KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

237
KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM MENGAWASI TUGAS JABATAN NOTARIS DI DAERAH KABUPATEN SERANG BERDASARKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam memperoleh gelar (S1) Sarjana Hukum di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Disusun Oleh : Nama : Nurul Wakhida NIM : 1111141785 Konsentrasi : Hukum Administrasi Negara FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2018

Transcript of KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Page 1: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM

MENGAWASI TUGAS JABATAN NOTARIS DI DAERAH KABUPATEN

SERANG BERDASARKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR

30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam memperoleh gelar

(S1) Sarjana Hukum di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Disusun Oleh :

Nama : Nurul Wakhida

NIM : 1111141785

Konsentrasi : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2018

Page 2: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Wakhida

NIM : 1111141785

Program Studi : Ilmu Hukum

JudulSkripsi : KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH

DALAM MENGAWASI TUGAS JABATAN NOTARIS DI

DAERAH KABUPATEN SERANG BERDASARKAN

KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN

2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya dan hasil penelitian saya sendiri,

saya tidak menyalin atau meniru pemikiran atau hasil penelitian dari penulis lain

kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya. Saya bersedia

mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi jika ternyata dikemudian hari

pernyataan ini tidak benar. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan

sadar, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun.

Serang, 06 Juli 2018

Yang membuat pernyataan

NURUL WAKHIDA

Page 3: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

LEMBAR PERSETUJUAN

KEWENAI\GAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAMMENGAWASI TUGAS JABATAII NOTARIS DI DAERAH KABUPATEN

SERANG BERDASARKAN KETENTUAN UNDAIIG.UNI}ANG NOMOR

30 TAHUN 2OO4 TENTAIIG JABATAIT NOTARIS

SKRIPSI

"Disetujui untuk Diajukan pada Ujian Skripsi Program Studi Sl Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa"

Pembimbing I ,"*rru

NrP. l 976 r 2t 12001 122001

Koordinator Prodi S1

NIP. 1 976 I 21 12001122001

H.E. RakhmatJazuti. S.H.. M.H.

NrP. r 9610 426200012101

Ketua Bidang HAN

Mengetahui,

Dr. H. M.Fasyehudin.S.H.. M.H.

NIP. I 9621 2092A0U12 I 001

Wakil Dekan Bidang Akademik

LRidwan. S.H.. M.H.NrP. 1 97204A320A6A4rcA2

sum

Page 4: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

LETYIBAR PENGESAIIAN

KEWENANGAI\ MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAMMENGAWASI TUGAS JABATAII{ FIOTARIS DI DAf,R,ATI KABUPATEI{SERANG BERDASARKAN KETENTUAN UNDANG.UNDANG NOMOR

30 TAHUN 2OO4 TENTANG JABATAN NOTARIS

"Dipertahankan Dihadapan Tim Penelaah Sidang Ujian Skripsi Program Studi S1

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa"

Tim Penelaah Sidang

1. Penelaah IDr. H. Moch" Fasyehhudin. SH."MH.

NrP. 1963 r2fr92ia1l2r 00I

Serang, Juli 2018

Tanda Tangan

V...nu.rl--n

2. Penelaah IIRila Kusumaninesih. SH..MH.

NIP. 1 980022420 I 4042001

Penelaah IIINurikah. SH..MH.

NIP. l 9761211001 1 22001

Penelaah IVH. E. Rakhmat Jazuli. SH..MH.

NrP. 1 961 04260AA121041

J.

4. rllMengetahui,

Ketua Bidang HAN

!v{

Dr. H. Moch. Fasyehhudin, SH..MH.

NrP. 1963 1 2092001121 001

Wakil Dekan Bidang Akademik

%Ridwan. SH..MH.

NrP. 197204$2A060410

ilt

:ah. Sdf*M.H.19761211001 122001

Page 5: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

iv

MOTTO

“Live as if you were to die tomorrow, and learn as if you were to live forever”

(Mahatma Gandhi)

“Ilmu yang tidak disertakan dengan amal itu namanya gila, dan amal yang tidak

disertakan ilmu itu adalah sia-sia”

(Imam Ghazali)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta saya yaitu Bapak Masfukha (Alm) dan Ibu Sukenah

Seluruh kakak dan teteh kandung tercinta

Sahabat-sahabat saya

Orang-orang yang saya sayangi serta yang menyayangi saya

Dan

Almamater tercinta Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Page 6: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

v

ABSTRAK

KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM

MENGAWASI TUGAS JABATAN NOTARIS DI DAERAH KABUPATEN

SERANG BERDASARKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR

30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

Nurul Wakhida

1111141785

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya pemikiran terkait

permasalahan mengenai pelaksanaan tugas jabatan Notaris baik dalam pembuatan

akta otentik maupun wewenang lain. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris menyebutkan bahwa Majelis Pengawas Daerah (MPD)

diberikan kewenangan pengawasan dan pembinaan terhadap tugas jabatan

Notaris. Dengan adanya pelanggaran terhadap Jabatan Notaris menunjukan bahwa

pengawasan yang dilaksanakan belum efektif. Maka penulis tertarik untuk

mengkaji tentang bagaimana kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam

pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris di Daerah Kabupaten Serang

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris dan dalam penanganan kasus pelanggaran terhadap tugas Jabatan Notaris.

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis

empiris dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data penelitian berasal

dari data primer yaitu melakukan wawancara dengan MPD Kabupaten Serang dan

Kota Cilegon, Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan

Notaris Kabupaten Serang, serta data sekunder yang memuat bahan hukum primer

seperti undang-undang dan bahan hukum sekunder seperti buku-buku yang terkait

dengan penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah metode yuridis

kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian kewenangan MPD Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon dalam melakukan pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris belum

maksimal dikarenakan rasio Notaris dengan anggota MPD tidak sebanding, belum

ada keseragaman sistem manajemen pengawasan, kapasitas MPD terbatas dalam

pengawasan. Bentuk pengawasan yang dilakukan MPD yaitu dengan upaya

preventif dalam bentuk pengawasan serta pembinaan secara langsung terhadap

Notaris dan upaya represif dengan bentuk penindakan terhadap Notaris yang patut

diduga melakukan pelanggaran tugas jabatan Notaris melalui rekomendasi laporan

kepada Majelis Pengawas Wilayah (MPW).

Kata Kunci : Pengawasan, Tugas Jabatan Notaris, Majelis Pengawas Daerah

(MPD) Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.

Page 7: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobbil‘alamin rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT Tuhan semesta alam karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kewenangan Majelis Pengawas Daerah

dalam Mengawasi Tugas Jabatan Notaris di Daerah Kabupaten Serang

Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris”

Skripsi ini dapat terselesaikan dan tentunya tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka dari

itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr, H. Soleh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa;

2. Bapak Dr. Aan Aspianto, S.Si., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

3. Bapak Ridwan, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Bapak Rully Syahrul Mucharam, S.H., M.H. Wakil Dekan II Bidang

Keuangan Fakutas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtasa;

5. Bapak Pipih Ludia Karsa, S.H., M.H., Wakil Dekan II Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

6. Bapak Aceng Nawawi. S.H, M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik

saya yang telah selalu berbaik hati dengan memberikan nasehat serta

Page 8: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

vii

bimbingan dari awal masuk kuliah hingga saat proses penyeselesaian

skripsi ini;

7. Ibu Nurikah, S.H., M.H. selaku Ketua Program Studi S-1 Fakultas Hukum

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus Dosen Pembimbing I yang

telah berbaik hati dan selalu bersedia meluangan waktu disela-sela

kesibukan beliau untuk membimbing, membantu mengarahkan, dan

memberikan segala masukan yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini mulai

dari awal hingga akhir penyusunan;

8. Bapak Dr. H. Mohamad Fasyehudin, S.H., M.H. selaku Ketua Bidang

Hukum Administrasi Negara sekaligus dosen penelaah penulis saat

seminar proposal dan sidang tugas akhir;

9. Bapak H.E. Rakhmat Jazuli, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang

telah menyempatkan waktu di sela-sela kesibukan beliau untuk

membimbing, memberikan petunjuk, dan saran untuk penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

10. Alm. Bapak Iwan Kurniawan, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing

skripsi II penulis. Terimakasih karena sebelumnya dalam segala keadaan

telah berkenan membantu lancarnya perjalanan skripsi ini dengan

bijaksana. Semoga segala bantuan dan motivasi yang almarhum berikan

kepada penulis menjadi ladang amal dan pahala yang dapat

menghantarkan almarhum ke Surga Allah SWT (Aamiin);

11. Ibu Ikomatussuniah S.H., M.H. selaku dosen yang sebelumnya menjadi

pembimbing skripsi II penulis. Terimakasih atas ilmu pengetahuan

Page 9: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

viii

mengenai kerapihan penulisan skripsi yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga studi beliau ke luar negeri dimudahkan dan diberi kelancaran.

(Aamiin);

12. Ibu Rila Kusumaningsih, S.H., M.H. selaku dosen penelaah penulis saat

seminar proposal dan sidang tugas akhir;

13. Ibu Ina Nurhayati, S. Pd., M. Pd. selaku Staf Fakultas Hukum yang telah

memberikan banyak bantuan kepada penulis dalam hal administrasi

maupun penyediaan berkas yang diperlukan untuk syarat penyusunan

skripsi, persiapan seminar proposal hingga sidang tugas akhir;

14. Semua dosen dan Staf Prodi Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa yang telah membantu dan membekali penulis dengan ilmu

pengetahuan selama perkuliahan;

15. Orangtua penulis, khususnya ibu terhebatku yang sampai detik ini masih

mendampingi penulis dalam segala keadaan, memberikan dukungan,

mentransfusikan ketangguhan, ketabahan, kesabaran serta yang tiada henti

memanjatkan doa-doa yang mustajab bagi penulis disetiap sujud dan

sepertiga malamnya dengan cinta dan kasih yang tulus. Dan almarhum

mama (bapak terhebatku) yang semasa hidupnya telah sangat banyak

berkorban untuk menghidupi keluarga, mendidik penulis agar menjadi

pribadi yang baik, memahami agama agar selalu menempatkan Allah di

dalam hati, mentransfusikan ketangguhan, kekuatan, mengajarkan

keberanian, cinta, kasih sayang dan yang sangat memotivasi putra dan

putrinya untuk terus menomorsatukan pendidikan dalam keadaan apapun.

Page 10: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

ix

Rasa syukur pada Allah atas nikmat ini dan terimakasih yang tak terhingga

pada kedua orang tua terhebatku atas segala doa, usaha, pengorbanan, dan

kasih sayang yang tak pernah usai;

16. Keluarga besar tercinta yaitu kak Kalimudin, Teh Iim, Teh Umi Salamah,

Kak Badrul Qoror, Teh Suhanah, S.Pd., Kak Fahrurozi, Ayu Marlini, Kak

Fatullah, Teh Nina, S.Pd., Teh Masliyati, Kak Syahrial, Teh Kurrota’aini,

Teh Khairunnisa, S.Pd., Kak Nurcholis Syukron, S.Ap., M. Ap., Teh

Nursyaqilah, S. Ikom., Teh Tamasaoti, S. Sos., Syarifah Azizah, termasuk

keponakan-keponakanku tersayang Reynaldi, Rival, Balqis, Riza, Raka,

Ninda, Aisy, Raihan, Rajwa, Sinta, Rama, Romi, Gita, Rina, Amd. Keb.,

yang telah banyak membantu memperkuat semangat penulis dalam

menempuh pendidikan, menjadi penghibur disaat lelah, menyayangi

penulis, selalu memberi semangat, motivasi dan dukungan tiada henti

selama ini hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan di

almamater tercinta;

17. Malisa, mahasiswi jurusan Komunikasi & Penyiaran Islam di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, as the best partner yang telah

menjadi saudara sejak SMA, menjadi partner jajan kuliner yang aneh-

aneh, partner ngebolang, partner yang kalau diajak selalu bilang “im

ready”, partner belajar berorganisasi dan belajar bahasa inggris, partner

diskusi mulai dari urusan privasi sampai dengan urusan negara, partner

terbaik dan terasik dalam berbagi hal suka maupun duka, partner yang

hampir setiap hari perhatian, selalu menjadi penasihat, menjadi

Page 11: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

x

penyemangat dengan yang sering nanya “bagaimana perkembangan

skripsimu?” Terimakasih telah bersedia menjadi saudara terbaikku

sepanjang masa;

18. Novita, mahasiswi jurusan keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Faletehan Serang-Banten, Ade Suhendah, Amd. Keb., dan Ade Septiani

Ningsih para sahabatku tersayang yang sudah seperti keluarga sejak SMA

yang selalu mengusahakan bersedia untuk ada dikala suka dan duka,

sebagai sahabat travelling, karaoke, jelajah kuliner dan sahabat yang selalu

memberikan semangat hingga saat ini. Terimakasih atas semangat dan

persahabatan kita;

19. Imam Asqolani (alm), Janjawi, Murtadi, Safrizal, Eka Pusita Sari, Bastiah,

Sunaiyah, Fitri sohib-sohibah masa kecil hingga hari ini, sahabat yang

menjadi penghibur terberhasil, yang bersedia mendengarkan cerita suka

maupun duka, berbagi nasihat dan juga memberi semangat serta motivasi

dalam menjalani hidup dan pendidikan. Terimakasih atas semua waktu

yang kalian luangkan dan terimakasih atas persahabatan kita;

20. Puspa Dwi Labarina, C.SH., Kholilah, C. S.Pd., Rizki Amilia, S. Ap.

Nurul Fadilah, SH., Iin Muawiyah, C. SH, Resi Sri W, C. SH., Ganesha

Adi Prakoso, C. SH., Moch. Faridil Ilmi, Amd, Asep Zain, C. ST., Agung

Pambudi, as partner terunik dan terkonyol sampai hari ini yang saling

memberi semangat, yang mau berbagi pengetahuan, menjadi partner

travelling dan teman berbagi cerita suka maupun duka dan yang mau

Page 12: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

xi

direpotkan dengan segala urusanku. Terimakasih atas pertemuan dan

pertemanan terbaik yang telah terjalin;

21. Teman-teman angkatan 2014 terutama dari Kelas E Fakultas Hukum

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah bersedia membantu,

menyemangati, dan mendukung penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini;

22. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis meski tak dapat

disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya;

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi

ini bermanfaat bagi semua pihak.

Serang, Juli 2018

Penulis

Page 13: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9

D. Kegunaan Penelitian.................................................................. 10

E. Kerangka Pemikiran .................................................................. 11

F. Metode Penelitian...................................................................... 22

G. Sistematika Penulisan............................................................... 27

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEWENANGAN MAJELIS

PENGAWAS DAERAH DALAM PENGAWASAN TUGAS

JABATAN NOTARIS

A. Aspek Hukum Kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam

Mengawasi Tugas Jabatan Notaris ............................................ 29

Page 14: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

xiii

B. Sistem Pengawasan Tugas Jabatan Notaris oleh Majelis Pengawas

Daerah ....................................................................................... 40

BAB III KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM

PENGAWASAN TUGAS JABATAN NOTARIS DI DAERAH

KABUPATEN SERANG

A. Gambaran Umum ...................................................................... 53

1. Letak Geografis Kabupaten Serang .................................... 54

2. Profil Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon ................................................................................ 57

3. Struktur Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon .................................................... 64

4. Kewenangan Majelis Pengawas Daerah ............................. 69

B. Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan

Kota Cilegon dalam Pengawasan Terhadap Tugas Jabatan Notaris

................................................................................................... 73

1. Pengawasan Pengawasan Terhadap Tugas Jabatan Notaris

oleh Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon ................................................................................ 73

2. Prosedur Pemeriksaan Terhadap Notaris Terlapor oleh

Masyarakat .......................................................................... 77

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH

DALAM MENGAWASI TUGAS JABATAN NOTARIS DI

WILAYAH KABUPATEN SERANG BERDASARKAN

Page 15: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

xiv

KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

TENTANG JABATAN NOTARIS

A. Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Dalam

Pengawasan Tugas Jabatan Notaris Di Kabupaten Serang

Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris ............................................................ 83

1. Dasar Hukum Pelaksanaan Pengawasan Majelis Pengawas

Daerah Terhadap Tugas Jabatan Notaris............................. 83

2. Pelaksanaan Kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam

Mengawasi Tugas Jabatan Notaris di Wilayah Kabupaten

Serang .................................................................................. 88

B. Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon Dalam Penanganan Kasus Pelanggaran

Terhadap Jabatan Notaris Dihubungkan Dengan Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris ...................... 100

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................109

B. Saran ..........................................................................................111

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................113

LAMPIRAN

Page 16: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Penduduk Kabupaten Serang 2015-2016 ...................... 55

Tabel 3.2 Data Notaris Se-Provinsi Banten 2018 .................................. 56

Tabel 3.3 Data Tim Pemeriksa Berkala Protokol Notaris Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon ....................................................... 68

Tabel 4.1 Data Jumlah Notaris Terlapor dan ditangani MPD Tahun 2015-

2018 ..................................................................................... 101

Page 17: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengedepankan hukum

sebagai dasar aturan main kehidupan, ketentuan pasal 1 ayat (3) Undang-

Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan “Negara

Indonesia merupakan negara hukum”1 artinya Indonesia merupakan suatu

negara yang selalu identik dengan konstitusi yang menjadi dasar kehidupan

bernegara, pemerintahan dan kemasyarakatan untuk mewujudkan cita-cita

negara yang memajukan kesejahteraan umum atau tercapainya konsep negara

kesejahteraan (welfare state) yang dapat menjamin kepastian, ketertiban dan

perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan.

Secara normatif keberadaan pemerintah merupakan satu unsur penting

dari tiga unsur penting berdirinya suatu negara modern, dalam menjalankan

tugasnya pemerintah harus mendasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku agar tercapai ketertiban dalam proses pelaksanaannya.2

Pelaksanaan tugas-tugas pemerintah tidak hanya dijalankan oleh jabatan

pemerintahan yang telah dikenal secara konvensional seperti instansi-instansi

1 Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2 Zaidan Nawawi, Manajemen Pemerintahan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 17.

Page 18: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

2

pemerintah, tetapi juga oleh badan-badan swasta, seperti yang dikatakan

Philipus M. Hadjon:3

wewenang hukum publik hanya dapat dimiliki oleh ‘penguasa’ dalam

ajaran ini terkandung bahwa setiap orang atau setiap badan yang

memiliki hukum publik harus dimasukkan dalam golongan penguasa

sesuai dengan definisinya. Ini berarti bahwa setiap orang atau badan yang

memiliki wewenang hukum publik dan tidak termasuk dalam daftar nama

badan-badan pemerintahan umum seperti disebutkan dalam UUD

(pembuat undang-undang, menteri, badan-badan provinsi dan kotapraja)

harus dimasukkan dalam desentralisasi (fungsional). Bentuk yang

bersangkutan dapat berbentuk suatu badan yang didirikan oleh undang-

undang tetapi dapat berbentuk juga badan pemerintahan dari

yayasan/lembaga yang bersifat hukum perdata yang memiliki wewenang

hukum publik.4

Fenomena yang terjadi di negara kita bahwa pejabat umum menjadi salah

satu unsur terpenting dalam memajukan pembangunan terutama pada upaya

pelayanan hukum bagi kepentingan masyarakat, seperti yang dikatakan

Philipus M. Hadjon diatas bahwa salah satu “penguasa yang memiliki

wewenang hukum publik ialah lembaga yang bersifat hukum perdata”,

Notaris merupakan lembaga yang bersifat hukum perdata dan sekaligus

sebagai pejabat umum yang diberikan oleh negara secara atributif diangkat

oleh pemerintah melalui undang-undang untuk melakukan pelayanan hukum

kepada masyarakat demi tercapainya kepastian hukum khususnya dalam

pembuatan akta autentik sebagai alat bukti yang sempurna berkenaan dengan

perbuatan hukum dibidang keperdataan. Di era globalisasi ini masyarakat

sering dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan hukum, oleh

karenanya untuk meraih kekuatan hukum dalam pembuktian diperlukan suatu

3 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hlm. 79.

4 Ibid., hlm. 80.

Page 19: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

3

alat bukti tertulis dalam bentuk akta autentik yang dengan jelas dapat

menentukan hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam

masyarakat.

Notaris dalam memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat tidak

digaji oleh pemerintah tetapi mendapatkan honorarium dari para penerima

jasa pelayanan hukum di bidang keperdataan tersebut, besaran honorarium

yang diterima sesuai dengan nilai ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap

akta yang dibuat atau pelayanan hukum yang diberikan.5 Notaris hubungan

dengan Negara atau Pemerintahan secara administratif, yaitu dalam hal

pengangkatan dan pemberhentian Notaris.6

Dasar hukum bagi Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya diatur

berdasarkan peraturan perundang-undangan, sejak tahun 1860 telah ada

peraturan tentang jabatan Notaris yaitu Instructie Voor De Notarissen

Residerende In Nederlands Indie, kemudian ditetapkan Reglement Op Het

Notaris Ambt In Nederlands Indie. Lalu diundangkan Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Dan disempurnakan kembali

dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris (UUJN).7

5 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris, Gramedia Pustaka, Jakarta,

2009, hlm. 230. 6 M-Notariat, Kewenangan Majelis Pengawas Daerah melakukan Pengawasan kepada

Notaris sebelum dan sesudah Putusan Mahkamah Kunstitusi Nomor 49/Puu-X/2012, http://m-

notariat.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/kewenangan-majelis-pengawas-daerah-

melaksanakan-pengawasan-kepada-Notaris-sebelum-dan-sesudah-putusan-mahkamah-konstitusi-

nomor-49puu-x2012.pdf, diakses pada 11/09/2017, (20.10 WIB). 7 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap Undang Undang Nomor

30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama , Bandung, 2008, hlm. 4.

Page 20: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

4

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris (UUJN) dalam melakukan tugas serta kewenangannya

Notaris bertanggungjawab kepada masyarakat maka Notaris harus diberikan

pembinaan dan pengawasan secara khusus oleh Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia (HAM) selaku badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (TUN),

namun kewenangan itu didelegasikan kepada Majelis Pengawas Notaris

(MPN) dengan tujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan tugas dan

kewenangan Notaris sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang menjadi dasar

kewenangannya serta terhindar dari penyalahgunaan wewenang yang

diberikan pemerintah. Majelis Pengawas Notaris berkedudukan pula sebagai

Pejabat TUN karena menerima wewenang delegasi dari Kementrian Hukum

dan HAM untuk melaksanakan urusan pemerintahan yaitu melakukan penga-

wasan terhadap Notaris sesuai UUJN.

Notaris dalam menjalankan tugasnya dimungkinkan dapat melakukan

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan maupun kode etik

Notaris, pada UUJN beberapa Notaris dapat melakukan pelanggaran terhadap

kewenangan, kewajiban dan larangan Notaris yang diatur dalam pasal 15,

pasal 16 dan pasal 17 UUJN, sedangkan jenis pelanggaran terhadap kode etik

Notaris yang dimaksud ialah Notaris melanggar kewajiban menjalankan

jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan penandatanganan

akta.8

8 Endang Purwaningsih, Bentuk Pelanggaran Notaris di wilayah Provinsi Banten dan

penegakan hukumnya, Mimbar Hukum, Vol. 27 No. 1, Universitas Yasri, Jakarta, 2014, hlm. 15.

Page 21: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

5

Untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap tugas jabatan

Notaris maka dalam pelaksanaan tugas jabatan Notaris, Notaris diawasi oleh

Majelis Pengawas Notaris sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 67 dan

pasal 69 UUJN. Adapun Majelis Pengawas Notaris terdiri atas tiga tingkatan

yakni: Majelis Pengawas Daerah (MPD), Majelis Pengawas Wilayah (MPW)

dan Majelis Pengawas Pusat (MPP) yang anggotanya terdiri dari tiga unsur,

yaitu: pemerintah, organisasi Notaris dan akademisi dibidang hukum.

Kewenangan Majelis Pengawas Daerah berdasarkan Pasal 66 UUJN

Nomor 30 tahun 2004 :

(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau

hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang :

a. Mengambil fotokopi minuta akta dan surat-surat yang9 dilekatkan

pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris

b. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan

dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam

penyimpanan Notaris

(2) Pengambilan fotokopi minuta akta atau surat-surat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dibuat berita acara penyerahan.10

Namun setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi (MK)

Nomor 49/PUU-X/2012 maka Pasal 66 ayat (1) pada Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris terdapat perubahan menjadi: “Untuk

kepentingan dengan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim

dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris berwenang:

1. Mengambil fotokopi minuta akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada

minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan

9 Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Refika

Aditama, Bandung, 2011, hlm. 6. 10

Ibid., hlm. 7.

Page 22: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

6

2. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan

akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam

penyimpanan Notaris.11

Kedua UUJN tersebut pada Pasal 66 ayat (1) terdapat perbedaan isi yaitu

pada subjek yang berwenang memberikan persetujuan dalam proses peradilan

terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran tugas dan jabatan Notaris,

Pasal 66 UUJN Nomor 30 Tahun 2004 menjelaskan bahwa yang memberi

persetujuan untuk dilakukan proses peradilan terhadap Notaris ialah Majelis

Pengawas Notaris sedangkan pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014

menyatakan Majelis Kehormatan Notaris (MKN) yang memberikan

persetujuan dalam proses peradilan terhadap Notaris yang melakukan

pelanggaran tugas dan jabatan Notaris, maka berdasarkan ketentuan ini dapat

diartikan bahwa yang berwenang memberikan persetujuan untuk proses

peradilan bukanlah Majelis Pengawas Daerah (MPD) namun Majelis

Kehormatan Notaris (MKN).

Pasal 73 UUJN Nomor 2 Tahun 2014 yang membahas tentang wewenang

Majelis Pengawas Wilayah (MPW), dengan demikian kewenangan Majelis

Pengawas Daerah (MPD) sebagai lembaga yang menerima laporan dari

masyarakat mengenai Notaris yang melakukan pelanggaran tugas jabatan

Notaris kepada Majelis Pengawas Wilayah untuk selanjutnya diadili, dan

pada dasarnya kewenangan serta kewajiban MPD secara keseluruhan masih

dimuat dalam Pasal 70 dan pasal 72 UUJN Nomor 30 Tahun 2004.

11

Pasal 66 ayat (1), Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Page 23: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

7

Penyalahgunaan wewenang kadang terjadi dikalangan Notaris yang

melaksanakan tugas jabatannya tidak sesuai dengan ketentuan UUJN,

faktanya permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan kewenangan Notaris

yaitu seperti pembuatan akta kondisi para pihak tidak berhadapan di depan

Notaris, data mengenai obyek yang diperjanjikan tidak sesuai dengan fakta

yang sebenarnya sehingga salah satu pihak dianggap memberikan keterangan

palsu dan salah satu pihak tidak berada di tempat, durasi pembuatan akta-akta

dengan melebihi waktu yang sudah dijanjikan antara pihak Notaris dengan

klien.12

Adapun tabel bentuk pelanggaran jabatan Notaris di Kabupaten

Serang yang diperoleh dari Sekretariat Majelis Pengawas Daerah (MPD)

Kabupaten Serang Provinsi Banten yakni:

No Bentuk Pelanggaran

1. Tidak membacakan akta

2. Tidak tanda tangan dihadapan Notaris

3. Berada di daerah kerja yang tidak ditentukan

4. Plang nama Notaris terpampang namun tidak terisi

5. Pindah alamat kantor namun tidak melapor

6. Buat salinan akta tidak sesuai dengan minuta

13

Bentuk pelanggaran Jabatan Notaris di Kabupaten Serang menunjukan

bahwa pengawasan yang dilaksanakan belum sepenuhnya efektif. Contoh lain

pelanggaran tugas jabatan Notaris yang pernah terjadi di Kota Tangerang

12

Hasil pra penelitian di Kantor Notaris Marisa Zahara Kabupaten Serang, pada 10 Agustus

2017. 13

Hasil pra penelitian dengan anggota Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang, di

Sekretariat Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang, pada 05 Januari 2018.

Page 24: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

8

pada tahun 2015 yaitu Notaris Arie Susanto yang diduga telah melakukan

pelanggaran jabatan dan wewenang karena mengeluarkan surat akte jual beli

terhadap tanah yang sudah diperjual belikan.14

Pada tahun 2016 seorang

pejabat Notaris di Tangerang Selatan sebagai salah satu Notaris di Banten

terbukti melakukan pelanggaran kode etik keNotarisan, karena menjadi joki

saat uji Notaris ujian kode etik, pejabat tersebut diberhentikan sementara dari

jabatannya.15

Kemudian tahun 2017 terjadi pelanggaran kode etik dan kasus

sengketa tanah di Denpasar Bali oleh Notaris Putra Wijaya, SH. yang

menggunakan jabatannya untuk merubah nama pemilik tanah yang syah tanpa

persetujuan pemilik maupun ahli waris.16

Permasalahan-permasalahan tersebut jelas berpotensi akan menimbulkan

dampak kerugian besar bagi masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan

Notaris. Jadi sangatlah penting untuk dilakukan pengawasan dan pembinaan

oleh Majelis Pengawas Notaris kepada seluruh Notaris di Indonesia untuk

menghindari dan mengurangi pelanggaran-pelanggaran jabatan Notaris yang

pernah terjadi.

Berdasarkan uraian tersebut maka masih sangat perlu digali kembali

mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas, kewenangan serta

14

Ceko, Majelis Pengawas Notaris Periksa Kasus Dugaan Pelanggaran Akta Notaris,

http://www.indeksberita.com/majelis-pengawas-Notaris-periksa-kasus-dugaan-pelanggaran-akta-

Notaris/, diakses pada 03/01/2018, (20.35 WIB). 15

Radar Banten, Satu Notaris Ditemukan ‘Nakal’, Kemenkumham Optimalkan Fungsi Pengawasan, http://www.radarbanten.co.id/satu-Notaris-ditemukan-nakal-kemenkumham-

optimalkan-fungsi-pengawasan/, diakses pada 02/01/1018, (21.37 WIB).

16 Suara Indonesia, Diduga Langgar Kode Etik, Notaris Putra Wijaya Dilaporkan ke MPD

Notaris Denpasar http://suaraindonesia-news.com/diduga-langgar-kode-etik-Notaris-putra-wijaya-

dilaporkan-ke-mpd-Notaris-denpasar/, diakses pada 04/12/2018, (10.45 WIB).

Page 25: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

9

kewajiban Majelis Pengawas Notaris khususnya pada Majelis Pengawas

Daerah (MPD) Kabupaten Serang, maka berdasarkan latar belakang masalah

tersebut menjadi alasan bagi penulis mengambil judul skripsi tentang

“Kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam pelaksanaan pengawasan

terhadap Tugas Jabatan Notaris di Daerah Kabupaten Serang berdasarkan

ketentuan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat diambil perumusan masalah

yaitu :

1. Bagaimana kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam Mengawasi

tugas jabatan Notaris di Daerah Kabupaten Serang berdasarkan ketentuan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris?

2. Bagaimana kewenangan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan

Kota Cilegon dalam penanganan kasus pelanggaran terhadap tugas Jabatan

Notaris?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Berdasarkan

latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini memiliki

tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan Majelis Pengawas Daerah

dalam Mengawasi tugas jabatan Notaris di Daerah Kabupaten Serang

Page 26: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

10

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris.

2. Untuk mengetahui kewenangan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon dalam penanganan kasus pelanggaran terhadap

tugas Jabatan Notaris.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis

Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam mengembangkan pengetahuan hukum umumnya dan

khususnya pada bidang Hukum Administrasi Negara mengenai

pengawasan terhadap Notaris yang dilakukan oleh Majelis Pengawas

Daerah

2. Secara praktis

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

informasi kepada publik selaku konsumen pelayanan jasa Notaris

mengenai pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Majelis

Pengawas Daerah terhadap Notaris khususnya pada Daerah Kabupaten

Serang dalam mengemban tugas jabatannya.

Page 27: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

11

E. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini akan digunakan beberapa teori, yaitu sebagai berikut:

1. Aspek Hukum Kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam

Mengawasi Tugas Jabatan Notaris

a. Teori Kewenangan

Prinsip utama dalam penyelenggaraan pemerintahan pada negara

hukum ialah asas legalitas, dengan kata lain setiap penyelenggaraan

negara dan pemerintah harus memiliki kewenangan, yaitu kewenangan

yang diberikan oleh undang-undang. Dengan demikian, substansi asas

legalitas adalah wewenang, yakni: “Het vermogen tot het verrichten van

bepaalde rechtshandelingen”, yaitu kemampuan untuk melakukan

tindakan-tindakan hukum tertentu.17

Mengenai wewenang itu H.D Stout

mengatakan bahwa:

wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi

pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-

aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan

wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam

hubungan publik.18

Secara teoritik, kewenangan bersumber dari peraturan perundang-

undangan diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi dan

mandat.19

H. D. Van Wijk Konijnenbelt mendefinisikan sebagai

berikut:20

a) Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat

undang-undang kepada organ pemerintahan.

17

Ridwan HR., Op.Cit, hlm. 97. 18

Ibid., hlm. 98. 19

Ibid., hlm. 101. 20

Murtir Jeddawi, Hukum Administrasi Negara, Total Media, Yogyakarta, 2012, hlm.74.

Page 28: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

12

b) Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ

pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.

c) Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan

kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.21

Pemerintah yang berwenang melakukan pengawasan, pemeriksaan

dan penjatuhan sanksi terhadap Notaris ialah Menteri Hukum dan HAM

dengan membentuk Majelis Pengawas Notaris, yang kemudian

kewenangan Menteri Hukum dan HAM tersebut dilimpahkan secara

delegasi kepada Majelis Pengawas Notaris. Sedangkan untuk Notaris

itu sendiri dalam melaksanakan segala tugas dan kewenangannya

berdasarkan wewenang atribusi, dan Notaris diangkat oleh pemerintah

khususnya oleh Menteri Hukum dan HAM.

Pada pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi

menurut Murtir Jeddawi dalam buku Hukum Administrasi Negara,

bahwa delegasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat

lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan.

b) Delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan, artinya

delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam

peraturan perundang-undangan.

c) Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki

kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi

21

Ibid., hlm. 75.

Page 29: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

13

d) Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans

berhak untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang

tersebut.

e) Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan

instruksi atau petunjuk tentang penggunaan wewenang tersebut.22

Pasal 70 dan pasal 71 UUJN Nomor 30 Tahun 2004 sebagai dasar

hukum kewenangan dan kewajiban-kewajiban bagi Majelis Pengawas

Daerah (MPD) kemudian Pasal 73 ayat (1) huruf a UUJN Nomor 2

Tahun 2014 membahas mengenai wewenang “Majelis Pengawas

Wilayah (MPW) yaitu menyelenggaraan sidang untuk memeriksa dan

mengambil keputusan atas laporan masyarakat yang dapat disampaikan

melalui Majelis Pengawas Daerah (MPD)”.23 Artinya pada pasal ini

mengandung makna Majelis Pengawas Daerah pula berwenang

melakukan pemeriksaan terhadap Notaris sebagai hasil dari laporan

masyarakat mengenai Notaris yang bermasalah yang nantinya akan

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan disidang serta diambil suatu

keputusan oleh Majelis Pengawas Wilayah.

Kewenangan dari MPD dalam melakukan pengawasan terhadap

tugas jabatan Notaris jelas telah disebut dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan diatas dan pengawasan ini menjadi hal yang

sangat penting dilakukan terhadap Notaris, karena bertujuan untuk

mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap undang-undang

22

Loc.Cit., hlm. 75. 23

Pasal 73 ayat (1) huruf a, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Page 30: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

14

maupun kode etik Notaris saat melaksanakan tugas jabatannya serta

untuk melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat yang berkaitan

dengan penggunaan jasa Notaris seperti dalam hal pembuatan akta-akta

otentik.

b. Pengertian Pejabat dan Jabatan Menurut Hukum Administrasi Negara

Hukum administrasi negara merupakan hukum yang mengatur

hubungan hukum antara warga negara dengan pemerintah. E. Utrecht

berpendapat bahwa:

“Hukum administrasi negara menguji hubungan hukum istimewa

yang diadakan akan memungkinkan para pejabat administrasi

negara melakukan tugasnya yang khusus. Hukum administrasi

negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan

administrasi negara. Bagian lain diatur oleh hukum tata negara,

hukum privat dan sebagainya”.24

Menurut Sir W. Ivor Jenning “Hukum administrasi negara adalah

hukum yang berhubungan dengan administrasi negara. Hukum ini

menentukan organisasi kekuasaan dan tugas-tugas dari pejabat-pejabat

administrasi”.25 Kedua pendapat ahli tersebut menjelaskan bahwa

hukum administrasi negara ialah bagian dari hukum yang menentukan

tugas dari pejabat-pejabat administrasi, oleh karenanya para pejabat

administrasi dalam melakukan tugas jabatannya haruslah sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku termasuk hukum administrasi negara.

Murtir Jeddawi menjelaskan dalam buku Hukum Administrasi

Negara bahwa pemerintah dapat dipandang dari dua hal, pemerintah

24

Murtir Jeddawi, Op.Cit., hlm. 10. 25

Ibid., hlm. 11.

Page 31: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

15

dalam arti luas dan arti sempit.26

Pemerintah dalam arti luas

menyangkut adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dan pemerintah

dalam arti sempit yaitu yang menjalankan kekuasaan eksekutif,

berdasarkan hal tersebut maka pengertian dari pejabat akan berkaitan

atau merujuk pada pemerintah dalam arti sempit (eksekutif).27

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara (PTUN) Pasal 1 angka 8 memberikan definisi “Badan

atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang

melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku”.28 Maka untuk disebut sebagai badan atau

pejabat TUN harus memenuhi beberapa unsur, yaitu: badan atau

pejabat, melaksanakan urusan pemerintahan, berdasarkan peraturan

perundang-undangan, peraturan perundang-undangan yang berlaku.29

Menurut Bagir Manan, “Jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap

yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang secara keseluruhan

mencerminkan tujuan dan tata cara kerja suatu organisasi. Jabatan itu

bersifat tetap namun pemegang jabatan dapat berganti-ganti”.30

26

Murtir Jeddawi, Op.Cit., hlm. 56. 27

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI), Bumi

Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 13. 28

Pasal 1 angka 8, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara. 29

Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan,

2004, hlm. 25. 30

Murtir Jeddawi, Op.Cit., hlm. 57.

Page 32: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

16

Menurut E. Utrecht “Jabatan (ambt) ialah suatu lingkungan

pekerjaan tetap (kring van vaste werkzaamheden) yang diadakan dan

dilakukan guna kepentingan negara (kepentingan umum)”.31

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 menjelaskan

“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”.32

Shidarta menyebutkan dalam buku Moralitas Profesi Hukum

bahwa “Jabatan Notaris adalah jabatan publik, namun lingkup kerja

mereka berada dalam konstruksi hukum privat. Sama seperti advokat,

Notaris sebagai penyedia jasa hukum untuk kepentingan klien”.33

Karakteristik Notaris sebagai pejabat publik menurut Habib Adjie,

yaitu: sebagai jabatan, Notaris mempunyai wewenang tertentu, diangkat

dan diberhentikan oleh pemerintah, tidak menerima gaji dan pensiun

dari pemerintah dan akuntabilitas atas pekerjaannya kepada

masyarakat.34

31

Habib Adjie, Karakter Yuridis Jabatan Notaris,

http://www.indonesianotarycommunity.com/karakter-yuridis-jabatan-Notaris/, diakses pada

10/12/2017, (23.00 WIB). 32

Pasal 1 angka 1 , Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris 33

Shidarta, Moralitas Profesi Hukum (suatu tawaran kerangka berpikir), Refika Aditama,

Bandung, 2009, hlm. 127. 34

Habib Adjie, Op.Cit., hlm. 15-17

Page 33: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

17

2. Sistem Pengawasan Tugas Jabatan Notaris oleh Majelis Pengawas

Daerah

Menurut P Nicolai “Pengawasan merupakan langkah preventif untuk

memaksakan kepatuhan”.35

Menurut Sondang Siagian “Pengawasan adalah proses pengamatan

pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin semua pekerjaan

yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya”.36

Menurut George R. Terry bahwa:

Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang

harus dicapai suatu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu

pelaksanaan menilai pelaksanaan, dan bila perlu melakukan

perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana,

yaitu selaras dengan standard (ukuran).

Stephen Robein menyatakan bahwa “Control can be defined as the

process of monitoring activities to ensure they are being accomplished as

planned and of correcting any significant devistions”.37

Artinya

pengawasan adalah proses mengikuti perkembangan kegiatan untuk

menjamin jalannya pekerjaan dengan demikian, dapat selesai secara

sempurna sebagaimana yang direncanakan sebelumnya dengan

pengoreksian beberapa pemikiran yang saling berhubungan.

35

Ridwan HR, Op.Cit, hlm. 311. 36

Notaris Herman, Pengawasan Terhadap Notaris, http://herman-

notary.blogspot.co.id/2011/01/pengawasan-terhadap-Notaris-terhadap.html. (diakses 07/12/2017,

12.04 WIB) 37

Inu Kencana Syafiie dan Welasari, Ilmu Administrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2015,

hlm. 179.

Page 34: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

18

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia membedakan

pengawasan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu pengawasan berdasarkan

subjek, pengawasan berdasarkan cara pelaksanaan dan berdasarkan waktu

pelaksanaan.38

1) Pengawasan berdasarkan subjek

Pengawasan berdasarkan subjek ini dikembangkan menjadi 4 macam,

yaitu:

a) Pengawasan Melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh setiap

pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya.

b) Pengawas Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat

yang tugas pokoknya melakukan pengawasan, seperti Itjen,

Itwilprop, BPKP dan Bepeka.

c) Pengawasan Legislatif adalah pengawasan yang dilakukan oleh

Lembaga Perwakilan Rakyat baik di Pusat (DPR) maupun di daerah

(DPRD), pengawasan ini merupakan pengawasan politik

d) Pengawasan Masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh

masyarakat, seperti yang termuat dalam media massa.

2) Pengawasan berdasarkan cara pelaksanaan

Cara pelaksanaan pengawasan dapat dibedakan, pengawasan langsung

dan pengawasan tidak langsung:

38

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Sistem Administrasi Negara Republik

Indonesia, Toko Gunung Agung, Jakarta, 1997, hlm. 160.

Page 35: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

19

a) Pengawasan langsung, ialah pengawasan yang dilaksanakan di

tempat kegiatan berlangsung, yaitu dengan mengadakan inpeksi dan

pemeriksaan.

b) Pengawasan tidak langsung, ialah pengawasan yang dilaksanakan

dengan mengadakan pemantauan dan pengkajian laporan dari

pejabat/satuan kerja yang bersangkutan, aparat pengawasan

fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.39

3) Pengawasan berdasarkan waktu pelaksanaan.

a) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai

Pengawasan ini antara lain dilakuk an dengan mengadakan

pemeriksaan dan persetujuan rencana kerja dan rencana

anggarannya, penetapan Petunjuk Operasional, persetujuan atas

rancangan peraturan perundangan yang akan ditetapkan oleh

pejabat/instansi yang lebih rendah. Pengawasan ini bersifat preventif

dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, kesalahan, terjadinya hambatan dan

kegagalan.40

b) Pengawasan yang dilakukan selama pekerjaan sedang berlangsung.

Pengawasan ini dilakukan dengan tujuan membandingkan antara

hasil yang nyata-nyata dicapai dengan yang seharusnya telah dan

yang harus dicapai dalam waktu selanjutnya. Demikian pentingnya

pengawasan ini, sehingga perlu dikembangkan sistem monitoring

39

Ibid., hlm. 161. 40

Ibid.

Page 36: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

20

yang mampu mendeteksi atau mengetahui secara dini kemungkinan

timbulnya penyimpangan-penyimpangan, kesalahan-kesalahan dan

kegagalan.

c) Pengawasan yang dilakukan sesudah pekerjaan selesai dilaksanakan.

Pengawasan ini dilakukan dengan cara membandingkan antara

rencana dan hasil. Pengawasan ini merupakan pengawasan represif41

Jenis pengawasan menurut Diana Halim Koentjoro dalam buku

Hukum Administrasi Negara salah satunya ialah pengawasan dari segi

hukum yang merupakan suatu penilaian tentang sah atau tidaknya suatu

perbuatan pemerintah yang menimbulkan akibat hukum.42

Ridwan HR mengatakan dalam buku Hukum Administrasi Negara

bahwa salah satu jenis pengawasan ialah yang ditinjau dari objek yang

diawasi, yaitu: 1) kontrol dari segi hukum merupakan kontrol yang

dimaksudkan untuk menilai segi-segi atau pertimbangan-pertimbangan

yang bersifat hukumnya saja, misalnya menilai perbuatan pemerintah. 2)

kontrol dari segi kemanfaatan merupakan kontrol yang dimaksudkan untuk

menilai benar tidaknya tindakan yang dilakukan oleh pemerintah itu dari

pertimbangan kemanfaatan.43

Mekanisme pengawasan yang harus diutamakan dalam kegiatan

administrasi negara menurut Paulus Effendi Lotulung dalam buku Hukum

Tata Usaha Negara dan Kekuasaan yaitu pengawasan yang dilakukan

sebelum kegiatan dimulai ataupun selama kegiatan berlangsung (controle

41

Ibid., hlm. 162. 42

Diana Halim Koentjoro, Op.Cit., hlm. 74. 43

Ridwan HR, Op.Cit., hlm. 312.

Page 37: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

21

a priori) dibandingkan dengan pengawasan yang dilakukan setelah

terjadinya kegiatan (controle a posteriori).44

Pengawasan yang dilaksanakan Majelis Pengawas Notaris terhadap

tugas jabatan Notaris merupakan pengawasan fungsional karena pada

pengawasan fungsional hanya dilakukan oleh aparat yang tugas pokoknya

yaitu melakukan pengawasan, sedangkan cara pengawasan terhadap tugas

jabatan Notaris dilakukan secara langsung dan pengawasan ini merupakan

suatu upaya preventif untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap

tugas jabatan Notaris maupun kode etik Notaris.

Pengawasan terhadap Notaris dilakukan lembaga peradilan dan

pemerintah, bertujuan agar Notaris ketika menjalankan tugas jabatannya

memenuhi semua persyaratan yang berkaitan dengan tugas jabatan Notaris

untuk pengamanan kepentingan masyarakat, karena Notaris diangkat oleh

Pemerintah, tujuan lainnya untuk melayani kepentingan masyarakat yang

membutuhkan alat bukti berupa akta otentik. Pada pengawasan ini pun

Kewenanganan masyarakat juga dibutuhkan untuk mengawasi dan

melaporkan Notaris yang berkerja tidak sesuai dengan aturan hukum

kepada Majelis Pengawas Notaris.45

Pasal 67 ayat (1) UUJN menentukan bahwa yang melakukan

pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri. Dalam

melaksanakan pengawasan tersebut Menteri membentuk Majelis Pengawas

44

Paulus Effendi Lotulung, Hukum Tata Usaha Negara dan Kekuasaan, Salemba Humanika,

Jakarta Selatan, 2013, hlm. 34. 45

Habib Adjie, Op.Cit., hlm. 172.

Page 38: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

22

(Pasal 67 ayat [2] UUJN). Pasal 67 ayat (3) UUJN menentukan Majelis

Pengawas tersebut terdiri dari unsur:

a. Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang

b. Organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang, dan

c. Ahli/akademik sebanyak 3 (tiga) orang

Menurut Pasal 68 UUJN, bahwa Majelis Pengawas Notaris, terdiri atas:

a. Majelis Pengawas Daerah

b. Majelis Pengawas Wilayah

c. Majelis Pengawas Pusat46

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah yuridis normatif dan

yuridis empiris atau yuridis sosiologis. Menurut Mukti Fajar ND dan

Yulianto Ahmad menyajikan pengertian hukum normatif atau yuridis

normatif, yaitu:

Penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sistem norma.

Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan,

perjanjian serta doktrin (ajaran).47

Peter Mahmud Marzuki mengemukakan tentang pendekatan yuridis

empiris atau yang ia sebut sebagai socio legal research (penelitian sosio

legal), bahwa:

46

Ibid., hlm. 173. 47

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penelitian Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan

Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 13.

Page 39: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

23

Penelitian sosio legal hanya menempatkan hukum sebagai gejala

sosial. Dalam hal demikian, hukum dipandang dari segi luarnya saja.

Oleh karena itulah dalam penelitian sosio legal, hukum selalu

dikaitkan dengan masalah sosial. Penelitian-penelitian demikian

merupakan penelitian yang menitikberatkan pada perilaku individu

atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.

2. Jenis Penelitian

Penelitian adalah upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta mengungkapkan tentang kebenaran.48

Ilmu pengetahuan

dan teknologi itu harus dikaji dan dianalisis secara mendalam.49

penelitian

ini masuk dalam jenis penelitian deskriptif analitis. Penelitian deskriptif

analitis merupakan penelitian yang digunakan untuk membahas suatu

permasalahan dengan cara meneliti, mengolah data, menganalisis hal yang

di tulis dengan pembahasan yang teratur dan sistematis, ditutup dengan

kesimpulan dan pemberian saran sesuai kebutuhan.50

3. Teknik pengumpulan data

Data dalam suatu penelitian dapat digolongkan menjadi dua macam,

yaitu yang bersumber dari data primer dan data sekunder

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari masyarakat yang akan diteliti, sumber data primer disebut juga

dengan data dasar atau data empiris. Sumber data sekunder merupakan

data yang diperoleh dari bahan kepustakaan atau literatur yang

mempunyai hubungannya dengan topik penelitian, dalam penelitian

hukum normatif maka data yang utama berasal dari data

kepustakaan.51

48

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Op.Cit.,., hlm. 8. 49

Amiruddin dan Zainal Azikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2004, hlm. 25. 50

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-PRES, 2008, hlm. 50. 51

Ibid., hlm. 15-16.

Page 40: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

24

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini didasarkan pada

sumber data sekunder sebagai data utama yang berasal dari kepustakaan

ataupun literatur yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Data

sekunder ini meliputi bahan hukum sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai otoritas

(autororitatif), bahan hukum tersebut terdiri atas 1) peraturan

perundang-undangan, 2) catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan suatu perundang-undangan, 3) putusan hakim.52

Dalam

penelitian ini bahan hukum primer yang akan digunakan ialah:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara

Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas

Notaris.

5) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M.HH-06.AH.02.10 Tahun 2009 Tentang

Sekretariat Majelis Pengawas Notaris

52

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 47.

Page 41: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

25

6) Putusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas Majelis Pengawas Notaris.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua publikasi tentang hukum yang

merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut terdiri atas: 1)

buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau beberapa

permasalahan hukum, termasuk skripsi, tesis dan disertasi hukum, 2)

kamus-kamus hukum, 3) jurnal-jurnal hukum, dan 4) komentar-

komentar atau putusan hakim. Publikasi tersebut merupakan petunjuk

atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum

sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, jurnal, surat kabar, dan

sebagainya.53

Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder yang akan digunakan

ialah berupa buku-buku yang membahas tentang Pengawasan, Notaris

dan Majelis Pengawas Notaris serta jurnal dan artikel yang berkaitan

dengan pengawasan terhadap Notaris.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus (hukum), ensiklopedia.54

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini selain

menggunakan sumber data sekunder, juga menggunakan sumber data

primer sebagai sumber data penunjang yang berupa wawancara.

53

Ibid., hlm. 54. 54

Amiruddin dan Zainal Azikin, Op.Cit, hlm. 119.

Page 42: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

26

Wawancara akan dilakukan terhadap Majelis Pengawas Daerah Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan

pada Notaris di Daerah Kabupaten Serang.

4. Analisis data

Analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.55

Penelitian yuridis normatif ini data yang sudah

terkumpul akan dianalisis dengan cara analisis yuridis kualitatif yaitu

penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma

yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.56

5. Lokasi penelitian

Lokasi yang akan digunakan untuk mendapatkan data-data yang akan

dijadikan pembahasan oleh penulis pada penelitian ini yaitu Sekretariat

Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon,

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Kantor Notaris yang

termasuk dalam Kabupaten Serang, dan lokasi penelitian kepustakaan

yaitu Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Badan Perpustakaan

dan Arsip Daerah Provinsi Banten.

55

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Op.Cit, hlm. 19. 56

Zainuddin Ali, Op.Cit, hlm. 105.

Page 43: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

27

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk menyajikan suatu tulisan

secara terperinci dan tersusun rapi pada penelitian ini, oleh karenanya pada

penulisan penelitian ini dibagi menjadi 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang beberapa hal mengenai latar

belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEWENANGAN MAJELIS

PENGAWAS DAERAH DALAM PENGAWASAN TUGAS

JABATAN NOTARIS

Bab ini akan membahas secara teoritis mengenai aspek hukum

kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam mengawasi tugas

jabatan Notaris dan sistem pengawasan tugas jabatan Notaris

oleh Majelis Pengawas Daerah.

BAB III KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH

DALAM PENGAWASAN TUGAS JABATAN NOTARIS

DI DAERAH KABUPATEN SERANG

Bab ini membahas mengenai gambaran umum Kabupaten

Serang, Profil Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan

Kota Cilegon, Struktur Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, Kewenangan Majelis

Page 44: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

28

Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dalam

Pengawasan Terhadap Tugas Jabatan Notaris.

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS

DAERAH DALAM MENGAWASI TUGAS JABATAN

NOTARIS DI DAERAH KABUPATEN SERANG

BERDASARKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN

NOTARIS

Bab ini membahas mengenai analisis kewenangan Majelis

Pengawas Daerah dalam pengawasan tugas jabatan Notaris di

Kabupaten Serang berdasarkan ketentuan Undang-undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Serta akan

menganalisis mengenai kewenangan Majelis Pengawas Daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dalam penanganan kasus

pelanggaran terhadap Jabatan Notaris dihubungkan dengan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris.

BAB V PENUTUP

Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan yang berdasarkan

pada hasil penelitian yang termuat dalam bab IV dan saran

sebagai masukan yang disampaikan oleh peneliti dalam

penelitian ini.

Page 45: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

29

BAB II

TINJAUAN TEORITIS KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS

DAERAH DALAM PENGAWASAN TUGAS JABATAN NOTARIS

A. Aspek Hukum Kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam Mengawasi

Tugas Jabatan Notaris

1. Teori Kewenangan

Wewenang atau kewenangan memiliki kedudukan yang begitu

penting dalam kajian hukum tata negara dan hukum administrasi sehingga

F.A.M. Stroik dan J.G. Steenbeek menyatakan bahwa “Het begrip

bevoegdheid is dan ook een kembergrip in het staats-en administratief

recht”. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa wewenang merupakan

konsep inti dari hukum tata negara dan hukum administrasi.68

Istilah wewenang atau kewenangan disejajarkan dengan “authority”

dalam bahasa Inggris dan “bevoigdheid” dalam bahasa Belanda. Authority

dalam Black’s Law Dictionary diartikan sebagai Legal power; a right to

command or to act; the right and power of public officers to require

obedience to their orders lawfully issued in scope of their public duties.

(kewenangan atau wewenang adalah kekuasaan hukum, hak untuk

memerintah atau bertindak, hak atau kekuasaan pejabat publik untuk

mematuhi aturan hukum dalam lingkup melaksanakan kewajiban publik).

68

Abdul Latif, Hukum Administrasi Negara Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, Prenada

Media Group, Jakarta, 2014, hlm. 6.

Page 46: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

30

Kewenangan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hak dan

kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu.69

Pengertian kewenangan menurut pendapat Goorden bahwa

“wewenang adalah keseluruhan hak dan kewajiban yang secara eksplisit

diberikan oleh pembuat undang-undang kepada subjek hukum publik”.70

Menurut hukum administrasi negara yang dikemukakan oleh SF.

Marbun, bahwa :

Pengertian “kewenangan” (authority) adalah kekuasaan yang

diformalkan baik terhadap segolongan orang tertentu maupun

terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu yang berasal dari

kekuasaan legislatif atau dari kekuasaan pemerintah, sedangkan

pengertian “wewenang” (competence, bevoegdheid), hanyalah

mengenai onderdil tertentu atau bidang tertentu saja.71

Pengertian yang berbeda menurut Bagir Manan, yang berpandangan

bahwa “wewenang tidak bisa disamakan dengan kekuasaan (macht).

Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat,

sementara wewenang dapat diartikan sebagai hak dan kewajiban (rechten

en plichten).”72 Sedangkan H.D Stout mengemukakan pengertian lain

bahwa:

wewenang merupakan suatu pengertian yang berasal dari hukum

organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan

aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan

wewenang pemerintahan oleh subyek hukum publik didalam

hubungan hukum publik. (bevoegheid is een begrip uit het bestuurlijke

organisatierecht, wat kan worden omschreven als het geheel van

69

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga,

Balai Pustaka, Jakarta, 2003, hlm. 1272. 70

Murtir Jeddawi, Loc.Cit., hlm. 73. 71

Ibid., hlm. 46. 72

Ibid., hlm. 74.

Page 47: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

31

regels dat betrekking heeft op de verkkrijging enuit oefening van

bestuursrechtlijke bevoegdheden rechtverkeer).73

Kewenangan yang di dalamnya terkandung hak serta kewajiban,

dikemukakan oleh Nicolai, yaitu:

Het vermogen tot het verrichten van bepaalde rechtshandelingen

(handelingen die op rechtsgevolg gericht zijn en dus ertoe stekken dat

bepaalde rechtgevolgen onstaan of teniet gaan). Een recht houdt in de

(recht gegeven) vrijheid om een bepaalde feitelijke handeling te

verrichten of na te laten, of de (rechtens gegeven) aanspraak op het

verrichten van een handeling door een ander. Een plicht impliceert

een verplichting om een bepaale handeling te verrichten of na te laten.

(kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu {yaitu

tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat

hukum, dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat

hukum}. Hak yang dimaksud berisi kebebasan untuk melakukan atau

tidak melakukan tindakan tertentu atau menurut pihak lain untuk

melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan

untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu).74

Pengertian kewenangan menurut Nicolai ini menandung makna bahwa

subjek yang dapat menerima kewenangan ialah orang yang dikategorikan

telah cakap hukum atau orang yang dapat memberikan

pertanggungjawaban hukum atas suatu peristiwa hukum yang

menimbulkan akibat hukum, dalam peristiwa hukum yang terjadi berisi

hak dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan

tertentu.

Wewenang sebagai konsep hukum publik menurut Philipus M.

Hadjon sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu

pengaruh, dasar hukum, dan konfomitas hukum. Komponen pengaruh

yaitu bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan

73

Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, Prenadamedia, Jakarta, 2014, hlm. 103. 74

Ridwan HR, Loc.Cit, hlm. 101.

Page 48: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

32

perilaku subjek hukum. Komponen ini dimaksudkan, agar pejabat negara

tidak menggunakan wewenangnya di luar tujuan yang ditentukan oleh

eraturan perundang-undangan. Komponen dasar hukum bahwa wewenang

itu harus selalu dapat ditunjuk dasar hukumnya, pada komponen ini

bertujuan bahwa setiap tindakan pemerintah atau pejabat negara harus

mempunyai dasar hukum. Komponen konformitas mengandung makna

adanya standar wewenang yaitu standar umum (semua jenis wewenang)

dan standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu), komponen ini

menghendaki agar setiap tindak pemerintahan atau pejabat negara

mempunyai tolak ukur atau standar yang bersifat umum untuk semua jenis

wewenang yang bertumpu pada legalitas tindakan.75

Hubungan antara hukum administrasi dengan kewenangan menurut

Titiek Sri Djatmiati yaitu hukum administrasi atau hukum tata

pemerintahan (“administratiefrecht” atau “bestuursrecht”) berisikan

norma-norma hukum pemerintahan yang menjadi parameter yang dipakai

dalam penggunaan kewenangan yang dilakukan oleh badan-badan

pemerintah. Adapun parameter yang dipakai dalam penggunaan

wewenang itu ialah kepatuhan hukum ataupun ketidakpatuhan hukum

(“improper legal” or “improper illegal”), sehingga apabila penggunaan

kewenangan dilakukan secara “improper illegal” maka badan pemerintah

yang berwenang tersebut harus mempertanggungjawabkan.76

75

Abdul Latif, Op.Cit., hlm. 7. 76

Ibid., hlm. 12.

Page 49: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

33

Prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan pada negara hukum ialah

asas legalitas (legaliteits beginselen atau wetmatigheid van bestuur) atas

dasar asas legaitas tersebut sebagai pilar utama negara hukum bahwa

wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan.77

Secara teoritik, kewenangan bersumber dari peraturan perundang-

undangan diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi dan mandat.78

H. D. Van Wijk Konijnenbelt mendefinisikan sebagai berikut:

a) Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat

undang-undang kepada organ pemerintahan.

b) Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu

organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.

c) Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan

kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.79

Hukum administrasi negara menjelaskan kewenangan yang ditinjau

dari sumber atau sudut perolehan kewenangan dan pertanggung jawaban

pelaksanaan wewenangnya, sebagai berikut:

Pertama, Atribusi yaitu pemberian wewenang pemerintah (ekskutif)

oleh pembuat undang-undang (legislatif) kepada instansi pemerintah

atau organ pemerintah, kewenangan atribusi dapat diartikan sebagai

pembagian kekuasaan yang diberikan negara kepada pihak-pihak yang

berhak atas kewenangan tersebut yang didasari oleh Undang-undang

Dasar. Menurut Lutfi Effendi kewenangan atributif atau kewenangan

asli ialah kewenangan yang tidak dibagi-bagi kan pada siapapun,

kewenangan atributif pelaksaanya dilakukan sendiri oleh pejabat

tersebut dan memiliki peraturan dasar yang sudah ada.

Kedua, Delegasi yaitu pemberian wewenang dari instansi pemerintah

yang satu ke instansi pemerintah yang lain, mengenai tanggung jawab

dan tanggung gugatnya diberikan sepenuhnya kepada yang

dilimpahkan atas wewenang tersebut.80

77

Ibid., hlm. 13. 78

Ridwan HR., Loc.Cit, hlm.101. 79

Murtir Jeddawi, Loc.Cit., hlm.74-75. 80

Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayu Media publishing, Malang, 2003,

hlm. 77-78.

Page 50: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

34

Ketiga, wewenang yang diperoleh dengan cara mandat, yaitu

wewenang yang diperoleh penerima mandat (mandataris) yang hanya

terbatas melaksanakan wewenang tersebut atas nama pemberi mandat

(mandans). Oleh karena itu pada wewenang yang diperoleh dengan

cara mandat tidak sampai terjadi adanya pelimpahan atau penyerahan

wewenang dari mandans kepada mandataris, sehingga tanggung

jawab atas pelaksanaan wewenang tersebut masih tetap menjadi

tanggung jawab dari mandans.81

Kedua pandangan mengenai teori kewenangan yang ditinjau dari

sudut perolehannya tersebut menjabarkan dengan jelas tentang bagaimana

pemerintah atau pejabat negara dapat melakukan tindakan atau tidak dapat

melakukan tindakan tertentu dalam urusan pemerintahan berdasarkan

dengan wewenang apa yang diperolehnya. Tolak ukur untuk menentukan

apakah suatu tindakan atau perbuatan pemerintahan dapat dikategorikan

termasuk dalam kategori tindakan atau perbuatan menyalahgunakan

wewenang (detournement depouvoir) atau perbuatan sewenang-wenang

(willekeur) serta perbuatan melanggar hukum (onrechtmatigedaad) akan

banyak banyak ditentukan oleh sisi penggunaan wewenang pemerintahan

tersebut.82

Konsep hukum administrasi negara, good goverment disebut sebagai

konsep yang diartikan sebagai suatu keabsahan tindakan atau perbuatan

pemerintahan yang menegaskan agar suatu tindakan pemerintah (pejabat

negara) atau dalam perbuatan-perbuatan pemerintahan itu tidak

menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya atau melakukan

tindakan atau perbuatan yang sewenang-wenang (tanpa dasar) serta

81

Abdul Latif, Op.Cit., hlm. 47. 82

Murtir Jeddawi, Loc.Cit., hlm. 19.

Page 51: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

35

tindakan atau perbuatan melanggar hukum oleh penguasa atau pemerintah

(onrechtmatigedaad). Pemerintah dalam menjalankan kekuasaan selain

berdasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan pemerintahan yang baik

seperti: adanya keterbukaan pemerintahan, akuntabilitas, dan kepastian

hukum, harus pula berlandaskan pada keabsahan kewenangan yang

diperolehnya dalam melakukan perbuatan atau tindakan pemerintahan.83

Notaris merupakan seorang pejabat yang memperoleh kewenangan

secara atribusi atau wewenang yang langsung diberikan oleh peraturan

perundang-undangan untuk membuat akta otentik. Secara teoritis, akta

otentik adalah surat atau akta yang sejak semula dengan sengaja secara

resmi dibuat untuk pembuktian.84

Sedangkan secara dogmatis berdasarkan

Pasal 1868 KUHPerdata, akta otentik adalah akta yang bentuknya

ditentukan oleh undang-undang dan dibuat oleh atau dihadapan pegawai-

pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta

dibuatnya.85

Notaris dalam melaksanakan kewenangannya khususnya

dalam pembuatan akta yang bersifat otentik maka Notaris diberikan

pengawasan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)

dengan membentuk Majelis Pengawas Notaris (MPN) dan kewenangan

yang dimaksud kemudian dilimpahkan atau didelegasikan kepada Majelis

Pengawas Notaris. Pada pelimpahan wewenang pemerintahan melalui

83

Ibid., hlm. 20. 84

Jeremiah, Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris di

Kota Salatiga, Tesis, Semarang, Universitas Diponegoro, 2008, hlm. 1. 85

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty,Yogyakarta, 2006. hlm.

153.

Page 52: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

36

delegasi menurut Murtir Jeddawi dalam buku Hukum Administrasi

Negara, bahwa delegasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat

lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan.

b) Delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan, artinya

delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam

peraturan perundang-undangan.

c) Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki

kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi

d) Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans

berhak untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang

tersebut.

e) Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan

instruksi atau petunjuk tentang penggunaan wewenang tersebut.86

Syarat-syarat yang disebutkan pada dasarnya mengandung makna

bahwa atas dasar pelimpahan wewenang (delegasi) oleh Kementrian

Hukum dan HAM kepada Majelis Pengawas Notaris untuk melaksanakan

tugas pengawasan terhadap jabatan notaris maka sudah tentu wewenang

pengawasan terhadap jabatan notaris ini akan dilaksanakan secara penuh

oleh MPN, dalam arti Kementrian Hukum dan HAM tidak lagi memiliki

wewenang penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap jabatan

notaris, kemudian wewenang pengawasan inipun telah diatur secara

khusus didalam peraturan perundang-undangan.

Prinsip utama penyelenggaraan pemerintahan pada negara hukum

ialah asas legalitas sebagai unsur universal konsep negara hukum, dalam

hukum administrasi asas legalitas wujudnya “wetmatigheid van bestuur”87

sebagai dasar dapat diperolehnya suatu kewenangan oleh organ pemerintah

86

Murtir Jeddawi, Op.Cit., hlm. 75. 87

Abdul Latif, Loc.Cit., hlm. 7.

Page 53: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

37

atau pejabat negara baik yang diperoleh secara atribusi, delegasi, maupun

mandat, kemudian dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintahan

perlu dilakukan suatu upaya pembinaan dan pengawasan. Hal tersebut

dianggap penting untuk dilakukan dalam tindakan atau perbuatan

pemerintah yang berdasarkan atas wewenang pemerintahan, karena

dikhawatirkan akan terjadi suatu tindakan atau perbuatan pemerintah yang

menyalahgunakan kewenangannya atau melanggar ketentuan hukum.

Dengan dilakukan pengawasan ini menjadi parameter bagi kinerja

pemerintah atau pejabat negara terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Pengertian Pejabat dan Jabatan Menurut Hukum Administrasi

Negara

Hukum administrasi negara menurut R. Abdoel Djamali, “adalah

peraturan hukum yang mengatur administrasi, yaitu hubungan antara

warga negara dan pemerintahnya yang menjadi sebab hingga negara itu

berfungsi”.88

Penjelasan lain menurut Kusumadi Poedjosewojo, “hukum

administrasi negara adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur

bagaimana negara sebagai penguasa menjalankan usaha-usaha untuk

memenuhi tugasnya”.89

88

Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Prestasi Pustaka,

Jakarta, 2010, hlm. 8. 89

Ibid.

Page 54: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

38

Sedangkan pendapat Van Apeldoorn “hukum administrasi negara

adalah keseluruhan aturan yang harus diperhatikan oleh para pengusaha

yang diserahi tugas pemerintahan dalam menjalankan tugasnya”.90

E. Utrecht mendefinisikan bahwa “hukum administrasi sebagai hukum

yang menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan, akan

kemungkinan para pejabat melakukan tugas mereka yang khusus”.91

Pendapat lain menurut Djokosutomo “hukum administrasi negara

adalah hukum yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum antara

jabatan-jabatan dalam negara dengan warga masyarakat”.92

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh para ahli ini memberi

arti bahwa hukum administrasi negara merupakan bagian dari hukum yang

mengatur hubungan antara warga negara dengan pemerintah atau dalam

hal ini pejabat administrasi negara, oleh karenanya para pejabat

administrasi negara dalam melaksanakan kekuasaan negara dan tugas

jabatan untuk kepentingan warga negaranya haruslah sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku dalam hal ini hukum administrasi negara. 93

Sebab karena kegiatan para administrator (pelaku administrasi) adalah

sesuatu yang kompleks dan rumit serta men angkau lapangan kegiatan

yang luas, maka Krabbe berpendapat “bahwa tidaklah benar suatu

pemerintahan itu sebagai sumber kekuasaan merdeka dengan hak untuk

90

Ibid. 91

Ibid. 92

Ibid., hlm. 9. 93

Faried Ali, Teori Dan Konsep Administrasi Dari Pemikiran Paradigmatik Menuju

Redefinisi, Jakarta, Rajawali Pers, 2011, hlm. 174.

Page 55: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

39

ditaati, yang benar adalah bahwa kekuasaan pemerintah itu adalah adalah

yang dibenarkan menurut hukum”.94

Murtir Jeddawi menjelaskan dalam buku Hukum Administrasi Negara

bahwa pemerintah dapat dipandang dari dua hal, pemerintah dalam arti

luas dan arti sempit.95

Pemerintah dalam arti luas menyangkut adalah

eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dan pemerintah dalam arti sempit yaitu

yang menjalankan kekuasaan eksekutif, berdasarkan hal tersebut maka

pengertian dari pejabat akan berkaitan atau merujuk pada pemerintah

dalam arti sempit (eksekutif).96

Menurut E. Utrecht agar wewenang dapat dijalankan, maka “jabatan”

sebagai personifikasi hak dan kewajiban, memerlukan suatu perwakilan,

yang disebut “pejabat” yaitu “manusia” atau “badan”, dengan kata lain

disebut “pemangku jabatan”. Dengan perantaraan “pejabat” maka

“jabatan” dapat melaksanakan kewajibannya.97

Menurut Moekijat dalam buku Administrasi Kepegawaian Negara

“jabatan merupakan sekelompok posisi yang sama dalam suatu

organisasi”.98

Menurut Bagir Manan “Jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap

yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang secara keseluruhan mencerminkan

tujuan dan tata cara kerja suatu organisasi. Jabatan itu bersifat tetap namun

94

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Perbandingan Hukum Administrasi Negara,

Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 36. 95

Murtir Jeddawi, Loc.Cit., hlm. 56. 96

Inu Kencana Syafiie, Loc.Cit., hlm. 13. 97

Lukman Hakim, Kewenangan Organ Negara Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan,

Jurnal Konstitusi, Universitas Widyagama, Malang. 2011, hlm. 107. 98

Moekijat, Administrasi Kepegawaian Negara, Bandung, Mandar Maju, 1991, hlm. 24.

Page 56: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

40

pemegang jabatan dapat berganti-ganti”.99 Dengan penjelasan lain menurut

E. Utrecht - Moh. Saleh Djindang bahwa :

Jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan

dilakukan guna kepentingan negara/kepentingan umum atau yang

dihubungkan dengan organisasi sosial tertinggi yang diberi nama

negara, sedangkan yang dimaksud dengan suatu lingkungan pekerjaan

tetap ialah suatu lingkungan yang sebanyak-banyaknya dapat

dinyatakan dengan tepat teliti (zoveel mogelijk naukeurig omschreven)

dan yang bersifat “duurzaam” atau tidak dapat diubah begitu saja.100

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli

mengenai pejabat dan jabatan ini pada intinya menganggap bahwa pejabat

merupakan suatu badan atau pemerintah yang melaksanakan urusan

pemerintahan berdasarkan sifat kewenangan yang diperoleh yang sesuai

dengan ketentuan undang-undang sedangkan jabatan merupakan suatu

urusan pemerintahan itu sendiri yang akan dilaksanakan untuk

kepentingan umum atau kepentingan negara yang harus berdasarkan

dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

B. Sistem Pengawasan Tugas Jabatan Notaris oleh Majelis Pengawas

Daerah

Pengawasan merupakan sarana untuk menghubungkan target dengan

realisasi setiap program atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh

pemerintah secara utuh dan menyeluruh. Pengawasan dianggap sebagai

segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang

sebenarnya mengenai suatu pelaksanaan tugas atau kegiatan, dengan

99

Murtir Jeddawi, Loc.Cit., hlm. 57. 100

Abdul Latif, Op.Cit., hlm. 49.

Page 57: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

41

demikian manifestasi dari kinerja pengawasan adalah kegiatan untuk menilai

suatu pelaksanaan tugas secara de facto, sedangkan tujuan pengawasan itu

hakikatnya adalah sebagai media terbatas untuk melakukan semacam cross

check atau pencocokan, apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai

dengan tolak ukur yang telah ditentukan sebelumnya atau tidak.101

Definisi dari pengawasan yang disampaikan lembaga Indonesian

Corruption Watch (ICW), disampaikan pengertian bahwa “pengawasan

sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah suatu

pelaksanaan pekerjaan atau suatu kegiatan itu dilaksanakan sesuai dengan

rencana, aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan”.102

Menurut Syaiful Anwar memberikan pemahaman bahwa “pengawasan

atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar

pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terhindar

dari penyimpangan”.103 Dengan demikian sifatnya represif yaitu

menghindarkan terjadinya penyimpangan, dan penyimpangan itu terjadi tidak

semata karena tidak ada atau lemahnya pengawasan, namun dapat terjadi pula

karena kesengajaan, sengaja karena ada kesempatan dan niat untuk

melakukan penyimpangan.

Menurut Prayudi Atmosudirdjo “pengawasan adalah suatu proses untuk

menetapkan pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau

diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau

101

Suriansyah Murhaini, Manajemen Pengawasan Pemerintahan Daerah, Yogyakarta,

Pustaka Pelajar, 2014, hlm. 15. 102

Ibid., hlm. 2. 103

Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Glora Madani Press,

2004. hlm. 145.

Page 58: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

42

diperhatikan”.104 Dalam arti pemahaman ini terkandung makna sinkronisasi

antara apa yang telah direncanakan, kemudian dilaksanakan dan akhirnya

diarahkan agar tidak terjadi penyimpangan antara rencana dengan

pelaksanaannya.

M. Manullang memberikan pemahaman tentang pengawasan bahwa

“pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang

sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila dengan maksud supaya

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”.105 Kaitannya

pemahaman ini terkandung makna upaya untuk tetap konsisten diantara

perencanaan dengan pengawasan, dan untuk menjaga konsistensi inilah

relevansinya pengawasan dilaksanakan.

Menurut Sondang Siagan berpendapat lain bahwa “pengawasan adalah

proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin

agar semua pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya”.106

Stephen Robein mengemukakan bahwa:

Control can be defined as the process of monitoring activities to ensure

they are being accomplished as planned and of correcting any significant

devistions (pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses mengikuti

perkembangan kegiatan untuk menjamin (to ensure) jalannya pekerjaan

dengan demikian, dapat selesai secara sempurna (accoplished)

sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya dengan pengoreksian

beberapa pemikiran yang saling berhubungan).107

104

Prayudi Atmodusirdjo, Hukum Aministrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1992, hlm.

86. 105

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta, Gajahmada University Press, 2009,

hlm. 7. 106

Sondang Siagan, Administrasi Pembangunan, Jakarta, Gunung Agung, 1990, hlm. 224. 107

Inu Kencana Syafiie dan Welasari, Loc.Cit, hlm. 179.

Page 59: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

43

George R. Terry mengemukakan bahwa:

Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus

dicapai suatu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan menilai

pelaksanaan, dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga

pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standard (ukuran).108

Pemahaman lain menurut Lyndal F. Urwick bahwa “pengawasan adalah

upaya agar sesuatu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah

ditetapkan dan instruksi yang telah sesuai”.109

Robbin menyatakan bahwa “pengawasan merupakan suatu proses

aktivitas yang sangat mendasar sehingga membutuhkan seorang manajer

untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi”.110

Dale menyatakan bahwa “pengawasan tidak hanya melihat sesuatu

dengan saksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi

mengandung arti pula untuk memperbaiki dan meluruskannya sehingga

mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan”.111

Sedangkan menurut Zaenal Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana

dalam buku manajemen pelayanan publik yaknis:

Pengawasan didefinisikan sebagai uasaha sistematis oleh manajemen

bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang

telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan

dengan standar tersebut dan mengambil tindakan penyembuhan yang

108

Ibid. 109

Nomensen Sinamo, Hukum Pemeritahan Daerah di Indonesia, Tangerang, Pustaka

Mandiri, 2010, hlm. 142. 110

Dann Suganda, Kepemimpinan di dalam Organisasi dan Manajemen, Bandung, Sinar

Baru, 2001, hlm. 150. 111

Winardi, Manajer dan Manajemen, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 224.

Page 60: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

44

diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan

selektif dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan.112

Pernyataan lain dari Abdurahman yang menyebutkan bahwa ada

beberapa faktor yang membantu pengawasan dan mencegah berbagai kasus

penyelewengan serta penyalahgunaan wewenang, yaitu:

1) Filsafat yang dianut bangsa tersebut

2) Agama yang mendasari seseorang tersebut

3) Kebijakan yang dijalankan

4) Anggaran pembiayaan yang mendukung

5) Penempatan pegawai dan prosedur kerjanya dan kemantapan

koordinasi dalam organisasi.113

Suyamto mengemukakan bahwa “pengawasan adalah segala usaha atau

kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai

pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau

tidak”.114

Pendapat lain tentang pengawasan atau “control” ialah menurut Muchsan

bahwa:

“Pengawasan adalah kegiatan untuk menilai suatu pelaksanaan tugas

secara de facto, sedangkan tujuan pengawasan hanya terbatas pada

pencocokkan apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan

tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal ini berwujud

suatu rencana).”115

Muchsan menyatakan pula bahwa untuk adanya tindakan pengawasan

diperlukan unsur-unsur sebagai berikut:

1) Adanya kewenangan yang jelas yang dimiliki oleh aparat pengawas.

2) Adanya suatu rencana yang mantap sebagai alat penguji terhadap

pelaksanaan suatu tugas yang akan diawasi.

112

Zaenal Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Pelayanan Publik,

Bandung, Pustaka Setia, 2015, hlm. 156. 113

Nomensen Sinamo, Op.Cit., hlm. 143. 114

Ibid. 115

Ibid.

Page 61: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

45

3) Tindakan pengawasan dapat dilakukan terhadap suatu proses kegiatan

yang sedang berjalan maupun terhadap hasil yang dicapai dari

kegiatan tersebut.

4) Tindakan pengawasan berakhir dengan disusunnya evaluasi akhir

terhadap kegiatan yang dilaksanakan serta pencocokan hasil yang

dicapai dengan rencana sebagai tolak ukurnya.

5) Untuk selanjutnya tindakan pengawasan akan diteruskan dengan

tindakan lanjut, baik secara administratif maupun secara yuridis.116

Nawawi mengemukakan pendapatnya mengenai fungsi dari pengawasan,

yaitu:

Fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik selama proses

manajemen atau administrasi berlangsung, maupun setelah berakhir,

untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi atau unit

kerja. Dengan kata lain fungsi pengawasan harus dilakukan terhadap

perencanaan dan pelaksanaanya. Kegiatan pengawasan sebagai fungsi

manajemen bermaksud untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan

kegagalan yang terjadi setelah perencanaan dibuat dan dilaksanakan.117

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang disampaikan mengenai

pengawasan ini memberi arti bahwa pada hakekatnya pengawasan adalah

suatu proses kegiatan yang mengandung kontinuitas untuk dilaksanakan,

yang memberi tujuan untuk mengetahui bagian mana dari proses pelaksanaan

suatu pekerjaan yang sudah diselenggarakan dengan baik, yang kemudian

melaksanakan tindaklanjut dari suatu perencanaan yang telah dibuat.

Pengawasan pada hakikatnya selain untuk membandingkan antara

pelaksanaan dan rencana serta intruksi yang telah dibuat, juga untuk

mengetahui ada tidaknya kesulitan, kelemahan atau kegagalan serta efisiensi

116

Ibid., hlm. 144. 117

Ibid., hlm. 141.

Page 62: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

46

dan efektivitas kerja untuk dan mencari jalan keluar apabila ada kesulitan,

kelemahan dan kegagalan atau dengan kata lain disebut tindakan korektif.118

Menurut pendapat Prayudi, dalam mencapai pelaksanaan pengawasan

ada beberapa asas yang harus dijadikan sebagai dasar dari pengawasan. Asas

ini harus ditaati secara konsisten manakala pengawasan dijalankan dalam

proses pelaksanaan aktivitas. Adapun asas yang dimaksud adalah:

a. Asas tercapainya tujuan.

Dasarnya adalah bahwa semua aktivitas ditujukan ke arah tercapainya

tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari

penyimpangan atau deviasi perencanaan. Tentu ketika perencanaan itu

dilaksanakan.

b. Asas efisiensi.

Bahwa asas ini menjelaskan agar sedapat dan sejauh mungkin

pelaksanaan atas aktivitas dihindarkan dari deviasi. Deviasi pasti

muncul dari perencanaan sehingga tidak menimbulkan masalah yang

tidak perlu, khususnya yang datangnya dari luar dan datangnya tidak

terduga.

c. Asas tanggungjawab.

Maksud dari asas ini adalah agar dapat dilaksanakannya perencanaan

dengan baik, para pelaksana harus benar-benar memiliki

tanggungjawab. Tidak semata didasarkan pada adanya pengawasan

yang membawa konsekuensi sanksi. Lebih dari itu adalah

tanggungjawab internal terhadap proses pelaksanaannya.119

d. Asas pengawasan.

Maksud asas ini ditujukan pada masa depan atas aktivitas yang

dilaksanakan. Tujuan dari asas ini tidak lain adalah untuk melakukan

tindakan konkret guna mencegah terjadinya penyimpangan

perencanaan yang akan terjadi. Baik di waktu sekarang maupun masa

yang akan datang.

e. Asas langsung.

Maksudnya bahwa di dalam melakukan pengawasan itu senantiasa

diorientasikan kepada pekerjaan yang mengandung aspek pengawasan

secara menyeluruh. Artinya pelaksanapun mempunyai beban langsung

untuk di samping melaksanakan juga melakukan pengawasan.

f. Asas refleksi pengawasan.

Maksud dari asas ini bahwa di dalam melaksanakan aktivitas

terkandung makna militans. Militansi itu tercermin dari karakter dan

118

Titik Triwulan Tutik, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata

Usaha Negara Indonesia, Jakarta, Prenada Media Group, 2011, hlm. 454. 119

Ibid., hlm. 5.

Page 63: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

47

susunan perencanaan, yang dapat dilaksanakan baik secara aplikatif

berdasarkan perencanaan maupun pelaksanaan pengawasannya.

g. Asas penyesuaian dengan organisasi.

Maksudnya bahwa keseluruhan aktivitas mengandung satu sistem

yang teratur dan terkendali, bukan hanya dalam pelaksanaan aktivitas,

di dalam pengawasanpun harus dilakukan sesuai dengan struktur

organisasi masing-masing bagian punya kewenangan yang saling

terkait dan terkoordinasi.

h. Asas individual.

Maksudnya bahwa pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan dan

ditujukan sesuai dengan tingkat dan tugas pelaksana. Peran individu

menentukan keberhasilan pelaksanaan aktivitas dan pelaksanaan

pengawasan. Masing-masing individu harus merasakan hal tersebut

yang terefleksikan dalam kinerjanya.

i. Asas standar.

Maksudnya bahwa di dalam pengawasan mendasarinya dengan

prinsip efektivitas dan efisiensi. Ukuran untuk itu dirumuskan

berdasarkan standar yang jelas dan akurat. Akurasi dibutuhkan

sebagai tolak ukur pelaksana dan tujuan yang akan dicapai atas dasar

pelaksanaan aktivitas dimaksud sehingga benar-benar terarah secara

standar. Artinya dapat dicapai berdasarkan rasionalitas yang

standar.120

j. Asas pengawasan terhadap strategi.

Bahwa di dalam pelaksanan aktivitas akan muncul berbagai

kemungkinan, atas dasar kemungkinan yang muncul harus diantisipasi

berdasarkan strategi yang jitu. Asas pengawasan terhadap strategi

memberikan pemahaman untuk senantiasa memperhatikan secara

detail faktor strategi dimaksud.

k. Asas pengecualian.

Asas ini terkandung maksud bahwa akan muncul faktor pengecualian,

dalam hubungan ini pengawasan membutuhkan serangkaian perhatian

yang terukur. Perhatian dimaksud dalam pelaksanaan aktivitas serta

pengawasannya. Hal ini dibutuhkan ketika pelaksanaan dimaksud

menghadapi perubahan kondisi dan situasi.

l. Asas pengendalian refleksi.

Maksudnya bahwa pengawasan harus senantiasa dilaksanakan sesuai

ruang dan waktu, oleh karena itu harus fleksibel khususnya manakala

ada peristiwa atau kejadian yang tidak direncanakan sebelumnya

terjadi, fleksibilitas dibutuhkan untuk menghindarkan kegagalan di

dalam pelaksanaan perencanaan dan pengawasan.

m. Asas peninjauan kembali.

Maksudnya bahwa dalam pelaksanaan pengawasan harus selalu

ditinjau, dievaluasi sedemikian rupa sehingga pelaksanaan atas

120

Ibid., hlm. 6

Page 64: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

48

rencana dan pengawasannya senantiasa pada jalur yang sesuai dengan

perencanaan awal, hal ini akan menjadi jaminan tercapainya tujuan.

n. Asas tindakan.

Maksudnya bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran

konkret yang tercermin dari tindakan, yaitu tindakan dalam

pelaksanaan rencana dan pengawasan harus konkret. Tidak saja

menjadi bagian dari pencapaian tujuan, namun juga untuk melakukan

koreksi terhadap terjadinya penyimpangan dari rencana, organisasi

dan juga pelaksanaannya.121

Pada dasanya pengawasan itu bersifat menyeluruh dan dimensinya luas,

dan untuk pelaksanaannya memerlukan konsistensi atas penerapan prinsip

pengawasan itu sendir. Prinsip yang secara konsisten harus dijalankan pada

pelaksanaan, yang secara normatif tidak memberikan kesempatan untuk

terjadinya penyimpangan, penyimpangan sekecil apapun yang terjadi dan

ditoleransi secara sadar akan menghambat pelaksanaan dari perencanaan yang

telah dibuat sebelumnya.122

Fachruddin mengklasifikasikan pengawasan seperti berikut ini:

1) Pengawasan dipandang dari kelembagaan yang dikontrol dan yang

melaksanakan kontrol dapat diklasifikasikan:

a) Kontrol intern (internal control)

Pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan/organ yang secara

structural masih termasuk organisasi dalam lingkungan pemerintah.

Misalnya pengawasan yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap

bawahannya secara hierarkis. Bentuk kontrol ini dapat digolongkan

sebagai jenis kontrol teknis-administratif atau built-in control.123

b) Kontrol ekstern (external control)

Pengawasan yang dilakukan oleh badan/ organ yang secara struktur

organisasi berada di luar pemerintah dalam arti eksekutif.

Misalnya, kontrol yang dilakukan secara langsung, seperti kontrol

keuangan yang dilakukan BPK, kontrol sosial yang dilakukan oleh

masyarakat dan LSM termasuk media massa dan kelompok

masarakat yang berminat pada bidang tertentu, dan kontrol politis

pemerintah (eksekutif). Kontrol reaktif yang dilakukan secara tidak

langsung melalui badan peradilan (judicial control) antara lain

121

Ibid., hlm. 7. 122

Ibid., hlm. 8. 123

Ibid., hlm. 145.

Page 65: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

49

peradilan umum dan peradilan administrasi, maupun badan lain

seperti komisi Ombudsman Nasional.124

2) Pengawasan dipandang dari waktu pelaksanaan pengawasan, meliputi

hal-hal berikut:

a) Kontrol a-priori

Pengawasan yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan atau

dikeluarkannya suatu keputusan atau ketetapan pemerintah atau

peraturan lainnya yang menjadi wewenang pemerintah. Kontrol a-

priori mengandung unsur pengawasan preventif yaitu untuk

mencegah atau menghindarkan terjadinya kekeliruan. Contohnya

lembaga persetujuan dan pengesahan dari instansi atasan. Suatu

tindakan pemerintah hanya sah apabila disetujui atau disahkan oleh

instansi yang secara hierarkis lebih tinggi

b) Kontrol a-posteriori

Pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkan suatu keputusan

atau ketetapan pemerintah atau sesudah terjadinya tindakan

pemerintah. Pengawasan ini mengandung sifat pengawasan represif

yang bertujuan mengoreksi tindakan yang keliru. Contoh kontrol

peradilan atau judicial control yang dilakukan melalui gugatan oleh

pihak yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu tindakan

atau perbuatan pemeritahan.125

3) Pengawasan dipandang dari aspek yang diawasi, dapat

diklasifikasikan atas:

a) Pengawasan dari segi hukum (legalitas)

Pengawasan dimaksudkan untuk menilai segi hukumnya saja

(rechmatigheid). Kontrol peradilan atau judicial control secara

umum masih dipandang sebagai pengawasan segi hukum (legalitas)

walaupun melihat adanya perkembangan baru yang mempersoalkan

pembatasan itu.

b) Pengawasan dari segi kemanfaatan (oportunitas)

Pengawasan dimaksudkan untuk menilai segi kemanfaatannya

(doelmatigheid). Kontrol internal secara hierarkis oleh atasan

adalah jenis penilaian segi hukum (rechmatigheid) dan sekaligus

segi kemanfaatan (oportunitas).126

4) Pengawasan dipandang dari cara pengawasan dapat dibedakan atas:

a) Pengawasan negatif represif.

Pengawasan yang dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan.

b) Pengawasan negatif preventif.

Pengawasan yang dilakukan dengan cara badan pemerintah yang

lebih tinggi menghalangi terjadinya kelalaian pemerintah yang

lebih rendah.127

124

Ibid., hlm. 146. 125

Ibid. 126

Ibid. 127

Ibid., hlm. 147.

Page 66: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

50

c) Hertogh mengemukakan pendapat bahwa pengawasan dapat

dibedakan pula atas:

(1) Pengawasan unilateral (unilateral control)

Pengawasan yang penyelesaiannya dilakukan secara sepihak

oleh pengawas.

(2) Pengawasan refleksif (reflexive control)

Pengawasan yang penyelesaiannya dilakukan melalui proses

timbal balik berupa dialog dan negosiasi antara pengawas dan

yang diawasi.128

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia membedakan

pengawasan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu pengawasan berdasarkan subjek,

pengawasan berdasarkan cara pelaksanaan dan berdasarkan waktu

pelaksanaan.129

1) Pengawasan berdasarkan subjek

Pengawasan berdasarkan subjek ini dikembangkan menjadi 4 macam,

yaitu:

a) Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh setiap

pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya,

dalam rangka peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat sudah

ada pembakuan bahwa waskat pada hakikatnya adalah pengendalian

langsung maupun tidak langsung. Waskat atau pengendalian adalah

pengendalian langsung yang selalu diikuti dengan tindak lanjut, baik

yang negatif berupa tindakan koreksi maupun yang positif berupa

pujian atau penghargaan.

b) Pengawas fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat

yang tugas pokoknya melakukan pengawasan, seperti Itjen, Itwilprop,

BPKP dan Bepeka. Pengawasan fungsional dilakukan bukan terhadap

anak buah sendiri, tetapi terhadap pihak lain yang menjadi bawahan

dari atasannya sendiri atau terhadap hal-hal tertentu dari pihak lain

tersebut.

c) Pengawasan legislatif adalah pengawasan yang dilakukan oleh

Lembaga Perwakilan Rakyat baik di Pusat (DPR) maupun di daerah

(DPRD), pengawasan ini merupakan pengawasan politik

d) Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh

masyarakat, seperti yang termuat dalam media massa.130

128

Ibid., hlm. 148. 129

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Loc.Cit, hlm. 160 130

Buchari Zainun, Administrasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia Pemerintah Negara

Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 57.

Page 67: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

51

2) Pengawasan berdasarkan cara pelaksanaan

Cara pelaksanaan pengawasan dapat dibedakan, pengawasan langsung

dan pengawasan tidak langsung:

a) Pengawasan langsung, ialah pengawasan yang dilaksanakan di tempat

kegiatan berlangsung, yaitu dengan mengadakan inpeksi dan

pemeriksaan.

b) Pengawasan tidak langsung, ialah pengawasan yang dilaksanakan

dengan mengadakan pemantauan dan pengkajian laporan dari

pejabat/satuan kerja yang bersangkutan, aparat pengawasan

fungsional, pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat

3) Pengawasan berdasarkan waktu pelaksanaan.

a) Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dimulai

Pengawasan ini antara lain dilakukan dengan mengadakan

pemeriksaan dan persetujuan rencana kerja dan rencana anggarannya,

penetapan petunjuk operasional, persetujuan atas rancangan peraturan

perundangan yang akan ditetapkan oleh pejabat/instansi yang lebih

rendah. Pengawasan ini bersifat preventif dengan tujuan untuk

mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,

kesalahan, terjadinya hambatan dan kegagalan.131

b) Pengawasan yang dilakukan selama pekerjaan sedang berlangsung.

Pengawasan ini dilakukan dengan tujuan membandingkan antara hasil

yang nyata-nyata dicapai dengan yang seharusnya telah dan yang

harus dicapai dalam waktu selanjutnya. Demikian pentingnya

pengawasan ini, sehingga perlu dikembangkan sistem monitoring

yang mampu mendeteksi atau mengetahui secara dini kemungkinan

timbulnya penyimpangan-penyimpangan, kesalahan-kesalahan dan

kegagalan.

c) Pengawasan yang dilakukan sesudah pekerjaan selesai dilaksanakan.

Pengawasan ini dilakukan dengan cara membandingkan antara

rencana dan hasil. Pengawasan ini merupakan pengawasan represif132

Pengawasan yang efektif adalah merupakan sarana terbaik untuk

membuat segala sesuatunya berjalan dengan baik dalam Administrasi Negara

terutama pengawasan preventif. Pengawasan represif hanya berguna bilamana

(a) dilakukan secara komprehensif dan cukup intensif, (b) bilamana

laporannya bersifat cukup objektif dan analitis, dan (c) bilamana laporannya

disampaikan cukup cepat.133

131

Lembaga Administrasi Negara, Op.Cit., hlm. 161. 132

Ibid., hlm. 162. 133

Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Yudhistira, 1994, hlm. 84.

Page 68: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

52

Mekanisme pengawasan yang harus diutamakan dalam kegiatan

administrasi negara menurut Paulus Effendi Lotulung dalam buku Hukum

Tata Usaha Negara dan Kekuasaan yaitu pengawasan yang dilakukan

sebelum kegiatan dimulai ataupun selama kegiatan berlangsung (controle a

priori) dibandingkan dengan pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya

kegiatan (controle a posteriori).134

134

Paulus Effendi Lotulung, Loc.Cit, hlm. 34.

Page 69: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

53

BAB III

KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM

PENGAWASAN TUGAS JABATAN NOTARIS DI DAERAH

KABUPATEN SERANG

A. Gambaran Umum

Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah pada

hakikatnya bertujuan untuk menentukan suatu pelaksanaan tugas jabatan

Notaris sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan untuk mewujudkan kualitas kinerja yang lebih baik dari kualitas

sebelumnya. Dalam kaitannya dengan hal yang sedang peneliti bahas,

pengawasan memiliki urgensi yang sangat tinggi bagi para pihak yang terkait,

baik dari pihak Notaris, Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan masyarakat

sipil sebagai pengguna jasa Notaris. Hal demikian dapat diketahui karena

pengawasan terhadap tindakan pejabat umum khususnya Notaris sangat

diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai

tujuan dan terhindar dari pelanggaran Kode Etik Notaris atau penyimpangan

tugas jabatan Notaris. Karena apabila dalam pelaksanaan tugas jabatan

Notaris tidak dilakukan pengawasan maka memungkinkan Notaris melakukan

suatu pelanggaran atau penyimpangan yang akhirnya berakibat merugikan

masyarakat sebagai pengguna jasa Notaris khususnya dalam pembuatan akta

autentik.

Page 70: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

54

1. Letak Geografis Daerah Kabupaten Serang

Kabupaten Serang merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota

di Propinsi Banten, terletak diujung barat bagian utara pulau jawa dan

merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Sumatera

dengan Pulau Jawa dengan jarak ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota

Negara Indonesia.135

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) secara geografis,

Kabupaten Serang terletak di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

dan Kota Serang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang,

di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten

Pandeglang, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kota Cilegon

dan Selat Sunda. Secara keseluruhan, luas daerah Kabupaten Serang

adalah 1.467,35 km2. Berdasarkan keadaan topografinya sebagian besar

daerahnya berupa dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 500 m dan

terdapat pula pegunungan (antara 0 s.d 1.778 m di atas permukaan laut) yang

terletak di perbatasan Kabupaten Pandeglang.136

Kabupaten Serang secara administratif terbagi menjadi 29 Kecamatan.

Banyaknya desa di Kabupaten Serang tahun 2016 sebesar 326 desa yang

mana terbagi berdasarkan klasifikasi perdesaan dan perkotaan, klasifikasi

135

Profil Kabupaten Serang, https://biropemerintahan.bantenprov.go.id/id/read/profil-kab-

serang.html, diakses pada 09 April 2018, 11.40 WIB. 136

Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, Statistik Daerah Kabupaten Serang 2017,

Kabupaten Serang, Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2017, hlm. 1.

Page 71: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

55

daerah masih didominasi oleh desa perdesaan yakni sebanyak 254 desa se-

dangkan 72 desa merupakan desa perkotaan.137

Pada tahun 2016, jumlah penduduk Kabupaten Serang mencapai

1.484.502 jiwa, bertambah 0.69 persen dari tahun 2015 yang hanya

1.474.301 jiwa. Bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di

Provinsi Banten, Kabupaten Serang merupakan daerah dengan populasi

penduduk terbanyak keempat setelah Kabupaten Tangerang (28,19

persen), Kota Tangerang (17,12 persen). Dan Kota Tangerang Selatan

(12,91 persen).138

Tabel 3.1

Data Penduduk Kabupaten Serang 2015-2016

Uraian 2015 2016

Jumlah Penduduk 1.474.301 1.484.502

- laki-laki 747.808 752.703

- Perempuan 726.493 731.799

Kepadatan Penduduk 1.005 1.012

Kepadatan penduduk Kabupaten Serang berdasarkan data Badan Pusat

Statistik Kabupaten Serang yang dimuat dalam tabel di atas menunjukan

populasi penduduk yang sangat banyak hingga kepadatan penduduknya

ditahun 2016 mencapai jumlah 1.012 dengan penduduk sejumlah

1.284.502 jiwa, dengan demikian berarti semakin banyak jumlah

penduduk di Kabupaten Serang akan semakin meningkat pula kebutuhan

perlindungan hukum terhadap hak-hak yang dimiliki penduduk. Untuk

137

Ibid., hlm. 2. 138

Ibid., hlm. 4.

Page 72: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

56

melindungi hak-hak tersebut agar dapat dijadikan sebagai alat bukti yang

sah dihadapan hukum maka hak-hak tersebut dapat dilindungi dengan

dibuat suatu akta autentik yang hanya dapat keluarkan oleh Notaris, maka

hal ini berkaitan antara jumlah penduduk dengan jumlah Notaris di

Provinsi Banten, khususnya di Kabupaten Serang antara jumlah penduduk

dengan Notaris sangat berpengaruh dalam pemenuhan penyediaan jasa

pembuatan akta otentik.

Secara administratif Provinsi Banten membagi wilayah kedudukan

Notaris pada beberapa daerah yaitu daerah Kota Serang, Kabupaten

Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang, Lebak, Kota Tangerang,

Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Adapun jumlah

Notaris di Provinsi Banten yakni: 139

Tabel 3. 2

Data Notaris Se-Provinsi Banten

Sampai Dengan Maret 2018

No Daerah Jumlah Notaris

1 Kota Serang 54 Orang

2 Kabupaten Serang 160 Orang

3 Kota Cilegon 65 Orang

4 Kabupaten Pandeglang 39 Orang

5 Lebak 52 Orang

6 Kota Tangerang 186 Orang

7 Kota Tangerang Selatan 369 Orang

8 Kabupaten Tangerang 421 Orang

Jumlah Keseluruhan Notaris 1.377 Orang

139

Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Banten, Ibu Rista

Sekertaris Majelis Pengawas Wilayah Provinsi Banten, 16 April 2018.

Page 73: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

57

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Wilayah Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dimuat dalam tabel tersebut, pada

daerah Kabupaten Serang tercatat 160 orang Notaris yang telah resmi

dilantik oleh Kanwil Kementrian Hukum dan HAM Provinsi Banten.

Notaris dalam melaksanakan tugas dan jabatannya diberikan pengawasan

serta pembinaan oleh Kanwil Kementrian Hukum dan HAM Provinsi

Banten yang kemudian kewenangan tersebut didelegasikan kepada Majelis

Pengawas Notaris.

2. Profil Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan

dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap

Notaris.140

Sejak kehadiran Notaris di Indonesia pengawasan terhadap

Notaris selalu dilakukan oleh lembaga peradilan dan pemerintah, bahwa

tujuan dari pengawasan ini ialah agar para Notaris ketika menjalankan

tugas jabatannya memenuhi semua persyaratan yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas jabatan Notaris, demi untuk pengamanan kepentingan

masyarakat, karena Notaris diangkat oleh pemerintah dalam hal ini

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk kepentingan

masyarakat yang membutuhkan alat bukti berupa akta otentik.141

Bahwa dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

Notaris yang semula dilakukan oleh Kementerian Hukum dan HAM

140

Notaris, Ibu Nevayanti, Notaris dan anggota Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang

dan Kota Cilegon, 17 April 2018. 141

G.H.S, Lumban tobing, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement), Jakarta,

Erlangga, 1999, hlm. 310.

Page 74: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

58

kemudian kewenangan tersebut didelegasikan kepada Majelis Pengawas

Notaris yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan HAM pada tingkat pusat,

wilayah dan daerah, yakni Majelis Pengawas Pusat berkedudukan di

Ibukota Negara (Pasal 76 ayat [1] UUJN), Majelis Pengawas Wilayah

berkedudukan di Ibukota Provinsi (Pasal 72 ayat [1] UUJN) dan Majelis

Pengawas Daerah berkedudukan di Kabupaten/Kota (Pasal 69 ayat [1]

UUJN). Dari hierarki Majelis Pengawas Notaris ini masing-masing

beranggotakan 9 orang yang terdiri dari 3 unsur yaitu: masing-masing 3

orang Notaris, 3 orang Akademisi (Dosen) dari Fakultas Hukum di

Perguruan Tinggi yang berada pada wilayah yang bersangkutan dan 3

orang Pejabat Pemerintah. Hal ini diatur dalam Pasal 67 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Pasal 68 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004.142

Pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris yang dilakukan oleh

Majelis Pengawas, yang didalamnya terdapat unsur Notaris bertujuan agar

Notaris dalam melakukan tugas jabatannya diawasi oleh anggota Majelis

Pengawas yang memahami dan mengerti dunia Notaris dan pengawasan

ini merupakan pengawasan internal, sedangkan dari unsur lain merupakan

unsur eksternal yang mewakili dunia akademik, pemerintah dan

masyarakat. Perpaduan keanggotaan Majelis Pengawas ini diharapkan

dapat memberikan sinergi pengawasan dan pemeriksaan yang obyektif,

142

Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Banten, Bapak Edi

Sekertaris Majelis Pengawas Daerah Kota Tangerang Selatan, 10 April 2018.

Page 75: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

59

sehingga para Notaris dalam melakukan tugas dan jabatannya tidak

menyimpang dari UUJN karena telah diawasi secara internal dan

eksternal.143

Berdasarkan Pasal 69 ayat (4), Pasal 72 ayat (4), Pasal 76 ayat (4)

UUJN masa jabatan Majelis Pengawas Notaris baik pada tingkat daerah

(Majelis Pengawas Daerah), tingkat wilayah (Majelis Pengawas Wilayah),

maupun tingkat pusat (Majelis Pengawas Pusat) ialah selama 3 (tiga) tahun

dalam satu periode jabatan dan dapat diangkat kembali.144

Majelis

Pengawas Notaris tidak hanya melakukan fungsi pengawasan, pembinaan

dan pemeriksaan terhadap Notaris, tetapi juga berwenang untuk

menjatuhkan sanksi tertentu terhadap Notaris yang telah terbukti

melakukan pelanggaran dalam menjalankan tugas jabatan Notaris namun

kewenangan ini hanya dimiliki Majelis Pengawas Wilayah (Pasal 73 ayat

[1] huruf e UUJN) dan Majelis Pengawas Pusat (Pasal 77 huruf c UUJN).

Majelis Pengawas Notaris dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1),

Pasal 5 ayat (1), Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nomor: M.02.Pr.08.10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan

Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, Dan

Tata Cara Pemeriksaan, diberikan ketentuan pengusulan anggota Majelis

Pengawas.145

Pasal 3 ayat (1) menentukan pengusulan anggota Majelis

Pengawas Daerah (MPD) dengan ketentuan:

143

Habib Adjie, Loc.Cit., hlm. 173. 144

Ibid. 145

Ibid., hlm. 174.

Page 76: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

60

a. unsur pemerintah oleh Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kantor

Wilayah

b. unsur organisasi Notaris oleh Pengurus Daerah Ikatan Notaris

Indonesia

c. unsur ahli/akademisi oleh pemimpin fakultas hukum atau

perguruan tinggi setempat.

Pasal 4 ayat (1) menentukan pengusulan anggota Majelis Pengawas

Wilayah (MPW) dengan ketentuan:

a. unsur pemerintah oleh Kepala Kantor Wilayah

b. unsur organisasi Notaris oleh Pengurus Wilayah Ikatan Notaris

Indonesia

c. unsur ahli/akademisi oleh pemimpin fakultas hukum atau

perguruan tinggi setempat.

Pasal 5 ayat (1) menentukan pengusulan anggota Majelis Pengawas

Pusat (MPP) dengan ketentuan:

a. unsur pemerintah oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum

Umum, unsur organisasi Notaris oleh Pengurus Pusat Ikatan

Notaris Indonesia

b. unsur ahli/akademisi oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas

yang menyelenggarakan program magister kenotariatan.146

Majelis Pengawas Pusat berkedudukan di Ibukota Negara, Majelis

Pengawas Wilayah di Provinsi Banten saat ini telah terbentuk 1 Majelis

Pengawas Wilayah di Ibukota Provinsi Banten dan telah terbentuk 6

Majelis Pengawas Daerah (MPD) yaitu: MPD Notaris Kab.Serang dan

Kota Cilegon, MPD Notaris Kota Serang, MPD Notaris Kab. Pandeglang

dan Kab. Lebak, MPD Notaris Kab. Tangerang, MPD Notaris Kota

Tangerang Selatan dan MPD Notaris Kota Tangerang.147

146

Ibid. 147

Bapak Edi Sekertaris Majelis Pengawas Daerah Kota Tangerang Selatan, Op.Cit.

Page 77: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

61

Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kabupaten Serang tergabung

dengan Kota Cilegon, dilatarbelakangi karena di Kota Cilegon saat

terbentuknya MPD belum ada Universitas yang memiliki Fakultas Hukum,

sedangkan komposisi keanggotaan MPD harus ada unsur akademisi (dosen

Fakultas Hukum), maka MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dalam

melakukan pengawasan serta pembinaan bukan hanya terhadap Notaris di

Kabupaten Serang melainkan juga terhadap Notaris di daerah Kota

Cilegon, oleh karena hal tersebut komposisi keanggotaan Majelis

Pengawas Daerah ini terdiri atas anggota yang berasal dari kedua daerah

tersebut yakni daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.148

Sekretariat Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon semula berkedudukan di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten

Serang tepat pada Bagian Hukum Sekretariat Daerah kemudian berpindah

tempat di Kantor Notaris Nevayanti, SH.,MKn. tepat di Bintang

Metropolis Residence Blok A11 No. 2 Pejaten Kramatwatu.149

Berdasarkan Pasal 1 (angka 2) dan (angka 3) Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-06.AH.02.10

Tahun 2009 Tentang Sekretariat Majelis Pengawas Notaris menjelaskan

bahwa:150

148

Ibid. 149

Ibid. 150

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Provinsi Banten, Himpunan

Peraturan Perundang-undangan Majelis Pengawas Notaris & Notaris, Banten, Majelis Pengawas

Wilayah Notaris Provinsi Banten, 2015, hlm. 110.

Page 78: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

62

“Sekretariat Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut

Sekretariat Majelis adalah satuan (unit) kerja yang mendukung

kelancaran tugas pada Majelis Pengawas Notaris. (Pasal 1 angka 3)”

“Sekretariat Majelis Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut

Sekretariat Majelis adalah jabatan ex officio yang bertugas memimpin

Majelis Pengawas Notaris. (Pasal 1 angka 3)”

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M.HH-06.AH.02.10 Tahun 2009 Tentang

Sekretariat Majelis Pengawas Notaris menjelaskan bahwa pada Sekretariat

Majelis Pengawas Notaris baik pada tingkat daerah, wilayah maupun pusat

dipimpin oleh Sekretaris Majelis, kemudian dalam pelaksanaannya diatur

dalam Pasal 4 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Sekretariat Majelis

Pengawas Daerah dilaksanakan secara fungsional oleh Lembaga

Pemasyarakatan.151

Tugas dan Fungsi Sekretariat Majelis Pengawas Daerah dalam Pasal 5

dan Pasal 6 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M.HH-06.AH.02.10 Tahun 2009 Tentang Sekretariat

Majelis Pengawas Notarisa adalah:152

1. Sekretariat Pengawas Daerah mempunyai tugas melaksanakan

pelayanan administratif untuk mendukung kelancaran tugas Ketua,

Wakil Ketua dan Anggota Majelis Pengawas Notaris. (Pasal 5)

2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,

Sekretariat Majelis Pengawas Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan surat masuk dan surat keluar

151

Ibid., hlm. 111. 152

Ibid., hlm. 112-113.

Page 79: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

63

b. penerimaan laporan masyarakat terhadap Notaris

c. pembentukan Majelis Pemeriksa Daerah dan Tim Pemeriksa

Protokol Notaris

d. penyiapan persidangan Majelis Pemeriksa Daerah

e. penyiapan Berita Acara Pemeriksaan Daerah

f. penyimpanan Protokol Notaris berusia 25 tahun atau lebih

g. penyiapan penunjukan pemegang Protokol Notaris

h. penyiapan pemanggilan pelapor dan terlapor

i. pelaksanaan pemberian pelayanan administrasi kenotariatan

j. penyampaian Berita Acara Pemeriksaan kepada Majelis

Pengawas Wilayah

k. pelaksanaan pengelolaan urusan kepegawaian

l. penyiapan pelantikan anggota Majelis Pengawas Notaris

m. penyiapan penyusunan laporan berkala kepada Majelis Pengawas

Wilayah

n. penyiapan penyusunan rencana kerja dan anggaran tahunan

Majelis. (Pasal 6)

Mengenai tata kerja diatur dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan

Pasal 14 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M.HH-06.AH.02.10 Tahun 2009 Tentang Sekretariat

Majelis Pengawas Notaris.153

1. Dalam setiap pelaksanaan tugas para pejabat ex officio tersebut di atas,

wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkroniasai baik

dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi

Majelis Pengawas Notaris, dan senantiasa memelihara harmonisasi

pelaksanaan tugas jabatan ex officio dengan jabaran struktural

masing-masing sebagaimana mestinya. (Pasal 11)

2. Setiap Sekretaris berkewajiban menyelenggaraka rapat-rapat berkala

dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagai petunjuk

pelaksanaan tugas bawahan, dan apabila terjadi penyimpangan agar

mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlakuk. (Pasal 12)

3. Setiap laporan yang diterima wajib diolah dan dipergunakan sebagai

bahan rapat-rapat untuk dijadikan bahan laporan dan petunjuk

kebijakan bagi Ketua Majelis Pengawas Notaris, Wakil Ketua dan

Anggota Majelis Pengawas Notaris. (Pasal 13)

4. Dalam melaksanakan tugas setiap Sekretaris wajib menyampaikan

laporan yang dibuat secara berkala. (Pasal 14)

153

Ibid., hlm. 114-115.

Page 80: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

64

3. Struktur Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang

dan Kota Cilegon

Struktur keanggotaan Majelis Pengawas Notaris diatur berdasarkan

Pasal 67 dan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris.

1. Ketentuan struktur keanggotaan Majelis Pengawas Notaris dalam

Pasal 67 ialah sebagai berikut:

(1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri.

(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Menteri membentuk Majelis Pengawas.

(3) Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berjumlah 9 (sembilan) orang, terdiri atas unsur:

a. pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang

b. organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang, dan

c. ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) orang.

(4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, keanggotaan dalam

Majelis Pengawas diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh

Menteri.

(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris.

(6) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) berlaku bagi Notaris Pengganti,Notaris Pengganti

Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris.154

2. Ketentuan struktur keanggotaan Majelis Pengawas Notaris dalam

Pasal 69 ialah sebagai berikut:

(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di Kabupaten/Kota.

(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah terdiri atas unsur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).

(2a) Dalam hal di suatu Kabupaten/Kota, jumlah Notaris tidak

sebanding dengan jumlah anggota Majelis Pengawas

Daerah, dapat dibentuk Majelis Pengawas Daerah gabungan

untuk beberapa Kabupaten/Kota.

(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah dipilih dari dan

oleh anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Pengawas

Daerah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.

154

Pasal 67, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Page 81: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

65

(5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh seorang sekretaris atau

lebih yang ditunjuk dalam Rapat Majelis Pengawas Daerah155

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata

Cara Pengangkatan Aggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi,

Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris pada

Pasal 11 dan Pasal 12 mengatur mengenai struktur Majelis Pengawas

Daerah dan ketentuan lain.

1. Majelis Pengawas Notaris beranggotakan 9 (sembilan) orang terdiri

atas 1 (satu orang ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang

anggota. Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh anggota yang

dilakukan secara musyawarah atau pemungutan suara. (Pasal 11)

2. Ketentuan lain diatur dalam Pasal 12 yaitu:

(1) Majelis Pengawas Notaris dibantu oleh 1 (satu) orang sekretaris

atau lebih yang ditunjuk dalam rapat Majelis Pengawas Notaris.

(2) Sekretaris Majelis Pengawas Notaris sebagaimana dimaksud pada

ayat 1 (satu) harus memenuhi persyaratan:

a. Berasal dari unsur pemerintah

b. Mempunyai golongan ruang paling rendah III/b untuk Majelis

Pengawas Daerah

c. Mempunyai golongan ruang paling rendah III/d untuk Majelis

Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat

d. Tempat kedudukan kantor sekretariat Majelis Pengawas

Notaris tingkat: Majelis Pengawas Daerah berada pada kantor

unit pelaksana teknis Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia atau tempat lain di ibu kota kabupaten/kota yang

ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, Majelis Pengawas

Wilayah berada di Kantor Wilayah, Majelis Pengawas Pusat

berada di Kantor Direktorat Jenderal Administrasi Umum,

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia.156

155

Pasal 69, Ibid. 156

Pasal 11 dan Pasal 12, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor : M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Aggota,

Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis

Pengawas Notaris.

Page 82: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

66

Berdasarkan data yang diperoleh dari Sekretariat Majelis Pengawas

Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, dengan Keputusan Kepala

Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Banten

Nomor: W12.039.HM.07.01.Tahun 2015 Tentang Pemberhentian dan

Pengangkatan Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten

Tangerang, Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Tangerang Selatan,

Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon, Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Serang, Anggota

Majelis Pengawas Daerah Notaris Pandeglang dan Kabupaten Lebak,

memutuskan keanggotaan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang

dan Kota Cilegon Periode 2015-2018, adalah sebagai berikut:157

Ketua MPD : Sulhi, SH., MH. (unsur Pemerintah)

Wakil Ketua : Shinta Nur Amalia, SH, M.Si. (unsur Pemerintah)

Sekertaris : Dian Mahdiana, SH., MKn. (unsur Notaris)

Anggota :

1. Sartono, SH., MH (unsur Pemerintah)

2. Hj. Sofia Rachmawati, SH., MKn. (unsur Notaris)

3. Nevayanti, SH., MKn. (unsur Notaris)

4. Susiana Masithah Sudian, SH., MKn. (unsur Notaris)

5. Dr. Agus Prihartono PS, SH., MH. (unsur Akademisi)

6. Dr. Danial, SH., MH. (unsur Akademisi)

7. Nurikah, SH., MH. (unsur Akademisi)

157

Ibu Nevayanti, Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, Op.,Cit.

Page 83: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

67

Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10 Tahun 2004 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris, membedakan

tugas ketua, wakil ketua dan sekretaris MPD, yaitu:158

a. Tugas Ketua Majelis Pengawas Daerah

1) Berwenang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Majelis

Pengawas Daerah di dalam maupun di luar pengadilan

2) Membentuk Majelis Pemeriksa Daerah

3) Membentuk Tim Pemeriksa

4) Menyampaikan laporan kepada Majelis Pengawas Wilayah secara

berkala setiap 6 (enam) bulan sekali pada bulan Juli dan Januari

5) Menandatangani buku daftar akta dan daftar surat

6) Menyampaikan tanggapan kepada Majelis Pengawas Wilayah atas

keberatan Notaris berkenaan dengan penolakan izin cuti

b. Tugas Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah

Dalam hal ketua berhalangan, sesuai dengan keputusan rapat Majelis

Pengawas Daerah, Wakil Ketua berwenang bertindak dan atas nama

serta mewakili Majelis Pengawas Daerag di dalam maupun di luar

pengadilan termasuk melaksanakan tugas ketua sebagai mana pada

huruf a.2), huruf a.3) dan huruf a.4).

c. Tugas Sekretaris Majelis Pengawas Daerah

1) Menerima dan membukukan surat-surat yang masuk maupun yang

keluar

2) Membantu Ketua/Wakil Ketua/Anggota

3) Membantu Majelis Pemeriksa dalam proses persidangan

4) Membuat berita acara persidangan Majelis Pengawas Daerah

5) Membuat notula Rapat Majelis Pengawas Daerah

6) Menyiapkan laporan kepada Majelis Pengawas Wilayah, dan

7) Menyiapkan rencana kerja dan anggaran tahunan yang ditujukan

kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia dengan tembusan kepada Majelis Pengawas Wilayah.

Struktur keanggotaan MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

berdasarkan amanat UUJN menentukan keanggotaan Majelis Pengawas

Notaris bahwa Majelis Pengawas Notaris terdiri dari 3 (tiga) unsur yaitu:

158

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Provinsi Banten, Op.,Cit.

hlm. 199-200.

Page 84: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

68

unsur Pemerintah, unsur Notaris, dan unsur Akademisi. Pada pelaksanaan

pemeriksaan terhadap Notaris di daerah Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon, dalam melakukan pemeriksaan berkala terhadap protokol Notaris

berdasarkan Keputusan Ketua MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

Nomor. M.74. MPDN Kabupaten Serang dan Kota Cilegon 01.16.05

Ketua MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon membentuk 3 (tiga) tim

pemeriksa berkala protokol Notaris, komposisi tim pemeriksa ini selain

dari tiga unsur MPD juga dibantu oleh sekretariat (Bagian Hukum

Sekretariat Daerah Kabupaten Serang) sebanyak 3 orang untuk mengisi

tim pemeriksa, oleh karena itu masing-masing tim terdiri atas 4 (empat)

orang anggota tim pemeriksa dari semua unsur yang terkandung dalam

struktur keanggotaan MPD dan Sekretariat, dan daerah pemeriksaan

ditentukan secara musyawarah dan disesuaikan dengan wilayah kerja dari

masing-masing anggota tim pemeriksa, adapun struktur keanggotaan tim

pemeriksa yang dimaksud ialah sebagai berikut:159

Tabel 3. 3

Data Tim Pemeriksa Berkala Protokol Notaris Kabupaten Serang dan

Kota Cilegon

Tim Pemeriksa I

Daerah Pemeriksaan : Kramatwatu, Cilegon dst

Ketua Tim : Sulhi, SH., MH.

Sekretaris : Hj. Nurlaila

Anggota : Hj. Shofia Rachmawati, SH., MKn.

: Dr. Danial, SH., MH.

159

Majelis Pengawas Daerah, Bapak Sulhi, Ketua Majelis Pengawas Daerah Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon, 21 Mei 2018.

Page 85: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

69

Tim Pemeriksa II

Daerah Pemeriksaan : Ciruas, Kragilan dst

Ketua Tim : Nurikah, SH., MH.

Sekretaris : Hj. Sutihat

Anggota : Susiana Masithah, SH., MKn.

: Shinta Nur Amalia, SH., M. Si.

Tim Pemeriksa III

Daerah Pemeriksaan : Palima, Baros, dst

Ketua Tim : Nevayanti, SH., MKn.

Sekretaris : Hj. Dian Mahdiana, SH. M.Si.

Anggota : Dr. Agus Prihartono, PS, SH., MH.

: Sartono, SH., MH.

4. Kewenangan Majelis Pengawas Daerah

Berdasarkan Pasal 70 dan Pasal 71 Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris menjelaskan kewenangan Majelis Pengawas

Daerah, yaitu:

1. Majelis Pengawas Daerah berwenang:

a. menyelenggarakan sidang untuk. memeriksa adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan

jabatan Notaris

b. melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap

perlu

c. memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan

d. menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris

yang bersangkutan

e. menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat

serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima)

tahun atau lebih

f. menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang

sementara Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4)

g. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam

Undang-Undang ini dan

Page 86: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

70

h. membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada

huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g

kepada Majelis Pengawas Wilayah. (Pasal 70)

2. Majelis Pengawas Daerah berkewajiban:

a. mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris

dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah akta serta

jumlah surat di bawah tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak

tanggal pemeriksaan terakhir

b. membuat Berita Acara Pemeriksaan dan menyampaikannya kepada

Majelis Pengawas Wilayah setempat, dengan tembusan kepada

Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris, dan Majelis

Pengawas Pusat

c. merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan

d. menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar

lain dari Notaris dan merahasiakannya

e. memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan

menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Majelis

Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan

tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris yang

bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat, dan Organisasi Notaris.

f. menyampaikan permohonan banding terhadap keputusan

penolakan cuti. (Pasal 71)160

Kewenangan Majelis Pengawas Daerah berdasarkan Pasal 13, Pasal

14, dan Pasal 15 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor: M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata

Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas

Notaris

1. Pasal 13, menjelaskan bahwa:

(1) Kewenangan Majelis Pengawas Daerah yang bersifat

administratif dilaksanakan oleh ketua, wakil ketua, atau salah satu

anggota, yang diberi wewenang berdasarkan keputusan rapat

Majelis Pengawas Daerah

(2) Kewenangan yang dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Memberikan izin cuti untuk jangka waktu sampai dengan 6

(enam) bulan

160

Pasal 70 dan Pasal 71, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Page 87: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

71

b. Menetapkan notaris pengganti

c. Menentukan tempat penyimpanan protokol notaris yang pada

saat serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh

lima) tahun atau lebih

d. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan

dalam Undang-Undang

e. Memberi paraf dan menandatangani daftar akta, daftar surat di

bawah tangan yang disahkan, daftar surat di bawah tangan

yang dibukukan, dan daftar surat lain yang diwajibkan

Undang-Undang

f. Menerima penyimpanan secara tertulis salinan dari daftar akta,

daftar surat di bawah tangan yang di sahkan, dan daftar surat di

bawah tangan yang di bukukan yang telah disahkannya, yang

dibuat pada bulan sebelumnya paling lambat 15 (lima belas)

hari kalender pada bulan berikutnya, yang memuat sekurang-

kurangnya nomor, tanggal, dan judul akta.161

2. Pasal 14, menjelaskan bahwa:

Kewenangan Majelis Pengawas Daerah yang bersifat administratif

yang memerlukan surat keputusan rapat adalah:

a. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang Protokol

Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara

b. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang Protokol

Notaris yang meninggal dunia, memberkan persetujuan atas

permintaan penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk proses

peradilan

c. Menyerahkan fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-urat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam

penyimpanan Notaris, dan

d. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan

dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada

dalam penyimpanan Notaris162

3. Pasal 15, menjelaskan bahwa:

(1) Majelis Pengawas Daerah sebelum melakukan pemeriksaan

berkala atau pemeriksaan setiap waktu yang dianggap perlu,

dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada

Notaris yang bersangkutan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

sebelum pemeriksaan dilakukan.

161

Pasal 13, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :

M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Aggota, Pemberhentian Anggota,

Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris. 162

Pasal 14, Ibid.

Page 88: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

72

(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mencantumkan jam, hari, tanggal, dan nama anggota Majelis

Pengawas Daerah yang akan melakukan pemeriksaan.

(3) Pada waktu yang ditentukan untuk dilakukan pemeriksaan,

Notaris yang bersangkutan harus berada di kantornya dan

menyiapkan semua Protokol Notaris.163

Wewenang MPD dalam Pasal 16 Peraturan Menteri Hukum dan HAM

Republik Indonesia Nomor M. 02.PR.08.10 Tahun 2004, mengatur

mengenai pemeriksaan yang dilakukan oleh sebuah tim pemeriksa, yaitu:

(1) Pemeriksaan secara berkala dilakukan oleh Tim Pemeriksa yang

terdiri atas 3 (tiga) orang anggota dari masing-masing unsur yang

dibentuk oleh Majelis Pengawas Daerah yang dibantu oleh 1 (satu)

orang sekretaris.

(2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

menolak untuk memeriksa Notaris yang mempunyai hubungan

perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke

bawah tanpa pembatasan derajat, dan garis lurus ke samping

sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris.

(3) Dalam hal Tim Pemeriksa mempunyai hubungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Ketua Majelis Pengawas Daerah

menunjuk penggantinya.164

Hasil pemeriksa sebagaimana tersebut dalam Pasal 16 tersebut wajib

dibuat berita acara dan dilaporkan kepada Majelis Pengawas Wilayah

(MPW), pengurus organisasi jabatan Notaris (Ikatan Notaris Indonesia),

hal ini berdasarkan Pasal 17 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor M. 02.PR.08.10 Tahun 2004, yaitu:

(1) Hasil pemeriksaan Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang

ditandatangani oleh Ketua Tim Pemeriksa dan Notaris yang

diperiksa.

(2) Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah setempat dengan

163

Habib Adjie, Op.Cit., hlm. 181. 164

Ibid., hlm. 182.

Page 89: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

73

tembusan kepada Notaris yang bersangkutan, Pengurus Daerah

Ikatan Notaris Indonesia, dan Majelis Pengawas Pusat.165

Wewenang MPD juga diatur dalam Keputusan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M. 39-PW.07.10 Tahun

2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris,

seperti tersebut dalam angka 1 butir 2 mengenai tugas Majelis Pengawas

Notaris, yaitu melaksanakan Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16 dan Pasal 17

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M. 02.PR.08.10 Tahun 2004, dan kewenangan lainnya yaitu:

(1) Menyampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah tanggapan

Majelis Pengawas Daerah berkenaan dengan keberatan atas

putusan penolakan cuti

(2) Memberitahukan kepada Majelis Pengawas Wilayah adanya

dugaan unsur pidana yang ditemukan oleh Majelis Pengawas

Daerah atas laporan yang disampaikan kepada Majelis Pengawas

Daerah

(3) Mencatat izin cuti yang diberikan dalam sertifikat cuti

(4) Menandatangani dan memberi paraf Buku Daftar Akta dan buku

khusus yang dipergunakan untuk mengesahkan tanda tangan surat

di bawah tangan dan untuk membukukan surat di bawah tangan

(5) Menerima dan menatausahakan Berita Acara Penyerahan

Protokol

(6) Menyampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah:

a. Laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali atau pada bulan

Juli dan Januari

b. Laporan insidentil setiap 15 (lima belas) hari setelah

pemberian izin cuti166

B. Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon dalam Pengawasan Terhadap Tugas Jabatan Notaris

1. Pengawasan Pengawasan Terhadap Tugas Jabatan Notaris oleh

Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

165

Ibid. 166

Ibid., hlm. 183.

Page 90: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

74

Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang melakukan pengawasan

secara langsung terhadap Notaris di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon,

pengawasan tersebut dilaksanakan secara berkala sebanyak 1 (satu) kali

per 6 (enam) bulan atau 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Pengawasan ini

dilakukan terhadap seluruh Notaris yang berada di Daerah Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon.167

Majelis pengawas notaris secara umum memunyai ruang lingkup

kewenangan menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan

Notaris (Pasal 70 huruf a, Pasal 73 ayat [1] huruf a dan b UUJN).

Berdasarkan substansi pasal tersebut bahwa Majelis Pengawas Notaris

berwenang melakukan sidang untuk memeriksa:

1. Adanya dugaan pelanggaran Kode Etik

2. Adanya dugaan pelanggaran pelaksanaan tugas Jabatan Notaris

3. Perilaku para Notaris yang di luar menjalankan tugas jabatannya

sebagai Notaris dapat memperngaruhi pelaksanaan tugas Jabatan

Notaris

Majelis Pengawas juga berwenang memeriksa fisik kantor Notaris

beserta perangkatnya, juga memeriksa fisik minuta akta Notaris yang

tercantum dalam bab IV tentang Tugas Tim Pemeriksa pada Keputusan

167

Ibu Nevayanti, Op.Cit.

Page 91: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

75

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.39-

PW.07.10. Tahun 2004.168

Berdasarkan Pasal 70 huruf b UUJN dan Pasal 16 Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

M.02.PR.08.10 Tahun 2004, menentukan bahwa MPD berwenang

melakukan pemeriksaan terhadap protokol Notaris secara berkala 1 (satu)

kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu. Majelis

atau Tim Pemeriksa dengan tugas seperti ini hanya ada pada MPD, yang

merupakan tugas pemeriksaan rutin atau setiap waktu yang diperlukan, dan

langsung dilakukan di kantor Notaris yang bersangkutan. Pemeriksaan

yang dilakukan Tim Pemeriksa meliputi pemeriksaan:

1. Kantor Notaris (alamat dan kondisi fisik)

2. Surat pengangkatan sebagai Notaris

3. Berita Acara sumpah jabatan Notaris

4. Surat keterangan izin cuti Notaris

5. Sertifikat cuti Notaris

6. Protokol Notaris, yang terdiri dari:

1) Minuta akta

2) Buku daftar akta atau repertorium

3) Buku khusus untuk mendaftarkan surat di bawah tangan yang

disahkan tanda tangannya dan surat di bawah tangan yang

dibukukan

4) Buku daftar nama penghadap atau kepper dari daftar akta dan

daftar surat di bawah tangan yang disahkan.169

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nevayanti, SH., MH.

anggota MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, MPD Kabupaten

Serang melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap protokol

notaris, plang nama kantor notaris, jam kerja notaris, staff notaris (setiap

168

Habib Adjie, Op.Cit., hlm. 171. 169

Ibid., hlm. 189.

Page 92: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

76

notaris wajib memiliki minimal 2 orang staff notaris), dan isi kantor atau

perangkat kantor Notaris yang meliputi: buku laporan bulanan, lemari

arsip, brankas, kursi penerima tamu, perpustakaan. Setelah dilaksanakan

pemeriksaan terhadap fisik kantor Notaris beserta perangkatnya dan

protokol Notaris.170

Untuk melakukan pemeriksaan terhadap tugas jabatan Notaris, ketua

MPD Kabupaten Serang membuat 3 (tiga) tim pemeriksa dan menentukan

lokasi pemeriksaan untuk setiap tim pemeriksa yang dibuat, dalam setiap

tim pemeriksa terdiri dari 1 (satu) orang sebagai ketua tim pemeriksa

merangkap anggota, 1 (satu) orang sekretaris dan 2 (dua) orang sebagai

anggota dalam tim pemeriksa.171

Pelaksanaan teknis pemeriksaan dan waktu yang dibutuhkan dalam

melakukan pemeriksaan terhadap seluruh Notaris di sekitar daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon diserahkan kepada MPD, namun

berdasarkan informasi yang didapat dari anggota MPD terkait pembagian

waktu pemeriksaan yang diperlukan kurang lebih memakan waktu 1 (satu)

bulan untuk pelaksanaan pemeriksaan pada seluruh Notaris di Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon.172

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah

Kabupaten Serang terhadap Protokol Notaris melalui prosedur

pemeriksaan dengan tahap pertama yaitu memeriksa buku reportorium

notaris dan kemudian melakukan uji petik terhadap satu akta yang dibuat

170

Ibu Nevayanti, Op.Cit. 171

Ibid. 172

Ibid.

Page 93: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

77

oleh notaris untuk mengetahui kelengkapan data pada protokol notaris

tersebut. Dan pemeriksaan terhadap perangkat kantor Notaris yang lain

melalui prosedur pengamatan langsung terhadap kelengkapan perangkat

kantor Notaris yang kemudian akan dimuat dalam suatu berita acara

pemeriksaan, sebagai hasil dari pemeriksaan tersebut berita acara

pemeriksaan akan dikirim kepada Majelis Pengawas Wilayah (MPW) dan

ditembuskan kepada pelapor dan terlapor.173

2. Prosedur Pemeriksaan Terhadap Notaris Terlapor oleh Masyarakat

Kewenangan Majelis Pengawas Daerah selain melakukan

pemeriksaan terhadap protokol Notaris yaitu menerima laporan atau aduan

dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran kode etik notaris

maupun pelanggaran terhadap tugas dan jabatan notaris. Pemeriksaan

terhadap Notaris terlapor berdasarkan Pasal 70 huruf a, huruf g, dan huruf

h dan Pasal 71 huru b dan huruf e UUJN yang menjelaskan tentang

kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam pemeriksaan terhadap

Notaris terlapor, bahwa Majelis Pengawas Daerah berwenang:174

1. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan

jabatan Notaris. (Pasal 70 huruf a)

2. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam

Undang-Undang ini. (Pasal 70 huruf g)

3. membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada

huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g

kepada Majelis Pengawas Wilayah. (Pasal 70 huruf h)

4. membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya kepada

Majelis Pengawas Wilayah setempat, dengan tembusan kepada

173

Ibid. 174

Bab IX, Pasal 70-71, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Page 94: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

78

Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris, dan Majelis

Pengawas Pusat. (Pasal 71 huruf b)

5. memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan

menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Majelis

Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan

tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris yang

bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat, dan Organisasi Notaris.

(Pasal 71 huruf e)

Berdasarkan Pasal 13 ayat (2) huruf d, Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M. 02. PR. 08. 10 Tahun

2004, Majelis Pengawas Daerah secara administratif berwenang untuk

menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran

Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang.175

Tata cara pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris

diatur dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 25 Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.

02. PR. 08. 10 Tahun 2004.176

1. Pasal 20 menjelaskan tentang ketentuan majelis pemeriksa, yaitu

sebagai berikut:

(1) Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Notaris, Ketua Majelis

Pengawas Notaris membentuk Majelis Pemeriksa Daerah, Majelis

Pemeriksa Wilayah, dan Majelis Pemeriksa Pusat dari masing-

masing unsur yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua)

orang anggota Majelis Pemeriksa.

(2) Majelis Pemeriksa Wilayah dan Majelis Pemeriksa Pusat

berwenang memeriksa dan memutus laporan yang diterima.

(3) Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu

oleh 1 (satu) orang sekretaris.

(4) Pembentukan Majelis Pemeriksa dilakukan paling lambat 5 (lima)

hari kerja setelah laporan diterima.

(5) Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

menolak untuk memeriksa Notaris yang mempunyai hubungan

175

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M. 02.

PR. 08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Aggota, Pemberhentian Anggota,

Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris. Loc.,Cit. 176

Ibid.

Page 95: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

79

perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke

bawah tanpa pembatasan derajat, dan garis lurus ke samping

sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris.

(6) Dalam hal Majelis Pemeriksa mempunyai hubungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (5), Ketua Majelis Pengawas Notaris

menunjuk penggantinya.

2. Pasal 21 menjelaskan tentang pengajuan laporan, yaitu sebagai berikut:

(1) Laporan dapat diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan.

(2) Laporan harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

disertai bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Laporan tentang adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris

atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris disampaikan kepada

Majelis Pengawas Daerah.

(4) Laporan masyarakat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah.

(5) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah, maka Majelis

Pengawas Wilayah meneruskan kepada Majelis Pengawas Daerah

yang berwenang.

(6) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan kepada Majelis Pengawas Pusat, maka Majelis

Pengawas Pusat meneruskannya kepada Majelis Pengawas Daerah

yang berwenang.

3. Pasal 22 menjelaskan tentang pemanggilan terhadap pelapor dan

terlapor, yaitu sebagai berikut:

(1) Ketua Majelis Pemeriksa melakukan pemanggilan terhadap pelapor

dan terlapor.

(2) Pemanggilan dilakukan dengan surat oleh sekretaris dalam waktu

paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum sidang.

(3) Dalam keadaan mendesak pemanggilan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dapat dilakukan melalui faksimili yang segera disusul

dengan surat pemanggilan.

(4) Dalam hal terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut, tetapi

tidak hadir maka dilakukan pemanggilan kedua.

(5) Dalam hal terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut yang

kedua kali namun tetap tidak hadir maka pemeriksaan dilakukan

dan putusan diucapkan tanpa kehadiran terlapor.

4. Pasal 23 menjelaskan tentang pemeriksaan oleh Majelis Pengawas

Daerah, yaitu sebagai berikut:

(1) Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Daerah tertutup untuk umum.

(2) Pemeriksaan dimulai dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)

hari kalender setelah laporan diterima.

Page 96: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

80

(3) Majelis Pemeriksa Daerah harus sudah menyelesaikan pemeriksaan

dan menyampaikan hasil pemeriksaan dalam jangka waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak laporan

diterima.

(4) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dituangkan dalam berita acara pemeriksaan yang ditandatangani

oleh ketua dan sekretaris.

(5) Surat pengantar pengiriman berita acara pemeriksaan yang

dikirimkan kepada Majelis Pengawas Wilayah ditembuskan kepada

pelapor, terlapor, Majelis Pengawas Pusat, dan Pengurus Daerah

Ikatan Notaris Indonesia.

5. Pasal 24 menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan kasus, yaitu

sebagai berikut:

(1) Pada sidang pertama yang ditentukan, pelapor dan terlapor hadir,

lalu Majelis Pemeriksa Daerah melakukan pemeriksaan dengan

membacakan laporan dan mendengar keterangan pelapor.

(2) Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlapor

diberi kesempatan yang cukup untuk menyampaikan tanggapan.

(3) Pelapor dan terlapor dapat mengajukan bukti-bukti untuk

mendukung dalil yang diajukan.

(4) Laporan diperiksa oleh Majelis Pemeriksa Daerah dalam jangka

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak

laporan diterima.

Berdasarkan informasi dari Bapak Sulhi, SH., MH. sebagai Ketua

MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon menjelaskan bahwa dalam

melaksanakan pemeriksaan terhadap Notaris terlapor, maka Ketua Majelis

Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon mengeluarkan

Surat Keputusan pembentukan Tim Pemeriksa Kasus, MPD membuat 1

(satu) tim pemeriksa kasus yang beranggotakan 3 (tiga) orang, terdiri dari

unsur Pemerintah, unsur Notaris, usur Akademisi, anggota tim pemeriksa

kasus ini dibentuk sesuai dengan daerah kedudukan Notaris yang menjadi

kewenangan pemeriksaan tim pemeriksa berkala, maka unsur yang

terdapat dalam tim pemeriksa kasus ialah anggota tim pemeriksa yang

Page 97: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

81

berwenang dalam melakukan pemeriksaan berkala pada daerah kedudukan

Notaris tersebut. 177

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Susiana Masithah, SH.,

MKn. sebagai anggota MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon bahwa

setelah diterimanya aduan atau laporan masyarakat mengenai pelanggaran

jabatan Notaris maupun pelanggaran Kode Etik Notaris dengan terlebih

dahulu mengajukan surat usulan laporan kepada MPD disertai dengan

bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, laporan tersebut diperiksa

oleh Majelis Pemeriksa Daerah dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh)

hari kalender terhitung sejak laporan diterima.178

Atas dasar surat usulan laporan yang diajukan tersebut MPD wajib

membalas surat usulan pelapor, kemudian MPD melakukan pemanggilan

kedua pihak (antara pelapor dan Notaris sebagai terlapor) dengan sah dan

patut melalui surat pemanggilan oleh Sekretaris Majelis dalam waktu

paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum diadakan sidang majelis

pemeriksaan terhadap Notaris terlapor, sidang mejelis dilakukan di

Sekretariat Majelis Pengawas Daerah dengan dihadiri anggota tim

pemeriksa kasus tersebut untuk meminta keterangan dari kedua pihak

tentang dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik maupun pelanggaran

177

Sekretariat Daerah Kabupaten Serang, Bapak Sulhi, Ketua Majelis Pengawas Daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, 26 April 2018. 178

Notaris, Ibu Susiana Masithah, Notaris dan anggota Majelis Pengawas Daerah Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon, 2 Mei 2018.

Page 98: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

82

jabatan Notaris, dan pelapor serta terlapor dapat mengajukan bukti-bukti

untuk mendukung dalil yang diajukan dalam sidang majelis tersebut.179

Setelah dilakukan sidang majelis pemeriksaan terhadap Notaris

terlapor maka segala keterangan dan bukti-bukti yang diperoleh dari kedua

belah pihak kepada MPD akan dimuat dalam Barita Acara Pemeriksaan

yang akan disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah (untuk

pelanggaran atas tugas jabatan notaris) dan kepada Majelis Kehormatan

Notaris (untuk pelanggaran Kode Etik Notaris) untuk ditindaklanjuti

apakah Notaris tersebut berhak dijatuhkan sanksi atau tidak oleh Majelis

Pengawas Wilayah Provinsi Banten atas dugaan pelanggaran yang

dilakukan Notaris tersebut, berdasarkan Pasal 73 UUJN Majelis Pengawas

Wilayah berwenang melakukan pemeriksaan, mengambil keputusan yang

bersifat final serta berwenang menjatuhkan sanksi atas Notaris yang

terbukti melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris maupun

pelanggaran tugas jabatan Notaris, dan setiap putusan penjatuhan sanksi

tersebut akan dibuat Berita Acara.180

179

Ibid. 180

Ibid.

Page 99: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

83

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM

MENGAWASI TUGAS JABATAN NOTARIS DI DAERAH KABUPATEN

SERANG BERDASARKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR

30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

A. Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Dalam Pengawasan

Tugas Jabatan Notaris Di Kabupaten Serang Berdasarkan Ketentuan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

1. Dasar Hukum Pelaksanaan Pengawasan Majelis Pengawas Daerah

Terhadap Tugas Jabatan Notaris

Notaris merupakan pejabat yang berwenang membuat akta otentik

dan kewenangan lain yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris. Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan

terpenuh mempunyai peranan penting dalam hubungan hukum kehidupan

masyarakat, dalam hal terjadi sengketa maka akta otentik merupakan alat

bukti terkuat dan terpenuh dalam penyelesaian sengketa.

Kewenangan Notaris kini menjadi kewenangan yang sangat penting

bagi lalu lintas kehidupan masyarakat, maka perilaku dan perbuatan

Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya sangat rentan terhadap

penyalahgunaan jabatan yang dapat merugikan masyarakat, sehingga

Page 100: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

84

dalam tugas dan jabatan Notaris perlu dilakukan pembinaan dan

pengawasan secara efektif.

Pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris merupakan suatu

langkah preventif untuk mencegah terjadinya pelanggaran jabatan atau

Kode Etik Notaris sekaligus untuk memaksakan kepatuhan jabatan

terhadap peraturan perundang-undangan dan Kode Etik Notaris. Maka

berdasarkan Pasal 67 ayat (1) UUJN pengawasan terhadap Notaris

dilakukan oleh Menteri (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia),

dan ayat (2) menjelaskan bahwa dalam hal ini Kementrian Hukum dan

Hak Asasi Manusia membentuk suatu Majelis Pengawas Notaris sebagai

penerima delegasi kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap

tugas jabatan Notaris, pada ayat (3) menentukan bahwa Majelis

Pengawas tersebut berjumlah 9 (sembilan) orang, yang terdiri atas 3

(tiga) unsur yaitu 3 (tiga) orang dari unsur pemerintah, 3 (tiga) orang dari

unsur Notaris dan 3 (tiga) orang dari unsur akademisi. Kemudian pada

Pasal 68 UUJN menjelaskan Majelis Pengawas yang dibentuk oleh

Menteri ini terdiri atas Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas

Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat.181

Kedudukan Majelis Pengawas Notaris pada tingkat daerah diatur

dalam Pasal 69 UUJN bahwa Majelis Pengawas Daerah (MPD) dibentuk

di Kabupaten atau Kota dan kewenangan serta kewajiban MPD diatur

dalam Pasal 70 dan Pasal 71 UUJN, pada Pasal 72 UUJN menyebutkan

181

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Loc.Cit.

Page 101: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

85

Majelis Pengawas Wilayah (MPW) dibentuk dan berkedudukan di

Ibukota Provinsi selanjutnya kewenangan serta kewajiban MPW diatur

dalam Pasal 73, Pasal 74 dan Pasal 75 UUJN, pada Pasal 76 UUJN

menyebutkan bahwa Majelis Pengawas Pusat (MPP) dibentuk dan

berkedudukan di Ibukota Negara, kewenangan serta kewajiban MPP

diatur dalam Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79, Pasal 81 dan Pasal 81 UUJN,

masing-masing Majelis Pengawas Notaris pada tingkat daerah, wilayah

maupun pusat memiliki masa jabatan struktur keanggotaan selama 3

(tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.182

Berdasarkan Pasal 70 dan Pasal 71 Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menjelaskan kewenangan Majelis

Pengawas Daerah, yaitu:183

1. Majelis Pengawas Daerah berwenang:

a) menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan

jabatan Notaris

b) melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala

1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap

perlu

c) memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan

d) menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul

Notaris yang bersangkutan

e) menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat

serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima)

tahun atau lebih

f) menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang

sementara Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4)

g) menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam

Undang-Undang ini dan

182

Ibid. 183

Ibid.

Page 102: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

86

h) membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf

g kepada Majelis Pengawas Wilayah. (Pasal 70)

2. Majelis Pengawas Daerah berkewajiban:

a) mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris

dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah akta serta

jumlah surat di bawah tangan yang disahkan dan yang dibuat

sejak tanggal pemeriksaan terakhir

b) membuat Berita Acara Pemeriksaan dan menyampaikannya

kepada Majelis Pengawas Wilayah setempat, dengan tembusan

kepada Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris, dan

Majelis Pengawas Pusat

c) merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan

d) menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar

lain dari Notaris dan merahasiakannya

e) memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan

menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Majelis

Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan

tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris yang

bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat, dan Organisasi Notaris.

f) menyampaikan permohonan banding terhadap keputusan

penolakan cuti. (Pasal 71)184

Kewenangan MPD dalam UUJN selain pada Pasal yang disebutkan

diatas juga disebutkan dalam Pasal 66 UU Nomor 30 Tahun 2004 bahwa:

(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau

hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang:

a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam

penyimpanan Notaris; dan

b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang

berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang

berada dalam penyimpanan Notaris.185

Berdasarkan Pasal 66 ayat (1) tersebut untuk dilakukan pengambilan

dokumen-dokumen yang berada dalam penyimpanan notaris tidak bisa

dilakukan secara sewenang-wenang oleh Penyidik, Penuntut Umum

184

Ibid. 185

Ibid.

Page 103: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

87

maupun Hakim dalam suatu proses pemeriksaan untuk kepentingan

hukum. Disamping itu pemanggilan Notaris untuk diperiksa maupun

dihadirkan sebagai saksi juga tidak dapat dilakukan secara langsung oleh

Penyidik Polri, Penuntut Umum maupun Hakim dalam suatu proses

pemeriksaan baik di tingkat penyelidikan, penyidikan oleh kepolisian,

maupun di tingkat penuntutan dan pemeriksaan perkara di pengadilan.

Pemanggilan Notaris untuk kepentingan pemeriksaan demi hukum harus

terlebih dahulu memperoleh ijin/persetujuan dari MPD, namun melalui

Putusan MK No.49/PUU-X/2012 pada tanggal 23 Maret 2013

kewenangan MPD untuk memberikan perlindungan hukum terhadap

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya tidak berlaku lagi, dan

kewenangan MPD tersebut dialihkan kepada Majelis Kehormatan Notaris

(MKN)186

, berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014

Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris, dengan demikian Pasal 66 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 berubah menjadi sebagai beruikut:

(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau

hakim dengan persetujuan majelis kehormatan Notaris berwenang:

a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam

penyimpanan Notaris; dan

b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang

berkaitan dengan Akta atau Protokol Notaris yang berada dalam

penyimpanan Notaris.

(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat berita acara penyerahan.

(3) Majelis kehormatan Notaris dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)

hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan persetujuan

186

Ibu Susiana Masithah Sudian., Loc.Cit.

Page 104: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

88

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan jawaban

menerima atau menolak permintaan persetujuan.

(4) Dalam hal majelis kehormatan Notaris tidak memberikan jawaban

dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), majelis

kehormatan Notaris dianggap menerima permintaan persetujuan.187

Berkaitan dengan kewenangan MPD yang diatur dalam UUJN,

kewenangan MPD juga diatur dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M. 39-PW.07.10 Tahun 2004

Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris,188

seperti tersebut dalam angka 1 butir 2 mengenai tugas Majelis Pengawas

Notaris, yaitu melaksanakan Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16 dan Pasal 17,

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M. 02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan

Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan

Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

2. Pelaksanaan Kewenangan Majelis Pengawas Daerah dalam

Mengawasi Tugas Jabatan Notaris di Wilayah Kabupaten Serang

Wewenang atau kewenangan memiliki kedudukan yang begitu

penting dalam kajian hukum tata negara dan hukum administrasi,

sehingga F.A.M. Stroik dan J.G. Steenbeek menganggap bahwa

kewenangan menjadi konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum

administrasi.189

Sedangkan dengan penjelasan lain Nicolai menyebut

bahwa kewenangan merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan

187

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Loc.Cit. 188

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M. 39-

PW.07.10 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris. 189

Abdul Latif , Loc.Cit., hlm. 6.

Page 105: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

89

hukum tertentu (yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk

menimbulkan akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan

lenyapnya akibat hukum). Hak yang dimaksud berisi kebebasan untuk

melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau menurut pihak

lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat

keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.190

Pengertian kewenangan menurut Nicolai ini menandung makna

bahwa subjek yang dapat menerima kewenangan ialah orang yang

dikategorikan telah cakap hukum atau orang yang dapat memberikan

pertanggungjawaban hukum atas suatu peristiwa hukum yang bisa

menimbulkan akibat hukum, dalam peristiwa hukum yang terjadi berisi

hak dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan

tertentu, dan kewenangan juga dimiliki oleh pemerintah ataupun pejabat

negara untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.191

Wewenang sebagai konsep hukum publik menurut Philipus M.

Hadjon sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu

pengaruh, dasar hukum, dan konfomitas hukum. Komponen pengaruh ini

dimaksudkan, agar pejabat negara tidak menggunakan wewenangnya di

luar tujuan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

Komponen dasar hukum ini bertujuan bahwa setiap tindakan pemerintah

atau pejabat negara harus mempunyai dasar hukum. Komponen

konformitas ini menghendaki agar setiap tindak pemerintahan atau

190

Ridwan HR, Loc.Cit., hlm. 101. 191

Ibid.

Page 106: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

90

pejabat negara mempunyai tolak ukur atau standar yang bersifat umum

untuk semua jenis wewenang yang bertumpu pada legalitas tindakan.192

Seperti yang dikemukakan Nicolai bahwa kewenangan merupakan

kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu, dalam hal ini

kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah ataupun pejabat negara

menurut pendapat dari Philipus M. Hadjon harus mengandung sekurang-

kurangnya 3 (tiga) komponen yaitu pengaruh, dasar hukum, dan

konfomitas hukum.193

Majelis Pengawas Daerah (MPD) merupakan pejabat Tata Usaha

Negara yang memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan hukum

tertentu atau memiliki kewenangan melakukan pengawasan terhadap

tugas jabatan Notaris yang berkaitan dengan UUJN serta Kode Etik

Notaris, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dan tercantum dalam

UUJN Bab IX tentang Pengawasan Pasal 67 bahwa pengawasan terhadap

Notaris dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang

kemudian kewenangan pengawasan tersebut didelegasikan kepada MPD,

maka berkaitan dengan pendapat dari Philipus M. Hadjon bahwa

kewenangan yang dilaksanakan oleh MPD sekurang-kurangnya harus

terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu pengaruh, dasar hukum, dan

konfomitas hukum.

Berdasarkan pendapat dari Lyndal F. Urwick bahwa “pengawasan

adalah upaya agar sesuatu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang

192

Abdul Latif, Op.Cit., hlm. 7. 193

Ibid.

Page 107: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

91

telah ditetapkan dan instruksi yang telah sesuai”.194 Maka berkaitan

dengan pendapat ahli tersebut kewenangan MPD adalah mengawasi

tugas jabatan Notaris dan segala perilaku Notaris agar sesuai dengan

perintah UUJN dan Kode Etik Notaris.

Pelaksanaan pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris tersebut

dilaksanakan berdasarkan prinsip delegasi dari Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia, secara teoritis delegasi adalah pelimpahan wewenang

pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan

lainnya. Pada pelaksanaannya delegasi menurut pendapat dari Murtir

Jeddawi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat

lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan.

b) Delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan, artinya

delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam

peraturan perundang-undangan.

c) Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki

kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi

d) Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans

berhak untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang

tersebut.

e) Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan

instruksi atau petunjuk tentang penggunaan wewenang tersebut.195

Prof. Muchsan menyatakan bahwa untuk adanya tindakan

pengawasan diperlukan unsur-unsur sebagai berikut:

a) Adanya kewenangan yang jelas yang dimiliki oleh aparat pengawas.

b) Adanya suatu rencana yang mantap sebagai alat penguji terhadap

pelaksanaan suatu tugas yang akan diawasi.

c) Tindakan pengawasan dapat dilakukan terhadap suatu proses

kegiatan yang sedang berjalan maupun terhadap hasil yang dicapai

dari kegiatan tersebut.

194

Nomensen Sinamo, Loc.Cit, hlm. 142. 195

Murtir Jeddawi, Loc.Cit., hlm. 75.

Page 108: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

92

d) Tindakan pengawasan berakhir dengan disusunnya evaluasi akhir

terhadap kegiatan yang dilaksanakan serta pencocokan hasil yang

dicapai dengan rencana sebagai tolak ukurnya.

e) Untuk selanjutnya tindakan pengawasan akan diteruskan dengan

tindakan lanjut, baik secara administratif maupun secara yuridis.196

Unsur-unsur pengawasan yang dikemukakan oleh Prof. Muchsan,

bahwa dalam pelaksanaan pengawasan apapun harus memenuhi unsur-

unsur pengawasan, maka MPD selaku lembaga yang berwenang

melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap tugas jabatan Notaris

harus melaksanakan pengawasan yang didalamnya terkandung unsur-

unsur pengawasan seperti yang telah dikemukakan oleh Prof. Muchsan.

Berdasarkan unsur-unsur pengawasan yang dikemukakan oleh Prof.

Muschan tersebut maka pengawasan yang dilakukan oleh MPD

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon ialah diatur dalam UUJN,

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M. 39-PW.07.10 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas Majelis Pengawas Notaris, dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M. 02.PR.08.10 Tahun 2004

tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota,

Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis

Pengawas Notaris.

Notaris yang diawasi oleh MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

meliputi seluruh Notaris yang wilayah kerjanya berkedudukan di daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, berdasarkan hasil penelitian yang

196

Ibid., hlm. 144.

Page 109: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

93

telah dilakukan, Notaris di wilayah Kabupaten Serang berjumlah 160

orang Notaris dan di Kota Cilegon terdapat 65 orang Notaris, maka MPD

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon melakukan pengawasan terhadap

tugas jabatan dari 225 orang Notaris.

Berdasarkan Pasal 70 UUJN MPD berwenang untuk melakukan

pemeriksaan terhadap protokol Notaris minimal 1 (satu) kali dalam satu

tahun atau setiap kali yang dianggap perlu, maka berdasarkan hasil

penelitian bahwa pengawasan yang dilakukan MPD Kabupaten Serang

dan Kota Cilegon terhadap Notaris yang berkedudukan di Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon dilakukan secara berkala sebanyak 2 (dua) kali

dalam satu tahun, dalam pengawasan ini MPD Kabupaten Serang dan

Kota Cilegon melakukan pengawasan dengan melaksanakan pemeriksaan

langsung terhadap tugas jabatan dan Protokol Notaris.

Berdasarkan wewenang MPD dalam Pasal 16 Peraturan Menteri

Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M. 02.PR.08.10 Tahun

2004, mengatur mengenai pemeriksaan yang dilakukan oleh sebuah tim

pemeriksa, yaitu:

(1) Pemeriksaan secara berkala dilakukan oleh Tim Pemeriksa yang

terdiri atas 3 (tiga) orang anggota dari masing-masing unsur yang

dibentuk oleh Majelis Pengawas Daerah yang dibantu oleh 1 (satu)

orang sekretaris.

(2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menolak

untuk memeriksa Notaris yang mempunyai hubungan perkawinan

atau hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa

pembatasan derajat, dan garis lurus ke samping sampai dengan

derajat ketiga dengan Notaris.

Page 110: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

94

(3) Dalam hal Tim Pemeriksa mempunyai hubungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Ketua Majelis Pengawas Daerah menunjuk

penggantinya.197

Maka pemeriksaan terhadap tugas jabatan Notaris di daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dilakukan oleh tim pemeriksa

protokol Notaris yang dibentuk secara khusus oleh Ketua MPD

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon untuk melakukan pemeriksaan

bersifat administratif secara berkala yaitu terhadap protokol Notaris,

dengan Keputusan Ketua MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

Nomor. M.74. MPDN Kabupaten Serang dan Kota Cilegon 01.16.05.

Adapun berbagai aspek yang diperiksa dari Notaris yang tercatat dalam

Berita Acara Pemeriksaan Protokol Notaris ialah198

:

1) Kantor Notaris, meliputi:

a) Alamat kantor Notaris

b) Alamat rumah Notaris

2) Surat pengangkatan sebagai Notaris, meliputi:

a) Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia

b) Berita Acara Sumpah Jabatan Notaris

3) Surat keterangan izin cuti Notaris

4) Sertifikat cuti Notaris

5) Buku-buku protokol Notaris yang terdiri atas:

a) Buku daftar akta

b) Buku daftar surat dibawah tangan yang dibukukan

c) Buku daftar surat dibawah tangan yang disahkan

d) Buku nama penghadap/klaper

e) Buku daftar wasiat

f) Buku daftar lain yang harus disimpan berdasarkan peraturan

Perundang-Undangan

6) Keadaan penyimpanan arsip

7) Laporan bulanan

8) Uji petik terhadap akta

9) Penyerahan protokol yang berumur 25 (dua puluh lima) tahun/lebih

10) Keadaan dan sarana kantor, meliputi:

197

Habib Adjie, Loc.Cit., hlm. 182. 198

Bapak Sulhi, Op.Cit,

Page 111: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

95

a) Ruang kantor

b) Papan nama Notaris

c) Jumlah karyawan

d) Komputer

e) Mesin tik

f) Meja

g) Lemari

h) Kursi tamu

i) Filling gabinet

j) Pesawat telpon/faximili

11) Jam kerja Notaris

12) Sanksi-sanksi yang pernah dijatuhkan

Saat dilakukan pemeriksaan terhadap fisik kantor beserta protokol

Notaris berdasarkan pada Pasal 71 UUJN Majelis Pengawas Daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon harus membuat Berita Acara

Pemeriksaan dan menyampaikannya kepada Majelis Pengawas Wilayah

Provinsi Banten, dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan,

Organisasi Notaris (Ikatan Notaris Indonesia yang berkedudukan di

daerah setempat), dan Majelis Pengawas Pusat.

Berdasarkan Pasal 70 UUJN pula MPD Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon berhak menerima laporan dari masyarakat jika telah terjadi

pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris maupun UUJN atau telah terjadi

penyalahgunaan wewenang oleh Notaris Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon yang dapat merugikan masyarakat, untuk selanjutnya merujuk

pada Pasal 71 UUJN bahwa MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

berwenang untuk memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris

terlapor dan menyampaikan hasil pemeriksaan kasus tersebut kepada

Majelis Pengawas Wilayah Provinsi Banten dalam waktu 30 (tiga puluh)

Page 112: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

96

hari, dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris yang

bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat, dan Organisasi Notaris.

Sesuai dengan hasil penelitian dan Pasal 15 Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M. 02. PR.

08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,

Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara

Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris bahwa pengawasan terhadap

tugas jabatan Notaris oleh MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

dilakukan secara langsung, dengan demikian MPD Kabupaten Serang

dan Kota Cilegon mendatangi secara langsung kantor Notaris yang dituju

untuk dilakukan pemeriksaan, namun sebelum dilakukan pemeriksaan

MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon terlebih dahulu

memberitahukan secara tertulis kepada Notaris terkait tentang akan

dilakukan pemeriksaan terhadap fisik kantor dan protokol Notaris, paling

lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum pemeriksaan dilakukan, dan pada

waktu yang ditentukan untuk dilakukan pemeriksaan, Notaris yang

bersangkutan harus berada di kantornya dan menyiapkan semua Protokol

Notaris.199

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat bahwa kendala yang

beberapa kali terjadi pada saat akan dilakukan pemeriksaan terhadap

Notaris di daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon yaitu saat akan

dilakukan pemeriksaan kantor Notaris yang dituju tutup atau tidak ada

199

Ibu Susiana Masithah Sudian, Loc.Cit.

Page 113: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

97

aktivitas kerja dan kendala lain yang timbul dari internal MPD yaitu

karena komposisi keanggotaan MPD terdiri dari 3 (tiga) unsur yaitu

unsur pemerintah, Notaris, dan akademisi maka kendala saat akan

melakukan pemeriksaan yaitu sulitnya mengatur waktu tim pemeriksa

protokol Notaris untuk melaksanakan pemeriksaan, hal tersebut

dilatarbelakangi karena anggota MPD merangkap jabatan, bahwa selain

menjadi anggota MPD juga dibebani tugas lain yaitu sebagai pejabat

pemerintah, akademisi (dosen) dan Notaris oleh karenanya seringkali

anggota tim pemeriksa tidak dapat hadir dalam pelaksanaan pemeriksaan,

meski pemeriksaan harus tetap berlangsung. Terhadap kantor Notaris

yang tutup saat akan dilakukan pemeriksaan oleh MPD, maka MPD

berhak memberikan teguran kepada Notaris yang bersangkutan agar tidak

mengulangi kesalahan tersebut.200

Tim pemeriksa protokol Notaris dalam melakukan pemeriksaan yang

bersifat administratif harus mendatangi secara langsung lokasi kantor

Notaris yang akan diperiksa, dan anggota MPD harus memahami

kewenangan dan tugas MPD tentang segala aspek yang akan diperiksa,

misalnya tentang protokol Notaris, penutupan akta, cara pembundelan

minuta akta, buku-buku yang harus disediakan misalnya: buku

repertorium (daftar akta), buku khusus daftar surat di bawah tangan, dan

200

Ibid.

Page 114: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

98

surat-surat lain misalnya: surat izin cuti, surat keputusan pengangkatan

Notaris.201

Pelanggaran yang umumnya terjadi pada Notaris daerah Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon secara fisik kantor yang ditemukan saat

pemeriksaan oleh MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon adalah

keterangan pada plang nama Notaris yang tidak lengkap misalnya tidak

ditulis Surat Pengangkatan atau Surat Keputusan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia, plang nama kantor Notaris terpampang namun

kantor tidak buka, pindah kedudukan kantor Notaris namun tidak

melapor kepada MPD, dan melakukan tugas jabatan Notaris di luar

wilayah kedudukan kantor Notaris.202

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor: M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata

Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas

Notaris, kewenangan MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon secara

administratif diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14, yaitu:

1. Pasal 13, menjelaskan bahwa:

(1) Kewenangan Majelis Pengawas Daerah yang bersifat

administratif dilaksanakan oleh ketua, wakil ketua, atau salah

satu anggota, yang diberi wewenang berdasarkan keputusan

rapat Majelis Pengawas Daerah

201

Ibid. 202

Ibid.

Page 115: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

99

(2) Kewenangan yang dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Memberikan izin cuti untuk jangka waktu sampai dengan 6

(enam) bulan

b. Menetapkan notaris pengganti

c. Menentukan tempat penyimpanan protokol notaris yang pada

saat serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua

puluh lima) tahun atau lebih

d. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan

dalam Undang-Undang

e. Memberi paraf dan menandatangani daftar akta, daftar surat

di bawah tangan yang disahkan, daftar surat di bawah tangan

yang dibukukan, dan daftar surat lain yang diwajibkan

Undang-Undang

f. Menerima penyimpanan secara tertulis salinan dari daftar

akta, daftar surat di bawah tangan yang di sahkan, dan daftar

surat di bawah tangan yang di bukukan yang telah

disahkannya, yang dibuat pada bulan sebelumnya paling

lambat 15 (lima belas) hari kalender pada bulan berikutnya,

yang memuat sekurang-kurangnya nomor, tanggal, dan judul

akta.203

2. Pasal 14, menjelaskan bahwa:

Kewenangan Majelis Pengawas Daerah yang bersifat administratif

yang memerlukan surat keputusan rapat adalah:

a. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang

Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara

b. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang

Protokol Notaris yang meninggal dunia, memberikan persetujuan

atas permintaan penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk

proses peradilan

c. Menyerahkan fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-urat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam

penyimpanan Notaris, dan

d. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang

berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang

berada dalam penyimpanan Notaris.204

Secara umum MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon telah

melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana yang telah ditentukan

dan diatur dalam regulasi pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris

203

Pasal 13, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :

M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Aggota, Pemberhentian Anggota,

Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris. 204

Pasal 14, Ibid.

Page 116: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

100

yaitu ketentuan UUJN, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor: M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004

Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota,

Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis

Pengawas Notaris, dan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor M. 39-PW.07.10 Tahun 2004

Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris, dalam

melakukan fungsi pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris di daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon. Sehingga selama masa jabatan

anggota MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon periode 2015-2018,

tidak terlalu banyak ditemukan Notaris yang melakukan pelanggaran

terhadap Kode Etik Notaris dan UUJN atau penyalahgunaan wewenang

yang merugikan masyarakat.

B. Analisis Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan

Kota Cilegon Dalam Penanganan Kasus Pelanggaran Terhadap Jabatan

Notaris Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris

Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya, sangat rentan terhadap

penyalahgunaan jabatan yang dapat merugikan masyarakat, sehingga dalam

tugas dan jabatan Notaris perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan secara

efektif dengan langkah-langkah yang bersifat preventif. Namun seiring

dengan pelaksanaan tugas dan jabatan tersebut, di daerah Kabupaten Serang

Page 117: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

101

dan Kota Cilegon masih terdapat beberapa Notaris yang melakukan

pelangaran yang akhirnya menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Atas dasar

kerugian masyarakat karena perbuatan yang dilakukan oleh Notaris

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon maka masyarakat dengan didasari Pasal

70 huruf g UUJN bahwa masyarakat dapat melaporkan Notaris yang

merugikan hak dan kepentingannya dan termasuk pelanggaran Kode Etik

Notaris atau UUJN secara tertulis dengan menyertakan bukti-bukti yang dapat

dipertanggungjawabkan kepada MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.

Dari uraian mengenai pelanggaran terhadap tugas jabatan Notaris di

daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, terdapat beberapa laporan

masyarakat tentang pelanggaran yang dilakukan Notaris yang ditangani oleh

MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon periode tahun 2015-2018, yang

dapat digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut: 205

Tabel 4.1

Data Jumlah Notaris Terlapor dan ditangani MPD Tahun 2015-2018

No Tahun

Jumlah

Notaris

Terlapor

Jenis Laporan

1

2015-2016

3 orang

notaris

Pelanggaran dilakukan oleh Notaris

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

tentang pembuatan dan penerbitan

suatu akta tentang perubahan data

perusahaan, peralihan saham dan ganti

nama pemegang saham tanpa

melibatkan seluruh pihak pemegang

saham dan tanpa dilakukan Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS)

sebelumnya oleh perusahaan, dengan

demikian, pihak pelapor merasa

dirugikan dengan pembuatan akta

2 2017-2018 2 orang

notaris

205

Bapak Sulhi, Ketua Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon,

Op.Cit.

Page 118: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

102

tanpa persetujuan seluruh pihak terkait

dan penerbitan akta jual beli.

Berdasarkan tabel laporan pelanggaran tugas jabatan Notaris yang

diterima dan ditangani oleh MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon pada

tahun 2015-2018 ialah mengenai Notaris di Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon yang melakukan pelanggaran yaitu umumnya tentang pembuatan

suatu akta terkait dengan perusahaan dan atas akta yang dibuat oleh Notaris

tersebut, pelapor merasa dirugikan.

Regulasi yang mejadi dasar penyelenggaraan penanganan kasus

pelanggaran terhadap jabatan Notaris ini terdapat dalam Pasal 70 dan Pasal 73

UUJN, ketentuan Pasal 70 UUJN yang dimaksud ialah MPD berwenang

menyelenggarakan sidang untuk. memeriksa adanya dugaan pelanggaran

Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris, dan

ketentuan Pasal 73 tersebut berisi tentang kewenangan dari Majelis Pengawas

Wilayah (MPW):206

(1) Majelis Pengawas Wilayah berwenang:

a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil

keputusan atas laporan masyarakat yang disampaikan melalui

Majelis Pengawas Wilayah

b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas

laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a

c. memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun

d. memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis Pengawas Daerah

yang menolak cuti yang diajukan oleh Notaris pelapor

e. memberikan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis

f. mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada Majelis

Pengawas Pusat berupa:

206

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Loc.Cit.

Page 119: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

103

1) pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam)

bulan; atau

2) pemberhentian dengan tidak hormat.

g. membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi

sebagaimana dimaksud pada huruf e dan huruf f.

(2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf e bersifat final.

(3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf e dan huruf f dibuatkan berita acara.

Berdasarkan substansi dari Pasal 70 huruf a, Pasal 73 ayat [1] huruf a dan

b UUJN, bahwa Majelis Pengawas Notaris berwenang melakukan sidang

untuk memeriksa:

1) adanya dugaan pelanggaran Kode Etik

2) adanya dugaan pelanggaran pelaksanaan tugas Jabatan Notaris

3) perilaku para Notaris yang di luar menjalankan tugas jabatannya

sebagai Notaris dapat memperngaruhi pelaksanaan tugas Jabatan

Notaris.

Wewenang dalam penanganan kasus pelanggaran terhadap tugas jabatan

Notaris dalam hal penjatuhan sanksi-sanksi terhadap Notaris terlapor dimiliki

oleh Majelis Pengawas Pusat (MPW) dan Majelis Pengawas Pusat (MPP).

Kewenangan MPP pada penjatuhan sanksi bagi Notaris terlapor didasarkan

pada Pasal 77 UUJN, menjelaskan MPP berwenang untuk:207

a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan

dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti

b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada huruf a

c. menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara; dan

d. mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak

hormat kepada Menteri.

207

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Loc.Cit.

Page 120: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

104

MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dalam melakukan

pemeriksaan merujuk pada ketentuan Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004

Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan yang diatur dalam Pasal

20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 25, yaitu sebagai berikut:208

1. Pasal 20 menjelaskan tentang ketentuan majelis pemeriksa, yaitu sebagai

berikut:

(1) Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Notaris, Ketua Majelis

Pengawas Notaris membentuk Majelis Pemeriksa Daerah, Majelis

Pemeriksa Wilayah, dan Majelis Pemeriksa Pusat dari masing-

masing unsur yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang

anggota Majelis Pemeriksa.

(2) Majelis Pemeriksa Wilayah dan Majelis Pemeriksa Pusat berwenang

memeriksa dan memutus laporan yang diterima.

(3) Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh

1 (satu) orang sekretaris.

(4) Pembentukan Majelis Pemeriksa dilakukan paling lambat 5 (lima)

hari kerja setelah laporan diterima.

(5) Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

menolak untuk memeriksa Notaris yang mempunyai hubungan

perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke

bawah tanpa pembatasan derajat, dan garis lurus ke samping sampai

dengan derajat ketiga dengan Notaris.

(6) Dalam hal Majelis Pemeriksa mempunyai hubungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (5), Ketua Majelis Pengawas Notaris menunjuk

penggantinya.

2. Pasal 21 menjelaskan tentang pengajuan laporan, yaitu sebagai berikut:

(1) Laporan dapat diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan.

(2) Laporan harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

disertai bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Laporan tentang adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau

pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris disampaikan kepada

Majelis Pengawas Daerah.

208

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M. 02. PR.

08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan, Loc.Cit.

Page 121: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

105

(4) Laporan masyarakat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah.

(5) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan

kepada Majelis Pengawas Wilayah, maka Majelis Pengawas

Wilayah meneruskan kepada Majelis Pengawas Daerah yang

berwenang.

(6) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan

kepada Majelis Pengawas Pusat, maka Majelis Pengawas Pusat

meneruskannya kepada Majelis Pengawas Daerah yang berwenang.

Berdasarkan Pasal 21 tersebut maka langkah yang dapat ditempuh oleh

masyarakat untuk dapat mendapatkan keadilan atas pelanggaran yang

dilakukan oleh Notaris yang membuat pelapor merasa dirugikan adalah

melaporkan perkara yang dimaksud kepada MPD Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon, dan laporan tersebut harus tertulis dan disertakan bukti-bukti yang

dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 22 menjelaskan tentang pemanggilan terhadap pelapor dan terlapor,

yaitu sebagai berikut:209

(1) Ketua Majelis Pemeriksa melakukan pemanggilan terhadap pelapor

dan terlapor.

(2) Pemanggilan dilakukan dengan surat oleh sekretaris dalam waktu

paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum sidang.

(3) Dalam keadaan mendesak pemanggilan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dapat dilakukan melalui faksimili yang segera disusul

dengan surat pemanggilan.

(4) Dalam hal terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut, tetapi

tidak hadir maka dilakukan pemanggilan kedua.

(5) Dalam hal terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut yang kedua

kali namun tetap tidak hadir maka pemeriksaan dilakukan dan

putusan diucapkan tanpa kehadiran terlapor.

Pasal 23 menjelaskan tentang pemeriksaan oleh Majelis Pengawas

Daerah, yaitu sebagai berikut: 210

(1) Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Daerah tertutup untuk umum.

(2) Pemeriksaan dimulai dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)

hari kalender setelah laporan diterima.

209

Ibid. 210

Ibid.

Page 122: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

106

(3) Majelis Pemeriksa Daerah harus sudah menyelesaikan pemeriksaan

dan menyampaikan hasil pemeriksaan dalam jangka waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak laporan diterima.

(4) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan

dalam berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh ketua dan

sekretaris.

(5) Surat pengantar pengiriman berita acara pemeriksaan yang

dikirimkan kepada Majelis Pengawas Wilayah ditembuskan kepada

pelapor, terlapor, Majelis Pengawas Pusat, dan Pengurus Daerah

Ikatan Notaris Indonesia.

Pasal 24 menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan kasus, yaitu sebagai

berikut:

(1) Pada sidang pertama yang ditentukan, pelapor dan terlapor hadir,

lalu Majelis Pemeriksa Daerah melakukan pemeriksaan dengan

membacakan laporan dan mendengar keterangan pelapor.

(2) Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlapor

diberi kesempatan yang cukup untuk menyampaikan tanggapan.

(3) Pelapor dan terlapor dapat mengajukan bukti-bukti untuk

mendukung dalil yang diajukan.

(4) Laporan diperiksa oleh Majelis Pemeriksa Daerah dalam jangka

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak

laporan diterima.211

Berkaitan dengan Pasal 23 dan Pasal 24 tersebut maka MPD Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon melakukan prosedur pemeriksaan terkait

pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, dengan demikian setelah terdapat laporan tertulis dari masyarakat

mengenai pelanggaran yang dilakukan Notaris maka berdasarkan Pasal 21

MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon melakukan pemanggilan terhadap

pelapor dan terlapor untuk melakukan sidang majelis dengan meminta

keterangan kedua pihak, pemanggilan tersebut dilakukan dengan surat oleh

sekretaris dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum sidang dan

211

Ibid.

Page 123: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

107

dalam keadaan mendesak pemanggilan dapat dilakukan melalui faksimili

yang segera disusul dengan surat pemanggilan.

Jika terlapor telah dipanggil secara sah dan patut tetapi tidak memenuhi

panggilan maka akan dilakukan pemanggilan kedua, dan jika telah dilakukan

pemanggilan kedua secara sah dan patut namun terlapor tidak hadir maka

pemeriksaan dilakukan dan putusan diucapkan tanpa kehadiran terlapor.

Sedangkan jika pelapor telah dipanggil secara sah dan patut namun tidak

hadir maka akan dilakukan pemanggilan kedua, jika setelah adanya

pemanggilan kedua secara sah dan atut pelapor tetap tidak hadir maka laporan

dianggap gugur.

Pemeriksaan kasus atau sidang majelis oleh MPD Kabupaten Serang dan

Kota Cilegon dilakukan secara tertutup untuk umum, dengan demikian pada

pemeriksaan kasus hanya dihadiri oleh seluruh tim pemeriksa kasus, pelapor

dan terlapor, MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon harus menyelesaikan

pemeriksaan kasus dan menyampaikan hasil pemeriksaan dalam jangka

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak laporan

diterima. Dan setelah dilakukan pemeriksaan kasus atau sidang majelis

selanjutnya MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon membuat hasil

pemeriksaan yang dimuat dalam suatu berita acara pemeriksaan kasus yang

akan dikirimkan kepada MPW Provinsi Banten dan ditembuskan kepada

pelapor dan terlapor, kemudian hasil pemeriksaan oleh MPD Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon tersebut akan ditindaklanjuti oleh MPW Provinsi

Banten.

Page 124: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

108

Terhadap kasus pelanggaran tugas jabatan Notaris yang terjadi di daerah

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, MPD Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon tidak dapat menjatuhkan sanksi terhadap Notaris yang melakukan

pelanggaran, MPD hanya berwenang untuk melakukan pemeriksaan kasus

atau sidang majelis terhadap laporan yang diterima oleh MPD dari

masyarakat, kemudian dengan hasil pemeriksaan kasus tersebut dibuatkan

berita acara yang akan disampaikan kepada MPW dan ditembuskan kepada

pelapor dan terlapor, dan kewenangan menjatuhkan sanksi tersebut

berdasarkan pada Pasal 73 UUJN dimiliki oleh MPW Provinsi Banten yang

kedudukan sekretariatnya di Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia

Provinsi Banten.

Adapun jenis-jenis sanksi yang dapat dijatuhkan oleh MPW Provinsi

Banten terhadap Notaris terlapor berdasarkan Pasal 73 huruf e UUJN, bahwa

MPW berwenang untuk menjatuhkan sanksi baik peringatan lisan maupun

peringatan tertulis dan Pasal 73 huruf f UUJN, bahwa MPW berwenang untuk

mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada Majelis Pengawas

Pusat berupa:

1) pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan;

atau

2) pemberhentian dengan tidak hormat.212

3)

212

Pasal 73, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Page 125: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

109

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kewenangan

Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mengawasi tugas jabatan Notaris di

Daerah Kabupaten Serang, sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris didasarkan pada ketentuan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, sedangkan untuk

pelaksanannya dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004

Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota,

Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis

Pengawas Notaris dan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor M. 39-PW.07.10 Tahun 2004

Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris. Pada

pelaksanaannya pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas

Daerah (MPD) Kabupaten Serang dan Kota Cilegon terhadap tugas

jabatan Notaris merupakan kewenangan yang dijalankan berdasarkan

prinsip delegasi dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia,

berdasarkan Pasal 69 UUJN keanggotaan MPD berjumlah 9 orang yang

Page 126: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

110

terdiri dari 3 (tiga) unsur yaitu unsur Notaris, unsur pemerintah dan unsur

akademisi. Pengawasan oleh MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

dengan pemeriksaan terhadap protokol Notaris dilakukan secara berkala

yaitu sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun oleh tim pemeriksa

protokol Notaris yang dibentuk secara khusus oleh Ketua MPD.

Pemeriksaan ini bersifat administratif dan secara langsung pada Protokol

Notaris, pemeriksaan protokol Notaris hanya akan dilakukan pada Notaris

yang diberikan surat pemberitahuan sebelumnya dari MPD, kemudian

setelah dilakukan pemeriksaan maka hasil pemeriksaan protokol Notaris

harus dimuat dalam Berita Acara Pemeriksaan Protokol yang akan

disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah (MPW) Provinsi Banten,

dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris

(Ikatan Notaris Indonesia yang berkedudukan di daerah setempat), dan

Majelis Pengawas Pusat. Namun pelaksanaan pengawasan oleh MPD

Kabupaten Serang belum dilakukan secara efektif dan maksimal karena

mengingat rasio Notaris Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dengan

rasio MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon tidak sebanding dan

karena latar belakang keanggotaan MPD sebagai pejabat ex officio yang

mengakibatkan tidak terfokusnya pengawasan terhadap tugas jabatan

Notaris, serta belum terdapat sistem manajemen yang profesional oleh

MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.

2. Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

melakukan pengawasan berdasarkan ketentuan Pasal 70 dan Pasal 71

Page 127: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

111

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,

pengawasan ini merupakan upaya preventif untuk melakukan pencegahan

agar tidak terjadinya pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris dan sebagai

suatu upaya pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris, sehingga MPD

sebagai bagian dari pada pemerintah diberikan kewenangan pengawasan,

selain itu MPD juga diberikan kewenangan melakukan upaya secara

represif yaitu sebagai bagian dari lembaga yang memberikan penindakan

terhadap Notaris yang patut diduga melakukan pelanggaran terhadap

tugas jabatan Notaris melalui rekomendasi laporan kepada Majelis

Pengawas Wilayah (MPW) sebagai suatu bentuk tanggungjawab apabila

terjadi patut diduga Notaris telah melanggar sumpah jabatan Notaris.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas terdapat beberapa saran dan masukan

kepada pihak terkait dengan penelitian, sebagai bentuk masukan yang bersifat

membangun yang bertujuan untuk bahan evaluasi bagi pihak terkait, dengan

uraian sebagai berikut:

1. Pengawasan yang dilakukan oleh MPD Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon dapat dilakukan lebih efektif dengan melalui sistem pengawasan

yang terencana, rasional dengan sistem manajemen pengawasan yang

lebih profesional. Secara efektif bahwa pengawasan yang dilakukan oleh

MPD menjadi bahan evaluasi bagi Notaris ataupun Kementrian Hukum

dan Hak Asasi Manusia dalam menilai kinerja Notaris sebagai bagian

dari pejabat yang diberikan kewenangan oleh pemerintah dalam hal ini

Page 128: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

112

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Secara rasional artinya

dalam pengawasan tersebut personil tim pengawas dari MPD Kabupaten

Serang dan Kota Cilegon harus ditambah jumlah, mengingat rasio

Notaris dengan MPD masih sangat tidak seimbang yaitu 9 orang anggota

MPD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dengan 225 Notaris

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon. Secara profesional MPD diberikan

kewenangaan oleh UUJN untuk melakukan pengawasan sehingga sistem

pengawasan MPD harus ada keseragaman secara prosedur sebagai dasar

pedoman dalam melakukan pengawasan, mengatur ketentuan mengenai

latar belakang keanggotaan MPD untuk tidak merangkap jabatan agar

fokus terhadap fungsi pengawasan dan ketentuan ini harus dibuat oleh

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

2. Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia agar dapat memberikan

pembinaan secara maksimal baik dalam mekanisme anggaran yang

diberikan untuk pengawasan maupun dalam perencanaan bagi MPD

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dalam melaksanakan pengawasan

terhadap tugas jabatan Notaris Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.

3. Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon harus

lebih meningkatkan upaya pengawasan secara efektif dan sistematis

melalui perencanaan serta pelaksanaan pengawasan yang baik sebagai

bentuk pembinaan kepada Notaris Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

agar terlaksananya tugas jabatan Notaris yang sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang Jabatan Notaris.

Page 129: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

113

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Latif, Hukum Administrasi Negara Dalam Praktik Tindak Pidana

Korupsi, Prenada Media Group, Jakarta, 2014.

Amiruddin dan Zainal Azikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, Prenadamedia, Jakarta, 2014.

Buchari Zainun, Administrasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia

Pemerintah Negara Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004.

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Perbandingan Hukum Administrasi

Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

Dann Suganda, Kepemimpinan di dalam Organisasi dan Manajemen,

Bandung, Sinar Baru, 2001.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2003.

Diana Halim Koentjoro, Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Ghalia

Indonesia, Bogor Selatan, 2004.

Faried Ali, Teori Dan Konsep Administrasi Dari Pemikiran Paradigmatik

Menuju Redefinisi, Jakarta, Rajawali Pers, 2011.

G.H.S, Lumban tobing, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement),

Jakarta, Erlangga, 1999.Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir

Tematik Terhadap Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris, Refika Aditama , Bandung, 2008.

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap Undang Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama , Bandung,

2008.

-------, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara,

Refika Aditama, Bandung, 2011.

Inu Kencana Syafiie dan Welasari, Ilmu Administrasi, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2015.

Page 130: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

114

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia

(SANRI), Bumi Aksara, Jakarta, 2009.

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Provinsi

Banten, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Majelis Pengawas

Notaris & Notaris, Banten, Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi

Banten, 2015.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Sistem Administrasi

Negara Republik Indonesia, Toko Gunung Agung, Jakarta, 1997.

Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayu Media publishing,

Malang, 2003.

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta, Gajahmada University

Press, 2009.

Moekijat, Administrasi Kepegawaian Negara, Bandung, Mandar Maju, 1991.

Murtir Jeddawi, Hukum Administrasi Negara, Total Media, Yogyakarta,

2012.

Nomensen Sinamo, Hukum Pemeritahan Daerah di Indonesia, Tangerang,

Pustaka Mandiri, 2010.

Paulus Effendi Lotulung, Hukum Tata Usaha Negara dan Kekuasaan,

Salemba Humanika, Jakarta Selatan, 2013.

Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris, Gramedia

Pustaka, Jakarta, 2009.

Prayudi Atmodusirdjo, Hukum Aministrasi Negara, Jakarta, Ghalia

Indonesia, 1992.

-------, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Yudhistira, 1994.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.

Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Glora

Madani Press, 2004.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penelitian Teori Hukum pada

Penelitian Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.

Shidarta, Moralitas Profesi Hukum (suatu tawaran kerangka berpikir),

Refika Aditama, Bandung, 2009.

Page 131: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

115

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-PRES, 2008.

Sondang Siagan, Administrasi Pembangunan, Jakarta, Gunung Agung, 1990.

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty,

Yogyakarta, 2006.

Suriansyah Murhaini, Manajemen Pengawasan Pemerintahan Daerah,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014.

Titik Triwulan Tutik, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara

Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia, Jakarta, Prenada Media Group,

2011.

-------, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Prestasi Pustaka,

Jakarta, 2010.

Winardi, Manajer dan Manajemen, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2000.

Zaenal Mukarom dan Muhibudin Wijaya Laksana, Manajemen Pelayanan

Publik, Bandung, Pustaka Setia, 2015.

Zaidan Nawawi, Manajemen Pemerintahan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2013.

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.

B. Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tetang Jabatan Notaris.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara.

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M. 39-PW.07.10 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas Majelis Pengawas Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor : M. 02. PR. 08. 10 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pengangkatan

Page 132: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

116

Aggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan

Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

C. Jurnal dan Tesis

Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, Statistik Daerah Kabupaten Serang

2017, Kabupaten Serang : Katalog BPS 1101002.3604.

Endang Purwaningsih, Bentuk Pelanggaran Notaris di wilayah Provinsi

Banten dan penegakan hukumnya, Mimbar Hukum Vol. 27 No. 1,

Universitas Yasri, Jakarta. 2014.

Jeremiah, Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah

Notaris di Kota Salatiga, Tesis, Semarang, Universitas Diponegoro,

2008.

Lukman Hakim, Kewenangan Organ Negara Dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan, Jurnal Konstitusi, Vol. IV, No.1,Universitas Widyagama,

Malang. 2011.

D. Internet

https://biropemerintahan.bantenprov.go.id/id/read/profil-kab-serang.html

http://herman-notary.blogspot.co.id/2011/01/pengawasan-terhadap-Notaris-

terhadap.html.

http://m-notariat.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/kewenangan-

majelis-pengawas-daerah-melaksanakan-pengawasan-kepada-Notaris-

sebelum-dan-sesudah-putusan-mahkamah-konstitusi-nomor-49puu-

x2012.pdf

http://suaraindonesia-news.com/diduga-langgar-kode-etik-Notaris-putra-

wijaya-dilaporkan-ke-mpd-Notaris-denpasar/

http://www.indeksberita.com/majelis-pengawas-Notaris-periksa-kasus-

dugaan-pelanggaran-akta-Notaris/

http://www.indonesianotarycommunity.com/karakter-yuridis-jabatan-Notaris/

http://www.radarbanten.co.id/satu-Notaris-ditemukan-nakal-kemenkumham-

optimalkan-fungsi-pengawasan/

Page 133: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Nurul Wakhida

Tempat dan Tanggal Lahir : Serang, 14 Maret 1996

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Kp/Ds. Undar andir, Rt/Rw. 005/002, Kec. Kragilan,

Kab. Serang-Banten

No. HP : 089640565337

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2001-2008 : SD Negeri Undar Andir

2008-2011 : SMP Al-Madani Undar Andir

2011-2014 : SMA Negeri I Kibin

2014-2018 : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pengalaman Organisasi

Pramuka SMP Al-Madani Undar Andir

OSIS SMP Al-Madani Undar Andir

OSIS SMA Negeri I Kibin

ROHIS (Rohani Islam) SMA Negeri I Kibin

Page 134: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Majelis Perwakilan Kelas (MPK) SMA Negeri I Kibin

IKADIKSI (Ikatan Mahasiswa Bidikmisi) Untirta

HmI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat Hukum Untirta

Page 135: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

LAMPIRAN

Page 136: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 30 TAHUN 2004

TENTANG

JABATAN NOTARIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian,

ketertiban, dan perlindungan hukum, yang berintikan kebenaran

dan keadilan;

b. bahwa untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan

hukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik

mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang

diselenggarakan melalui jabatan tertentu;

c. bahwa notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan

profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, perlu

mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya

kepastian hukum;

d. bahwa jasa notaris dalam proses pembangunan makin

meningkat sebagai salah satu kebutuhan hukum masyarakat;

e. bahwa Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb.

1860:3) yang mengatur mengenai jabatan notaris tidak sesuai

lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk

Undang-Undang tentang Jabatan Notaris;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG JABATAN NOTARIS.

BAB I …

Page 137: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

1. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat

akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang ini.

2. Pejabat Sementara Notaris adalah seorang yang untuk sementara

menjabat sebagai Notaris untuk menjalankan jabatan Notaris

yang meninggal dunia, diberhentikan, atau diberhentikan

sementara.

3. Notaris Pengganti adalah seorang yang untuk sementara

diangkat sebagai Notaris untuk menggantikan Notaris yang

sedang cuti, sakit, atau untuk sementara berhalangan

menjalankan jabatannya sebagai Notaris.

4. Notaris Pengganti Khusus adalah seorang yang diangkat sebagai

Notaris khusus untuk membuat akta tertentu sebagaimana

disebutkan dalam surat penetapannya sebagai Notaris karena di

dalam satu daerah kabupaten atau kota terdapat hanya seorang

Notaris, sedangkan Notaris yang bersangkutan menurut

ketentuan Undang-Undang ini tidak boleh membuat akta

dimaksud.

5. Organisasi Notaris adalah organisasi profesi jabatan notaris yang

berbentuk perkumpulan yang berbadan hukum.

6. Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai

kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan

pengawasan terhadap Notaris.

7. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di

hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan

dalam Undang-Undang ini.

8. Minuta Akta adalah asli Akta Notaris.

9. Salinan Akta adalah salinan kata demi kata dari seluruh akta dan

pada bagian bawah salinan akta tercantum frasa "diberikan

sebagai salinan yang sama bunyinya".

10. Kutipan Akta adalah kutipan kata demi kata dari satu atau

beberapa bagian dari akta dan pada bagian bawah kutipan akta

tercantum frasa "diberikan sebagai kutipan".

11. Grosse Akta adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan

utang dengan kepala akta “DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang

mempunyai kekuatan eksekutorial.

12. Formasi Jabatan Notaris adalah penentuan jumlah Notaris yang

dibutuhkan pada suatu wilayah jabatan Notaris.

13. Protokol …

Page 138: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

13. Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan

arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris.

14. Menteri adalah Menteri yang bidang tugas dan tanggung

jawabnya meliputi bidang kenotariatan.

BAB II

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN NOTARIS

Bagian Pertama

Pengangkatan

Pasal 2

Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.

Pasal 3

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 adalah :

a. warga negara Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;

d. sehat jasmani dan rohani;

e. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua

kenotariatan;

f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai

karyawan Notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan berturut-

turut pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas

rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua

kenotariatan; dan

g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat,

atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-

undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris.

Pasal 4

(1) Sebelum menjalankan jabatannya, Notaris wajib mengucapkan

sumpah/janji menurut agamanya di hadapan Menteri atau

pejabat yang ditunjuk.

(2) Sumpah/ …

Page 139: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi

sebagai berikut:

“Saya bersumpah/berjanji:

bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik

Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang

Jabatan Notaris serta peraturan perundang-undangan lainnya.

bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah,

jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak.

bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan

menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi,

kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai

Notaris.

bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang

diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya.

bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apa

pun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan

sesuatu kepada siapa pun.”

Pasal 5

Pengucapan sumpah/janji jabatan Notaris sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 dilakukan dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan

terhitung sejak tanggal keputusan pengangkatan sebagai Notaris.

Pasal 6

Dalam hal pengucapan sumpah/janji tidak dilakukan dalam jangka

waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, keputusan

pengangkatan Notaris dapat dibatalkan oleh Menteri.

Pasal 7

Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal

pengambilan sumpah/janji jabatan Notaris, yang bersangkutan wajib:

a. menjalankan jabatannya dengan nyata;

b. menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan Notaris

kepada Menteri, Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas

Daerah; dan

c. menyampaikan …

Page 140: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

c. menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf,

serta teraan cap/stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada

Menteri dan pejabat lain yang bertanggung jawab di bidang

agraria/pertanahan, Organisasi Notaris, ketua pengadilan negeri,

Majelis Pengawas Daerah, serta bupati atau walikota di tempat

Notaris diangkat.

Bagian Kedua

Pemberhentian

Pasal 8

(1) Notaris berhenti atau diberhentikan dari jabatannya dengan

hormat karena:

a. meninggal dunia;

b. telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun;

c. permintaan sendiri;

d. tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk

melaksanakan tugas jabatan Notaris secara terus menerus

lebih dari 3 (tiga) tahun; atau

e. merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

huruf g.

(2) Ketentuan umur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

dapat diperpanjang sampai berumur 67 (enam puluh tujuh)

tahun dengan mempertimbangkan kesehatan yang

bersangkutan.

Pasal 9

(1) Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena:

a. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran

utang;

b. berada di bawah pengampuan;

c. melakukan perbuatan tercela; atau

d. melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan

jabatan.

(2) Sebelum pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan, Notaris diberi kesempatan untuk

membela diri di hadapan Majelis Pengawas secara berjenjang.

(3) Pemberhentian sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas

Pusat.

(4) Pemberhentian …

Page 141: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

(4) Pemberhentian sementara berdasarkan alasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku paling

lama 6 (enam) bulan.

Pasal 10

(1) Notaris yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a atau huruf b dapat diangkat

kembali menjadi Notaris oleh Menteri setelah dipulihkan

haknya.

(2) Notaris yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c atau huruf d dapat diangkat

kembali menjadi Notaris oleh Menteri setelah masa

pemberhentian sementara berakhir.

Pasal 11

(1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib

mengambil cuti.

(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama

Notaris memangku jabatan sebagai pejabat negara.

(3) Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menunjuk

Notaris Pengganti.

(4) Apabila Notaris tidak menunjuk Notaris Pengganti

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Majelis Pengawas

Daerah menunjuk Notaris lain untuk menerima Protokol

Notaris yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan

Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara.

(5) Notaris yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

merupakan pemegang sementara Protokol Notaris.

(6) Notaris yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat negara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan

kembali jabatan Notaris dan Protokol Notaris sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) diserahkan kembali kepadanya.

Pasal 12

Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh

Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat apabila:

a. dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

b. berada di bawah pengampuan secara terus-menerus lebih dari 3

(tiga) tahun;

c. melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan

martabat jabatan Notaris; atau

d. melakukan …

Page 142: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

d. melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan

jabatan.

Pasal 13

Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena

dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak

pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau

lebih.

Pasal 14

Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan

dan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 8,

Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 diatur dalam

Peraturan Menteri.

BAB III

KEWENANGAN, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN

Bagian Pertama

Kewenangan

Pasal 15

(1) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua

perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh

peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh

yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik,

menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,

memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu

sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang

ditetapkan oleh undang-undang.

(2) Notaris berwenang pula :

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian

tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam

buku khusus;

b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan

mendaftar dalam buku khusus;

c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa

salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan

digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat

aslinya;

e. memberikan …

Page 143: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan

pembuatan akta;

f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

g. membuat akta risalah lelang.

(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur

dalam peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Kewajiban

Pasal 16

(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban:

a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan

menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan

hukum;

b. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan

menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris;

c. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan

Akta berdasarkan Minuta Akta;

d. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam

Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

e. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya

dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta

sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang

menentukan lain;

f. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi

buku yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta,

dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat dalam satu buku,

akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan

mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun

pembuatannya pada sampul setiap buku;

g. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau

tidak diterimanya surat berharga;

h. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat

menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan;

i. mengirimkan…

Page 144: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

i. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam

huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke

Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung

jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari

pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;

j. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar

wasiat pada setiap akhir bulan;

k. mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara

Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya

dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang

bersangkutan;

l. membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri

oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani

pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;

m. menerima magang calon Notaris.

(2) Menyimpan Minuta Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan akta

dalam bentuk originali.

(3) Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah akta:

a. pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun;

b. penawaran pembayaran tunai;

c. protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya

surat berharga;

d. akta kuasa;

e. keterangan kepemilikan; atau

f. akta lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(4) Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat

lebih dari 1 (satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk,

dan isi yang sama, dengan ketentuan pada setiap akta tertulis

kata-kata “berlaku sebagai satu dan satu berlaku untuk semua".

(5) Akta originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama

penerima kuasa hanya dapat dibuat dalam 1 (satu) rangkap.

(6) Bentuk dan ukuran cap/stempel sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf k ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

(7) Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l

tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta

tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri,

mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa

hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap

halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan

Notaris.

(8) Jika…

Page 145: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

(8) Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

l dan ayat (7) tidak dipenuhi, akta yang bersangkutan hanya

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.

(9) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak berlaku

untuk pembuatan akta wasiat.

Bagian Ketiga

Larangan

Pasal 17

Notaris dilarang:

a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;

b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja

berturut-turut tanpa alasan yang sah;

c. merangkap sebagai pegawai negeri;

d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara;

e. merangkap jabatan sebagai advokat;

f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan

usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha

swasta;

g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar

wilayah jabatan Notaris;

h. menjadi Notaris Pengganti; atau

i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma

agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi

kehormatan dan martabat jabatan Notaris.

BAB IV

TEMPAT KEDUDUKAN, FORMASI, DAN WILAYAH JABATAN NOTARIS

Bagian Pertama

Kedudukan

Pasal 18

(1) Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten

atau kota.

(2) Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah

provinsi dari tempat kedudukannya.

Pasal 19

(1) Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat

kedudukannya.

(2) Notaris …

Page 146: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

(2) Notaris tidak berwenang secara teratur menjalankan jabatan di

luar tempat kedudukannya.

Pasal 20

(1) Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk

perserikatan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian

dan ketidakberpihakan dalam menjalankan jabatannya.

(2) Bentuk perserikatan perdata sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur oleh para Notaris berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dalam

menjalankan jabatan Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kedua

Formasi Jabatan Notaris

Pasal 21

Menteri berwenang menentukan Formasi Jabatan Notaris pada

daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dengan

mempertimbangkan usul dari Organisasi Notaris.

Pasal 22

(1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan:

a. kegiatan dunia usaha;

b. jumlah penduduk; dan/atau

c. rata-rata jumlah akta yang dibuat oleh dan/atau di hadapan

Notaris setiap bulan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Formasi Jabatan Notaris

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan

Menteri.

Bagian Ketiga

Pindah Wilayah Jabatan Notaris

Pasal 23

(1) Notaris dapat mengajukan permohonan pindah wilayah jabatan

Notaris secara tertulis kepada Menteri.

(2) Syarat pindah wilayah jabatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah setelah 3 (tiga) tahun berturut-turut

melaksanakan tugas jabatan pada daerah kabupaten atau kota

tertentu tempat kedudukan Notaris.

(3) Permohonan …

Page 147: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

setelah mendapat rekomendasi dari Organisasi Notaris.

(4) Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk

cuti yang telah dijalankan oleh Notaris yang bersangkutan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan pindah

wilayah jabatan Notaris diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 24

Dalam keadaan tertentu atas permohonan Notaris yang

bersangkutan, Menteri dapat memindahkan seorang Notaris dari

satu wilayah jabatan ke wilayah jabatan lain.

BAB V

CUTI NOTARIS DAN NOTARIS PENGGANTI

Bagian Pertama

Cuti Notaris

Pasal 25

(1) Notaris mempunyai hak cuti.

(2) Hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diambil

setelah Notaris menjalankan jabatan selama 2 (dua) tahun.

(3) Selama menjalankan cuti, Notaris wajib menunjuk seorang

Notaris Pengganti.

Pasal 26

(1) Hak cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dapat

diambil setiap tahun atau sekaligus untuk beberapa tahun.

(2) Setiap pengambilan cuti paling lama 5 (lima) tahun sudah

termasuk perpanjangannya.

(3) Selama masa jabatan Notaris jumlah waktu cuti keseluruhan

paling lama 12 (dua belas) tahun.

Pasal 27

(1) Notaris mengajukan permohonan cuti secara tertulis disertai

usulan penunjukan Notaris Pengganti.

(2) Permohonan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan kepada pejabat yang berwenang, yaitu:

a. Majelis Pengawas Daerah, dalam hal jangka waktu cuti

tidak lebih dari 6 (enam) bulan;

b. Majelis …

Page 148: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

b. Majelis Pengawas Wilayah, dalam hal jangka waktu cuti

lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun;

atau

c. Majelis Pengawas Pusat, dalam jangka waktu cuti lebih dari

1 (satu) tahun.

(3) Permohonan cuti dapat diterima atau ditolak oleh pejabat yang

berwenang memberikan izin cuti.

(4) Tembusan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b disampaikan kepada Majelis Pengawas Pusat.

(5) Tembusan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf c disampaikan kepada Majelis Pengawas Daerah dan

Majelis Pengawas Wilayah.

Pasal 28

Dalam keadaan mendesak, suami/istri atau keluarga sedarah dalam

garis lurus dari Notaris dapat mengajukan permohonan cuti kepada

Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).

Pasal 29

(1) Surat keterangan izin cuti paling sedikit memuat:

a. nama Notaris;

b. tanggal mulai dan berakhirnya cuti; dan

c. nama Notaris Pengganti disertai dokumen yang mendukung

Notaris Pengganti tersebut sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan.

(2) Tembusan surat keterangan izin cuti dari Majelis Pengawas

Daerah disampaikan kepada Menteri, Majelis Pengawas Pusat,

dan Majelis Pengawas Wilayah.

(3) Tembusan surat keterangan izin cuti dari Majelis Pengawas

Wilayah disampaikan kepada Menteri dan Majelis Pengawas

Pusat.

(4) Tembusan surat keterangan izin cuti dari Menteri disampaikan

kepada Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah,

dan Majelis Pengawas Daerah.

Pasal 30

(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk berwenang mengeluarkan

sertifikat cuti.

(2) Sertifikat cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

data pengambilan cuti.

(3) Data pengambilan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dicatat oleh Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 27 ayat (2).

(4) Pada …

Page 149: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

(4) Pada setiap permohonan cuti dilampirkan sertifikat cuti

sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(5) Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat mengeluarkan

duplikat sertifikat cuti atas sertifikat cuti yang sudah tidak

dapat digunakan atau hilang, dengan permohonan Notaris yang

bersangkutan.

Pasal 31

(1) Permohonan cuti dapat ditolak oleh pejabat yang berwenang

memberikan cuti.

(2) Penolakan permohonan cuti harus disertai alasan penolakan.

(3) Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Daerah

dapat diajukan banding kepada Majelis Pengawas Wilayah.

(4) Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Wilayah

dapat diajukan banding kepada Majelis Pengawas Pusat.

Pasal 32

(1) Notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan Protokol

Notaris kepada Notaris Pengganti.

(2) Notaris Pengganti menyerahkan kembali Protokol Notaris

kepada Notaris setelah cuti berakhir.

(3) Serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dibuatkan berita acara dan disampaikan kepada Majelis

Pengawas Wilayah.

Bagian Kedua

Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan

Pejabat Sementara Notaris

Pasal 33

(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris Pengganti,

Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris

adalah warga negara Indonesia yang berijazah sarjana hukum

dan telah bekerja sebagai karyawan kantor Notaris paling

sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut.

(2) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 berlaku bagi Notaris

Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara

Notaris, kecuali Undang-Undang ini menentukan lain.

Pasal 34 …

Page 150: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Pasal 34

(1) Apabila dalam satu wilayah jabatan hanya terdapat 1 (satu)

Notaris, Majelis Pengawas Daerah dapat menunjuk Notaris

Pengganti Khusus yang berwenang untuk membuat akta untuk

kepentingan pribadi Notaris tersebut atau keluarganya.

(2) Penunjukan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak disertai dengan serah terima Protokol Notaris.

(3) Notaris Pengganti Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib diambil sumpah/janji jabatan oleh Menteri atau pejabat

yang ditunjuk.

Pasal 35

(1) Apabila Notaris meninggal dunia, suami/istri atau keluarga

sedarah dalam garis lurus keturunan semenda dua wajib

memberitahukan kepada Majelis Pengawas Daerah.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja.

(3) Apabila Notaris meninggal dunia pada saat menjalankan cuti,

tugas jabatan Notaris dijalankan oleh Notaris Pengganti

sebagai Pejabat Sementara Notaris paling lama 30 (tiga puluh)

hari terhitung sejak tanggal Notaris meninggal dunia.

(4) Pejabat Sementara Notaris menyerahkan Protokol Notaris dari

Notaris yang meninggal dunia kepada Majelis Pengawas

Daerah paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak

tanggal Notaris meninggal dunia.

(5) Pejabat Sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dan ayat (4) dapat membuat akta atas namanya sendiri dan

mempunyai Protokol Notaris.

BAB VI

HONORARIUM

Pasal 36

(1) Notaris berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang

diberikan sesuai dengan kewenangannya.

(2) Besarnya honorarium yang diterima oleh Notaris didasarkan

pada nilai ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap akta yang

dibuatnya.

(3) Nilai ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditentukan dari objek setiap akta sebagai berikut:

a. sampai …

Page 151: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

a. sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau

ekuivalen gram emas ketika itu, honorarium yang diterima

paling besar adalah 2,5% (dua koma lima persen);

b. di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai

dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

honorarium yang diterima paling besar 1,5 % (satu koma

lima persen); atau

c. di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium

yang diterima didasarkan pada kesepakatan antara Notaris

dengan para pihak, tetapi tidak melebihi 1% (satu persen)

dari objek yang dibuatkan aktanya.

(4) Nilai sosiologis ditentukan berdasarkan fungsi sosial dari objek

setiap akta dengan honorarium yang diterima paling besar

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Pasal 37

Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan

secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu.

BAB VII

AKTA NOTARIS

Bagian Pertama

Bentuk dan Sifat Akta

Pasal 38

(1) Setiap akta Notaris terdiri atas:

a. awal akta atau kepala akta;

b. badan akta; dan

c. akhir atau penutup akta.

(2) Awal akta atau kepala akta memuat :

a. judul akta;

b. nomor akta;

c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan

d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.

(3) Badan akta memuat:

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan,

pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para

penghadap dan/atau orang yang mereka wakili;

b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;

c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak

yang berkepentingan; dan

d. nama…

Page 152: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 17 -

d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan,

jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi

pengenal.

(4) Akhir atau penutup akta memuat:

a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 ayat (1) huruf l atau Pasal 16 ayat (7);

b. uraian tentang penandatanganan dan tempat

penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada;

c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,

kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan

d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam

pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang

dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian.

(5) Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat

Sementara Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga memuat

nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang

mengangkatnya.

Pasal 39

(1) Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah

menikah; dan

b. cakap melakukan perbuatan hukum.

(2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan

kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi pengenal yang berumur

paling sedikit 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan

cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2

(dua) penghadap lainnya.

(3) Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan

secara tegas dalam akta.

Pasal 40

(1) Setiap akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri paling sedikit

2 (dua) orang saksi, kecuali peraturan perundang-undangan

menentukan lain.

(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

a. paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah

menikah;

b. cakap melakukan perbuatan hukum;

c. mengerti bahasa yang digunakan dalam akta;

d. dapat …

Page 153: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

d. dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf; dan

e. tidak mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan

darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa

pembatasan derajat dan garis ke samping sampai dengan

derajat ketiga dengan Notaris atau para pihak.

(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikenal oleh

Notaris atau diperkenalkan kepada Notaris atau diterangkan

tentang identitas dan kewenangannya kepada Notaris oleh

penghadap.

(4) Pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan kewenangan

saksi dinyatakan secara tegas dalam akta.

Pasal 41

Apabila ketentuan dalam Pasal 39 dan Pasal 40 tidak dipenuhi, akta

tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di

bawah tangan.

Pasal 42

(1) Akta Notaris dituliskan dengan jelas dalam hubungan satu

sama lain yang tidak terputus-putus dan tidak menggunakan

singkatan.

(2) Ruang dan sela kosong dalam akta digaris dengan jelas sebelum

akta ditandatangani, kecuali untuk akta yang dicetak dalam

bentuk formulir berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Semua bilangan untuk menentukan banyaknya atau jumlahnya

sesuatu yang disebut dalam akta, penyebutan tanggal, bulan,

dan tahun dinyatakan dengan huruf dan harus didahului dengan

angka.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku

bagi surat kuasa yang belum menyebutkan nama penerima

kuasa.

Pasal 43

(1) Akta dibuat dalam bahasa Indonesia.

(2) Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang digunakan

dalam akta, Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskan isi

akta itu dalam bahasa yang dimengerti oleh penghadap.

(3) Apabila …

Page 154: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 19 -

(3) Apabila Notaris tidak dapat menerjemahkan atau

menjelaskannya, akta tersebut diterjemahkan atau dijelaskan

oleh seorang penerjemah resmi.

(4) Akta dapat dibuat dalam bahasa lain yang dipahami oleh Notaris

dan saksi apabila pihak yang berkepentingan menghendaki

sepanjang undang-undang tidak menentukan lain.

(5) Dalam hal akta dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

Notaris wajib menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

Pasal 44

(1) Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditandatangani

oleh setiap penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali apabila ada

penghadap yang tidak dapat membubuhkan tanda tangan

dengan menyebutkan alasannya.

(2) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara

tegas dalam akta.

(3) Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3)

ditandatangani oleh penghadap, Notaris, saksi, dan penerjemah

resmi.

(4) Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan

penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (3) dan Pasal 43 ayat (2), ayat (3), dan ayat (5) dinyatakan

secara tegas pada akhir akta.

Pasal 45

(1) Dalam hal penghadap mempunyai kepentingan hanya pada

bagian tertentu dari akta, hanya bagian akta tertentu tersebut

yang dibacakan kepadanya.

(2) Apabila bagian tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diterjemahkan atau dijelaskan, penghadap membubuhkan paraf

dan tanda tangan pada bagian tersebut.

(3) Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan

penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) dinyatakan secara tegas pada akhir akta.

Pasal 46

(1) Apabila pada pembuatan pencatatan harta kekayaan atau berita

acara mengenai suatu perbuatan atau peristiwa, terdapat

penghadap yang:

a. menolak membubuhkan tanda tangannya; atau

b. tidak hadir pada penutupan akta, sedangkan penghadap

belum menandatangani akta tersebut,

hal …

Page 155: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

hal tersebut harus dinyatakan dalam akta dan akta tersebut

tetap merupakan akta otentik.

(2) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus

dinyatakan dalam akta dengan mengemukakan alasannya.

Pasal 47

(1) Surat kuasa otentik atau surat lainnya yang menjadi dasar

kewenangan pembuatan akta yang dikeluarkan dalam bentuk

originali atau surat kuasa di bawah tangan wajib dilekatkan

pada Minuta Akta.

(2) Surat kuasa otentik yang dibuat dalam bentuk Minuta Akta

diuraikan dalam akta.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak wajib

dilakukan apabila surat kuasa telah dilekatkan pada akta yang

dibuat di hadapan Notaris yang sama dan hal tersebut

dinyatakan dalam akta.

Pasal 48

(1) Isi akta tidak boleh diubah atau ditambah, baik berupa

penulisan tindih, penyisipan, pencoretan, atau penghapusan dan

menggantinya dengan yang lain.

(2) Perubahan atas akta berupa penambahan, penggantian, atau

pencoretan dalam akta hanya sah apabila perubahan tersebut

diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap,

saksi, dan Notaris.

Pasal 49

(1) Setiap perubahan atas akta dibuat di sisi kiri akta.

(2) Apabila suatu perubahan tidak dapat dibuat di sisi kiri akta,

perubahan tersebut dibuat pada akhir akta, sebelum penutup

akta, dengan menunjuk bagian yang diubah atau dengan

menyisipkan lembar tambahan.

(3) Perubahan yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah

mengakibatkan perubahan tersebut batal.

Pasal 50 …

Page 156: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

Pasal 50

(1) Apabila dalam akta perlu dilakukan pencoretan kata, huruf,

atau angka, hal tersebut dilakukan demikian rupa sehingga

tetap dapat dibaca sesuai dengan yang tercantum semula, dan

jumlah kata, huruf, atau angka yang dicoret dinyatakan pada

sisi akta.

(2) Pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan

sah setelah diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh

penghadap, saksi, dan Notaris.

(3) Apabila terjadi perubahan lain terhadap perubahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perubahan itu dilakukan

pada sisi akta sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 49.

(4) Pada penutup setiap akta dinyatakan jumlah perubahan,

pencoretan, dan penambahan.

Pasal 51

(1) Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis

dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang

telah ditandatangani.

(2) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan membuat berita acara dan memberikan catatan tentang

hal tersebut pada Minuta Akta asli dengan menyebutkan

tanggal dan nomor akta berita acara pembetulan.

(3) Salinan akta berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

wajib disampaikan kepada para pihak.

Pasal 52

(1) Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri,

istri/suami, atau orang lain yang mempunyai hubungan

kekeluargaan dengan Notaris baik karena perkawinan maupun

hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan/atau

ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis ke samping

sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk diri

sendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan

perantaraan kuasa.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku,

apabila orang tersebut pada ayat (1) kecuali Notaris sendiri,

menjadi penghadap dalam penjualan di muka umum, sepanjang

penjualan itu dapat dilakukan di hadapan Notaris, persewaan

umum, atau pemborongan umum, atau menjadi anggota rapat

yang risalahnya dibuat oleh Notaris.

(3) Pelanggaran …

Page 157: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

(3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berakibat akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian

sebagai akta di bawah tangan apabila akta itu ditandatangani

oleh penghadap, tanpa mengurangi kewajiban Notaris yang

membuat akta itu untuk membayar biaya, ganti rugi, dan bunga

kepada yang bersangkutan.

Pasal 53

Akta Notaris tidak boleh memuat penetapan atau ketentuan yang

memberikan sesuatu hak dan/atau keuntungan bagi :

a. Notaris, istri atau suami Notaris;

b. saksi, istri atau suami saksi; atau

c. orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris

atau saksi, baik hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau

ke bawah tanpa pembatasan derajat maupun hubungan

perkawinan sampai dengan derajat ketiga.

Bagian Kedua

Grosse Akta, Salinan Akta, dan Kutipan Akta

Pasal 54

Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau

memberitahukan isi akta, Grosse Akta, Salinan Akta atau Kutipan

Akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli

waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain

oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 55

(1) Notaris yang mengeluarkan Grosse Akta membuat catatan pada

minuta akta mengenai penerima Grosse Akta dan tanggal

pengeluaran dan catatan tersebut ditandatangani oleh Notaris.

(2) Grosse Akta pengakuan utang yang dibuat di hadapan Notaris

adalah Salinan Akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial.

(3) Grosse Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada bagian

kepala akta memuat frasa “DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, dan

pada bagian akhir atau penutup akta memuat frasa “diberikan

sebagai grosse pertama”, dengan menyebutkan nama orang

yang memintanya dan untuk siapa grosse dikeluarkan serta

tanggal pengeluarannya.

(4) Grosse…

Page 158: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 23 -

(4) Grosse Akta kedua dan selanjutnya hanya dapat diberikan

kepada orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54

berdasarkan penetapan pengadilan.

Pasal 56

(1) Akta originali, Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta

yang dikeluarkan oleh Notaris wajib dibubuhi teraan

cap/stempel.

(2) Teraan cap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus pula

dibubuhkan pada salinan surat yang dilekatkan pada Minuta Akta.

(3) Surat di bawah tangan yang disahkan atau dilegalisasi, surat di

bawah tangan yang didaftar dan pencocokan fotokopi oleh

Notaris wajib diberi teraan cap/stempel serta paraf dan tanda

tangan Notaris.

Pasal 57

Grosse Akta, Salinan Akta, Kutipan Akta Notaris, atau pengesahan

surat di bawah tangan yang dilekatkan pada akta yang disimpan

dalam Protokol Notaris, hanya dapat dikeluarkan oleh Notaris yang

membuatnya, Notaris Pengganti, atau pemegang Protokol Notaris

yang sah.

Bagian Ketiga

Pembuatan, Penyimpanan, dan Penyerahan Protokol Notaris

Pasal 58

(1) Notaris membuat daftar akta, daftar surat di bawah tangan yang

disahkan, daftar surat di bawah tangan yang dibukukan, dan

daftar surat lain yang diwajibkan oleh Undang-Undang ini.

(2) Dalam daftar akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Notaris setiap hari mencatat semua akta yang dibuat oleh atau

di hadapannya, baik dalam bentuk Minuta Akta maupun

originali, tanpa sela-sela kosong, masing-masing dalam ruang

yang ditutup dengan garis-garis tinta, dengan mencantumkan

nomor urut, nomor bulanan, tanggal, sifat akta, dan nama

semua orang yang bertindak baik untuk dirinya sendiri maupun

sebagai kuasa orang lain.

(3) Akta yang dikeluarkan dalam bentuk originali yang dibuat

dalam rangkap 2 (dua) atau lebih pada saat yang sama, dicatat

dalam daftar dengan satu nomor.

(4) Setiap…

Page 159: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

(4) Setiap halaman dalam daftar diberi nomor urut dan diparaf oleh

Majelis Pengawas Daerah, kecuali pada halaman pertama dan

terakhir ditandatangani oleh Majelis Pengawas Daerah.

(5) Pada halaman sebelum halaman pertama dicantumkan

keterangan tentang jumlah halaman daftar akta yang

ditandatangani oleh Majelis Pengawas Daerah.

(6) Dalam daftar surat di bawah tangan yang disahkan dan daftar

surat di bawah tangan yang dibukukan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Notaris setiap hari mencatat surat di bawah

tangan yang disahkan atau dibukukan, tanpa sela-sela kosong,

masing-masing dalam ruang yang ditutup dengan garis-garis

tinta, dengan mencantumkan nomor urut, tanggal, sifat surat,

dan nama semua orang yang bertindak baik untuk dirinya

sendiri maupun sebagai kuasa orang lain.

Pasal 59

(1) Notaris membuat daftar klapper untuk daftar akta dan daftar

surat di bawah tangan yang disahkan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 58 ayat (1), disusun menurut abjad dan dikerjakan

setiap bulan.

(2) Daftar klapper sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

nama semua orang yang menghadap dengan menyebutkan di

belakang tiap-tiap nama, sifat, dan nomor akta, atau surat yang

dicatat dalam daftar akta dan daftar surat di bawah tangan.

Pasal 60

(1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris Pengganti atau

Notaris Pengganti Khusus dicatat dalam daftar akta.

(2) Surat di bawah tangan yang disahkan dan surat di bawah

tangan yang dibukukan, dicatat dalam daftar surat di bawah

tangan yang disahkan dan daftar surat di bawah tangan yang

dibukukan.

Pasal 61

(1) Notaris, secara sendiri atau melalui kuasanya, menyampaikan

secara tertulis salinan yang telah disahkannya dari daftar akta

dan daftar lain yang dibuat pada bulan sebelumnya paling lama

15 (lima belas) hari pada bulan berikutnya kepada Majelis

Pengawas Daerah.

(2) Apabila …

Page 160: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

(2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Notaris tidak membuat akta,

Notaris, secara sendiri atau melalui kuasanya menyampaikan hal

tersebut secara tertulis kepada Majelis Pengawas Daerah dalam

waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 62

Penyerahan Protokol Notaris dilakukan dalam hal Notaris:

a. meninggal dunia;

b. telah berakhir masa jabatannya;

c. minta sendiri;

d. tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk

melaksanakan tugas jabatan sebagai Notaris secara terus

menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;

e. diangkat menjadi pejabat negara;

f. pindah wilayah jabatan;

g. diberhentikan sementara; atau

h. diberhentikan dengan tidak hormat.

Pasal 63

(1) Penyerahan Protokol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62

dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari dengan pembuatan

berita acara penyerahan Protokol Notaris yang ditandatangani

oleh yang menyerahkan dan yang menerima Protokol Notaris.

(2) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf

a, penyerahan Protokol Notaris dilakukan oleh ahli waris

Notaris kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh Majelis

Pengawas Daerah.

(3) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf

g, penyerahan Protokol Notaris dilakukan oleh Notaris kepada

Notaris lain yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah jika

pemberhentian sementara lebih dari 3 (tiga) bulan.

(4) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf

b, huruf c, huruf d, huruf f, atau huruf h, penyerahan Protokol

Notaris dilakukan oleh Notaris kepada Notaris lain yang

ditunjuk oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Daerah.

(5) Protokol Notaris dari Notaris lain yang pada waktu

penyerahannya berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih

diserahkan oleh Notaris penerima Protokol Notaris kepada

Majelis Pengawas Daerah.

Pasal 64 …

Page 161: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 26 -

Pasal 64

(1) Protokol Notaris dari Notaris yang diangkat menjadi pejabat

negara diserahkan kepada Notaris yang ditunjuk oleh Majelis

Pengawas Daerah.

(2) Notaris pemegang Protokol Notaris sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berwenang mengeluarkan Grosse Akta, Salinan

Akta, atau Kutipan Akta.

Pasal 65

Notaris, Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat

Sementara Notaris bertanggung jawab atas setiap akta yang

dibuatnya meskipun Protokol Notaris telah diserahkan atau

dipindahkan kepada pihak penyimpan Protokol Notaris.

BAB VIII

PENGAMBILAN MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS

Pasal 66

(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum,

atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah

berwenang:

a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam

penyimpanan Notaris; dan

b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang

berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris

yang berada dalam penyimpanan Notaris.

(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat berita

acara penyerahan.

BAB IX

PENGAWASAN

Bagian Pertama

Umum

Pasal 67

(1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri.

(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Menteri membentuk Majelis Pengawas.

(3) Majelis…

Page 162: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

(3) Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berjumlah 9 (sembilan) orang, terdiri atas unsur:

a. pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang;

b. organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; dan

c. ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) orang.

(4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi

pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,

keanggotaan dalam Majelis Pengawas diisi dari unsur lain yang

ditunjuk oleh Menteri.

(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris.

(6) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) berlaku bagi Notaris Pengganti, Notaris Pengganti

Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris.

Pasal 68

Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2)

terdiri atas:

a. Majelis Pengawas Daerah;

b. Majelis Pengawas Wilayah; dan

c. Majelis Pengawas Pusat.

Bagian Kedua

Majelis Pengawas Daerah

Pasal 69

(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di kabupaten atau kota.

(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah terdiri atas unsur-unsur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).

(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah dipilih dari

dan oleh anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis

Pengawas Daerah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat

kembali.

(5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh seorang sekretaris atau

lebih yang ditunjuk dalam Rapat Majelis Pengawas Daerah.

Pasal 70 …

Page 163: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

Pasal 70

Majelis Pengawas Daerah berwenang:

a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan

jabatan Notaris;

b. melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara

berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu

yang dianggap perlu;

c. memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam)

bulan;

d. menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul

Notaris yang bersangkutan;

e. menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada

saat serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh

lima) tahun atau lebih;

f. menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang

sementara Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4);

g. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan

dalam Undang-Undang ini; dan

h. membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud

pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan

huruf g kepada Majelis Pengawas Wilayah.

Pasal 71

Majelis Pengawas Daerah berkewajiban:

a. mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam Protokol

Notaris dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah akta

serta jumlah surat di bawah tangan yang disahkan dan yang

dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir;

b. membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya

kepada Majelis Pengawas Wilayah setempat, dengan tembusan

kepada Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris, dan

Majelis Pengawas Pusat;

c. merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan;

d. menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan

daftar lain dari Notaris dan merahasiakannya;

e. memeriksa …

Page 164: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

e. memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan

menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Majelis

Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan

tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris yang

bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat, dan Organisasi Notaris.

f. menyampaikan permohonan banding terhadap keputusan

penolakan cuti.

Bagian Ketiga

Majelis Pengawas Wilayah

Pasal 72

(1) Majelis Pengawas Wilayah dibentuk dan berkedudukan di

ibukota provinsi.

(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Wilayah terdiri atas unsur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).

(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Wilayah dipilih dari

dan oleh anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis

Pengawas Wilayah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat

kembali.

(5) Majelis Pengawas Wilayah dibantu oleh seorang sekretaris atau

lebih yang ditunjuk dalam Rapat Majelis Pengawas Wilayah.

Pasal 73

(1) Majelis Pengawas Wilayah berwenang:

a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil

keputusan atas laporan masyarakat yang disampaikan

melalui Majelis Pengawas Wilayah;

b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan

atas laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1

(satu) tahun;

d. memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis Pengawas

Daerah yang menolak cuti yang diajukan oleh Notaris

pelapor;

e. memberikan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis;

f. mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada

Majelis Pengawas Pusat berupa:

1) pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan

6 (enam) bulan; atau

2) pemberhentian dengan tidak hormat.

g. membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan

sanksi sebagaimana dimaksud pada huruf e dan huruf f.

(2) Keputusan …

Page 165: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 30 -

(2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf e bersifat final.

(3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf e dan huruf f dibuatkan berita

acara.

Pasal 74

(1) Pemeriksaan dalam sidang Majelis Pengawas Wilayah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) huruf a bersifat

tertutup untuk umum.

(2) Notaris berhak untuk membela diri dalam pemeriksaan dalam

sidang Majelis Pengawas Wilayah.

Pasal 75

Majelis Pengawas Wilayah berkewajiban:

a. menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

73 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f kepada

Notaris yang bersangkutan dengan tembusan kepada Majelis

Pengawas Pusat, dan Organisasi Notaris; dan

b. menyampaikan pengajuan banding dari Notaris kepada Majelis

Pengawas Pusat terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti.

Bagian Keempat

Majelis Pengawas Pusat

Pasal 76

(1) Majelis Pengawas Pusat dibentuk dan berkedudukan di ibukota

negara.

(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Pusat terdiri atas unsur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).

(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Pusat dipilih dari

dan oleh anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis

Pengawas Pusat adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat

kembali.

(5) Majelis Pengawas Pusat dibantu oleh seorang sekretaris atau

lebih yang ditunjuk dalam Rapat Majelis Pengawas Pusat.

Pasal 77 …

Page 166: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 31 -

Pasal 77

Majelis Pengawas Pusat berwenang :

a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil

keputusan dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi

dan penolakan cuti;

b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan

sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara; dan

d. mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan

tidak hormat kepada Menteri.

Pasal 78

(1) Pemeriksaan dalam sidang Majelis Pengawas Pusat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 huruf a bersifat terbuka

untuk umum.

(2) Notaris berhak untuk membela diri dalam pemeriksaan sidang

Majelis Pengawas Pusat.

Pasal 79

Majelis Pengawas Pusat berkewajiban menyampaikan keputusan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 huruf a kepada Menteri dan

Notaris yang bersangkutan dengan tembusan kepada Majelis

Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Daerah yang

bersangkutan serta Organisasi Notaris.

Pasal 80

(1) Selama Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya,

Majelis Pengawas Pusat mengusulkan seorang pejabat

sementara Notaris kepada Menteri.

(2) Menteri menunjuk Notaris yang akan menerima Protokol

Notaris dari Notaris yang diberhentikan sementara.

Pasal 81

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan

pemberhentian anggota, susunan organisasi dan tata kerja, serta tata

cara pemeriksaan Majelis Pengawas diatur dengan Peraturan

Menteri.

BAB X …

Page 167: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 32 -

BAB X

ORGANISASI NOTARIS

Pasal 82

(1) Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi Notaris.

(2) Ketentuan mengenai tujuan, tugas, wewenang, tata kerja, dan

susunan organisasi ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 83

(1) Organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan Kode Etik

Notaris.

(2) Organisasi Notaris memiliki buku daftar anggota dan

salinannya disampaikan kepada Menteri dan Majelis Pengawas.

BAB XI

KETENTUAN SANKSI

Pasal 84

Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf i,

Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49,

Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52 yang mengakibatkan suatu akta

hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah

tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi

alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut

penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

Pasal 85

Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal

16 ayat (1) huruf a, Pasal 16 ayat (1) huruf b, Pasal 16 ayat (1)

huruf c, Pasal 16 ayat (1) huruf d, Pasal 16 ayat (1) huruf e, Pasal

16 ayat (1) huruf f, Pasal 16 ayat (1) huruf g, Pasal 16 ayat (1)

huruf h, Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf j, Pasal 16

ayat (1) huruf k, Pasal 17, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 32, Pasal 37,

Pasal 54, Pasal 58, Pasal 59, dan/atau Pasal 63, dapat dikenai

sanksi berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. pemberhentian sementara;

d. pemberhentian …

Page 168: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 33 -

d. pemberhentian dengan hormat; atau

e. pemberhentian dengan tidak hormat.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 86

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, peraturan

pelaksanaan yang berkaitan dengan jabatan Notaris tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan

Undang-Undang ini.

Pasal 87

Notaris yang telah diangkat pada saat Undang-Undang ini mulai

berlaku, dinyatakan sebagai Notaris sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

Pasal 88

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, permohonan untuk

diangkat menjadi Notaris yang sudah memenuhi persyaratan secara

lengkap dan masih dalam proses penyelesaian, tetap diproses

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lama.

Pasal 89

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Kode Etik Notaris

yang sudah ada tetap berlaku sampai ditetapkan Kode Etik Notaris

yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

Pasal 90

Lulusan pendidikan Spesialis Notariat yang belum diangkat sebagai

Notaris pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku tetap dapat

diangkat menjadi Notaris menurut Undang-Undang ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 91

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku :

1. Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb 1860:3)

sebagaimana telah diubah terakhir dalam Lembaran Negara

Tahun 1945 Nomor 101;

2. Ordonantie…

Page 169: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 34 -

2. Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris;

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris

dan Wakil Notaris Sementara (Lembaran Negara Tahun 1954

Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor 700);

4. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang

Peradilan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4379); dan

5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1949 tentang

Sumpah/Janji Jabatan Notaris,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 92

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 6 Oktober 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 6 Oktober 2004

SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 117

Page 170: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 30 TAHUN 2004

TENTANG

JABATAN NOTARIS

I. UMUM

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan

secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip

negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

berintikan kebenaran dan keadilan.

Kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum menuntut, antara lain, bahwa

lalu lintas hukum dalam kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti

yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek

hukum dalam masyarakat.

Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting

dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai

hubungan bisnis, kegiatan di bidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan

lain-lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik makin

meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum

dalam berbagai hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional,

regional, maupun global. Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak

dan kewajiban, menjamin kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula

dapat dihindari terjadinya sengketa. Walaupun sengketa tersebut tidak dapat

dihindari, dalam proses penyelesaian sengketa tersebut, akta otentik yang

merupakan alat bukti tertulis terkuat dan terpenuh memberi sumbangan nyata

bagi penyelesaian perkara secara murah dan cepat.

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik

sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum

lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan

perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan

perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan

Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan,

tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk

memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan

perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi

masyarakat secara keseluruhan.

Akta …

Page 171: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa

yang diberitahukan para pihak kepada Notaris. Namun, Notaris mempunyai

kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris

sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak,

yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris,

serta memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan

perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penandatangan akta. Dengan

demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau

tidak menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Jabatan Notaris yang

kini berlaku sebagian besar masih didasarkan pada peraturan perundang-

undangan peninggalan zaman kolonial Hindia Belanda dan sebagian lagi

merupakan peraturan perundang-undangan nasional, yaitu:

1. Reglement Op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb.1860:3) sebagaimana

telah diubah terakhir dalam Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 101;

2. Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris;

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil

Notaris Sementara (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 700);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4379); dan

5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1949 tentang Sumpah/Janji Jabatan

Notaris.

Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan tersebut sudah tidak

sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, perlu diadakan pembaharuan dan pengaturan kembali secara

menyeluruh dalam satu undang-undang yang mengatur tentang jabatan notaris

sehingga dapat tercipta suatu unifikasi hukum yang berlaku untuk semua

penduduk di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Dalam rangka

mewujudkan unifikasi hukum di bidang kenotariatan tersebut, dibentuk

Undang-Undang tentang Jabatan Notaris.

Dalam Undang-Undang ini diatur secara rinci tentang jabatan umum yang

dijabat oleh Notaris, sehingga diharapkan bahwa akta otentik yang dibuat oleh

atau di hadapan Notaris mampu menjamin kepastian, ketertiban, dan

perlindungan hukum. Mengingat Akta Notaris sebagai akta otentik merupakan

alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, dalam Undang-Undang ini diatur

tentang bentuk dan sifat Akta Notaris, serta tentang Minuta Akta, Grosse Akta,

dan Salinan Akta, maupun Kutipan Akta Notaris.

Sebagai …

Page 172: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

Sebagai alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, apa yang dinyatakan

dalam Akta Notaris harus diterima, kecuali pihak yang berkepentingan dapat

membuktikan hal yang sebaliknya secara memuaskan di hadapan persidangan

pengadilan. Fungsi Notaris di luar pembuatan akta otentik diatur untuk pertama

kalinya secara komprehensif dalam Undang-Undang ini. Demikian pula

ketentuan tentang pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris dilakukan

dengan mengikutsertakan pihak ahli/akademisi, di samping Departemen yang

tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan serta Organisasi Notaris.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan perlindungan

hukum yang lebih baik bagi masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “sehat jasmani dan rohani” adalah mampu

secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan wewenang dan

kewajiban sebagai Notaris.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “prakarsa sendiri” adalah bahwa calon

notaris dapat memilih sendiri di kantor yang diinginkan dengan

tetap mendapatkan rekomendasi dari Organisasi Notaris.

Huruf g

Yang dimaksud dengan "pegawai negeri" dan “pejabat negara”

adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 43

Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Yang …

Page 173: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Yang dimaksud dengan “advokat” adalah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengetahui Notaris yang

bersangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan nyata.

Pasal 8

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Ketidakmampuan secara rohani dan/atau jasmani secara

terus menerus dalam ketentuan ini dibuktikan dengan surat

keterangan dokter ahli.

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 9…

Page 174: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

Pasal 9

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “melakukan perbuatan tercela”

adalah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan

norma agama, norma kesusilaan, dan norma adat.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “secara berjenjang” dalam ketentuan ini

dimulai dari Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas

Wilayah, sampai dengan Majelis Pengawas Pusat.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Ayat (1)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pertentangan

kepentingan karena sebagai Notaris, ia bersifat mandiri dan

berkewajiban tidak berpihak.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 12 …

Page 175: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

Pasal 12

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “perbuatan yang merendahkan

kehormatan dan martabat“ misalnya berjudi, mabuk,

menyalahgunakan narkoba, dan berzina.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “pelanggaran berat” adalah tidak

memenuhi kewajiban dan melanggar larangan jabatan Notaris.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Ketentuan ini merupakan legalisasi terhadap akta di bawah

tangan yang dibuat sendiri oleh orang perseorangan atau

oleh para pihak di atas kertas yang bermaterai cukup dengan

jalan pendaftaran dalam buku khusus yang disediakan oleh

Notaris.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (3) …

Page 176: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 16

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Kewajiban dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk menjaga

keotentikan suatu akta dengan menyimpan akta dalam bentuk

aslinya, sehingga apabila ada pemalsuan atau penyalahgunaan

grosse, salinan, atau kutipannya dapat segera diketahui dengan

mudah dengan mencocokkannya dengan aslinya.

Huruf c

Grosse Akta yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan ini adalah

Grosse pertama, sedang berikutnya hanya dikeluarkan atas

perintah pengadilan.

Huruf d

Yang dimaksud dengan "alasan untuk menolaknya" adalah alasan

yang mengakibatkan Notaris tidak berpihak, seperti adanya

hubungan darah atau semenda dengan Notaris sendiri atau dengan

suami/istrinya, salah satu pihak tidak mempunyai kemampuan

bertindak untuk melakukan perbuatan, atau hal lain yang tidak

dibolehkan oleh undang-undang.

Huruf e

Kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan akta dan surat-surat lainnya adalah untuk melindungi

kepentingan semua pihak yang terkait dengan akta tersebut.

Huruf f

Akta dan surat yang dibuat notaris sebagai dokumen resmi

bersifat otentik memerlukan pengamanan baik terhadap akta itu

sendiri maupun terhadap isinya untuk mencegah penyalahgunaan

secara tidak bertanggung jawab.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Kewajiban yang diatur dalam ketentuan ini adalah penting untuk

memberi jaminan perlindungan terhadap kepentingan ahli waris,

yang setiap saat dapat dilakukan penelusuran atau pelacakan akan

kebenaran dari suatu akta wasiat yang telah dibuat di hadapan

Notaris.

Huruf i …

Page 177: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Pencatatan dalam repertorium dilakukan pada hari pengiriman,

hal ini penting untuk membuktikan bahwa kewajiban Notaris

sebagaimana dimaksud dalam huruf f dan huruf g telah

dilaksanakan.

Huruf k

Cukup jelas.

Huruf l

Bahwa Notaris harus hadir secara fisik dan menandatangani akta

di hadapan penghadap dan saksi.

Huruf m

Penerimaan magang calon Notaris berarti mempersiapkan calon

Notaris agar mampu menjadi Notaris yang profesional.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Pasal 17

Larangan ini dimaksudkan untuk menjamin kepentingan masyarakat yang

memerlukan jasa Notaris.

Huruf a

Larangan dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi

kepastian hukum kepada masyarakat dan sekaligus mencegah

terjadinya persaingan tidak sehat antar Notaris dalam menjalankan

jabatannya.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c …

Page 178: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Huruf c

Lihat Penjelasan Pasal 3 huruf g.

Huruf d

Lihat Penjelasan Pasal 3 huruf g.

Huruf e

Lihat penjelasan Pasal 3 huruf g.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Larangan menjadi “Notaris Pengganti” berlaku untuk Notaris yang

belum menjalankan jabatannya, Notaris yang sedang menjalani

cuti, dan Notaris yang dalam proses pindah wilayah jabatannya.

Huruf i

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Dengan hanya mempunyai satu kantor, berarti Notaris dilarang

mempunyai kantor cabang, perwakilan, dan/atau bentuk lainnya.

Ayat (2)

Akta Notaris sedapat-dapatnya dilangsungkan di kantor Notaris

kecuali pembuatan akta-akta tertentu.

Pasal 20

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “perserikatan perdata” dalam ketentuan ini

adalah kantor bersama Notaris.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 21

Formasi adalah kebutuhan akan pengisian jabatan Notaris.

Pasal 22 …

Page 179: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

Pasal 22

Ketentuan mengenai Formasi Jabatan Notaris berlaku baik untuk

pengangkatan pertama kali maupun pindah wilayah jabatan Notaris.

Pasal 23

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “kabupaten atau kota tertentu” dalam

ketentuan ini adalah kabupaten atau kota tempat Notaris

melaksanakan tugas jabatan Notaris pada saat pengajuan

permohonan pindah wilayah jabatan Notaris.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “rekomendasi” dalam ketentuan ini hanya

menyangkut kondite atas prestasi kerja Notaris.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 24

Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” antara lain karena bencana

alam, keamanan, dan hal lainnya menurut pertimbangan kemanusiaan.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1)

“Pengambilan cuti setiap tahun” dalam ayat ini tidak mengurangi hak

Notaris untuk mengambil cuti lebih dari 1 (satu) kali dalam 1

(satu) tahun.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28 …

Page 180: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

Pasal 28

Yang dimaksud dengan “keadaan mendesak” adalah apabila seorang

Notaris tidak mempunyai kesempatan mengajukan permohonan cuti

karena berhalangan sementara.

Pasal 29

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Dokumen yang mendukung Notaris Pengganti adalah

sebagai berikut:

1. fotokopi ijazah paling rendah sarjana hukum yang

disahkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan;

2. fotokopi kartu tanda penduduk yang disahkan oleh

Notaris;

3. fotokopi akta kelahiran yang disahkan oleh Notaris;

4. fotokopi akta perkawinan bagi yang sudah kawin yang

disahkan oleh Notaris;

5. surat keterangan kelakuan baik dari kepolisian setempat;

6. surat keterangan sehat dari dokter pemerintah;

7. pasfoto terbaru berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 4

(empat) lembar; dan

8. daftar riwayat hidup.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33 …

Page 181: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Berdasarkan ketentuan ini, “Pejabat Sementara Notaris” bertanggung

jawab sendiri atas semua hal yang dilakukannya dalam

menjalankan tugas dan jabatannya.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Akta yang mempunyai fungsi sosial, misalnya, akta pendirian

yayasan, akta pendirian sekolah, akta tanah wakaf, akta pendirian

rumah ibadah, atau akta pendirian rumah sakit.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) …

Page 182: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “kedudukan bertindak penghadap” adalah

dasar hukum bertindak.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “digaris” dalam ketentuan ini adalah

untuk menyatakan bahwa ruang atau sela kosong dalam akta tidak

digunakan lagi.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 43

Ayat (1)

Bahasa Indonesia yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah bahasa

Indonesia yang tunduk pada kaidah bahasa Indonesia yang baku.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) …

Page 183: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “penerjemah resmi” adalah penerjemah

yang disumpah.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “pihak yang berkepentingan” adalah

penghadap atau pihak yang diwakili oleh penghadap.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55 …

Page 184: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “15 (lima belas) hari” adalah dihitung dari

tanggal 1 sampai dengan tanggal 15.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 62

Protokol Notaris terdiri atas:

a. minuta Akta;

b. buku daftar akta atau repertorium;

c. buku daftar akta di bawah tangan yang penandatanganannya dilakukan

di hadapan Notaris atau akta di bawah tangan yang didaftar;

d. buku daftar nama penghadap atau klapper;

e. buku daftar protes;

f. buku daftar wasiat; dan

g. buku daftar lain yang harus disimpan oleh Notaris berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64 …

Page 185: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pengawasan” dalam ketentuan ini

termasuk pembinaan yang dilakukan oleh Menteri terhadap

Notaris.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Unsur pemerintah ditentukan oleh Menteri.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “ahli/akademisi” dalam ketentuan

ini adalah ahli/akademisi di bidang hukum.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c …

Page 186: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 17 -

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “laporan dari masyarakat” termasuk

laporan dari Notaris lain.

Huruf h

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “bersifat final” adalah mengikat dan tidak

dapat diajukan banding kepada Majelis Pengawas Pusat.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78 …

Page 187: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

Pasal 78

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84

Sanksi yang dikenakan kepada Notaris berlaku juga bagi Notaris

Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris.

Pasal 85

Cukup jelas.

Pasal 86

Cukup jelas.

Pasal 87

Cukup jelas.

Pasal 88

Cukup jelas.

Pasal 89

Cukup jelas.

Pasal 90

Cukup jelas.

Pasal 91 …

Page 188: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

- 19 -

Pasal 91

Cukup jelas.

Pasal 92

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4432

Page 189: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004

TENTANG

TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN

ORGANISASI,

TATA KERJA,

DAN TATA CARA PEMERIKSAAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, perlu ditetapkan Peraturan Menteri

tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja, dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4432);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4437);

3. Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen.

4. Keputusan Presiden Nomor 187/M/2004 tentang Pengangkatan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

5. Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M.04.PR.07.10 Tahun 2004 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN

ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI,

TATA KERJA, DAN TATA CARA PEMERIKSAAN MAJELIS

PENGAWAS NOTARIS

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Page 190: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1. Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban

untuk melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Notaris.

2. Organisasi Notaris adalah organisasi profesi jabatan notaris yang berbentuk perkumpulan

yang berbadan hukum.

3. Wilayah jabatan adalah meliputi seluruh wilayah provinsi tempat kedudukan Notaris.

4. Tempat kedudukan adalah daerah kabupaten atau kota tempat Notaris berkantor.

5. Pengawasan adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan

yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap Notaris.

6. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia.

7. Hari kalender adalah hari kerja instansi pemerintah ditambah hari libur.

8. Hari kerja adalah hari kerja instansi pemerintah.

9. Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

BAB II

TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Bagian Kesatu

Pengangkatan

Pasal 2

(1) Syarat-syarat untuk diangkat menjadi anggota Majelis Pengawas Notaris adalah:

a. warga negara Indonesia;

b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. pendidikan paling rendah sarjana hukum;

d. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

e. tidak dalam keadaan pailit;

f. sehat jasmani dan rohani;

g. berpengalaman dalam bidangnya paling rendah 3 (tiga) tahun.

(2) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan melampirkan dokumen:

a. fotokopi kartu tanda penduduk atau tanda bukti diri lain yang sah;

b. fotokopi ijazah sarjana hukum yang disahkan oleh fakultas hukum atau

c. perguruan tinggi yang bersangkutan;

d. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter rumah sakit pemerintah;

e. surat pernyataan tidak pernah dihukum;

f. surat pernyataan tidak pernah pailit;

g. daftar riwayat hidup yang dilekatkan pasfoto berwarna terbaru.

Pasal 3

(1) Pengusulan Anggota Majelis Pengawas Daerah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. unsur pemerintah oleh Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kantor Wilayah;

Page 191: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

b. unsur organisasi Notaris oleh Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia;

c. unsur ahli/akademisi oleh pemimpin fakultas hukum atau perguruan tinggi setempat.

(2) Dalam hal pada kabupaten/kota tertentu tidak ada fakultas hukum atau sekolah tinggi ilmu

hukum, penunjukan unsur ahli/akademisi ditentukan oleh Kepala Kantor Wilayah atau pejabat

yang ditunjuknya.

(3) Masing-masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengusulkan 3 (tiga) orang calon

anggota Majelis Pengawas Daerah.

(4) Dalam hal syarat dan pengusulan untuk dapat diangkat sebagai anggota Majelis Pengawas

Daerah telah terpenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan pada ayat (3), Kepala

Kantor Wilayah mengangkat anggota Majelis Pengawas Daerah dengan Surat Keputusan.

Pasal 4

(1) Pengusulan Anggota Majelis Pengawas Wilayah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. unsur pemerintah oleh Kepala Kantor Wilayah;

b. unsur organisasi Notaris oleh Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia;

c. unsur ahli/akademisi oleh pemimpin fakultas hukum atau perguruan tinggi setempat.

(2) Dalam hal pada provinsi tertentu tidak ada fakultas hukum atau perguruan tinggi, penunjukan

unsur ahli/akademisi ditentukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Masing-masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengusulkan 3 (tiga) orang calon

anggota Majelis Pengawas Wilayah.

(4) Dalam hal syarat dan pengusulan untuk dapat diangkat sebagai anggota Majelis Pengawas

Wilayah telah terpenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan pada ayat (3), Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum mengangkat anggota Majelis Pengawas Wilayah

dengan Surat Keputusan.

Pasal 5

(1) Pengusulan Anggota Majelis Pengawas Pusat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. unsur pemerintah oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum; unsur organisasi

Notaris oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia;

b. unsur ahli/akademisi oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas yang menyelenggarakan

program magister kenotariatan.

(2) Masing-masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengusulkan 3 (tiga) orang calon

anggota Majelis Pengawas Pusat.

(3) Dalam hal syarat dan pengusulan untuk dapat diangkat sebagai anggota Majelis Pengawas

Pusat telah terpenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan pada ayat (2), Menteri

mengangkat anggota Majelis Pengawas Pusat dengan Surat Keputusan.

Pasal 6

(1) Pengusulan untuk diangkat menjadi anggota Majelis Pengawas Notaris sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf

b, dan huruf c, Pasal 5 ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, dilakukan oleh masing-masing

unsur berdasarkan permintaan Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kantor Wilayah untuk

anggota Majelis Pengawas Daerah, Kepala Kantor Wilayah untuk anggota Majelis Pengawas

Page 192: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Wilayah, dan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum untuk anggota Majelis Pengawas

Pusat. Dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak surat

permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, masing-masing unsur telah

menyampaikan usulannya kepada Kepala Kantor Wilayah untuk anggota Majelis Pengawas

Daerah, Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum untuk anggota Majelis Pengawas

Wilayah, dan Menteri untuk anggota Majelis Pengawas Pusat.

(2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permintaan dikirim, usulan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diterima, maka Kepala Kantor Wilayah, Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum, dan Menteri dapat menunjuk anggota Majelis

Pengawas yang memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri ini.

Pasal 7

Majelis Pengawas Notaris sebelum melaksanakan wewenang dan tugasnya mengucapkan

sumpah/janji jabatan di hadapan pejabat yang mengangkatnya.Lafal sumpah/janji sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah:

“Saya bersumpah/berjanji:

Bahwa saya akan patuh dan setia kepada negara Republik Indonesia, Pancasila, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris, dan

peraturan perundang-undangan lainnya.

Bahwa saya untuk diangkat pada jabatan ini, baik langsung maupun tidak langsung, dengan rupa

atau dalih apapun juga tidak memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun

juga.

Bahwa saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus

saya rahasiakan.

Bahwa saya tidak akan menerima hadiah atau suatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga,

yang saya tahu atau patut dapat menduga bahwa ia mempunyai hal yang bersangkutan atau

mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan saya.

Bahwa dalam menjalankan jabatan atau pekerjaan saya, saya senantiasa akan lebih mementingkan

kepentingan negara dari pada kepentingan saya sendiri, seseorang, atau golongan.

Bahwa saya senantiasa akan menjunjung tinggi kehormatan negara dan pemerintah.

Bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan semangat untuk kepentingan negara “.

Bagian Kedua

Pergantian Antarwaktu

Pasal 8

(1) Dalam hal terjadi kekosongan pada salah satu unsur anggota Majelis Pengawas Notaris,

Kepala Kantor Wilayah, Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum, atau Menteri,

meminta kepada masing-masing unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 4

ayat (1), dan Pasal 5 ayat (1) untuk menunjuk anggota pengganti antarwaktu.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap memperhatikan syarat-syarat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

Bagian Ketiga

Page 193: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Pemberhentian

Pasal 9

(1) Anggota Majelis Pengawas Notaris diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena:

a. meninggal dunia;

b. telah berakhir masa jabatannya;

c. permintaan sendiri;

d. pindah wilayah kerja.

(2) Anggota Majelis Pengawas Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya

karena:

a. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

b. usul dari Majelis Pengawas Pusat kepada Menteri.

c. Dalam hal anggota Majelis Pengawas Notaris diduga melakukan tindak pidana, yang

bersangkutan diberhentikan sementara dari jabatannya untuk memudahkan pemeriksaan

proses peradilan.

(3) Dalam hal anggota Majelis Pengawas Notaris dari unsur organisasi Ikatan Notaris Indonesia

diberhentikan sementara dari jabatannya selaku Notaris berdasarkan ketentuan dalam Pasal 9

Undang-Undang tentang Jabatan Notaris, demi hukum berhenti sebagai anggota Majelis

Pengawas Notaris.

(4) Dalam hal anggota Majelis Pengawas Notaris dari unsur organisasi Ikatan Notaris Indonesia

diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya selaku Notaris berdasarkan ketentuan

dalam Pasal 12 Undang-Undang tentang Jabatan Notaris, demi hukum berhenti sebagai

anggota Majelis Pengawas Notaris.

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Bagian Kesatu

Susunan Organisasi

Pasal 10

(1) Susunan organisasi Majelis Pengawas Notaris terdiri atas:

a. Majelis Pengawas Daerah;

b. Majelis Pengawas Wilayah;

c. Majelis Pengawas Pusat.

Pasal 11

Majelis Pengawas Notaris beranggotakan 9 (sembilan) orang terdiri atas 1 (satu) orang ketua

merangkap anggota, 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang

anggota.Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh anggota yang dilakukan secara musyawarah

atau pemungutan suara.

Pasal 12

Page 194: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

(1) Majelis Pengawas Notaris dibantu oleh 1 (satu) orang sekretaris atau lebih yang ditunjuk

dalam rapat Majelis Pengawas Notaris.

(2) Sekretaris Majelis Pengawas Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi

persyaratan:

a. berasal dari unsur pemerintah;

b. mempunyai golongan ruang paling rendah III/b untuk Majelis Pengawas Daerah;

c. mempunyai golongan ruang paling rendah III/d untuk Majelis Pengawas Wilayah dan

Majelis Pengawas Pusat.

d. Tempat kedudukan kantor sekretariat Majelis Pengawas Notaris untuk tingkat: Majelis

Pengawas Daerah berada pada kantor unit pelaksana teknis Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia atau tempat lain di ibu kota kabupaten/kota yang ditunjuk oleh

Kepala Kantor Wilayah; Majelis Pengawas Wilayah berada di Kantor Wilayah; Majelis

Pengawas Pusat berada di Kantor Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum,

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Bagian Kedua

Tata Kerja

Pasal 13

(1) Kewenangan Majelis Pengawas Daerah yang bersifat administratif dilaksanakan oleh ketua,

wakil ketua, atau salah satu anggota, yang diberi wewenang berdasarkan keputusan rapat

Majelis Pengawas Daerah.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. memberikan izin cuti untuk jangka waktu sampai dengan 6 (enam) bulan;

b. menetapkan Notaris Pengganti;

c. menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol

Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih;

d. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran Kode Etik

Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang;

e. memberi paraf dan menandatangani daftar akta, daftar surat di bawah tangan yang

disahkan, daftar surat di bawah tangan yang dibukukan, dan daftar surat lain yang

diwajibkan Undang-Undang;

f. menerima penyampaian secara tertulis salinan dari daftar akta, daftar surat di bawah

tangan yang disahkan, dan daftar surat di bawah tangan yang dibukukan yang telah

disahkannya, yang dibuat pada bulan sebelumnya paling lambat 15 (lima belas) hari

kalender pada bulan berikutnya, yang memuat sekurang-kurangnya nomor, tanggal, dan

judul akta.

Pasal 14

Kewenangan Majelis Pengawas Daerah yang bersifat administratif yang memerlukan keputusan

rapat adalah:

a. menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang Protokol Notaris yang diangkat

sebagai pejabat negara;

Page 195: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

b. menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang Protokol Notaris yang meninggal

dunia;memberikan persetujuan atas permintaan penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk

proses peradilan:

c. menyerahkan fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta

atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan

d. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang

dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

Pasal 15

(1) Majelis Pengawas Daerah sebelum melakukan pemeriksaan berkala atau pemeriksaan setiap

waktu yang dianggap perlu, dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada

Notaris yang bersangkutan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum pemeriksaan dilakukan.

(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencantumkan jam, hari, tanggal,

dan nama anggota Majelis Pengawas Daerah yang akan melakukan pemeriksaan.

(3) Pada waktu yang ditentukan untuk dilakukan pemeriksaan, Notaris yang bersangkutan harus

berada di kantornya dan menyiapkan semua Protokol Notaris.

Pasal 16

(1) Pemeriksaan secara berkala dilakukan oleh Tim Pemeriksa yang terdiri atas 3 (tiga) orang

anggota dari masing-masing unsur yang dibentuk oleh Majelis Pengawas Daerah yang

dibantu oleh 1 (satu) orang sekretaris.

(2) Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menolak untuk memeriksa

Notaris yang mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke

atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat, dan garis lurus ke samping sampai dengan

derajat ketiga dengan Notaris.

(3) Dalam hal Tim Pemeriksa mempunyai hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Ketua

Majelis Pengawas Daerah menunjuk penggantinya.

Pasal 17

(1) Hasil pemeriksaan Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dituangkan dalam

berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh Ketua Tim Pemeriksa dan Notaris yang

diperiksa.

(2) Berita acara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Majelis

Pengawas Wilayah setempat dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan, Pengurus

Daerah Ikatan Notaris Indonesia, dan Majelis Pengawas Pusat.

Pasal 18

(1) Kewenangan Majelis Pengawas Wilayah yang bersifat administratif dilaksanakan oleh ketua,

wakil ketua, atau salah satu anggota yang diberi wewenang berdasarkan keputusan rapat

Majelis Pengawas Wilayah.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah memberikan izin cuti untuk jangka

waktu 6 (enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun.

Page 196: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Pasal 19

(1) Kewenangan Majelis Pengawas Pusat yang bersifat administratif dilaksanakan oleh ketua,

wakil ketua, atau salah satu anggota yang diberi wewenang berdasarkan keputusan rapat

Majelis Pengawas Pusat.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah memberikan izin cuti untuk jangka

waktu lebih dari 1 (satu) tahun.

BAB IV

TATA CARA PEMERIKSAAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 20

(1) Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Notaris, Ketua Majelis Pengawas Notaris

membentuk Majelis Pemeriksa Daerah, Majelis Pemeriksa Wilayah, dan Majelis Pemeriksa

Pusat dari masing-masing unsur yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang

anggota Majelis Pemeriksa.

(2) Majelis Pemeriksa Wilayah dan Majelis Pemeriksa Pusat berwenang memeriksa dan memutus

laporan yang diterima.

(3) Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh 1 (satu) orang

sekretaris.

(4) Pembentukan Majelis Pemeriksa dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah laporan

diterima.

(5) Majelis Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menolak untuk memeriksa

Notaris yang mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke

atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat, dan garis lurus ke samping sampai dengan

derajat ketiga dengan Notaris.

(6) Dalam hal Majelis Pemeriksa mempunyai hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),

Ketua Majelis Pengawas Notaris menunjuk penggantinya.

Bagian Kedua

Pengajuan Laporan

Pasal 21

(1) Laporan dapat diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan.

(2) Laporan harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai bukti-bukti yang

dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Laporan tentang adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan

jabatan Notaris disampaikan kepada Majelis Pengawas Daerah.

(4) Laporan masyarakat selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Majelis

Pengawas Wilayah.

Page 197: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

(5) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Majelis

Pengawas Wilayah, maka Majelis Pengawas Wilayah meneruskan kepada Majelis Pengawas

Daerah yang berwenang.

(6) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Majelis

Pengawas Pusat, maka Majelis Pengawas Pusat meneruskannya kepada Majelis Pengawas

Daerah yang berwenang.

Bagian Ketiga

Pemanggilan

Pasal 22

(1) Ketua Majelis Pemeriksa melakukan pemanggilan terhadap pelapor dan terlapor.

(2) Pemanggilan dilakukan dengan surat oleh sekretaris dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari

kerja sebelum sidang.

(3) Dalam keadaan mendesak pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan

melalui faksimili yang segera disusul dengan surat pemanggilan.

(4) Dalam hal terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut, tetapi tidak hadir maka dilakukan

pemanggilan kedua.

(5) Dalam hal terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut yang kedua kali namun tetap tidak

hadir maka pemeriksaan dilakukan dan putusan diucapkan tanpa kehadiran terlapor.

(6) Dalam hal pelapor setelah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir, maka dilakukan

pemanggilan yang kedua, dan apabila pelapor tetap tidak hadir maka Majelis Pemeriksa

menyatakan laporan gugur dan tidak dapat diajukan lagi.

Bagian Keempat

Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Daerah

Pasal 23

(1) Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Daerah tertutup untuk umum.

(2) Pemeriksaan dimulai dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah

laporan diterima.

(3) Majelis Pemeriksa Daerah harus sudah menyelesaikan pemeriksaan dan menyampaikan hasil

pemeriksaan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak

laporan diterima.

(4) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam berita acara

pemeriksaan yang ditandatangani oleh ketua dan sekretaris.

(5) Surat pengantar pengiriman berita acara pemeriksaan yang dikirimkan kepada Majelis

Pengawas Wilayah ditembuskan kepada pelapor, terlapor, Majelis Pengawas Pusat, dan

Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia.

Pasal 24

Page 198: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

(1) Pada sidang pertama yang ditentukan, pelapor dan terlapor hadir, lalu Majelis Pemeriksa

Daerah melakukan pemeriksaan dengan membacakan laporan dan mendengar keterangan

pelapor.

(2) Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlapor diberi kesempatan yang

cukup untuk menyampaikan tanggapan.

(3) Pelapor dan terlapor dapat mengajukan bukti-bukti untuk mendukung dalil yang diajukan.

(4) Laporan diperiksa oleh Majelis Pemeriksa Daerah dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kalender terhitung sejak laporan diterima.

Bagian Kelima

Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Wilayah

Pasal 25

(1) Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Wilayah tertutup untuk umum.

(2) Putusan diucapkan dalam sidang yang bersifat terbuka untuk umum.Dalam hal terdapat

perbedaan pendapat di antara sesama Majelis Pemeriksa Wilayah, maka perbedaan pendapat

tersebut dimuat dalam putusan.

Pasal 26

(1) Majelis Pemeriksa Wilayah memeriksa dan memutus hasil pemeriksaan Majelis Pemeriksa

Daerah.

(2) Majelis Pemeriksa Wilayah mulai melakukan pemeriksaan terhadap hasil pemeriksaan

Majelis Pengawas Daerah dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak

berkas diterima.

(3) Majelis Pemeriksa Wilayah berwenang memanggil pelapor dan terlapor untuk didengar

keterangannya.

(4) Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak

berkas diterima.

Pasal 27

(1) Putusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) harus memuat alasan dan

pertimbangan yang cukup, yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan.

(2) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Ketua, Anggota, dan

Sekretaris Majelis Pemeriksa Wilayah.

(3) Dalam hal laporan tidak dapat dibuktikan, maka Majelis Pemeriksa Wilayah mengucapkan

putusan yang menyatakan laporan ditolak dan terlapor direhabilitasi nama baiknya.

(4) Dalam hal laporan dapat dibuktikan, maka terlapor dijatuhi sanksi sesuai dengan tingkat

pelanggaran yang dilakukan.

(5) Salinan putusan Majelis Pemeriksa Wilayah disampaikan kepada Menteri, pelapor, terlapor,

Majelis Pengawas Daerah, dan Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, dalam jangka waktu

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak putusan diucapkan.

Bagian Keenam

Page 199: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Pusat

Pasal 28

(1) Pemeriksaan dan pembacaan putusan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum.

(2) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat di antara sesama Majelis Pemeriksa Pusat, maka

perbedaan pendapat tersebut dimuat dalam putusan.

Pasal 29

(1) Majelis Pemeriksa Pusat memeriksa permohonan banding atas putusan Majelis Pemeriksa

Wilayah.

(2) Majelis Pemeriksa Pusat mulai melakukan pemeriksaan terhadap berkas permohonan banding

dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak berkas diterima.

(3) Majelis Pemeriksa Pusat berwenang memanggil pelapor dan terlapor untuk dilakukan

pemeriksaan guna didengar keterangannya.

(4) Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak

berkas diterima.

(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memuat alasan dan pertimbangan yang

cukup, yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan.

(6) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditandatangani oleh Ketua, Anggota, dan

Sekretaris Majelis Pemeriksa Pusat.

(7) Putusan Majelis Pemeriksa Pusat disampaikan kepada Menteri, dan salinannya disampaikan

kepada pelapor, terlapor, Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas Wilayah, Pengurus

Pusat Ikatan Notaris Indonesia, dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari

kalender terhitung sejak putusan diucapkan.

Pasal 30

(1) Dalam hal dalil yang diajukan pada memori banding dianggap cukup beralasan oleh Majelis

Pemeriksa Pusat, maka putusan Majelis Pengawas Wilayah dibatalkan.

(2) Dalam hal dalil yang diajukan pada memori banding dianggap tidak beralasan oleh Majelis

Pemeriksa Pusat, maka putusan Majelis Pengawas Wilayah dikuatkan.

(3) Majelis Pemeriksa Pusat dapat mengambil putusan sendiri berdasarkan kebijaksanaan dan

keadilan.

Bagian Ketujuh

Sanksi

Pasal 31

(1) Dalam hal Majelis Pemeriksa Wilayah dan Majelis Pemeriksa Pusat memutuskan terlapor

terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini, maka terhadap terlapor dikenai

sanksi.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. teguran lisan;

Page 200: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

b. teguran tertulis;

c. pemberhentian sementara;

d. pemberhentian dengan hormat; atau

e. pemberhentian dengan tidak hormat.

Pasal 32

(1) Dalam hal Majelis Pemeriksa Notaris menemukan dugaan adanya unsur pidana yang

dilakukan oleh terlapor, maka Majelis Pemeriksa wajib memberitahukan kepada Majelis

Pengawas Notaris.

(2) Dugaan unsur pidana yang diberitahukan kepada Majelis Pengawas Notaris wajib dilaporkan

kepada instansi yang berwenang.

Bagian Kedelapan

Upaya Hukum atas Putusan Majelis Pemeriksa Wilayah

Pasal 33

(1) Pelapor dan atau terlapor yang merasa keberatan atas putusan Majelis Pemeriksa Wilayah

berhak mengajukan upaya hukum banding kepada Majelis Pengawas Pusat.

(2) Upaya hukum banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam jangka waktu

paling lambat 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak putusan diucapkan.

(3) Dalam hal pelapor dan atau terlapor tidak hadir pada saat putusan diucapkan, maka pelapor

dan atau terlapor dapat menyatakan banding dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari

kalender terhitung sejak putusan diterima.

Pasal 34

(1) Pembanding wajib menyampaikan memori banding.

(2) Penyampaian memori banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka

waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak banding dinyatakan.

(3) Memori banding yang diterima wajib disampaikan kepada terbanding dalam jangka waktu

paling lambat 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak diterima oleh Sekretariat Majelis

Pengawas Wilayah.

(4) Terbanding dapat menyampaikan kontra memori banding dalam jangka waktu paling lambat

14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak memori banding diterima oleh terbanding.

(5) Memori banding dan kontra memori banding disampaikan oleh Sekretaris Majelis Pemeriksa

Pusat melalui surat kilat tercatat kepada pembanding dan terbanding.

(6) Dalam hal pembanding tidak menyampaikan memori banding dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka pernyataan banding diputuskan oleh Majelis

Pemeriksa Pusat, tidak dapat diterima.

Pasal 35

(1) Majelis Pemeriksa Pusat dapat menguatkan, merubah, atau membatalkan putusan Majelis

Pemeriksa Wilayah, dan memutus sendiri.

Page 201: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

(2) Putusan Majelis Pemeriksa Pusat bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali

putusan tentang pengusulan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat

kepada Menteri.

(3) Putusan tentang pengusulan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat

kepada Menteri, disampaikan oleh Majelis Pengawas Pusat dalam jangka waktu paling lambat

30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak putusan diucapkan.

(4) Putusan Majelis Pemeriksa Pusat yang amarnya memberikan sanksi berupa pemberhentian

dengan tidak hormat, wajib diajukan kepada Menteri.

(5) Menteri memberi putusan terhadap usul pemberian sanksi pemberhentian dengan tidak

hormat, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak usulan diterima.

(6) Putusan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada pelapor, terlapor,

Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah, Majelis Pengawas Daerah, dan

Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia.

BAB V

KETENTUAN LAIN

Pasal 36

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Menteri ini, akan diatur selanjutnya oleh Majelis

Pengawas Pusat.

Pasal 37

Segala biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan Peraturan Menteri ini dibebankan kepada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 38

(1) Dalam hal Majelis Pengawas Daerah belum terbentuk, maka tugas dan kewenangannya

dilaksanakan oleh Majelis Pengawas Wilayah.

(2) Dalam hal di suatu kabupaten/kota belum terbentuk Majelis Pengawas Daerah, maka segala

hal yang menjadi tugas dan kewenangannya dilaksanakan oleh Majelis Pengawas Daerah

terdekat.

Pasal 39

Dalam hal Majelis Pengawas Notaris belum terbentuk, semua kewenangannya masih tetap

dilaksanakan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 40

Page 202: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan pengawasan Notaris, masih tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku :

1. Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman Republik Indonesia

Nomor KMA/006/SKB/VII/ 1987 tentang Tata Cara Pengawasan, Penindakan dan Pembelaan

Diri Notaris;Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1984

tentang Tata Cara Pengawasan terhadap Notaris;

2. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M-24.HT.03.10 Tahun 1985

tentang Pembinaan dan Penertiban Notaris; Instruksi Menteri Kehakiman Republik Indonesia

Nomor M.01-PW.01.01 Tahun 1985, kepada para ketua pengadilan negeri dinyatakan tidak

berlaku.

Pasal 42

Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di :J a k a r t a

pada tanggal :7 Desember 2004

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

HAMID AWALUDIN

Page 203: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

hoiran Penelitian'l-t-tgas Al{1lr / sl$lpsl

KEMENTERIAN RISEI TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TNGGI

TINIVERS ITA S SUT,TAN AGENG TIRTAYA SA

FAKULTAS HUKUMAlamat : Jalan Ra1'a Jakarln K:n. 04 Pakupatan-Serang

rerepont'i,fl,?i3il'-i:,i;,1J,liXlxioo's4-2812s4

26 Mmet2018I{onror

Larrpiran

Hal

. D2>{ /LN.4t. t/KM/ 201 8

:

: Permol.ronan Pertelitian lugas Alchir / Skripsi

Kepatla Yth.

MAJELIS PENGAWAS DAERAI{ KABUPATEN SI]RANG

Di

Serang

Sehubuttgatt clettgatl l'ellotilla

ini rttcrtga.ir.rkitll pertllohonan

pirnpin.

Atlll.rr.ru clata rrlahasiswa yang bcrsangktttnn adalah sebagai berikut'

Pcrt1,'ttsrttrau 'fugas Akhir/Skripsi bagi mahasisrva kami' dengan

i.,,rp", penetiiian di Perttsahaan/Lembaga yang Bapak/lbu

Nrrtttlt

Nli\l :

Irirl<ttltirs :

.lrrlrtsatt/l't'ttgritrlt Stucli :

'ieir,liritt / lll) :

I )rrrrrsi (l,ltltttt Pcrrelitiirn) :

Ile rreirrrir -lilllili

:

Nt]t(JI. WAI(lltDA

il1il41785HtJl(tJI\4

ilmu I.-lullrrtt

Geuap

0,39640565 312

30 hari;' rc.*.no n gon Majelis Pen galvas Daerah Da lattt Mengawasi

'lLrgas .labiitan N<;taris Di Wilayah Kat'rupatetr Serang

Berclasurknn l(etentuan Unclang-Uuclang Nonlor 2 Tahun 20l4-lbntang

Ja[ratan Notaris" "

l)crtriliiilrr pcriltolronan l<anri satIl;lil<ati lrtils l<ct'iasarltflrtylt clittt pcrhatian Ilirpal</lbrr l<arrrr

rrclLplilrt lct irrrlr l<itsih.

Irirrl,l Lr ltus l-lttkutu Untirta

1 9(r301 052002121002

Tenrbusan :

' I(etua Prog'at.n Studi Ilnru Htrk'.rrrl

.,Dekittt

Page 204: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

UIPNMAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS

REPUBLIK INDONESIA

Jl. Raya serang - cilegon Bintang Metropolis Kramatwatu

Nomor :um.MpD.Kab Srg. Kota Clg.4.lB.2Lampiran :-Hal : penelitian Tugas Akhir

Cilegon, 10 April2018

Kepada:Yth. Dekan Fakultas Hukurn Untirta

Di_Serang

Menindak lanjuti surat dari Dekan Fakultas Hukum Universitas AgengTirtayasa, nomor : 029,r{1N.43.1/KMl201g, tanggal 26 Maret 201g perihal

Permohonan Penelitian Tugas Akhir/Skripsi. Pada prinsipnya kami tidak keberatan

menerima mahasiswa atas nama. :

Nama

NIM

Fakultas

Jurusan/Prodi

Semester

Telepon/ HP

Durasi (Lama Pene litian)

: NURUL WAKHIDA

: I 111141785

: HUKUM

: ILMU HUKT,M

: GENAP

:089640565337

: I BULAN

untuk melakukan penelitian pada kantor kami dengan topik "Kewenangan

Majelis Pengawas Daerah Dalam Mengawasi Tugas Jabatan Notaris di Wilayah

Kabupaten Serang".

Demikian surat ini dibuat, untuk dipergunakan seperlunya.

Page 205: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

NTAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARISREPUBLIK INDONESIA

Jl' Raya Serang- cilegon Bintang Metropolis Kramatwatu

. SURAT hTTERANGfu\Nomor : um.MPD.Kab Srg. lCota Ctg.+ .tg.2

Yang bertanda tangan dibawah ini ketua Majlis pengawas Daerah

Kabupaten Serang dan Cilegon menerangkan :

Nama

MM

Fakultas

Jurusan/Prodi

Semester

Telepon/ HP

:NURUL WAKHIDA

:1111141785

:HUI(UM

:ILMUHUKIIM

: GENAP

:089640565337

Nama tersebut telah melakukan penelitian pada Sekretariat Majlis pengawas

Daerah Kabupaten Serang dan cilegon selama 1 (satu) bulan.

Demikian surat ini dibuat, untuk dipergunakan sebagairnana mestinya.

",ililFryng, 21 Mei 2018

": ^.\ ---7

STILHI. SH. MH

Page 206: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

mohonan Penelitian Tugas Akhir / Skipsi h@://eadministrasi.urtirta.ac.id/backend/modul/cetak/cetak_surat.php?...

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

LINIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

FAKULTAS HUKUMAlamat : Jalan Raya Jakarta Km. 04 Pakupatan-Serang

Telepon. (0254) 280330 Ext. 218, Fax.0254-281254

Website : www.fh.untirta.ac.id

Permohonan Penelitian Tugas Akhir / Skripsi

Kepada Yth,

Notaris & PPAT Wilayah Kabupaten Serang

DiKabupaten Serang

Sehubungan dengan rencana Penyusunan Tugas Akhir/Skripsi bagi mahasiswa kami, dengan

ini mengajukan permohonan tempat penelitian di Perusahaan/Lettbaga yang Bapak/Ibu

pimpin.

Adapun data mahasiswa yang bersangkutan adalah sebagai berikut.

Nomor

Lampiran

Hal

Nama

NIMFakultas

Jurusar/Program Studi

Semester

Telepon / HP

Durasi (Lama Penelitian)

Rencana Topik

M nx.43.ttKM/zotl 29 Maret2}l&

NURUL WAKHIDA1111141785

HUKLMIlmu Hukum

Genap

089640565337

1 Bulan

"Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Dalam Mengawasi

Tugas JabatanNotaris Di Wilayah Kabupaten Serang

B erdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomo t 2 Tahun 20 I 4

Tentang J abatan Notaris "

Demikian permohonan kami sampaikan atas kerjasamanya dan perhatian Bapak/Ibu kami

ucapkan terima kasih.

Tembusan:

^ o Ketua Prograin Studi Ilmu Huk-um

ultas Hukum Untirta

96301 052002121002

Page 207: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

NOTARISsuslANA MASITHAH SUD|AN, 5.H., M.t(n

Jl.Raya Jakarta km.l0, Kaserangan, Ciruas, Serang-Banten 42182TeS. {0254} 284167

E-mail : [email protected]

Nomor : 69/SM-NOT{V{2OLS

Lamp. : -

Perihal : Pemberitahuan

Nama

NIM

Fakultas

Jurusan/Program Studi

Mengenai

Serang, 02 Mei20t8

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Hukum Untirta

Dr. Aan Asphianto, S.Si., SH., MH

di

Kabupaten Serang

Dengan hormat,

Sehubungan dengan kami terimanya Surat Nomor 0298/UN.43.L{KM/2A18 tanggal 29

Maret 201& Perihal Permohonan Penelitian Tugas Akhir/Skripsi atas Mahasiswi:

NURULWAKHIDA

1L1114L785

Hukum

llmu Hukum

"Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Dalam

MengawasiTugas Jabatan Notaris di Wilayah Kabupaten

Serang"

Karni sampaikan bahwa mahasiswi sebagaimana tersebut diatas sudah melaksanakan

penelitian di Kantor saya, Notaris.

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, terimakasih atas perhatian dan

kerjasamanya.

Hormat saya

SUSIANA 5,H., M,Kn

Page 208: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

.rmohonan Penellttan lugas Akhir i Slc.ipsi http://eadnri ni stras i. unti rta.ac. i d/backend/modul/cetak/cetak_surat.php?

KEMENTERIAN PJSET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINIGGITINIVERS iTA S SI]I,TANI AGENG TIR"TAYASA

FAKULTAS HUKUMAlamat : Jalaa Raya JakartaKm. 04 pakupatan_Serang

Telepon. (0254) 280330 Ext.218, pax.0254_281254 a

Website : www.fh.untirta.ac.id

Nomor

I- anrp ira n

I Ial

, WE /LN.43. uKw zoll

, P.r*olronan Penelitian lugas Al<hir / Skripsi

29 Maret2018

Kepada Yth,Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM

Di

Serang

Sehubungan tiengaru rencana penyuslrnan Tr:gasini n-rengajukan permohonan tempat penelitianpimpin.

Adapun data mahasiswa yang bersangkutan adalah sebagaiberikut.

Nama

NIMFaknltas

Jumsan/Program Studi

Semester

Telepon / HP

Durasi (L ama P ene litian)

Rencana Topik

Al<hir'/Sltripsi bagi mahasisrva kami, dengan

di Perr-rsahaan/Lembaga yang Bapak/IbLr

: NLIRTIL WAI(HIDA1111141785

HIIKU1\4

Ilmu Fhlkum

Genap

08(r640565337

1 Bulan

"l(ewenangan Majelis Pengawas Daerah Dalam MengawasiTugas .labatan Notaris Di Wilayah Kabupaten SerangBerdasarkan Ketentuan undang-LJ,da.g Nomor 2 Tahun2ol4Tentan g Jabatan Notaris"

Demikian pertllohonan kami sampail<an atas lierjasanranyil clan perhatiap I3apak/Ibu ka,riucapkan terima kasili.

Tembusan:

. Ketua Progrant Studi Ilmu Hukum

Dekan Fakultas Hukum thtirta

3010s2002121002

Page 209: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Permohonan Ilata dan Informasi

Kepada Maielis Pengawas Ilaerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

Sehubungan dengan diadakannya penelitian tentang Kewenangan Majelis Pengawas

Daerah Kabupaten Serang dalam Mengawasi Tugas Ja.batan Notaris Kabupaten Serang

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, saya memohon bantuan

Bapak dari Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon untuk dapat

memberikan informasi dan data yang berkaitan dengan penelitian ini-

Nama,

Jabatan

Waktu'\try'awancara

Alamat Kanlor

Su\t"^ , 8{t., Mt-\.

Ktuo Mgdt'e\ \,1'"" ,o\B'

?o\3^-* ?r".o!^ V't\ouqalen 9t'*g1 ! lt6tc Cg'^

Jt. %S" S*g -Ot5"n. No. \s. Vtarnatocth;, ?3,.+.n.

\divq3rua. S*r3 -Ban\4.h, qz6\6

Pertanyaan:

l. Apa MPD memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam pengawasan?

2. Berapa kali MPD memberikan pembinaan terhadap Notaris?

3. Apa latar belakang penggabungan MPD Kota Cilegon dan Kabupaten Serang?

4. Adakah bentuk sanksi yang dijatuhkan oleh MPD kepada Notaris yang tidak tertib

ad$inistrasi?

5. Dalam Pasal 70 UUJN, MPD berwenang untuk menerima laporan dari masyarakat

terkait adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris. Apa jenis

pelanggaran Notaris yang umumrya dilaporkan oleh masyarakat kepada MPD

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon?

Page 210: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Permohonan Data

Adapun data yang dibutuhkan sebagai berikut:

l. DataNotaris Kabupaten Serang

2. DafaNotaris Terlapor

3. Surat Keputusan Pembentukan Majelis Pengawas Oaerah /

4. Surat Keputusan Majelis Pengawas Daerah Tetang Pemkntukan Tim Pemeriksa r/

Kasus

5. Surat Pemanggilan Pelapor dan Terlapor '

6. 'Berita Acara Pemeriksaan Kasus

7. Surat Teguran Terhadap Notaris yang tidak tertib administrasi

Page 211: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

KUESIONER WAWANCARA

KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAI{ DALAM MENGAWASI TUGAS

JABATAN NOTARIS DI WILAYAH KABUPATEN SERANG BERDASARKAN

KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN

NOTARIS

Sehubungan dengan diadakannya penelitian tentang Kewenangan Majelis Pengawas

Daerah Kabupaten Serang dalam Mengawasi Tugas Jabatan Notaris Kabupaten Serang

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, saya

memohon bantuan Bapak/Ibu anggota Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang untuk

dapat memberikan informasi dan data yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

Nama Informan r A.l*rrqq*i , ?A.''Wa'

Jabatan : Nroharis

Waktu Wawarcara : Euf*o , | ? Ara ,o tg

Tempat : IHajelis Pengawas Daerah (MfD) Kabupaten Serang

Pertanyaan :

l. Berdasarkan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentanglabatan Notaris,

MPD berwenang melakukan pengawasan terhadap tugas jabatan Notaris. Bagaimana

peran Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dalam melaksanakan pengawasan

terhadap Notaris di Kabupaten Serang?

2. Bagaimana sistem pengawasan yang diterapkan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten

Serang dalarn melaksanakan pengawasan terhadap Notaris Kabupaten Serang?

3. Bagaimana mekanisme pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Kabupaten

Serang terhadap Notaris/ Protokol Notaris?

Page 212: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

4. Berapa kali Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang melaksanakan pemeriksaan

terhadap protokol Notaris dalarn satu tahun?

Apakah pengawasan (pemeriksaan) yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah

Kabupaten Serang dilaksanakan terhadap seluruh Notaris Kabupaten Serang?

Apa yang menjadi indikator dalam pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah

Kabupaten Serang?

Berapa jumlah anggota pemeriksa yang melaksanakan pengawasan serta pemeriksaan

terhadap protokol Notaris Kabupaten Serang?

Apa faktor kendala yang sering dihadapi Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang

dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Notaris Kabupaten Serang?

Apa upaya yang telah dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang untuk

meningkatkan kualitas kinerja Notaris dalam melaksanakan tugas dan jabatannya?

10. Bagaimana upaya Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dalam menangani Notaris

yang terlibat dengan kasus pelanggaran Kode Etik Notaris maupun pelanggaran

pe 1 aksanaan jab alan Notari s?

11. Berdasarkan Pasal 70 huruf (a) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris, bahrva Majelis Pengawas Daerah berwenang menyelenggarakan sidang untuk

memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan

jabatan Notaris. Bagaimana mekanisme persidangan yang dilakukan oleh Majelis

Pengawas Daerah Kabupaten Serang terhadap Notaris ymrg diduga melakukan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris?

Informan,

5.

6.

7.

8.

9.

Page 213: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

/

KUESIONER WAWANCARA

KEWENANGAI\ MA.IELIS PENGAWAS DAERATI DALAM MENGAWASI TUGAS

JABATAI{ NOTARIS DI lilILAYAH KABUPATBN SERANG BERDAS{RKAN

KETENTUAFT UI\II}A}IG-UNDAI{G NOMOR 2 TAHIIN 2014 TENTA}IG JABATAN

NOTARIS

Sehubungan dengan diadakannya penelitian tentang Kewenangan Majelis Pengawas

Daeratr Kabupalen Serang dalam Mengawasi Tugas Jabatan Notaris Kabupaten Serang

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 1lahun 2014 tentang Jabatan Notaris, saya

memohon bantuan Bapak/lbu Notaris di wilayah Kabupaten Serang trntuk dapat memberikan

informasi dsn data yang berkaitan dengan rnasalah pnelitiatr ini.

Namalnforman , (u"uo^o Vls,rlhoh ' EU "'Mft"'

,Iabrtan ; Njoturts

Waktu Wawansara : ,- lncri ,o\8'

AlsmatK*rtar : $.F11" 8t*rt9-Jqh^c\t'\<,',' 3,$. Ctruc'S, koso.ollon

S.oty . Bqn\en qr \ 8s

Pertanyaan:

l. M{elis Pengawas Dasrah metakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notmis secara

berkalA minimal satu kali datam sat$ talxm atau setiap wakfir yang dianggap perlu'

berdasarkan Pasal 70 huruf ft) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris.

a" Bagaimana psrffi Majelis Pengawas Daeratr Kabupaten Serang dalam melaksanakan

pengavrasan terhadap Notaris di Kabupaten $erang?

b. Berap kali Majelis Pengawas Daerah Kabupalen Serang melaksanakan pemeriksaan

terhadap protokol Noaris dalam satu tahun?

Page 214: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

c. Apakah pemeriksaan {pengawasan} oleh Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang

diiaksanakan terhadap seturuh Notaris Kabupaten Serang?

d" Bagaimana rnekanisme pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis ?engau'as

Kabupaten Seraag terhadap Notari# Protnkol Notaris?

e. Apa yang menjadi kekurangan Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dalam

melaksanakan pengawasim serta pembinaan terhadap Notaris Kabupaten Serang?

Majelis Pengawas Daerah berwenang rnenyelenggarakan sidang unfirk memeriksa adanya

dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris,

berdasarkan Pasat ?0 huruf (a) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 20M Tentang Jabatan

Notaris"

a- Bagaimana upaya Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Serang dalam menangani

kasus pelanggaran Kode H,tik Notaris rnaupun pelanggaran pelaksanaan jabatan

Nctaris?

b. Bagaimana mekanisme sidang pemeriksaan yang dilakukan oleh Majetis Pengawas

Daerah Kabupaten Serang terhadap Notaris yang diduga melakukau pelanggaran

Kode Etik Notaris atau atau pelanggaran pelaksanaan jabatanNotaris?

c. Siapa yang berhak menjatuhkan sanksi dan apa bentuk sanksi yang dijatuhkan kepada

Notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan

jabatanNotaris?

fnforman'

)81-t.,Mkn.

Page 215: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

;)

KUESIONER WAWANCARA

! ltI I ','

i

KEWENANGAN MAJELIS Pf,NGAWAS DAERAH DALAM MENGAWASI TUGAS

JABATAN NOTARIS DI WILAYAH KABUPATEN SER{IYG BERDASARIGN

KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN

NOTARIS

Sehubungan dengan diadakannya penelitian tentang Kewenangan Majelis pengawas

Daerah Kabupaten Serang dalam Mengawasi Tugas Jabatan Notaris Kabupaten Serang

berdasarkan ketentuan Undang-Undang }rlomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, saya

memohon bantuan Bapaldibu di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM provinsi

Banten untuk dapat memberikan infannasi dan data yang berkaitan dengan masalah

penelitian ini.

Nama fnforman

Jabatan

Waktu Wawancara

Tempat

?rst^

C.Lul,or,,s Vqofu p'5"t"* d'U"h ?mu-tbonls^

t6 An, zotg

Kantor wilayah Kementerian rrukum dan HAlr prov. Banten

Pertanyaan:

1. Bagairnana kewenangan Kemenkian Hukum dan HAM Provinsi Banten terhadap'

pengangkatan Jabatan Notaris?

2. Bagairnana prosedur yang ditempuh Kernentrian Hukum dan HAM provinsi Banten

dalam mengeluarkan izin Notaris? " )' . : , ,. , :

l

3" Bagairuana peran Kementrian Hukum dan HAM Provinsi Banten dalam melakukani:'"- ,.r .f;i..-) '... r '

pengalasan terhadap.Iabatan Notaris? -i ' t : ', .

'- ' i;;" ;' '

4' Bagaimana Peran Kementrian Hukum dan HAM Provinsi Banten dalam penetapan

wilayah pengawasan yang dilaksanakan MpD? l' '

t , _, ,,.i.? .. ' i li. iL" t i ,rl

i ,,:, l. l, it"r', , ,

i i ' . ',.r t . . | ' j, ., f,; lrt r,,) t-'

't-.'t' I

ri.

' ..1

Page 216: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

6.

I

l*.*rt-* r-

s. Bagaimana F * 13:l**Jl*lfiffidalam menangani

pelanggaran tugas jabatan Notans? il*{61e:alr" ta r" }rd*t"'&'&a

Bagaimana peran Kementrian Hukum dan HAM Provinsi Banten dalarn mengawasi

pelaksanaan tugas MPD?

Berapa jumlah keseluruhan Notaris Kabupaten Serang sampai saat ini?

Informan,

E{

7.

!&*,5rro-r?.,u. ,t.fr)

IqPlo/

\qffi*n,* bf F,tfp .rL'alur. g,'

)o'pr' fuqr [au /*ri ]r:l*,rr. q i{r,rnr p/

\jon d l-t 19 -?w &J r1.t L tWV

i^lt fe} ba^.,\a Ye"t*ktqvc*,\ li; * q f.,/.

l,LtOo Nlp/v/,rff I ' F

lI

I

,{**trrqgv r {ro twig

Page 217: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

@

4g0

F

5

Nl v

=

oE?

FF

p

u

7

F3

trE

3

It

g

I

F3z!

l

U

+z

F3U

o

?

F

F3

IE

d

s.r

F

E

c!

F

F

o

9

oE

C

P

E

otz

P

E

3

aF3g

oE

z

E

F

.E

35

2

7

FZ5

v

1{

g

E

2

k

o

=2

I

23

;o

vT25

oogop

aobI

5

{?E-3

E

I

a

zg

cog

tsz2aIE

I3r

CIc€o

"o

F

I

4

o

e

gIc

3

rE

3

c

o

o2

c

a

Fa

I35

coE

Eg

=

F35

@,oqUE

"o

F35

@

@

zo

&

{

;o

P

Iz6

E

E

o'aEkE

I

c

bF3:

s

4

U

P

E

P

F

o

ooo

o

=E

or

I3

oE

r

z2cIF

T3

Ei2U

E

Ek

Iao

C

atCq

F35

p.

IE

5

;.r

IC

3

o,o

F

F

5

oc

l!-o

F

o

a

o

o

E

zo9{

F3

5

IZ

P

Ek5

oq

I

aIF

r

E

Ea

E2

!c r

trzazq

C

?Ic

3 p

IE

Z

Ic

E

eIF

ry

:{

oo c

3

?4e

cF

?,c

7

?aC

E

?1c

Ir

43

;t ,5t i:l 3la

FrU

a

Ec

4 $i

i

i

-

9

ie.

3g

B.oL

;E

z

a

ok

o

E.

@

E

{ets.

E

e

;E

B

:

B

a>

d9.

R

d

d

tu

B

:

q

E

e

6

t

E

c

4G6

n

Ptr;o

L

i6.

B

E

a

1

fi

I,6g

,e

a

.!

,I

E

io

IF'

gg

3

{

AT

EE

r#;x@3

Z

a

IEB

E

b

;3

?

e

L

IE

d

!

3

E

t

qlg

5

trq

P-r

JIiio!Bo.9

o

s

3

t

6

g

:!;o7

6'

*qgo

ts

g

4

u.

i:

q

B

!

E.

E

8

F3

t

re

EPOofrei

il!

EE.8Eg"*!i-6;'

!p;eg6

p

Bp

Bp?d

4#

i

afi

5E

B

H

!;

L6

!

9.

{a

IF

L

n!a

2

d

c

u

4

Ii

6!ts

d

EE

4B

i

:6

ga

7

f"

ii&6

1

-o

o

3

a

fI

efi

:

o2

i

il

EB

3

q

a

ts

Pz?

r4

3

E

do

6

z

i

oF

o

@

@

o

;

:F

s

I

a

nq

g

P

g

IoB

?F

ET

i;

8

P.

a

@

E

Eg'v

I4

3

I

t

f-*

6a

H- ',6

$3

42eliB.

3

4

IB

H3o. us

!e

r

iF

6qfg

44

@

3

ri

U

s.

t

E

iIl.

5

trE

I

g:ts]tE6Piie

o

9

3

6

I

r

c;o-z

tss>qA

Ex'a

@

il93d

2f,3:#9a-o

@B

E

!6',q-

!i-@

I

Ite

i

cE

6aqu

x):e;o

66.

B

4

fr

IP

@

E

7

E

@

z

F.

;E6n

3

B-

p

@

z

H

I

SPg6

:

6

4

8

9@

dE

ip@<'daBE

Y:!@

FxEg3i

E

o

g

I

ET3;?B

2:ils

i4PgExtd!1atoB.P

.frrs

@

;

z

;z

I!

tg

;q

iis)9

Hu

5<a4

3

@

E

€:;E

EI@

9

d:.

E

tg3+ed

E;s5

tBE{

9odI

da

F'

4

o

B

;z

*I

E-

B

,s

a

B.

B

E

*z

6R

!eDXisES;;

3

E

l! 3 3

s

s s E

!a3* 3

s

5!g:

6:-

6

E

8

3o

X

P;

i6

6

x

q

o

E

EF

FI

C

qs

L

tr

6

E

T

+Ic

;i

F

I

Eq

6L

;i.

F

Ec

E

ffiu

L

9

F

;IC

{

7

5.

rC

Ibb;Cz

aa

53i6I

tE

,B

P

d

o6

II

F

iC

g.

Fi

8

iIC

B.

?

5.

8

I

;IC

fig

x:8

iTs

6

g

3

9

$

IP

;IC

#u

I

!tC

E

EL

tC

E

6

2

B

8

€1Cr{;II

i

C

g

dL

EF

P

F

4EC

&

B

5

I

b

;EC

6e

>FI

IE

6u

63

s

q8It6E

ICz

mE

E5

I

i

g

EL

6q

E

P

;IC

g

!

F

Ia

IC

zooF

a

IF

tF

I

iIq

&

o

Eq

iTCz

9

E

I

a

ir

B

ofi

IF

FP

;r,

Io

C

iF

EF

P

I

to

l.

II

T

I

;f

e

3

BS

F

P'

I Fp

P€;P

q5

x<tsP

F

3=

Fp

7<AN!>qb F

I

Ai

o

3

o

c

H

Page 218: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

cqi

gsl63 p

FE r:r6'a

cb5

sBY63 8r

5,5

55

;Iq

E

Bg

!

@

de-@

P@

9.@

*

w

e

E

i

FFp

I

Fp

3 II

f,bil

F

{>F

ts

$3

{:

FS;9

Ib

ito

Fp

s

P{59

F

f

usEP

I

ti

P{

F

Biiq;

p

Page 219: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Na

=z

F

7o

!P

F3r

:'aE

i

?

Z

cd

?

ak5

I

I<{

z

o

!a

T

6

3

E

oro

o

o

Ik6

7d

,!

t

Fo

E

E

o

I"a

F

C

xo

oi

?

Fz

3co

d

IZ

ci

F

I3

a

tr

f

3

a

IE

F

t

3

I

E

ie

F

=s'

F

=N

v

F3

F

zI

tr

F

3P

I

f"3

I

oFz"a

tkr

!

;€

?

FF

IzP

I

czo

,t

5

ctr

'a

FZ5

c

o{6oo

F

?

F

;?

I

5zq

zt

Eo

I

{

F

3v

:,o

xkiir

B

E

?

e

e

?

c

FIF

aaE

,

c

@

ogIE

EI5

F

=?

c

o

!letr

IE

ea

E

A

3

a1c

E

iE

6o

E

7

!

E!t

g

qs

Iz

9.

B,

g

h

I@

g.

r3

z

g^

P;c;

B

@

t

,4

Lq

-[

@

r

I

B

a

6

!;

tr

2

aaB

;H

9L

,:x

I

4

€b

..

6Eil

b3p3a?

to

!

tre.

q

!i!o

aEfig

4

g

x.E,

F

ne

n

frI

4

T

B

l

9

6!dA

a5

6

*

o

$

L

r

6r

x;ne

EE6H

3

d

4

{

F

66.

B

tr

z

L

iE

I

E

9

B

F

4!

E

oI

io!

B

;r!aqq

e

IL

ts

tr

rtr

c

al:5!

org>Asrj.!E*6to

I

o

a

e

B

7{

:

q

6g

;@

e

i

B

{

g

5

{A

o

;

z

Bg

5.

oF

z

ts

:;9

0

;;

IF5!

-lA,<xc.iE3al

{;E.E

t3h

6

@

t

7

H

!g[] E

FTg;

Ph

il8rBea

4!i{P?

iEo4

Eq

ioF

P

A

E

z

ap

F3

r.

:t

It8

!q,

5

4

{

8

E

o

XL9g5',U

E;6a

8

9o

a

I;

iLj,

ea6€

;.

EA;

!gE5!P

Aaoilr;

63

,a

4

m

@

!

!

!

P

I

3

6

3

3

E

tr

a

i

3;he

!Pq-r:d

E

Iz

9g

g

<o>g

6!I7rio8taZF

OE

EU

sS;e

-o

rC!

ez

[:::^P:aE

s8qoc€

6-R

:'! 9

3o

9

tr

6p6P

1

9

a

@

I

!B

EoB

I

I

i6ts!

ac6si.r;It!;

1xfr,t5c

1iia

F

E

{cE

I

E

8g

s

I3 g

,

3

i

ax

o{Z,

II

iI!

&L

:!.

IC

q

F

E.

$

C

T

IL

3

6e

F

Iq

fiE-

z6

qT

Es

-r

Ec

E

dg

ta

F

;tq

o

rE

IP

;ECz

B

L

o

L)

b

o

ts

TC

t

TC

sL6P

;Ic

Ig

3

I

4

E)p

t

6

Ec

I

d

&

5

,E

;E

,

3

EI

z

Eq

B

;

=€AF3io5

x€

I

73

+Z3i

<:

{sb

F

P

P€H3

F

E

BF

irI

o

: ;PrtYP

IE

E

Page 220: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

\o

4

!f

p.

p

FC

o

E

F

5

pzc

'E

6

E

F

E

F

a

E

tc

oF

ic

o

4c

nT

5

t

C

(

":

6

=

c

f,

35

FT: ;

!bF3

s

g

f

I

p

I

o

t

IiIoE

oa

F

6

e

3

F

5

C

Ic

IF

cC

!

3

cE

i,c

]5

c3

C

!

a

u

z

5

oE

=F

I

oE7

F

a

B{a

ItFt

ooo

.3

.I

6

F

-!3

E

of

2-@

F

5

p

5

cE

F

F

r

Fz

E

=€

5

Ik5

$

c

r,a

FI

2o

o

!o

3

c

rp'a

F

F

r

os3

o

3

zU

F

I

s7.

?

F

5

2

cF

?'

6

FIIF

5

3(,

2!l

oP?

iT3

r

o

E

I

E

9o

o

ea

r3I

Ec

cfrC z

o

p

:{C

g

?

c

6

o

cca

rzIT

c I3

oE3

I

ac

z

a

;ga

4B

c

a3

T

F

?E

E

=

?:

xo

Ea

c

I

F€

5

E

I

oE

u

E

IP

Iap

!

z

g

!

ab

9- ii

ir!qfrId

:;:;$gs"€=eii

1NB3

e

3

t*

a!

s;

0l+b!xPi

4

I

;

@

z

E

t.

g

!{

rFog

qs

6'ia\

5

i

@

e

;IO

g

*

rqa9c!

ofi

5

6!

@

I

n3B

v

Ig

!

O

:,qc)1.5SeEI5

!.6;33:

3EEE

e8

;

xa

a

d

5

o

9o

p

p

B

3

B

!a2

!

E

o

;0.7

fr

io

B

n

a

e.

I4B

3

Ie

a

3

€80i

dea?

!

l

z

I

I

IE

pd!IB

;!

I

;Ia-

r

i!3

.-6_

o

o

3!@

E

E

3

5

tg

H

$

i6F

!

i

!a

E

r

z

6

7

5!

i

6

2!

66-

i

z

F

i

B

&

h

PT

ii

F

6

7i!

4

{

Iiie.

I

o&9

3

z

p

e

5

io

o

E

I

Eo

?aXq

E96iliB

f;n

!rr!

Ep9.ror

P

fir

ENdr

3i9@5i!,d

BE-x4s6;i

5L

ilP

o9Ex

a

oe

3

1gI

E

c

{

I

gb

o

@

F

I

5

9

!

;:6!6

1!€t"d:i!5

9",

2X

oB4x

3?cz

o!.

9.@d

2

1ZL!5gF*.lpLd:s!6E'

f;e

1z

H3

;:9ad<

;z

zE

!

I

a.

IE

i

4on

E

E

g

!

t

E

o

6g

3

p:

.!

g

E

@

z

€'

Pfa3

iEP-aFE

6l

E!gn

!.

z

F

!g

U

3

{8

9

il

o

;,

yer3

qr:

E

F

I

i

6':

B9

&t;?3"r3dF6r

pi

96.

Irs.-.)o*ge

ir-.<

dc

PB

^E

IiNEE}

6;

q9:Fzge:dz07

!ePH4=

t, x'

9Z

P;eP

3

E

i9

5e+;i;

:qo9Etr

5

3

HPl4

i<

3

4.

s

o

;q'.94

tEe;g€c3

99

(a

eo'dies

p

;

l3

'4

0

E

6q

4

{

g

q

Bo

s5E<A6-4

@

t

o

IE

e:

ai-s

s6En

<

6

4

!

o

H

,a

EF6e

5oTE

9<Ltr

:oai

E$l4

;#

*r9E

g

+

[{EE

BE

E=go

E4

ts€qug

B

E

7

5'

z

tro

d

$o

LI

o:

:

:

:1!

:: -9

ifs! 5T54a

r-E

[<gErisk-

99

e 5E

;,o g

6o E

e2,tn:tr!6

Eo

aiii:;Eh5

Po-o

F

Ia

I

e

II I

.8

s

j

s

s

3IJ

s ss

I

4

o

i

o4

T

?

t

a

;

L

C

ts

hI

tr

B

;

$fIiq

1I

s

e

5

EI

F

;

&

B

B,

gT

its

:ltC

nL

F

iEC

o

zo

@

E'qC<9

OTib

a

;tg

2oo

!.)

E

Ec

g

Ejii

!B,

5s

b

IIC

mg

i'i

r_n

P-

EC

BL

2iF5

oI

iq

4

oo

9B

I

I

TC

ts

zao

l

r

ii

o

E!r

P

!J

;Tir

:EI

I

E

F

IitEC

E

92.

I

F

oiEc

a

p,

q

!

F

i

ii

d

cz

9t

I

I

mL

F

i

EC

L

3

F

itC

e

#L

z63

=>

I!')

;C

1

oo

ie

ICz

I

oo

Ep

BEqz

mL

tb

if

g

x

EC

tbi

c

B

5

qe<3@d

DI9b

i

I

9

4

oo

!H

;Ecz

P

6L

5;

It)

T,

mE

5

3S

q

!{

b 8Eis F E F

P

<€

eIde

Fp

ES

I

p

F

Hp

i-9

3F53

I

3{

v

b

!tF rI

!b

3{

uE

Page 221: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

\

&

r

?

F

5

E

a

3

rz

c

cT3

E

?f,2

z

EbIF6

zs

ri

IF

2

223

E"a

F35

2tr

c

oa:f

3I

c

c

c

f

3

5

{h;.o

I5

{E

d;

FzqooE,o

F

dI

zr4

ik5

3troIo"a

FFs

T

F

{

I

oI

8

zP

F

I

E

E

E

oo.aE

j

s€

I

F6

z.

c

7

/3

C

i92:-

a

!3

I3

c

F

3

:ct?

f,

34

E

g

?+c

4I

x^^

FI:?

c

ctE

aC

p

?

fIE

aro

P7

IIc

CF4

,C

i.

ti

:U

E

d!!

E

pq

9

!

3!

;i

a

?

^:5e

@6

P!

!;a

4

o

t.r

*Egn

6,'i o

3E

i:

@1

3:5U

5

ff

eu

6E

rq

6f

66

g8{IU

?.

r5P

ioo: p4

6k f

IsiLdi{d

-

3rE

-{qtr,1tL

?z{95o:9Lb;l

B

l;

U

48.

i

i

trE

B

=

€q

9.

g

@

@

g.

a:a

F$

6',roi

iP*o

5U

9.

;Il

e

:

B

5

E4

a7

E

!

z

@

B

F

o

,I6

!

g

;t

q

i

Fg

3;Ii.a.;

B

a

i.E

B

E

!4

i

g

o2

ts

tr6

c

ts.i

q!id

p!i9F:

,0

:

o

EP3o

gF

iB

Eo

IB

;

o,Eqd

!

o5

E

tr

E

;I

q

i

fi6;

4

E

a

*:

E

6

q

E

Iir2o

F:

P;6!

5(

1z

3

o!.

6

ryq!

sg

Eo

?-d

Ir

@-

9E!L

iE1q(L

:*

;gsp5E

Lz*96o

-€

I

c

gIgE

;.s9i-TE

;6TT5e

is

;lJd

;E;

>!*9

n*

(t

oP

IU

:,

:iTJ

p

A

odg

a

E

P

z

a

o!

dto

a

E@

q

q

tr

:c

C-i,A!d

&

6&-

r

pil

3

z

a{

oi

Er

6P

JP.

qri;@;

P;:sIE93

E

EPbE

3

o

q

FPd*r;pq

g9

r3n3:<

tg

5

x!

eL

fia;>t:

ea

$'c6P- 7.

ila

Il

g

1aE$&d!n

5lP3i,E!p3

TPig

5_

0

o

tr

tr

@

6

E

7E

g' li 3

I

I I

!E

s

3

"o

8

j

I

3

x

xzo4

a

E

F

;I

Ic

IT

b

itC

5a3*

91

b

iE

z

s

ng

tIp

!

qz

L

IC

;

lEcz

6L

t

E'ac<:@igI

ul9b

iE

,o

Es

F

i

E

nE

*

Ic

tb

7

3

!-;

i

I(z

oo

tc

b.

ie8

P

F

il

EC

g

hg

!_

EC

P

;I

g

E.

2.

Ec fiE

ii)r5

-c

mE

PI

ts

;

Io

z

P

F

I

;tcz

hg

7

EF

T

irC2

6

!.

EF

F

bi

IEcz

I

IECz

dE

Ec

3f.)

iEq

3&

=

tF

B:!D

B,i3h

q€qIIt

:;!>

=€9>rF

;F

Ei

P€59

F

BS5P

3F

F

Fp

F

ir r:EN

E,i

33

F

IcE

Page 222: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

MPN MAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS

REPUBLIK INDONESIA

Jl. VasranNo. l SerangTelp. (0254)212529 Fax. (0254) 2t2529H!ffim

MAIELIS PEMERIKSA DAERAH NOTARIS

TENTANG

BERITA ACARA PEMERIKSAAN

NOMOR : IBAP/MPDN KABUPATEN SERANG DAN KOTA CILEGON 08.15.

Pada hari ini ..........tangga1....... Bulan Tahun Dua Ribu Enam Belasbertempat di Sekretariat Majelis Pengawas Daerah Notaris Kebupaten Serangdan Kota Cilegon, Majelis Perneriksa Daerah Notaris Kabupaten Serang OanKota Cilegon terdiri dati Ketua DR.DANIALTSIf.MIiI, ISEIIAYANTI,SH,MNn,St LHI,SH,IIIH, SUSIAIIA MASITIIAII, SH,M.Kn dan SHIII[TA IYUR AIIALIf,SH. M.Si, masing-masing sebagai anggota dan dibantu oleh DIAITMAHDIAIIA, SH. M.Si, Sebagai Se|<retaris, berdasarkan Keputusan KetuaMajelis Pengawas Daerah Notaris Nofnor M.SS.MPDN Kab Serang dan KotaCilegon 07.L6.23 Tentang Pembentukan Tim Majelis Pemeriksa Daerah Notaris

untuk memeriksa laporan masyarakat :

Nama :

Pekerjaan :

Alamat :

Selanjutnya disebut sebagai PELAPOR;

Melaporkan

Nama

Pekerjaan

Alamat

Selanjutnya disebut sebagai TERLAPOR;

DUDUK PERKARA

1. Keterangan Pelapor melalui surat Nomor:tangqal

a. bahwa PT

menerangkan bahwa:

yang berkedudukan di Jakarta merupakan- pemegang saham 9oo/o dari PT.

di Jakarta;,.......... I 4r'a,lrar5r.p .lna'rk*rbul*lcar

Page 223: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

-2-

b.PT.

akan melakukan perubahan susunar' kepengurusan, namun setelah di cek di database AHU untuk

/ mendaftarkan hasil RUPS ke Kementerian Hukum dan HAM terjadiz ketidaksesuaian susunan pemegang saham, dan diketahui perubahan

saham

2. Mqielis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Serang dan Kota Cilegondalam rapat pleno hari Selasa tanggal 26 Juli 2A16 telah membentuk TimMajelis Pemeriksa Notaris dengan Keputusan Ketua hitajelis Nomor:M.SS.MPDN Kab. Serang dan Kota Cilegon A7.rc.23, terdiri dari KetuaDR.DANIAL,SH.MH, IIE1IAYANTI,SH,MKn, SULHI,SIITMH, SUSIAIIAIVIASITI{AII, SH,*I.Kn dan SHINTA IIUR AIIIALIA SH. M.Si, masing-mei.sing sebagai anggota dan dibantu oleh DIAIT II{AHDIANA, SH. M.Si,Sebagai Sekretaris.

c.

d.

3. Majelis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Serang dan Kotamemanggil Sdr. melalui suratUM.MPDN.Kab.Srg dan Kota Clgn.O6.16-25 tanggalUndangan.

4" Majelis Pemeriksa Daerah Notaris Kabupaten Serang dan Kotadalam sidang pemeriksaan pada hari Kamis tanggaldiperoleh keterangan sebagai berikut :

KETERANGAN TERLAPOR

1. Apakah saudara dalam keadaan sehat;.....

CilegonNomor:perihal

Cilegon

1.

2. Apakah Saudara mengerti kenapa hari iniPengawas Daerah Notaris Kabupaten

dipanggil oleh MajelisSerang dan Kota

Cilegon;

pengaduan tentang dugaan pelanggaran kode etik jabatan Notaris;........

3. Apakah Saudara mengetahui dan

2.

3.

4. Apakah

4

Saudara mengetahui m.

Page 224: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

-3-

5. Apakah Saudara mengetahui kepemilikan 90 o/o saham dari PT.

5.

6. Apakah saudara pernah membuatkan akta untuk

6.

Apakah saudara membuat akta tersebut sudah sesuai dengan hasilRUPS

7

Apakah Saudara mengetahui jika perbuatan saudara telah melanggaraturan dan kode etik sebagai Notaris?.

........8.

7.

8.

9. Apakahsampaikan?

....... 9

ada keterangan lain yang akarl saudara

Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini'dibuat dan ditandatangani oleh MqielisPemeriksa Daerah Notaris Kabupaten Serang dan Kota Cilegon serta pihakTerlapor.

MAJELIS PEMERIKSA

TERI,,APOR, KETUA,

Page 225: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

-4-

ANGGOTA,

SIILHI,STT,UH

ANGGOTA,

I{EVAYAISTI,SH,Mkn

ANGGOTA,

susIaNA MASTTHATT, Srr,*r.Kn

ANGGOTA,

sr{IHTA ItrIR AMALTA'SH,M.Si

SEKRETARIS,

DIAIT MAHDIANA,SH,M. Si

Page 226: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

mfl p N MAJEL""l?Tgilri,*Bt*EtH NorARIs

MAJELTs PENcAWAs Nornars ffi*WffiW Jl. Veteran No. 1 SerangTelp. (0254) 212529 Fax. (0254) 212529

BERITA ACARA PEMERIKSAAN PROTOKOL NOTARIS

Nomor : M.74.MPDN Kab.Serang dan Kota Cilegon

Pada hari ini tanggal bulantahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami Tim Pemeriksa berdasarkan

Keputusan Ketua Majelis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Serang dan Kota

Cilegon Nomor M.74.MPDN Kabupaten Serang dan Kota Cilegon 01.17.05

tanggal 13 Januan 2017 tentang Pembentukan Tim Pemeriksa Berkala Protokol

Notaris Kabupaten Serang dan Kota Cilegon Periode Tahun 2017, telah datang di :

I. Kantor Notaris

Nama :

Notaris :

Yang selanjutnya kami tunjukkan Penetapan Tugas tersebut di atas, dan

kami jelaskan bahwa maksud kedatangan kami dalam rangka melakukanpemeriksaan Notaris sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2OO4

tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 2 Tahun 2OL4 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2OO4 tentang Jabatan Notaris. Kemudian dengan dibantu oleh

Hj.NURLAILA selaku Sekretaris melakukan pemeriksaan dan tanya jawab

tentang:

A. Alamat Kantor Notaris

No. Telp/Fax

Email

B. Alamat Rumah Notaris

No. Telp/Fax

Surat Pengangkatan Sebagai Notaris :

A. Surat Keputusan Menteri Kehakiman/Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia

Nomor

Tanggal

B. Berita Acara Sumpah Jabatan Notaris

Nomor

Tanggal

II.

Page 227: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

-2-

Surat Keterangan Ijin Cuti Notaris

Sejak menjalankan Jabatan Notaris tanggalbersangkutan tidak pernah mengambil cuti.

IV. Sertifikat Cuti Notaris.

Sejak diangkat sebagai Notaris

V. Buku-buku Protokol

a. Buku Daftar Akta

b. Buku Daftar Surat dibawah

Tangan yang dibukukan

c. Buku Daftar Surat dibawah

Tangan yang disahkan

d. Buku Daftar Surat Protes

e. Buku Nama Penghadap/Klaper

f. Buku Daftar Wasiat

g. Buku Daftar lain yang harus

disimpan berdasarkan peraturan

Perundang-undangan

VI. Keadaan Penyimpanan Arsip

WI. Laporan Bulanan

VIII. Uji Petik Terhadap Akta

IX. Penyerahan protokol yang berumur25 (dua puluh lima) tahun/lebih

X. Keadaan dan sarana Kantor

a. Ruang Kantor terdiri atas

- Ruang Kerja Notaris

- Ruang Karyawan

- Ruang Tamu

b. Papan Nama Notaris

c. Jumlah Karyawan sebanyak

d. Komputer

e. Mesin Tik

f. Meja

g. Lemari

h. Kursi Tamu

i. Filling Gabinet

^ j. Pesawat Telpon/Faximili

XI. Jam Kerja Notaris

XII. Lain-lain

tanggal.

Notaris yang terdiri atas :

Ada/Tidak Ada

Ada/Tidak Ada

Ada/Tidak Ada

Ada/Tidak Ada

Ada/Tidak Ada

Ada/Tidak Ada

yang

Ada/Tidak Ada

BAIK/ TIDAK BAIK/RUTIN/TIDAK RUTIN

Ada/Tidak Ada

Ada/Tidak Ada

Ada/Tidak Ada

Ada/Tidak Ada

Unit

..Unit

Unit

Unit

..Unit

..Unit

Page 228: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

XIII.

xIV.

Penilaian Pemeriksaan

Pemeriksaan pada umumnya

Saran-saran

: BAIK/TIDAK BAIK

KETUA TIM PEMERIKSA

suLHI, SH, MH

ANGGOTA

soFIA RACHMAWATI, SH, Mkn

NOTARIS TERPERIKSA

ANGGOTA

DR.DANIAL SH, MH

SEKRETARIS

HJ.NURLAILA

Page 229: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

KEPALA KANTORWILAYAH

.KEMENTERIANHUKUMDANHAKASASIMANUSIABANTEN

KEPUTUSAN KEPATA KANTOR WILAYAH

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA BANTEN

NOMOR: W12.039 .HM.07.0I'TAHUN 20ts

TENTANG

PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA MAIETIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS KOTA

TANGERANG; ANGGOTA MAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS KABUPATEN TANGERANG;

ANGGOTA MA'ELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS KOTA TANGERANG SETATAN; ANGGOTA

MAJETIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS KABUPATEN SERANG DAN KOTA CILEGON; ANGGOTA

MAIETIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS KOTA SERANG, ANGGOTA MAJETIS PENGAWAS DAERAH

NOTARIS KABUPATEN PANDEGTANG DAN KABUPATEN LEBAK

KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA BANTEN

Menimbang a.

C,

e.

d.

bahwa untuk nrelaksanakan ketentuan Pasal 67 berdasarkan Undang-tJndang

Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan lJldang-Undang

Noruor 2 Talrun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30

TahUn 2004 tentang ]abatan Notaris, perlu mernbentuk Majelis Perrgawas

Notaris;

bahwa untuk menrbentuk Anggota Malelis Pengawas Notaris. Menteri Hukunt

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia telah nrengeluarkan Peraturan

Menteri Hukunr dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.02.PR.0U.10 Tahun za04 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,

Pemberhentian Anggota, susunan organisasi, Tata Kerja, dan Tata cara

Pemeriksaan Majelis Pengawets Notaris;

bahwa rnasa jal:atan Anggota Maielis Pengawas Daerah Notaris Se-Provirtsi

Bantep sampai dengari-:1 fuli 2075 sebagainrana tercantuln dalant

Keputusan ltepala Kintor Wilayah Kementerian Hukutn dan Hak Asasi

Manusia Banten Nomor: w29.055.PW.07.02 Tahutl 2012 Telttattg

Penrberhentian dart Pengangkatan Anggota Maielis Pengawas Daerah Notaris

Itota Tangerang; anggota Majelis Pengawas Daerah J'{otaris l(abupaten

Tangerang; Anggota Majelis Pengawas Daerah Kota Tangerang Selatan;

Ang[ota Iaa;elii-Pengawas Daerah Notaris Kabupateu serang Dan l(ota

Cile[on; Anggota fUalllis Pengawas Daerah Notaris Kota Serattg; Anggota

UaiIIis fen[iwas Daerah Notaris Kabupaten Pandeglang Dan Kabupaten

Lebak;

bahwa peiabat yang namanya tercantum dalam daftar lantpiran surat

keputusin ini dipandang cakap dan mampu untuk melaksanakan tugas

tersebttt;

bahwa berclasarkan pertim)rangatl sebagaimana dimaksud dalarn hurtif a,

huruf b, huruf c, datl httruf d perltr clitetapkan Keputusan Kepala Kantor

Wilayah Kementerian Hukuttt dan llak Asasi Manusia Banten tentang

Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris

Kota Tangerang; Anggota Maielis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten

Tangerang; Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Tangerang

Selalan; ,Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Seratrg Dan

I(ota Cilegori; Anggota Maielis Pengawas Daerah Notaris Kota Serang,

Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Pandeglang Dan

Kabupaten Lebak utrtuk nrasa jabatan 3 ftiga) tahun berikutnya'

Page 230: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Mengingat

Menetapkan

PERTAMA

KEDUA

KIlTIGA

1,. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris [Lembaran

Negara Republik Indottesia Tahun 2004, Nomor 1,17, Tarnbahan Lembat'an

Nelara Republik Indonesia Nonror 4432) sebagaimatra telah diubah dengan

Unrlang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perulrahan Atas Undang-

Undan[ Nornor 30 Tahun 2004 tentang ]abatan Notaris Notaris [Lernbaran

Negara- Republik .lndonesia Tahun 2014, Nomor 3, Tamlrahan Lemiraratr

Negara Repulrlik Indonesia Nomor 5497J;

Z. peraturan Menteri fiukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indoesia Notror:

M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatau, Pemberhentian

Anggota, Susu,an Organisasai, Tati Kerla, dan Tata Cara Pemeriksaan Maielis

Pengawas Notaris;

3. Peraturan Menteri Hukum rlan [lak Asasi Manusia Republik Indoesia Nomor:

M,01.PR.07,10 Tahun 2005 tentang organisasi rlan Tata Kerja Kantor Wilayah

Departemen Hukum clan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia'

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK

ASASI MANUSIA BANTEN TENTANG PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN

ANGGOTA MAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS KOTA TANGEMNG;

ANGGOTA MA'ELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS KABUPATEN TANGERANG;

ANGG0TAMAJELISPENGAWASDAERAHN0TARISKoTATANGERANGsELATAN; ANGGOTA rnrnlmts PENGAWAS DAERAH NOTARIS KABUPATEN

SERANGDANK0TACILEGON;ANGGOTAMA|ELISPENGAWASDAERAHNOTARIS KOTA SERANG, ANGGOTA MAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS

KABUPATE.N PANDEGTANG DAN KABUPATEN LEBAK'

Menrberhentikan Seluruh Angg0ta Maielis Pengawas Daerah Notaris Se-Provinsi

Balltell sebagainrala tercanttiiir dalanr daftar lanrpiran Keputusan Kepala Kantor

wilayah Kementerian Hukum dan l-lak Asasi Manusia Banten Nontor:

w2g.05S.PW.0T.}',z Tahun z0l2 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan

Anggota Majelis P"ngaw", Daerah Notaiis Kota Tangerang; Anggota Maielis

puril^*", r)aerah NJtaris Kabuparen Tangerang; Angggta Majelis Pengawas

Daerah Notaris Kota Tangerang selatan; Angg,it, Majelis Pengawas Daerah

Notaris Kabupaten i".u,rg bun {oto Cilegon; aiiggota Majelis Pengawas Daerah

Notaris Kota Serang; A"nggota Majelis Pengawas Daera.h Notaris Kabupaten

pandeglang Dan Kaliupaten"i,ebak, dengan ucapan terima kasih atas sum6angan

t*,-,rgu*d", pikirannya selama tnemangku iabatan tersebut;

Mepgapgkat nalla-Ilama sebagaimatra tercantum dalam daftar lattrpiran surat

kepu"tusln ili sebagai Anggota Majelis Pengawas Daetah Notaris Kota Tattgerang;

Ariggota Mafelis f*ng"*o-ibaerah Notaris Kabupatett Tangerang; Anggota Maielis

furigrw* Daerah Notaris Kota Tattgerang Selatan; Anggota Maielis Pengawas

Daerah Notaris Kabupaten Serang Dan Kota Cilegon; Anggota Maielis Petrgawas

Daerah Notaris Kota Serang, Anggota Maielis Pengawas Daerah Notaris Kabupaten

Panrieglang Dan Kabupaten Leba.k.

Tugas Anggota Maielis Pengawas Daerah Notaris adalah melakukan pengawasan

tor'"hadap il"otaris sebagaimJna climaksud dalam Undang-l-lndang Nomor 30 Tahu.

2004 sebagaimana t*irl, oiuu^h de*gan u.dang-undang Nomor 2 Tahun z0l4

te,tang peiutraha. Atas Undang-Unding Nonror 30 Tahun 2004 tentang labatan

Notaris.

Masa fabatan Anggota Maielis Pengawas Daerah Notaris adalah 3 [tigal tahun

terhitung selak Pelantikan.KEEMPAT

Page 231: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

KELIMA Keputusan ini berlaku sejak tanggal pelantikan dengatl ketentuan bahwa apabila

dikentudiap l-rari terdapat kekeliruan/ kesalahan dalanr keputusan ini, akan

diadakan perbail<an sebagaitnana mestinya.

Ditetapkan di Serang

lada Tanggal : 31 Juli 20

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada YTII:

1. Men,te,ri Ilukrrn.r rJarr I'IAM R[ di- ]akarta;

z. sekretaris Jenderal Kementerian l{ukurn dan FIAM RI di- Jakarta;

3.Inspektur}enderalKenrenterianHukuntdanHAMRldi-Jal(arta;4. Direktur Jenrieral Adnrinistrasi Hukum Umum Ketuenterian Hukum dan I-IAM RI di- Jakarta;

5. Ketlta Majelis Petlgawas Pusat Notaris di- jakarta;

6. Direktorat Iendererl Perbendaharaan wilayah x serang di- serang;

7. Kepala Kautor Pelayanan Perbendaraan Negara di- Serang;

B. p"iguru, Wilayah ikutru Notaris Intionesia Provitlsi Bantetr di- Serattg;

t). pen[trrus Daerah lkatan Notaris Indonesia Kota Tangerang di-Tangerallg;

10. Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia Kota Tatrgeraltg selatan di-Tangsel;

11. pen[urus Daerah Ikatan Notaris Inclonesia Kota Cilegon di-Cilegou

12. pengurus Daerah lkatan Notaris Ittclonesia Kabupaten Tangerang di-Tangerang;

13. pengurus Daerah lkatan Notaris Inclonesia Kabupaten Pandeglang di-Pandeglang;

14. Pengurus Daerah Ikatan Notaris Inclonesia Kabupaten serang di-seratrg;

15. Bentlaharawarl Pengeluaran Kantor wilayah Kernenterian Hukunr dan HAM Banten di- Serang;

16. Yang bersangkutanirntuk diketahui dan dilaksnakan sebagaitrlana mestinya'

7"yknrel$ KAN'roR wI

If'-.\

dti, sH.,MH.LgBZO1 2 001

Page 232: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Lampiran IV Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah

Kemlnterian Hukum dan Hak Asasi Manusia Banten

NomorTanggal

: W72. 039 .HM.07.01 Tahun 2015

: 31 fuli 2015

:1.2.

3.

4.

5.

6.

7.

B.

s.

DAFTAR ANGGOTA MAIELIS PINGAWAS DAERAH NOTARIS

KABUPATEN SERANG DAN KOTA CILEGON

ANGGOTA Shinta Nur Amalia, SH',M'Si' [Unsur Pemerintah);

Sulhi, St{.,MH. [Unsur Pemerintah);

Sartono, SH. (Unsur PemerintahJ;

tturikah, SH',iv1H. {Unsur AkademisiJ;

egr. F iftrtiono PS, SH',MH' fUnsur Akademisi);

ni.naniat SH.,MH. [Unsur Akademisi);

io fl* nr.fl*awati, SH.,MKn' fUnsur N otarisJ ;

Nevayanti, SH',MKn' [Unsur NotarisJ;

Susiana Masithah, SH.,MKn. [Unsur Notaris)'

DitetaPkan di Serang

Pada Tanggal ; 31 fuli 2015

,oqy

I

;iI

AUA KANTOR WI

Page 233: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

I

KEANGGOTAAN DAN SEKRETARIAT MPD

Susunan pengurus MpD Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, adalah sebagaiberikut :

Ketua

Wakil ketua

Anggota

Sekretaris

: SULHI, SH, MH: SHINTA NUR AMALIA, SH, M.Si

: i. SARTONO, SH,MH2. DR.AGUS PRIHARTONO,3. DR.DANIAL, SH, MH4. SUSIANA MASITHAH, SH,s. Hj. SOFrA RACHMAWATT,

6. NEVAYANTI,SH,MKN

7. NURIKAH, SH, MH: DIAN MAHDIANA, SH, M.Si

PS,SH, MH

MKn

SH,MKN

Page 234: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Menimbang

Mengingat

MA.I Ii,LIS I'ENGA\ryAS DAIIRAT,I I{OTAITIS

RE,PLI B I-,I K IN DOI\ ESI A

Jl. \'trtr:ran No. i Serang'l'cl1r. (0254) 2\2521) Irar' (0254) 21252'9

t,Itof'o Iiol. N OTAlRl S

CiLEGON

t ffiffiffiffiffiffiilffi

1( E PUTU S l\N I(ETU T\ N1 ;\J IILI S PI'NGAW I\S DAERAI_I NO'IARI S

I(ABUPA'I.EN :JDItITNC DAN I(OTA CII,],GON

Nornor : M.74.MPDN Kabtipatem Serang clau l(ota cilegon 01' 16'05

,I'EN'I'ANG

PtrI\4BITNTUI(AN TlM PIlMliRll(SA BDiRI,iAl'A

I(ABUPA,I.EN StrtiANG DAN i(O.fA

PI'RIODE'IAHUN 2016

KETUAMAJELISPF]NGAWASDAE}RAFII'IOTARIS,

a. bahr,i,a untu}< me1al<sanakeur z].ma.nat Pasal 70 }rr'tr:uf b Unclang-

Unclang Nc.rmr-rr 30 Tahurr 2004 tentang Jabatau Not"aris'

sebagaimana telah cliubah clengan Unclang-Unclang Nomor 2

.pahun 201,1 ,.,.,lrr-rg Perul-rerhari alas Undar-rg-Unclang Nomor

3O Tahur '2004 terltang .labalat-I Notaris, Ma]e1is Pengar'vas

Daerah ber.l<e*,ajiban "melalcsanakan

pe meril<silan jrerl<ala

protokol N.t,ris Secara ber-kala 1 (si-rt.r-r) l<a1i ciai:r:n 1 (satLt)

tahun atalt se l-iap .',rraktu y-allg clia'nggap perlu:

b. bahu,a pelltr:r.il<saan berkala protokol Notarns merupakan

program1 ctltbltlilandarrpenl]awasanterirerclapl\otar.isdalamrnenjalanl<an tr_rgas dan ryng*i l<enotariatan gunei rnernberil<an

pelai'ana l<t,rllad a tnas-r"arerkat t ;

c. baiiu,a untrrl( lerlaksanan-\r2.I sebaLgairnana clirnal<sr'ld irlLrul zt'

clan hurlif [t, rl,lal<a perlu lnernbentul< 'lirrr Pemeri]<sai Berkala

ProtokolNot'irrisl(aburpatenSerangclanl(ot.aCilegonPei.iodeTahu, 2015 ,rrang cliteiapl<an clengan Kepurtusarl i(etua vlajr:lis

Pengau'as Darerair Notaris;

:tr.Urrciang.Unclar-rgNomor30,lahurt.r2004tentarrg.Jrrl)rrtarrNotaris ""u^g^?-.rr^

t_elatr cliubah clerrga. U,ciang-u.clang

Nomor2.falrr-ln2O|4tentangPerubahanatasUndang-UrrclangNomor- 30 Tahu tt 2OO4 tentartrg Jabartan Notnris'

2. Peraturan \4enteri I-{ukurn clan l-{ak r\sasi Milnr'rsieL Repulllil<

Inclonesia Nomor N/i.02. PR.08. I 0 'Iahu n 2O0tl tentang 'fata cara

Pengangl<a[anAnggo[a,PenlberherrtizrnAnggoter,Susunarr'Organisa"i,

;lu.tu' tL4", clan 'l'ata Cara Per:neril<saraulr4ajeiis

Pengau'as Notaris;

3.lieptrtLIS:ll.lNlerrterrI'iu-I<t.lnlciatrF[zl]<Asa.siN4anuslaliepr-rb1i1<inclor-resia x.,r,-,o. N4-39.PW.07.02 l'irllun 2OO4 ter']tiu'',g lreclornan

Peial'lsat ia:lrt'l'uLg:'ts Majelis Petlgari'a:; Notarrs'

MenetaPkan

i\,lllivlUTUSIiAN

Page 235: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

KBDUA

KETIGA

KEEMPAT

Pemenksa sebagaimana climaksud pacla diktum KtrSATU,

dengan susunan sebagai berikut :

Anggotr

Anggota

Sekretaris

Tim Ii terdiri dari

Ketr-ra

Anggota :

Anggota :

Sekretaris :

Tim III terdiri clari

I(etua

Anggota :

Anggota :

Sekretaris :

Tim I terdiri dari

Ketua SULHI, SH, MH

SOFIA RACIIMAWATI, SH, MKN

DANIAL SI-i, Mi-{

HJ. NURLAILA

NtrVAYAN'|I, SFI, MKN

SAR'IONO, S.[_I,MH

DR.AGUS PRII.IANTONO, SH, MH

DIAN MAHDIANA, SI{, M.Si

NURII(AIJ, SI{, MH

SHIIVTA NUR AMALIA, SH, M.Si

SUSIANA MASITHAH, SH, IVIKN

Hj.suTIIlA'r

Pemeriksa sebagaimana dimaksud diktumTugas pokok TimKtrDUA bertugas:

1. Memeriksa Protokol Notia.ris yang berada di wilayah

Kabupaten Serang dan Koter Cilegon;

2. Membuat Berita Acara Perneriksaan Protokol Notaris;

3. Menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada Iietua

l'{PD.

Tim Pemeriksa sebagiiimnna. dimaksud diktum KESATU

melakukan pemeriksaan rnulai clari bulan Januari sampai

Desember 201C;, ciengan jadwal clisesuaikan oleh masing-masing

Tim.

2016

KELIMA : Keputttsan ini mulai berlaku perda tanggal ditetapkan'

Ditetapkan di Serang

pada tangga1...,.1 5 .Januart

'tu i

SULHI, SH;

l' ,:l '

.i ,'MH

Tembusan :

1. Yth. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukutn cian HAM (sebagai Laporan) ;

2.Yth. Ketua MPW Notaris Propinsi Banten ;

? \/fh l{of:ro Da--'io TNTT I/^tr^'1.^^r^- o^-^.^-

Page 236: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

MAJIItr-,lS PEI\GAWz\S DAEt{.AI-l NOTARISI{.EPUI]LI I( I N DONESIA

.ll, Vetclan No. I Scrang 1'r-:lp, (02-54) 212529 F1x. (0254) 212529

Serang,

ffiti

LJM,MPDN Kab Srg rlan I(ola Cilegoni(sertr-r)ser

Penreriksaan Protolcol Nol-aris

1 . I(etr-ra

2. Anggoter3. /\nggotazl. Setr<retaris

Nuril<ah, Sl-1, Ml-lShint.ar Nlrr Amalia, S1-1, M,SiSursiana Maisithah, SI-1, Mlii-rFi-j. Ihat SrrLihat

(08 t2982s9787)(o8t299602696)(o87774897873)(08 l2BTssBses)

Untul< lcelancaran pel:r1<saneian pemeriksi,rern diharapkanse gal ar se s Lla Lu )/i:tng lte rkai tai-r cl e n ga n t u ga s- tugas S aru darre-L / i,

Dernikian atas perhatiarn dnn l<erjasamanya l<ami ucapkan

telah rnenyiapkan

terima l<:lsih.

Mei.je lis Pengawas Daerah iVotarisI(abrrpalen Serang dan Kota Cilegon

eateUan -La:r:r;-qa n l'tttn:-tse1lt:_1 1$i!Lti:.-lu_rsrp d [qi

ffiffi ffiffiffiffiwffi w ffiw

NomorLan-rpilarn

Perihal

Yrh,Notarris i(arbultarten Se:rang dan 1{ota CiIegor-rDi

Serang

Dalam retngl<a melarl<sr.Lnerl<eur ke[entuan Paisal 70 hururf b Undang-UndangNornor 2'1-airun20i41'entang Perubnhan ALas Utrdan6l-Unclang Nomor 30'l'ahun 2OO4tetlt.ang.JabaLuin jo. Pasal 16 Peraturan Menteri l-lurkurl dan HAM RI NomorN{.02.Pil.08.10 'l'ahun 2004 tenterng 'l'atei Cara Pengerngkatan Anggota, PemberhentianAt-tggo[a, Sutsutn.'rn Organisasi,'fertzr l(erjr,r dan Tatar Carra Pemeriksaan Majelis Pengawas1\oteiris.jo. l(e purlllsan Menteri l-luLl<urn cirLn FIak Asarsi Mernsia Repubiik Indonesia NomorM.39.IrW,07.10 'f'aiirun 2OA4 letrt.i.rn13 Pr-:cloman Pclirl<srrnaan Tugas Majelis PengawasNotaris.

Ljc:;si,111-1s ini clengan horrnat, l<errni beril"i,rhurl<iLrr bahwa 1'lM PtrMERIKSA dariN{ajelis Pet-igitwaisail Daet'a}r I(abr-rptrLe n Serang erl<lrrr rrrclerl<urkan Pemeriksaan Protokoll<epacla Sar-rci:rra/ i :

I-lari :

'l'aLiggail :

'lim Perleril<sa :

Page 237: KEWENANGAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM …

Pada hari ini...,:.......tanggal ......bulan.....r...i.......tahun 2AL7, telah ditakukanpemeriksaan berkala protofol Notaris untuk periode tahun 2017 oleh Majelis PengawasDagrah Notaris Kabup4ten Serang dan [ota Cilegon.

Pada hari ini,..,:.......tanggal.....:........bulan,,.,..,......,....tahun 2AL7 | telah aitat<ut<an I

pemeriksaan berkala protokol Notaris untuk periode tahun 2017 oleh Majelis PengawaslDaerah Notaris Kabupaten Serang dgrygCilegon. I

I

,{1ilfit'i/'{5r;"* |/r:.1;"-*-rlq'P.JiMERIKSA I{ $'r' "':+" I/ #f

'\t'

f *f,

*"' ^'*:-:;--, ik EIUat#:@, t"li*'e-rul{,!t'ryKAH

' sH

' M H

ANGGOTA --T'"" ANGGOTA SEKRETARTS

#;-tsusrANA MASITHAH, SH, Mkn SHINTA NUR AreIAUI(,SU,M.Si nl.SUrtAnr

Pada hari ini...........tanggal..............bulan.....,...........tahun 2017, telah dilakukanpemelikgan,o.-eqkala'protgkol Notaris untuk periode tahun 2AL7'oleh Majelis PengawasDaerah Notaris Kabupaten Serang dq+{"q!*.Cilegon.

. ' .'r,ji!.: :.: r,'., ..,."'.'--" :- -'=' :-,

,,''l,:-;ii ""- TIM-P'"IE" ERIKSA

i ,L{ : ..*"-.:

r ," .{. , Hio.-:.. . _=. ILW{" -?-

': NURIIGH,SH,MH

ANGCOTA ANGCOTA T SEKRETARISI .;/-'

It' t%? ytuM

I

/7'/ 4 n

"fI sustANA MASITHAH, SH, Mkn SirtNra NUR AMALI(,SH,M.Si Hj.SUTIHAT

I

I

lPada hari ini...........tanggal..;r.".;......bulan ......tahun 2,A17, telah dilakukan

lPemeriksaan berkala protokol Notaris untuk periode tahun 2Ol7 oleh Majelis Pengawas

lDaerah Notaris Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.I

| ' -'t',I KSTUAI -

_h,,tl%I , ,. NURl.t(AH,sH,rvrH \I

l;I AN.G.TA

,- i :o,ffiI

I

i

I sustaruA MAstrHAH, sH, Mkn NTA NUR AMALIA,SH,M.Si