kewirausahaan
-
Upload
lindri-rezekika -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of kewirausahaan
Nama : Lindri Rezekika B
NIM : 142406217
KOM : E
Tugas : Kewirausahaan
Usaha kerupuk yang dijalankan oleh bapak Alex Sinaga dimulai antara tahun 2008 atau 2009,
dimana modal pertama dari usaha ini berasal dari kedua orangtuanya. Selain itu bapak Alex
juga menuturkan bahwa sebenarnya usaha yang ia jalankan sekarang ini adalah usaha yang
sebelumnya merupakan milik kedua orangtuanya, ia tidak tahu kapan tepatnya orang tuanya
mulai melakukan usaha tersebut. Namun ia juga menuturkan bahwa, pada saat kedua
orangtuanya menjalankan usaha ini, mereka hanya memproduksinya dalam jumlah sedikit,
lalu mereka menitipkannya kebeberapa warung yang berada disekitar rumah mereka. Tidak
banyak warung yang mereka bisa titipkan pada saat itu karena jumlah produksi yang sedikit
tersebut.
Bagaimana bapak Alex bisa meneruskan apa yang dikerjakan oleh kedua
orangtuanya? Ia berkata bahwa, “Karena waktu itu saya tidak mendapatkan pekerjaan setelah
lulus dari sekolah menengah atas, lalu awalnya hanya membantu orangtua saja untuk
mengantar dan menitipkan pada warung-warung kecil yang berada di sekitar rumah.
Kemudian saat saya melewati beberapa warung yang berada sedikit jauh dari rumah, saya
melihat bahwa apa yang saya jual ke warung-warung disekitar rumah saya ternyata tidak ada
di warung lain. Saya berpikir kenapa tidak saya titipkan barang dagangan ini juga di warung-
warung tersebut”.
Kendala pertama yang dialaminya pada saat itu adalah, ia butuh modal yang lebih
besar untuk memproduksi dengan jumlah yang lebih besar agar ia dapat mendistribusikannya
ke warung-warung yang lain. Kemudian ia mencoba mengajukan pinjaman kesebuah
koperasi simpan pinjam, itulah modal bapak Alex yang kedua untuk membuat usaha yang
dijalankannya lebih besar dan mendapatkan hasil yang lebih banyak. Ia juga merekrut 3 orang
pekerja untuk membantunya karena kondisi orangtuanya yang sudah tidak muda lagi, mereka
diperlukan untuk membantu proses penggorengan dan pendistribusian ia sendiri yang
melakukannya.
Kendala kedua yang ia hadapi adalah kondisi kerupuk yang masih tersisa bekas-bekas
minyak setelah penggorengan yang menempel pada kerupuk opak tersebut yang membuat
kerupuk tersebut cepat alot. Kondisi tersebut membuat banyak kerupuk yang ia titipkan
sebelumnya pada warung-warung tersebut tidak habis bahkan hanya terjual beberapa bungkus
saja. Ia menuturkan bahwa cara penggorengan keupuk tersebut masih dilakukan secara
manual. Selain itu cara penirisan miyak yang masih melekat pada kerupuk tersebut pun masih
dilakukan secara manual juga dengan melapisi nampan dengan koran. Namun hal tersebut
tidak begitu efektif, karena masih saja terdapat minyak yang tertinggal pada kerupuk tersebut.
Kemudian ia mencoba meminjam modal kembali untuk membeli alat yang dapat meniriskan
minyak yang masih melekat pada kerupuk, ia pun berhasil mendapatkan pinjaman tersebut
dan membeli alat tersebut. Dengan harapan bahwa jika tidak terdapat minyak pada kerupuk
maupun pada kemasannya, kerupuk tersebut akan bertahan lebih lama dari sebelumnya. Dan
masih terdapat beberapa kendala yang kecil yang di hadapinya, tetapi ia terus berusaha untuk
memajukan produksinya tersebut.
Kemudian ia memutuskan untuk mengemas kerupuknya tersebut ke dalam bungkus
plastik, yang sebelumnya ia membuatnya ke dalam sebuah toples besar, dan memberi harga
per bungkusnya adalah 500 rupiah, dengan menargetkan anak-anak sebagai konsumennya.
Dengan harga yang terjangkau ia berharap akan banyak anak-anak maupun orang dewasa
yang akan membeli karena harganya yang terjangkau. Seperti usaha kerupuk rumahan ini,
kebanyakan orang pasti meremehkan karena harga jual yang tidak seberapa, bayangkan harga
jualkerupuk hanya 500 rupiah. Dengan harga jual yang sebegitu murahnya, belum dipotong
dengan biaya produksi dan lainnya paling pembuatnya hanya mendapatkan untung 100
rupiah saja atau bahkan kurang dari segitu. Jaman sekarang uang pecahan 100 rupiah saja
sudah jarang ditemui. Rata-rata kebanyakan orang pasti berpikir demikian.
Dari tahun ke tahun ia terus memperbaharui penggunaan alat produksi. Perubahan
alat-alat tersebut dilakukan karena adanya kemajuan teknologi dan perubahan tersebut
dilakukan karena adanya pertimbangan kualitas sumber daya manusia. Akan lebih efektif,
efisien dan optimal dalam memproduksi barang apabila menggunakan alat produksi yang
tidak membutuhkan tenaga kerja manusia dan dapat menghemat waktu serta dapat mengatasi
kendala-kendala yang mempengaruhi proses produksi.
Saat ini tenaga kerja yang terdapat pada usaha kerupuk ini sebanyak 10 orang, terdiri
dari 6 orang laki-laki dan 4 orang perempuan dengan berbagai tugas diantaranya : Tukang
molen, yang bertugas untuk mencampur bahan-bahan kerupuk dan mengaduk bahan di
pengadukan molen. Tukang puter dan ketel, yang bertugas untuk manjalankan alat pengaduk
kerupuk. Tukang cetak kerupuk, yang mempunyai tugas mencetak kerupuk, memotong
kerupuk sesuai dengan ukuran yang ditentukan, dan menata kerupuk di atas tempat anyaman
bambu untuk di oven. Tukang masak, pengemasan, dan lain-lain.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kerupuk ini adalah tepung tapioka,
tepung terigu, tepung gaplek, bawang putih, penyedap rasa, air, garam. Biaya operasional
produksi kurang lebih Rp3.000.000, ini sudah termasuk gaji karyawan, gaji pemilik
perusahaan, bahan baku, dll. Jadi keuntungan bersih yang di peroleh adalah sekitar
Rp700.000 setiap ia memproduksi kerupuk tersebut. Produksi yang dilakukan olehnya adalah
4 hari sekali.
Kesimpulannya adalah dalam mendirikan suatu usaha tidak segampang membalikkan
telapak tangan, diperlukan usaha dan konsistensi dalam menjalakan usaha tersebut. Misalnya
yang dilakukan oleh bapak Alex, yang selalu berusaha dan konsisten terus untuk menjalakan
usaha yang telah dirintisnya tersebut. Sehingga yang dicita-citakan akan dengan mudah
didapatkannya. Suatu pekerjaan yang dimulai dari bawah dan dilakukan dengan tekun dan
ulet akan membuahkan keberhasilan dan kesuksesan.
Saran yang dapat saya berikan untuk usaha kerupuk ini diharapkan dapat menjaga
kualitas produk agar minat masyarakat tidak menurun. Sebaiknya pengepakan dilakukan
secara praktis, misalnya dengan meletakan kemasan di dalam kardus sehingga dapat
mengurangi kerusakan pada hasil produksi yang dikirim ke pelanggan. Dan selain itu
sebaikanya menambah variasi atau jenis kerupuk yang diproduksi, agar pilihan kerupuk
semakin bervriasi dan konsumen/pelanggan bertambah.