Kesenian Bangilun di Sungai Martapura · ke se nian se-Nusantara juga tampil sebagai wujud...

1
DENNY SUSANTO P ANGGILAN pesta itu datang dari Su- ngai Martapura, yang membelah Kota Ban- jarmasin, Kalimantan Selatan. Ada suara musik menghentak, berpadu dengan rentak tarian yang dibawakan dengan sangat dinamis. Kamis pekan lalu, ribuan warga tak berdaya menolak panggilan itu. Mereka da- tang berbondong-bondong memenuhi pinggiran sungai. Ada juga yang berkumpul di halaman kantor gubernur. Sebagian pengunjung adalah warga Kota Banjarmasin, tapi tidak sedikit pula yang datang dari kota dan kabupaten lain di Kalimantan Selatan. “Kami datang karena ini adalah pesta kesenian dan kebudayaan asli masyarakat Dayak. Jarang kami bisa me- nikmatinya di daerah asal kami,” kata seorang warga yang mengaku berasal dari Kota Banjarbaru. Siang itu, warga dan peme- rintah provinsi menjadi saksi pembukaan Festival Budaya Pasar Terapung 2011, sebuah agenda untuk menyokong tahun kunjungan wisata di provinsi yang memiliki 11 ka- bupaten dan 2 kota tersebut. Sekalipun jadi kalender ta- hunan, selalu ada nuansa baru setiap kali digelar. Tahun ini, tema yang diusung adalah Tourism Linking Cultures, sebuah upaya menjual budaya sebagai suguhan pariwisata. Tak mengherankan jika sejak awal festival hingga ditutup seluruh rangkaian kegiatan kental bernuansa budaya. Seni asli suku Banjar dan Dayak pun seperti hidup kembali di tengah masyarakat. Tari Sinoman Hadrah yang di- bawakan puluhan penari muda dengan pakaian warna-warni mengiringi kedatangan para tamu. Sajian musik tradisional khas suku Banjar, musik panting serta tarian Baksa Kambang, untuk menyambut tamu juga ikut menyemarakkan suasana pembukaan festival. Pesta makin meriah dengan hadirnya berbagai kesenian dari 13 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan. Ada pengantin bausung (dipikul), bagandut (semacam jaipong) dan wayang gong. Tidak ketinggalan pawai kesenian se-Nusantara juga tampil sebagai wujud masyarakat multikultur yang ada di provinsi ini. Wakil Gubernur Rudy Resnawan membuka secara resmi acara budaya terbesar yang diagendakan di daerah ini. “Pemerintah sangat serius membangun industri pariwisa- ta daerah. Salah satu upayanya adalah dengan menggelar Fes- tival Budaya Pasar Terapung,” kata Rudy. Dinas Kebudayaan dan Pari- wisata Kalimantan Selatan mencatat pembangunan in- dustri pariwisata di daerah ini berkembang cukup positif. Tapi, tentu saja, belum sehebat daerah tujuan wisata utama seperti Bali dan Yogyakarta. Tahun ini, Festival Budaya Pasar Terapung diselenggara- kan untuk keempat kalinya. “Festival ini menjadi wahana yang tepat untuk mempromo- sikan potensi budaya dan pari- wisata Kalimantan Selatan,” tutur Mohandas H Hendrawan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel. Belum maksimal Sejumlah potensi wisata Ka- limantan Selatan sudah mulai dijual dan dikenal wisatawan, dalam negeri maupun man- canegara. Daerah ini memiliki dua pasar terapung dengan pemandangan sangat indah di pagi hari, yakni di Banjarmasin dan Lokbaintan, Kabupaten Banjar. Ajakan lain untuk dinikmati adalah lokasi pendulangan intan, di Banjarbaru dan wisata alam arung jeram di Loksado, Hulu Sungai Selatan. Namun, Mohandas mengakui, dae- rahnya tetap kalah jauh jika dibandingkan dengan Bali dan Yogyakarta. “Kami meng- hadapi kendala besar karena minimnya pembangunan in- frastruktur kepariwisataan di daerah,” tuturnya. Kondisi ini berpengaruh pada masih rendahnya tingkat kunjungan wisatawan. Setiap tahun, ‘hanya’ sekitar 20 ribu turis mancanegara dan 200 ribu wisatawan dalam negeri yang datang. Karena itu, untuk memoles- nya, sejumlah acara kebu- dayaan juga digelar. Salah satunya Festival Budaya Pasar Terapung. Sebagai unggulan, banyak kegiatan yang ditampilkan. Di antaranya, pawai perahu naga (perahu hias) dan pasar terapung di Sungai Martapura. Panitia mengemas pawai pe- rahu naga dalam sebuah sajian atraksi budaya sungai. Di atas perahu motor (kelotok), yang didesain berbentuk naga, mi- salnya, ditampilkan pergelaran budaya seperti musik panting, gamelan banjar, Sinoman Had- rah, maulut habsy, barongsai, japin, hingga banjar karawitan. Ada pula lomba jukung, pawai budaya, serta pameran dan festival kampung Banjar. Tanpa festival pun, pasar terapung yang sudah menjadi ikon pariwisata Kalimantan Selatan sudah sangat menarik. Setiap hari, puluhan peda- gang dengan perahu kecilnya menyemarakkan Pasar Kuin, Banjarmasin, dan Lokbaintan, Paduan antara kehidupan suku Banjar dan Dayak menjadi keunikan budaya di Kalimantan Selatan. Pembangunan infrastruktur kepariwisataan yang masih minim menjadi kendalanya. Rancaknya Pesta di Sungai Martapura 9 KAMIS, 1 DESEMBER 2011 N USANTARA MUNGKIN tidak banyak orang luar Yogyakarta atau Jawa Te- ngah yang mengenal kesenian yang satu ini. Bangilun tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta. Kesenian ini berbentuk nyanyi- an dengan syair islami, yang diiringi dengan tarian. Konon, bangilun berasal dari Magelang, Jawa Tengah. Ke- senian ini masuk ke Kulon- progo sekitar 1950. Di daerah itu, dengan kreativitas warga, mereka menambahkan gerak tari ketika syair dikuman- dangkan. “Awalnya bangilun dipentaskan sebagai bentuk doa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” kata Subardi, pelaku seni bangilun di Dusun Samigaluh, Kulonprogo. Dulu, kesenian ini dipentas- kan saat masyarakat melihat ada lintang kemukus yang di- percaya sebagai pertanda akan terjadi bencana. Mereka pun mementaskan bangilun untuk memohon keselamatan. Namun, seiring perjalanan waktu, kesenian ini dipen- taskan pada saat yang dike- hendaki. Kesenian ini berisi tiga pe- main penting, yaitu penyanyi, pemusik, dan penari. “Para pe- nyanyi melantunkan syair-syair yang bernapaskan dakwah agama Islam,” ujar Widiharsini, pelatih kesenian bangilun Sedyo Rukun, Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo. Nyanyian tersebut diiringi dengan alunan 6 terbang (reba- na), 1 beduk, dan 1 kempyang. Alat musik dimainkan untuk mengiringi 12 penari. Total ada 50 pemain yang terdiri dari 12 penari laki-laki dan 12 penari perempuan, sisanya pemain musik dan vokal. Kelompok Sedyo Rukun telah berdiri sejak 1954, dan sempat berhenti selama 25 ta- hun. Pada 2007, para seniman bergerak lagi. Regenerasi sangat sulit di- lakukan demi melestarikan bangilun. Pasalnya, banyak anak muda yang belum tertarik . Di Kulonprogo, hanya ada dua kelompok kesenian bangi- lun. Pemerintah kabupaten sudah menjadikan bangilun sebagai kesenian unggulan, sehingga keberadaannya mu- lai mendapat tempat di hati masyarakat. (AT/N-2) Kesenian Bangilun ASAL USUL Banjar. Bedanya, dalam festival kali ini, mereka tampil bareng. Dua pasar dengan puluhan peda- gang membuat makin kencang riak di Sungai Martapura. Ikut melengkapi festival, se- jumlah gerai dibangun sebagai lokasi festival kuliner khas Ban- jar. Sajiannya adalah berbagai makanan dan kue khas Banjar. Beberapa jenis makanan di antaranya sudah langka. Warga bisa mencicipi soto banjar, ketupat kandangan, aneka ikan panggang (pais), nasi kuning dan lontong, serta puluhan jenis kue (wadai). Suguhan berikutnya adalah anjungan pameran produk unggulan dari 13 kabupaten dan kota yang disebut Kam- pong Banjar. Atraksi budaya dan kesenian yang ikut menyemarakkan suasana di antaranya madihin, tari-tarian budaya suku Banjar dan Dayak, permainan tradisi- onal seperti egrang, balogo , dan bagasing, lagu-lagu Banjar hingga parade busana kain sasirangan. Puncak festival diramaikan dengan perpaduan seni dan olahraga, seperti lomba dayung di Sungai Martapura, jukung hias dan tanglong. Puluhan jukung (perahu) hias mewar- nai Sungai Martapura, dengan berbagai bentuk dan ornamen yang indah. Festival Pasar Ter- apung pun ditutup dengan pesta kembang api dan wayang kulit Banjar. (N-2) denny_susanto @mediaindoesia.com Seni asli suku Banjar dan Dayak pun seperti hidup kembali di tengah masyarakat.” FESTIVAL PASAR TERAPUNG: Peserta mengikuti Festival Budaya Pasar Terapung 2011 di tepi Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Kamis, pekan lalu. Festival ini merupakan ajang promosi untuk menarik wisatawan dalam dan luar negeri. TARIAN: Tarian suku Dayak ikut menyemarakkan ajang Festival Budaya Pasar Terapung 2011 yang digelar Pemprov Kalimantan Selatan di tepi Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, pekan lalu. MI/DENNY SUSANTO MI/DENNY SUSANTO MI/ARDI

Transcript of Kesenian Bangilun di Sungai Martapura · ke se nian se-Nusantara juga tampil sebagai wujud...

DENNY SUSANTO

PANGGILAN pesta itu datang dari Su-ngai Martapura, yang membelah Kota Ban-

jarmasin, Kalimantan Selatan. Ada suara musik menghentak, berpadu dengan rentak tarian yang dibawakan dengan sangat dinamis.

Kamis pekan lalu, ribuan warga tak berdaya menolak panggilan itu. Mereka da-tang berbondong-bondong memenuhi pinggiran sungai. Ada juga yang berkumpul di halaman kantor gubernur.

Sebagian pengunjung adalah warga Kota Banjarmasin, tapi tidak sedikit pula yang datang dari kota dan kabupaten lain di Kalimantan Selatan.

“Kami datang karena ini adalah pesta kesenian dan kebudayaan asli masyarakat Dayak. Jarang kami bisa me-nikmatinya di daerah asal kami,” kata seorang warga yang mengaku berasal dari Kota Banjarbaru.

Siang itu, warga dan peme-rintah provinsi menjadi saksi pembukaan Festival Budaya Pasar Terapung 2011, sebuah agenda untuk menyokong tahun kunjungan wisata di provinsi yang memiliki 11 ka-bupaten dan 2 kota tersebut.

Sekalipun jadi kalender ta-hunan, selalu ada nuansa baru setiap kali digelar. Tahun ini, tema yang diusung adalah Tourism Linking Cultures, sebuah upaya menjual budaya sebagai suguhan pariwisata.

Tak mengherankan jika sejak awal festival hingga ditutup seluruh rangkaian kegiatan kental bernuansa budaya. Seni asli suku Banjar dan Dayak pun seperti hidup kembali di tengah masyarakat.

Tari Sinoman Hadrah yang di-bawakan puluhan penari muda dengan pakaian warna-warni mengiringi kedatangan para tamu. Sajian musik tradisional

khas suku Banjar, musik panting serta tarian Baksa Kambang, untuk menyambut tamu juga ikut menyemarakkan suasana pembukaan festival.

Pesta makin meriah dengan hadirnya berbagai kesenian dari 13 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan. Ada pengantin bausung (dipikul), bagandut (semacam jaipong) dan wayang gong.

Tidak ketinggalan pawai k e s e n i a n s e - N u s a n t a r a juga tampil sebagai wujud masyarakat multikultur yang ada di provinsi ini.

Waki l Gubernur Rudy Resnawan membuka secara resmi acara budaya terbesar yang diagendakan di daerah ini. “Pemerintah sangat serius membangun industri pariwisa-ta daerah. Salah satu upayanya adalah dengan menggelar Fes-tival Budaya Pasar Terapung,” kata Rudy.

Dinas Kebudayaan dan Pari-wisata Kalimantan Selatan mencatat pembangunan in-dustri pariwisata di daerah ini berkembang cukup positif. Tapi, tentu saja, belum sehebat daerah tujuan wisata utama seperti Bali dan Yogyakarta.

Tahun ini, Festival Budaya Pasar Terapung diselenggara-kan untuk keempat kalinya. “Festival ini menjadi wahana yang tepat untuk mempromo-sikan potensi budaya dan pari-wisata Kalimantan Selatan,” tutur Mohandas H Hendrawan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel.

Belum maksimalSejumlah potensi wisata Ka-

limantan Selatan sudah mulai dijual dan dikenal wisatawan,

dalam negeri maupun man-canegara. Daerah ini memiliki dua pasar terapung dengan pemandangan sangat indah di pagi hari, yakni di Banjarmasin dan Lokbaintan, Kabupaten Banjar.

Ajakan lain untuk dinikmati adalah lokasi pendulangan intan, di Banjarbaru dan wisata alam arung jeram di Loksado, Hulu Sungai Selatan. Namun, Mohandas mengakui, dae-rahnya tetap kalah jauh jika dibandingkan dengan Bali dan Yogyakarta. “Kami meng-hadapi kendala besar karena minimnya pembangunan in-frastruktur kepariwisataan di daerah,” tuturnya.

Kondisi ini berpengaruh pada masih rendahnya tingkat kunjungan wisatawan. Setiap tahun, ‘hanya’ sekitar 20 ribu turis mancanegara dan 200 ribu wisatawan dalam negeri yang datang.

Karena itu, untuk memoles-nya, sejumlah acara kebu-dayaan juga digelar. Salah satunya Festival Budaya Pasar Terapung.

Sebagai unggulan, banyak kegiatan yang ditampilkan. Di antaranya, pawai perahu naga (perahu hias) dan pasar terapung di Sungai Martapura. Panitia mengemas pawai pe-rahu naga dalam sebuah sajian atraksi budaya sungai. Di atas perahu motor (kelotok), yang didesain berbentuk naga, mi-salnya, ditampilkan pergelaran budaya seperti musik panting, gamelan banjar, Sinoman Had-rah, maulut habsy, barongsai, japin, hingga banjar karawitan. Ada pula lomba jukung, pawai budaya, serta pameran dan festival kampung Banjar.

Tanpa festival pun, pasar terapung yang sudah menjadi ikon pariwisata Kalimantan Selatan sudah sangat menarik. Setiap hari, puluhan peda-gang dengan perahu kecilnya menyemarakkan Pasar Kuin, Banjarmasin, dan Lokbaintan,

Paduan antara kehidupan suku Banjar dan Dayak menjadi keunikan budaya di Kalimantan Selatan. Pembangunan infrastruktur kepariwisataan yang masih minim menjadi kendalanya.

Rancaknya Pesta di Sungai Martapura

9KAMIS, 1 DESEMBER 2011 NUSANTARA

MUNGKIN tidak banyak orang luar Yogyakarta atau Jawa Te-ngah yang mengenal kesenian yang satu ini. Bangilun tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta. Kesenian ini berbentuk nyanyi-an dengan syair islami, yang diiringi dengan tarian.

Konon, bangilun berasal dari Magelang, Jawa Tengah. Ke-senian ini masuk ke Kulon-progo sekitar 1950. Di daerah itu, dengan kreativitas warga, mereka menambahkan gerak tari ketika syair dikuman-dangkan. “Awalnya bangilun dipentaskan sebagai bentuk doa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” kata Subardi, pelaku seni bangilun di Dusun Samigaluh, Kulonprogo.

Dulu, kesenian ini dipentas-kan saat masyarakat melihat ada lintang kemukus yang di-percaya sebagai pertanda akan terjadi bencana. Mereka pun mementaskan bangilun untuk memohon keselamatan.

Namun, seiring perjalanan waktu, kesenian ini dipen-taskan pada saat yang dike-hendaki.

Kesenian ini berisi tiga pe-

main penting, yaitu penyanyi, pemusik, dan penari. “Para pe-nyanyi melantunkan syair-syair yang bernapaskan dakwah agama Islam,” ujar Widiharsini, pelatih kesenian bangilun Sedyo Rukun, Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo.

Nyanyian tersebut diiringi dengan alunan 6 terbang (reba-na), 1 beduk, dan 1 kempyang. Alat musik dimainkan untuk mengiringi 12 penari. Total ada 50 pemain yang terdiri dari 12 penari laki-laki dan 12 penari perempuan, sisanya pemain musik dan vokal.

Kelompok Sedyo Rukun telah berdiri sejak 1954, dan sempat berhenti selama 25 ta-hun. Pada 2007, para seniman bergerak lagi.

Regenerasi sangat sulit di-lakukan demi melestarikan bangilun. Pasalnya, banyak anak muda yang belum tertarik .

Di Kulonprogo, hanya ada dua kelompok kesenian bangi-lun. Pemerintah kabupaten sudah menjadikan bangilun sebagai kesenian unggulan, sehingga keberadaannya mu-lai mendapat tempat di hati masyarakat. (AT/N-2)

Kesenian Bangilun

ASAL USUL

Banjar. Bedanya, dalam festival kali

ini, mereka tampil bareng. Dua pasar dengan puluhan peda-gang membuat makin kencang riak di Sungai Martapura.

Ikut melengkapi festival, se-jumlah gerai dibangun sebagai lokasi festival kuliner khas Ban-jar. Sajiannya adalah berbagai makanan dan kue khas Banjar. Beberapa jenis makanan di antaranya sudah langka.

Warga bisa mencicipi soto banjar, ketupat kandangan, aneka ikan panggang (pais), nasi kuning dan lontong, serta puluhan jenis kue (wadai).

Suguhan berikutnya adalah anjungan pameran produk ung gulan dari 13 kabupaten dan kota yang disebut Kam-pong Banjar.

Atraksi budaya dan kesenian yang ikut menyemarakkan suasana di antaranya madihin, tari-tarian budaya suku Banjar dan Dayak, permainan tradisi-onal seperti egrang, balogo, dan bagasing, lagu-lagu Banjar hingga parade busana kain sasirangan.

Puncak festival diramaikan dengan perpaduan seni dan olahraga, seperti lomba dayung di Sungai Martapura, jukung hias dan tanglong. Puluhan jukung (perahu) hias mewar-nai Sungai Martapura, dengan berbagai bentuk dan ornamen yang indah. Festival Pasar Ter-apung pun ditutup dengan pesta kembang api dan wayang kulit Banjar. (N-2)

[email protected]

Seni asli suku Banjar dan Dayak

pun seperti hidup kembali di tengah masyarakat.”

FESTIVAL PASAR TERAPUNG: Peserta mengikuti Festival Budaya Pasar Terapung 2011 di tepi Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Kamis, pekan lalu. Festival ini merupakan ajang promosi untuk menarik wisatawan dalam dan luar negeri.

TARIAN: Tarian suku Dayak ikut menyemarakkan

ajang Festival Budaya Pasar

Terapung 2011 yang digelar

Pemprov Kalimantan Selatan

di tepi Sungai Martapura, Kota

Banjarmasin, pekan lalu.

MI/DENNY SUSANTO

MI/DENNY SUSANTO

MI/ARDI