Ketentuan umum pajak--bagian 1

9
Bagian I PENGANTAR PERPAJAKAN INDONESIA A. PENGERTIAN PAJAK DAN FUNGSI PAJAK 1. Pengertian Pajak Beberapa pendapat mengenai pengertian pajak: Menurut P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum ( undang-undang ) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH , Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment Menurut Ray M. Sommerfeld, Herschel M. Anderson, dan Horace R. Brock , Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan . 1

Transcript of Ketentuan umum pajak--bagian 1

Page 1: Ketentuan umum pajak--bagian 1

Bagian I

PENGANTAR PERPAJAKAN INDONESIA

A. PENGERTIAN PAJAK DAN FUNGSI PAJAK

1. Pengertian Pajak

Beberapa pendapat mengenai pengertian pajak:

Menurut P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan

tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas

Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya

digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment

Menurut Ray M. Sommerfeld, Herschel M. Anderson, dan Horace R. Brock, Pajak adalah suatu

pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun

wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang

langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan.

Secara garis besar pengertian pajak adalah:

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

1

Page 2: Ketentuan umum pajak--bagian 1

Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak memiliki karakter:

1. Kontribusi rakyat pada negara

2. Dipungut berdasarkan peraturan yang berlaku (undang-undang)

3. Tidak mendapat timbal balik secara langsung kepada pembayarnya

4. Digunakan untuk membiayai kepentingan negara

2. Fungsi Pajak

Pajak memiliki dua fungsi yaitu:

1. Fungsi Budgeting, artinya pajak sebagai sumber dana bagi negara untuk membiayai kegiatannya

2. Fungsi Regulerend, artinya pajak berfungsi sebagai alat untuk menjalankan aturan atau kebijakan

untuk mengontrol pemerintahan di bidang ekonomi dan sosial.

Pajak adalah salah satu instrumen kebijakan fiskal. Pemerintah mengelola keuangan negara dengan dua

jenis kebijakan yaitu:

1. Kebijakan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah untuk mengelola perekonomian dengan cara

mengatur penerimaan dan pengeluaran negara. Dalam hal ini dilakukan dengan pengelolaan

APBN/APBD

2. Kebijakan Moneter, yaitu kebijakan pemerintah untuk mengelola perekonomian dengan cara

mengatur jumlah peredaran uang dan tingkat suku bunga dalam perekonomian. Kebijakan

moneter dikontrol oleh Bank Central. Di Indonesia yang bertindak sebagai Bank Central adalah

Bank Indonesia.

Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara juga

mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama

penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan.

Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek

pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah

sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.

Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan

masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati

fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.

Pajak juga digunakan untuk mensubsidi barang-barang yang sangat dibutuhkan masyarakat dan juga

2

Page 3: Ketentuan umum pajak--bagian 1

membayar utang negara ke luar negeri. Pajak juga digunakan untuk membantu UMKM baik dalam hal

pembinaan dan modal. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara

menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.

Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi

pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat

yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi

redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam

masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.

B. JENIS-JENIS PAJAK

Pajak dapat dibedakan berdasarkan:

1. Sistem pemungutannya

2. Lembaga Pemungutnya

3. Subjek Pajaknya

1. Berdasarkan Sistem Pemungutannya

Berdasarkan Sistem Pemungutannya, pajak dibedakan menjadi pajak Langsung dan tidak langsung

1. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan

kepada pihak lain atau orang lain

Contoh Pajak Langsung :

1. Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2. Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak Langsung adalah pajak yang pembayarannya bisa dilimpahkan kepada pihak lain.

Contoh Pajak Tidak langsung:

1. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

3. Bea Materai

4. Cukai

3

Page 4: Ketentuan umum pajak--bagian 1

5. Bea Impor

6. Ekspor

2. Berdasarkan Pemungutnya

Berdasarkan Lembaga Pemungutannya pajak dibedakan menjadi pajak pusat dan pajak daerah

1. Pajak Pusat

Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian keuangan yang

dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Pajak yang termasuk pajak Pusat;

1. Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perkebunan, Pertambangan, Kehutanan

3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

4. Bea Materai

5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

6. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

7. Pajak Migas

8. Pajak Ekspor

2. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutan dilakukan pemerintah daerah.

Contoh Pajak Daerah:

1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Pajak Reklame

3. Pajak Tontonan

4. Pajak Radio

5. Pajak Hiburan

6. Pajak Hotel

7. Bea Balik nama

3. Berdasarkan Subjek Pajaknya

Menurut Subjek Pajak, pajak dapat digolongkan menjadi subjek pajak badan dan orang pribadi

1. Pajak Perseorangan, yaitu pajak yang harus diabayar oleh diri wajib pajak. Misalnya Pajak

Penghasilan (PPh)

4

Page 5: Ketentuan umum pajak--bagian 1

2. Pajak Badan, yaitu pajak yang harus dibayar oleh badan atau organisasi. Contohnya pajak atas laba

perusahaan.

 

C.  PEMUNGUTAN PAJAK

1. Stelsel Pajak

Dalam pemungutan pajak dikenal 3 ( tiga ) macam stelsel pajak yaitu :

a.   Stelsel Riil atau Stelsel Nyata

Dimana pengenaan pajak didasarkan pada obyek ( misalnya penghasilan ) yang riil atau nyata,

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah obyek yang

sesungguhnya diketahui.

b. Stelsel Fictive atau Stelsel Anggapan

Yaitu stelsel yang mendasarkan pemungutan pajak berdasarkan pada suatu anggapan ( fiksi ).

Misalnya dalam kaitannya dengan Pajak Penghasilan, umumnya anggapan yang digunakan adalah

penghasilan tahun sekarang ( tahun berjalan ) sama dengan penghasilan tahun yang lalu ( tahun

sebelumnya ), sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang

untuk tahun pajak berjalan.

c.     Stelsel Campuran

Stelsel Campuran merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan. Dalam

penerapannya, stelsel campuran mula-mula pada awal tahun ditentukan jumlah pajak berdasarkan

jumlah anggapan tertentu dan kemudian setelah tahun pajak berakhir diadakan koreksi sesuai dengan

stelsel nyata.

2. Asas Pemungutan Pajak

Asas pemungutan pajak akan dibicarakan tentang negara mana yang berhak memungut pajak. Dalam

pemungutan pajak penghasilan terdapat 3 ( tiga ) macam asas pemungutan, yaitu :

5

Page 6: Ketentuan umum pajak--bagian 1

a.      Asas Domisili

Dalam asas domisili ini negara tempat tinggal seseorang berhak mengenakan pajak terhadap

seseorang tersebut tanpa melihat darimana sumber penghasilan atau pendapatannya diperoleh dan

tanpa melihat kebangsaan atau kewarganegaraan wajib pajak tersebut. Jadi pada prinsipnya

pengenaan pajak adalah pada seluruh penghasilan subyek pajak dari manapun penghasilan tersebut

diperoleh.

b.      Asas Sumber

Menurut asas ini negara yang menjadi tempat sumber penghasilan seseorang berhak memungut pajak

tanpa memperhatikan domisili  dan kewarganegaraan wajib pajak. Sasaran pengenaan pajaknya

adalah hanya penghasilan yang keluar dari sumber penghasilan yang terletak dinegara tersebut.

c.     Asas Kebangsaan

Dalam asas ini pemungutan pajak didasarkan pada kebangsaan seseorang. Yang berhak memungut

pajak adalah negara yang menjadi kebangsaan orang tersebut.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Pada dasarnya terdapat tiga cara yang dipergunakan untuk menentukan siapa yang menghitung

dan menetapkan jumlah pajak yang terutang oleh seseorang, yaitu :

a.      Official Assesment System

Official Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak

yang terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh aparat pajak atau fiskus. Dalam system

ini utang pajak timbul bila telah ada ketetapan pajak dari fiskus ( sesuai dengan ajaran formil tentang

timbulnya utang pajak ). Jadi dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif. Sebelum reformasi perpajakan

di Indonesia pada tahun 1983, Indonesia masih memakai aturan perpajakan lama yaitu Regeling van

het Beroep in Belastingszaken (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 29) yang merupakan ketentuan perpajakan

warisan Belanda yang memakai sistem ini. Sejak tahun 1983, sudah tidak diperlakukan lagi sistem

official assesment system.

b.      Self Assesment System

Self Assesment System yaitu system pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan,

sehingga dengan sisten ini wajib pajak harus aktif untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

kepada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ), sedangkan fiskus bertugas memberikan penerangan dan

pengawasan. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, Indonesia memakai sistem Self Assesment.

6

Page 7: Ketentuan umum pajak--bagian 1

c.      With Holding System

With Holding System yaitu system pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang

terutang dihitung oleh pihak ketiga ( yang bukan wajib pajak dan juga bukan aparat pajak / fiskus ). 

7