Ketaatan (Obedience)

28
KETAATAN (OBEDIENCE) Ditulis untuk memenuhi persyaratan akademik pada mata pelajaran Character Development Oleh: Christina 01220110021 Marprin H. M. 08220110012 Octaviadi 01120120046 Ivan Pratama 01120120076 Alexanderyango 01220120078 Alfredo A. L. 01120120087 Nonik Melia 012 20120066

Transcript of Ketaatan (Obedience)

Page 1: Ketaatan (Obedience)

KETAATAN (OBEDIENCE)

Ditulis untuk memenuhi persyaratan akademik pada mata pelajaran Character Development

Oleh:

Christina 01220110021Marprin H. M. 08220110012Octaviadi 01120120046Ivan Pratama 01120120076Alexanderyango 01220120078Alfredo A. L. 01120120087Nonik Melia 012 20120066

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2012

Page 2: Ketaatan (Obedience)

BAB 1

PENDAHULUAN

Di zaman modern sekarang ini, manusia seringkali melakukan perbuatan dengan

sekehendak hati mereka. Manusia telah melupakan arti sebenarnya dari sebuah ketaatan.

Banyak manusia yang tidak taat, baik terhadap Tuhan maupun aturan dan norma-norma yang

berlaku di dalam masyarakat. Manusia berbuat sesuka hati mereka untuk mencari kesenangan

duniawi, tanpa mentaati peraturan yang ada.

Di Indonesia sendiri, banyak sekali terjadi bentuk dari ketidaktaatan manusia, dalam

rangka untuk mencari kesenangan duniawi belaka. Para pelaku pemerintahan di Indonesia

seringkali melakukan perbuatan korupsi dan tidak mentaati peraturan yang ada hanya untuk

memuaskan nafsu keserakahannya atas kekayaan material. Dengan melupakan nilai-nilai

ketaatan, akibatnya negara Indonesia menjadi semakin miskin dan terpuruk. Manusia tidak

hanya tidak taat terhadap aturan yang ada, tetapi manusia juga tidak taat terhadap Tuhan.

Manusia seringkali melupakan akan tujuan hidup yang Tuhan berikan kepada mereka untuk

melayani setiap panggilan Tuhan, taat kepada-Nya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan

harus taat terhadap Tuhan dengan cara menjalankan kewajiban agama masing-masing dengan

benar. Manusia hidup adalah untuk mentaati perintah Tuhan agar manusia dapat

memperoleh keselamatan. Ketaatan adalah kehendak Tuhan, kehendakNya menjadi paling

utama untuk kita lakukan. Melakukan ketaatan terhadap perintahNya merupakan

kehendakNya.

Oleh karena itu, kami akan membahas lebih dalam tentang apa arti dari ketaatan dan

bagaimana kita sebagai manusia harus hidup dalam ketaatan, sehingga kita sadar akan arti

sebenarnya dari sebuah nilai ketaatan dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan.

Tuhan mengajarkan kita untuk hidup dalam ketaatan kepadaNya dalam suka maupun duka.

Page 3: Ketaatan (Obedience)

BAB II

DEFINISI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

Ketaatan berasal dari kata dasar taat, yang memiliki arti:

- Senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah, dsb); patuh (contoh: Nabi

Muhammad saw. menyeru manusia supaya mengenal Allah dan taat kepada-Nya);

- Tidak berlaku curang; setia (contoh: ia adalah seorang istri yang taat);

- Saleh; kuat beribadah (contoh: Jadilah Anda seorang muslim yang taat);

Menurut Teologi (1996):

“Ketaatan ( Obedience ) adalah Kesediaan untuk tunduk kepada hukum atau perintah

atau menerima pernyataan yang dikemukakan oleh pimpinan sebagai hal yang benar”.

Hanya Allah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan mutlak. Manusia dalam tingkat

dan kadar tertentu ikut ambil bagian dalam kekuasaan ilahi (mis. Orang tua terhadap

anak-anak; negara terhadap warga negara; pemimpin Gereja terhadap umat beriman).

Dalam menjalankan kehendak Bapa-Nya, Kristus “taat sampai mati” (Fil 2:8; lbr 5:8),

dan dengan demikian memberikan kepada kita contoh sempurna tentang ketaatan

penuh kasih (Yoh 15:10).

Iman berarti ketaatan kepada Allah dan perintah-perintah Ilahi-Nya, bertentangan

dengan ketidaktaatan yang adalah dosa (Mat 7:21; Rm 1:5; 16:26).

Dalam bukunya yang berjudul “Pocket Catholic Dictionary” P John Anthony Hardon,

S.T.D, seorang teolog Yesuit, mendefinisikan ketaatan sebagai berikut: ”Ketaatan adalah

kebajikan moral yang mencondongkan kehendak agar tunduk kepada kehendak yang lain

yang mempunyai wewenang untuk memerintah”. Sebab itu, orang yang bertaut pada

ketaatan menyerahkan kehendaknya pada orang yang mempunyai otoritas sah atas dirinya. P

Hardon menerangkan: “Ketaatan kepada Allah adalah tanpa batas, sedangkan ketaatan

kepada manusia dibatasi oleh hukum yang lebih tinggi yang tidak boleh dilanggar, dan oleh

kompetensi atau otoritas dia yang memberikan perintah.” Dalam “Summa Theologica”, St

Thomas Aquinas memaklumkan bahwa Allah harus ditaati dalam segala hal, sementara

otoritas manusia harus ditaati dalam hal-hal tertentu.

Page 4: Ketaatan (Obedience)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kekuatan Terhadap Ketaatan

Kekuatan (power) dalam ilmu kepemimpinan/ leadership dianggap memiliki

peran yang penting dalam memberikan pengaruh terhadap satu orang atas yang lain.

Atribut ini bisa berupa kepandaian atau pengalaman, bisa jadi jabatan, atau mungkin

uang. Menurut psikolog sosial, ada lima jenis kekuasaan: coercive power, reward

power, legitimate power, expert power, referent power.

1. Coercive power (kekuataan koersif), merupakan kekuatan yang berasal dari

otoritas untuk menghukum atau merekomendasi hukuman. Kekuatan koersif ini

diberikan oleh kepada pemegang otoritas tertinggi kepada orang yang

melakukan kesalahan dan berhak untuk dihukum.

2. Reward power (kekuataan penghargaan) adalah kekuatan untuk memberi

penghargaan. Ketika individu yang diberikan mandat untuk menjalankan

perintah dan melakukannya dengan baik, maka pemegang otoritas tertinggi

berhak untuk memberikan penghargaan atas apa yang telah dikerjakannya.

3. Legitimate power (kekuatan legitimasi), kekuatan yang berasal dari posisi

manajemen formal dalam sebuah organisasi dan otoritas yang diberikan

padanya.

4. Expert power (kekuatan keahlian), kekuatan muncul dari pengetahuan khusus

atau keterampilan mengenai tugas yang dikerjakan individu. Ada respek

tersendiri yang muncul ketika kita berhadapan dengan orang yang kita nilai ahli

di bidang tertentu.

5. Reference power (kekuatan referensi), kekuatan yang dihasilkan dari

karakteristik yang memulai terlebih dahulu untuk mengidentifikasi, menghormati

dan mengagumi bawahan hingga mereka berhasrat untuk menyamai

pemimpinnya.

Tanpa kita disadari, kebanyakan manusia mengambil suatu keputusan

berdasarkan kekuatan yang mendorong dirinya. Lima jenis kekuatan yang telah

dijelaskan di atas menunjukan bagaimana kekuatan tersebut dapat membuat

seseorang menjadi taat dan patuh terhadap suatu otoritas.

Page 5: Ketaatan (Obedience)

3.2 Siapakah yang Harus Kita Taati?

Menurut pandangan umum yang saya petik dari sebuah situs forum internet

adalah yang pantas kita taati tergantung dari dimana kita berada saat ini, bagaimana

cara kita berperilaku, dan bagaimana kita berucap kata.

Tertulis di forum tersebut adalah bahwa kita menaati peraturan pada saat

berikut pada saat kita di lahirkan, kita haruslah menaati seluruh ajaran agama yang

masing-masing kita anut. Sebaliknya ada juga dari pandangan kita bersama orang tua

kita. Apabila kita berada di lingkungan keluarga, kita haruslah menaati perintah orang

tua kita yang melahirkan kita dan membesarkan kita hingga saat ini. Lain lagi ada

beberapa pandangan seperti kita berada di lingkungan umum. Kita pun harus

menghormati orang yang lebih tua dengan cara memanggil kakak untuk orang yang

lebih dewasa dari kita. Ada juga yang berfikiran atau berpandangan apabila kita

berada di lingkungan sekolah kita harus lebih mentaati peraturan yang berada di

lingkungan sekolah dan bapak/ibu guru.

Begitu banyak cara sudut pandang orang-orang dengan kata-kata “Taat”. Dan

lain pula dengan cara pandang melalui Alkitab.

Di pasal 7, Efesus 6:1-3. Dikatakan anak harus menaati orang tua. Taati orang

tuamu dalam persatuan dengan tuan. Kata ayat tersebut arti dari persatuan dengan

tuan adalah orang tua yang ada dalam persatuan dengan tuan mengajarkan anak

mereka untuk mentaati hukum-hukum Allah.

Masih ingatkah kita tentang Raja Nebukhadmerar, raja ini pernah

memerintahkan setiap orang untuk sujud kepada patung emas yang ia dirikan. Tetapi

syadrakh, mesyakh, dan abednego tidak mau sujud. Tahu kah kita alasannya kenapa?

Alkitab berkata bahwa orang-orang harus menyembah Yehwa saja. Keluaran 20:3;

Matius 4:10.

Setelah Yesus meninggalkan, rasul-rasul di bawa ke hadapan Sanhedrin,

pengadilan tinggi agama orang yahudi. Imam besar Kyafas berkata, “kami dengan

tegas memerintahkan kamu untuk tidak terus mengajar atas dasar nama “Yesus”.

Akan tetap, lihat!!

Kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu, “mengapa para rasul tidak

menaati Sanhedrin?? Petrus mewakili semua rasul memberikan jawaban Kayafas,

Page 6: Ketaatan (Obedience)

“Kita harus menaati Allah sebagai penguasa sebalikny dari pada manusia. Kisah 5:27-

29.

Pada zaman itu perang Yahudi mempunyai kekuasaan yang besar. Akan tetapi

negri Yahudi di bawah kekuasaan pemerintah Romawi. Meski orang-orang yahudi

tidak ingin di perintah oleh orang Romawi tetapi orang Romawi telah membuat

kebaikan yaitu pemerintah membuat jalan, membayar polisi agar menjaga keamanan

mereka, pemerintah juga mengatur pendidikan anak-anak dan perawatan untuk

orang-orang lansia.

Pemerintah membuat semua ini membutuhkan biaya, biaya tersebut di dapat

oleh rakyat untuk pemerintah disebut pajak.

Sewaktu guru Agung berada di bumi, banyak orang Yahudi tidak mau

membayar pajak kepada pemerintah Romawi.

Suatu hari para imam menyewa beberapa orang untuk mengajukan pertanyaan

kepada Yesus. Pertanyaannya adalah apakah kami harus membayar pajak pada kaisar

atau tidak? Yesus pun menjawab, Ya kalian harus membayar pajak. Orang Yahudi

tidak akan menyukai apa yang ia katakan. Kenapa Yesus berkata iya. Yesus pun

meminta seseorang untuk memperlihatkan sebuah mata uang. Yesus bertanya

kepada mereka siapakah yang ada di atasnya? Orang-orang pun menjawab “Kaisar”.

Oleh karena itu Yesus berkata jika demikian bayarlah perkara-perkara kaisar

kepada kaisar, tetapi perkara-perkara terhadap Allah (Lukas 20:19-26). Jika kaisar

banyak melakukan sesuatu untuk rakyatnya, sepantasnyalah uang yang telah kaisar

buat itu dibayarkan kepadanya untuk hal-hal tersebut.

Denagan contoh tersebutlah Yesus memperlihatkan bahwa patut untuk

membayar pajak kepada pemerintah atas hal-hal yang kita terima.

Apabila kalian belum cukup umur, unsur apa yang harus kita berikan kepada

pemerintah? Yang harus diberikan adalah ketaatan kepada hukum-hukum

pemerintah. Alkitab mengatakan tunfuklah kepada kalangan berwenang yang lebih

tinggi. Kalangan berwenang itu adalah orang-orang yang berkuasa dalam pemerintah.

Jadi, Allah sendiri lah yang mengatakan kita harus mentaati hukum atau peraturan

pemerintah. Roma 13:1,2.

Seorang penulis sejarah bernama Will Durant menulis tentang orang-orang

Kristen masa awaldan berkata bahwa “kesetiaan atau loyalitas” utama mereka

Page 7: Ketaatan (Obedience)

bukanlah kepada kaisar. Ya, mereka setia kepada Yehuwa! Oleh karena itu, ingatlah

bahwa Allah harus menjadi nomor satu dalam kehidupan kita. Kita menaati

pemerintah karena itulah yang Allah inginkan untuk kita lakukan. Tetapi, jika kita

diminta melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah, apa yang hendaknya

mengatakan seperti yang dikatakan para rasul kepada imam besar, “kita harus

menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya dari pada manusia”. Kisah 5:29. Respek

kepada hukum di ajarkan dalam Alkitab.

3.3 Bagaimana Kita Seharusnya Bertaat?

o TAAT ADALAH KARENA KASIH

Salah satu contoh bentuk ketaatan adalah mengikuti perintah Tuhan. Tidak taat

berarti lebih memntingkan kepentingan diri sendiri, atau kepentingan daging.

Ketaatan tidaklah bisa dipaksakan namun ketika kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan

kesulitan untuk melakukan perintah-perintahNya.

o TAAT ADALAH KARENA MENGERTI PRINSIP KETAATAN DAN OTORITAS

Ketaatan yang sebenarnya harusnya lahir dari pemahaman akan firman kebenaran.

Taat dibangun atas dasar pemahaman tentang pentingnya ketaatan. Dan kita

sebagai anak sudah seharusnya taat dengan orangtua kita. Karena dengan menaati

orangtua kita berarti taat juga kepada Tuhan karena orang tua lah yang diutus Tuhan

untuk menjaga dan membimbing kita dimuka bumi ini.

o TAAT ADALAH KARENA IMAN

Tuhan adalah Bapa yang baik, yang ingin selalu memberkati kita. Janganlah kita

mencurigai Allah. Dan janganlah kita menaati Allah dengan mengeluh karena dengan

kita menaati Allah dengan mengeluh itu malah menjadikan ketaatan kita tidak

berguna dimata Allah. Karena Allah menginginkan Ketaatan yang bersih tanpa

paksaan dan dengan penuh suka cita. Ketidaktaatan adalah sebuah pelanggaran yang

serius bagi Allah.

o TAAT ARTINYA MEMBAYAR HARGA

Makin mengerti arti ketaatan, makin kita berani bayar sebuah harga ketaatan. Dan

kita tau kita akan mendapatkan hal yang lebih baik jika kita melakukan sesuatu

Page 8: Ketaatan (Obedience)

dengan didasarkan ketaatan. Contohnya saja Musa ia berani membayar semua

ketaatannya akan Allah dengan meninggalkan istana. Tuhan sangat menghargai

ketaatan. ketidaktaatan akan melahirkan pemberontakan dan orang tersebut akan

diserang oleh kuasa gelap.

3.4 Ajaran Ketaatan Menurut Rasul Paulus

“Ketaatan menurut Rasul Paulus, adalah ketaatan yang disertai kesetiaan,

ketekunan dan kesabaran.” (Fernandez, 2011)

Ketaatan adalah suatu hal yang kita temui sehari-hari, pada saat di kampus atau

pun di jalan kita harus menaati berbagai peraturan yang ada. Ketaatan – ketaatan

yang sederhana seperti itu mungkin telah kita lakukan, tetapi Allah menuntut kita

untuk melakukannya lebih dari itu. Ia menginginkan kita, anak-anakNya untuk taat

mematuhi ajaranNya sama seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus.

Yesus adalah simbol atau tanda ketaatan yang paling dalam dan sempurna.

Ketaatan Yesus akan tugas perutusanNya dari Allah dilaksanakan dengan luar biasa.

Walaupun sebagai manusia Yesus memiliki rasa ketakutan, tetapi Ia sadar untuk

tetap bersikap setia terhadap Allah. Ia rela menderita sampai akhirnya wafat di atas

kayu salib untuk menebus dosa manusia.

Dalam ajaran Paulus kepada jemaat di Timotius diajarkan bahwa sebagai umat

Allah kita harus memiliki ketaatan yang disertai oleh kesetiaan, ketekunan, dan

kesabaran. Dalam suratnya itu, pertama-tama Paulus menggambarkan diri kita

bagaikan seorang prajurit. Prajurit adalah profesi yang sungguh melambangkan

kesetiaan dibandingkan dengan prodesi yang lain. Demi kesetiaan terhadap bangsa

dan negara, para prajurit bersedia mengorbankan jiwa raganya. Semangat berkorban

prajurit itu sepatutnya kita teladani dengan sungguh-sungguh, rela berkorban demi

iman kita kepada Tuhan untuk melakukan segala perbuatan yang mulia dan benar.

Paulus memberikan kita motivasi untuk sungguh-sungguh taat dan setia dengan

perkataannya ”Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia”.

Kedua, Paulus menggambarkan kehidupan yang taat itu bagaikan seorang

olahragawan. Para olaharagawan dengan tetap patuh pada peraturan, melakukan

Page 9: Ketaatan (Obedience)

segala usahanya untuk meraih sebuah piala. Mereka semua bersaing agar bisa

menjadi juara. Setiap hari mereka berlatih dan terus berlatih sehingga mereka dapat

mendapatkan buah yang manis yaitu keberhasilan. Sama halnya dengan seorang

olahragawan, ketaatan kita sebagai umat Allah juga harus disertai dengan ketekunan.

Ketekunan itu artinya kita ulet dan tidak menyerah dalam melakukan sesuatu

pekerjaan. Misalnya saat kita butuh bantuan Allah, kita ingin memperoleh

kesembuhan akan suatu penyakit. Kita terus memohon, tetapi kita tidak kunjung

sembuh dan akhirnya kita menyerah atau putus asa. Apabila kita putus asa seperti

itu, pastilah kita tidak dapat memperoleh berkat Allah yaitu kesembuhan yang

sempurna. Kita harus taat akan Allah dalam ketekunan kita melayani dan beriman

kepada Allah.

Terakhir, Paulus menggambarkan ketaatan itu bagaikan seorang petani yang

menabur benih di padang. Pada saat menabur benih yang ada dalam pikiran petani

adalah persaan tidak tenang, kecemasan, dan ketakutan apabila sawah mereka tidak

memberikan hasil. Mereka menabur benih dengan rasa yang sedih dan bahkan

menangis. Mereka sabar menunggu hari demi hari sampai akhirnya lahan mereka

dapat membuahkan hasil. Yang ingin ditarik dari pengandaian ini adalah kesabaran

para petani. Sabar adalah keadan emosi yang sulit kita pelihara dalam kehidupan ini.

Akan tetapi, justru Allah menginginkan kita untuk bersikap sabar. Orang yang sabar

dalam ketaatanNya mematuhi perintah Allah disenangiNya dan selalu mendapatkan

suka cita kebahagiaan yang besar sampai nanti dipersatuan denganNya.

Oleh karena itu, kita harus selalu taat kepada Allah. Bukan sekedar taat, tetapi

juga setia, tekun, dan sabar. Jika kita dapat melakukannya dengan sempurna dan hati

yang tulus untuk memuliakan Allah, pastilah kita dapat menerima kebahagiaan yang

luar biasa. Jika kita mencintai Allah, sepatutnya kita taat kepadaNya.

3.5 Akibat Dari Ketidaktaatan

Saat ini, manusia sering kali tidak taat pada suatu hal. Karena tidak taat inilah

muncul akibat-akibat dari ketidaktaatan. Sebenarnya mereka tahu bahwa sebenarnya

dari ketidaktaatan ini akan muncul akibat. Tetapi mereka lebih memikirkan hal-hal

Page 10: Ketaatan (Obedience)

yang menguntungkan bagi diri mereka. Dengan kita tidak mengikuti apa kehendak

Tuhan, maka kita akan terkena murka Tuhan. Contohnya :

Allah mengatakan bahwa sesungguhnya bangsa Israel menolak Dia sebagai Raja

mereka, bahkan mereka meminta seorang raja [1 Sam 8:7;19-20], sebagai akibatnya:

1. Mereka kehilangan perkenanan Tuhan

2. Mereka kehilangan perlindungan Tuhan

3. Mereka kehilangan kehendak Tuhan yang sempurna.

Akibatnya :

1) Hilangnya pertolongan dari Tuhan

Saul ditunjuk oleh Tuhan untuk memimpin bangsa Israel. Saul tidak

mengikuti perintah Tuhan sehingga ia ditolak menjadi raja. Saat nabi

Samuel menegur Saul, dia meminta hormat dari nabi. Seharusnya dia

sadar akan kesalahannya. Tuhan tidak suka dengan karakter ini.

2) Akan dikutuk oleh Tuhan

Lot beserta keluarga ingin diselamatkan oleh Tuhan dari tempat yang

ingin dihancurkan oleh Tuhan karena tempat tersebut telah banyak

dosanya. Disana malaikat yang menolong memberi tahu untuk tidak

melihat kebelakang, tetapi istri Lot tidak mengikutinya sehingga

berubah menjadi tiang garam.

3) Kemurkaan Tuhan

Seperti di bagian yang sebelumnya Tuhan akan menghancurkan tempat

yang telah memiliki banyak dosa tersebut.

4) Hukuman

Musa dan Harun meninggal setelah Musa marah kepada bangsa Israel,

padahal Tuhan hanya menyuruh Musa dan Harun untuk memimpin

bangsa Israel keluar dari perbudakan. Namun Musa memukul dua kali ke

batu bukit untuk mengeluarkan air, seharusnya dia tinggal

mengatakannya sesuai dengan perintah Tuhan. Akibat dari ini, mereka

tidak dapat masuk ke tanah perjanjian yang telah dijanjikan oleh Tuhan.

Page 11: Ketaatan (Obedience)

3.6 Ketaatan(Obedience) vs. Keras Hati(Wilfullness)

Ketaatan dapat diartikan dengan mengikuti petunjuk pemimpin untuk

mencapai tujuan atau keberhasilan.

Firman Tuhan : “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan

setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang

pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada

Kristus” (2 Korintus 10 : 5).

Ketaatan sering sulit kita lakukan karena kita selalu berpusat dan mengikuti

kehendak diri sendiri, bukan kehendak Allah. Maka itu kita harus mempraktekan

karakter Kristus dan mengalahkan setiap pemikiran yang menghalangi kita menjadi

orang yang taat.

Seperti layaknya Nabi Nuh yang sangat terkenal ketaatannya, dimana Nabi Nuh

tetap memilih untuk mematuhi perintah Tuhan dalam membuat Bahteranya

meskipun dirinya sendiri memiliki pemikiran yang bertentangan dan orang orang lain

juga mencemoohnya.

Ketaatan membawa hasil yang luar biasa . Maukah kita memiliki ketaatan dan

menjadi lebih serupa dengan Kristus dalam karakter kita ?

3.7 Menyeimbangkan dan Membangun Ketaatan

Kita sering kali goyah dan bingung dalam mentaati berbagai macam hal yang

ada di dunia ini. Sering kali terjatuh dalam godaan agar tidak taat. Sebagai manusia

yang kurang sempurna, kita memang mudah melakukan kesalahan dan tidak taat.

Sering kali kita merasa malas dalam mentaati berbagai macam peraturan atau kita

merasa tidak cocok dengan peraturan yang ada. Sebelum kita bisa menyeimbangkan

ketaatan sebaiknya kita mencoba terlebih dahulu untuk membangun ketaatan yang

baik. Berikut ini adalah cara untuk membangun ketaatan agar taat dengan baik.

Cara yang pertama dengan belajar menyukai apa yang akan kita taati. Sering

kali kita merasa malas dan tidak ingin taat karena kita tidak suka dengan apa yang

kita taati. Misalnya kita dilarang bermain game pada saat ujian. Karena kita tidak suka

akan hal itu maka kita akan cenderung tidak taat dengan perintah orang tua. Jadi kita

harus belajar menyukai apa yang akan kita taati, mungkin dengan cara merenungkan

hal tersebut, sehingga kita mengerti bahwa hal tersebut sebenarnya untuk kebaikan

kita sendiri.

Page 12: Ketaatan (Obedience)

Cara yang kedua dengan memiliki ketegasan dan konsisten. Kita harus

memunculkan sifat yang tegas dan konsisten dalam mentaati setiap peraturan. Tegas

penting karena jika kita tidak tegas, maka kita akan cenderung bimbang dan

memutuskan untuk tidak taat. Konsisten juga penting karena jika kita tidak konsisten,

maka kita akan cenderung lebih memilih untuk tidak taat. Maka sebaiknya kita tidak

perlu terlalu banyak tanya dan taat sepenuhnya dengan tegas dan konsisten.

Cara yang ketiga adalah taat dengan hormat dan kasih. Sebaiknya kita perlu

menghidari taat karena alasan tertentu seperti contohnya taat dengan atasan karena

dia sering memberi kita bonus berupa uang. Ketaatan seperti ini cenderung hilang

atau hanya bertahan sementara jika alasan untuk dia taat itu menghilang contohnya

atasan itu tidak memberikan bonus lagi. Maka ada baiknya kita lebih menghormati

dan mengasihi karena dengan hormat dan kasih kita akan cenderung memiliki

kesadaran untuk taat dan tulus sehingga kita bisa mempertahankan ketaatan dengan

baik.

Setelah kita bisa mempertahankan ketaatan dengan baik, kita belajar

menyeimbangkan ketaatan dengan baik. Ada waktu kita perlu taat dan tidak perlu

taat terhadap berbagai macam kebijakan. Seperti contohnya peraturan pemerintah

yang mulai menyimpang, kita perlu untuk memprotes dan membetulkannya, tetapi

setelah peraturan itu sudah sesuai dengan semestinya kita harus kembali taat

sepenuhnya. Ketaatan juga harus diikuti dengan sikap kritis agar kita tidak taat untuk

hal yang salah atau tidak sesuai. Maka dari itu menyeimbangkan ketaatan

memerlukan sikap kritis agar kita bisa memposisikan diri kapan kita perlu taat

sepenuhnya dan kapan kita tidak taat untuk membela kebenaran dan keadilan.

3.8 Nilai dari Sebuah Ketaatan

“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan

taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:8)

Ketaatan tidak dapat dilepaskan dari iman. Ketaatan adalah bagian atau bukti

dari iman. Seorang hamba Tuhan mengatakan: “Obedience without faith is possible,

but not faith without obedience”. Seringkali kita tidak menyadari dan berusaha

menghindari harga yang harus kita bayar untuk semua ketaatan, padahal kita harus

membayar harga yang jauh lebih mahal (resiko) untuk sebuah ketidaktaatan.

Page 13: Ketaatan (Obedience)

I Petrus 1:18-19 menjelaskan bahwa kita ditebus dengan darah yang mahal,

yaitu darah Anak Domba Allah (Yesus) untuk membayar harga dosa karena

ketidaktaatan kita.

Ada empat hal penting yang perlu kita teladani dari kehidupan ketaatan Yesus:

1) Ketaatan Yesus tidak terpengaruh oleh penderitaan yang dialami-Nya

Yesus membuktikan ketaatan-Nya di tengah penderitaan-Nya. Yesus tidak

berhenti berkarya dan melayani sekalipun banyak tekanan dan penderitaan

yang dialami-Nya karena hidup-Nya tidak terkonsentrasi pada penderitaan tapi

pada ketaatan untuk mencapai apa yang Bapa kehendaki dalam hidup-Nya.

Seringkali nilai sebuah ketaatan diuji melalui masa-masa sulit dan penderitaan

2) Ketaatan Yesus tidak berubah karena ketidaksetiaan para murid

Pada permulaan pelayanan Yesus, ada banyak orang kagum atas pengajaran

dan mukjizat yang dilakukan-Nya. Tuhan Yesus mulai berbicara keras dan terus

terang kepada orang-orang yang mengikuti-Nya. Hal ini membuat banyak orang

mulai mengundurkan diri satu persatu. Namun di tengah keadaan itu, para

murid masih menunjukkan kesetiaan mereka dengan tetap mengikuti Yesus

(Yohanes 6:66-69). Tetapi keadaan itu tidak berlangsung lama, karena

penolakan terhadap apa yang Yesus alami sudah mulai ditunjukkan. Ketika

saatnya Yesus ditangkap, diadili dan disalibkan, tidak ada para murid yang

menunjukkan kesetiaan. Mereka sebuah melihat dari jauh apa yang sedang

dilakukan oleh orang banyak terhadap Yesus.Namun ketaatan-Nya terus

dipertahankan sampai pada akhir hidup-Nya. Ketaatan Yesus tidak berubah

karena mendapati ketidaksetiaan para murid.

3) Ketaatan Yesus tidak berhenti karena penolakan

Masa pelayanan Yesus dimulai dengan pengajaran dan perbuatan yang luar

biasa. Banyak orang mengagungkan Dia dan rela melepaskan jubah untuk

dijadikan alas bagi keledai yang ditunggangi Yesus. Namun masa itu tiba-tiba

berubah total. Teriakan “Hosana bagi Anak Daud” berubah jadi “Salibkan Dia”.

Penolakan makin jelas dengan adanya tuduhan-tuduhan palsu hanya untuk

Page 14: Ketaatan (Obedience)

membawa Dia ke kayu salib. Penolakan yang sangat menyakitkan. Tetapi

ketaatan Yesus tidak berhenti karena penolakan yang dialami-Nya.

4) Ketaatan Yesus dibuktikan sampai mati

“..ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati…(Fil. 2:8). Ini

menunjukkan bahwa bagi Yesus nilai ketaatan adalah harga yang mutlak, harga

mati. Jika para murid hanya bisa berjanji untuk sebuah kesetiaan, tapi Yesus

telah membuktikan sebuah kesetiaan melalui ketaatan. Yesus dapat taat secara

mutlak, karena ketaatan-Nya berorientasi kepada kehendak Bapa. Ketaatan

yang berorientasi kepada Allah akan menghasilkan ketaatan mutlak, sebaliknya

ketaatan yang hanya untuk menyenangkan hati manusia akan menimbulkan

ketidaktaatan yang tersembunyi.

Page 15: Ketaatan (Obedience)

BAB IV

CONTOH DAN STUDI KASUS

CONTOHBeberapa contoh Ketaatan dalam Perbuatan:

a. Yesus Kristus, Putra Allah yang kekal, taat kepada Bapa-Nya dengan menjadi manusia

melalui kuasa Roh Kudus dan dilahirkan oleh Perawan Maria; selanjutnya Yesus taat

sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib di Kalvari, demi keselamatan manusia.

b. Santa Perawan Maria taat kepada Allah yang Mahakuasa dengan memberikan

persetujuannya menjadi Bunda Perawan dari Mesias yang telah lama dinantikan.

c. St Yusuf mengindahkan perkataan malaikat Allah dan membawa bayi Yesus dan Maria

ke Mesir sebab Raja Herodes bermaksud membunuh sang Bayi.

d. Para Karmelit Awam melakukan Ibadat Harian dan hadir dalam pertemuan yang sudah

dijadwalkan; dan mereka melakukan kharisma spiritualitas Karmel dan setia

menjalankan kaul ketaatan dan kemurnian.

e. Para imam taat kepada uskup, misalnya dengan menerima tugas-tugas baru yang

dipercayakan kepada mereka.

f. Mereka yang dikonsekrasikan kepada Kristus dengan mengucapkan kaul kemiskinan,

kemurnian dan ketaatan, taat pada superior mereka (Paus, Uskup dan Provinsial)

sehubungan dengan karya apostolik yang harus mereka lakukan.

g. Umat Katolik taat kepada Allah dan kepada Gereja dengan mengindahkan Sepuluh

Perintah Allah dan Lima Perintah Gereja.

STUDI KASUS 1Aku sendiri telah berbicara kepada kamu ... tetapi kamu tidak mendengarkan Aku (Yeremia 35:14) Bacaan : Yeremia 35:12-19

Kadangkala banyak orang yang tidak mengenal Yesus justru dapat memegang

standar moral mereka sendiri dengan lebih konsisten daripada orang kristiani yang

memegang standar Allah.

Page 16: Ketaatan (Obedience)

Nabi Yeremia pernah berhubungan dengan kelompok orang semacam itu. Dari

hasil pengamatannya terhadap mereka, ia memberi pelajaran berharga kepada kita.

Mereka adalah bangsa pengembara yang hidup secara nomaden dan disebut dengan

orang-orang Rekhab. Yeremia menggunakan mereka sebagai contoh tentang ketaatan.

Walaupun mereka bukan umat pilihan Allah, tetapi Allah memuji ketaatan mereka.

Sebagai contoh, nenek moyang mereka telah mengajarkan supaya mereka

tidak minum anggur. Oleh karenanya saat Yeremia menawari mereka anggur, mereka

menolaknya (Yeremia 35:5,6). Itulah sebabnya Yeremia ingin menunjukkan kepada

orang-orang Yahudi tentang seperti apakah ketaatan itu. Allah ingin orang Yahudi

memiliki ketaatan terhadap-Nya sama seperti orang Rekhab yang taat kepada para

pemimpin mereka.

Bahkan saat ini pun kita banyak melihat orang-orang yang tidak percaya

menganut ajaran moral mereka dengan sungguh-sungguh, sementara orang kristiani

sendiri malah tidak taat pada perintah Tuhan. Allah membenci ketidaktaatan kita.

“KETAATAN ADALAH IMAN YANG DIWUJUDKAN DALAM TINDAKAN”

Page 17: Ketaatan (Obedience)

BAB V

KESIMPULAN

Ketaatan yang benar tidak hanya untuk dilihat manusia yang lain atau karena ingin

mencapai tujuan tertentu yang menguntungkan beberapa pihak saja, namun ketaatan

sesungguhnya lebih menekankan kepada kesadaran manusia untuk dapat melakukan

peraturan yang ada dengan tulus dan sepenuh hati. Ketaatan dilakukan tanpa adanya unsur

paksaan maupun tekanan. Ketaatan sangat dibutuhkan untuk menjaga hubungan antar

manusia dan Tuhan. Ketaatan yang paling utama harus ditujukan kepada Tuhan. Perilaku taat

juga harus ditujukan kepada orang tua, orang yang memiliki otoritas lebih tinggi (pemimpin),

dan juga peraturan yang dibuat oleh pemegang otoritas/pemerintahan.

Ketika kita melakukan kesalahan/ tidak taat kepada-Nya, Tuhan akan memberi

peringatan kepada umatNya agar sadar akan kesalahan yang diperbuat dan tidak mengulangi

kesalahan tersebut nantinya. Apa yang Tuhan lakukan adalah baik adanya karena

menginginkan manusia yang berbuat salah, sadar akan kesalahannya dan berubah menjadi

lebih baik. Tuhan menghukum umat yang salah karena Dia menyayangi mereka.

Page 18: Ketaatan (Obedience)

DAFTAR PUSTAKA

Abbalove. 2012. Ketaatan-Obidience. www.abbalove.org/index.php?option=com_content&view=article&id=945:ketaatan-obedience&catid=26:movement-news, 31 Jan.

Bethany.2012. Ketaatan yang Disertai Kesetiaan, Ketekunan, dan Kesabaran. http://iix.bethanygraha.org/index.php?option=com_content&view=article&id=503%3Aketaatan-yang-disertai-kesetiaan-ketekunan-a-kesabaran&catid=35%3Asermon&Intemid=53&lang=in, 1 Feb.

Blog. 2012. Ketaatan vs. Keras Hati. http://samuelmulyono.wordpress.com/2009/10/23/ketaatan-obedience-vs-keras-hati-kaku-willfulness/, 3 Feb.

Dr. Cloud, Henry. 2006. Integrity: the courage to meet the demands of reality. New

York: HarperCollins Publisher.

Fernandez M. 2011. A Call to Obedience. United States of America : Author House.

Gloarianet. 2012. Ketaatan. http://www.glorianet.org/index.php/sendjaya/1465-

ketaatan , 5 Feb.

Heryanto, Ariel. 2000. Perlawanan Dalam Kepatuhan: Esai-Esai Budaya. Bandung:

Mizan.

KY. 2012. Menderita Dalam Ketidaktaatan. http://www.kasihyesus.net/terang-alkitab/tag/menderita-dalam-ketidaktaatan/, 8 Feb.

Lubis, Mochtar. 1988. Hati Nurani Melawan Kezaliman. Jakarta: Sinar Harapan

n/a. 1992. How to Develop Obedience. Illinois, U.S.A: Box One

O'C, Gerald, & Farrugia, Edward G. 1996. Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius

Sosbud. 2012. Nilai Sebuah Ketaatan. http://sosbud.kompasiana.com/2011/10/31/nilai-sebuah-ketaatan-filipi-25-11-408307.html, 1 Feb.