Keseimbangan Umum-marselinus Asri

62
ANALISIS KESEIMBANGAN UMUM MAKRO EKONOMI A. PENGANTAR Sebelum tahun 1930an pemikiran ekonomi lebih banyak didominasi oleh pemikiran ekonomi mikro walaupun pemikiran ekonomi makro sudah ada dalam pembicaraan tetapi belum intensif dan juga belum dinamai dengan teori ekonomi makro. Ketika muncul pertanyaan kenapa orang-orang jadi menganggur, kenapa pabrik ditutup, faktor apa yang mempengaruhi pendapatan masyarakat, kenapa harga barang tidak stabil dan sangat fluktuatif atau kenapa nilai uang semakin merosot, dan lain sebagainya, maka pada waktu itulah timbul pemikiran tentang teori ekonomi makro karena ternyata teori ekonomi mikro tidak mampu menjawab pertanyaan diatas. Pada waktu itulah mulai terjadi pemisahan yang semakin nyata antara teori ekonomi mikro dan ekonomi makro. Teori ekonomi mikro yang selama ini mendominasi diskusi para pemikir mulai beralih kepada aspek-aspek besar atau makro dari ekonomi suatu negara. Sejak itu lahirlah teori ekonomi makro, tetapi pada waktu itu pemikiran teori ekonom makro yang dominan adalah apa yang sekarang disebut dengan teori ekonomi makro klasik (Classical macroeconomic theory). Pada tahun 1937 baru muncul pemikiran baru yang dilontarkan oleh John Meynard Analisis keseimbangan umum, PPS 2014 Page 1

description

makalah

Transcript of Keseimbangan Umum-marselinus Asri

ANALISIS KESEIMBANGAN UMUM MAKRO EKONOMI

A. PENGANTARSebelum tahun 1930an pemikiran ekonomi lebih banyak didominasi oleh pemikiran ekonomi mikro walaupun pemikiran ekonomi makro sudah ada dalam pembicaraan tetapi belum intensif dan juga belum dinamai dengan teori ekonomi makro. Ketika muncul pertanyaan kenapa orang-orang jadi menganggur, kenapa pabrik ditutup, faktor apa yang mempengaruhi pendapatan masyarakat, kenapa harga barang tidak stabil dan sangat fluktuatif atau kenapa nilai uang semakin merosot, dan lain sebagainya, maka pada waktu itulah timbul pemikiran tentang teori ekonomi makro karena ternyata teori ekonomi mikro tidak mampu menjawab pertanyaan diatas. Pada waktu itulah mulai terjadi pemisahan yang semakin nyata antara teori ekonomi mikro dan ekonomi makro.

Teori ekonomi mikro yang selama ini mendominasi diskusi para pemikir mulai beralih kepada aspek-aspek besar atau makro dari ekonomi suatu negara. Sejak itu lahirlah teori ekonomi makro, tetapi pada waktu itu pemikiran teori ekonom makro yang dominan adalah apa yang sekarang disebut dengan teori ekonomi makro klasik (Classical macroeconomic theory). Pada tahun 1937 baru muncul pemikiran baru yang dilontarkan oleh John Meynard Keynesian sebagai jawaban atas krisis ekonomi yang dialami Eropa pada masa itu, dimana ekonomi mengalami depresi, pengangguran terjadi dimana-mana, pabrik bangkrut, dan pendapatan merosot tajam sehingga daya beli menjadi turun. Teori ekonomi yang ditulis pada tahun 1936 dan tahun-tahun sebelumnya disebut oleh Keynes sebagai teori makro klasik. B. PEMBAHASAN1. Pasar BarangPasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu. Dalam ekonomi konvensional, kesimbangan umum dapat terjadi apabila pasar barang dan pasar uang ada di dalam keseimbangan. Dalam keadaan keseimbangan umum ini besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang terjadi akan mencerminkan pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang seimbang baik di pasar barang maupun di pasar uang. Namun, dalam ekonomi Islam, system bunga dihapuskan.

Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan investasi dan tabungan.

Dengan asumsi perekonomian tertutup, dimana ekspor adalah nol, maka pengeluaran yang direncanakan sebagai jumlah konsumsi C, investasi yang direncanakan I, dan pembelian pemerintah G.

E = C + I + G

Dimana : C = C(Y T)

Persamaan ini menunjukkan bahwa konsumsi tergantung pada pendapatan disposibel (Y T), yang merupakan pendapatan total Y dikurangi pajak T. Diasumsikan investasi yang direncanakan adalah tetap I, dan kebijakan fiskal-tingkat pembelian dan pajak pemerintah- adalah tetap G dan T. Sehingga dikombinasikan menjadi :

E = C(Y T) + I + G

Selanjutnya perekonomian berada dalam keseimbangan (equilibrium) ketika pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang direncanakan. Asumsi ini didasarkan pada gagasan bahwa ketika rencana orang-orang telah direalisasikan, mereka tidak mempunyai alasan untuk mengubah apa yang mereka lakukan. Mengingat Y sebagai GDPaktual tidak hanya pendapatan total tetapi juga pengeluaran total atas barang dan jasa, sehingga dapat ditulis kondisi keseimbangan sebagai :

Pengeluaran Aktual = Pengeluaran Yang Direncanakan

Y = E

Dapat disimpulkan, kurva IS menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk barang dan jasa. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kanan. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kiri. Menurut teori klasik di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan atau kekurangan produksi barang dalam jangka panjang. Kalau terjadi kelebihan maka dalam waktu yang tidak lama akan terjadi keseimbangan kembali. Pendapat ini didasari dengan alasan sebagai berikut:1. Berdasarkan hukum Say, seorang ahli ekonomi Perancis Jean-Baptiste Say, yang mengatakan bahwa setiap barang yang diproduksi selalu ada yang membutuhkannya (supply creates its own demand)2. Harga-harga semua barang dan jasa serta faktor produksi adalah fleksibel, dapat naik turun sesuai dengan kekuatan pasar. Bila terjadi ketidak seimbangan maka sifatnya hanyalah sementara.Hubungan faktor produksi ril dengan produksi ditunjukkan oleh fungsi produksi agregat seperti berikut:Y=f(L,K,T)Dimana Y adalah output yang ditentukan oleh faktor produksi tanaga kerja (L), modal (K) dan teknologi (T). Dalam jangka pendek modal dan teknologi dianggap kontan, artinya tidak bisa berubah karena untuk meningkatkan teknologi dan modal perlu waktu, sehingga dalam jangka pendek output hanya ditentukan oleh tenaga kerja (L). Hubungan faktor produksi (tenaga kerja) dan output ini dapat di gambarkan pada bambar 1 yang menunjukkan hubungan faktor produksi dan output. Bila pemakaian input tenaga kerja sebesar L1 maka produksi agregat adalah sebesar Y1 dan pada saat pemakaian tenaga kerja meningkat ke L2 maka produksi agregat juga meningkat ke Y2. Pemakaian tenaga kerja antara L1 dan L2 mengakibatkan penambahan produksi yang semakin berkurang untuk setiap panambahan tenaga kerja sebesar satu unit.

Gambar 1

Pada saat pemakaian tenaga kerja sebesar L1 maka produksi yang dihasilkan adalah sebesar Y1 dan untuk tenaga kerja L2 maka produksi yang dihasilkan adalah sebesar Y2. Jadi produksi atau output dalam pandangan teeori makro klasik ditentukan oleh faktor produksi rill tenaga kerja dimana supply tenaga kerja ini ditentukan oleh pasar tenaga kerja. Dari grafik tersebut jelas bahwa tingkat output ditentukan oleh faktor produksi rill semata.2 Pasar Tenaga KerjaPasar tenaga kerja tidak berbeda dengan pasar barang dan jasa. Bila harga (upah) dari tenaga kerja fleksibel maka permintaan dan penawaran tenaga kerja akan selalu seimbang. Tidak mungkin terjadi pengangguran secara suka rela (voluntarily unemployed), karena setiap orang akan bersedia bekerja dan menerima upah yang berlaku di pasar. Gambar 2 menunjukkan, bila terjadi pengurangan permintaan TK, misalnya karena resesi, dari DL1 menjadi DL2 maka upah TK turun dari W1 menjadi W2. Pengangguran ini terjadi karena supply tetap tetapi permintaan menurun. Pada tingkat upah yng rendah ada sebagian dari TK yang tidak mau bekerja (disebut menganggur sukarela = voluntary unemployed) yaitu sebesar NuNf. Tetapi pengangguran ini akan bersifat sementara karena adanya penyesuaian harga-harga barang dan jasa yang turun sehingga permintaan akan barang akan naik lagi. Naiknya produksi barang dan jasa mengakibatkan permintaan akan tenaga kerja juga naik, sehingga kegiatan ekonomi kembali normal atau kembali ke titik keseimbangan (equilibrium).

Gambar 2

Kebijakan untuk merekayasa upah, misalnya dengan menerapkan upah minimum, dengan tujuan agar pekerja lebih sejahtera akan berakhir dengan sia-sia. Upah minimum akan menyebabkan timbulnya pengangguran karena bertentangan dengan kehendak pasar. Bila ekonomi dalam keadaan full employment, dimana setiap bekerja dan produksi dalam keadaan kapasitas penuh, maka dalam keadaan seimbang permintaandan penawaran tenaga kerja adalah sama yaitu Nf, dan upaha adalah Wf. Karena adanya desakan serikat buruh maka pemerintah pemberlakukan ketentuan upah minimum yang harus dibayar oleh pengusaha, yaitu sebesar WM. Tujuan penerapan upah minimum adalah agar kelompok buruh menjadi lebih sejahtera karena mereka dibayar lebih mahal. Karena upah minimum lebih tinggi dari upah yang berlaku di pasar maka sesuai dengan hukum pasar permintaan akan turun dan penawaran naik sehingga yang terjadi justru adalah pengangguran. Gambar 3 menunjukkan pasar tenaga kerja dengan upah minimum. Pada saat ekonomi dalam keadaan full employment (semua orang bekerja) maka upah pada tingkat Wf dan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan dan diminta adalah Nf. Ketika upah dipkasa naik menjadi NM maka terjadi kelebihan penawaran dan penurunan permintaan sehinga terjadi pengangguran sebesar N1N2.Gambar 3

3. Pasar UangHubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar uang dinyatakan dengan Kurva LM. Teori preferensi likuiditas menyatakan bahwa tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan untuk aset perekonomian yang paling likuid, yaitu uang. Jika M menyatakan penawaran uang dan P menyatakan tingkat harga, maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan uang riil. Teori preferensi likuisditas mengasumsikan adanya penawaran uang riil tetap. Penawaran uang M adalah variabel kebijakan eksogen yang dipilih oleh bank sentral. Tingkat harga P juga merupakan variabel eksogen dalam model ini (dianggap tingkat harga adalah tertentu (given) karena model IS-LM menjelaskan jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap).

Semakin besar jumlah barang atau semakin mahal harga maka semakin besar pula jumlah uang yang diminta. Dalam bentuk persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut: Md=kPY

Rumus ini bararti bahwa jumlah permintaan uang ditentukan oleh output atau income (Y) dan harga barang (P) serta konstanta (k). Konstanta antara lain adalah kecepatan uang digunakan dalam transaksi, dimana k = 1/V (V adalah kecepatan uang digunakan atau turn over). Karena dalam jangka pendek income (output) dan konstanta adalah tidak berubah (tetap) maka jumlah permintaan uang akan ditentukan hanya oleh harga. Jadi permintaan uang (Md) sebanding dengan tingkat harga (P).Penawaran uang (supply) akan ditentukan oleh kebijakan moneter yang ditempuh oleh pemerintah, namun mekanisme pasar akan menyebabkan jumlah uang yang ditawarkan akan sama dengan permintaan, yaitu:Md=Ms=kPY

Kenapa kenaikan harga barang dan permintaan uang berkorelasi? Karena bila jumlah uang yang beredar bertambah maka permintaan barang akan naik juga. Konsumen atau rumah rangga yang memegang uang lebih banyak, yang berarti mempunyai income nominal lebih tinggi, akan terdorong untuk berbelanja lebih banyak. Dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak bertambah karena dibutuhkan waktu yang cukup untuk menyesuaikan kapasitas produksi dengan naiknya permintaan. Akibatnya adalah harga barang dan jasa akan naik. Dalam keadaan demikian yang terjadi adalah inflasi, yaitu naiknya harga-harga umum di pasar barang. Gambar 4

Kebijaksanaan fiskal dan moneter juga tidak ada pengaruhnya terhadap output dan employment. Peningkatan pengeluaran pemerintah misalnya hanya akan menyebabkan crowding out, yaitu naiknya suku bunga dan selanjutnya investasi akan turun sebanding dengan dengan naiknya jumlah pengeluaran pemerintah. Kebijaksanaan moneter juga tidak berpengaruh terhadap output dan employment. Tetapi pemotongan pajak (tax cut) akan berpengaruh terhadap output.4. Pasar Luar NegeriMenurut teori klasik negara tidak perlu repot untuk menyeimbangkan masalah neraca perdagangan maupun neraca pembayaran dengan melakukan kebijakan-kebijakan khusus karena semua ketidak seimbangan tersebut secara otomatis akan terkoreksi sendiri sehingga keadaan kembali ke titik equilibrium. Misalnya defisit perdagangan tidak akan terjadi terus menerus karena akan mengakibatkan nilai mata uang Rupiah rendah sehingga barang import menjadi mahal dan import akan terhenti dengan sendirinya secara otomatis. 5. Keseimbangan Pasar Barang dan Tenaga KerjaKeseimbangan pasar barang dan tenaga kerja akan menentukan jumlah produksi, tenaga kerja (employment) dan tingkat upah seperti yang terlihat pada Gambar 5.

Dengan pemakaian tenaga kerja sebesar Lf maka tingkat upah adalah sebesar Wf dan output yang dihasilkan adalah sebesar Yf. Terlihat pada grafik bahwa tidak ada yang mempengaruhi berapa besarnya produksi (output) selain dari faktor ril, dalam kasus ini, tingkat pemakaian tenga kerja. Produksi hanya dapat naik bila pemakaian faktor produksi juga dinaikkan. Uang tidak bisa mempengaruhi pemakaian tenaga kerja dan output sehingga pasar uang tidak muncul dalam Gambar 5.

6. Intervensi Pemerintah Dalam Teori KlasikPada prinsipnya teori makro klasik ini sama dengan teori pasar bebas atau pasar bersaing sempurna seperti yang ditemui dalam ekonomi mikro, dimana campur tangan pemerintah adalah minimal. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam pasar bebas bila masyarkat dibiarkan berusaha tanpa diintervensi akan menghasilkan kemakmuran bersama. Dalam situasi yang demikian apa peran pemerintah? Peran pemerintah terutama adalah membuat persaingan bebas berjalan secara baik, adil dan fair. Teori Ekonomi Makro KeynesianJohn Maynard Keynes tampil dengan pemikiran yang menawarkan solusi terhadap depressi yang bekepanjangan. Teori yang kemudian disebut dengan teori ekonomi makro Keynesian ini dapat dikatakan sebagai jalan tengah antara dua ekstrim klasik yang liberal dengan sistem socialist yang kaku dan sangat sarat dengan campur tangan pemerintah.Menurut teori Keynesian asumsi dasar teori ekonomi klsasik adalah tidak benar. Asumsi bahwa ekonomi bekerja penuh atau full employment, tingkat harga yang fleksibel dan informasi yang dimiliki secara sempurna adalah tidak benar atau bertentangan dengan realitas dan tidak akan pernah tercapai dalam jangka pendek bahkan juga dalam jangka panjang.Teori Keynesian ini adalah jalan tengah antara teori Klasik yang tidak meinginkan campur tangan pemerintah sama sekali dan Sosialis yang esktrim menginginkan campur tangan pemerintah dalam setiap aspek ekonomi negara. Sistem sosialis hanya memberikan sedikit ruang tersisa bagi masyarakat untuk berkiprah, berkreatifitas dan mengatur diri sendiri. Kaum sosialis menyalahkan para kapitalis sebagai penyebab terjadinya krisis dan depressi yang panjang di Eropa. Selama kaum kapitalis dengan pasar bebasnya dibiarkan terus mengatur ekonomi dan menguasai pasar maka selama itu pula krisis ekonomi akan selalu menghantui dan mengintip terus. Hal ini karena kapitalis hanya mementingkan diri sendiri, mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk diri sendiri tanpa menghiraukan orang lain yang miskin dan lemah. Untuk mengatasi keadaan maka sosialis mengusulkan agar semua faktor-faktor produksi tidak lagi dikuasai oleh swasta tetapi dikuasai dan diatur oleh negara. Konsekuensinya produksi tidak lagi dikuasai oleh swasta tetapi diberikan kepada pemerintah untuk mengaturnya dengan prinsip mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara diatas kepentingan segala-galanya.Sebagai jalan tengah Keynes mengusulkan agar orang bersedia meninggalkan ideologi laissez faire yang murni yang terkandung dalam teori ekonomi klasik. Artinya pemerintah tidak bisa lagi berpangku tangan membiarkan pihak swasta dan masyarakat berjalan sendiri tetapi pemerintah harus berperan aktif membantu menggerakkan roda perekonmian. Walaupun faktor produksi dan proses produksi sendiri masih tetap dimiliki dan dikendalikan oleh pihak swasta tetapi pemerintah harus aktif dalam mempengaruhi pergerakan ekonomi .Teori Keynesian juga berpendapat bahwa pasar barang, pasar uang, tenaga kerja dan pasa luar negeri, semuanya saling terkait satu sama lain sehingga apapun yang terjadi pada salah satu pasar akan berdampak pada pasar yang lain. Disequilibrium pada pasar uang dengan cepat akan merambat ke pasar barang seperti yang dialami Indonesia pada waktu krisis ekonomi pertengahan tahun 1997.

1. Pasar barangPerbedaan pasar barang menurut Keynesian dengan klasik terletak pada Hukum Say bahwa permintaan sama dengan penawaran sehingga tidak akan terjadi kelebihan atau kekurangan permintan atau penawaran. Menurut Keynesian permintaan barang tidak selalu sama dengan penawaran karena tidak semua income dibelanjakan tetapi sebagian dari pendapatan tersebut akan disimpan dalam bentuk tabungan (saving). Tabungan tidak menambah permintaan efektif terhadap barang dan jasa kalau tidak segera diinvestasikan sehingga akan terjadi kelebihan stok barang atau kelebihan produksi barang (penawaran). Apa akibat dari ketidakseimbangan permintaan dengan penawaran ini terhadap perekonomian negara? Ada dua akibat yang akan terjadi.Pertama, para produsen akan mengurangi jumlah produksi mereka pada tahun atau periode berkutnya, artinya output atau GDP akan berkurang pada tahun berikutnya. Bila output berkurang maka dampaknya akan sangat serius terhadap variabel makro karena income, lapangan pekerjaan, konsumsi, investasi dan seterusnya akan menurun.Kedua, akbat dari turunnya GDP dan income maka harga-harga akan turun karena turunnya permintaan akibat penurunan income. Apabila harga-harga (harga barang dan harga tenaga kerja) tidak kaku tetapi fleksibel dan turun sebanding dengan penuruan income, seperti yang diasumsikan oleh teori Klasik, maka keadaan down turn ini tidak akan berlangsung lama karena harga yang turun akan kembali mendorong naiknya permintaan (sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran). Naiknya permintaan akan mendorong produsen kembali menggenjot produksi mereka dan keadaan terpuruk akan segera terkoreksi kembali. Pabrik dan industri tidak akan tutup sehingga para buruh tidak banyak yang kena PHK. Berbeda dengan teori Klasik yang mengasumsikan harga-harga adalah fleksible, kenyataannya menurut Keynes, harga-harga adalah tidak fleksible tetapi kaku (rigid), tidak mau turun. Akibatnya permintaan akan turun dan produksi tidak akan naik sehingga ekonomi akan terjebak pada resesi atau depresi.Keadaan sebaliknya bisa juga terjadi yaitu terjadinya kelebihan permintaan dan kekurangan produksi. Misalnya produsen membuat perhitungan yang optimis dengan menambah investasi sehingga permintaan aggregate naik (ingat investasi adalah komponen Aggregate Demand). Bila kapasitas terpasang pabrik sudah penuh maka tidak akan terjadi peningkatan produksi sehingga produksi berkurang dan sementara permintaan naik. Kenaikan permintaan dan kekurangan produksi ini akan ditransmisikan kedalam inflasi.

2. Pasar UangPerbedaan teori Klasik dan Keynesian dalam hal uang adalah, dan ini yang merupakan perbedaan besar, Keynesian tidak setuju dengan pendapat bahwa permintaan uang hanya ditentukan oleh kebutuhan transaksi dimana transaksi ini dipengaruhi oleh volume barang, harga barang dan kecepatan perputaran uang. Menurut Keynesian permintaan uang ditentukan oleh tiga faktor yaitu:a) kebutuhan transaksi (transaction motive), yaitu Y, P dan k.b) kebutuhan untuk berjaga-jaga (precautionary motive) danc)kebutuhan untuk berspekulasi (speculation motive) atau investasi.. Jadi jumlah kekayaan finansial seseorang adalah penjumlahan dari uang dengan aset lain seperti persamaan sebagai berikut:

Md + Bd = FW Dimana Md adalah permintaan terhadap uang, Bd permintaa terhadap aset lain dan FW total nominal kekayaan finansial. Persamaan diatas berarti permintaan uang dibatasi oleh ketersediaan kekayaan finansial. Jumlah permintaan uang maksimal adalah sama dengan jumlah kekayaan finansial dan permintaan terhadap obligasi menjadi nol. Ini berarti keseimbangan di pasar uang otomatis juga berarti keseimbangan di pasar obligasi. Permintaan terhadap uang ditentukan oleh dua faktor, pertama, pendapatan (income) karena seseorang memegang uang adalah untuk transaksi sedangkan volume transaksi ditentukan oleh pendapatan. Selain itu adalah kebutuhan untuk berjaga-jaga yang juga ditentukan oleh pendapatan. Kebutuhan berjaga-jaga misalnya adalah kebutuhan uang bila jatuh sakit yang memerlukan uang secara mendadak. Semakin tinggi income seseorang maka semakin tinggi pula kebutuhan untuk berjaga-jaga sehingga kebutuhan uangnya juga semakin tinggi. Kedua, permintaan uang ditentukan juga oleh tingkat bunga (interest rate) aset lain. Semakin tinggi bunga atau pendapatan yang diberikan oleh aset lain maka semakin tinggi pula permintaan terhadap aset lain tersebut sehingga permintaan terhadap uang semakin rendah. Bila hubungan antara income dan permintaan uang adalah positive atau berbanding lurus maka hubungan antara permintaan uang dan bunga aset lain adalah negative atau hubungan terbalik. Artinya bila bunga aset lain tinggi maka permintaan terhadap uang rendah, dan sebaliknya bila bunga aset lain rendah maka permintaan terhadap uang menjadi tinggi. Bunga atau pendapatan yang hilang akibat memegang uang tersebut merupakan biaya memegang uang. Persamaan berikut menyatakan faktor yang mempengaruhi permintaan uang tersebut.

Md = kY bi

Secara grafik permintaan uang dapat dilihat pada Gambar 6. Bila pendapatan naik, misalnya dari Y0 ke Y1 maka permintaan akan uang juga naik dari M0 menjadi M1. Atau bila bunga (i0) turun, dengan asumsi income tetap pada Y0, maka permintaan uang juga akan naik. Sampai disini belum ada spekulasi masuk dalam kerangka analisa kita. Berikut akan kita bahas tentang spekulasi dan kaitannya dengan permintaan terhadap uang.

Bila pendapatan naik, misalnya dari Y0 ke Y1 maka permintaan akan uang naik dari M0 ke M1. Permintaan uang juga naik bila bunga turun, dengan pendapatan tetap, karena hubungan bunga dan Md adalah negatif. Menurut Keynes orang bisa berspekulasi mengenai perubahan tingkat bunga diwaktu yang akan datang dan hubungannya dengan permintaan uang. Bila tingkat bunga rendah (sekarang) ada harapan bahwa bunga akan naik diwaktu yang akan datang. Bila bunga rendah maka harga aset lain (dalam hal ini obligasi) adalah tinggi. Bila ada harapan bunga akan tinggi (sekarang bunga masih rendah) berarti ada harapan harga obligasi akan turun. Turunnya harga obligasi akan mengakibatkan pemegang obligasi menderita kerugian (capital loss). Sebelum harga turun maka orang akan menjual obligasi tersebut untuk menghndari kerugian, dan ini berarti orang melepas obligasi dan meminta uang sehingga permintaan terhadap uang menjadi naik.Dapat disimpulkan bila bunga rendah (harga obligasi lama tinggi) maka mengakibatkan dua hal yaitu, adanya potensi kerugian yang akan diterima pemegang obligasi berupa capital loss seperti yang diuraikan diatas, karena ada kemungkinan bunga akan naik kembali sehingga orang menjual obligasi dan mendapatkan uang, dan kedua, rendahnya bunga obligasi menyebabkan berkurangnya minat untuk membeli obligasi yang baru sehingga permintaan terhadap obligasi turun dan permintaan terhadap uang naik. Secara mudah hubungan ini dapat dipahami dari persamaan 4.2 diatas.Bunga adalah penerimaan atau yield dari obligasi. Dalam perkembangan selanjutnya uang sekarang juga memberikan yield atau disebut dengan bunga uang seperti bunga tabungan, deposito dan lain-lain walaupun besarnya jauh lebih rendah dari penerimaan yang diberikan oleh obligasi atau asset lain selain uang. Selain dari bunga tabungan, ada pula bunga pinjaman, yaitu bunga yang dibebankan oleh bank kepada si peminjam. Bunga pinjaman ini tentu lebih tinggi dari bungan tabungan karena selisihnya merupakan keuntungan usaha bagi bank. Jadi bila kita menyebut bunga maka pengertiannya ada dua yaitu pertama bunga asset lain seperti obligasi atau saham dan kedua bunga uang. Kedua jenis bunga ini mempunyai implikasi yang sama terhadap harga obligasi (hubungan bunga dan harga obligasi) dan terhadap permintaan uang. Artinya yang dimaksud dengan bunga pada rumus 2 tersebut dapat berupa bunga uang dan dapat pula bunga obligasi karena implikasinya terhadap harga saham dan permintaan uang adalah sama.Sebagai ilustrasi, bila bunga naik maka permintaan akan uang turun. Kenapa? Karena biaya uang semakin mahal untuk dipertahankan sehingga lebih baik mengurangi jumlah uang yang ada. Kelebihan uang ini akan dialihkan ke aset lain selain uang seperti obligasi dan saham, karena harganya relatif murah (ingat, hubungan negatif dengan tingkat bunga) dan diharapkan akan memberikan keuntungan yang lebih tinggi karena bunga akan turun dan harga saham akan naik. Pada saat bunga tinggi harga saham rendah maka kesimbangan kekayaan finansial (persamaan1) juga mengalami perubahan, dimana Md menurun dan Bd naik.

3. Bunga dan Keseimbangan Pasar UangPerbedaan lain dengan teori klasik adalah teori Keynesian berpendapat bahwa uang mempunyai harga yang dinyatakan dengan bunga (interest). Besarnya harga uang atau bunga ini ditentukan oleh supply dan demand uang, seperti halnya supply dan demand pada pasar barang dan pasar tenaga kerja. Penawaran uang ditentukan oleh pemeritah dalam hal ini Bank Sentral (Bank Indonesia) dan ini sama dengan jumlah uang yang beredar. Sedangkan permintaan uang ditentukan oleh rumah tangga, pelaku bisnis dan pelaku ekonomi lainnya yang membutuhkan uang dimana permintaan terhadap uang tersebut dikategorikan kepada tiga macam seperti yang telah diuraikan diatas. Dengan demikian keseimbangan bunga di tentukan oleh supply dan demand dari uang atau obligasi. Keseimbangan bunga ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 tentangkeseimbangan bunga dicapai ketika supply uang sama dengan permintaan uang. Supply uang diasumsikan tetap dan diatur oleh kebijakan pemerintah. Bila supply uang naik, misalnya dari Ms0 ke Ms1, dan income tetap maka bunga akan turun dari i 0 ke i 1. Bila supply uang sama dengan permintaan uang maka bunga dalam keadaan seimbang. Ini juga berarti bila bunga seimbang maka pasar uang juga dalam keadaan seimbang. Perobahan supply atau demand terhadap uang akan merobah keseimbangan pasar uang dan tingkat bunga. Misalnya, bila pemerintah memutuskan untuk menaikan supply uang sementara pendapatan masyarakat tetap maka bunga akan turun.

Ilustrasi 1. Aset dan Surat-Surat BerhargaAssets dibagi atas dua bagian besar, asets finansial atau kekayaan non finansial (tidak nyata, intangible) dan aset real atau yang nyata (tangibel assets). Aset finansial dapat pula dibagi atas dua macam yaitu: uang beserta dengan giro dan deposito dan aset finansial selain uang. Aset real adalah aset nyata berupa barang yang dimiliki oleh seseorang. Dalam bentuk persamaan aset dapat ditulis sebagai berikut:Total Asset = Aset Finansial (lancer) + Aset Real (tidak lancar)

Aset Finansial = Uang + Selain Uang Yang termasuk dalam aset finansial adalah uang, giro, deposito, dan aset finansail selain uang seperti obligasi, saham dan surat-surat berharga lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah dan perusahaan. Aset real contohnya adalah tanah, rumah, mobil dan barang-barang lainnya. Alokasi jumlah uang dan selain uang akan tergantung dengan tingkat pendapatan yang diberikan oleh masing-masing jenis aset kepada pemilik aset.

b. Uang, Giro dan DepositoUang, tabungan dan giro adalah asset yang paling lancar karena dapat segera digunakan bila diperlukan. Uang terdiri dari uang kertas dan koin. Pemegang uang dan giro tidak mendapatkan penghasilan atau bunga dari uang atau giro yang dipegangnya, kecuali hanya kenyamanan dalam melakukan transaksi. Sedangkan tabungan memberikan bunga tetapi sangat rendah dibandingkan, misalnya dengan deposito. Deposito adalah tabungnan berjangka, hanya dapat dicairkan setelah jangka waktu tertentu, misalnya setelah 3 bulan dan mendapatkan sejumlah bunga tertentu. Jadi deposito tidak selancar uang karena tidak dapat digunakan sewaktu-waktu.

c. Obligasi (bonds)Obligasi adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan sebagai pengakuan berhutang kepada pemegang obligasi dan berjanji membayar kepada pemegang obigasi sejumah bunga tertentu per periode tertentu (misalnya per tahun) plus hutang pokok (principle) pada saat jatuh tempo (misalnya setelah 10 tahun). Uang hutang hasil penjualan obligasi ini menjadi pemasukan bagi pemerintah, disamping pajak, yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Bagi perusahaan akan digunakan untuk investasi dan pengembangan perusahaan.Ada obligasi yang membayarkan bunga selama waktu yang tidak terbatas dan pemerintah sebagai yang penerbit obligasi tidak perlu membayar hutang pokok, artinya pemegang obligasi meminjamkan uang selamanya kepada pemerintah atau perusahaan. Hal ini sama dengan seseorang yang menabungkan uangnya di bank untuk selamanya. Obligasi ini disebut juga perpetuity.

d. Saham (Stocks)Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan si pemegang saham berhak atas sebagian kepemilikan dan sebagian keuntungan dari perusahaan tersebut. Pemilik saham mendapatkan keuntungan setiap tahun yang disebut dividen yang jumlahnya tergantung dengan kinerja perusahaan. Disamping itu pemegang saham juga dapat tambahan nilai saham (capital gain) bila perusahaan menunjukkan kinerja .Bila perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau kinerjanya memburuk maka pemegang saham juga menanggung resiko dengan menanggung kerugian (capital loss) dan tidak mendapat dividen. Di Indonesia saham ini diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakata Stock Exchanges.

e. Assets RealYang dimaksud dengan asset real disini adalah berupa tangible assets atau aset yang nyata secara fisik seperti mesin, tanah, rumah, ruko, dan lain-lain yang dimiliki oleh perusahaan atau aset real berupa barang konsumsi rumah tangga, consumer durables, seperti mesin cuci, mobil, rumah tempat tinggal, stereo, dan lain-lain yang dimiliki oleh konsumen atau rumah tangga. Semua aset ini memberikan penghasilan langsung maupun tidak langsung kepada pimiliknya. Individu yang memiliki rumah menikmati hidup yang lebih tenang di rumah sendiri karena tidak perlu repot memikirkan sewa rumah tiap bulan. Ruko yang disewakan memberikan income secara langsng kepada pemiliknya berupa uang sewa tiap tahun atau tiap bulan.Nilai dari saham tidak bisa dimasukkan sebagai kekayaan real (tangible assets) karena saham adalah klaim terhadap sebagian kepemilikan perusahaan yang secara fisik dimiliki oleh perusahaan. 4. Pasar Tenaga KerjaBerbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel, maka menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga permitaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga penganguran sering terjadi. Menurut Keynesian penganguran bisa terjadi terus menerus dan jenis pengangguran tersebut ada tiga macam:a). Pengangguran karena adanya pergeseran tingkat oputput dari berbagai sektor dan ini bersifat sementara (frictional unemployment).b). Pengangguran musiman, yang jumlahnya tergantung dengan musim (seasonal unemployment).

c). Pengangguran yang dibuat (institutional unemploymen).Pengangguran pergeseran (frictional) adalah pengangguran yang disebabkan karena adanya perobahan struktur dalam ekonomi dan orang-orang berpindah dari satu pekejaan ke pekerjaan lain. Masa transisi perpindahan pekerjaan ini menyebabkan timbulnya pengangguran sementara. Misalnya ada suatu industri yang tutup karena tidak efisien lagi untuk diteruskan sehingga orang-orang harus mencari pekerjaan baru. Proses mencari pekerjaan baru memerlukan waktu dan bahkan adakalanya pekerja tersebut harus dilatih kembali untuk memsuki lapangan pekerjaan baru. Pengangguran institusinal adalah pengangguran yang timbul akibat adanya kebijakasanaan pemerintah seperti upah minimum yang menyebabkan permintaan terhadap tanaga kerja berkurang. Sementara itu penawaran kerja dari pencari kerja cukup banyak sehinga timbul pengangguran. Timbulnya ketiga jenis penganguran tersebut diatas disebabkan oleh karena tidak fleksibelnya harga-harga, termasuk harga tenaga kerja (upah) dan lambatnya reaksi rasional dari para pelaku ekonomi sehingga tidak terjadi full employment. Tidak full employment berarti akan ada orang yang tidak mendapatkan pekerjaan. Keadaan ini dapat dilihat pada Gambar 3.3 pada Bab 3.Pada keadaan full employment, semua orang bekerja dan tidak ada pengangguran. Permintaan dan penawaran tenaga kerja berada pada titik Nf dengan tingkat upah sebesar Wf. C. Keseimbangan Antara Penawaran Agregat (AS) dan Permintaan Agregat (AD)1. Keseimbangan Jangka PendekKeseimbangan jangka pendek antara penawaran agregat dan permintaan agregat ditunjukkan dengan gambar 8 sebagai berikut :

Gambar 8: Keseimbangan AS - AD dalam Jangka PendekDari gambar diatas terlihat bahwa keseimbangan antara AS dan AD dalam jangka pendek terjadi pada titik E. yang merupakan titik per-potongan kedua kurva tersebut. Pada tingkat keseimbangan itu, output = YN dan tingkat harga = pq. Kalau perekonomian berada pada tingkat harga di atas tingkat harga keseimbangan, misalnya P1, maka jumlah output yang didapatkan pada titik D adalah lebih besar daripada output yang diminta pada titik B. Pada kondisi tersebut, artinya pada tingkat harga P1, orang akan berlomba-lomba untuk menjual lebih banyak barang dan jasa daripada apa yang ingin dibeli orang lain (dalam kondisi ini terjadi kelebihan penawaran atau excess supply), dan harga barang-barang dan jasa akan turun dan oleh karenanya tingkat harga agregat juga akan turun pula. Penurunan harga ini akan terus terjadi hingga mencapai tingkat harga keseimbangan yaitu P0 pada titik E.Apabila tingkat harga berada di bawah tingkat harga, misalnya P2, maka disini akan terjadi ketidakseimbangan dimana output yang diminta adalah lebih besar daripada jumlah output yang (artinya terjadi kelebihan permintaan atau excess demand). Dalam kondisi yang demikian, tingkat harga akan naik karena orang ingin untuk membeli lebih banyak barang daripada yang ditawarkan orang lain. Kenaikan harga ini akan terus berlangsung sampai mencapai kembali tingkat harga keseimbangan (P0) di titik E.

2. Keseimbangan Jangka PanjangKeseimbangan jangka panjang antara permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) ditunjukkan oleh gambar 7.5 berikut. Pada gambar bawah ini ditunjukkan dimana keseimbangan mula-mula terjadi di atas tingkat output natural rate (above full employment output), yaitu pada titik A, yang merupakan titik perpotongan antara SRAS0 dengan AD. Karena tingkat output (Y0) keseimbangan lebih besar daripada tingkat output kesempatan kerja penuh (natural rate, YN), maka pengangguran yang terjadi (aktual) akan menjadi lebih kecil daripada tingkat pengangguran alamiah (natural rate level) dan kekakuan berlebihan (excessive tightness) terjadi di pasar tenaga kerja. Kekakuan di pasar tenaga kerja tersebut akan mendorong upah atau biaya tenaga kerja mengalami, dan menggeser kurva SRAS ke dalam yaitu ke SRAS1. Oleh karena itu, keseimbangan kini berada pada titik B dan output turun ke Y1. arena output agregat (Y) masih di atas tingkat alamiah yaitu Y1 > YN, maka upah terus naik. yang pada akhirnya menggeser kurva SRAS ke SRAS2. Keseimbangan tercapai di titik C yaitu pada garis vertikal YN dan sekaligus merupakan titik keseimbangan jangka panjang. Karena output berada pada tingkat alamiah, maka tidak akan terdapat tekanan lebih lanjut atas upah untuk naik dan begitu juga kecenderungan lebih lanjut bagi kurva SRAS untuk bergeser.Keadaan dalam gambar 9 menunjukkan bahwa perekonomian tidak an tetap pada tingkat output yang lebih tinggi daripada tingkat alamiah (natural rate) sebab kurva SRAS akan bergeser ke dalam (ke kiri), menaikan tingkat harga, dan menyebabkan perekonomian bergerak ke atas sepanjang kurva AD sampai mencapai titik C pada garis vertikal pada tingkat output alamiah (YN), yang merupakan titik keseimbangan jangka panjang. Garis vertikal tersebut menunjukkan jumlah output yang ditawarkan di dalam jangka panjang untuk setiap tingkat harga, dan dapat kita sebut sebagai kurva pena-agregat jangka panjang (LRAS).

Pada gambar 10, ditunjukkan dimana keseimbangan terjadi di bawah output tingkat alamiah (below full employment output). Karena pengangguran aktual lebih tinggi daripada tingkat pengangguran alamiah (natural rate of employment), maka upah akan turun, yang selanjutnya menggeser kurva SRAS ke luar atau ke kanan sampai mencapai SRAS2. Perekonomian bergerak turun sepanjang kurva AD sampai mencapai keseimbangan jangka panjangnya yaitu di titik C, yang merupakan titik perpotongan antara kurva AD dan kurva SRAS pada YN. Di sini seperti halnya pada gambar 9, perekonomian akan berhenti ketika output telah kembali lagi ke tingkat alamiah (natural rate).

Gambar 9. Keseimbangan mula-mula di mana Y > YN

Gambar 10. Keseimbangan mula-mula dimana Y < YN

3. Pergeseran Kurva Permintaan AgregatEfek dari pergeseran ke luar (outward shift) di dalam kurva AD yang disebabkan antara lain oleh kenaikan di dalam jumlah uang beredar (Ms 1), kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G(), kenaikan di dalam ekspor netto (Xn(), penurunan di dalam pajak (T), atau kenaikan di dalam kemauan ;dari konsumen dan dunia bisnis untuk membelanjakan karena mereka menjadi lebih optimistik (C(. I(), ditunjukkan oleh gambar 11.

Keadaan perekonomian mula-mula berada pada keseimbangan jangka panjang di titik A, dimana kurva permintaan agregat mula-mula adalah AD0 berpotongan dengan kurva SRAS pada YN. Ketika kurva AD bergeser ke luar ke AD1, maka perekonomian akan bergerak ke titik A1, dimana, baik output (Y) maupun tingkat harga (P) mengalami kenaikan, yaitu masing-masing menjadi Y1 dan P1. Namun demikian, perekonomian tidak akan tetap pada titik B, sebab tingkat output (YN) itu berada di atas tingkat alamiah (YN), sehingga hal ini akan mendorong upah naik, yang selanjutnya menggeser kurva SRAS ke dalam yaitu ke SRAS1, dimana pada akhirnya akan berhenti, artinya tidak akan mengalami pergeseran lagi. Jadi, kurva AD akan bergeser dari AD0 ke AD1, yang berarti titik keseimbangan perekonomian berpindah dari titik A ke titik B yang merupakan titik perpotongan antara kurva AD] dan kurva LRAS atau garis YN. Pergeseran kurva AD dari AD0 ke AD1 tersebut menyebabkan output turun kembali pada tingkat alamiah (YN), tetapi tingkat harga mengalami kenaikan dari P1 ke P2.

Gambar 11. Respon Output dan Tingkat Harga Terhadap Pergeseran Kurva AD4. Pergeseran Kurva Penawaran AgregatTidak hanya pergeseran di dalam kurva AD yang dapat menjadi sumber fluktuasi di dalam output agregat (siklus bisnis), tetapi juga bisa terjadi karena pergeseran di dalam kurva penawaran agregat. Kurva penawaran agregat dapat bergeser karena faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi, sebagai berikut :(1) Kekakuan Pasar Tenaga KerjaKetika output agregat berada di atas tingkat output natural rate (Y > Yn), maka kurva penawaran agregat (SRAS) akan bergeser ke dalam atau ke kiri, ketika output agregat berada di bawah tingkat output alamiah (Y < Yn), maka kurva SRAS akan bergeser ke luar atau ke kanan.(2) Tingkat Harga yang DiharapkanPerubahan di dalam tingkat harga yang diharapkan (expected price level) akan menyebabkan kurva SRAS bergeser ke kanan atau ke kiri, semakin besar kenaikan yang diharapkan di dalam tingkat harga (yaitu semakin tinggi tingkat harga yang diharapkan), maka semakin besar pergeseran dalam dari kurva SRAS tersebut.(3) Dorongan UpahKeberhasilan para pekerja untuk mendorong upah (wages push) naik akan menyebabkan kurva SRAS bergeser ke dalam (inward shift) atau ke kiri .

(4) Perubahan dalam Biaya Produksi yang Tidak Terkait dengan UpahSuatu guncangan penawaran yang negatif (negative supply shock) yang menaikan biaya produksi akan mendorong kurva SRAS bergeser ke dalam atau ke kiri, sementara suatu guncangan penawaran yang positif (positif supply shock) yang menurunkan biaya produksi akan menggeser kurva SRAS ke luar.Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva penawaran agregat tersebut dapat disimak lebih jauh melalui tabel berikut.Faktor Pergeseran di dalam Kurva AS

Y > YnKe kiri

Y < YnKe kanan

Tingkat Inflasi yang diharapkan (Ke kiri

Dorongan UpahKe kiri

Guncangan penawaran yang negativeKe kanan

Guncangan penawaran yang positifKe kiri

Mishkin (1992), The Economics of Money, Banking and Financial Markets, p. 619Selanjutnya, dapat ditunjukkan bagaimana respons output agregat dan tingkat harga apabila terjadi pergeseran kurva SRAS. Misalkan perekonomian mula-mula berada pada tingkat output natural rate yaitu di titik A. Ketika kurva penawaran agregat (SRAS) mengalami pergeseran dari SRAS0 ke SRAS1 yang disebabkan oleh adanya guncangan penawaran yang negatif (negative supply shock), maka perekonomian akan bergerak dari titik A ke titik B, dimana tingkat harga naik tetapi output agregat turun. Situasi dimana harga naik tetapi output agregat turun, disebut dengan istilah stagflasi (stagflation) yaitu kombinasi antara stagnasi (pengangguran) dan inflasi yang tinggi, ditunjukkan dengan gambar 12. berikut.

Gambar 12. Respon Output Agregat dan Tingkat Harga terhadap Pergeseran dalam Kurva SRAS

Pada titik B dalam gambar 12 tersebut, output nasional (aggregate output) di bawah tingkat output alamiah (Y < YN), sehingga upah turun dan menggeser kurva SRAS kembali ke SRAS0. Sebagai akibatnya, perekonomian bergerak ke bawah sepanjang kurva AD (asumsi kurva-kurva AD tetap pada posisi yang sama) kembali pada posisi keseimbangan jangka panjang yaitu di titik A. Kesimpulannya, pada waktu terjadi pergeseran ke dalam (inward shift) dari kurva SRAS dimana mula-mula menaikkan tingkat harga dan menurunkan output agregat, maka efek akhir (final effect)-nya output dan tingkat harga akan kembali pada tingkat alamiah, artinya tidak mengalami perubahan.

D. Penawaran Agregat dan Permintaan Agregat: Pandangan Klasik Versus Pandangan Keynes

1. Pandangan Kaum KlasikModel Klasik didasarkan pada asumsi bahwa perekonomian beroperasi ibarat sebuah mekanisme yang dapat melakukan pengaturan, penyesuaian, atau koreksi secara otomatis (self-regulating, self-adjusting, atau self-correcting), dan cenderung bergerak menuju kepada keseimbangan pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment level). Mengenai faktor yang mempengaruhi permintaan agregat (AD) menurut pandangan kaum Klasik secara aktual hanyalah faktor jumlah uang beredar (money supply). Perubahan di dalam jumlah uang beredar menurut mereka akan menciptakan perubahan di dalam permintaan agregat.

Kebijakan fisikal (perubahan di dalam pengeluaran pemerintah dan/ atau pajak) menurut kaum Klasik tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan output. Hal tersebut disebabkan karena adanya crowding-out effect dari ekspansi fiskal terhadap investasi swasta. Kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G) atau penurunan di dalam pajak (T) menurut kaum Klasik akan menyebabkan tingkat bunga naik, yang pada gilirannya menurunkan investasi swasta (I), dan bahkan juga pengeluaran konsumsi (C).

Sedangkan menyangkut penawaran agregat (AS), kaum Klasik tidak membuat pembedaan antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva penawaran jangka panjang (LRAS). Bagi kaum Klasik hanya ada satu kurva penawaran agregat yaitu kurva penawaran agregat yang tegak lurus atau vertikal, yang menunjukkan bahwa jumlah output barang dan jasa yang sama akan ditawarkan berapapun harganya. Dengan perkataan lain, jumlah output barang dan jasa yang ditawarkan itu tidak bergantung pada tingkat harga. Kurva penawaran agregat kaum Klasik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada keseimbangan dengan kesempatan kerja (employment) berada dalam kondisi full employment (Dornbusch ct.al, 2001). Dalam pandangan kaum Klasik, kurva SRAS selalu bergerak ke arah tingkat output full employment untuk berpotongan dengan kurva LRAS pada titik yang sama dengan titik perpotongan antara kurva AD dan kurva LRAS. Dengan perkataan lain, keseimbangan ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan agregat (AD) dengan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS). Di dalam model makroekonomi Klasik, keseimbangan terjadi dimana kekuatan permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) adalah seimbang. Permintaan agregat menurut kaum Klasik hanya bergantung pada jumlah uang beredar (Ms), sedangkan penawaran agregat (AS) bergantung pada tingkat teknologi dan sekaligus merupakan tingkat output atau GNP riil kesempatan kerja penuh (full employment level of real GNP).

2. Pandangan KeynesDi dalam model makroekonomi Keynes. faktor paling penting yang menentukan tingkat permintaan agregat (AD) adalah kebijakan fiskal (fiscal 101 icy). Sedangkan kebijakan moneter atau perubahan dalam jumlah uang beredar (money supply) menurut Keynes pengaruhnya terhadap permintaan agregat adalah lemah dan bahkan dapat dikatakan tidak ada. Di dalam model Keynes, perubahan dalam jumlah uang beredar mempengaruhi permintaan agregat melalui efeknya atas investasi. Pengaruh jumlah uang beredar terhadap investasi bersifat tidak langsung (indirect), yaitu melalui tingkat bunga. Menurut Keynes, suatu kenaikan di dalam jumlah uang beredar tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap penurunan dalam tingkat bunga dan tingkat bunga itu sendiri menurut Keynes pengaruhnya terhadap investasi ialah lemah.

Sedangkan berkaitan dengan penawaran agregat. Keynes dan pengikut-pengikutnya (Keynesian) mengatakan bahwa kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) adalah horisontal (perfectly elastic), yang berarti bahwa suatu jumlah output riil akan ditawarkan pada suatu tingkat harga tertentu. Dengan perkataan lain, perusahaan akan menawarkan berapapun jumlah barang yang minta pada tingkat harga yang berlaku. Pemikiran yang melandasi kurva penawaran agregat Keynes dan pengikutnya (Keynesian) disebabkan oleh terdapatnya pengangguran, perusahaan dapat memperoleh sebanyak mungkin kerja pada tingkat upah yang berlaku. Biaya produksi rata-rata mereka ya diasumsikan tidak berubah walau terjadi perubahan dalam tingkat outputnya. Mereka akan menawarkan berapapun yang diminta pada tingkat harga yang berlaku (Dornbusch, et. al, 2001). Kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply curve, SRAS) menurut Keynes hanya akan bergeser secara perlahan apabila suatu perekonomian berada di luar tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). Pergeseran lamban dari kurva penawaran agregat jangka pendek menurut Keynes terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan upah dan harga yang lamban (ingat asumsi sticky prices and wages). Menurut model Keynes, kalau jumlah pengangguran besar (berada di atas natural rate), akan menyebabkan atau mendorong penyesuaian yang sangat lamban di dalam upah relatif terhadap harga-harga. Hal yang sama terjadi apabila jumlah pengangguran berada bawah tingkat alamiah dimana tekanan bagi upah untuk meningkat lebih kecil sekali.Secara grafik, pandangan kaum Klasik dan Keynes tentang penawaran agregat dan permintaan agregat, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 13. Kurva AS dan AD Klasik

Gambar 14. Kurva AS dan AD Keynes

Dari gambar 13 di atas ditunjukkan bahwa permintaan agregat Klasik merupakan fungsi dari jumlah uang beredar (Ms). Dengan perkataan lain, p ubahan permintaan agregat (AD) hanya akan terjadi kalau terjadi perubahan di dalam peubah jumlah uang beredar (money supply). Only monetary factors the classical aggregate demand curve. Sedangkan dalam gambar 7.8.b. ditunjukkan bahwa permintaan agregat (AD) tidak hanya dipengaruhi oleh bah jumlah uang beredar (Ms), tetapi juga dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah (G0), investasi otonom (I0), dan pajak (T0). Perbedaan faktor tertentu permintaan agregat di dalam model Klasik dan Keynes menghasilkan keadaan penting di dalam penjelasan mereka menyangkut sumber-sumber instabilitas di dalam perekonomian dan jenis kebijakan stabilitas yang harus diambil untuk mengatasi instabilitas tersebut (Froyen, 1996 : 215-216).Di dalam pandangan Klasik, .tidak diperlukan kebijakan pemerintah .k menstabilkan permintaan agregat di dalam menghadapi instabilitas investasi. Untuk tingkat stok uang (Ms) tertentu, kurva permintaan agregat urut kaum Klasik, tidak akan terpengaruh oleh perubahan otonom di dalam investasi atau oleh perubahan-perubahan di dalam peubah kebijakan fiskal. Sumber utama instabilitas di dalam permintaan agregat menurut Klasik adalah berasal dari perubahan di dalam jumlah uang beredar. Oleh karena itu, untuk mengurangi instabilitas di dalam permintaan agregat atau perekonomian, caranya menurut kaum Klasik adalah menciptakan stabilitas moneter (stable money). Dengan perkataan lain, kebijakan fiskal itu sendiri tidak cukup efektif dalam menciptakan stabilitas. kalau tidak diikuti dengan kebijakan moneter (stabilitas moneter).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurva LMAdapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurva LM adalah sebagai berikut :

1. Jumlah uang beredar (money supply). Kalau jumlah uang yang beredar (Ms) bertambah, kurva LM akan bergeser ke kanan, sebaliknya apabila jumlah uang beredar (Ms) berkurang kurva LM akan bergeser ke kiri.2. Permintaan uang (money demand). Apabila permintaan uang (Md) mengalami kenaikan, maka kurva LM akan bergeser ke kiri, sebaliknya apabila permintaan uang (Md) turun, kurva LM akan bergeser ke kanan.3. Elastisitas permintaan uang untuk spekulasi terhadap perubahan tingkat bunga (interest elasticity of speculative demand for money). Semakin elastis permintaan uang terhadap perubahan tingkat bunga. maka kurva LM akan semakin datar (flatter), sebaliknya semakin inelastic uang terhadap tingkat bunga, kurva LM semakin tegak (steeper).4. Elastisitas permintaan uang untuk transaksi terhadap tingkat pendapatan. Elastisitas permintaan uang untuk transaksi terhadap perubahan tingkat pendapatan ini mempengaruhi, baik Intercept maupun slope dari kurva LM.Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kurva IS dan LM sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dan dampaknya terhadap pendapatan dan tingkat bunga, dapat dirangkum sebagai berikut :

4. Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar UangKeseimbangan (general equilibrium) atau disebut juga keseimbangan simultan (simultaneous equilibrium) antara pasar barang dan pasar uang terjadi pada perpotongan kurva IS dan LM. Dengan perkataan Lain , agar keseimbangan simultan pasar barang dan pasar uang terjadi, maka syaratnya adalah :IS = LM Dengan fungsi IS seperti ditunjukkan oleh persamaan (8.2) dan persamaan fungsi LM seperti ditunjukkan oleh persamaan (8.10), apabila disubstitusikan pada syarat keseimbangan tersebut di atas, maka akan diperoleh persamaan tingkat pendapatan (V) atau tingkat bunga (i) keseimbangan simultan, sebagai berikut :

kalau disederhanakan akan menjadi :

Atau kalau disederhanakan akan menjadi :

Gambar 15 Keseimbangan simultan pasar barang dan pasar uang

Dari gambar 15. di atas dapat dilihat bagaimana kurva IS dan LM itu menentukan keseimbangan umum, dimana keseimbangan umum terjadi hanya .bila sektor nil (pasar barang) dan sektor moneter (pasar uang) berada dalam keadaan keseimbangan pada tingkat pendapatan dan tingkat bunga yang sama. Pada gambar 15 di atas, hanya pada tingkat pendapatan Yc dan tingkat bunga j ; pasar barang dan pasar uang, berada dalam keseimbangan secara simultan. pada titik A, dan B, hanya pasar barang yang berada dalam keseimbangan; dan pada titik C, dan D, hanya pasar uang saja yang berada dalam keseimbangan. Pada titik E terjadi keseimbangan simultan antara pasar barang dan pasar uang (IS = LM).

Di luar kurva IS dan LM tidak terjadi keseimbangan, baik di sektor riil maupun sektor moneter. Pada titik di sebelah kin kurva LM terdapat kelebihan penawaran uang (excess supply of money, ESM) dan pada titik-titik di sebelah kanannya terdapat kelebihan permintaan uang (excess demand for money, EDM). Sebaliknya, pada titik-titik di sebelah kiri kurva IS terdapat kelebihan permintaan akan barang-barang dan jasa-jasa (excess demand for goods and services, EDG) dan di sebelah kanan kurva IS terdapat kelebihan penawaran barane-barang dan jasa-jasa (excess supply of goods and services, ESG).

5. Keseimbangan Jangka Pendek dan Jangka PanjangModel IS-LM dirancang untuk menjelaskan perekonomian dalam Jangka pendek (short run) ketika tingkat harga adalah tetap (fixed). Selain ditunjukkan bagaimana suatu perubahan di dalam tingkat harga mempengaruhi keseimbangan dalam model IS-LM, dengan menggunakan model IS-LM ini dapat pula ditunjukkan bagaimana perekonomian di dalam jangka panjang ketika tingkat harga menyesuaikan (fleksibel) untuk menjamin perekonomian tetap berproduksi pada tingkat alamiah (natural rate}-nya.

Gambar 16. Keseimbangan Jangka Pendek

Gambar 17. Keseimbangan Jangka Panjang

Dalam gambar 16. ditunjukkan tiga kurva yang perlu untuk dapat memahami keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang, yaitu kurva IS, kurva LM, dan kurva LRAS yang merupakan garis vertikal yang menggambarkan tingkat output alamiah (natural rate of output, YN). Kurva LM seperti biasanya, ditarik untuk suatu tingkat harga yang tetap (fixed), P1. Keseimbangan jangka pendek dari perekonomian terjadi di titik K; dimana kurva IS memotong kurva LM. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa di dalam keseimbangan jangka pendek ini pendapatan perekonomian berada di bawah tingkat pendapatan alamiah (natural rate). Sedangkan pada gambar 8.1 l.b. ditunjukkan situasi yang sama dalam diagram penawaran agregat dan permintaan agregat (AS-AD model). Pada tingkat harga P1, kuantitas output yang diminta berada di bawah tingkat alamiah. Dengan perkataan lain, pada tingkat harga; berlaku. permintaan barang-barang dan jasa yang terjadi tidak memadai untuk mempertahankan perekonomian agar tetap berproduksi pada alamiahnya.

Dalam kedua diagram tersebut dapat dilihat bahwa titik K merupakan titik keseimbangan jangka pendek karena tingkat harga adalah tetap (fixed) pada tingkat harga P1. Kemudian, permintaan akan barang-barang dan jasa-jasa yang rendah menyebabkan harga turun dari P1 ke P2, dan perekonomian bergerak kembali ke arah tingkat alamiah (natural rate). Ketika tingkat harga mencapai P2, maka perekonomian akan berada pada titik C yang merupakan keseimbangan jangka panjang. Diagram AS-AD menunjukkan bahwa pada titik C, kuantitas barang dan jasa yang diminta adalah sama dengan tingkat output alamiah. Keseimbangan jangka panjang dalam diagram IS-LM tercapai dengan pergeseran oleh kurva LM, dimana penurunan di dalam tingkat harga meningkatkan jumlah uang tunai riil (real money balances) dan oleh karena itu menggeser kurva LM ke kanan.

Sekarang bisa dilihat perbedaan yang mendasar (fundamental) antara pendekatan keynesian dan pendekatan Klasik menyangkut penentuan pendapatan nasional. Asumsi Keynesian (ditunjukkan oleh titik K) yaitu bahwa tingkat harga adalah, tetap (fixed). Output dapat menyimpang dari tingkat alamiah (natural rate)-nya, hal mi sangat tergantung pada kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan faktor-faktor penentu dan permintaan agregat lainnya. Sedangkan asumsi Klasik (ditunjukkan oleh titik C) adalah bahwa tingkat harga sepenuhnya fleksibel (fully flexible). Tingkat harga menyesuaikan untuk menjamin bahwa pendapatan nasional selalu pada tingkat alamiahnya (always at the natural rate).E. KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO

Bentuk-bentuk kebijakan ekonomi yang akan dilakukan oleh negara sangat tergantung pada tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.

1. Tujuan-tujuan Kebijakan Ekonomi Makro

Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro dapat dibedakan kepada empat aspek berikut:

a. menstabilkan kegiatan ekonomi / price level stability.

b. mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi / high employment level. Beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan kesempatan kerja adalah peran pemerintah dalam perluasan kesempatan kerja, pendekatan demand dan supply of labor dalam perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat desa dalam upaya perluasan kesempatan kerja, human capital sebagai upaya efektif perluasan kerja, keuangan negara dan kesempatan kerja, kebijakan ketenagakerjaan, serikat kerja, hubungan industrial, sistem ekonomi dan kesempatan kerja.

c. menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh / long-term economic growth. Pertumbuhan ekonomi yang ideal adalah :

(1) berlangsung terus menerus,

(2) disertai dengan terciptanya lapangan kerja,

(3) tidak merusak lingkungan,

(4) lebih tinggi daripada laju pertumbuhan penduduk,

(5) disertai dengan distribusi pendapatan yang adil,

(6) kontribusi sektoral yang merata,

(7) tidak meninggalkan sektor pertanian,

(8)kenaikannya riil,

(9) penyumbang terbesar PDB adalah warga domestik, bukan asing.

d. Kestabilan nilai tukar / exchange rate stability. Nilai tukar merupakan nilai uang secara eksternal, yang tinggi rendahnya berdampak pada berbagai aspek ekonomi dan sosial lainnya, misalnya :

(1) impor dan ekspor,

(2) APBN dan APBD,

(3) kesehatan dan pendidikan,

(4) transportasi,

(5) industri dalam negeri,

(6) politik,

(7) daya beli masyarakat,

(8) dunia perbankan,

(9) sektor pertanian, kelautan, peternakan, sektor properti , dan sebagainya.

2. Bentuk-bentuk Kebijakan Ekonomi Makro. Kebijakan dari segi/aspek permintaan / pengeluaran, meliputi:

1. Kebijakan Fiskal

Yaitu kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran negara. Atau kebijakan pemerintah yang membuat perubahan dalam bidang per-pajakan (T) dan pengeluaran pemerintah (G) dengan tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran /permintaan agregat dalam perekonomian Kebijakan ini diambil untuk menstabilkan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, mempertinggi pertumbuhan ekonomi, dan keadilan dalam pemerataan pendapatan. Caranya dengan : menambah atau mengurangi PAJAK dan SUBSIDI.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :

a. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif

Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.

b. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif

Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

c. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)

Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

Menurut pandangan Keynes, kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah sangat penting untuk mengatasi pengangguran. Prosesnya adalah;

a. Pengurangan pajak penghasilan akan menambah daya beli masyarakat dan akan meningkatkan pengeluaran agregat.

b. Peningkatan pengeluaran agregat dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa maupun untuk menambah investasi.

c. Selanjutnya dalam masa inflasi atau ketika kegiatan ekonomi telah full employment, langkah sebaliknya harus dilakukan yaitu ; pajak dinaikkan dan pengeluaran pemerintah akan dikurangi.

d. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran/permintaan agregat dan mengurangi tekanan Inflasi.

Secara garis besar berbagai jenis pajak yg. dipungut pemerintah dpt digolongkan sebagai berikut :

1. Pajak langsung : yaitu pajak/jenis pungutan pemerintah yg.secara langsung dikumpulkan dari wajib pajak, misal ; PPh.

2. Pajak tak langsung : yaitu pajak yg.beban pemungutannya dapat dipindah-tangankan kepada pihak lain, misal ; PPn, & PPn BM Pajak impor dsb.

Demikian pula perubahan-perubahan sebaliknya. Pemerintah seringkali menghadapi masalah defisit anggaran. Ada beberapa sumber pembiayaan defisit anggaran :

1. Pajak.

2. Mencetak Uang Baru.

3. Pinjaman Masyarakat Dalam Negeri.

4. Pinjaman Masyarakat Luar Negeri.

2. Kebijakan Moneter

Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral untuk MENAMBAH atau MENGURANGI jumlah uang yang beredar di masyarakat. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy. Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.

b. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation). Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate). Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio). Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio cadangan wajib.

d. Himbauan Moral (Moral Persuasion).Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

F. TOLAK UKUR STABILITAS MONETER

Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki target dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting, untuk mengukur atau sebagai acuan, apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Dalam perekonomian beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk menilai kebijakan moneter adalah :

1. Jumlah Uang Beredar (JUB)

Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor dan dirasakan lansung oleh masyarakat, sementara itu indikator nomor 2 sampai dengan 5, relatif dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Dengan alasan ini, berikut ini akan dijelaskan secara ringkas dari keempat indikator tersebut

2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali

Bagi dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbukan kesulitan bagi Bank untuk mengerahkan dana masyarakat, karena dengan inflasi yang tinggi tersebut, tingkat bunga riil (bunga nominal-inflasi) akan menurun, sehingga mengurangi keinginan masyarakat untuk menyimpan kekayaannya dalam produk-produk perbankan. Dampak selanjutnya adalah, bunga riil yang menurun bila dibandingkan tingkat bunga riil di luar negeri akan memicu larinya dana masyarakat ke luar negeri, karena dirasakan masyarakat lebih menguntungkan menyimpan dananya di luar negeri.

3. Suku bunga pada tingkat yang wajar

Selain yang telah sering dijelaskan sebelumnya, bahwa dari sisi masyarakat tingginya suku bunga memang akan menambah keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank, namun di sisi lain, tingginya suku bunga tersebut akan mengurangi niat dunia usaha untuk mengambil kredit bagi pengembangan usahanya. Akibatnya dana yang sudah terlanjur masuk ke perbankan dengan adanya bunga tinggi tersebut, tidak dapat tersalurkan dan menimbulkan permasalahan baru bagi perbankan, yakni, Kemana dana masyarakat tersebut akan disalurkan ? Apabila masalah ini tidak segera mendapat jalan keluar, maka perbankan terancam akan menghadapi masalah likuiditas dan tentu saja masalah penghasilan dari bunga yang seharusnya diperoleh.

4. Nilai tukar rupiah yang realistis, dan

Nilai tukar yang stabil tentu akan lebih memberi iklim kepastian bagi semua pelaku usaha, termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan masyarakat. Nilai tukar rupiah yang rendah saat ini dapat dijadikan saat yang baik dunia usaha yang berorientasi ekspor, dan ini dapat memicu peningkatan permintaan kredit dari dunia usaha untuk melanjutkan dan meningkatkan produk ekspornya.

5. Ekspektasi/harapan masyarakat terhadap moneter

Meskipun lebih sulit untuk diukur, namun ekspektasi masyarakat mulai mendapat perhatian besar dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia. Ekspektasi umumnya terjadi melalui ekspektasi masyarakat terhadap tingkat inflasi dan ekspektasi terhadap nilai tukar. Ekspektasi masyarakat yang berlebihan terhadap besaran inflasi akan mendorong semakin tingginya harga-harga, sehingga akan mengurangi tingkat konsumsi dan daya saing produk dalam negeri yang akan diekspor. Sementara itu, ekspektasi masyarakat yang negatif terhadap nilai tukar akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada mata uang rupiah, sehingga dapat memicu mengalirnya dana masyarakat keluar negeri.

4. STRATEGI KEBIJAKAN MONETER

Untuk mendapatkan indikator moneter seperti disyaratkan di atas, pemerintah yang dalam hal ini otoritas moneter, memerlukan strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi di Indonesia. Secara umum, strategi moneter yang dapat dipilih antara lain adalah :

1. Startegi Kebijakan moneter longgar (Easy Monetary Policy) atau Strategi kebijakan moneter ketat (Tight Monetary Policy)

Kebijakan moneter longgar akan ditempuh untuk menggiatkan kembali perekonomian yang sedang lesu, dengan cara mempermudah dan menambah jumlah uang beredar, agar permintaan konsumsi naik.

2. Countercyclical Monetary Policy atau Accomodative Monetary Policy Countercyclical Monetary Policy

Untuk memperlunak konjungtur/naik turunnya perekonomian, pemerintah perlu secara aktif malakukan intervensi di pasar uang, yakni dengan melakukan ekspansi moneter disaat perekonomian menghadapi masa resesi dan melakukan konstraksi moneter saat perekonomian mengalami boom/laju yang terlalu cepat. Penjelasan ini dapat dilihat pada gambar berikut

3. Accomodatice Monetery Policy

Pendapat kedua mengatakan, bahwa sebaiknya pemerintah menghindari intervensi untuk memperlunak konjungtur perekonomian yang terjadi, dan membiarkannya terjadi secara alami. Pendapat ini didasarkan pada pemikiran:

1. Ekspektasi masyarakat dapat mengalahkan dampak dari variabel-variabel moneter lainnya. Dengan kata lain, masyarakat telah mengantisipasi setiap kebijakan yang akan diterapkan oleh masyarakat.

2. Kebijakan pemerintah tidak dapat memberi dampak secara langsung dan segera. Sebagai contoh; kebijakan moneter longgar yang ekspansif yang diterapkan saat ekonomi lesu/resesi, tidak akan segera kelihatan dampaknya saat itu juga, namun butuh waktu dan itu dapat terjadi justru ketika perekonomian telah mencapai tahap boom.

5. EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MONETER

Yang dimaksud dengan efektifitas kebijakan moneter adalah, sejauh mana kebijakan moneter yang ditempuh pemerintah (apapun bentuknya), memberi dampak positif bagi perekonomian dan masyarakat, dalam arti :

a. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi

b. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. dapat meningkatkan kesempatan kerja

d. dapat meningkatkan penerimaan devisa negara

e. serta memberi pengaruh pada kebijakan makro lainnya

Teori yang membicarakan mengenai efektifitas kebijakan moneter ini diantaranya adalah :

a. Teori Natural Rate Hypothesis, yang percaya bahwa kebijakan hanya akan efektif dan memberi dampak dalam jangka pendek saja, namun tidak akan efektif untuk jangka panjang

b. Teori Rational Expectation Hypothesis, yang percaya bahwa baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, kebijakan moneter tidak akan efektif untuk memberi pemahaman yang lebih baik mengenai kedua teori tersebut, perhatikan contoh kasus berikut ini. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk meningkatkan aktivitas ekonomi melalui peningkatan konsumsi masyarakat, pemerintah akan menempuh kebijakan ekspansif (kebijakan moneter longgar).

G. KESIMPULAN1. Keseimbangan (general equilibrium) atau disebut juga keseimbangan simultan (simultaneous equilibrium) antara pasar barang dan pasar uang terjadi pada perpotongan kurva IS dan LM2. Menurut teori klasik di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan atau kekurangan produksi barang dalam jangka panjang. Kalau terjadi kelebihan maka dalam waktu yang tidak lama akan terjadi keseimbangan kembali3. Teori Keynesian ini adalah jalan tengah antara teori Klasik yang tidak meinginkan campur tangan pemerintah sama sekali dan Sosialis yang esktrim menginginkan campur tangan pemerintah dalam setiap aspek ekonomi negara. Sistem sosialis hanya memberikan sedikit ruang tersisa bagi masyarakat untuk berkiprah, berkreatifitas dan mengatur diri sendiri4. Kebijakan Fiskal dan Moneter merupakan bentuk-bentuk kebijakan ekonomi yang akan dilakukan oleh negara sangat tergantung pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai

DAFTAR PUSTAKABemjamin M Friedman and Michael Woodford, Hand Book of Monetary Economics, Vol 3 A, North Holland, 2011

Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.

Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit Erlangga : 1997.Mankiw, G., Teori ekonomi makro

Jegdish handa, Monetary Economic, 2nd Edition, Routledge, 2009

Jurnal : Measuring : Monetery Policy in Open Economies, Diego Cardeiro, Wold Bank, 2010, MPRA Paper No. 21071, Posted 02 March 2010/19:45

Jurnal : Inflation Target Transparency and The Macroeconomiy, Melecky, Martin: Rodr_quesPalenzuela, Diego and Soderstrom.

Jurnal : Asseing The Performance of Inflation Targeting inEast Asian Economies ( Hiroki Taguchi and Chizuru Kata, 2011)

Jurnal : Inflation Targeting Framework : isthe story different for Asian Economies? (Naqvi, Bushra and Rizvi, Syaed Kumail Abbas) Universitas The Paris 1.

Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta: 1993.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014Page 26

_1385189340.unknown

_1385189464.unknown

_1385189229.unknown