Kesetimbangan Fasa Dan Diagram Fasa
-
Upload
weslyrambulangi -
Category
Documents
-
view
237 -
download
15
description
Transcript of Kesetimbangan Fasa Dan Diagram Fasa
Kesetimbangan fasa dan diagram fasa
Ditulis oleh Yoshito Takeuchi pada 11-08-2008
Selama ini pembahasan perubahan mutual antara tiga wujud
materi difokuskan pada keadaan cair. Dengan kata lain,
perhatian telah difokuskan pada perubahan cairan dan
padatan, dan antara cairan dan gas. Dalam membahas
keadaan kritis zat, akan lebih tepat menangani tiga wujud zat
secara simultan, bukan membahas dua dari tiga wujud zat.
Gambar 7.5 Diagram fasa. Tm adalah titik leleh normal air, , T3
dan P3 adalah titik tripel, Tb adalah titik didih normal, Tc
adalah temperatur kritis, Pc adalah tekanan kritis.
Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan
wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Sebagai contoh
khas, diagram fasa air diberikan di Gambar 7.5. Dalam diagram
fasa, diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan
tidak ada zat lain yang masuk atau keluar sistem.
Pemahaman Anda tentang diagram fasa akan terbantu dengan
pemahaman hukum fasa Gibbs, hubungan yang diturunkan
oleh fisikawan-matematik Amerika Josiah Willard Gibbs (1839-
1903) di tahun 1876. Aturan ini menyatakan bahwa untuk
kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel
bebas-disebut derajat kebebasan F- yang sama dengan jumlah
komponen C ditambah 2 dikurangi jumlah fasa P, yakni,
F=C+2-P … (7.1)
Jadi, dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat
kebebasan adalah 2 – yakni suhu dan tekanan; bila dua fasa
dalam kesetimbangan-sebagaimana ditunjukkan dengan garis
yang membatasi daerah dua fasa hanya ada satu derajat
kebebasan-bisa suhu atau tekanan. Pada ttik tripel ketika
terdapat tiga fasa tidak ada derajat kebebasan lagi. Dari
diagram fasa, Anda dapat mengkonfirmasi apa yang telah
diketahui, dan lebih lanjut, Anda dapat mempelajari apa yang
belum diketahui. Misalnya, kemiringan yang negatif pada
perbatasan padatan-cairan memiliki implikasi penting
sebagaimana dinyatakan di bagian kanan diagram, yakni bila
tekanan diberikan pada es, es akan meleleh dan membentuk
air. Berdasarkan prinsip Le Chatelier, bila sistem pada
kesetimbangan diberi tekanan, kesetimbangan akan bergeser
ke arah yang akan mengurangi perubahan ini. Hal ini berarti air
memiliki volume yang lebih kecil, kerapatan leb besar daripada
es; dan semua kita telah hafal dengan fakta bahwa s
mengapung di air.
Sebaliknya, air pada tekanan 0,0060 atm berada sebagai cairan
pada suhu rendah, sementara pada suhu 0,0098 °C, tiga wujud
air akan ada bersama. Titik ini disebut titik tripel air. Tidak ada
titik lain di mana tiga wujud air ada bersama.
Selain itu, titik kritis (untuk air, 218 atm, 374°C), yang telah
Anda pelajari, juga ditunjukkan dalam diagram fasa. Bila cairan
berubah menjadi fasa gas pada titik kritis, muncul keadaan
antara (intermediate state), yakni keadaan antara cair dan gas.
Dalam diagram fasa keadaan di atas titik kritis tidak
didefinisikan.
1. Fasa
Fasa adalah bagian yang serba sama dari suatu sisitem,
yang dapat dipisahkan secara mekanik , serbasama dalam hal
komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Dalam fasa uap
kerapatannya serbasama disemua bagian dalam uap tersebut.
Dalam fasa cair kerapatannya serbasama disemua bagian
dalam cair tersebut, tetapi nilai kerapatannya berbeda dengan
di fasa uap. Contoh nya air yang berisi pecahan-pecahan es
merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua fasa yang
berwujud padat (es) dan fasa yang berwujud cair (air).
Sistem yang hanya terdiri atas campuran wujud gas saja
hanya ada satu fasa pada kesetimbangan sebab gas selalu
bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya terdiri
atas wujud cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat
satu fasa atau lebih tergantung pada kelarutannya.
2. Komponen
Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah
minimum dari spesi yang secara kimia independen yang
diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fasa dalam
sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan jumlah
komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia
dalam system dikurangi dengan jumlah-jumlah reaksi
kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi antara zat-zat
yang ada dalam sistem tersebut. Contoh
CaCO3 <--> CaO + CO2
komponen reaksi diatas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
C = S – R = 3 – 1 = 2
3. Derajat Kebebasan
Dalam membicarakan kesetimbangan fasa, kita tidak akan
meninjau variabel ekstensif yang bergantung pada massa dari
setiap fasa tetapi meninjau variabel-variabel intensif seperti
suhu, tekanan, dan komposisi (fraksi mol). Jumlah variabel
intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan
keadaan suatu system disebut derajat kebebasan dari sistem
tersebut.
4. Sistem Dua Komponen Cair-Cair
Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam
jumlah yang terbatas, dan demikian pula dengan B, larut dalam
A dalam jumlah yang terbatas. Bentuk yang paling umum dari
diagram fasa T-X cair-cair pada tekanan tetap, biasanya 1 atm
(seperti gambar diatas). Diagram diatas dapat diperoleh secara
eksperimen dengan menambahkan suatu zat cair ke dalam
cairan murni lain pada tekanan tertentu dengan variasi suhu.
Cairan B murni yang secara bertahap ditambahkan sedikit
demi sedikit cairan A pada suhu tetap (T1). Sistem dimulai dari
titik C (murni zat B) dan bergerak kea rah kanan secara
horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari titik C ke titik
D diperoleh satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam
B). Di titik D diperoleh kelarutan maksimum cairan A dalam
cairan B pada suhu T1.
Penambahan A selanjutnya akan menghasilkan sistem dua
fasa (dua lapisan), yaitu lapisan pertama (L1) larutan jenuh A
dalam B dengan komposisi XA,1 dan lapisan kedua (L2) larutan
jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2. Kedua lapisan ini
disebut sebagai lapisan konyugat ( terdapat bersama-sama di
daerah antara D dan F).Komposisi keseluruhan ada diantara
titik D dan F. Di titik E komposisi keseluruhan adalah
XA,3. Jumlah relatif kedua fasa dalam kesetimbangan ditentukan
dengan aturan lever. Di titik E lapisan pertama lebih banyak
dari lapisan kedua. Penambahan A selanjutnya akan mengubah
komposisi keseluruhan semakain ke kanan, sementara
komposisi kedua lapisan akan tetap XA,1 dan XA,2.
Perbedaan yang terjadi akibat penambahan A secara terus
menerus terletak pada jumlah relative lapisan pertama dan
kedua. Semakin ke kanan jumlah relative lapisan pertama akan
berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah. Di titik F
cairan A yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B
dalam A membentuk larutan jenuh B dalam A. Dengan
demikian sistem di F menjadi satu fasa. Dari F ke G,
penambahan A hanya merupakan pengenceran larutan B
dalam A. Untuk mencapai titik G di perlukan penambahan
jumlah A yang tak terhingga banyaknya atau dengan
melakukan percobaan mulai dari zat A murni yang kemudian di
tambah zat B sedikit demi sedikit sampai di capai titik F dan
seterusnya.
Jika percobaan dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh
batas kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarytan
masing-masing komponen satu sama lain meningkat, sehingga
daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan pada
akhirnya bertemu disuatu titik pada suhu konsolut atas, atau
disebut juga suhu kelarutan kritis (Tc). Di atas titik Tc cairan
saling melarut sempurna dalam berbagai komposisi
KESETIMBANGAN FASA DAN DIAGRAM FASA
Cairan dan padatan, seperti halnya gas, adalah fasa,
dirincikan oleh sampel materi yang seragam di seluruh
penyususun kimia dan keadaan fisiknya. Dua atau lebih fasa
dapat berada bersamaan. Kita misalkan, sedikit air cair di
masukkan dalam labu kosong, dengan suhu di pertahankan
25oC dengan menempatkan system itu dalam penangas
bersuhu tetap. Sebuah pengukur tekanan digunakan untuk
memantau perubahan uap air di dalam labu. Segera setelah air
memasuki labu, tekanan uap air mulai naik dari nol. Semakin
lama semakin naik dan akhirnya datar pada nilai 0,03126 atm,
yaitu tekanan uap air. Pada 25oC. Isi labu telah mencapai
kesetimbangan yaitu suatu keadaan yang tidak berubah lagi
sifat makroskopisnya asalakan sistem itu tetap terisolasi. Jalan
kearah kesetimbangan ini merupakan proses spontan, terjadi
dalam sisitem tertutup tanpa pengaruh luar jika sebagian uap
air yang terbentuk tadi dipindahkan, adalah air yang menguap
dari keadaan cairnya untuk mencapai kembali tekanan uap air
yang sama, yaitu Pvap(H2O)= 0,03126atm.
Menurut teori kinetik, molekul air dalam cairan berada dalam
gerak termal yang tetap. Sebagian air di dekat permukaan
bergerak cukup cepat untuk membebaskan diri darigaya tarik
menarik yang memeganginya dalam keadaan cair, proses
penguapan ini menyebabkan tekanan uap air meningkat. Jika
jumlah molekul dalam fasa uap meningkat, proses sebaliknya
mulai terjadi : molekul dalam uap menghantam permukaan
cairan dan sebagian di tangkap, menghasilkan kondensasi. Jika
tekanan gas dinaikkan laju kondensasi meningkat sampai
tercapai laju penguapan yang berimbang dari permukaannya.
Begitu keadaan ini tercapai, tidak ada lagi aliran bersih materi
dari satu fasa ke fasa lainnya; system telah mencapai
kesetimbangan, dicirikan dari nilai tertentu oleh tekanan uap
air. Molekul air terus menguap dari permukaan cairan, tetapi
molekul air lainnya kembali ke cairan dari uapnya dengan laju
yang sama. Fasa kesetimbangan yang sama terjadi antara es
dan air cair ada titik beku.
Tekanan uap air bergantung pada ukuran dan bentuk
wadahnya. Jika percobaan itu diulangi dalam labu yang lebih
besar maka lebih banyak air menguap kea rah kesetimbangan,
tetapi tekanan akhir didalam labu pada 25oC akan tetap
0,03126 atm. Asalkan masih ada sebagian air cair dala wadah
itu. Jika eksperimen di ulangi pada suhu 30oC, hal yang sama
akan terjadi kecuali bahwa tekanan dalam ruang di atas air
mencapai 0.04187 atm. Suhu yang ebih tinggi berkaitan
dengan energy kinetic rerata yang lebih besar bagi molekul air.
Suatu imbangan baru antara laju penguapan dan kondensasi
tercapai, tetapi dengan tekanan uap yang lebih besar. Tekanan
uap air, dalam semua zat lainnya, meningkat dengan
meningkatnaya suhu.
Kesetimbangan fasa adalah proses dinamik yang sangat
berbeda dengan kesetimbangan static seperti kelereng yang
berkisar dan berhenti jika dikisarkan dalam mangkuk. Dalam
kesetimbangan air cair dan uap air, tekanan parsial
mendatar,bukan karena berhenti penguapan dan kondensasi,
tetapi karena lajunya pada kesetimbangan menjadi sama. Satu
cirri lagi dari kesetimbngan yang dinyataka oleh system cairan
– uap ialah bahwa sifat system pada kesetimbangn tidak
bergantung pada arah dari mana kesetimbangan itu tercapai.
Jika kita injeksikan cukup uap air kedalam labu kosong sehingga
tekanan uap awalnya di atas tekanan uap air cair, Pvap(H2O),
maka air cair akan terkondensasi sampai kesetimbangan
tekanan uap yang sama tercapai (0,03126 atm ada 25 oC).
tentu saja, jika kita tidak menggunakan cukup uap air untuk
melampaui tekanan 0,03126 atm, semua air akan tetap berada
dalam fasa log dan kesetimbangan dua fasa tidak akan terjadi.
Keberadaan uap air diatas larutan berair mempunyai
konsekuensi praktis. Jika suatu reaksi dalam larutan berair
menghasilkan gas, maka gas akan basa, artinya mengandun
uap air pada tekanan parsial yang diberikan oleh uap air
kesetimbnagan dari air pada suhu eksperimen. Jumlah gas
yang dihasilkan ditentukan tidak oleh tekanan total tetapi oleh
tekanan parsial gas itu.
Kesetimbangan fasa dan diagram
Pembahasan perubahan mutual antara tiga wujud materi
difokuskan pada keadaan cair. Dengan kata lain, perhatian
telah difokuskan pada perubahan cairan dan padatan, dan
antara cairan dan gas. Dalam membahas keadaan kritis zat,
akan lebih tepat menangani tiga wujud zat secara simultan,
bukan membahas dua dari tiga wujud zat.
Gambar Diagram fasa.
Tm adalah titik leleh normal air, , T3 dan P3 adalah titik tripel,
Tb adalah titik didih normal, Tc adalah temperatur kritis, Pc
adalah tekanan kritis.
Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan
wujud zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Sebagai contoh
khas, diagram fasa air diberikan di Gambar 7.5. Dalam diagram
fasa, diasumsikan bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan
tidak ada zat lain yang masuk atau keluar sistem.
Pemahaman Anda tentang diagram fasa akan terbantu
dengan pemahaman hukum fasa Gibbs, hubungan yang
diturunkan oleh fisikawan-matematik Amerika Josiah Willard
Gibbs (1839-1903) di tahun 1876. Aturan ini menyatakan
bahwa untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup,
jumlah variabel bebas-disebut derajat kebebasan F- yang sama
dengan jumlah komponen C ditambah 2 dikurangi jumlah fasa
P, yakni,
F = C + 2 - P
Jadi, dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat
kebebasan adalah 2 – yakni suhu dan tekanan; bila dua fasa
dalam kesetimbangan-sebagaimana ditunjukkan dengan garis
yang membatasi daerah dua fasa hanya ada satu derajat
kebebasan-bisa suhu atau tekanan. Pada ttik tripel ketika
terdapat tiga fasa tidak ada derajat kebebasan lagi. Dari
diagram fasa, Anda dapat mengkonfirmasi apa yang telah
diketahui, dan lebih lanjut, Anda dapat mempelajari apa yang
belum diketahui. Misalnya, kemiringan yang negatif pada
perbatasan padatan-cairan memiliki implikasi penting
sebagaimana dinyatakan di bagian kanan diagram, yakni bila
tekanan diberikan pada es, es akan meleleh dan membentuk
air. Berdasarkan prinsip Le Chatelier, bila sistem pada
kesetimbangan diberi tekanan, kesetimbangan akan bergeser
ke arah yang akan mengurangi perubahan ini. Hal ini berarti air
memiliki volume yang lebih kecil, kerapatan leb besar daripada
es; dan semua kita telah hafal dengan fakta bahwa s
mengapung di air.
Sebaliknya, air pada tekanan 0,0060 atm berada sebagai
cairan pada suhu rendah, sementara pada suhu 0,0098 °C, tiga
wujud air akan ada bersama. Titik ini disebut titik tripel air.
Tidak ada titik lain di mana tiga wujud air ada bersama.
Selain itu, titik kritis (untuk air, 218 atm, 374°C), yang
telah Anda pelajari, juga ditunjukkan dalam diagram fasa. Bila
cairan berubah menjadi fasa gas pada titik kritis, muncul
keadaan antara (intermediate state), yakni keadaan antara cair
dan gas. Dalam diagram fasa keadaan di atas titik kritis tidak
didefinisikan.
Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua
proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama,
akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada
kesetimbangan.
Contoh :
Fe(s) + HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2(g)
Reaksi dapat berlangsung tuntas, yaitu zat yang direaksikan
habis dan terbentuk zat baru.
Reaksi Tuntas
Uap mengembun dengan laju yang sama dengan air
menguap.
Pelarutan padatan, sampai pada titik laju padatan yang
terlarut sama dengan padatan yang mengendap saat
konsentrasi larutan jenuh (tidak ada perubahan konsentrasi)
Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi
dapat balik.
Reaksi Bolak-Balik
Reaksi dapat berlangsung bolak balik, zat semula
(reaktan) direaksikan akan habis dan terbentuk zat baru
(produk). Zat baru yang terbentuk dapat dapat direaksikan
dengan zat lain menghasilkan zat semula. Reaksi ini disebut
reaksi bolak-balik.
Hal ini juga bisa digambarkan dengan hal sebagai berikut,
yaitu apabila dalam suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke
kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri maka, reaksi
dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara umum reaksii
kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai :
A + B → C + D
Mula-mula zat A dan zat B sebagai reaktan (tidak harus
dalam jumlah yang sama) dicampur dalam suatu tabung reaksi.
Konsentrasi A dan B kemudian diukur pada selang waktu
tertentu. Bila hasil pengukuran itu digambarkan dalam sebuah
grafik konsentrasi sebagai fungsi dari waktu maka akan tampak
gambar sebagai berikut:
Perubahan konsentrasi terhadap waktu
Penurunan konsentrasi A dan B mula-mula terjadi dengan
cepat, makin lama semakin lambat sampai pada akhirnya
konstan. Sebaliknya yang terjadi pada produk zat C dan D.
Pada awal reaksi konsentrasinya = 0, kemudian bertambah
dengan cepat tapi makin lama semakin lambat sampai
akhirnya menjadi konstan. Pada waktu t = t~ konsentrasi
masing-masing zat A, B, C, dan D menjadi konstan, yang berarti
bahwa laju reaksi kekiri = laju reaksi kekanan.
Karakteristik keadaan kesetimbangan
Ada empat aspek dasar keadaan kesetimbangan, yaitu :
1. Keadaan kesetimbangan tidak menunjukkan perubahan
makroskopik yang nyata
2. Keadaan kesetimbangan dicapai melalui proses yang
berlangsung spontan
3. Keadaan kesetimbangan menunjukkan keseimbangan
dinamik antara proses maju atau balik
4. Keadaan kesetimbangan adalah sama walaupun arah
pendekatannya berbeda
DIAGRAM KESEIMBANGAN FASE PADA DISTILASI BINER
Data keseimbangan Uap-cair dapat disajikan dalam
kumpulan koordinat yang berbedda untuk menjelaskan dan
mengukur tingkatan pada proses distilasi. Kita akan menyusun
masing-masing grafik menggunakan batasan yang telah
ditentukan secara termodinamika dan menggambarkan arti
fisiknya. Hubungan antara jumlah tiap fase akan ditentukan
menggunakan Lever-rule.
DIAGRAM FASE
Pemisahan dari campuran cairan menjadi komponen-
komponennya adalah salah satu proses terpenting di industri
kimia. Prosedur yang umum untuk melakukan pemisahan ini
adalah distilasi, sebuah operasi yang berdasr pada feomena
fisik dimana uap dan cairan berada pada kondisi komposisi
setimbang yang biasanya berbeda. Nyatanya, bagian yang
menguap dari fase cairnya telah dihasilkan pada pemisahan
parsial pada awal pencampuran. Tingkat dari pemisahan akan
ditentukan dengan keseimbangan antara fase uap dan cairan.
Hubungan antar komposisi dari kedua fase pada keseimbangan
biasanya disajikan dengan diagram keseimbangan fase.
Metode penyajiannya harus tetap dengan jumlah variable yang
bersangkutan. Gibbs menampilkannya dalam keadaan
seimbang beserta sejumlah fase, berikut hubungan yang
relevan:
F= C + 2 – P ……………………….(1)
Dimana F adalah jumlah derajat kebebasan, atau variable
bebas. C adalah jumlah komponen dan P adalah jumlah fase
saat ini.
Penyajian grafis dari data akan bergantung dari nilai F dan kita
dapat memperkirakannya dan plotting akan meningkat lebih
kompleks sebagaimana membesarnya nilai F. Tafsiran tampilan
dari grafis biasanya membatasinya pada nilai F = 2, itulah
sebabnya disebut sistem biner.
Kebanyakan proses distilasi di industri dilaksanakan pada
tekanan relative konstan, dan untuk alasan ini diagram
keseimbangan fase di tampilkan pada isobar dengan suhu dan
komposisi pada koordinatnya.
DIAGRAM SUHU-KOMPOSISI
Diagram khusus suhu-komposisi ditunjukkan dalam Figure
1. Garis lengkung
ABC menunjukkan komposisi cair jenuh dan AEC komposisi fase
uap jenuh. Untuk alasan itu akan menjadi sedikit lebih jelas,
diagram ini juga disebut diagram boiling point. Untuk paham
arti dari diagram kita akan menunjukkan beberapa proses dan
melihat bagaimana itu dapat disajikan dalam diagram suhu-
komposisi.
Anggap suatu cair campuran G dengan komposisi xo dan
suhu T0. Jika mulai dipanaskan, maka suhunya akan naik
mencapai nilai T1 pada kurva ABC. Ini menandakan bahwa
campuran telah mencapai suhu jenuhnya sehinggapemanasan
lebih lanjut akan menyebabkan mendidih. Suhu T1 kemudian
dapat di asumsikan sebagai suhu dimana pertama kali
gelembung uap muncul, dan untuk alas an ini disebut titk didih
dari cairan pada komposisi x0. Kita telah menunjukkan
sebelumnya bahwa biasanya fase uap akan akan mempunyai
perbedaan komposisi dari komposisi fase cairnya. Komposisi ini
sesuai dengan y0 dan diperoleh dengan menggambar garis
mendatar (horizontal) pada T1 sampai memotong kurva ABC.
Pemanasan selanjutnya akan meningkatkan jumlah fase uap
saat ini dan sebagai akibatnyta akan mengubah komposisi dari
fase cairnya. Akhirnya, semua fase cair akan menguap dan
karena tidak ada material yang hilang, komposisi uap akhir
akan sama dengan campuran cair asli/awal (titik E). Ini
menunjukkan bahwa meskipun komposisi dari tiap fase
berubah terus menerus selam proses penguapan, komposisi
keseluruhan dari system adalah tetap atau konstan.
Penambahan panas akan menyebabkan uap kelebihan beban
sampai itu mencapai tahapan pada titikF.
Sekarang kita dapat membalikkan proses sebagai berikut.
Dimulai dengan uap lewat jenuh F pada suhu T2 kita dinginkan
sampai titik E pada kurva AEC. Di sini uap menjadi jenuh
sehingga pendinginan lebih lanjut akan menyebabkan fase cair
muncul. Suhu T3 dapat di asumsikan sebagai suhu dimana
pertama kalinya cairan tampak dan untuk alas an ini disebut
titik embun dari uap pada komposisi y0.
Sejak titik awal telah berubah ubah, beberapa penyusunan
awal komposisi x0 atau y0 dapat diperlakukan menjadi proses
yang dijelaskan di atas. Dengan kata lain, kurva ABC bias
didefinisikan sebagai kurva titik didih dan kurva AEC sebagai
kurva titik pengembunan. Kemudian kita dapat membagi grafik
T-x-y menjadi tiga wilayah: 1) Di bawah kurva ABC
menunjukkan campuran dalam keadaan cair dingin; b) wilayah
di atas AEC menunjukkan uap lewat jenuh; c) area di antara
dua kurva yang berhubungan adlah campuran jenuh dari
keseimbanganuap-cair.
Itu memungkinkan untuk menghitung proporsi relatif pada
saat keduanya fase jenuh? Untuk menjawab pertanyaan ini,
kita harus mengingat bahwa pendinginan atau pemanasan
tidak mengubah komposisi keseluruhan system Calling (T,xAT)
jumlah mol total dan komposisi system pada fase cair (L,xAL)
dan fase uap dalam keseimbangan (V,yAL), didapat:
Neraca Total Bahan:
T = L + V ……………………………………(2)
Neraca Bahan Komponen A:
T.xAT = L.xAL + V.yAV ………………(3)
Gantikan nilai T pada persamaan 3 dan disusun kembali,
didapat:
…...…….(4)
Persamaan 4 ini dikenal sebagai inverse lever-rule dan
akan membantu kita menhitung jumlah relative dari tiap fase.
DIAGRAM KOMPOSISI
Cara lain untuk menggambarkan perbedaan komposisi
dari fase cair dan fase uap adalah dengan menggambarkan /
meng plotkan satu dengan yang lain, biasanya dengan
komponen yang lebih volatil. Gambar 2 menunjukkan jenis
diagram komposisi. Garis 45* menunjukkan uap dengan
komposisi sama dengan bentuk cairnya, jadi kurva yang lebih
lebar menunjukkan pemisahan dari ini (cair-uap), bagian yang
lebih lebar merupakan perbedaan diantara 2 fase. Ini harus
dicatat bahwa perbedaan kesetimbangan, suhu berhubungan
dengan tiap titik dalam kurva.
Normalnya suhu ini tidak terindikasi
Gambar 1 dan 2 menunjukkan yang disebut system normal.
Bila komponen memiliki perbedaan sifat fisik atau interaksi
kimia yang kuat, maka akan terjadi perbedaan dalam diagram
suhu-komposisi dan diagram komposisinya, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 3.
Gambar 3(a) dan 3(b) menunjukkan system azeotrop.
Campuran ini , dimana ada komposisi kritis
Posisi Xa dimana fase uap dan fase cair mempunyai
komposisi yang sama, jadi tidak terjadi perubahan saat
pemanasan di lakukan. Larutan tersebut disebut Azeotrop dan
untuk memisahkan larutan tersebut dilakukan beberapa
metode yang special. Gambar 3(a) menunjukkan bahwa titik
didih dari larutan adalah maksimum, yang disebut dengan
Maximum Boiling Azeotrop.
Gambar 3(b) menunjukkan hal yang sama, yang disebut
dengan Minimum Boiling Azetrop. Dari defenisi kata azeotrop,
kita dapat mengetahui bahwa kurva komposisi akan
menunjukkan Cross over point pada 45
Jika interaksi antara komponen-komponen cukup kuat,
pemisahan fase cair dapat terjadi.(Gambar 3(c)). Dalam
immisible region 2 fase cairan terjadi dan fase ini
mengindikasikan bahwa boiling temperature dari larutan sama
seperti komposisi dari fase uap yang konstan. Hubungan antara
komposisi dari 2 fase ditunjukkan dalam gambar 3(f)
EFEK TEKANAN DALAM KESETIMBANGAN FASE
Kita telah menyebutkan sebelumnya diagram fase
biasanya dikonstruksikan untuk tekanan yang tetap. Apa yang
akan terjadi bila kita mengubah tekanan operasi? Dalam
kondisi yang umum, kita dapat mengatakan bahwa kelakuan
kualitatif dari diagram akan tetap sama sampai tekanan dari
system melebihi tekanan kritis dari satu komponen. Dalam
jangkauan tekanan antara dua tekanan kritis, system akan
dapat menjadi fase cairan saja melebihi jangkauan komposisi
dimana fase cair terjadi. Dalam kata lain, bentuk yang umum
dari diagram akan tetap sama, diagram tak digunakan untuk
komposisi dibawah 0 sampai 1,0. Kenaikan tekanan akan
menurunkan jangkauan ini sampai suatu saat akan menghilang
sempurna.
CAMPURAN BINER
Posted by boddhileader on Agustus 8, 2011
Suatu larutan dikatakan sebagai larutan ideal apabila :
Homogen pada seluruh sistem mulai dari mol fraksi 0-1
Tidak ada entalpi percampuran pada waktu komponen-
komponen dicampur membentuk larutan (H percampuran = 0)
Tidak ada beda volume pencampuran artinya volume larutan =
jumlah volume komponen yang dicampurkan (V pencampuran
= 0)
Memenuhi hukum Raoult:
P1 = X1Po P1 : tekanan uap larutan ; P2 : tekanan uap pelarut
murni ; X1 : mol fraksi mol
Dalam larutan ideal sifat komponen yang satu akan
mempengaruhi sifat komponen lain, sehingga sifat larutan yang
dihasilkan terletak diantara sifat kedua komponennya. Contoh
sistem benzena-toluena, sedangkan larutan non ideal adalah
larytan yang memiliki sifat-sifat diatas, larutan ini dapat dibagi
2 golongan yaitu :
Larutan non ideal deviasi positif yang memiliki volume
ekspansi. Dimana akan menghasilkan titik didih maksimum
pada sistem campuran itu. Contoh : sistem aseton – karbon
disulfida dan sistem HCL – air
Larutan non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume
konstraksi. Dimana akan menghasilkan titik didih minimum
pada sistem campuran. Contoh : sistem benzena-etanol, dan
sistem aseton – klorofom
Dalam percobaan ini komposisi larutan merupakan harga mol
fraksi larutan. Untuk membuat diagram T-X maka harga X tidak
dihitung pada tiap-tiap titik didih tetapi dengan mengukur
indeks bias pada beberapa komposisi tertentu dari larutan,
kemudian dibuat dahulu grafik standart komposisi versus
indeks bias. Komposisi dapat dihitung sebagai berikut :
Misalnya mencampurkan a ml aseton dengan masa jenis ρ1,
dengan b mol klorofom massa jenis ρ2, maka komposisinya
adalah :
X1 = a ρ 1 / M 1
a ρ1/M1 + b ρ2/M2
M1 : massa molekul aseton = 58 dan M2 : massa molekul
klorofom = 119,5
Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran
azeotrop (campuran campuran dua atau lebih komponen yang
sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan
senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau
dengan menggunakan tekanan tinggi. Azeotrop merupakan
campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu
dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui
distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap
yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa
cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant
boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika
campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
ilustrasi berikut :
Titik A pada kurva merupakan boiling point campuran pada
kondisi sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian
dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem kesetimbangan
uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan
terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan,
didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop.
Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena
komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas,
titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva
saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis
vertikal putus-putus Etanol dan air membentuk azeotrop pada
komposisi 95.6%-massa etanol pada keadaan standar.
Jika dua pelarut dapat membentuk azeotrop positif, maka
penyulingan campuran konstituen mereka akan
mengakibatkan distilat yang lebih dekat dalam komposisi
dengan campuran azeotrop dari awal. Sebagai contoh, jika
campuran 50/50 etanol dan air suling sekali, distilat akan
etanol 80% dan 20% air (lihat etanol data halaman ), yang lebih
dekat dengan campuran azeotrop daripada yang asli.
Penyulingan campuran 80/20% menghasilkan destilat yang
etanol 87% dan 13% air. Selanjutnya distillations ulang akan
menghasilkan campuran yang semakin dekat dengan rasio
azeotrop 95.5/4.5%. Tidak ada jumlah distillations, Namun,
yang akan menghasilkan distilat yang melebihi rasio azeotrop.
Demikian juga ketika menyuling campuran etanol dan air yang
lebih kaya dalam etanol dari azeotrop tersebut, distilat
(bertentangan dengan intuisi) akan miskin dalam etanol
daripada yang asli tapi sedikit lebih kaya dari azeotrop
tersebut.
Jika dua pelarut dapat membentuk azeotrop negatif, maka
penyulingan campuran konstituen mereka akan
menghasilkan residu yang lebih dekat dalam komposisi dengan
campuran azeotrop daripada yang asli. Sebagai contoh, jika
sebuah asam klorida larutan mengandung kurang dari
20,2% hidrogen klorida , mendidih campuran akan
meninggalkan solusi yang lebih kaya di klorida hidrogen
daripada yang asli. solusi yang awalnya mengandung hidrogen
klorida lebih dari 20,2%, kemudian mendidih akan
meninggalkan solusi yang lebih miskin di klorida hidrogen
daripada yang asli. Perebusan dari setiap larutan HCl cukup
lama akan menyebabkan solusi ditinggalkan untuk pendekatan
rasio azeotrop.