Kestabilan koloid

21
Kestabilan koloid Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan larutan. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut : 1. Menghilangkan muatan koloid Koagulasi dapat dipecah dengan menghilangkan muatan dari koloid tersebut. Pada pembuatan suatu koloid, sering terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Proses penghilangan muatan koloid ini dilakukan dengan proses dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid (terbuat dari selaput semipermeabel, yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion atau molekul sederhana tetapi menahan partikel koloid), kemudian kantong ini dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Ion-ion akan keluar dari kantong dan terbawa aliran air. Salah satu pemanfaatan proses dialysis adalah alat pencuci darah (Haemodialisis). Pada proses ini darah kotor dari pasien dilewatkan dalam pipa-pipa yang terbuat dari membrane semipermeabel. Pipa semipermeabel ini dialiri cairan yang berfungsi sebagai pencuci (biasanya plasma darah), ion-ion dalam darah kotor akan terbawa aliran plasma darah. Gambar proses dialisis 2) Penambahan Stabilisator Koloid Dengan menambahkan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat menstabilkan koloid, misalnya penambahan emulgator dan koloid pelindung. a. Emulgator Emulgator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu emulsi (koloid cair dalam cair atau cair dalam padat). Emulgator merupakan senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan non polar sehingga mampu mengikat zat polar (air) dan zat non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, dimana lemak terdispersi dalam air. Susu mengandung kasein yaitu suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Jika susu menjadi

description

disini akan lebih dijelaskan seperti apa kestabilan dari koloid.

Transcript of Kestabilan koloid

Page 1: Kestabilan koloid

Kestabilan koloid

Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan larutan. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut :

1. Menghilangkan muatan koloid

Koagulasi dapat dipecah dengan menghilangkan muatan dari koloid tersebut. Pada pembuatan suatu koloid, sering terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Proses penghilangan muatan koloid ini dilakukan dengan proses dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid (terbuat dari selaput semipermeabel, yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion atau molekul sederhana tetapi menahan partikel koloid), kemudian kantong ini dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Ion-ion akan keluar dari kantong dan terbawa aliran air.

Salah satu pemanfaatan proses dialysis adalah alat pencuci darah (Haemodialisis). Pada proses ini darah kotor dari pasien dilewatkan dalam pipa-pipa yang terbuat dari membrane semipermeabel. Pipa semipermeabel ini dialiri cairan yang berfungsi sebagai pencuci (biasanya plasma darah), ion-ion dalam darah kotor akan terbawa aliran plasma darah.

Gambar proses dialisis

2) Penambahan Stabilisator Koloid

Dengan menambahkan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat menstabilkan koloid, misalnya penambahan emulgator dan koloid pelindung.

a. Emulgator

Emulgator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu emulsi (koloid cair dalam cair atau cair dalam padat). Emulgator merupakan senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan non polar sehingga mampu mengikat zat polar (air) dan zat non polar.

Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, dimana lemak terdispersi dalam air. Susu mengandung kasein yaitu suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Jika susu menjadi masam, akibat laktosa (gula susu) teroksidasi menjadi asam laktat, kasein akan terkoagulasi dan tidak dapat menstabilkan emulsi lagi. Akibatnya lemak dan kasein akan terpisah dari susu. Coba anda amati peristiwa tersebut dengan membiarkan susu dalam suatu wadah transparan menjadi masam ! Apa yang anda lihat ? Peristiwa ini banyak dimanfaatkan dalam industri obat-obatan dan kosmetika, seperti dalam pembuatan salep, cream, lotion, dan minyak ikan. Contoh lainnya adalah penambahan amonia dalam pembuatan emulsi pada kertas film.

b. Koloid Pelindung

Koloid pelindung merupakan koloid yang ditambahkan ke dalam system koloid agar menjadi stabil. Misalnya penambahan gelatin pada pembuatan es krim dengan maksud agar es krim tidak cepat memisah sehingga tetap kenyal, serta penambahan gum arab pada pembuatan semir, cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan koloid pelindung.

Page 2: Kestabilan koloid

b. Koloid liofil dan liofob

Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya.

- Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya, yang disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat.

- Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya.

Bila medium pendispersinya air maka koloid liofil disebut koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut koloid hidrofob.

Contoh:

Koloid hidrofil : sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. Koloid hidrofob : sol belerang, sol-sol sulfida, sol Fe(OH)3, sol-sol logam. Koloid liofil/hidrofil lebih kental daripada koloid liofob/hidrofob. Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil (bersifat reversibel). Sebaliknya , sol hidrofob akan terkoagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi sudah dipisahkan , tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air.

http://sahri.ohlog.com/sistem-koloid.cat3441.html

Sistem Koloid

Di Industri ter dapat berbagai produk yang komponennya tidak dapat saling melarutkan, namun tetap dapat bercampur secara homogen. Sebagai contoh, mayones dan cat. Mayones adalah campuran homogen dari air dan minyak. Sedangkan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair. Produk-produk demikian merupakan sistem

koloid.

Page 3: Kestabilan koloid

Fenomena sistem koloid juga dapat dijumpai di alam dan dalam kehidupan kita sehari-hari. Udara di atmosfer bumi mengandung debu, partikel-partikel zat padat dan zat cair lainnya yang tersebar secara homogen membentuk suatu sistem koloid. Hal inilah yang menyebabkan langit terkadang tampak berwarna biru dan merah-orange. Di dalam tubuh manusia, ginjal berfungsi mengatur komposisi zat-zat kimia dalam darah. Dengan mengambil zat-zat yang diperlukan dan membuang zat-zat yang berbahaya dalam darah. Fungsi ginjal tersebut memanfaatkan sistem koloid. Pemahaman sistem koloid pada ginjal ini telah membawa pada penemuan alat dialisator pengganti fungsi ginjal untuk pasien gagal ginja.

A. Komponen dan Pengelompokan Sistem Koloid

1. Pengertian Sistem Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm (10-7 – 10-5 cm). Bentuk partikel koloid dapat bermacam-macam seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan ukuran koloid dapat berupa diameter, panjang, lebar ataupun tebal.

Perbedaan larutan sejati, koloid dan Suspensi dapat dirangkum sebagai berikut.

Aspek Larutan Sejati Sistem Koloid Suspensi KasarJumlah fase 1 2 2Distribusi partikel Homogen Heterogen HeterogenUkuran partikel < 10-7 cm 10-7 – 10-5 cm > 10-5 cmPenyaringan Tidak dapat

disaringDapat disaring jika dengan penyaring ultra

Dapat disaring

Kestabilan Stabil Stabil Tidak stabilContoh Larutan gula Mayones Campuran pasir

dan air

2. Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fasa dispersi dan medium pendispersi. Kedua fasa tersebut, dapat berwujud zat cair, zat padat atau berwujud gas. Berdasarkan hubungan antar fase dispersi dan medium dispersi, maka koloid dapat kita kelompokan

1. Koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersinya gas dalam medium pendispersinya cair adalah buih atau busa. Contoh untuk koloid ini adalah putih telur yang dikocok dengan kecepatan tinggi.

2. Buih atau busa padat adalah jenis koloid yang fasa terdispersinya gas dan medium pendispersinya padat, jenis koloid ini dapat berupa batu apung dan karet busa.

3. Koloid dengan fasa terdispersi cair dan medium pendispersinya gas dikenal dengan aerosol cair. Contoh koloid ini adalah kabut, awan, pengeras rambut (hair spray) dan parfum semprot.

Page 4: Kestabilan koloid

4. Emulsi merupakan jenis koloid yang dibentuk oleh fasa terdispersi cair di dalam medium pendispersi cair. Emulsi dapat kita temukan seperti susu, santan, mayonaise dan minyak ikan.

5. Koloid yang disusun oleh fasa terdispersi cair dalam medium pendispersi padat disebut dengan emulsi padat atau gel. Koloid ini sering kita jumpai dalam keju, mentega, jeli, semir padat ataupun lem padat.

6. Aerosol padat merupakan yang disusun oleh fasa terdispersi padat dengan medium dispersinya berupa gas. Contohnya asap dan debu di udara.

7. Sol merupakan koloid yang fasa terdispersinya berwujud padat dengan medium pendispersinya berwujud cair. Sol paling banyak kita jumpai seperti, agar-agar panas, cat, kanji, putih telur, sol emas, sol belerang, lem dan lumpur.

8. Jenis koloid yang terakhir adalah koloid yang memiliki fasa terdispersi dan medium pendispersinya zat padat, jenis koloid ini disebut dengan sol padat. Contoh sol padat adalah; batuan berwarna, gelas berwarna, tanah, perunggu, kuningan dan lain-lain.

Sebagai catatan, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, maka campurannya tergolong larutan.

Paduan logam baja tahan karat (stainless steel) termasuk sol pad at dengan fase terdispersi padat (logam Ni dan Cr) dan medium pendispersi padat (logam Fe)

Bahan styrofoam termasuk buih padat dengan fase terdispersi gas (CO2, udara) dan medium   pendispersi padat (polistirena)

Obat nyamuk dalam kemasan kaleng semprot termasuk aerosol cair dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi gas (udara)

B. Koloid Sol

Sol adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispersi padat dan medium pendispersi berupa zat padat, cair atau gas. Ada 3 jenis sol, yaitu:

Sol padat

Page 5: Kestabilan koloid

Sol cair (sol) Sol gas (aerosol padat)

 1. Sifat-sifat Koloid Sol

Efek Tyndall

Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Efek Tyndall digunakan untuk membedakan sistem koloid dari larutan sejati. Dalam kehidupan sehari-hari efek Tyndall dapat diamati pada langit yang berwarna biru di siang hari karena adanya pantulan cahaya dari partikel koloid di udara. Demikian pula pada saat matahari terbenam pantulan partikel di udara memberikan warna jingga. Apabila sinar diarahkan pada sistem koloid dan larutan sejati, contohnya koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh sistem koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati.

Gerak Brown

Di bawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya kecil sesuai dengan sifatnya yang menghamburkan cahaya. Jika pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, ternyata partikel tersebut bergerak terus menerus dengan gerakan zig zag. Gerakan acak ini disebut gerak Brown, yang ditemukan oleh seorang ahli botani Inggris, Robert Brown pada tahun 1827. Adanya gerak Brown membuat partikel-partikel ini tidak memisahkan diri dari medium pendispersinya.

Adsorpsi Koloid

Page 6: Kestabilan koloid

Adsorpsi terjadi apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel-partikel zat cair atau gas akan terkonsentrasi pada permukaan zat padat tersebut.

Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pendispersi pada permukaannya, baik itu partikel netral atau partikel bermuatan (kation dan anion). Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar karena partikel-partikelnya memberikan suatu permukaan yang sangat luas. Pada proses penyerapan air oleh kapur tulis, sol Fe(OH)3 dalam air mengandung ion Fe3+ yang diadsorpsi. Sedangkan untuk yang bermuatan negatif adalah molekul As2S3, ion S2- yang diadsorpsi. Pemanfaatan sifat adsorpsi dari koloid anatara lain dalam penjernihan air, misalnya penggunaan tawas untuk mengikat kotoran atau zat warna dari tanah.

Muatan Koloid Sol

Semua partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak-menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Partikel-partikel koloid mendapatkan muatan listrik dengan proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.

Muatan Beberapa Partikel Koloid dalam Medium Pendispersi Air

Partikel koloid bermuatan positif

Partikel koloid bermuatan negatif

Fe(OH)3

Al(OH)3

Hemoglobin

As2S3

Logam seperti Au, Ag, Pt

Tanah liat

Koagulasi

Page 7: Kestabilan koloid

Partikel-partikel koloid bersifat stabil karena memiliki muatan listrik yang sejenis. Apabila muatan listrik tersrbut hilang maka partikel-partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan ini disebut flokulasi dan gumpalannya disebut flok. Gumpalan ini akan mengendap akibat pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan partikel-partikel koloid dan pengendapannya ini disebut koagulasi. Peristiwa koagulasi terjadi pada kehidupan sehari-hari seperti pada pembentukan delta. tanah liat atau lumpur terkoagulasi karena adanya elektrolit air laut. Proses koagulasi dari karet juga terjadi karena adanya penambahan asam formiat kadalam lateks. Demikian pula halnya dengan lumpur koloid dapat dikoagulasikan dengan tawas yang bermuatan.

Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:

a. Menggunakan prinsip elektroforesis

Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel-partikel ini mencapai elektrode, maka partikel-partikel tersebut akan kehilangan muatannya sehingga menggumpal dan mengendap di elektrode.

b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan

Apabila suatu sistem koloid bermuatan dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif maka kedua sistem koloid tersebut akan saling mengadsorpsi dan menjadi netral. Akibatnya, terbentuk koagulasi.

c. Penambahan elektrolit

Jika suatu elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid maka partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Sementara itu. Partikel-patikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini menyebabkan partikel-partikel koloid tersebut dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan kedua cukup dekat maka muatan keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi.

d. Pendidihan

Sol, seperti belerang dan perak halida yang terdispersi dalam air dapat mengalami koagulasi dengan mendidihkannya. Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Akibatnya, partikel-partikel koloid menjadi tidak bermuatan sehingga terjadi koagulasi.

Koloid Pelindung

Berdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap medium pendispersinya yang berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis. Sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif besar disebut koloid liofil sedangkan sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil disebut kolid liofob. Koloid liofil bersifat lebih stabil sedangkan koloid liofob bersifat kurang stabil. Koloid liofil yang berfungsi sebagsi koloid pelindung. Contoh menarik

Page 8: Kestabilan koloid

adalah penambahan koloid liofil ke dalam liofob, dimana koloid liofob terbungkus tidak mengumpul, seperti pembuatan es krim agar tidak menggumpat ditambahkan gelatin. Demikian pula halnya dengan cat dan tinta memiliki koloid pelindung agar tidak mengendap atau menggumpal.

Berdasarkan affinitas partikel-partikel fase dispersi terhadap medium dispersi, maka terdapat dua macam sistem koloid:

1. Koloid Liofil (suka cairan) : adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersi. Medium pendispersi dalam liofil sering disebut juga dengan hidrofil. Partikel koloid juga dapat mengadsorpsi molekul cairan sehingga terbentuk selubung disekeliling partikel koloid. Keberaadan selubung inilah yang menyebabkan koloid liofil lebih stabil.

2. Koloid Liofob (takut cairan): adalah koloid yang memiliki gaya tarik menarik yang lemah antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersi. Medium pendispersinya sering disebut dengan hidrofob. Pertikel-partikel koloid tidak dapat mengadsorpsi pelarutnya sehingga koloid ini kurang stabil dan dapat dengan mudah terkoagulasikan dengan penambahan elektrolit.

Perbedaan Sifat-Sifat Sol Liofil/ Hidrofil dan Sol Liofob/ Hidrofob

Sifat-sifat Sol liofil/ hidrofil Sol liofob/ hidrofob1. Pembuatan Sol liofil dapat dibuat

langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium pendispersinya.

Sol liofob tidak dapat dibuat hanya dengan mencampurkan fase terdispersi dan medium pendispersinya perkecualiannya adalah pada konsentrasi yang kecil

2. Muatan partikel Partikel-partikel sol hidrofil mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan

Partikel-partikel sol hidrofob memiliki muatan positif atau negatif.

3. Adsorpsi medium pendispersi (proses solvasi/ hidrasi)

Partikel-partikel sol hidrofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Akibatnya terbentuk lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel. Proses ini disebut solvasi/ hidrasi

Partikel-partikel sol hidrofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel-partikel sol diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik

4. Viskositas Viskositas sol liofil lebih besar dibandingkan viskositas medium

Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersinya

Page 9: Kestabilan koloid

pendispersinya5. Penggumpalan Tidak mudah

menggumpal dengan penambahan elektrolit

Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit

6. Efek Tyndall Sol liofil memberikan efek Tyndall yang lemah

Sol liofob dapat memberikan efek Tyndall yang jelas

7. Migrasi dalam medan listrik

Partikel-partikel sol liofil dapat bermigrasi ke anode, katode atau tidak bermigrasi sama sekali dalam medan listrik

Partikel-partikel sol liofob akan bergerak ke anode atau ke katode. Hal ini tergantung jenis muatan partikel

2. Pembuatan Koloid Sol

Ada dua metode dasar pembuatan sistem koloid sol, yaitu:

a. Metode kondensasi, adalah metode dimana partikel-partikel kecil larutan sejati (atom, ion atau molekul) bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Hal ini dilakukan dengan reaksi kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis dan redoks) atau penggantian pelarut. Contoh:

Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer

AgNO3(aq) + HCl(aq) –> AgCl (koloid) + HNO3(aq)   (reaksi dekomposisi rangkap)

Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih

AlCl3(aq) + 3H2O(l) –> Al(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)

Cara Busur Bredig

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid.

Peptisasi adalah proses dispersi endapan menjadi sistem koloid dengan penambahan zat pemecah yang dapat berupa elektrolit.

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au dan Pt. Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektrode.

 3. Pemurnian Koloid Sol

Partikel-partikel zat terlarut yang tidak diinginkan dapat mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dihilangkan/ dimurnikan. Beberapa metode pemurnian yang dapat dilakukan antara lain:

Page 10: Kestabilan koloid

Dialisis

Proses dialisis

Pergerakan ion-ion dan molekul-molekul kecil melalui selaput semipermeabel disebut dialisis. Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator sebagi mesin pencuci darah bagi penderita gagal ginjal.

Elektrodialisis

Pada dasarnya proses elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik dan hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit. Pada proses elektrodialisis, listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layar logam yang menyokong selaput semipermeabel. Akibatnya, partikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan.

Penyaring Ultra

Partikel-partikel koloid tidak dapat disaring dengan penyaring biasa seperti kertas saring karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel koloid. Namun, apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas saring akan berkurang. Kertas saring yang telah dimodifikasi ini disebut penyaring ultra.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/sifat-koligatif-dan-koloid/macam-macam-koloid/

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&sqi=2&ved=0CEAQFjAD&url=http%3A%2F%2Fpolarisasi.files.wordpress.com%2F2012%2F05%2Fkoloid-1.ppt&ei=HndFUsrGLomMrQed8IDADg&usg=AFQjCNEKUIw7LKicks4kb9k846b_qtB-pQ&bvm=bv.53217764,d.bmk

Seri Hofmeister atau seri lyotropic adalah klasifikasi ion dalam urutan kemampuan mereka untuk garam keluar atau garam dalam protein . Efek dari perubahan ini pertama kali dikerjakan oleh Franz Hofmeister , yang mempelajari efek kation dan anion pada kelarutan protein . [ 1 ]

Hofmeister menemukan serangkaian garam yang memiliki efek yang konsisten pada

Page 11: Kestabilan koloid

kelarutan protein dan ( ditemukan kemudian) pada stabilitas struktur sekunder dan tersier mereka. Anion tampaknya memiliki efek lebih besar daripada kation , dan biasanya memerintahkan

    \ mathrm { F ^ { - } \ approx SO_ { 4 } ^ { 2 - } > HPO_ { 4 } ^ { 2 - } > asetat > Cl ^ { - } > NO_ { 3 } ^ { - } > Br ^ { - } > ClO_ { 3 } ^ { - } > I ^ { - } > ClO_ { 4 } ^ { - } > SCN ^ { - } }

( Ini adalah daftar parsial , lebih banyak garam telah dipelajari . ) Urutan kation biasanya diberikan sebagai

    \ mathrm { NH_ { 4 } ^ { + } > K ^ { } + > Na ^ { + } > Li ^ { + } > Mg ^ { 2 } + > Ca ^ { 2 } + > guanidinium }

Mekanisme seri Hofmeister tidak sepenuhnya jelas , tetapi tampaknya tidak disebabkan oleh perubahan struktur air umum, bukan interaksi yang lebih spesifik antara ion dan protein dan ion dan molekul air langsung menghubungi protein mungkin lebih penting . [ 2 ]

Anggota awal dari seri meningkatkan tegangan permukaan pelarut dan mengurangi kelarutan molekul nonpolar ( " salting out " ) , yang berlaku , mereka memperkuat interaksi hidrofobik . Sebaliknya , garam kemudian di seri meningkatkan kelarutan molekul nonpolar ( " salting in " ) dan mengurangi urutan air, pada dasarnya , mereka melemahkan efek hidrofobik . Pengasinan Efek keluar umumnya dimanfaatkan dalam pemurnian protein melalui penggunaan ammonium sulfat .

Namun , garam-garam ini juga berinteraksi langsung dengan protein ( yang dibebankan dan memiliki momen dipol yang kuat ) dan bahkan dapat mengikat secara khusus ( misalnya , fosfat dan sulfat mengikat ribonuklease A ) . Ion yang memiliki kuat ' salting in ' efek seperti I - dan - SCN adalah denaturan kuat , karena mereka garam dalam kelompok peptida , dan dengan demikian berinteraksi jauh lebih kuat dengan membuka bentuk protein dibandingkan dengan bentuk aslinya . Akibatnya, mereka menggeser kesetimbangan kimia dari reaksi berlangsung menuju dilipat protein . [ 3 ]

Zwitter-ionDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Page 12: Kestabilan koloid

Zwitter-ion

Zwitter-ion

Zwitter-ion (Jerman "Zwitter", blaster, banci) adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa. Pada pH netral zwitter-ion akan bermuatan positif (kation) maupun bermuatan negatif (anion). Biasanya zwitter-ion mudah larut dalam air karena bermuatan (air adalah pelarut polar) dan sukar larut dalam pelarut nonpolar.

Karena perilakunya, zwitter-ion merupakan larutan penyangga yang baik. Apabila terdapat ion hidrogen berlebih (larutan bersifat asam), zwitter-ion akan menangkapnya (berperan sebagai basa). Sebaliknya, apabila larutan bersifat basa, zwitter-ion akan melepas ion hidrogen ke dalam larutan. Akibatnya pH tidak mudah berubah. Zat dengan karakteristik ini dikenal sebagai zat amfoter.

Contoh umum zwitter-ion:

Asam amino , yang memiliki gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus amina yang bersifat basa.

Beberapa alkaloid alami seperti psilocybin dan asam lisergat. Senyawa penyangga seperti HEPES, PIPES, CAPS, atau MOPS.

Cara menggunakan pH meter digitalMinggu lalu kita telah membahas tentang fungsi dan penjelasan mengenai pH meter kali ini kita akan membahas mengenai cara menggunakan pH meter .

 

pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi-padat).

 

Cara Penggunaan :

 

 

Page 13: Kestabilan koloid

 

 

Bersihkan botol dengan solusi penyimpanan, bilas elektroda, hingga kering

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ukur pH 4 buffer, yang merah muda.

 

 

 

 

 

 

Page 14: Kestabilan koloid

 

 

 

 

Sesuaikan meter untuk membaca 4 dengan Cal 1 tombol di sebelah kiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bersihkan pH 4 penyangga, bilas elektroda, hingga kering

 

 

 

Page 15: Kestabilan koloid

 

 

 

 

 

 

 

 

Ukur pH 10 buffer, yang berwarna biru.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: Kestabilan koloid

             

Sesuaikan meter untuk membaca 10 dengan Cal 2 tombol di sebelah kanan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bersihkan pH 10 penyangga, bilas elektroda, menghapuskan kering.

Ukur pH 4 penyangga lagi. pH harus membaca 4. Jika tidak, menyesuaikan Cal 1 tombol.

 

Kembali ke pH 10 penyangga. pH harus membaca 10. Jika tidak, menyesuaikan Cal 2 tombol.

 

Ulangi standarisasi menggunakan Cal 1 tombol dengan pH 4 penyangga dan Cal 2 tahu dengan 10 pH buffer sampai pembacaan konsisten diperoleh.

Page 17: Kestabilan koloid