Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan
description
Transcript of Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan
Kesenjangan adalah adanya ketidak sesuaian antara apa yang seharusnya
atau apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam pembelajaran yang
dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya kesenjangan antara kemampuan,
keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan,
keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Jika yang kita
inginkan siswa menguasai 1500 nama hewan avertebrata, sedangkan siswa hanya
menguasai 800 nama, maka terjadi kesenjangan 700 nama hewan. Dalam hal ini
dibutuhkan sebuah pembelajaran bagaimana meningkatkan kemampuan
penguasaan kosa kata sehingga sampai pada target 1500 nama hewan avertebrata.
Dalam kasus ini kita bisa menggunakan media gambar seperti flipchart, flash
card atau sejenisnya untuk memangkas kesenjangan yang muncul, pada media ini
kita menempelkan gambar hewan beserta nama hewan tersebut pada sebuah kertas
berukuran sedang sehingga siswa dapat membawanya kemana-mana, dan media
tersebut harus dibuat simple dan dan memiliki desaind yang dapat membuat siswa
tertarik.
Contoh lain misalnya pada Siswa SD, mereka diharapkan memiliki
keterampilan dalam membaca, menulis dan berhitung. akan tetapi dalam
kenyataannya mereka baru dapat mambaca saja, sehingga kebutuhannya adalah
bagaimana supaya mereka bisa menulis dan berhitung. Sehingga kita sebagai guru
harus bisa menghilangkan kesenjangan yang muncul, pada masalah di atas kita
dapat membuat suatu media audiovisual yang interaktif, sehingga menambah
kemauan belajar siswa dan mempermudah siswa memahami suatu materi yang di
berikan. Misalnya agar siswa dapat menulis, kita berikan video interaktif bagai
mana cara menulis suatu huruf dengan benar, ketika muncul instruksi dari media
tersebut seperti “hai adik-adik, sekarang kita akan belajar bagai mana cara
menulis huruf A, ikuti saya ya...!!” dan instruksi dilanjutkan dengan “oke, ayo
sama2 kita tarik sebuah garis agak miring, dari ujunga atas tadi kita tarik lagi
sebuah garis miring,hingga hampir membentuk segi tiga, dan pada bagian
terakhir tarik sebuah garis lurus di tengah-tengah segi tiga tadi, nah.. mudah kan
cara membuat huruf A?? Kalau Begitu mari kita coba sekali lagi ya??” maka
siswa akan mengikuti instruksi tersebut, untuk menggunakan media ini harus
dengan syarat bentuk dan warna serta latar yang digunakan harus menarik.
Tidak hanya pada pengetahuan dan keterampilan, pada aspek sikap juga
sering terjadi kesenjangan yang mendorong kebutuhan. Misalnya siswa SMP
diharapkan sudah berperilaku hidup sehat dengan rajin mencuci tangan,
membuang sampah pada tempatnya, dan selalu berpakaian rapi. Namun dalam
kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, dengan demikian terjadi kebutuhan
bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih. Disini kita bisa
tempelkan sebuah gambar bagai mana cara mencuci tangan dengan baik dan benar
pada kamar mandi, atau membuat sebuah lagu tentang mencuci tangan sembari
berjoget dengan mempergakan bagai mana mencuci tangan dengan baik dan
benar, pada tongsampah kita berikan warna yang berbeda untuk tiap jenis
sampahnya, memberikan hadiah pada salah satu siswa bila berkelakuan baik dan
selalu berpakaian rapi tiap kelasnya (sesuai kriteria yang ditetapkan).
Sehingga dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesesuaian
media dengan siswa menjadi dasar pertimbangan utama dalam penggunaannya
untuk memangkas suatu kesejangan yang muncul (kebutuhan), sebab hampir tidak
ada satu media yang dapat memenuhi kebutuhan siswa pada semua tingkatan usia.
Kebutuhan akan media dapat didasarkan atas tuntutan kurikulum. Dan media yang
digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
(Yamin, Martinis. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta : CP Press.)