Keterk

download Keterk

of 35

Transcript of Keterk

  • 8/16/2019 Keterk

    1/35

     jjHALAMAN JUDUL

    PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP

    KESEIMBANGAN SIKAP, PENGETAHUAN, DAN

    KETRAMPILAN SISWA PADA MATERI ELASTISITAS DI

    KELAS X SMAN 14 SURABAYA

    PROPOSAL SKRIPSI 

    Ana Maryana

    13030184049

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN FISIKA

    2015 

  • 8/16/2019 Keterk

    2/35

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang Masalah

    Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan,

    harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan

    harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. Pendidikan juga dapat

    menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik.

    Pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan

    terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan.

    Seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum, pendidikan yang berkualitas

    memerlukan kurikulum yang berkualitas. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

     pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

     pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

    tertentu. (Undang  –  Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

    Berdasarkan pengertian tersebut ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana

    dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah

    cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

    Kurikulum 2013 memenuhi dua dimensi tersebut. Kurikulum 2013 bertujuan untuk

    mempersiapakn manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

    warga negara yang berian, produktif, kreatif, inovativ, dan afektif serta mampu

     berkontribusi pada kehidupan bermasyrakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia

    melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. (Permendikbud

     Nomor 69 Tahun 2013).

    Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses

     pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Pembelajaran langsung

     berkenaan dengan pembelajaran untuk KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4.Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi

    wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung

     berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan

    KI-2 (Ida Mintarina, Implementasi Pendektan saintifik Dan Karakter Dalam Pembelajaran

    Sains Menyongsong Generasi Emas Indonesia)

    Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik

    mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melaluiinteraksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa

    kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik

  • 8/16/2019 Keterk

    3/35

    melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,

    dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses

     pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang

    disebut dengan instructional effect .

    Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses

     pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak

    langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan

    tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata

     pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku

    dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas,

    sekolah, dan masyarakat.

    Pendidikan yang dilakukan seharusnya membentuk siswa yang memiliki karakter agarmereka tidak menyalahgunakan pengetahuan dan ketrampilanya untk merugikan orang lain.

    Dewasa ini banyak penipuan yang digunakan dengan menggunakan fasilitas internet,

    telepon genggam, ataupun fasilitas lainya. Para pedagang juga rela mencampur bahan

    makanan yang dijualnya dengan zat kimia berbahaya. Para pelaku tersebut memiliki

     pengetahuan yang memadai dan pengetahuan dampaknya terhadap orang lain. Namun tidak

    memiliki tanggung jawab sehingga tetap berbuat merugikan orang lain.

    Berdasarkan studi kasus nilai siswa semester Ganjil Didapatkan bahwa 90% siswa

    mendapatkan nilai ketrampilan lebih dari 70. Namun 90% siswa mendapatkan nilai lebih

    dari 78. Berdasarkan quesioner yang diberikan ke siswa sikap ilmiah siswa sangat rendah.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, guru menyatakan bahwa satu semester yang

    lalu hanya dilakukan dua kali percobaan, hal ini dikarenakan alokasi waktu yang tidak

    memadai. Berdasarkan pengamatan Metode yang digunakan oleh guru dikelas berupa

     penjelasan secara langsung oleh guru mengenai materi yang dibahas lalu membahas rumus

    rumus yang terdapat dalam bab itu diaplikasikan dalam pengerjaan soal soal yang

    dicontohkan oleh guru dalam kelas, dan kemudian siswa diberi tugas untuk mengejakan

    soal.

    Metode tersebut mengurangi peran aktif siswa, memperbesar sifat individualistik dan

    kurang aktif dalam bersosialisasi. Diterapkannya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013,

    diharapkan kurikulum ini menjadi solusi yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan

    nasional. Kurikulum 2013 menerapkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

    Pendekatan saintifik diyakini sebagai solusi perkembangan dan pengembangan sikap,

    keterampilan, dan pengetahuan siswa.

  • 8/16/2019 Keterk

    4/35

    Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses

    seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan

    menyimpulkan. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses.

    Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses

    dan metode ilmiah. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah perlu diterapkan pembelajaran

     berbasis penelitan. Maka model pembelajaran yang sesuai adalah model pemebelajaran

    yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah.

    Berdasarkan Penelitian terkait yang telah dilakukan oleh: Fandi Irawan (2014)

    menyimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik berpengaruh

     positif terhadap hasil belajar siswa pada materi kalor dan perubahan wujud zat.

    Untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut maka penelitian menerapkan

     pendekatan sientiifk. Dari uraian di atas maka penulis ingin melakukan suatu penelitiantentang “PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KESEIMBANGAN

    SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETRAMPILAN SISWA PADA MATERI

    ELASTISITAS DI KELAS X SMAN 14 SURABAYA”. 

    B. 

    Pembatasan Masalah

    Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus dan mencapai hasil yang diharapkan

    serta mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan pengetahuan maka permasalahan

    dalam penelitian dibatasi pada:

    1.  Materi penelitian adalah materi Elastisitas kelas X SMA.

    2.   Nilai Pengetahuan siswa didapatkan berdasarkan skor evalusi.

    3. 

     Nilai Sikap sosial siswa didapatkan berdasarkan Penilaian Sejawat, Penilaian diri, dan

    Observasi.

    4.   Nilai ketrampilan siswa didapatkan berdasarkan skor Observasi.

    C. 

    Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

    sebagai berikut:

    1.  Bagaimana perbedaan keseimbangan hasil belajar siswa yang meliputi ranah

     pengetahuan, sikap, dan ketrampilan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan

    saintifik degan menerapkan pembelajaran konvensional ( berbasis contoh soal) yang

     biasa dilakukan di SMAN 14 Surabaya?

    2.  Bagaimana respon siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

     pada materi elastisitas di kelas X SMAN 14 Surabaya?

  • 8/16/2019 Keterk

    5/35

    D.  Tujuan Penelitian

    1.  Mendiskripsikan perbedaan keseimbangan hasil belajar siswa yang meliputi ranah

     pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang menerapkan pembelajaran dengan pendekatan

    saintifik degan menerapkan pembelajaran berbasis contoh soal yang biasa dilakukan di

    SMAN 14 Surabaya.2.

     

    Mendiskripsikan respon siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

    saintifik pada materi elastisitas di kelas X SMAN 14 Surabaya

    E.  Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun

    tidak langsung. Manfaat penelitian ini adalah:

    1. 

    Bagi Peneliti

    a) 

    Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam

     bidang pendidikan.

     b)  Sebagai kajian dalam dampak penerapan suatu metode pembelajaran yang sesuai

    dengan kondisi siswa.

    2.  Bagi Guru

    a)  Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru sebagai alternatif teknik pembelajaran

    yang aktif dan inovatif.

     b) 

    Memberikan solusi terhadap kendala pengembangan pembelajaran fisika yang

    mampu mebentuk karakter siswa.

    3.  Bagi Siswa

    a)  Mengaktifkan ketrampilan dan sikap proses sains siswa dalam penguasaan konsep

     pelajaran fisika.

     b)  Memberikan suasana baru dalam pembelajaran fisika sehingga siswa lebih tertarik

    dalam belajar fisika.

    4. 

    Bagi Sekolah

    a) 

    Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu proses

     pembelajaran yang mampu meningkatkan ketrampilan dan sikap proses sains siswa

    di sekolah.

     b) 

    Memberikan masukan dalam rangka menyiapkan lulusan yang berkarakter dan

     berdaya saing demi peningkatan kualitas sekolah.

    F.  Penjelasan Istilah

    Untuk menghindari penafisran yang berbeda antara peneliti dan persepsi pembaca,

    maka peneliti memberikan batasan pengertian sebagai berikut:

    1. 

    Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat dijabarkan

    menjadi lima aktifitas siswa: mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk

  • 8/16/2019 Keterk

    6/35

     jejaring (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013). Pendekatan saintifik adalah

     pendekatan yang mengedepankan proses ilmiah pada pembelajaran. Kegiatan

     pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik terdiri dari: mengamati,

    menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring( mengkomunikasikan). Pada

     proses pembelajaran, kelima kegiatan tersebut tidak harus berurutan dan dapat

    diulangi.

    2.  Ranah pengetahuan(kognitif) meliputi Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup

    kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah

    termasuk dalam ranah kognitif. 

    3.  Ranah Sikap (afektif) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah

    afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

    Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.

    4.  Ranah Ketrampilan (Skills) merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan

    (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

    tertentu. Hasil belajar skill ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar

    kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam

     bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).

  • 8/16/2019 Keterk

    7/35

    BAB II

    DASAR TEORI

    A.  Pendekatan Saintifik

    1.  Esensi Pendekatan Saintifik

    Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam

     pembelajaran, karena dalam pembelajaran harus terdapat proses saintifik atau ilmiah.

    Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuh kriteria ilmiah, lebih

    mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran

    deduktif (deductive reasoning ). (Kemendikbud, 2013)

    Gambar 2.1 Pendekatan Induktif dan Deduktif

    (Sumber : Kemendikbud, 2013)

    Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian

    menarik simpulan secara keseluruhan. Dapat Diberikan Contoh Antara Lain, air akan

    menguap jika dipanaskan dan es batu akan melebur jika dipanaskan. Jadi semua zat

    akan berubah wujud jika dipanaskan. Selain penalaran secara induktif, pada proses pembelajaran siswa juga harus tahu mana yang termasuk pendekatan saintifik dan

    mana yang bukan pendekatan saintifik.

    2. 

    Pendekatan Saintifik dan Non Saintifik

    Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah- kaidah pendekatan

    saintifik. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,

     penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan

    demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,

     prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika

    memenuhi kriteria seperti berikut ini. (Kemendikbud, 2013)

  • 8/16/2019 Keterk

    8/35

    a.  Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena

    yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas

    kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Dalam kegiatan

     penelitian ini subtansi atau materi pembelajaran konsep materi kalor dan

     perubahan wujud zat.

     b.  Penjelasan guru, respons siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa

    terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau

     penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 

    c. 

    Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan

    tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

    mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

    d. 

    Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalammelihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi

    atau materi pembelajaran. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya

    dengan cara penyelidikan melalui percobaan.

    e.  Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,

    dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam

    merespon substansi atau materi pembelajaran 

    f. 

    Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

    dipertanggungjawabkan 

    g.  Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun

    menarik sistem penyajiannya

    Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah.

    Pendekatan nonilmiah yang dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal

    sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Diharapkan

    siswa dapat dihindarkan dari sifat-sifat dan nilai-nilai nonilmiah pada saat

     pembelajaran, karena hal tersebut dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa.

    3.  Langkah –  Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

    Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau

    yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses

     pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

    Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan sientifik, ranah sikap

    mencakup materi ajar agar siswa “tahu mengapa”. Ranah ketrampilan mencakup

    materi agar siswa “ tahu baagaimana”. Ranah Pengetahuan mencakup materi ajar

    agar siswa “tahu apa”. (kemendikbud, 2013).

  • 8/16/2019 Keterk

    9/35

     

    Gambar 2.2 Tiga Ranah dalam Pendekatan Sientifik

    (Sumber : Kemendikbud, 2013)

    Hasil Akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antar kemampuan

    untuk menjadi manusi yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki

    kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (Hard skills) dari siswa

    yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

    Dalam kurikulum 2013 penelianya merupakan penilaian Utentik yang

    memperhatikan kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan ynag

    disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan

     jenjangnya. Berikut ini gambar yang menjelaskan hal tersebut.

    Gambar 2.3 Keseimbangan antara sikap, Pengetahuan, dan ketrampilan

    (Sumber : Kemendikbud, 2013)

    Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat

     perkembangan dan jenjang peserta didik maka penguasaan kompetensi

     pengetahuan dan ketrampilan semakin luas tetapi kompetensi sikap semakin

    kecil.

  • 8/16/2019 Keterk

    10/35

    Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi mengamati,

    menanya, mencoba, dan membentuk jejaring. Kelima kegiatan ini tidak harus

    dilakukan secara berurutan dan dapat diulangi dalam proses pembelajaran.

    a.  Mengamati

    Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

     pembelajaran (meaningfull learning ). Metode ini memiliki keunggulan

    tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, siswa senang dan

    tertantang, dan mudah pelaksanaannya. (Kemendikbud, 2013)

    Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan

    menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.

    1)  Menentukan objek yang akan diobservasi, contohnya: air dan es batu

    2) Membuat panduan observasi sesuai dengan lingkup objek yang akandiobservasi, dalam hal ini siswa sudah diberikan lembar kerja

    siswa(LKS)

    3)  Menentukan secara jelas data-data yang perlu diobservasi, baik primer

    maupun sekunder

    4)  Menentukan tempat objek yang akan diobservasi

    5)  Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

    mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. Siswa diberikan

    langkah-langkah percobaan yang terdapat di LKS

    6)  Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti

    menggunakan buku catatan, kamera, dan alat-alat tulis lainnya

    Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran mewujudkan

    keterlibatan siswa secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami

     bentuk keterlibatan siswa dalam observasi tersebut. Prinsip-prinsip yang

    harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran

    disajikan berikut ini. (Kemendikbud, 2013)

    1)  Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi

    untuk kepentingan pembelajaran. 

    2) 

    Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan

    dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan. 

    3) 

    Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam,

    dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan

    observasi. 

  • 8/16/2019 Keterk

    11/35

    Pada proses mengamati siswa diminta untuk mengamati proses

     pengaruh kalor terhadap wujud zat dan mencatat faktor-faktor apa saja

    yang mempengaruhinya. Diharapkan siswa mengamati secara objektif

     bukan berdasarkan pemikiran subjektif. Sebelumnya guru dan siswa

    menentukan dan menyepakati benda atau fenomena yang akan diamati

    sehingga pengamatan akan lebih terfokus dan efektif. Fenomena yang

    diamati sebagai media motivasi yang didalamnya memiliki esensi peristiwa

    sehari-hari atau bersifat terkinian. Proses mengamati tidak hanya dilakukan

     pada saat guru memberikan motivasi tetapi juga pada saat siswa melakukan

     penyelidikan. 

     b.  Menanya

    Guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan

    dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada

    saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu

    siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswanya,

    ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan

     pembelajar yang baik. (Kemendikbud, 2013)

    Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,

     pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga

    dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan

    verbal. Fungsi dari bertanya yaitu :

    1) 

    Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang

    suatu tema atau topik pembelajaran berdasarkan masalah.

    2) 

    Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta

    mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 

    3)  Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan

    untuk mencari solusinya. 

    4)  Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas

    substansi pembelajaran yang diberikan. 

    5) 

    Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan

     pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan

    menggunakan bahasa yang baik dan benar. 

    6)  Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen,

  • 8/16/2019 Keterk

    12/35

    mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 

    7)  Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima

     pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan

    toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 

    8) 

    Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam

    merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 

    9)  Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan

     berempati satu sama lain 

    Proses menanya pada siswa ditujukan untuk membangkitkan rasa

    ingin tahu, minat dan perhatian siswa tentang topic pembelajaran,

    mengembangkan sikap memberi dan menerima pendapat atau gagasan orang

    lain.c.

     

    Menalar

    1) Esensi Menalar

    Istilah “menalar” dalam proses pembelajaran dengan pendekatan

    saintifik yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan

     bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif dalam pembelajaran.

    (Kemendikbud, 2013)

    Proses pembelajaran ditekankan siswa harus lebih aktif daripada guru.Istilah menalar di sini lebih diartikan pada associating  bukan reasonsing ,

    meski istilah reasonsing juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu,

    aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum

    2013 dengan pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar

    associating /asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam

     pembelajaran merupakan kemampuan siswa dalam mengelompokkan

     beragam ide atau peristiwa yang kemudian dimasukkan dalam sebuah

    memori. Selama menyimpan peristiwa atau ide dalam otak, peristiwa atau

    ide tersebut akan berelasi dan berinteraksi dengan peristiwa atau ide

    yang sudah tersimpan sebelummnya sehingga didapatkan proses

    asosiasi atau menalar.

    2) Cara Menalar

    Menalar pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih

    mengedepankan cara menalar induktif. Penalaran induktif merupakan

    cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-

    atribut khusus untuk hal- hal yang bersifat umum. (Kemendikbud, 2013)

  • 8/16/2019 Keterk

    13/35

    Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada

    observasi inderawi atau pengalaman empirik. Proses menalar juga

    dilakukan dengan cara analogi dan hubungan antar fenomena. Proses

    menalar ditujukan untuk mengembangkan pola pikir siswa menjadi lebih

    kritis, tetapi pola pikir kritis ini harus disertai dengan langkah-langkah

    ilmiah sehingga tidak asal berpikir kritis. Pola pikir yang ingin dicapai

    disini adalah pola pikir induktif dari siswa, pola pikir ini lebih

    mengedepankan berpikir logis dan mengambil sebuah kesimpulan dari

     beberapa fenomena. Diharapkan siswa dapat meningkatkan pola pikir

    induktif ini sehingga siswa memiliki pemikiran yang logis, kritis dan

    kreatif.

    d. 

    MencobaUntuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus

    mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi

    yang sesuai. Pada mata pelajaran fisika siswa harus memahami konsep-

    konsep fisika dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. (Kemendikbud,

    2013)

    Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan

     pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode

    ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi

    siswa sehari-hari.

    Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk

    mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,

    dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)

    menentukan tujuan dan rumusan masalah; (2) mempelajari cara-cara

     penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;

    (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil- hasil eksperimen

    sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat

    fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik

    simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat laporan dan

    mengkomunikasikan hasil percobaan. Proses mencoba ditujukan untuk

    mengaplikasikan apa yang siswa pahami dari materi kalor, proses ini

    disertai dengan langkah-langkah yang ilmiah untuk mendapatkan hasil

     percobaan yang memuaskan dan valid. Proses ini melatihkan siswa untuk

    mampu membuktikan jawaban atau konsep yang siswa pahami.

  • 8/16/2019 Keterk

    14/35

    e.  Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran kolaboratif

    Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat  personal, lebih dari

    sekadar teknik pembelajaran di  kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya

    merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang  menempatkan

      dan memakna kerjasam sebagai struktur interaksi yang

    dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif

    dalam rangka mencapai tujuan bersama. (Kemendikbud, 2013)

    Kewenangan dan fungsi guru dalam proses pembelajaran lebih bersifat

    direktif atau manajer belajar, sebaliknya, siswalah yang harus lebih aktif.

    Dalam situasi kolaboratif itu, siswa berinteraksi dengan empati, saling

    menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.

    Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinsiswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-

    sama.

    Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika siswa diberi

    tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja lebih baik jika bekerjasama

    atau berkolaborasi dengan temannya. Vigotsky merupakan salah satu

     pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangat terkenal dengan

    teori “ Zone of Proximal Development ” atau ZPD.

    Gambar 2.4 Zone of Proximal Development

    (Sumber : Kemendikbud, 2013)

    Proses jejaring sosial ditujukan untuk meningkatkan kemampuan

     bersosial siswa dengan cara membentuk kelompok untuk menyelesaikan

    suatu pekerjaan atau permasalahan. Pada suatu persoalan atau permasalahn

     pasti terdapat berbagai solusi yang akan diberikan, melalui proses ini

    diharapkan siswa mampu untuk memberikan solusi dan menerima solusi

    dari siswa lain untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Proses jejaring social

  • 8/16/2019 Keterk

    15/35

    ini juga melatih siswa untuk bertenggang rasa dan menghargai pendapat

    orang lain, sikap ini berguna bagi kehidupan siswa saat disekolah maupun

    setelah lulus dari sekolah.

    B. 

    Ranah Sikap (Afektif)

    Ranah sikap mengacu pada respons siswa berupa sikap, perasaan atau

     pendapat pribadi siswa terhadap pembelajaran. Sekalipun bahan pembelajaran berisi

    ranah kognitif, ranah afektif harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar

    yang dicapai siswa (Nana Sudjana, 2012:30). Kategori ranah sikap ini adalah sebagai

     berikut:

    1.  Penerimaan (Receiving) merupakan kepekaan dalam menerima rangsangan dari

    luar berupa masalah, situasi, gejala.

    2. 

    Jawaban (Responding) merupakan reaksi yang diberikan akibat rangsangan

    dari luar.

    3.  Menilai (Valuing) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau

    stimulus.

    4.  Organisasu (Organization) merupakan suatu Konseptualisasi tentang suatu

    konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu organisasi dari suatu sistem nilai.

    5. 

    Karakteristik dengan suatu kompleks nilai ( Characterazation by value or valuecomplex) merupakan suatu formasi mengenai perangkat umum, suatu

    manifestasi dari pada kompleks nilai.

    Berdasarkan pada kategori sikap di atas, penilaian sikap siswa pada penelitian ini

    adalah mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, bertanggungjawab

    menyelesaiakan tugas kelompok, bertanya pada guru, etika menanggapi pertanyaan

    dan gagasan.

    C. 

    Ranah Pengetahuan (Kognitif)

    Ranah Pengetahuan mengacu pada proses intelektual siswa dalam menyerap

     pelajaran yang diberikan. Bloom mengemukakan jenjang-jenjang ranah pengetahuan

    adalah sebagai berikut: (Bloom & Anderson, 2001:31)

    a.  Pengetahuan (Remember) yaitu berupa ingatan akan bahan-bahan yang telah

    dipelajari berupa fakta atau teori yang menyangkut informasi yang bermanfaat.

     b. 

    Pemahaman (Understand) yaitu berupa pemahaman terhadap fakta dan prinsip

    sehingga dapat menafsirkan bahan bahan yang telah dipelajari.

  • 8/16/2019 Keterk

    16/35

    c.  Penerapan (Apply) yaitu berupa kemampuan menerapkan bahan-bahan yang telah

    dipelajari kedalam masalah yang dihadapi.

    d.  Analisis (Analyze) kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu

     bahan atau keadaan menurut bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan

    faktor-faktor lainya.

    e.  Evaluasi (Evaluate) kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu

    situais, nilai, atau ide.

    f. 

    Mencipta (Create) yaitu berupa kemampuan dalam menerapkan seluruh pengetahuan

    dan kemampuan dalam menciptakan solusi untuk menciptakan solusi untuk

    memecahkan masalah.

    D. 

    Ranah Ketrampilan (Skills)Dalam Ranah ketrampilan itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni :

    Imitasi , Manipulasi, Presisi, artikulasi, Naturalisasi. Berikut merupakan masing masing

     proses berpikir ketrampilan yakni:

    1.  Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan kegiatan sederhana dna sama persis

    dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.

    2.  Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah

    dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.

    3.  Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga

    mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.

    4.  Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat

    sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.

    5.  Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek yakni kegiatan

    yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.

    E.  Materi Elastisitas

    1.  Pengertian

    Salah satu dasar yang paling penting dalam mempelajari sifat-sifat bahan adalah

    kajian tentang elastisitas. Dalam elastisitas akan dipelajari hukum-hukum dasar

    mengenai respon benda terhadap gaya, serta sifat-sifat benda seperti  stress

    (tegangan),  strain (regangan), modulus Young, dan lainnya. Hal tersebut memang

     pada dasarnya perlu dijelaskan, sebab selama pembahasan ketika sebuah benda

    dikenai gaya, kita tidak pernah membahas bagaimana pengaruh gaya tersebut pada

     benda itu sendiri, kita selalu menganggap benda itu cukup tegar sehingga tidak

  • 8/16/2019 Keterk

    17/35

    terdeformasi (berubah bentuk) ketika dikenai gaya, padahal pada kenyataannya

    sebagian besar medium terdeformasi jika dikenai gaya.

    Medium pada umumnya akan memberikan bentuk respon yang berbeda meskipun

    dikenai gaya yang sama, perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya

    sebagai berikut:

    a. 

    Homogenitas medium, artinya medium terdiri dari zat penyusun yang sama

    atau berbeda.

    b.  Keanisotropian medium, yaitu perbedaan respon fisis ketika gaya yang sama

     bekerja pada arah berbeda.

    c.  Keelastikan medium, yaitu apakah medium dapat kembali ke keadaan awal

    ketika gaya yang bekerja padanya hilang.

    Ishaq, Mohammad (2007)Berdasarkan penjelasan di atas secara definitif, elastisitas adalah ukuran

    kemampuan benda untuk kembali be bentuknya semula setelah dikenai gaya.

    2.  Tegangan (Stress)

    Dalam elastisitas besaran gaya, tidak terlalu mendapat perhatian, mengingat kita

    akan memperhatikan sebuah sistem yang memiliki luas dan volume, bukan sistem

    yang cukup diwakili sebuah pusat massa saja. Jadi gaya dalam hal ini dipandang

     bekerja pada seluruh titik pada medium. Atas dasar itulah besaran tegangan

    diperkenalkan. Stress adalah besaran yang sebanding dengan gaya yang

    menyebabkan deformasi atau dapat dikatakan  stress adalah gaya eksternal yang

     bekerja pada benda setiap satuan luas penampang silang/ melintang. Stress

    didefinisikan sebagai:

     ................................................. .......... (2.1)Keterangan

    Misalkan sebuah bahan, sebelum diberi stress di atasnya memiliki panjang L dan

    luas penampang  A. Akan tetapi karena pengaruh gaya, bahan mengalami tegangan

    ( stress) sehingga panjangnya,  L’ menjadi lebih pendek. Selain itu pemahaman kita

    menjelaskan bahwa bahan tidak hanya akan memendek/ memanjang (berubah

    volumenya) tetapi juga mengalami perubahan bentuk akibat tekanan tersebut. Artinya

     pengaruh dari gaya tidak hanya memberi dampak pada arah normal permukaan tetapi

     juga luas permukaan itu sendiri menjadi berubah. Oleh karena itu dijelaskan bahwa

  • 8/16/2019 Keterk

    18/35

    terdapat dua jenis  stress. Yaitu  stress yang berarah normal dan  stress yang

    menyinggung permukaan

    3.  Regangan (strain)

    Jika sebuah stress bekerja pada suatu benda maka dampak atau akibatnya, benda

    mengalami strain (regangan).

    Gambar 2.5Strain arah normal berdampak pada perubahan Volume

    Gambar 2.6Strain arah tangensial berdampak pada perubahan bentuk

    Seperti juga stress, strain memiliki dua jenis komponen yaitu strain arah normal

    dan tangensial. Pada arah normal, perubahan ditunjukkan dengan pemendekan bahan

    dari  L menjadi  L’ akibatnya volume bahan berubah, seperti pada Gambar 2.5 yang

    melebar dan akibatnya bentuk menjadi berubah, dalam ilustrasi Gambar 2.6, bahan

    yang mula-mula berbentuk persegi panjang menjadi jajar genjang.

    Pada kenyataannya jika sebuah benda dikenai  stress, maka kedua jenis  strain

     bagaimanapun akan muncul sehingga ilustrasinya tidaklah sederhana. Strain (τ)

    secara umum didefinisikan sebagai:

      .......................................................................... (2.2)Sehingga strain arah normal:

     ................................................................................................................... (2.3)

  • 8/16/2019 Keterk

    19/35

    Strain arah tangensial

     ............................................................................................................... (2.4)

    Keterangan :

    = strain arah normal = Strain arah tangensial∆L = Perubahan menanjang / memendek

    ∆A = Perubahan bentuk (luas) (m2)

    4.  Modulus Young

    Modulus elastik Young atau modulus Young adalah perbandingan antara  stress

    arah normal terhadap strain arah normalnya (tegak lurus permukaan) sehingga dapat

    dituliskan sebagai berikut:

      ..........................................................................................(2.5)

    Keterangan:

     = Stress arah Normal (N/m2) = Strain arah normal (m)F = Gaya eksternal (N)

    A = Luas Penampang (m2)

    ∆L = Perubahan panjang (m)

    L = Panjang Mula mula (m)

    Y = Modulus Young (N2/m)

    Young mengukur perubahan benda dalam mempertahankan keadaannya semula

    dalam arah normal. Contoh dalam memahami modulus Young ini misalnya, sepotong

    spons memiliki modulus Young yang lebih kecil dari karet, sebab saat kita lakukan

     stress arah normal dengan menginjaknya, spons menjadi lebih tipis dari karet jika

    karet diinjak dengan stress yang sama besar.

    Modulus Young pada umumnya digunakan untuk menentukan karakter sebuah

     batang atau seutas kabel yang ditekan dalam tegangan ataupun tekanan. Perlu

    diperhatikan bahwa karena regangan adalah nilai tak berdimensi, Y memiliki satuan

    gaya per luas (N/m2). 

  • 8/16/2019 Keterk

    20/35

    5.  Hukum Hooke

    Ketika sebuah benda dikenai  stress, maka sebagai respon, benda akan

    terdeformasi dan mengalami strain sebesar E . Jika stress yang sama dikenakan pada

     benda yang lain maka  strain yang timbul besar kemungkinan memiliki nilai yang

     berbeda.

    Hooke merumuskan hubungan  stress dan  strain dalam sebuah persamaan yang

    dikenal kemudian, dengan Hukum Hooke. Menurut Hukum Hooke, perbedaan ini

    diakibatkan oleh karakteristik benda yang berbeda satu sama lain, karakter ini

    dinamakan modulus elastik ( E ). Secara sederhana hubungan ini adalah:

    ..............................................................................(2.6)Modulus elastik atau konstanta elastik mengandung informasi penting tentang

    sifat elastisitas bahan, yaitu kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk semula

    setelah terdeformasi karena dikenai gaya dalam arah normal.

    Gambar 2.7 Kurva Elastisitas

    Sumber: Serway, A Raymond and John W.Jewett (2009)

    Berdasarkan Gambar 2.4 di atas, dapat diketahui bahwa Hukum Hooke memiliki

    syarat batas keberlakuan. Hukum Hooke berlaku pada daerah elastis saja atau daerahOB. Pada suatu saat ketika diberikan  stress cukup besar maka elastisitas benda

    menjadi tidak linier (modulus elastik E tidak lagi konstan), daerah ini disebut daerah

     plastis, sedangkan batas linieritas terletak pada titik A. Jika benda telah mencapai

    daerah plastis (BC) karena stress yang besar, maka elastisitas benda akan hilang dan

     benda tidak lagi mampu kembali ke bentuknya semula, sampai suatu saat karena

     stress terlampau besar, benda akan putus atau hancur dimana ikatan molekul pada

     benda tidak lagi mampu mengatasi besarnya gaya yang diberikan, hal ini dinamakan

    titik patah (C).

  • 8/16/2019 Keterk

    21/35

    Misalnya untuk sistem pegas, ketika sebuah gaya menekan atau menarik sebuah

     pegas, maka terjadi perubahan pada bentuk pegas, yakni memendek jika ditekan atau

    memanjang jika ditarik. Namun tidak semua pegas mudah untuk ditarik atau ditekan.

    Pegas pada sistem suspensi mobil memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding

     pegas pada umumnya. Kekuatan ini merupakan modulus elastik yaitu yang dikenal

    sebagai konstanta pegas (k ). Persamaan Hukum Hooke untuk sistem pegas dapat

    dituliskan:

    .......................................................................................................(2.7)Keterangan:

    F = Gaya (N)

    K = Konstanta pegas (N/m)

    ∆x = Perubahan panjang pegas (m)

    Tanda negatif menunjukkan bahwa pegas akan cenderung melawan perubahan.

    Jika pegas ditarik dengan gaya sebesar F , maka akan ada gaya pemulih yang bertanda

    negatif. Pada intinya Hukum Hooke menggambarkan bahwa jika sebuah  stress atau

    gaya bekerja pada benda, maka benda akan mengalami perubahan atau deformasi

    yang digambarkan oleh perubahan bentuk atau strain.

    F.  Penelitian Yang Relevan

    Adapun penelitian yang relevan untuk penelitian ini antara lain adalah:

    1.  Penelitian yang dilakukan oleh Fandi Irawan (2014) berjudul: “Pengaruh penerapan

    model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan pendekatan saintifik pada

    materi kalor dan perubahan wujud zat terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 15

    Surabaya”.berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

    2.  Penelitian yang dilakukan oleh Putri Nini Yuliana (2015) berjudul : “Pengembangan

    instrumen Authentic Assessment berbasis kinerja dalam pembelajaran fisika pada sub

     pokok bahasan titik berat siswa kelas XI SMAN 1 Taman”. 

    3.  Penelitian yang dilakukan oleh Nur Isnaini (2014) berjudul: “Pengembangan

    Perangkat Pembelajaran K-13 Berorientasi Discovery Learning (Guided Discovery)

    dengan melatihkan ketrampilan proses pada tema momentum dan impuls”.

    G. Hipotesis

    Hipotesis pada penelitian ini adalah pendekatan saintifik pada materi elastisitas

     berpengaruh terhadap keseimbangan Sikap, Pengetahuan, dan ketrampilan siswa kelas X

    SMAN 14 Surabaya.

  • 8/16/2019 Keterk

    22/35

    H. Kerangka Berpikir

    Solusi : Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik sehingga dapat melatihkan ketrampilan sikap dan

    proses sains.

    1. pendekatan saintifik pada materi elastisitas berpengaruh terhadap keseimbangan Sikap,

    Pengetahuan, dan ketrampilan siswa kelas X SMAN 14 Surabaya.  

    1.  Bagaimana perbedaan keseimbangan hasil belajar siswa yang meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan menerapkan

     pembelajaran dengan pendekatan saintifik degan menerapkan pembelajaran konvensional di SMAN 14 Surabaya?

    2.  Bagaimana respon siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi elastisitas di kelas X SMAN 14

    Teori dan Konsep:

    1.  Pendekatan saintifik merupakan pendekatan

     pembelajaran yang dapat dijabarkan menjadi lima

    aktifitas siswa: mengamati, menanya, menalar,

    mencoba, membentuk jejaring (Permendikbud

     Nomor 65 Tahun 2013)

    2. 

    Ranah pengetahuan(kognitif) meliputi Ranah

    kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan

    mental (otak). Segala upaya yang menyangkut

    aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah

    kognitif. 

    3.  Ranah Sikap (afektif) adalah ranah yang

     berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif

    mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,

    sikap, emosi, dan nilai 

    4.  Ranah Ketrampilan (Skills) merupakan ranah

    yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau

    kemampuan bertindak setelah seseorang

    menerima pengalaman belajar tertentu.

    Penelitian yang Relevan:

    1.  Penelitian yang dilakukan oleh Fandi

    Irawan (2014) berjudul: “Pengaruh

     penerapan model pembelajaran problem

     based learning (PBL) dengan pendekatan

    saintifik pada materi kalor dan

     perubahan wujud zat terhadap hasil

     belajar siswa kelas X SMAN 15

    Surabaya”.berpengaruh positif terhadap

    hasil belajar siswa.

    2.  Penelitian oleh Putri Nini Yuliana (2015)

     berjudul : “Pengembangan instrumen

    Authentic Assessment berbasis kinerja

    dalam pembelajaran fisika pada sub

     pokok bahasan titik berat siswa kelas XI

    SMAN 1 Taman”. 

    1.  Penelitian yang dilakukan oleh Nur

    Isnaini (2014) berjudul: “Pengembangan

    Perangkat Pembelajaran K-13

    Berorientasi Discovery Learning

    (Guided Discovery) dengan melatihkan

    ketrampilan proses pada tema

    momentum dan impuls”. 

    Harapan:

    •  Siswa memiliki Hard Skill dan Soft Skill

    • 

    Siswa memiliki keseimbangan antaraSikap, Pengetahuan, dan Ketrampilan.

    •  Memiliki sikap dan ketrampilan proses

    sain yang baik.

    Fakta:

      Tidak Seimbangnya antara Hard Skill

    dan Soft Skill .  Ranh Kognitif lebih diutamakan dari

     pada sikap dan ketrampilan.

      Kurangya sikap dan ketrampilan

     proses sains.

    Masalah : Tidak Seimban n a antar Soft Skill dan Hardskill

    Rumusan Masalah

    Hi otesis

  • 8/16/2019 Keterk

    23/35

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A.  Jenis Penelitian

    Penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam jenis penelitian eksperimen, atau

    yang lebih dikenal dengan true experimental design. Pada jenis penelitian ini

    digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dalam kondisi yang

    terkendalikan. Peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol

    variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruh terhadap satu atau lebih dari

    variabel terikat.

    B.  Tempat dan Waktu Penelitian

    1. 

    Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMAN 15 Surabaya

    2. 

    Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

    C. 

    Populasi dan Sampel

    1.  Populasi

    Populais ini adalah seluruh siswa kelas X di SMAN 15 Surabaya.

    2.  Sampel

    Sampel penelitian ini adalah satu kelompok kontrol dan tiga kelompok eksperimen di

    kelas X SMAN 14 Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random

    sampling, dengan setiap kelas yang berada dalam populasi memperoleh kesempatan

    yang sama untuk diambil sebagai sampel penelitian.

    D. 

    Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan True experimental design Pretest –  postest control

    group design . Design penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Desain Penelitian

    Keterangan

    O1 = Pretest untuk kelas Experimen

    O2 = Post test untuk kelas Eksperimen

  • 8/16/2019 Keterk

    24/35

    O3 = Pre test untuk kelas Kontrol

    O4 = post test untuk kelas kontrol

    X1 = Pembelajaran dengan pendekatan saintifik

    X2 = Pemebelajaran dengan berbasis contoh soal

    E.  Variabel Penelitian

    1.  Variabel Manipulasi adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan

    saintifik.

    2. 

    Variabel respon Variabel respon adalah penialain ranah sikap, pengetahuan , dan

    ketrampilan.

    3. 

    Variabel Control dalam penelitian ini adalah materi pokok yaitu materi elastisitas,

    dan lama waktu tatap muka.

    F.  Prosedur Penelitian

    Prosedur dalam penelitian ini adalah dibagi menjadi 3 tahap:

    1.  Persiapan dan perencanaan penelitian

    Tahap ini merupakan tahap awal dalam pengambilan data. Tahap ini

    direncanakan semua kegiatan yang menunjang kelancaran dalam pengambilan

    data, antara lain:a.  Melakukan survei atau observasi ke sekolah yang akan digunakan untuk

     penelitian.

     b.  Menyusun proposal penelitian

    c.  Menyusun perangkat penelitian, yaitu silabus, RPP, LKS, dan handout.

    I. 

    Silabus

    II.  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    III. 

    Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

    IV.  Handout  

    d.  Menyusun instrumen penelitian yaitu soal untuk posttest  

    e.  Validasi perangkat dan instrumen penelitian.

    f.  Melakukan uji coba instrumen yaitu lembar tes kepada siswa yang sudah

     pernah mendapat pembelajaran dengan materi kalor dan perubahan wujud

    zat.

    g.  Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih dengan teknik

    sampling random berdasarkan hasil nilai raport siswa pada mata pelajaran

    fisika siswa untuk semester ganjil

  • 8/16/2019 Keterk

    25/35

    2.  Tahap pelaksanaan eksperimen

    Melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan rencana

     pelaksanaan pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan dengan menerapkan

    model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik untuk kelas eksperimen

    sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode pengajaran yang biasa

    digunakan guru di sekolah yaitu model pembelajaran langsung. Selama proses

     belajar mengajar berlangsung, kelas diamati oleh observer untuk mengetahui

    akvitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar.

    3.  Tahap Akhir

    a. 

    Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, diberikan posttest yang soalnya

    sama dengan tes awal ( pretest ) untuk mengetahui keberhasilan belajar yang

    dicapai. Posttest ini dilakukan secara bersamaan baik pada kelas eksperimenmaupun kelas kontrol.

     b.  Menganalisis data hasil posttest dan pengolahan data dengan uji statistik.

    c.  Penyusunan laporan penelitian dalam bentuk skripsi.

    G. 

    TeknProsedur ik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 metode,

    antara lain:

    1. 

    Metode Tes

    Metode pengumpulan data dilakukan dengan nilai  pre test dan nilai  post

    test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

    a. 

    Pre Test

    Pada tahap ini, siswa diberi  pre test yang telah disiapkan untuk

    mengetahui kemampuan awal dari siswa terhadap materi kalor dan

     perubahan wujud zat untuk mengetahui normalitas dan homogenanitas

     populasi yang digunakan.

     b.  Post Test

    Pada tahap akhir, setelah kedua kelas diberi perlakuan yaitu kelas

    eksperimen diberi perlakuan penerapan model pembelajaran pendekatan

    saintifik sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran

    yang biasa dilakukan di sekolah, kedua kelas diberi  post test yang soalnya

    sama dengan soal  pre test . Tes ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

     perbedaan perlakuan pada kedua kelas tersebut terhadap hasil belajar siswa.

    2.  Metode Observasi

  • 8/16/2019 Keterk

    26/35

    Metode ini digunakan untuk mengamati pengelolaan pembelajaran yang

    dilakukan guru dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan

     pendekatan saintifik pada materi kalor dan perubahan wujud zat. Selain itu,

    metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar keterampilan

    dalam merancang hingga melakukan percobaan, hasil belajar sikap selama

     pembelajaran berlangsung.

    3. 

    Metode Penilaian Diri

    Penilaian diri adalah teknik penelitian dengan cara meminta peserta didik

    untuk mengemukakan kekuragan dan kelebihan dirinya dalam konteks

     pencapaian kompetensi iskap baik sikap spiritual atau sikap sosial.

    Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di

    kelas antara lain dapat menimbulkan rasa percaya diri, peserta didik dapat

    memahami kelemahan dan kekurangan dirinya, dapat mendorong dan

    membiasakan peserta didik untuk bersikap jujur. (Kunandar, 2013;134)

    4.  Metode Penilaian Sejawat

    Penelian antar peserta didik merupakan teknik penilaain yang dapat

    digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual

    maupun sikap sosial denagn cara meminta peserta didik untuk saling menilai

    satu sama lain.

    Metode penelitian ini memiliki kelebihan melatih peserta didik untuk

     berlaku objektif, melatih untuk memiliki ketrampilan dan kecernata dalam

    melakukan penilaian terhadap suatu objek, dan melatih sisw untuk memiliki rasa

    tanggung jawab. Metode ini juga memiliki kekurangan yakni perlu waktu ynag

    tidak singkat, dan data yang diperoleh dari penelitian perlu diverivikasi.

    H. Instrumen Pengambilan Data

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1.  Lembar Pretest dan post test

    Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes penguasaan materi fisika.

    Tes dilakukan dua kali yaitu sebelum diberikan materi kalor dan perubahan wujud

    zat atau disebut  pretest dan sesudah pembelajaran atau disebut  posttest . Tujuan

    adanya pretest adalah untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum pembelajaran

  • 8/16/2019 Keterk

    27/35

    dan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal dan homogen. Tujuan

    adanya posttest adalah untuk mengetahui pemahaman siswa setelah pembelajaran

    dan mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar

    siswa.

    2. 

    Lembar Observasi

    Lembar observasi atau pengamatan ini digunakan untuk mengetahui dan

    mengamati secara langung aktivitas guru (peneliti) di kelas selama pembelajaran

     berlangsung. Untuk mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas maka

    digunakan lembar pengamatan kemampuan melaksanakan pembelajaran dengan

     pendekatan saintifik.

    3.  Lembar Penilaian diri

    Instrumen yang digunakan adalah suatu teknik penilaian dimana pesertadidik dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri erkaitan dnegan

    status, proses, dan tingkat pencapaia kompetensi yang dipelajarinya.

    4.  Lembar penilaian sejawat

    I. 

    Teknik Analisis Data

    1.  Pra Penelitian

    a.  Analisis Butir soal

    i. 

    Validitas Item

    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

    dan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid

    apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2006).

    Analisis validitas item menggunakan perumusan statistik dengan teknik

    korelasi product moment yaitu

      ................ .................(3.1)

    (Arikunto, 2006:72)

    Keterangan :

    r XY  : koefisien korelasi product moment  

     N : jumlah peserta tes

    X : skor tes pada butir tes yang dicari validitasnya

    Y : skor total yang dicapai peserta tes

    ∑X : jumlah skor item

    ∑Y : jumlah skor total

    Kriteria soal valid jika r hitung > r tabel item dikatakan valid.

  • 8/16/2019 Keterk

    28/35

     

    ii.  Realibilitas Item

    Reliabilitas (kepercayaan) adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut

    dalam menilai apa yang dinilai. Suatu instrumen yang dapat dipercaya

    akan menghasilkan data yang dapat dipercaya dan memberikan hasil

    yang tetap. Perumusan Spearman-Brown adalah:

     ......................................................... (3.2)

    Dengan,

    222221

    21

    )()(

    ))((

    Y Y  N  X  X  N 

    Y  X  XY  N r 

     .............. (3.3)

    (Arikunto, 2006:93)

    Keterangan :

    r 11  : tes koefisien reliabilitas yang sudah

    disesuaikan

      : korelasi antara skor-skor tiap belahan

    iii. Taraf Kesukaran

    Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

    sukar. Tingkat kesukaran suatu soal ditentukan berdasarkan banyaknya

    siswa yang menjawab soal dibagi seluruh peserta tes. Rumus yang

    digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran adalah :

      .......................................................................... (3.4)

    (Arikunto, 2006: 208)

    Keterangan :

    P : indeks kesukaran

    B : banyak siswa yang menjawab dengan benar

    JS : jumlah seluruh peserta tes

  • 8/16/2019 Keterk

    29/35

     

    Kriteria indeks kesukaran menurut Munaf (2001 : 64), adalah sebagai

     berikut :

    Item soal dengan P  0,30 adalah soal sukarItem soal dengan 0,30  P  0,70 adalah soal sedangItem soal dengan P > 0,70 adalah soal mudah

    iv.  Daya Pembeda

    Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

    siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

    (Arikunto, 2006: 211).

    Untuk menghitung daya pembeda butir soal digunakan rumus:

      ............................................................ (3.5)

    (Arikunto, 2006: 213)

    Keterangan :

    D : daya pembeda

    JA  : banyaknya peserta tes kelompok atas

    JB  : banyaknya peserta tes kelompok bawahBA  : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

    BB  :banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan

     benar PA  : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

    PB  : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

    Klasifikasi daya beda menurut Munaf ( 2001 : 64 ) sebagai berikut:

    D = 0,00 - 0,20 = jelekD = 0,20 - 0,40 = cukup

    D = 0,41 - 0,70 = baikD = 0,70 - 1,00 = baik sekali

     J.  Statistika Dalam Penelitin

    Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai  pre-test dan  post-test

    siswa. Selain itu juga diperoleh data keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas

    berpikir kritis siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan

    pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen terhadap kemampuan

    berpikir kritis.

    1. 

    Uji PrasyaratUji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji ini dilakukan

    pada nilai pre-test siswa. 

  • 8/16/2019 Keterk

    30/35

    a.  Uji Normalitas

    Untuk mengetahui apakah sampel yang berasal dari populasi terdistribusi

    normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas pada nilai  pre-test sampel.

    Uji yang digunakan yaitu uji chi kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut :

    1.  Menyusun Hipotesis

    Ho : 1 = 2 (sampel terdistribusi normal)H1 : 1  2 (sampel yang tidak terdistribusi normal)

    Kriteria pengujian : Ho diterima jika x2hitung < x2tabel

    2.  Menyusun nilai pre-test ke dalam tabel distribusi frekuensi

    3.  Menentukan rentang (R)

    R = data terbesar-data terkecil

    4. 

    Menentukan kelas

    K = 1 + 3,3 log n ....................................(3.6)

    5. 

    Menentukan panjang kelas interval (p)

    p =   ........................................(3.7)

    6.  Memilih ujung bawah kelas interval pertama.

    7.  Menghitung rata-rata dan varians :

    i

    ii

    f  

    xf  x

     

    ..................................(3.8)

     

    22

    2

    1

      nn

     x  f   x  f  n s

      iiii   ...........................(3.9)

    Dengan :

    x   = rata-rata

    s2 = varians

    n = jumlah fi

    fi = frekuensi

    xi  = tanda kelas

    8.  Menghitung angka baku (Z) untuk tiap batas kelas, dengan rumus:

    niuntuk  s

     x x Z 

      i

    i  ...3,2,1

     ......................................(3.10)

    Dengan Z = simpangan baku

    i = 1,2,3,.........,n

    9. 

    Menentukan luas kelas interval (melihat harga pada tabel)

    10. 

    Menghitung frekuensi yang diharapkan muncul (Ei)

    Ei = L. n .......................................(3.11)

    Dengan L = luas tiap kelas interval

  • 8/16/2019 Keterk

    31/35

     

    11. Menghitung nilai Chi kuadrat (x2) dengan rumus : 

    i   i

    ii

     E 

     E O

    1

    2

    2     .....................................(3.12)

    Dengan : x2 = distribusi chi-kuadrat Ei = frekuensi teoritik

    Oi = frekuensi pengamatan k = kelas interval

    12. Menarik kesimpulan dengan kriteria populasi terdistribusi normal jika :

    x2hitung x2(1-)(k-1) dengan taraf kepercayaan (= 0,01).

    (Sudjana, 2005: 273)

    b. 

    Uji Homogenitas

    Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang akan

    diteliti berasal dari populasi yang mempunyai varians yaang homogen atau tidak. Untuk

    melakukan uji homogenitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    1.  Menyusun hipotesis

    Hipotesis : H0 : µ1 = µ2 (populasi homogen)

    H1 : µ1 ≠ µ2 (populais tidak homogen)

    Kriteria pengujian : H0 diterima jika X2hitung < X2tabel

    2.  Uji statistik dengan rumus sebagai berikut :

      .....................................(3.13)

      .....................................(3.14)

        .....................................(3.15)

    3. 

    Menentukan taraf signifikan α = 0,05 

    4.  Menarik kesimpulan

    Populasi homogen jika X2hitung < X

    2(1-α)(k -1)

    (Sudjana, 2005: 263)

    2. 

    Analisis Tes Kemampuan

    Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa diukur melalui tes

    kemampuan berpikir kritis pada saat sebelum dan sesudah penerapan

    pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen. Data kemampuanberpikir kritis dapat dianalisis dengan menggunakan n-gain score (gain yang

  • 8/16/2019 Keterk

    32/35

    dinormalisasi) untuk mengetahui nilai gain antara kelas kontrol dan kelas

    replikasi, dan dilakukan uji t dua pihak dan satu pihak untuk menentukan kelas

    yang peningkatanya lebih baik. dengan persamaan sebagai berikut : 

    a.  Uji Gain Ternormalisasi

    Data yang diperoleh berupa nilai tes pertama (pre-test) dan nilai tes kedua

    (post-test). Dari kedua nilai tersebut dapat ditentukan  gain yaitu selisihantara nilai post-test dan pre-test. Apabila pada sampel penelitian terdapat

    peningkatan yang signifikan sebelum dan sesudah  perlakuan maka dapat

    dihitung seberapa besar peningkatan tersebut mengunakan skor  gain

    ternormalisasi. Perumusan untuk menentukan skor  gain ternormalisasi

    menurut Hake, R.R (1999) adalah sebagai berikut:

     

    Keterangan :

      < g > : Gain ternomalisasi rata-rata

      < % post > : Persentase skor post test rata – rata

      < % pre > : Persentase skor pre test rata – rata

      100 % : Skor maximum yang mungkin

    Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui perkembangankemampuan berpikir kritis siswa dengan kriteria interpretasi sebagai

    berikut:  Tabel 3.1 KLASIFIKASI NILAI N-GAIN

    b.  Uji t dua Pihak

    Uji ini dilakukan pada nilai  post test kelas eksperimen dan kelas kontrol,

    setelah data terdistribusi normal dan homogen. Dalam penelitian ini akan

    dibandingkan antara hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang

    diterapkan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dengan

    kelas kontrol yang diterapkan model pembelajaran di sekolah dengan

    pendekatan saintifik. Uji statistik yang digunakan adalah uji t dengan

    tahapan ebagai berikut.

    Nilai Kriteria

    G ≥ 0,7  Tinggi

    0,3 ≤ G < 0,7 Sedang

    G < 0,3 Rendah

  • 8/16/2019 Keterk

    33/35

    a)  Menyusun hipotesis

    Ho  : 1 = 2 = Rata-rata nilai postest kelas eksperimen sama dengan rata

    rata nilai postest kelas kontrol

    H1 : 1 > 2 = Rata-rata nilai postest kelas eksperimen berbeda dengan rata

    rata nilai postest kelas kontrol

    dimana:

    μ1  = Rata Rata nilai postest kelas eksperimen 

    μ2  = Rata Rata nilai postest kelas Kontrol

    b)  Menentukan taraf signifikan  = 0,05

    c)  Menentukan mean dan simpangan baku kelas eksperimen dan kelas

    kontrol.

    d) 

    Perhitungan mean dengn rumus :

    i

    ii

    xf x   .....................................(3.16)

    e) 

    Perhitungan varians dengan rumus :

     

    2

    .

    2

    2

    1

    .

      nn

     x  f   x  f  n s

      iiii   .....................................(3.17)

    Menentukan simpangan baku gabungan dengan rumus :

    2

    )1()1(

    21

    2

    22

    2

    112

    nn

     snS n s   .....................................(3.18)

    Keterangan: s12 = varians kelas eksperimen

    s22 = varians kelas kontrol

    n1 = jumlah sampel kelas eksperimen

    n2 = jumlah sampel kelas kontrol

    f)  Menghitung statistik uji-t dengan rumus :

    21

    21

    11

    nn s

     x xt 

      .....................................(3.19)

    Keterangan: t = distribusi student 

     = mean kelas eksperimen  = mean kelas kontroln1 = populasi kelas eksperimen

    n2 = populasi kelas kontrol

    S = simpangan baku gabungan

    g) 

    Kriteria penilaian

    Ho diterima jika t1- < t < t1-  dan sebaliknya dengan nilai

  • 8/16/2019 Keterk

    34/35

    dk = (n1+ n2-2)

    (Sudjana, 2005: 239)

    c.  Uji t satu pihak

    Uji ini digunakan untuk mengetahui manakah prestasi belajar yang lebih

    baik antara kelas eksperimen, kelas replikasi dan kelas kontrol. Langkah–langkah uji-t satu pihak adalah sebagai berikut:

    1.  Menentukan Hipotesis

      Ho : μ1  = μ2, berarti prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan

    replikasi sama dengan kelas kontrol

      Hi  : μ1  > μ2, berarti prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan

    replikasi lebih baik dari pada kelas kontrol

    dimana :

    μ1 = prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan replikasi yangmenerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

    Teams-Achievement Division) dengan metode  Active Knowledge

    Sharing. 

    μ2 = prestasi belajar siswa kelas kontrol tanpa menerapkan model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement

    Division) dengan metode Active Knowledge Sharing.

    2. 

    Menentukan taraf signifikan dengan

     = 0,05

    Menghitung t dengan rumus:

    21

    21

    11

    nn s

     x xt 

      .....................................(3.20)

    Keterangan :

    t = koefisien t.

      = mean kelas eksperimen   = mean kelas kelompok kontrolS = simpangan baku.

    n1  = jumlah data kelompok eksperimen.

    n2 = jumlah data kelompok kontrol

    3.  Simpangan baku dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

    2

    )1()1(

    21

    2

    22

    2

    112

    nn

     sn sn s

      .....................................(3.21)

    Menentukan kriteria hipotesis: terima Ho jika t (1-α) (dk) > thitung

    (Sudjana, 2005: 208)

  • 8/16/2019 Keterk

    35/35

     

    3.  Persentase keseimbangan mengguanakan diagram lingkaran dan dibandingkan dengan yang

    mengguanakan pendekatan saintifik dengan yang tidak menggunakan pendekatan saintifik.

    4.  Analisis Data Angket Siswa

    Data yang berasal dari angket respon siswa dapat dianalisis dengan

    persentase pilihan jawaban siswa sebagai tanggapan siswa terhadap penerapan

    pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen. Analisis respon siswa

    bentuk cheklist dengan skor dari masing-masing kriteria menurut Sugiono

    (2011:94) yaitu:

    Tabel 3.4 Kriteria Jawaban

    Kriteria Jawaban SkorSS : Sangat Setuju 5

    S : Setuju 4

    TB : Tidak Berpendapat 3

    TS : Tidak Setuju 2

    STS : Sangat Tidak Setuju 1Untuk menghitung persentase jawaban responden tiap item, digunakan rumussebagai berikut:

         Keterangan

    P = Persentase jawaban respondetF = jumlah skor total yang diperolehN = Jumlah skor ideal item

    Selanjutnya persentase tiap pilihan menurut Riduwan (2009:28)dikonversi dengan kriteria sebagai berikut:

    Tabel 3.5 Kriteria Presentase

    Persentase Kriteria

    0% < x ≤ 20%  Sangat Kurang

    21% < x ≤ 40%  Kurang

    41% < x ≤ 60%  Cukup

    61% < x ≤ 80%  Baik

    81% < x ≤ 100%  Sangat Baik(Adaptasi dari Riduwan, 2009)