Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
-
Upload
janetty-tjandra -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
description
Transcript of Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Janetty
102012109
E9
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Abstrak
Pekerjaan selalu memiliki aspek fisik, biologi, kimia, ergonomis, dan psikologi.
Aspek-aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Apabila aspek-aspek ini diabaikan maka kecelakaan kerja pun tidak dapat dihindari. Tingkat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga dipengaruhi oleh alat-alat pelindung diri yang dipakai
di tempat kerja, terutama bila tempat kerja memiliki resiko tinggi terkena bahaya seperti
pekerjaan pada pengelasan, proyek bangunan, pabrik dengan paparan bahan kimia tinggi, dll.
Dalam bekerja tingkat Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat diperhitungkan dan
diutamakan untuk mencegah kecelakaan dan kerugian yang akan berdampak bagi pekerja
juga perusahaan tersebut.
Kata kunci : keselamatan, kesehatan, kerja, okupasi, K3, pelindung, alat
Abstract
Job always has physical , biological, chemical, ergonomi, and psychology aspects.
These aspects are very closely related to the Occupational Health and Safety. If these aspects
are not taken seriously, accidents was unavoidable . Occupational Health and Safety levels
are also influenced by personal protective equipment used in the workplace, especially for
hazardous workplace such as job on welding, building projects, factories with high exposure
of Chemical, etc . Occupational Health and Safety at Work must be very calculated and
prioritized to prevent accidents and losses that will impact employees also the company as
well.
Keywords : safety, health, job, work, occupational, protective, equipments
Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terus-
menerus berkembang. Sekitar 75% dari pekerja tersebut merupakan pekerja di negara sedang
berkembang yang risiko di tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar
250 juta kasus cedera akibat kerja yang mengakibatkan 330.000 kematian.1
Tenaga manusia sebagai salah satu faktor produksi di perusahaan, merupakan satu
kesatuan biologis yang mempunyai peran sama dengan faktor produksi lainnya (dana
permodalan, alat produksi, dll). Oleh sebab itu pemeliharaan dan pengembangan tenaga
manusia, memerlukan perhatian khusus di samping perhatian terhadap faktor produksi
lainnya sebab manusia sebagai pekerja memiliki kompleksitas yang lebih tinggi daripada
mesin. Manusia memiliki motivasi kerja yang harus dibangun, kejenuhan yang bisa timbul
sewaktu-waktu sehingga mempengaruhi etos kerja, depresi dan stres, dan banyak faktor lain
sehingga suatu kesatuan pembangun perusahaan tidak hanya dinilai dari segi teknis produksi
dan alat saja, tetapi juga pekerjanya. Cara memperhatikan kesejahteraan pekerja adalah
dengan menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan memperhatikan aspek-
aspek fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan faktor lainnya untuk meningkatkan produktivitas
dan meminimalisir kecelakaan kerja.2
Skenario
Di suatu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, mempunyai proyek
pembangunan mall dimana karyawan yang bekerja ada sekitar 500 orang yang terdiri dari
berbagai pendidikan dan jabatan. Ada sekitar 200 orang sebagai tenaga pelaksana kasar, yang
pendidikannya hanya SD yang berasal dari desa. Dari laporan tenaga kesehatan di perusahaan
tersebut, telah terjadi beberapa kecelakaan kerja terutama yang tersering adalah kaki tertusuk
paku; padahal oleh perusahaan sudah ditetapkan setiap pekerja yang masuk ke kompleks
pembangunan diharuskan memakai helm dan memakai sepatu khusus. Selain itu, sudah ada
sekuriti yang mengawasi pekerja tersebut, tetapi sering kali para karyawan tidak mematuhi
aturan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) tersebut. Sebagai dokter di perusahaan
tersebut, anda diminta untuk melakukan identifikasi kecelakaan kerja tersebut.
Hipotesis
Beberapa kecelakaan kerja, yang tersering adalah kaki tertusuk paku, pada tenaga
pelaksana proyek pembangunan mall tersebut merupakan unsafe action dengan tidak
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dengan baik.
Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak disengaja seperti kejadian-kejadian yang
tidak diharapkan dan tidak terkontrol. Kecelakaan tidak selalu berakhir dengan luka fisik dan
kematian. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan peralatan dan material dan khususnya
yang menyebabkan luka perlu mendapat perhatian terbesar. Semua kecelakaan tanpa melihat
apakah itu menyebabkan kerusakan ataupun tidak perlu mendapatkan perhatian. Kecelakaan
yang tidak menyebabkan kerusakan peralatan, material dan kecelakaan fisik dari personil
kerja dapat menyebabkan kecelakaan lebih lanjut.
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda. Dan tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber cahaya.5
Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak di-
harapkan, yaitu tidak dilatar belakangi unsur kesengajaan, dan tidak direncanakan, karenanya
peristiwa sabotase ataupun kriminalitas adalah di luar ruang lingkup kecelakaan. Tidak
diharapkan, sebab peristiwa kecelakaan disertai oleh kerugian material ataupun penderitaan
dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
WHO menjabarkan kecelakaan kerja sebagai suatu kejadian yang tidak dipersiapkan
penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera. Untuk itulah penanggulangan
suatu kecelakaan kerja sangat penting. Penanggulangan ini yang dimasukkan ke program K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja,
dalam kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan
demikian muncul dua permasalahan:
a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;
b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.
Adakalanya ruang lingkup kecelakaan kerja diperluas, sehingga meliputi kecelakaan
tenaga kerja pada saat perjalanan dari dan ke tempat kerja. Kecelakaan di rumah, atau pada
waktu rekreasi dan cuti berada di luar makna kecelakaan kcrja, sekalipun pencegahannya
sering disertakan dalam program keselamatan kerja/keselamatan perusahaan. Kecelakaan
demikian, termasuk kecelakaan umum yang menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya.2
Teori Kecelakaan Kerja
a. Teori Domino Heinrich
Heinrich (1931) dalam risetnya menemukan sebuah teori yang dinamainya Teori
Domino. Teori itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera,
terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima domino yang berdiri
sejajar, yaitu: kebiasaan/situasi, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tak aman
(hazard), kecelakaan, serta cedera. Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat. Misalnya, dengan
membuang hazard, satu domino di antaranya.
Birds (1967) memodifikasi teori domino Heinrich dengan mengemukakan teori
manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen,
sumbcr penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu
mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan
mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktek di bawah standar
atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab
langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.6
Beberapa contoh tipikal penyebabnya adalah:
Situasi kerja
- pengendalian manajemen yang kurang
- standar kerja yang minim dan tidak memenuhi standar
- perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi
Kesalahan orang
- keterampilan dan pengetahuan yang minim
- masalah fisik atau mental
- motivasi yang minim atau salah penempatan
- perhatian yang kurang
Tindakan tidak aman
- tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui
- mengambil jalan pintas
- menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
Kecelakaan
- kejadian yang tidak terduga
- akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya
- terjatuh
- terhantam mesin atau material yang jatuh
Cedera/kerusakan
- terhadap pekerja: sakit dan penderitaan & kehilangan pendapatan kehilangan
kualitas hidup
- terhadap perusahaan: kerusakan pabrik, pembayaran kompensasi kerugian
produksi, kemungkinan proses pengadilan.2
b. Teori Multiple Causation
Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya banyak
penyebab. Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi yang tidak aman (unsafe condition)
dan tindakan yang tidak aman (unsafe action).7
c. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), Kecelakaan terjadi karena adanya kontak di antara 3 (tiga)
hal yaitu korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan dan lingkungan yang kompleks.
Untuk itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab terjadinya kecelakaan, harus diketahui
karakteristik dari korban kecelakaan, perantara dan lingkungan secara detail.7
Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap mata.
Bennett (1991) mengatakan bahwa di dalam setiap kejadian kecelakaan kerja, empat faktor
bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni a) faktor lingkungan, b) faktor bahaya, c) faktor
peralatan dan perlengkapan, dan d) faktor manusia.
Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai Negara tidak sama. Namun
ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab, antara lain:3
a. Penyebab langsung
1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe acts), didefinisikan sebagai segala tindakan
manusia yang dapat memungkinkan tejadinya kecelakaan pada diri sendiri
maupun orang lain. Contoh dari perbuatan yang tidak aman seperti misalnya :
- Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.
- Salah menggunakan alat yang telah disediakan.
- Menggunakan alat yang sudah rusak.
- Metode kerja yang salah.
- Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.
2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai suatu
kondisi lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Contoh kondisi yang tidak aman :
- Kondisi fisik, mekanik, peralatan.
- Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.
- Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.
- Kondisi penataan lokasi yang salah
b. Penyebab tidak langsung
1) Fungsi manajemen proyek
2) Kondisi pekerja
Faktor Manusia
1. Umur/usia
Usia muda relatif lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia
lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia dan
kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih rendah dengan
bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan penyembuhannya lebih serius.
2. Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada laki-
laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki adalah 65%.
Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-laki.
Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki mempunyai waktu reaksi lebih cepat
daripada perempuan.
3. Koordinasi Otot
Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan kekakuan
dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.
4. Kecenderungan Celaka
Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”. Teori ini
didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar mengalami kecelakaan
dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri yang ada dalam pribadi
yang bersangkutan. Kepribadian yang dimaksud adalah kecerobohan atau clumsiness.
5. Pengalaman Kerja
Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil kemungkinan
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan
kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau lamanya bekerja di tempat yang
bersangkutan.
6. Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan
pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang pekerja
adalah:
1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan)
2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu
pekerjaan)
3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan)
7. Kelelahan
Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan
aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak
dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai hal, antara
lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja
yang buruk serta adanya konflik.5
b. Faktor lingkungan
1. Lokasi/tempat kerja
Disain lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Tempat kerja dinilai baik apabila lingkungan kerja aman dan sehat.
2. Peralatan dan perlengkapan
Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam
perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan apa yang
diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-bagian kritis yang
dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu:
1. Bagian-bagian fungsional
2. Bagian-bagian operasional
Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan jalan mengubah
konstruksi, memberi alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang dominan
menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain:
1. Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan
2. Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif
3. Peralatan/perlengkapan dengan temperatur tinggi ataupun terlalu rendah
4. Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya
5. Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi
6. Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.
3. Shift kerja
Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja adalah
bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur dan bekerja
mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shift kerja malam biasanya lebih
banyak menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift
kerja pagi-pagi tidak menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.5
Penyebab kecelakaan kerja dapat diidentifikasi lebih mudah dengan menggunakan diagram
fishbone.
Dengan adanya diagram fishbone, kita dapat membuat list atau daftar faktor-faktor resiko
yang dapat menjadi masalah beserta sub-masalahnya.
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja,
lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut. Unit keselamatan kerja
merupakan suatu unit yang bertanggung jawab atas tempat, alat, mesin, pesawat, yang aman
bagi tenaga kerja, dan sesuai dengan kondisi kerja, juga bertanggung jawab dalam
penyediaan alat keselamatan/pengaman/pelindung yang cocok serta melindungi tenaga kerja.
Tujuan keselamatan kerja, antara lain:
Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk
kesejahtcraan hidup serta peningkatan produksi dan produktivitas nasional.
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
Memelihara sumber produksi serta menggunakannya dengan amat dan berdayaguna
(efisien)2
Selain itu, ada beberapa alasan pentingnya memperhatikan masalah keselamatan
dalam bekerja, yaitu :
Kemanusiaan
Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk
memperbaiki keadaan merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan
kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya, misalnya
kematian, luka/cedera berat maupun ringan, tetapi juga mengakibatkan penderitaan bagi
keluarga korban jika korban meninggal atau cacat. Oleh karena itu, pengusaha mempunyai
kewajiban untuk melindungi pekerjanya dengan cara menyediakan lapangan kerja yang
aman.
Ekonomi
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi seperti
kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, biaya santunan
kecelakaan dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah pencegahan
kecelakaan maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga
dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.
UU dan peraturan
UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi bidang kesehatan
kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang terjadi, makin
meningkatnya pembangunan dengan penggunaan teknologi modern.
Nama baik perusahaan
Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat mempengaruhi
kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain. Menururt Ir Christiawan, reputasi
atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutama bagi industri jasa,
karena berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi tugas/pemilik proyek. Prestasi
keselainatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan itu, sehingga dapat dikatakan
bahwa prestasi keselamatan kerja yang baik akan memberikan keuntungan pada perusahaan
secara tidak langsung.4
Dampak Kecelakaan Kerja
Kecelakaan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan baik bagi pekerja
maupun bagi pengusaha. Bagi pekerja, kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan
penderitaan baik merupakan kematian, luka/cedera berat maupun ringan, maupun penderitaan
bagi keluarga mereka bila pekerja meninggal dunia atau cacat. Sedangkan bagi perusahaan,
kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa biaya langsung dan biaya tak
langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya kompensasi pekerja, biaya perawatan medis dan
rumah sakit, santunan untuk pekerja yang menderita cacat, santunan kematian, serta premi
asuransi yang dikenakan atas kebakaran, kehilangan, atau kerusakaan properti, serta atas
tuntutan dari masyarakat sekitar. Sedangkan biaya tak langsung misalnya biaya untuk
mengganti peralatan yang rusak, biaya tambahan karena pekerjaan terhenti, biaya yang
timbul karena waktu yang terbuang untuk mencari tenaga kerja pengganti, untuk
membersihkan lokasi pekerjaan dan untuk memberikan pertolongan, dan sebagainya.
Selain itu biaya tak langsung yang timbul juga dapat berupa penurunan kualitas
pekerjaan, penurunan produktivitas pekerja, dan penurunan nama baik perusahaan. Besarnya
biaya tak langsung dapat mencapai 4-7 kali biaya langsung. Oleh karena itu, terlihat bahwa
kecelakaan kerja berpengaruh terhadap biaya, waktu, mutu pekerjaan, produktivitas pekerja
dan nama baik perusahaan.4
Manajemen dan Penilaian Resiko
Manajemen resiko adalah proses manajemen dimana kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dan kerugian yang berhubungan aktifitas diidentifikasi, dievaluasi
dan dikendalikan dan atau penerapan kebijakan-kebijakan manajemen dan prosedur untuk
memaksimumkan kesempatan dalam mendapatkan keuntungan dalam meminimumkan
kerugian. Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan
sistem manajemen perusahaan/organisasi. Manajemen ini bertujuan untuk meminimalkan
atau bahkan menghindari risiko sama sekali.5
Penerapan Manajemen Resiko
Penerapan manajemen resiko dilakukan dengan beberapa komponen dengan urutan yang
sistematis, yaitu;
Identifikasi resiko
Kegiatan identifikasi resiko dilakukan dengan identifikasi terhadap resiko yang akan
dikelola, mencari tahu jenis bahaya apa saja yang mungkin menimbulkan resiko, bagaimana
dan kenapa resiko tersebut bisa muncul.
Analisis resiko
Analisis resiko dilakukan untuk memperkirakan resiko dengan mengkombinasikan faktor
probabilitas atau likelihood dan konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya
pengendalian resiko yang telah dilakukan.
Evaluasi resiko
Evaluasi resiko dilakukan untuk membandingkan tingkat resiko yang didapat dalam
proses analisi esiko dengan kriteria evaluasi sesuai dengan model analisis yang digunakan.
Penanganan risiko
Penanganan atau pengendalian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan aspek efektifitas
dan efisiensi.
Monitoring dan review
Monitoring dilakukan dengan mengkaji ulang tingkat resiko serta efektivitas program
penanganan resiko yang telah dilakukan.
Komunikasi dan Konsultasi
Komunikasi antara manajemen dan pekerja untuk mendapatkan masukan mengenai
implementasi pengelolaan resiko di tempat kerja guna perbaikan sistem pengelolaan resiko
tersebut.5
Penilaian Resiko
Pada dasarnya, penilaian resiko adalah cara-cara yang digunakan perusahaa untuk
dapat mengelola dengan baik resiko yang dihadapi oleh pekerjanya dan memastikan bahwa
kesehatan dan keselamatan pekerja terjamin dengan meminimalisir faktor resiko penyakit
yang diakibatkan pekerjaan.
Langkah-langkah untuk menilai resiko:
Mengidentifikasikan bahaya yang berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
pekerjanya.
Melakukan penilaian risiko yang 'sesuai dan mencukupi' terhadap bahaya yang
teridentifikasi.
Memutuskan apa yang 'sesuai dan mencukupi' itu berdasarkan situasi dan kondisi
operasinya.
Menentukan lingkup penilaian:
‐ semua perlengkapan, baik yang sedang dipakai maupun yang baru
‐ material dan substansi.
Lebih memprioritaskan perlindungan terhadap seluruh angkatan kerja ketimbang
perorangan
Mempertimbangkan segala risiko dari kegiatan operasional yang dapat mempengaruhi
orang yang bukan pekerja seperti agen dan para pekerja kontrak, kontraktor, tamu,
dan mereka yang datang karena tugas seperti tukang pos, karyawan perusahaan
utilitas, supir pengantar, dan sebagainya.
Mengangkat seorang penilai:
Penilai untuk melakukan penilaian-penilaian yang mempunyai pengetahuan
tentang :
* proses-proses kerja
* perundang-undangan kesehatan dan keselamatan kerja
* standar kesehatan dan keselamatan kerja terbaru untuk industri.
Memberikan waktu kepada penilai untuk melakukan penilaian selama jam kerja.
(Penilai bisa merupakan penyelia atau penanggung jawab yang sudah mendapatkan
pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja.)
Jika mempekerjakan lima pekerja atau lebih, catatlah hasil penilaian risiko tersebut
Istilah-istilah tertentu yang digunakan dalam penilaian risiko:
Bahaya (hazard) - sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/kelukaan
Probabilitas - kemungkinan bahwa bahaya dapat menyebabkan kerusakan atau
kerugian/kelukaan.
Risiko - perpaduan antara probabilitas dan tingkat keparahan kerusakan atau
kerugian/kelukaan
Berbahaya (danger) - keadaan yang berisiko.
Tingkat risiko (extent of risk) - ukuran jumlah orang yang mungkin terkena
pengaruh dan tingkat keparahan kerusakan atau kerugian/kelukaan, yaitu
berupa konsekuensi.
Setelah penilaian terhadap resiko-resiko yang ada, maka harus dilakukan strategi untuk
meminimalisir faktor resiko tersebut. Langkah selanjutnya adalah :
1) Mendefinisikan tugas atau proses yang akan dinilai
2) Mengidentifikasi bahaya
3) Menghilangkan atau mengurangi bahaya hingga minimum
4) Mengevaluasi risiko dari bahaya residual
5) Mengembangkan strategi-strategi pencegahan
6) Menjalankan pelatihan metode-metode kerja yang baru
7) Mengimplementasikan upaya-upaya pencegahan
8) Memonitor kinerja
9) Melakukan kajian ulang secara berkala dan membuat revisi jika perlu
Investigasi Kecelakaan
Penyebab kecelakaan
Cari terlebih dahulu akar dari kecelakaan kerja tersebut.
Penyebab langsung—bagian atau komponen yang secara aktual menyebabkan
cedera atau kerusakan.
Akar penyebab—tindakan atau kegiatan yang menyebabkan kontak dengan
penyebab langsung. Analisis akar penyebab kecelakaan melibatkan
pemeriksaan urut-urutan kejadian dan pengambilan keputusan yang mengarah
ke kecelakaan dan pengidentifikasian tindakan yang tak langsung yang
memicu rangkaian kejadian tersebut.
Penyebab cedera atau kerusakan adalah tindakan atau proses yang
menyebabkan cedera atau kerusakan aktual.
Perhatikan faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja :
- Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat ranibat udara,
suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain.
- Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda
padat.
- Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan.
- Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
- Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara pekerja atau
dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya.
Penyelidikan
Oleh siapa?
- Diawali penyelia yang memberitahukan kepada penasehat keselamatan kerja.
- Perwakilan keselamatan kerja - catat hak mereka.
- Penasehat keselamatan kerja.
- Surveyor/tenaga ahli dari pihak asuransi jika klaim terhadap perusahaan mungkin atau
sudah dibuat.
- Inspektur yang berwenang jika cedera atau kecelakaan harus dilaporkan kepada pihak
berwenang.
- Polisi jika terjadi korban jiwa.
Kapan?
- Segera setelah orang yang terluka kembali dari klinik P3K atau dipindahkan untuk
menjalani perawatan medis.
- Sebelum lokasi kecelakaan dimasuki orang lain.
Prosedur :
- Mendatangi lokasi dan mencatat detail-detail yang penting
- Mengambil gambar/foto
- Mengukur bagian dan area yang relevan
- Memeriksa kondisi pabrik dan perlengkapan - menyiapkan pengujian jika diperlukan
- Menanyai para saksi
idealnya sendirian namun boleh disertai perwakilannya saja jika diminta
menekankan bahwa sasaran penyelidikan ialah pada pengungkapan penyebab
kecelakaan
bukti-bukti harus didapat langsung dan bukan menurut penuturan
- Memeriksa catatan pelatihan yang pernah diberikan kepada pekerja yang menjadi
korban.
- Menanyai korban sesegera mungkin tanpa menimbulkan tekanan.
- Menganalisis informasi dan menyiapkan laporan.
- Jika klaim sudah masuk, pihak asuransi akan menyelidiki dan menanyai para saksi
namun tidak menanyai pihak penuntut.
- Jika penyelidikan dilakukan oleh inspektur yang berwenang, surat pernyataan bisa
dimintakan dari para saksi, termasuk korban.
- Dalam kasus korban jiwa, polisi melakukan penyelidikan untuk menentukan
penyebab kematian dan apakah telah terjadi tindakan kriminal sebelumnya.
Meminta keterangan
- Jika diperlukan untuk meminta keterangan, arahnya harus ditetapkan dengan jelas,
misalnya untuk menentukan penyebab kecelakaan
- Laporan permintaan keterangan ini diberikan untuk majikan maupun pekerja sehingga
'tidak ditutup-tutupi' pada saat terjadi gugatan
- Jika sasaran permintaan keterangan ini adalah untuk menolak klaim, ini harus jelas
dinyatakan dan dipahami oleh orang-orang yang terlibat, tatkala catatan dan laporan
menjadi 'rahasia'.
Informasi yang akan dikumpulkan
- Rincian tapak—pemilik, alamat, departemen/seksi/bengkel
- Proses atau operasi yang bersangkutan, termasuk rincian setiap pabrik yang terlibat
- Tanggal dan waktu kecelakaan
- Data rinci pribadi korban (mungkin didapat dari data personalia)
- Informasi pelatihan yang pernah diberikan kepada korban
- Pekerjaan yang sedang dilaksanakan pada saat kecelakaan
Apakah sudah mendapat izin?
Apakah prosedur yang benar sudah diikuti?
Apakah alat Pelindung terpasang di tempat?, dll
- Rincian cedera yang dialami.
Laporan
- Menganalisis hasil penyelidikan dan informasi yang diperoleh
- Mempersiapkan laporan yang menggambarkan keadaan kecelakaan dan kemungkinan
penyebab-penyebabnya
- Membuat saran agar kejadian serupa tidak terulang
Tujuan Investigasi
Tujuan investigasi kecelakaan kerja menurut ICAM Investigation Guidline adalah sebagai
berikut:
- Menentukan fakta di sekitar lokasi kejadian.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dan penyebab dasar kecelakaan.
- Melihat kecukupan prosedur dan program pengendalian yang sudah ada
- Merekomendasikan tindakan pencegahan dan perbaikan.
- Melaporkan temuan dalam rangka untuk membagi pelajaran dari kecelakaan.
- Tidak menyalahkan satu pihak.
Hierarchy Control atau Urutan Pengendalian Resiko
Pengendalian kecelakaan kerja bisa dilakukan melalui 3 metode pengendalian kecelakaan
kerja, yaitu:
1. Pengendalian teknis atau rekayasa (Engineering Control)
Dengan melakukan rekayasa pada bahan dengan cara:
- Eliminasi, yaitu dengan cara menghilangkan sumber bahaya secara
total
- Substitusi, mengganti material maupun teknologi yang digunakan
dengan material atau teknologi lain yang lebih aman bagi pekerja dan
lingkungan
- Minimalisasi, yaitu mengurangi jumlahpaparan bahaya yang ada di
tempat kerja
- Isolasi, memisahkan antara sumber bahaya dengan pekerja.
Pengendalian teknis atau rekayasa diperkirakan dapat memberikan hasil atau efektifitas
penurunan risiko sebesar 70%-90% (perubahan disain atau penggantian mesin dan 40%-70%
pemberian batas atau barier).
2. Pengendalian Administrasi (Administratif Control)
Pengendalian administrasi yaitu pengendalian bahaya dengan kegiatan yang bersifat
adminisrasi seperti pemberian penghargaan, training dan penerapan prosedur.
3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)
APD yaitu alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat memproteksi
dirinya sendiri. Pengendalian ini adalah alternatif terakhir yang dapat dilakukan bila kedua
pengendalian sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak yang mungkin
timbul.
Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, diketahui bahwa salah satu faktor
terjadinya kecelakaan kerja tenaga kerja yang disebutkan dalam skenario tersebut adalah
tidak mengikuti prosedur kerja yang seharusnya, yaitu menggunakan APD yang merupakan
salah satu prosedur dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Oleh sebab
itu, berdasarkan hasil pembelajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.
Daftar Pustaka
1. McKenzie, F James. Kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam Kesehatan
Masyarakat: Suatu Pengantar. Ed.4; Alih bahasa, Atik Utami, et all. Editor bahasa
Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 2007. h.615
2. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam materi-
materi pokok ilmu kesehatan masyarakat; Editor: Jonathan Oswari. Jakarta: Widya
Medika, 2009. h.71-2,75-8.
3. Ridley John. Kecelakaan dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.4.
Jakarta: Erlangga, 2010 h.113-8.
4. Okti FP. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia;
2008.h.201.
5. Suardi R. Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja (K3) penting? dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2011. h.3-8.
6. Teori Kecelakaan Kerja. 10 Oktober 2015. Diunduh dari:
www.dinsosnakertrans.tulungagung.go.id. 2015.
7. Ridley John. Tanggung jawab manajemen dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, Ed.3. Jakarta: Erlangga, 2007. h. 113-8.
8. Mayendra O. Kecelakaan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2009.h.115-9.
9. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapannya dalam sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34.