Kesepakatan Nuklir Iran Sebagai Opsi Baru Menancapkan Hegemoni
-
Upload
muhammad-fauzi-m -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of Kesepakatan Nuklir Iran Sebagai Opsi Baru Menancapkan Hegemoni
Kesepakatan Nuklir Iran Sebagai Opsi Baru Menancapkan Hegemoni
EditorialEffect – Makassar. Iran bersama dengan kelompok Negara P5+1 mencapai kesepakatan
pembatasan kegiatan nuklir dengan imbalan mencabut sanksi internasional yang menjeratnya satu
dekade terakhir. Bagaimana efeknya terhadap konstalasi Timur Tengah?
Bertempat di Vienna, Austria, 14 Juli 2015 lalu telah dilaksanakan pertemuan antar Negara superpower
di dunia; Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Cina, Rusia, Jerman dan Iran. Titik puncak Joint Comprehensive
Plan of Action (JCPOA) berhasil dicapai dengan keputusan Iran harus fokus mengembangkan nuklir hanya
untuk tujuan perdamaian dan menghilangkan semua kemungkinan pembuatan senjata nuklir.
Salah satu poin kesepakatan adalah pembatasan maksimal uranium enrichment. Tingkat maksimal yang
diperbolehkan hanya sekitar 3.7% serta membatasi ketersediaan uranium dengan sedikit-pemerkaya
sekitar 300 kilogram selama 15 tahun. Hal ini dipertimbangkan tidak mungkin untuk dipergunakan sebagai
pengembangan bom.
Iran juga setuju untuk memangkas kegiatan di pusat-pusat nuklir pada kawasannya. Pembangkit listrik
tenaga nuklir di Fordo akan dijadikan sebagai pusat penelitian dan riset. Sementara 5000 sentrifugal untuk
memperkaya uranium pun akan dipotong setengahnya. Adapun reaktor air berat di Arak tidak akan
membuat bahan bakar bom nuklir plutonium, dimana sejatinya inti dari reaktor sangat mampu untuk
memproduksi plutonium.
Agen Energi Atom Internasional (IAEA) diberikan keleluasaan akses disetiap pusat nuklir di wilayah Iran
untuk memastikan kegiatannya tidak mengingkari kesepakatan. Mulai dari proses penambangan, konversi
hasil tambang, proses pemerkayaan, reaktor, bahkan untuk menyelidiki tempat-tempat mencurigakan
yang dianggap melakukan kegiatan berhubungan dengan nuklir.
Sebagai timbal balik dari kepatuhan tersebut, Amerika Serikat dan European Union akan memberi jaminan
penghapusan sanksi ekonomi dan finansial Iran satu dekade terakhir. EU akan menghentikan embargo
minyak dan sanksi bank, sehingga Iran diperbolehkan berpartisipasi dalam perdagangan finansial global
serta menjual minyak pada pasar internasional. Iran tidak akan menerima sanksi sampai IAEA menyetujui
seluruh poin pada kesepakatan JCPOA di Vienna. Saat Iran melanggar, sanksi dari Perserikatan Bangsa-
bangsa akan secara otomatis kembali berlaku selama 10 tahun.
Keberhasilan dicapainya kesepakatan ini akan menjadi babak baru intervensi Negara-negara besar untuk
mendominasi Timur Tengah. Negara-negara tersebut akan menjadikan kesepakatan ini sebagai alternatif
memperkeruh keadaan di jazirah Arab. Memanfaatkan kekacauan di Irak akibat adanya ISIS, serta berburu
pengaruh di Suriah dengan perang saudara yang tak kunjung usai, merupakan beberapa potensi implikasi
dari pertemuan di Viena ini.
Membaiknya perekonomian di Iran juga akan memperkokoh kedudukan Negara tersebut di Jazirah Arab.
Saudi Arabia akan dibuat berpikir keras untuk tetap menjaga eksistensinya sebagai mercusuar di kawasan
tersebut. Perselisihan antar sekte tentu akan menjadi semakin tajam. Sebelum kesepakatan tersebut saja,
Iran telah melakukan berbagai manuver dengan menggerakkan pionirnya untuk menggerogoti berbagai
pemerintahan Negara sekitar dengan latar belakang berlawanan. Dapat dilihat dari kasus di Irak, Lebanon,
hingga yang terbaru perang saudara di Yaman.
Chaos di Timur Tengah akan semakin bertambah ketika Israel memainkan perannya. Lewat perdana
menterinya, Israel secara tegas menolak disepakatinya perundingan dengan Iran. Kondisi ini dapat
dimanfaatkan untuk menarik dukungan dari Negara-negara penentang kesepakatan untuk membangun
kekuatan menuntut pembatalan kesepakatan. Ujung-ujungnya, koalisi ini pun akan berusaha
menanamkan pengaruh dengan memanfaatkan konflik di Jazirah Arab.
Dapat dicermati bahwa kesepakatan Nuklir Iran, apapun hasilnya, kondisi Timur Tengah tidak akan
berubah menuju kondisi lebih baik. Negara-negara barat akan semakin memperkokoh cengkramannya
diberbagai aspek Negara-negara Timur Tengah. Menciptakan konflik lalu mengambil manfaat darinya,
sungguh strategi penjajahan yang menyenangkan.