Keterkaitan Kartografi Dan Penginderaan Jauh Terhadap Pengembangan Wilayah Dan Kota
-
Upload
widian-fitrawulan-darwis -
Category
Documents
-
view
107 -
download
17
description
Transcript of Keterkaitan Kartografi Dan Penginderaan Jauh Terhadap Pengembangan Wilayah Dan Kota
KETERKAITAN KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA
Kartografi atau pemetaan mempelajari representasi permukaan bumi dengan
simbol abstrak. Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian
sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk
membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa
dimengerti orang lain secara efektif, dan psikologi perilaku untuk memengaruhi pembaca
memahami informasi yang dibuatnya.
Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah
ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di
(dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji,
melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang
berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam
bentuk citra.
Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu
mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut
kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan
cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota besar,
atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau
mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang
dihadapi para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat
desa dan kota danPertumbuhan Pintar (Smart Growth). Ilmu ini sangat membutuhkan peta
untuk dapat melihat potensi yang akan dikelolahnya.
1
Peta dalam geografi adalah gambar rupa bumi yang umumnya berbentuk dua
dimensi statis. Pada peta terdapat skala yang menyatakan perbandingan antara ukuran
objek di peta dengan ukuran sebenarnya di muka bumi. Jika suatu objek di peta skala
1:25000 memiliki panjang 4 cm maka ukuran sebenarnya adalah 1 km (4 cm x 25000 cm =
100.000 cm = 1000 m = 1 km). Semakin besar skala peta semakin detil bentuk rupa bumi
nampak di peta. Peta-peta dengan skala 1:1000, 1:2000 mapun 1:5000 biasa disebut peta
skala besar, sedang peta skala 1:250.000, 1:500.000 maupun 1:1.000.000 disebut peta
skala kecil, dan diantaranya disebut peta skala menengah.
Sumber data peta biasanya dari hasil survai terestris, data tabular, foto udara, juga
dari citra satelit. Yang terakhir disebut ini perkembangannya sangat pesat sekali. Dimulai
dari citra Landsat-1 pada tahun 1972 hingga terkini 2009 adalah WoldView-2 yang
mengusung keunggulaan resolusi spasial yang tinggi (0,5 m). Resolusi spasial berkenaan
dengan ukuran sebuah piksel citra yang mewakili suatu area di permukaan bumi. Ukuran
kuantitatif dari resolusi spasial citra adalah seberapa detail suatu wilayah nampak dalam
citra. Citra-citra satelit yang memiliki resolusi spasial 0,4 – 4 m disebut citra bersolusi
tinggi, 4 – 30 m disebut menengah (sedang), dan 30 m hingga > 1000 m disebut
beresolusi rendah. Sebagai contoh, citra-citra dari satelit GeoEye-1, WorldView-2,
WorldView-1, QuickBird, IKONOS, FORMOSAT-2, and SPOT-5 adalah citra bersolusi
tinggi. Citra-citra dari satelit ASTER, LANDSAT 7 dan CBERS-2 dikelompokkan pada citra
bersolusi menengah. Sedangkan citra-citra dari satelit NOAA AVHRR, Terra MODIS dan
Aqua MODIS dikelompokkan ke citra beresolusi rendah. Untuk kepentingan pemetaan
baik itu untuk tata ruang wilayah maupun yang lainnya, pemilihan data citra yang tepat
sangatlah penting.
2
Memilih citra yang tepat bukan cuma didasari oleh ‘budget’. Karena keterbatasan
dana maka citra yang dibeli seadanya saja atau sebaliknya, memiliki dana tak terbatas
maka citra yang dibeli terlalu berlebih (mis: WorldView-2) padahal hanya untuk klasifikasi
tutupan pada skala wilayah yang cukup luas (kabupaten – propinsi). Hal ini justru bisa
memperumit pekerjaan. Sekedar mengingat saja, bahwa klasifikasi penggunaan lahan
pada citra bersolusi tinggi (WorldView-2, QuickBird, Ikonos) lebih susah dibanding citra
yang mempunya resolusi spasial rendah maupun menengah (Landsat, ASTER, dll).
Karena variasi spasial pada citra beresolusi tinggi lebih tinggi dibanding yang beresolusi
menengah maupun rendah, terlebih untuk wilayah-wilayah perkotaan. Jika hanya
menggunakan metode klasifikasi standar seperti Maximum Likehood hasilnya tidaklah
begitu menggembirakan.
Karenanya memilih citra yang sepadan untuk pemetaan adalah hal penting. Untuk
memilih citra yang sepadan untuk pemetaan yang optimum ada rumusan matematisnya.
Rumusan ini dicetuskan oleh Wado R. Tobler pada tahun 1987. Mr. Tobler adalah seorang
profesor emiritus bidang geografi dari universitas California-Santa Barbara, Amerika. Dia
banyak menemukan perhitungan proyeksi peta dan dikenal sebagai ‘pembuat peta’.
Menurutnya seorang kartograf (ahli perpetaan) selalu ingin memasukkan ‘objek’ sekecil
apapun dalam peta, karena setiap informasi sekecil apapun pada dasarnya penting.
Namun karena keterbatasan penyajian (tergantung besarnya skala yang menjadi target),
maka tidak smua objek bisa tampak dalam peta, objek yang terlalu kecil dengan
sendirinya akan hilang atau justru perlu dihilangkan agar peta yang ditampilkan nanti
nampak lebih apik.
3
Adapun rumusan atau aturan kesepadanan skala peta dan resolusi spasial citra
dari Tobler ini adalah“Bagi bilangan penyebut skala peta dengan 1000 ( penggunaan
angka 1000 dimaksudkan agar terdeteksi dalam satuan meter) maka resolusi citra yang
sepadan adalah setengah dari hasil pembagian tersebut”.
Sebagai contoh, jika kita tidak yakin berapa besar resolusi citra yang efektif
diperlukan utuk mendeteksi objek pada skala peta 1:50.000, maka sesuai aturan Tobler,
resolusi citra yang diperlukan adalah 25 m, angka ini diperoleh dari 50.000 / (1000 * 2).
Jika kita sudah mengetahui resolusi citra yang diperlukan, maka selanjutnya kita bisa
mencari citra satelit apa yang diperlukan, QuickBird kah? Ikonos kah? Landsat kah?
Atau sebaliknya jika kita memiliki data citra satelit beresolusi 1 m, maka berapa
besar skala peta yang optimum dihasilkan? Masih sesuai aturan Tobler, jawabnya adalah
sebagai berikut:
Skala peta = Resolusi spasial citra (dalam meter) * 2 * 1000
Skala peta = 1 * 2 * 1000
Skala peta = 2000, atau 1:2000
Contoh hasil perhitungan kesepadanan skala peta dan resolusi spasial citra sesuai
aturan Tobler bisa dilihat pada tabel berikut.
4
Tobler telah membantu kita dalam memilih citra satelit dari sudut resolusi spasial,
namun demikian hal tersebut tidaklah cukup karena pemilihan citra untuk pemetaan bukan
hanya dilandasi oleh resolusi spasialnya saja tetapi perlu dipertimbangkan resolusi
temporal maupun resolusi spektralnya. Resolusi temporal menyangkut rentang waktu
satelit dalam mengindera (mengunjungi) lokasi yang sama di muka bumi. Satelit Landsat
memiliki waktu kunjung 16 hari, sementara FORMOSAT-2 dan WorldView-2 waktu
kunjungnya per hari (tiap 1 hari). Namun demikian dengan kecepatan waktu kunjungnya
yang per hari itu, orbit satelit FORMOSAT-2 mesti merelakan beberapa wilayah di muka
bumi yang tak kan pernah dikunjunginya.
5
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
http://lajugandharum.wordpress.com/2011/01/07/kesepadanan-skala-peta-dan-
resolusi-spasial-citra
6