ketoasidosis pada ewan
-
Upload
muh-imran-al-gazali -
Category
Documents
-
view
39 -
download
3
description
Transcript of ketoasidosis pada ewan
TUGAS PATOLOGI KLINIK( KETOASIDOSIS PADA SAPI PERAH )
IMRANNIM O111 12 265
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam ilmu kesahatan, ketosis adalah keadaan organisme yang ditandai dengan
peningkatan kadar badan keton dalam darah, dengan proses lipolisis dan beta-oksidasi. Badan
keton terbentuk dari jumlah kelebihan lemak istirahat turun. Beberapa badan-badan keton seperti
asetoasetat dan ß-hidroksibutirat juga dapat digunakan untuk energi. Ketika toko glikogen tidak
tersedia dalam sel, lemak (triacylglycerol) dibelah untuk memberikan 3 rantai asam lemak dan 1
molekul gliserol dalam proses yang disebut lipolisis. Sebagian besar tubuh mampu
memanfaatkan asam lemak sebagai sumber energi alternatif dalam proses di mana rantai asam
lemak yang dibelah oleh koenzim A (KoA) untuk membentuk asetil-KoA, yang kemudian dapat
dimasukkan ke dalam siklus Krebs.
Asetil-KoA hanya dapat memasuki siklus Krebs terikat oksaloasetat. Ketika persediaan
karbohidrat tidak memadai untuk mempertahankan tingkat glukosa darah, hati secara alami
mengubah oksaloasetat dalam hati menjadi glukosa melalui glukoneogenesis untuk digunakan
oleh otak dan jaringan lainnya. Kelebihan asetil-KoA dalam hati digunakan untuk menghasilkan
benda keton, yang mengarah ke keadaan ketosis. Selama proses ini, konsentrasi glukagon tinggi
hadir dalam serum, yang inactivates heksokinase dan fosfofruktokinase-1 (regulator dari
glikolisis) secara tidak langsung, menyebabkan sel-sel yang paling dalam tubuh untuk
menggunakan asam lemak sebagai sumber energi utama mereka.
Otak tidak dapat menggunakan asam lemak untuk energi karena asam lemak tidak dapat
melewati sawar darah-otak. Namun, badan-badan keton yang dihasilkan dalam hati dapat
melintasi penghalang darah-otak. Di otak, badan-badan keton ini kemudian dimasukkan ke
dalam asetil-KoA dan digunakan dalam siklus Krebs. Kelebihan badan keton akan perlahan-
lahan decarboxylate ke aseton. Aseton diekskresikan dalam napas dan urin. Ketosis tidak harus
bingung dengan ketoasidosis (ketoasidosis diabetik ketoasidosis alkohol atau kurang umum),
yang parah menyebabkan ketosis pH darah turun di bawah 7,2.
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami
dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD)
merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan
gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
I.2. Rumusan Masalah
- Apa etiologi dari Ketoasidosis diabetik ?
- Bagaimana patofisiologi Ketoasidosis diabetik?
- Apa saja gejala yang ditimbulkan hewan yang menderita Ketoasidosis diabetik?
- Pemeriksaan Labolatorium hewan yang menderita Ketoasidosis diabetic?
- Bagaimana terapi pada hewan yang menderita Ketoasidosis diabetic?
I.3. Tujuan
- Untuk mengetahui penjelasan mengenai etiologi Ketoasidosis diabetik
- Untuk mengetahui patofisiologi Ketoasidosis diabetik
- Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan Ketoasidosis diabetik
- Untuk mengetahui hasil pemeriksaan labolatoriumd dari hewan yang menderita Ketoasidosis
diabetic
- untuk mengetahui cara pemberian terapi pada hewan yang menderita Ketoasidosis diabetic.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali.
Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus.
Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang.
Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut, penggunaan obat
golongan steroid, serta menghentikan atau mengurangi dosis insulin. Tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi.
2. Keadaan sakit atau infeksi.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
II. 2 Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan
lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan
terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita
koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan, menghentikan sendiri
suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit
berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis diabetik
(KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan
gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong
konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan
kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah)
menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan
menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti sodium,
potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi secara hebat,
akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis
metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi
(peranfasan Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking
vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat
dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
juga. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari
dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat
dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta
klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan
asidosis metabolik.
II.3. Gejala Klinis
1. Polidipsia, poliuria, dan kelemahan merupakan gejala tersering yang ditemukan, dimana
beratnya gejala tersebut tergantung dari beratnya hiperglikemia dan lamanya penyakit.
2. Anoreksia, mual, muntah, dan nyeri perut (lebih sering pada anak-anak) dapat dijumpai
dan ini mirip dengan kegawatan abdomen. Ketonemia diperkirakan sebagai penyebab
dari sebagian besar gejala ini. Beberapa penderita diabetes bahkan sangat peka dengan
adanya keton dan menyebabkan mual dan muntah yang berlangsung dalam beberapa jam
sampai terjadi KAD.
3. Ileus (sekunder akibat hilangnya kalium karena diuresis osmotik) dan dilatasi lambung
dapat terjadi dan ini sebagai predisposisi terjadinya aspirasi.
4. Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam) sebagai kompensasi terhadap
asidosis metabolik dan terjadi bila pH < 7,2.
5. Secara neurologis, 20% penderita tanpa perubahan sensoris, sebagian penderita lain
dengan penurunan kesadaran dan 10% penderita bahkan sampai koma.
II. 4 Pemeriksaan Laboratorium :
1. Glukosa
Glukosa serum biasanya > 250 mg/dl. Kadar glukosa mencerminkan derajat
kehilangan cairan ekstraseluler. Kehilangan cairan yang berat menyebabkan aliran
darah ginjal berkurang dan menurunnya ekskresi glukosa. Diuresis osmotik akibat
hiperglikemia menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit, dehidrasi, dan
hiperosmolaritas (umumnya sampai 340 mOsm/kg).
2. Keton
Tiga benda keton utama adalah : betahidroksibutirat, asetoasetat, dan aseton. Kadar
keton total umumnya melebihi 3 mM/L dan dapat meningkat sampai 30 mM/L (nilai
normal adalah sampai 0,15 mM/L). Kadar aseton serum meningkat 3-4 kali dari kadar
asetoasetat, namun berbeda dengan keton lainnya aseton tidak berperan dalam
terjadinya asidosis. Betahidroksibutirat dan asetoasetat menumpuk dalam serum
dengan perbandingan 3:1 (KAD ringan) sampai 15:1 (KAD berat).
3. Asidosis.
Asidosis metabolik ditandai dengan kadar bikarbonat serum di bawah 15 mEq/l dan
pH arteri di bawah 7,3. Keadaan ini terutama disebabkan oleh penumpukan
betahidroksibutirat dan asetoasetat di dalam serum.
4. Elektrolit.
Kadar natrium serum dapat rendah, normal, atau tinggi. Hiperglikemia menyebabkan
masuknya cairan intraseluler ke ruang ekstraseluler. Hal ini menyebabkan
hiponatremia walaupun terjadi dehidrasi dan hiperosmolaritas. Hipertrigliseridemia
dapat juga menyebabkan menurunnya kadar natrium serum.
Kadar kalium serum juga dapat rendah, normal, dan tinggi. Kadar kalium
mencerminkan perpindahan kalium dari sel akibat asidosis dan derajat kontraksi
intravaskuler. Karena hal di atas dan hal lain, kadar kalium yang normal atau tinggi
tidak mencerminkan defisit kalium tubuh total sesungguhnya yang terjadi sekunder
akibat diuresis osmotik yang terus menerus. Kadar kalium yang rendah pada awal
pemeriksaan harus dikelola dengan cepat.
Kadar fosfat serum dapat normal pada saat masuk rumah sakit. Seperti halnya kadar
kalium kadar fosfat tidak mencerminkan defisit tubuh yang sesungguhnya, walaupun
terjadi perpindahan fosfat intraseluler ke ruang ekstraseluler, sebagai bagian dari
keadaan katabolik. Fosfat kemudian hilang melalui urin akibat diuresis osmotik.
5. Lain-lain
Kadar nitrogen ureum darah (BUN) biasanya sekitar 20-30 mg/dl. Lekosit sering
meningkat setinggi 15.000-20.000/ml pada KAD, maka dari itu tidak dapat dipakai
sebagai satu-satunya bukti adanya infeksi. Amilase serum dapat meningkat.
Penyebabnya tidak diketahui, mungkin berasal dari pankreas (namun tidak terbukti ada
pankreatitis) atau kelenjar ludah. Transaminase juga meningkat.
DIAGNOSIS BANDING Dengan gejala klinis seperti yang tersebut di atas maka KAD dapat di diagnosis banding dengan : Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Nonketotik.
Perbandingan Ketoasidosis Diabetikum dan Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Nonketotik
Ketoasidosis Diabetikum
(KAD)
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Nonketotik
(KHNK)UmurGula darahNa serumK serumBikarbonatUreumOsmolaritasSensitivitas InsulinPrognosisGejala Klinis :
Pernafasan Kussmaul Bau aseton
< 40 th< 1000 mg/dl< 140 mEq
↑ / Nsangat ↓
↑ tapi < 60 mg/dl↑ tapi < 360 mOsm/kgbisa resisten (jarang)
mortalitas 10%
adaada
> 40 th> 1000 mg/dl> 140 mEq
sering ↑N / sedikit ↑> 60 mg/dl
> 360 mOsm/kgsangat sensitifmortalitas 50%
tidak adatidak ada
II. 5 Terapi Ketoasidosis Diabetikum :
Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga agen berikut:
Cairan.
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl 0,9 % diberikan
500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal salin hipotonik (0,45 %) dapat
digunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang beresiko
mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500
ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam selanjutnya.
Insulin.
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular adalah alterantif bila pompa
infusi tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan, misalnya pada anak anak kecil.
Asidosis yang terjadi dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akn menghambat pemecahan
lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat asam. Insulin
diberikan melalui infus dengan kecaptan lambat tapi kontinu ( misal 5 unti /jam). Kadar glukosa
harus diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan kedalam cairan infus bila kadar glukosa darah
mencpai 250 – 300 mg/dl untuk menghindari penurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
Potassium.
Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien penderita KAD mengalami
depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat. Input saline fisiologis awal yang tinggi
yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit cairan dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin
intravena diberikan melalui infusi kontinu dengan menggunakan pompa otomatis, dan suplemen
potasium ditambahkan kedalam regimen cairan. Bentuk penanganan yang baik atas seorang
pasien penderita KAD (ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis dan biokimia
yang cermat.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami
dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD)
merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan
gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin
III.2. Saran
Penyakit metabolik khususnya sapi perah seharusnya memiliki asupan pakan yang cukup,
demi keperluan dan produksi susu yang maksimal serta terhindar dari beberapa penyakit yang
menyerang pada ketahanan tubuh, dan sapi perah juga sangat rentan, itu dikarenakan oleh
lingkungan yang tidak sesuai dengan habitat aslinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta IM, Suastika IK. Gawat Darurat Di Bidang Penyakit Dalam, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 1999.
Mansjoer A, Setiowulan W, Wardhani W I, Savitri R, Triyanti K, Suprohaita. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke III, Jilid I, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2000.
PERKENI. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta. 2002
Simandibrata M, Setiati S, Alwi A, Oemardi M, Gani RA, Mansjoer A. Pedoman Diagnosis dan Terapi Di Bidang Penyakit Dalam, Pusat Informasi Dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. 2004
Sjaifoellah, Noer., Waspadji S, Rahman AM. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, edisi III, Balai Penerbit FKUI,Jakarta. 2006