Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

7
1 KEWAJIBAN BERETIKA DI TENGAH BANYAKNYA HAK ANAK oleh: DAWAM SUPRAYOGI Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sopan. Bangsa Indonesia juga mempunyai daya juang yang tinggi dengan didasari oleh moral dan etika yang tinggi. Moral tersebut didasari oleh agama yang kuat. Hal ini disebabkan di dalam pendidikan agama ditanamkan nilai-nilai moral yang baik. Seiring dengan perkembangan zaman, moral dan etika masyarakat di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Permasalahan moral menjadi permasalahan yang sangat mendasar di negeri ini. Kualitas moral bangsa yang semakin rendah, dari lingkup kecil sampai dengan lingkup besar, menyebabkan proses kemajuan bangsa dan negara Indonesia terhambat dalam waktu yang cukup lama. Permasalahan moral yang rendah juga terjadi pada anak-anak. Masa kanak- kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang seharusnya diisi dengan hal-hal positif sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang beradab. Masalah moral ini pun sudah merambah ke dalam lingkup anak-anak, baik dalam lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah sebagai siswa. Dewasa ini, kenakalan siswa semakin marak. Tidak terhitung jumlah korban akibat kenakalan tersebut. Berbagai seminar dan simposium telah banyak digelar untuk mencari penyebab dan solusi. Para psikolog juga telah banyak berkomentar

Transcript of Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

Page 1: Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

1

KEWAJIBAN BERETIKA DI TENGAH BANYAKNYA HAK ANAK

oleh:

DAWAM SUPRAYOGI

Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sopan. Bangsa

Indonesia juga mempunyai daya juang yang tinggi dengan didasari oleh moral dan

etika yang tinggi. Moral tersebut didasari oleh agama yang kuat. Hal ini disebabkan

di dalam pendidikan agama ditanamkan nilai-nilai moral yang baik.

Seiring dengan perkembangan zaman, moral dan etika masyarakat di

Indonesia cenderung mengalami penurunan. Permasalahan moral menjadi

permasalahan yang sangat mendasar di negeri ini. Kualitas moral bangsa yang

semakin rendah, dari lingkup kecil sampai dengan lingkup besar, menyebabkan

proses kemajuan bangsa dan negara Indonesia terhambat dalam waktu yang cukup

lama.

Permasalahan moral yang rendah juga terjadi pada anak-anak. Masa kanak-

kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang seharusnya diisi

dengan hal-hal positif sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang beradab.

Masalah moral ini pun sudah merambah ke dalam lingkup anak-anak, baik dalam

lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah sebagai siswa.

Dewasa ini, kenakalan siswa semakin marak. Tidak terhitung jumlah korban

akibat kenakalan tersebut. Berbagai seminar dan simposium telah banyak digelar

untuk mencari penyebab dan solusi. Para psikolog juga telah banyak berkomentar

Page 2: Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

2

tentang fenomena ini. Pihak-pihak sekolah pun telah menerapkan berbagai

peraturan. Namun, kenakalan dan perkelahian massal hanya berhenti sebentar.

Kenakalan siswa terjadi baik di dalam maupun di luar sekolah. Di sekolah

sikap siswa kepada teman, guru, dan warga sekolah lainnya terkadang sudah

melampaui batas. Hal tersebut terjadi berulang-ulang di berbagai sekolah. Namun

demikian, sering kali diberitakan terjadi kekerasan oleh guru kepada siswa. Sampai

kapankah hal ini akan terus terjadi di dunia pendidikan Indonesia?

Dalam berbagai pemberitaan, sering kali mengaitkan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak dengan kasus kekerasan guru.

Dalam undang-undang tersebut dipaparkan bermacam-macam hak anak. Salah satu

hak yang tercantum dalam Pasal 54 undang-undang tersebut adalah anak wajib

dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah,

atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga

pendidikan lainnya.

Berdasarkan Pasal 54 tersebut, pihak sekolah, termasuk guru, tidak

dibenarkan melakukan tindakan kekerasan kepada siswa. Namun, apakah

sebenarnya definisi kekerasan dalam pasal tersebut? Tidak ada penjelasan

mengenai bagaimana bentuk kekerasan yang dimaksud. Tidak ada rincian tentang

hukuman fisik dari guru atau orang tua, mana yang termasuk kategori kekerasan,

mana pula yang tidak. Dalam KBBI dijelaskan bahwa kekerasan adalah perbuatan

seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain

atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Hal ini masih

menimbulkan kerancuan, tindakan bagaimana yang dapat dikategorikan sebagai

Page 3: Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

3

kekerasan. Apakah mencubit, memberi hukuman ringan, dan menegur bila siswa

mulai tidak terkontrol juga merupakan tindakan kekerasan?

Sering ditemui di sekolah guru menghukum siswa, misalnya dengan hormat

bendera, membersihkan lingkungan sekolah, dan membuat tulisan dengan jumlah

tertentu yang berisi kalimat-kalimat penyesalan telah melakukan kesalahan. Tujuan

pemberian hukuman ini sejatinya untuk memberi efek jera bagi siswa yang telah

melakukan kesalahan. Hukuman tersebut bukan bertujuan untuk menyakiti siswa.

Namun, sangat disayangkan ada guru yang menghukum siswa seakan-akan sedang

meluapkan emosinya sehingga tujuan pemberian hukuman menjadi tidak tepat.

Hukuman kepada siswa dapat menjadi keharusan untuk dilakukan walaupun

dalam batas-batas tertentu hukuman tidak diperbolehkan. Tujuan memberikan

hukuman agar siswa bisa menjadi lebih baik, lebih maju, lebih santun, serta lebih

berguna bagi teman dan lingkungannya. Bukan hukuman yang akan menjadikan

siswa semakin terpuruk, sedih, atau malah depresi. Hukuman yang diberikan harus

dapat memberikan efek jera kepada siswa, hukuman harus bersifat mendidik atau

edukatif, hukuman tidak digunakan untuk mempermalukan siswa.

Di satu sisi, guru terkadang memberikan hukuman yang cenderung

membuat siswa takut bahkan trauma. Rasa takut siswa dapat terjadi kepada guru

secara personal, bahkan takut untuk datang ke sekolah. Hal ini dapat berdampak

terhadap menurunnya kualitas pendidikan. Siswa mulai kehilangan semangatnya

untuk sekolah, dan guru pun dapat kehilangan nilainya sebagai pendidik. Pendidik

adalah orang yang memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dengan berkembangnya dunia

pendidikan, nilai-nilai pendidik yang dimiliki oleh setiap guru seharusnya semakin

Page 4: Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

4

ditingkatkan. Kompleksitas lingkungan siswa membuat kearifan dan kesabaran

guru semakin dibutuhkan.

Di sisi lain, sikap siswa semakin jauh dari nilai-nilai kesopanan. Sikap siswa

kepada teman sebaya, guru, dan orang tua memperlihatkan rendahnya rasa

menghargai dan menghormati yang dimiliki siswa. Hal tersebut kerap terjadi di

sekolah. Pada proses pembelajaran, tidak sedikit siswa yang acuh tak acuh terhadap

pelajaran. Alasan klasik tentang suka atau tidak sukanya siswa kepada guru yang

mengajar sering menjadi penyebabnya. Tidak jarang siswa beralasan tidak suka

kepada gurunya. Terkadang, sikap siswa yang acuh tersebut bukan hanya

menimbulkan rasa enggan untuk belajar pada dirinya sendiri, melainkan juga

menimbulkan dampak kepada teman-temannya. Siswa tersebut cenderung

mengajak teman-temannya untuk bermain saat pembelajaran berlangsung. Ada pula

siswa yang sering meninggalkan kelas bahkan sekolah saat pembelajaran masih

berlangsung. Hal tersebut membuat guru seakan-akan tidak memiliki pilihan lain

selain memberikan sedikit hukuman bagi siswa.

Seakan masih segar dalam ingatan, pada masa sekolah ada hukuman

membersihkan lingkungan sekolah, berdiri di depan kelas, dicubit, dan rambut

digunting. Hal ini bisa didapatkan siswa karena tidak mengerjakan pekerjaan

rumah, membolos, berambut panjang, atau bagi siswa yang berkelahi. Hukuman

tersebut bertujuan untuk membangun kedisiplinan dalam diri siswa. Namun, akhir-

akhir ini sering terdengar guru yang dilaporkan ke polisi akibat memberikan

hukuman seperti itu kepada siswa. Bahkan ironisnya, yang melaporkan adalah

orang tua siswa tersebut. Orang tua tidak menanyakan terlebih dahulu mengenai

kesalahan anaknya, tetapi langsung melaporkan masalah tersebut ke polisi. Apa

Page 5: Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

5

yang tebersit dalam pikiran siswa pada kasus tersebut? Bisa jadi siswa merasa

kenakalannya dilindungi. Apalagi sampai dikatakan guru tersebut melanggar

Undang-Undang Perlindungan Anak.

Wah, apa yang akan terjadi bila siswa semakin merasa kenakalannya

dilindungi? Pemberitaan yang semakin gencar mengenai perlindungannya,

berpotensi membuat siswa menjadi nakal. Orang tua pun memberikan peran

signifikan. Anaknya yang melakukan kesalahan bukan diperingatkan untuk tidak

mengulanginya, melainkan malah difasilitasi untuk melaporkan gurunya ke polisi.

Kembali melihat Undang-Undang Perlindungan Anak yang selalu

digunakan dalam kasus seperti ini, dalam undang-undang tersebut selain tercantum

hak anak juga tercantum kewajiban anak. Nah, apakah kewajiban tersebut sudah

dilakukan sebelum menuntut haknya? Bukankah kita selalu diajarkan untuk

melakukan kewajiban terlebih dahulu sebelum menuntut hak. Beberapa kewajiban

anak yang tercantum dalam undang-undang tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menghormati orang tua, wali, dan guru.

2. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman.

3. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara.

4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.

5. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.

Dari lima kewajiban yang seharusnya mampu dipenuhi, hak anak yang

tercantum dalam undang-undang sangat banyak. Tidakkah masyarakat sekarang

masih menanamkan memenuhi kewajiban itu penting? Masyarakat pun semakin

acuh dengan anggotanya. Masyarakat sudah kurang merespons terhadap kenakalan-

Page 6: Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

6

kenakalan siswa yang notabene merupakan bagian dari anak-anak di

lingkungannya.

Mengenai kewajiban anak yang juga berperan sebagai siswa di sekolah,

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 12 tercantum kewajiban siswa menjaga norma-norma pendidikan

untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan. Hal tersebut

seharusnya dapat dilakukan dengan meningkatkan sinergi antara pihak sekolah dan

keluarga siswa. Pihak sekolah mengawasi dan membangun sikap siswa di sekolah

sedangkan keluarga mengawasi dan membangun sikap siswa di rumah serta

lingkungannya.

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional,

pembelajaran di sekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada

pendidikan nasional. Dalam kaitan ini, sekolah hendaknya berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini bertujuan

untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan

lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan di lingkungan keluarga

berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih dominan melalui media

permainan. Keluarga merupakan lingkungan pertama anak yang memberikan

pengaruh mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga, anak lambat laun

Page 7: Kewajiban Beretika Di Tengah Banyaknya Hak Anak

7

membentuk konsepsi tentang pribadinya baik tepat maupun kurang tepat. Melalui

interaksi dalam keluarga, anak dapat mengidentifikasi dirinya dengan kehidupan

masyarakat dan alam sekitarnya.

Orang tua sebagai pendidik betul-betul merupakan pihak yang membentuk

dasar kepribadian anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat dan berperan

terhadap pengaruh-pengaruh atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan anak

selanjutnya. Anak lahir dalam pemeliharaan keluarga dan dibesarkan dalam

keluarga. Anak akan menyerap norma-norma yang ada pada anggota keluarga, baik

dari ibu, ayah, maupun dari saudara-saudaranya yang lain. Oleh karena itu, orang

tua di dalam keluarga berkewajiban untuk memperhatikan dan mendidik anak-

anaknya sejak anak dilahirkan, bahkan sudah ditanamkan rasa kasih sayang sejak

anak masih dalam kandungan ibunya. Jadi, tugas orang tua dalam mendidik anak-

anaknya tidak terkait dengan kedudukan, keahlian, dan pengalaman dalam bidang

pendidikan formal.

Melalui pendidikan dalam keluarga, anak bukan saja diharapkan agar menjadi

pribadi yang mantap, yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya yang

baik, melainkan ia juga diharapkan kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang

baik. Kedua segi pendidikan tersebut, kepribadian yang mantap dan anggota

masyarakat yang baik, bukan merupakan dua hal yang bertentangan, melainkan

keduanya harus terjalin dalam kehidupan yang serasi. Oleh karena itu, pendidikan

merupakan salah satu fungsi pokok dalam keluarga demi membentuk generasi

Indonesia yang lebih baik.