KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN...

87
i KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN FIT AND PROPER TEST CALON HAKIM AGUNG PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.27/PUU-XI/2013 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : MUHAMAD CAESAL REGIA 1110048000041 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/2017M

Transcript of KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN...

Page 1: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

i

KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN FIT

AND PROPER TEST CALON HAKIM AGUNG PASCA PUTUSAN

MAHKAMAH KONSTITUSI NO.27/PUU-XI/2013

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

MUHAMAD CAESAL REGIA

1110048000041

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H/2017M

Page 2: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta
Page 3: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta
Page 4: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti hasil saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, Juli2017

Muhamad Caesal Regia

Page 5: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

v

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat

dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya.

Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,

baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan

dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Bapak Dr. Asep Saepudin

Jahar,M.A. Serta para pembantu dekan Fakultas Syariah dan Hukum

(FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Ketua Program Studi Ilmu

Hukum Bapak Dr. H. Asep Syarifudin Hidayat, S.H., M.H. dan Sekretaris

Program Studi Ilmu Hukum Bapak Drs. Abu Tamrin, S.H., M. Hum

beserta seluruh staffnya.

2. Bapak Drs. Abu Tamrin, S.H.,M.Hum yang telah meluangkan waktunya

untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat

dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat

bermanfaat dikemudian hari.

4. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis hatur

kan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis

yang tercinta, Ayahanda Mutaufik dan Ibunda Idup Kurniati serta adik

peneliti Aisyah Caesal Finia yang dengan segala pengorbananya tak akan

Page 6: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

vi

pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. D’oa restu, nasihat dan

petunjuk dari mereka kiranya merupakan dorongan moril yang paling

efektif bagi studi peneliti hingga saat ini.

5. Kawan-kawan Mahasiswa UIN khususnya kawan-kawan seperjuangan

Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara

Angkatan 2010. Ahmad Ilham Adha, Syamsul Arifin Billah, Mustafa Aqib

Bintoro yang selalu memberikan support kepada penulis, beserta adik-

adik Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Ryan Adhi tama,

Khaidir Musa, Khairul Falah, Raden Ramandha yang selalu memberikan

semangat dalam mengerjakan skripsi penulis dan juga sahabat, teman, adik

sekaligus keluarga di Kampus UIN tercinta, Waldan Mufathir, Fanny

Fatwati Putri, Yuli Andreansyah, Lisanul Fikri dan Sri Andriyani yang

selalu memberikan motivasi untuk segera terselesaikannya skripsi ini.

6. Seseorang terdekat dan terkasih R. Wulida Misdillah yang selelu

mendukung penyelesaian skripsi ini dan semua pihak yang tidak bisa saya

sebutkan satu-persatu.

Akhirnya peneliti berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat kan balasan pahala

dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbala’lamin.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dijadikan

rujukan penyusunan skripsi selanjutnya.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Jakarta, Juli 2017

Peneliti

Page 7: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 4

D. Tinjauan (Review) kajian terdahulu ................................. 6

E. Metode Penelitian............................................................. 7

F. SistematikaPenulisan ..................................................... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KEDUDUKAN DAN

KEWENANGAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT

DAN KEKUASAAN KEHAKIMAN

A. Pemisahan Kekuasaan ................................................... 15

B. Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia ..................... 20

C. Kekuasaan Kehakiman .................................................. 27

BAB III LANDASAN YURIDIS PELAKSANAAN FIT AND PROPER

TEST BAGI ANGGOTA DPR

A. Profil Lembaga DPR dan Mahkamah Konstitusi ........... 42

1. Profil Lembaga DPR ......................................... 42

2. Profil Mahkamah Konstitusi ............................. 47

B. Pengertian Fit And Proper Test ..................................... 49

C. Fit and Proper Test dalam Fungsi dan Kewenangan

Page 8: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

viii

DPR Terhadap Pengangkatan Calon Hakim Agung ..... 50

D. Mekanisme dalam Seleksi Pengangkatan Calon

Hakim Agung ................................................................ 53

BAB IV IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

NO.27/PUU-XI/2013 TERHADAP KEWENANGAN DPR

MELAKUKAN FIT AND PROPER TEST

A. Posisi Kasus Kewenangan Fit and Proper Test

Terhadap Pengangkatan Calon Hakim Agung ................ 60

I. Profil Penggugat ................................................. 60

II. Kasus Gugatan pada Kewenganan Fit and

Proper Test Terhadap Pengangkatan Calon

Hakim Agung ...................................................... 61

B. Analisis Kasus Kewenganan Fit and Proper

Test Terhadap Pengangkatan Calon Hakim Agung ........ 65

I. Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 27/PUU- XI/2013 tentang Seleksi

Calon Hakim Agung ............................................ 65

II. Kewenangan Komisi Yudisial (KY) Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

27/PUU- XI/2013 tentang Seleksi Calon

Hakim Agung ..................................................... 66

III. Pendapat Para Ahli Hukum ................................. 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................... 70

B. Saran ............................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

ix

ABSTRAK

MUHAMAD CAESAL REGIA. NIM 1110048000041. KEWENANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN FIT AND PROPER TEST

CALON HAKIM AGUNG PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

NO.27/PUU-XI/2013. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Kelembagaan

Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/

2017 M. x + 72 halaman + 3 halaman Daftar Pustaka + Lampiran.

Penelitian ini menggaungkan upaya sistem pemerintahan di Indonesia

yang menganut presidensil, agar dapat terlaksana dengan baik demi terciptanya

tujuan nasional yang bebas dari unsur-unsur kepentingan golongan atau bisa

dikatakan dewasa ini ialah kepentingan politik semata. Kewenangan Dewan

Perwakilan Rakyat yang mempunyai wewenang untuk melakukan fit and proper

test dirasa sangat memiliki banyak intervensi sehingga hal ini dapat menggangu

jalannya penetapan hakim agung yang seharusnya menjadi cepat dan efektif demi

terselenggaranya penegakkan hukum. Tidak main-main, intervensi yang

dilakukan oleh lembaga politik tersebut pun, sebelum keluarnya Putusan

Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-XI/2013 ialah menyetujui calon hakim agung

tersebut dengan mekanisme seleksi dan test yang dalam hal ini dapat

dilakukannya sebuah politisasi terhadap mekansime itu sendiri. Namun, setelah

keluarnya putusan tersebut, frasa ‘menyetujui’ dipertegas oleh Mahkamah

Konstitusi dari yang tadinya dapat melakukan seleksi dan test dalam pelaksanaan

mekanismenya, menjadikanya sebatas menyetujui tanpa adanya mekanisme

tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Yuridis

Normatif, ialah penelitian yang berdasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach). Produk hukum yang

digunakan ialah Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-XI/2013.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwasannya berdasarkan Putusan

Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-XI/2013 telah mempertegas secara yuridis

mekanisme pemilihan hakim dalam hal ini DPR tidak dapat intervensi lebih dalam

terkait dengan penetapan hakim. Dan munculnya putusan Mahkamah Konstitusi

tersebut juga menjadikan Pasal 24A ayat (3) UUD 1945 memiliki relevansi yang

tepat dalam pelaksanaanya sehubungan dengan UU No.3 Tahun 2009 Tentang

Mahkamah Agung.

Kata Kunci : Kewenangan DPR, Fit and Proper Test, Hakim Agung,

Putusan Mahakamah Konstitusi.

Page 10: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

x

Pembimbing : Drs. Abu Tamrin, S.H., M. Hum

Daftar Pustaka : Tahun 1942 Sampai Tahun 2015

Page 11: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem ketatanegaraan Indonesia, UUD 1945 dengan jelas

membedakan cabang-cabang kekuasaan negara dalam bidang legislatif,

eksekutif dan yudikatif yang tercermin dalam fungsi-fungsi Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah

Agung (MA), serta Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga-lembaga

negara.1 Lembaga-lembaga negara tersebut merupakan hasil dari empat kali

perubahan UUD 1945, yang dapat dikatakan bahwa sistem konstitusi

Indonesia telah menganut doktrin pemisahan kekuasaan (separation of

powers). Salah satu bukti mengenai sistem konstitusi Indonesia telah

menganut doktrin pemisahan kekuasaan (separation of powers) adalah

Hubungan antar lembaga (tinggi) negara itu bersifat saling mengendalikan

satu sama lain sesuai dengan prinsip check and balances.2

Sistem check and balances merupakan salah satu tuntutan dan

gagasan reformasi untuk menghindari pemusatan kekuasaan pada satu

lembaga dan agar dapat membangun sistem politik dan ketatanegaraan yang

1Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen

UUD 1945, Ed. 1, Cet. 2 , (Jakarta: Prenada Media, 2011), h. 178-179.

2Jimly Ashiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Ed. 1, Cet. 5 , (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), h. 291-292.

Page 12: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

2

demokratis.3 Sistem check and balances dibutuhkan untuk mewujudkan

tatanan penyelenggaraan negara yang memberi kewenangan antar cabang

kekuasaan negara (legislatif, eksekutif, yudikatif) untuk saling mengontrol

dan menyeimbangkan pelaksanaan kekuasaannya masing-masing. Dengan

konsep check and balancestentu pasti adanya pengawasan dari satu

kekuasaan terhadap kekuasaan lainnya di antara cabang-cabang kekuasaan

eksekutif, legislatif dan yudikatif, sehingga dapat saling mengimbangi dalam

kesetaraan dan kesederajatan demi tercapainya harmonisasi kekuasaan berada

dalam keseimbangan untuk mencegah kesewenang-wenangan atau

penyalahgunaan kekuasaan.4

Sistem check and balances ini menjadi pedoman pelaksanaan salah

satu fungsi pengawasan parlemen yang dilaksanakan oleh DPR dalam rangka

pengawasan terhadap pengangkatan pejabat publik (control of political

appoinment of public officials) dalam bentuk persetujuan atau penolakan,

ataupun dalam bentuk pemberian pertimbangan oleh DPR pada proses

pengisian jabatan Hakim Agung. Hal ini tercantum pada pasal 24A ayat (3)

UUD 1945 bahwa “Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada

Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya

ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden”.5

3 Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen

Konstitusi, Ed. 1-2, Cet. 2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 67.

4Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1980),

h.251.

5Jimly Ashiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Ed. 1, Cet. 5 , (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), h. 302.

Page 13: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

3

Kewenangan DPR dalam pengangkatan calon Hakim Agung

mengalami perubahan pasca putusan Mahkamah Konstutusi No. 27/PUU-

XI/2013. Diputuskan bahwa frasa pemilihan yang terdapat pada pasal 8 ayat

(4) UU No. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung sepanjang tidak

dimaknai “persetujuan”, dan frasa “3 (tiga) nama calon” pada pasal 8 ayat

(3) sepanjang tidak dimaknai “1 (satu) nama calon” tidak memiliki kekuatan

hukum tetap. Ini berakibat pada kewenangan DPR mengalami perubahan

yang sebelumnya dapat memilih dengan melakukan fit and proper test

terhadap calon-calon yang diajukan oleh Komisi Yudisial hanya menjadi

menyetujui atau tidak menyetujui dari satu calon yang diajukan. Namun pada

tahun 2014 pengangkatan calon Hakim Agung dalam persetujuan oleh DPR

tetap melakukan fit and proper test terhadap calon Hakim Agung yang

diusulkan oleh Komisi Yudisial yakni, Hakim Suhadjono, Hakim Maria Anna

Samyati, dan Hakim Sunarto. Jika dilihat dari putusan Mahkamah Konstitusi

di atas bahwa DPR hanya dapat melakukan persetujuan atau tidak terhadap

calon Hakim Agung yang diusulkan tidak lagi melakukan fit and proper test.

Berlatar belakang dari permasalahan di atas maka peneliti mengambil

inisiatif untuk meniliti lebih dalam tentang permasalahan ini yang kemudian

diberi judul “Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat Melakukan Fit And

Proper Test Calon Hakim Agung Pasca Putusan Mahkamah Konsititusi

No. 27/PUU-XI/2013”.

Page 14: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

4

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan mengenai permasalahan tentang

pengangkatan calon Hakim Agung, maka ruang lingkup permasalahan

peneliti batasi hanya dilihat dari kewenangan fit and proper test calon

Hakim oleh DPR yang ditinjau dari segi yuridis, yaitu berdasarkan pada

UUD 1945, dan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-XI/2013,

dan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di

atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah DPR Berwenang Melakukan Fit And Proper Test Calon

Hakim Agung Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-

XI/2013?

b. Apa Dampak Dewan Perwakilan Rakyat Tidak Patuh Terhadap

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-XI/2013?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memerlukan suatu penelitian yang dapat

memberikan arah pada penelitian yang dilakukan. Berdasarkan uraian

latar belakang dan permasalahan diatas, maka disusun tujuan penelitian

sebagai berikut:

Page 15: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

5

a. Untuk mengetahui kewenangan DPR dalam melakukan fit and

propert test calon Hakim Agung.

b. Untuk mengetahui dampak Dewan Perwakilan Rakyat tidak

patuh terhadap putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-

XI/2013.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan terkait

dengan nilai guna dari penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis berupa

sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya

bidang hukum kelembagaan negara mengenai kewenangan DPR dalam

pengangkatan calon Hakim Agung Pasca Putusan Mahkamah Kontitusi

No. 27/PUU-XI/2013.

b. Manfaat Praktis

Penulisan penelitian ini diharapkan dapat membantu jika suatu saat

dihadapkan pada kasus serupa yang berkaitan dengan kewenangan DPR

dalam pengangkatan calon Hakim Agung Pasca Putusan Mahkamah

Kontitusi No. 27/PUU-XI/2013, sehingga dapat dimengerti mengenai

pengaturan-pengaturan yang terdapat didalamnya dan menjadi jalan

keluar untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan hal tersebut di

atas.

Page 16: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

6

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti

menyertakan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai perbandingan

tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut:

Skripsi yang disusun oleh Liza Farihah, tahun 2012, yang berjudul

“Analisis Hubungan Komisi Yudisial Dengan Mahkamah Agung Dalam

Rekrutmen Hakim Agung (Studi Kasus Seleksi Calon Hakim Agung Tahun

2012).” Penelitian tersebut menjelaskan tentang Komisi Yudisial dalam

sistem ketatanegaraan Indonesia, serta hubungan Komisi Yudisial dan

Mahkamah Agung dalam rekrutmen hakim agung dan pelaksanaannya.

Perbedaan skripsi penulis dengan skripsi yang disusun oleh Liza Farihah

terletak pada penelitian yang dilakukan. Skripsi Liza Farihah meneliti tentang

kedudukan Komisi Yudisial dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dan

hubungan Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung dalam pengangkatan calon

Hakim Agung sedangkan penulis meniliti kewenangan DPR dalam

pengangkatan calon Hakim Agung dan azas legalitas fit and proper test calon

Hakim Agung oleh DPR pasca putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-

XI/2013.

Skripsi yang disusun oleh Prim Fahru Razi yang berjudul “Sengketa

Kewenangan Pengawasan Antara Mahkamah Agung Dan Komisi Yudisial”.

Perbedaan skripsi peneliti dengan skripsi yang disusun oleh Prim Fahru Razi

terletak pada penelitian yang dilakukan. Skripsi yang disusun oleh Prim

Fahru Razi meneliti tentang sengketa kewenangan antara Komisi Yudisial

Page 17: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

7

dan Mahkamah Agung, sedangkan jika dikaitkan dengan skripsi peneliti

dalam hal kewenangan Komisi Yudisial berbeda dalam masalah yang diteliti.

Peneliti meneliti kewenangan Komisi Yudisial dan implikasi terhadap

kewenangan DPR dalam pengangkatan calon Hakim Agung pasca putusan

Mahkamah Kontitusi No. 27/PUU-XI/2013.

Jurnal yang disusun oleh Hendra Mahasiswa Universitas Padjajaran,

yang berjudul Reafirmasi system pemerintahan Presidensial dan Model

Pertanggung jawaban Presidendial dalam perubahan UUD 1945, Penelusuran

sebab dan konsekuensi.Jurnal ini sedikit membahas konsekuensi daripada

reafirmasi system pemerintahan presidensial terhadap kebijakan DPR dalam

pengangkatan calon hakim agung.

E. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Ditinjau dari sudut penelitian hukum terdapat dua jenis metode

penelitian, yaitu, penelitian hukum normatif atau kepustakaan dan

penelitian hukum sosiologis atau empiris. Penelitian hukum normatif

yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder. Pada penelitian

hukum sosiologis atau empiris yang diteliti adalah data sekunder, untuk

kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan

atau terhadap masyarakat.6

6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum cet ke-3, (Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia, 1942), h. 51.

Page 18: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

8

Penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan metode penelitian

hukum normatif yaitu suatu penelitian yang ditinjau melalui aspek

hukum, peraturan-peraturan yang kemudian dihubungkan dengan

kenyataan atau praktek yang terjadi di lapangan. Penulis juga mencari

fakta-fakta yang akurat tentang peristiwa konkrit yang menjadi objek

penelitian. Penelitian ini dilakukan dan ditujukan pada peraturan-

peraturan tertulis dan bahan-bahan lain, serta menelaah peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Bila dilihat dari sifatnya adalah penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat

sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk

menentukan frekuensi suatu gejala,7 yang dalam hal ini yaitu

memberikan data mengenai kewenangan DPR dalam pengangkatan calon

Hakim Agung Pasca Putusan Mahkamah Kontitusi No. 27/PUU-

XI/2013.

2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data

melalui studi dokumen atau kepustakaan (library research) yaitu dengan

melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-

buku yang berkaitan dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah

Agung,ilmu perundang-undangan, dan peraturan-peraturan mengenai

7 Sri Mamuji, et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 4.

Page 19: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

9

pengangkatan calon Hakim Agung, Putusan Mahkamah Kontitusi No.

27/PUU-XI/2013, pendapat sarjana, surat kabar, artikel, kamus, dan juga

berita dari internet.

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan-

pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum adalah

pendekatan undang-undang (statue approach), pendekatan kasus (case

approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan

komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual

(conceptual approach).8

Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi

dari beberapa aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari

jawabannya. Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

perundang-undangan (statue approach), pendekatan kasus (case

approach), dan pendekatan historis (historical approach).

a. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach)

Pendekatan perundang-undangan disini yakni Undang-Undang Dasar

1945, Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah

Agung, Undang-Undang Nomor. 18 Tahun 2011 Tentang Komisi

Yudisial, Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 2011 Tentang Mahkamah

Konstitusi, Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR,

DPD, DPRD.

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 93.

Page 20: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

10

b. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan kasus disini yakni meneliti kejadian atauperistiwa perihal

pengangkatan calon Hakim Agung.

c. Pendekatan Historis (Historical Approach)

Pendekatan historis ini dengan melihat kembali sejarah

kewenanganDPR dalam pengangkatan calon Hakim Agung.

4. Data dan Sumber Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data

sekunder, dan data tersier. Pada umumnya data primer mengandung data

aktual yang didapat dari penelitian lapangan dengan berkomunikasi

dengan anggota-anggota masyarakat dilokasi tempat penelitian

dilakukan. Termasuk didalamnya yaitu buku-buku atau dokumentasi

yang diperoleh peneliti dilapangan, walaupun sifatnya merupakan data

sekunder.9

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh peneliti dari

penelitian kepustakaan dan dokumentasi yang merupakan hasil penelitian

dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum cet ke-3, (Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia), 1942, h. 65.

Page 21: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

11

atau dokumentasi yang biasanya disediakan di perpustakaan atau milik

pribadi peneliti.10

Ciri-ciri umum dari data sekunder adalah:

a. Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan

dapat dipergunakan dengan segera.

b. Baik bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk dan diisi

oleh peneliti-peneliti terdahulu, sehingga peneliti kemudian

tidak mempunyai pengawasan terhadap pengumpulan,

pengolahan, analisa, maupun konstruksi data.

c. Tidak terbatas oleh waktu maupun tempat.

Data sekunder antara lain mencakup dokumen resmi, buku-buku,

hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan

seterusnya.11

Data tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan atas data primer dan sekunder, misalnya

ensiklopedia, kamus, website, atau sumber yang lain yang mencakup

pada pokok permasalahan materi.

5. Metode Pengolahan Dan Analisis Data

Metode pengolahan data dilakukan secara komprehensif tentang

Kewenangan DPR menurut UUD 1945 dengan menganalisis Putusan

Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-XI/2013yang selanjutnya diteliti

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat Cet.3, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), h. 1.

11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas

Indonesia, 2005), h. 12.

Page 22: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

12

dengan pendekatan yang digunakan. Metode analisis data yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode analisis data

kualitatif.

Metode analisis kualitatif adalah bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain. Dapat ditarik kesimpulan untuk

menjawab permasalahan yang ada.

6. Metode Penulisan

Penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan metode penulisan

sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun menjadi lima bab, masing-masing bab terdiri dari

beberapa sub bab, diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan

kesimpulan serta saran-saran yang dianggap perlu. Adapun penyusunan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan.

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah yang akan

menjelaskan alasan pemilihan judul penulisan hukum. Bab

Page 23: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

13

ini juga memaparkan pembatasan dan rumusan masalah

yang akan diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

(review) studi terdahulu, metode penelitian dansistematika

penulisan.

BAB II. Tinjauan Umum Kewenangan DPR Dan Mekanisme

PengangkatanCalon Hakim Agung.

Bab ini akan diuraikan mengenai teori pemisahan

kekuasaan (separation of power), kewenangan DPR dalam

pemerintahan Indonesia, dan mekanisme pengangkatan

calon hakim agung.

BAB III. Landasan Yuridis Pelaksanaan Fit And Proper Test Bagi

Anggota DPR

Bab ini akan diuraikan implikasi hukum putusan Mahkamah

Konstitusi, posisi kasus, dissenting opinion, alasan dan

pertimbangan hukum majelis hakim, dan amar putusan.

BAB IV. Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-

Xi/2013 Terhadap Kewenangan DPR Melakukan Fit

And Proper Test

Bab ini berisi pembahasan dan analisa data yang berusaha

dikumpulkan untuk mengkaji secara ilmiah terhadap data

yang telah dikumpul selama penelitian dilakukan, dimana

pada bab ini ditelaah dan dianalisa mengenai fit anda

Page 24: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

14

proper test calon Hakim Agung oleh DPR pada tahun 2014

dan kewenangannya Pasca Putusan Mahkamah Kontitusi

No. 27/PUU-XI/2013.

BAB V. Penutup.

Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang dapat ditarik yang

mengacu pada hasil penelitian sesuai dengan perumusan

masalah yang telah ditetapkan dan saran-saran yang akan

lahir setelah pelaksanaan penelitian dan pengulasannya

dalam skripsi.

Page 25: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN

LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAN KEKUASAAN KEHAKIMAN

A. Pemisahan Kekuasaan

Teori pemisahan kekuasaan (separation of power), oleh Immanuel

Kant disebut sebagai doktrin Trias Politica yang berarti “Politik Tiga

Serangkai”, doktrin ini mulai terkenal setelah pecahnya Revolusi Prancis

pada tahun 1789, tak lama kemudian orang paham tentang kekuasaan yang

tertumpuk ditangan raja menjadi lenyap.1 Ketika itu timbul gagasan baru

mengenai pemisahan kekuasaan oleh Montesquieu dalam bukunya L‟esprit

Des Lois. Dasar pemikiran Trias Politika sudah pernah dikemukakan oleh

Aristoteles dan kemudian juga pernah dikembangkan oleh Jhon Locke.2

Ciri khas teori pemisahan kekuasaan (separation of power) dalam era

modern saat ini ialah bersifat demokratis, pemerintah yang terbatas

kekuasaannya tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap hukum,

dan warganya. Maka dengan demikian pembatasan atas kekuasaan

pemerintah tercantum dalam konstitusi, pemerintahan yang berdasarkan

konstitusi (constitutional government) sama dengan limited government atau

restrained goverment (pemerintahan dengan kekuasaan yang terbatas).

1 C.S.T. Kansil dan Christine S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia,

Cet. I, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008). h. 74-75.

2 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat; Kajian Sejarah Perkembangan

Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan, Cet. Ke-2, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Nusantara, 2004), h. 200-203.

Page 26: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

16

Dalam teori ini ada beberapa istilah yang banyak menjadi perdebatan

para ilmuan, yang berhubungan erat dengan pemisahan kekuasaan

(separation of power) adalah distribusi kekuasaan (distribution of power) dan

penempatan (division of power) yang dalam arti sekilas tampak mirip,

Soepomo misalnya menegaskan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin

trias politica dalam arti paham pemisahan kekuasaan (separation of power),

ala Montesquieu, melainkan menganut sistim pembagian kekuasaan

(distribution of power).3Separation of power oleh O. Hood Phillips dan yang

lainnya diartikan sebagai the distribution of the various power of government

among different organs. Dengan kata lain separation of power diidentikkan

dengan distribution of power, oleh karena itu, istilah tersebut dapat

dipertukarkan maknanya satu sama lain. Misalnya Arthur Mass,

menggunakan istilah division of power sebagai genus yang terbagi menjadi

capital division of power dan territorial division of power.4Tentu alasan

mengapa kekuasaan itu harus dipisahkan satu sama lain agar tidak tercipta

pemerintahan sewenang-wenang, hal ini jugadikatakan oleh sejarawan

inggris, Lord Acton dengan dalilnya “Power tends corrupt, but absolute

power corrupt absolutly”.5 Karena itu, kekuasaan selalu harus dibatasi

dengan cara memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang

3 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Jilid II, (Jakarta: Seketariat Jendral dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), h. 23.

4Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Jilid II.h. 19-20.

5 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet. Ke-6, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2013), h. 107.

Page 27: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

17

bersifat „checks and balances‟ dalam kedudukan yang sederajat dan saling

mengimbangi dan mengendalikan satu sama lain. Pembatasan kekuasaan juga

dilakukan dengan membagi-bagi kekuasaan ke dalam beberapa organ yang

tersusun secara vertikal. Dengan begitu, kekuasaan tidak tersentralisasi dan

terkonsentrasi dalam satu organ atau satu tangan yang memungkinkan

terjadinya kesewenang-wenangan.6

Dengan begitu, ajaran ini bukan lagi ajaran yang baru, bagi

Montesquieu secara garis besar pemisahan kekuasaan sebagai berikut :

Pertama, terciptanya masyarakat yang bebas. Keinginan seperti ini muncul

karena Montesquieu hidup dalam kondisi sosial dan politik yang tertekan

dibawah kekuasaan Raja Lodewijk XIV yang memerintah secara absolut.

Kedua, jalan untuk mencapai masyarakat yang bebas adalah pemisahan antara

kekuasaan legislatif dengan kekuasaan eksekutif. Montesquieu tidak

membenarkan jika kedua fungsi berada di satu orang atau badan karena

dikhawatirkan akan melaksanakan pemerintahan tirani. Ketiga, kekuasaan

yudisial harus dipisah dengan fungsi legislatif. Hal ini dimaksudkan agar

hakim dapat bertindak secara bebas dalam memeriksa dan memutus perkara.7

Ketiga kekuasaan tersebut, menurut Monstesquieu, harus terpisah satu

sama lain, mulai dari fungsi maupun mengenai alat perlengkapannya.

6 Jimly Asshiddiqie, Konsep Negara Hukum, dalam (Artikel Hukum) “Gagasan

Hukum Indonesia”, (www.docudesk.com), h. 10.

7 Suwoto Mulyosudarmo, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik

Indonesia (Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridik Pertanggung Jawaban

Kekuasaan), (Surabaya: Disertasi Doktor Pascasarjana Universitas Airlangga, 1990), h. 58-

59.

Page 28: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

18

Pendapat tersebut tentu berbeda dengan Jhon Locke yang memasukan

kekuasaan yudikatif ke dalam kekuasaan eksekutif. Montesquieu memandang

kekuasaan yudikatif harus berdiri sendiri karena kekuasaan tersebut

dianggapnya sangat penting. Pemikirannya seperti itu tidak bisa dilepaskan

dari pengalamannya menjadi hakim, dimana kekuasaan yudikatif sangat

berbeda dengan kekuasaan eksekutif. Sebaliknya oleh Montesquieu,

kekuasaan hubungan luar negeri yang disebut oleh Jhon Locke “federatif”

dimasukkannya kedalam kekuasaan eksekutif. 8

Menurut C. F.Strong, fenomena pembagian pembagian kekuasaan

seperti itu dikarenakan adanya proses normal dari spesialisasi fungsi.

Fenomena ini bisa diamati pada semua bidang pemikiran dan tindakan yang

disebabkan peradaban bergerak semakin maju, bertambahnya bidang aktifitas,

dan karena organ-organ pemerintahan menjadi semakin kompleks.9 Strong

melihat pada mulanya raja adalah pembuat dan pelaksana undang-undang,

disamping ia juga bertidak sebagai hakim. Namun dalam perkembangannya

tidak dapat dihindari tumbuhnya tendensi untuk mendelegasikan kekuasaan-

kekuasaan tesebut sehingga menghasilkan adanya pembagian kekuasaan.10

8 Ismail Suny, Pembagian Kekuasaan Negara, Cet. Ke-2, (Jakarta: Aksara Baru,

1978), h. 6.

9 Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan

UUD 1945 dengan Delapan Negara Maju,Cet ke-1,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2009), h. 12. 10

Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan

UUD 1945 dengan Delapan Negara Maju,Cet ke-1, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2009), h. 12.

Page 29: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

19

Tapi dari hal yang benang merah dari teori ini, lebih tepat untuk

memakai pendekatan G. Marshall, yang membedakan ciri-ciri doktrin

pemisahan kekuasaan (separation of power) kedalam lima aspek, yaitu :

1) Differentiation

2) Legal incompatibility of office holding

3) Isolation, imunity, independence

4) Check and balances

5) Co-ordinate status and lack of accountability.

Pertama, doktrin pemisahan kekuasaan (separation of power)itu

bersifat membedakan fungsi-fungsi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan

yudisial. Legislator membuat aturan, eksekutor melaksanakannya, sedangkan

pengadilan menilai konflik yang terjadi dalam pelaksanaan aturan itu dan

menerapkan norma aturan itu untuk menyelesaikan konflik atau perselisihan.

Kedua, doktrin pemisahan kekuasaan menghendaki orang yang menduduki

lembaga legislatif tidak boleh merangkap jabatan diluar cabang legislatif.

Meskipun demikian dalam praktek sistem pemerintahan parlemen, hal ini

tidak diterapkan secara konsisten. Para menteri pemerintahan cabinet di

Inggris justru dipersyaratkan harus berasal dari mereka yang duduk sebagai

anggota parlemen.

Ketiga, doktrin pemisahan kekuasaan juga menentukan bahwa

masing-masing organ tidak boleh turut campur atau melakukan intervensi

terhadap organ yang lain dengan demikian independensi masing-masing

Page 30: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

20

cabang dapat terjamin dengan sebaik-baiknya. Keempat, dalam doktrin

pemisahan kekuasaan itu, juga paling penting adalah adanya prinsip check

and balances, dimana setiap cabang mengendalikan dan mengimbangi

kekuatan cabang-cabang kekuasaan lain. Dengan adanya perimbangan yang

saling mengendalikan tersebut, diharapkan agar tidak terjadi penyalahgunaan

kekuasaan dimasing-masing organ yang bersifat independen itu. Kelima,

adalah prinsip ko-ordinasi dan kesederajatan, yaitu semua (organ) atau

lembaga tinggi negara yang menjalankan fingsi legislatif, eksekutif dan

yudisial mempunya kedudukan sederajat dan mempunya hubungan yang

bersifat co-ordinatif, tidak bersifat sub-ordinatif satu dengan yang lainnya.11

Maka dari tiap-tiap pembagian kekuasaan tersebut harus ada hukum yang

mengatur secara detil agar kedudukan dan kekuasaannya tidak tumpang-

tindih dan saling mengintervensi antara satu dengan yang lain.

B. Lembaga Perwakilan Rakyat Di Indonesia

Secara umum, seringkali terjadi percampuran dalam menggunakan

istilah “bentuk pemerintahan” dan “sistem pemerintahan”. Padahal dalam

ilmu negara, kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan mendasar. Menurut

Hans Kelsen, dalam teori politik klasik, bentuk pemerintahan diklasifikasikan

menjadi monarki dan republik.12

Dikatakan oleh Kurnardi dan Harmaily

Ibrahim, paham L. Duguit dalam buku “Traite‟ de Droit Constitutionel”

(1923) lebih lazim untuk membedakan kedua bentuk tersebut. Selanjutnya

11

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Jilid II, h. 21-22. 12

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Jilid II,h. 75.

Page 31: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

21

dijelaskan, jika kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau keturunan

maka disebut dengan monarki. Sedangkan jika kepala negara dipilih melalui

pemilihan umum untuk masa jabatan tertentu maka bentuk negaranya disebut

republik.13

Sementara itu dalam ilmu negara umum (algemeine staatslehre) yang

dimaksud dengan sistem pemerintahan ialah sistem hukum ketatanegaraan,

baik yang berbentuk monarki maupun republik, yaitu mengenai hubungan

antarpemerintah dan badan yang mewakili rakyat. Ditambahkan Mahfud,

sistem pemerintahan dipahami sebagai suatu sistem hubungan tata kerja

antarlembaga-lembaga negara.14

Usep Ranawijaya menegaskan bahwa sistem

pemerintahan merupakan sistem hubungan antara eksekutif dan legislatif.15

Kekuasaan membuat undang-undang harus terletak dalam suatu badan

yang berhak khusus untuk itu. Jika penyusunan undang-undang tidak

diletakkan pada suatu badan tertentu, maka mungkinlah tiap golongan atau

tiap orang mengadakan undang-undang demi kepentingannya sendiri. Di

dalam negara demokrasi yang peraturan perundangang-undangan harus

berdasarkan kedaulatan rakyat, maka badan perwakilan rakyat yang harus

13

Kurnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Cet.

Ke-7, (Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

1980), h. 166.

14

Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Yogyakarta:

UII Press, 1993), h. 83.

15

Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Indonesia: Dasar-Dasarnya, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1983), h. 72.

Page 32: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

22

dianggap sebagai badan yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk

menyusun undang-undang ialah yang dinamakan “legislatif”. Legislatif ini

adalah yang terpenting sekali dalam susunan kenegaraan, karena undang-

undang adalah ibarat tiang yang menegakkan hidup perumahan negara dan

sebagai alat yang menajdi pedoman hidup bagi masyarakat dan negara.16

Sebagai bahan pembentuk undang-undang maka legislatif itu hanyalah

berhak untuk mengadakan undang-undang saja, tidak boleh

melaksanakannya. Untuk menjalankan undang-undang itu haruslah

diserahkan kepada suatu badan lain. Kekuasaan untuk melaksanakan undang-

undang adalah “eksekutif”. Perubahan UUD 1945 membawa perubahan yang

cukup mendasar mengenai sistem perwakilan dalam ketatanegaraan

Indonesia. Paling tidak ada tiga aspek mendasar mengenai lembaga

perwakilan rakyat setelah perubahan UUD 1945, yaitu : mengenai struktur

kelembagaan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, fungsi dan

kewenangannya serta pengisian anggota lembaga perwakilan.

Ada tiga lembaga perwakilan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan

Dewan Perwakilan Daerah. MPR memiliki fungsi yang sama sekali berbeda

dengan DPR dan DPD, sedangkan DPR dan DPD memiliki fungsi yang

hampir sama, hanya saja DPD memiliki fungsi dan peran yang sangat

terbatas.

16

C.S.T. Kansil dan Christine S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia,

Cet. Pertama, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2008). h. 75.

Page 33: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

23

Jika dilihat dari jumlah lembaga perwakilan rakyat maka sistem

perwakilan yang dianut bukanlah sistem bikameral karena ada tiga lembaga

perwakilan rakyat. Sedangkan jika hanya melihat DPR dan DPD maka kedua

lembaga perwakilan ini merupakan bentuk sistem bikameral akan tetapi

bukanlah sistem bikameral yang murni (strong bicameral). Menurut peneliti,

sistem perwakilan Indonesia menganut sistem Trikameral, dimana ada tiga

lembaga tinggi Negara selain DPR dan DPD yaitu MPR, yang mana

mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dengan DPR dan DPD, yaitu

melakukan amandemen terhadap Undang-undang Dasar 1945. Keanggotaan

DPR adalah representasi rakyat diseluruh Indonesia secara proporsional

melalui partai politik (political representation) dan DPD sebagai representasi

dari daerah (daerah provinsi) dari seluruh Indonesia (regional representation)

memiliki posisi yang sama sebagaimana tercermin dari jumlah anggota DPD

yang sama banyaknya dari setiap provinsi.

Selanjutnya sebagaimana pasal 20A UUD 1945 kedudukan lembaga

ini adalah kuat, dewan ini tidak bisa dibubarkan dan/atau dibekukan oleh

Presiden (berlainan dengan sistem parlementer). Oleh karena itu Dewan

Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden,

dan jika Dewan menganggap bahwa Presiden sungguh-sungguh melanggar

haluan negara yang telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Majelis dapat diundang untuk persidangan istimewa supaya bisa meminta

Page 34: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

24

pertanggungjawaban Presiden.17

Seperti tertuangdalam pasal 7A UUD 1945

bahwa “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalammasa

jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan

Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum

berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan tindakan pidana

berat lainny, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi

memenuhi syarat Presiden dan Wakil Presiden”.

Selanjutnya sebagai wujud dari mekanisme check and balances antara

DPR dengan Presiden dalam beberapa pasal berikut ini diatur perihal terkait

dengan fungsi pengawasan DPR terhadap Presiden :

1. Pasal 11 ayat (1) Presiden dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian

dan perjanjian dengan negara lain.

2. Pasal 11 ayat (2) Presiden dalam mebuat perjanjian

internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban

keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau

pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat.

3. Pasal 13 ayat (2) dalamhal mengangkat Duta, presiden

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

17

B.N. Marbun, DPRI-RI : Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, (Jakarta: Pustaka

Pelajar,2004), h. 189.

Page 35: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

25

4. Pasal 13 ayat (3) Presiden meneriman penempatan duta negara

lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan

Rakyat.

5. Pasal 14 ayat (2) Presiden memberi amnesti18

dan abolisi19

dengan mempertimbangkan keputusan DPR.

Secara umum, dapat dipahami oleh masyrakat bahwa fungsi DPR

meliputi fungsi legislasi, fungsi pengawasan, dan fungsi budgeting, diantara

ketiga fungsi itu, yang paling pokok adalah inisiatif pembuatan undang-

undang. DPR juga dilengkapi dengan Hak sebagai anggota DPR yang diatur

dalam pasal 20A, berbunyi sebagai berikut :

1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi

anggaran, dan fungsi pengawasan.

2) Dalam hal melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam

pasal-pasal lain undang-undang dasar ini, Dewan Perwakilan

18

Amnesti adalah hak kepala negara untuk memberikan pengampunan, artinya tidak

memberlakukan proses hukum terhadap warga negara yang telah melakukan kesalahan pada

negara sepertipemberontakan bersenjatamelawan pemerintahan yang sah untuk melepaskan

diri dari negara, atau mendirikan negara baru secara sepihak, atau terhadap gerakan politik

untuk menggulingkankekuasaan negara yang sah (kudeta, coup d‟etat). Amnesti umumnya

diberlakukan untuk kasusbernuansa politik dan oleh karenanya umumnya bersifat masal

(amnesti umum). Lihat Mexsasai Indra, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung:

PT Refika Aditama, 2011), h. 139.

19

Abolisi adalah hak kepala negara untuk meniadakan putusan hukum atau

meniadakan proses hukum. Melalui abolisi putusan atau proses hukum dianggap tidak pernak

ada atau tidak pernah terjadi. Lihat Mexsasai, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, h.

140.

Page 36: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

26

Rakyat mempunyai hak interpelasi (meminta keterangan), hak

angket20

, dan hak menyatakan pendapat.

3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-undang

Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai

hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul21

dan pendapat

serta imunitas.

4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan

hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-

undang.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjadikan DPR berfungsi secara

optimal sebagai lembaga perwakilan rayat sekaligus memperkokoh

pelaksanaan checks and balances oleh DPR. Akan tetapi perubahan ini justru

telah menggeser executive heavy kearah legislative heavy sehingga terkesan

bukan keseimbangan yang dituju melalui perubahan UUD 1945, tetapi DPR

ingin memusatkan kekuasaan ditangannya.22

20

Hak angket adalah, hak mengadakan penyelidikan dalam peristilahan DPR biasa

disebut hak angket “enquete” yakni hak DPR untuk mengajukan usul penyelidikan mengenai

sesuatu hal sesuai ketentuan undang-undang. Syarat mengajukan hak ini adalah diajukan oleh

sejumlah anggota DPR sesuai dengan ketentuan undang-undang. Lihat B.N. Marbun, DPR-RI

: Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 208.

21

Hak usul adalah hak inisiatif mengajukan Rancangan Undang-undang dalam B.N.

Marbun, DPRI-RI : Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h.

214.

22

Ni‟matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi Revisi, Cet. Ke-5, (Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada, 2010), h. 171-172.

Page 37: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

27

C. Kekuasaan Kehakiman

Pasal 24 ayat (1)Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa

“kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”.Selain

itu menurut Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa “kekuasaan kehakiman

dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada

dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan

oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Pada saat yang sama dimasukkan

ketentuan baru ke dalam pasal 24B yakni tentang Komisi Yudisial yang

dituangkan di dalam empat ayat. Mahkamah Konstitusi dimunculkan sebagai

lembaga negara dengan hak melakukan pengujian (judicial review, atau lebih

spesifik melakukan constitusional review) UU terhadap UUD serta tugas

khusus lain yaitu forum prevelegiatum atau peradilan khusus untuk memutus

pendapat DPR bahwa Presiden/Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat

serta memutus pendapat DPR bahwa DPR telah melanggar hal-hal tertentu

yang disebutkan di dalam UUD sehingga dapat diproses untuk

diberhentikan.23

Mahkamah Konstitusi juga memutus sengketa kewenangan antar

lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus

pembubaran parpol, dan memutus sengketa hasil pemilu. Sedangkan

23

Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen

Konstitusi, Cet, ke-2 , (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 119.

Page 38: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

28

Mahkamah Agung mengadili perkara-perkara peraturan perundang-undangan

di bawah UU terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.24

Sebagai badan penyelenggara negara, susunan kekuasaan kehakiman berbeda

dengan susunan badan penyelenggara negara yang lain. Kekuasaan

kehakiman terdiri atas kekuasaan kehakiman tertinggi dan kekuasaan

kehakiman tingkatan lebih rendah. Selain itu pengembangan juga dilakukan

dengan di dalam lembaga kehakiman, Mahkamah Agung, Mahkamah

Konstitusi ditambah dengan lembaganegara mandiri (state auxiliary

institution) Komisi Yudisial.25

Sedangkan badan penyelenggara negara yang

lain hanya terdiri atas satu susunan. Tidak ada susunan badan MPR, DPR,

Presiden dan BPK, tingkatan yang lebih rendah.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah

mengintroduksi suatu lembaga baru yang dibentuk pada tahun 2004,

berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yaitu Komisi

Yudisial. Komisi Yudisial ditentukan dalam Pasal 24B UUD 1945, sebagai

berikut:

1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam

rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,

serta perilaku hakim.

24

Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca. h. 120.

25

Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca. h. 121.

Page 39: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

29

2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan

pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan

kepribadian yang tidak tercela.

3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur

dengan undang-undang.

Implementasi Pasal 24B UUD 1945, yaitu diundangkannya Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial. Komisi Yudisial

mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan kekuasaan kehakiman

yang merdeka melalui pencalonan hakim agung, serta pengawasan terhadap

hakim yang transparan dan partisipatif guna menegakkan kehormatan dan

keluhuran martabat, serta menjaga perilaku hakim. Disebutkan dalam pasal 2

UU No. 18 Tahun 2011 bahwa “Komisi Yudisial merupakan lembaga negara

yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari

campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya”.

Selanjutnya pasal 13 UU No. 18 Tahun 2011 menyebutkan bahwa

“Komisi Yudisial mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan Hakim

Agung kepada DPR, dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat,

serta menjaga perilaku hakim”. Dari rincian fungsi masing-masing lembaga

tersebut di atas dapat terlihat bahwa hubungan di antara Presiden, DPR dan

Mahkamah Agung, dikembangkan secara seimbang melalui mekanisme

„checks and balances‟. Melalui mekanisme „checks and balances‟ tersebut,

Page 40: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

30

ketiga cabang kekuasaan legislatif, eksekutif dan judisial yang tercermin

dalam tiga lembaga tersebut dapat saling mengendalikan dan saling

mengimbangi, sehingga tidak terjadi kesewenang-wenangan di antara satu

sama lain. Menurut Jimly Asshiddiqie, maksud dibentuknya Komisi Yudisial

dalam struktur kekuasaan Kehakiman Indonesia adalah agar warga

masyarakat diluar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam

proses pengangkatan, penilaian kinerja, dan kemungkinan pemberhentian

hakim.26

Kekuasaan kehakiman yang dijalankan oleh Mahkamah Agung

bersama-sama badan-badan peradilan yang berada di bawahnya, Mahkamah

Agung di Indonesia merupakan kelanjutan dari ”Het hooggerechts hof for

Indonesie”, (Mahkamah Agung Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia)

yang didirikan berdasarkan RO tahun 1842.27

Tugas dan fungsi yang

diberikan kepada Mahkamah Agung berdasarkan UU No. 3 tahun 2009

danperaturan perundang-undangan lainnya yang berlaku saat ini ialah :

a. Tugas Judisiil, yaitu tugas untuk menyelenggarakan peradilan yang

meliputi :

1) Memeriksa dan memutuskan perkara kasasi;

2) Sengketa Yudisdiksi;

26

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pascareformasi, (Jakarta: Sekretaris Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006).

27 A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Cet-I, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2001), h. 181.

Page 41: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

31

3) Permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Tugas judicial review terhadap peraturan perundang-undang di bawah

undang-undang.

c. Tugas pengawasan terhadap pengadilan di bawahnya.

d. Tugas penasihatan.

e. Tugas lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang.28

Mahkamah Agung berfungsi sebagai kekuasaan untuk memeriksa dan

mengadili serta memberikan putusan atas perkara-perkara yang diserahkan

kepadanya untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung dan dalam

ketetapan MPR RI NO. III/MPR/1978 pada pasal 11 terdapat suatu ketentuan

yang berisi pelimpahan kekuasaan/wewenang dari MPR kepada Mahkamah

Agung. Pasal ini berisi empat poin, yaitu :

1. Mahkamah Agung adalah Badan pelaksana kekuasaan kehakiman

yang merdeka terlepas dari pengaruh kakuasaan pemerintah

danpengaruh-pengaruh lainnya.

2. Mahkamah Agung dapat memberikan pertimbangan hukum

kepada lembaga tinggi negara lainnya.

3. Mahkamah Agung memberikan nasihat hukum kepada Presiden

dalam pemberian/penolakan grasi.

28

A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Cet-I, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2001), h. 181.

Page 42: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

32

4. Mahkamah Agung berwenang menguji secara materiil hanya

terhadap peraturan-peraturan perundang-undangan.29

Badan yang memegang kekuasaan kehakiman dan peradilan ini harus

dapat bekerja dengan baik dalam tugas-tugasnya, sehingga dihasilkan

putusan-putusan yang objektif dan tidak memihak dengan senantiasa

menjunjung tinggi hukum dan keadilan. Karenanya badan ini harus bebas dari

pengaruh kekuasaan lain atau pengaruh kekuasaan pemerintahan.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, terlepas

dari pengaruh kekuasaan pemerintah, seperti dikehendaki Pasal 24 UUD

1945.30

Hal ini berarti, kekuasaan kehakiman yang merdeka atau

independensi kekuasaan kehakiman, telah diatur secara konstitusional dalam

UUD 1945. Dari konsep negara hukum seperti yang digariskan oleh

konstitusi, maka dalam rangka melaksanakan Pasal 24 UUD 1945, harus

secara tegas melarang kekuasaan eksekutif dan legislatif untuk membatasi

atau mengurangi wewenang kekuasaan kehakiman yang merdeka yang telah

dijamin oleh konstitusi tersebut. Dengan demikian kekuasaan kehakiman

yang merdeka sebagai upaya untuk menjamin dan melindungi kebebasan

29

A. Mukti Arto, Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Cet-Pertama, (Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2001), h. 184.

30

Banyak yang menafsirkan bahwa dalam perkataan merdeka dan terlepasdari

„pengaruh‟ kekuasaan pemerintah itu, terkandung pengertian yang bersifat fungsional dan

sekaligus institusional. Tetapi, ada yang hanya membatasi pengertian perkataan itu secara

fungsional saja, yaitu bahwa kekuasaan pemerintah tidak boleh melakukan intervensi yang

bersifat mempengaruhi jalannya proses pengambilan keputusan dalam penyelesaian perkara

yang dihadapi oleh hakim.

Page 43: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

33

rakyat dari kemungkinan tindakan sewenang-wenang dari pemerintah dan

DPR.

Seorang anggota DPR mengemukakan dengan tepat dalam perdebatan

akhir tahun 1960-an bahwa hanya ada dua pilihan bagi Mahkamah Agung

dalam organisasi yudisial : “bisa menjadi piramida menara, atau malah

sebuah menara dari sekian menara”. Pengibaratan yang pertama menunjuk

pada sebuah struktur dimana Mahkamah Agung berfungsi sebagai pengadilan

tertinggi bagi semua pengadilan. Sedangkan ibarat yang kedua membatasi

fungsi yudisialnya hanya pada pengadilan umum, kurang lebihnya mengikuti

sistem kolonial.31

Untuk memahami asas kekuasaan kehakiman yang merdeka, tidak

terlepas dari doktrin Montesquieu mengenai tujuan dan perlunya „pemisahan‟

kekuasaan, yaitu untuk menjamin adanya dan terlaksananya kebebasan politik

anggota masyarakat negara. Montesquieu memberikan artike bebasan

politiksebagai“a tranquility of mind arising from the opinion each person has

of his safety. In order to have this liberty, it is requisite the government be so

constituted as one man need not be afraid of another”.32

Kebebasan politik

ditandai adanya rasa tenteram, karena setiap orang merasa dijamin

keamanannya atau keselamatannya. Untuk mewujudkan kebebasan politik

tersebut maka badan pemerintahan harus ditata sedemikian rupa agar orang

31

Sebastian Pompe, Runtuhnya Instirusi Mahkamah Agung,Cet-I, (Jakarta: Lembaga

Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2012), h. 262.

32

Montesquieu, The Spirit of the Law, translated by Thomas Nugent, (New York:

Hafner Press, 1949), h.151; lihat pula Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman Republik

Indonesia, (Bandung: LPPM-UNISBA, 1995), h. 3.

Page 44: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

34

tidak merasa takut padanya, seperti halnya setiap orang tidak merasa takut

terhadap orang lain di sekitarnya.

Penataan badan negara atau pemerintahan yang akan menjamin

kebebasan tersebut, menurut Montesquieu dilakukan dengan cara pemisahan

badan pemerintahan ke dalam tiga cabang kekuasaan. Tanpa pemisahan itu,

maka tidak akan ada kebebasan. Dikemukakan oleh Montesquieu dalam „The

Spirit of The Laws‟ dalam pembenaran doktrin pemisahan kekuasaan

(separation of power), bahwa: “When the legislative and executive powers

are united in the same person, or in the same body of magistrates, there can

be no liberty; because apprehensions may arise; lest the same monarch or

senate should enact tyranical laws, to execute than in a tyranical manner.

Again, there is no liberty, if the judiciary power be not separated from the

legislative and executive. Were it joined with the legislative, the live and

liberty of the subject would be exposed to arbitrary control; for the judge

would be then the legislator. Were it joined to executive power, the judge

might behave with violence and oppression. There would be an end of

everything, were to some man, or the somebody, weather of the nobbles or of

the people, to the exercise those three powers, that of enacting laws, that of

executing the public resolution and of trying the causes of individuals”.33

33

Montesquieu, The Spirit of the Law, translated by Thomas Nugent, (New York:

Hafner Press, 1949), h.174, lihat pula Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah

Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung: 1997), h. 77 ; Lihat pula Judith N. Skhlar,

Montesquieu, (Oxford: Oxford University Press, 1986) terjemah Angelina S. Maran,

Montesquieu Penggagas Trias Politica, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996) ; lihat pula

Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, (Bandung: LPPM-UNISBA,

1995), h. 2-3.

Page 45: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

35

Apabila kekuasaan kehakiman digabungkan dengan kekuasaan

legislatif, maka kehidupan dan kebebasan seseorang akan berada dalam suatu

kendali yang dilakukan secara sewenang-wenang. Di lain pihak, kalau

kekuasaan kehakiman bersatu dengan kekuasaan eksekutif, maka hakim

mungkin akan selalu bertindak semena-mena dan menindas. Dengan

demikian, ditinjau dari ajaran pemisahan kekuasaan (separation of power),

kekuasaan kehakiman yang merdeka merupakan bagian dari upaya untuk

menjamin kebebasan dan mencegah kesewenang-wenangan.

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia tidak dianut ajaran pemisahan

kekuasaan (separation of power) „Trias Politica‟ seperti yang dikemukakan

oleh Montesquieu. Tetapi dengan perubahan UUD 1945 dapat dikatakan

bahwa Indonesia sedang membangun doktrin hukum mengenai pemisahan

kekuasaan (separation of powers) dan kewenangan masing-masing kekuasaan

dimungkinkan adanya pengawasan (check) terhadap kewenangan kekuasaan

lainnya sehingga dapat saling mengimbangi dalam kesetaraan dan

kesederajatan, agar tercipta harmonisasi kekuasaan (harmonization of

powers) berada dalam keseimbangan (balances), atau „check and balances

among of powers‟, untuk mencegah timbulnya kesewenang-wenangan atau

penyalahgunaan kekuasaan.34

Dalam membangun doktrin-doktrin hukum sedemikian ini, dapat

dikatakan sebagai inti dari keseluruhan reformasi berbagai bidang di

34

Kenneth J. Meier, Politics And The Bureaucracy, Policymaking in the Fourth

Branch of Government, (California: Belmont, Duxbury Press, 1979), h. 18-19.

Page 46: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

36

Indonesia.35

Dengan konsep check and balances dimungkinkan adanya

pengawasan dari satu kekuasaan terhadap kekuasaan lainnya di antara

cabang-cabang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudisial, sehingga dapat

saling mengimbangi dalam kesetaraan dan kesederajatan demi tercapainya

harmonisasi kekuasaan berada dalam keseimbangan untuk mencegah

kesewenang-wenangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Doktrin-doktrin

hukum dalam keseluruhan reformasi tersebut, kemudian memunculkan

pemikiran penggunaan konsep check and balances,berkenaan dengan

kewenangan pengawasan terhadap kekuasaan kehakiman.

Kekuasaan kehakiman yang merdeka dapat dikatakan sebagai suatu

refleksi dari„Universal Declaration of Human Rights‟, dan„International

Covenant on Civil and Political Rights‟,36

yang di dalamnya diatur

mengenai“independent and impartial judiciary“. Di dalam Universal

Declaration of Human Rights, dinyatakan dalam Article 10,“Every one is

entitled in full equality to a fair and public hearing by in independent and

impartial tribunal in the determination of his rights and obligations and of

any criminal charge against him”. Setiap orang berhak dalam persamaan

sepenuhnya didengar kansuaranya di muka umum dan secara adil oleh

35

Jimly Asshiddiqie, Kekuasaan Kehakiman Di Masa Depan, Makalah Seminar,

Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat, (Jakarta: 2000) ; lihat pula Jimly

Asshiddiqie, Reformasi Menuju Indonesia Baru: Agenda Restrukturisasi Organisasi Negara,

Pembaruan Hukum Dan Keberdayaan Masyarakat Madani, Makalah Kongres Mahasiswa

Indonesia Sedunia, (Chicago, Amerika Serikat: 2000).

36

Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1980), h.

251; International Covenant on Civil and Political Rights, Adopted and opened for signature,

ratification and accession by General Assembly resolution 2200 A (XXI) of 16 December

1966, Entry Into Force: 23rd

March 1976, inaccordance with Article 49.

Page 47: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

37

pengadilan yang merdeka dan tidak memihak, dalam hal menetapkan hak-hak

dan kewajibannya dan dalam setiap tuntutan pidana yang ditujukan

kepadanya. Di dalam International Covenant on Civil and Political Rights,

dalam Article 14 dinyatakan, “… in the determination of any criminal charge

against him, or of his rights and obligations in a suit at law, everyone shall

be entitled to a fair and public hearing by a competent, independent and

impartial tribunal established by law”.

Unsur-unsur yang dapat ditarik dari rumusan di atas yakni

menghendaki: (i) adanya suatu peradilan (tribunal) yang ditetapkan oleh

suatu perundang-undangan; (ii) peradilan itu

harus independent, tidak memihak (impartial) dan competent;

dan (iii) peradilan diselenggarakan secara jujur (fair trial) dan pemeriksaan

sec araterbuka(public hearing). Semua unsur-unsur tersebut tercantum dalam

penjelasan Pasal 24 dan 25 UUD 1945 sebelum perubahan dan

diimplementasikan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 jo.

Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999, seperti telah dicabut dan digantikan

dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, dan diganti lagi dengan

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang merdeka, dikatakan oleh

Russell dalam„Toward a General Theory of Judicial Independence‟: “A

theory of judicial independence that is realistic and analytically useful cannot

Page 48: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

38

be concerned with every inside and outside influence on judges”.37

Dalam hal

hakim yang bebas dalam proses peradilan, menurutKelsen: “The judges are,

for instance, ordinarily „independent‟ that is, they are subject only to the laws

and not to the orders (instructions) of superior judicial or administrative

organs”.38

Dalam proses peradilan hakim hanya tunduk kepada hukum dan

tidak tunduk kepada perintah atau instruksi dari organ yudisial atau

administratif yang lebih tinggi. Betapa pentingnya kekuasaan kehakiman,

Harold J. Laski dalam“Elements of Politics” mengemukakan, “Certainly no

man can over estimate the importance of the mechanism of justice”. 39

Dalam

kaitannya kekuasaan kehakiman yang merdeka, Scheltema dalam „De

Rechtsstaat‟, mengemukakan: “Beslissing van rechtsgeschillen door en

onafhankelijkerechter is de basis vooreengoed functionerendrechts system.

Wil men ookgaranderendat de overheidzichhoudtaan het geldenderecht,

danzalonafhankelijkerechter over klachten van burgers dienaangaandem

oetenoordelen. Aandezeeiswordt in onsvoldaan.”40

37

Russell, Peter H., and David M. O‟Brien, Judicial Independence In The Age Of

Democracy, Critical perspectives from around the world, (Toronto: Constitutionalism &

Democracy Series, McGraw-Hill, 1985), h. 12.

38

Hans Kelsen, General Theory of Law And State, translated by Anders Wedberg,

(New York: Russell & Russell A Division of Atheneum Publishers, 1961), h. 275.

39

Harold J. Laski, AGrammar of Politics, (London: George, Allen & Unwin Ltd,

1957), h. 541 ; dalam Soerjono Soekanto dan R. Otje Salman, Disiplin Hukum dan Disiplin

Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 113-114; lihat pula Wirjono Prodjodikoro,

Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, (Bandung: Eresco, 1981), h. 89-90.

40

M. Scheltema, De Rechtsstaat, dalam J.W.M. Engels (et al), De Rechtsstaat

Herdacht, (Zwolle: Tjeen Willink, 1989) h. 17; dalam Bagir Manan, 1995, Op.Cit., h. 5-6.

Page 49: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

39

Dalam penyelesaian sengketa hukum oleh suatu kekuasaan kehakiman

yang merdeka (hakim yang bebas), merupakan dasar bagi berfungsinya

sistem hukum dengan baik. Dengan kekuasaan kehakiman yang merdeka,

setiap orang akan mendapat jaminan bahwa pemerintah akan bertindak sesuai

dengan hukum yang berlaku, dan dengan hanya berdasarkan hukum yang

berlaku itu kekuasaan kehakiman yang merdeka bebas memutus suatu

perkara.

Di Indonesia kekuasaan kehakiman diatur dalam berbagai undang-

undang sesuai dengan lingkungan peradilan masing-masing. Berkaitan

dengan kekuasaan kehakiman yang merdeka, dalam Pasal 1 Undang-undang

Nomor 48 tahun 2009, tentang Kekuasaan Kehakiman, memberikan batasan

mengenai ruang lingkup „merdeka‟, yaitu bahwa kekuasaan kehakiman

adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan

guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi

terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia. Kebebasan dalam

melaksanakan wewenang yudisial bersifat tidak mutlak, karena tugas hakim

adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila,

sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia.

Kekuasaan kehakiman yang merdeka bukan berarti bahwa kekuasaan

kehakiman dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya tanpa rambu-rambu

pengawasan, oleh karena dalam aspek beracara di pengadilan dikenal adanya

asas umum untuk berperkara yang baik (general principles of proper

Page 50: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

40

justice),41

dan peraturan-peraturan yang bersifat prosedural atau hukum acara

yang membuka kemungkinan diajukannya berbagai upaya hukum. Dengan

demikian dalam hal fungsi kehakiman adalah keseluruhan rangkaian kegiatan

berupa mengadili suatu perkara sengketa yang individual konkret dan dalam

kaitannya dengan konsep kekuasaan kehakiman yang merdeka, yang dalam

konteks hukum meliputi wewenang, otoritas, hak dan kewajiban, maka

kekuasaan kehakiman dapat diartikan sebagai kekuasaan, hak dan kewajiban

untuk menentukan apa dan bagaimana norma hukum terhadap kasus konflik-

individual-konkret yang diajukan kepadanya, maka kekuasaan kehakiman

terikat pada peraturan-peraturan yang bersifat prosedural yang disebut

Hukum Acara.

Kekuasaan kehakiman yang merdeka yaitu terwujud dalam kebebasan

hakim dalam proses peradilan, dan kebebasan hakim dalam menjalankan

kewenangannya ini, ada rambu-rambu aturan hukum formal dan hukum

material, serta norma-norma tidak tertulis yang disebut asas umum

penyelenggaraan peradilan yang baik (general principles of proper

justice).42

Dengan kata lain, kekuasaan peradilan terikat pada aturan hukum

41

UU No.48 Tahun 2009, Bab II Badan Peradilan dan Asasnya, Pasal 10 s/d Pasal

26. Asas umum penyelenggaraan peradilan yang baik, yaitu asas kebebasan; asas larangan

menolak memeriksa dan mengadili perkara; asas hakim aktif; asas kesamaan; asas

penyelesaian perkara secara tuntas; dan asas pengawasan peradilan; (kesimpulan seminar

“Pemberdayaan dan tanggungjawab Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam

melaksanakan kekuasaan kehakiman yang mandiri”, diselenggarakan oleh IKAHI, tanggal

22 Maret 2000 di Jakarta, Varia Peradilan, No.178, Juli 2000, h.118. 42

Bab II Badan Peradilan dan Asasnya, Pasal 10 s/d Pasal 26, UU No.48 Tahun

2009, tentang Kekuasaan Kehakiman; Lihat pula Kesimpulan seminar “Pemberdayaan dan

Tanggungjawab Mahkamah Agung Republik Indonesia Dalam Melaksanakan Kekuasaan

Kehakiman Yang Mandiri”, IKAHI, Varia Peradilan, No.178, Juli 2000, h.118.

Page 51: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

41

material dan peraturan-peraturan yang bersifat prosedural yakni hukum acara.

Dengan demikian aturan hukum material dan peraturan-peraturan yang

bersifat prosedural, dapat dikatakan sebagai batas normatif terhadap

kebebasan kekuasaan peradilan atau kebebasan hakim dalam proses

peradilan.

Kekuasaan kehakiman merupakan suatu mandat kekuasaan negara

yang dilimpahkan kepada kekuasaan kehakiman. Mandat kekuasaan negara

untuk sepenuhnya mewujudkan hukum dasar yang terdapat dalam rechtsidee

untuk diwujudkan dalam suatu keputusan hukum yang individual dan

konkret, untuk diterapkan pada suatu perkara hukum yang juga individual

konkret.43

Dengan perkataan lain, kekuasaan kehakiman dapat diartikan

sebagai kewenangan dan kewajiban untuk menentukan apa dan bagaimana

norma hukum terhadap kasus konflik-individual-konkret yang diajukan

kepadanya dengan memperhatikan hukum dasar negara.44

Dengan demikian dalam sistem hukum nasional yang berlaku,

penyelesaian hukum dalam perkara yang individual konkret hanya ada pada

satu tangan yaitu pada kekuasaan kehakiman. Hal demikian berlaku tidak saja

untuk perkara-perkara konkret yang berkaitan dengan persengketaan hukum

43

Moh. Koesnoe, 1997, Yuridisme Yang Dianut Dalam Tap MPRS No.XIX/1966,

Varia Peradilan, No.143 Tahun XII, h. 138.

44

Lihat Paulus Effendie Lotulung, Kemandirian Kekuasaan Kehakiman Dalam

Konteks Pembagian Kekuasaan Dan Pertanggungan Jawab Politik, dalam Seminar Hukum

Nasional Ke-VII Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani, (BPHN Departemen

Kehakiman, 1999), h. 156-170.

Page 52: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

42

yang terjadi di antara sesama warga negara, tetapi juga berlaku untuk perkara-

perkara yang menyangkut sengketa antara warga negara dan pemerintah.45

45

Sunaryati Hartono, Apakah The Rule of Law It ?, (Bandung: Alumni, 1982), h. 45.

Page 53: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

42

BAB III

LANDASAN YURIDIS PELAKSANAAN FIT AND PROPER TEST

BAGI ANGGOTA DPR

A. Profil Lembaga DPR dan Mahkamah Konstitusi

1. Profil Lembaga DPR

Sejarah terbentuknya DPR RI secara garis besar dapat dibagi

menjadi tiga periode:

1. Volksraad (Masa Penjajahan Belanda)

2. Masa perjuangan Kemerdekaan

3. Dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) adalah cikal

bakal terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam

parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada

tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350

tahun di Indonesia.Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang

mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi,

dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.1

Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional

Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12

hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung

Kesenian, Pasar Baru Jakarta.Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus

1www.dpr.go.id/tentang/sejarah-dpr

Page 54: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

43

1945) dijadikan sebagai Tanggal dan Hari Lahir DPR RI. Dalam Sidang

KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut:

1. Ketua : Mr. Kasman Singodimedjo

2. Wakil Ketua I : Mr. Sutardjo Kartohadikusumo

3. Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary

4. Wakil Ketua III : Adam Malik2

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), adalah lembaga negara dalam

sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan lembaga

perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-

Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.DPR

terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih

berdasarkan hasil Pemilihan Umum.Anggota DPR berjumlah 550

orang.Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir

bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Lihat: jumlah kursi DPR setiap periode pemilu Tugas dan wewenang

DPR antara lain3 :

Terkait dengan fungsi legislasi, DPR memiliki tugas dan

wewenang:

1. Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas);

2www.dpr.go.id/tentang/sejarah-dpr

3www.dpr.go.id/tentang/sejarah-dpr

Page 55: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

44

2. Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang

(RUU);

3. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait

otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;

pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;

pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah);

4. Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun

DPD;

5. Menetapkan UU bersama dengan Presiden;

6. Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah

pengganti UU (yang diajukan Presiden) untuk ditetapkan

menjadi UU

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan

wewenang:

1. Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN

(yang diajukan Presiden)

2. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang

APBN dan RUU terkait pajak, pendidikan dan agama

3. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara yang

disampaikan oleh BPK

Page 56: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

45

4. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan

aset negara maupun terhadap perjanjian yang

berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait

dengan beban keuangan negara

Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan

wewenang:

1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU,

APBN dan kebijakan pemerintah

2. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang

disampaikan oleh DPD (terkait pelaksanaan UU

mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran

dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE

lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan

agama).

Tugas dan wewenang DPR lainnya, antara lain:

1. Menyerap, menghimpun, menampung dan

menindaklanjuti aspirasi rakyat

2. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk: (1)

menyatakan perang ataupun membuat perdamaian

dengan Negara lain; (2) mengangkat dan

memberhentikan anggota Komisi Yudisial.

Page 57: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

46

3. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal:

(1) pemberian amnesti dan abolisi; (2) mengangkat duta

besar dan menerima penempatan duta besar lain

4. Memilih Anggota BPK dengan memperhatikan

pertimbangan DPD

5. Memberikan persetujuan kepada Komisi Yudisial

terkait calon hakim agung yang akan ditetapkan

menjadi hakim agung oleh Presiden

6. Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk

selanjutnya diajukan ke Presiden

Anggota DPR memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak

menyatakan pendapat.Anggota DPR juga memiliki hak mengajukan

RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat,

membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.Menurut Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan

DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR berhak

meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga

masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika permintaan ini tidak

dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan

peraturan perundang-undangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi

tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15

hari (sesuai dengan peraturan perundang-undangan).

Page 58: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

47

2. Profil Mahkamah Konstitusi

Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) diawali

dengan diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam amandemen

konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat

(2), Pasal 24C, dan Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 hasil

Perubahan Ketiga yang disahkan pada 9 Nopember 2001. Ide

pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan pemikiran

hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20.4

Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945 maka dalam

rangka menunggu pembentukan MK, MPR menetapkan Mahkamah

Agung (MA) menjalankan fungsi MK untuk sementara sebagaimana

diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil Perubahan

Keempat.DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-

Undang mengenai Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan

mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui secara bersama UU Nomor

24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan

disahkan oleh Presiden pada hari itu (Lembaran Negara Nomor 98 dan

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316).Dua hari kemudian, pada

tanggal 15 Agustus 2003, Presiden melalui Keputusan Presiden Nomor

147/M Tahun 2003 hakim konstitusi untuk pertama kalinya yang

4 www.mahkamahkonstitusi.go.id

Page 59: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

48

dilanjutkan dengan pengucapan sumpah jabatan para hakim konstitusi di

Istana Negara pada tanggal 16 Agustus 2003.Lembaran perjalanan MK

selanjutnya adalah pelimpahan perkara dari MA ke MK, pada tanggal 15

Oktober 2003 yang menandai mulai beroperasinya kegiatan MK sebagai

salah satu cabang kekuasaan kehakiman menurut ketentuan UUD 1945.5

Kedudukan, kewenangan dan kewajibannya adalah sebagai

berikut6:

a. Kedudukan

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara

yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk

menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum dan

keadilan

b. Kewenangan

Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan

dan 1 (satu) kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Dasar 1945.

Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat

pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:

1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang

5www.mahkamahkonstitusi.go.id

Page 60: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

49

kewenangannya diberikan oleh UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

3. Memutus pembubaran partai politik, dan

4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

c. Kewajiban

Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas

pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden

diduga:

1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa

a) penghianatan terhadap negara;

b) korupsi;

c) penyuapan;

d) tindak pidana lainnya;

2. atau perbuatan tercela, dan/atau

3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

B. Pengertian Fit And Proper Test

Pada dasarnya kata “Fit” dan “Proper” dalam bahasa inggris adalah

kata sifat yang memiliki arti sama, yaitu pantas, patut, atau layak. Sehingga

secara sederhana banyak yang mengartikan Fit and Proper Test sebagai tes

Page 61: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

50

kepantasan, kepatutan dan kelayakan, yang dipadatkan dalam kalimat tes

kemampuan dan kepatutan.7

Sebagai sarana penyaringan dan konfigurasiproses perekrutan pejabat

publik di era reformasi ini berubah, hal tersebut ditandai dengan keadaan

dimana legislatif tampil sebagai lembaga yang sangat kuat (powerful). Pada

masa Orde baru kekuasaan pemerintah begitu kuat dan DPR RI lemah, maka

setelah era reformasi keadaan menjadi sebaliknya, kekuasaan legislatif

menjadi lebih kuat daripada kekuasaan eksekutif.8

C. Fit and Proper Test dalam Fungsi dan Kewenangan DPR Terhadap

Pengangkatan Calon Hakim Agung

Pasal yang menjadi pijakan DPR pada kasus kewengangan Fit and

Proper Test, pada pengangkatan Calon Hakim Agung terdapat dalam pasal

24A ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan: “calon hakim agung diusulkan

Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan

persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden”,

dalam UUD 1945 telah diatur bahwa hanya Komisi Yudisial yang memiliki

wewenang dalam memilih calon Hakim Agung yang kemudian di setujui oleh

DPR dan kemudian dilantik oleh Presiden. Komisi Yudisial memiliki

wewenang yang telah ditentukan oleh undang-undang. Hal ini sejalan dengan

ketentuan pasal 13 UU Nomor 18Tahun 2011 yaitu: Komisi Yudisial

7TitikTriwulan, KonstruksiHukum Tata Negara,(Jakarta: Kencana, 2011),h. 87-88.

8Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislatif, h. 54.

Page 62: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

51

berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain

dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,

serta perilaku hakim. Menurut Jimly Asshiddiqie, maksud dibentuknya

Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan Kehakiman Indonesia adalah agar

warga masyarakat diluar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan

dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja, dan kemungkinan

pemberhentian hakim.9

Dalam hal pengangkatan Hakim Agung yang melibatkan DPR, yang

juga melakukan fungsi pengawasan dan kewenangan untuk menyetujui, hal

ini juga diatur mengenai proses pemilihannya yang terdapat dalam Keputusan

DPR RI No. 08/DPR RI/I/2005 2006 tentang Tata Tertib DPR RI yang

berbunyi:

Pasal 154

1. Apabila suatu peraturan perundang-undangan menentukan agar

DPR RI melakukan/menganjurkan atau memberikan persetujuan

atas calon untuk mengisi suatu jabatan, rapat paripurna

menugaskan kepada Badan Musyawarah untuk menjadwalkan

dan menugaskan pembahasan kepada komisi terkait.

2. Tata cara pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di

tetapkan oleh komisi yang bersangkutan meliputi:

a. Penelitian administrasi

b. Penyampaian visi dan misi

9Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara

Pascareformasi, (Jakarta: Sekretaris Jendral dan KepaniteraanMahkamah Konstitusi RI, 2006).

Page 63: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

52

c. Uji kelayakan (Fit and Proper Test)

d. Penentuan urutan calon

Tuntutan Undang-undang untuk memberikan predikat good

governance kepada Negara dengan amanat Undang-undang No. 28 tahun

1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN

yang dibebankan kepada DPR RI yang diatur dalam Undang-Undang no. 22

tahun 2003 Tentang SUSDUK.10

Dalam perundang-undangan dapat kita

temukan juga pasal mengenai pengusulan calon Hakim Agung dari Komisi

Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dipilih kemudian oleh

DPR, pada Undang-Undang No.3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung

menyebutkan:

1) Pasal 8 ayat (2) UU MA menyebutkan:

“Calon hakim agung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dari nama calon yang

diusulkan oleh Komisi Yudisial”;

2) Pasal 8 ayat (3) UU MA menyebutkan:

“Calon hakim agung yang diusulkan oleh Komisi Yudisial

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih oleh Dewan

Perwakilan Rakyat 1 (satu) orang dari 3 (tiga) nama calon

untuk setiap lowongan;

10

Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi, hal.173.

Page 64: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

53

3) Pasal 8 ayat (4) UU MA menyebutkan:

“Pemilihan calon hakim agung sebagaimana dimaksudkan

pada ayat (3) dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari

sidang terhitung sejak tanggal nama calon diterima oleh

Dewan Perwakilan Rakyat”.

Dalam rentetan pasal yang disebut diatas dapat kita temukan bahwa

Komisi Yudisial memiliki kewenangan dalam memilih calon Hakim Agung

dan menilai rekam jejak, kelayakan serta kepatutannya, dan

mempertimbangkan tentang kelayakannya menduduki jabatan sebagai Hakim

Agung. DPR juga memiliki kewengan untuk memberikan persetujuan dengan

nama-nama calon Hakim Agung yang diajukan oleh Komisi Yudisial yang

selanjutnya naik pada tingkatan selanjutnya untuk ditetapkan menjadi Hakim

Agung oleh Presiden.

Keterlibatan lembaga perwakilan rakyat dengan adanya hak untuk

memberikan atau tidak memberikan persetujuan ataupun pertimbangan ini

dapat disebut juga hak untuk konfirmasi (right to confirm) lembaga legislatif.

Dengan adanya hak ini, lembaga perwakilan dapat ikut mengendalikan atau

mengawasi kinerja para pejabat publik dimaksud dalam menjalankan tugas

dan kewenangannya masing-masing agar sesuai dengan ketentuan

konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Mekanisme dalam Seleksi Pengangkatan Calon Hakim Agung

Permasalahan pengangkatan hakim agung di belahan dunia manapun

Page 65: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

54

memang mengundang tarik ulur kekuasaan yang rumit, hingga setiap negara-

negara dibelahan dunia sana melakukan cara atau mekanisme yang berbeda-

beda pula sesuai dengan kebutuhan hukum di lingkungannya. Perlu diketahui

bahwa mekanisme yang digunakan di Indonesia dengan pengusulan,

persetujuan dan pengangkatan, sedikit banyak memang mirip atau malah

mengadopsi mekanisme pengangkatan hakim agung pada Supreme Court di

Amerika Serikat, belum ada yang memastikan penyebabnya. Di negeri

tersebut, hakim agung (yang notabene hanya 9 saja jumlahnya)

akandiusulkan oleh Presiden. Usulan presiden ini diperoleh melalui

serangkaian proses seleksiyang sangat ketat dan teliti, kemudian diajukan

kepada senat.11

Dalam undang-undang juga telah ditentukan tugas pokok Komisi

Yudisial dalam pengangkatan calon Hakim Agung, ialah memilih calon

Hakim Agung lalu mengusulkannya kepada DPR untuk mendapatkan

persetujuan yang selanjutnya ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden.

Sejak kehadiran KY, pengangkatan calon hakim agung di samping berasal

dari hakim karir, juga berasal dari non karir, seperti praktisi hukum,

akademisi hukum dan lain-lain selama memenuhi syarat yang ditetapkan oleh

peraturan perundang-undangan.12

Dalam melaksanakan wewenang untuk

mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc, KY mempunyai

11

Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial

Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca

Amandemen UUD 1945, h.121.

12

Komisi Yudisial Republik Indonesia, Mengenal Lebih Dekat Komisi Yudisial,

(Jakarta: Pusat Data dan Layanan Informasi Komisi Yudisial, 2012), h. 24.

Page 66: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

55

tugas yang tercantum dalam Pasal 14 UU Nomor 18 Tahun 2011 Tentang

Komisi Yudisial, yaitu:

1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;

2. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;

3. Menetapkan calon hakim agung;

4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Pelaksanaan proses seleksi dilaksanakan dalam jangka waktu paling

lama enam (6) bulan sejak KY menerima pemberitahuan dari MA mengenai

lowongan hakim agung. Calon hakim agung yang dapat mengikuti seleksi di

KY dapat berasal dari MA, pemerintah dan masyarakat. Berikut uraian proses

seleksi calon hakim agung oleh KY:

1. Pendaftaran Calon Hakim Agung

Pendaftaran seleksi dilakukan setelah mendapat

pemberitahuan pengisian jabatan hakim agung dari MA.Maka

sesuai dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011

tentang Komisi Yudisial, dalam jangka waktu paling lama 15 (lima

belas) hari sejak menerima pemberitahuan mengenai lowongan

hakim agung, KY mengumumkan pendaftaran penerimaan calon

hakim agung selama 15 (lima belas) hariberturut-turut.

Untuk mendaftar, seseorang harus memenuhi persyaratan

untuk dapat diangkat sebagai hakim agung sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah

Agung dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi

Page 67: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

56

Yudisial sebagaimana diuraikan dalam tabel di bawah ini:13

Tabel 1 Persyaratan Hakim Agung

Hakim Karier Non Karier

1 Warga Negara Indonesia 1 Warga Negara Indonesia

2 Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha

Esa

2 Bertakwa Kepada Tuhan

Yang Maha Esa

3 Berijazah megister di bidang hukum

dengan dasar sarjana hukum atau

sarjana lain yang yang mempunyai

keahlian di bidang hukum

3 Berijazah doctor di bidang hukum

dengan dasar sarjana hukum atau

sarjana lain yang yang mempunyai

keahlian di bidang hukum 4 Berusia sekurang-kurangnya 45

tahun

4 Berusia sekurang-kurangnya

45 tahun 5 Mampu secara rohani dan jasmani

untuk menjalankan tugas

dankewajiban

5 Mampu secara rohani dan jasmani

untuk menjalankan tugas dan

kewajiban 6 Berpengalaman paling sedikitnya 20

tahun menjadi hakim, termasuk

paling sedikit 3 tahun

menjadi hakim tinggi, dan

6 Berpengalaman dalam profesi

hukum dan/atau akademisi

hukum sekurang-kurangnya

20 tahun, dan

7 Tidak pernah dijatuhi sanksi

pemberhentian sementara akibat

melakukan pelanggaran kode etik

dan/atau pedoman perilaku hakim.

7 Tidak pernah dijatuhi pidana

penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum

tetap karena melakukan

tindak pidana yang diancam

dengan pidana penjara 5 tahun

atau lebih.

13

Komisi Yudisial Republik Indonesia, 8 Tahun Komisi Yudisial Mengukuhkan

Sinergitas Memperkokoh Kewenangan, (Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2013), h. 63.

Page 68: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

57

Setelah masa pendaftaran ditutup, KY melakukan seleksi

persyaratan administrasi. Seleksi tahap ini dilakukan dengancara

penelitian terhadap persyaratan administrasi calon hakim agung.

Kemudian KY mengumumkan daftar nama calonhakim agung

yang lolos seleksi persyaratan administrasi dalam jangka waktu paling

lama 15 (lima belas) hari.

Sejak pengumuman kelulusan persyaratan administrasi

dilakukan, masyarakat diberikan kesempatan memberi informasi

ataupendapat terhadap calon hakim tersebut dalam jangka waktu

selama 30 (tiga puluh) hari.Setelah jangka waktu habis, KY

melakukan penelitian atas informasi atau pendapat tersebut juga

dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari).

2. Seleksi Calon Hakim Agung

Setelah melewati proses seleksi administrasi, calon hakim

agung akan menjalankan serangkaian seleksi meliputi: karya profesi,

pembuatan karya tulis di tempat, penyelesaian kasus hukum, profile

assessment, klarifikasi, pemeriksaan kesehatan, pembekalan dan

wawancara terbuka.14

a. Karya Profesi

Setiap calon wajib menyerahkan karya profesinya kepada

panitia, yang berupa: 1) bagi calon dari jalur hakim karier

14

Komisi Yudisial Republik Indonesia, 8 Tahun Komisi Yudisial

Mengukuhkan Sinergitas Memperkokoh Kewenangan, h. 64.

Page 69: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

58

menyerahkan putusan pengadilan tingkat banding pada saat yang

bersangkutan menjadi ketua atau majelis dalam menangani dan

memutus perkara. 2) bagi calon dari jalur non karier berprofesi jaksa,

menyerahkan tuntutan jaksa (dakwaan), profesi pengacara

menyerahkan pembelaan (pledoi), profesi akademisi dan profesi

hukum lainnya menyerahkan hasil karya / publikasi ilmiah.

b. Pembuatan Karya Tulis diTempat

Pada proses ini para peserta seleksi diwajibkan untuk

membuat suatu karya tulis yang secara langsung dikerjakan di

tempat pelaksanaan dengan tema dan judul yang telah ditentukan

oleh panitia

c. Pendapat Hukum

Setiap calon wajib menjawab soal kasus Kode Etik dan

Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) dan kasus hukum dalam

bentuk membuat putusan kasasi/peninjauan kembali (judicial

review) yang telah disiapkan oleh panitia.

d. Penilaian Kepribadian (ProfileAssessment)

Dalam rangka mengukur dan menilai kelayakan

kepribadian calon hakim untuk diangkat menjadi hakim agung,

dalam proses ini dilakukan self assessment, profile

assessment, investigasi dan klarifikasi. Untuk mengetahui track

record calon hakim agung.

e. Pemeriksaan Kesehatan, Pembekalan dan Wawancara Terbuka.

Page 70: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

59

Calon yang telah lulus dari rangkaian seleksi kualitas dan

kepribadian tadi, akan mengikuti wawancara terbuka yang

meliputi: visi misi, komitmen dan program jika terpilih,

pemahaman Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH),

wawasan dan pengetahuan hukum serta klarifikasi LHKPN dan

laporan dari masyarakat.

Selanjutnya nama-nama calon Hakim Agung tersebut

diajukan kepada DPR untuk memperoleh persetujuan sebagaimana

ditentukan oleh pasal 24A ayat (3). Namun hal tersebut berbuntut

panjang ketika DPR menafsirkan fungsi pengawasannya dengan

melakukan pemilihan seperti yang dilakukan oleh Komisi Yudisial

(fit an proper test), dan sengaja menggunakan pasal yang diatur

secara berbeda sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum, hal

ini bisa dilihat dalam pasal 8 ayat (2), ayat (3) UUD 1945, dan ayat

(4) Undang-Undang No.3 Tahun 2009 Tentang Mahkamahh

Agung, dan pasal 18 ayat (4) Undang-Undang No.18 Tahun 2011

Tentang Komisi Yudisial yang mana dasarnya diatur dalam pasal

24 ayat (3) UUD 1945.

Page 71: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

60

BAB IV

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.27/PUU-XI/2013

TERHADAP KEWENANGAN DPR MELAKUKAN FIT AND PROPER

TEST

A. Posisi Kasus Kewenangan Fit and Proper Test Terhadap Pengangkatan

Calon Hakim Agung

I. Profil Penggugat

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat kontroversi

meninjau kewenangan DPR dalam hal pengangkatan Hakim Agung,

sehingga memicu beberapa sarjana hukum untuk melakukan Judicial

Review diantaranya : Dr. Made Dharma Weda, S.H., M.H. sebagai

pemohon I, Dr. R.M. Panggabean,S.H., M.H sebagai pemohon II,

Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 25 Januari

2013, memberi kuasa kepada Yuherman, SH., MH., MKn., Viktor

Santoso Tandiasa, SH., Wahyudi, SH., Wahyu nugroho, SHI., MH.,

Ridwan Bakar, SH., Bahraen, SH.,MH., Jermiah U.H. Limbong, S.H.,

Triya Indra Rahmawan, S.H., MH., Maria Louisa, S.H., Erwin

Natoesmal Oemar, S.H., Maruli Tua Rajagukguk, S.H., Feri Amsari,

SH., MH., Refki Saputra, S.H., Febridiansyah, S.H., Reza Syawawi,

S.H., Veri Junaidi, S.H., Edy Halomoan Gurning, S.H., Febi Yonesta,

S.H., Jamil Mubarok, S.H., dan Donal Fariz, S.H., para advokat

dan/atau Pengacara Publik pada LKBH Usahid Jakarta, ICW, ILR,

LBH Jakarta, YLBHI, MTI, TIl, Perludem, PUSaKO Universitas

Andalas, dan KRHN, yang tergabung dalam Koalisi Mayarakat Untuk

Page 72: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

61

Peradilan Profesional, yang beralamat di LKBH Usahid Jalan Prof.

Dr. Soepomo, SH., Nomor 84, Tebet, Jakarta Selatan, baik secara

sendiri- sendiri maupun bersama-sama bertindak untuk dan atas nama

pemberi kuasa yang selanjutnya disebut sebagai para pemohon, dan

dalam kasus ini berintikan tentang pencarian keadilan atas

ketidakjelasan hukum mengenai mekanisme pengangkatan Calon

Hakim Agung, maka para pemohon menggugat kewenangan DPR

dalam kewengannya melakukan Fit and Propert Test, sebagai

mekanisme untuk memilih calon Hakim Agung kepada Mahkamah

Konstitusi, yang berakibat pada pengurangan kewenangan DPR

dalam hal “memilih” Calon Hakim Agung dirubah menjadi cukup

hanya sekedar “menyetujui”.1

II. Kasus Gugatan pada Kewenganan Fit and Proper Test Terhadap

Pengangkatan Calon Hakim Agung

Dalam sidang tersebut sejatinya membahas mengenai 3 (tiga)

bentuk pengangkatan pejabat publik yang melibatkan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), karena seringkali menimbulkan salah

tafsir dan seringkali dipolitisasi dalam beberapa kasus pengangkatan

jabatan publik, dikarenakan terdapat 3 (tiga) kosakata serta

pemaknaan yang berbeda antara satu, dengan yang lain dalam

1Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-XI/2013 tentang Seleksi Calon

Hakim Agung di DPR Pengujian Pasal 8 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2009.

Page 73: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

62

prosesnya yakni, melalui Pertimbangan, Persetujuan dan pemilihan

yang diantaranya dapat dilihat pada ketentuan di bawah ini :2

a) Pengangkatan pejabat publik dengan mekanisme

pertimbangan terdapat dalam Pasal 13 ayat (2) UUD

1945 yang menyebutkan bahwa:

“Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”;

b) Pengangkatan pejabat publik dengan mekanisme

pemilihan terdapat dalam Pasal 23F ayat(1) yang

menyatakan bahwa:

“Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh

Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan

diresmikan oleh Presiden”.;

c) Pengangkatan pejabat publik dengan mekanisme

persetujuan terdapat dalam Pasal 24A ayat (3) UUD

1945 yang menyebutkan bahwa: “Calon hakim agung

diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan

2Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-XI/2013

tentang Seleksi Calon Hakim Agung di DPR, h. 7.

Page 74: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

63

Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya

ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

Atas alasan tersebut diajukannya permohonan pengujian terhadap

Pasal8 ayat (2), ayat(3),danayat (4) UU MA dan Pasal 18 ayat (4) UU

KY terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Oleh sebab itu, Mahkamah Konstitusi berwenang untuk

memeriksa dan mengadili permohonan a quo, mengenai mekanisme

pengangkatan hakim agung menurut Pasal 24 A ayat (3) UUD 1945

ditetapkan oleh Presiden setelah menerima calon hakim agung yang

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Sebenarnya DPR dalam kapasitasnya sebagai representasi rakyat

dan lembaga yang diberikan hak hanya memberikan persetujuan atas

calon hakim agung yang diajukan oleh Komisi Yudisial (KY). Namun

pengangkatan hakim agung yang demikian, telah diatur secara

menyimpang dalam undang-undang Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1985 tentang Mahkamah Agung (UU MA) dan Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 22

Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial (UU KY). Padahal UU MA dan

UU KY merupakan Undang-Undang yang sejatinya dimaksudkan

sebagai pelaksanaan dari Pasal 24A ayat(3) UUD 1945 tersebut.3

3 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-XI/2013 tentang Seleksi Calon

Hakim Agung di DPR, h. 3.

Page 75: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

64

Menurut Pasal 8 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UU MA dan Pasal

18 ayat (4) UUKY, DPR bukan memberikan persetujuan terhadap calon

hakim agung yang diusulkan oleh KY sebagaimana yang diatur dan

dikehendaki oleh UUD 1945, tetapi melakukan pemilihan terhadap calon

hakim agung tersebut. Pengaturan oleh kedua Undang-Undang tersebut

bukan hanya melanggar konstitusi dan menimbulkan ketidakpastian

hukum, tapi juga memaksa KY untuk mengajukan calon hakim agung

melebihi jumlah lowongan hakim agung yang dibutuhkan. Disamping itu

pemilihan calon hakim agung oleh DPR juga berpotensimenganggu

independensi calon hakim agung yang bersangkutan karena mereka

dipilih oleh DPR yang nota bene adalah lembaga politik.

Atas alasan tersebut diajukan permohonan kepada Mahkamah

Konstitusi untuk mengadili pada tingkat pertama. Untuk menguji

undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar dan memutuskan

sengketa kewengangan lembaga negara, yang kewengannya diberikan

oleh Undang-Undang Dasar, dengan kewengangan MK yang

sebgaimana diatur dalam pasal 10 ayat (4) undang-undang nomor 24

tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) bahwa “Mahkamah

Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang

putusannya bersifat final untuk: (a) menguji undang-undang terhadap

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945";

Page 76: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

65

B. Analisis Kasus Kewenganan Fit and Proper Test Terhadap

Pengangkatan Calon Hakim Agung

I. Kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Pasca Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU- XI/2013 tentang Seleksi

Calon Hakim Agung

Polemik undang-undang tentang kewenangan DPR sebenarnya

bukan hanya persoalan yang sederhana, wakil rakyat yang memiliki

kewenangan dalam fungsi pengawasan seringkali diterjemahkan dalam

fungsi menunjuk dan memilih seseorang untuk mengisi jabatan publik.

Masalah lain yang juga tidak kalah seriusnya adalah jabatan-jabatan yang

diisi melalui pemilihan oleh rakyat tetapi dengan cara yang tidak

langsung (indirectly elected officials), yaitu melalui lembaga perwakilan

rakyat, khusus Dewan Perwakilan Rakyat. Sekarang jumlah jabatan yang

diisi dengan cara pemilihan oleh DPR dewasa ini terus bertambah

banyak.

Setiap Undang-Undang yang memperkenalkan pembentukan

lembaga-lembaga atau komisi-komisi negara yang baru selalu dikaitkan

dengan kewenangan DPR untuk melakukan pemilihan para komisioner

atau anggotanya. Bahkan, ada pula pemilihan ketua komisi Negara,

seperti Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dipilih oleh

DPR. Pengisian jabatan para komisioner hampir semua lembaga baru

yang dibentuk di masa pasca reformasi selalu melibatkan peran DPR

untuk memilihnya, sehingga memakan banyak sekali tenaga, waktu, dan

Page 77: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

66

biaya bagi DPR yang berdampak negatif bagi kinerja DPR sebagai

keseluruhan dalam bidang tugas utamanya, yaitu legislasi, pengawasan,

dan anggaran pembangunan.4

II. Kewenangan Komisi Yudisial (KY) Pasca Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 27/PUU- XI/2013 tentang Seleksi Calon Hakim

Agung

Kewenangan Komisi Yudisial masih sama sebelum atau setelah

keluarnya amar putusan Mahkamah Konstitusi. Hanya saja yang berbeda

dari prosesnya, jika sebelumnya KY menyerahkan 3 (tiga) nama untuk

satu lowongan calon Hakim Agung, maka setelah putusan MK, peraturan

tersebut berubah, KY hanya menyerahkan 1 (satu) nama untuk setiap 1

(satu) lowongan calon Hakim Agung. Hal ini sesuai dengan amar putusan

MK pada bagian 5 (lima) angka 1.7 dan 4, yaitu:5

Pasal 8 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung selengkapnya menjadi:

(2) Calon hakim agung sebagaimana dimaksud

4 Jimly Asshiddiqie, Liberalisasi Pengisian Jabatan Publik, disampaikan

dalam rangka Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, (Padang: UNAND, September

2015), h. 9.

5 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/PUU-XI/2013 tentang Seleksi

Calon Hakim Agung di DPR Pengujian Pasal 8 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004

tentang Komisi Yudisial terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. h. 53.

Page 78: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

67

pada ayat (1)b disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat dari nama calon yang diusulkan oleh

Komisi Yudisial.

(3) Calon hakim agung yang diusulkan oleh

Komisi Yudisial sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat 1 (satu) orang dari 1

(satu) nama calon untuk setiap lowongan

(4) Persetujuan calon hakim agung

sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilakukan paling lama 30 (tiga puluh)

hari sidang terhitung sejak tanggal nama

calon diterima Dewan Perwakilan

Rakyat.

Pencalonan Hakim Agung, menurut ketentuan Pasal 24A ayat (3),

diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan

persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh

Presiden. Semula, UU tentang Komisi Yudisial ditentukan bahwa calon

hakim agung yang diajukan kepada DPR sebanyak 2 kali jumlah yang

dibutuhkan. Akan tetapi, dengan putusan Mahkamah Konstitusi,

ketentuan demikian diubah menjadi sebanyak calon yang dibutuhkan

untuk ditetapkan menjadi Hakim Agung. Dengan demikian,

mekanismenya sama dengan pengajuan calon Kepala POLRI dan calon

Page 79: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

68

Panglima TNI yang diajukan oleh Presiden hanya 1 calon untuk

mendapatkan persetujuan atau penolakan oleh DPR.

Inilah yang dimaksud dengan peran DPR untuk mengkonfirmasi

atau “the right to confirm”, bukan “the right to elect” dan apalagi “the

right to test” para calon hakim agung seperti sebelumnya. Dengan

demikian, apa yang sudah dilakukan oleh Komisi Yudisial dapat benar-

benar berharga dan Komisi Yudisial pun mendapatkan amanat yang lebih

besar dan berarti dalam mempromosikan para hakim yang baik menjadi

Hakim Agung dan memilih dari banyak kemungkinan calon untuk

diajukan kepada DPR untuk disetujui atau ditolak.6

III. Pendapat Para Ahli Hukum

Keterlibatan DPR dalam pengangkatan pejabat publik seringkali

menimbulkan masalah, yang juga kadang mengganggu sifat indenpendesi

dari institusi tersebut, sebab DPR sendiri adalah lembaga politik yang

peranannya diatur dalam undang-undang dalam rangka melakukan

fungsinya. Keterlibatan DPR dalam rekrutmen pejabat publik itu

sebenarnya hanya varian saja dari fungsi pengawasan yang dimiliki oleh

DPR sebagaimana ditentukan dalam UUD 1945.

Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam praktik di Amerika Serikat,

misalnya, hal itu dikaitkan dengan hak untuk memberikan konfirmasi

atas pengangkatan pejabat publik tertentu oleh Presiden (right to confirm)

6 Jimly Asshiddiqie, Liberalisasi Pengisian Jabatan Publik, disampaikan

dalam rangka Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, (Padang: UNAND, September

2015), h. 13.

Page 80: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

69

sebagai bagian dari fungsi pengawasan politik terhadap berjalannya

proses pemerintahan. Namun, dalam praktik di Indonesia pengertian

“right to confirm” itu cenderung menyimpang fungsinya yang bersifat

politik menjadi sangat teknis. Dalam praktik, “the right to confirm” itu

berkembang menjadi “the right to elect”, dan lebih teknis lagi menjadi

“right to select” dan bahkan “right to test”.7

Dampak negatifnya tentu semakin banyak dan luas. Produktifitas

program legislasi terus menurun, baik kuantitas maupun kualitasnya,

nuansa politis dalam proses rekrutmen pejabat-pejabat teknis juga

menjadi semakin tidak terhindarkan mempengaruhi kinerja lembaga-

lembaga negara, seperti Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung,

Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Komisi Yudisial, Komisi

Pemberantasan Korupsi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan

komisi-komisi negara lainnya. Karena itu, keterlibatan DPR-RI dalam

rekrutmen pejabat publik ini perlu dievaluasi secara menyeluruh, cukup

dibatasi untuk jabatan-jabatan tertentu saja, dan cukup dibatasi dalam

pengertian “right to confirm” saja.8

7 Jimly Asshiddiqie, Liberalisasi Pengisianjabatan Publik, disampaikan dalam

rangka Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, di UNAND, Padang, September 2015,

hal. 8

8 Jimly Asshiddiqie, Liberalisasi Pengisian Jabatan Publik, disampaikan

dalam rangka Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, (Padang:UNAND, September

2015), h. 9.

Page 81: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, dapat penulis kemukakan

kesimpulan sebagai jawaban atas dua pertanyaan yang terdapat pada Bab I

bagian rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-XI/2013

DPR tidak memiliki kewenangan untuk melakukan fit and proper test

terhadap calon Hakim Agung, tetapi hanya memiliki kewenangan

untuk memberikan persetujuan terhadap calon Hakim Agung yang

diajukan oleh Komisi Yudisial sebagaimana pasal 8 ayat (2), (3), dan

(4) Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung

pasca putusaan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-XI/2013 bahwa :

(2) Calon hakim agung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)b

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat dari nama calon yang

diusulkan oleh Komisi Yudisial, (3) Calon hakim agung yang

diusulkan oleh Komisi Yudisial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat 1 (satu) orang dari 1 (satu)

nama calon untuk setiap lowongan, (4) Persetujuan calon hakim

agung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lama 30

(tiga puluh) hari sidang terhitung sejak tanggal nama calon diterima

Dewan Perwakilan Rakyat.

Page 82: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

71

2. Dampak Dewan Perwakilan Rakyat tidak patuh terhadap putusan

Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-XI/2013 adalah melemahkan

peranan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga yang melakukan

pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945 yang putusannya

tidak memiliki kepastian hukum, meragukan kompetensi hakim

Mahkamah Konstitusi yang melahirkan suatu putusan atas perkara

yang digugat, membuang anggaran untuk mengadakan suatu fit and

proper test terhadap calon hakim agung yang bukan kewenangan

Dewan Perwakilan Rakyat, terakhir adalah melanggar hak-hak

konstitusional dari para calon hakim agung.

B. Saran

1. DPR pada kewenangannya dalam proses pengisian jabatan Hakim

Agung harus mengikuti aturan berdasarkan UU No. 3 Tahun 2009

Tentang Mahkamah Agung pasca putusan Mahkamah Konstitusi No.

27/PUU-XI/2013.

2. Pada dasarnya sistem check and balances bertujuan untuk

mewujudkan tatanan penyelenggaraan negara yang memberi

kewenangan antar cabang kekuasaan negara (legislatif, eksekutif,

yudikatif) untuk saling mengontrol dan menyeimbangkan pelaksanaan

kekuasaannya masing-masing. Untuk itu tiidak boleh ada lembaga

yang kewenangannya dominan terhadap lembaga lain agar tidak

terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Maka aturan-aturan yang

menjadikan salah satu lembaga dominan terhadap lembaga lain yang

Page 83: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

72

tidak sesuai dengan UUD 1945 harus dihapuskan atau batal demi

hukum.

3. Sebagaimana pasal 24 ayat (1) UUD 1945 bahwa “Kekuasaan

kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan”

harus diaplikasikan dengan baik oleh undang-undang, agar kekuasaan

kehakiman betul-betul menjadi kekuasaan yang merdeka tanpa adanya

intervensi dari pihak manapun dengan tujuan tegaknya hukum dan

keadilan di Indonesia.

Page 84: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Alder, John, and Peter English. Constitutional and Administrative Law, London: Macmillan,

1989.

Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara Jilid II, Jakarta: Seketariat Jendral dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi RI, 2006.

Asshiddiqie, Jimly. Kekuasaan Kehakiman Di Masa Depan, Makalah Seminar, Pusat

Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat, Jakarta, 2000.

Asshiddiqie, Jimly. Konsep Negara Hukum, dalam (Artikel Hukum) “Gagasan Hukum

Indonesia”.

Asshiddiqie, Jimly. Liberalisasi Pengisian Jabatan Publik, disampaikan dalam rangka

Konferensi Hukum Tata Negara ke-2, Padang: UNAND, September 2015.

Ashiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Ed. 1, Cet. 5, Jakarta: Rajawali Pers,

2013.

Asshiddiqie, Jimly. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pascareformasi,

Jakarta: Sekretaris Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006.

Asshiddiqie, Jimly. Reformasi Menuju Indonesia Baru: Agenda Restrukturisasi Organisasi

Negara, Pembaruan Hukum Dan Keberdayaan Masyarakat Madani, Makalah

Kongres Mahasiswa Indonesia Sedunia, Chicago, Amerika Serikat, 2000.

Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia,

Bandung: 1997.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cet. Ke-6, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2013.

Effendie Lotulung, Paulus. Kemandirian Kekuasaan Kehakiman Dalam Konteks Pembagian

Kekuasaan Dan Pertanggungan Jawab Politik, dalam Seminar Hukum Nasional Ke-

VII Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani, BPHN Departemen Kehakiman,

1999.

Ghoffar, Abdul. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD

1945 dengan Delapan Negara Maju, Cet ke-1, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009.

Hartono, Sunaryati. Apakah The Rule of Law It?, Bandung: Alumni, 1982.

Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi Revisi, Cet. Ke-5, Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2010.

Page 85: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

Indra, Mexsasai. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama,

2011.

J. Meier, Kenneth . Politics And The Bureaucracy, Policymaking in the Fourth Branch of

Government, California: Belmont, Duxbury Press, 1979.

J. Laski, Harold. AGrammar of Politics, London: George, Allen & Unwin Ltd, 1957.

Kansil, C.S.T, dan Christine S.T Kansil. Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Cet. I,

Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.

Kurnardi dan Harmaily Ibrahim. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Cet. Ke-7,

Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

1980), h. 166.

Kelsen, Hans. General Theory of Law And State, translated by Anders Wedberg, New York:

Russell & Russell A Division of Atheneum Publishers, 1961.

Koesnoe, Moh. Yuridisme Yang Dianut Dalam Tap MPRS No.XIX/1966, Varia Peradilan,

No.143 Tahun XII, 1997.

Komisi Yudisial Republik Indonesia. 8 Tahun Komisi Yudisial Mengukuhkan Sinergitas

Memperkokoh Kewenangan, Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2013.

Mahfud MD, Moh. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta: UII Press,

1993.

Mahfud MD, Moh. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Ed. 1-2,

Cet. 2,Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010.

Mamuji, et.al., Sri. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Manan, Bagir. Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, Bandung: LPPM-UNISBA, 1995.

Marbun, B.N. DPRI-RI : Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Montesquieu. The Spirit of the Law, translated by Thomas Nugent, New York: Hafner Press,

1949.

Mukti Arto, A. Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Cet-I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

O. Hood Paul Jackson, Philips, and Patricia Leopold. Constitutional and Administrative Law,

Ed. 8, London: Sweet and Maxwell, 2001.

Page 86: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

Peter H, Russell, and David M. O’Brien, Judicial Independence In The Age Of Democracy,

Critical perspectives from around the world, Toronto: Constitutionalism &

Democracy Series, McGraw-Hill, 1985.

Pompe, Sebastian. Runtuhnya Instirusi Mahkamah Agung, Cet-I, Jakarta: Lembaga Kajian

dan Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2012.

Prodjodikoro, Wirjono. Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, Bandung: Eresco, 1981.

Ranawijaya, Usep. Hukum Tata Negara Indonesia: Dasar-Dasarnya, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983.

S. Maran, Angelina. Montesquieu Penggagas Trias Politica, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,

1996.

Seno Adji, Oemar. Peradilan Bebas Negara Hukum, Jakarta: Erlangga, 1980.

Scheltema, M, De Rechtsstaat, dalam J.W.M. Engels (et al), Zwolle: Tjeen Willink, 1989.

Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat

Cet.3, Jakarta: Rajawali Pers, 1990.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum cet ke-3, Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1942.

Soekanto, Soerjono, dan R. Otje Salman. Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1996.

Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat; Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran

Negara, Masyarakat dan Kekuasaan, Cet. Ke-2, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Nusantara, 2004.

Suny, Ismail. Pembagian Kekuasaan Negara, Cet. Ke-2, Jakarta: Aksara Baru, 1978.

Triwulan Tutik, Titik. Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai

Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca

Amandemen UUD 1945.

Triwulan Tutik, Titik. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, Ed. 1, Cet. 2, Jakarta: Prenada Media, 2011.

PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung.

Undang-Undang No. 8 Tahun 2011 Tentang Mahkamah Konstitusi.

Page 87: KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MELAKUKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41687... · 2018-10-02 · B. Pengertian. Fit And Proper Test ... Agung (MA), serta

Undang-Undang No. 18 Tahun 2011 Tentang Komisi Yudisial.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, DPRD.

WEBSITE:

www.dpr.go.id

www.mahkamahkonstitusi.go.id