Kesehatan mental anak anak awal

5
PENDAHULUAN Pengertian Kesehatan Mental Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama”bahwa: “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada tuhan. Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku. Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Masalah yang sering terjadi pada perkembangan intelektual dan emosional remaja adalah ketidak seimbangan antara keduanya. Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah dengan berbagai media. Mereka telah dibanjiri informasi berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media massa (televise, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja sekarang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan semakin modern mempengaruhi dunia pendidikan yang cenderung mengutamakan aspek kognitif (kecerdasan intelektual), sementara nilai-nilai afektif keimanan, ketakwaan, mengelola emosi dan akhlak mulia sebagaimana ditegaskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional yaitu :

Transcript of Kesehatan mental anak anak awal

Page 1: Kesehatan mental anak anak awal

PENDAHULUAN

Pengertian Kesehatan Mental Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi

Agama”bahwa: “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa

berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan

ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara

resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada tuhan.

Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan

suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional

yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan

keadaan orang lain. Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat

adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi

kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan

lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk

mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika mental sehat

dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif

terhadap orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab,

menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku.

Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external.

Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit

sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa.

Masalah yang sering terjadi pada perkembangan intelektual dan emosional remaja

adalah ketidak seimbangan antara keduanya. Kemampuan intelektual mereka telah

dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang

disiapkan di rumah dan di sekolah dengan berbagai media. Mereka telah dibanjiri

informasi berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep

pengetahuan melalui media massa (televise, video, radio, dan film) yang semuanya

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja sekarang. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan semakin modern mempengaruhi

dunia pendidikan yang cenderung mengutamakan aspek kognitif (kecerdasan

intelektual), sementara nilai-nilai afektif keimanan, ketakwaan, mengelola emosi dan

akhlak mulia sebagaimana ditegaskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional yaitu :

Page 2: Kesehatan mental anak anak awal

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa dan berakhlak mulia, kurang banyak

dikaji dalam dunia pendidikan persekolahan. Hal ini bukan karena tidak disadari

esensinya, melainkan pendidikan lebih mengutamakan mengejar ilmu pengetahuan

dari pada mendidik dan membina kepribadian dan akhlak mulia anak didik. Dunia

pendidikan tidak mengembangkan nilai-nilai afektif sebagai dasar pmbinaan

kepribadian anak yang menjadi tolok ukur pertama dan utama dalam pelaksanaan

pendidikan di Negara kita, menjadi parsial atau tidak utuh sebagaimana diisyaratkan

oleh Pendidikan Umum bahwa pendidikan menyeimbangkan kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotorik. Akibat nilai pendidikan parsial, tidak menyeimbangkan

kognitif dan afektif, anak didik disatu pihak intelektualnya cerdas, kemampuan skill

cakap dan terampil, di sisi lain potensi afeksi emosional tidak terbina terutama di

kalangan remaja sehingga melahirkan erosi moral afektual, kultural dan menjadi

penyebab dehumanisasi dan demoralisasi. Gejala- gejala emosional para remaja

seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci,

harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai

pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan sesuatu

yang terbaik sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik berjalan dengan

normal dan mulus tanpa ada mengalami gangguan sedikitpun.

Page 3: Kesehatan mental anak anak awal

PEMBAHASAN

Anak-anak awal

Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan

ketergantungan, masa ini berlangsung kira-kira dari usia 2 tahun sampai saat anak

mengalami kematangan secara seksual, kira-kira pada usia 13-14 tahun. Sejumlah

ahli perkembangan membagi masa anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak

awal dan masa anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berlangsung dari umur 2

tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai saat

anak matang secara seksual. Berikut akan dibahas tentang masa anak-anak awal.

Bayi dan anak-anak

Bayi dan anak-anak berkembang dengan baik jika mereka dirawat oleh orang

dewasa yang "gila tentang mereka!" (Bronfenbrenner, 1976 1). Hubungan responsif

dengan pengasuh utama konsisten membantu membangun lampiran positif yang

mendukung pembangunan sosial-emosional yang sehat. Hubungan ini membentuk

dasar dari kesehatan mental untuk bayi, balita dan anak prasekolah.

Kesehatan mental bayi

• “Kesehatan mental bayi" didefinisikan sebagai perkembangan sosial dan

emosional yang sehat dari seorang anak dari lahir sampai 3 tahun, dan

bidang yang berkembang penelitian dan praktek yang ditujukan untuk:

Promosi perkembangan sosial dan emosional yang sehat;

Pencegahan masalah kesehatan mental, dan

Pengobatan masalah kesehatan mental anak yang sangat muda dalam konteks

keluarga mereka

Page 4: Kesehatan mental anak anak awal

Contoh eksperimen

• The Still Face paradigm, dirancang oleh Edward Tronick, merupakan

prosedur eksperimental untuk mempelajari perkembangan sosial dan

emosional bayi. Selama percobaan berlangsung, bayi dan orangtua

berinteraksi bercanda sebelum orang tua tiba-tiba berhenti merespons dan

berpaling. Setelah waktu singkat, orang tua reengages dengan bayi. Reaksi

bayi untuk orang tua tiba-tiba tidak responsif dan tingkah lakunya ketika

orangtua resume interaksi, telah digunakan untuk mempelajari berbagai

aspek pembangunan sosial dan emosional awal.

Gangguan kesehatan mental anak

1. Gangguan Kebiasaan

Gangguan kebiasaan mungkin suatu usaha yang dilakukan anak untuk

mengalahkan stres. Beberapa gangguan kebiasaan yang paling sering terjadi

diantaranya mengisap ibu jari, menggigit kuku, membenturkan kepala, menggigit

atau memukul dirinya sendiri, menggoyangkan tubuh dan lain sebagainya.

Semua anak yang mengalami gangguan kebiasaan akan menunjukkan perilaku

repetitif, tetapi tergantung juga pada frekuensi dari kebiasaan itu. Sebagai

contoh, anak kadang mengisap jempol yang merupakan fenomena pertumbuhan

yang biasa, tapi jika terus berlanjut hingga usia tertentu, mungkin menjadi tanda

peringatan terhadap gangguan kebiasaan.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis pada anak meliputi perubahan emosi, fungsi fisik, perilaku

dan kinerja mental. Permasalahan gangguan psikologis tersebut dapat

disebabkan oleh faktor-faktor seperti gaya pengasuhan, masalah keluarga,

kurangnya perhatian, penyakit kronis atau cedera, dan rasa kehilangan atau

perpisahan.

Anak biasanya tidak langsung bereaksi ketika masalah terjadi, tetapi akan

menunjukkan reaksi kemudian hari. Bimbingan yang tepat dapat membantu anak

dapat mempersiapkan diri jika dihadapkan pada masalah yang sifatnya traumatis

Page 5: Kesehatan mental anak anak awal

pada anak. Orang tua harus dapat memotivasi anak agar lebih ekspresif

menghadapi ketakutan dan kecemasannya.

2. Gangguan Perilaku

Perilaku tertentu adalah normal terjadi pada anak-anak pada usia dini, tetapi jika

masih tetap berlanjut hingga kemudian hari mungkin mengundang intervensi.

Gangguan perilaku pada anak dapat ditunjukkan seperti suka melampiaskan

amarah karena frustrasi atau kesal terhadap suatu hal.

Orangtua bisa mengontrol perilaku anak dengan menjauhkan anak dari hal-hal

yang membuat anak bertindak demikian. Sementara perilaku anak yang mencuri

atau berbohong mungkin umum pada tahap awal perkembangannya, pastikan

kebiasaan tersebut tidak berlanjut.

3. Gangguan Tidur

Masalah tidur termasuk jam tidur yang terlalu banyak atau terlalu sedikit pada

anak. Gangguan saat tidur pada tahap petumbuhan mungkin memiliki efek yang

merugikan pada kemampuan kognitif anak. Orang tua harus mendorong anak

untuk tidur pada waktu yang teratur setiap harinya.

4. Gangguan Kecemasan

Kecemasan dan ketakutan normal terjadi pada anak dalam masa

perkembangan, tetapi jika terus berlanjut dalam waktu yang lama, mungkin

akan melumpuhkan kondisi sosial anak. Gangguan kecemasan dapat dikelola

dengan cara mengobati kondisi kejiwaan anak seperti terapi keluarga. -

Beberapa Jenis Gangguan Yang Sering Terjadi Pada Anak.