logam menditeksi adanya logam yang terbawa pada batu bara

maka modul sensor akan mengirim sinyal sesaat ( pulse ) untuk mengaktifkan relay K.65,

pewaktu ( timer ) K.62 dan pewaktu ( timer ) K.63.

K.62 adalah pewaktu yang digunakan untuk menghitung jarak antara modul sensor

dan magnet listrik ( Coil ). Magnetic Separator K.62 digunakan untuk menghindari

terjadinya gangguan suhu yang berlebihan pada magnet ( Coil ). Pada saat waktu yang

diset pada K.62 terpenuhi maka magnetic separator akan menaikan tingkat

kemagnetannya dengan cara menaikan tegangan keluarannya menjadi 100%.

Lamanya waktu magnetic separator berada pada posisi puncak dapat diset pada

pewaktu K.63. Apabila waktu yang diset pada K.63 telah tercapai posisi tegangan

keluaran magnetic separator kembali kekisaran 55%

Proses diatas terus menerus berulang secara automatic selama belt conveyor

beroperasi / dijalankan.

Berikut ini merupakan flow chart cara kerja magnetic separator

TDK

START

B.C. ON ?

OUTPUT

55%

ADA LOGAM ?

K.52&K.53

ON

T K.62=0 T=T-1 OUT PUT

100%

T

K.63 = 0 T=T-1

MODE

OUT PUT

15 %

60 V

OUT PUT

SELECT

15 %

60 V

55 %

220 V

100 %

400 V

DRV

ON

TDK

YA

YA

TDK

YA

YA

TDK

R

L

Page 51: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

51

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar IV. 1. Flow Chart Diagram Magnetic Separator

Kita ketahui bersama bahwa output 15% 60V pada magnetic separator hanya untuk

keadaan stand by. Hal ini terbukti pada flow chart diagram, bermula dari out put 15%

60V jika tidak maka belt conveyor tidak berjalan dan dikembalikan pada mode. Kemudian

mulai dari mode dilanjutkan ke output select. Ketika output select menaikan tegangan

sebasar 55% 220V maka keadaan Drive ON dilanjutkan oleh belt conveyor ON. Di sinilah

sensor logam beroperasi, jika tidak ada logam maka peroses dikembalikan dalam keadaan

START. Jika ada maka Coil ( magnet listrik ) dalam keadaan ON hal ini telah diatur oleh

Program Logic Control. Dan keadaan Coil ( K.52 ) beroperasi pada T=0 yaitu waktu 0

sekon. Jika tidak, T=T-1 dan kembali pada peroses K.52 & K.53 ON. Jika YA (

ada logam ) maka Coil ( K.53 ) beroperasi 100% 400V dan kembali pada keadaan START.

Jika tidak kembali pada peroses OUTPUT 100%. Begitulah peroses kerja magnet

separator secara berkesinambungan dan terus menerus.

Hasil pengukuran Magnetic Separator (M03/04) ketika output 55% - 100% pada

motor drive MS03/04 berdasarkan pada tegangan magnet listrik ( coil ) 60V dan arus

magnet listrik ( coil ) 10A yang berada di control board dapat digunakan sebagai

pembanding jika terjadi gangguan ( trouble shoot )

Di dalam control board kita dapat memonitor sinyal gangguan. Berikut ini adalah

gambar tampak depan dari control board yang berada di junction house B untuk MS03/04.

Seperti kasus ketika kontaktor bermasalah. Indikasinya kontaktor yang rusak

berdengung dikarenakan kerusakan pada Coil ( K.52 & K.53 ). Setelah kontaktor

dibersihkan ( maintenance ) maka kontaktor kembali beroperasi normal. Lampu indikator

pada –H91 menyala.

V A

2300

1450

100

1100

S57

-H96 -H95 -H94 -H93 -H91

-P34 -P32

-H91 = KONTAKTOR

UTAMA ON

-H93 = TEMPERATUR

-H94 = GANGGUAN

PADA OVERBELT

-H95 = GANGGUAN

KIPAS

-H96 = GANGGUAN

METAL DITEKTOR

Page 52: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

52

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar IV. 2. Control Board MS03/04

IV. 3. Teori Dasar

Magnetic Separation adalah adalah suatu cara pemisahan mineral atau bijih yang

mendasarkan pada sifat kemagnetannya. Hal ini dapat dilakukan karena bijih yang

terdapat di alam mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda - beda antara bijih yang satu

dengan yang lain. Ada yang sifat kemagnetannya tinggi (ferromagnetic), lemah

(paramagnetic) dan non magnetic (diamagnetic).

1. Diamagnetic

Merupakan sifat mineral yang ditolak sepanjang garis gaya magnet, jika mineral

tersebut dalam medan magnet. Hal ini disebabkan karena mineral tersebut sukar

menyesuaikan medan magnet sekitarnya, karena sifat kemagnetanya berubah-ubah.

Contoh bijih antara lain ; garnet, pyrit, kuarsa, kalsit, cassiterite (non magnetic)

2. Paramagnetic

Merupakan sifat mineral yang tertarik sepanjang garis gaya magnet, jika mineral

tersebut berada dalam medan magnet. Hal ini disebabkan karena sifat kemagnetannya

mudah menyesuaikan dengan keadaan medan magnet sekitarnya.Contoh bijih antara lain :

siderit, hematit, pyrhotit, limonit (weakly magnetic)

3. Ferromagnetic

Sama dengan paramagnetic hanya saja lebih kuat bila dibandingkan dengan

paramagnetic.

Contoh bijih antara lain : magnetit, ilmenit, franklinite (strongly magnetic).

Medan magnet suatu magnet merupakan suatu ruangan yang mengitari magnet yang

masih dipengaruhi oleh magnet itu sendiri. Medan magnet digambarkan oleh garis gaya

magnet, sedangkan besarnya gaya tarik menarik maupun gaya tolak menolak yang

ditimbulkan oleh kutub-kutubnya, menurut hukum coulomb sebesar :

dimana :

F = gaya tolak menolak atau gaya tarik menarik

m1,2 = kekuatan kedua kutub magnet

d = jarak antara kedua kutub

= magnetic permeability

Apabila suatu mineral diletakkan dalam medan magnet (H), maka benda tersebut

akan menjalani induksi magnet (B) sebesar :

B = H + M

Dimana M adalah magnetisasi suatu bahan yang dinyatakan dalam Tesla( besarnya

dalam ruang hampa = 0).

Suatu medan magnet dapat dinyatakan dalam Magetic Flux Density dengan satuan

tesla, dimana dan 1 tesla = 104 gauss.Perbandingan antara magnetisasi suatu bahan (M)

dengan intensitas medan magnet (H) disebut Manetic Susceptibility (K).Mineral magnetik

dapat tertarik oleh salah satu kutub magnet yang bekerja pada mineral tersebut. Gaya

magnet tersebut tergantung dari besarnya intensitas medan magnet dan gradient medan

magnetnya. Untuk membangkitkan intensitas medan magnet dan gradien medan magnet

dalam alat magnetic separator digunakan berbagai macam cara.

Gaya-gaya yang bekerja dalam magnetic separator adalah :

gaya magnet

Page 53: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

53

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

gaya hambatan yang terdiri dari gaya gravitasi, gaya hambatan hidrodinamis, gaya,

gesek,gaya momen/gaya sentrifugal.

IV. 3. 1. Mekanisme Pemisahan

Ada beberapa macam mekanisme pemisahan dengan mengunakan magnetic separator,

yaitu :

1. Horisontal

Pada sistem ini letak kutub magnet dibuat mendatar, sedang umpan dijatuhkan melalui

garis-garis gaya medan magnet yang posisinya horisontal. Maka mineral yang bersifat

magnetik akan tertarik kearah kutub positif (yang dibuat runcing agar lebih memusat

dan kuat), sedangkan mineral non magnetik akan jatuh lurus ke bawah.

2. Vertikal

Pemisahan secara vertikal maka kutub magnet juga diposisikan vertikal, dimana kutub

positif terletak di atas, sedangkan yang negatif terletak di bawah. Di antara kedua

kutub tersebut diletakkan dua buah belt conveyor yang saling bersilangan.

Umpan diletakkan pada belt bagian bawah, ketika melalui medan magnet akan terjadi

pemisahan antara mineral magnetik dan non magnetik. Mineral magnetik akan menuju

belt conveyor atas dan setelah keluar dari pengaruh medan magnet akan dilepas dan

ditampung dalam bak mineral magnetik. Sedangkan mineral non magnetik akan ikut

terus dengan belt conveyor bawah dan ditampung dalam bak mineral non magnetik.

3. Drum Magnetic Pemisahan cara ini digunakan untuk material yang mempunyai sifat kemagnetan

tinggi.

Ada beberapa tipe pemisahan, diantaranya :

Belt conveyor dengan pulley yang diberi magnet, sehingga apabila ada

material yang mengandung magnet akan tertarik kearah pulley (menempel

pada belt conveyor) dan akan terlepas setelah pengaruh kemagnetan tidak ada.

Sedangkan mineral non magnetik akan terlempar dari belt conveyor karena

gaya sentrifugal dan ditampung sebagai mineral non magnetik.

Suatu drom yang diputar pada porosnya biasanya terbuat dari alumunium,

bagian dalamnya dipasang medan magnet tetap menyudut 120o. Magnet ini

tidak ikut berputar, maka antara mineral magnetik dan non magnetik dapat

dipisahkan.

4. Roll Induksi

Suatu roll yang berputar terletak antara dua kutub positif dan negative dari primary

electromagnet, sehingga roll tersebut dipengaruh ioleh medan magnet. Apabila

dimasukkan mineral diantara roll dengan kutub positif maka mineral magnetic akan

dapat dipisahkan dengan non magnetic.

IV. 3.2. Type Magnetic Separator

Secara umum magnetic separator dibedakan menjadi dua tipe, yaitu :

1. Primary Magnet Type

Dalam Primary Magnet Type ini magnet yang digunakan adalah magnet

langsung yang dipasang pada alat tersebut. Yang termasuk dalam jenis ini adalah

:

a. Magnetic Pulleys

Page 54: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

54

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Mineral non magnetic akan terjatuh karena tidak tertarik oleh magnet pada

separator dan karena gaya gravitasinya sendiri. Sementara mineral magnetic

akan terus menempel pada belt conveyor sampai pada suatu titik saat gaya

magnet sudah tidak menjangkau lagi dan akhirnya akan jatuh ditempat yang

sudah tersedia.

b. Drum Type Magnetic Separator

Alat ini dipergunakan untuk mineral yang mempunyai sifat kemagnetan yang

kuat. Terdiri dari drum yang pada bagian dalamnya ditempatkan magnet tetap

(stasioner), luas magnet pada drum ini lebih kurang sepertiga bagian dari

kelilingnya. Material yang menempel adalah yang bersifat magnetik kuat dan

yang non magnetik akan jatuh karena gaya gravitasinya. Drum yang digunakan

tidak hanya satu saja, jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Drum-drum

tersebut diberi magnet drngan kekuatan yang tidak sama besar, dari yang

kekuatan besar terus mengecil. Hal ini dimaksudkan agar material yang

tertarik benar-benar mineral magnetic. Alat yang termasuk drum type adalah

Ball Norton Drum Separator

c. Belt Magnetic Separator

Alat ini dipergunakan untuk material yang gaya kemagnetanya lemah dengan

proses kering sedangkan yang gaya kemagnetannya kuat dengan proses basah.

Contoh dari alat ini adalah Wetherill Rowans Cross-Belt.

2. Secondary/Induksi Magnet Type

Alat ini terdiridari kumparan kawat (coil) yang diberi arus listrik sehingga

menimbulkan gaya-gaya magnet, yang selanjutnya menimbulkan juga medan

magnett. Medan magnet ini yang menginduksi rotor sehingga rotor tersebut

bersifat magnetik. Alat ini digolongkan dalam induksi magnet

separator/secondary magnet separator type.

Contohnya Dings Incuded-roll Separator.

Syarat yang harus dipenuhi pada Magnetic Separator adalah :

Alat harus menimbulkan medan magnet yang mengumpul (konvergen) sehingga

kekuatan positif (+) besar.

1. Intensitas medan magnet harus dapat siatur dengan mudah.

2. Material umpan dalam medan magnet harus merata.

3. Ada peralatan yang dapat memisahkan mineral magnetik dan non

magnetik.

4. Kecepatan bergerak material dalam medan magnet harus dapat

dikendalikan.

Terdapat alat penampung middling

5. Peralatan tidak banyak bergerak karena dapat mempengaruhi medan

magnet.

Hal terpenting dalam pemisahan adalah partikel harus terliberasi sempurna dan

celah antara magnet dengan material tidak boleh terlalu jauh karena mempangaruhi gaya

tarik magnet dan gaya gesek.

Kapasitas magnetic separator tergantung pada ukuran butir, kekuatan magnet.

kecepatan feeding dan kecepatan putar rotor. Kemiringan dari kurva magnetisasi

merupakan magnetic susceptibility : magnetic susceptibility bernilai positif dan berupa

Page 55: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

55

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

garis lurus, konstan negative untuk diamagnetic ( atau hampir lurus ) dan bervariasi untuk

ferromagnetic tergantung pada medan magnet dan induksi magnet.

Apabila material ferromagnet berada dalam medan magnet, maka momen dipole dari

material ferromagnet akan berubah apabila telah mencapai taraf jenuh magnet. Apabila

medan magnet tersebut dipindahkan, maka momen dipole magnet akan berkurang akan

tetapi tidak mencapai nol.

Seperti proses induksi magnet yang dikenakan pada sekumparan kawat yang

prosesnya merupakan proses tidak reversible. Proses ini disebut dengan akan berubah

apabila telah mencapai taraf jenuh magnet. Apabila medan magnet tersebut dipindahkan,

maka momen dipole magnet akan berkurang akan tetapi tidak mencapai nol. Seperti

proses induksi magnet yang dikenakan pada sekumparan kawat yang prosesnya

merupakan proses tidak reversible. Proses ini disebut dengan hysteresis. Sebelum

membahas peralatan yang digunakan pada percobaan ini maka terlebih dahulu akan

dibahas mengenai gaya magnetic dan perumusan matematisnya.

Gaya-Gaya yang Bekerja Pada Pemisahan Magnetik (Magnetik Separation)

a. Gaya Magnetik

Gaya magnetik pada partikel kecil dalam percobaan tekadang sulit untuk dianalisis.

Fenomena ini dapat dibayangkan sebagai titik dipole magnet dikelilingi oleh massa

partikel.

( momen magnet dari partikel dengan volume V)

Induksi magnet pada pusat massa partikel. Dimana magnetisasi adalah suseptibilitas

dari magnet dan medium (dilambangkan dengan subscript m ).

Dari persamaan ini, gaya magnetic dari suatu partikel bergantung dari kuat medan

magnet yang diberikan dan gradien medan magnet yang diinduksikan. Kuat medan

magnet dan besarnya gradient induksi ini dapat diaplikasikan dalam partikel di semua

alat pemisahan magnetic, dan menghasilkan berbagai variasi nilai dan geometri. Bentuk

matrik medan magnet dapat berbagai macam seperti bentuk sphere dan silinder.

b. Competing Force ( Gravitasi, Sentrifugal, Friksi ( Gaya Inersia ) )

( = densitas medium fluida yang digunakan )

( g = percepatan graviasi )

Dalam aliran laminar, gaya gesek partikel dengan fluida (hydrodynamic drag force)

sesuai dengan Hukum Stoke :

( = kecepatan dari partikel relative terhadap fluida, = viskositas dari medium ( fluida ) )

Gaya gravitasi seperti terlihat di atas bergantung kepada pangkat 3 diameter, dan

gaya gesek partikel bergantung pada pangkat 1 diameter partikel. Untuk alat pemisah

kering ( dry magnetic separator ) yang memisahkan partikel relative besar, maka gaya

magnetic harus cukup untuk menahan partikel terhadap competing force gravitasi.

Dalam pemisah basah ( wet magnetic separator ) dari partikel kecil, gaya magnetic

harus lebh besar dari gaya gesek partikel.

Electrostatic Separator

Mekanisme elektrostatik separator menyaratkan ada tiga tahap yang harus dilalui yaitu

proses charging dari partikel, pemisahan yang terjadi pada permukaan tanah, dan

pemisahan partikel melalui lubang sempit.

Mekanisme pengeluaran partikel :

1. Mengontakkan partikel yang berbeda

Ketika permukaan dari dua pertikel yang berbeda didekatkan dan disentuhkan dan

kemudian dipisahkan, partikel yang satu menjadi positif dan yang lainnya menjadi

Page 56: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

56

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

negative. Daerah kontak antara partikel ini cukup kecil, oleh karena itu untuk

membangun daerah charge partikel yang akan dipisahkan, proses charge

( pengisian muatan ) memerlukan kontak beberapa kali. Hal ini terutama terjadi

apabila ada pergerakan bulk, apabila partikel memiliki sifat isolator maka densitas

dari permukaan charge dapat menjadi basis bagi proses konsentrasi. Teori

mengenai mekanisme ini sangatlah komplek, akan tetapi proses perpindahan muatan

ini terjadi karena transfer electron, meskipun pada beberapa system hal ini terjadi

karena adanya perpindahan ion.

2. Charging Oleh Ion Bombardment

Ion atau electron bombardment melalui udara adalah lebih kurang seperti proses

konduktivitas listrik melaui media udara. Gas berbeda dari liquid dan padatan

dalam hal proses menghantarkan listrik. Logam, baik itu berada dalam fasa liquid

dan padatan, seperti logam oksida dan silikat, dan didalam larutan aqueous, muatan

listrik dihantarkan oleh ion. Akan tetapi dalam gas terutama dalam kondisi netral,

molekul gas yang terpisah bertindak sebagai material insulator baik.

3. Charging oleh Induksi

Apabila partikel ditempatkan dalam konduktor yang digroundkan dalam keberadaan

medan listrik, partikel secara cepat akan membentuk permukaan pengisian muatan

oleh induksi. Baik konduktor maupun non konduktor terpolarisasi, akan tetapi

partikel konduktor memiliki permukaan equipotensial melalui kontak dengan

konduktor yang digroundkan. Partikel non konduktor akan tetap terpolarisasi.

PLTU Suralaya dalam hal ini memilih untuk menggunakan type magnetic separator

jenis suspended magnet. Berikut ini uraian dan teori dasar dari suspended magnet.

Suspended magnet ini bisa dipasang pada banyak titik di sistem penanganan

material. Sebenarnya ada beberapa titik di atas belt conveyor, pada keluaran akhir dari

feed atau ayakan atau diatas chute. Dipilih lokasi di atas keluaran dari conveyor, di

pasang pada sudut tertentu. Pada titik ini, material berpindah ke permukaan magnet,

sehingga penghilangan tramp iron menjadi lebih mudah.

Suspended magnet separator tersedia dalam bentuk magnet circular atau

rectangular. Rectangular biasa digunakan karena mudah dibersihkan (self cleaning

design). Keduanya permanen dan juga tersedia dalam bentuk konstruksi electromagnet,

meskipun tipe permanent terbatas untuk aplikasi beban yang ringan. Beberapa suspended

magnet memiliki magnetic field yang dalam, dan ini dibutuhkan ketika beban di atas belt

melebihi batas dari magnetic pulley. Ukuran beban, kecepatan belt, clerance yang

dibutuhkan di atas beban, ukuran, bentuk dan berat dari tramp iron akan menentukan

spesifikasi dari supended magnet yang dibutuhkan.

Suspended magnet rectangular dapat disesuaikan untuk keluaran tramp iron

secara kontinyu dengan menggerakkan belt secara berlawanan dengan permukaan, (

feature ini efektif bila tramp iron bentuknya panjang).

Page 57: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

57

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar IV. 3. suspended magnet

Keluaran otomatis dari suspended magnet dapat berwujud cross belt atau in-line .

Karena tramp iron harus ditarik / di ambil dari lokasi awal dan diputar 900 dari

pergerakan belt conveyor, magnet yang lebih besar dan kuat digunakan untuk pemasangan

cross belt. Dalam beberapa hal layout penangganan material atau lokasi operasi yang di

inginkan akan mengarahkan penggunaan dari cross belt magnet.

Untuk memilih suspended rectngular magnet separator, pertama menentukan

beban dengan menggunakan (a) persamaan 1, untuk flat instalasi dari head pulley atau

inline mounting :

De=(92 C / W V)*(100/K) (1)

De=(76 C / W V)*(100/K) (2)

dimana :

De = kedalaman beban, in

C = kapasitas, ton/hr

W = lebar belt, in

K = bulk density material, lb/ft3

Ketinggian suspensi 3-4 in lebih besar dari De (atau ukuran maksimal gumpalan

beban, jika itu lebih besar).

Selanjutnya, menentukan kekuatan magnet yang dibutuhkan berdasarkan tipe dan

ukuran tramp iron yang dipindahkan. Untuk ½

in- 1 in bola atau kubus, 1000-G field (di

ukur pada ketinggian suspensi) yang dibutuhkan, untuk tramp iron yang lebih besar dari 2

in, 500-800 G, untuk 1-2 in tramp iron 800-1000G.

Peralatan pabrikan semakin berkembang, untuk design tiap suspended magnet

separator, satu set kurva yang berhubungan dengan keluaran magnetic, jarak susupensi,

dan ukuran magnet. Menentukan ukuran dari magnet yang diinginkan sangat perlu untuk

memperoleh gauss reading pada ketinggian suspensi spesifik.

IV. 4. MCC Room & Junction House B (MS03/04)

Pada MCC room terdapat system, dimana untuk mengontrol beberapa Belt

Conveyor System, Auxiliary Fan dll dibutuhkan incoming voltage sebesar 380V yang telah

diturunkan oleh transformator dari vaoltage awal 6 kV untuk mengoperasikan Magnetic

Separator ( MS03/04 )dalam posisi lokal kontrol yang di terdapat di area Junction House

B.

Incoming 6 kV yang teralirkan pada line 1B dan 2A mengalir ke Breaker 6 kV St.

Board A dan B dalam keadaan Close pada Breaker 6 kV St. Board B dan Open pada

Breaker 6 kV St. Board A. Selanjutnya melintasi line Bus Tie 6 kV dalam keadaan Close.

Bus Tie sendiri berfungsi untuk penghubung arus tegangan sebagai switch antara panel A

dan B pada MCC room. Kemudian setelah tegangan 6 kV masuk pada line A dan B maka

mengalir ke Breaker 6 kV Transformator B dan A. Dilanjutkan oleh Transformator B dan

A untuk mengubah 6 kV menjadi 380V , kemudian sebelum masuk ke dalam system besar

tegangan melewati breaker 380V Incoming A dan B dalam keadaan Close. Selanjutnya

komponen – komponen penting seperti BC/BF dan MS dapat beroperasi.

Berikut ini adalah one line diagram POWER 6 kV pada Gambar IV. 4.

Page 58: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

58

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

One Line Diagram POWER 6 kV # 1 – 4 ( 05-03-03 )

K 20, L06, T03, F 03/06/09/11,

IS 04/06/06B/10/11B/12/12B, E07, FG01

MS 03/04/09/10/13/14, WS N 03/04/13/14,

F 03/05/07/13, IS 03/05/05B/09/11, E07, T 13

BC/BF 04

BC O6, BC 08

BC/BF 10 BC 14

CONTROL

BC/BF 12

BC/BF 01,

BC/BF 03

BC O5, BC 07

BC/BF 09

BC/BF 11

BC 13

CONTROL

( OPEN ) ( CLOSE )

( CLOSE )

( CLOSE ) ( CLOSE )

( CLOSE )

( CLOSE )

( OPEN )

Bus Tie 6 kV

Bus Coupler

380 V

Breaker 6 kV

Transformator B

Transformator B

6 kV / 380 V

Breaker 380V

Incoming B

Breaker 6 kV

St. Board B

Transformator A

6 kV / 380 V

Breaker 380 V

Incoming A

Breaker 6 kV

Transformator A

Incoming

2A

Incoming

1B

Breaker 6 kV

St. Board B

Inter Lock

Inter Lock

Page 59: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

59

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Gambar IV. 4. One Line Diagram 6 kV # 1 – 4

IV. 5. Sistem Work Order

Gambar IV. 5. Proses terbitnya suatu work order

Sistem work order dimulai dari operator di lapangan yang memberikan informasi

adanya suatu kebutuhan pemeliharaan kepada bagian maintenance. Selanjutnya teknisi

bagian maintenance akan turun ke lapangan untuk melihat permasalahan yang terjadi,

jika telah teridentifikasi bahwa terdapat suatu masalah maka teknisi kemudian melapor ke

bagian maintenance untuk meminta order. Jika disetujui mak teknisi akan kembali

kelapangan dengan status in progress. Jika permasalahan dapat diatasi dengan segera

maka setatus akan berubah menjadi wait for complete. Kemudian operator melakukan

pekerjaannya setelah selesai maka teknisi melakukan pengecekan hasil pekerjaan

operator, jika telah selesai dan sesuai maka setatusnya akan berubah menjadi complete

dan WO akan diubah statusnya menjadi aclose setelah disetujui oleh SPS maintenance.

Lain halnya jika saat terjadi masalah system harus terlebih dahulu dimatikan baru

kemudian masalah dapat diperbaiki, pada saat seperti itu status WO menjadi wait for

kondisi yang akan berubah menjadi in progress jika kondisi tertentu yang harus dipenuhi

telah tercapai. Jika kerusakan membutuhkan komponen yang tidak dimiliki oleh

perusahaan atau sedang habis, maka setatus akan menjadi wait for material dan akan

berubah hingga material yang dibutuhkan telah tersedia di bagian maintenance. Suatu

status wait for approval akan muncul jika pekerjaan yang dilakukan oleh operator setelah

dilakukan pengecekan oleh teknisi belum ok / belum tuntas / belum selesai sehingga proses

akan kembali seperti awalnya hingga status berubah menjadi complete.

IV. 6. Pemeliharaan Magnetic Separator

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan pekerjaan atau perawatan yang dilakukan

terhadap suatu peralatan instalasi dengan tujuan supaya peralatan atau instalasi tersebut

Maintenance START Lapangan Operato

r

Wait for

material

Wait for

condition

Close

Complete

In Progress Wait for

complete

Not Ok

Wait for

approval

Page 60: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

60

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

dapat dioperasikan secara maksimal, andal, efisien, aman, dan mencapai umur pakai ( life

time )yang direncanakan.

Tujuan pemeliharaan pada coal handling system dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu

sisi teknik dan sisi management.

Dari sisi teknik, tujuannya adalah untuk mencapai :

a. Keandalan peralatan coal handling system yang tinggi menuju penyediaan mutu

tenaga listrik yang baik.

b. Efisiensi dan daya mampu coal handling system untuk menjaga unit pembangkit

optimum.

c. Tingkat keamanan peralatan coal handling yang tinggi.

d. Peningkatan masa manfaat peralatan coal handling yang ekonomis untuk

menunjang unit pembangkit yang ekonomis

e. Mendapatkan kondisi siap pakai dari suatu peralatan atau instalasi.

f. Memperpanjang umur fungsional alat.

g. Menjaga keselamatan pekerja yang menggunakan alat.

h. Mempelajari kelemahan alat untuk disempurnakan.

Sementara dari sisi manajemen, tujuan penelitian adalah :

a. Mendapatkan program manajemen pemeliharaan yang memberikan waktu operasi

dan penggunaan secara maksimum dari fasilitas dengan biaya pemeliharaan

minimum, dan adanya perundangan yang tepat terhadap modal yang ditanamkan.

b. Mendapatkan cara menyimpulkan informasi mengenai biaya dan informasi lain

yang akan berguna dalam pengembangan teknik pemeliharaan.

c. Membuat kondisi kerja yang aman untuk bagian operasi dan tenaga kerja

pemeliharaan dengan melaksanakan dan menjaga standar pemeliharaan.

d. Meningkatkan keterampilan pengawas dan karyawan pemeliharaan dengan

melaksanakan pelatihan.

IV. 6. 1. Jenis dan Klasifikasi Maintenance

Pada pemeliharaan, terdapat tiga dasar dalam konsep maintenance yang terdiri

dari:

1. Membersihkan

Merupakan pekerjaan utama yang paling mendasar dalam maintenance,

dimana peralatan dibersihkan dari debu atau kotoran lain yang tidak perlu.

2. Memeriksa

Memeriksa bagian dari peralatan yang dianggap perlu dan dilakukan secara

teratur mengikuti suatu jadwal tertentu yang dibuat atas dasar pertimbangan yang

cukup mendalam, diantaranya :

Pengalaman

Sifat operasinya yang dapat menimbulkan kerusakan setelah unit instalasi

beroperasi dalam selang waktu tertentu.

Rekomendasi dari pabrik pembuat instalasi yang bersangkutan.

3. Memperbaiki

Merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki bila terjadi

kerusakan pada bagian unit sehingga unit tersebut dapat mencapai standar

semuala dengan usaha dan biaya yang wajar.

Pemeliharaan akan lancar dan terkendali dengan baik bila setiap tahapan

kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

Page 61: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

61

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Pekerjaan maintenance sendri dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pemeliharaan

terencana dan pemelliharaan tidak terencana. Dimana dari masing-masing jenis

pemeliharaan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti dapat dilihat

dari gambar dibawah ini

Gambar diagram jenis pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar IV. 2.

Gambar IV. 6. Diagram Jenis Pemeliharaan MCC & Junction House B

Preventive maintenance

Merupakan pekerjaan maintenance yang dilakukan secara berkesinambunngan

dengan tujuan untuk menemukan suatu tingkat keadaan yang menunjukan gejala

kerusakan sebelum alat itu mengalami kerusakan fatal

Keuntungan preventive maintenance yaitu :

Umur peralatan akan lebih panjang

Kerugian waktu produksi dapat diperkecil

Biaya perbaikan yang mahal dapat dikurangi

Namun pada preventive maintenance ini diperlukan penjadwalan secara rinci dan

tepat.

Corrective maintenance

Corrective maintennance tidak hanya berarti memperbaiki tetapi juga mempelajari

sebab-sebab terjadinya kerusakan serta cara-cara mengatasi dengan cepat, tepat

dan benar sehingga mencegah terjadinya kerusakan yang sama.

Keuntungan corrective maintenance diantaranya:

Pemelliharaan dilakukan secara menyeluruh sehingga kondisi peralatan

akan baik secara keseluruhan

Rencana pengadaan suku cadang dapat deprogram

Run and Break down maintenance

Run maintenance merupakan suatu pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan pada

waktu alat masih tetap dalam keadaan bekerja. Sedangkan breakdown

Pemeliharaan

Terencana Tidak Terencana

Corrective

Maintenance

Preventive

Maintenance

Breakdown

Maintenance

Darurat /

Khusus

Predictive Maintenance/ON Condition Maintenance

Periodic Maintenance Daily Maintenance

Page 62: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

62

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

maintenance merupakan pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan

perencanaan atas suatu fasilitas atau alat yang diduga mengalami kerusakan.

Dalam menganalisis suatu kerusakan atau maintenance analisator kita memerlukan

pedoman sebagai tolak ukur bagaimana kerusakan itu dapat terjadi dan berpengaruh

untuk bagian apa saja. Tanpa adanya pedoman itu sulit untuk menganalisis secara detail

dan tepat sasaran.

Berikut ini bentuk wiring diagram untuk MS03/04 agar mengnalisis bentuk

kerusakan yang terjadi pada Magnetic Separator dapat dilihat pada halaman lampiran

yang ada pada bagian akhir laporan ini.

Page 63: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

63

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

BAB V

PENUTUP

V. 1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil penulis dari Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

( PKL ) di PT. Indonesia Power UBP Suralaya :

1. Tipe tata letak pada PT. Indonesia Power UBP Suralaya adalah tata letak tipe

produk, Dimana mesin produksi disusun berdasarkan urutan proses produksi mulai

dari bahan baku sampai produk jadi.

2. pengadaan bahan baku atau material handling yang digunakan pada bagian Coal

Handling adalah alat berat, forklift, hand troly, dan troly.

3. Total Productive Maintenance yang diterapkan pada PT. Indonesia Power UBP

Suralaya khususnya pada bagian Coal Handling Unit alat berat yaitu : Preventive

Maintenance diantaranya pemeliharaan rutin dan periodik.

4. Wiring Diagram Magnetic Separator 03/04 sangat diperlukan guna menganalisis

segala bentuk gangguan baik pada Control Board dan komponen pendukung

lainnya.

5. PLTU Suralaya menggunakan jenis suspended magnet sebagai magnetic separator

di tiap Junction House B.

6. Magnetic Separation berkerja pada :

60V 15%

220V 55%

400V 100%

7. Data yang digunakan pada maintenance harian diambil dari data – data hasil

pengukuran sebelumnya.

8. Tren kerusakan yang sering terjadi adalah ada pada bagian proteksi baik itu

fuse/sikring maupun kontaktor.

Magnetic Separation merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk memisahkan

logam besi yang tercampur dengan batu bara pada saat penyaluran batu bara ke stock

area atau ke bunker.

Banyak sistem penanganan padatan dalam proses industri kimia (CPI)

menggunakan pemisahan secara magnetic untuk menghilangkan tramp iron (besi yang

tidak di inginkan) dari bahan baku dan tingkat lanjut. Ini penting untuk memproteksi

peralatan yang mahal, seperti untuk mengurangi resiko bahaya bahan besi penghubung

dan material yang dapat mengotori atau mengkontaminasi produk yang biasanya sering

dipakai seperti alat pemisah di sistem penanganan bahan baku, tapi peralatan ini juga

ditemukan di tempat lain dalam lapangan seperti untuk memisahkan partikel besi yang

halus dimasukkan pada penggilingan.

Page 64: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

64

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

Jenis pemeliharaan yang dilakukan pada alat ini antara lain :

1. Inspeksi yang dilakukan sebelum memulai operasi mesin

2. Pemeriksaan Harian

Dilakukan sebelum, sesudah dan selama operasi untuk menditeksi dan

mengoreksi masalah yang mungkin timbul.

3. Pemeriksaan rutin / Periodik ( bulanan atau tahunan )

Pemeriksaan ini dilakukan dengan lebih detail secara periodik. Jika dibutuhkan

dapat dilakukan pembongkaran untuk menditeksi kerusakan yang terjadi.

Interval pemeriksaan biasanya ditentukan tergantung kepada tipe mesin,

keadaan kerja, frekuensi penggunaan, dll .

4. Pemeriksaan setelah terjadi kerusakan atau bencana alam

Setelah terjadi bencana atau gangguan, mesin perlu diperiksa terlebih dahulu

sebelum dioperasikan

V. 2. Saran

Saran yang dapat diberikan penulis setelah melakukan kerja peraktek di PT.

Indonesia Power UBP suralaya adalah

1. Sebaiknya PT. INDONESIA POWER UBP SURALAYA sebagai penyelenggara

PKL baik bagi Mahasiswa, SMK, dan SMA sebelum masuk ke kawasan Unit 1 – 7

dilengkapi dengan pembekalan prosedur – perosedur bagaimana menjalankan

PKL. Mulai pemahaman aspek laporan KP, petunjuk penilaian laporan dll.

2. Sebaiknya waktu intensif terjun di lapangan terhitung 1 hari terhitung pada awal

masuk PKL.

3. Usahakan untuk anggaran dana transport PKL diadakan.

4. Pemeliharaan Magnetic Separator haruslah dilakukan dengan terencana dan

menyeluruh, dan dilakukan sesuai dengan prosedur - prosedur yang telah

ditetapkan sesuai dengan manual book dari pembuat mesin

5. Pengoperasian alat ini hendaknya dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada

dalam kapasitas yang diijinkan.

6. Hendaknya dilakukan perbaikan sesegera mungkin setelah dideteksi adanya

kerusakan atau gangguan dalam mesin.

7. sebaiknya ada standar manufaktur yang menjadi patokan data pemeliharaan

peralatan magnetic separator 03/04, tidak hanya berdasarkan data – data yang

diambil sebelumnya. Hal ini guna menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

8. sebaiknya cadangan suku cadang disediakan distock/simpan sebelum terjadi

kerusakan. Jadi tidak menimbulkan ketertundaan dalam kegiatan maintenance dan

menjaga keaslian dari system itu sendiri.

Page 65: Kerja Praktek UBP Suralaya

Achmad Makki ( 41406010014 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA

65

ISO 9001 : 2000 ISO 1400 : 2004 SMK 3

BAB VI

LAMPIRAN

Berikut ini merupakan lampiran wiring diagram mengenai magnetic separator

yang beroperasi di unit 1 – 4 mulai control board sampai dengan sistem penggerak

lainnya seperti motor drive, motor fan I & II.

Dan juga tabel jadwal preventive maintenance serta uraian pekerjaannya.