Keterk
-
Upload
ana-maryana -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Keterk
-
8/16/2019 Keterk
1/35
jjHALAMAN JUDUL
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP
KESEIMBANGAN SIKAP, PENGETAHUAN, DAN
KETRAMPILAN SISWA PADA MATERI ELASTISITAS DI
KELAS X SMAN 14 SURABAYA
PROPOSAL SKRIPSI
Ana Maryana
13030184049
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
2015
-
8/16/2019 Keterk
2/35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan,
harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan
harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. Pendidikan juga dapat
menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik.
Pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan
terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan.
Seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum, pendidikan yang berkualitas
memerlukan kurikulum yang berkualitas. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. (Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan pengertian tersebut ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah
cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 memenuhi dua dimensi tersebut. Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapakn manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang berian, produktif, kreatif, inovativ, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyrakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia
melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. (Permendikbud
Nomor 69 Tahun 2013).
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses
pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Pembelajaran langsung
berkenaan dengan pembelajaran untuk KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4.Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi
wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung
berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan
KI-2 (Ida Mintarina, Implementasi Pendektan saintifik Dan Karakter Dalam Pembelajaran
Sains Menyongsong Generasi Emas Indonesia)
Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik
mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melaluiinteraksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik
-
8/16/2019 Keterk
3/35
melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses
pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang
disebut dengan instructional effect .
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak
langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan
tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata
pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku
dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas,
sekolah, dan masyarakat.
Pendidikan yang dilakukan seharusnya membentuk siswa yang memiliki karakter agarmereka tidak menyalahgunakan pengetahuan dan ketrampilanya untk merugikan orang lain.
Dewasa ini banyak penipuan yang digunakan dengan menggunakan fasilitas internet,
telepon genggam, ataupun fasilitas lainya. Para pedagang juga rela mencampur bahan
makanan yang dijualnya dengan zat kimia berbahaya. Para pelaku tersebut memiliki
pengetahuan yang memadai dan pengetahuan dampaknya terhadap orang lain. Namun tidak
memiliki tanggung jawab sehingga tetap berbuat merugikan orang lain.
Berdasarkan studi kasus nilai siswa semester Ganjil Didapatkan bahwa 90% siswa
mendapatkan nilai ketrampilan lebih dari 70. Namun 90% siswa mendapatkan nilai lebih
dari 78. Berdasarkan quesioner yang diberikan ke siswa sikap ilmiah siswa sangat rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, guru menyatakan bahwa satu semester yang
lalu hanya dilakukan dua kali percobaan, hal ini dikarenakan alokasi waktu yang tidak
memadai. Berdasarkan pengamatan Metode yang digunakan oleh guru dikelas berupa
penjelasan secara langsung oleh guru mengenai materi yang dibahas lalu membahas rumus
rumus yang terdapat dalam bab itu diaplikasikan dalam pengerjaan soal soal yang
dicontohkan oleh guru dalam kelas, dan kemudian siswa diberi tugas untuk mengejakan
soal.
Metode tersebut mengurangi peran aktif siswa, memperbesar sifat individualistik dan
kurang aktif dalam bersosialisasi. Diterapkannya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013,
diharapkan kurikulum ini menjadi solusi yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kurikulum 2013 menerapkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Pendekatan saintifik diyakini sebagai solusi perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan siswa.
-
8/16/2019 Keterk
4/35
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses
seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses.
Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses
dan metode ilmiah. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penelitan. Maka model pembelajaran yang sesuai adalah model pemebelajaran
yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah.
Berdasarkan Penelitian terkait yang telah dilakukan oleh: Fandi Irawan (2014)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik berpengaruh
positif terhadap hasil belajar siswa pada materi kalor dan perubahan wujud zat.
Untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut maka penelitian menerapkan
pendekatan sientiifk. Dari uraian di atas maka penulis ingin melakukan suatu penelitiantentang “PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KESEIMBANGAN
SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETRAMPILAN SISWA PADA MATERI
ELASTISITAS DI KELAS X SMAN 14 SURABAYA”.
B.
Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus dan mencapai hasil yang diharapkan
serta mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan pengetahuan maka permasalahan
dalam penelitian dibatasi pada:
1. Materi penelitian adalah materi Elastisitas kelas X SMA.
2. Nilai Pengetahuan siswa didapatkan berdasarkan skor evalusi.
3.
Nilai Sikap sosial siswa didapatkan berdasarkan Penilaian Sejawat, Penilaian diri, dan
Observasi.
4. Nilai ketrampilan siswa didapatkan berdasarkan skor Observasi.
C.
Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan keseimbangan hasil belajar siswa yang meliputi ranah
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik degan menerapkan pembelajaran konvensional ( berbasis contoh soal) yang
biasa dilakukan di SMAN 14 Surabaya?
2. Bagaimana respon siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
pada materi elastisitas di kelas X SMAN 14 Surabaya?
-
8/16/2019 Keterk
5/35
D. Tujuan Penelitian
1. Mendiskripsikan perbedaan keseimbangan hasil belajar siswa yang meliputi ranah
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik degan menerapkan pembelajaran berbasis contoh soal yang biasa dilakukan di
SMAN 14 Surabaya.2.
Mendiskripsikan respon siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik pada materi elastisitas di kelas X SMAN 14 Surabaya
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Manfaat penelitian ini adalah:
1.
Bagi Peneliti
a)
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
bidang pendidikan.
b) Sebagai kajian dalam dampak penerapan suatu metode pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswa.
2. Bagi Guru
a) Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru sebagai alternatif teknik pembelajaran
yang aktif dan inovatif.
b)
Memberikan solusi terhadap kendala pengembangan pembelajaran fisika yang
mampu mebentuk karakter siswa.
3. Bagi Siswa
a) Mengaktifkan ketrampilan dan sikap proses sains siswa dalam penguasaan konsep
pelajaran fisika.
b) Memberikan suasana baru dalam pembelajaran fisika sehingga siswa lebih tertarik
dalam belajar fisika.
4.
Bagi Sekolah
a)
Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan ketrampilan dan sikap proses sains siswa
di sekolah.
b)
Memberikan masukan dalam rangka menyiapkan lulusan yang berkarakter dan
berdaya saing demi peningkatan kualitas sekolah.
F. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari penafisran yang berbeda antara peneliti dan persepsi pembaca,
maka peneliti memberikan batasan pengertian sebagai berikut:
1.
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat dijabarkan
menjadi lima aktifitas siswa: mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk
-
8/16/2019 Keterk
6/35
jejaring (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013). Pendekatan saintifik adalah
pendekatan yang mengedepankan proses ilmiah pada pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik terdiri dari: mengamati,
menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring( mengkomunikasikan). Pada
proses pembelajaran, kelima kegiatan tersebut tidak harus berurutan dan dapat
diulangi.
2. Ranah pengetahuan(kognitif) meliputi Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif.
3. Ranah Sikap (afektif) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
4. Ranah Ketrampilan (Skills) merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar skill ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam
bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
-
8/16/2019 Keterk
7/35
BAB II
DASAR TEORI
A. Pendekatan Saintifik
1. Esensi Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran, karena dalam pembelajaran harus terdapat proses saintifik atau ilmiah.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuh kriteria ilmiah, lebih
mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran
deduktif (deductive reasoning ). (Kemendikbud, 2013)
Gambar 2.1 Pendekatan Induktif dan Deduktif
(Sumber : Kemendikbud, 2013)
Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan. Dapat Diberikan Contoh Antara Lain, air akan
menguap jika dipanaskan dan es batu akan melebur jika dipanaskan. Jadi semua zat
akan berubah wujud jika dipanaskan. Selain penalaran secara induktif, pada proses pembelajaran siswa juga harus tahu mana yang termasuk pendekatan saintifik dan
mana yang bukan pendekatan saintifik.
2.
Pendekatan Saintifik dan Non Saintifik
Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah- kaidah pendekatan
saintifik. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan
demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,
prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika
memenuhi kriteria seperti berikut ini. (Kemendikbud, 2013)
-
8/16/2019 Keterk
8/35
a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Dalam kegiatan
penelitian ini subtansi atau materi pembelajaran konsep materi kalor dan
perubahan wujud zat.
b. Penjelasan guru, respons siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
d.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalammelihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi
atau materi pembelajaran. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya
dengan cara penyelidikan melalui percobaan.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon substansi atau materi pembelajaran
f.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah.
Pendekatan nonilmiah yang dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal
sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Diharapkan
siswa dapat dihindarkan dari sifat-sifat dan nilai-nilai nonilmiah pada saat
pembelajaran, karena hal tersebut dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa.
3. Langkah – Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau
yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses
pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan sientifik, ranah sikap
mencakup materi ajar agar siswa “tahu mengapa”. Ranah ketrampilan mencakup
materi agar siswa “ tahu baagaimana”. Ranah Pengetahuan mencakup materi ajar
agar siswa “tahu apa”. (kemendikbud, 2013).
-
8/16/2019 Keterk
9/35
Gambar 2.2 Tiga Ranah dalam Pendekatan Sientifik
(Sumber : Kemendikbud, 2013)
Hasil Akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antar kemampuan
untuk menjadi manusi yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (Hard skills) dari siswa
yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
Dalam kurikulum 2013 penelianya merupakan penilaian Utentik yang
memperhatikan kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan ynag
disesuaikan dengan perkembangan karakteristik peserta didik sesuai dengan
jenjangnya. Berikut ini gambar yang menjelaskan hal tersebut.
Gambar 2.3 Keseimbangan antara sikap, Pengetahuan, dan ketrampilan
(Sumber : Kemendikbud, 2013)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat
perkembangan dan jenjang peserta didik maka penguasaan kompetensi
pengetahuan dan ketrampilan semakin luas tetapi kompetensi sikap semakin
kecil.
-
8/16/2019 Keterk
10/35
Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi mengamati,
menanya, mencoba, dan membentuk jejaring. Kelima kegiatan ini tidak harus
dilakukan secara berurutan dan dapat diulangi dalam proses pembelajaran.
a. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning ). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, siswa senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. (Kemendikbud, 2013)
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
1) Menentukan objek yang akan diobservasi, contohnya: air dan es batu
2) Membuat panduan observasi sesuai dengan lingkup objek yang akandiobservasi, dalam hal ini siswa sudah diberikan lembar kerja
siswa(LKS)
3) Menentukan secara jelas data-data yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder
4) Menentukan tempat objek yang akan diobservasi
5) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. Siswa diberikan
langkah-langkah percobaan yang terdapat di LKS
6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, dan alat-alat tulis lainnya
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran mewujudkan
keterlibatan siswa secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami
bentuk keterlibatan siswa dalam observasi tersebut. Prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi pembelajaran
disajikan berikut ini. (Kemendikbud, 2013)
1) Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi
untuk kepentingan pembelajaran.
2)
Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya menentukan
dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
3)
Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam,
dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan
observasi.
-
8/16/2019 Keterk
11/35
Pada proses mengamati siswa diminta untuk mengamati proses
pengaruh kalor terhadap wujud zat dan mencatat faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhinya. Diharapkan siswa mengamati secara objektif
bukan berdasarkan pemikiran subjektif. Sebelumnya guru dan siswa
menentukan dan menyepakati benda atau fenomena yang akan diamati
sehingga pengamatan akan lebih terfokus dan efektif. Fenomena yang
diamati sebagai media motivasi yang didalamnya memiliki esensi peristiwa
sehari-hari atau bersifat terkinian. Proses mengamati tidak hanya dilakukan
pada saat guru memberikan motivasi tetapi juga pada saat siswa melakukan
penyelidikan.
b. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada
saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu
siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswanya,
ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik. (Kemendikbud, 2013)
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,
pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga
dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Fungsi dari bertanya yaitu :
1)
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang
suatu tema atau topik pembelajaran berdasarkan masalah.
2)
Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan
untuk mencari solusinya.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
5)
Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen,
-
8/16/2019 Keterk
12/35
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8)
Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain
Proses menanya pada siswa ditujukan untuk membangkitkan rasa
ingin tahu, minat dan perhatian siswa tentang topic pembelajaran,
mengembangkan sikap memberi dan menerima pendapat atau gagasan orang
lain.c.
Menalar
1) Esensi Menalar
Istilah “menalar” dalam proses pembelajaran dengan pendekatan
saintifik yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif dalam pembelajaran.
(Kemendikbud, 2013)
Proses pembelajaran ditekankan siswa harus lebih aktif daripada guru.Istilah menalar di sini lebih diartikan pada associating bukan reasonsing ,
meski istilah reasonsing juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu,
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar
associating /asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merupakan kemampuan siswa dalam mengelompokkan
beragam ide atau peristiwa yang kemudian dimasukkan dalam sebuah
memori. Selama menyimpan peristiwa atau ide dalam otak, peristiwa atau
ide tersebut akan berelasi dan berinteraksi dengan peristiwa atau ide
yang sudah tersimpan sebelummnya sehingga didapatkan proses
asosiasi atau menalar.
2) Cara Menalar
Menalar pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih
mengedepankan cara menalar induktif. Penalaran induktif merupakan
cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-
atribut khusus untuk hal- hal yang bersifat umum. (Kemendikbud, 2013)
-
8/16/2019 Keterk
13/35
Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik. Proses menalar juga
dilakukan dengan cara analogi dan hubungan antar fenomena. Proses
menalar ditujukan untuk mengembangkan pola pikir siswa menjadi lebih
kritis, tetapi pola pikir kritis ini harus disertai dengan langkah-langkah
ilmiah sehingga tidak asal berpikir kritis. Pola pikir yang ingin dicapai
disini adalah pola pikir induktif dari siswa, pola pikir ini lebih
mengedepankan berpikir logis dan mengambil sebuah kesimpulan dari
beberapa fenomena. Diharapkan siswa dapat meningkatkan pola pikir
induktif ini sehingga siswa memiliki pemikiran yang logis, kritis dan
kreatif.
d.
MencobaUntuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Pada mata pelajaran fisika siswa harus memahami konsep-
konsep fisika dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. (Kemendikbud,
2013)
Siswa pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi
siswa sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
menentukan tujuan dan rumusan masalah; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
(3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil- hasil eksperimen
sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat
fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik
simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat laporan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan. Proses mencoba ditujukan untuk
mengaplikasikan apa yang siswa pahami dari materi kalor, proses ini
disertai dengan langkah-langkah yang ilmiah untuk mendapatkan hasil
percobaan yang memuaskan dan valid. Proses ini melatihkan siswa untuk
mampu membuktikan jawaban atau konsep yang siswa pahami.
-
8/16/2019 Keterk
14/35
e. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari
sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan
dan memakna kerjasam sebagai struktur interaksi yang
dirancang secara baik dan disengaja untuk memudahkan usaha kolektif
dalam rangka mencapai tujuan bersama. (Kemendikbud, 2013)
Kewenangan dan fungsi guru dalam proses pembelajaran lebih bersifat
direktif atau manajer belajar, sebaliknya, siswalah yang harus lebih aktif.
Dalam situasi kolaboratif itu, siswa berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.
Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinsiswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-
sama.
Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika siswa diberi
tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja lebih baik jika bekerjasama
atau berkolaborasi dengan temannya. Vigotsky merupakan salah satu
pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangat terkenal dengan
teori “ Zone of Proximal Development ” atau ZPD.
Gambar 2.4 Zone of Proximal Development
(Sumber : Kemendikbud, 2013)
Proses jejaring sosial ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
bersosial siswa dengan cara membentuk kelompok untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan atau permasalahan. Pada suatu persoalan atau permasalahn
pasti terdapat berbagai solusi yang akan diberikan, melalui proses ini
diharapkan siswa mampu untuk memberikan solusi dan menerima solusi
dari siswa lain untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Proses jejaring social
-
8/16/2019 Keterk
15/35
ini juga melatih siswa untuk bertenggang rasa dan menghargai pendapat
orang lain, sikap ini berguna bagi kehidupan siswa saat disekolah maupun
setelah lulus dari sekolah.
B.
Ranah Sikap (Afektif)
Ranah sikap mengacu pada respons siswa berupa sikap, perasaan atau
pendapat pribadi siswa terhadap pembelajaran. Sekalipun bahan pembelajaran berisi
ranah kognitif, ranah afektif harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar
yang dicapai siswa (Nana Sudjana, 2012:30). Kategori ranah sikap ini adalah sebagai
berikut:
1. Penerimaan (Receiving) merupakan kepekaan dalam menerima rangsangan dari
luar berupa masalah, situasi, gejala.
2.
Jawaban (Responding) merupakan reaksi yang diberikan akibat rangsangan
dari luar.
3. Menilai (Valuing) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus.
4. Organisasu (Organization) merupakan suatu Konseptualisasi tentang suatu
konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu organisasi dari suatu sistem nilai.
5.
Karakteristik dengan suatu kompleks nilai ( Characterazation by value or valuecomplex) merupakan suatu formasi mengenai perangkat umum, suatu
manifestasi dari pada kompleks nilai.
Berdasarkan pada kategori sikap di atas, penilaian sikap siswa pada penelitian ini
adalah mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, bertanggungjawab
menyelesaiakan tugas kelompok, bertanya pada guru, etika menanggapi pertanyaan
dan gagasan.
C.
Ranah Pengetahuan (Kognitif)
Ranah Pengetahuan mengacu pada proses intelektual siswa dalam menyerap
pelajaran yang diberikan. Bloom mengemukakan jenjang-jenjang ranah pengetahuan
adalah sebagai berikut: (Bloom & Anderson, 2001:31)
a. Pengetahuan (Remember) yaitu berupa ingatan akan bahan-bahan yang telah
dipelajari berupa fakta atau teori yang menyangkut informasi yang bermanfaat.
b.
Pemahaman (Understand) yaitu berupa pemahaman terhadap fakta dan prinsip
sehingga dapat menafsirkan bahan bahan yang telah dipelajari.
-
8/16/2019 Keterk
16/35
c. Penerapan (Apply) yaitu berupa kemampuan menerapkan bahan-bahan yang telah
dipelajari kedalam masalah yang dihadapi.
d. Analisis (Analyze) kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor lainya.
e. Evaluasi (Evaluate) kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
situais, nilai, atau ide.
f.
Mencipta (Create) yaitu berupa kemampuan dalam menerapkan seluruh pengetahuan
dan kemampuan dalam menciptakan solusi untuk menciptakan solusi untuk
memecahkan masalah.
D.
Ranah Ketrampilan (Skills)Dalam Ranah ketrampilan itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni :
Imitasi , Manipulasi, Presisi, artikulasi, Naturalisasi. Berikut merupakan masing masing
proses berpikir ketrampilan yakni:
1. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan kegiatan sederhana dna sama persis
dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.
2. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah
dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.
3. Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga
mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.
4. Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat
sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.
5. Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek yakni kegiatan
yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.
E. Materi Elastisitas
1. Pengertian
Salah satu dasar yang paling penting dalam mempelajari sifat-sifat bahan adalah
kajian tentang elastisitas. Dalam elastisitas akan dipelajari hukum-hukum dasar
mengenai respon benda terhadap gaya, serta sifat-sifat benda seperti stress
(tegangan), strain (regangan), modulus Young, dan lainnya. Hal tersebut memang
pada dasarnya perlu dijelaskan, sebab selama pembahasan ketika sebuah benda
dikenai gaya, kita tidak pernah membahas bagaimana pengaruh gaya tersebut pada
benda itu sendiri, kita selalu menganggap benda itu cukup tegar sehingga tidak
-
8/16/2019 Keterk
17/35
terdeformasi (berubah bentuk) ketika dikenai gaya, padahal pada kenyataannya
sebagian besar medium terdeformasi jika dikenai gaya.
Medium pada umumnya akan memberikan bentuk respon yang berbeda meskipun
dikenai gaya yang sama, perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya
sebagai berikut:
a.
Homogenitas medium, artinya medium terdiri dari zat penyusun yang sama
atau berbeda.
b. Keanisotropian medium, yaitu perbedaan respon fisis ketika gaya yang sama
bekerja pada arah berbeda.
c. Keelastikan medium, yaitu apakah medium dapat kembali ke keadaan awal
ketika gaya yang bekerja padanya hilang.
Ishaq, Mohammad (2007)Berdasarkan penjelasan di atas secara definitif, elastisitas adalah ukuran
kemampuan benda untuk kembali be bentuknya semula setelah dikenai gaya.
2. Tegangan (Stress)
Dalam elastisitas besaran gaya, tidak terlalu mendapat perhatian, mengingat kita
akan memperhatikan sebuah sistem yang memiliki luas dan volume, bukan sistem
yang cukup diwakili sebuah pusat massa saja. Jadi gaya dalam hal ini dipandang
bekerja pada seluruh titik pada medium. Atas dasar itulah besaran tegangan
diperkenalkan. Stress adalah besaran yang sebanding dengan gaya yang
menyebabkan deformasi atau dapat dikatakan stress adalah gaya eksternal yang
bekerja pada benda setiap satuan luas penampang silang/ melintang. Stress
didefinisikan sebagai:
................................................. .......... (2.1)Keterangan
Misalkan sebuah bahan, sebelum diberi stress di atasnya memiliki panjang L dan
luas penampang A. Akan tetapi karena pengaruh gaya, bahan mengalami tegangan
( stress) sehingga panjangnya, L’ menjadi lebih pendek. Selain itu pemahaman kita
menjelaskan bahwa bahan tidak hanya akan memendek/ memanjang (berubah
volumenya) tetapi juga mengalami perubahan bentuk akibat tekanan tersebut. Artinya
pengaruh dari gaya tidak hanya memberi dampak pada arah normal permukaan tetapi
juga luas permukaan itu sendiri menjadi berubah. Oleh karena itu dijelaskan bahwa
-
8/16/2019 Keterk
18/35
terdapat dua jenis stress. Yaitu stress yang berarah normal dan stress yang
menyinggung permukaan
3. Regangan (strain)
Jika sebuah stress bekerja pada suatu benda maka dampak atau akibatnya, benda
mengalami strain (regangan).
Gambar 2.5Strain arah normal berdampak pada perubahan Volume
Gambar 2.6Strain arah tangensial berdampak pada perubahan bentuk
Seperti juga stress, strain memiliki dua jenis komponen yaitu strain arah normal
dan tangensial. Pada arah normal, perubahan ditunjukkan dengan pemendekan bahan
dari L menjadi L’ akibatnya volume bahan berubah, seperti pada Gambar 2.5 yang
melebar dan akibatnya bentuk menjadi berubah, dalam ilustrasi Gambar 2.6, bahan
yang mula-mula berbentuk persegi panjang menjadi jajar genjang.
Pada kenyataannya jika sebuah benda dikenai stress, maka kedua jenis strain
bagaimanapun akan muncul sehingga ilustrasinya tidaklah sederhana. Strain (τ)
secara umum didefinisikan sebagai:
.......................................................................... (2.2)Sehingga strain arah normal:
................................................................................................................... (2.3)
-
8/16/2019 Keterk
19/35
Strain arah tangensial
............................................................................................................... (2.4)
Keterangan :
= strain arah normal = Strain arah tangensial∆L = Perubahan menanjang / memendek
∆A = Perubahan bentuk (luas) (m2)
4. Modulus Young
Modulus elastik Young atau modulus Young adalah perbandingan antara stress
arah normal terhadap strain arah normalnya (tegak lurus permukaan) sehingga dapat
dituliskan sebagai berikut:
..........................................................................................(2.5)
Keterangan:
= Stress arah Normal (N/m2) = Strain arah normal (m)F = Gaya eksternal (N)
A = Luas Penampang (m2)
∆L = Perubahan panjang (m)
L = Panjang Mula mula (m)
Y = Modulus Young (N2/m)
Young mengukur perubahan benda dalam mempertahankan keadaannya semula
dalam arah normal. Contoh dalam memahami modulus Young ini misalnya, sepotong
spons memiliki modulus Young yang lebih kecil dari karet, sebab saat kita lakukan
stress arah normal dengan menginjaknya, spons menjadi lebih tipis dari karet jika
karet diinjak dengan stress yang sama besar.
Modulus Young pada umumnya digunakan untuk menentukan karakter sebuah
batang atau seutas kabel yang ditekan dalam tegangan ataupun tekanan. Perlu
diperhatikan bahwa karena regangan adalah nilai tak berdimensi, Y memiliki satuan
gaya per luas (N/m2).
-
8/16/2019 Keterk
20/35
5. Hukum Hooke
Ketika sebuah benda dikenai stress, maka sebagai respon, benda akan
terdeformasi dan mengalami strain sebesar E . Jika stress yang sama dikenakan pada
benda yang lain maka strain yang timbul besar kemungkinan memiliki nilai yang
berbeda.
Hooke merumuskan hubungan stress dan strain dalam sebuah persamaan yang
dikenal kemudian, dengan Hukum Hooke. Menurut Hukum Hooke, perbedaan ini
diakibatkan oleh karakteristik benda yang berbeda satu sama lain, karakter ini
dinamakan modulus elastik ( E ). Secara sederhana hubungan ini adalah:
..............................................................................(2.6)Modulus elastik atau konstanta elastik mengandung informasi penting tentang
sifat elastisitas bahan, yaitu kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk semula
setelah terdeformasi karena dikenai gaya dalam arah normal.
Gambar 2.7 Kurva Elastisitas
Sumber: Serway, A Raymond and John W.Jewett (2009)
Berdasarkan Gambar 2.4 di atas, dapat diketahui bahwa Hukum Hooke memiliki
syarat batas keberlakuan. Hukum Hooke berlaku pada daerah elastis saja atau daerahOB. Pada suatu saat ketika diberikan stress cukup besar maka elastisitas benda
menjadi tidak linier (modulus elastik E tidak lagi konstan), daerah ini disebut daerah
plastis, sedangkan batas linieritas terletak pada titik A. Jika benda telah mencapai
daerah plastis (BC) karena stress yang besar, maka elastisitas benda akan hilang dan
benda tidak lagi mampu kembali ke bentuknya semula, sampai suatu saat karena
stress terlampau besar, benda akan putus atau hancur dimana ikatan molekul pada
benda tidak lagi mampu mengatasi besarnya gaya yang diberikan, hal ini dinamakan
titik patah (C).
-
8/16/2019 Keterk
21/35
Misalnya untuk sistem pegas, ketika sebuah gaya menekan atau menarik sebuah
pegas, maka terjadi perubahan pada bentuk pegas, yakni memendek jika ditekan atau
memanjang jika ditarik. Namun tidak semua pegas mudah untuk ditarik atau ditekan.
Pegas pada sistem suspensi mobil memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding
pegas pada umumnya. Kekuatan ini merupakan modulus elastik yaitu yang dikenal
sebagai konstanta pegas (k ). Persamaan Hukum Hooke untuk sistem pegas dapat
dituliskan:
.......................................................................................................(2.7)Keterangan:
F = Gaya (N)
K = Konstanta pegas (N/m)
∆x = Perubahan panjang pegas (m)
Tanda negatif menunjukkan bahwa pegas akan cenderung melawan perubahan.
Jika pegas ditarik dengan gaya sebesar F , maka akan ada gaya pemulih yang bertanda
negatif. Pada intinya Hukum Hooke menggambarkan bahwa jika sebuah stress atau
gaya bekerja pada benda, maka benda akan mengalami perubahan atau deformasi
yang digambarkan oleh perubahan bentuk atau strain.
F. Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan untuk penelitian ini antara lain adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fandi Irawan (2014) berjudul: “Pengaruh penerapan
model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan pendekatan saintifik pada
materi kalor dan perubahan wujud zat terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 15
Surabaya”.berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Nini Yuliana (2015) berjudul : “Pengembangan
instrumen Authentic Assessment berbasis kinerja dalam pembelajaran fisika pada sub
pokok bahasan titik berat siswa kelas XI SMAN 1 Taman”.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Isnaini (2014) berjudul: “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran K-13 Berorientasi Discovery Learning (Guided Discovery)
dengan melatihkan ketrampilan proses pada tema momentum dan impuls”.
G. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah pendekatan saintifik pada materi elastisitas
berpengaruh terhadap keseimbangan Sikap, Pengetahuan, dan ketrampilan siswa kelas X
SMAN 14 Surabaya.
-
8/16/2019 Keterk
22/35
H. Kerangka Berpikir
Solusi : Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik sehingga dapat melatihkan ketrampilan sikap dan
proses sains.
1. pendekatan saintifik pada materi elastisitas berpengaruh terhadap keseimbangan Sikap,
Pengetahuan, dan ketrampilan siswa kelas X SMAN 14 Surabaya.
1. Bagaimana perbedaan keseimbangan hasil belajar siswa yang meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik degan menerapkan pembelajaran konvensional di SMAN 14 Surabaya?
2. Bagaimana respon siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi elastisitas di kelas X SMAN 14
Teori dan Konsep:
1. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan
pembelajaran yang dapat dijabarkan menjadi lima
aktifitas siswa: mengamati, menanya, menalar,
mencoba, membentuk jejaring (Permendikbud
Nomor 65 Tahun 2013)
2.
Ranah pengetahuan(kognitif) meliputi Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif.
3. Ranah Sikap (afektif) adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai
4. Ranah Ketrampilan (Skills) merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu.
Penelitian yang Relevan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fandi
Irawan (2014) berjudul: “Pengaruh
penerapan model pembelajaran problem
based learning (PBL) dengan pendekatan
saintifik pada materi kalor dan
perubahan wujud zat terhadap hasil
belajar siswa kelas X SMAN 15
Surabaya”.berpengaruh positif terhadap
hasil belajar siswa.
2. Penelitian oleh Putri Nini Yuliana (2015)
berjudul : “Pengembangan instrumen
Authentic Assessment berbasis kinerja
dalam pembelajaran fisika pada sub
pokok bahasan titik berat siswa kelas XI
SMAN 1 Taman”.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur
Isnaini (2014) berjudul: “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran K-13
Berorientasi Discovery Learning
(Guided Discovery) dengan melatihkan
ketrampilan proses pada tema
momentum dan impuls”.
Harapan:
• Siswa memiliki Hard Skill dan Soft Skill
•
Siswa memiliki keseimbangan antaraSikap, Pengetahuan, dan Ketrampilan.
• Memiliki sikap dan ketrampilan proses
sain yang baik.
Fakta:
Tidak Seimbangnya antara Hard Skill
dan Soft Skill . Ranh Kognitif lebih diutamakan dari
pada sikap dan ketrampilan.
Kurangya sikap dan ketrampilan
proses sains.
Masalah : Tidak Seimban n a antar Soft Skill dan Hardskill
Rumusan Masalah
Hi otesis
-
8/16/2019 Keterk
23/35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam jenis penelitian eksperimen, atau
yang lebih dikenal dengan true experimental design. Pada jenis penelitian ini
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dalam kondisi yang
terkendalikan. Peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol
variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruh terhadap satu atau lebih dari
variabel terikat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 15 Surabaya
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
C.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populais ini adalah seluruh siswa kelas X di SMAN 15 Surabaya.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah satu kelompok kontrol dan tiga kelompok eksperimen di
kelas X SMAN 14 Surabaya. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random
sampling, dengan setiap kelas yang berada dalam populasi memperoleh kesempatan
yang sama untuk diambil sebagai sampel penelitian.
D.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan True experimental design Pretest – postest control
group design . Design penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Keterangan
O1 = Pretest untuk kelas Experimen
O2 = Post test untuk kelas Eksperimen
-
8/16/2019 Keterk
24/35
O3 = Pre test untuk kelas Kontrol
O4 = post test untuk kelas kontrol
X1 = Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
X2 = Pemebelajaran dengan berbasis contoh soal
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan
saintifik.
2.
Variabel respon Variabel respon adalah penialain ranah sikap, pengetahuan , dan
ketrampilan.
3.
Variabel Control dalam penelitian ini adalah materi pokok yaitu materi elastisitas,
dan lama waktu tatap muka.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah dibagi menjadi 3 tahap:
1. Persiapan dan perencanaan penelitian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam pengambilan data. Tahap ini
direncanakan semua kegiatan yang menunjang kelancaran dalam pengambilan
data, antara lain:a. Melakukan survei atau observasi ke sekolah yang akan digunakan untuk
penelitian.
b. Menyusun proposal penelitian
c. Menyusun perangkat penelitian, yaitu silabus, RPP, LKS, dan handout.
I.
Silabus
II. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
III.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
IV. Handout
d. Menyusun instrumen penelitian yaitu soal untuk posttest
e. Validasi perangkat dan instrumen penelitian.
f. Melakukan uji coba instrumen yaitu lembar tes kepada siswa yang sudah
pernah mendapat pembelajaran dengan materi kalor dan perubahan wujud
zat.
g. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih dengan teknik
sampling random berdasarkan hasil nilai raport siswa pada mata pelajaran
fisika siswa untuk semester ganjil
-
8/16/2019 Keterk
25/35
2. Tahap pelaksanaan eksperimen
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan dengan menerapkan
model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik untuk kelas eksperimen
sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode pengajaran yang biasa
digunakan guru di sekolah yaitu model pembelajaran langsung. Selama proses
belajar mengajar berlangsung, kelas diamati oleh observer untuk mengetahui
akvitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar.
3. Tahap Akhir
a.
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, diberikan posttest yang soalnya
sama dengan tes awal ( pretest ) untuk mengetahui keberhasilan belajar yang
dicapai. Posttest ini dilakukan secara bersamaan baik pada kelas eksperimenmaupun kelas kontrol.
b. Menganalisis data hasil posttest dan pengolahan data dengan uji statistik.
c. Penyusunan laporan penelitian dalam bentuk skripsi.
G.
TeknProsedur ik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 metode,
antara lain:
1.
Metode Tes
Metode pengumpulan data dilakukan dengan nilai pre test dan nilai post
test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
a.
Pre Test
Pada tahap ini, siswa diberi pre test yang telah disiapkan untuk
mengetahui kemampuan awal dari siswa terhadap materi kalor dan
perubahan wujud zat untuk mengetahui normalitas dan homogenanitas
populasi yang digunakan.
b. Post Test
Pada tahap akhir, setelah kedua kelas diberi perlakuan yaitu kelas
eksperimen diberi perlakuan penerapan model pembelajaran pendekatan
saintifik sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
yang biasa dilakukan di sekolah, kedua kelas diberi post test yang soalnya
sama dengan soal pre test . Tes ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perbedaan perlakuan pada kedua kelas tersebut terhadap hasil belajar siswa.
2. Metode Observasi
-
8/16/2019 Keterk
26/35
Metode ini digunakan untuk mengamati pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan guru dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan
pendekatan saintifik pada materi kalor dan perubahan wujud zat. Selain itu,
metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar keterampilan
dalam merancang hingga melakukan percobaan, hasil belajar sikap selama
pembelajaran berlangsung.
3.
Metode Penilaian Diri
Penilaian diri adalah teknik penelitian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kekuragan dan kelebihan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi iskap baik sikap spiritual atau sikap sosial.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di
kelas antara lain dapat menimbulkan rasa percaya diri, peserta didik dapat
memahami kelemahan dan kekurangan dirinya, dapat mendorong dan
membiasakan peserta didik untuk bersikap jujur. (Kunandar, 2013;134)
4. Metode Penilaian Sejawat
Penelian antar peserta didik merupakan teknik penilaain yang dapat
digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual
maupun sikap sosial denagn cara meminta peserta didik untuk saling menilai
satu sama lain.
Metode penelitian ini memiliki kelebihan melatih peserta didik untuk
berlaku objektif, melatih untuk memiliki ketrampilan dan kecernata dalam
melakukan penilaian terhadap suatu objek, dan melatih sisw untuk memiliki rasa
tanggung jawab. Metode ini juga memiliki kekurangan yakni perlu waktu ynag
tidak singkat, dan data yang diperoleh dari penelitian perlu diverivikasi.
H. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar Pretest dan post test
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes penguasaan materi fisika.
Tes dilakukan dua kali yaitu sebelum diberikan materi kalor dan perubahan wujud
zat atau disebut pretest dan sesudah pembelajaran atau disebut posttest . Tujuan
adanya pretest adalah untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum pembelajaran
-
8/16/2019 Keterk
27/35
dan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal dan homogen. Tujuan
adanya posttest adalah untuk mengetahui pemahaman siswa setelah pembelajaran
dan mengetahui sejauh mana pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar
siswa.
2.
Lembar Observasi
Lembar observasi atau pengamatan ini digunakan untuk mengetahui dan
mengamati secara langung aktivitas guru (peneliti) di kelas selama pembelajaran
berlangsung. Untuk mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas maka
digunakan lembar pengamatan kemampuan melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik.
3. Lembar Penilaian diri
Instrumen yang digunakan adalah suatu teknik penilaian dimana pesertadidik dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri erkaitan dnegan
status, proses, dan tingkat pencapaia kompetensi yang dipelajarinya.
4. Lembar penilaian sejawat
I.
Teknik Analisis Data
1. Pra Penelitian
a. Analisis Butir soal
i.
Validitas Item
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
dan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2006).
Analisis validitas item menggunakan perumusan statistik dengan teknik
korelasi product moment yaitu
................ .................(3.1)
(Arikunto, 2006:72)
Keterangan :
r XY : koefisien korelasi product moment
N : jumlah peserta tes
X : skor tes pada butir tes yang dicari validitasnya
Y : skor total yang dicapai peserta tes
∑X : jumlah skor item
∑Y : jumlah skor total
Kriteria soal valid jika r hitung > r tabel item dikatakan valid.
-
8/16/2019 Keterk
28/35
ii. Realibilitas Item
Reliabilitas (kepercayaan) adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilai. Suatu instrumen yang dapat dipercaya
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya dan memberikan hasil
yang tetap. Perumusan Spearman-Brown adalah:
......................................................... (3.2)
Dengan,
222221
21
)()(
))((
Y Y N X X N
Y X XY N r
.............. (3.3)
(Arikunto, 2006:93)
Keterangan :
r 11 : tes koefisien reliabilitas yang sudah
disesuaikan
: korelasi antara skor-skor tiap belahan
iii. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Tingkat kesukaran suatu soal ditentukan berdasarkan banyaknya
siswa yang menjawab soal dibagi seluruh peserta tes. Rumus yang
digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran adalah :
.......................................................................... (3.4)
(Arikunto, 2006: 208)
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B : banyak siswa yang menjawab dengan benar
JS : jumlah seluruh peserta tes
-
8/16/2019 Keterk
29/35
Kriteria indeks kesukaran menurut Munaf (2001 : 64), adalah sebagai
berikut :
Item soal dengan P 0,30 adalah soal sukarItem soal dengan 0,30 P 0,70 adalah soal sedangItem soal dengan P > 0,70 adalah soal mudah
iv. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah
(Arikunto, 2006: 211).
Untuk menghitung daya pembeda butir soal digunakan rumus:
............................................................ (3.5)
(Arikunto, 2006: 213)
Keterangan :
D : daya pembeda
JA : banyaknya peserta tes kelompok atas
JB : banyaknya peserta tes kelompok bawahBA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB :banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya beda menurut Munaf ( 2001 : 64 ) sebagai berikut:
D = 0,00 - 0,20 = jelekD = 0,20 - 0,40 = cukup
D = 0,41 - 0,70 = baikD = 0,70 - 1,00 = baik sekali
J. Statistika Dalam Penelitin
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai pre-test dan post-test
siswa. Selain itu juga diperoleh data keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas
berpikir kritis siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan
pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen terhadap kemampuan
berpikir kritis.
1.
Uji PrasyaratUji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji ini dilakukan
pada nilai pre-test siswa.
-
8/16/2019 Keterk
30/35
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel yang berasal dari populasi terdistribusi
normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas pada nilai pre-test sampel.
Uji yang digunakan yaitu uji chi kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Menyusun Hipotesis
Ho : 1 = 2 (sampel terdistribusi normal)H1 : 1 2 (sampel yang tidak terdistribusi normal)
Kriteria pengujian : Ho diterima jika x2hitung < x2tabel
2. Menyusun nilai pre-test ke dalam tabel distribusi frekuensi
3. Menentukan rentang (R)
R = data terbesar-data terkecil
4.
Menentukan kelas
K = 1 + 3,3 log n ....................................(3.6)
5.
Menentukan panjang kelas interval (p)
p = ........................................(3.7)
6. Memilih ujung bawah kelas interval pertama.
7. Menghitung rata-rata dan varians :
i
ii
f
xf x
..................................(3.8)
22
2
1
nn
x f x f n s
iiii ...........................(3.9)
Dengan :
x = rata-rata
s2 = varians
n = jumlah fi
fi = frekuensi
xi = tanda kelas
8. Menghitung angka baku (Z) untuk tiap batas kelas, dengan rumus:
niuntuk s
x x Z
i
i ...3,2,1
......................................(3.10)
Dengan Z = simpangan baku
i = 1,2,3,.........,n
9.
Menentukan luas kelas interval (melihat harga pada tabel)
10.
Menghitung frekuensi yang diharapkan muncul (Ei)
Ei = L. n .......................................(3.11)
Dengan L = luas tiap kelas interval
-
8/16/2019 Keterk
31/35
11. Menghitung nilai Chi kuadrat (x2) dengan rumus :
k
i i
ii
E
E O
1
2
2 .....................................(3.12)
Dengan : x2 = distribusi chi-kuadrat Ei = frekuensi teoritik
Oi = frekuensi pengamatan k = kelas interval
12. Menarik kesimpulan dengan kriteria populasi terdistribusi normal jika :
x2hitung x2(1-)(k-1) dengan taraf kepercayaan (= 0,01).
(Sudjana, 2005: 273)
b.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang akan
diteliti berasal dari populasi yang mempunyai varians yaang homogen atau tidak. Untuk
melakukan uji homogenitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menyusun hipotesis
Hipotesis : H0 : µ1 = µ2 (populasi homogen)
H1 : µ1 ≠ µ2 (populais tidak homogen)
Kriteria pengujian : H0 diterima jika X2hitung < X2tabel
2. Uji statistik dengan rumus sebagai berikut :
.....................................(3.13)
.....................................(3.14)
.....................................(3.15)
3.
Menentukan taraf signifikan α = 0,05
4. Menarik kesimpulan
Populasi homogen jika X2hitung < X
2(1-α)(k -1)
(Sudjana, 2005: 263)
2.
Analisis Tes Kemampuan
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa diukur melalui tes
kemampuan berpikir kritis pada saat sebelum dan sesudah penerapan
pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen. Data kemampuanberpikir kritis dapat dianalisis dengan menggunakan n-gain score (gain yang
-
8/16/2019 Keterk
32/35
dinormalisasi) untuk mengetahui nilai gain antara kelas kontrol dan kelas
replikasi, dan dilakukan uji t dua pihak dan satu pihak untuk menentukan kelas
yang peningkatanya lebih baik. dengan persamaan sebagai berikut :
a. Uji Gain Ternormalisasi
Data yang diperoleh berupa nilai tes pertama (pre-test) dan nilai tes kedua
(post-test). Dari kedua nilai tersebut dapat ditentukan gain yaitu selisihantara nilai post-test dan pre-test. Apabila pada sampel penelitian terdapat
peningkatan yang signifikan sebelum dan sesudah perlakuan maka dapat
dihitung seberapa besar peningkatan tersebut mengunakan skor gain
ternormalisasi. Perumusan untuk menentukan skor gain ternormalisasi
menurut Hake, R.R (1999) adalah sebagai berikut:
Keterangan :
< g > : Gain ternomalisasi rata-rata
< % post > : Persentase skor post test rata – rata
< % pre > : Persentase skor pre test rata – rata
100 % : Skor maximum yang mungkin
Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui perkembangankemampuan berpikir kritis siswa dengan kriteria interpretasi sebagai
berikut: Tabel 3.1 KLASIFIKASI NILAI N-GAIN
b. Uji t dua Pihak
Uji ini dilakukan pada nilai post test kelas eksperimen dan kelas kontrol,
setelah data terdistribusi normal dan homogen. Dalam penelitian ini akan
dibandingkan antara hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang
diterapkan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dengan
kelas kontrol yang diterapkan model pembelajaran di sekolah dengan
pendekatan saintifik. Uji statistik yang digunakan adalah uji t dengan
tahapan ebagai berikut.
Nilai Kriteria
G ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ G < 0,7 Sedang
G < 0,3 Rendah
-
8/16/2019 Keterk
33/35
a) Menyusun hipotesis
Ho : 1 = 2 = Rata-rata nilai postest kelas eksperimen sama dengan rata
rata nilai postest kelas kontrol
H1 : 1 > 2 = Rata-rata nilai postest kelas eksperimen berbeda dengan rata
rata nilai postest kelas kontrol
dimana:
μ1 = Rata Rata nilai postest kelas eksperimen
μ2 = Rata Rata nilai postest kelas Kontrol
b) Menentukan taraf signifikan = 0,05
c) Menentukan mean dan simpangan baku kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d)
Perhitungan mean dengn rumus :
i
ii
f
xf x .....................................(3.16)
e)
Perhitungan varians dengan rumus :
2
.
2
2
1
.
nn
x f x f n s
iiii .....................................(3.17)
Menentukan simpangan baku gabungan dengan rumus :
2
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
snS n s .....................................(3.18)
Keterangan: s12 = varians kelas eksperimen
s22 = varians kelas kontrol
n1 = jumlah sampel kelas eksperimen
n2 = jumlah sampel kelas kontrol
f) Menghitung statistik uji-t dengan rumus :
21
21
11
nn s
x xt
.....................................(3.19)
Keterangan: t = distribusi student
= mean kelas eksperimen = mean kelas kontroln1 = populasi kelas eksperimen
n2 = populasi kelas kontrol
S = simpangan baku gabungan
g)
Kriteria penilaian
Ho diterima jika t1- < t < t1- dan sebaliknya dengan nilai
-
8/16/2019 Keterk
34/35
dk = (n1+ n2-2)
(Sudjana, 2005: 239)
c. Uji t satu pihak
Uji ini digunakan untuk mengetahui manakah prestasi belajar yang lebih
baik antara kelas eksperimen, kelas replikasi dan kelas kontrol. Langkah–langkah uji-t satu pihak adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho : μ1 = μ2, berarti prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan
replikasi sama dengan kelas kontrol
Hi : μ1 > μ2, berarti prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan
replikasi lebih baik dari pada kelas kontrol
dimana :
μ1 = prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan replikasi yangmenerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams-Achievement Division) dengan metode Active Knowledge
Sharing.
μ2 = prestasi belajar siswa kelas kontrol tanpa menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement
Division) dengan metode Active Knowledge Sharing.
2.
Menentukan taraf signifikan dengan
= 0,05
Menghitung t dengan rumus:
21
21
11
nn s
x xt
.....................................(3.20)
Keterangan :
t = koefisien t.
= mean kelas eksperimen = mean kelas kelompok kontrolS = simpangan baku.
n1 = jumlah data kelompok eksperimen.
n2 = jumlah data kelompok kontrol
3. Simpangan baku dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
2
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
sn sn s
.....................................(3.21)
Menentukan kriteria hipotesis: terima Ho jika t (1-α) (dk) > thitung
(Sudjana, 2005: 208)
-
8/16/2019 Keterk
35/35
3. Persentase keseimbangan mengguanakan diagram lingkaran dan dibandingkan dengan yang
mengguanakan pendekatan saintifik dengan yang tidak menggunakan pendekatan saintifik.
4. Analisis Data Angket Siswa
Data yang berasal dari angket respon siswa dapat dianalisis dengan
persentase pilihan jawaban siswa sebagai tanggapan siswa terhadap penerapan
pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen. Analisis respon siswa
bentuk cheklist dengan skor dari masing-masing kriteria menurut Sugiono
(2011:94) yaitu:
Tabel 3.4 Kriteria Jawaban
Kriteria Jawaban SkorSS : Sangat Setuju 5
S : Setuju 4
TB : Tidak Berpendapat 3
TS : Tidak Setuju 2
STS : Sangat Tidak Setuju 1Untuk menghitung persentase jawaban responden tiap item, digunakan rumussebagai berikut:
Keterangan
P = Persentase jawaban respondetF = jumlah skor total yang diperolehN = Jumlah skor ideal item
Selanjutnya persentase tiap pilihan menurut Riduwan (2009:28)dikonversi dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Presentase
Persentase Kriteria
0% < x ≤ 20% Sangat Kurang
21% < x ≤ 40% Kurang
41% < x ≤ 60% Cukup
61% < x ≤ 80% Baik
81% < x ≤ 100% Sangat Baik(Adaptasi dari Riduwan, 2009)