Ketergantungan Observasi pada Teori

13
Nama :Diana Sari Kelas :11-7A NIM :2007110153 Tugas 2 Ketergantungan Observasi pada Teori Abstrak Teori dan observasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tanpa teori tidak mungkin kita dapat melakukan observasi dan tanpa observasi tidak mungkin sebuah teori dapat terbentuk. Keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti kerangka teoretis atau konsepsual yang dimanfaatkan, sedangkan teori-teori diformulasi secara cermat dan jelas merupakan prasyarat untuk keterangan observasi yang tepat. Karena itulah, teori-teori mendahului observasi. Hal inilah yang memicu timbulnya kritik terhadap kaum induktivis (kaum yang memiliki pandangan yang membutuhkan penarikan keterangan universal dari keterangan tunggal lewat induksi) yang ingin membuat pembedaan sangat tajam antara keterangan observasi dan teori. Oleh karena itu, meskipun persoalan induksi ini tidak dapat disalahkan secara konklusif, namun pandangan induktivisme ini harus ditinggalkan karena bila dibandingkan dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal memberikan keterangan baru yang menarik tentang watak ilmu. 1

Transcript of Ketergantungan Observasi pada Teori

Page 1: Ketergantungan Observasi pada Teori

Nama :Diana Sari

Kelas :11-7A

NIM :2007110153

Tugas 2

Ketergantungan Observasi pada Teori

Abstrak

Teori dan observasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tanpa teori tidak mungkin

kita dapat melakukan observasi dan tanpa observasi tidak mungkin sebuah teori dapat terbentuk.

Keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti kerangka

teoretis atau konsepsual yang dimanfaatkan, sedangkan teori-teori diformulasi secara cermat dan

jelas merupakan prasyarat untuk keterangan observasi yang tepat. Karena itulah, teori-teori

mendahului observasi. Hal inilah yang memicu timbulnya kritik terhadap kaum induktivis (kaum

yang memiliki pandangan yang membutuhkan penarikan keterangan universal dari keterangan

tunggal lewat induksi) yang ingin membuat pembedaan sangat tajam antara keterangan

observasi dan teori. Oleh karena itu, meskipun persoalan induksi ini tidak dapat disalahkan

secara konklusif, namun pandangan induktivisme ini harus ditinggalkan karena bila

dibandingkan dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal

memberikan keterangan baru yang menarik tentang watak ilmu.

Kata Kunci

Ilmiah

Ilmu

Induktivis

Induktivisme

Objek

Observasi

Persepsual

Teori

Validitas

1

Page 2: Ketergantungan Observasi pada Teori

Batang Tubuh

1. Pandangan popular tentang Observasi

Indra penglihatan merupakan indera yang paling extensif dipergunakan di dalam

praktek ilmu.

Manusia melihat menggunakan matanya. Komponen-komponen terpenting mata

manusia adalah lensa dan retina(selaput jala).

Fungsi retina: sebagai layar di mana gambar dari objek-objek dunia luar mata

kita terbentuk.

Sorotan sinar dari objek yang kita pandang itu masuk ke lensa mata via media

yang memperantarainya. Sorotan sinar ini terbias oleh bahan lensa mata

sedemikian rupa sehingga berfokus pada retina, dan dengan demikian

terbentuklah gambaran objek itu. Sampai di situ mata kita berfungsi seperti

kamera. Perbedaan besar mata dan kamera terletak pada cara merekam gambar

pada fase terakhir. Syaraf-syaraf optik, yang meliputi retina sampai ke pusat

kortex otak kita, memberikan informasi tentang sinar yang jatuh pada retina

kepada otak kita. Rekaman informasi otak manusia inilah yang bersesuaian

dengan objek yang dilihat manusia.

Dua hal yang ditekankan dalam gambaran garis besar tentang observasi via indera

penglihatan yang merupakan titik-titik kunci bagi kaum induktivis:

a. Seorang pengamat sedikit banyak dapat menangkap langsung beberapa sifat

dari dunia luar selama sifat-sifat itu terekam oleh otaknya dengan tindakan

melihat.

b. Dua pengamat yang normal memandang objek atau adegan yang sama dari

tempat yang sama akan “melihat” hal yang sama.

2. Pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada retina

Banyak bukti menunjukkan bahwa pengalaman para pengamat ketika memandang

satu objek ditentukan semata-mata oleh informasi dalam bentuk sorotan sinar

yang memasuki mata pengamat, juga tidak ditentukan semata-mata oleh gambar-

gambar pada retina si pengamat. Dua pengamat memandang objek yang sama dari

tempat yang sama dan dalam keadaan fisik yang sama tidak harus memiliki

2

Page 3: Ketergantungan Observasi pada Teori

pengalaman visual yang sama, walaupun gambar-gambar yang diterima retina

masing-masing pada hakekatnya sama. Ada suatu segi penting di dalamnya di

mana kedua pengamat tidak harus “melihat” hal yang sama.

N.R. Hanson:

“Melihat itu melebihi dari sekedar apa yang dijumpai oleh biji mata.”

Apa yang dilihat seorang pengamat, artinya, pengalaman visual yang dimiliki

seorang pengamat ketika memandang suatu objek, tergantung sebagian pada

pengalamannya di masa lalu, pengetahuan dan harapan-harapannya.

Contoh: teka-teki bergambar anak-anak, di mana pengamat diminta menemukan

wajah orang diantara daun-daun lukisan sebuah pohon. Apa yang terlihat, artinya

kesan subjektif yang dialami oleh seorang, mula-mula adalah lukisan yang sesuai

dengan sebuah pohon. Tetapi kesan ini segera berubah sewaktu wajah orang itu

ditemukan. Apa yang tadinya nampak sebagai daun-daun dan ranting-ranting

pohon, kini nampak sebagai wajah manusia. Sekali lagi, objek fisik tetap sama

sebelum dan sesudah teka-teki dipecahkan, dan gambar yang diterima retina pun

kiranya tidak berubah tatkala wajah orang ditemukan. Dan apabila lukisan itu

dipandang lagi pada waktu-waktu kemudian, maka wajah orang itu dengan mudah

dapat terlihat kembali.

Penjelasan dari semua hal di atas:

a. Sebab-sebab fisik dari gambar-gambar pada retina tidak ada hubungan apa-

apa dengan apa yang kita lihat. Kita tidak dapat melihat hanya apa yang kita

suka. Akan tetapi, sambil gambar-gambar pada retina itu menjadi sebagian

yang menyebabkan kita melihat, sebagian sebab lain yang penting dibentuk

oleh keadaan dalam (inner state) pikiran atau otak kita, yang jelas tergantung

pada didikan kebudayaan, pengetahuan, harapan-harapan kita, dsb, dan tidak

semata-mata ditentukan oleh sifat-sifat fisik mata kita dan objek yang kita

amati.

b. Dalam variasi keadaan yang luas, apa yang kita lihat dalam berbagai macam

situasi tetap cukup stabil. Ketergantungan apa yang kita lihat pada keadaan

pikiran atau otak kita, tidaklah sedemikian peka sehingga membuat

komunikasi dan ilmu menjadi tidak mungkin.

3

Page 4: Ketergantungan Observasi pada Teori

c. Di dalam contoh yang dikutip di sini, terdapat satu segi dalam mana semua

pengamat melihat hal yang sama. Terdapat suatu pra-anggapan, yakni, bahwa

satu dunia fisik, tunggal dan unik ada (exist) secara tidak tergantung pada

pengamat-pengamatnya. Dengan demikian, bilamana sejumlah pengamat

memandang sebuah lukisan, sebuah perkakas, sebuah slide mikroskop, atau

apa saja, maka mereka semua dikonfrontasikan pada sesuatu, dan dengan

demikian mereka “melihat” hal yang sama. Namun ini tidak berarti bahwa

mereka semua memiliki pengalaman persepsual yang sama. Ada suatu segi

penting di mana mereka tidak melihat hal yang sama, dan pada segi itulah

diletakkan dasar kritik terhadap posisi induktivis.

3. Keterangan-observasi membutuhkan teori

Menurut pandangan induktivis tentang ilmu, dasar kukuh di atas mana hukum-hukum

dan teori-teori membangun ilmu, sebenarnya lebih merupakan keterangan-observasi

publik daripada pengalaman subjektif pengamat individual.

Pandangan induktivis itu membutuhkan penarikan keterangan universal dari

keterangan tunggal lewat induksi.

Penalaran induktif maupun deduktif melibatkan relasi-relasi antara berbagai

perangkat keterangan, dan bukan antara keterangan dengan pengalaman persepsual.

Keterangan observasi merupakan milik publik, diformulasi dalam bahasa publik,

melibatkan teori yang sangat umum dalam berbagai tingkat dan menggunakan

argumentasi yang bisa mengelabui.

Sekali perhatian dipusatkan pada keterangan observasi yang membentuk dasar kukuh

bagi ilmu, maka dapat dilihat bahwa berlawanan dengan klaim induktivis, suatu teori

mesti mendahului semua keterangan observasi, keterangan-observasi itu mungkin

sama salahnya dengan teori dalam pra-anggapan yang mendahuluinya.

Keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti

kerangka teoritis atau konsepsual yang mereka manfaatkan.

Teori-teori yang diformulasi secara cermat dan jelas merupakan prasyarat untuk

keterangan-observasi yang tepat. Dalam segi inilah teori-teori mendahului observasi.

4

Page 5: Ketergantungan Observasi pada Teori

Klaim tentang prioritas teori mendahului observasi, bertentangan dengan tesis

induktivis yang menyatakan bahwa makna dari banyak konsep dasar diperoleh

melalui observasi.

Keterangan-observasi bisa sama salahnya seperti teori-teori yang mendahuluinya,

karena itu tidak dapat memberikan dasar yang sepenuhnya terjamin kukuh untuk

membangun hukum-hukum dan teori-teori ilmiah di atasnya.

Ilustrasi:

Perhatikan pernyataan: “Ada sebatang kapur tulis di sini”, yang diucapkan oleh

seorang guru sambil menunjukkan sebuah benda berbentuk silinder putih yang

dipegang di depan papan tulis. Bahkan keterangan observasi paling dasar seperti ini

pun telah melibatkan satu teori, dan bisa salah pula. Satu generalisasi tingkat sangat

rendah seperti “batangan-batangan putih yang terdapat di dalam ruangan kelas

sekolah dekat papan tulis adalah kapur tulis” lahir dari satu asumsi. Dan sudah tentu

generalisasi ini tidak mesti benar. Keterangan sang guru dalam contoh di atas pun

bisa salah. Silinder putih yang dimaksud boleh-jadi bukan kapur tulis, melainkan

barang tiruan yang dibuat dengan cermat oleh seorang murid yang bermaksud main-

main. Guru itu, atau orang lain, dapat mengambil langkah-langkah untuk menguji

kebenaran keterangannya. Akan tetapi, penting disadari, makin meyakinkan hasil

pengujiannya, makin banyak teori yang diperlukan, dan selanjutnya, kepastian absolut

tidak pernah dicapai. Misalnya, karena ditantang, sang guru mungkin akan

menggunakan benda silinder itu untuk menarik garis pada papan tulis, dan sambil

menunjuk jejak garis putih, ia berkata: “Nyatalah ia adalah kapur tulis.” Ini

melibatkan suatu asumsi, “kapur tulis meninggalkan garis putih bila ditarik pada

papan tulis.” Demonstrasi sang guru mungkin bisa disangkal bahwa selain kapur tulis,

benda-benda lain pun dapat meninggalkan bekas putih pada papan tulis. Mungkin

setelah langkah-langkah pengujian lain, misalnya remah-remah kapur tulis, ia akan

disangkal lagi dengan cara yang sama, lantas sang guru yang berkemauan keras

kemudian melakukan analisa kimiawi. Secara kimiawi, begitulah sang guru

menerangkan, kapur tulis sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat, dan akan

menghasilkan karbon dioxida bila dicelupkan ke dalam suatu cairan asam. Ia

5

Page 6: Ketergantungan Observasi pada Teori

melakukan percobaan dan mendemonstrasikan bahwa gas yang diperoleh adalah

karbon dioxida dengan menunjukkan bahwa ia mengubah air kapur yang bening itu

menjadi keruh seperti susu. Setiap tingkat dalam rangkaian usaha untuk

mengkonsolidasi validitas keterangan observasi: “Ini adalah sebatang kapur tulis”,

ternyata melibatkan kebutuhan tidak hanya pada keterangan-keterangan observasi

lebih lanjut, tetapi juga pada generalisasi-generalisasi yang lebih teoretis. Percobaan

di atas yang merupakan titik henti dari sederetan percobaan, telah melibatkan

sejumlah teori kimia tertentu.

Memantapkan validitas suatu keterangan-observasi, memerlukan pertolongan teori,

dan makin mantap validitasnya, makin extensif pula pengetahuan teori yang

digunakan.

Contoh: di zaman Copernicus (sebelum ditemukan teleskop), orang-orang dengan

cermat mengamati besarnya Venus. Keterangan-observasi: “Venus, dipandang dari

bumi, nampak ukuran besarnya tidak mengalami perubahan sepanjang tahun”

umumnya diterima baik oleh semua ahli astronomi, baik golongan Copernican

maupun non-Copernican. Andreas Osiander, rekan sezaman Copernicus, menunjuk

pada ramalan bahwa Venus seharusnya nampak berubah ukurannya, jadi sebagai

“suatu hasil yang berlawanan dengan pengalaman dari tahun ke tahun”. Observasi

ini diterima baik, walaupun mengalami kesulitan, sejak teori Copernicus dan juga

beberapa rivalnya mengemukakan bahwa Venus seharusnya nampak berubah

ukurannya sepanjang tahun. Tetapi observasi itu kini telah dianggap salah, karena

mendasarkannya pada teori salah bahwa besarnya sumber cahaya yang kecil dapat

diukur dengan akurat oleh mata telanjang. Teori modern dapat menerangkan mengapa

mata telanjang yang menilai besarnya ukuran sumber cahaya kecil yang menyesatkan,

dan mengapa observasi dengan teleskop, yang dapat menunjukkan dengan jelas

berubah-ubahnya ukuran Venus sepanjang tahun, lebih dapat diterima. Contoh ini

dengan jelas mengilustrasikan ketergantungan keterangan-observasi pada teori, dan

karenanya bisa salah.

Pandangan induktivis salah dalam dua hal. Ilmu tidak bertolak lewat keterangan-

keterangan observasi, karena ada teori mendahului segala keterangan-observasi,

6

Page 7: Ketergantungan Observasi pada Teori

selain itu keterangan-observasi tidak memberikan dasar yang kukuh untuk

membangun pengetahuan ilmiah, makanya ia bisa salah.

Peranan keterangan-observasi dalam ilmu menurut pandangan induktivis itu tidak

seksama, tidak correct.

4. Observasi dan experimen dibimbing oleh teori

Menurut induktivis yang paling naïf, dasar pengetahuan ilmiah dibangun lewat

observasi-observasi yang dilakukan tanpa prasangka dan tidak memihak.

Contoh: Heinrich Hertz, 1888, mengadakan suatu experimen listrik yang

memungkinkan ia pertama kali dapat membuat dan mendetect gelombang-gelombang

radio. Apabila ia sepenuhnya tidak memihak ketika melakukan observasi, maka ia

wajib mencatat tidak hanya jarum berbagai macam perkakas meteran, ada atau tidak

adanya letik api di berbagai lokasi yang kritis di dalam sirkuit-sirkuit listrik, dimensi-

dimensi sirkuit, dsb, tetapi juga warna dari perkakas meteran, dimensi

laboratoriumnya, keadaan cuaca, ukuran sepatunya dan sejumlah besar perincian-

perincian “yang jelas sekali irrelevan”.

Contoh di atas menggambarkan satu segi penting yang menyatakan bahwa di dalam

ilmu, teori mendahului observasi. Observasi dan percobaan diadakan dengan maksud

untuk menguji atau mengungkap sesuatu teori , dan hanya observasi yang relevan

dengan tugas penelitian itu harus direkam.

5. Induktivisme tidak disalahkan secara konklusif

Teori-teori boleh-jadi dikandung lebih dulu sebelum mengadakan observasi yang

diperlukan untuk mengujinya. Selanjutnya, menurut induktivisme tingkat tinggi,

untuk penemuan baru diperlukan kreativitas istimewa dan paling mutakhir dengan

kepintaran luar biasa, dan melibatkan psikologi para ilmuwan individual, sedangkan

analisa logika harus ditolak. Penemuan baru dan persoalan tentang asal-usul teori-

teori baru harus dipisahkan dari filsafat ilmu. Akan tetapi, sekali hukum dan teori

baru diperoleh, tidak peduli melalui jalan apa, masih tetap akan ada masalah

kelayakan dari hukum dan teori itu.

7

Page 8: Ketergantungan Observasi pada Teori

Sejumlah besar kenyataan yang relevan dengan suatu teori harus ditentukan dengan

observasi pada variasi keadaan yang luas, dan harus dibuktikan seberapa jauh teori itu

bias dikatakan benar atau boleh-jadi benar dari segi fakta-fakta yang ditarik lewat

semacam penyimpulan induktif.

Pemisahan cara penemuan dan cara pembenaran, memungkinkan kaum induktivis

menghindari kritik yang diarahkan pada klaim mereka bahwa ilmu bertolak lewat

observasi. Akan tetapi, legitimasi pemisahan dua cara itu harus dipertanyakan. Hal ini

diharapkan menjadi makin jelas bahwa esensial untuk mengerti bahwa ilmu adalah

lembaga perkembangan historis pengetahuan dan suatu teori hanya dapat dinilai

berharga apabila perhatian secukupnya diberikan pada kontex sejarahnya. Penilaian

teori erat hubungannya dengan keadaan ketika teori itu pertama kali muncul.

Walaupun apabila kita perkenankan kaum induktivis memisahkan cara penemuan dari

cara pembenaran, posisi mereka tetap terancam oleh kenyataan bahwa keterangan-

observasi itu bermuatan teori, dan oleh karenanya bisa salah. Kaum induktivis ingin

membuat pembedaan sangat tajam antara observasi langsung, yang mereka harapkan

akan membentuk dasar yang kukuh untuk pengetahuan ilmiah, dan teori-teori yang

akan dibenarkan dengan sejumlah dukungan induktif yang diterimanya dari dasar

observasi yang terjamin.

Persoalan induksi tidak dapat dipandang sebagai kesalahan yang pasti, karena

sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, kebanyakan filsafat ilmu lainnya pun

menderita kesulitan-kesulitan serupa.

Alasan terutama mengapa induktivisme harus ditinggalkan ialah bahwa dibandingkan

dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal

memberikan keterangan baru dan yang menarik tentang watak ilmu, suatu kenyataan

yang telah mendorong Imre Lakatos untuk menyebut program itu sebagai program

yang membawa kemunduran.

8