Adversity Quotient - Bahasa

30
ADVERSITY QUOTIENT Destroying Your Barriers to Success

description

Adversity Quotient in Bahasa (Indonesia)

Transcript of Adversity Quotient - Bahasa

Page 1: Adversity Quotient - Bahasa

ADVERSITY QUOTIENT

Destroying Your Barriers to Success

Page 2: Adversity Quotient - Bahasa

Discussions & Sharing

1. Hal-hal apa saja yang menghalangi seseorang untuk berhasil?

2. Sebutkan hal-hal yang selama ini menghalangi cabang/departemen Anda untuk mencapai hasil yang lebih tinggi

Page 3: Adversity Quotient - Bahasa

Karakteristik Orang yang Gagal

• Belajar membiarkan diri tidak berdaya

• Salah dalam menjelaskan atau merespons kesulitan

Page 4: Adversity Quotient - Bahasa

Belajar membiarkan diri tidak berdaya

• “Apapun yang saya lakukan tidak pernah membawa hasil yang lebih baik. Karena itu, tidak ada gunanya bekerja keras.”

• Saya sudah berusaha menambah merchant, kejar sales dsb, tapi gagal karena…………………………………. Maka percuma saja saya kerja keras.

• Warning! Hati-hati bagaimana merespons tantangan/kesulitan yang muncul berulang-lang

Page 5: Adversity Quotient - Bahasa

Salah dalam menjelaskan atau merespons kesulitan

Tipe Respon thp kesulitan

Dampak

Pesimis •Permanen•Meluas•Pribadi

Menderita di semua bidang kehidupan

Optimis

•Sementara•Terbatas•Eksternal

Menikmati banyak manfaat, mulai dari pekerjaan sampai kesehatan

Page 6: Adversity Quotient - Bahasa

Salah dalam menjelaskan atau merespons kesulitan

• “Kesulitan ini tidak akan pernah berakhir”

• “Ini akan menghancurkan segalanya”

• “Ini semua kesalahan saya. Saya memang tidak pernah berhasil”

Page 7: Adversity Quotient - Bahasa

3 Jenis Orang

• Berdasarkan respon seseorang atas kesulitan/tantangan yang ia hadapi, ada 3 tipe orang:

1. Quitters2. Campers3. Climber

Page 8: Adversity Quotient - Bahasa

Quitter

• Bekerja sekedar cukup untuk hidup• Memilih untuk menghindari

tantangan dan resiko• Lebih memilih menunggu daripada

memulai inisiatif

Page 9: Adversity Quotient - Bahasa

Camper

• Bekerja keras hanya untuk merasa aman

• Hanya mau melakukan perubahan kecil dan resiko minimal

• Cukup mengerjakan hal-hal yang rutin dan sesuai prosedur

Page 10: Adversity Quotient - Bahasa

Climber

• Bekerja untuk menghasilkan perubahan dan inovasi terus menerus

• Tidak takut untuk mengambil resiko yang besar

• Mencari hal-hal yang baru dan menantang

Page 11: Adversity Quotient - Bahasa

Teladan Climber Sejati: Reinhold Messner

• Reinhold Messner, pendaki gunung terhebat di dunia merupakan orang pertama yang mendaki semua empat belas gunung berketinggian 8000 meter di dunia serta memelopori rute-rute pendakian baru di puncak-puncak menantang lainnya.

• Di dalam setiap pendakiannya, ia tidak pernah menggunakan banyak perlengkapan, termasuk fixed ropes, pengangkut barang, kemah dan bahkan oksigen.

Page 12: Adversity Quotient - Bahasa

Teladan Climber Sejati: Reinhold Messner

• Sekembalinya dari puncak Nanga Parmat, Himalaya pada tahun 1970, para dokter mengamputasi tujuh dari jari-jari kaki Messner yang beku. Setelah itu ia terus mendaki belasan gunung lainnya.

• “Jika orang bilang, mereka menemui klimaksnya di Everest, mereka bohong,” kata Messner. “Itu tempat yang tidak enak.” Lalu kenapa mengambil resiko ke sana? “Tanpa resiko kehilangan nyawa,” katanya, “tak mungkin ada petualangan.”

Page 13: Adversity Quotient - Bahasa

Teladan Climber Sejati: Reinhold Messner

• Setelah kehilangan adiknya, Gunther, yang meninggal saat menuruni gunung, pendekatan Messner menjadi lebih profesional terhadak pendakiannya. “Aku benar-benar sadar bahwa hidupku terbatas, dan aku harus melakukannya,” katanya. “Itulah saat terpenting dalam hidupku.”

Page 14: Adversity Quotient - Bahasa

Teladan Climber Sejati: Reinhold Messner

• “Aku yakin, kunci untuk memahami kembali pendakian adalah berhasil kembali,” kata Reinhold kepadaku. “Artinya jika Anda berada pada wilayah sulit dan berbahaya, jika Anda kehabisan oksigen, tapi Anda berhasil kembali dengan selamat, Anda akan merasa seperti mendapat kesempatan untuk hidup kembali. Terlahir kembali. Hanya pada saat inilah Anda memahami, hidup adalah karunia terbesar yang kita miliki.”

Page 15: Adversity Quotient - Bahasa

Teladan Climber Sejati: Reinhold Messner

• “Saat usai mendaki seluruh puncak 8000 meter, aku sadar, kini aku hanya bisa mengulangnya. Yang aku lakukan sekarang membosankan. Aku suka pergi ke suatu tempat di mana semuanya baru, memulai hal baru.”

Dikutip dari National Geographic Indonesia, November 2006

Page 16: Adversity Quotient - Bahasa

Memahami AQ Anda

• Berapa skor Anda?• Rentang skor Anda tergolong

bagaimana?• Dimensi apa yang skornya paling

tinggi?• Dimensi apa yang skornya paling

rendah?

Page 17: Adversity Quotient - Bahasa

C = Control

• Control adalah tentang seberapa besar kendali yang Anda rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan

• Mereka yang skornya rendah pada dimensi C cenderung berpikir:– Ini di luar jangkauan saya!– Tidak ada yang bisa saya lakukan

sama sekali

Page 18: Adversity Quotient - Bahasa

C = Control

• Mereka yang skornya tinggi pada dimensi C cenderung berpikir:– Wow! Ini sulit! Tapi, saya pernah

mengalami yang lebih sulit lagi– Pasti ada yang bisa saya lakukan. Saya

tidak percaya saya tidak berdaya dalam situasi seperti ini

– Pasti ada solusinya. Saya harus mencari cara lain

Page 19: Adversity Quotient - Bahasa

C = Control

• “Sekalipun masalah dan tantangan yang saya hadapi begitu sulit, saya masih bisa melakukan sesuatu!”

• “Tidak ada yang tidak mungkin!”• “Setiap masalah pasti ada jalan

keluarnya!”

Page 20: Adversity Quotient - Bahasa

O = Origin & Ownership

• Origin = siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan?

Skor Origin Skor Origin RendahRendah

Skor Origin TinggiSkor Origin Tinggi

Saya memang bodoh Waktunya memang tidak tepat

Saya sudah mengacaukan semuanya

Ada sejumlah faktor yang berperan

Saya memang orang gagal

Seluruh industri sedang menderita

Page 21: Adversity Quotient - Bahasa

O = Origin & Ownership

• Ownership = sampai sejauh mana saya bertanggung jawab dan mengakui akibat-akibat kesulitan itu?

Skor Ownership Skor Ownership RendahRendah

Skor Ownership Skor Ownership TinggiTinggi

Kondisi ekonomi memang sedang buruk. Saya tidak bisa apa-apa lagi.

Perekonomian memang sedang terpuruk. Tapi saya bertanggung jawab atas kegagalan proyek tersebut.

Ini gara-gara departemen X. Saya jadi gagal karena hal itu.

Departemen X memang salah. Namun saya tidak cukup berusaha meyakinkan mereka.

Page 22: Adversity Quotient - Bahasa

O = Origin & Ownership

• “Tidak semua kegagalan adalah salah saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya!”

• “Terkadang hal-hal buruk terjadi di luar kontrol saya, namun saya tidak boleh menyerah dengan keadaan!”

Page 23: Adversity Quotient - Bahasa

R = Reach

• Reach adalah sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan saya

Skor R RendahSkor R Rendah Skor R TinggiSkor R TinggiSaya tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan merhant X. Saya pasti gagal bulan ini.

Saya gagal mencapai kesepatakan dengan merchant X, tapi saya masih bisa mendorong penjualan dari merchant lain!

Penjualan bulan ini rendah sekali. Cabang kami pasti gagal.

Penjualan bulan ini memang rendah, tapi tingkat collection masih cukup rendah.

Page 24: Adversity Quotient - Bahasa

R = Reach

• “Saya terkadang gagal dalam hal tertentu, tapi bukan berarti gagal total! Saya masih bisa mengembangkan hal-hal lainnya!”

• “Saya memang lemah dalam hal tertentu, tapi saya juga punya kelebihan lain! Saya pasti bisa mengatasinya!”

Page 25: Adversity Quotient - Bahasa

E = Endurance

• Endurance / ketahanan adalah sejauh mana Anda menganggap kesulitan akan berlangsung.Skor E RendahSkor E Rendah Skor E TinggiSkor E Tinggi

Segala sesuatunya tidak akan pernah membaik

Cepat atau lambat, masalah ini akan terselesaikan

Saya tidak akan menjadi orang sukses

Suatu saat, saya pasti akan berhasil

Saya memang ditakdirkan untuk miskin

Tidak lama lagi, saya yakin bisa hidup dengan lebih baik

Page 26: Adversity Quotient - Bahasa

E = Endurance

• “Saya memang pernah gagal, tapi saya masih punya kesempatan untuk berhasil”

• “Kesulitan ini pasti akan berlalu. Saya hanya perlu bertahan dan terus berjuang sampai berhasil!

Page 27: Adversity Quotient - Bahasa

Character cannot be developed in ease and quiet. Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experiences of trial and suffering Only through experiences of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, can the soul be strengthened, vision cleared,

ambition inspired and success achieved.ambition inspired and success achieved.--Helen Keller----Helen Keller--

Page 28: Adversity Quotient - Bahasa

Bagaimana Memperbaiki AQ Anda:

METODE LEADMETODE LEAD

• LListen dengarkan respon Anda terhadap kesulitan– Apakah itu respon AQ yang rendah atau

tinggi– Dimensi mana yang rendah dan tinggi?

• EExplore jajaki asal usul kesulitan dan bertanggungjawablah– Mana yang salah saya, mana yang bukan?– Bagaimana saya dapat bertanggung jawab?

Page 29: Adversity Quotient - Bahasa

Bagaimana Memperbaiki AQ Anda:

METODE LEADMETODE LEAD

• AAnalyze analisa bukti-buktinya?– Apa buktinya bahwa saya tidak memiliki

kendali?– Apa buktinya bahwa kesulitan dan kegagalan

akan menjangkau wilayah-wilayah lainnya?– Apa buktinya bahwa kesulitan akan

berlangsung lebih lama dari semestinya?

• DDo lakukan sesuatu!– Apa yang bisa saya lakukan untuk

mengendalikan hal ini?– Apa yang bisa saya lakukan untuk membatasi

jangkauan dan lamanya kesulitan ini?

Page 30: Adversity Quotient - Bahasa

What Next?

“Mulailah dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri, mulailah dari sekarang!”

--Aa Gym--

“Sow a thought, reap an action. Sow an action, reap a habit.

Sow a habit, reap a character”