Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia...

12

Transcript of Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia...

Page 1: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,
Page 2: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan

Page 3: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran

hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Ahmad Rifa’i Rif’anPenulis Bestseller:

Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan

Page 5: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Ketika Tuhan Tak Lagi DibutuhkanDitulis oleh Ahmad Rifa’i Rif’an

Art: Achmad Subandi© 2017 Ahmad Rifa’i Rif’an

Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan Pertama kali oleh:

Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia–Jakarta 2017

Anggota IKAPI, Jakarta

717100762ISBN: 978-602-04-1847-6

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbi

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab percetakan

Page 6: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

v

Testimoni Karya Ahmad Rifa'i — viiKata Pengantar — xi

Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan — xv

Jihadnya Jihad — 1Mata yang Takkan Menangis di Hari Kiamat — 7

Mengenakan Busana Tuhan — 13Food, Fashion, and Fun — 19

Bahkan Tuhan Pun Kau Madu — 25Merekonstruksi Orientasi Hidup — 30

Jangan Sampai Ada Tiadamu Dunia Sama Saja — 39Saatnya Memperbaiki Makanan — 44

Dahsyatnya Al-Qur’an — 48Akan Indah pada Waktunya — 56

Lillaahi — 63Pentas Sandiwara — 68

Untung Allah Bukan Pendendam — 73Kenangan — 81

Nikmatnya Daging Manusia — 85Seratus Persen Terkabul — 90

Khusnul Khatimah — 103Tuhan, Maaf, Saya sedang Sibuk — 107

Daftar Isi

Page 7: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Menggapai Malam Lailatul Qadar

vi

Untung Allah bukan Kapitalis —111The Power of Wara’ —117

Mengerdilkan Ukhuwah — 122Lu’lu’ul Maknun — 126

Lima Panduan, Lima Pegangan — 132Cerdas Menghadapi Kaum Peminta — 140

Aku Rindu Abdi Negara yang Punya Malu — 145Dahsyatnya Niat — 152

Halal — 156Jemaah Facebook-iyah — 159

Laron Mendekati Pelita — 168Kontribusi —176

Madinah Bergetar oleh Entrepreneur — 184Tasbih Modern — 193

Belajar dari Jemaah — 196Ziyadah — 198

Indikator Bahagia — 203Ridha Rabb-ku Menjadi Dambaku — 212

Maslahat — 216Profil Penulis — 225

Buku-Buku Karya Rifa'i — 227

Page 8: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

xv

Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan

Ada pertanyaan menarik. Mana yang paling tepat:• Manusia jadi bermoral karena percaya Tuhan, atau• Manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral?

Jawaban atas pertanyaan itu bisa jadi masih menyisakan perdebatan. Ada sebagian orang yang lebih percaya pada pernyataan kedua, yakni karena manusia memiliki morallah, sehingga ia lantas memercayai adanya Tuhan. Hal ini didasarkan pada perkembangan manusia yang sebenarnya sudah mengenal etika dan moral, bahkan sebelum mereka mengenal Tuhan. Salah seorang yang mendukung pendapat ini di antaranya adalah Frans de Waal, ahli primata dunia, biolog di Emory University.

Dalam bukunya yang berjudul The Bonobo and The Atheist, ia mengungkapkan tentang hasil penelitiannya selama bertahun-tahun terhadap primata besar seperti simpanse dan bonobo. Ia menunjukkan bahwa moralitas berkembang sebelum manusia dan kebudayaan manusia berkembang. Dalam penelitiannya ia menunjukkan ternyata primata besar memiliki empati, rasa keadilan, peduli, serta mampu berbagi dengan individu lain yang kurang beruntung.

Karakter-karakter positif yang ditunjukkan oleh primata tersebut membuat De Waal menyimpulkan bahwa primata

Page 9: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan

xvi

pun sebenarnya punya akar moralitas. Bahkan dengan sangat gamblang ia lantas mengatakan, “Saya mengambil petunjuk-petunjuk kepedulian pada komunitas ini sebagai tanda bahwa penyusun utama moralitas lebih tua dari kemanusiaan, dan kita tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan bagaimana kita bisa sampai pada posisi kita sekarang”.

Sebagian kita mungkin tidak merasa perlu mempermasalahkan pendapat De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan, segala sesuatu di dunia ini bisa berjalan sebagaimana sistem semesta yang sudah begitu sempurna.

Namun saya ingin mengajak Anda untuk mengenang salah satu ilmuwan besar yang teorinya dikenal dengan hukum-hukum dalam Fisika. Ia mengungkapkan, “Kelangsungan sistem matahari, planet-planet, dan komet-komet, yang paling indah ini terjaga hanya karena petunjuk dan kehendak Zat yang Mahacerdas dan Mahakuasa. Zat ini mengatur segalanya, sebagai Tuhan semesta alam, dan atas nama kekuasaan-Nya. Dia biasa dipanggil Tuhan Yang Mahaagung, Penguasa semesta alam”.

Apa yang ingin saya sampaikan dari uraian tersebut? Yakni terkadang satu bidang, dalam hal ini sains, ternyata mampu membuat manusia menjadi atheis atau religius.

Bertuhan Sejak Belum LahirMayoritas kaum agamawan percaya bahwa keyakinannya kepada Tuhan akan memiliki dampak terhadap perilaku manusia sehari-hari. Ketika seseorang percaya adanya Tuhan, maka ia akan lebih berhati-hati dalam bersikap. Karena apa yang ia perbuat, di tempat yang sunyi sekalipun, tak akan lepas dari pengawasan Tuhan. Selain itu, orang yang percaya tentang adanya Tuhan akan memiliki kesadaran bahwa suatu saat nanti ia akan

Page 10: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan

xvii

mempertanggungjawabkan segala yang dikerjakannya selama hidup.

Bahkan dalam agama Islam jelas-jelas bahwa ketauhidan kita sebenarnya sudah terikrar sebelum kita dilahirkan ke dunia ini. Sebagaimana yang tersurat dalam Firman-Nya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’.” (QS. Al-A’raaf: 172)

Dalam Tafsir Al-Lubaab Prof. Dr. Quraish Shihab mengungkapkan bahwa Allah mempersaksikan setiap manusia yang berakal tentang keesaan-Nya serta mengutus para nabi agar tidak ada yang berdalih bahwa dia tidak tahu. Pengakuan tentang keesaan-Nya melekat pada diri manusia. Ia adalah fitrah. Karena itu, pengingkaran yang terjadi dari siapa pun bersifat sementara, paling lama sampai sesaat sebelum rohnya berpisah dengan jasadnya, saat itu ia akan mengakui keesaan dan kuasa Allah.

Sukses Ritual, Sukses SosialBagi seseorang yang beriman, kepercayaan kepada Allah hen-daknya tidak hanya membuatnya menjadi pribadi yang saleh dalam peribadatan ritual. Tetapi ia harus memiliki dampak terhadap kehidupan sosialnya.

Itulah sebabnya KH. Mustofa Bisri mengungkapkan bahwa sesungguhnya dikotomisasi antara kesalehan ritual dengan kesalehan sosial sangat tidak menguntungkan bagi kehidupan beragama di kalangan kaum muslim. Karena hakikatnya kesalehan dalam Islam hanya satu, yaitu kesalehan muttaqi (hamba yang bertakwa). Kesalehan tersebut sudah mencakup dua hal sekaligus: ritual dan sosial.

Page 11: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan

xviii

Karena sejatinya semua ibadah mahdhah yang diwajibkan dalam Islam salah satu tujuan utamanya adalah membentuk manusia menjadi pribadi yang memiliki akhlak baik bagi sekitarnya.

Shalat kita harusnya mampu menghindarkan diri kita dari perbuatan keji dan mungkar. Zakat kita hendaknya menjadi pengingat bahwa dalam harta kita tersimpan hak mustahik (orang yang berhak menerima zakat). Puasa kita hendaknya mengasah sensitivitas sosial kita. Haji harusnya membuat pergaulan sosial kita lebih baik dari sebelumnya.

Bergantung Pada AllahSelain memperbaiki akhlak kita kepada sesama, keimanan kita hendaknya memberi pengaruh positif terhadap mindset kita pada setiap peristiwa yang kita alami di dunia ini.

Jika saya tanya, ketika sedang sakit, siapa yang pertama kali kita ingat? Ya, obat dan dokter. Ketika sedang butuh uang, siapa yang pertama kali kita pikirkan? Ya, utang ke seseorang, koperasi, atau bank. Ketika kendaraan rusak, siapa yang pertama kali kita tuju? Ya, bengkel.

Kita mengaku bertauhid, kita merasa beriman, kita bilang berislam. Tetapi saat mendapat masalah hidup, yang pertama kali kita ingat bukannya Zat yang mempunyai segala solusi. Justru yang kita ingat adalah makhluk-Nya yang hanya menjadi perantara dari terselesaikannya masalah tersebut.

Dalam sebuah kajian, Ustaz Yusuf Mansur memiliki perumpaan yang menurut saya sangat bagus tentang hal ini. Saat rumah kita bocor, yang kita lakukan setiap hujan hanyalah mengepel lantai yang basah karena bocornya atap rumah kita. Begitu terus yang kita lakukan. Padahal harusnya saat kita tahu ada atap yang bocor, solusi sebenarnya bukan mengepel lantai setiap hujan. Tetapi dengan mencari di mana letak atap yang bocor, lalu memperbaikinya.

Page 12: Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan De Waal, karena ia memang seorang Atheis. Maka wajar jika ia percaya bahwa sains sudah mampu menjelaskan semuanya. Menurutnya, tanpa adanya Tuhan,

Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan

xix

Begitu juga dengan masalah dalam kehidupan kita. Setiap ada masalah hadir, hendaknya yang pertama kita pikirkan adalah di mana sumber masalah itu berasal. Masalah yang datang itu bentuknya ujian, teguran, atau azab? Saat problematikan hidup datang kepada kita, segera pertanyakan pada diri, masalah itu turun sebagai pengangkat derajat, atau justru sebagai siksa dari Allah sebelum siksa di akhirat?

Ketika Tuhan tak lagi dibutuhkan. Buku ini semoga bisa menjadi perenungan bersama bahwa konsekuensi keimanan sungguh agung. Dua di antaranya adalah membuat kita menjadi pribadi yang berakhlak, bermoral. Konsekuensi kedua adalah membuat kehidupan kita lebih damai, karena apapun peristiwa yang kita alami, yang kita ingat pertama kali adalah Allah ta’ala.