Kewirausahaan keripik balarea
-
Upload
rahel-lasmaria-simbolon -
Category
Business
-
view
24 -
download
0
Transcript of Kewirausahaan keripik balarea
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bisnis
Dewasa ini kebutuhan akan makanan yang bervariasi dan juga bernilai gizi
tinggi telah mengalami peningkatan. Potensi salah satu komoditas pangan yang patut
dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah umbi-umbian seperti singkong.
Selama ini, di daerah - daerah pedesaan, para petani hanya menjual singkong secara
langsung tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Sehingga harga jualnya
sangat rendah dan tidak bisa memberikan pendapatan lebih bagi para petani. Dengan
mengetahui pemanfaatan dan produk-produk apa saja yang dapat dihasilkan dari
singkong tentu akan mendorong dan memotivasi petani untuk memanfaatkan hasil
pertaniannya agar memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.
Manihot esculenta atau biasa disebut singkong merupakan salah satu umbi lokal
yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dan sangat cocok di jadikan
produksi yang beraneka ragam agar menghasilkan nilai tambah. Indonesia adalah
penghasil singkong ke-4 dunia setelah Nigeria, Thailand dan Brazil. Namun seiring
perubahan zaman, masyarakat menganggap singkong sebagai makanan yang kurang
berkelas. Banyak media massa menampilkan kondisi masyarakat yang mengonsumsi
singkong sebagai kondisi yang mengenaskan. Padahal, singkong diakui sebagai sumber
karbohidrat yang baik selain itu singkong juga mengandung vitamin, fosfor, zat besi,
dan protein.
Singkong dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan yang enak dan juga
bernilai gizi tinggi. Banyaknya produk olahan dari singkong menjadi alasan utama
mengapa singkong perlu dikembangkan dalam pengolahannya. Dipilihnya singkong
juga sangat tepat mengingat manfaat dan kegunaan singkong cukup luas, terutama untuk
industri makanan. Banyaknya manfaat dan kegunaan dari singkong memungkinkan
singkong lebih ditumbuhkembangkan di daerah - daerah sentra produksi singkong.
Berbagai jenis produk olahan langsung terdiri dari produk olahan kering (misalnya
keripik singkong dan kerupuk singkong) dan produk olahan semi basah (contohnya
tape, getuk dan makanan tradisional lainnya).
Dari berbagai jenis makanan tersebut keripik singkong merupakan produk yang
cocok untuk kalangan petani, selain proses pembuatannya yang cukup mudah, keripik
singkong merupakan makanan ringan yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Bahkan keripik singkong menjadi ikon makanan khas Indonesia
yang sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dengan
semakin banyaknya usaha kecil menengah yang memproduksi keripik singkong.
Apabila ditinjau dari aspek ekonomis usaha pembuatan keripik singkong mempunyai
prospek yang menggembirakan. Karena dengan harga yang sangat terjangkau konsumen
bisa menikmati keripik singkong yang renyah, gurih, dan nikmat. Seiring dengan
popularitas dan memasyarakatnya kripik singkong sebagai makanan ringan yang lezat
dan bernilai gizi tinggi, maka permintaan konsumen dan pasar terhadap kripik singkong
di berbagai daerah terus meningkat.
1.2 Alasan memilih produk ini untuk dijadikan bisnis
Alasan kami dalam memilih produk dari singkong untuk dijadikan usaha industri
makanan kami didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang sudah terlihat
dikalangan masyarakat yaitu jajanan keripik singkong merupakan makanan yang sudah
banyak dikenal orang dan banyak disukai oleh semua kalangan, dari anak kecil sampai
orang dewasa, dari kalangan rakyat kecil sampai kalangan kelas atas, namun keripik
singkong multirasa ini jarang ditemukan sehingga kami berinisiatif untuk membukanya
kembali.
Singkong atau cassava sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai bahan baku
untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah sebagai bahan baku makanan olahan.
Keripik singkong misalnya, panganan ini sudah lama menjadi makanan kecil atau
cemilan yang banyak disukai orang. Bahkan, keripik singkong sudah memasuki pasar
ekspor untuk dijadikan sebagai makanan ringan. Besarnya konsumsi masyarakat akan
makanan olahan berbasis singkong, baik di dalam maupun di luar negeri, mendorong
tumbuhnya wirausaha yang pada umumnya merupakan pengusaha kecil dan menengah.
Namun, tidak menutup kemungkinan munculnya usaha besar yang memproduksi
keripik singkong dengan berbagai cita rasa. Dalam kurun waktu belakangan ini, sejalan
dengan berkembangnya teknologi dan berkembangnya inovasi serta kreativitas
masyarakat pengusaha, singkong sudah dimanfaatkan untuk produk makanan olahan
lain. Sebut saja, cassava brownies tela, tela crezz better cassava dan cokro tela cake,
yang diproduksi oleh pengusaha muda asal Yogyakarta, Firmansyah.
Produk yang kami pilih yaitu Keripik Singkong Pedas Balarea, dimana keripik
singkong ini memiliki 3 tingkatan kepedasan yaitu Level S (Sedang), P (Pedas) dan SP
(Super Pedas), dengan berat bersih 60 gram. Keripik ini merupakan salah satu varian
keripik pedas yang sedang memboming di Indonesia, dan inilah alasan kami untuk
memilih bisnis keripik Balarea, selain dikarenakan rasa khas pedas yang dimiliki, dapat
dikatakan jenis keripik ini juga masih belum terlalu terkenal di daerah Sumatera
khususnya Sumatera Selatan.
BAB II
SEGMEN PASAR
2.1 Target Pasar
Yang menjadi target pasar dalam pemasaran Keripik Singkong Pedas Balarea
yakni kalangan mahasiswa di lingkungan kampus Universitas Sriwijaya. Selain
memasarkan di Kampus Universitas Sriwijaya, pemasaran juga dilakukan di lingkungan
tempat tinggal mahasiswa Universitas Sriwijaya, dimana sebagian besar target pasar
kami berindekos di Indralaya.
2.2 Pesaing
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwasannya produk Keripik
Singkong Pedas Balarea ini belum terlalu dikenal oleh masyarakat Sumatera khususnya
Sumatera Selatan dan sekitarnya. Hal ini tentunya menguntungkan kami sebagai pihak
reseller, karena belum ada pesaing yang menjual produk yang memiliki karakter yang
sama dengan Keripik Singkong Pedas Balare. Dengan tidak adanya pesaing dalam
bisnis ini, posisi bisnis Keripik Singkong Pedas Balarea ini menjadi lebih mendominasi,
dikarenakan produk ini cukup berbeda dibandingkan produk-produk lainnya yang
dipasarkan di Sumatera Selatan, khususnya Indralaya.
BAB III
OPERASIONAL
3.1 Lokasi
Adapun bisnis ini dijalankan di lingkungan Universitas Sriwijaya, baik itu di
lingkungan kampus saat pagi hingga siang hari maupun pada saat sore hingga malam
hari di lingkungan tempat tinggal Mahasiswa Universitas Sriwijaya di kawasan
Indralaya.
3.2 Tenaga Kerja
Dalam memasarkan produk Keripik Singkong Pedas Balarea, kami melibatkan
tiga tenaga kerja yaitu kami sendiri, dimana tiga tenaga kerja tersebut bekerja secara
terpencar. Saat sedang memasarkan produk di Kampus Universitas Sriwijaya, kami
memasarkan secara bersama-sama, namun saat target kami beralih kepada lingkungan
tempat tinggal para mahasiswa, kami bekerja secara terpencar, mengingat posisi kami
yang bertempat tinggal berbeda satu sama lainnya.
3.3 Bahan Baku
Dengan posisi kami sebagai reseller, kami tidak menggunakan bahan baku
dalam bisnis ini. Kami menerima produk jadi yang siap untuk dijual dari CV Saung
Karuhun Berkah, Bandung, Jawa Barat dan tugas kami ialah menjualnya kembali
dengan harga yang berbeda dari harga yang diberikan perusahaan tersebut kepada kami.
BAB IV
STRATEGI PEMASARAN
Kegiatan utama pemasaran merupakan suatu perangkat perusahaan yang terdiri
dari 4 variabel yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi atau biasa disebut dengan
istilah marketing mix (Bauran Pemasaran). Keempat variabel ini akan menentukan
tingkat keberhasilan pemasaran perusahaan yang bisa memberikan kepuasan terhadap
konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
1. Produk
Merupakan hasil dari kegiatan produksi perusahaan yang akan di jual
perusahaan atau barang yang dibeli perusahaan untuk dijual kembali kepada
konsumen akhir, agar barang atau jasa yang ditawarkan dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk disini bisa berupa apa saja (baik yang
berwujud fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
Dalam hal ini produk yang dijual berupa Keripik Singkong Pedas Balarea
dengan tingkat level yang berbeda, yakni level sedang, level pedas, dan level sangat
pedas dengan berat bersih sebesar 60 gram. Adapun komposisi dari produk ini
terdiri dari keripik singkong pilihan, daun jeruk, garam, cabai, minyak goreng,
rempah, dan bawang putih.
Produk dikemas dalam kemasan plastik dengan warna yang menarik dan
berbeda pada tiap level. Kemasan plastik berwarna oranye untuk level sedang,
warna merah jambu untuk level pedas, dan warna merah untuk level sangat pedas.
Produk juga mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia dan izin
Dinas Kesehatan P-IRT 215327201466. Adapun produk ini merupakan produk yang
dibeli dari CV Saung Karuhun Berkah selaku perusahaan yang memproduksi yang
berkedudukan di Bandung, Provinsi Jawa Barat, dimana kemudian produk dijual
kembali kepada konsumen akhir.
2. Harga
Keputusan tentang harga produk merupakan keputusan pemasaran yang
sangat penting karena sangat menentukan terhadap volume penjualan dan akhirnya
akan menentukan keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, bahkan akan
menentukan keberlansungan perusahaan dalam pasar. Selain itu harga juga
merupakan atribut yang akan menentukan jumlah permintaan konsumen, selain
atribut produk lainnya seperti kualitas, rasa, higienitas, halal, dan lain-lain.
Dalam hal ini, harga yang ditetapkan untuk satu bungkus Keripik Singkong
Pedas Balarea cukup terjangkau, dikarenakan yang menjadi target pasar ialah para
mahasiswa Universitas Sriwijaya yang notabene belum memiliki pendapatan. Harga
yang ditetapkan untuk satu bungkus Keripik Singkong Pedas Balarea ialah Rp
5500,00 dan jika konsumen membeli lebih dari satu bungkus, maka harga yang
dikenakan untuk setiap bungkusnya sebesar Rp 5000,00.
Kami tidak terlalu berupaya untuk mencari profit maksimum melalui
penetapan harga, karena sasaran lain yang ingin kami capai adalah
memaksimumkan penerimaan, memaksimumkan pertumbuhan penjualan,
memaksimumkan penguasaan pasar dan kepemimpinan produk.
3. Promosi
Menggambarkan berbagai macam cara yang ditempuh perusahaan dalam
rangka menjual produk ke konsumen. Dalam promosi terdapat beberapa kegiatan
yang dilakukan, pada umumnya ada empat kegiatan yang biasa dilakukan yaitu
periklanan, personal selling, promosi penjualan, dan publisitas.
Dapat dikatakan promosi yang kami lakukan cukup mudah, karena
sebelumnya pihak perusahahaan atau CV Saung Karuhun Berkah telah
mengiklankan produknya di dunia maya melalui website dan jejaring sosial seperti
Facebook dan Twitter. Selain itu keberhasilan CV tersebut dalam bisnis ini telah
ditampilkan dalam satu rubrik milik Koran Sindo beberapa waktu lalu. Hal inilah
yang pada akhirnya membuat kami lebih mudah dalam melakukan promosi di
wilayah baru di luar Pulau Jawa, khususnya Indralaya.
Selain itu kami juga melakukan promosi dengan cara personal selling yaitu
mempromosikan dengan tatap muka. Cara ini juga cukup mudah dilakukan, selain
karena adanya proses persuasi, produk yang ditawarkan juga menarik baik dari segi
harga, kemasan, dan cita rasa.
Cara lain yang kami tempuh ialah publisitas yaitu dengan mengirimkan
pesan (Short Messages Services) melalui Handphone kepada beberapa penerima
yang cukup dikenal dan mengirimkan pesan melalui Chat pada jejaring sosial
Facebook. Cara ini juga cukup mudah ditempuh karena secara langsung kami
mengetahui kuantitas produk yang akan dibeli dan kuantitas produk yang masih
harus dijual.
4. Tempat
Mengacu pada tempat produk tersebut dipasarkan dan bagaimana agar
konsumen dapat menjangkaunya. Dalam hal ini, kami menyalurkan produk Keripik
Singkong Pedas Balarea di lingkungan kampus Universitas Sriwijaya dan
lingkungan tempat tinggal Mahasiswa Universitas Sriwijaya, dimana sebagian besar
mahasiswa yang menjadi target pasar kami bertempat tinggal di Indralaya.
BAB V
ANALISIS FINANSIAL
Pemasaran Keripik Singkong Pedas Balarea ini dimulai dengan pembelian
produk dari CV Saung Karuhun Berkah, Bandung sebagai pelaku produksi Keripik
Singkong Pedas Balarea. Proses selanjutnya ialah melakukan penghitungan dan sortase
untuk melihat kondisi barang apakah terdapat kekurangan atau tidak. Setelah melakukan
penghitungan, produk mulai dipasarkan dengan membagi rata kesemua level kepedasan.
Tabel Biaya Operasional
Biaya Harga
Pembelian 120 pcs (1 pcs =60 gram) Rp 316.000,00
Pengiriman Bandung-Palembang Rp 86.000,00
Total Rp 402.000,00
Adapun pemasaran dilakukan selama 3 hari berturut-turut terhitung sejak tanggal 8 Juni
2013-11 Juni 2013, dengan harga jual sebesar Rp 5.500,00 per 1 pcs.
Total Pengeluaran = Biaya Operasional
= Rp 402.000,00
Pendapatan = Harga Jual x Total Produksi
= Rp 5500,00 x 120 pcs
= Rp 660.000,00
Keuntungan = Penerimaan – Total Pengeluaran
= Rp 660.000,00 – Rp 402.000,00
= Rp 258.000,00
Break Even Point (BEP) Produksi
BEP Produksi = Total Biaya/ Harga Satuan / Jumlah Hari
= Rp 402.000,00/Rp 5.500,00/3
= 24, 36 (24) pcs / hari
Artinya, titik balik modal akan tercapai bila volume penjualan produk Keripik
Singkong Pedas Balarea mencapai 24, 36 atau 24 pcs per hari.
BAB VI
PELAJARAN YANG DIPEROLEH
Banyak sekali pelajaran yang diperoleh dalam menjalankan bisnis Keripik
Singkong Pedas Balarea ini, dimana untuk menjalankannya sangat membutuhkan kerja
sama yang baik dalam tim, membutuhkan kesabaran dalam berwirausaha, seperti
banyaknya konsumen yang menawar dengan harga yang lebih rendah dari target. Selain
itu kami juga belajar untuk membuat analisis finansial, dimana BEP menjadi hal penting
yang harus kami perhatikan di waktu berikutnya guna mencapai titik balik modal dalam
waktu yang singkat. Selain itu, menjalankan bisnis ini juga melatih mental kami yang
sebelumnya cukup enggan untuk berwirausaha di tengah kondisi banyaknya pesaing,
hingga pada akhirnya kami terjun langsung dalam kegiatan berwirausaha ini dan
merasakan manfaatnya.
BAB VII
SARAN
Diharapkan kegiatan usaha seperti ini dapat dikembangkan atau dilanjutkan
kembali kedepannya, melihat kondisi pasar yang cukup baik dan respon masyarakat
khususnya mahasiswa yang ada di lingkungan Kampus Universitas Sriwijaya cukup
baik. Selain itu, diharapkan pemasaran produk dilakukan dalam volume yang lebih
besar, tentunya dengan didukung daya modal yang cukup untuk mengembangkannya.