tonylistofer.files.wordpress.com · Web viewJanji yang sangat luar biasa yang akan diterima...
Embed Size (px)
Transcript of tonylistofer.files.wordpress.com · Web viewJanji yang sangat luar biasa yang akan diterima...

PENYUSUN : PAULINUS TONI
NIM : 01,02014,017
PROGRAM STUDI : STRATA 1
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (PAK)
MELAYANI BUKAN BEBAN MELAINKAN SUATU KEHORMATAN
Ini adalah judul yang cocok buat kisah pelayanan saya selama di lapangan
dalam tahap PKL. Sangat merasa senang sekali dan saya merasa sangat bangga
pada diri saya karena saya sudah banyak mengorbankan waktu, tenaga dan biaya
untuk membantu orang-orang dalam melayani Tuhan. Walaupun bukan gaji dalam
bentuk uang yang saya dapat, tapi saya sangat senag mendapatkan suatu
kehormatan bagi Tuhan.
Praktek kelapangan alngsung itu memang sudah wajib bagi setiap
mahasiswa/i. Karena dengan hal ini langsung berhadapan langsung dengan
keadaan sebenarnya, bagaimana rasanya dan bagaimana menyesuaikan diri dalam
sutau keadaan lingkungan yang sangat berebeda dengan keadaan sebelumnya.
Bisa dikatakan PKL itu adalah hal yang sangat menantang dibandingkan teori.
Namun, bukan berarti teori tidak penting kedua-duannya sama pentingnya, ibarat
suatu istilah PKL dan TEORI itu sama halnya dengan “sayur tampa garam” tidak
enak dan hambar.
Dalam sekolah Teologia istilah PKL biasa diganti dengan sembutan
pelayanan. Pelayanan artinya membantu tampa mengharapkan upah, karena
semua tindakan ini didasari oleh kebenaran Alkitab sebagaimana Tuhan Yesus
lakukan. Ragam dan jenis pelayanan pun sangat banyak, ada yang kena sasaran
dan ada juga yang di luar sasaran artinya tidak sesuai dengan apa yang dipelajari
selama di kampu.

Seperti itulah kira-kira penjelasan maksud dari pelayanan..
Di bawah ini saya mau berbagi atau menceritakan sedikit pahit manisnya kisah
pelayanan saya sejak dari semester pertama sampai semester enam.
Semoga kisah saya ini dapat bermanfaat bagi para murid-murid Yesus yang
lainnya, semoga juga lebih bersemangat untuk menjadi relawan bagi Kerajaan
Allah. karena ketika kita sudah memberi diri untuk menjadi relawan Kristus kita
sudah ikut berperan penting bagi Kerajaan Allah dan bagi Kemuliaan namaNya.
Diutus Seperti Abraham
Pengalaman pertama, mungkin bagi semua orang sudah pasti menjadi
sebuah sejarah yang sangat penting. Begitu jugalah dengan saya secara pribadi,
dalam pengutusan yang pertama tepatnya pada Tahun 2013 tepatnya pada bulan
desember.
Saya bersama teman saya berangkat menggunakan bus antar provinsi,
tujuan palembang, sumatera selatan. Jarak yang ditempuh selama dua hari dua
malam. Dengan hanya bermodalkan nomor handphone (Hp) dari alamat yang
akan dituju, tidak pernah menginjakan kaki sebelumnya di Palembang, itu yang
pertama kalinya.
Syukur dan puji Tuhan tidak ada kesulitan selama perjalanan, saya hanya
ikut saja aturan selama dalam perjalanan, setelah dua hari perjalanan akhirnya
kami sampai tujuan. Namun, kami harus menyambung kendaraan lagi untuk bisa
sampai di rumah tempat kami akan melayani. Puji Tuhan kami bisa melewati
semuanya tampa masalah sedikitpun, selama dalam perjalanan saya terus berdoa
pada Tuhan supaya dimudahkan semuanya.
Dalam benak saya, nati kami akan melayani di gereja atau di sebuah
sekolah. Ternyata yang terjadi sangat mengagetkan saya, kami ternyata membantu
mengurus perkebunan dan menyadap karet. Saya sangat merasa kecewa dengan
hal itu, tapi apa boleh buat nasi sudah jadi bubur.

Selama dua hari saya merenungkan hal itu, saya terus berdoa karena pada
siapa lagi saya harus mengadu, kepada orang tua tidak mungkin, lalu saya juga
sudah berkomitmen untuk menbaca Alkitab dari Kejadian-Wahyu. Memang
Tuhan banyak cara untuk menunjukan maksudNya pada kita, saya disadarkan oleh
ayat firman Tuhan dalam Kejadian 12:2: “Aku akan membuat engkau menjadi
bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur;
dan engkau akan menjadi berkat”.
Tuhan begitu luar biasa memberikan janjinya kepada Abraham. Janji yang
sangat luar biasa yang akan diterima Abraham kalau ia menuruti perintah Tuhan
dan Abraham pun mengikuti apa perintah Tuhan. Saya disadarkan dengan cerita
Abraham.
Seperti Abraham disuruh pergi pada suatu tempat yang tidak ia ketahui
bagaimana keadaannya, seperti apa bentuknya dan apa yang harus diperbuat di
tempat yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Begitu juga saya dan teman saya, kami
tidak tahu apa yang kami harus perbuat, setelah sampai ternyata saya menjadi
seorang pengarap kebun, bukan lagi seorang mahasisa yang berpakaian rapi
masuk di gereja lalu berkhotbah, atau menjadi seorang guru yang ceramah di
depan kelas, namun saya harus menjadi petani kembun, yang panas-panasan
selama masa pelayanan berakhir dan kembali lagi seperti biasa belajar di kampus.
Selama dua bulan lebih saya menjadi pekerja kebun. Banyak hal yang saya
alami, mengeluh dan bersungut-sungut sudah menjadi makanan tiap hari, sempat
saya menyalahkan Tuhan dan tidak menerima semua itu dan saya memutuskan
mau pulang. Saya melaporkan kekecewaan saya pada pihak kampus namun tidak
ada respon seolah-olah itu hanya angin lalu saja. Semagat saya pun mulai hilang,
saya jarang berdoa pada Tuhan.
Di sana saya merasa diperlakukan tidak adil, saya tidak mendapat hak
saya. Setiap hari saya dan teman yang lain berkerja di kebun. Pekerjaan yang kami
lakukan seperti: memanen jerus, menanam pisang, menyadap karet, menebas
lahan karet dan masih banyak yang lainnya. Ingin saya munur dari tugas itu,
namun saya selalu teringat akan kominmen saya sebagai pelayan Tuhan.

Dengan melihat hal ini, saya mau memutuskan untuk tidak kuliah lanjut
kuliah. Ada kata-kata yang selalu terucap dalam hati kecil saya mengatakan
“sabar semua akan berlalu, kamu pasti bisa”. Mungkn itu yang dinamakan bisikan
Roh Kudus sebagai penghibur.
Kerja Buat Tuhan Selalu Manise
Pernah dengar lagu yang berjudul “KERJA BUAT TUHAN SELALU
MANISE” itulah lagu yang menjadi penyemangat saya selama dalam pelayanan.
Kolose 3:32: Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk Tuhan.
Ayat ini Sangat memberkati saya, semangat yang tadinya hilang atau padam kini
menyala kembali, rasa bersungut-sungutpun berkurang dan memotivasi saya
untuk membiarkan Tuhan yang memproses saya menurut keinginanNya.
Secara manusia, keinginan daging itu sangat kuat, sulit untuk
mengalahkan ataupun membuang rasa kedagingan dalam diri saya. Rasa kecewa,
melawan dan bersungut-sungut selalu ada dalam diri saya. Hari demi hari proses
yang saya lewati dengan ketidakikhalsan.
Dengan berdoa dan selalu memuji Tuhan, hari demi hari semangat itu
mulai tumbuh keinginan daging pun sudah bisa dikendalikan itu semua karena
banya berdoa dan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Kerja buat Tuhan itu
selalu manise, sesulit apapun perkerjaan itu jika demi nama Tuhan akan terasa
mudah dan jangan lupa untuk selalu mengucap syukur. Bekerja buat Tuhan
memang tidak mudah, banyak sekali tantangan yang dihadapi. Jika tidak didasari
dengan doa dan motivasi yang hanya untuk Tuhan semua akan sulit dan mungkin
gagal dalam pelayanan.
Secara pribadi saya salah menafsirkan status saya sebagai mahasiswa
sekolah Teologia. Karena saya pikir saya akan lebih dihormati, dihargai sebagai
mahasiswa, semuanya salah, pelayan Tuhan itu sangat tidak bernilai di mata
dunia.

Pekerjaan yang kita lakukan itu bukan menurut manusia, tapi menurut
Tuhan seperti yang sudah tercatat di atasa dalam kolose 3:23. Bekerja, berbuat
baik, peduli pada sesama semua itu dilakukan hanya untuk kemuliaan nama
Tuhan. Kenapa tidak di sorga saja, kenapa harus di dunia itulah pertanyaan yang
harus direnungkan bersama.
Sejak saya mulai dalam kegiatan tugas pelayanan, lebih banyak yang saya
lakukan adalah sebagai pekerja bukan sebagai pengajar maupun sebagai
penceramah. Waktu saya di bengkul, sumatera Utara. Selain ikut dalam pelayanan
di gereja setiap sabtu dan minggu, saya lebih banyak di perkebunan. Kebetulan di
daerah itu semua berkebun sawit jadi saya dan teman saya membantu berkerja di
kebun sawit, seperti memanen buah sawit, menebas lahan dan memupuk kurang
lebih seperti itu. Dengan melakukan pekerjaan itu saya meengharapkan upah dari
hasil pekerjaan saya, all hasil ternyata kami tidak mendapat upah. Kadang-kadang
apa yang kita harapakan itu tidak selalu sesuai dengan yang kita mau. Itulah
resiko menjadi seorang relawan Kristus. kecewa ya sudah pasti,tapi kembali lagi
ke tujuan awal bahawa semua yang dilakukan itu bukan untuk manusia tapi hanya
untuk Tuhan maslah upah biarlah Tuhan yang memberi. Kebrja buat Tuhan selalu
manise, tidak pernah lelah karena Tuhan yang selalu mencukupkan semuannya
segala kebutuhan saya.
Berkerja Sambil Berdoa
Doa memang mengubah segalanya, hal yang tidak mungkin pasti menjadi
mungkin, hal yang sulit didapat jika kita berdoa pasti kita dapat memilikinya.
Itulah kusa sebuah doa, yang ajaib dan sangat luar biasa.
Dalam pelayanan sangat banyak tantangan yang dihadapi dan bisa
membuat kita mundur. Tantangan itu bai berupa keadaan tempat tinggal maupun
dengan orang dimana kita berada.
Doa itu sangat penting, bahkan doa itu dikatakan sebagai nafas kehidupan.
Tuhan Yesus sudah mengingatkan agar berjaga-jaga dan tetap berdoa agar tidak
masuk dalam pencobaan. Sudah menjadi keharusan dalam pengutusan pelayanan
ada namanya “doa pengutusan” setiap akhir dari semester pasti akan ada doa

pengutusan. Tujuannya adalah untuk memberi penguatan bagi para mahasiswa/i
dalam menjalani pelayanan selama waktu yang sudah ditentukan. Tuhan Yesus
juga berdoa buat para murid-muridnya agar mereka tetap teguh dalam himpitan
untuk menyampaikan kabar baik.
Hal yang paling tersulit dalam pelayanan yang harus saya lawan adalah
harga diri. Harga diri itu yang membuat sulit untuk menerima ketika saya
diperlakukan tidak sesuai dengan keinginan atau keadaan Yang kita mau. Karena
akan muncul ke AKU’an dalam diri kita. Salah satu contoh ketika saya pelayan di
Surabaya. Kami bertiga dikirim di sana dalam bentuk tim. Kami ditempatkan di
salah satu yayasan Panti Asuhan anak-anak. Tugas kami di sana sebagai kaka
rohani bagi mereka. Tugas kerohanian pun diserahkan sepenuhnya pada kami oleh
pihak Yayasan. Pagi dan malam kegiatan doa bersama, kami bergantian dalam
melaksanakan tugas pelayanan selain itu juga kami ikut ambil bagian dalam tugas
kebersihan. Beberapa hari kemudan kira-kira memasuki kurang lebih dua minggu
kami bersama-sama di Yayasan mulailah hal yang aneh terjadi. Karena pembina
kami berternak lele, jadi kami disuruh untuk memungut ampas atau sisa ikan yang
tidak di jual di pasar, mau menolak apa boleh buat.
Sempat teman saya menolak untuk melakukan tugas itu, tindakan itu
malah memperburuk keadaan. Hal itu harus tetap dilakukan kata pembina kami.
Tantangan yang sangat berat sekali buat melakukan pekerjaan yang sangat jijik
itu, namun sekali lagi harga diri itu sudah tidak ada lagi, harga diri harus
dihilangkan.
Dengan sabar dan berdoa saya melakukan semuannya itu, berdoa dan
berdoa yang dapat saya lakukan. Dengan itu saya dikuatkan oleh Firman Tuhan
dalam
Roma 12:12: Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa.
Ketika saya berada dikeadaan yang sangat menjenuhkan dan membuat semangat
yang loyo untuk melayani. Saya selalu teringat dengan kutipan Firman Tuhan itu,
saya seolah-olah dikagetkan kembali dari keadaan mengatuk dalam melaksanakan

tugas pelayanan, ketika saya merasa bersedih, kahawatir saya diingatkan kembali
untuk bersukacita, ketika saya sedang dihimpit oleh banyak masalah, kekecewaan
dan penderitaan saya diingatkan untuk bersabar dalam hal itu. Ketika saya
bingung harus berbuat apa, ketika saya merasa menyerah dalam tugas pelayanan
saya diingatkan kembali untuk tetap bertekun dalam doa.
Firman Tuhan itu sangat luar biasa, menolong saya ketika saya merasa
sudah tidak ada jalan keluar lagi, ketika saya sudah berada dalam titik yang paling
bawah namun Tuhan mengangkat saya kembali. Hanya doalah yang mampu
membuat saya tepat kuat dan bertahan dalam tugas pelayanan. Tidak ada yang
saya andalakn selain hanya Firman Tuhan yang hidup dan berkuasa atas segala-
galanya.
Pembentukan Karakter
Lingkungan memang sangat berpengaruh dalam tingkah laku atau karakter
seseorang. Baik itu yang baik ataupun jahat sekalipun,Sifat orang akan terbentuk
oleh lingkugan di mana ia berada. Baik dan buruknya keadaan sudah tentu pasti
akan dihadapi oleh setiap orang. Karena Firman Tuhan mengatakan bahwa
pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik.
Dalam pelayanan juga karakter dibentuk, karena tidak semua kehidupan
ini dapat dipelajari secara formal. Masih sangat banyak hal-hal yang perlu dilihat
dan dirasakan. Saya menyadari sebagai seorang mahasiswa sekolah Tinggi
Teologia (STT) yang paling diutamakan itu adalah karakter.
Tidak banyak yang dibawa pada saat pelayanan (PKL), tidak harus
kepintaran, keahlian khusus dan yang lainnya. Cukup membawa karakter sebagai
seorang pelayan yang rendah hati itu sudah sangat luar biasa. Karena, yang paling
utama itu adalah tindakan karakter.
Rendah hati adalah salah satu dari sekian banyak karakter yang harus
dipegang dalam pelayanan. Sejak saya dari awal menjadi mahasiswa STT sangat
banyak yang namannya pelajaran karakter baik dalam kelas ataupun dalam
kehidupan berasrama. Kerendahaan hati itulah yang paling susah buat saya

lakukan, ketika itu diminta sering saya melindungi diri dengan perilaku yang tidak
mau dibodoh-bodohi karena saya punya harga diri, saya punya hak dan saya wajib
untuk membela diri. Namun apa, itu semua malah tidak merubah keadaan yang
ada hanya masalah dan masalah yang terjadi. Sering saya dinasehati supaya
rendah hati belajar seperti Yesus Kristus, taat dan tunduk.
Untuk menjadikan karakter sebagai seorang yang rendah hati perlu
perjuangan yang keras dan motivas yang jelas yang berdasarkan kebenaran
Alkitab. Pembentukan karakter akan terjadi ketika melalui banyak proses
kehidupan yang ada. Proses yang dihadapi sangat banyak dan beragam.
Memang sulit untuk menjadi seorang pelayan Tuhan yang benar-benar
tunduk dan taat. Tidak semua orang bisa melakukan hal itu jika benar-benar bukan
dari hati dan tampa mengandalak Tuhan didalamnya. Hanya satu yang saya
andalkan selama saya menjalani tugas PKL yaitu Alkitab. Jika saya tidak
merenungkan Alkitab atau firman Tuhan saya sering salah dalam bertindak dan
emosi saya pun meningkat tapi ketika saya membaca Alkitab sebelum saya
memulai kegiatan setiap harinya ada sesuatu yang beda dan kedamaian pun selalu
ada dalam diri saya, firmant Tuhan itu sangat luar biasa. Ketika saya dalam
keadaan bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan saya selalu membaca
Alkitab dan semua kegalauan saya dihilangkan oleh ayat-ayat firman Tuhan.
Saya anggap setiap proses yang saya alami selama di lapangan itu adalah
pembentukan karakter atau mental kepribadian, di mana saya harus menjadi
seseorang yang bisa berkomitmen, artinya bertahan samapi waktu yang sudah
ditentukan. Berkomitmen itu sangat sulit untuk dipertahankan, karena ketika
sudah berada dititik kejenuhan komitmen itu langsung pudar.
Pembentukan karakter yang saya alami sangat sulit bagi saya, terkadang
saya harus melakukan pekerjaan yang diluar batas waktu bahkan diluar
kemampuan saya. Ibaratkan ini sebuah penganiayaan dalam diri saya. Namun,
yang memampukan saya itu perkataan Tuhan Yesus dalam:
Matius 5:12: Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,
sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.

Ketika saya renungkan semua yang saya lakukan itu adalah buat Tuhan dan saya
mendapatkan upah di sorga bukan di dunia ini. Maka Yesus menyuruh supaya
bersukacita dan berbahagia, bukan hanya saya yang mengalami kesukaran tapi
semua orang yang menjadi pelayan Tuhan pasti mengalami, bahkan sebelum saya
sudah ada yang mengalaminya yaitu para nabi-nabi. Terkadang saya sangat
merasa berdosa sekali jika saya selalu mengeluh, dan marah ataupun tindakan
yang tidak taat pada Tuhan.
Seiring berjalannya waktu saya sudah mangkin bisa mengerti kehendak
Tuhan, saya selalu mengucap syukur jika saya mendapatkan maslah yang sylit
bagi saya, karena saya sudah serahkan pada Yesus dan saya tidak pernah merasa
sendirian. Itulah sebabnya kerendahan hati sangat penting dalam karakter
seseorang karena dengan itu semua yang menjadi penghalang buat melayani
Tuhan dapat dengan mudah dihadapi dan semangkin menjadikan mental yang
kuat.
Selain karakter yang dapat dibentuk iman untuk mengandalkan Tuhan pun
semangkin mantap. Karena saya selalu mengandalkan Tuhan ketika maslah
datang. Terlalu sering saya mengandalkan diri sendiri, namun tidak pernah saya
temukan jalan keluarnya. Ketika saya mengandalakan Tuhan sangat luar biasa
yang saya alami, apa yang saya minta pasti Tuhan berikan, jiwa saya selalu
mendapat kebahagiaan.
Dengan hali itulah saya mampu menjadikan diri saya bukan lagi sebagai
milik diri sendiri melainkan badan ini milik Tuhan, mau bagaimanapun Tuhan
membentuk itu terserah Tuhan, saya ini hanya alatNya saja begitulah kira-kira
motto saya untuk menjadi seorang yang rendah hati dan beriman yang teguh pada
Tuhan.
Dewasa dalam Tuhan
Kalau dikatakan dewasa saya memang sudah dewasa, saya sudah mandiri
dan saya sudah bisa mengurus diri sendiri. Namun itu menurut saya kalau saya ini
orangnya sudah dewasa. Namun pertanyaannya apakah sudah dewasa dalam
Tuhan????

Sempat saya menyesali apa yang sudah saya pilih yaitu memutuskan untuk
masuk kuliah Teologia. Karena setelah dijalani bukan sesuatu yang mudah baik
dalam belajar, dalam kehidupan sehari-hari dalam bergaul dan masih banyak lagi
yang tidak nyaman itu. Yang paling sulit itu adalah membuang harga diri. Tentu
namanya dewasa yang pasti dipertahankan adalah harga diri.
Harga diri itu sangat sulit untuk dihilangkan dalam diri saya. Dengan
mempertahankan harga diri akahirnya banyak maslah yang saya dapatkan, baik
maslah bersama mahasiswa yang lain maupun dengan peraturan sekolah. Ketika
saya mendengar khotbah tentang “hambat Tuhan” itulah salah satu yang menjadi
pengoreksi diri saya kalau sebenarnya saya ini sangat masih kurang dewsa dalam
Tuhan.
Hamba Tuhan itu disamakan dengan keset, keset untuk lap kaki di rumah.
Di injak tidak dianggap dan diperlakukan tidak adil. Ketika saya diperlakukan
seperti itu tidak dihargai saya sangat marah dan saya melawan keegoisan itu
sangat sulit untuk dihilangkan dalam diri saya.
Terkadang harga diri juga perlu dipertahankan ketika berada ditempat
yang tidak sesuai untuk kebenaran. Namun, dalam melayani Tuhan harga diri itu
harus dibuang. Karena harga diri itu sudah milik Tuhan. Dengan itu saya sadar
kalau harga diri itu sudah dibeli oleh Tuhan. Dan yang harus dilakukan hanya taat
dan menjalani semuanya dengan ikhlas.
Memasuki semester keempat, waktu itu saya dikirm di Surabaya, kami
bertiga dalam bentuk tim. Kami membantu pelayanan di sebuah Yayasan Panti
Asuhan. Dalam tahap pengetahuan tentang Alkitab saya masih sangat kurang pada
waktu itu. Karena kami harus ambil alih tugas dibagian kerohanin, kami sebagai
kakak rohani bagi anak-anak di Panti tersebut. Setiap pagi dan malam diadakan
doa bersama, dan kami yang bertugas untuk melayani anak-anak di bidang
kerohanian. Baik itu membawa renungan maupun memimpin pujian, dengan
keterbatasan yang saya miliki saya melaksanakan tugas itu dengan sebisa saya dan
tetap beroda memohon pertolongan Tuhan.

Walaupun saya sudah terbiasa bergaul dengan anak-anak di Panti Asuhan
namun penguasaan diri harus tetap di jaga. Karena petama saya kuliah belum ada
gendung kampus. Jadi, terpaksa harus kuliah dn tinggal di Panti untuk sementara.
Ketika teman saya yang mendapat giliran menbawa renungan, saya tidak
perlu untuk menyebutkan namanya. Ketika ia sedang menyampaikan Firman
Tuhan, ada seorang anak panti yang ribut ya maklum anak-anak pasti sudah
begitu. Namun, saya sangat kaget ketika ia melemparkan Alkitab pada anak itu.
Saya sangat malu sekali melihat perbuatannya itu. Padahal kalau menurut usia dan
juga pengalaman dialah yang paling unggul diantara saya dan teman saya yang
satunya. Namun kesombongannyalah yang membuat ia kehilangan kontrol dan
melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan itu.
Karena terlalu mempertahankan harga diri itulah yang terjadi, tindakan
yang memalukan pasti akan dilakukan. Dari kejadian itu saya belajar untuk
menjadi seorang yang rendah hati supaya tidak berbuat seolah-olah orang yang
tidak berpendidikan dan juga dewasa dalam tingkah laku.
Ketika saya bisa menguasai diri dalam keadaan yang sangat sulit untuk
merendahkan diri itulah kedewasaan di dalam Tuhan menurut saya. Karena
kedewasaan itu akan terlihat dalam perbuatan, ketika perbuatan yang tidak
mencermingkan kedewasaan maka tindakan yang salah akan pasti dilakukan.
Dengan kejadian itu secara pribadi hal itu menjadi sebuah peringatan
dalam diri saya untuk bertingkahlaku kedepannya, karena saya menyadari tidak
mudah untuk melawan kesombongan diri.
Menjadi Orang yang Bermanfaat
Dalam bahasa kerennya menjadi berkat. Menjadi berkat mungkin sangat
sulit bagi saya, karena tidak semua hal itu dapat dilakukan dengan sepenuh hati.
Namun dengan didasarkan hati yang melayani itu menjadi keharusan apa lagi
sudah dikatakan sebagai anak-anak sekolah Teologia sudah menjadi kewajiban
bagi saya, bukan lagi keharusan.

Firman Tuhan katakan supaya menjadi garam dan terang dunia. Namun,
banyak diatara orang-orang yang tidak bisa melakukan perintah Tuhan itu. Saya
sendiri sering tidak menjadi berkat disetiap saya berada. Namun, dengan seiring
berjalannya waktu dan selalu mendapat pengalaman yang banyak saya mulai
menyadari bagaimana caranya supaya saya bisa melakukan hal itu. Dengan
melakuan pekerjaan-perkerjaan yang ada saya anggap itu sudah berguna dalam
hidup saya.
Selama pelayanan banyak yang saya alami, baik suka maupun duka.
Menyerah ataupun mengeluh itu sudah menjadi teman dalam hal kesukaran.
Namun hidup ini harus berguna bagi orang lain, memang tidak mudah melayani
diladangNya Tuhan, karena membutuhkan kerendahan hati.
Namun, dengan motivasi yang baik yaitu berguna bagi Tuhan. Itu menjadi
sebuah modal bagi saya untuk bertahan melawan semua kesukaran sampai aku
bisa bertahan dan tetap melakukan pelayanan saya selama di lapangan. Ketika
saya bisa berkerja dan menyelesaikannya dengan baik saya sangat berbahagia dan
saya tidak pernah merasa rugi sedikitpun.
Memang sudah merupakan kewajiban bagi para pelayan Tuhan untuk
menjadi orang yang berguna dimanapun berada. Menggunakan hidup dengan baik
dan bisa melayani Tuhan dengan sepenuh hati. Dengan itu saya senang dipilih
Tuhan untuk menjadi pelayanNya selama masih hidup di dunia ini. Saya senang
bisa menggunakan waktu mudah ini untuk menjadi berkat bagi sesama, karena
hidup ini harus jadi berkat dan harus melayani Tuhan.
Doa: modalku
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat ( Ibrani 11:1 ).
Sudah saya singgung masalah berdoa di atas, doa itu adalah warisan dari
setiap orang Kristen jadi harus dipertahankan dalam setiap orang yang percaya
pada Yesus. Bagi saya doa itu urusan saya, masalah dijawab atau tidaknya itu
adalah urusan Tuhan.

Dalam kegiatan pkl mungkin yang paling tersulit saat saya berada di
Bengkulu dan Semarang. Sangat sulit bagi saya untuk menerima semua yanag
saya harus hadapi. Ketika saya di bengkulu saya harus bekerja menjadi seorang
petani sawit. Hal itu tidak mudah untuk saya lakukan. Saya tidak bisa
melakukannya karena itu diluar kemampuan fisik saya, namun itu harus saya
lakukan. Mau menolak mungkin itu adalah tindakan yanb bodoh dan akan sangat
memalukkan bagi Tuhan. Ketika saya berada di semarang saya harus menjadi
seorang karyawan penjual air isi ulang. Jika dipandang dengan mata secara
pribadi itu semua tidak masuk akal dan jauh dari harapan saya. Ketika saya
ditanya tentang studi saya oleh pelanggan yang ada saya bingung harus jawab apa.
Karena memang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Semuanya itu
adalah bagian dari rencana Tuhan, karena Firman Tuhan katakan:
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan (Yeremia 29:11).
Itulah iman yang harus saya andalkan untuk mengaminkan firman Tuhan. Saya
sangat yakin apa yang saya alami saat itu itu semua rencana Tuhan bukan rencana
saya. Rencana Tuhan sangat tidak bisa di duga dan tidak bisa di tebak, rencana
Tuhan sangat luar biasa dalam hidup saya. Ketika saya selalu keluar dalam
rencana Tuhan saya selalu tidak bisa menguasai diri. Ketika itu saya sadar dan
selalu berdoa kalau semua yang saya rasakan itu adalah rencana dari Tuhan.
Sebagai orang yang lemah saya tidak dapat mengandalkan diri saya
sendiri. Ketika saya merasa bisa melewati kesukaran saya sadar bahwa Tuhan
turut berkerja didalamnya.
Iman merupakan modal yang penting bagi saya, ketika saya tidak punya
uang saya tidak pusing untuk hal itu. Karena saya punya iman, saya percaya iman
saya lebih kuat dari pada segalanya. Ketika saya bekerja tampa mendapatkan upah
saya tetap menghidupkan iman saya, saya yakin Tuhan tidak diam.

Modal utama adalah doa. Doa itu sangat penting dan sangat berharga bagi
saya. Ketika saya harus melakukan tugas yang diluar kemampuan saya, saya
selalu berkata kepada Tuhan “Tuhan aku bisa bersamaMU” ketika saya sudah
katakan kalimat itu ternyata semuanya dengan muda saya lakukan. Ketika saya
harus bekerja mengantar air pesanan pelanggan saya selalu katakan “ Tuhan aku
bisa bersamaMU”.
Doa menguatkan saya ketika saya tidak diperhitungkan, ketika segala usaha saya
tidak di hargai. Itulah senjata saya selama saya mengikuti Tuhan dalam pelayanan
saya. Tuhan sangat luar biasa, Ia memberikan kekuatan kepada saya,
mencukupkan segala kebutuhan saya. Tidak ada yang tidak pernah Tuhan berikan
kepada saya ketika saya berseru kepada Tuhan.
Jalanmu bukanlah Jalan-KU
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan (Yeremia 29:11).
Setiap keinginan kadang-kadang ada yang terjadi sesuai apa yang saya
inginkan. Namun, yang selalu tidak sesuai dengan keinginan saya adalah suasana
dimana saya berada. Ketika saya mengharapkan bisa mengajar di sekolah pada
saat praktek pelayanan malah saya menjadi tukang kebun setiap harinya selama
waktu yang sudah ditentukan. Ketika saya mengharapkan bisa berada di tempat
yang baik dan bisa membuat saya senang, ternyata malah sebaliknya saya harus
merasakan ditekan, dibentak, dipaksa untuk bisa melakukan sesuai dengan
keinginan orang lain.
Melawan dan terus melawan semua itu tidak ada hasilnya. Ketika Tuhan
katakan itu bukan jalan Tuhan sekuat apapun memperjuangkan keinginan saya
tidak pernah berhasil. Ketika saya menyadari hal itu, saya merasa sangat berdosa
sekali kepada Tuhan. Semua keinginan saya itu sangat lain dengan kenyataan.

Ketika saya membiarkan diri saya untuk mengikuti jalan Tuhan, saya sangat
merasakan kuasanya. Ketika saya tidak bisa berbuat banyak lagi, ketika saya
kehilangan harapan dan bingung harus berbuat apa, saya selalu ingat firman
Tuhan bahwa janji-Nya adalah hari yang cerah dan penuh harapan, masa depan
saya akan baik bukan buruk, hidup saya akan bersukacita bukan berduka.
Ketika saya merenungkan semuanya. sejak awal ketika saya mulai terlibat
dalam kegiatan kerohanian selama saya masih dalam bangku sekolah tepatnya
SMA pada waktu itu. Saya menyadari bahwa itu semua kehendak Tuhan yang
terjadi dalam hidup saya. Dan akhirnya saya dipilih Tuhan untuk diperlengkapi di
sekolah STT Pokok Anggur untuk mengabarkan berita baik bagi orang-orang di
sekitar saya.
Sejat tahun 2013 saya diperlengkapi dengan kebenaran Alkitab dan selama
hidup bersama teman-teman di asrama. Tidak mudah bagi saya untuk melewati
semua ini, karena Tuhan begitu banyak cara untuk menunjukan jalan-Nya. Ketika
saya mulai untuk membuka diri dan membiarkan Yesus yang berkuasa dalam
hidup saya. Ketika saya dihancurkan dan dibentuk kembali oleh Tuhan sangat
sakit rasanya. Karena saya harus menghilangkan dan membuang jauh segala
keinginan saya, segala impian saya. Semuanya itu hanya untuk taat dan menuruti
apa kata Tuhan, menuruti kehendak-Nya dalam hidup saya. Namun, ketiak saya
taat dan terus mengandalkan Tuhan saya menjadi manusia yang baru, manusia
yang berarti walapun belum seberapa, namun saya sangat berterimakasih pada
Tuhan karena saya menjadi seorang yang bisa berguna bagi Tuhan. Saya sangat
berharap kepada Tuhan untuk memberikan saya kesempatan untuk membuktikan
kepada kedua orang tua saya jika suatu saat nanti saya ini adalah seorang yang
berubah dan menjadi seorang anak yang berbuah didalam Tuhan.
Setiap pekerjaan yang saya lakukan selama saya berada di lapangan itu
semua adalah kehendak Tuhan. Ketika saya tidak dihargai itu adalah maunya
Tuhan, ketika saya tidak diperhitungkan itu adalah upah saya didunia ini. Itulah
jalan Tuhan bagi saya, bukan kenikmatan ataupun kesenangan melaingkan
kesesakanlah yang Tuhan mau, karena Ia sudah memberikan semuanya pada

waktunya yang tepat, Tuhan akan memberi kelegaan dan membuat saya berhasil,
Tuhan memberi kekuatan dan kesabaran dalam proses yang saya lalui.
Sebab Aku akan membuat segar orang yang lemah,dan setiap orang yang
merana akan Kubuat puas (Yeremia 31:25).
Inilah kata-kata Tuhan buat saya mengikuti jalan-Nya, buat saya bisa
bertahan dan menyelesaikan semuanya dan akan terus berjalan bersama Tuhan
karena hari depan yang cerah dan penuh harapan sudah menunggu.
Melayani dengan Tulus
Ketulusan itu memang sulit untuk diberikan kepada orang yang mungkin
tidak bisa menerimannya. Karena ketulusan itu sulit diterapkan dalam perbuatan.
Ketika saya mencoba untuk memulai dengan ketulusan banyak sekali hal-
hal yang menyakitkan dalam hidup saya. Ketika saya membantu dalam pelayanan,
segala perbuatan yang dilakukan itu kadang-kadang tidak diharga oleh orang-
orang yang sudah dibantu. Mereka tidak mau mengerti keadaan saya, mereka
tidak mau mengerti bagaimana perasaan saya, mereka tidak peduli apakah saya
sudah merasa lelah atau sudah tidak kuat lagi.
Namun Tuhan selalu memberikan kekuatan dalam setiap pelayanan saya,
ketika saya merasa bahwa saya sudah tidak sanggup lagi, Tuhan selalu ada dan
memberi kekuatan melalui firmanNya yang saya renungkan. Setiap hari saya
selalu berdoa supaya saya bisa melayani dengan setulus hati, dengan keikhlsan.
Memang melayani Tuhan itu bukan hal yang sepele, karena setiap
panggilan itu selalu mempunyai tantangan yang berbeda. Ketika saya memulai
peduli dengan orang-orang yang masih kurang mengenal Tuhan tapi saya harus
menerima balasan dengan kata-kata yang tidak enak, tidak dihargai dan bahkan
tidak didengarkan sama sekali atas apa yang sudah saya lakukan buat mereka.
Saya terus bertanya pada Tuhan sebenarnya apa maunya Tuhan dalam hidupku
ini.

Dalam Matius 5:10: berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab
kebenaran, karena merekalah yang mempunyai kerajaan Sorga.
Ketika saya merenungkan ayat firman Tuhan ini, saya mencari apa
maksud dari dianiaya. Ketika saya berdoa saya diberi pengelihatan oleh Tuhan
bahwa kata aniaya dari ayat itu adalah saya berada disebuah tempat yang begitu
banyak orang-orang yang jahat dan saya sebagai penasehat diantara mereka, tetapi
mereka tidak mau mendengarkan apa yang saya katakan buat mereka. Itulah kata
aniaya dalam diriku selama pelayanan yang artinya setiap perbuatan yang saya
sudah lakukan itu tidak diperhitungkan oleh manusia. Namun, setiap pekerjaan,
ataupun pelayanan yang saya lakukan itu buikan menjadi beban bagi saya. Kuasa
sorga itu ad bersama saya, kebahagiaan sukacita itu ada dalam diri saya Tuhan
memberikannya pada saya.
Dengan hal itu barulah saya memahami yang namanya ketulusan
melayani. Ketika ketulusan itu ada dalam diri saya setiap rintangan yang mungkin
sulit buat dihadapi menjadi mudah. Ketulusan bukan berarti harus dihargai atas
apa yang sudah dilakukan, namun mensyukuri atas setiap kehendak Tuhan dalam
segala perbuatan kita.
Ketulusan sudah harus dimiliki bagi setiap pelayan Tuhan, karena ketika
ketulusan itu ada dalam diri seseorang maka kuasa Tuhan itu ada. Tuhan tidak
pernah diam, Ia selalu berkarya bagi setiap anakNya untuk mendatangkan
kebaikan. Hanya dengan ketulusanlah saya bisa berhasil melalu proses yang ad
selama saya melayani Tuhan di mana pun Tuhan sudah menempatkan saya.
Dengan ketulusan saya juga mudah menerima setiap ujian yang Tuhan
izinkan melalui orang-orang yang bersama saya. Ocehan maupu omelan sudah
selalu masuk dan atau mungkin bisa dikatakan sudah bersarang dalam pikiran.
Dengan hal itu kadang-kadang rasa bosan, menyerah selalu menjadi musuh yang
harus dilawan supaya tidak mengalahkan tujuan dari pelayanan. Itulah rencana
Tuhan ia selalu memberikan yang terbaik, ia mengubah pola pikir saya denagn
pengalaman yang pahit. Ia mengungkapkan kuasanya ketika saya sudah tidak kuat
lagi menghadapi semua masalah yang ada didepan saya.

Tuhan berkata “lakukanlah semuanya itu seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia”. Itulah manunya Tuhan bagi saya, sebagai manusia yang punya
dosa, yang selalu mau dihargai saya sadar kalau saya punya harga diri. Namun
Tuhan sudah menebus saya dari dosa yang gelap. Saya sudah dibayar lunas, jadi
terserah Tuhan mau melakukan apa saja dalam hidupku. Dengan berdoa saya
selalu merendahkan diri pada Tuhan supaya saya dilayakan sebagai pelayan yang
setia dan taat pada setiap perintahNya. Saya mau sebagai bejana yang baru bukan
lagi bejana yang lama.
Melayani Tuhan dan melayani manusia
Dalam kehidupan ini memang selagi kita masih berada di dunia kita akan
selalu kerjasama dengan sesama (manusia). Dalam pelayanan juga demikian.
Mungkin itu menurut saya hanya “istilah” saja maksud dari melayani Tuhan,
supaya setiap pelayan Tuhan tetap semangat dalam pelayanan.
Melayani Tuhan memang cocok dengan nama itu, melayani Tuhan artinya
melakukan pekerjaan yang tampa upah atau sekedar sebagai pembantu (pekerja).
Ketika saya dalam pelayanan sejak mulai dari tahun 2013- 2016. Yang saya
lakukan bukan mengajar atau menjadi seorang penceramah melainkan menjadi
seorang pekerja yang langsung kelapangan. Memang ada saya melyani digereja
namun itu hanya salah satunya. Karena lebih banyak pada pekerjaan yang
langsung kelapangan.
Mejadi seorang pekerja tentu sudah pasti akan mendapakan upah dari hasil
pekerjaan itu, namun itu hanya skedar mimpi buruk yang sangat membuat tidak
nyaman. Ketika saya tidak punya uang dan bekerja namun tampa uang kadang-
kadang saya berpikir. Ini bukan pelayanan namanya tapi menjadi kuli dan
dimanfaatkan sebagai pekerja gratis. Ketika pola piikir saya hanya sekedar disitu
saja saya merasa hal itu salah dan bukan ini yang saya inginkan. Selalu saya
mengeluh dan berdoa pada Tuhan kenapa hal ini harus terjadi dalam pelayanan
saya. Padahal saya ini melayani Tuhan tapi kenapa saya jadi pekerja, dimana
tempat yang Tuhan sediakan untuk melayani Dia.

Ketika ada sedikit kesalahan saya selalu dapat teguran, tidap pernah
merasa nyaman dengan keadaan seperti itu. Karena saya mempunyai idealisme
melayani Tuhan artinya di Gereja, di rumah Tuhan. Bukan di hutan, bukan di
sawah, bukan di tempat jualan. Tuhan selalu sabar menghadapi saya, ketika Tuhan
nyatakan kehendakNya, saya baru menyadariNya pada semester 5. Bagaiaman
menjadi seorang pelayan Tuhan yang baik dan bisa menjadi kesenangan bagi
orang lain juga di tempat pelayanan.
Dengan proses yang panjang Tuhan memberi petunjuk dan gambaran pada
setiap kejadian-kejadian yang saya alami. Dengan seiring berjalannya watu saya
semangkin hari semangkin mengerti apa maksud dari melayani Tuhan. Berjalan
bersama Tuhan sudah harus siap menderita, karena yang dikerjakan itu bukan
untuk dunia melainkan untuk sorga.
Ketika saya melayani manusia. Saya banyak mengalami yang namannya
kesulitan. Kesalahan itu akan selalu dicari walaupun sudah benar menurut diri
sendiri. Mereka mau saya mengerjakan setiap pekerjaan yang disuruh dengan
sempurna, dengan hasil yang baik.
Ketika saya di semarang saya melayani sebagai kariawan. Pekerjaan tiap
hari mengantar pesanan dari pada pembeli. Ketika saya berkerja dan melakukan
kelalain sedikit pun saya langsung ditegur dan dimarah selain itu juga ketika
terlambat mengantar pesanan saya pasti dapat komplain atau omelan dari
pelanggan.
Sangat sulit bagi saya untuk menerima hal itu, hanya berdoa dan saya tetap
menanamkan kata-kata dalam diri saya bahwa saya melayani Tuhan bukan
melayani manusia. Ketika itu selalu terucap dalam hati saya, saya menjadi kuat
dan tetap bertahan dengan keadaan tersebut. Setiap saat saya selalu memuji
Tuhan, ketika saya sedang diatas motor mengantar pesanan saya selalu memuji
Tuhan dan tetap berdoa.
Ketika saya merasa bosa dan saya mau menyerah melakukan tugas pelayanan ini.
Sekali lagi Tuhan mengingatkan saya bahwa segala yang sedang saya alami itu
belum seberapa karena Nabi-nabi yang sebelum saya juga sudah merasakannya

dalam menghadapi kesukaran melayani Tuhan. Ketika saya tulus melayani Tuhan
dan manusia saya Tuhan selalu memberi kekuatan yang saya tidak pernah sadari
dan saya selalu mendapatkan bagian dari apa yang memang sudah menjadi bagian
saya.
Melayani; Belajar dan Bekerja
Banyak hal untuk belajar. Karena hidup ini adalah sebagian dari belajar.
Ketika melihat hal yaang baru yang belum pernah dilihat sebelumnya maka akan
timbul dalam pikiran ada keinginan untuk bisa mengetahuinya. Ketika berada di
tempat yang berbeda suasana kita juga perlu belajar untuk menyesuaikan diri.
Ketika berada di daerah yang berbeda kebudayaan maka perlu belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sama halnya dengan bekerja, banyak hal
yang baru ketika berada diluar daerah yang kita diami. Banyak jenis pekerjaan
yang dapat dikerjakan baik yang sederhana sampai yang tersulit sekalipun.
Ketahuilah bahwa semua itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Karena ketika belajar
atau bekerja itu semua melakukan tindakan dan tindakan itu sama dengan
pelayanan. Ketika melayani maka belajar dan bekerja itu akan muncul dan Tuhan
mengizinkan itu semua supaya kita menjadi orang yang tahu dan mempunyai
pengalaman yang baru bersama Tuhan.
Waktu saya di Palembang, memang maslah pekerjaan saya sudah bisa
mengerti karena apa yang saya lakukan di Palembang sama dengan yang di
Kampung saya yaitu sama-sama bertani. Namun hanya jenis tanamannya saja
yang berbeda tapi cara pengolahan sama. Yang membuat hal itu baru bagi saya
adalah saya bisa melihat cara yang sedikit sederhana namun mempunyai manfaat
yang luar biasa. Ketika saya pelajari sambil bekerja sayamelihat dan mengamati
pada setiap kebun-kebun yang ada. Cara pengolahannya bagaimana, cara
menanamnya bagaimana sampai cara merawatnya dan akhirnya tiba saatnya untuk
memanen hasilnya.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena dengan bimbingannya saya
bisa mengetahui dan merasakan pelayanan yang sangat berarti bagi saya. Karena
selain saya bisa melayani, saya juga bisa belajar dan mendapatkan pengalaman

yang baru dan berguna buat saya mangkin termotivasi untuk membuka lapangan
pekerjaan bagi orang-orang dikampug saya.
Melayani Tuhan tidak harus di dalam gereja, tidak harus menjadi seorang
teolog yang selalu berkoar-koar di mimbar. Melayani Tuhan bukan hanya berkata-
kata melainkan harus ada tindakan juga.
Ibrani 11:1: iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Yakobus 2:22: kamu lihat, bahwa iman berkerjasama dengan perbuatan-
perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi nyata.
Saya senang karena diizinkan Tuhan untuk merasakan bagaimana rasanya
melakukan pelayanan yang sebenarnya dalam tindakan. Karena tidak semua orang
sama pengalaman pelayanan. Semua rencana Tuhan selalu baik dalam setiap
kehidupan saya, Ia selalu memberikan hal-hal yang baru dan membuka wawasan
yang luas untuk mengetahui semua kehendakNya melalu Pelayanan, pekerjaan
dan pelajaran.
Belajar Tidak Menyalakan Siapa-siapa.
Menjadi seorang pelayan memang sulit untuk menjadi seorang yang taat
ataupun menjadi seorang yang benar-benar menuruti kehendak Tuhan. Terkadang
rasa kejenuhan itu bisa memicu rasa kekecwaan dan menimbulkan tindakan tidak
taat. Karena ketika hal itu terjadi maka mengritik dan menyalahkan orang lain itu
akan sudah pasti dilakukan.
Ayub : 1:21-22: katanya: dengan telanjang aku keluar dari kandaungan
ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali kedalamnya. Tuhan yang
memberi, Tuhan yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan!. Dalam kesemuanya
itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Ketika saya membaca ayat ini saya dibukakan pikiran oleh Tuhan, bahwa
setiap penderitaan yang dialami itu memang sudah akan dialami jika bersama
Tuhan. Memang banyak masalah yang dihadapi, ketika saya menerima perlakukan

yang tidak sesuai sering sekali saya menyalahkan orang, menyalahkan sekolah,
menyalahkan diri sendiri. Tidak menerima keadaan yang sangat sulit bagi saya,
saya anggap hanya sia-sia saya melakukannya karena saya bekerja buan untuk
menerima imbalan.
Kembali lagi bahwa saya ini adalah seorang hamba Tuhan. Kisah Ayub
adalah jawaban doa saya selama ini. Saya di sadarkan kembali bahwa saya ini
harus belajar taat dan jangan sekali menyalahkan siapa-siapa didalamnya. Tuhan
selalu mempunyai cara untuk memberikan pembentukan karakter, dan
menunjukan kuasaNya.
Ketika Tuhan kirim saya di Surabaya, saya melayani di Yayasan Panti
Asuhan. Selain melayani di bidang rohani saya juga membantu pak. Pendeta
memelihara ikan lele. Setiap hari saya harus mencari ampas ikan di pasar. Saya
sayngat tidak terima diperlakukan seperti itu. Saya menjadi melawan dan
terkadang tidak taat. Memang sulit untuk merendahakan diri serendah-rendahnya
seperti hamba. Sebagai manusia yang belum memahami maksud dari panggilan
Tuhan banyak sekali kesalahan yang dilakukan.
Namun, kasih Tuhan itu tetap ada dalam hidupku, Tuhan sabar menghadapi
sifatku, Tuhan tetap membimbingku. Tuhan selalu menguatkan melalui firman
yang saya renungkan. Saya sadar bahwa Tuhan itu tidak pernah salah dalam
rencanaNya. Ketika Taat itu ada dalam diri saya, saya merasakan bimbingan
Tuhan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pelayanan saya selama enam
bulan dan kembali ke jakarta untuk melanjutkan kuliah selanjutnya.
Dari padang Gurun Menuju Kanaan
Mungkin istilah ini yang tepat bagi saya, seperti kisah bangsa Israel
berjalan bersama Tuhan yang dipimpin oleh orang-orang yang dipilih Tuhan.
Ketka mereka berjalan melintasi padang gurun selama empat puluh tahun lamanya
banyak sekali yang mereka alami. Baik mereka mengelu, bersungut-sungut dan
menyalahkan Tuhan. Namun, dengan kesabaran dan kasih Tuhan yang begitu
besar mereka tetap dikasih oleh Tuhan. Ketika mereka haus mereka diberi air,
ketika mereka lapar mereka diberi makan mana. Yang paling luar biasa lagi

penyertaan Tuhan atas bangsa Israel yaitu mereka di naungi oleh tiang awan dan
tiang api untuk melidungi mereka dari panasnya terik matahari dan dinginnya
cuaca malam hari.
Saya juga merasakan bagaimana rasanya ketika menghadapi keadaan
ketika saya berada di “padang gurun”. Merasa capek, bosan, memberontak sering
saya lakukan dan membuat saya mau menyerah ketika itu. Perjuangan untuk tetap
di dalam koridor bimbingan Tuhan. Perjuangan melawan kuasa iblis untuk
menjatuhkan saya dalam pelayanan.
Banyak hal yang membuat saya merasa mau menyerah dalam pelayanan.
Ketika kesulitan yang saya alami itu menjadi suatu yang sangat mengecewakan
bagi saya. Ketika saya kehabisan uang dan saya tidak bisa mencari uang,
walaupun tetap bekerja namun tidak ada gaji. Mungkin ini adalah proses yang
harus saya alami dan saya yakin ketika saya bisa menjalani “padang gurun” itu
saya akan menemukan tanah Kanaan yang Tuhan sudah sediakan.
Rencana Tuhan tidak pernah salah dan tidak akan pernah berubah, saya
percaya itu. Karena ketika saya belum bisa menyelesaikan atau lolos dari tahap
yang Tuhan izinkan terjadi pada saya, Tuhan akan mempertemukan kembali
dengan hal yang sama walaupun tempatnya berbeda. Tuhan mau supaya saya
tuntas dan menang dalam proses itu, Tuhan mau supaya saya lolos menghadapi
tantangan yang Tuhan rencanakan dalam diri saya.
Setelah menjalani proses yang sulit, untuk menjadi orang yang berguna
bagi orang lain dan menyenangkan hati Tuhan. Berjalan bersama Tuhan dalam
susah dan duka, merasakan pertolonganNya. Tuhan menunjukan apa dan
bagaimana kebahagiaan sejati itu. Tanah Kanaan yang Tuhan sudah sediakan itu
semuanya ada dalam diri saya, bukan kesenangan yang saya maksud namun
perubahan dalam diri saya yang saya alami, dulu sebelum saya mengenal Tuhan,
hidup saya tidak ada yang berarti setipa perbuatan yang saya lakukan tidak
bermakna dalam hidup saya, tidak ada kebahagiaan, tidak ada keikhlsan dalam
diri saya. Namun sekarang, setelah saya mengenal Tuhan, hidup saya lebih berarti
dan bermakna, saya bisa menjadi berkat bagi tiap orang di sekeliling saya. Itulah

yang saya alami dan saya katakan; Perjalanan dari Padang Gurun menuju Tanah
Kanaan.
Panggilan Melayani Tuhan
Ketia pertama pelayanan, bisa dikatakan saya belum bisa mengetahui apa
yang Tuhan rencanakan dalam hidup saya, mau jadi apa saya ini nantinya,
melayani dibidang apa saya ini nantinya.
Namun, dengan berjalan seiringnya waktu, setiap pengalaman yang
berbeda yang saya alami itu menjadi sebuah petunjuk bagi saya untuk mengerti
maksud dari Tuhan. Tuhan mau saya menjadi seorang pengajar, melayani dalam
bidang pendidikan. Ketika saya melayani pasti saya selalu dihadapkan dengan
kegiatan belajar mengajar walaupun saya tidak langsung di sekolah.namun, saya
membantu mengajar les, mengajar sekolah minggu dan yang lainnya. Selain itu
juga saya memang sudah minta kepada Tuhan untuk melayani dibidang
pendidikan Agama Kristen karena kerinduan saya untuk membangun anak-anak di
daerah saya yang sangat membutuhkan pelayanan pendidikan. Disebabkan
kurangnya tenaga pengajar di daerah saya.

Sebagai penutup dari kisah pelayanan saya, izinkan saya memasang
beberapa foto dari hasil pelayanan saya berikut ini.
1. foto waktu di Palembang

2. Foto bersama anak Panti di Surabaya

3. Foto bersama Pemuda di Bengkulu.
Itulah sedikit foto dari beberapa kegiatan yang saya lakukan selama
Pelayanan. Di daeah-daerah yang sudah saya datangi.

Kesimpulan
Rencana Tuhan memang sulit untuk dipahami jika tidak pernah
menanyakannya kepada Tuhan dan tidak mau merenungkan firmanNya. Tuhan
selalu mempunyai banyak cara dalam hidup ini. Ketika kita mau melayani Tuhan
itu dalah sebuah kehormatan yang luar biasa bagi kita. Tidak perlu kahawatir
dalam segala hal, karena Tuhan menyertai dan mencukupkan segala-galanya.
Setiap rintangan yang dihadapi bukanlah akhir dari semuanya namun itu
adalah rencana Tuhan untuk membuat kepribadian yang lebih kuat, tangguh dan
bermental iman yang kuat. Melayani Tuhan tidak harus menerima kehormatan
dari manusia, melayani Tuhan hanya membutuhkan kerendahan hati. Hidup yang
berarti ketika kita memilih untuk melayani Tuhan, hidup ini akan terasa berarti
ketika bisa menjadi berkat. Yakinlah Tuhan selalu menyertai kita.