KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap...

181
KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah DYAH KUSUMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

Transcript of KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap...

Page 1: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN

KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah

DYAH KUSUMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2005

Page 2: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkaitan Sektor Unggulan dan Karakteristik Tipologi Wilayah dalam Pengembangan Kawasan Strategis: Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2005

Dyah Kusumawati NRP A253040034

Page 3: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

ABSTRAK

DYAH KUSUMAWATI. Keterkaitan Sektor Unggulan dan Karakteristik Tipologi Wilayah dalam Pengembangan Kawasan Strategis: Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh SETIA HADI, BABA BARUS, dan YAYAT SUPRIATNA.

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, memberikan pengaruh yang luas dalam penentuan sistem perencanaan pembangunan wilayah di Indonesia. Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar di dalam merencanakan arah pembangunan daerahnya. Adanya desentralisasi pembangunan diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antarwilayah akibat pembangunan sentralistik yang cenderung mengejar pertumbuhan dan mengabaikan pemerataan. Pembentukan kawasan-kawasan khusus sebagai prioritas pengembangan wilayah dilakukan dalam upaya meminimalkan kesenjangan antarwilayah. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor unggulan serta pemusatan aktivitas sektor, karakteristik tipologi wilayah, pola sebaran spasial potensi sumber daya wilayah, dan pola interaksi spasial di Kawasan Kedungsapur. Sektor unggulan dianalisis dengan menggunakan analisis input-output, analisis location quotient, dan analisis shift-share. Karakteristik tipologi wilayah dianalisis dengan analisis komponen utama, analisis kluster dan analisis diskriminan. Pola sebaran spasial potensi sumber daya wilayah dengan menggunakan analisis spasial. Pola interaksi wilayah dilihat dengan mendeskripsikan pola berdasarkan data aliran barang antarzona wilayah di Kawasan Kedungsapur.

Hasil analisis menunjukkan sektor-sektor ekonomi yang mampu memberikan efek multiplier bagi pertumbuhan ekonomi Kawasan Strategis Kedungsapur dan berpotensi untuk menjadi sektor unggulan wilayah adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau; sektor industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki; sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lain; sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet; serta sektor restoran. Pemusatan aktivitas sektor unggulan di Kota Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Semarang. Karakteristik tipologi wilayah berdasarkan potensi sumber daya wilayah yang ada di Kawasan Strategis Kedungsapur menunjukkan tiga kelompok tipologi. Pola sebaran spasial potensi sumber daya di Kawasan Kedungsapur, menunjukkan bahwa daerah-daerah yang termasuk dalam tipologi I sebagian besar adalah wilayah Kota Semarang dan Kota Salatiga, sedangkan daerah-daerah yang masuk dalam tipologi II sebagian besar adalah wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal, sementara tipologi III sebagian besar adalah wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan. Pola interaksi spasial yang ada di Kawasan Kedungsapur belum menunjukkan adanya keseimbangan interaksi antarwilayah dalam kawasan.

Page 4: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN

KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah

DYAH KUSUMAWATI

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2005

Page 5: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

Judul Tesis : Keterkaitan Sektor Unggulan dan Karakteristik Tipologi Wilayah dalam Pengembangan Kawasan Strategis: Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah

Nama : Dyah Kusumawati NRP : A253040034

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si Ketua

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc Ir. Yayat Supriatna, MURP Anggota Anggota Diketahui

Dekan Sekolah Pascasarjana

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc Tanggal Ujian: 25 Oktober 2005 Tanggal Lulus: Tanggal

Lulus

Page 6: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

Sebuah persembahan untuk:

♦ Mama, seiring do’a, restu, serta keyakinan dalam setiap langkahku

♦ Suami terkasih, atas pengertian, semangat

serta motivasi dalam mewujudkan cita

Page 7: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala izin dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini mengambil judul Keterkaitan Sektor Unggulan dan Karakteristik Tipologi Wilayah dalam Pengembangan Kawasan Strategis: Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah.

Penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc., dan Bapak Ir. Yayat Supriatna, MURP sebagai anggota Komisi Pembimbing atas segala motivasi, arahan, dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hingga penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan pula kepada Bapak Dr. Ir. HR. Sunsun Saefulhakim, M.Agr. selaku penguji luar komisi atas segala sarannya guna penyempurnaan tesis ini. Kepada keluarga serta semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dukungan bagi kelancaran penyusunan tesis ini, penulis ucapkan terima kasih.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak. Jika terdapat kebenaran, adalah semata-mata dari Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah SWT.

Bogor, Oktober 2005

Dyah Kusumawati

Page 8: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 13 April 1973 dari pasangan Hadijono dan Sutji Murniati. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan di kota kelahiran penulis, sedangkan pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret di Surakarta, lulus pada tahun 1996. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2004 dan diterima di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah melalui beasiswa pendidikan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Penulis bekerja pada Departemen Keuangan RI dan pernah ditempatkan di Bandung pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran Provinsi Jawa Barat dari tahun 1997 s.d. 1999. Kemudian ditempatkan di Jakarta pada Direktorat Pembinaan Anggaran - Direktorat Jenderal Anggaran dari tahun 1999 s.d. 2004. Saat ini penulis bertugas pada Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan di Jakarta.

Page 9: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

PENDAHULUAN

Latar Belakang ...................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................... 5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 8 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8 Sistematika Penulisan ............................................................................ 9

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Pembangunan Wilayah .................................................... 10 Kesenjangan dalam Pembangunan Wilayah ......................................... 12 Strategi Pengembangan Wilayah .......................................................... 14 Teori Lokasi ......................................................................................... 22 Pendekatan Sektoral dan Pendekatan Wilayah dalam Pembangunan ... 23 Skala Prioritas dalam Pembangunan Wilayah ....................................... 25 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 29 Studi yang Terkait dengan Pengembangan Kawasan Strategis ............ 31

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 32 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 32 Kerangka Analisis Penelitian ................................................................ 32 Metode Analisis ..................................................................................... 34

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Wilayah ................................................................................... 51 Komposisi Penduduk ............................................................................ 56 Kondisi Perekonomian .......................................................................... 63 Sistem dan Prasarana Wilayah .............................................................. 75 Kelembagaan ......................................................................................... 78

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sektor Unggulan dan Pemusatan Aktivitas Sektor................................. 82 Karakteristik Tipologi Wilayah di Kawasan Kedungsapur ................... 108 Pola Sebaran Spasial Potensi Sumber Daya Wilayah Kedungsapur ...... 115 Interaksi Spasial dalam Kawasan Kedungsapur .................................... 116

ix

Page 10: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

Arahan Pengembangan Kawasan Kedungsapur ................................... 120

SIMPULAN Simpulan ............................................................................................... 127 Saran .................................................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130

LAMPIRAN .................................................................................................. 135

x

Page 11: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Produk Domestik Regional Bruto kabupaten dan kota di Kawasan Strategis Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 …………………………………......

2 PDRB per kapita kabupaten dan kota dalam Kawasan Kedungsapur serta Provinsi Jawa Tengah tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 ……….…............................…………………….

3 Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Kemiskinan Manusia pada kabupaten dan kota dalam Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah tahun 1999 dan 2002 ……........................................................

4 Transaksi input-output ….........………………………………………

5 Luas wilayah dan jumlah kecamatan pada kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah ..........................…..

6 Ketinggian wilayah, rata-rata hari hujan, dan rata-rata curah hujan pada kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2003……

7 Penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur tahun 1999……………..

8 Penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur tahun 2003……..………

9 Kepadatan penduduk masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 1999 dan tahun 2003…………......…….......……

10 Jumlah penduduk masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 ............………………………………

11 Persentase perkembangan penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003…………………………………………

12 Banyaknya penduduk lahir, mati, datang, dan pindah di Kawasan Kedungsapur tahun 2003……………………………………………...

13 Banyaknya penduduk menurut kelompok umur………………………

14 Banyaknya penduduk menurut tingkat pendidikan……………………

15 Banyaknya penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur menurut mata pencaharian …...................................………………….

16 PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 ..............................……………………………….

17 Persentase kontribusi per sektor PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993……………………...

18 Persentase pertumbuhan sektoral PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 ………………

4

6

7

37

51

52

54

55

56

57

58

58

59

60

62

64

65

66

xi

Page 12: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

19 PDRB menurut sektor di kabupaten dan kota dalam Kawasan Kedungsapur tahun 2003 atas dasar harga berlaku .....................……

20 PDRB menurut sektor di kabupaten dan kota dalam Kawasan Kedungsapur tahun 2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 …........

21 Luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Kawasan Kedungsapur .........................................................................................

22 Persentase luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Kawasan Kedungsapur terhadap luas panen dan produksi padi dan palawija di Provinsi Jawa Tengah .........................................................

23 Luas panen dan produksi tanaman perkebunan serta produksi hasil hutan di Kawasan Kedungsapur ...........................................................

24 PDRB per kapita kabupaten dan kota, kawasan serta provinsi tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 ......................

25 Banyaknya sarana kesehatan di Kawasan Kedungsapur………………

26 Banyaknya sarana pendidikan di Kawasan Kedungsapur……………..

27 Program pembangunan bersama antardaerah di Kawasan Kedung- sapur tahun 1998 dan tahun 2005 ………………………………….....

28 Sepuluh sektor terbesar menurut peringkat output di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 …………………………………………….

29 Sepuluh sektor terbesar menurut peringkat nilai tambah di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 ………………………………….

30 Komposisi nilai tambah bruto menurut komponennya di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 …………………………………………….

31 Komposisi permintaan akhir menurut komponennya di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 ……………………………………………..

32 Angka pengganda masing-masing sektor …………………………….

33 Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan menurut sektor ekonomi tahun 2003 …………………………………………………..

34 Pengelompokan sektor ekonomi berdasarkan daya penyebaran dan derajat kepekaan ………………………………………………………

35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi .........

36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap PDRB kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan 2003 ...

37 Hasil analisis shift-share kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan 2003 ……………...................................

38 Pengelompokan kecamatan menurut tipologi wilayah di Kawasan Kedungsapur ………………………………………………………….

39 Karakteristik tipologi wilayah di Kawasan Kedungsapur …………….

68

68

72

72

73

74

76

76

79

83

84

86

87

88

90

93

97

100

109

112

113

xii

Page 13: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

40 Matriks pergerakan barang (aliran masuk) antarzona (angkutan jalan) di Kawasan Kedungsapur .........………………………………...

41 Matriks pergerakan barang (aliran keluar) antarzona (angkutan jalan) di Kawasan Kedungsapur ............…………………………………….

117

118

xiii

Page 14: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto kabupaten dan kota dalam Kawasan Strategis Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah tahun 2000-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 …......

2 Peranan prasarana wilayah dalam meningkatkan daya saing wilayah

3 Kerangka 7-S Mc-Kinsey…………………………………………….

4 Hubungan antara pengembangan wilayah, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan teknologi .................................................................

5 Kerangka pemikiran …………………………………………………

6 Kerangka analisis penelitian ………………………………………....

7 Bagan alir penentuan sektor unggulan ..................................................

8 Kerangka analisis tipologi wilayah .......................................................

9 Grafik jumlah penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah selama tahun 1999 – 2003……...

10 Komposisi jumlah penduduk masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur menurut tingkat pendidikan…………….....

11 PDRB Kawasan Kedungsapur menurut lapangan usaha tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993……………………...

12 Peta wilayah penelitian .............................…………………………...

13 Pola sebaran sektor-sektor ekonomi berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (SDIBL) dan Indeks Derajat Kepekaan (SDIFL). ……….

14 Hubungan antara keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (SDIBL) dengan angka pengganda PDRB …………………

15 Hubungan antara keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (SDIBL) dengan angka pendapatan (IM-1) ………………..

16 Hubungan antara pengganda PDRB dengan angka pengganda pendapatan (IM-1) …………………………………………………….

17 Keterkaitan antarkabupaten dan antarkota di Kawasan Kedungsapur ..

18 Peta tipologi wilayah Kedungsapur …………………………………..

19 Peta potensi sumber daya fisik ..............................................................

20 Peta tipologi wilayah berdasarkan potensi sumber daya fisik ..............

5

19

20

25

30

33

42

48

57

61

64

81

91

94

95

96

119

124

125

126

xiv

Page 15: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Tabel I-O Kawasan Kedungsapur tahun 2003 ....………………………. 136

2 Koefisien input ………………………………………………………….. 141

3 Matriks kebalikan (I-A)-1 ………………….…………………………… 145

4 Keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan ........................…….. 149

5 Penentuan sektor unggulan …………………………………………….. 151

6 Hasil analisis location quotient PDRB gabungan kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan 2003 .......................................... 153

7 Hasil analisis shift-share Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan 2003… 154

8 Variabel analisis tipologi wilayah .....................……………………….. 155

9 Hasil analisis komponen utama variabel SDA ...………………………. 156

10 Hasil analisis komponen utama variabel SDM dan SDS ..…………….. 156

11 Hasil analisis komponen utama variabel SDB ………………………… 157

12 Hasil analisis komponen utama faktor penciri utama (SDA, SDM dan SDS, SDB) ..............................................................................………… 157

13 Karakteristik tipologi wilayah ........................………………………… 158

14 Hasil analisis diskriminan ........................................................................ 160

15 Penilaian tingkat potensi pengembangan sumber daya fisik ...............…. 161

16 Skor tingkat potensi pengembangan ................................................…… 162

xv

Page 16: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang

kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004,

memberikan pengaruh yang luas dalam penentuan sistem perencanaan

pembangunan wilayah di Indonesia. Salah satunya adalah pemerintah daerah

memiliki kewenangan yang lebih besar di dalam merencanakan arah

pembangunan daerahnya. Otonomi daerah telah mengakibatkan pergeseran

paradigma pembangunan wilayah yang semula sangat sentralistik ke arah

pengembangan wilayah yang desentralistik, yaitu dengan diserahkannya beberapa

kewenangan pemerintahan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengelola

urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Daerah semakin dituntut untuk dapat memecahkan masalah-masalah

pembangunan di daerahnya termasuk konflik-konflik yang terkait dengan

pengembangan wilayah, karena pemerintah daerah serta masyarakat lokal

yang paling mengetahui potensi wilayah serta kebutuhan pengembangan

wilayahnya.

Desentralisasi pembangunan diharapkan dapat mengurangi kesenjangan

antarwilayah akibat paradigma pembangunan sentralistik yang cenderung

mengejar pertumbuhan ekonomi serta mengabaikan pemerataan. Selama ini

kebijakan pembangunan yang sentralistik cenderung menerapkan arah serta

strategi pembangunan wilayah yang homogen tanpa memperhatikan dan

mempertimbangkan keberagaman potensi yang dimiliki oleh masing-masing

daerah, sehingga apa yang menjadi potensi unggulan wilayah tidak dimanfaatkan

secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya maupun

pengembangan wilayahnya.

Upaya pengembangan wilayah (regional development) harus diarahkan pada

pemecahan masalah ketimpangan antarwilayah dalam tingkat kesejahteraan dan

pertumbuhan ekonomi. Selain itu dalam rangka desentralisasi, pengembangan

wilayah juga harus merupakan alat koordinasi pembangunan sektoral di daerah.

Sehingga perlu penekanan pendekatan wilayah terpadu melalui rencana tata ruang

Page 17: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

2

pada skala nasional, provinsi maupun kabupaten (Tjahjati 1992). Lebih lanjut

seperti dikemukakan oleh Rustiadi et. al (2004), pembangunan berbasis

pengembangan wilayah dan lokal memandang penting keterpaduan antarsektor,

antarspasial (keruangan), serta antarpelaku pembangunan di dalam maupun

antardaerah. Sehingga setiap program-program pembangunan sektoral

dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Anwar (2004), bahwa selama ini telah

terjadi kebijakan salah arah (misleading policy) karena ukuran keberhasilan

pembangunan cenderung hanya dilihat dari terciptanya laju pertumbuhan

perekonomian yang tinggi dengan strategi yang dipergunakan adalah mendorong

industrialisasi yang dipercepat di kawasan-kawasan perkotaan. Pendekatan

pembangunan tersebut memang telah berhasil mempercepat pertumbuhan

kawasan perkotaan yang melampaui kawasan lainnya terutama wilayah perdesaan

atau dengan kata lain kebijaksanaan pembangunan telah bersifat urban bias yang

mendorong percepatan urbanisasi dan pada akhirnya akan menimbulkan biaya-

biaya sosial yang tinggi. Lebih lanjut akibat dari terjadinya percepatan urbanisasi

selain menimbulkan dampak positif juga juga menimbulkan dampak negatif, yaitu

terserap dan terkurasnya sumber daya yang dimiliki wilayah perdesaan oleh

kawasan perkotaan, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Aliran sumber daya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan terjadi

seiring dengan ditetapkannya perkotaan sebagai pusat-pusat pertumbuhan, namun

sejauh mana dukungan sumber daya tersebut mampu memberikan manfaat balik

yang signifikan bagi wilayah perdesaan perlu dijadikan pertimbangan oleh

Pemerintah Daerah dalam menentukan kebijakan pengembangan wilayahnya.

Oleh karena itu seperti dikemukakan Riyadi (2002), bahwa pengembangan

wilayah atau pengembangan tata ruang wilayah perlu dimulai dengan

menganalisis kondisi wilayah, potensi unggulan wilayah, dan permasalahan yang

ada di wilayah tersebut untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar pertimbangan

dalam menentukan strategi pengembangan wilayah dengan berdasarkan

keterkaitan antara perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, potensi

sumber daya alam, serta ketersediaan prasarana wilayah dalam mendukung

aktivitas perekonomian di wilayah tersebut.

Page 18: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

3

Pemerintah Daerah perlu menentukan sektor dan komoditi apa saja yang

diperkirakan bisa tumbuh cepat di wilayah tersebut. Sektor dan komoditi tersebut

haruslah yang merupakan sektor unggulan atau mempunyai prospek untuk

dipasarkan ke luar wilayah atau diekspor di masa yang akan datang dan dapat

dikembangkan secara maksimal. Sektor tersebut perlu didorong, dikembangkan,

dan disinergikan dengan sektor-sektor lain yang terkait. Menurut Tarigan (2004a),

beberapa sektor dikatakan bersinergi apabila pertumbuhan salah satu sektor akan

mendorong sektor lain untuk tumbuh. Begitu pula sebaliknya sehingga terdapat

dampak pengganda yang cukup berarti, yang pada akhirnya akan mempercepat

pertumbuhan ekonomi wilayah.

Salah satu upaya pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh pemerintah

Provinsi Jawa Tengah adalah dengan meningkatkan pertumbuhan dan keterkaitan

kawasan yang berkembang dan kurang berkembang, yang dilakukan dengan

meningkatkan perkembangan kawasan-kawasan potensial, pengembangan sektor

unggulan di kawasan terbelakang, mengupayakan pengembangan sektoral dalam

kawasan, antara kawasan berkembang dan kurang berkembang untuk mendukung

terbentuknya keseimbangan perkembangan baik sektoral maupun wilayah, pola

investasi diarahkan secara sistematis dengan mengupayakan optimasi

pertumbuhan dan pemerataan sesuai dengan potensi wilayah, disiapkan insentif

dan disinsentif pembangunan sesuai dengan kebijakan pengembangan ruang

(Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2003).

Berkenaan dengan hal tersebut, sebagaimana telah ditetapkan melalui

Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Jawa Tengah, salah satu bentuk kawasan kerjasama strategis dalam

provinsi adalah Kawasan Strategis Kedungsapur (Kendal-Demak-Ungaran-

Salatiga-Semarang-Purwodadi) yang melibatkan empat kabupaten dan dua kota,

yaitu Kota Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten

Semarang, Kota Salatiga, serta Kabupaten Grobogan. Pembentukan kawasan-

kawasan khusus yang menjadi prioritas pembangunan didasarkan pada

pertimbangan bahwa terdapat kecenderungan kesenjangan antara kota atau

kabupaten yang merupakan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah di

sekitarnya. Adanya indikasi kesenjangan wilayah pada kawasan tersebut, dapat

Page 19: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

4

dilihat dari perbandingan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-

masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur seperti disajikan dalam

Tabel 1, Kota Semarang sebagai pusat pertumbuhan di Kawasan Kedungsapur

memiliki PDRB yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten maupun

kota di sekitarnya.

Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto kabupaten dan kota di Kawasan Strategis Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 (dalam juta rupiah)

Tahun Kabupaten/Kota

1999 2000 2001 2002 2003 Kab. Kendal 1 517 442.73 1 550 774.69 1 592 755.77 1 629 913.63 1 664 885.50 Kab. Demak 723 427.58 744 316.44 769 047.86 789 539.07 812 187.46 Kab. Semarang 999 629.79 1 047 365.80 1 082 378.77 1 124 598.85 1 167 267.05 Kota Semarang 4 899 241.88 5 142 532.90 5 405 239.40 5 626 854.73 5 875 871.63 Kota Salatiga 245 601.15 254 362.19 263 634.76 273 700.06 284 493.05 Kab. Grobogan 676 482.89 711 751.54 741 821.41 765 475.33 798 159.51 Sumber: BPS, 2004

Laju pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah apabila dilihat dari laju

pertumbuhan PDRB rata-rata atas dasar harga konstan tahun 1993 pada kabupaten

dan kota yang termasuk dalam Kawasan Strategis Kedungsapur selama kurun

waktu 1999-2003, dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi sebesar 4.66% adalah

Kota Semarang. Sedangkan terendah adalah Kabupaten Kendal dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 2.35% dan Kabupaten Demak dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 2.94% seperti ditampilkan pada Gambar 1. Rata-rata laju pertumbuhan

PDRB di kedua kabupaten tersebut bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan

rata-rata laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah pada kurun waktu yang

sama 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 yaitu sebesar 3.70%.

Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan kabupaten dan kota di sekitarnya, selain karena Kota Semarang

merupakan salah satu pusat kegiatan perekonomian dan perdagangan di Provinsi

Jawa Tengah, juga didukung dengan letaknya yang strategis dilalui jalur arteri

primer antarprovinsi. Namun tentu saja perkembangan perekonomian Kota

Semarang tidak terlepas dari dukungan sumber daya baik sumber daya alam

Page 20: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

5

maupun manusia dari daerah-daerah di sekitarnya, sementara adalah suatu hal

yang ironis bahwa Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak yang memiliki rata-

rata pertumbuhan PDRB terendah adalah kabupaten yang berbatasan langsung

dengan Kota Semarang.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

2000 2001 2002 2003Tahun

Per

tum

buha

n P

DR

B (%

)

Kab. Kendal Kab. Demak Kab. Semarang Kota Semarang Kota Salatiga Kab. Grobogan

Gambar 1 Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto kabupaten dan

kota dalam Kawasan Strategis Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah tahun 2000–2003 atas dasar harga konstan tahun 1993.

Oleh karena itu, pembentukan kawasan-kawasan khusus sebagai prioritas

pengembangan wilayah dalam upaya meminimalkan kesenjangan antarwilayah di

Provinsi Jawa Tengah perlu didukung dengan mewujudkan keterpaduan sektoral

dan wilayah sebagai pertimbangan dalam menentukan strategi pengembangan

wilayah secara berimbang, khususnya Kawasan Strategis Kedungsapur yang

mencakup daerah-daerah kabupaten dan kota di sekitar Kota Semarang.

Perumusan Masalah

Perkembangan wilayah serta pertumbuhan perekonomian Kota Semarang

sebagai pusat pertumbuhan tentunya tidak lepas dari adanya dukungan sumber

daya dari daerah-daerah di sekitarnya baik sumber daya alam maupun sumber

daya manusia. Namun sejauh mana kontribusi yang telah diberikan oleh daerah-

daerah tersebut dapat memberikan imbal balik yang signifikan terhadap

Page 21: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

6

pertumbuhan dan pengembangan daerah belakangnya, adalah perlu didukung

dengan kebijakan pengembangan antarwilayah yang tepat.

Agar tidak terjadi aliran sumber daya ke wilayah pusat pertumbuhan yang

tidak disertai dengan aliran manfaat ke daerah-daerah sekitar, perlu adanya suatu

strategi pengembangan antarwilayah berimbang yang dapat mengurangi

kesenjangan antara daerah pusat pertumbuhan dengan daerah-daerah sekitarnya,

dalam hal ini adalah kabupaten dan kota yang berada dalam Kawasan

Kedungsapur. Sementara ini sebagai salah satu indikasi adanya kesenjangan

tersebut ditunjukkan oleh pendapatan per kapita Kota Semarang yang sangat

dominan apabila dibandingkan dengan kabupaten atau kota yang merupakan

hinterland-nya. PDRB per kapita dalam kurun waktu 1999-2003 atas dasar harga

konstan tahun 1993 menunjukkan bahwa Kabupaten Demak dan Kabupaten

Grobogan memiliki PDRB per kapita terendah, bahkan lebih rendah dari PDRB

per kapita Provinsi Jawa Tengah sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 PDRB per kapita kabupaten dan kota dalam Kawasan Kedungsapur serta Provinsi Jawa Tengah tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 (dalam rupiah)

Kabupaten/Kota/ Tahun Provinsi 1999 2000 2001 2002 2003

Kab. Kendal 1 758 877.91 1 824 737.51 1 810 201.40 1 840 210.84 1 868 210.30Kab. Demak 778 505.27 766 614.18 776 345.51 792 404.43 780 131.84Kab. Semarang 1 270 863.92 1 257 018.97 1 294 194.39 1 339 458.75 1 385 213.97Kota Salatiga 1 697 066.42 1 756 790.55 1 816 974.11 1 881 294.02 1 951 028.07Kota Semarang 3 824 156.71 3 959 928.10 4 088 522.54 4 215 803.23 4 308 516.94Kab. Grobogan 518 963.07 539 665.25 557 181.08 570 525.17 591 341.42Jawa Tengah 1 283 382.74 1 323 937.72 1 356 627.15 1 392 082.57 1 436 656.99Sumber: BPS, 2004

Selain itu kesenjangan antardaerah dalam Kawasan Strategis Kedungsapur

juga dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks

Kemiskinan Manusia (IKM) pada masing-masing kabupaten maupun kota

sebagaimana disajikan dalam Tabel 3. Selama dua kurun waktu yaitu tahun 1999

dan 2002, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Grobogan memiliki IPM yang paling

rendah apabila dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya bahkan lebih

Page 22: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

7

rendah dari IPM Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Kendal 62.1 dan 65.5

sedangkan Kabupaten Grobogan 64.2 dan 65.5. Begitu pula halnya dengan IKM

yang masih tinggi untuk Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak dan Kabupaten

Grobogan apabila dibandingkan dengan kabupaten atau kota lain di Kawasan

Kedungsapur.

Tabel 3 Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Kemiskinan Manusia pada kabupaten dan kota dalam Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah tahun 1999 dan 2002

Kabupaten/Kota/ IPM IKM Provinsi 1999 2002 1999 2002

Kab. Kendal 62.1 65.5 24.9 24.2Kab. Demak 65.9 66.4 22.6 24.9Kab. Semarang 67.9 69.5 24.1 16.2Kota Semarang 70.2 73.6 12.6 9.5Kota Salatiga 71.5 72.8 10.1 9.2Kab. Grobogan 64.2 65.5 20.2 20.2Provinsi Jawa Tengah 64.6 66.3 23.2 21.0

Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004

Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta pemerintah

kabupaten maupun pemerintah kota dalam Kawasan Strategis Kedungsapur perlu

mengkaji secara lebih mendalam strategi pengembangan kawasan tersebut, di

antaranya adalah dengan penentuan sektor strategis yang memang potensial untuk

dikembangkan dan mampu menunjukkan karakteristik wilayah serta mempunyai

keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup signifikan dengan sektor-sektor

lain. Sehingga dengan diketahuinya sektor unggulan akan berpengaruh pada

penentuan strategi pengembangan wilayah baik dari aspek perekonomian wilayah

maupun aspek pemanfaatan lahan perkotaan dan perdesaan yang sesuai bagi

aktivitas sektor unggulan.

Dengan memperhatikan uraian di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sektor apa yang merupakan sektor unggulan dan mampu memberikan efek

multiplier bagi pertumbuhan ekonomi Kawasan Strategis Kedungsapur serta

bagaimana pemusatan aktivitas sektor dalam kawasan tersebut ?

Page 23: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

8

2. Bagaimana karakteristik tipologi wilayah berdasarkan potensi wilayah yang

ada di Kawasan Strategis Kedungsapur yang mendukung pengembangan

kawasan pada umumnya dan khususnya pengembangan wilayah perkotaan

serta perdesaan di kawasan tersebut ?

3. Bagaimana pola sebaran spasial potensi sumber daya wilayah Kawasan

Strategis Kedungsapur ?

4. Sejauh mana interaksi spasial yang ada mampu mendukung pengembangan

wilayah di Kawasan Strategis Kedungsapur secara berimbang ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis sektor unggulan yang mampu memberikan efek multiplier bagi

pertumbuhan ekonomi Kawasan Strategis Kedungsapur serta pemusatan

aktivitas sektor dalam kawasan tersebut.

2. Menganalisis karakteristik tipologi wilayah berdasarkan potensi wilayah yang

ada di Kawasan Strategis Kedungsapur yang mendukung pengembangan

kawasan pada umumnya dan khususnya pengembangan wilayah perkotaan

serta perdesaan di kawasan tersebut.

3. Menganalisis pola sebaran spasial potensi sumber daya wilayah Kawasan

Strategis Kedungsapur.

4. Mengkaji sejauh mana interaksi spasial yang ada mampu mendukung

pengembangan wilayah di Kawasan Strategis Kedungsapur secara berimbang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam hal :

1. Memberikan data dan informasi sebagai bahan pertimbangan Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Kota di

Kawasan Strategis Kedungsapur dalam perumusan kebijakan pengembangan

wilayahnya.

2. Memberikan masukan dan informasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota di Kawasan Strategis

Page 24: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

9

Kedungsapur khususnya dalam menentukan sektor prioritas dan program

pembangunan yang terkait dengan pengembangan wilayah.

Sistematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini akan disajikan dengan sistematika sebagai

berikut:

Bab Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab Tinjauan Pustaka, yang mencakup kerangka teori yang berkaitan dengan

pengembangan wilayah serta dasar pemikiran tentang pentingnya keterkaitan

sektoral dan spasial dalam pengembangan wilayah, model yang digunakan,

kerangka pemikiran serta studi maupun penelitian terkait yang pernah

dilaksanakan.

Bab Metode Penelitian, yang menjelaskan mengenai lokasi penelitian, jenis dan

sumber data penelitian, kerangka analisis penelitian serta metode analisis yang

digunakan.

Bab Kajian Umum Wilayah, yang menjelaskan secara deskriptif kondisi umum

wilayah dan karakteristik umum wilayah penelitian.

Bab Hasil dan Pembahasan, yang menjelaskan hasil analisis kuantitatif maupun

analisis deskriptif mengenai keterkaitan sektor unggulan dan tipologi wilayah

dalam pengembangan kawasan strategis, serta arahan pengembangan Kawasan

Kedungsapur.

Bab Simpulan, berisi simpulan berikut saran bagi pemerintah daerah yang

merupakan arahan dan bahan pertimbangan dalam penentuan strategi kebijakan

pengembangan wilayah.

Page 25: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Pembangunan Wilayah

Perencanaan dalam rangka pembangunan wilayah memberikan makna

sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk menghubungkan pengetahuan atau

teknik yang telah dilandasi kaidah-kaidah ilmiah ke dalam praksis (praktik-praktik

yang dilandasi teori) serta dalam perspektif kepentingan orang banyak atau publik.

Sementara pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi yang

dilakukan dengan tujuan menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah

kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya secara

manusiawi. Sedangkan wilayah merupakan suatu area geografis yang memiliki

ciri tertentu serta menjadi media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan

berinteraksi. Sehingga dalam hal ini perencanaan pembangunan wilayah dapat

diartikan sebagai upaya untuk merumuskan serta mengaplikasikan kerangka teori

ke dalam kebijakan ekonomi maupun program pembangunan yang di dalamnya

juga mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial

dan lingkungan untuk mencapai kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan

(Dahuri dan Nugroho 2004).

Perencanaan pembangunan wilayah dalam hubungannya dengan suatu

daerah sebagai wilayah pembangunan, merupakan suatu proses perencanaan

pembangunan yang bertujuan melakukan perubahan menuju arah perkembangan

yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya

dalam wilayah atau daerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan

berbagai sumber daya yang ada, serta harus memiliki orientasi yang bersifat

menyeluruh, lengkap, namun tetap berpegang pada asas prioritas (Riyadi dan

Bratakusumah 2004).

Selama ini perencanaan pembangunan wilayah hanya ditinjau dari aspek

sosial-ekonomi dengan tekanan lebih kepada mewujudkan pertumbuhan ekonomi

sehingga dalam menunjukkan pertumbuhan ekonomi sering over estimate akibat

tidak adanya koreksi atas dampak negatif pertumbuhan ekonomi (Anwar dan Hadi

1996). Namun kemudian dengan adanya paradigma shift dalam pembangunan

maka konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) mulai

Page 26: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

11

muncul, seperti yang dikemukakan oleh The Brundtland Commission dalam

Turner et al. (1994), yaitu pemanfaatan sumber daya alam didasarkan kepada

prinsip bahwa pemenuhan kebutuhan pada masa sekarang hendaknya

mempertimbangkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi

kebutuhannya, oleh karenanya dalam perencanaan pembangunan wilayah mulai

mempertimbangkan aspek wilayah atau tata ruang sebelum sampai kepada tahap

investasi.

Dalam menyusun perencanaan pembangunan berbasis pengembangan

wilayah menurut Rustiadi et al. (2004), memandang penting keterpaduan sektoral,

spasial serta keterpaduan antarpelaku pembangunan di dalam dan antarwilayah.

Salah satu ciri penting pembangunan wilayah adalah adanya upaya mencapai

pembangunan berimbang (balanced development), dengan terpenuhinya potensi-

potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah

maupun daerah yang beragam sehingga dapat memberikan keuntungan dan

manfaat yang optimal bagi masyarakat di seluruh wilayah.

Sebagai upaya mewujudkan pembangunan berimbang, maka seperti

dikemukakan oleh Anwar (2005), bahwa dalam pembangunan wilayah perlu

senantiasa diarahkan pada tujuan pengembangan wilayah, antara lain mencapai:

(1) pertumbuhan (growth), yaitu terkait dengan alokasi sumber daya-sumber

daya yang langka terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam, dan

sumber daya buatan untuk hasil yang maksimal sehingga dapat dimanfaatkan

untuk kebutuhan manusia dalam meningkatkan kegiatan produktivitasnya;

(2) pemerataan (equity), yang terkait dengan pembagian manfaat hasil

pembangunan secara adil sehingga setiap warga negara yang terlibat perlu

memperoleh pembagian hasil yang memadai secara adil, dalam hal ini perlu

adanya kelembagaan yang dapat mengatur manfaat yang diperoleh dari proses

pertumbuhan material maupun non-material di suatu wilayah secara adil; serta

(3) keberlanjutan (sustainability), bahwa penggunaan sumber daya baik yang

ditransaksikan melalui sistem pasar maupun di luar sistem pasar harus tidak

melampaui kapasitas kemampuan produksinya.

Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan wilayah dimaksud perlu adanya

perencanaan pembangunan wilayah yang berdimensi lokasi dalam ruang dan

Page 27: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

12

berkaitan dengan aspek sosial-ekonomi wilayah. Perencanaan pembangunan

wilayah yang berdimensi ruang menyangkut perencanaan dalam tata guna tanah,

tata guna air, tata guna udara, serta tata guna sumber daya alam lainnya sebagai

satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sedangkan perencanaan pembangunan

wilayah dari aspek ekonomi adalah penentuan peranan sektor-sektor

pembangunan dalam mencapai target pembangunan yaitu pertumbuhan, yang

kemudian diikuti dengan kegiatan investasi pembangunan baik investasi

pemerintah maupun swasta. Penentuan peranan sektor-sektor pembangunan

diharapkan dapat mewujudkan keserasian antarsektor pembangunan, sehingga

dapat meminimalisasi inkompabilitas antarsektor dalam pemanfaatan ruang,

mewujudkan keterkaitan antarsektor baik ke depan maupun ke belakang, serta

proses pembangunan yang berjalan secara bertahap ke arah yang lebih maju dan

menghindari kebocoran maupun kemubaziran sumber daya (Anwar 2005).

Selanjutnya pengembangan suatu wilayah harus berdasarkan pengamatan

terhadap kondisi internal, sekaligus mengantisipasi perkembangan eksternal.

Faktor-faktor internal mencakup pola-pola pengembangan SDM, informasi pasar,

sumber daya modal dan investasi, kebijakan dalam investasi, pengembangan

infrastruktur, pengembangan kemampuan kelembagaan lokal dan kepemerintahan,

serta berbagai kerjasama dan kemitraan. Sedangkan faktor eksternal meliputi

kesenjangan wilayah dan pengembangan kapasitas otonomi daerah, perdagangan

bebas dan otonomi daerah itu sendiri. Sehingga dalam konsep pengembangan

wilayah paling tidak didasarkan pada prinsip-prinsip antara lain: (1) berbasis pada

sektor unggulan; (2) dilakukan atas dasar karakteristik daerah; (3) dilakukan

secara komprehensif dan terpadu; (4) mempunyai keterkaitan kuat ke depan dan

ke belakang; serta (5) dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan

desentralisasi (Bappenas 2004).

Kesenjangan dalam Pembangunan Wilayah

Paradigma pembangunan yang cenderung mengejar pertumbuhan ekonomi

dan mengabaikan pemerataan, di beberapa negara terutama negara-negara

berkembang termasuk di Indonesia telah menunjukkan bahwa konsep

pembangunan yang hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi pada akhirnya

Page 28: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

13

akan menimbulkan kesenjangan atau disparitas antargolongan masyarakat maupun

antarwilayah yang semakin lebar. Seperti yang dikemukakan oleh Anwar (2005),

bahwa yang diharapkan muncul dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

tinggi melalui pembangunan kutub-kutub pertumbuhan di kota-kota besar (growth

poles strategy) yang semula diramalkan akan terjadi efek menetes ke bawah

(tricle down effect) dari pusat-pusat pertumbuhan ke wilayah hinterland-nya

ternyata tidak pernah terjadi. Bahkan dengan ditetapkannya pusat-pusat

pertumbuhan, yang terjadi adalah net-effect-nya yaitu menimbulkan pengurasan

besar-besaran (massive backwash effect) dari wilayah perdesaan ke kawasan kota-

kota. Dengan kata lain strategi kutub pertumbuhan yang urban bias, telah

menimbulkan terjadinya transfer neto sumber daya dari wilayah perdesaan ke

kawasan perkotaan secara besar-besaran.

Oleh karena itu sebagai tantangan pembangunan di masa yang akan datang,

upaya mewujudkan masyarakat yang makin berkeadilan termasuk keadilan dan

pemerataan antardaerah dilakukan melalui kebijakan dan program-program

pembangunan dengan ciri tersebut atau yang lebih dikenal dengan pengembangan

wilayah (regional development), sehingga diharapkan dapat memperbaiki

pembangunan sektoral dan pembangunan yang bertumpu pada pusat-pusat

pertumbuhan (growth centers), karena pembangunan sektoral dan pembangunan

dengan pusat-pusat pertumbuhan meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan

ekonomi namun gagal mengatasi ketimpangan atau kesenjangan antardaerah

(Mubyarto 2000).

Timbulnya disparitas antarwilayah menurut Rustiadi et al. (2004), antara

lain disebabkan oleh beberapa faktor utama yang terkait dengan variabel fisik

maupun variabel ekonomi wilayah, yaitu: (1) geografi; (2) sejarah; (3) politik; (4)

kebijakan pemerintah; (5) administrasi; (6) sosial-budaya; dan (7) ekonomi. Suatu

wilayah yang memiliki kondisi geografi lebih baik akan mempunyai kemampuan

untuk berkembang yang lebih baik dibandingkan wilayah dengan kondisi geografi

kurang menguntungkan. Bentuk organisasi serta kondisi perekonomian pada

masa lalu akan mempengaruhi tingkat perkembangan masyarakat di suatu wilayah

dalam hal menumbuhkan inisiatif dan kreativitas dalam bekerja dan berusaha.

Instabilitas politik serta sistem administrasi yang tidak efisien akan menghambat

Page 29: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

14

pengembangan wilayah dalam hal hilangnya peluang investasi akibat

ketidakpastian usaha terutama di bidang ekonomi dan perijinan yang rumit.

Kebijakan pemerintah yang tidak tepat dengan lebih menekankan pada

pertumbuhan pembangunan tanpa diimbangi dengan pemerataan. Nilai-nilai

sosial-budaya masyarakat yang konservatif dan kontraproduktif akan menghambat

perkembangan ekonomi wilayahnya.

Faktor-faktor ekonomi yang dapat mengakibatkan kesenjangan

antarwilayah, antara lain: faktor yang terkait dengan perbedaan kuantitas dan

kualitas dari faktor produksi yang dimiliki (lahan, infrastruktur, tenaga kerja,

modal, organisasi, dan perusahaan), faktor yang terkait dengan lingkaran setan

kemiskinan (Cumulative causation of poverty propensity), faktor yang terkait

dengan pasar bebas, dan pengaruhnya pada spread effect maupun backwash effect,

serta faktor yang terkait dengan distorsi pasar (imobilitas, kebijakan harga,

keterbatasan spesialisasi, ketrampilan tenaga kerja yang terbatas, dan sebagainya).

Strategi Pengembangan Wilayah

Sejalan dengan dilaksanakannya otonomi daerah, tiap-tiap pemerintah

daerah memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan pengembangan

wilayahnya, yang tentu tidak menutup kemungkinan timbulnya perbedaan

kepentingan dan prioritas antarsektor dan antardaerah yang dapat memicu

terjadinya konflik antardaerah. Oleh karenanya untuk mencegah munculnya

benturan akibat egosektoral antardaerah terutama antara kabupaten dan kota perlu

adanya suatu strategi pengembangan wilayah yang dapat meminimalkan friksi-

friksi yang mungkin timbul dengan adanya desentralisasi. Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur kembali

mengenai penyelenggaraan urusan pemerintahan bahwa pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan Pemerintah

dan dengan pemerintah daerah lainnya, yang sebelumnya dalam Undang-undang

Nomor 22 tahun 1999 disebutkan bahwa tidak ada hubungan antara daerah

provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka penyerasian pembangunan

daerah untuk mengurangi disparitas, mewujudkan keterpaduan pembangunan,

Page 30: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

15

serta mempercepat kemajuan pembangunan daerah, dilaksanakan melalui

pendekatan berbasis wilayah yang pada prinsipnya adalah meminimalisasi friksi

dan memaksimalisasi sinergitas sehingga terwujud keserasian pembangunan

daerah di wilayah pengembangan, yang mencakup tiga aspek, yakni: (1)

keserasian pertumbuhan antardaerah, antarwilayah maupun antarkawasan yang

berorientasi pada kepentingan bersama pengembangan potensi lokal, (2)

keserasian kebijakan dan program-program pembangunan sektoral dan daerah

dalam skenario pengembangan wilayah, serta (3) keserasian di antara stakeholders

dalam dinamika pengembangan wilayah (Sumarsono 2004).

Pengembangan Kawasan Strategis

Untuk dapat berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, menurut

Warseno (2000), suatu kawasan perlu dikelola secara terpadu, komprehensif, dan

berkesinambungan agar perkembangannya lebih terarah dan teratur. Oleh

karenanya perlu beberapa perencanaan yang dikembangkan dalam

pengembangan kawasan, seperti penetapan rencana strategis kawasan (strategic

plan), pengembangan spasial dan infrastruktur (spatial and infrastructure

development), pengembangan investasi (investment development), pengembangan

kelembagaan (institution development), dan pengembangan sumber daya manusia

(human resources development).

Menurut Firman (1992), dalam upaya pencapaian hasil-hasil pembangunan

sektor-sektor secara optimal maka diperlukan adanya perencanaan tata ruang di

mana sektor-sektor tersebut berlokasi, karena yang terjadi selama ini adalah

perkembangan sektor-sektor pembangunan kurang diimbangi dengan penataan

ruang wilayah pengembangan. Salah satunya dengan membentuk kawasan

strategis yaitu kawasan–kawasan yang akan menjadi lokasi atau arena bagi

pengembangan sektor-sektor pembangunan yang dipandang strategis dari segi

penataan ruangnya, juga dapat mencakup kawasan-kawasan strategis yang

diusulkan oleh daerah dalam hal ini adalah provinsi.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Firman (1992), bahwa yang menjadi kriteria

kawasan strategis prioritas adalah:

(1) Kawasan strategis yang pengembangannya mempunyai dampak nasional.

Page 31: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

16

(2) Kawasan strategis yang pengembangan sektor strategis di atasnya

membutuhkan lahan dalam skala besar.

(3) Kawasan strategis yang di atasnya akan dikembangkan sektor strategis dengan

prioritas tinggi.

(4) Kawasan strategis yang memiliki prospek ekonomi cukup cerah dengan minat

dan kecenderungan investasi swasta dan pemerintah cukup tinggi.

(5) Kawasan strategis yang dimaksudkan untuk memacu pembangunan wilayah

yang terbelakang, miskin, dan kritis.

Selanjutnya yang dimaksud dengan kawasan strategis adalah kawasan yang

mempunyai lingkup pengaruh yang berdampak nasional, penguasaan dan

pengembangan lahan relatif besar, mempunyai prospek ekonomi yang relatif baik,

serta mempunyai daya tarik investasi (Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2003).

Pembentukan kawasan-kawasan pengembangan strategis dalam suatu wilayah

adalah sebagai bagian dari penataan ruang yang dilakukan berdasarkan fungsi

kawasan dan aspek kegiatan meliputi kawasan perkotaan, kawasan perdesaan,

serta kawasan tertentu.

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992

tentang Penataan Ruang telah diatur mengenai kawasan tertentu, yaitu kawasan

yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan

ruangnya diprioritaskan. Penataan ruang untuk kawasan tertentu diselenggarakan

untuk mengembangkan tata ruang kawasan yang strategis dan diprioritaskan

dalam rangka penataan ruang wilayah nasional atau wilayah provinsi atau wilayah

kabupaten maupun kota, meningkatkan fungsi kawasan lindung dan kawasan budi

daya, mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dan pertahanan keamanan.

Pada dasarnya strategi pembangunan kawasan harus disusun atas prinsip

strategi keterkaitan (linkages) antarkawasan. Strategi berbasis antarkawasan dapat

diwujudkan dengan mengembangkan keterkaitan fisik antarkawasan melalui

pembangunan berbagai infrastruktur fisik yang dapat menciptakan keterkaitan

yang saling memperkuat (sinergis) antarkawasan. Sehingga keterkaitan

antarwilayah yang diharapkan adalah bentuk-bentuk keterkaitan yang sinergis

dan bukan saling memperlemah (Anwar dan Rustiadi 2003).

Page 32: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

17

Suatu wilayah atau kawasan dapat dijadikan sebagai pusat pertumbuhan

apabila memenuhi kriteria sebagai pusat pertumbuhan baik secara fungsional

maupun secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan merupakan

lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat

hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi

kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya).

Sedangkan secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan lokasi dengan fasilitas

dan kemudahan yang mampu menjadi pusat daya tarik (pole of attraction) serta

menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi dan masyarakat pun

memanfaatkan fasilitas yang ada di lokasi tersebut. Sehingga wilayah sebagai

pusat pertumbuhan pada dasarnya harus mampu mencirikan antara lain:

hubungan internal dari berbagai kegiatan atau adanya keterkaitan antara satu

sektor dengan sektor lainnya, keberadaan sektor-sektor yang saling terkait

menciptakan efek pengganda yang mampu mendorong pertumbuhan daerah

belakangnya, adanya konsentrasi geografis berbagai sektor atau fasilitas yang

menciptakan efisiensi, serta terdapat hubungan yang harmonis antara pusat

pertumbuhan dengan daerah belakangnya (Tarigan 2004a).

Dalam hal ini upaya mewujudkan keseimbangan antarkawasan menjadi

penting karena pada dasarnya keterkaitan yang bersifat simetris akan mampu

mengurangi kesenjangan antarwilayah yang pada akhirnya akan mampu

memperkuat pembangunan ekonomi wilayah secara menyeluruh. Selain karena

kesenjangan antarwilayah selama ini telah menimbulkan banyak permasalahan

baik sosial, ekonomi maupun politik, terlebih karena kemiskinan yang terjadi di

suatu tempat akan berbahaya bagi wilayah lainnya dan juga ketika kesejahteraan

di suatu tempat yang lain tidak terdistribusikan secara adil ke seluruh wilayah

(Rustiadi et al. 2004).

Upaya dalam hal promosi dan pengembangan kawasan yang bernilai

strategis sebenarnya telah dimulai pada periode 90-an, yang tampak pada

kebijakan pembangunan nasional pada masa itu, antara lain: (1) pertumbuhan

sekaligus pemerataan pembangunan ekonomi dengan struktur ekonomi yang

didominasi sektor industri dan pemasaran yang saling menguatkan dengan sektor-

sektor pertanian, pertambangan, pariwisata, transportasi, dan telekomunikasi; (2)

Page 33: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

18

peningkatan penanaman modal asing dan domestik; (3) peningkatan desentralisasi

serta peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan; (4)

pengembangan kawasan strategis; (5) pembangunan berkelanjutan (Deni dan

Djumantri 2002). Lebih lanjut dikemukakan bahwa upaya tersebut diawali

dengan pemanfaatan rencana tata ruang wilayah baik tingkat nasional maupun

tingkat provinsi, terutama pada rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang yang

menggambarkan keterkaitan kawasan dengan sarana dan prasarana wilayah, yaitu

dengan adanya kawasan andalan serta sektor unggulan sebagai prime-mover

dalam pengembangan kawasan tersebut. Pengembangan kawasan andalan

merupakan alternatif dalam meningkatkan perekonomian nasional selain sebagai

upaya mengatasi kesenjangan pembangunan antarwilayah.

Pengembangan Spasial dan Infrastruktur

Pada dasarnya pengembangan spasial dalam kaitannya dengan

pengembangan suatu wilayah dapat dibedakan menjadi dua antara lain adalah

yang bersifat perluasan (expansion), yaitu pengembangan spasial dengan

melakukan pergeseran ke arah luar dari pusat wilayah, dan yang bersifat

penggabungan (consolidation), yaitu melakukan intensifikasi aktivitas sosial-

ekonomi pengambilan keputusan spasial dari suatu pusat wilayah (Hilhorst

1985). Dalam kerangka pengembangan wilayah di dalam suatu kawasan, upaya

pengembangan spasial perlu didukung dengan adanya pengembangan prasarana

wilayah. Prasarana wilayah dalam pengembangan suatu wilayah seperti

dikemukakan oleh Mukti (2002), harus dapat berfungsi secara sosial maupun

ekonomi (internal dan eksternal) antara lain menyediakan pelayanan jasa kepada

masyarakat, mendukung roda perekonomian wilayah, mempromosikan

pertumbuhan ekonomi wilayah, menjaga kontinuitas produksi suatu wilayah,

memperlancar distribusi barang dan jasa, meningkatkan aksesibilitas ke wilayah

luar, mempromosikan perdagangan antarwilayah dan internasional,

mempromosikan wilayah sebagai daerah tujuan investasi dan wisata, serta

meningkatkan komunikasi dan informasi antarwilayah.

Pengembangan prasarana wilayah (physical infrastructure) memegang

peranan penting bagi tumbuhnya perekonomian suatu wilayah. Peran prasarana

wilayah sangat mendukung dalam pengembangan komoditas ataupun sektor

Page 34: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

19

unggulan wilayah seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Strategi pengembangan

prasarana dalam mendukung pengembangan wilayah pada umumnya diturunkan

dari visi dan misinya. Visinya yaitu tersedianya prasarana wilayah yang andal,

efisien, adaptif, dan antisipatif dalam mendukung perekonomian wilayah,

sedangkan misinya adalah mempromosikan untuk wilayah yang mulai

berkembang, untuk daerah yang sudah berkembang adalah sebagai pendukung,

dan untuk daerah yang terbelakang adalah membuka akses ke wilayah yang lebih

luas (Mukti 2002).

Keunggulan Bersaing Wilayah

Forward Komoditas/Sektor Unggulan Backward

P r a s a r a n a W i l a y a h

Gambar 2 Peranan prasarana wilayah dalam meningkatkan daya saing wilayah.

Kapasitas pelayanan infrastruktur secara sederhana dapat dilihat dan diukur

dari jumlah sarana pelayanan, jumlah jenis sarana pelayanan yang ada, serta

kualitas sarana pelayanan (Rustiadi et al. 2004). Semakin banyak jumlah dan jenis

sarana pelayanan serta semakin tinggi aktivitas sosial ekonomi mencerminkan

kapasitas wilayah yang tinggi, karena banyaknya jumlah sarana pelayanan dan

jumlah jenis sarana pelayanan berkorelasi kuat dengan jumah penduduk di suatu

wilayah.

Pengembangan Kelembagaan

Selain dukungan dari aspek prasarana wilayah, dalam pengembangan

wilayah diperlukan juga pengembangan kelembagaan, yang dalam hal ini

kelembagaan (institution) merupakan aturan main (rule of the game) dan juga

sebagai organisasi, yang diharapkan dapat berperan penting dalam mengatur

penggunaan serta pengalokasian sumber daya secara efisien, merata, dan

berkelanjutan. Secara operasional indikator pengembangan kelembagaan dapat

Page 35: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

20

dilihat dari: (1) perkembangan peraturan, perundang-undangan serta kebijakan-

kebijakan; dan (2) keberadaan serta perkembangan lembaga-lembaga (organisasi)

masyarakat baik formal maupun non-formal, dan juga lembaga pemerintahan

(Rustiadi et al. 2004).

Upaya melembagakan strategi pengembangan wilayah adalah ditujukan

untuk memperbaiki kultur wilayah, yaitu kultur yang mampu meningkatkan

produktivitas dan kultur yang mampu memahami arti keunggulan bersaing dalam

bentuk berubahnya etos kerja dan pola interaksi sumber daya di dalam wilayah

maupun di luar wilayah. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3, bahwa dengan

pendekatan kerangka 7-S Mc-Kinsey mampu memperlihatkan hubungan di antara

komponen-komponen kelembagaan organisasi yang pada akhirnya akan bermuara

pada pembentukan dan pengaruh kultur dalam organisasi. Sedangkan dalam

konteks pengembangan wilayah, melembagakan strategi bertujuan mengubah

kultur masyarakat agar menjadi lebih produktif, inovatif, dan profesional (Arlianto

2002).

Strategy

Structure

Systems

Shared Value(Culture)

Skill (Manajemen)

Staff (Manajemen)

Style (Leadership)

Gambar 3 Kerangka 7-S Mc-Kinsey.

Page 36: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

21

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia terkait dengan pembangunan manusia

seperti dijelaskan oleh UNDP (United Nations Development Programme), bahwa

pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari

pembangunan. Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen

utama, antara lain: (1) Produktivitas, masyarakat harus dapat meningkatkan

produktivitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh

penghasilan dan pekerjaan berupah, (2) Pemerataan, masyarakat harus

mempunyai akses untuk memperoleh kesempatan yang adil, (3) Kesinambungan

dan keberlanjutan, akses untuk memperoleh kesempatan tidak hanya untuk

generasi sekarang tetapi juga generasi yang akan datang, (4) Pemberdayaan,

pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat harus

berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang

mempengaruhi kehidupan mereka (BPS, Bappenas, dan UNDP 2004).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur pencapaian secara

keseluruhan dari suatu negara maupun wilayah dalam tiga dimensi dasar

pembangunan manusia, yaitu: lamanya hidup yang diukur dengan harapan hidup

pada saat lahir, pengetahuan atau tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi

antara angka melek huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah, serta

suatu standar hidup yang layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah

disesuaikan (purchasing power parity-rupiah).

Terkait dengan pengembangan wilayah dan adanya desentralisasi

menimbulkan kekhawatiran bahwa pemerintah daerah akan mengabaikan

pembangunan sosial jangka panjang karena pemerintah daerah akan cenderung

mengutamakan kegiatan ekonomi jangka pendek yang lebih cepat menghasilkan.

Pemanfaatan konsep pembangunan manusia sebagai alat advokasi bagi

pembangunan daerah yang berkelanjutan adalah sangat penting untuk dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan, karena indeks

pembangunan manusia menyajikan ukuran kemajuan pembangunan yang lebih

memadai dan lebih menyeluruh daripada ukuran tunggal pertumbuhan PDRB per

kapita yang selama ini digunakan.

Page 37: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

22

Teori Lokasi

Menurut Glasson (1978), terdapat tiga pendekatan yang terkait dengan teori

lokasi khususnya lokasi industri, antara lain: (1) pendekatan biaya terkecil, yang

berusaha menjelaskan lokasi berdasarkan meminimisasi biaya-biaya faktor; (2)

analisis daerah pasar, yang lebih menitikberatkan permintaan, atau faktor-faktor

pasar; (3) pendekatan maksimalisasi laba, akibat logis dari kedua pendekatan di

atas.

Terkait dengan pendekatan pertama, seperti dikemukakan oleh Weber

dalam Glasson (1978), bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri,

yaitu: (1) biaya pengangkutan dan (2) biaya tenaga kerja, yang keduanya

merupakan faktor-faktor regional umum yang menentukan pola lokasi yang

fundamental dalam kerangka geografis; (3) kekuatan aglomeratif atau

deglomeratif, sebagai faktor-faktor lokal yang menentukan tingkat dispersi dalam

kerangka umum. Sedangkan Losch dalam Glasson (1978), mengemukakan bahwa

lokasi optimum adalah tempat laba maksimum, di mana kelebihan penerimaan

atas biaya adalah besar, dengan asumsi: (1) tidak ada perbedaan dalam distribusi

input bahan baku, tenaga kerja, dan modal; (2) kepadatan penduduk sama dan

selera yang konstan; (3) tidak ada interdependensi lokasional antarperusahaan.

Pendekatan yang ketiga merupakan gabungan kedua pendekatan sebelumnya,

yaitu mencari lokasi yang memberikan keuntungan maksimal setelah

memperhatikan lokasi yang mempertimbangkan yang menghasilkan ongkos

terkecil dan lokasi dengan penerimaan terbesar (Tarigan 2004b).

Keuntungan berlokasi pada tempat konsentrasi atau terjadinya aglomerasi

disebabkan oleh faktor skala ekonomi (economic of scale) atau aglomerasi

(economic of localization). Economic of scale dapat diartikan sebagai keuntungan

karena dapat berproduksi berdasarkan spesialisasi sehingga produksi lebih besar

dan biaya per unit lebih efisien. Adapun yang mendasari hal tersebut adalah

faktor-faktor produksi yang tidak dapat dibagi (indivisibility). Sedangkan

economic of agglomeration adalah keuntungan karena di tempat itu terdapat

berbagai keperluan dan fasilitas yang dapat dipergunakan oleh perusahaan, yang

dapat meningkatkan efisiensi perusahaan (Tarigan 2004b).

Page 38: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

23

Pendekatan Sektoral dan Pendekatan Wilayah dalam Pembangunan

Perencanaan wilayah menurut Glasson (1978), pada umumnya mencakup

perencanaan fisik dan perencanaan ekonomi dalam suatu wilayah, dan

perencanaan pada tingkat regional (wilayah) adalah perencanaan tingkat

menengah yang merupakan penghubung antara perencanaan tingkat nasional dan

perencanaan pada tingkat lokal.

Dalam perspektif paradigma keterkaitan antarwilayah, perencanaan

pembangunan wilayah dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu melalui

pendekatan sektoral dan pendekatan wilayah. Adapun pendekatan sektoral

dilaksanakan dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang

ada di wilayah tersebut, pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas

sektor-sektor yang seragam atau dianggap seragam. Sedangkan pendekatan

wilayah dilakukan bertujuan melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai

kegiatan dalam ruang wilayah, sehingga terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu

dengan ruang yang lainnya. Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan

lokasi, perbedaan potensi, dan perbedaan aktivitas utama pada masing-masing

ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan

pertumbuhan yang serasi dan seimbang (Tarigan 2004a).

Lebih lanjut oleh Rustiadi et al. (2004), dikemukakan bahwa keterpaduan

sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis antara sektor-sektor

pembangunan, sehingga setiap program-program pembangunan dalam

kelembagaan sektoral dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah. Dan

keterpaduan sektoral tidak hanya mencakup hubungan antarlembaga pemerintahan

tetapi juga antara pelaku-pelaku ekonomi secara luas dengan latar sektor yang

berbeda, dalam hal ini wilayah yang berkembang ditunjukkan dengan adanya

keterkaitan antarsektor ekonomi wilayah, sehingga terjadi transfer input dan

output barang dan jasa antar sektor yang sangat dinamis. Sedangkan keterpaduan

spasial membutuhkan interaksi spasial yang optimal yang ditunjukkan dengan

adanya struktur keterkaitan antarwilayah yang dinamis.

Pendekatan sektoral dilakukan dengan menentukan sektor unggulan yang

memiliki keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian atau kontribusi

berbagai sektor dalam perekonomian secara keseluruhan, sebagaimana

Page 39: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

24

dikemukakan Arief (1993), bahwa suatu sektor dikatakan sebagai sektor kunci

atau sektor unggulan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) mempunyai

keterkaitan ke depan dan ke belakang yang relatif tinggi; (2) menghasilkan output

bruto yang relatif tinggi sehingga mampu mempertahankan final demand yang

relatif tinggi pula; (3) mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif

tinggi; dan (4) mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Menurut Daryanto (2004), terdapat beberapa cara atau teknik dalam

kuantifikasi untuk mengidentifikasi suatu sektor atau komoditas disebut sebagai

sektor atau komoditas unggulan. Antara lain adalah dengan menghitung besarnya

indeks forward dan backward linkage, yang dikenal pada analisis tabel input-

output. Suatu sektor atau komoditas akan menjadi unggulan apabila nilai forward

linkage dan backward linkage lebih besar dari satu, dan backward spread effect

dan forward spread effect lebih kecil dari satu. Kriteria ini dikenal dengan nama

Rasmussen’s dual criterion, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan

sektor atau komoditas unggulan yang akan dikembangkan terhadap pembangunan

sektor atau komoditas lainnya baik ke depan maupun ke belakang.

Pendekatan wilayah merupakan cara pandang untuk memahami kondisi, ciri,

dan hubungan sebab-akibat dari unsur-unsur pembentuk ruang wilayah seperti

penduduk, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, ekonomi, budaya, fisik

dan lingkungan serta merumuskan tujuan, sasaran, target pengembangan wilayah.

Pendekatan wilayah juga didasarkan pada suatu pandangan bahwa keseluruhan

unsur manusia (dan mahluk hidup lainnya) dan kegiatannya beserta lingkungan

berada dalam suatu sistem wilayah. Sehingga perencanaan dengan pendekatan

wilayah adalah suatu upaya perencanaan agar interaksi manusia dengan

lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk mengupayakan

kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan (Deni dan Djumantri 2002).

Seperti dikemukakan oleh Anwar (1996), bahwa pendekatan analisis

pembangunan wilayah yang lebih tepat harus mampu mencerminkan adanya

kerangka berfikir yang menyangkut interaksi antara aktivitas-aktivitas ekonomi

spasial dan mengarah kepada pemanfaatan sumber daya secara optimal antara

kegiatan di kawasan kota-kota dan wilayah-wilayah belakangnya (hinterland), di

samping interaksi tersebut berlangsung dengan wilayah-wilayah lainnya yang

Page 40: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

25

lebih jauh. Karena antara kawasan kota dan wilayah belakangnya dapat terjadi

hubungan fungsional yang tumbuh secara interaktif yang dapat saling mendorong

atau saling menghambat dalam mencapai tingkat kemajuan optimum bagi

keseluruhannya.

Skala Prioritas dalam Pembangunan Wilayah

Pembangunan Wilayah Berbasis Sumber Daya

Pengembangan wilayah yang berbasis sumber daya seperti dikemukakan

oleh Zen (2001), merupakan usaha memberdayakan suatu masyarakat yang berada

di suatu daerah untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di sekeliling

mereka dengan menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan serta

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan.

Sehingga hubungan antara sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi

serta lingkungan dalam konteks pengembangan wilayah dapat ditampilkan seperti

pada Gambar 4.

Sumber Daya Manusia

Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup

Teknologi Sumber Daya Alam

Pengembangan Wilayah

Gambar 4 Hubungan antara pengembangan wilayah, sumber daya alam, sumber

daya manusia dan teknologi.

Page 41: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

26

Namun adanya keterbatasan (scarcity) dalam hal ketersediaan sumber daya,

hendaknya menjadi pertimbangan pemerintah khususnya pemerintah daerah

dalam melaksanakan program-program pembangunan daerahnya sehingga dalam

perencanaan pembangunan perlu ditetapkan adanya skala prioritas pembangunan,

yang didasarkan pada pemahaman bahwa: (1) setiap sektor memiliki sumbangan

langsung dan tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran

pembangunan, (2) setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya

dengan karakteristik yang berbeda-beda, serta (3) aktivitas sektoral tersebar secara

tidak merata dan spesifik di mana beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas

yang terpusat terkait dengan sebaran sumber daya alam, sumber daya buatan

(infrastruktur) dan sumber daya sosial yang ada. Perkembangan sektor strategis

tersebut memiliki dampak langsung dan tidak langsung yang signifikan, dampak

tidak langsung terwujud akibat perkembangan sektor tersebut berdampak

berkembangnya sektor-sektor lain dan secara spasial berdampak luas di seluruh

wilayah (Saefulhakim 2004).

Model Input-Output dalam Perencanaan Pembangunan

Model input-output menyajikan informasi mengenai transaksi barang dan

jasa serta saling keterkaitan antarsatuan kegiatan ekonomi untuk suatu waktu

tertentu yang disajikan dalam bentuk tabel (Muchdie 2002). Dan menurut Badan

Pusat Statistik (2000), sebagai model kuantitatif, model input-output mampu

memberikan gambaran menyeluruh tentang:

(1) Struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah

masing-masing kegiatan ekonomi di suatu daerah.

(2) Struktur input antara (intermediate input), yaitu penggunaan barang dan jasa

oleh kegiatan produksi di suatu daerah.

(3) Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri

maupun barang-barang impor.

(4) Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan produksi

maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Sejauh ini model analisis input-output dapat memberikan informasi yang

sangat berharga bagi perencanaan pembangunan daerah, terutama informasi

mengenai keterkaitan struktural antarsektor perekonomian yang dapat

Page 42: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

27

memberikan arahan dalam menetapkan sektor-sektor prioritas dalam

pembangunan wilayah. Lebih lanjut dijelaskan oleh Saefulhakim (2004), bahwa

dalam proses penyusunan tabel input-output digunakan beberapa asumsi, yaitu:

(1) Prinsip Homogenitas: aktivitas-aktivitas ekonomi yang dikategorikan ke

dalam suatu sektor tertentu diasumsikan memiliki karakteristik sistem

produksi yang homogen yakni struktur input dan output yang homogen dan

tidak ada substitusi input antar aktivitas satu dengan aktivitas lainnya.

(2) Prinsip Linearitas atau Proporsionalitas: proporsi input-input suatu sektor

bersifat tetap, tidak bergantung pada skala produksi atau output (constant

return to scale).

(3) Prinsip Aditivitas: kinerja sistem produksi suatu sektor ditentukan oleh kinerja

sistem produksi sektor-sektor lainnya, namun pengaruh dari masing-masing

sektor tersebut bersifat sendiri-sendiri tidak bersifat interaktif.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka model yang dikembangkan berdasarkan

tabel input-output memiliki beberapa keterbatasan, antara lain adalah pada rasio

input yang diasumsikan konstan selama periode analisis. Akibatnya perubahan

susunan input atau perubahan teknologi dalam kegiatan produksi tidak dapat

dideteksi melalui model input-output. Walaupun model input-output mengandung

beberapa keterbatasan, namun tabel input-output tetap merupakan sumber

informasi yang komprehensif dalam melakukan berbagai analisis ekonomi, yang

dapat dimanfaatkan dalam melakukan evaluasi, analisis, dan perencanaan

pembangunan di bidang ekonomi (BPS 2000).

Menurut Isard dalam Glasson (1978), tabel input-output memiliki beberapa

kegunaan, antara lain:

(1) Dapat merekam secara ringkas dalam suatu cara yang konsisten dan

mendalam, sejumlah informasi mengenai perekonomian daerah serta

keterkaitan antarsektor.

(2) Menentukan suatu ketertiban statistik yang diinginkan atas badan-badan

pengumpul data dan investigasi empiris.

(3) Menunjukkan kekurangan-kekurangan dalam data dan membantu

melengkapinya.

Page 43: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

28

(4) Menyajikan suatu perkiraan perekonomian serta memfasilitasi perbandingan

atas sebagian sektor yang paling penting dan keterkaitan dengan sektor-sektor

perekonomian lainnya.

Beberapa kegunaan analisis input-output menurut Tarigan (2004b) yaitu:

(1) Dapat menggambarkan keterkaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan

terhadap perekonomian wilayah. Sehingga perekonomian wilayah tidak hanya

dilihat sebagai kumpulan sektor-sektor, tetapi merupakan suatu sistem yang

saling berhubungan. Dan perubahan pada salah satu sektor akan berdampak

pada keseluruhan sektor walaupun secara bertahap.

(2) Dapat mengetahui daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong

(forward linkage) dari setiap sektor, sehingga mempermudah dalam

menetapkan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian wilayah.

(3) Meramalkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemakmuran, apabila

permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui akan meningkat, yang dapat

dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang

merupakan nilai tambah (kemakmuran).

(4) Merupakan salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan

pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara

komprehensif.

Begitu pula menurut Bendavid-Val (1991), bahwa analisis input-output

merupakan alat analisis yang memiliki kekuatan dalam mengidentifikasi aktivitas

ekonomi regional serta keterkaitan di antaranya, yang dapat menawarkan

kesempatan yang luas untuk meningkatkan pendapatan dalam suatu wilayah.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan model

input-output antara lain yang dilakukan oleh Ramdani (2003), yakni untuk

mengetahui sektor prioritas yang potensial dikembangkan di Kabupaten Musi

Rawas dengan menyusun tabel input-output Kabupaten Musi Rawas tahun 2001

yang diturunkan dari tabel input-output Provinsi Sumatera Selatan. Dari hasil

analisis input-output tersebut dapat diidentifikasi tujuh sektor prioritas di

Kabupaten Musi Rawas antara lain industri kecil (makanan dan minuman),

industri lainnya, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, bangunan,

peternakan, dan pertambangan migas.

Page 44: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

29

Hidayat dan Nazara (2005), menggunakan metode input-output untuk

menganalisis perubahan struktur ekonomi dan kebijakan strategi pembangunan

Jawa Timur tahun 1994 dan 2000, dengan menganalisis berbagai sektor unggulan

dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur pada periode yang sama. Penelitian ini

menggunakan metode analisis input-output yang telah banyak digunakan untuk

menganalisis sektor unggulan, tingkat keterkaitan antarsektor perekonomian serta

angka pengganda sektor ekonomi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

telah terjadi pergeseran dalam beberapa sektor unggulan dan angka pengganda

sektoral pada periode tersebut.

Kerangka Pemikiran

Pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang bertujuan

mencapai pertumbuhan ekonomi ke arah pembangunan yang tidak hanya

mementingkan pertumbuhan tetapi juga mengarah kepada pemerataan dan

keberlanjutan, telah membawa implikasi pada bergesernya paradigma

pengembangan wilayah yang semula cenderung bersifat top-down dan sektoral

menjadi pengembangan wilayah yang selain bersifat bottom-up juga berdasarkan

pada potensi sumber daya yang dimiliki suatu wilayah dengan

mempertimbangkan asas pemerataan serta keberlanjutan.

Upaya pengembangan kawasan strategis yang mencakup beberapa

kabupaten dan kota dengan keberagaman potensi yang dimiliki oleh masing-

masing daerah, sangat diperlukan adanya pengetahuan dan pemahaman dari

pelaku perekonomian (stakeholder), dalam hal ini pemerintah daerah selaku

pengambil kebijakan serta masyarakat, terhadap potensi sumber daya yang

dimiliki serta harus didukung dengan kemampuan daerah dalam menganalisis

potensi dan menentukan sektor prioritas. Sehingga akan sangat membantu dalam

proses pengembangan wilayah tersebut, sebagaimana ditunjukkan dalam

Gambar 5, bahwa dalam pengembangan wilayah yang berbasis sumber daya

memerlukan adanya keterpaduan antarsektor maupun antarwilayah dalam

pelaksanaan pembangunan wilayah.

Pengembangan wilayah yang memadukan perencanaan perekonomian

wilayah dengan perencanaan ruang wilayah akan memberikan hasil yang lebih

Page 45: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

30

seimbang serta meminimalkan kesenjangan antardaerah yang biasanya muncul

akibat pelaksanaan pembangunan wilayah yang tidak merata. Oleh karena itu

penentuan prioritas pembangunan wilayah selain didasarkan pada hasil analisis

dalam menentukan sektor unggulan wilayah juga mempertimbangkan potensi

sumber daya wilayah tersebut yang secara tidak langsung mencerminkan tingkat

perkembangan daerah. Sehingga penentuan strategi pengembangan wilayah

dapat dilakukan selain berdasarkan prioritas sektor unggulan daerah juga

berdasarkan prioritas lokasi pengembangan.

Pengembangan Wilayah

Sumber Daya Alam

Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Buatan

Sumber Daya Sosial

Pemanfaatan Sumber Daya Berimbang dan Berkelanjutan

Sektor Unggulan Wilayah

Potensi Sumber Daya Wilayah

Keterbatasan Sumber Daya

Keterpaduan Perencanaan Ekonomi Wilayah

dan Perencanaan Wilayah

Struktur Ekonomi Wilayah dan Keterkaitan Spasial

Strategi Pengembangan Wilayah Berimbang

Gambar 5 Kerangka pemikiran.

Page 46: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

31

Studi yang terkait dengan pengembangan kawasan strategis

Penelitian yang terkait dengan pengembangan kawasan-kawasan strategis di

Provinsi Jawa Tengah di antaranya penelitian mengenai Kawasan Strategis

Subosuko (Surakarta-Boyolali-Sukoharjo) yang dilakukan oleh Tri Hardjoko

(1998), adalah untuk mengenali potensi ekonomi dan identifikasi sektor-sektor

strategis di kawasan tersebut dan juga melihat indikasi dan peluang sinergi

antarsektor maupun antarwilayah dengan menggunakan analisis location quotient,

analisis shift-share, serta analisis deskriptif karakteristik wilayah yang dilakukan

dalam upaya memberikan arahan pengembangan sektor-sektor strategis di

kawasan tersebut. Penelitian ini memberikan identifikasi potensi ekonomi serta

sektor-sektor basis di kawasan tersebut, walaupun belum secara jelas

menunjukkan adanya keterkaitan antarsektor karena keterbatasan metode analisis

yang digunakan.

Penelitian tentang Kawasan Strategis Kedungsapur terutama yang terkait

dengan analisis perekonomian wilayah pada umumnya baru sampai pada tahap

identifikasi sektor basis di masing-masing kabupaten dan kota dengan

menggunakan analisis location quotient, seperti yang dilakukan oleh Dinas Tata

Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2001 yang

menghasilkan identifikasi sektor basis pada masing-masing kabupaten dan kota

dalam Kawasan Kedungsapur. Namun hasil studi tersebut belum dapat

memberikan gambaran mengenai keterkaitan antarsektor ekonomi khususnya

keterkaitan input-output dalam kerangka pengembangan wilayah di Kawasan

Kedungsapur. Sehingga untuk mendukung arahan kebijakan pengembangan

wilayah di Kawasan Kedungsapur diperlukan tambahan analisis yang mampu

menunjukkan keterkaitan antarsektor dan antarwilayah sebagai salah satu upaya

mewujudkan sinergi pembangunan dalam kawasan tersebut.

Page 47: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam ruang lingkup Kawasan Kerjasama

Strategis dalam Provinsi Jawa Tengah, yaitu Wilayah Kedungsapur yang

merupakan gabungan dari empat kabupaten dan dua kota (Kabupaten Kendal,

Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan

Kabupaten Grobogan) yang terletak di bagian utara Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian, pengolahan, dan analisis data dilaksanakan dari bulan Mei sampai

dengan Agustus 2005.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder antara lain:

PDRB Provinsi Jawa Tengah, Tabel I-O Provinsi Jawa Tengah, Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah, PDRB (Kota Semarang, Kabupaten

Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, dan

Kota Salatiga), data statistik ekonomi, penduduk, infrastruktur atau sarana dan

prasarana wilayah (Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal,

Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, dan Kota Salatiga), data potensi desa

tahun 2003, peta administrasi wilayah Kedungsapur (Kendal-Demak-Ungaran-

Semarang-Salatiga-Purwodadi), dan peta sumber daya fisik di wilayah

Kedungsapur.

Instansi atau pihak-pihak yang menjadi sumber pengambilan data dalam

penelitian ini antara lain: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Bappeda

Provinsi Jawa Tengah, Bappeda Kota Semarang, Dinas Permukiman dan Tata

Ruang Provinsi Jawa Tengah, serta instansi maupun dinas terkait lainnya.

Kerangka Analisis Penelitian

Berdasarkan pemahaman bahwa dalam pengembangan kawasan strategis

memerlukan adanya keterpaduan perencanaan perekonomian wilayah serta

perencanaan wilayah, maka kerangka analisis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 48: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

32

Tabel I-O Kawasan Kedungsapur tahun 2003 (30 Sektor)

Data Podes Tahun 2003

Peta Kesesuaian Lahan Prov. Jawa Tengah

Pola Spasial Sumber daya Wilayah di Kawasan Kedungsapur

Analisis I - O

Koef. Input (aij)

Invers Matriks Leontief (bij)

Analisis Keterkaitan

Analisis Multiplier

DBL-IBL DIBL-DIFL

Income Multipler, PDRB Multiplier

Ikhtisar

Sektor Unggulan

Kriteria Sektor Unggulan

Analisis LQ

SSA

Pemusatan Aktivitas Sektor (LQij)

Keunggulan kompetitif (DFij)

Lokasi Sektor Unggulan

Analisis Komponen

Utama (PCA)

Factor Score

Factor Loading

AnalisisKluster Kel. Tipologi Wilayah

Karakteristik Tipologi

Tipologi Wilayah

Analisis SpasialPeta Potensi

Sumber Daya Fisik

Kriteria tingkat potensi pengembangan untuk 12 jenis

tanaman perkebunan

Peta Tipologi Potensi

Sumber Daya Fisik

Overlay Peta Potensi Sumber Daya Fisik dan Peta Tipologi Wilayah

Analisis Deskriptif

Persentase aliran barang (masuk/keluar) antar zona dalam Kawasan Kedungsapur

Interaksi tinggi

Interaksi rendah

Skema Pola Interaksi

Spasial

PDRB Kab/Kota di Kawasan Kedungsapur

Data Matriks Aliran Barang (masuk/keluar)

Analisis Diskriminan

Peta TipologiWilayah

Tujuan Sumber Data Analisis Hasil

Sektor Unggulan Kawasan Kedungsapur dan Lokasi Pemusatan Sektor Unggulan

Tipologi Wilayah di Kawasan Kedungsapur

Pola Interaksi Spasial di Kawasan Kedungsapur

Gambar 6 Kerangka analisis penelitian.

Page 49: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

34

Metode Analisis

Metode analisis serta parameter yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

Analisis Input-Output (Input-Output Analysis)

Analisis input-output dilakukan untuk mengetahui sektor unggulan yang ada

di Kawasan Kedungsapur, dan untuk dapat melakukan analisis tersebut perlu

dibangun struktur tabel input-output Kawasan Kedungsapur. Penggunaan analisis

ini dengan pertimbangan bahwa tabel I-O merupakan gambaran lebih rinci dari

sistem neraca ekonomi wilayah sehingga dengan terbangunnya tabel I-O Kawasan

Kedungsapur diharapkan dapat digunakan untuk: (1) memperkirakan dampak

permintaan akhir dan perubahannya (pengeluaran rumahtangga, pengeluaran

pemerintah, investasi, dan ekspor) terhadap berbagai output sektor produksi, nilai

tambah, pendapatan masyarakat, kebutuhan tenaga kerja, pajak, dan sebagainya,

(2) mengetahui komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa sehingga

mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya;

dan (3) memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh

terkuat serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi.

Analisis input-output dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

data sekunder, yakni tabel input-output yang merupakan tabel transaksi domestik

atas dasar harga produsen yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa

Tengah dan digunakan sebagai dasar dalam menyusun tabel input-output Kawasan

Kedungsapur tahun 2003. Tabel input-output Kawasan Kedungsapur tahun 2003

diturunkan dari tabel input-output Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 yang

disesuaikan (updating). Metode simulasi yang digunakan untuk menurunkan

tabel input-output tersebut adalah dengan metode non-survei, dalam hal ini

dilakukan dengan metode simulasi RAS.

1. Metode RAS

Metode RAS merupakan salah satu dari beberapa metode non-survei yang

dapat dilakukan untuk menyusun suatu estimasi struktur input-output dalam

lingkup wilayah tertentu. Kelebihan dari pendekatan metode non-survei ini

menurut Djohar (1999), adalah dapat digunakan untuk menjelaskan kegiatan

Page 50: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

35

perekonomian pada saat kegiatan tersebut sedang berjalan maupun telah

berlangsung, serta dapat digunakan untuk memprediksi kegiatan perekonomian di

masa yang akan datang, selain itu biaya yang diperlukan relatif lebih murah

dibandingkan dengan metode survei.

Metode RAS adalah suatu metode untuk memperkirakan matriks koefisien

input yang baru pada tahun t : “A(t)” dengan menggunakan informasi koefisien

input dasar “A(0)”, total permintaan antara tahun t, dan total input antara tahun t.

Metode RAS pertama kali dikembangkan oleh Prof. Richard Stone dari

Cambrigde University, Inggris dan telah banyak digunakan untuk keperluan

penyusunan tabel input-output up-dating oleh Badan Pusat Statistik. Karena

metode ini merupakan metode penyusunan tabel input-output non-survei maka

dalam pelaksanaannya dilakukan pendekatan-pendekatan matematis (BPS 2000).

Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi perubahan koefisien input

antara, yaitu dengan menghitung nilai-nilai pengganda menurut baris dan nilai-

nilai pengganda menurut kolom tanpa menguraikan faktor ekonomi yang

mempengaruhi besarnya nilai pengganda tersebut. Melalui pendekatan matematis

metode ini akan menyusun matriks diagonal R dan S atas dasar data yang

dibutuhkan untuk dapat menggunakan metode RAS.

Secara matematis metode RAS terdiri dari matriks [A]0 merupakan matriks

koefisien input pada tahun dasar. Matriks [R] merupakan matriks diagonal yang

menunjukkan pengganda menurut kolom dan elemen-elemennya menunjukkan

pengaruh substitusi, dan matriks [S] merupakan matriks diagonal yang

menunjukkan pengaruh pengganda menurut baris dan elemen-elemennya

menunjukkan pengaruh fabrikasi.

Apabila ri dan sj berturut-turut merupakan elemen matriks diagonal [R] dan

[S], dan misalkan Xij(0) adalah input antara sektor j yang berasal dari output

sektor i pada tahun dasar, maka untuk menjaga konsistensi hasil estimasi ri dan sj,

perlu ditambahkan dua persamaan pembatas sebagai berikut: n ∑ ri xij (0)sj = bi, i = 1, 2, ……., n i=1 dan n ∑ ri xij (0)sj = kj, i = 1, 2, ……., n i=1

Page 51: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

36

dengan bi = jumlah permintaan antara sektor i pada tahun t

kj = jumlah input antara sektor j pada tahun t

Dengan persamaan pembatas tersebut diperoleh 2n persamaan dengan 2n

bilangan yang tidak diketahui, dan hanya ada 2n-1 persamaan yang bebas

sedangkan persamaan yang satunya bergantung kepada persamaan lainnya.

Selanjutnya matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t dapat diperkirakan

dengan rumus [A]t = [R] [A]0 [S], dan penyelesaian dilakukan secara aproksimatif

dengan menggunakan prosedur iteratif yang konvergen sehingga hasil perhitungan

sangat tergantung pada jumlah iterasi yang dilakukan. Apabila elemen matriks [R]

dan [S] telah diperoleh maka elemen matriks [A]t dapat diestimasi dan koefisien

hasil estimasi ini merupakan koefisien input antara untuk periode t. Sehingga tabel

input-output yang telah disesuaikan (updating) berdasarkan koefisien tersebut

dapat disusun untuk kemudian diturunkan tabel input-output Kawasan

Kedungsapur tahun 2003.

2. Tabel Input-Output

Struktur tabel I-O seperti disajikan dalam Tabel 4, dapat dibagi kedalam

empat kuadran, yaitu intermediate quadrant (Kuadran I), final demand quadrant

(Kuadran II), primary input quadrant (Kuadran III), dan primary input to final

demand quadrant (Kuadran IV).

Kuadran I merupakan gambaran transaksi antarsektor dalam proses

produksi, yang menunjukkan ketergantungan ekonomi antara sektor-sektor

produksi dalam suatu perekonomian. Perubahan tingkat output satu sektor akan

menyebabkan adanya reaksi ekonomi pada sektor lain yang ada dalam tabel

melalui keterkaitan ekonomi.

Kuadran II menunjukkan matriks permintaan akhir terhadap output masing-

masing sektor. Dalam hal ini total permintaan akhir terhadap output suatu sektor

sama dengan jumlah dari permintaan konsumsi rumah tangga (household

consumption), pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap bruto,

perubahan stok, dan ekspor untuk output sektor yang bersangkutan.

Kuadran III menunjukkan matriks nilai tambah (added values) masing-

masing sektor faktor produksi (plus impor). Dalam kuadran ini mendaftar input-

input ‘awal’ setiap sektor dalam sistem produksi, yang meliputi gaji dan upah,

Page 52: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

37

surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung neto dan subsidi, dan impor. Nilai

tambah bruto (PDRB untuk level regional) dari suatu sektor merupakan

penjumlahan dari input-input tersebut kecuali impor.

Kuadran IV merupakan transfer nilai tambah antar institusi yang meliputi:

(1) rumah tangga, (2) pemerintah, (3) perusahaan swasta, dan (4) institusi

eksternal wilayah atau luar negeri.

Tabel 4 Transaksi input-output

Permintaan Internal Wilayah

Permintaan Antara Permintaan Akhir

Permintaan Eksternal Wilayah

1 2 … J … N C G I E

Total Output

1 X11 … … X1j … X1n C1 G1 I1 E1 X12 X21 … … X2j … X2n C2 G2 I2 E2 X2: … … … … … … … … … … … i … … … Xij … … Ci Gi Ii Ei Xi

: … … … … … … … … … … …

Inpu

t Ant

ara

n Xn1 … … Xnj … Xnn Cn Gn In En Xn

W W1 … … Wj … Wn CW GWIW EW W

T T1… … Tj … Tn

CT GT IT ET T Inpu

t Int

erna

l Wila

yah

Nila

i Tam

bah

S S1 … … Sj … Sn CS GS IS ES S Input

Eksternal Wilayah

M M1 … … Mj … Mn CM GMIM - M

Total Input X1 … … Xj

… XnC G I E X

Keterangan:

i,j : sektor ekonomi: i=1,2,..,n; j=1,2,..,n Xij : banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j Xi : total output sektor i; Xj : total input sektor j; untuk sektor yang sama (i=j),

total output sama dengan total intput (Xi=Xj) Ci : permintaan konsumsi rumah tangga terhadap output sektor i Gi : permintaan konsumsi (pengeluaran belanja rutin) pemerintah terhadap

output sektor i Ii : permintaan pembentukan modal tetap netto (investasi) dari output sektor i;

output sektor i yang menjadi barang modal Ei : ekspor barang dan jasa sektor i, output sektor i yang diekspor atau dijual ke

luar wilayah, permintaan wilayah eksternal terhadap output sektor i Yi : total permintaan akhir terhadap output sektor i (Yi = C i+ Gi + I i+ Ei)

Page 53: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

38

Wj : pendapatan (upah dan gaji) rumah tangga dari sektor j, nilai tambah sektor j yang dialokasikan sebagai upah dan gaji anggota rumah tangga yang bekerja di sektor j

Tj : pendapatan pemerintah (Pajak Tak Langsung) dari sektor j, nilai tambah sektor j yang menjadi pendapatan asli daerah dari sektor j

Sj : surplus usaha sektor j, nilai tambah sektor j yang menjadi surplus usaha Mj : impor sektor j, komponen input produksi sektor j yang diperoleh atau dibeli

dari luar wilayah

Terkait dengan keperluan analisis, parameter yang paling utama adalah

koefisien teknologi aij yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut:

j

ijij X

Xa = atau Xij = aij . Xj (1)

di mana:

aij : rasio antara banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j

(=Xij) terhadap total input sektor j (=Xj).

Dengan demikian, tabel I-O secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

a11X1 + a12X2 + … a1jXj …+ a1nXn + Y1 = X1

a21X1 + a22X2 + … a2jXj …+ ainXn + Y2 = X2

: : :

ai1X1 + ai2X2 + … aijXj.… + ainXn + Yi = Xi (2)

: : :

an1X1 + an2X2 + … aijXn….. + annXn + Yn = Xn

atau

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

=

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

+

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

n

i

n

i

n

i

nnnn

ij

n

n

X

X

XX

Y

Y

YY

X

X

XX

aaa

a

aaaaaa

2

1

2

1

2

1

21

22221

11211 :M

(3)

Dengan notasi matriks dirumuskan sebagai berikut:

AX + Y = X (4)

Page 54: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

39

Matriks A merupakan matriks koefisien hubungan langsung antarsektor

(koefisien teknologi), dengan demikian maka

X – AX = Y

(I – A)X= Y

X = (I – A)-1.Y

Matriks (I–A) dikenal sebagai matriks Leontief (Saefulhakim 2004),

merupakan parameter penting di dalam analisis I-O. Invers matriks tersebut,

matriks (I-A)-1 atau B adalah matriks invers Leontief (matriks saling hubungan

langsung dan tidak langsung antar sektor). Karena (I–A)-1 Y = BY, maka

peningkatan produksi (X) merupakan akibat tarikan permntaan akhir Y. Gradien

peningkatannya ditentukan oleh elemen-elemen matriks B.

Sebagaimana dikemukakan oleh Saefulhakim (2004), bahwa dengan analisis

I-O dapat menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

a. Keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) (a*j):

menunjukkan efek langsung dari perubahan output suatu sektor terhadap total

tingkat produksi sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut.

∑=n

iijj aa*

Untuk membandingkan dengan sektor lainnya, a*j kemudian dinormalisasikan

menjadi a*j , sebagai rasio antara keterkaitan langsung ke belakang sektor j

dengan rata-rata keterkaitan langsung ke belakang untuk sektor-sektor lainnya.

∑∑

==

jj

j

jjn

jj a

naa

aa

*

*

*1

**

Nilai a*j > 1 menunjukkan bahwa sektor j memiliki keterkaitan ke belakang

yang kuat atau memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap pertumbuhan

sektor-sektor lain.

b. Keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage) (ai*): menunjukkan

efek langsung dari perubahan output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap

total tingkat produksi sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut.

∑=j

iji aa *

Page 55: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

40

Untuk membandingkan dengan sektor lainnya, ai* kemudian dinormalisasikan

menjadi ai* , sebagai rasio antara keterkaitan langsung ke depan sektor i

dengan rata-rata keterkaitan langsung ke depan untuk sektor-sektor lainnya.

∑∑

==

ii

i

iin

ii a

naa

aa

*

*

*1

**

c. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (direct and indirect

backward linkage) (b*j): menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung

dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor tertentu, pada

peningkatan total output seluruh sektor perekonomian. Sebagai parameter

yang menunjukkan kekuatan suatu sektor dalam mendorong peningkatan

seluruh sektor perekonomian, dapat diformulasikan sebagai berikut:

∑=i

ijj bb*

di mana bij adalah elemen-elemen invers matriks Leontief B=(I-A)-1.

Untuk membandingkan dengan sektor lainnya, b*j kemudian dinormalisasikan

menjadi b*j , sebagai rasio antara keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

depan sektor j dengan rata-rata keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

depan untuk sektor-sektor lainnya.

∑∑

==

jj

j

jjn

jj b

nbb

bb

*

*

*1

**

d. Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan (direct and indirect forward

linkage) (bi*):

∑=i

iji bb *

Untuk membandingkan dengan sektor lainnya, bi* dinormalisasikan menjadi

bi* , sebagai rasio antara keterkaitan langsung dan tidak ke depan sektor i

dengan rata-rata keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan untuk

sektor-sektor lainnya.

∑∑

==

ii

i

iin

ii b

nbb

bb

*

*

*1

**

Page 56: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

41

3. Analisis Dampak

a. Output Multiplier ( OMj)

Yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap

peningkatan total output seluruh sektor di wilayah penelitian. Angka yang

diperoleh sama dengan angka keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

belakang seperti yang telah diuraikan di atas.

∑=i

ijjO bM

bij : elemen inverse matriks Leontief

b. Income Multiplier ( IMj)

Yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap

peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah

penelitian.

∑=i

ijiI

jIj

I bvv

M 1

Ivi : rasio pendapatan rumahtangga dari sektor i terhadap total output

sektor i untuk i=j, maka Ivi = Ivj

bij : elemen inverse matriks Leontief

c. Total Value-Added Multiplier atau multiplier PDRB (GDPMj)

Yaitu merupakan dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j

terhadap peningkatan PDRB wilayah penelitian.

∑=i

ijiGDP

jGDPj

GDP bvv

M 1

GDPvi : rasio Produk Domestik Regional Bruto dari sektor i terhadap total

output sektor i untuk i=j, maka GDPvi = GDPvj

bij : elemen inverse matriks Leontief

Kriteria Sektor Unggulan

Kriteria yang digunakan dalam menentukan sektor unggulan dalam

penelitian ini adalah: (1) sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang relatif

tinggi; (2) sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang yang relatif tinggi;

Page 57: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

42

(3) sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan dan angka pengganda

PDRB yang besar.

Penentuan sektor unggulan dilakukan berdasarkan keragaman variasi data

dengan menggunakan analisis komponen utama. Variabel yang digunakan adalah

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan (Standardized Direct Indirect

Forward Linkage), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

(Standardized Direct Indirect Backward Linkage), angka pengganda pendapatan

(Income Multiplier), angka pengganda pajak (Tax Multiplier), dan angka

pengganda PDRB (Value-Added Multplier).

Langkah-langkah dalam penentuan sektor unggulan (Gambar 7) antara lain:

(1) menentukan faktor penciri utama dari variabel-variabel tersebut dengan

menggunakan analisis komponen utama;

(2) dari hasil analisis komponen utama diperoleh akar ciri (eigenvalue);

(3) faktor skor dikalikan dengan akar ciri sebagai faktor pembobot, pembobotan

dilakukan terhadap nilai faktor skor dari seluruh sektor-sektor ekonomi;

(4) dari hasil perkalian tersebut diperoleh nilai skor untuk kemudian di-rescalling;

(3) nilai skor hasil pembobotan sebagai dasar penentuan sektor unggulan, yang

ditunjukkan dengan besaran nilai antara 0 sampai 1, di mana nilai skor 1

menunjukkan urutan teratas sektor unggulan.

Factor Loading Factor Analysis Variabel Penentu

Factor Score Eigenvalue sebagai Faktor Pembobot

Skor = ∑ λα . Fα

α ∑λα α

Gambar 7 Bagan alir penentuan sektor unggulan.

Page 58: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

43

Analisis Pembagian Lokasi (Location Quotient Analysis)

Analisis pembagian lokasi merupakan metode yang digunakan untuk

mengetahui gambaran umum mengenai kemampuan sektor-sektor pembangunan

di suatu wilayah dalam mendukung proses pembangunan di daerahnya. Metode

ini dilakukan dengan membandingkan kemampuan sektor-sektor pembangunan

dalam suatu daerah atau wilayah dengan kondisi sektor-sektor pembangunan yang

ada di daerah yang lebih luas (Riyadi dan Bratakusumah 2004).

Seperti dikemukakan oleh Blakely (1994), bahwa Location Quotient

Analysis dapat didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas pada

subwilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total wilayah yang diamati.

Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah: (1) kondisi geografis

relative seragam; (2) pola-pola aktivitas bersifat seragam; (3) setiap aktivitas

menghasilkan produk yang sama (Saefulhakim 2004).

Analisis ini dilakukan berdasarkan data PDRB menurut lapangan usaha

tahun 2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 dari masing-masing kabupaten

dan kota di Kawasan Kedungsapur. Dalam penelitian ini, penerapan rumusan

matematis analisis pembagian lokasi adalah sebagai berikut:

IJ

IJ I

J

LQ X XX X=

//

.

. ..

Keterangan:

Xij : aktivitas sektor ke-j di kabupaten atau kota ke-i dalam Kawasan

Kedungsapur

Xi. : total PDRB di kabupaten atau kota ke-i dalam Kawasan Kedungsapur

X.j : total sektor ke-j di Kawasan Kedungsapur

X.. : total PDRB kabupaten atau kota di Kawasan Kedungsapur

Hasil analisis pembagian lokasi tersebut diinterpretasikan sebagai berikut:

Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu

aktivitas di subwilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau

terjadi pemusatan aktivitas di subwilayah ke-i.

Jika nilai LQij = 1, maka subwilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas

setara dengan pangsa total atau konsentrasi aktivitas di wilayah ke-i sama dengan

rata-rata total wilayah.

Page 59: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

44

Jika nilai LQij < 1, maka subwilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih

kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan di seluruh

wilayah.

Analisis Keunggulan Kompetitif Wilayah (Shift-Share Analysis)

Shift-share analysis dilakukan untuk memahami pergeseran struktur

aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan

cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktivitas

dari hasil analisis shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi

(competitiveness) aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau

perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas (Saefulhakim 2004).

Dengan analisis ini dapat diperoleh gambaran kinerja aktivitas di suatu wilayah

berdasarkan tiga komponen hasil analisis, yaitu:

1) Komponen Laju Pertumbuhan Total (Komponen share). Komponen ini

menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang

menunjukkan dinamika total wilayah.

2) Komponen Pergeseran Proporsional (Komponen proportional shift).

Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif,

dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang

menunjukkan dinamika sektor atau aktivitas total dalam wilayah.

3) Komponen Pergeseran Diferensial (Komponen differential shift). Ukuran ini

menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktivitas

tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor atau aktivitas tersebut

dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan

maupun ketakunggulan) suatu sektor atau aktivitas tertentu di subwilayah

tertentu terhadap aktivitas tersebut di subwilayah lain.

Persamaan analisis shift-share ini adalah sebagai berikut :

⎟⎟

⎜⎜

⎛−+

⎟⎟

⎜⎜

⎛−+

⎟⎟

⎜⎜

⎛−=

XX

XX

XX

XX

XXSSA

ti

ti

tij

tij

t

t

ti

ti

t

t

)0(

)1(

)0(

)1(

)0(

)1(

)0(

)1(

)0(

)1(

..

...... 1

a b c

Keterangan: a = komponen share

b = komponen proportional shift

Page 60: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

45

c = komponen differential shift, dan

X.. = Nilai total aktivitas dalam total wilayah

X.i = Nilai total aktivitas tertentu dalam total wilayah

Xij = Nilai aktivitas tertentu dalam unit wilayah tertentu

t1 = titik tahun akhir

t0 = titik tahun awal

Analisis Tipologi Wilayah

Untuk mengetahui tipologi wilayah yang ada di wilayah penelitian,

dilakukan analisis komponen utama, analisis kluster, dan analisis diskriminan.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Statistica 6.0. Data

yang digunakan dalam analisis ini adalah data potensi desa masing-masing

kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2003, kemudian ditentukan

variabel-variabel terpilih yang diasumsikan mampu menggambarkan serta

menjelaskan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya

buatan, dan sumber daya sosial pada masing-masing kecamatan yang ada di

wilayah tersebut (Lampiran 8).

Variabel-variabel yang diasumsikan mampu menjelaskan potensi sumber

daya alam, antara lain: (1) kepadatan penduduk (jumlah penduduk per luas

kecamatan), (2) intensitas unit ruang (jumlah desa per luas kecamatan), (3)

intensitas dan variasi daya dukung lahan (luas lahan sawah per luas kecamatan,

luas ladang, huma, tegal, kebun, kolam, tambak, tebat, empang, penggembalaan,

dan padang rumput per luas kecamatan, luas lahan perkebunan dan hutan rakyat

per luas kecamatan, luas perumahan dan permukiman per luas kecamatan, luas

lahan untuk bangunan industri per luas kecamatan), (4) posisi kecamatan dalam

tata ruang wilayah (invers jarak rata-rata dari desa-desa dalam kecamatan ke pusat

kabupaten atau kota yang membawahi), (5) bentang lahan dominan (topografi dan

rasio banyaknya desa yang terlintasi sungai per jumlah desa dalam kecamatan).

Variabel-variabel yang diasumsikan mampu menjelaskan potensi sumber

daya manusia, antara lain: (1) intelektualitas (jumlah penduduk tidak sekolah atau

tidak tamat atau belum tamat SD, jumlah tamat SD, jumlah tamat SLTP, jumlah

tamat SMU, jumlah tamat akademi atau perguruan tinggi per seribu penduduk),

Page 61: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

46

(2) kesehatan (invers jumlah orang meninggal akibat penyakit per seribu

penduduk), (3) daya beli (invers jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I per

jumlah keluarga, invers banyaknya penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan

per jumlah keluarga), (4) aksesibilitas informasi (banyaknya keluarga yang

berlangganan telepon dan banyaknya keluarga yang mempunyai televisi per

jumlah keluarga), (5) kewirausahaan (jumlah industri kerajinan per seribu

penduduk). Variabel-variabel yang diasumsikan mampu menjelaskan potensi

sumber daya sosial, antara lain: kegiatan dan kelompok sosial (banyaknya jenis

kelompok sosial dan banyaknya jenis kelompok olah raga).

Variabel-variabel yang diasumsikan mampu menjelaskan potensi sumber

daya buatan, antara lain: (1) fasilitas perumahan (jumlah bangunan rumah per

jumlah keluarga), (2) fasilitas pendidikan (jumlah SD dan sederajat per seribu

penduduk, jumlah SLTP dan sederajat per seribu penduduk, jumlah SMU, SMK,

dan sederajat per seribu penduduk, jumlah perguruan tinggi dan sederajat per

seribu penduduk), (3) fasilitas kesehatan (jumlah rumah sakit, rumah sakit

bersalin, poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, tempat praktek dokter,

tempat praktek bidan per seribu penduduk), (4) fasilitas perhubungan dan

komunikasi (jumlah ketersediaan terminal angkutan umum roda-4 di kecamatan

dan jumlah stasiun KA per seribu penduduk, jumlah wartel, kiospon, warpostel,

dan warnet per seribu penduduk), (6) fasilitas perekonomian (jumlah toko,

warung, dan kios per seribu penduduk, jumlah restoran, rumah makan, serta kedai

makanan dan minuman per seribu penduduk, jumlah bank umum dan bank

perkreditan rakyat (BPR) per seribu penduduk).

1. Analisis Komponen Utama

Tujuan dilakukannya analisis komponen utama terhadap variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mentransformasikan suatu

struktur data dengan variabel-variabel yang saling berkorelasi menjadi struktur

data baru dengan variabel-variabel baru (yang kemudian disebut sebagai

Komponen Utama atau Faktor) yang tidak saling berkorelasi (Ortogonalisasi

Variabel); (2) Untuk menyederhanakan variabel sehingga banyaknya variabel

baru yang dihasilkan jauh lebih sedikit dari pada variabel asalnya, tetapi proses

Page 62: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

47

penyederhanaan tersebut tidak mengurangi total kandungan informasinya atau

total ragamnya relatif tidak berubah.

Seperti dikemukakan oleh Saefulhakim (2004), bahwa dengan dilakukan

analisis komponen utama akan membantu menyelesaikan permasalahan

multicollinearity, yaitu adanya fenomena saling berkorelasi antarvariabel penjelas,

serta mempermudah dalam memahami, mengkomunikasikan, dan menetapkan

prioritas penanganan terhadap hal-hal yang lebih pokok dari struktur

permasalahan yang dihadapi. Analisis komponen utama terhadap variabel-

variabel sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya sosial, dan

sumber daya buatan yang digunakan dalam penelitian ini, dilakukan secara

bertahap pada masing-masing kelompok variabel. Untuk variabel sumber daya

sosial, dalam proses analisis komponen utama digabung dengan sumber daya

manusia karena jumlahnya yang sedikit. Setelah dari masing-masing kelompok

variabel sumber daya tersebut dihasilkan faktor penciri utama, baru kemudian

dilakukan analisis kluster (Gambar 8).

2. Analisis Kluster

Teknik pewilayahan merupakan salah satu teknik untuk membatasi wilayah

berdasarkan kemiripan karakteristik tertentu dari suatu hamparan wilayah

(Saefulhakim 2004). Teknik klasifikasi wilayah yang akan digunakan pada

analisis ini menggunakan bantuan teknik analisis multivariabel dengan analisis

kluster. Unit-unit analisis yang dikelompokkan akan bergerombol sesuai dengan

kedekatan atau kemiripan karakteristiknya masing-masing.

Setelah diperoleh faktor penciri utama pada masing-masing kelompok dan

faktor penciri utama dari keseluruhan sumber daya wilayah yang ada kemudian

dilakukan analisis kluster untuk mengetahui tipologi wilayah di Kawasan

Kedungsapur berdasarkan sumber daya yang ada di masing-masing wilayah dalam

hal ini adalah kecamatan. Sehingga wilayah pada masing-masing kecamatan di

Kawasan Kedungsapur dapat dibedakan berdasarkan sumber daya yang ada di

tiap-tiap kecamatan tersebut.

Page 63: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

48

SDA SDB

PCA PCA PCA

SDM, SDS

Seleksi Variabel Karakteristik Wilayah

Data PODES SP 2003

Factor Loading

Factor Score

λ ≥ 1

PCA

Factor Loading

Factor Score

Factor Loading

λ ≥ 1 λ ≥ 1

Factor Loading

Factor Score

λ ≥ 1

Analisis Kluster

Kelompok Wilayah

Analisis Diskriminan

Analisis Tipologi

Kelompok Wilayah dengan Faktor Utamanya

Factor Score

Tipologi Wilayah

Gambar 8 Kerangka analisis tipologi wilayah.

Page 64: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

49

3. Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan merupakan salah satu analisis multivariabel untuk

menentukan variabel mana yang membedakan secara nyata kelompok-kelompok

yang telah ada secara alami. Analisis diskriminan digunakan untuk menentukan

variabel yang mana yang merupakan penduga terbaik dari pembagian kelompok-

kelompok yang ada (Saefulhakim 2004).

Fungsi yang terbentuk sebenarnya mirip dengan fungsi regresi. Dalam hal

ini variabel bebas (Y) adalah resultan skor klasifikasi, yaitu kelompok tipologi.

Sedangkan variabel tak bebasnya (X) adalah variabel-variabel yang digunakan

sebagai penduga.

Y = a + b1X1 + b2X2 + bmXm

Variabel dengan nilai koefisien regresi terbesar merupakan variabel yang

mempunyai peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang ada.

Analisis Spasial

Analisis spasial dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran

potensi sumber daya wilayah dalam Kawasan Kedungsapur, yaitu dengan

melakukan operasi tumpang-tindih (overlay) dengan menggunakan data atribut

atau tabel dua dimensi yang dikombinasikan selanjutnya diaplikasikan ke peta

hasil. Sebagaimana dikemukakan oleh Barus dan Wiradisastra (2000), bahwa

operasi tumpang-tindih dalam SIG umumnya dilakukan dengan salah satu dari

lima cara yang dikenal, yaitu: (a) pemanfaatan fungsi logika dan fungsi bolean,

(b) pemanfaatan fungsi relasional, (c) pemanfaatan fungsi aritmatika, (d)

pemanfaatan data atribut, dan (e) menyilangkan dua peta langsung. Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan software Sistem Informasi Geografi (SIG)

ArcView 3.3, berdasarkan hasil analisis tipologi wilayah, peta administrasi, dan

peta kesesuaian lahan di Kawasan Kedungsapur.

Hasil analisis tipologi wilayah menunjukkan kelompok-kelompok wilayah

berdasarkan sumber daya yang dimiliki sebagai pendekatan untuk mengetahui

karakteristik wilayah berdasarkan sumber daya (menurut data PODES yang

mencerminkan SDA, SDM dan SDS, SDB di Kawasan Kedungsapur). Kemudian

dengan memadukan hasil tipologi wilayah yaitu kelompok-kelompok wilayah

Page 65: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

50

tipologi dengan peta administrasi wilayah dapat diketahui peta tipologi wilayah

di Kawasan Kedungsapur.

Peta yang menunjukkan kesesuaian lahan untuk beberapa jenis variasi

tanaman perkebunan di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah, digunakan

dalam penelitian ini untuk melihat banyaknya jenis tanaman perkebunan yang

dapat tumbuh di daerah tersebut sebagai dasar penetapan tingkat potensi

pengembangan, mencakup 12 jenis tanaman, yaitu: karet, kelapa, kopi, kakao,

cengkeh, lada, tebu, tembakau, nanas, jambu mete, pisang, dan kapas. Kriteria

kesesuaian lahan dilakukan pada tingkat ordo, yaitu: S (sesuai), $ (kurang sesuai),

dan N (tidak sesuai). Pemberian skor kategori tingkat potensi pengembangan

dilakukan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tersebut (Lampiran 16).

Hasil kategori tersebut ditampilkan dalam bentuk peta potensi sumber daya

fisik yang menunjukkan tingkat potensi pengembangan untuk beberapa jenis

variasi tanaman perkebunan yang ada di Kawasan Kedungsapur. Selanjutnya dari

peta tipologi wilayah berdasarkan sumber daya (SDA, SDM, SDB, dan SDS dari

data Podes 2003) dan peta potensi sumber daya fisik diperoleh peta tipologi

wilayah berdasarkan potensi sumber daya fisik yang menunjukkan karakteristik

wilayah berdasarkan SDA, SDM, SDB, SDS serta tingkat potensi pengembangan

sumber daya fisik.

Analisis Deskriptif Interaksi Spasial

Analisis interaksi spasial mempelajari hubungan yang berupa pergerakan

komoditi, barang-barang, orang, informasi, dan lainnya antara titik-titik dalam

ruang. Analisis ini menekankan pada saling ketergantungan dari tempat dan area.

Interaksi spasial semakin menurun karena jarak dengan asumsi kondisi lain

sama (Saefulhakim 2004). Dalam penelitian ini untuk mengetahui dan

menggambarkan pola interaksi spasial yang ada di Kawasan Strategis

Kedungsapur, dilakukan secara deskriptif berdasarkan data persentase aliran

barang baik aliran masuk maupun aliran keluar antarkabupaten dan antarkota

dalam Kawasan Kedungsapur. Sehingga dapat diketahui pola interaksi spasial

berdasarkan pergerakan aliran barang di Kawasan Kedungsapur.

Page 66: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Wilayah

Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Wilayah Kedungsapur yang terdiri dari empat kabupaten dan dua kota,

yaitu Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota

Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan, terletak di bagian utara

Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini secara geografis terletak di antara 109°10’-

111°25’ BT dan 6°43’26"-7°32’ LS, dengan batas-batas administrasi sebagai

berikut: (1) Sebelah utara: Laut Jawa, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus, dan

Kabupaten Pati; (2) Sebelah selatan: Kabupaten Wonosobo, Kabupaten

Temanggung, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen, dan Provinsi Jawa Timur;

(3) Sebelah timur: Kabupaten Blora dan Provinsi Jawa Timur; dan (4) Sebelah

barat: Kabupaten Batang (Gambar 12).

Luas lahan di wilayah Kedungsapur secara keseluruhan adalah

5.256.212 km2, dan secara administrasi Kawasan Kedungsapur terdiri dari

89 kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi masing-masing kabupaten

dan kota. Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Kendal merupakan kabupaten

yang memiliki wilayah terluas apabila dibandingkan dengan kabupaten dan kota

lain di kawasan ini dengan jumlah kecamatan paling banyak, yaitu masing-

masing 19 kecamatan. Luasan lahan masing-masing kabupaten dan kota dirinci

dalam Tabel 5.

Tabel 5 Luas wilayah dan jumlah kecamatan pada kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah

No. Kabupaten/Kota Luas Daerah (Km2) Jumlah Kecamatan 1 2 3 4 5 6

Kabupaten Kendal Kabupaten Demak Kabupaten Semarang Kota Salatiga Kota Semarang Kabupaten Grobogan

1 002.230897.430950.20656.781

373.7001 975.865

19 14 17 4 16 19

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003

Page 67: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

52

Kondisi Fisik Wilayah

Keadaan fisik wilayah Kawasan Kedungsapur secara umum meliputi

wilayah dataran rendah dan perbukitan, di bagian utara terletak pada ketinggian

antara 0 – 25 m yang merupakan dataran rendah, sedangkan di bagian selatan

memiliki ketinggian antara 0 – 2.579 m yang merupakan daerah pegunungan.

Kawasan Kedungsapur memiliki curah hujan rata-rata per tahun sebesar 2.296

mm dan hari hujan rata-rata 100 hari/tahun. Kondisi topografi dan iklim secara

rinci seperti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Ketinggian wilayah, rata-rata hari hujan dan rata-rata curah hujan pada kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2003

No Kabupaten/Kota Ketinggian (m dpl)

Hari Hujan (hari)

Curah Hujan (mm)

1 2 3 4 5 6

Kabupaten Kendal Kabupaten Demak Kabupaten Semarang Kota Salatiga Kota Semarang Kabupaten Grobogan

4 - 25793 - 100

318 - 1450450 - 800

0.75 - 34850 - 500

117 78

115 126 131

34

2 485 1 770

2 287 2 815

3 733 686

Rata-rata 100 2 296 Sumber: BPS dan Bappeda, 2003

Kawasan Kedungsapur berdasarkan ketinggian lokasi memiliki

karakteristik wilayah sebagai berikut: (1) Bagian utara , merupakan daerah

pesisir membentang dari Kabupaten Kendal, Kota Semarang hingga Kabupaten

Demak dan juga merupakan kawasan pantai yang dibudidayakan menjadi

kawasan tambak selain menjadi daerah hilir atau muara beberapa sungai, (2)

Bagian selatan, merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi yang sudah

tidak aktif lagi yaitu Gunung Ungaran, serta merupakan daerah yang cukup

subur, banyak mata air, hulu sungai, dan tambang mineral, serta (3) Bagian timur

dan tenggara, merupakan daerah rawan banjir yaitu termasuk wilayah

Kabupaten Demak (Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah

2002).

Jenis tanah di Kawasan Kedungsapur pada umumnya adalah tanah latosol,

aluvial, dan grumosol dengan tingkat produktivitas yang cukup bervariasi dari

Page 68: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

53

tingkat produktivitas rendah sampai tingkat produktivitas tinggi sehingga cukup

baik untuk pertanian dan perkebunan.

Kawasan Kedungsapur memiliki sumber air yang berada di permukaan

tanah seperti sungai, danau, bendungan, laut dan pantai maupun air tanah.

Sumber air selain sungai adalah Rawa Pening, merupakan danau yang terletak di

tiga kecamatan dalam wilayah Kabupaten Semarang yaitu Kecamatan

Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru. Danau ini

dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, perikanan darat,

pariwisata, dan rekreasi. Waduk Kedungombo, yang terletak di Kabupaten

Grobogan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penduduk, kepentingan industri

rumah tangga, dan juga berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan

di daerah tersebut (Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah

2002).

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur dalam tahun 1999 secara

keseluruhan adalah untuk lahan pertanian seluas 169.878.2 Ha atau sekitar

32.32% dari total luas lahan di Kawasan Kedungsapur. Sedangkan untuk

penggunaan lahan non-sawah adalah seluas 355.742.7 Ha atau 67.68%.

Penggunaan lahan untuk lahan sawah yang terluas dibandingkan penggunaan

lahan lain di wilayahnya adalah Kabupaten Demak, yaitu 56.90% atau sekitar

51.064 Ha. Sedangkan daerah dengan penggunaan lahan untuk sawah paling

kecil adalah Kota Semarang hanya 10.74% atau sekitar 4.015 Ha, hal ini

dimungkinkan karena Kota Semarang merupakan salah satu pusat kegiatan

perdagangan dan industri di Provinsi Jawa Tengah sehingga penggunaan lahan

sebagian besar digunakan untuk aktivitas non-pertanian. Secara rinci penggunaan

lahan di Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999 disajikan dalam Tabel 7.

Pada tahun 2003 atau selama kurun waktu lima tahun penggunaan lahan di

Kawasan Kedungsapur telah mengalami perubahan komposisi penggunaan

antara lahan pertanian (sawah) dan non-pertanian (non-sawah). Hal tersebut

dimungkinkan mengingat semakin berkembangnya aktivitas non-pertanian yang

mengakibatkan berkurangnya penggunaan lahan untuk sawah maupun kegiatan

Page 69: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

54

pertanian lainnya. Penggunaan lahan pada masing-masing kabupaten dan kota di

Kawasan Kedungsapur secara rinci selama tahun 2003 disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 7 Penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur tahun 1999 Luas Lahan (Ha)

Jenis Lahan Kab. Kab. Kab. Kota Kota Kab. Kawasan Kendal Demak Semarang Semarang Salatiga Grobogan Kedungsapur

Lahan Sawah 26 939.0 51 064.0 24 572.0 4 015.0 1 173.1 62 115.0 169 878.1 Teknis 15 938.0 17 113.0 5 445.0 275.0 564.1 17 725.0 57 060.1 1/2 Teknis 1 980.0 6 955.0 3 388.0 596.0 127.0 2 427.0 15 473.0 Sederhana PU 1 360.0 3 200.0 5 566.0 887.0 278.0 3 045.0 14 336.0 Sederhana 7 086.0 2 425.0 3 829.0 258.0 - 2 451.0 16 049.0 Non PU Tadah Hujan 575.0 21 371.0 6 344.0 1 999.0 204.1 36 467.0 66 960.1 Lahan Kering 73 288.0 38 679.0 70 448.7 33 352.0 4 505.0 135 470.0 355 742.7 Bangunan/ 14 666.0 13 243.0 19 410.0 13 898.0 2 456.0 28 472.0 92 145.0 Halaman Tegal/Kebun 22 551.0 15 409.0 29 765.0 8 500.0 1 659.0 29 661.0 107 545.0 Tebat/Empang/ 584.0 42.0 2 648.0 4.0 - 48.0 3 326.0 Rawa Tambak 2 427.0 5 171.0 - 1 999.0 - - 9 597.0 Hutan 16 783.0 1 572.0 10 126.0 1 650.0 - 68 691.0 98 822.0 Perkebunan 7 788.0 - 6 031.0 1 396.0 168.0 709.0 16 092.0 Lainnya 8 489.0 3 242.0 2 468.7 5 905.0 222.0 7 889.0 28 215.7 Jumlah 100 227.0 89 743.0 95 020.7 37 367.0 5 678.1 197 585.0 525 620.8

Sumber: BPS dan Bappeda, 1999

Komposisi penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur pada tahun 2003

apabila dibandingkan dengan komposisi penggunaan lahan pada tahun 1999,

telah menunjukkan adanya penurunan luasan lahan pertanian (sawah) dan

penambahan luasan penggunaan untuk lahan non-pertanian (non-sawah) sebesar

2.295.4 Ha atau sekitar 0.44% dari luas total lahan di Kawasan tersebut.

Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian (sawah) menjadi lahan non-

pertanian terjadi di Kabupaten Demak dan Kota Salatiga, dengan luas perubahan

lahan di Kabupaten Demak adalah 2.291 Ha atau sekitar 2.55% dari luas

keseluruhan, yaitu 89.746 Ha sedangkan di Kota Salatiga perubahan luas lahan

adalah sekitar 362.8 Ha atau 6.39% dari luas lahan seluruhnya sebesar

5.678.1 Ha.

Page 70: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

55

Tabel 8 Penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur tahun 2003

Luas Lahan (Ha) Jenis Lahan Kab. Kab. Kab. Kota Kota Kab. Kawasan

Kendal Demak Semarang Semarang Salatiga Grobogan Kedungsapur Lahan Sawah 26 472.0 48 773.0 24 478.0 3 913.0 810.3 63 136.4 167 582.7 Teknis 15 577.0 19 430.0 5 524.0 165.0 378.2 18 715.0 59 789.2 1/2 Teknis 1 977.0 5 558.0 4 016.0 633.9 126.9 2 002.0 14 313.8 Sederhana PU 7 957.0 2 439.0 7 917.0 1 044.0 139.2 7 738.4 27 234.5 Sederhana - 1 543.0 1 018.0 61.0 - - 2 622.0 Non PU Tadah Hujan 961.0 19 803.0 6 003.0 2 009.1 166.0 34 681.0 63 623.1 Lahan Kering 73 751.0 40 970.0 70 542.7 33 457.4 4 867.8 134 450.0 358 038.9 Bangunan/ 14 945.0 13 302.0 18 695.0 13 876.9 2 996.0 28 318.0 92 132.9 Halaman Tegal/Kebun 22 867.0 15 550.0 29 660.0 8 394.0 1 564.0 27 539.0 105 574.0 Tebat/Empang/ 12.0 62.0 2 623.0 414.5 - 15.0 3 126.5 Rawa Tambak 3 122.0 7 211.0 19.0 1 857.1 - 24.0 12 233.1 Hutan 15 987.0 1 575.0 6 342.0 1 515.7 - 70 120.2 95 539.9 Perkebunan 7 785.0 - 9 633.0 1 178.1 - 268.0 18 864.1 Lainnya 9 033.0 3 270.0 3 570.7 6 221.1 307.8 8 165.8 30 568.3 Jumlah 100 223.0 89 743.0 95 020.7 37 370.4 5 678.1 197 586.4 525 621.6

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003

Luas lahan Kawasan Kedungsapur 5.256.212 km2 atau 16.15% dari luas

lahan di Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan, yaitu 32.544.12 km2, dan

apabila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat perubahan

lahan pertanian ke non-pertanian berkisar 0.01% hingga 0.05% per tahun,

perubahan penggunaan lahan di Kawasan Kedungsapur dari lahan pertanian ke

lahan non-pertanian 0.44% pada tahun 2003. Konversi lahan ke lahan non-

pertanian tersebut cukup signifikan di Kota Salatiga dan Kabupaten Demak, hal

tersebut dimungkinkan karena tingkat kepadatan penduduk di kedua daerah

tersebut cukup tinggi, yaitu berturut-turut 2.579 jiwa/km2 dan 1.133 jiwa/km2,

sehingga kebutuhan akan pemanfaatan lahan untuk kegiatan non-pertanian

khususnya permukiman serta penggunaan lainnya seperti lahan untuk keperluan

industri meningkat.

Page 71: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

56

Komposisi Penduduk

Jumlah dan Perkembangan Penduduk

Jumlah penduduk yang tinggal di Kawasan Kedungsapur pada tahun 2003

adalah 5.631.478 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk pada masing-masing

kabupaten maupun kota adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9 Kepadatan penduduk masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 1999 dan tahun 2003

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk

(Jiwa) Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

Luas Lahan (Km2) 1999 2003 1999 2003

Kabupaten Kendal 1 002.23 868 498 891 166 866 889Kabupaten Demak 897.43 935 913 1 017 075 1 043 1 133Kabupaten Semarang 950.20 788 149 844 889 829 889Kota Salatiga 56.78 144 621 146 467 2 547 2 579Kota Semarang 373.70 1 290 159 1 378 193 3 452 3 688Kabupaten Grobogan 1 975.86 1 310 822 1 353 688 663 685Kawasan Kedungsapur 5 256.21 5 338 162 5 631 478 1 015 1 071

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003

Tingkat kepadatan penduduk di Kawasan Kedungsapur selama dua titik

tahun, yaitu tahun 1999 sebesar 1.015 jiwa/km2 dan tahun 2003 sebesar 1.071

jiwa/km2, apabila dilihat secara keseluruhan selama kurun waktu tersebut tidak

mengalami perubahan tingkat kepadatan penduduk yang signifikan. Pada Tabel 9

tampak bahwa Kota Semarang sebagai pusat pertumbuhan berada pada posisi

teratas dalam hal tingkat kepadatan penduduk per kilometer persegi, hal tersebut

menunjukkan bahwa Kota Semarang yang merupakan pusat aktivitas

perekonomian di Provinsi Jawa Tengah maupun di Kawasan Kedungsapur

mempunyai daya tarik yang cukup tinggi bagi penduduk untuk menjadikan Kota

Semarang selain sebagai tempat bekerja juga sebagai tempat tinggal.

Jumlah penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur seperti

disajikan dalam Tabel 10, menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun,

yaitu tahun 1999-2003 jumlah penduduk pada masing-masing kabupaten

maupun kota terus meningkat.

Page 72: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

57

Tabel 10 Jumlah penduduk masing-masing kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 (jiwa)

Kabupaten/Kota 1999 2000 2001 2002 2003

Kabupaten Kendal 868 498 878 591 882 929 887 286 891 166Kabupaten Demak 935 913 980 218 990 600 996 384 1 017 075Kabupaten Semarang 788 149 834 826 838 022 841 137 844 889Kota Salatiga 144 621 144 792 145 301 145 649 146 467Kota Semarang 1 290 159 1 309 667 1 322 320 1 350 005 1 378 193Kabupaten Grobogan 1 310 822 1 324 417 1 337 130 1 345 675 1 353 688Kawasan Kedungsapur 5 338 162 5 472 511 5 516 302 5 566 136 5 631 478

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003

Pada Gambar 9, tampak bahwa Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan

memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan dengan kabupaten

maupun kota lain di kawasan tersebut.

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

Kab. Kendal

Kab. Demak

Kab.Semarang

KotaSalatiga

KotaSemarang

Kab. Grobogan

Jum

lah

Pend

uduk

(Jiw

a)

19992000200120022003

Gambar 9 Grafik jumlah penduduk kabupaten dan kota di Kawasan

Kedungsapur selama tahun 1999–2003.

Pada Tabel 11, rata-rata laju perkembangan penduduk di Kawasan

Kedungsapur pada masing-masing kabupaten maupun kota apabila dibandingkan

dengan rata-rata perkembangan penduduk pada Kawasan Kedungsapur tahun

2002/2003 yaitu 1.12%, menunjukkan bahwa Kabupaten Demak dengan rata-rata

Page 73: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

58

perkembangan sebesar 2.11% merupakan daerah dengan tingkat perkembangan

penduduk tertinggi di antara kabupaten dan kota lainnya.

Tabel 11 Persentase perkembangan penduduk kabupaten dan kota di Kawasan

Kedungsapur tahun 1999-2003

Kabupaten/Kota 1999/2000 2000/2001 2001/2002 2002/2003 Rata-rata Kabupaten Kendal 1.16 0.49 0.49 0.44 0.65 Kabupaten Demak 4.73 1.06 0.58 2.08 2.11 Kabupaten Semarang 5.92 0.38 0.37 0.45 1.78 Kota Salatiga 0.12 0.35 0.24 0.56 0.32 Kota Semarang 1.51 0.97 2.09 2.09 1.66 Kabupaten Grobogan 1.04 0.96 0.64 0.60 0.81 Kawasan Kedungsapur 2.52 0.80 0.90 1.38 1.12

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah

Faktor-faktor pertambahan penduduk di kawasan ini antara lain adalah

adanya kelahiran dan kematian serta penduduk yang datang dan pergi merupakan

faktor-faktor pertambahan penduduk alami. Jumlah pertambahan penduduk

alami di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 sebanyak 54.383 jiwa yang terdiri

dari faktor kelahiran sebanyak 36.406 jiwa dan penduduk yang datang sebanyak

17.977 jiwa. Kota dan kabupaten dengan angka pertambahan alami tertinggi

pada tahun 2003 adalah Kota Semarang, sebanyak 20.910 jiwa dan

kemudian Kabupaten Demak dengan angka pertambahan penduduk alami

sebanyak 16.955 jiwa.

Tabel 12 Banyaknya penduduk lahir, mati, datang, dan pindah di Kawasan Kedungsapur tahun 2003

Kabupaten/ Faktor Alami Migrasi Pertambahan Kota Lahir Mati Jumlah Datang Pergi Jumlah Alami

Kab. Kendal 7 888 4 449 3 439 3 441 3 000 441 3 880 Kab. Demak 14 111 3 671 10 440 10 576 4 061 6 515 16 955 Kab. Semarang 7 363 3 295 4 068 2 828 3 144 (316) 3 752 Kota Salatiga 882 705 177 2 072 1 431 641 818 Kota Semarang 17 162 6 948 10 214 37 063 26 367 10 696 20 910 Kab. Grobogan 14 708 6 640 8 068 *) *) *) 8 068 Jumlah 62 114 25 708 36 406 55 980 38 003 17 977 54 383

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah *) Data migrasi tidak tersedia

Page 74: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

59

Migrasi merupakan faktor utama penyebab pertambahan penduduk di Kota

Semarang, yaitu sebanyak 10.696 jiwa pada tahun 2003, dibandingkan

dengan kelahiran sebagai faktor alami pertambahan penduduk. Begitu pula hanya

dengan Kota Salatiga yang pertambahan penduduknya juga lebih banyak

disebabkan oleh pendatang yang masuk ke kota tersebut.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagai pusat pertumbuhan di Provinsi

Jawa Tengah, Kota Semarang mempunyai daya tarik yang cukup kuat untuk

dijadikan daerah tujuan migrasi baik oleh penduduk dalam Kawasan

Kedungsapur yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang maupun aliran

penduduk yang datang dari kabupaten dan kota lain di Provinsi Jawa Tengah.

Sementara Kota Salatiga yang letaknya cukup strategis pada jalur arteri primer

yang menghubungkan antara Kota Semarang dengan Kota Surakarta dan

sekitarnya, merupakan daya tarik tersendiri bagi migran (Tabel 12).

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur di Kawasan Kedungsapur

seperti disajikan pada Tabel 13, menunjukkan bahwa penduduk di kawasan ini

didominasi oleh kelompok usia produktif yaitu 15-64 tahun sebanyak 3.727.374

jiwa atau sekitar 66.10% dari total penduduk kawasan sedangkan kelompok usia

belum atau tidak produktif yang berada pada kelompok umur 0-14 tahun dan 65

tahun lebih sebanyak 1.904.104 jiwa (33.81%).

Tabel 13 Banyaknya penduduk menurut kelompok umur Kabupaten/Kota Kelompok Umur (Tahun) Jumlah 0 - 14 15 – 64 65+ Kabupaten Kendal 265 822 577 700 47 644 891 166Kabupaten Demak 329 526 647 484 40 065 1 017 075Kabupaten Semarang 206 081 577 510 61 298 844 889Kota Salatiga 35 136 102 194 9 137 146 467Kota Semarang 389 090 952 056 37 047 1 378 193Kabupaten Grobogan 408 309 870 430 74 949 1 353 688Jumlah 1 633 964 3 727 374 270 140 5 631 478

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah

Page 75: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

60

Hal tersebut menunjukkan bahwa potensial angkatan kerja di kawasan

ini masih cukup tinggi dengan angka tingkat rasio ketergantungan (dependency

ratio) sebesar 510, yang artinya setiap 1000 penduduk usia produktif

menanggung sebanyak 510 penduduk usia belum atau tidak produktif.

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki (Tabel 14), menunjukkan

bahwa jumlah penduduk di Kawasan Kedungsapur yang menamatkan pendidikan

dasar (SD) pada tahun 2003 sebanyak 1.830.238 jiwa atau sekitar 37.36%

dari total penduduk menurut tingkat pendidikan yang tercatat secara statistik.

Tabel 14 Banyaknya penduduk menurut tingkat pendidikan

Kabupaten/ Tidak Sekolah/ Tamat Tamat Tamat Tamat Jumlah Kota Belum/Tidak SD SMP SMU Akademi/PT

Tamat SD Kab. Kendal 295 462 297 770 104 416 62 920 12 409 772 977 Kab. Demak 186 983 338 913 129 964 63 648 13 038 732 546 Kab. Semarang 295 570 260 124 125 471 88 074 20 531 789 770 Kota Salatiga*) 40 190 40 833 27 801 21 213 5 142 135 179 Kota Semarang 338 052 294 435 252 079 264 314 94 209 1 243 089 Kab.Grobogan 361 261 598 163 156 838 91 750 16 820 1 224 832 Jumlah 1 517 518 1 830 238 796 569 591 919 162 149 4 898 393

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah *) Data tahun 2000

Apabila dibandingkan antara kabupaten serta kota di kawasan tersebut,

menunjukkan bahwa Kabupaten Grobogan dengan 361.261 jiwa atau

29.49% dari total penduduknya tidak sekolah atau belum sekolah atau tidak

tamat SD serta 48.83% atau 598.163 jiwa hanya tamat SD. Dan Kabupaten

Demak sebanyak 46.26% penduduknya hanya tamat SD. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten Demak dan Kabupaten

Grobogan perlu menjadi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas

sumber daya manusia di kedua daerah tersebut. Gambaran kondisi penduduk

menurut tingkat pendidikan di masing-masing kabupaten dan kota dalam

Kawasan Kedungsapur secara rinci dapat dilihat pada Gambar 10.

Secara umum penduduk di kawasan ini memiliki tingkat pendidikan yang

masih rendah karena persentase penduduk yang tamat pendidikan dasar (SD)

Page 76: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

61

lebih banyak daripada tamatan sekolah menengah (SMP dan SMU) yang hanya

sekitar 28.34% total penduduk menurut tingkat pendidikan yang tercatat secara

statistik.

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000

Kendal Demak Semarang

Kota Salatiga

Kota Semarang

Grobogan

Jum

lah

Pend

uduk

(Jiw

a)

Tidak Sekolah/ Belum/ Tidak Tamat SD Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMU

Tamat Akademi/PT

Gambar 10 Komposisi jumlah penduduk masing-masing kabupaten dan kota

di Kawasan Kedungsapur menurut tingkat pendidikan.

Demikian halnya dengan jumlah penduduk yang tidak sekolah atau belum

sekolah atau tidak tamat pendidikan dasar masih cukup tinggi yaitu sekitar

30.97% dari total keseluruhan. Hal ini terkait dengan ketersediaan sarana

pendidikan menengah (SMP dan SMU) serta akademi maupun perguruan tinggi

yang pada umumnya masih terpusat di kota-kota besar seperti Kota Semarang

dan Kota Salatiga, sedangkan pada level kabupaten sarana pendidikan tingkat

menengah pun masih sangat terbatas.

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Berdasarkan data pada Tabel 15, apabila dilihat menurut mata

pencahariannya maka sebagian besar penduduk di Kawasan Kedungsapur sekitar

31.29% atau sebanyak 999.134 jiwa bermata pencaharian sebagai petani.

Sedangkan nelayan merupakan mata pencaharian yang paling sedikit dilakukan

oleh penduduk di kawasan tersebut, hanya sebanyak 15.826 jiwa atau 0.49%

dari total penduduk menurut mata pencaharian.

Page 77: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

62

Daerah dengan jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian paling

banyak adalah Kabupaten Grobogan sejumlah 478.777 jiwa, dan yang paling

sedikit bekerja di bidang ini adalah Kota Salatiga sejumlah 5.557 jiwa.

Tabel 15 Banyaknya penduduk kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur menurut mata pencaharian

Mata Kab. **) Kab. *) Kab. Kota Kota Kab. Jumlah Pencaharian Kendal Demak Semarang Salatiga Semarang Grobogan

Petani 125 714 203 304 163 574 5 557 22 208 478 777 999 134 Buruh Tani 171 746 - 103 268 8 356 19 055 9 588 312 013 Nelayan 11 405 - 1 779 - 2 227 415 15 826 Pengusaha 3 864 71 156 17 181 3 768 17 824 6 598 120 391 Buruh Industri 69 680 58 029 71 348 16 320 179 833 35 256 430 466 Buruh Bangunan - 19 299 30 315 11 183 132 302 - 193 099 Pedagang 30 113 71 156 30 190 11 903 75 417 85 342 304 121 Pengangkutan 9 912 19 806 11 636 5 797 28 398 17 782 93 331 PNS/ABRI 12 849 796 23 342 11 347 87 585 - 135 919 Pensiunan 5 812 - 7 733 6 686 37 322 - 57 553 Pertambangan - 628 - - - - - Lainnya 83 761 50 249 36 555 30 472 216 634 113 600 531 271 Jumlah 524 856 494 423 496 921 111 389 818 805 747 358 3 193 124

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003, diolah *) data tahun 2000, **) data tahun 2001

Banyaknya jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani di Kabupaten

Grobogan dikarenakan lahan pertanian di kabupaten tersebut masih cukup luas

apabila dibandingkan dengan luas lahan pertanian kabupaten lain di wilayah

Kedungsapur. Sehingga penduduk sebagian besar mengusahakan lahan yang

dimilikinya untuk ditanami dengan tanaman pangan seperti padi, palawija, dan

sayur-sayuran serta beberapa tanaman perkebunan di antaranya adalah tembakau.

Meskipun tembakau yang dihasilkan di Kabupaten Grobogan mutunya tidak

terlalu bagus, namun selain tanaman tersebut merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang sesuai untuk ditanam di daerah ini juga karena secara ekonomi

menanam tembakau dinilai oleh petani setempat cukup menguntungkan sehingga

banyak masyarakat yang mengusahakan tanaman tersebut. Hal ini dimungkinkan

karena banyaknya perusahaan rokok kretek skala menengah di Kawasan

Kedungsapur sebagai tujuan pemasaran.

Page 78: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

63

Untuk bidang industri dan bangunan, Kota Semarang merupakan daerah

dengan penduduk yang bekerja di bidang ini paling banyak, yakni 312.135 jiwa

dan yang paling sedikit bekerja di bidang ini adalah penduduk Kabupaten

Grobogan hanya 35.256 jiwa. Banyaknya penduduk di Kota Semarang yang

bekerja di sektor industri disebabkan antara lain oleh keberadaan kawasan-

kawasan industri besar yang sebagian besar memusat di Kota Semarang,

sehingga tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor ini cukup tinggi. Sedangkan

Kabupaten Grobogan bukan merupakan lokasi pemusatan aktivitas industri,

terutama industri skala besar dan menengah. Industri yang berkembang di

daerah ini sebagian besar adalah industri kecil dan rumah tangga.

Selanjutnya untuk penduduk yang bekerja di sektor perdagangan yang

terbanyak adalah Kota Semarang. Penduduk yang bekerja di sektor jasa

khususnya jasa pengangkutan terbanyak adalah Kota Semarang, yaitu 28.398

jiwa dan yang paling sedikit bekerja di bidang ini adalah penduduk Kota Salatiga

5.797 jiwa. Banyaknya penduduk Kota Semarang yang bekerja di sektor jasa

pengangkutan dikarenakan tingginya aktivitas perekonomian yang tentunya juga

membutuhkan sarana transportasi yang memadai untuk mendukung kelancaran

mobilitas baik barang maupun penduduk.

Kondisi Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto

Kondisi perekonomian Kawasan Kedungsapur secara keseluruhan dapat

dilihat berdasarkan total Pendapatan Domestik Regional Bruto kabupaten dan

kota yang ada dalam kawasan tersebut. Selama kurun waktu lima tahun (1999-

2003), PDRB Kawasan Kedungsapur setiap tahunnya mengalami peningkatan

seperti yang ditampilkan dalam Tabel 16 yang menunjukkan PDRB Kawasan

Kedungsapur atas dasar harga konstan tahun 1993.

Rata-rata pertumbuhan PDRB Kawasan Kedungsapur per tahun selama

tahun 1999-2003 yang dihitung berdasarkan PDRB Kawasan Kedungsapur atas

dasar harga konstan tahun 1993 adalah sebesar 4.00%.

Page 79: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

64

Tabel 16 PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 (dalam juta rupiah)

Sektor 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian 1 169 370.87 1 215 595.44 1 210 225.85 1 261 664.69 1 288 251.87 Pertambangan dan Penggalian 34 543.17 32 472.81 35 018.39 35 098.58 36 506.30 Industri Pengolahan 2 838 231.45 2 895 351.29 3 041 520.62 3 137 502.70 3 258 296.90 Listrik, gas, dan air Minum 132 123.59 138 471.97 144 877.49 156 534.42 162 435.16 Bangunan 291 674.29 291 244.72 311 839.05 324 191.90 337 036.89 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2 487 465.83 2 637 438.18 2 744 145.30 2 846 972.65 2 963 382.77 Pengangkutan dan Komunikasi 471 648.46 517 782.34 557 346.46 579 316.31 609 398.16

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 461 131.31 498 416.45 514 753.53 527 790.56 546 683.06

Jasa-jasa 1 175 637.07 1 224 330.36 1 295 151.28 1 341 009.87 1 400 873.08 Total 9 061 826.03 9 451 103.56 9 854 877.96 10 210 081.67 10 602 864.19

Sumber: BPS, 1999-2003, diolah

0 500000

1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000

1999 2000 2001 2002 2003

Tahun

PDR

B (J

uta

rupi

ah)

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air minum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa

Gambar 11 PDRB Kawasan Kedungsapur menurut lapangan usaha tahun

1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993.

Kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB Kawasan Kedungsapur

selama tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 seperti disajikan

pada Tabel 17 dan Gambar 11, menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan

memberikan kontribusi terbesar dengan persentase yang stabil setiap tahunnya,

yaitu pada kisaran 30% dari total nilai PDRB, kemudian pemberi kontribusi

terbesar berikutnya berturut-turut adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran,

pertanian, serta jasa-jasa.

Page 80: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

65

Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian di Kawasan

Kedungsapur didominasi oleh aktivitas industri pengolahan, perdagangan, hotel,

dan restoran, pertanian serta jasa-jasa. Dalam Tabel 17 yang menyajikan PDRB

Kawasan Kedungsapur tahun 2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 menurut

sektor di setiap kabupaten maupun kota, dapat dilihat bahwa sektor industri

pengolahan memberikan kontribusi terbesar yaitu 30.73%, kemudian

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 27.95%, jasa-jasa sebesar 13.21% serta

pertanian sebesar 12.15%.

Tabel 17 Persentase kontribusi per sektor PDRB Kawasan Kedungsapur tahun

1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993

Sektor 1999 2000 2001 2002 2003 Pertanian 12.90 12.86 12.28 12.36 12.15Pertambangan dan Penggalian 0.38 0.34 0.36 0.34 0.34Industri Pengolahan 31.32 30.64 30.86 30.73 30.73Listrik, gas, dan air minum 1.46 1.47 1.47 1.53 1.53Bangunan 3.22 3.08 3.16 3.18 3.18Perdagangan, Hotel, dan Restoran 27.45 27.91 27.85 27.88 27.95Pengangkutan dan komunikasi 5.20 5.48 5.66 5.67 5.75Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.09 5.27 5.22 5.17 5.16Jasa-jasa 12.97 12.95 13.14 13.13 13.21Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS, 1999-2003, diolah

Daerah yang memberikan kontribusi terbesar pada PDRB Kawasan

Kedungsapur secara keseluruhan, adalah Kota Semarang dengan hampir di

semua sektor kecuali sektor pertanian memberikan kontribusi lebih dari 30%,

karena sebagai salah satu pusat pertumbuhan di Provinsi Jawa Tengah dan pusat

pertumbuhan di Kawasan Kedungsapur maka aktivitas perekonomian terutama

perdagangan, industri, serta aktivitas terkait lainnya yaitu pengangkutan,

bangunan, dan industri pengolahan sangat tinggi.

Apabila dilihat pada Tabel 18, persentase pertumbuhan masing-masing

sektor PDRB Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999-2003 menunjukkan

kondisi yang berfluktuasi setiap tahunnya. Sektor dengan rata-rata pertumbuhan

tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu 6.64%, kemudian

sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 5.31%, sektor perdagangan, hotel, dan

Page 81: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

66

restoran serta sektor jasa memiliki rata-rata pertumbuhan yang sama yaitu 4.48%

per tahun.

Tabel 18 Persentase pertumbuhan sektoral PDRB Kawasan Kedungsapur tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993

Sektor 1999/2000 2000/2001 2001/2002 2002/2003 Rata-rata

Pertanian 3.95 -0.44 4.25 2.11 2.47Pertambangan dan Penggalian -5.99 7.84 0.23 4.01 1.52Industri Pengolahan 2.01 5.05 3.16 3.85 3.52Listrik, gas, dan air minum 4.80 4.63 8.05 3.77 5.31Bangunan -0.15 7.07 3.96 3.96 3.71Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 6.03 4.05 3.75 4.09 4.48Pengangkutan dan

Komunikasi 9.78 7.64 3.94 5.19 6.64Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 8.09 3.28 2.53 3.58 4.37Jasa-jasa 4.14 5.78 3.54 4.46 4.48

Sumber: BPS, 1999-2003, diolah

Sektor dengan rata-rata pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan

dan penggalian sebesar 1.52% serta sektor pertanian yaitu 2.47%, dan pada

sektor pertanian terdapat kecenderungan untuk terus menurun dengan semakin

meningkatnya aktivitas perekonomian non-pertanian seperti perdagangan dan

industri serta jasa-jasa lainnya. Sementara daerah yang memberikan kontribusi

sektor pertanian tertinggi terhadap PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 di

Kawasan Kedungsapur adalah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak.

Kedua kabupaten tersebut merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian

(sawah) serta lahan untuk aktivitas pertanian atau perkebunan lainnya yang

paling luas yaitu masing-masing 63.136.4 Ha dan 48.773 Ha. Terlebih

Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak termasuk daerah sentra tanaman

pangan di Provinsi Jawa Tengah khususnya padi. Berdasarkan data Statistik

Tanaman Pangan tahun 2004, menunjukkan bahwa realisasi produksi padi

Kabupaten Grobogan tahun 2004 memberikan kontribusi sebanyak 530.673 ton

atau sekitar 6.23% dari total produksi padi Provinsi Jawa Tengah, sedangkan

Kabupaten Demak memberikan kontribusi sebanyak 500.025 ton atau sekitar

Page 82: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

67

5.87% dari total produksi padi secara keseluruhan di Provinsi Jawa Tengah.

Oleh karena itu perlu adanya upaya optimalisasi di bidang pertanian untuk

meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Selain itu karena sektor pertanian

merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di kawasan ini

(Tabel 15).

Perbandingan secara rinci kontribusi masing-masing daerah terhadap

PDRB Kawasan Kedungsapur dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20. Secara

keseluruhan, sektor-sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB

Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999-2003 menunjukkan persentase

kontribusi yang tidak terlalu fluktuatif, dalam arti pergeseran kontribusi

antarsektor tidak terlalu signifikan. Hanya untuk sektor pertanian

memperlihatkan kecenderungan yang semakin menurun, hal tersebut

dimungkinkan karena meningkatnya aktivitas non-pertanian yang dilihat

berdasarkan meningkatnya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non-

pertanian. Sebaliknya untuk sektor pengangkutan menunjukkan adanya

kecenderungan peningkatan kontribusi walaupun kecil, di antaranya disebabkan

meningkatnya aktivitas perdagangan yang akan berpengaruh pada kegiatan

pendistribusian komoditas perdagangan yang terkait dengan sektor

pengangkutan.

Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar

keempat terhadap total PDRB di Kawasan Kedungsapur sebesar 12.15% (Tabel

17) dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun 2.47% (Tabel 18) namun

menunjukkan perkembangan yang semakin menurun, sementara Kawasan

Kedungsapur mencakup Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak yang

merupakan sentra produksi tanaman pangan khususnya padi di Provinsi Jawa

Tengah. Berdasarkan luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di

Kawasan Kedungsapur (Tabel 21 dan 22), Kabupaten Grobogan merupakan

kabupaten penghasil padi (padi sawah dan padi ladang) dengan tingkat produksi

terbesar setelah Kabupaten Cilacap, yaitu 566.347 ton pada tahun 2003 atau

memberikan kontribusi sebesar 6.97% terhadap total produksi padi di Provinsi

Jawa Tengah.

Page 83: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

51

Tabel 19 PDRB menurut sektor di kabupaten/kota dalam Kawasan Kedungsapur tahun 2003 atas dasar harga berlaku (juta rupiah)

Sektor Kota Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kawasan Semarang Salatiga Kendal Demak Semarang Grobogan Kedungsapur - Pertanian 187 822.69 40 160.68 1 359 057.17 1 352 719.76 747 936.45 1 145 395.19 4 833 091.94 - Pertambangan dan Penggalian 64 873.33 5 474.26 23 306.48 6 334.34 6 661.37 26 055.30 132 705.08 - Industri Pengolahan 5 552 262.37 167 883.23 2 195 644.50 273 370.14 1 624 724.63 59 918.01 9 873 802.88 - Listrik, gas, dan air minum 346 724.44 30 601.32 100 549.97 15 592.58 57 351.73 17 920.98 568 741.01 - Bangunan 734 821.01 48 033.15 117 732.12 73 208.70 60 534.43 123 628.79 1 157 958.20 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 497 423.33 152 889.85 916 920.91 587 972.13 702 975.97 449 899.15 10 308 081.33 - Pengangkutan dan komunikasi 1 227 110.95 73 782.26 149 310.39 94 922.84 113 792.10 86 368.68 1 745 287.21 - Keuangan, Persewaan dan Js. Perusahaan 1 059 953.98 65 715.30 131 290.61 86 287.12 149 443.06 117 633.57 1 610 323.64 - Jasa-jasa 2 451 939.02 219 037.96 528 414.62 251 614.07 453 413.54 391 249.54 4 295 668.75

Total 19 122 931.11 803 578.01 5 522 226.77 2 742 021.68 3 916 833.27 2 418 069.21 34 525 660.05 Sumber: BPS, 1999-2003, diolah

Tabel 20 PDRB menurut sektor di kabupaten/kota dalam Kawasan Kedungsapur tahun 2003 atas dasar harga konstan 1993 (juta rupiah)

Sektor Kota Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kawasan

Semarang Salatiga Kendal Demak Semarang Grobogan Kedungsapur - Pertanian 39 767.14 15 306.58 320 101.58 364 677.11 183 381.80 365 017.65 1 288 251.87 - Pertambangan dan Penggalian 14 957.60 1 837.40 8 154.27 2 065.09 1 988.02 7 503.92 36 506.30 - Industri Pengolahan 1 853 089.13 56 348.00 731 918.72 91 355.39 495 506.49 30 079.17 3 258 296.90 - Listrik, gas, dan air minum 90 860.06 9 925.83 32 664.27 4 856.63 19 560.77 4 567.60 162 435.16 - Bangunan 210 562.50 15 555.16 35 235.36 23 354.55 20 074.87 32 254.45 337 036.89 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2 086 739.01 51 315.65 290 673.44 161 652.23 207 472.84 165 529.60 2 963 382.77 - Pengangkutan dan komunikasi 436 026.04 31 420.40 38 915.86 34 903.73 36 915.42 31 216.72 609 398.16 - Keuangan, Persewaan dan Js. Perusahaan 374 387.96 22 970.67 43 649.58 27 529.44 44 798.91 33 346.51 546 683.06 - Jasa-jasa 769 482.18 79 813.36 163 572.42 101 793.29 157 567.94 128 643.89 1 400 873.08

Total 5 875 871.63 284 493.05 1 664 885.50 812 187.46 1 167 267.05 798 159.51 10 602 864.19 Sumber: BPS, 1999-2003, diolah

Page 84: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

Selain tanaman padi Kabupaten Grobogan juga merupakan daerah utama

penanaman jagung dengan produksi sebesar 413.221 ton pada tahun 2003 atau

memberikan kontribusi sekitar 21.45% dari total produksi jagung di Provinsi

Jawa Tengah. Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak juga merupakan

daerah utama penanaman kedelai di Provinsi Jawa Tengah, dengan produksi

masing-masing 57.796 ton dan 8.194 ton pada tahun 2003 atau memberikan

kontribusi sekitar 40.61% dan 5.76% terhadap total produksi kedelai di Provinsi

Jawa Tengah.

Sedangkan untuk subsektor tanaman perkebunan, pada Tabel 23

menunjukkan bahwa Kawasan Kedungsapur sebenarnya cukup potensial untuk

pengembangan tanaman perkebunan apabila dilihat dari variasi jenis tanaman

perkebunan yang ada di kawasan ini cukup banyak sehingga dapat dikatakan

bahwa tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan pada umumnya

cukup baik. Terutama di Kabupaten Kendal untuk perkebunan rakyat dengan

komoditas perkebunan yang dihasilkan antara lain tembakau, kapuk, kelapa,

kopi, cengkeh, panili, tebu, karet, teh, jambu mete, kayu manis, lada, kapulaga,

kemiri, aren, kemukus, kakao, dan nilam, sedangkan untuk perkebunan PTP dan

perkebunan swasta komoditas yang dihasilkan antara lain karet, kopi, kakao,

pala, cengkeh, kapuk, dan teh.

Di Kabupaten Semarang, tanaman perkebunan rakyat yang dihasilkan

antara lain kelapa, cengkeh, kopi, kapok, tebu, kapulaga, jahe, kunyit, casiavera,

aren, jambu mete, rosela, dan tembakau dengan total produksi 14.033.50 ton

pada tahun 2003, sedangkan hasil perkebunan PTP dan perkebunan swasta antara

lain karet, kopi, kakao, teh, cengkeh, dan pala dengan total produksi pada tahun

2003 masing-masing 3.154.05 ton dan 513.759 ton.

Sementara kabupaten lain yang cukup potensial untuk tanaman perkebunan

adalah Kabupaten Grobogan dan komoditas tanaman perkebunan rakyat yang

dihasilkan yaitu kelapa, tembakau, kapas, kapuk randu, tebu, jarak, mete, dan

kenanga dengan total produksi pada tahun 2003 sebanyak 533.961.76 ton dan

28.791.720 butir kelapa.

Untuk kontribusi subsektor kehutanan di Kawasan Kedungsapur yang

merupakan hasil hutan antara lain kayu jati, kayu rimba, dan kayu bakar,

Page 85: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

70

dihasilkan oleh Kabupaten Kendal dengan produksi kayu jati sebanyak 12.116

M3 dan kayu rimba sebanyak 221 M3, Kabupaten Demak produksi kayu jati

sebanyak 103 M3 dan kayu rimba 43 M3, sedangkan Kabupaten Grobogan

produksi kayu jati sebanyak 4.916.24 M3 dan kayu rimba 237.667.88 M3.

Kontribusi subsektor peternakan di Kawasan Kedungsapur, diperoleh dari

produksi daging ternak atau unggas (sapi, kerbau, domba, kambing, ayam ras

dan bukan ras, itik), produksi susu, serta produksi telur yang pada umumnya

dihasilkan oleh kabupaten dan kota di kawasan ini. Di Kabupaten Demak

sebagian besar masyarakatnya mengkonsumsi daging kerbau sehingga kerbau

lebih banyak dipotong untuk dikonsumsi daripada sapi, sementara populasi

kerbau di kabupaten ini semakin menurun. Sedangkan subsektor perikanan di

Kawasan Kedungsapur didukung dari hasil perikanan laut (Kabupaten Kendal,

Kota Semarang, dan Kabupaten Demak) dan hasil perikanan darat yang berasal

dari kolam, perairan umum, serta tambak yang pada umumnya dihasilkan oleh

semua kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur.

Industri Pengolahan

Industri yang berkembang di Kawasan Kedungsapur sangat beragam dari

industri kecil dan rumah tangga hingga industri besar maupun sedang. Di

Kabupaten Kendal industri hasil pertanian merupakan industri yang paling

banyak diusahakan di Kabupaten Kendal. Berdasarkan data statistik tahun 2003

jumlah perusahaan yang termasuk kelompok industri hasil pertanian sebanyak

18 perusahaan besar dan 9.568 unit usaha kecil, kemudian berurutan industri

aneka sebanyak dua unit usaha besar dan 3.302 unit usaha kecil, industri kimia

sebanyak tiga unit usaha besar dan 2.762 unit usaha kecil, serta industri logam,

mesin dan elektronika sebanyak lima unit usaha besar dan 1.408 unit usaha kecil.

Kota Salatiga berdasarkan data statistik tahun 2003 juga didominasi oleh

kelompok industri hasil pertanian yaitu sebanyak 1.048 unit usaha, kemudian

diikuti industri aneka (besar dan kecil) sebanyak 585 unit usaha, industri

logam dan mesin sebanyak 182 unit usaha, dan industri kimia (besar) sebanyak

dua unit usaha.

Berdasarkan Statistik Industri Besar Sedang tahun 2002, di Kota Semarang

terdapat 377 unit industri besar sedang, yang sebagian besar merupakan industri

Page 86: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

71

makanan, minuman, dan tembakau yaitu sebanyak 79 unit usaha, kemudian

industri pengolahan kimia dan barang dari kimia (72 unit), industri pengolahan

barang dari kertas, industri percetakan dan penerbitan (58 unit), industri tekstil,

pakaian jadi, dan kulit serta industri pengolahan kayu, bambu, rotan, dan

sejenisnya masing-masing 49 unit, industri pengolahan logam, mesin, dan

peralatan (44 unit), industri pengolahan bahan galian bukan logam (10 unit),

industri pengolahan logam dasar serta industri pengolahan lainnya masing-

masing delapan unit usaha.

Berdasarkan data statistik tahun 2003 dari 84 unit usaha yang ada, industri

yang paling banyak terdapat di Kabupaten Semarang adalah industri tekstil,

barang kulit, dan alas kaki (24 unit), kemudian industri barang kayu dan hasil

hutan lain (23 unit), industri makanan, minuman, dan tembakau (18 unit),

industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11 unit), industri semen dan barang

bukan logam (4 unit), industri kertas dan barang cetakan serta industri lainnya

masing-masing dua unit.

Sebagian besar industri yang ada di Kabupaten Demak adalah industri

makanan dan minuman (1.240 unit usaha) yang pada umumnya merupakan

industri skala kecil atau rumah tangga dan skala sedang, kemudian industri

kerajinan rakyat (1.132 unit), serta industri sandang dan bahan bangunan (582

unit). Sedangkan di Kabupaten Grobogan, berdasarkan skala industri sebagian

besar adalah industri rumah tangga (8.286 unit), industri kecil (1.353 unit) dan

industri sedang (15 unit). Dan jenis industri yang paling banyak adalah industri

hasil pertanian dan kehutanan, industri aneka pertenunan, dan industri logam,

mesin, dan kimia.

Page 87: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

70

Tabel 21 Luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Kawasan Kedungsapur Padi Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau

Kabupaten/Kota L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L.Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) 1 Kab. Kendal 36 080 191 514 13 817 48 547 2 309 37 483 492 6 279 4 357 5 260 95 126 1 812 1 692 2 Kab. Demak 91 718 505 748 17 647 63 030 846 13 128 263 3 219 252 317 5 449 8 194 22 533 23 347 3 Kab. Semarang 30 537 158 625 12 571 44 671 2 218 35 024 830 10 465 2 793 3 167 280 354 - - 4 Kota Semarang 4 394 22 062 306 960 868 13 671 61 725 258 283 26 30 81 82 5 Kota Salatiga 1 326 6 809 860 2 677 510 7 557 69 841 1 1 - - - - 6 Kab. Grobogan 100 525 566 347 110 789 413 221 2 338 36 410 252 3 150 4 078 4 953 37 978 57 796 34 812 32 703 Kawasan Kedungsapur 264 580 1 451 105 155 990 573 106 9 089 143 273 1 967 24 679 11 739 13 981 43 828 66 500 59 238 57 824 Provinsi Jawa Tengah 1 535 625 8 123 839 559 973 1 926 243 215 374 3 469 795 11 253 139 486 147 226 174 332 98 163 142 315 92 500 91 553 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, 2003

Tabel 22 Persentase luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Kawasan Kedungsapur terhadap luas panen dan produksi tanaman padi dan palawija di Provinsi Jawa Tengah Padi Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau Kabupaten/Kota Ls. Panen Produksi Ls. Panen Produksi Ls. Panen Produksi Ls. Panen Produksi Ls. Panen Produksi Ls. Panen ProduksiLs. Panen Produksi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) 1 Kab. Kendal 2.35 2.36 2.47 2.52 1.07 1.08 4.37 4.50 2.96 3.02 0.10 0.09 1.96 1.85 2 Kab. Demak 5.97 6.23 3.15 3.27 0.39 0.38 2.34 2.31 0.17 0.18 5.55 5.76 24.36 25.50 3 Kab. Semarang 1.99 1.95 2.24 2.32 1.03 1.01 7.38 7.50 1.90 1.82 0.29 0.25 - - 4 Kota Semarang 0.29 0.27 0.05 0.05 0.40 0.39 0.54 0.52 0.18 0.16 0.03 0.02 0.09 0.09 5 Kota Salatiga 0.09 0.08 0.15 0.14 0.24 0.22 0.61 0.60 0.00 0.00 - - - - 6 Kab. Grobogan 6.55 6.97 19.78 21.45 1.09 1.05 2.24 2.26 2.77 2.84 38.69 40.61 37.63 35.72

Kawasan Kedungsapur 17.23 17.86 27.86 29.75 4.22 4.13 17.48 17.69 7.97 8.02 44.65 46.73 64.04 63.16 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, 2003

Page 88: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

71

Tabel 23 Luas panen dan produksi tanaman perkebunan serta produksi hasil hutan di Kawasan Kedungsapur

Hasil Perkebunan Hasil hutan

Kabupaten/ Kota Tanaman Perkebunan Rakyat

Perkebunan PTP/PNP Perkebunan Swasta Kayu Jati Kayu

rimba Kayu Bakar

Luas Panen Produksi Luas PanenProduks

i Luas

Panen Produksi Produksi Produksi Produksi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (M3) (M3) (SM) 1 Kab. Kendal 17 243.67 13 042.76 4 648.58 2 906.36 16 158.48 1 728.03 12 116.00 221.00 187.00 2 Kab. Demak 8 487.43 3 520.57 - - - - 103.00 43.00 32.00 4 989 250*)

3 Kab. Semarang 13 467.92 14 033.50 3 170.40 3 154.05 287 157.48 513 759.00 - - - 4 Kota Semarang 2 103.11 1 617.64 - - - - - - - 5 Kota Salatiga - - - - - - - - - 6 Kab. Grobogan 18 365.88 533 961.76 - - - - 4 916.24 237 667.88 1 411.00 28 791 720*) Jumlah 59 668.01 566 176.23 7 818.98 6 060.41 303 315.96 515 487.03 17 135.24 237 931.88 1 630.00 33 780 970*) Sumber: BPS dan Dinas Pertanian, 2003 Keterangan : *) Kelapa = dalam butir

Page 89: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita di Kawasan Kedungsapur apabila dihitung

berdasarkan total PDRB kawasan dibagi dengan jumlah penduduk, menunjukkan

bahwa di Kawasan ini secara umum dapat dikatakan memiliki pendapatan PDRB

per kapita yang cukup tinggi dan ada kecenderungan meningkat setiap tahunnya.

Bahkan apabila dibandingkan dengan PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah,

PDRB per kapita di Kawasan Kedungsapur selama tahun 1999-2003 di atas

PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah. Namun jika dilihat pada masing-masing

kabupaten dan kota yang ada di kawasan tersebut, terlihat bahwa pendapatan per

kapita Kota Semarang sangat dominan dibandingkan dengan pendapatan per

kapita kabupaten dan kota yang merupakan hinterland-nya.

Tabel 24 PDRB per kapita kabupaten dan kota, kawasan serta provinsi tahun 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 (dalam rupiah)

Kabupaten/Kota/ Tahun Provinsi 1999 2000 2001 2002 2003

Kabupaten Kendal 1 758 877.91 1 824 737.51 1 810 201.40 1 840 210.84 1 868 210.30 Kabupaten Demak 778 505.27 766 614.18 776 345.51 792 404.43 780 131.84 Kabupaten Semarang 1 270 863.92 1 257 018.97 1 294 194.39 1 339 458.75 1 385 213.97 Kota Salatiga 1 697 066.42 1 756 790.55 1 816 974.11 1 881 294.02 1 951 028.07 Kota Semarang 3 824 156.71 3 959 928.10 4 088 522.54 4 215 803.23 4 308 516.94 Kabupaten Grobogan 518 963.07 539 665.25 557 181.08 570 525.17 591 341.42 KS Kedungsapur 1 697 555.45 1 727 014.08 1 786 500.81 1 834 321.27 1 882 785.34 Jawa Tengah 1 283 382.74 1 323 937.72 1 356 627.15 1 392 082.57 1 436 656.99 Sumber: BPS, 2004, diolah

PDRB per kapita dalam kurun waktu 1999-2003 atas dasar harga konstan

tahun 1993 menunjukkan bahwa Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, dan

Kabupaten Grobogan memiliki PDRB per kapita terendah, bahkan lebih rendah

dari PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah sebagaimana disajikan pada

Tabel 24. Sehingga tingginya PDRB per kapita Kawasan Kedungsapur tidak

mencerminkan telah terpenuhinya tingkat kesejahteraan penduduk di kawasan

tersebut, karena Kota Semarang sebagai pusat pertumbuhan masih mendominasi

kontribusi perekonomian kawasan. Sementara Kabupaten Grobogan yang

merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di kawasan tersebut, justru

Page 90: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

75

memiliki PDRB per kapita terendah dibandingkan dengan kabupaten maupun

kota lainnya.

Apabila laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 serta

PDRB per kapita pada masing-masing kabupaten dan kota dibandingkan dengan

laju pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita Kawasan Kedungsapur, maka

Kota Semarang merupakan daerah dengan laju pertumbuhan PDRB tertinggi

melebihi laju pertumbuhan PDRB kawasan yaitu 4.65% dan PDRB per kapita

sebesar Rp4 079 385.50. Sementara daerah yang memiliki laju pertumbuhan

PDRB tinggi yaitu 4.22% namun PDRB per kapita rendah adalah Kabupaten

Grobogan, hal ini mencerminkan bahwa sebenarnya daerah tersebut memiliki

potensi pengembangan yang cukup tinggi namun belum terolah dengan baik

sehingga pendapatan per kapitanya masih rendah. Sedangkan Kota Salatiga dan

Kabupaten Kendal adalah daerah dengan PDRB per kapita yang cukup tinggi

namun laju pertumbuhan PDRB-nya di bawah laju pertumbuhan PDRB

kawasan, yang artinya daerah tersebut walaupun relatif maju namun agak

terhambat perkembangannya. Daerah yang memiliki PDRB per kapita dan laju

pertumbuhan PDRB yang tergolong rendah jika dibandingkan dengan laju

pertumbuhan PDRB kawasan maupun PDRB per kapita kawasan secara

keseluruhan yaitu Kabupaten Demak dan Kabupaten Semarang, menunjukkan

bahwa tingkat kemakmuran di daerah tersebut masih rendah.

Sistem dan Prasarana Wilayah

Sarana Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kawasan Kedungsapur meliputi rumah

sakit umum, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah bersalin, serta balai

pengobatan secara rinci ada pada Tabel 25. Namun pada umumnya keberadaan

fasilitas kesehatan tersebut hanya memusat di Kota Semarang, sementara di

kabupaten dan kota lainnya seperti Kabupaten Grobogan dengan jumlah

penduduk pada tahun 2003 sebanyak 1.353.688 jiwa, begitu pula halnya

Kabupaten Demak dengan penduduk sebanyak 1.017.075 jiwa, jumlah fasilitas

kesehatan yang ada dirasakan masih belum memadai.

Page 91: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

76

Tabel 25 Banyaknya sarana kesehatan di Kawasan Kedungsapur

RUMAH PUSKESMAS PUSKESMAS RUMAH BALAI Kabupaten/Kota SAKIT PEMBANTU BERSALIN PENGOBATAN/ UMUM LAINNYA

Kabupaten Kendal 3 25 51 - - Kabupaten Demak 3 24 54 4 20 Kabupaten Semarang 3 25 63 8 37 Kota Salatiga 4 6 15 3 6 Kota Semarang 17 37 34 39 61 Kabupaten Grobogan 4 30 69 - - Jumlah 34 147 286 54 124

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003

Sarana Pendidikan

Ketersediaan fasilitas pendidikan di Kawasan Kedungsapur dilihat dari

banyaknya SD, SMP, SMU, serta akademi atau perguruan tinggi baik sekolah

negeri maupun swasta pada Tabel 26. Lokasi fasilitas tersebut menyebar di

seluruh kabupaten dan kota dalam kawasan tersebut.

Tabel 26 Banyaknya sarana pendidikan di Kawasan Kedungsapur

Kabupaten/Kota SD SMP SMU AKADEMI/ PERGURUAN TINGGI

Kabupaten Kendal 676 112 33 - Kabupaten Demak 574 53 39 - Kabupaten Semarang 727 118 31 - Kota Salatiga 104 22 25 4 Kota Semarang 675 158 77 54 Kabupaten Grobogan 868 134 36 - JUMLAH 3,624 597 241 58

Sumber: BPS dan Bappeda, 2003

Jumlah SD terbanyak ada di Kabupaten Grobogan yaitu 868 buah,

sedangkan paling sedikit adalah Kota Salatiga 104 buah. Untuk SMP, SMU, dan

akademi serta perguruan tinggi jumlah terbanyak adalah Kota Semarang yaitu

SMP sebanyak 158 buah, SMU sebanyak 77 buah, dan akademi serta perguruan

tinggi sebanyak 54 buah. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa

ketersediaan fasilitas pendidikan menengah dan akademi serta perguruan tinggi

sebagian besar ada di Kota Semarang dan Kota Salatiga. Sedangkan di

Page 92: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

77

Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten

Grobogan sebagian fasilitas pendidikan yang tersedia adalah untuk pendidikan

dasar. Sehingga kesenjangan tingkat pendidikan penduduk di kawasan ini salah

satunya disebabkan oleh masih terbatasnya fasilitas pendidikan pendidikan yang

tersedia.

Sistem Transportasi

Keberadaan sistem transportasi yang memadai di Kawasan Kedungsapur

sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan Kawasan Kedungsapur baik

di dalam kawasan maupun keluar kawasan. Sistem transportasi yang ada

meliputi transportasi darat yaitu jalan raya dan kereta api, transportasi laut, dan

transportasi udara.

1. Transportasi Darat

Untuk mendukung kelancaran arus penumpang antardaerah di wilayah

Kedungsapur terdapat beberapa terminal angkutan yang masih dimungkinkan

adanya penambahan terminal untuk beberapa daerah yang selama ini belum

memiliki terminal angkutan yang memadai untuk mendukung secara optimal

aktivitas wilayah baik aliran orang maupun aliran barang.

Selain menggunakan jalan raya sebagai salah satu sarana transportasi darat,

di Kawasan Kedungsapur juga terdapat lintasan jalur kereta api yang

menghubungkan antara aliran barang dari arah barat yaitu DKI Jakarta dan Jawa

Barat ke Jawa Timur maupun sebaliknya. Dalam kawasan ini terdapat juga

stasiun kelas II di Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten

Grobogan, serta stasiun kelas III di Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan

Kabupaten Grobogan (Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah

2001).

2. Transportasi Laut

Kawasan Kedungsapur didukung dengan jalur transportasi laut, yaitu

melalui Pelabuhan Tanjung Emas yang ada di Kota Semarang sehingga

mempermudah arus aliran barang maupun penumpang yang keluar dan masuk

Kota Semarang.

Page 93: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

78

Keberadaan Pelabuhan Tanjung Emas di Kota Semarang sebagai sarana

pendukung aktivitas arus perdagangan dan arus penumpang, diharapkan juga

dapat dimanfaatkan secara optimal oleh kabupaten dan kota lain yang ada di

Kawasan Kedungsapur dalam upaya mendukung kegiatan pendistribusian serta

pemasaran barang-barang hasil produksi daerahnya ke daerah lain di luar

kawasan.

3. Transportasi Udara

Selain transportasi laut, Kawasan Kedungsapur juga didukung dengan

adanya Bandar Udara Ahmad Yani yang mempermudah kelancaran arus barang

maupun arus penumpang yang keluar dan masuk melalui Kota Semarang.

Keberadaan sarana transportasi udara ini perlu dioptimalkan pemanfaatannya

bagi pengembangan Kawasan Kedungsapur.

Kelembagaan

Kawasan Strategis Kedungsapur yang mencakup enam daerah yaitu

Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang,

Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan dalam pengelolaannya melibatkan

kantor-kantor dinas maupun instansi di wilayah tersebut, antara lain Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah masing-masing kabupaten maupun kota,

Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, Dinas

Pertanian, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas atau Kantor Perikanan dan

Kelautan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas atau Kantor

Perhubungan, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas atau Kantor

Pertanahan, Dinas atau Kantor Koperasi dan UKM, Dinas atau Kantor Tenaga

Kerja dan Kependudukan, serta instansi lain yang terkait.

Untuk mengkoordinasikan program-program pembangunan yang terkait

dengan pengembangan kawasan telah dibentuk Sekretariat Bersama Kerjasama

Antardaerah Kedungsapur, yang berlokasi di Kantor Pemerintah Kota Semarang

serta berfungsi mengatur kesepakatan bersama mengenai ruang lingkup

kerjasama antardaerah pada bidang-bidang tertentu. Kesepakatan Bersama

antarpemerintah kabupaten maupun kota di Kawasan Kedungsapur yang pernah

Page 94: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

79

dirintis pada tahun 1998, ditetapkan pada tanggal 21 Desember 1998 dengan

Nomor: 130/07272, Nomor: 16/Perj-XII/1998, Nomor: 261/1998, Nomor:

762A/1998, Nomor: 1694/1998, dan Nomor: 180/1998, serta ditandatangani oleh

masing-masing kepala daerah yang terkait dan kesepakatan tersebut berlaku

selama lima tahun untuk selanjutnya dapat ditinjau dan diperpanjang kembali.

Dengan berakhirnya kesepakatan bersama pada tahun 2003, maka pada

tanggal 15 Juni 2005 dengan Nomor: 30 Tahun 2005, Nomor: 130.1/0975.A,

Nomor: 130/02646, Nomor: 63 Tahun 2005, Nomor: 130.1/A.00016, dan

Nomor: 130.1/4382 telah diperbaharui kembali keputusan bersama tentang

Kerjasama Program Pembangunan di Wilayah Kedungsapur dan ditetapkan

kembali bidang-bidang yang menjadi program pembangunan bersama dalam

kawasan tersebut. Bidang-bidang yang menjadi program pembangunan bersama

antardaerah di Kawasan Kedungsapur berdasarkan keputusan bersama tahun

1998 dan yang telah diperbaharui pada tahun 2005 disajikan dalam Tabel 27.

Tabel 27 Program pembangunan bersama antardaerah di Kawasan Kedungsapur tahun 1998 dan tahun 2005

No. Tahun 1998 No. Tahun 2005 1.

2.

3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pembangunan perkotaan dan pengembangan teknologi Pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup Industri dan perdagangan Perumahan dan pemukiman Transportasi Pertanian dan pengairan Pariwisata Pendidikan dan Kebudayaan

1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

9. 10.

Tata ruang, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup Industri dan perdagangan Pembangunan sarana dan prasarana Perhubungan dan pariwisata Kebersihan dan kesehatan Pertanian dan pengairan Pendidikan dan kebudayaan Kependudukan, ketenagakerjaan, dan masalah sosial Keamanan dan ketertiban Bidang lain yang dianggap perlu

Sumber: Keputusan Bersama Pemerintah Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan tahun 1998 dan tahun 2005

Berdasarkan laporan review Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis

Kedungsapur tahun 2002, pelaksanaan program pembangunan bersama tahun

1998 di wilayah Kedungsapur dinilai belum optimal karena peranan pemerintah

Page 95: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

80

kabupaten maupun pemerintah kota masih sangat dominan dalam menentukan

program-program pembangunan di masing-masing daerahnya, sehingga belum

menunjukkan adanya keterpaduan dalam pelaksanaan program-program

pembangunan yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah pada tahun 2005

kembali disusun program-program pembangunan yang akan dilaksanakan secara

terpadu berdasarkan skala prioritas, yaitu dengan meletakkan program

pembangunan tata ruang, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya alam

sebagai prioritas utama yang melandasi program-program pembangunan di

bidang lain, dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan program-program

pembangunan tersebut harus tetap mengacu pada konsep penataan ruang

kawasan Kedungsapur yang telah disepakati bersama.

Dengan demikian tidak terjadi friksi-friksi akibat adanya konflik

kepentingan antarpemerintah kabupaten maupun kota terutama pada wilayah

perbatasan kabupaten atau kota, dan pembangunan dilaksanakan berdasarkan

tujuan penataan ruang Kawasan Kedungsapur, yaitu: (1) Mengembangkan sistem

interaksi antarruang wilayah terutama untuk meningkatkan intensitas kegiatan

perekonomian wilayah, (2) Memeratakan pembangunan dengan membuka

wilayah yang secara geografis terisolir dibandingkan dengan wilayah lain, (3)

Mengarahkan pembangunan dan perkembangan daerah maju agar dapat

menyebarkan perkembangan ke wilayah di sekitarnya, (4) Mengkoordinasikan

pembangunan baik antarsektor maupun antarwilayah dalam Kedungsapur agar

terjadi efisiensi dan efektifitas dalam pembangunan, (5) Menjaga kelestarian

lingkungan, pemantapan kawasan fungsi lindung, dan pengarahan pemanfaatan

kawasan budidaya, (6) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dengan

memperhatikan kelestarian dan pembangunan berkelanjutan, (7) Memantapkan

struktur perkotaan berupa pengarahan hirarki kota dan sistem pusat permukiman

perkotaan dan perdesaan, (8) Mengarahkan pembangunan ke pusat-pusat

perdesaan, kota-kota kecamatan dan keterkaitan kota utama dan wilayah

belakang, (9) Mengembangkan sistem prasarana terpadu sehingga tercipta

interrelasi dan interkoneksi jaringan sarana dan prasarana wilayah, (10)

Pengembangan kawasan yang diprioritaskan baik dalam skala lokal maupun

regional (Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2002).

Page 96: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

Gambar 12 Peta wilayah penelitian.

Page 97: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sektor Unggulan dan Pemusatan Aktivitas Sektor

Perekonomian di Kawasan Kedungsapur secara umum didominasi oleh

aktivitas industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, pertanian serta

jasa-jasa. Hal tersebut dilihat berdasarkan besarnya kontribusi sektor tersebut

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) gabungan kabupaten dan kota

di Kawasan Kedungsapur. Untuk mengetahui lebih mendalam sektor-sektor

ekonomi yang merupakan sektor unggulan maka dilakukan analisis input-output.

Tabel input-output Kawasan Kedungsapur disusun berdasarkan asumsi bahwa

aktivitas-aktivitas ekonomi yang dikategorikan ke dalam suatu sektor tertentu

memiliki karakteristik sistem produksi yang homogen, yakni struktur input dan

output yang homogen dan tidak ada substitusi input antara aktivitas satu dengan

aktivitas lainnya, proporsi input-input suatu sektor bersifat tetap, tidak bergantung

pada skala produksi atau output, kinerja sistem produksi suatu sektor ditentukan

oleh kinerja sistem produksi sektor-sektor lainnya, namun pengaruh dari masing-

masing sektor tersebut bersifat sendiri-sendiri tidak bersifat interaktif. Sehingga

dalam analisis ini rasio input diasumsikan konstan selama periode analisis, serta

perubahan susunan input atau perubahan teknologi dalam kegiatan produksi tidak

diperhitungkan.

Sektor Unggulan Kawasan Kedungsapur

Analisis input-output dilakukan berdasarkan PDRB Kawasan Kedungsapur

yang merupakan penjumlahan PDRB kabupaten dan kota di kawasan tersebut

sehingga dapat diidentifikasi dan dianalisis lebih lanjut mengenai sektor-sektor

perekonomian yang merupakan sektor unggulan (leading sector). Struktur

perekonomian Kawasan Kedungsapur yang mencakup PDRB enam daerah yaitu

Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Semarang,

Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan, terdiri dari 30 sektor ekonomi yang

merupakan penjabaran dari sembilan lapangan usaha.

Page 98: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

83

1. Struktur Output

Struktur output yang terbentuk di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 adalah

sebesar 65.491.584 juta rupiah, yang merupakan nilai dari seluruh produk

yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor-faktor

produksi yang tersedia di kawasan tersebut. Dengan mengetahui besarnya output

yang dihasilkan oleh masing-masing sektor, maka akan dapat ditelaah sektor-

sektor apa saja yang memberikan kontribusi terbesar dalam menghasilkan output

secara keseluruhan. Dari total output yang dihasilkan di Kawasan Kedungsapur

tersebut, terdapat sepuluh sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar

dalam pembentukan struktur output kawasan seperti disajikan secara rinci

dalam Tabel 28.

Tabel 28 Sepuluh sektor terbesar menurut peringkat output di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Urutan Sektor Nilai Distribusi

(Juta Rp) (%)

1 7. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 12 177 136 18.59 2 16. Perdagangan Besar dan Eceran 11 104 560 16.96 3 8. Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 934 119 13.64 4 27. Pemerintahan Umum 4 270 888 6.52 5 11. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3 949 699 6.03 6 1. Tanaman Bahan Makanan 3 709 195 5.66 7 15. Bangunan 2 544 223 3.88 8 9. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 2 421 875 3.70 9 10. Industri Kertas dan Barang Cetakan 2 353 483 3.59

10 17. Restoran 1 904 209 2.91 Sektor Lainnya 12 122 199 18.51 Jumlah 65 491 584 100.00

Sumber: Tabel I-O Kawasan Kedungsapur tahun 2003 (updating)

Tabel input-output Kawasan Kedungsapur tahun 2003 menggunakan

klasifikasi 30 sektor ekonomi, dan dari 30 sektor tersebut dapat diketahui sepuluh

sektor ekonomi yang memberikan kontribusi output lebih besar dibandingkan

dengan sektor lainnya. Lima sektor dengan output terbesar di kawasan ini yaitu

dengan total nilai sebesar 40.436.402 juta rupiah atau sekitar 61.74% adalah

Page 99: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

84

sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7) yang outputnya mencapai

12.177.136 juta rupiah atau sekitar 18.59% dari total output, diikuti sektor

perdagangan besar dan eceran (16) dengan nilai output mencapai 11.104.560

juta rupiah atau sekitar 16.96% dari total output, dan sektor industri tekstil, barang

kulit, dan alas kaki (8) yang memberikan kontribusi output sekitar 13.64% atau

sebesar 8.934.119 juta rupiah. Kemudian sektor pemerintahan umum (27)

dan sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11) masing-

masing 6.52% atau sebesar 4.270.888 juta rupiah dan 6.03% atau sebesar

3.949.699 juta rupiah.

2. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang

tercipta karena adanya kegiatan produksi. Oleh karenanya jumlah output (nilai

produksi) yang dihasilkan berpengaruh dalam menentukan besarnya nilai tambah

di masing-masing sektor, selain ditentukan pula oleh banyaknya biaya yang

diperlukan dalam proses produksi. Sehingga suatu sektor ekonomi yang memiliki

output yang besar belum tentu menghasilkan nilai tambah yang besar juga, tetapi

tergantung pula dengan besarnya biaya produksi dalam proses produksinya.

Tabel 29 Sepuluh sektor terbesar menurut peringkat nilai tambah di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Urutan Sektor Nilai Distribusi

(Juta Rp) (%) 1 16. Perdagangan Besar dan Eceran 9 377 897 27.16 2 7. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 4 456 333 12.91 3 1. Tanaman Bahan Makanan 3 277 906 9.49 4 27. Pemerintahan Umum 3 042 828 8.81 5 8. Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2 363 384 6.85 6 15. Bangunan 1 157 958 3.35 7 11. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1 117 622 3.24 8 10. Industri Kertas dan Barang Cetakan 891 912 2.58 9 17. Restoran 866 415 2.51

10 19. Angkutan Darat 818 219 2.37 Sektor Lainnya 7 155 187 20.72 Jumlah 34 525 660 100.00

Sumber: Tabel Input Output Kawasan Kedungsapur tahun 2003 (updating)

Page 100: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

85

Apabila dilihat berdasarkan peringkat nilai tambah bruto, terdapat sepuluh

sektor ekonomi yang memberikan sumbangan terbesar bagi total nilai tambah

yang diciptakan di Kawasan Kedungsapur tahun 2003. Tabel 29 menyajikan

secara rinci kontribusi yang diberikan oleh sektor-sektor tersebut terhadap nilai

tambah secara keseluruhan. Lima sektor di antara sepuluh sektor ekonomi

tersebut, merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar

22.518.348 juta rupiah atau sekitar 65.22% dari total nilai tambah yang tercipta di

kawasan tersebut. Sektor perdagangan besar dan eceran (16) merupakan sektor

yang mempunyai peran terbesar dalam penciptaan nilai tambah yaitu 9.377.897

juta rupiah atau sekitar 27.16% dari keseluruhan nilai tambah. Kemudian di urutan

kedua adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7) yang

menciptakankan nilai tambah sebesar 4.456.333 juta rupiah atau memberikan

kontribusi terhadap nilai tambah di kawasan ini sekitar 12.91%. Sektor ketiga

yang memberikan kontribusi sekitar 9.49% terhadap nilai tambah yang tercipta

secara keseluruhan adalah sektor tanaman bahan makanan (1) yaitu sebesar

3.277.906 juta rupiah. Kemudian secara berurutan sektor pemerintahan umum

(27) dan sektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki (8) masing-masing

sebesar 3.042.828 juta rupiah dan 2.363.384 juta rupiah atau sekitar 8.81% dan

6.85% dari nilai tambah keseluruhan.

Sembilan sektor di antara sepuluh sektor ekonomi yang merupakan

peringkat terbesar dalam menciptakan nilai tambah di Kawasan Kedungsapur,

yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, industri makanan, minuman, dan

tembakau, tanaman bahan makanan, industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki,

bangunan, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, industri kertas dan barang

cetakan, restoran, dan jasa pemerintahan umum, juga merupakan sektor yang

mempunyai nilai output terbesar dalam struktur perekonomian Kawasan

Kedungsapur.

Komponen nilai tambah terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha (sewa,

bunga, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Struktur nilai

tambah di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 seperti disajikan pada Tabel 30

menunjukkan bahwa surplus usaha merupakan komponen nilai tambah yang

terbesar yaitu 18.462.615 juta rupiah atau sekitar 53.48% dari total nilai tambah,

Page 101: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

86

kemudian komponen upah dan gaji sebesar 11.104.834 juta rupiah atau

sekitar 32.16%. Sedangkan komponan penyusutan dan pajak tak langsung

masing-masing hanya mencapai porsi 8.38% dan 5.98%.

Tabel 30 Komposisi nilai tambah bruto menurut komponennya di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Kode Komponen Nilai Tambah Nilai Distribusi (Juta Rp) (%)

201 Upah dan Gaji 11 104 834 32.16202 Surplus Usaha 18 462 615 53.48203 Penyusutan 2 894 901 8.38204 Pajak Tak Langsung 2 063 310 5.98

Jumlah 34 525 660 100.00Sumber: Hasil olah data, Tabel I-O Kawasan Kedungsapur 2003

Sehingga berdasarkan struktur nilai tambah tersebut, porsi upah dan gaji

lebih rendah apabila dibandingkan dengan surplus usaha. Sementara upah dan gaji

merupakan komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja.

Sedangkan surplus usaha yang merupakan penerimaan bagi pengusaha dan belum

tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, dalam hal ini khususnya tenaga

kerja, mengingat dalam surplus usaha tersebut termasuk bagian yang disimpan

atau ditanam di perusahaan sebagai laba yang ditahan.

3. Struktur Permintaan Akhir

Selain digunakan oleh sektor produksi dalam rangka proses produksi, barang

dan jasa juga digunakan oleh konsumen untuk memenuhi permintaan akhir antara

lain konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal, ekspor,

serta perubahan stok. Jumlah komponen permintaan akhir tersebut apabila

dikurangi dengan impor maka akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang

dan jasa yang berasal dari faktor produksi domestik atau PDRB menurut

penggunaan.

Struktur permintaan akhir di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 menurut

komponennya dirinci dalam Tabel 31, dengan total permintaan akhir mencapai

43.802.923 juta rupiah. Dari total jumlah permintaan akhir tersebut, sebanyak

Page 102: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

87

20.995.776 juta rupiah didistribusikan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga

atau sekitar 47.93%. Sedangkan untuk pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar

3.042.828 juta rupiah atau sekitar 6.95%, pembentukan modal tetap sebesar

4.995.341 juta rupiah atau sekitar 11.31%, perubahan stok sebesar 656.086 juta

rupiah atau sekitar 1.50%, dan ekspor sebesar 14.152.892 juta rupiah atau sekitar

32.31%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kawasan Kedungsapur masih perlu

adanya peningkatan investasi usaha untuk menggalakkan aktivitas perekonomian

wilayah.

Tabel 31 Komposisi permintaan akhir menurut komponennya di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Kode Sektor Nilai Distribusi terhadap Distribusi (Juta Rp) Permintaan Akhir terhadap PDRB (%) (%)

301 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 20 995 776 47.93 60.81 302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3 042 828 6.95 8.81 303 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4 955 341 11.31 14.35 304 Perubahan Stok 656 086 1.50 1.90 304 Ekspor 14 152 892 32.31 40.99

Jumlah Permintaan Akhir 43 802 923 100.00 - Impor (9 277263) - (26.86) Total PDB 34 525 660 - 100.00

Sumber: Tabel I-O Kawasan Kedungsapur 2003 (updating)

Apabila ditelaah struktur permintaan akhir terhadap PDRB, terlihat bahwa

pengeluaran konsumsi rumah tangga menghabiskan 60.81% dari total PDRB atau

nilai tambah yang diciptakan di Kawasan Kedungsapur. Sedangkan pengeluaran

konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, dan perubahan stok

masing-masing sebesar 8.81%, 14.35% dan 1.90% dari total nilai tambah tersebut.

Permintaan barang untuk ekspor mencapai 40.99% dari keseluruhan nilai tambah,

dan pembelian barang dari impor mencapai 26.86% dari nilai tambah.

4. Angka Pengganda

Untuk mengetahui pengaruh suatu sektor dalam perekonomian antara lain

dilihat dari besarnya angka pengganda yang dapat menunjukkan dampak langsung

Page 103: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

88

maupun tidak langsung terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Pada

Tabel 32 disajikan beberapa angka pengganda yang dianalisis dalam penelitian ini

antara lain angka pengganda output (output multiplier) yaitu dampak peningkatan

permintaan akhir atas output suatu sektor terhadap peningkatan total ouput seluruh

sektor di wilayah Kedungsapur.

Tabel 32 Angka pengganda masing-masing sektor

Sektor Pengganda Pengganda Pengganda Output Pendapatan Nilai Tambah

Tanaman Bahan Makanan 1 1.0814 1.0845 1.0619Tanaman Perkebunan 2 1.1211 1.0912 1.1079Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 1.4843 1.4092 1.3842Kehutanan 4 1.0764 1.1406 1.0992Perikanan 5 1.1934 1.1500 1.1282Penggalian 6 1.1138 1.0834 1.1063Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 7 1.7150 2.2724 2.3730Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 1.8240 2.0739 2.2109Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 1.5909 1.9187 1.9882Industri Kertas dan Barang Cetakan 10 1.3015 1.4502 1.4619Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 11 1.4948 1.7524 1.9252Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 12 1.5059 1.7596 1.8281Industri Lainnya 13 1.0464 1.3129 1.1895Listrik, gas dan air minum 14 1.4082 1.5130 1.4608Bangunan 15 1.4712 1.2562 1.5322Perdagangan Besar dan Eceran 16 1.1817 1.1515 1.1168Restoran 17 1.7641 1.5134 1.9648Hotel 18 1.5046 1.3840 1.4642Angkutan Darat 19 1.4056 1.4693 1.3635Angkutan Air 20 1.2858 1.3076 1.3685Angkutan Udara 21 1.4659 1.5177 1.5168Jasa Penunjang Angkutan 22 1.2707 1.3185 1.2724Komunikasi 23 1.3116 1.2727 1.2507Bank 24 1.2442 1.1472 1.1981Lembaga Keuangan selain Bank 25 1.1874 1.0813 1.1681Real Estate dan Jasa perusahaan 26 1.1502 1.1883 1.1020Pemerintahan Umum 27 1.3109 1.0729 1.2325Sosial Kemasyarakatan 28 1.3349 1.1275 1.2591Hiburan dan Rekreasi 29 1.5307 1.3974 1.5076Jasa-jasa Lainnya 30 1.2342 1.0971 1.1651

Sumber: Tabel I-O Kawasan Kedungsapur 2003 (updating), diolah

Page 104: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

89

Angka pengganda output terbesar dimiliki oleh sektor industri tekstil, barang

dari kulit, dan alas kaki (8) yaitu sebesar 1.8240, kemudian berturut-turut sektor

restoran, sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7), sektor restoran

(17), serta sektor industri barang kayu dan hasil hutan lain (9). Sektor lain yang

juga memiliki angka pengganda yang relatif tinggi adalah sektor hiburan dan

rekreasi (29), sektor industri logam, mesin, dan peralatan (12), sektor hotel (18),

sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor peternakan dan

hasil-hasilnya (3), dan sektor bangunan (15).

Selanjutnya adalah angka pengganda pendapatan (income multiplier) yaitu

dampak permintaan akhir atas output sektor tertentu terhadap peningkatan total

pendapatan rumah tangga secara keseluruhan (termasuk sebagian pendapatan

yang dibelanjakan kembali ke dalam perekonomian) di Kawasan Kedungsapur.

Sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan terbesar adalah sektor industri

makanan, minuman, dan tembakau (7) yaitu sebesar 2.2724, kemudian sektor lain

yang juga mempunyai angka pengganda pendapatan relatif tinggi adalah sektor

industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki (8), sektor industri barang kayu

dan hasil hutan lain (9), sektor industri logam, mesin, dan peralatan (12), sektor

industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor angkutan udara (21),

sektor restoran (17), sektor listrik, gas, dan air minum (14), sektor angkutan darat

(19), serta industri kertas dan barang cetakan (10).

Angka pengganda nilai tambah (Total value-added multiplier) menunjukkan

dampak peningkatan pemintaan akhir atas output sektor tertentu terhadap PDRB

Kawasan Kedungsapur. Sektor-sektor yang memiliki angka pengganda nilai

tambah relatif tinggi adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7)

yaitu sebesar 2.2730, kemudian sektor industri tekstil, barang dari kulit, dan alas

kaki (8), sektor industri barang kayu dan hasil hutan lain (9), sektor restoran (17),

sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor industri logam,

mesin, dan peralatan (12), sektor bangunan (15), sektor angkutan udara (21),

sektor hiburan dan rekreasi (29), serta sektor hotel (18).

5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan

Tingkat keterkaitan antarsektor produksi dalam suatu aktivitas

perekonomian dapat dilihat berdasarkan daya penyebaran dan derajat kepekaan.

Page 105: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

90

Sehingga sektor-sektor yang merupakan sektor unggulan dapat ditentukan

berdasarkan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan.

Tabel 33 Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan menurut sektor ekonomi tahun 2003

Kode Sektor Indeks Daya Penyebaran

(SDIBL)

Indeks Derajat Kepekaan (SDIFL)

1 Tanaman Bahan Makanan 0.7988 1.30712 Tanaman Perkebunan 0.8282 0.85103 Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.0965 0.88754 Kehutanan 0.7952 0.91765 Perikanan 0.8816 0.82686 Penggalian 0.8228 0.83377 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 1.2669 1.64948 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1.3474 1.21699 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 1.1752 0.8513

10 Industri Kertas dan Barang Cetakan 0.9614 0.897811 Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1.1042 1.191912 Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 1.1125 1.038713 Industri Lainnya 0.7730 1.284014 Listrik, gas dan air minum 1.0402 0.959915 Bangunan 1.0868 1.005916 Perdagangan Besar dan Eceran 0.8729 1.799717 Restoran 1.3032 0.878118 Hotel 1.1115 0.793319 Angkutan Darat 1.0383 1.080220 Angkutan Air 0.9498 0.818821 Angkutan Udara 1.0829 0.847122 Jasa Penunjang Angkutan 0.9387 0.901123 Komunikasi 0.9689 0.844924 Bank 0.9191 0.794925 Lembaga Keuangan selain Bank 0.8771 0.785326 Real Estate dan Jasa perusahaan 0.8497 1.341227 Pemerintahan Umum 0.9684 0.766428 Sosial Kemasyarakatan 0.9861 0.785929 Hiburan dan Rekreasi 1.1308 0.887230 Jasa-jasa Lainnya 0.9118 0.9564

Sumber: Tabel I-O Kawasan Kedungsapur 2003 (updating), diolah

Page 106: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

91

Daya penyebaran menunjukkan tingkat keterkaitan ke belakang (backward

linkage), yaitu untuk mengetahui keterkaitan teknis kegiatan industri maupun

kegiatan ekonomi dengan bahan mentah dan bahan baku penunjang produksinya.

Sedangkan derajat kepekaan menunjukkan tingkat keterkaitan ke depan (forward

linkage), yaitu untuk mengetahui keterkaitan teknis kegiatan ekonomi dengan

penjualan barang jadi atau barang hasil produksinya. Dari tabel input output

Kawasan Kedungsapur tahun 2003 dapat diturunkan indeks daya penyebaran dan

indeks derajat kepekaan sektor-sektor ekonomi di kawasan tersebut, seperti

disajikan pada Tabel 33. Sektor yang memiliki daya penyebaran tertinggi di

Kawasan Kedungsapur adalah sektor industri tekstil, barang dari kulit, dan alas

kaki (8) yang ditunjukkan oleh indeks daya penyebaran sebesar 1.3474. Hal ini

dapat diartikan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan

mengakibatkan kenaikan output sektor-sektor ekonomi lainnya (termasuk

sektornya sendiri) secara keseluruhan sebesar 1.3474 unit.

Scatterplot (DATA-BL_FL2 3v*30c)

1

234

56

7

8

910

11

12

13

1415

16

17

18

19

20 2122

232425

26

2728

2930

0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4

SDIBL

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

1.8

2.0

SD

IFL

Gambar 13 Pola sebaran sektor-sektor ekonomi berdasarkan Indeks Daya

Penyebaran (SDIBL) dan Indeks Derajat Kepekaan (SDIFL).

Page 107: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

92

Sektor lainnya yang memiliki indeks daya penyebaran lebih dari satu

berturut-turut adalah sektor restoran (17), sektor industri makanan, minuman, dan

tembakau (7), sektor industri barang kayu dan hasil hutan lain (9), sektor hiburan

dan rekreasi (29), sektor industri logam, mesin, dan peralatan (12), sektor hotel

(18), sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor peternakan

dan hasil-hasilnya (3), sektor bangunan (15), sektor angkutan udara (21) , sektor

listrik, gas, dan air minum (14), serta sektor angkutan darat (19).

Sedangkan sektor yang mempunyai derajat kepekaan tertinggi di Kawasan

Kedungsapur adalah sektor perdagangan besar dan eceran (16) dengan indeks

daya penyebaran sebesar 1.7997, yang menunjukkan bahwa apabila terjadi

kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain sebesar satu unit maka sektor

perdagangan besar dan eceran akan mengalami peningkatan output sebesar

1.7997 unit. Sektor-sektor lain yang memiliki derajat kepekaan cukup tinggi

adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7), sektor real estate

dan jasa perusahaan (26), sektor tanaman bahan makanan (1), sektor industri

lainnya (13), sektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki (8), sektor industri

pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor angkutan darat (19), sektor

industri logam, mesin, dan peralatan (12), serta sektor bangunan (15).

Berdasarkan indeks daya penyebaran (Standardized Direct Indirect

Backward Linkage) dan indeks derajat kepekaan (Standardized Direct Indirect

Forward Linkage), sektor-sektor ekonomi di Kawasan Kedungsapur dapat

dikelompokkan ke dalam empat kelompok seperti disajikan dalam Gambar 13 dan

Tabel 34, yaitu: Kelompok I mencakup sektor-sektor yang mempunyai indeks

daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan relatif tinggi atau di atas rata-rata,

Kelompok II terdiri dari sektor-sektor yang mempunyai derajat kepekaan tinggi

(di atas rata-rata) tetapi indeks derajat penyebarannya rendah (di bawah rata-rata),

Kelompok III meliputi sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran

dan indeks derajat kepekaan rendah (di bawah rata-rata), dan Kelompok IV

merupakan kelompok sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran tinggi (di

atas rata-rata) tetapi indeks derajat kepekaan rendah (di bawah rata-rata).

Page 108: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

93

Tabel 34 Pengelompokan sektor ekonomi berdasarkan daya penyebaran dan derajat kepekaan

Daya Penyebaran (αj) Rendah (αj < 1) Tinggi ( αj > 1 )

Ting

gi ( β i

> 1

)

Kelompok II ( 1) Tanaman bahan makanan (13) Industri lainnya (16) Perdagangan besar dan eceran (26) Real estate dan jasa perusahaan

Kelompok I ( 7) Industri makanan, minuman,

dan tembakau ( 8) Industri tekstil, barang kulit

dan alas kaki (11) Industri pupuk, kimia, dan

barang dari karet (12) Industri logam, mesin, dan

peralatan (15) Bangunan (19) Angkutan darat

Der

ajat

Kep

ekaa

n (β

i)

Ren

dah

( βi <

1 )

Kelompok III ( 2) Tanaman perkebunan ( 4) Kehutanan ( 5) Perikanan ( 6) Penggalian (10) Industri kertas dan barang cetakan (20) Angkutan air (22) Jasa penunjang angkutan (23) Komunikasi (24) Bank (25) Lembaga keuangan selain bank (27) Pemerintahan umum (28) Sosial kemasyarakatan (30) Jasa-jasa lainnya

Kelompok IV ( 3) Peternakan dan hasil-hasilnya ( 9) Industri barang dari kayu dan

hasil hutan lain (14) Listrik, gas dan air minum (17) Restoran (18) Hotel (21) Angkutan udara (29) Hiburan dan rekreasi

Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang

kuat pada perekonomian wilayah di Kawasan Kedungsapur antara lain sektor

industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor industri tekstil, barang kulit,

dan alas kaki, sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, sektor industri

logam, mesin, dan peralatan, sektor bangunan, serta sektor angkutan darat.

Artinya bahwa sektor-sektor tersebut mampu menggerakkan sektor-sektor

ekonomi lain dalam meningkatkan outputnya pada setiap kenaikan satu unit

permintaan akhir keenam sektor tersebut.

Sedangkan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke depan relatif tinggi

namun keterkaitan ke belakang lemah adalah sektor tanaman bahan makanan,

sektor industri lainnya, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor real

Page 109: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

94

estate dan jasa perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan satu unit

permintaan akhir sektor-sektor ekonomi lainnya akan mengakibatkan peningkatan

output keempat sektor tersebut. Tingginya keterkaitan ke depan khususnya untuk

sektor tanaman bahan makanan, disebabkan karena hasil produksi sektor ini

banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri terutama industri

makanan, minuman, dan tembakau.

6. Keterkaitan Antarsektor

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan di atas dapat diketahui

keterkaitan antarsektor dengan melihat angka pengganda serta daya penyebaran

dan derajat kepekaan masing-masing sektor. Seperti yang disajikan pada Gambar

14, bahwa terdapat hubungan yang linier antara indeks daya penyebaran

(keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang) dengan angka pengganda

PDRB.

Scatterplot (Data Resume Tabel I-O 14v*30c)VM-1 = -0.6828+2.1098*x

1 2

3

4 56

7

8

9

10

1112

13

1415

16

17

181920

21

22 232425

262728

29

30

0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (SDIBL)

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

1.8

2.0

2.2

2.4

2.6

Ang

ka P

engg

anda

PD

RB

(VM

-1)

SDIBL:VM-1: r = 0.9099, p = 0.0000

Gambar 14 Hubungan antara keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

belakang (SDIBL) dengan angka pengganda PDRB.

Sektor-sektor yang memiliki indeks daya penyebaran tinggi menunjukkan

bahwa peningkatan permintaan akhir output sektor tersebut akan menyebabkan

peningkatan pemakaian input bahan baku yang mengakibatkan peningkatan total

output seluruh sektor perekonomian sehingga terjadi peningkatan PDRB wilayah

Page 110: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

95

tersebut, antara lain sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7),

industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (8), industri barang dari kayu dan

hasil hutan lain (9), industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), industri

logam, mesin, dan peralatan (12), dan restoran (17).

Selanjutnya apabila dilihat hubungannya dengan angka pengganda

pendapatan, menunjukkan bahwa sektor-sektor yang memiliki keterkaitan

langsung dan tidak langsung ke belakang tinggi atau angka pengganda output

yang tinggi ternyata belum tentu memiliki pengganda pendapatan yang relatif

tinggi pula, artinya peningkatan permintaan akhir atas output sektor tersebut akan

meningkatkan permintaan total output seluruh sektor di wilayah penelitian akibat

meningkatnya permintaan input bahan baku dari sektor-sektor lain yang

selanjutnya akan memberikan pengaruh pada peningkatan pendapatan rumah

tangga secara keseluruhan yang terkait dengan sektor input tersebut walaupun

dampaknya tidak sebesar dampak peningkatan total output di seluruh wilayah

(Gambar 15).

Scatterplot (DATA_MULTIPLIR&BLFL 14v*30c)

IM-1 = -0.2714+1.6486*x

1 2

3

4 56

7

8

9

10

1112

13

14

1516

17

1819

20

21

2223

2425

26

2728

29

30

0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang(SDIBL)

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

1.8

2.0

2.2

2.4

Ang

ka P

engg

anda

Pen

dapa

tan

(IM-1

)

SDIBL:IM-1: r = 0.8134, p = 0.00000005

Gambar 15 Hubungan antara keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

belakang (SDIBL) dengan angka pengganda pendapatan (IM-1).

Page 111: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

96

Scatterplot (DATA_MULTIPLIR&BLFL 14v*30c)

IM-1 = 0.1961+0.8277*x

1 2

3

4 56

7

8

9

10

1112

13

14

15

16

17

1819

20

21

2223

2425

26

2728

29

30

1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6

Angka Pengganda PDRB(VM-1)

1.0

1.2

1.4

1.6

1.8

2.0

2.2

2.4

Ang

ka P

engg

anda

Pen

dapa

tan

(IM-1

)

VM-1:IM-1: r = 0.9469, p = 0.0000

Gambar 16 Hubungan antara angka pengganda PDRB dengan angka

pengganda pendapatan (IM-1).

Sedangkan apabila dilihat hubungan antara angka pengganda PDRB (value

added multiplier) dengan angka pengganda pendapatan, menunjukkan bahwa

sektor-sektor yang mempunyai angka pengganda PDRB yang tinggi memiliki

angka pengganda pendapatan yang tinggi pula, artinya dampak peningkatan

permintaan akhir atas output sektor tertentu, pada akhirnya akan meningkatkan

total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah Kedungsapur

(Gambar 16).

Apabila dilakukan analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi

berdasarkan variabel-variabel yang merupakan hasil analisis input-output, maka

dapat diketahui bahwa tidak ada keterkaitan antara sektor-sektor perekonomian di

bagian hulu dengan sektor-sektor ekonomi di bagian hilir. Tabel 35 menunjukkan

bahwa antara sektor hulu maupun hilir tidak terkait yang ditunjukkan dengan dua

faktor komponen utama yang saling bebas (orthogonal). Faktor komponen utama

pertama (F1) menunjukkan bahwa sektor hilir mempunyai keterkaitan yang nyata

terhadap angka pengganda pendapatan (IM-1), angka pengganda surplus usaha

(SM-1) serta angka pengganda PDRB (VM-1). Sedangkan faktor komponen

kedua (F2) menunjukkan bahwa sektor hulu tidak mempunyai keterkaitan yang

Page 112: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

97

nyata dengan variabel-variabel lainnya, secara tidak langsung menunjukkan pula

bahwa hasil dari sektor ini seperti halnya sektor pertanian belum dimanfaatkan

secara optimal oleh sektor industri, karena cenderung langsung dimanfaatkan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tanpa melalui proses pengolahan sehingga

akumulasi nilai tambah kurang optimal. Oleh karenanya perlu diupayakan adanya

keterkaitan antara sektor hulu dan sektor hilir, sehingga dapat menghasilkan nilai

tambah yang signifikan terutama bagi sektor-sektor ekonomi yang termasuk

dalam sektor hulu.

Tabel 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi

Variabel Kode F1 F2 F3 Standardized Direct Backward Linkage Standardized Direct & Indirect Backward Linkage Standardized Direct Forward Linkage Standardized Direct & Indirect Forward Linkage Income Multiplier Type I Business Surplus Multiplier Type I Depreciation Multiplier Type I Value Added Tax Multuplier Type I Import Multiplier Type I Total Value Added Multiplier Type I

SDBL SDIBLSDFL SDIFL IM-1 SM-1 DM-1 TM-1 MM-1 VM-1

0.9464 0.9388 0.1111 0.1019 0.9203 0.8662 0.6557 0.2360

-0.0018 0.9829

-0.0124 -0.0270 0.9829 0.9808 0.2437 0.1498

-0.0962 -0.2573 0.0207 0.1298

0.1779 0.2198

-0.1007 -0.1011 -0.0286 0.0210 0.3303 0.6205 0.9189

-0.0373 Ragam Dapat Diterangkan Proporsi Ragam Dapat diterangkan terhadap Total Ragam

4.8487 0.4848

2.1036 0.2104

1.4417 0.1442

Untuk mengidentifikasi sektor unggulan di Kawasan Kedungsapur,

ditentukan berdasarkan beberapa kriteria, di antaranya adalah: (1) sektor yang

mempunyai keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang yang besar, (2)

sektor yang memiliki angka pengganda yang tinggi, terutama angka pengganda

PDRB dan angka pengganda pendapatan. Atas dasar kriteria sektor unggulan serta

pembobotan yang dilakukan terhadap sektor-sektor tersebut berdasarkan

keragaman variasi data (Lampiran 5), maka sektor unggulan di Kawasan

Kedungsapur adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7), sektor

industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki (8), sektor industri barang dari kayu

dan hasil hutan lain (9), sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11),

dan sektor restoran (17). Sektor-sektor tersebut merupakan sektor-sektor yang

mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Kawasan Kedungsapur, karena

dinilai memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang relatif tinggi serta

Page 113: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

98

memberikan dampak pengganda yang relatif besar dibandingkan dengan sektor-

sektor ekonomi lainnya.

Sehingga apabila komponen permintaan akhir yaitu belanja pemerintah,

konsumsi rumah tangga, ekspor, serta investasi diarahkan kepada sektor unggulan,

maka akan dapat menggerakkan aktivitas sektor-sektor ekonomi lainnya secara

simultan, yang dapat meningkatkan aktivitas perekonomian wilayah di Kawasan

Kedungsapur. Selanjutnya dapat memberikan dampak multiplier yang signifikan

bagi akumulasi nilai tambah di kawasan ini, dan pada akhirnya dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat serta kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan. Selain itu pengembangan sektor unggulan yang dalam hal ini adalah

sektor industri dan sektor restoran, agar diarahkan mengoptimalkan pemanfaatan

sumber daya lokal yang ada sebagai bahan baku industrinya dan meminimalkan

ketergantungan terhadap bahan baku impor.

Pemusatan Aktivitas Sektor di Kawasan Kedungsapur

Analisis LQ yang dilakukan terhadap kabupaten dan kota yang ada di

kawasan Kedungsapur dapat memberikan informasi tentang pemusatan aktivitas

sektor maupun subsektor yang ada di wilayah tersebut. Perhitungan analisis LQ

dilakukan terhadap PDRB menurut lapangan usaha pada masing-masing

kabupaten dan kota serta PDRB gabungan kabupaten dan kota sebagai PDRB

Kawasan Kedungsapur pada tahun 2000 dan tahun 2003 atas dasar harga konstan

tahun 1993, seperti disajikan secara rinci pada Tabel 36.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis LQ pada tahun 2000 menunjukkan

bahwa sektor pertanian memusat di Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak,

Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Grobogan. Hal itu didukung oleh data

penggunaan lahan tahun 2000, lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian

khususnya sawah di Kabupaten Demak adalah seluas 50.839 Ha atau sekitar

56.65% dari luas wilayah keseluruhan, sedangkan luas lahan sawah di

Kabupaten Grobogan adalah 59.769 Ha atau sekitar 30.25% dari luas wilayah

keseluruhan. Sehingga adanya pemusatan aktivitas sektor pertanian di kabupaten

ini didukung dengan penggunaan lahan wilayahnya untuk aktivitas pertanian,

begitu pula dengan penduduknya yang sebagian besar bermata pencaharian

Page 114: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

99

sebagai petani, Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan termasuk di antara

beberapa kabupaten yang ditetapkan sebagai sentra produksi padi dan palawija di

Provinsi Jawa Tengah. Sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan

pemusatan aktivitas di Kabupaten Kendal, Kota Salatiga, dan Kabupaten

Grobogan.

Sektor industri pengolahan memusat di Kabupaten Kendal, Kabupaten

Semarang dan Kota Semarang. Sektor listrik, gas, dan air minum terkonsentrasi di

Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga. Sektor bangunan

memusat di Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan. Sedangkan

sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang hanya terkonsentrasi di Kota

Semarang. Sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, sewa, dan

jasa perusahaan menunjukkan pemusatan aktivitas di Kota Semarang dan Kota

Salatiga. Sedangkan sektor jasa-jasa terkonsentrasi di empat daerah yang

termasuk Kawasan Kedungsapur kecuali Kabupaten Kendal dan Kabupaten

Demak.

Berdasarkan hasil analisis LQ pada tahun 2003 menunjukkan perubahan

komposisi pemusatan sektor di beberapa kabupaten. Sektor pertanian memusat di

empat kabupaten yaitu Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten

Semarang, dan Kabupaten Grobogan berdasarkan nilai LQ di masing-masing

kabupaten tersebut yang lebih besar dari 1 sebagaimana hasil perhitungan pada

Tabel 36. Hal tersebut didukung dengan luasan penggunaan lahan untuk kegiatan

pertanian di ketiga wilayah kabupaten tersebut memang cukup signifikan secara

keseluruhan, serta aktivitas mata pencaharian utama penduduknya yang sebagian

besar bekerja di sektor pertanian.

Di Kabupaten Kendal berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2003 lahan

untuk kegiatan pertanian khususnya sawah seluas 26.472 Ha, yang didukung

dengan banyaknya penduduk yang bekerja di sektor tersebut sebanyak 297.460

jiwa atau sekitar 56.67% dari total penduduk menurut mata pencaharian

(Tabel 15). Penggunaan lahan untuk sawah di Kabupaten Demak tahun 2003

seluas 48.773 Ha, dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut

adalah 203.304 jiwa atau sekitar 41.12% dari total penduduk menurut mata

pencaharian (Tabel 15).

Page 115: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

100

Tabel 36 Hasil perhitungan analisis LQ terhadap PDRB kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan 2003 No Lapangan Usaha Kab. Kendal Kab. Demak Kab. Semarang Kota Semarang Kota Salatiga Kab. Grobogan 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 2000 2003 1 Pertanian 1.58 1.60 3.45 3.64 1.42 1.31 0.06 0.06 0.44 0.45 3.54 3.78

2 Pertambangan dan Penggalian 1.39 1.43 0.72 0.75 0.52 0.50 0.73 0.74 1.92 1.89 2.74 2.663 Industri Pengolahan 1.44 1.43 0.37 0.38 1.35 1.38 1.03 1.02 0.65 0.64 0.12 0.12

4 Listrik, Gas, dan Air Minum 1.38 1.28 0.40 0.39 1.03 1.10 0.99 1.01 2.17 2.28 0.39 0.375 Bangunan 0.59 0.67 0.90 0.93 0.52 0.54 1.16 1.13 1.73 1.72 1.30 1.26

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.62 0.62 0.73 0.73 0.63 0.64 1.28 1.27 0.65 0.64 0.75 0.75

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.43 0.40 0.75 0.75 0.51 0.54 1.30 1.30 2.02 1.88 0.72 0.67

8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 0.50 0.51 0.66 0.66 0.73 0.75 1.26 1.23 1.62 1.57 0.77 0.809 Jasa-jasa 0.69 0.74 0.97 0.95 1.00 1.02 1.01 0.99 2.14 2.12 1.25 1.24

Sumber: BPS dan Bappeda, 2000 dan 2003, diolah

Page 116: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

101

Jumlah produksi padi yang dihasilkan pada tahun 2003 berdasarkan data

statistik pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Demak

adalah 488.402 ton, di samping produk unggulan tanaman perkebunan antara lain

tembakau, belimbing, jambu merah delima, kacang hijau dan kedelai, dan produk

subsektor perikanan yang meliputi perikanan laut, tambak, kolam, dan perairan

umum. Sedangkan Kabupaten Grobogan yang merupakan kabupaten dengan

lahan sawah terluas yaitu 61.136 Ha pada tahun 2003, dengan banyaknya

penduduk yang bekerja di sektor tersebut 488.365 jiwa atau sekitar 65.34% dari

total penduduk menurut mata pencaharian. Berdasarkan data statistik pertanian

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Grobogan, produksi padi yang dihasilkan pada tahun 2003 adalah sebanyak

607.812 ton dan terjadi surplus produksi padi sebanyak 166.253 ton. Apabila

dilihat per subsektor Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan

menunjukkan adanya pemusatan untuk aktivitas subsektor tanaman bahan

makanan, tanaman perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Terlebih Kabupaten

Grobogan merupakan daerah penyangga tanaman pangan di Provinsi Jawa Tengah

yang didukung oleh potensi sumber daya lahan yaitu lahan sawah, lahan kering,

hutan negara, dan hutan rakyat dengan topografi dan iklim yang menunjang

perkembangan pertanian.

Sementara sektor pertambangan dan penggalian yang nilai LQ-nya > 1

adalah Kabupaten Kendal, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan menunjukkan

bahwa adanya pemusatan aktivitas sektor khususnya penggalian di wilayah

tersebut. Sedangkan sektor jasa-jasa menunjukkan adanya pemusatan aktivitas

sektor tersebut di Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan

sehingga sektor ini merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan

di wilayah tersebut, melihat adanya potensi di daerah ini khususnya pariwisata

yang belum dioptimalkan.

Sektor industri pengolahan memusat di Kabupaten Kendal, Kabupaten

Semarang, dan Kota Semarang. Pemusatan aktivitas industri menunjukkan

konsentrasi aktivitas kegiatan industri di ketiga daerah tersebut. Di Kabupaten

Kendal industri yang berkembang adalah industri hasil pertanian, industri kimia,

industri logam dan mesin. Industri yang berkembang di Kabupaten Semarang

Page 117: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

102

adalah industri makanan, minuman, dan tembakau, industri tekstil, barang kulit,

dan alas kaki, industri barang kayu dan hasil hutan lain, industri kertas dan barang

cetakan, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, industri semen dan barang

bukan logam, industri logam dasar besi dan baja, industri alat angkutan, mesin,

dan peralatan, serta industri barang lainnya. Sedangkan industri yang berkembang

di Kota Semarang juga cukup bervariasi yaitu industri makanan, minuman, dan

tembakau, industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki, industri pengolahan kayu,

bambu, rotan, rumput, dan sejenisnya, industri pengolahan barang dari kertas,

percetakan, dan penerbitan, industri pengolahan kimia dan barang dari kimia,

industri pengolahan bahan galian bukan logam, industri pengolahan logam dasar,

industri pengolahan logam, mesin, dan peralatannya serta industri pengolahan

lainnya.

Sektor listrik, gas, dan air minum terkonsentrasi di Kabupaten Kendal,

Kabupaten Semarang, Kota Semarang serta Kota Salatiga. Hal tersebut

dimungkinkan mengingat banyaknya aktivitas industri di Kabupaten Kendal,

Kabupaten Semarang, dan Kota Semarang, sedangkan Kota Salatiga yang

memiliki nilai LQ tertinggi untuk sektor ini terkait dengan tingginya nilai LQ

sektor bangunan yang menunjukkan bahwa sebagian besar energi digunakan

untuk mendukung aktivitas non-pertanian atau lebih pada aktivitas perkantoran,

pendidikan, permukiman, serta aktivitas lainnya. Hal tersebut diperkuat dengan

tingginya angka kepadatan penduduk di Kota Salatiga yaitu 2.579 jiwa per km2,

sehingga kebutuhan akan energi pun lebih besar. Tingginya tingkat kepadatan

penduduk di Kota Semarang dan Kota Salatiga juga merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan adanya konsentrasi sektor bangunan di dua daerah ini selain

fungsinya sebagai pusat aktivitas perekonomian, pemerintahan, pendidikan,

perdagangan, dan aktivitas lainnya.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran terkonsentrasi di Kota Semarang

yang merupakan pusat aktivitas perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Kota

Semarang sebagai pusat perekonomian di Provinsi Jawa Tengah maupun di

Kawasan Kedungsapur, berfungsi sebagai kota pengumpul barang-barang hasil

produksi yang akan dipasarkan baik di tingkat nasional maupun internasional,

selain itu juga sebagai daerah pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan oleh

Page 118: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

103

kabupaten atau kota lain di Provinsi Jawa Tengah. Konsentrasi aktivitas

perdagangan di Kota Semarang ditunjukkan dengan besarnya kontribusi sektor

perdagangan Kota Semarang terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah maupun

terhadap PDRB Kawasan Kedungsapur. Kontribusi terhadap PDRB Provinsi

Jawa Tengah tahun 2003 sebesar 7.497.423.33 juta rupiah atau sekitar 17.82%

dari total sektor perdagangan dalam PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut harga

berlaku, serta sebesar 2.086.739.01 juta rupiah atau sekitar 18.8% dari total

sektor perdagangan dalam PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut harga konstan

atas dasar tahun 1993. Sedangkan kontribusi sektor ini di Kawasan Kedungsapur

tahun 2003 adalah sekitar 72.73% dari total sektor perdagangan dalam PDRB

Kawasan Kedungsapur menurut harga berlaku, dan sekitar 70.41% dari total

sektor perdagangan dalam PDRB Kawasan Kedungsapur menurut harga konstan

atas dasar tahun 1993.

Sektor pengangkutan dan komunikasi memusat di Kota Semarang dan Kota

Salatiga, karena selain Kota Semarang yang didukung oleh ketersediaan fasilitas-

fasilitas pengangkutan yang memadai baik transportasi darat termasuk stasiun

kereta api, transportasi laut yang didukung dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung

Emas, serta transportasi udara yaitu adanya Bandar Udara Ahmad Yani.

Sedangkan Kota Salatiga merupakan kota transit, yang berada di jalur utama

transportasi darat yang menghubungkan Kota Semarang dengan kota-kota lain di

bagian selatan Provinsi Jawa Tengah seperti Surakarta dan sekitarnya.

Sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan berdasarkan hasil analisis LQ

menunjukkan bahwa sektor tersebut memusat di Kota Semarang dan Kota

Salatiga. Konsentrasi sektor ini di Kota Semarang mendukung fungsi kota ini

sebagai pusat kegiatan perekonomian baik di Provinsi Jawa Tengah maupun di

Kawasan Kedungsapur khususnya. Sementara pemusatan sektor keuangan, sewa,

dan jasa perusahaan di Kota Salatiga mendukung kegiatan utama kota ini yang

terkonsentrasi pada aktivitas pemerintahan, kegiatan pendidikan, serta aktivitas

perekonomian lainnya.

Berdasarkan analisis LQ maka di Kawasan Kedungsapur, pemusatan

aktivitas sektor sekunder dan sektor tersier yang merupakan sektor unggulan yaitu

industri pengolahan (industri makanan, minuman, dan tembakau, industri tekstil,

Page 119: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

104

barang kulit, dan alas kaki, industri barang dari kayu dan hasil hutan lain, industri

pupuk, kimia, dan barang dari karet) dan sektor restoran adalah di Kabupaten

Kendal, Kabupaten Semarang, dan Kota Semarang.

Pemusatan aktivitas sektor unggulan terjadi di Kota Semarang, Kabupaten

Kendal, dan Kabupaten Semarang karena daerah-daerah tersebut memiliki

keunggulan komparatif yaitu lokasi yang strategis berada di jalur arteri primer.

Sehingga sangat mendukung dari sisi transportasi input bahan baku serta

kemudahan dalam pemasaran hasil industri. Selain itu ketersediaan sarana dan

prasarana transportasi maupun sarana perekonomian yang relatif memadai di

daerah-daerah ini, mengakibatkan angkutan barang maupun penumpang serta

transaksi ekonomi bisa lebih cepat, tepat waktu, lebih murah karena banyak

pilihan. Terutama Kota Semarang memiliki aksesibilitas yang tinggi baik darat,

laut maupun udara yaitu adanya Pelabuhan Tanjung Emas serta bandar udara

Ahmad Yani.

Keunggulan Kompetitif

Berdasarkan analisis shift-share yang dilakukan terhadap perekonomian

wilayah Kedungsapur, menunjukkan bahwa laju perekonomian wilayah di

Kawasan Kedungsapur adalah sebesar 0.1231 seperti disajikan pada Tabel 37.

Sektor-sektor pertanian, pertambangan, dan penggalian, serta sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah

dibandingkan dengan laju pertumbuhan di Kawasan Kedungsapur. Sedangkan

sektor-sektor lain seperti sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air

minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor

pengangkutan dan komunikasi memiliki laju pertumbuhan yang relatif lebih tinggi

dibandingkan sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) dan sektor

tersier (keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan).

Dari hasil perhitungan analisis shift-share Kawasan Kedungsapur, apabila

dilihat dari komponen keunggulan kompetitif masing-masing kabupaten maupun

kota, menunjukkan bahwa untuk Kabupaten Kendal memiliki keunggulan

kompetitif pada sektor bangunan dan jasa-jasa. Sedangkan Kabupaten Demak

memiliki keunggulan kompetitif pada sektor pertanian, pertambangan dan

penggalian, dan bangunan. Kabupaten Grobogan memiliki keunggulan kompetitif

Page 120: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

105

pada sektor pertanian dan keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sementara

Kota Salatiga pada sektor pertanian dan listrik, gas, air minum.

Kabupaten Semarang memiliki keunggulan kompetitif pada sektor industri

pengolahan, listrik, gas, dan air minum, bangunan, pengangkutan dan komunikasi,

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Hal ini menunjukkan

bahwa Kabupaten Semarang banyak memiliki sektor yang cukup potensial untuk

dikembangkan di masa yang akan datang, dan didukung dengan letak wilayah

yang strategis, potensi sumber daya wilayah yang cukup baik, serta kondisi

infrastruktur yang memadai.

Kota Semarang sebagai pusat aktivitas perekonomian di Provinsi Jawa

Tengah juga memiliki keunggulan kompetitif pada beberapa sektor ekonomi

antara lain sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,

sektor listrik, gas dan air minum, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor

pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan. Lokasi wilayah yang strategis, dukungan infrastruktur yang sangat

memadai serta kapasitas sumber daya manusia yang relatif tinggi merupakan

faktor-faktor yang mendukung pengembangan perekonomian di Kota Semarang.

Dari beberapa analisis yang dilakukan untuk mengetahui sektor-sektor

unggulan di Kawasan Kedungsapur berikut lokasi pemusatan aktivitas sektor

unggulan serta sektor-sektor ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif di

kawasan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa sektor-sektor yang menjadi

sektor unggulan di Kawasan Kedungsapur merupakan sektor sekunder yaitu

industri pengolahan antara lain: industri makanan, minuman, dan tembakau,

industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, industri kayu dan hasil hutan

lainnya, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, serta sektor tersier yaitu

perdagangan, hotel, dan restoran yang dalam hal ini adalah sektor restoran.

Dengan pemusatan aktivitas sektor industri pengolahan di Kabupaten Kendal,

Kota Semarang, dan Kabupaten Semarang serta pemusatan aktivitas sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (khususnya sektor restoran) adalah Kota

Semarang. Adanya pemusatan aktivitas sektor unggulan di Kota Semarang dan

Kabupaten Semarang juga didukung dengan hasil analisis shift-share. Hasil

analisis shift-share menunjukkan bahwa baik Kabupaten Semarang maupun Kota

Page 121: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

106

Semarang memiliki keunggulan kompetitif pada sektor industri pengolahan, dan

Kota Semarang juga merupakan satu-satunya daerah di Kawasan Kedungsapur

yang memiliki keunggulan kompetitif sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Sedangkan sektor primer (sektor pertanian) khususnya sektor tanaman bahan

makanan meskipun bukan merupakan sektor unggulan, namun apabila dilihat

berdasarkan kontribusi nilai tambah yang diberikan serta derajat kepekaan yang

lebih besar dari satu, sektor ini dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan

prioritas pengembangan mengingat sebagian besar penduduk di kawasan ini yaitu

1.326.973 jiwa atau sekitar 41.55% dari jumlah penduduk keseluruhan yang

tercatat secara statistik bekerja pada sektor pertanian seperti disajikan pada

Tabel 15.

Kesenjangan antarwilayah di Kawasan Kedungsapur terjadi antara daerah

yang berbasis sektor primer yaitu Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak,

dengan daerah yang berbasis sektor sekunder terutama industri pengolahan yaitu

Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. Kontribusi sektor

terhadap perekonomian wilayah Kedungsapur apabila dilihat berdasarkan PDRB

gabungan kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur atas dasar harga konstan

tahun 1993, menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memberikan

kontribusi sekitar 30.73% dari total PDRB (Tabel 17) dan daerah yang

memberikan kontribusi terbesar bagi sektor industri di kawasan ini adalah Kota

Semarang yaitu sebesar 56.87% . Begitu pula halnya dengan kontribusi terhadap

sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kawasan Kedungsapur didominasi oleh

Kota Semarang sekitar 70.41% (Tabel 17). Sedangkan kontribusi terbesar

terhadap sektor pertanian di Kawasan Kedungsapur diberikan oleh Kabupaten

Demak (28.30%) dan Kabupaten Grobogan (28.33%).

Kesenjangan yang terjadi antara kabupaten atau kota yang memiliki sektor

primer khususnya pertanian sebagai sektor basis dengan kabupaten atau kota yang

memiliki sektor basis industri pengolahan dapat diminimalisasi, yaitu dengan

menyusun perencanaan pengembangan wilayah secara terpadu dalam kerangka

pengembangan Kawasan Strategis Kedungsapur. Sehingga keunggulan yang

dimiliki oleh masing-masing kabupaten maupun kota baik keunggulan komparatif

maupun keunggulan kompetitif dapat dioptimalkan, antara lain dengan

Page 122: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

107

pemanfaatan sumber daya lokal yang ada di kawasan ini sebagai pendukung

kegiatan industri pengolahan maupun restoran yang merupakan sektor unggulan.

Penguatan terhadap perekonomian wilayah di Kawasan Kedungsapur perlu

dilakukan apabila kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan strategis di Provinsi

Jawa Tengah, agar kawasan ini tidak hanya dinilai strategis dalam hal lokasinya

yang berada di jalur arteri primer atau Kota Semarang yang menjadi bagian dari

kawasan ini, tetapi karena kawasan ini memang merupakan simpul aktivitas

perekonomian yang dapat memberikan dampak bagi aktivitas perekonomian di

wilayah lain secara signifikan.

Hal tersebut dilihat berdasarkan hasil perhitungan analisis LQ terhadap

gabungan PDRB kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan

tahun 2003 (Lampiran 6) menunjukkan perbedaan komposisi sektor basis dalam

kawasan. Pada tahun 2000 sektor-sektor yang terkonsentrasi di kawasan ini adalah

sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air minum, sektor perdagangan,

hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa,

dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Sedangkan pada tahun 2003 sektor

industri pengolahan tidak lagi merupakan sektor basis kawasan, karena sektor-

sektor yang merupakan sektor basis di kawasan ini adalah sektor listrik, gas, dan

air minum, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan

komunikasi, sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam lingkup Kawasan Kedungsapur, perlu dikaji

secara lebih mendalam peluang pengembangan potensi sektor lain yang dimiliki

oleh kawasan ini, seperti sektor pertanian yang umumnya merupakan sektor basis

di daerah-daerah di luar Kota Semarang.

Sektor-sektor basis yang ada dalam Kawasan Kedungsapur pada umumnya

sama dengan sektor-sektor basis yang ada di Kota Semarang. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pengaruh Kota Semarang dalam kawasan ini sangat signifikan

dan masih mendominasi aktivitas perekonomian di wilayah ini. Sementara

apabila perhitungan analisis LQ dilakukan dengan tidak menyertakan PDRB Kota

Semarang sebagai komponen PDRB Kawasan Kedungsapur, menunjukkan

adanya perbedaan komposisi sektor basis yang ada di Kawasan Kedungsapur

yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air minum, serta sektor jasa-jasa.

Page 123: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

108

Demikian pula berdasarkan analisis shift-share yang dilakukan terhadap

kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur dalam lingkup Provinsi Jawa

Tengah (Lampiran 7), menunjukkan bahwa daya saing sektor industri pengolahan

maupun sektor perdagangan, hotel, dan restoran sangat lemah. Hal tersebut

dimungkinkan karena perekonomian wilayah kabupaten maupun kota di luar

kawasan ini lebih kuat dan mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi

perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

Karakteristik Tipologi Wilayah di Kawasan Kedungsapur

Analisis tipologi wilayah kecamatan-kecamatan di Kawasan Kedungsapur

dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama dilakukan analisis komponen

utama (PCA) terhadap variabel-variabel terpilih yang diasumsikan mampu

menggambarkan serta menjelaskan potensi sumber daya alam (natural capital),

sumber daya manusia (human capital), sumber daya buatan (man-made capital)

dan sumber daya sosial dan kelembagaan (social-institutional capital) pada

masing-masing kecamatan yang ada di wilayah Kedungsapur.

Analisis komponen utama untuk kelompok variabel sumber daya alam,

menghasilkan tiga faktor utama yang bersifat saling bebas, dan keempat faktor

utama ini mampu menggambarkan keragaman total sebesar 70.22%. Faktor

utama 1 (SDA_1), menunjukkan korelasi nyata dengan kepadatan penduduk,

rasio jumlah desa dengan luas kecamatan, rasio luas penggunaan lahan untuk

perumahan dan permukiman dengan luas kecamatan, jarak rata-rata dari masing-

masing desa ke kabupaten atau kota yang membawahi. Faktor utama 2 (SDA_2),

berkorelasi nyata dengan luas lahan sawah, dan topografi desa atau kelurahan

dalam kecamatan. Faktor utama 3 (SDA_3), berkorelasi nyata dengan banyaknya

desa yang terlintasi sungai dalam kecamatan. Hasil analisis dapat dilihat pada

Lampiran 9.

Page 124: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

109

Tabel 37 Hasil analisis shift-share kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan 2003

Kabupaten Kendal Kabupaten Demak Kabupaten Grobogan No. Lapangan Usaha Pergeseran Total Pergeseran Total Pergeseran Total

Pertumbuhan Ekonomi

Pergeseran Proporsional

Diferensial Diferensial Diferensial 1 Pertanian 0.1231 -0.0733 -0.0331 0.0167 0.0256 0.0256 0.0677 0.1174

2 Pertambangan dan Penggalian 0.1231 -0.0057 -0.0194 0.0981 0.0167 0.0167 -0.0336 0.0839

3 Industri Pengolahan 0.1231 0.0031 -0.0587 0.0676 -0.0133 -0.0133 -0.0438 0.0824

4 Listrik, Gas dan Air minum 0.1231 0.0498 -0.1285 0.0444 -0.0572 -0.0572 -0.0618 0.1111

5 Bangunan 0.1231 0.0355 0.0913 0.2500 0.0045 0.0045 -0.0341 0.1246

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.1231 0.0030 -0.0416 0.0845 -0.0339 -0.0339 -0.0007 0.1254

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.1231 0.0807 -0.1411 0.0628 -0.0279 -0.0279 -0.0858 0.1180

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 0.1231 -0.0304 -0.0322 0.0605 -0.0208 -0.0208 0.0438 0.1365

9 Jasa-jasa 0.1231 0.0234 0.0419 0.1884 -0.0615 -0.0615 -0.0053 0.1413

Page 125: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

110

Lanjutan (Tabel 37)

Kabupaten Semarang Kota Semarang Kota Salatiga No. Lapangan Usaha Pergeseran Total Pergeseran Total Pergeseran Total

Pertumbuhan Ekonomi

Pergeseran Proporsional

Diferensial Diferensial Diferensial 1 Pertanian 0.1231 -0.0733 -0.0892 -0.0394 -0.0762 -0.0265 0.0097 0.0595

2 Pertambangan dan Penggalian 0.1231 -0.0057 -0.0569 0.0605 0.0376 0.1550 -0.0248 0.0926

3 Industri Pengolahan 0.1231 0.0031 0.0203 0.1465 0.0211 0.1474 -0.0070 0.1192

4 Listrik, Gas dan Air minum 0.1231 0.0498 0.0599 0.2328 0.0418 0.2147 0.0556 0.2285

5 Bangunan 0.1231 0.0355 0.0413 0.2000 -0.0120 0.1467 -0.0139 0.1448

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.1231 0.0030 -0.0007 0.1254 0.0092 0.1353 -0.0075 0.1186

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.1231 0.0807 0.0474 0.2513 0.0258 0.2297 -0.0850 0.1188

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 0.1231 -0.0304 0.0192 0.1119 0.0018 0.0946 -0.0364 0.0563

9 Jasa-jasa 0.1231 0.0234 0.0150 0.1616 -0.0006 0.1460 -0.0147 0.1318 Sumber: BPS dan Bappeda, 2000 dan 2003, diolah

Page 126: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

111

Selanjutnya analisis komponen utama untuk kelompok variabel sumber daya

manusia dan sumber daya sosial menghasilkan lima faktor utama yang bersifat

saling bebas, dan kelima faktor utama ini mampu menggambarkan keragaman

total sebesar 74.77%. Faktor utama 1 dalam kelompok variabel ini (SDM.SDS_1),

menunjukkan korelasi nyata dengan jumlah penduduk tamat SD, jumlah

penduduk tamat SMU, jumlah penduduk tamat akademi atau perguruan tinggi,

banyaknya keluarga yang berlangganan telepon, banyaknya keluarga yang

memiliki televisi, serta banyaknya jenis kelompok sosial (P3A, kelompok tani,

Kelompok Tani Nelayan Andalan, kelompok usaha ternak). Faktor utama 2

(SDM.SDS_2), berkorelasi nyata dengan jumlah penduduk yang tidak sekolah

atau tidak tamat atau belum tamat SD. Faktor utama 3 (SDM.SDS_3), berkorelasi

nyata dengan invers banyaknya penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan, dan

banyaknya jenis kelompok olah raga. Faktor utama 4 (SDM.SDS_4), berkorelasi

nyata dengan indeks kewirausahaan yaitu jumlah industri kerajinan per seribu

penduduk. Faktor utama 5 (SDM.SDS_5), berkorelasi nyata dengan invers jumlah

orang yang meninggal akibat penyakit. Hasil analisis dapat dilihat pada

Lampiran 10.

Analisis komponen utama untuk kelompok variabel sumber daya buatan

menghasilkan lima faktor utama yang bersifat saling bebas, dan kelima faktor

utama ini mampu menggambarkan keragaman total sebesar 78.68%. Faktor

utama 1 (SDB_1), menunjukkan korelasi nyata dengan jumlah rumah sakit, rumah

sakit bersalin, dan poliklinik, jumlah tempat praktek dokter, dan bidan, serta rasio

jumlah wartel, kiospon, warpostel, dan warnet. Faktor utama 2 (SDB_2),

berkorelasi nyata dengan jumlah SLTP dan sederajat, jumlah SMU dan sederajat,

serta jumlah perguruan tinggi dan akademi. Faktor utama 3 (SDB_3), berkorelasi

nyata dengan jumlah SD dan sederajat, serta jumlah puskesmas dan puskesmas

pembantu. Faktor utama 4 (SDB_4), berkorelasi nyata dengan jumlah restoran,

rumah makan, kedai makanan-minuman, dan jumlah bank umum dan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR). Faktor utama 5 (SDB_5), berkorelasi nyata dengan

jumlah bangunan rumah. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 11.

Selanjutnya pada tahap kedua, setelah diperoleh hasil analisis komponen

utama untuk masing-masing kelompok variabel antara lain SDA_1, SDA_2,

Page 127: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

112

SDA_3, SDM.SDS_1, SDM.SDS_2, SDM.SDS_3, SDM.SDS_4, SDM.SDS_5,

SDB_1, SDB_2, SDB_3, SDB_4, dan SDB_5 maka dengan menggabungkan

seluruh faktor utama yang diperoleh yaitu sebanyak 13 faktor utama, dilakukan

analisis komponen utama yang kedua untuk memperoleh variabel dalam jumlah

yang lebih sedikit dan saling bebas. Dalam proses analisis komponen utama tahap

kedua ini dihasilkan enam faktor utama, dan mampu menggambarkan keragaman

total sebesar 69.44%. Faktor utama 1 (F1), menunjukkan korelasi nyata dengan

SDA_1, SDM.SDS_1, dan SDB_1. Faktor utama 2 (F2), berkorelasi nyata

dengan SDB_4. Faktor utama 3 (F3), berkorelasi nyata dengan SDM.SDS_4

dan SDB_3. Faktor utama 4 (F4), berkorelasi nyata dengan SDM.SDS_3. Faktor

utama 5 (F5), menunjukkan korelasi nyata dengan SDA_3 dan SDM.SDS_2.

Sedangkan faktor utama 6 (F6), berkorelasi nyata dengan SDB_2. Hasil analisis

dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 38 Pengelompokan kecamatan menurut tipologi wilayah di Kawasan

Kedungsapur

Tipologi I Tipologi II Tipologi III 1. Argomulyo 2. Tingkir 3. Sidomukti 4. Banyumanik 5. Gajah Mungkur 6. Semarang Selatan 7. Candisari 8. Tembalang 9. Pedurungan 10. Semarang Timur 11. Semarang Utara 12. Semarang Tengah 13. Semarang Barat 14. Tugu 15. Ngaliyan

1. Kedungjati 2. Geyer 3. Demak 4. Getasan 5. Susukan 6. Kaliwungu 7. Suruh 8. Pabelan 9. Tuntang 10. Banyubiru 11. Jambu 12. Sumowono 13. Ambarawa 14. Bawen 15. Bringin 16. Pringapus 17. Bergas 18. Ungaran 19. Plantungan 20. Sukorejo 21. Pageruyung 22. Singorojo 23. Limbangan 24. Boja 25. Sidorejo 26. Mijen 27. Gunungpati 28. Gayamsari

1. Karangayung 2. Penawangan 3. Toroh 4. Pulokulon 5. Kradenan 6. Gabus 7. Ngaringan 8. Wirosari 9. Tawangharjo 10. Grobogan 11. Purwodadi 12. Brati 13. Klambu 14. Godong 15. Gubug 16. Tegowanu 17. Tanggungharjo 18. Mranggen 19. Karangawen 20. Guntur 21. Sayung 22. Karangtengah 23. Bonang 24. Wonosalam 25. Dempet 26. Kebonagung 27. Gajah

28. Karanganyar 29. Mijen 30. Wedung 31. Tengaran 32. Bancak 33. Patean 34. Kaliwungu 35. Brangsong 36. Pegandon 37. Ngampel 38. Gemuh 39. Ringinarum 40. Weleri 41. Rowosari 42. Kangkung 43. Cepiring 44. Patebon 45. Kota Kendal 46. Genuk

Page 128: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

113

Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis kluster (cluster analysis) dan

analisis diskriminan untuk mengetahui pola perbedaan karakteristik wilayah

dalam Kawasan Kedungsapur. Dan berdasarkan enam faktor utama yang

dihasilkan dalam analisis komponen utama tahap dua, dengan dilakukan analisis

gerombol dapat diperoleh tiga kelompok besar kecamatan dalam Kawasan

Kedungsapur (Tabel 38).

Tabel 39 Karakteristik tipologi wilayah di Kawasan Kedungsapur

Tipologi Karakteristik I SDA, tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, intensitas unit ruang

yang cukup padat, intensitas dan variasi daya dukung lahan yang didominasi oleh penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman, serta letak kecamatan dalam tata ruang wilayah yang cukup strategis namun tidak banyak banyak desa atau kelurahan yang terlintasi sungai. SDM dan SDS, masyarakatnya sebagian besar memiliki intelektualitas yang cukup tinggi, aksesibilitas informasi dan komunikasi yang cukup baik, serta adanya aktivitas sosial yang cukup tinggi. SDB, ketersediaan fasilitas kesehatan serta fasilitas komunikasi yang cukup baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

II SDA, tingkat kepadatan penduduk yang tidak begitu tinggi (sedang), intensitas unit ruang yang tidak terlalu padat, intensitas dan variasi daya dukung lahan yang tidak hanya didominasi oleh penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman, letak dalam tata ruang yang tidak terlalu strategis namun cukup banyak desa atau kelurahan yang terlintasi sungai. SDM dan SDS, masih banyak penduduk yang tidak sekolah/tidak tamat/belum tamat SD, namun dalam hal indeks kewirausahaan cukup tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya, serta adanya aktivitas sosial yang cukup. SDB, ketersediaan fasilitas pendidikan cukup memadai (dari tingkat SD sampai PT atau akademi), serta fasilitas kesehatan dan fasilitas perekonomian yang cukup memadai.

III SDA, tingkat kepadatan penduduk rendah, intensitas unit ruang yang tidak terlalu padat, intensitas dan variasi daya dukung lahan yang tidak didominasi oleh penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman, letak kecamatan dalam tata ruang wilayah yang kurang strategis, dan tidak terlalu banyak desa atau kelurahan yang terlintasi sungai. SDM dan SDS, masyarakatnya sebagian besar memiliki intelektualitas yang tidak terlalu tinggi, aksesibilitas informasi dan komunikasi yang kurang baik, serta kurang adanya aktivitas sosial dalam masyarakat. SDB, ketersediaan fasilitas kesehatan, komunikasi, dan perekonomian yang kurang memadai

Tipologi I terdiri dari 15 kecamatan, yang mencakup sebagian besar

kecamatan di Kota Semarang dan Kota Salatiga. Tipologi II terdiri dari 28

Page 129: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

114

kecamatan, yang mencakup sebagian besar kecamatan di Kabupaten Semarang

dan Kabupaten Kendal, serta sebagian kecil kecamatan di Kota Semarang, Kota

Salatiga, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan. Sedangkan tipologi III

terdiri dari 46 kecamatan, yang mencakup sebagian besar kecamatan di Kabupaten

Grobogan, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal serta sebagian kecil kecamatan

di Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. Adapun karakteristik masing-masing

tipologi tersebut seperti dijelaskan pada Tabel 39 dan secara detil pada

Lampiran 13.

Kemudian dengan analisis diskriminan (Lampiran 14) dapat diketahui

berdasarkan Classification Matrix yang menunjukkan bahwa pengelompokan atau

pewilayahan tersebut sudah dilakukan dengan benar dengan tingkat kebenaran

100%. Pembagian kelompok tipologi tersebut telah benar dan diketahui pula

variabel-variabel yang paling berpengaruh dalam menentukan kelompok tipologi

wilayah di Kawasan Kedungsapur. Berdasarkan hasil Classification Function

sebagaimana disajikan pada Lampiran 14, dapat dijelaskan bahwa:

Tipologi I, mempunyai kriteria di mana F1 merupakan faktor yang mempunyai

peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang ada. Adapun F1

menunjukkan korelasi nyata terhadap variabel-variabel kepadatan penduduk,

jumlah desa per luas kecamatan, penggunaan lahan untuk perumahan atau

permukiman, jarak rata-rata masing-masing desa ke kabupaten/kota yang

membawahi, jumlah tamatan SD, SMU dan PT atau Akademi, banyaknya

keluarga yang berlangganan telepon dan memiliki televisi, banyaknya jenis

kelompok sosial, serta jumlah RS, RS bersalin, poliklinik, tempat praktek dokter

dan bidan, jumlah wartel/kiospon/warpostel.

Tipologi II, mempunyai kriteria di mana F5 merupakan faktor yang mempunyai

peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang ada. Adapun F5

menunjukkan korelasi nyata terhadap variabel-variabel ada atau tidaknya lintasan

sungai, jumlah tidak sekolah atau tidak tamat atau belum tamat SD.

Tipologi III, mempunyai kriteria di mana F3 merupakan faktor yang mempunyai

peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang ada. Adapun F3

menunjukkan korelasi nyata terhadap variabel-variabel jumlah industri kerajinan,

jumlah SD dan sederajat, serta jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu.

Page 130: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

115

Pola Sebaran Spasial Potensi Sumber Daya Wilayah Kedungsapur

Berdasarkan analisis kluster yang dilakukan dengan melihat potensi sumber

daya yang ada di Kawasan Kedungsapur meliputi sumber daya alam, sumber daya

manusia, sumber daya sosial dan sumber daya buatan, maka diperoleh tipologi

wilayah di Kawasan Kedungsapur berdasarkan kecamatan. Pola sebaran spasial

kecamatan berdasarkan potensi sumber daya yang dimiliki di Kawasan

Kedungsapur memunculkan kelompok-kelompok wilayah kecamatan yang

berbeda dengan pengelompokkan kecamatan secara administratif (Gambar 18).

Dari pola pengelompokkan tersebut, dapat dikemukakan bahwa sebagian

besar wilayah kecamatan yang ada di Kawasan Kedungsapur menunjukkan

karakteristik tipologi III yaitu wilayah dengan potensi sumber daya alam yang

cukup namun kondisi infrastruktur kurang memadai serta kapasitas sumber daya

manusia tidak terlalu tinggi.

Selanjutnya karakteristik sumber daya fisik yang ada di Kawasan

Kedungsapur diidentifikasi berdasarkan tingkat potensi pengembangan sumber

daya fisik di kawasan ini. Penentuan tingkat potensi pengembangan sumber daya

fisik tersebut dilakukan berdasarkan peta sumber daya fisik yang menunjukkan

kesesuaian untuk beberapa jenis tanaman perkebunan, dalam hal ini adalah 12

jenis tanaman perkebunan yang sesuai untuk dikembangkan di kawasan ini.

Tingkat potensi pengembangan sumber daya fisik ditentukan dari banyaknya

variasi jenis tanaman yang sesuai serta tingkat kesesuaian tanaman tersebut,

sebagaimana dirinci pada Lampiran 15 dan 16. Dari hasil penentuan tingkat

potensi pengembangan tersebut diperoleh empat tingkat potensi pengembangan

sumber daya fisik di kawasan ini, antara lain tingkat potensi pengembangan:

(1) tinggi, (2) sedang, (3) agak rendah/terbatas, serta (4) rendah.

Kemudian peta tipologi wilayah berdasarkan sumber daya alam, sumber

daya manusia dan sumber daya sosial, serta sumber daya buatan di Kawasan

Kedungsapur tersebut di-overlay dengan peta potensi sumber daya fisik (Gambar

19) diperoleh peta tipologi wilayah berdasarkan potensi sumber daya fisik

(Gambar 20). Hasil overlay tersebut menunjukkan menghasilkan karakteristik

tipologi wilayah sebagai berikut: bahwa daerah yang termasuk dalam tipologi I

dicirikan oleh potensi SDA yang terbatas dengan tingkat potensi pengembangan

Page 131: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

116

sumber daya fisik sedang, kondisi infrastruktur (SDB) baik dan kapasitas SDM

yang tinggi, kemudian tipologi II selain dicirikan oleh potensi SDA yang cukup

baik dengan didukung tingkat potensi pengembangan sumber daya fisik relatif

tinggi, kondisi infrastruktur (SDB) yang cukup memadai namun kapasitas SDM

masih kurang, sedangkan tipologi III selain dicirikan oleh potensi SDA yang

cukup namun hanya sebagian kecil yang memiliki tingkat potensi pengembangan

sumber daya fisik relatif tinggi sedangkan sebagian besar wilayah memiliki

tingkat potensi pengembangan sumber daya fisik agak rendah, kondisi

infrastruktur (SDB) kurang memadai serta kapasitas SDM tidak terlalu tinggi.

Potensi sumber daya fisik yang dimiliki oleh beberapa daerah di Kawasan

Kedungsapur yang dalam hal ini dilihat berdasarkan kesesuaian terhadap beberapa

jenis tanaman perkebunan, menunjukkan adanya potensi lokal yang dimiliki oleh

kawasan ini yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri yang ada di

kawasan ini. Industri makanan, minuman, dan tembakau yang merupakan sektor

unggulan kawasan, berdasarkan hasil analisis input-output menunjukkan bahwa

kandungan komponen impornya relatif kecil serta memiliki keterkaitan dalam hal

penyediaan bahan baku selain dari tanaman bahan makanan juga dari tanaman

perkebunan.

Interaksi Spasial dalam Kawasan Kedungsapur

Adanya interaksi spasial antarkabupaten dan antarkota di Kawasan

Kedungsapur dapat dilihat berdasarkan pola pergerakan aktivitas masyarakat

serta aliran pemasaran komoditas dalam kawasan tersebut. Sistem transportasi

yang ada di Kawasan Kedungsapur antara lain: sistem transportasi darat yang

memanfaatkan jalan raya dan jalur kereta api, sistem transportasi laut melalui

pelabuhan yang ada, serta sistem transportasi udara melalui bandar udara yang ada

di Kota Semarang.

Letak Kawasan Kedungsapur yang cukup strategis mampu mengakomodir

pergerakan penduduk maupun barang yang melalui wilayah ini maupun

pergerakan di dalam kawasan sendiri. Untuk pergerakan di dalam kawasan

dilakukan dengan sarana angkutan darat jalan raya dan jalur kereta api.

Page 132: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

117

Analisis aliran barang di wilayah Kedungsapur yang dilakukan oleh Dinas

Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah tahun 2001 dengan

menggunakan matriks pergerakan barang (O-D matriks) antarzona (angkutan

jalan) di Kawasan Kedungsapur sebagai data masukan dalam melakukan analisis

aliran barang. Penggunaan data sektor transportasi dilakukan karena kebutuhan

prasarana perhubungan merupakan salah satu faktor utama penunjang pergerakan

barang dalam kawasan.

Tabel 40 Matriks pergerakan barang (aliran masuk) antarzona (angkutan jalan) di Kawasan Kedungsapur (%)

Daerah Tujuan Daerah Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Kendal

Asal Kota Semarang Kota Salatiga Kab. Grobogan 0.00 46.51 6.68 46.96Kab. Demak 29.59 0.00 67.93 2.57Kab. Semarang Kota Semarang 0.94 2.24 95.87 0.95Kota Salatiga Kab. Kendal 4.60 3.98 91.41 0.00

Sumber: Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah, 2001

Berdasarkan Tabel 40, pergerakan barang (aliran masuk) antarzona angkutan

jalan di Kawasan Kedungsapur menunjukkan bahwa aliran barang masuk yang

paling besar adalah antara Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan Kota

Salatiga yaitu sebesar 95.87%. Ketiga daerah tersebut mempunyai pengaruh yang

dominan dalam pergerakan barang, baik dari sisi aksesibilitas maupun kondisi

perekonomian wilayah di daerah tersebut. Selain itu di daerah tersebut terdapat

banyak industri-industri besar yang berskala nasional maupun regional, sehingga

aktivitas aliran barang didominasi oleh kegiatan pendistribusian hasil produksi

maupun pengangkutan faktor input produksi antardaerah tersebut.

Sementara pergerakan aliran barang yang terkecil di Kawasan Kedungsapur

adalah dari Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan Kota Salatiga menuju

Kabupaten Grobogan yaitu hanya sebesar 0.94%. Hal ini disebabkan karena masih

kurangnya penyediaan sarana dan prasarana perhubungan dengan kondisi baik

yang mendukung aktivitas pergerakan antardaerah tersebut. Terlebih aktivitas

Page 133: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

118

perekonomian baik perdagangan dan jasa di Kabupaten Grobogan tidak terlalu

banyak, karena fasilitas penunjang kegiatan perekonomian masih belum memadai

dan memang sebagian besar penggunaan lahan di daerah ini adalah untuk aktivitas

pertanian sehingga tidak terdapat industri yang berskala besar. Akibatnya aliran

barang antara Kabupaten Grobogan dengan daerah lainnya kecil.

Tabel 41 Matriks pergerakan barang (aliran keluar) antarzona (angkutan jalan) di Kawasan Kedungsapur (%)

Daerah Tujuan Daerah Kab. Grobogan Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Kendal

Asal Kota Semarang Kota Salatiga Kab. Grobogan 0.00 43.78 2.25 60.40Kab. Demak 26.28 0.00 10.81 14.02Kab. Semarang Kota Semarang 41.23 43.70 75.13 25.57Kota Salatiga Kab. Kendal 32.50 12.53 11.50 0.00

Sumber: Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah, 2001

Untuk pergerakan barang atau aliran keluar antarzona (angkutan jalan) di

Kawasan Kedungsapur yang disajikan pada Tabel 41, menunjukkan bahwa aliran

barang keluar antardaerah di Kawasan Kedungsapur yang memiliki interaksi

tinggi adalah antara Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan Kota Salatiga.

Sama halnya dengan pergerakan aliran barang yang masuk di ketiga daerah ini

yang juga tinggi karena memang tingkat aktivitas produksi maupun aktivitas

perekonomian di daerah ini cukup tinggi dan banyaknya industri serta didukung

dengan ketersediaan fasilitas pemasaran hasil produksi seperti pusat-pusat

perbelanjaan dan sebagainya.

Sementara pergerakan aliran barang yang keluar antardaerah di Kawasan

Kedungsapur yang memiliki interaksi terkecil adalah antara Kabupaten Grobogan

dengan Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan Kota Salatiga yaitu hanya

sebesar 2.25%. Tingkat aliran barang keluar yang rendah di kabupaten ini

disebabkan karena aktivitas produksi di Kabupaten Grobogan lebih berorientasi

kepada pemenuhan kebutuhan masyarakatnya (pemenuhan kebutuhan lokal),

sehingga tidak banyak aktivitas produksi di daerah ini yang berorientasi untuk

Page 134: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

119

dipasarkan di luar daerah yaitu Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan Kota

Salatiga. Terlebih di ketiga daerah tersebut, untuk memenuhi kebutuhan barang

yang bersifat kebutuhan primer bagi masyarakatnya telah dipenuhi atau disuplai

dari daerah-daerah lain di Kawasan Kedungsapur yang memiliki aksesibilitas dan

sumber daya yang lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Grobogan.

Pola aliran barang antardaerah di Kawasan Kedungsapur tersebut

menunjukkan pola interaksi spasial meskipun tidak mewakili keseluruhan

aktivitas pergerakan dalam kawasan baik aliran manusia maupun barang. Untuk

pola pergerakan penduduk di kawasan ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

pola pergerakan internal dan pola pergerakan regional (Dinas Permukiman dan

Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2002).

Keluar/Masuk

PKL-1

PKL-1

Kendal

PKL-1

Purwodadi

Ungaran

PKL-2

Ambarawa Salatiga PKL-2 Keterangan : interaksi tinggi Pusat Kegiatan Nasional interaksi sedang Pusat Kegiatan Wilayah interaksi rendah Pusat Kegiatan Lokal

SEMARANG Demak

Gambar 17 Keterkaitan antarkabupaten dan antarkota di Kawasan Kedungsapur.

Page 135: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

120

Berdasarkan matriks aliran barang yang masuk maupun yang keluar

antarkabupaten maupun antarkota dalam Kawasan Kedungsapur dapat

ditampilkan dalam bentuk pola interaksi antarwilayah yang menunjukkan bahwa

tingkat interaksi antarwilayah tertinggi adalah antara Kota Semarang, Kabupaten

Semarang, dan Kota Salatiga (Gambar 17). Hal tersebut didukung dengan lokasi

industri yang pada umumnya berada di daerah tersebut, serta lokasinya yang

terletak pada jalur primer yang menghubungkan dengan kota atau kabupaten lain

di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah seperti Kota Surakarta, dan Kabupaten

Boyolali serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga belum ada interaksi

antarwilayah yang seimbang antarkabupaten maupun antarkota di Kawasan

Kedungsapur.

Arahan Pengembangan Kawasan Kedungsapur

Pengembangan wilayah di Kawasan Kedungsapur harus dilaksanakan dalam

kerangka pengembangan wilayah terpadu untuk mewujudkan pertumbuhan

wilayah yang berimbang dan saling memperkuat antarwilayah di dalam kawasan

tersebut. Oleh karena itu, arahan pengembangan wilayah sehubungan dengan

diketahuinya sektor unggulan di Kawasan Kedungsapur dan pemusatan aktivitas

sektor unggulan serta karakteristik tipologi wilayah yang ada di dalam kawasan,

antara lain:

1) Kawasan Kedungsapur yang ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis di

Provinsi Jawa Tengah diharapkan bahwa makna strategis tersebut tidak hanya

karena keberadaan Kota Semarang sebagai pusat pemerintahan maupun pusat

perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, namun benar-benar mampu menjadi

suatu kawasan di mana perekonomian wilayahnya mampu menstimulasi

aktivitas perekonomian dalam kawasan sendiri maupun wilayah di sekitar

kawasan. Sehingga kesenjangan serta ketidakberimbangan antarwilayah yang

diindikasi terjadi di dalam Kawasan Kedungsapur dapat diminimalkan.

2) Pengembangan perekonomian wilayah terpadu dalam Kawasan Kedungsapur

perlu diawali dengan identifikasi sektor unggulan wilayah serta pemahaman

terhadap karakteristik sumber daya wilayah dalam kawasan tersebut. Karena

upaya pengembangan sektor unggulan wilayah sangat memerlukan dukungan

Page 136: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

121

prasarana wilayah yang memadai, yang mampu memperlancar perekonomian

wilayah, meningkatkan aksesibilitas antarwilayah, serta memperlancar

komunikasi dan informasi antarwilayah. Prasarana wilayah sangat berperan

dalam meningkatkan daya saing wilayah yang pada akhirnya akan

meningkatkan perekonomian wilayah.

3) Sebagian besar wilayah Kawasan Kedungsapur khususnya di Kabupaten

Demak dan Kabupaten Grobogan berada pada tipologi III, yang umumnya

memiliki keterbatasan aksesibilitas dengan wilayah lain, sehingga kebijakan

pengembangan wilayah di kedua kabupaten ini hendaknya diarahkan pada

program-program pembangunan dan perbaikan infrastruktur wilayah sebagai

langkah awal untuk memperbaiki aksesibilitas antarwilayah. Karena

Kabupaten Demak maupun Kabupaten Grobogan memiliki keunggulan

komparatif serta keunggulan kompetitif yang cukup kuat di sektor pertanian.

Potensi yang dimiliki oleh kedua kabupaten ini perlu didukung dengan

kapasitas sumber daya manusia dan prasarana yang memadai. Program-

program peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam kerangka

pembangunan wilayah yang dapat dilakukan selain melalui jalur pendidikan

formal dan informal juga melalui strategi pengembangan kelembagaan

masyarakat di tingkat lokal, seperti kelompok tani, atau kelompok usaha

lainnya. Selain itu untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian yang

merupakan potensi unggulan wilayah, pemerintah daerah melalui perannya

sebagai pembuat regulasi dan kebijakan, perlu mengupayakan program-

program peningkatan investasi usaha di sektor pertanian untuk mengolah

produk-produk pertanian maupun meningkatkan kualitas produk agar mampu

bersaing dengan produk pertanian wilayah lain, serta membuka peluang

pengembangan industri pengolahan produk pertanian menjadi barang setengah

jadi yang memenuhi standar kriteria bahan baku bagi industri pengolahan

lainnya.

4) Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal yang memiliki keunggulan

komparatif sektor industri pengolahan dan juga sektor pertanian, serta

berdasarkan tipologi wilayah secara umum memiliki potensi sumber daya

alam yang cukup baik, kapasitas sumber daya manusia yang memadai serta

Page 137: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

122

ketersediaan prasarana wilayah yang mampu mendukung aksesibilitas dengan

wilayah lain, maka program-program pengembangan wilayah di kedua

kabupaten ini dapat diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah atas aktivitas

perekonomian wilayah yang relatif sudah cukup berkembang. Sebagai daerah

yang menjadi lokasi pemusatan aktivitas sektor unggulan di Kawasan

Kedungsapur selain Kota Semarang, program-program pengembangan

wilayah agar diarahkan untuk membuka peluang bagi berkembangnya industri

skala menengah dan skala kecil (usaha kecil dan menengah) yang berbasis

sumber daya lokal. Dalam hal ini pemerintah daerah harus dapat menciptakan

iklim investasi yang kondusif yang didukung dengan regulasi perijinan yang

tidak menghambat kelancaran usaha serta pengembangan kelembagaan yang

berhubungan dengan penyediaan modal usaha.

5) Kota Semarang merupakan salah satu lokasi pemusatan aktivitas sektor

industri pengolahan, maka pengembangan wilayah untuk daerah yang

cenderung sudah berkembang dan merupakan pusat pertumbuhan hendaknya

lebih diarahkan kepada program-program pembangunan yang selain mampu

menstimulasi perekonomian di daerahnya, juga mampu menggerakkan

aktivitas perekonomian daerah lain yang menjadi hinterland-nya. Begitu pula

halnya dengan Kota Salatiga yang cenderung mencirikan daerah urban,

meskipun bukan merupakan lokasi pemusatan sektor industri. Keunggulan

yang dimiliki oleh kedua kota ini antara lain lokasinya yang strategis yaitu

berada di jalur arteri primer serta ketersediaan sarana dan prasarana yang

mendukung aktivitas wilayah khususnya perekonomian wilayah. Selain itu

Kota Semarang dan Kota Salatiga juga merupakan daerah pemasaran produk

hasil pertanian maupun hasil industri. Program-program pengembangan

wilayah yang dapat dilaksanakan di kedua daerah ini, antara lain: program

peningkatan kerjasama antardaerah dalam bidang-bidang tertentu yang dapat

mengurangi kesenjangan antara daerah yang berkembang dengan daerah yang

belum berkembang, di mana bentuk kerjasama tersebut bersifat saling

memperkuat sehingga akan menguntungkan bagi daerah yang masih belum

berkembang. Pengembangan pola-pola kemitraan dengan dunia usaha di luar

kawasan sebagai upaya mencari peluang bagi pemasaran produk unggulan

Page 138: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

123

kawasan. Penentuan regulasi yang berhubungan dengan pemasaran suatu

komoditas dalam kawasan, agar daerah penghasil komoditas tersebut tidak

langsung memasarkan komoditasnya ke luar kawasan karena adanya alternatif

tujuan pemasaran.

6) Pola interaksi antarwilayah yang terbentuk di antara Kabupaten Semarang,

Kota Semarang, serta Kota Salatiga menunjukkan tingginya interaksi

antarwilayah tersebut dibandingkan dengan interaksi dengan wilayah lainnya.

Untuk mewujudkan pembangunan wilayah yang berimbang, perlu adanya

upaya untuk meningkatkan interaksi antara daerah yang memiliki aktivitas

perekonomian wilayah yang kuat dengan daerah yang memiliki keterbatasan

perekonomian, sehingga terjalin keterkaitan antarwilayah yang tidak saling

memperlemah melainkan membentuk suatu hubungan yang saling

memperkuat dan bersinergi dalam kerangka pengembangan kawasan strategis.

7) Peningkatan peran sektor unggulan bagi perekonomian wilayah kabupaten

maupun kota yang berada dalam Kawasan Kedungsapur, dapat dilakukan

dengan membangun keterkaitan antardaerah. Salah satunya adalah melalui

kerjasama antardaerah di Kawasan Kedungsapur dalam hal pengembangan

potensi unggulan wilayah, sehingga dapat meningkatkan perekonomian

wilayah di kawasan ini yang pada akhirnya akumulasi nilai tambah tidak

hanya dinikmati oleh Kota Semarang saja namun dapat memberikan nilai

tambah bagi kabupaten dan kota lain di Kawasan Kedungsapur dan dapat

meminimalkan kesenjangan antardaerah.

8) Program-program pengembangan wilayah masing-masing kabupaten maupun

kota dalam kawasan harus merupakan pengembangan wilayah secara terpadu,

yang menunjukkan keterkaitan antarsektor maupun antarwilayah. Hal tersebut

perlu didukung dengan berfungsinya kelembagaan yang berperan sebagai

wadah kerjasama program pembangunan di wilayah Kedungsapur yaitu

Sekretariat Bersama Kerjasama Antardaerah Kedungsapur secara efektif dan

efisien.

Page 139: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

124

Gambar 18 Peta tipologi wilayah Kedungsapur.

Page 140: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

125

Gambar 19 Peta potensi sumber daya fisik.

Page 141: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

126

Gambar 20 Peta tipologi wilayah berdasarkan potensi sumber daya fisik.

Page 142: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

SIMPULAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sektor-sektor ekonomi yang mampu memberikan efek multiplier bagi

pertumbuhan ekonomi Kawasan Strategis Kedungsapur dan berpotensi untuk

menjadi sektor unggulan wilayah adalah sektor industri makanan, minuman,

dan tembakau, sektor industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki, sektor

industri barang dari kayu dan hasil hutan lain, sektor industri pupuk, kimia,

dan barang dari karet, dan sektor restoran. Selain sektor-sektor tersebut

memiliki daya penyebaran dan derajat kepekaan yang relatif tinggi, juga

memiliki pengganda pendapatan dan pengganda PDRB yang relatif tinggi

dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Pemusatan aktivitas

sektor unggulan adalah di Kota Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten

Semarang. Hal tersebut didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang

cukup memadai untuk mendukung aktivitas perekonomian wilayah.

2. Karakteristik tipologi wilayah berdasarkan potensi sumber daya wilayah yang

ada di Kawasan Strategis Kedungsapur menunjukkan tiga kelompok tipologi

yaitu tipologi I yang merupakan wilayah dengan potensi sumber daya alam

yang terbatas namun kondisi infrastruktur baik dan kapasitas sumber daya

manusia yang tinggi, tipologi II yaitu dengan karakteristik wilayah dengan

potensi sumber daya alam yang cukup baik, kondisi infrastruktur yang cukup

memadai namun kapasitas sumber daya manusia masih kurang, serta tipologi

III yang merupakan wilayah dengan potensi sumber daya alam yang cukup

namun kondisi infrastruktur kurang memadai serta kapasitas sumber daya

manusia tidak terlalu tinggi.

3. Pola sebaran spasial potensi sumber daya di Kawasan Kedungsapur,

menunjukkan bahwa daerah-daerah yang termasuk dalam tipologi I adalah

sebagian besar unit wilayah Kota Semarang dan Kota Salatiga dengan tingkat

potensi pengembangan sumber daya fisik terbatas dan sebagian wilayah

memiliki potensi sumber daya fisik sedang, sedangkan daerah yang masuk

Page 143: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

128

dalam tipologi II adalah sebagian besar unit wilayah Kabupaten Semarang dan

Kabupaten Kendal yang didukung dengan tingkat potensi sumber daya fisik

relatif tinggi, sementara sebagian besar wilayah kecamatan di Kawasan

Kedungsapur berada pada tipologi III yaitu meliputi sebagian besar unit

wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan yang sebagian besar

wilayahnya memiliki keterbatasan potensi pengembangan sumber daya fisik.

4. Pola interaksi spasial yang ada di Kawasan Kedungsapur belum menunjukkan

adanya keseimbangan interaksi antarwilayah dalam kawasan tersebut, karena

untuk daerah yang tidak merupakan pusat aktivitas perekonomian seperti

Kabupaten Grobogan memiliki interaksi yang terbatas dengan daerah-daerah

lain di Kawasan Kedungsapur. Terlebih interaksi Kabupaten Grobogan dengan

Kota Semarang, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga yang berada pada

jalur arteri primer masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan daerah

lain di Kawasan Kedungsapur.

5. Pembangunan wilayah dalam lingkup Kawasan Kedungsapur masih

didominasi oleh aktivitas Kota Semarang sebagai pusat pertumbuhan di

kawasan tersebut. Hal itu antara lain ditunjukkan dari hasil identifikasi sektor

unggulan kawasan yaitu sektor industri pengolahan yang juga merupakan

sektor basis Kota Semarang. Karakteristik tipologi wilayah berdasarkan

sumber daya baik sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya

buatan, dan sumber daya sosial yang dimiliki oleh Kota Semarang

menunjukkan bahwa kota tersebut mencirikan kondisi wilayah yang sudah

sangat berkembang. Sehingga dalam kerangka pengembangan wilayah

Kawasan Strategis Kedungsapur menunjukkan belum adanya keberimbangan

pembangunan wilayah terutama antara Kota Semarang sebagai pusat

pertumbuhan dengan kabupaten dan kota di sekitarnya yang merupakan

hinterland-nya, akibatnya masih terjadi kesenjangan antarwilayah dalam

kawasan ini.

Saran

Untuk meminimalkan kesenjangan antarwilayah dalam Kawasan Strategis

Kedungsapur perlu dilakukan pembangunan wilayah berimbang dengan

Page 144: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

129

mempertimbangkan keterpaduan perencanaan spasial maupun perencanaan

ekonomi wilayah. Adanya sinergi dalam pembangunan wilayah di kawasan

tersebut diharapkan dapat memberikan akumulasi nilai tambah, tidak hanya bagi

pusat pertumbuhan tetapi juga bagi daerah-daerah yang menjadi hinterland-nya,

sehingga pengurasan besar-besaran (massive backwash effect) sumber daya dari

wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan tidak akan

terjadi.

Antara pusat pertumbuhan dengan daerah-daerah belakangnya perlu adanya

hubungan fungsional yang tumbuh secara interaktif yang saling mendorong dan

mengarah kepada pemanfaatan sumber daya secara optimal. Oleh karena itu

dalam pengembangan Kawasan Strategis Kedungsapur perlu memperhatikan pola

interaksi spasial aktual antarwilayah sebagai dasar dalam penentuan kebijakan

pengembangan wilayah, sehingga sebaiknya dilakukan penelitian secara khusus

yang dapat memberikan informasi aktual pola interaksi baik aliran orang maupun

aliran barang di dalam kawasan tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan

kebutuhan sarana dan prasarana transportasi yang mampu mendukung

aksesibilitas ke daerah sentra industri, pasar, maupun lokasi sumber daya serta

dapat meminimalkan kesenjangan interaksi antarwilayah

Untuk mendukung pengembangan Kawasan Strategis Kedungsapur secara

terpadu diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja kelembagaan yang ada yaitu

Sekretariat Bersama Kerjasama Antardaerah Kedungsapur selaku koordinator

program-program pembangunan bersama antardaerah dengan tidak hanya

mempertimbangkan keterkaitan antarsektor dan antardaerah, tetapi juga perlu

mengikutsertakan masyarakat karena pengembangan wilayah akan berpengaruh

pada pengembangan masyarakat di wilayah tersebut.

Page 145: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

DAFTAR PUSTAKA Anwar A. 1996. Memahami Proses Pembentukan Sistem Perkotaan dan Analisis

Ekonomi Kawasan Kota serta Dampaknya Kepada Wilayah Perdesaan. Analisis Sistem Ekonomi Perkotaan dan Pembangunan Ekonomi Regional. Program Studi PWD. Sekolah Pascasarjana IPB.

________. 2004. Permasalahan Pertanahan Berkait dengan Pembangunan Agropolitan dan Wilayah Perdesaan serta Peranan Sektor Pertanian. Ekonomi Sumber Daya dan Kelembagaan. Program Studi Perencanaan Wilayah. Sekolah Pascasarjana IPB.

________. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Tinjauan Kritis. Bogor: P4W Press.

Anwar A, Hadi S. 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial Prisma Tahun 1996; Nomor Khusus 25 Tahun Prisma 1971-1996. Jakarta: LP3ES.

Anwar A, Rustiadi E. 2003. Alternatif Sistem Perencanaan Pembangunan Bagi Masa Depan Indonesia. Makalah dalam Seminar Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ekonomi Politik Baru Pasca UUD 1945 dan Peresmian Himpunan Perencana Pembangunan Wilayah. Jakarta.

Arief S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta: UI Press.

Arlianto DM. 2002. Disain Kelembagaan Pengembangan Wilayah. Di dalam: Urbanus M.A., Socia Prihawantoro, penyunting. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah, Kajian Konsep dan Pengembangan. Jakarta: PPKTPW-BPPT. hlm 67-93.

Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografi, Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor: Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB.

Bendavid-Val A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. Ed ke-4. London: Praeger.

Blakely EJ. 1994. Planning Local Economic Development. Ed ke-2. London: Sage Publications.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Jawa Tengah Dalam Angka. Semarang: BPS Provinsi Jawa Tengah.

[BPS,Bappeda] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 1999 - 2003. Kota Semarang Dalam Angka. Semarang: BPS dan Bappeda Kota Semarang.

____________. 1999 - 2003. Kabupaten Semarang Dalam Angka. Ungaran: BPS dan Bappeda Kabupaten Semarang.

____________. 1999 - 2003. Kota Salatiga Dalam Angka. Salatiga: BPS dan Bappeda Salatiga.

Page 146: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

131

[BPS, Bappeda]. 1999 - 2003. Kabupaten Kendal Dalam Angka. Kendal: BPS dan Bappeda Kabupaten Kendal.

_____________. 1999 - 2003. Kabupaten Demak Dalam Angka. Demak: BPS dan Bappeda Kabupaten Demak.

_____________. 1999 - 2003. Kabupaten Grobogan Dalam Angka. Grobogan: BPS dan Bappeda Kabupaten Grobogan.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output. Jakarta: BPS Jakarta.

_____________. 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. Jakarta: BPS Jakarta.

_____________. 2002. Statistik Industri Besar dan Sedang. Semarang: BPS Kota Semarang.

_____________. 2003. PDRB Kota Semarang 2003. Semarang: BPS Kota Semarang.

_____________. 2003. PDRB Kabupaten Semarang 2003. Ungaran: BPS Kabupaten Semarang.

_____________. 2003. PDRB Kota Salatiga 2003. Salatiga: BPS Kota Salatiga.

_____________. 2003. PDRB Kabupaten Kendal 2003. Kendal: BPS Kabupaten Kendal.

_____________. 2003. PDRB Kabupaten Demak 2003. Demak: BPS Kabupaten Demak.

_____________. 2003. PDRB Kabupaten Grobogan 2003. Grobogan: BPS Kabupaten Grobogan.

[BPS, Bappenas, UNDP] Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan United Nations Development Programme. 2004. Indonesia: Laporan Pembangunan Manusia 2004, Ekonomi dan Demokrasi: Membiayai Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta; BPS, Bappenas, dan UNDP.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2003. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2018.

Dahuri R, Nugroho I. 2004. Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.

Daryanto A. 2004. Keunggulan Daya Saing dan Teknik Identifikasi Komoditas Unggulan dalam Mengembangkan Potensi Ekonomi Regional. AGRIMEDIA Volume 9 Nomor 2 Desember 2004. Bogor: MMA-IPB.

Deni R, Djumantri M. 2002. Pergeseran Pendekatan dalam Perencanaan Pengembangan Wilayah/Kawasan di Indonesia. Di dalam: Haryo Winarso, Pradoo, Denny Zulkaidi, Miming Miharja, penyunting. Pemikiran dan Praktek Perencanaan dalam Era Transformasi di Indonesia. Bandung: Departemen Teknik Planologi-ITB. hlm 9-26.

Page 147: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

132

Dinas Permukiman dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. 2001. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kedungsapur.

____________. 2002. Review Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kedungsapur.

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah. 2004. Statistik Tanaman Pangan.

[Bappenas] Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. 2004. Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis Kawasan Andalan: Membangun Model Pengelolaan dan Pengembangan Keterkaitan Program. Info Kajian Bappenas Volume 1 Nomor 2 Oktober 2004. Jakarta: Bappenas.

Djohar I. 1999. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Kotamadya Batam dengan Pendekatan Model SNSE [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Firman T. 1992. Studi Perencanaan Ruang Kawasan-kawasan Strategis. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Nomor 3 Triwulan I/Maret 1992. Bandung: Lembaga Penelitian Perencanaan Wilayah dan Kota-ITB.

Glasson J. 1978. An Introduction to Regional Planning, Concepts, Theory and Practice. Great Britain: The Anchor Press Ltd.

Hidayat A, Nazara S. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input-Output. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Volume V/Nomor 02/Januari 2005. Jakarta : Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Hilhorst JGM. 1985. Regional Planning, A System Approach. Great Britain: JFB Printing Ltd, Farnborough, Hants.

Keputusan Bersama Pemerintah Kabupaten Kendal, Pemerintah Kabupaten Demak, Pemerintah Kabupaten Semarang, Pemerintah Kota Salatiga, Pemerintah Kota Semarang, dan Pemerintah Kabupaten Grobogan Nomor: 30 Tahun 2005, Nomor: 130.1/0975.A, Nomor: 130/02646, Nomor: 63 Tahun 2005, Nomor: 130.1/A.00016, dan Nomor: 130.1/4382 tentang Kerjasama Program Pembangunan di Wilayah Kedungsapur.

Kesepakatan Bersama Antar Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang, Salatiga, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal, Demak, Semarang, dan Grobogan Nomor: 130/07272, Nomor: 16/Perj-XII/1998, Nomor: 261/1998, Nomor: 762A/1998, Nomor: 1694/1998, dan Nomor: 180/1998 tentang Kerjasama di Bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan Antara Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang, Salatiga, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal, Demak, Semarang, dan Grobogan.

Mubyarto. 2000. Pengembangan Wilayah, Pembangunan Perdesaan, dan Otonomi Daerah. Di dalam: Suhandojo, Sri Handoyo Mukti, Tukiyat, penyunting. Pengembangan Wilayah Perdesaan dan Kawasan Tertentu. Jakarta: Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk Pengembangan Wilayah BPPT. hlm 3-16.

Page 148: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

133

Muchdie. 2002. Aplikasi Model Input-Output dalam Analisis Perekonomian Wilayah. Di dalam: Urbanus M.A, Socia Prihawantoro, penyunting. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah, Kajian Konsep dan Pengembangan. Jakarta: PPKTPW-BPPT. hlm 247-277.

Mukti SH. 2002. Sistem Pengembangan Prasarana Wilayah. Di dalam: Urbanus M.A, Socia Prihawantoro, penyunting. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah, Kajian Konsep dan Pengembangan. Jakarta: PPKTPW-BPPT. hlm 233-246.

Ramdani. 2003. Analisis Intersektoral untuk menentukan Sektor Prioritas Pembangunan Daerah (Studi Kasus Kabupaten Musi Rawas) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Riyadi, Bratakusumah DS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah, Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan otonomi Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Riyadi D. 2002. Pengembangan Wilayah Teori dan Konsep Dasar. Di dalam: Urbanus M.A, Socia Prihawantoro, penyunting. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah, Kajian Konsep dan Pengembangan. Jakarta: PPKTPW-BPPT. hlm 47-65.

Rustiadi E, Panuju DR, Saefulhakim S. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Sistem Perencanaan Wilayah. Program Studi Perencanaan Wilayah. Sekolah Pascasarjana IPB.

Saefulhakim S. 2004. Permodelan. Analisis Kuantitatif Sosial Ekonomi Spasial. Program Studi Perencanaan Wilayah. Sekolah Pascasarjana. IPB.

Sumarsono S. 2004. Peran Pemerintah dalam Mendukung Konsolidasi dan Kekuatan Lokal Pembangunan. Makalah Seminar Nasional Regionalisasi dalam Perspektif Otonomi Daerah dan Pembangunan Wilayah. Semarang: MPWK-UNDIP. http://mpwk.undip.ac.id/seminar/agustus2004 /index.php. html (3-5-2005).

Tarigan R. 2004a. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

_________. 2004b. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tjahjati B. 1992. Regional Development in Indonesia: Goals and Policies. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Nomor 3 Triwulan I/Maret 1992. Bandung: Lembaga Penelitian Perencanaan Wilayah dan Kota-ITB.

Tri Hardjoko A. 1998. Arahan Pengembangan Kawasan Strategis Subosuko [Tesis]. Bandung: Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung.

Turner K, Pearce D, Bateman I. 1994. Environmental Economics, An Elementary Introduction. Great Britain: T.J. Press (Padstow) Ltd, Cornwall.

Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 149: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

134

Warseno. 2000. Tim Koordinasi sebagai Alternatif Lembaga Pengelola Kawasan Andalan. Di dalam: Suhandojo, Sri Handoyo Mukti, Tukiyat, penyunting. Pengembangan Wilayah Perdesaan dan Kawasan Tertentu. Jakarta: Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk Pengembangan Wilayah BPPT. hlm 275-288.

Zen MT. 2001. Falsafah Dasar Pengembangan Wilayah: Memberdayakan Manusia. Di dalam: Alkadri, Muchdie, Suhandojo, penyunting. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah,Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dan Teknologi. Jakarta: PPKTPW-BPPT. hlm 4-20.

Page 150: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

LAMPIRAN

Page 151: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

136

Lampiran 1 Tabel I-O Kawasan Kedungsapur tahun 2003

Sektor

Kod

e

Tana

man

Bah

an

Mak

anan

Tana

man

Pe

rkeb

unan

Pete

rnak

an d

an

Has

il-ha

siln

ya

Keh

utan

an

Perik

anan

1 2 3 4 5 Tanaman Bahan Makanan 1 100 625 - 23 708 - 157 Tanaman Perkebunan 2 170 6 223 538 - 0 Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 30 212 2 441 8 357 - 237 Kehutanan 4 383 1 307 506 1 520 222 Perikanan 5 12 066 446 1 359 337 8 778 Penggalian 6 - - 9 - - Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 7 - 1 695 235 693 - 13 676 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 3 433 731 125 235 499 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 1 806 1 465 418 - 245 Industri Kertas dan Barang Cetakan 10 66 139 41 414 19 Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 11 35 715 9 173 6 755 82 992 Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 12 4 463 3 870 382 1 460 544 Industri Lainnya 13 1 325 1 872 2 397 3 309 7 427 Listrik, gas dan air minum 14 - 449 1 288 507 240 Bangunan 15 6 153 4 212 1 758 4 767 499 Perdagangan Besar dan Eceran 16 20 076 9 195 25 152 3 117 7 031 Restoran 17 1 095 319 197 1 048 484 Hotel 18 27 86 9 245 20 Angkutan Darat 19 7 976 2 310 6 331 2 146 1 297 Angkutan Air 20 1 027 259 1 202 246 237 Angkutan Udara 21 123 371 209 276 37 Jasa Penunjang Angkutan 22 683 176 820 97 160 Komunikasi 23 132 42 23 62 31 Bank 24 1 865 191 206 87 134 Lembaga Keuangan selain Bank 25 1 646 138 177 76 132 Real Estate dan Jasa perusahaan 26 4 051 1 918 292 5 235 511 Pemerintahan Umum 27 20 286 153 - 73 Sosial Kemasyarakatan 28 - 1 239 - 23 Hiburan dan Rekreasi 29 - - - - - Jasa-jasa Lainnya 30 4 084 2 099 685 6 950 292 Jumlah Input Antara 190 239 222 51 414 319 028 32 217 43 997 Impor 200 192 067 179 196 11 814 267 330 8 613 Upah dan Gaji 201 499 743 114 192 134 505 51 688 47 496 Surplus Usaha 202 2 721 366 213 260 560 543 174 833 198 517 Penyusutan 203 32 122 10 269 14 327 10 306 10 209 Pajak Tak Langsung Netto 204 24 675 2 476 8 027 2 173 2 366 Subsidi 205 - - - - - Total Input Primer 209 3 277 906 340 197 717 401 239 000 258 588 Jumlah Input Total 210 3 709 195 570 807 1 048 243 538 547 311 197

Page 152: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

137

Lanjutan (Lampiran 1)

Peng

galia

n

Indu

stri

Mak

anan

, M

inum

an, d

an

Tem

baka

u

Indu

stri

Teks

til,

Bar

ang

Kul

it da

n A

las K

aki

Indu

stri

Bar

ang

Kay

u da

n H

asil

Hut

an L

ain

Indu

stri

Ker

tas

dan

Bar

ang

Cet

akan

Indu

stri

Pupu

k,

Kim

ia d

an

Bar

ang

dari

Kar

et

Indu

stri

Loga

m,

Mes

in, d

an

Pera

lata

n

Indu

stri

Lai

nnya

List

rik, g

as d

an

air m

inum

6 7 8 9 10 11 12 13 14 - 3 350 890 0 - 1 989 855 - 1 - - 352 686 41 616 2 200 8 136 723 - 18 - - 417 650 12 991 - - 1 552 - 46 - 84 300 1 524 437 330 12 437 2 054 5 32 - - 212 655 - - - 52 - 7 - 23 1 020 2 14 1 456 7 863 3 000 5 845 1 398 - 1 440 894 64 676 1 680 2 182 39 567 0 25 - 198 4 926 2 992 554 26 033 717 29 290 205 161 512 342 4 871 12 675 237 853 1 744 2 574 1 467 88 0 19 36 091 7 164 554 176 615 8 117 331 140 2 839 508 64 229 235 984 17 947 16 644 513 126 10 052 1 074 5 783 616 12 314 8 799 7 002 2 389 10 523 88 304 1 663 11 559 2 765 38 414 120 666 13 899 26 376 39 744 9 627 4 512 119 792 39 17 731 84 434 7 506 15 302 20 271 7 084 1 307 119 593 1 213 4 440 12 203 1 419 542 4 389 530 1 197 22 464 2 701 625 913 587 766 234 754 201 769 395 677 44 115 5 830 117 631 1 253 17 127 17 565 7 261 4 442 17 961 4 783 920 259 95 6 141 27 035 3 053 2 859 4 777 415 1 935 644 3 326 114 089 82 910 70 689 48 231 113 262 16 697 3 137 3 208 235 23 233 21 262 10 812 5 842 19 712 3 094 791 76 229 5 705 7 731 881 1 456 5 063 563 835 920 126 17 029 17 384 7 089 4 918 13 612 2 082 437 6 37 7 592 9 808 2 168 2 644 14 796 590 425 1 654 200 10 234 20 990 4 881 3 422 7 439 1 318 360 1 272 127 1 512 9 255 726 1 113 1 580 151 396 588 3 620 28 812 39 003 25 390 15 979 20 026 7 600 2 708 12 293 11 2 265 4 408 1 067 3 177 5 972 114 147 371 50 5 858 6 971 914 6 366 5 651 379 150 2 421 1 - 15 - - - - - - 1 198 19 578 10 370 3 035 1 565 5 443 464 1 137 7 778 19 016 6 844 197 4 457 760 1 126 160 562 181 1 447 670 202 969 35 325 433 064 64 904 876 605 2 112 975 550 102 899 390 1 384 408 184 357 796 797 314 687 45 277 899 326 746 166 193 783 230 509 373 790 46 618 22 531 128 668 73 433 2 275 771 1 140 460 448 518 596 787 547 161 86 500 88 151 220 190 9 981 463 788 341 874 81 665 39 500 106 201 17 475 19 150 211 206 4 014 817 448 134 883 21 648 25 117 92 116 15 484 3 030 8 677 - - - - - (1 647) - - - 132 705 4 456 333 2 363 384 745 613 891 912 1 117 622 166 077 132 862 568 741 216 625 12 177 136 8 934 119 2 421 875 2 353 483 3 949 699 553 404 964 984 1 316 492

Page 153: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

138

Lanjutan (Lampiran 1)

Ban

guna

n

Perd

agan

gan

Bes

ar d

an E

cera

n

Res

tora

n

Hot

el

Ang

kuta

n D

arat

Ang

kuta

n A

ir

Ang

kuta

n U

dara

Jasa

Pen

unja

ng

Ang

kuta

n

Kom

unik

asi

15 16 17 18 19 20 21 22 23 - 642 71 056 910 - 32 - - - - 58 4 775 23 15 6 - - - - - 111 860 928 238 232 - - - 29 693 48 1 372 57 61 - - - - - - 49 429 631 - 76 - - - 195 662 74 2 - 1 - - - - - 3 971 503 003 14 554 492 3 680 301 262 200 260 47 753 2 419 869 3 935 205 103 1 002 1 553 31 076 16 934 518 11 80 - 5 82 253 1 552 56 754 1 495 923 1 357 105 772 91 8 077 27 038 147 031 3 031 718 4 227 276 106 319 662 164 486 3 216 1 235 86 891 351 1 019 368 1 607 197 797 111 743 12 302 521 100 660 12 798 12 693 2 312 5 864 997 107 254 13 479 1 527 2 861 638 44 1 153 9 831 3 148 88 557 4 971 1 198 10 563 652 312 8 420 42 450 279 607 104 667 61 329 3 103 46 251 5 105 4 664 1 985 7 287 7 385 98 034 992 166 11 206 170 5 145 498 2 303 2,920 1 163 701 58 2 094 123 1 476 927 3 302 3 203 165 582 62 644 1 900 35 890 2 617 764 586 5 641 209 31 998 12 090 357 7 250 1 704 149 143 14 974 1 670 54 744 723 126 463 175 10 200 573 9 313 - 11 232 8 229 297 20 868 14 457 7 772 2 846 1 173 2 226 89 194 2 650 1 077 2 155 673 611 2 782 31 848 2 034 51 402 327 24 3 488 137 367 35 2 951 1 583 26 668 854 117 3 856 755 1 695 176 763 22 843 144 244 26 572 4 453 41 616 2 691 14 330 6 849 50 198 508 795 295 89 1 152 96 43 236 1 546 3 656 8 060 173 433 1 009 46 191 463 3 685 - - 1 361 158 913 7 32 101 2 144 1 407 115 185 1 870 80 130 810 427 120 1 133 4 257 980 960 1 486 999 961 753 35 395 434 403 48 236 62 915 33 341 211 882 405 304 239 663 76 040 4 089 61 038 80 417 23 468 37 282 19 560 631 943 2 105 114 329 154 17 338 199 692 25 029 21 307 23 977 178 213 382 544 6 082 139 419 994 37 214 471 826 37 651 16 804 55 708 290 586 84 502 560 074 49 902 4 534 134 104 16 234 47 146 12 475 187 387 58 969 630 570 67 365 4 682 12 597 3 356 880 996 9 321 - - - - - - - - - 1 157 958 9 377 897 866 415 63 769 818 219 82 269 86 137 93 156 665 506 2 544 223 11 104 560 1 904 209 103 253 1 313 660 210 921 172 520 163 779 896 949

Page 154: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

139

Lanjutan (Lampiran 1)

Ban

k

Lem

baga

K

euan

gan

sela

in

Ban

k

Rea

l Est

ate

dan

Jasa

per

usah

aan

Pem

erin

taha

n U

mum

Sosi

al

Kem

asya

raka

tan

Hib

uran

dan

R

ekre

asi

Jasa

-jasa

Lai

nnya

Tota

l Per

min

taan

A

ntar

a

24 25 26 27 28 29 30 180 (PA) - - - 16 141 13 224 238 302 3 580 768 0 1 0 513 1 513 191 278 547 554 - - - 6 997 7 231 29 476 601 475 - - - 65 43 0 420 489 463 - - - 2 297 761 0 232 289 127 - - - 5 3 - 0 216 377 197 - 132 49 443 35 662 3 265 4 125 2 419 373 145 13 750 13 049 3 841 88 8 326 3 143 928 - - 6 1 214 163 28 138 316 058 13 235 195 1 756 67 281 22 047 48 456 408 695 542 165 1 532 54 969 62 061 1 273 41 629 1 263 642 116 59 3 582 15 988 593 69 9 831 357 383 1 101 944 2 777 48 342 3 070 254 1 815 907 117 4 962 443 2 331 32 185 3 205 481 4 055 461 197 12 184 724 28 381 123 569 8 471 104 1 787 401 276 3 371 504 7 373 71 463 26 488 1 166 14 157 2 919 244 8 181 422 2 134 104 653 621 718 1 616 318 957 11 471 533 1 801 20 309 238 74 750 95 280 5 373 2 400 2 047 52 485 3 733 349 10 009 830 833 77 121 260 26 796 707 45 2 229 187 137 4 458 1 176 2 912 54 496 280 198 199 166 106 57 31 162 17 950 483 56 1 228 151 459 4 544 1 172 2 911 9 611 943 118 293 192 814 9 468 1 856 3 640 6 564 903 58 126 135 979 5 058 4 021 1 271 3 657 588 74 86 68 840 46 048 36 518 16 193 61 641 18 920 2 179 19 769 682 501 2 952 1 746 746 14 784 507 339 188 44 086 2 261 1 714 1 809 3 602 13 364 54 1 955 71 496 64 - 357 4 229 200 9 343 - 18 926 7 241 1 426 6 210 62 634 3 085 241 766 401 571 143 103 56 182 91 074 946 931 232 949 21 079 127 239 21 688 661 14 412 2 000 27 096 281 129 69 336 1 510 91 674 9 277 263 239 109 166 512 123 713 2 896 462 356 660 13 836 242 482 11 104 834 344 456 69 303 475 845 - 191 713 13 255 228 087 18 462 615 24 510 31 132 58 822 146 366 107 514 5 819 56 307 2 894 901 2 002 36 089 38 829 - 15 323 3 072 18 772 2 064 957 - - - - - - - (1,647) 610 078 303 037 697 209 3 042 828 671 211 35 983 545 648 34 525 660 767 593 361 218 815 379 4 270 888 973 496 58 571 764 561 65 491 584

Page 155: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

140

Lanjutan (Lampiran 1)

Rum

ah T

angg

a

Pem

erin

tah

Pem

bent

ukan

M

odal

Tet

ap

Bru

to

Peru

baha

n St

ok

Eksp

or

Tota

l Per

min

taan

A

khir

Tota

l Per

min

taan

301 (F1) 302 (F2) 303 (F2) 304 (F2) 305 (F2) 309 TO 473 301 - - (363 116) 18 243 128 428 3 709 195 29 507 - - (6 847) 593 23 253 570 807 139 657 - 129 388 87 054 90 669 446 769 1 048 243 75 686 - - (26 640) 38 49 085 538 547 22 008 - - (3 917) 3 978 22 070 311 197

- - - - 248 248 216 625 6 693 150 - - - 3 064 613 9 757 762 12 177 136 1 027 455 - 49 613 - 4 713 122 5 790 190 8 934 119 1 309 060 - 337 632 339 334 119 791 2 105 817 2 421 875 1 059 454 - - 441 811 443 523 1 944 788 2 353 483 862 106 - - 190 616 1 633 336 2 686 057 3 949 699 127 854 - 60 698 - 7 470 196 021 553 404 11 964 - 9 365 (2 210) 38 748 57 867 964 984 855 295 - - - - 855 295 1 316 492

- - 2 142 946 - - 2 142 946 2 544 223 2 164 970 - 2 190 627 - 3 829 718 8 185 315 11 104 560 1 524 958 - - - 60 293 1 585 251 1 904 209 5 884 - - - 2 089 7 973 103 253 355 311 - 28 470 - 99 045 482 826 1 313 660 1 573 - 2 640 - 19 571 23 784 210 921 5 553 - 125 - 735 6 414 172 520 1 414 - 3 837 - 7 069 12 319 163 779 704 135 - - - - 704 135 896 949 631 614 - - - - 631 614 767 593 292 378 - - - - 292 378 361 218 132 878 - - - - 132 878 815 379 1 183 974 3 042 828 - - - 4 226 802 4 270 888 902 000 - - - - 902 000 973 496 39 645 - - - - 39 645 58 571 362 990 - - - - 362 990 764 561 20 995 776 3 042 828 4 955 341 656 086 14 152 892 43 802 923 65 491 584 561 340 - 479 856 344 105 1 689 508 3 074 810 12 352 072

Page 156: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

141

Lampiran 2 Koefisien input

1 2 3 4 5 6 7Tanaman Bahan Makanan 1 0.0271 - 0.0226 - 0.0005 - 0.2752 Tanaman Perkebunan 2 0.0000 0.0109 0.0005 - 0.0000 - 0.0290 Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 0.0081 0.0043 0.0080 - 0.0008 - 0.0343 Kehutanan 4 0.0001 0.0023 0.0005 0.0028 0.0007 0.0004 0.0000 Perikanan 5 0.0033 0.0008 0.0013 0.0006 0.0282 - 0.0175 Penggalian 6 - - 0.0000 - - 0.0001 0.0001 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 7 - 0.0030 0.2248 - 0.0439 - 0.1183 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 0.0009 0.0013 0.0001 0.0004 0.0016 0.0009 0.0004 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 0.0005 0.0026 0.0004 - 0.0008 0.0016 0.0004 Industri Kertas dan Barang Cetakan 10 0.0000 0.0002 0.0000 0.0008 0.0001 0.0001 0.0030 Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 11 0.0096 0.0161 0.0064 0.0002 0.0032 0.0023 0.0053 Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 12 0.0012 0.0068 0.0004 0.0027 0.0017 0.0028 0.0010 Industri Lainnya 13 0.0004 0.0033 0.0023 0.0061 0.0239 0.0128 0.0032 Listrik, gas dan air minum 14 - 0.0008 0.0012 0.0009 0.0008 0.0002 0.0015 Bangunan 15 0.0017 0.0074 0.0017 0.0089 0.0016 0.0056 0.0004 Perdagangan Besar dan Eceran 16 0.0054 0.0161 0.0240 0.0058 0.0226 0.0125 0.0514 Restoran 17 0.0003 0.0006 0.0002 0.0019 0.0016 0.0058 0.0014 Hotel 18 0.0000 0.0002 0.0000 0.0005 0.0001 0.0004 0.0005 Angkutan Darat 19 0.0022 0.0040 0.0060 0.0040 0.0042 0.0154 0.0094 Angkutan Air 20 0.0003 0.0005 0.0011 0.0005 0.0008 0.0011 0.0019 Angkutan Udara 21 0.0000 0.0006 0.0002 0.0005 0.0001 0.0011 0.0005 Jasa Penunjang Angkutan 22 0.0002 0.0003 0.0008 0.0002 0.0005 0.0006 0.0014 Komunikasi 23 0.0000 0.0001 0.0000 0.0001 0.0001 0.0002 0.0006 Bank 24 0.0005 0.0003 0.0002 0.0002 0.0004 0.0009 0.0008 Lembaga Keuangan selain Bank 25 0.0004 0.0002 0.0002 0.0001 0.0004 0.0006 0.0001 Real Estate dan Jasa perusahaan 26 0.0011 0.0034 0.0003 0.0097 0.0016 0.0167 0.0024 Pemerintahan Umum 27 0.0000 0.0005 0.0001 - 0.0002 0.0000 0.0002 Sosial Kemasyarakatan 28 - 0.0000 0.0002 - 0.0001 0.0002 0.0005 Hiburan dan Rekreasi 29 - - - - - 0.0000 - Jasa-jasa Lainnya 30 0.0011 0.0037 0.0007 0.0129 0.0009 0.0055 0.0016 Jumlah Input Antara 190 0.0645 0.0901 0.3043 0.0598 0.1414 0.0878 0.5621 Impor 200 0.0518 0.3139 0.0113 0.4964 0.0277 0.2996 0.0720 Upah dan Gaji 201 0.1347 0.2001 0.1283 0.0960 0.1526 0.2090 0.0739 Surplus Usaha 202 0.7337 0.3736 0.5347 0.3246 0.6379 0.3390 0.1869 Penyusutan 203 0.0087 0.0180 0.0137 0.0191 0.0328 0.0461 0.0381 Pajak Tak Langsung Netto 204 0.0067 0.0043 0.0077 0.0040 0.0076 0.0185 0.0671 Subsidi 205 - - - - - - - Total Input Primer 209 0.8837 0.5960 0.6844 0.4438 0.8309 0.6126 0.3660 Jumlah Input Total 210 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

Kod

e

Sektor

Tana

man

B

ahan

M

akan

an

Tana

man

Pe

rkeb

unan

Pete

rnak

an

dan

Has

il-ha

siln

ya

Keh

utan

an

Perik

anan

Peng

galia

n

Indu

stri

Mak

anan

, M

inum

an, d

an

Tem

baka

u

Page 157: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

142

Lanjutan (Lampiran 2)

8 9 10 11 12 13 14 15 160.0000 - 0.0008 0.0002 - 0.0000 - - 0.0001 0.0047 0.0009 0.0000 0.0346 - 0.0000 - - 0.0000 0.0015 - - 0.0004 - 0.0000 - - - 0.0002 0.1806 0.0053 0.0005 0.0000 0.0000 - 0.0117 0.0000

- - - 0.0000 - 0.0000 - - - 0.0000 0.0000 0.0006 0.0020 0.0054 0.0061 0.0011 0.0769 0.0000 0.0072 0.0007 0.0009 0.0100 0.0000 0.0000 - - 0.0004 0.3350 0.0107 0.0003 0.0074 0.0004 0.0002 0.0004 0.0001 0.0043 0.0014 0.0982 0.0007 0.0007 0.0027 0.0001 0.0000 0.0122 0.0015 0.0008 0.0002 0.0750 0.0021 0.0006 0.0001 0.0022 0.0006 0.0051 0.0264 0.0074 0.0071 0.1299 0.0182 0.0011 0.0044 0.0106 0.0132 0.0010 0.0029 0.0010 0.0027 0.1596 0.0017 0.0088 0.0647 0.0003 0.0135 0.0057 0.0112 0.0101 0.0174 0.0047 0.0910 0.0777 0.0101 0.0095 0.0031 0.0065 0.0051 0.0128 0.0014 0.0908 0.0004 0.0097 0.0014 0.0006 0.0002 0.0011 0.0010 0.0012 0.0171 0.0012 0.0080 0.0658 0.0969 0.0857 0.1002 0.0797 0.0060 0.0894 0.1099 0.0094 0.0020 0.0030 0.0019 0.0045 0.0086 0.0010 0.0002 0.0029 0.0088 0.0030 0.0013 0.0012 0.0012 0.0007 0.0020 0.0005 0.0011 0.0001 0.0093 0.0292 0.0205 0.0287 0.0302 0.0033 0.0024 0.0013 0.0149 0.0024 0.0045 0.0025 0.0050 0.0056 0.0008 0.0001 0.0001 0.0029 0.0009 0.0004 0.0006 0.0013 0.0010 0.0009 0.0007 0.0007 0.0049 0.0019 0.0029 0.0021 0.0034 0.0038 0.0005 0.0000 - 0.0010 0.0011 0.0009 0.0011 0.0037 0.0011 0.0004 0.0013 0.0009 0.0080 0.0023 0.0020 0.0015 0.0019 0.0024 0.0004 0.0010 0.0008 0.0046 0.0010 0.0003 0.0005 0.0004 0.0003 0.0004 0.0004 0.0006 0.0024 0.0044 0.0105 0.0068 0.0051 0.0137 0.0028 0.0093 0.0090 0.0130 0.0005 0.0004 0.0013 0.0015 0.0002 0.0002 0.0003 0.0002 0.0001 0.0008 0.0004 0.0027 0.0014 0.0007 0.0002 0.0018 0.0014 0.0007 0.0000 - - - - - - - - 0.0012 0.0013 0.0007 0.0014 0.0008 0.0012 0.0059 0.0006 0.0104 0.4990 0.4650 0.2389 0.3665 0.3668 0.0366 0.3290 0.3856 0.1339 0.2365 0.2271 0.3822 0.3505 0.3331 0.8257 0.2390 0.1593 0.0216 0.0835 0.0800 0.0979 0.0946 0.0842 0.0233 0.0977 0.2484 0.1896 0.1277 0.1852 0.2536 0.1385 0.1563 0.0913 0.1673 0.1504 0.5477 0.0383 0.0337 0.0168 0.0269 0.0316 0.0198 0.1604 0.0332 0.0504 0.0151 0.0089 0.0107 0.0233 0.0280 0.0031 0.0066 0.0232 0.0568

- - - (0.0004) - - - - - 0.2645 0.3079 0.3790 0.2830 0.3001 0.1377 0.4320 0.4551 0.8445 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

Indu

stri

Teks

til,

Bar

ang

Kul

it da

n A

las K

aki

Indu

stri

Bar

ang

Kay

u da

n H

asil

Hut

an L

ain

Indu

stri

Ker

tas d

an

Bar

ang

Cet

akan

Indu

stri

Pupu

k, K

imia

da

n B

aran

g da

ri K

aret

Indu

stri

Loga

m,

Mes

in, d

an

Pera

lata

n

Indu

stri

La

inny

a

List

rik, g

as

dan

air m

inum

Ban

guna

n

Perd

agan

gan

Bes

ar d

an

Ecer

an

Page 158: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

143

Lanjutan (Lampiran 2)

17 18 19 20 21 22 23 240.0373 0.0088 - 0.0001 - - - - 0.0025 0.0002 0.0000 0.0000 - - - 0.0000 0.0587 0.0090 0.0002 0.0011 - - - - 0.0007 0.0006 0.0000 - - - - - 0.0260 0.0061 - 0.0004 - - - - 0.0000 - 0.0000 - - - - - 0.2642 0.1410 0.0004 0.0174 0.0017 0.0016 0.0002 0.0003 0.0013 0.0084 0.0030 0.0010 0.0006 0.0061 0.0017 0.0002 0.0003 0.0001 0.0001 - 0.0000 0.0005 0.0003 - 0.0008 0.0089 0.0010 0.0005 0.0045 0.0006 0.0090 0.0172 0.0016 0.0070 0.0032 0.0013 0.0006 0.0019 0.0007 0.0007 0.0006 0.0008 0.0007 0.0017 0.0059 0.0022 0.0018 0.0002 0.0065 0.0050 0.0766 0.0607 0.0736 0.0141 0.0065 0.0014 0.0071 0.0148 0.0022 0.0030 0.0003 0.0070 0.0110 0.0065 0.0026 0.0116 0.0080 0.0031 0.0018 0.0514 0.0473 0.0159 0.0322 0.0301 0.0352 0.0242 0.0270 0.0121 0.0081 0.0044 0.0005 0.0016 0.0085 0.0008 0.0298 0.0030 0.0026 0.0107 0.0004 0.0006 0.0016 0.0006 0.0086 0.0057 0.0037 0.0149 0.0329 0.0184 0.0273 0.0124 0.0044 0.0036 0.0063 0.0070 0.0063 0.0035 0.0055 0.0081 0.0009 0.0009 0.0167 0.0001 0.0004 0.0012 0.0004 0.0008 0.0591 0.0035 0.0104 0.0058 0.0043 0.0029 0.0159 0.0685 0.0450 0.0174 0.0013 0.0001 0.0014 0.0104 0.0016 0.0032 0.0035 0.0170 0.0355 0.0059 0.0002 0.0002 0.0027 0.0006 0.0021 0.0002 0.0033 0.0123 0.0004 0.0011 0.0029 0.0036 0.0098 0.0011 0.0009 0.0066 0.0140 0.0431 0.0317 0.0128 0.0831 0.0418 0.0560 0.0600 0.0002 0.0009 0.0009 0.0005 0.0002 0.0014 0.0017 0.0038 0.0001 0.0042 0.0008 0.0002 0.0011 0.0028 0.0041 0.0029 0.0007 0.0015 0.0007 0.0000 0.0002 0.0006 0.0024 0.0001 0.0010 0.0008 0.0996 0.0020 0.0007 0.0069 0.0047 0.0094 0.5051 0.3428 0.3307 0.2287 0.3647 0.2036 0.2362 0.1864 0.0399 0.0396 0.0465 0.3813 0.1360 0.2276 0.0218 0.0188 0.1729 0.1679 0.1520 0.1187 0.1235 0.1464 0.1987 0.3115 0.2206 0.3604 0.3592 0.1785 0.0974 0.3401 0.3240 0.4487 0.0262 0.0439 0.1021 0.0770 0.2733 0.0762 0.2089 0.0319 0.0354 0.0453 0.0096 0.0159 0.0051 0.0061 0.0104 0.0026

- - - - - - - - 0.4550 0.6176 0.6229 0.3900 0.4993 0.5688 0.7420 0.7948 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

Res

tora

n

Hot

el

Ang

kuta

n D

arat

Ang

kuta

n A

ir

Ang

kuta

n U

dara

Jasa

Pe

nunj

ang

Ang

kuta

n

Kom

unik

asi

Ban

k

Page 159: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

144

Lanjutan (Lampiran 2)

25 26 27 28 29 30- - 0.0038 0 .0136 0 .0041 0.0004

0.0000 0 .0000 0.0001 0 .0016 0 .0033 0.0004 - - 0.0016 0 .0074 0 .0005 0.0006 - - 0.0000 0 .0000 0 .0000 0.0005 - - 0.0005 0 .0008 0 .0000 0.0003 - - 0.0000 0 .0000 - 0.0000 - 0 .0002 0.0116 0 .0366 0 .0557 0.0054

0.0000 0 .0009 0.0031 0 .0039 0 .0015 0.0109 - 0 .0000 0.0003 0 .0002 0 .0005 0.0002

0.0005 0 .0022 0.0158 0 .0226 0 .0008 0.0006 0.0005 0 .0019 0.0129 0 .0638 0 .0217 0.0544 0.0002 0 .0044 0.0037 0 .0006 0 .0012 0.0129 0.0026 0 .0034 0.0113 0 .0032 0 .0043 0.0024 0.0012 0 .0029 0.0075 0 .0033 0 .0082 0.0053 0.0020 0 .0348 0.0289 0 .0087 0 .0018 0.0023 0.0014 0 .0090 0.0167 0 .0272 0 .0199 0.0185 0.0012 0 .0026 0.0245 0 .0006 0 .0123 0.0021 0.0015 0 .0022 0.0048 0 .0002 0 .0013 0.0010 0.0066 0 .0025 0.0123 0 .0038 0 .0060 0.0131 0.0003 0 .0003 0.0063 0 .0007 0 .0008 0.0029 0.0033 0 .0036 0.0128 0 .0003 0 .0034 0.0003 0.0001 0 .0002 0.0042 0 .0005 0 .0010 0.0016 0.0032 0 .0036 0.0023 0 .0010 0 .0020 0.0004 0.0051 0 .0045 0.0015 0 .0009 0 .0010 0.0002 0.0111 0 .0016 0.0009 0 .0006 0 .0013 0.0001 0.1011 0 .0199 0.0144 0 .0194 0 .0372 0.0259 0.0048 0 .0009 0.0035 0 .0005 0 .0058 0.0002 0.0047 0 .0022 0.0008 0 .0137 0 .0009 0.0026

- 0 .0004 0.0010 0 .0002 0 .1595 - 0.0039 0 .0076 0.0147 0 .0032 0 .0041 0.0010 0.1555 0 .1117 0.2217 0 .2393 0 .3599 0.1664 0.0055 0 .0332 0.0658 0 .0712 0 .0258 0.1199 0.4610 0 .1517 0.6782 0 .3664 0 .2362 0.3172 0.1919 0 .5836 - 0 .1969 0 .2263 0.2983 0.0862 0 .0721 0.0343 0 .1104 0 .0994 0.0736 0.0999 0 .0476 - 0 .0157 0 .0524 0.0246

- - - - - - 0.8389 0 .8551 0.7125 0 .6895 0 .6143 0.7137 1.0000 1 .0000 1.0000 1 .0000 1 .0000 1.0000

Hib

uran

dan

R

ekre

asi

Jasa

-jasa

La

inny

a

Lem

baga

K

euan

gan

sela

in B

ank

Rea

l Est

ate

dan

Jasa

pe

rusa

haan

Pem

erin

taha

n U

mum

Sosi

al

Kem

asya

raka

tan

Page 160: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

145

Lampiran 3 Matriks kebalikan (I-A)-1

1 2 3 4 5 6Tanaman Bahan Makanan 1 1.0289 0.0017 0.0974 0.0004 0.0157 0.0009 Tanaman Perkebunan 2 0.0006 1.0119 0.0086 0.0001 0.0018 0.0002 Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 0.0086 0.0046 1.0180 0.0002 0.0029 0.0005 Kehutanan 4 0.0003 0.0030 0.0007 1.0030 0.0010 0.0008 Perikanan 5 0.0035 0.0010 0.0064 0.0007 1.0301 0.0002 Penggalian 6 0.0002 0.0007 0.0003 0.0008 0.0004 1.0007 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 7 0.0027 0.0053 0.2606 0.0010 0.0529 0.0023 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 0.0017 0.0025 0.0010 0.0010 0.0029 0.0018 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 0.0006 0.0031 0.0008 0.0002 0.0010 0.0019 Industri Kertas dan Barang Cetakan 10 0.0001 0.0005 0.0012 0.0010 0.0005 0.0003 Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 11 0.0119 0.0199 0.0114 0.0015 0.0052 0.0039 Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 12 0.0017 0.0090 0.0014 0.0043 0.0026 0.0042 Industri Lainnya 13 0.0012 0.0054 0.0055 0.0079 0.0263 0.0154 Listrik, gas dan air minum 14 0.0003 0.0015 0.0025 0.0014 0.0015 0.0007 Bangunan 15 0.0020 0.0081 0.0028 0.0095 0.0023 0.0067 Perdagangan Besar dan Eceran 16 0.0080 0.0217 0.0417 0.0085 0.0285 0.0160 Restoran 17 0.0005 0.0011 0.0012 0.0022 0.0021 0.0063 Hotel 18 0.0001 0.0003 0.0002 0.0006 0.0002 0.0006 Angkutan Darat 19 0.0030 0.0058 0.0104 0.0048 0.0060 0.0169 Angkutan Air 20 0.0004 0.0008 0.0020 0.0006 0.0011 0.0014 Angkutan Udara 21 0.0001 0.0009 0.0006 0.0007 0.0004 0.0013 Jasa Penunjang Angkutan 22 0.0004 0.0007 0.0017 0.0004 0.0009 0.0011 Komunikasi 23 0.0002 0.0004 0.0007 0.0003 0.0005 0.0005 Bank 24 0.0006 0.0006 0.0008 0.0003 0.0007 0.0012 Lembaga Keuangan selain Bank 25 0.0005 0.0004 0.0004 0.0002 0.0006 0.0008 Real Estate dan Jasa perusahaan 26 0.0017 0.0048 0.0025 0.0110 0.0030 0.0187 Pemerintahan Umum 27 0.0000 0.0006 0.0003 0.0000 0.0003 0.0001 Sosial Kemasyarakatan 28 0.0001 0.0001 0.0005 0.0001 0.0002 0.0004 Hiburan dan Rekreasi 29 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Jasa-jasa Lainnya 30 0.0016 0.0047 0.0028 0.0137 0.0021 0.0076 Jumlah 1.0814 1.1211 1.4843 1.0764 1.1934 1.1138

Sektor

Kod

e

Tana

man

Bah

an

Mak

anan

Tana

man

Pe

rkeb

unan

Pete

rnak

an d

an

Has

il-ha

siln

ya

Keh

utan

an

Perik

anan

Peng

galia

n

Page 161: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

146

Lanjutan (Lampiran 3)

7 8 9 10 11 12 13 14 15 160.3257 0.0049 0.0013 0.0020 0.0053 0.0019 0.0003 0.0004 0.0010 0.0016 0.0341 0.0093 0.0017 0.0005 0.0410 0.0012 0.0001 0.0004 0.0007 0.0008 0.0427 0.0032 0.0005 0.0004 0.0017 0.0010 0.0002 0.0002 0.0005 0.0008 0.0004 0.0009 0.2010 0.0060 0.0010 0.0008 0.0001 0.0004 0.0144 0.0005 0.0219 0.0005 0.0004 0.0002 0.0006 0.0004 0.0001 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0006 0.0005 0.0010 0.0028 0.0070 0.0062 0.0035 0.0782 0.0009 1.1476 0.0162 0.0036 0.0030 0.0166 0.0047 0.0008 0.0011 0.0025 0.0041 0.0021 1.5053 0.0194 0.0016 0.0142 0.0022 0.0004 0.0017 0.0017 0.0072 0.0010 0.0027 1.1092 0.0011 0.0013 0.0038 0.0002 0.0005 0.0142 0.0019 0.0042 0.0024 0.0014 1.0820 0.0037 0.0018 0.0003 0.0034 0.0017 0.0060 0.0133 0.0486 0.0130 0.0112 1.1537 0.0276 0.0017 0.0087 0.0168 0.0171 0.0026 0.0029 0.0054 0.0019 0.0048 1.1909 0.0023 0.0136 0.0781 0.0017 0.0074 0.0263 0.0139 0.0169 0.0183 0.0284 1.0057 0.1046 0.0838 0.0147 0.0030 0.0176 0.0060 0.0092 0.0086 0.0186 0.0017 1.1017 0.0034 0.0115 0.0025 0.0045 0.0050 0.0023 0.0043 0.0041 0.0017 0.0206 1.0039 0.0098 0.0671 0.1105 0.1165 0.0981 0.1238 0.1046 0.0074 0.1056 0.1240 1.0168 0.0027 0.0046 0.0054 0.0034 0.0071 0.0120 0.0012 0.0017 0.0056 0.0096 0.0007 0.0049 0.0018 0.0015 0.0018 0.0013 0.0021 0.0009 0.0016 0.0005 0.0142 0.0186 0.0373 0.0253 0.0374 0.0406 0.0039 0.0059 0.0086 0.0173 0.0028 0.0045 0.0059 0.0033 0.0067 0.0076 0.0009 0.0007 0.0014 0.0035 0.0011 0.0023 0.0014 0.0014 0.0025 0.0021 0.0010 0.0016 0.0018 0.0056 0.0024 0.0041 0.0047 0.0032 0.0055 0.0062 0.0007 0.0005 0.0010 0.0020 0.0015 0.0031 0.0024 0.0024 0.0059 0.0027 0.0006 0.0025 0.0023 0.0088 0.0016 0.0044 0.0032 0.0023 0.0031 0.0037 0.0005 0.0018 0.0019 0.0050 0.0006 0.0021 0.0009 0.0009 0.0010 0.0009 0.0005 0.0009 0.0011 0.0027 0.0056 0.0110 0.0183 0.0110 0.0110 0.0215 0.0037 0.0138 0.0151 0.0167 0.0003 0.0009 0.0006 0.0016 0.0019 0.0004 0.0002 0.0004 0.0003 0.0002 0.0007 0.0015 0.0007 0.0032 0.0020 0.0012 0.0002 0.0023 0.0018 0.0010 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0047 0.0053 0.0093 0.0046 0.0072 0.0067 0.0018 0.0086 0.0037 0.0127 1.7150 1.8240 1.5909 1.3015 1.4948 1.5059 1.0464 1.4082 1.4712 1.1817

Indu

stri

Mak

anan

, M

inum

an, d

an

Tem

baka

uIn

dust

ri Te

kstil

, B

aran

g K

ulit

dan

Ala

s Kak

iIn

dust

ri B

aran

g K

ayu

dan

Has

il H

utan

Lai

nIn

dust

ri K

erta

s da

n B

aran

g C

etak

anIn

dust

ri Pu

puk,

K

imia

dan

B

aran

g da

ri K

aret

Indu

stri

Loga

m,

Mes

in, d

an

Pera

lata

n

Indu

stri

Lai

nnya

List

rik, g

as d

an

air m

inum

Ban

guna

n

Perd

agan

gan

Bes

ar d

an E

cera

n

Page 162: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

147

Lanjutan (Lampiran 3)

17 18 19 20 21 22 230.1309 0.0566 0.0020 0.0064 0.0056 0.0016 0.0012 0.0123 0.0056 0.0007 0.0008 0.0006 0.0004 0.0003 0.0716 0.0156 0.0011 0.0021 0.0026 0.0005 0.0005 0.0011 0.0010 0.0003 0.0002 0.0002 0.0009 0.0009 0.0331 0.0096 0.0004 0.0008 0.0012 0.0002 0.0002 0.0006 0.0013 0.0015 0.0011 0.0013 0.0045 0.0042 0.3208 0.1662 0.0052 0.0216 0.0146 0.0047 0.0032 0.0033 0.0137 0.0071 0.0026 0.0022 0.0100 0.0033 0.0008 0.0006 0.0004 0.0003 0.0003 0.0014 0.0011 0.0024 0.0110 0.0018 0.0010 0.0060 0.0014 0.0108 0.0080 0.0124 0.0120 0.0032 0.0029 0.0050 0.0035 0.0024 0.0033 0.0039 0.0033 0.0092 0.0077 0.0071 0.0145 0.0123 0.0828 0.0655 0.0825 0.0215 0.0158 0.0096 0.0180 0.0044 0.0047 0.0023 0.0091 0.0136 0.0054 0.0154 0.0117 0.0083 0.0090 0.0556 0.0524 0.0578 0.0488 0.0446 0.0304 0.0368 0.0235 0.0204 1.0022 0.0030 0.0099 0.0018 0.0329 0.0041 0.0039 0.0008 1.0010 0.0023 0.0013 0.0099 0.0062 0.0043 0.0396 0.0231 1.0319 0.0146 0.0084 0.0057 0.0088 0.0077 0.0045 0.0065 1.0087 0.0017 0.0016 0.0178 0.0011 0.0021 0.0011 0.0016 1.0639 0.0044 0.0120 0.0063 0.0042 0.0176 0.0708 0.0494 1.0183 0.0035 0.0025 0.0118 0.0028 0.0051 0.0058 0.0186 1.0376 0.0011 0.0011 0.0033 0.0011 0.0031 0.0008 0.0040 0.0010 0.0016 0.0034 0.0040 0.0110 0.0014 0.0014 0.0187 0.0482 0.0392 0.0186 0.0964 0.0472 0.0632 0.0004 0.0011 0.0011 0.0007 0.0006 0.0016 0.0020 0.0005 0.0047 0.0014 0.0006 0.0018 0.0033 0.0047 0.0009 0.0019 0.0009 0.0001 0.0004 0.0008 0.0030 0.0067 0.0047 0.1040 0.0047 0.0034 0.0086 0.0069 1.7641 1.5046 1.4056 1.2858 1.4659 1.2707 1.3116

Res

tora

n

Hot

el

Ang

kuta

n D

arat

Ang

kuta

n A

ir

Ang

kuta

n U

dara

Jasa

Pen

unja

ng

Ang

kuta

n

Kom

unik

asi

Page 163: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

148

Lanjutan (Lampiran 3)

24 25 26 27 28 29 300.0027 0.0006 0.0008 0.0118 0.0276 0.0290 0.0031 0.0004 0.0001 0.0002 0.0016 0.0057 0.0075 0.0030 0.0011 0.0002 0.0003 0.0042 0.0096 0.0047 0.0013 0.0004 0.0001 0.0006 0.0007 0.0005 0.0003 0.0007 0.0006 0.0001 0.0001 0.0018 0.0018 0.0020 0.0006 0.0016 0.0005 0.0029 0.0026 0.0011 0.0006 0.0006 0.0070 0.0014 0.0020 0.0237 0.0464 0.0823 0.0088 0.0011 0.0005 0.0018 0.0057 0.0075 0.0038 0.0176 0.0003 0.0001 0.0006 0.0009 0.0006 0.0009 0.0005 0.0196 0.0013 0.0028 0.0178 0.0256 0.0021 0.0013 0.0030 0.0019 0.0040 0.0180 0.0768 0.0325 0.0648 0.0025 0.0015 0.0084 0.0077 0.0023 0.0030 0.0163 0.0061 0.0049 0.0079 0.0190 0.0074 0.0096 0.0067 0.0084 0.0021 0.0038 0.0098 0.0052 0.0121 0.0072 0.0196 0.0064 0.0364 0.0312 0.0106 0.0052 0.0043 0.0127 0.0048 0.0162 0.0302 0.0440 0.0363 0.0309 0.0117 0.0020 0.0033 0.0260 0.0018 0.0159 0.0032 0.0155 0.0019 0.0025 0.0052 0.0006 0.0019 0.0013 0.0095 0.0078 0.0039 0.0163 0.0086 0.0110 0.0171 0.0006 0.0006 0.0006 0.0071 0.0016 0.0017 0.0037 0.0068 0.0041 0.0041 0.0141 0.0009 0.0049 0.0007 0.0008 0.0005 0.0006 0.0061 0.0013 0.0021 0.0026 0.0069 0.0040 0.0041 0.0032 0.0019 0.0033 0.0012 1.0130 0.0058 0.0048 0.0021 0.0016 0.0019 0.0007 0.0071 1.0116 0.0018 0.0013 0.0009 0.0019 0.0004 0.0660 0.1062 1.0228 0.0197 0.0226 0.0484 0.0288 0.0041 0.0051 0.0010 1.0036 0.0008 0.0071 0.0004 0.0035 0.0052 0.0025 0.0012 1.0143 0.0015 0.0029 0.0002 0.0001 0.0006 0.0013 0.0003 1.1899 0.0000 0.0114 0.0058 0.0086 0.0172 0.0051 0.0073 1.0035 1.2442 1.1874 1.1502 1.3109 1.3349 1.5307 1.2342

Ban

k

Hib

uran

dan

R

ekre

asi

Jasa

-jasa

Lai

nnya

Lem

baga

K

euan

gan

sela

in

Ban

k

Rea

l Est

ate

dan

Jasa

per

usah

aan

Pem

erin

taha

n U

mum

Sosi

al

Kem

asya

raka

tan

Page 164: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

149

Lampiran 4 Keterkaitan ke belakang (Backward Linkage) dan keterkaitan ke

depan (Forward Linkage)

Sektor

Dire

ct

Bac

kwar

d Li

nkag

e

Dire

ct &

In

dire

ct

Bac

kwar

d Li

nkag

e

Stan

dard

ized

D

BL

Stan

dard

ized

D

IBL

DBL DIBL SDBL SDIBLTanaman Bahan Makanan 1 0.0645 1.0814 0.2486 0.7988Tanaman Perkebunan 2 0.0901 1.1211 0.3472 0.8282Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 0.3043 1.4843 1.1730 1.0965Kehutanan 4 0.0598 1.0764 0.2306 0.7952Perikanan 5 0.1414 1.1934 0.5449 0.8816Penggalian 6 0.0878 1.1138 0.3383 0.8228Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 7 0.5621 1.7150 2.1662 1.2669Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 0.4990 1.8240 1.9231 1.3474Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 0.4650 1.5909 1.7922 1.1752Industri Kertas dan Barang Cetakan 10 0.2389 1.3015 0.9207 0.9614Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 11 0.3665 1.4948 1.4127 1.1042Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 12 0.3668 1.5059 1.4136 1.1125Industri Lainnya 13 0.0366 1.0464 0.1411 0.7730Listrik, gas dan air minum 14 0.3290 1.4082 1.2678 1.0402Bangunan 15 0.3856 1.4712 1.4860 1.0868Perdagangan Besar dan Eceran 16 0.1339 1.1817 0.5161 0.8729Restoran 17 0.5051 1.7641 1.9466 1.3032Hotel 18 0.3428 1.5046 1.3212 1.1115Angkutan Darat 19 0.3307 1.4056 1.2745 1.0383Angkutan Air 20 0.2287 1.2858 0.8814 0.9498Angkutan Udara 21 0.3647 1.4659 1.4055 1.0829Jasa Penunjang Angkutan 22 0.2036 1.2707 0.7846 0.9387Komunikasi 23 0.2362 1.3116 0.9105 0.9689Bank 24 0.1864 1.2442 0.7185 0.9191Lembaga Keuangan selain Bank 25 0.1555 1.1874 0.5995 0.8771Real Estate dan Jasa perusahaan 26 0.1117 1.1502 0.4305 0.8497Pemerintahan Umum 27 0.2217 1.3109 0.8545 0.9684Sosial Kemasyarakatan 28 0.2393 1.3349 0.9223 0.9861Hiburan dan Rekreasi 29 0.3599 1.5307 1.3871 1.1308Jasa-jasa Lainnya 30 0.1664 1.2342 0.6414 0.9118

Page 165: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

150

Lanjutan (Lampiran 4)

Dire

ct

Fore

war

d Li

nkag

e

Dire

ct &

In

dire

ct

Fore

war

d Li

nkag

e

Stan

dard

ized

D

irect

Fo

rew

ard

Link

age

Stan

dard

ized

D

irect

&

Indi

rect

Fo

rew

ard

Link

age

DFL DIFL SDFL SDIFL1 0.3946 1.7694 1.5210 1.30712 0.0887 1.1520 0.3419 0.85103 0.1365 1.2014 0.5263 0.88754 0.2070 1.2421 0.7979 0.91765 0.0857 1.1192 0.3303 0.82686 0.0923 1.1286 0.3556 0.83377 0.9456 2.2328 3.6445 1.64948 0.4071 1.6473 1.5689 1.21699 0.1261 1.1523 0.4860 0.851310 0.1760 1.2153 0.6783 0.897811 0.4337 1.6135 1.6714 1.191912 0.2961 1.4061 1.1412 1.038713 0.5649 1.7382 2.1772 1.284014 0.2248 1.2994 0.8665 0.959915 0.2792 1.3617 1.0762 1.005916 1.0470 2.4362 4.0352 1.799717 0.1455 1.1886 0.5608 0.878118 0.0597 1.0739 0.2301 0.793319 0.3414 1.4623 1.3159 1.080220 0.0831 1.1084 0.3203 0.818821 0.1195 1.1467 0.4604 0.847122 0.1826 1.2199 0.7037 0.901123 0.1107 1.1437 0.4267 0.844924 0.0551 1.0761 0.2125 0.794925 0.0505 1.0630 0.1945 0.785326 0.6700 1.8156 2.5821 1.341227 0.0312 1.0375 0.1203 0.766428 0.0524 1.0639 0.2021 0.785929 0.1674 1.2009 0.6452 0.887230 0.2094 1.2947 0.8070 0.9564

Page 166: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

151

Lampiran 5 Penentuan sektor unggulan Factor LoadingsVariable Communality F1 F2SDIBL 0.881828 0.926741 0.154929SDIFL 0.345518 0.267850 -0.806110IM-1 0.935273 0.964730 -0.088219TM-1 0.334115 0.265841 0.768247VAM-1 0.964065 0.979659 -0.053477Expl.Var 2.891699 1.274661Prp.Totl 0.578340 0.254932 Factor Scores

Sektor F1 F2Tanaman Bahan Makanan -1.03484 -1.20252Tanaman Perkebunan -1.02576 0.30978Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.39035 1.87119Kehutanan -1.05301 -0.06117Perikanan -0.82989 0.46386Penggalian -1.11874 -0.07589Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 2.59397 -2.05174Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2.34930 -0.16695Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 1.49095 0.71728Industri Kertas dan Barang Cetakan -0.00155 0.22347Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1.14643 -0.63810Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 1.01604 -0.30134Industri Lainnya -0.71172 -1.10995Listrik, gas dan air minum 0.32443 0.59163Bangunan 0.13160 -0.07708Perdagangan Besar dan Eceran -0.59919 -2.48882Restoran 1.25584 0.48912Hotel 0.16321 0.33353Angkutan Darat 0.17678 0.01390Angkutan Air -0.34275 0.14598Angkutan Udara 0.54347 1.61597Jasa Penunjang Angkutan -0.32597 0.53192Komunikasi -0.39988 0.39963Bank -0.45708 2.13194Lembaga Keuangan selain Bank -0.97673 0.00791Real Estate dan Jasa perusahaan -0.78343 -1.38048Pemerintahan Umum -0.86282 -0.67303Sosial Kemasyarakatan -0.54623 0.50005Hiburan dan Rekreasi 0.29350 0.11700Jasa-jasa Lainnya -0.80631 -0.23709 Catatan : untuk F2 yang nilainya negatif dikalikan dengan (-1)

Page 167: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

152

Lanjutan (Lampiran 5) Perhitungan nilai akhir untuk menentukan sektor unggulan:

Sektor Kode SKOR 1 SKOR 2 JUMLAH Rescalling Nilai AkhirTanaman Bahan Makanan 1 -0.7182 0.3679 -0.3503 0.1266 0.1266Tanaman Perkebunan 2 -0.7119 0.0948 -0.6172 0.0428 0.0428Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 0.2709 0.5725 0.8434 0.5019 0.5019Kehutanan 4 -0.7309 0.0187 -0.7121 0.0129 0.0129Perikanan 5 -0.5760 0.1419 -0.4341 0.1003 0.1003Penggalian 6 -0.7765 0.0232 -0.7533 0.0000 0.0000Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 7 1.8004 0.6277 2.4281 1.0000 1.0000Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 1.6306 0.0511 1.6816 0.7654 0.7654Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 1.0348 0.2194 1.2543 0.6310 0.6310Industri Kertas dan Barang Cetakan 10 -0.0011 0.0684 0.0673 0.2579 0.2579Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 11 0.7957 0.1952 0.9909 0.5482 0.5482Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 12 0.7052 0.0922 0.7974 0.4874 0.4874Industri Lainnya 13 -0.4940 0.3396 -0.1544 0.1882 0.1882Listrik, gas dan air minum 14 0.2252 0.1810 0.4062 0.3644 0.3644Bangunan 15 0.0913 0.0236 0.1149 0.2729 0.2729Perdagangan Besar dan Eceran 16 -0.4159 0.7614 0.3456 0.3454 0.3454Restoran 17 0.8716 0.1496 1.0213 0.5578 0.5578Hotel 18 0.1133 0.1020 0.2153 0.3045 0.3045Angkutan Darat 19 0.1227 0.0043 0.1270 0.2767 0.2767Angkutan Air 20 -0.2379 0.0447 -0.1932 0.1760 0.1760Angkutan Udara 21 0.3772 0.4944 0.8716 0.5107 0.5107Jasa Penunjang Angkutan 22 -0.2262 0.1627 -0.0635 0.2168 0.2168Komunikasi 23 -0.2775 0.1223 -0.1553 0.1880 0.1880Bank 24 -0.3172 0.6522 0.3350 0.3421 0.3421Lembaga Keuangan selain Bank 25 -0.6779 0.0024 -0.6755 0.0244 0.0244Real Estate dan Jasa perusahaan 26 -0.5437 0.4223 -0.1214 0.1986 0.1986Pemerintahan Umum 27 -0.5988 0.2059 -0.3929 0.1133 0.1133Sosial Kemasyarakatan 28 -0.3791 0.1530 -0.2261 0.1657 0.1657Hiburan dan Rekreasi 29 0.2037 0.0358 0.2395 0.3121 0.3121Jasa-jasa Lainnya 30 -0.5596 0.0725 -0.4871 0.0837 0.0837

MAX 2.4281MIN -0.7533

Sektor unggulan dengan nilai akhir tertinggi: Sektor Kode Nilai AkhirIndustri Makanan, Minuman, dan Tembakau 7 1.0000Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 0.7654Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 0.6310Restoran 17 0.5578Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 11 0.5482

Page 168: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

153

Page 169: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

154

Lampiran 6 Hasil analisis location quotient PDRB gabungan kabupaten dan kota di Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan 2003 SEKTOR Kawasan Kedungsapur Kawasan Kedungsapur (Tanpa Kota Semarang) 2000 2003 2000 2003 1 PERTANIAN 0.6227 0.6373 1.3201 1.3864

2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.2384 0.2215 0.3144 0.2923

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 1.0097 0.9848 0.9794 0.9546

4 LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 1.2150 1.2128 1.2254 1.1996

5 BANGUNAN 0.7644 0.7880 0.6196 0.6653

6 PERDAGANGAN , HOTEL DAN RESTORAN 1.1861 1.1496 0.7885 0.7676

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1.0925 1.0754 0.7076 0.6764

8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

1.3444 1.3566 0.9328 0.95999 JASA-JASA 1.3133 1.3888 1.3008 1.4089

Page 170: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

155

Lampiran 7 Hasil analisis shift-share Kawasan Kedungsapur tahun 2000 dan 2003

SEKTOR Pertumbuhan Ekonomi Pergeseran Proporsional Pergeseran Differensial Total

PERTANIAN 0.1127 -0.0965 0.0335 0.0498PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.1127 0.0791 -0.0743 0.1174INDUSTRI PENGOLAHAN 0.1127 0.0313 -0.0178 0.1262LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 0.1127 0.0514 0.0088 0.1729BANGUNAN 0.1127 0.0008 0.0451 0.1587PERDAGANGAN , HOTEL DAN RESTORAN 0.1127 0.0384 -0.0250 0.1261PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0.1127 0.0990 -0.0079 0.2039KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 0.1127 -0.0398 0.0198 0.0927JASA-JASA 0.1127 -0.0386 0.0724 0.1465

Page 171: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

156

Lampiran 8 Variabel analisis tipologi wilayah

No Variabel Kode1 SDA X1 Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha)

X2 Jumlah desa per luas kecamatanX3 Luas lahan sawah per luas kecamatanX4 Ladang/huma/tegal/kebun/kolam/ tambak/tebat/empang/penggembalaan/

padang rumput per luas kecamatanX5 Perkebunan dan hutan rakyat per luas kecamatanX6 Perumahan dan Pemukiman per luas kecamatanX7 Lahan Untuk Bangunan Industri per luas kecamatanX8 Invers jarak rata-rata dari masing-masing desa ke kab/kota yang membawahi (km)X9 Topografi desa/kel. Dalam kecamatanX10 Ada/tidaknya lintasan sungai

2 SDM X11 Jumlah tdk sekolah/tidak tamat/belum tamat SD per seribu pendudukX12 Jumlah Tamat SD per seribu pendudukX13 Jumlah Tamat SLTP per seribu pendudukX14 Jumlah Tamat SMU per seribu pendudukX15 Jumlah Tamat Akademi/PT per seribu pendudukX16 Invers jumlah orang meninggal akibat penyakit per seribu pendudukX17 Invers Jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I per jumlah keluargaX18 Invers banyaknya penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan per jumlah keluargaX19 Banyaknya keluarga yang berlangganan telepon per jumlah keluargaX20 Banyaknya keluarga yang mempunyai televisi per jumlah keluargaX21 Jumlah industri kerajinan perseribu penduduk

3 SDS X22 Banyaknya jenis kelompok sosial (P3A, kelompok tani, KTNA, kelompok usaha ternak)

X23 Banyaknya jenis kelompok olah raga4 SDB X24 Jumlah bangunan rumah per jumlah keluarga

X25 Jumlah SD dan sederajat per seribu pendudukX26 Jumlah SLTP dan sederajat per seribu pendudukX27 Jumlah SMU, SMK dan sederajat per seribu pendudukX28 Jumlah Perguruan tinggi dan akademi per seribu pendudukX29 Jumlah RS, RS bersalin, dan poliklinik per seribu pendudukX30 Jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu per seribu pendudukX31 Jumlah tempat praktek dokter dan bidan per seribu pendudukX32 Jumlah terminal dan stasiun KA per seribu pendudukX33 Jumlah wartel/kiospon/warpostel/ warnet per seribu pendudukX34 Jumlah toko/warung/kios per seribu pendudukX35 Jumlah restoran/rumah makan/ kedai makanan-minuman per seribu pendudukX36 Jumlah Bank Umum dan BPR per seribu penduduk

Variabel PODES

Page 172: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

157

Lampiran 9 Hasil analisis komponen utama variabel SDA Factor LoadingsExtraction : Principal components(Marked loadings are > .700000)Variable Communality Factor Factor Factor

1 2 3X1 0.907915 0.941858 0.029421 0.155465X2 0.876170 0.918129 -0.103427 0.075339X3 0.955713 -0.485772 -0.718145 -0.354091X4 0.919372 -0.556841 0.508872 0.205302X5 0.661114 -0.155647 0.699409 -0.180307X6 0.950478 0.887479 0.110309 0.252609X7 0.388009 0.151773 0.327005 0.251129X8 0.605485 0.780612 -0.020715 -0.155333X9 0.445865 0.080520 -0.820466 0.027068X10 0.182866 0.000556 0.043729 -0.918425Expl.Var 3.726823 2.070026 1.225127Prp.Totl 0.372682 0.207003 0.122513 Lampiran 10 Hasil komponen utama variabel SDM dan SDS Factor LoadingsExtraction : Principal components(Marked loadings are > .700000)Variable Communality Factor Factor Factor Factor Factor

1 2 3 4 5X11 0.585425 -0.283022 0.877381 -0.152213 0.102068 -0.014247X12 0.698209 -0.711354 -0.499326 -0.073260 -0.093432 -0.008187X13 0.472047 0.668987 -0.169435 0.217487 -0.047883 0.047031X14 0.890244 0.902436 -0.099350 0.244003 -0.026064 0.068999X15 0.817355 0.884599 -0.061337 0.173091 0.122801 0.020348X16 0.105409 0.184688 0.213458 0.168588 -0.239996 -0.755442X17 0.212768 0.293277 0.352288 0.120053 -0.228795 0.659367X18 0.195133 -0.023430 0.104791 -0.809221 0.058519 0.045756X19 0.747756 0.869981 -0.055396 0.177550 -0.090059 0.017374X20 0.542105 0.728053 0.079172 0.060270 -0.356068 0.012153X21 0.190710 -0.022282 0.098986 0.019664 0.914832 0.055436X22 0.512059 -0.739286 0.116261 0.328957 0.000351 0.212393X23 0.476073 0.378198 0.009186 0.717629 0.091430 -0.023520Expl.Var 4.728248 1.274854 1.521754 1.130742 1.064395Prp.Totl 0.363711 0.098066 0.117058 0.086980 0.081877

Page 173: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

158

Lampiran 11 Hasil analisis komponen utama variabel SDB Factor LoadingsExtraction : Principal components(Marked loadings are > .700000)Variable Communality Factor Factor Factor Factor Factor

1 2 3 4 5X24 0.108301 -0.096144 -0.025717 0.065498 -0.001813 0.934391X25 0.584297 -0.138167 0.118360 -0.891373 -0.033467 -0.021265X26 0.875840 -0.029048 0.952388 -0.167804 0.032063 0.038495X27 0.878967 0.241944 0.919832 0.016567 0.119022 -0.002978X28 0.878661 -0.016600 0.963042 0.052168 -0.003709 0.004884X29 0.542602 0.858555 -0.011762 -0.093638 0.028176 0.068348X30 0.508550 0.031222 -0.072470 -0.856962 -0.112659 -0.021598X31 0.664434 0.783639 0.048637 -0.039188 0.351830 -0.132568X32 0.384790 0.355936 0.293526 -0.427943 0.145276 0.443110X33 0.744061 0.888853 0.127323 0.258727 0.073486 -0.024080X34 0.475107 0.361273 0.248296 -0.004339 0.662159 -0.101504X35 0.316042 -0.096481 -0.072957 0.123979 0.794078 0.001797X36 0.399981 0.257694 0.055373 0.004693 0.763350 0.114819Expl.Var 2.563154 2.875418 1.840165 1.831824 1.118181Prp.Totl 0.197166 0.221186 0.141551 0.140910 0.086014 Lampiran 12 Hasil analisis komponen utama faktor penciri utama (SDA, SDM

dan SDS, SDB) Factor LoadingsExtraction : Principal components(Marked loadings are > .700000)Variable Factor Factor Factor Factor Factor Factor

1 2 3 4 5 6SDA_1 0.880319 -0.172914 0.257845 0.034926 0.076279 0.114311SDA_2 0.224570 0.609862 -0.279028 -0.195913 0.054775 0.208990SDA_3 0.095464 0.236365 0.155397 0.184095 -0.733998 -0.157207SDM.SDS_1 0.947982 0.086797 0.106526 0.088518 -0.055829 0.072195SDM.SDS_2 -0.004477 0.250390 0.061388 0.092516 0.715157 -0.220233SDM.SDS_3 0.135103 -0.028178 0.036566 -0.718779 0.160199 0.019595SDM.SDS_4 0.064713 -0.013884 -0.795449 0.097836 0.071660 0.004510SDM.SDS_5 -0.038635 0.615251 0.074409 -0.126737 0.085122 0.004430SDB_1 0.860642 0.073500 -0.129132 -0.207321 -0.063766 -0.104131SDB_2 0.040080 0.053352 0.034963 0.016487 -0.040387 0.948153SDB_3 0.271439 -0.043398 0.770392 0.014561 -0.001375 0.041175SDB_4 0.081106 -0.721067 -0.003039 -0.281424 0.210211 0.077568SDB_5 -0.192131 0.187461 0.089434 -0.599806 -0.416845 -0.065576Expl.Var 2.616613 1.472661 1.442628 1.114599 1.323831 1.057446Prp.Totl 0.201278 0.113282 0.110971 0.085738 0.101833 0.081342

Page 174: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

159

Lampiran 13 Karakteristik tipologi wilayah

Variabel PODES SDA SDM Kepadatan Jumlah desa Luas perumahan Invers jarak Ada/tidak Jumlah tdk Jumlah Jumlah Jumlah Invers jumlah Banyaknya Banyaknya Jumlah

Tipologi Penduduk per luas dan permukiman rata-rata lintasan Sekolah/ tamat tamat tamat penduduk Keluarga keluarga industri kecamatan per luas kec. sungai tdk/belum SD SMU PT yang tidak langganan punya TV kerajinan tamat SD punya Telepon pekerjaan I Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang

II Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

III Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang

Keterangan : Interpretasi berdasarkan grafik K-Means yang menunjukkan rata-rata untuk masing-masing kluster (Plot of Means for Each Cluster), dimana: > 0.5 : tinggi -0.5 – 0.5 : sedang < -0.5 : rendah

Page 175: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

160

Lanjutan (Lampiran 13)

Variabel PODES SDS SDB

Tipologi Banyaknya Banyaknya Jumlah Jumlah Jumlah SMU Jumlah PT Jumlah RS, Jumlah Jumlah tempat Jumlah wartel/ Jumlah kedai/ Jumlah kelompok kelompok SD dan SLTP dan SMK dan dan akademi RS bersalin, puskesmas/ praktek dokter kiospon/ Restoran/ Bank umum olahraga sosial sederajat sederajat sederajat poliklinik puskesmas dan bidan warpostel rumah makan dan BPR pembantu I Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang

II Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi

III Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah

Page 176: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

161

Lampiran 14 Hasil analisis diskriminan Classification function, grouping : GROUP G_1:1 G_2:2 G_3:3 Variable p=.16854 p=.31461 p=.51685F1 8.4436 -0.47734 -2.46279F2 1.7591 2.54943 -2.12546F3 0.2148 -1.57209 0.88688F4 -0.1117 -0.47088 0.32306F5 -2.1527 2.65393 -0.91347F6 -0.1813 1.44225 -0.81877Constant -10.4191 -3.83111 -2.15690

Classification Matrix Rows : Observed classifications Columns : Predicted classifications Percent G_1:1 G_2:2 G_3:3 GROUP Correct. p=.16854 p=.31461 p=.51685 G_1:1 100.0000 15 0 0 G_2:2 100.0000 0 28 0 G_3:3 100.0000 0 0 46 Total 100.0000 15 28 46

Page 177: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

162

Lampiran 15 Penilaian tingkat potensi pengembangan sumber daya fisik

S $ Keterangan Skor

- ≤ 2

3 – 6 > 6 - ≤ 2

3 – 6 > 6 - ≤ 2

3 – 6 > 6 - ≤ 2

3 – 6 > 6

≤ 2 ≤ 2 ≤ 2 ≤ 2

3 – 6 3 – 6 3 – 6 3 – 6 > 6 > 6 > 6 > 6 - - - -

Agak rendah Agak rendah

Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Rendah

Agak rendah Sedang Tinggi

3 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 4 3 2 1

Keterangan:

S ≤ 2 : agak rendah $ ≤ 2 : agak rendah S 3 – 6 : sedang $ 3 – 6 : sedang S > 6 : tinggi $ > 6 : tinggi N : rendah (Jika tidak ada S maupun $)

Page 178: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

163

Lampiran 16 Skor tingkat potensi pengembangan

Karet Kelapa Kopi Kakao Cengkeh Lada Tebu Tembakau Nanas Jambu mete (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 5 6 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 7 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 8 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 9 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

10 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 21 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 22 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 23 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 24 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 25 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 26 2 3 3 3 1 1 1 1 3 1 27 2 3 3 3 1 1 1 1 3 1 28 2 2 1 3 1 3 3 1 3 3 29 2 2 1 3 1 3 3 1 3 3 30 2 2 1 3 1 3 3 1 3 3 31 2 2 1 3 1 3 3 1 3 3 32 2 2 1 3 1 3 3 1 3 3 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 35 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Page 179: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

164

Lanjutan (Lampiran 16)

Pisang Kapas Jumlah Kategori Keterangan (11) (12) S $ N S $ 1 1 3 1 1 10 3 Pisang Tembakau 2 3 4 5 6 3 3 - 2 10 3 - Karet,kelapa 7 3 3 - 2 10 3 - Karet,kelapa 8 3 3 - 2 10 3 - Karet,kelapa 9 3 3 - 2 10 3 - Karet,kelapa

10 3 3 - 2 10 3 - Karet,kelapa 11 3 3 - - 12 4 - - 12 3 3 - - 12 4 - - 13 3 3 - - 12 4 - - 14 3 3 - - 12 4 - - 15 3 3 - - 12 4 - - 16 3 3 - - 12 4 - - 17 3 2 - 2 10 3 - Tembakau,kapas 18 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 19 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 20 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 21 1 2 8 3 1 2 (1),(2),(3),(5),(7),(9),

(10),(11) Lada,tembakau,kapas

22 1 2 8 3 1 2 (1),(2),(3),(5),(7),(9), (10),(11)

Lada,tembakau,kapas

23 1 2 8 3 1 2 (1),(2),(3),(5),(7),(9), (10),(11)

Lada,tembakau,kapas

24 1 2 8 3 1 2 (1),(2),(3),(5),(7),(9), (10),(11)

Lada,tembakau,kapas

25 1 2 8 3 1 2 (1),(2),(3),(5),(7),(9), (10),(11)

Lada,tembakau,kapas

26 3 1 6 1 5 2 (5),(6),(7),(8),(10),(12) Karet 27 3 1 6 1 5 2 (5),(6),(7),(8),(10),(12) Karet 28 2 3 3 3 6 3 Kopi,cengkeh,tembakau karet,kelapa,pisang 29 2 3 3 3 6 3 Kopi,cengkeh,tembakau karet,kelapa,pisang 30 2 3 3 3 6 3 Kopi,cengkeh,tembakau karet,kelapa,pisang 31 2 3 3 3 6 3 Kopi,cengkeh,tembakau karet,kelapa,pisang 32 2 3 3 3 6 3 Kopi,cengkeh,tembakau karet,kelapa,pisang 33 3 3 - - 12 4 - - 34 2 3 - 6 6 2 - (1),(2),(3),(4),(5),(11) 35 2 3 - 6 6 2 - (1),(2),(3),(4),(5),(11) 36 3 3 - - 12 4 - - 37 3 3 - - 12 4 - - 38 3 3 - - 12 4 - - 39 3 3 - - 12 4 - - 40 3 3 - - 12 4 - - 41 3 3 - - 12 4 - - 42 3 3 - - 12 4 - -

Page 180: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

165

Lanjutan (Lampiran 16) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 1 1 1 1 1 3 1 3 3 1 47 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 57 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 58 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 59 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 60 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 61 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 62 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 63 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 64 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 65 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 66 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 67 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69 2 1 3 3 1 2 1 1 1 1 70 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 71 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 72 1 1 1 1 1 3 1 3 3 1 73 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 74 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 75 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 76 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 77 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 78 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Page 181: KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK … · 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi ..... 36 Hasil perhitungan analisis location quotient terhadap

166

Lanjutan (Lampiran 16)

(11) (12) S $ N Kategori S $ 43 3 3 - - 12 4 - - 44 3 3 - - 12 4 - - 45 3 3 - - 12 4 - - 46 1 1 9 - 3 1 (1),(2),(3),(4),(5),(7),

(10),(11),(12) - 47 3 3 - 1 11 3 - Lada 48 3 3 - - 12 4 - - 49 3 3 - - 12 4 - - 50 3 3 - - 12 4 - - 51 3 3 - - 12 4 - - 52 3 3 - - 12 4 - - 53 3 3 - - 12 4 - - 54 3 3 - - 12 4 - - 55 3 3 - - 12 4 - - 56 2 3 1 8 3 2 Kelapa (1),(3),(5),(6),(7),(9),

(10),(11) 57 2 3 1 8 3 2 Kelapa (1),(3),(5),(6),(7),(9),

(10),(11) 58 2 3 1 8 3 2 Kelapa (1),(3),(5),(6),(7),(9),

(10),(11) 59 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 60 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 61 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 62 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 63 1 2 8 2 2 2 (1),(4),(5),(6),(7),(9),

(10),(11) Tembakau,kapas

64 1 2 8 2 2 2 (1),(4),(5),(6),(7),(9), (10),(11)

Tembakau,kapas

65 1 2 8 2 2 2 (1),(4),(5),(6),(7),(9), (10),(11)

Tembakau,kapas

66 1 2 8 2 2 2 (1),(4),(5),(6),(7),(9), (10),(11)

Tembakau,kapas

67 3 3 - - 12 4 - - 68 3 3 - - 12 4 - - 69 1 3 7 2 3 2 (2),(5),(7),(8),(9),(10),(11) Karet,lada 70 1 2 8 3 1 2 (1),(2),(3),(5),(7),(9),

(10),(11) Lada,tembakau, kapas

71 3 3 1 1 10 3 Karet Kelapa 72 1 1 9 - 3 1 (1),(2),(3),(4),(5),(7),

(10),(11),(12) - 73 2 3 1 8 3 2 Kelapa (1),(3),(5),(6),(7),(9),

(10),(11) 74 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 75 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 76 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 77 3 3 - 1 11 3 - Tembakau 78 3 3 - - 12 4 - -

Keterangan: (1) – (12): Kode kolom jenis tanaman