laporan kartografi
-
Upload
hariyanthi17 -
Category
Documents
-
view
82 -
download
9
description
Transcript of laporan kartografi
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kartografi merupakan bagian dari ilmu geografi yang berhubungan dengan
pemetaan. Hal ini berkaitan erat dengan sistem komunikasi antara si pembuat peta
dan si pengguna peta. Untuk menyampaikan berbagai informasi, baik berupa
informasi grafis maupun informasi atribut, diperlukan media yang tepat untuk
menyampaikannya, yaitu dengan menggunakan peta sebagai media komunikasi
dalam bentuk hardcopy maupun dalam bentuk softcopy.
Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang didesain untuk mampu
menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian dari
kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis,
memperkirakan dan menghasilkan gambaran kartografi.
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran
permukaan bumi dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor
maupun raster.
Pelaksanaan praktek lapang berdasarkan pada kurikulum Jurusan Geografi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar
yang dialokasikan waktunya pada semester genap (semester II). Pada praktik
lapangan kartografi yang dilakukan di Lingkungan Panaikang yaitu praktik dalam
mengukur arah jalan dengan menggunakan alat optiK maupun alat non optik yang
kemudian di tuangkan dalam bentuk peta arah jalan dan peta kemiringan sebuah
daerah. Praktik ini merupakan salah satu penunjang dalam mata kuliah Kartografi
Dasar. Pelaksanaan praktek lapang ini wajib diikuti oleh semua mahasiswa yang
memprogram mata kuliah Kartografi Dasar. Praktek ini disinergikan antara teori
1 | P a g e
yang diterima mahasiswa dalam ruangan kelas dengan kondisi nyata di lapangan.
Baik konsep Kartografi Dasar dalam kaitannya dengan ilmu geografi.
B. Tujuan Praktikum
1. Melatih mahasiswa terampil menggunakan theodolit untuk pengukuran
lapang.
2. Melatih mahasiswa terampil menggambar peta berdasarkan hasil ukuran
lapang dengan menggunakan kompas dan theodolit.
3. Mahasiswa dapat lebih terampil melakukan ploting di lapangan untuk
menggambar peta.
4. Melatih mahasiswa terampil menggunakan alat ukur lapang (theodolit) guna
mengambil data untuk menggambar peta.
5. Dapat mengolah data hasil pengukuran lapang.
C. Sasaran Praktikum
a. Mahasiswa yang memprogram mata kuliah Kartografi sebanyak 37 orang.
b. Pembimbing yang terdiri atas :
1) 2 Dosen pembimbing/penanggung jawab
2) 4 Asisten
D. LokasiSesuai tujuan dan jenis pengukuran yang akan dilatihkan, maka lokasi
praktikum mengambil tempat yaitu di Lingkungan Panaikang, Kel. Bonto Leru,
Kec. Tinggi Moncong, Kab. Gowa.
E. Waktu PelaksanaanPraktikum lapang ini direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 13 - 14
April 2013.
2 | P a g e
F. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal Jam Kegiatan
Sabtu, 13 April 2013 Pukul 07.30 – 09.00 Tunggu mobil
Pukul 09.00 – 11.30
Perjalanan dari kampus
menuju lokasi tempat
praktek lapang.
Pukul 11.30 – 14.00 Istirahat , Makan Siang
Pukul 14.00 – 16.30Praktek menggunakan alat
dan mengukur jarak
Pukul 16.30 – 19.30 Istirahat
Pukul 19.30 – 02.30Pengolahan data dan
menggambar peta
Pukul 02.30 – 06.30 Istirahat ( tidur )
Minggu, 14 April 2013 Pukul 06.30 – 11.00 Free
Pukul 11.00 – 13.30Perjalanan untuk kembali
ke kampus
BAB II
3 | P a g e
KAJIAN TEORI
A. Konsep-konsep Kartografi
Kartografi adalah suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan
kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh
permukaan bumi , atau benda-benda angkasa dan menyajikan dalam suatu bentuk
yang dapat mudah diobservasi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
komunikasi (Sukoco,1998).
Karena digunakan untuk kepentingan komunikasi maka diperlukan teknik-
teknik khusus dan pengetahuan estetika ,maka ICA pada tahun 1973
menyimpulkan bahwa kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi
tentang pembuatan peta-peta , sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen-
dokumen ilmiah dan hasil karya seni (Khakim, Nurul, 2007).
Tujuan Kartografi ialah mengumpulkan dan menganalisis data serta
pengukuran-pengukuran dari variasi pola permukaan bumi dan menyajikannya
secara grafis dengan skala diperkecil sehingga elemen dari pola tadi dapat
ditampilkan dengan jelas terlihat.
Peta adalah gambaran konvensional pola-pola permukaan bumi yang dilihat
dari atas dan padanya ditambahkan tulisan-tulisan untuk identifikasi (Raisz, 1970).
Peta adalah: (a) alat ilmiah yang tepat digunakan untuk berbagai penelitian dan
beberapa aplikasi teknik, (b) suatu bentuk komunikasi grafis (Robinson dan Sale.,
1965).
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh wilayah permukaan bumi
dengan berbagai kenampakannya pada suatu bidang datar dengan menggunakan
skala tertentu (Gunawan, T., dkk., 2004).
Peta (map) berasal dari bahasa Yunani “mappa”, artinya taplak atau kain
penutup meja. Pada awalnya peta hanya menggambarkan kenampakan nyata yang
ada di permukaan bumi. Sejalan dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan,
4 | P a g e
saat ini peta digunakan pula untuk menggambarkan hal-hal yang bersifat abstrak
dan benda angkasa.
Peta adalah gambaran objek yang diseleksi dan diperkecil, harus
digambarkan pada bidang datar (kertas) dengan proyeksi tertentu. Objek tersebut
dapat berupa kenampakan atau data tentang permukaan bumi atau benda angkasa.
Dalam penggambaran, unsur-unsur digambarkan dalam bentuk simbul-simbul.
Ukuran objek diperkecil dengan menggunakan skala.
Untuk dapat melakukan penggambaran peta yang benar, harus diketahui
terlebih dahulu konsep pemetaan. Konsep pemetaan ialah bagaimana dapat
menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan bumi yang bentuknya
melengkung itu ke bidang datar yang disebut peta dengan mendekati kebenaran
yaitu dengan distrosi sekecil-kecilnya.
Untuk penggambaran tersebut pasti dijumpai kesulitan, karena bidang asli
yang akan digambar (bola/globe) berbeda dengan bidang yang digunakan untuk
menggambar (kertas/peta). Bola bumi/globe merupakan bangun tiga dimensi,
sedangkan kertas/peta merupakan bangun dua dimensi. Ini dapat dibayangkan
apabila seseorang ingin mendatarkan kulit jeruk yang melengkung. Tanpa adanya
kerutan dan sobekan pada kulit jeruk itu, tidak akan mungkin diperoleh kulit jeruk
yang datar. Kerutan dan sobekan itulah yang menyebabkan terjadinya distorsi.
Distorsi yang timbul dalam proyeksi peta mungkin berupa distorsi jarak, sudut,
yang dapat mengakibatkan terjadinya distorsi luas, dan bentuk.
B. Alat-Alat dan Bahan yang Digunakan
1). Alat yang Digunakan
Optik
a. Alat ukur tanah (theodolite)
Non optik
a. Kompas geologi
b. Busur derajat
5 | P a g e
c. Mistar
d. Payung
e. Roll meter
f. GPS
g. Klinometer
2). Bahan yang Digunakan
a. Kertas milimeter
b. Pensil 2 H
c. Penghapus
1. Theodolit
Theodolit mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Teropongnya pendek, mempunyai benang silang yang dicoretkan pada kaca
dilengkapi dengan alat bidikan senapan atau komentar untuk pengarahan
kasar.
b. Lingkaran-lingkaran horizontal dan vertikal dibuat dari kaca dengan garis-
garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya.
c. Sistem-sistem pembacaan lingkaran pada dasarnya terdiri atas sebuah
mikroskop dengan optika di dalam instrumen.
d. Lingkaran vertikal diberi petunjuk seksama terhadap gaya tarik bumi.
e. Putaran dalam sumbu I terjadi dalam baja atau pada pola bantalan poros.
f. Bidang sekrup penyetel terdiri atas tiga sekrup atau roda sisir.
g. Dasar atau kerangka bawah theodolit sering dirancang agar instrumen dapat
saling tukar dengan alat tambahannya.
h. Pemusat optis terpasang ke dalam dasar atau alidade kebanyakan theodolit,
menggantikan bandul anting dan menyebabkan pemusatan dapat dilakukan
dengan ketelitian tinggi.
6 | P a g e
i. Kotak pembawa, untuk membawa theodolit yang terbuat dari baja logam
campuran atau plastik berat. Kotak pembawa biasanya ringkas, kedap air dan
dapat dikunci.
j. Alar-alat ukur jarak dapat bersifat bagian permanen dan terpadu dari theodolit
k. Kaki tiga, merupakan kerangka lebar yang berfungsi ganda untuk
membetulkan dan mendatarkan letak theodolit
a. Theodolit Digital
Theodolit terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian bawah, bagian tengah, dan
bagian atas. Bagian bawah terdiri dari skrup penyetel yang menyangga suatu
tabung dan plat yang berbentuk lingkaran. Bagian tengah terdiri dari suatu rambu
yang dimasukkan ke dalam tabung, dimana pada bagian bawah sumbu ini adalah
sumbu tegak atau sumbu pertama (S1). Di atas S1 diletakkan lagi plat yang
berbentuk lingkaran yang berjari-jari lebih kecil daripada jari-jari plat bagian
bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca yang disebut nonius
(N0). Suatu nivo diletakkan pada atas plat nonius untuk membuat sumbu tegak
lurus. Bagian atas terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua (S2), pada
S2 diletakkan plat berbentuk lingkaran dan dilengkapi skala untuk pembacaan
skala lingkaran. Pada lingkaran tegak ini di tempatkan kedua noniuspada
penyangga S2.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada dua perbedaan antara lingkaran
mendatar dengan lingkaran vertikal. Untuk skala mendatar titik harus ikut berputar
bila teropong diputar pada S1 dan lingkaran berguna untuk membaca skala sudut
mendatar. Sedangkan lingkaran berskala vertikal baru akan berputar bila teropong
diputar terhadap S2. Pembacaan ini digunakan untuk mengetahui sudut miring.
Cara penggunaan theodolit digital :
1. Cara seting optis
a) Alat diletakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong
untuk centering optis.
7 | P a g e
b) Pengunci kaki statif dikendurkan, kaki statif ditancapkan ke tanah dan
dikunci atau di kencangkan lagi.
c) Gelembung nivo diatur berada tepat pada tengah lingkaran.
d) Mengatur salah satu nivo tabung dengan mengatur sekrup pengatur nivo.
e) Mengatur nivo tabung yang lain.
f) Mengatur nivo teropong dengan sekrup pengatur nivo teropong.
2. Cara penggunaan alat
a) Memasukkan baterai ke dalam tempatnya kemudian
melakukancentering optis ke atas.
b) Menghidupkan display dan atur sesuai keperluan.
c) Untuk membaca sudut mendatar, arahkan teropong pada titik yang
dikehendaki kemudian membaca padadisplay.
d) Untuk membaca sudut vertikal, teropong diarahkan secara vertikal dan
kemudian dibaca pada display.
Gambar 3.1. Theodolit Digital
8 | P a g e
Keterangan gambar theodolit digital ( DT 20 ES ) :
1. Nivo kotak, untuk menyeimbangkan kedudukan theodolit
2. Klem pengunci, untuk mengunci theodolit agar tidak bergerak
3. Penggerak halus, untuk menempatkan tanda (+) tepat pada tiang skala
4. Tempat battery, tempat meletakkan battery
5. Klem pengunci lingkaran horisontal, untuk mengunci lensa
6. Penggerak halus lingkaran horisontal, memperjelas tampilan pada tiang
skala
7. Klem pengatur nivo tabung, untuk mengatur nivo tabung
8. Handle / pembawa, tempat melekatnya theodolit
9. Lensa okuler, sebagai tempat pengamatan
10. Klem pengatur fokus benang, untuk mengatur ketepatan tanda (+) pada
tiang skala
11. Tombol ON / OFF, untuk mengaktifkan dan menonaktifkan theodolit
12. Nivo tabung, untuk mengatur keseimbangan theodolit
13. Display, untuk mengunci letak titik koordinat
14. Keyboard ( papan tombol ), sebagai tempat melekatnya tombol
15. Plat dasar, tempat dudukan theodolit
b. Theodolit 0 (T0)
Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit digital,
hanya pada alat ini pembacaan sudut azimuth dan sudut zenithdilakukan secara
manual. Theodolit 0 (T0) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian
tengah, dan bagian bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang dimasukkan ke
dalam tabung, di atasnya terdapat alat pembacanonius. Di tepi lingkaran terdapat
alat pembacanonius. Bagian atas terdiri dari bagian mendatar. Di atasnya terdapat
teropong dilengkapi dengan sekrup-sekrup pengatur fokus dan garis-garis
bidik diagfragma.
Cara penggunaan theodolit 0 (T0) :
9 | P a g e
a. Alat dipasang di atas patok. Untuk mengetahui as pesawat tepat di atas patok
atau belum, digunakan pendulum dan diusahakan ketelitiannya 3 mm. Jika
alat belum tepat di atas patok, maka perlu digeser sehingga pendulum tepat
berada di atas patok.
b. Sebelum digunakan alat diatur sedemikian rupa sehingga alat berada dalam
posisi mendatar. Pengaturan dilakukan dengan bantuan sekrup pengatur
instrumen dan nivo kotak. Setelah dilakukan pengaturan dengan tepat, alat
dapat digunakan.
10 | P a g e
Gambar 3.2. Theodolit Konvensional ( T0 )
Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :
1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif, lensa yang dekat dengan objek
6. Klem vertikal teropong, mengunci klem vertikal
7. Penggerak halus teropong, untuk menempatkan tanda (+) pada tiang skala
8. Klem alhidade horisontal, mengunci leher theodolit
9. Penggerak halus horisontal, memperjelas angka pada tiang skala
10. Nivo kotak alhidade horisontal, menyeimbangkan theodolit
11. Plat dasar instrumen, tempat dudukan theodolit
12. Nivo tabung alhidade horisontal, mengatur keseimbangan theodolit
c. Cara Menggunakan Theodolit
Sebelum mengadakan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan peninjauan
terhadap daerah yang akan dipetakan, karena dalam pengukuran ini yang diukur
adalah panjang jalanan maka kita harus menentukan titik-titik atau tempat-tempat
yang akan dipasangi patok dan penempatan patok tidak boleh asal-asalan saja.
Langkah pertama adalah penempatan patok pada tempat-tempat tertentu,
misalnya pinggir jalan, sudut kelokan dan lain sebagainya. Penempatan patok ini
dimaksudkan agar dalam penggambaran nantinya, hasil pengukuran sesuai benar
dengan keadaan jalan, baik profil maupun penampangnya.
Langkah – langkah meliputi :
1. Persiapan peralatan yang dibutuhkan serta periksa kelengkapan .
2. Pilih alat yang baik dan tempat yang aman untuk mendirikan alat ukur
theodolit (tanah tidak rapuh, terhindar dari gangguan lalu lintas dsb).
11 | P a g e
3. Dirikan statif dengan aman sesuai dengan keadaan setempat maupun
jarum ukur.
4. Pasang alat ukur theodolit diatas statif dan eratkan dengan skrup
pengunci hingga aman.
5. Mensejajarkan unting – unting dengan titik pengamatan.
6. Atur gelembung nivo kotak ketengah dengan skrup A, B, dan C.
7. Dengan cara yang sama seperti halnya mengatur nivo kotak, atur nivo
tabung sedemikian rupa sehingga posisinya tepat ditengah – tengah.
8. check kedudukan alat ukur theodolit, apakah tepat vertikal di atas titik.
9. Jika kedudukan alat ukur tidak dapat vertikal di atas titik, buka skrup
penggail alat ukur ke statif dan geser – geserkan theodolit tersebut secara
hati – hati sehingga posisinya tepat vertikal di atas titik.
10. Mengatur pencerahan melalui skrup pengukuran sampai mistar ukur
dapat terbaca.
11. Membidik mistar ukur, kemudian membaca benang atas, benang tengah,
dan benang bawah.
12. Mengatur posisi cermin sehingga mendapatkan intensitas cahaya yang
cukup untuk membaca sudut vertikal, dan horizontal.
13. Membaca sudut vetikal dan horizontal, dalam penentuan sudut horizontal
dan vertikal pada theodolith T1 untuk menentukan detik menggunakan
skrup pengukur detik
14. Mencatat semua hasil pembacaan alat serta mengisi tabel isian.
15. Melakukan langkah langkah pada no. 3 – 14 pada setiap titik (titik 1- 6).
2. Kompas
1. Kompas geologi
Kompas, klinometer, dan “hand level” merupakan alat-alat yang dipakai
dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan
12 | P a g e
unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga
fungsi alat tersebut.
Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan dalam
(Gambar -1). Yang terpenting diantaranya adalah :
a. Jarum magnet
Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi
(bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan dari posisi
utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda
dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi
yang benar maka “graduated circle” harus diputar.
Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat tanda
yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya
diberi warna (merah, biru atau putih).
b. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)
Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu
kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N)
sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan
kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N)
dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat (W). (Gambar
II.2)
c. Klinometer
Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau
kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan
dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala (Gb.
II.3A). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.
13 | P a g e
Gambar 3.3. Kompas tipe Brunton 2. Kompas Bidik
Kompas adalah alat bantu untuk menentukan arah mata angin. Bagian-
bagian kompas yang penting antara lain :
a) Dial, yaitu permukaan di mana tertera angka dan huruf seperti pada
permukaan jam.
b) Visir, yaitu pembidik sasaran
c) Kaca Pembesar, untuk pembacaan pada angka
d) Jarum penunjuk, untuk menunjuk arah
e) Tutup dial dengan dua garis bersudut 45
f) Alat penggantung, dapat juga digunakan sebagai penyangkut ibu jari untuk
menopang kompas pada saat membidik.
Angka-angka yang ada di kompas dan istilahnya
North = Utara = 0
North East = Timur Laut = 45
East = Timur = 90
South East = Tenggara = 135
South = Selatan = 180
South West = Barat Daya = 225
West = Barat = 270
North West = Barat Laut = 325
14 | P a g e
Gambar 3.4. Kompas Bidik
BAB IIIPEMBAHASAN
A. Hasil Pengukuran
Data Kelompok 1 Besar
TitikTinggi
(cm)BA BB
JarakAzimuth
(HA)
Back
AzimuthKemiringan VASebenarnya
(m)
Peta
(cm)
0-1 141 154 128 26 1.3 88o42’53” 268o42’53” 72o22’45” 18o
1-2 141 156 126 30 1.5 97o25’37” 277o25’34” 97o29’05” 7o
2-3 139 153 123 30 1.5 92o26’20” 272o26’20” 89o54’44” 1o
3-4 139 152 126 26 1.3 99o57’47” 279o57’47” 93o35’44” 3o
4-5 145 148 141 7 0.35 59o11’07” 239o11’07” 87o06’19” 3o
15 | P a g e
5-6 148 163 133 30 1.5 80o13’52” 90o09’05” 0o
6-7 142 149 155 14 0.7 80o36’23” 260o36’23” 88o38’32” -2o
7-8 142 158 126 32 1.6 79o50’30” 99o52’25” -9o
8-9 143 156 130 26 1.3 77o10’08” 257o10’08” 82o10’35” -8o
9-10 143 157 129 28 1.4 89o52’14” 97o53’42” -7o
10-11 133 138 128 10 0.5 63o36’22” 543o36’22” 88o02’44” -2o
11-12 133 147 117 30 1.5 48o03’58” 99o59’17” -9o
12-13 136 148 124 24 1.2 43o21’05” 223o21’05” 83o46’03” -7o
13-14 136 169 119 50 2.5 34o03’11” 99o33’23” -9o
14-15 133 138 127 11 0.55 78o34’02” 258o34’02” 82o42’44” -8o
15-16 133 142 125 17 0.85 73o31’34” 101o39’16” -11o
16-17 142 151 131 20 1 49o46’45” 229o46’45” 93o35’01” 3o
17-18 142 151 127 30 1.5 17o15’32” 91o40’20” -1o
Catatan : Skala 1 : 2000
Data Kelompok 2 Besar
Titik
Tingg
i
(cm)
BA BB
JarakAzimuth
(HA)
Back
AzimuthKemiringan VASebenarnya
(m)
Peta
(cm)
0-1 148 168 126 42 2.1 101o53’53” 281o53’53” 76o05’22” 14o
1-2 130 145 115 30 1.5 100o56’09” 280o56’09” 78o22’42” 12o
2-3 134 151 117 34 1.7 109o55’41” 289o55’41” 84o00’21” 6o
3-4 136 148 124 24 1.2 124o01’38” 304o01’38” 94o13’26” 4o
4-5 136 163 113 50 2.5 104o31’20” 284o31’20” 80o53’23” 10o
5-6 151 163 140 23 1.15 113o22’58” 293o22’58” 98o22’58” 8o
6-7 151 178 125 53 2.65 72o48’40” 252o48’40” 83o39’42” 7o
7-8 145 149 140 9 0.45 188o40’04” 08o40’04” 92o10’13” 2o
8-9 145 155 135 20 1 174o08’35” 354o08’35” 87o39’40” 3o
16 | P a g e
9-10 139 150 127 23 1.15 50o23’28” 230o23’28” 88o49’44” 2o
10-11 139 146 132 14 0.7 121o34’25” 301o34’25” 75o13’03” 15o
11-12 138 150 126 24 1.2 54o23’14” 234o23’14” 103o23’57” 13o
12-13 138 153 121 32 1.6 69o48’21” 249o48’21” 80o18’34” 10o
13-14 135 142 129 13 0.65 81o22’19” 261o22’19” 98o46’21” 8o
14-15 135 153 116 37 1.85 98o27’09” 278o27’09” 88o49’16” 2o
15-16 137 147 127 20 1 83o31’43” 263o31’43” 91o27’43” 1o
16-17 137 155 118 37 1.85 115o13’06” 295o13’06” 86o50’34” 4o
Catatan : Skala 1 : 2000
Data Kelompok 3 Besar
Titik
Tingg
i
(cm)
BA BB
JarakAzimuth
(HA)
Back
AzimuthKemiringan VASebenarnya
(m)
Peta
(cm)
0-1 147 155 139 16 0.8 234o06’38” 54o06’38” 98o01’56” -8o
1-2 148 161 135 26 1.3 249o46’47” 69o46’47” 103o14’10” -13o
2-3 154 169 139 30 1.5 261o18’04” 81o18’04” 103o40’27” -13o
3-4 153 166 141 25 1.25 268o40’30” 88o40’30” 101o12’23” -11o
4-5 144 157 132 25 1.25 279o51’47” 99o51’47” 80o12’28” -10o
5-6 144 153 135 18 0.9 278o48’38” 98o48’38” 97o16’48” -7o
6-7 143 158 129 29 1.45 274o16’48” 94o16’48” 82o39’09” -8o
7-8 143 157 129 28 1.4 270o45’38” 90o45’38” 101o27’04” -11o
8-9 143 165 121 44 2.2 265o10’23” 85o10’23” 81o10’01” -9o
9-10 143 167 119 48 2.4 254o00’22” 74o00’22” 97o57’40” -7o
10-11 144 168 120 48 2.4 256o38’37” 76o38’37” 83o59’49” -7o
11-12 144 160 128 32 1.6 263o13’31” 85o13’31” 93o22’39” -3o
12-13 143 166 121 45 2.25 0o40’32” 180o40’32” 90o43’27” 0o
13-14 142 165 121 44 2.2 01o54’10” 181o54’10” 94o14’39” -4o
14-15 142 153 131 22 1.1 344o31’01” 164o31’01” 77o33’47” 13o
15-16 145 158 152 26 1.3 359o06’26” 174o06’26” 85o46’51” 7o
Catatan : Skala 1 : 2000
17 | P a g e
B. Pembahasan Peta
1. Peta Kemiringan
1) Lokasi 1
Pada lokasi pertama gambar peta yang di gambar menunjukkan bahwa
lokasi pengukuran dari titik 1 – titik 7 merupakan daerah
pendakian/tanjakan. Sedangkan pada titik 8 merupakan turunan. Hal tersebut
dapat di lihat dari data kemiringan yang di peroleh yaitu kemiringannya
(VA) 18o, 7o ,1o , 3o, 3o, 0o, -2o, -9o, -8o, -7o ,-2o, -9o, -7o, -9o, -8o, -11o, 3o, dan -
1o . Dimana hasil data yang di peroleh ada yang menghasilkan minus (-)
yang berarti penurunan dan yang positif menunjukkan kenaikan. Jumlah
titik pengukuran yaitu 18 titik.
2) Lokasi 2
Pada lokasi kedua daerah pengukuranya merupakan daerah
pendakian/tanjakan karena gambar peta menunjukkan kemiringan yang
semakin naik. Hal tersebut dapat dilihat dari data kemiringan yang di peroleh
yaitu kemiringan (VA) 14o, 12o, 6o, 4o, 10o, 8o, 7o, 2o, 3o, 2o, 15o, 13o, 10o, 8o,
2o, 1o, dan 4o. Jumlah titik pengukuran yaitu 17 titik.
3) Lokasi 3
Pada lokasi ketiga daerah pengukuran merupakan daerah penurunan
karena gambar peta yang di buat menunjukkan daerah penurunan, tetapi
pada titik 14 – 15 terjadi penaikan/tanjakan. Hal tersebut dapat dilihat dari
data kemiringan yang di peroleh yaitu kemiringan (VA) -8o, -13o, -13o, -11o,
-10o, -7o, -8o, -11o, -9o, -7o, -7o, -3o, 0o, -4o, 13o, dan 7o. Jumlah titik
pengukuran yaitu 16 titik.
2. Peta Arah Jalan
Pada peta arah jalan gambar petanya menunjukkan bahwa pada lokasi
pertama yaitu pada titik dimulainya pengukuran sampai titik ke- 4 jalannya
18 | P a g e
lurus, sedangkan pada titik 4 ada sedikit belokan. Pada titik 5 – 9 jalan yang di
lalui lurus, sedangkan pada titik 9 ada belokan. Titik 10 juga merupakan
belokan. Titik 11 – 14 jalan lurus. Pada titik 14 terjadi belokan dan daerah titik
14 – 18 juga merupakan jalan yang berbelokan.
Lokasi kedua pengukuran dimulai dari titik ke- 6 dari lokasi pertaman.
Titik dimulainya pengukuran sampai titik ke- 3. Pada titik 3 ada sedikit
belokan. Titik 6 juga merupakan belokan. Pada titik 7 merupakan belokan tajam
begitu pula dengan titik 9, 10, dan 11. Titik 11 – 15 juga merupakan belokan,
begitu pula dengan titik 15 dan juga 16.
Lokasi ketiga pengukurannya dimulai dari titik ke- 9 dari lokasi kedua.
Pada titik 1 - 11 juga merupakn daerah yang berkelok tetapi belokannya tidak
begitu tajam. Belokan yang tajam terjadi pada titik 12, sedangkan pada titik 14
juga merupakan belokan tetapi hanya merupakan belokan biasa. Jalan titik 15 –
16 lokasi ketiga bertemu di titik antara 0 – 1 dari lokasi pertama.
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di petik dari laporan Kartografi ini yaitu
1. Kartografi adalah suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan
kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh
permukaan bumi.
19 | P a g e
2. Alat-alat yang digunakan dalam praktik Kartografi terdiri atas 2 yaitu alat
optic dan non optic. Yang termasuk alat optic yaitu Thedolite dan alat non
optic yaitu kompas, Busur derajat , Mistar, Roll meter , GPS, dan Klinometer.
3. Peta yang di buat ada 4 yaitu peta arah jalan, peta kemiringan lokasi 1, peta
kemiringan lokasi 2, dan peta kemiringan lokasi 3 yang dimana peta
kemiringan tersebut memiliki kemiringan yang berbeda-beda.
B. Saran
Saya sebagai penulis menyarankan agar pada pelaksanaan praktek yang
berikutnya supaya lebih baik praktek.
DAFTAR PUSTAKA
http://agungrisnawan.blogspot.com/2011/03/kartografi-dasar.html. Diakses pada tanggal 13 Mei 2013. Makassar.
http://dediirawan66.wordpress.com/kartografi/ . Diakses pada tanggal 11 Mei 2013. Makassar.
http://forester-untad.blogspot.com/2012/11/laporan-lengkap-geodesi.html. Diakses pada tanggal 12 Mei 2013. Makassar.
20 | P a g e
http://geografiugm2012.blogspot.com/2012/09/kartografi-dasar.html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013. Makassar.
http://hariantoantho.blogspot.com/2011/11/laporan-kartografi.html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013. Makassar.
http://hariyanto-unm.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 12 Mei 2013. Makassar.
http://hasyatunnisa.blogspot.com/2012/05/mengenal-kartografi-dasar.html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2013. Makassar.
http://smamuhammadiyah1tasikmalayageografi.blogspot.com/2010/04/kartografi-peta-gis.html. Diakses pada tanggal 12 Mei 2013. Makassar.
Sukoco, M dan Sukwardjono. 1998. Kartografi Dasar. Yogyakarta : Program Pascasarjana UGM.
Lampiran :
1. Peta Kemiringan
21 | P a g e
2. Peta Arah Jalan
22 | P a g e
23 | P a g e