kesehatan lingkungan

download kesehatan lingkungan

of 15

description

peran kesehatan lingkungan dalam masyarakat

Transcript of kesehatan lingkungan

Pengendalian Nyamuk Diprioritaskan, untuk Kurangi Penyakit

WHO bersama Kemenkes RI akan memprioritaskan pengendalian nyamuk untuk mengurangi ancaman penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk.

CDC

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama Kementerian Kesehatan mencanangkan upaya pencegahan dan pengendalian nyamuk vektor untuk Hari Kesehatan Sedunia 7 April 2014. Hal itu untuk mengurangi kasus penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk.

Manajer Program Penyakit Tropis WHO Indonesia Anand Joshi menyatakan, nyamuk merupakan ancaman bagi populasi 1,5 miliar manusia di kawasan Asia Tenggara.

Lima penyakit tular vektor(vector-borne diseases)yang disebabkan nyamuk membunuh ribuan orang setiap tahun. Vektor adalah organisme yang menyebarkan penyakit kepada manusia.

Penyakit yang disebarkan nyamuk adalah demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti, malaria ditularkanAnopheles sp,filariasis atau kaki gajah ditularkanCulex sp/ Anopheles sp/ Mansonia sp/ Armigeres sp,japanese encephalitis ditularkanCulex tritaeniorhynchus, dan chikungunya ditularkan Aedes aegypti.

"DBD, misalnya, dulu hanya ditemukan di perkotaan, sekarang ditemukan penderita dari pedesaan. Filariasis telah menginfeksi 60 juta orang. Sementara itu, 75 persen populasi (sekitar 1,1 miliar) tinggal di area rentan malaria," ujar Joshi di Jakarta, Senin (7/4).

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M ditambah pemberantasan perindukan nyamuk, dan perlindungan diri menggunakan kelambu berinsektisida serta losion anti nyamuk menjadi tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit tular vektor.

Tiga penyakit menjadi fokus perhatian di Indonesia, yaitu DBD, malaria, dan filariasis. Berdasarkan data Kemenkes, penderita DBD (2013) 45,85 orang per 100.000 penduduk dengan tingkat kematian 0,77 persen. Kasus malaria (2013) 1,38 orang per 1.000 penduduk. Dan ada 302 kabupaten/kota endemis filariasis dari 497 kabupaten/kota.

"Saat ini dilakukan uji klinis vaksin DBD tahap III di Jakarta, Bandung, dan Denpasar. Ditargetkan, vaksin bisa digunakan pada 2016. Selain itu juga dilakukan berbagai upaya mencegah penyebaran malaria serta penanganan filariasis dengan menambah penerima obat massal pencegahan," ujarnya. ( http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/pengendalian-nyamuk-diprioritaskan-untuk-kurangi-penyakit )Komentar :

Saya setuju dengan pengendalian nyamuk untuk mengurangi penyakit yang disebabkan oleh nyamuk seperti DBD ataupun Malaria. Hal ini dikarenakan nyamuk adalah vector dari kedua penyakit tersebut, dan perlu juga dilakukan upaya tambahan. Seperti yang telah dilakukan pembuatan vaksin DBD, dimana sudah mencapai tahap III di Jakarta, Bandung, dan Denpasar.

Anda perlu mengajarkan anak Anda memilih jajanan yang baik.

JAKARTA, KOMPAS.com -Higiene dan sanitasi merupakan dua faktor utama keamanan pangan yang patut menjadi perhatian. Saat ini, sebagian besar jajanan anak khususnya di sekolah-sekolah dasar belum sepenuhnya memenuhi syarat kedua faktor tersebut, sehingga perlu terus diawasi dan diperbaiki.

Demikian diungkapkan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga dalam roadshow Kampanye Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) BPOM bertajuk 'Sehatnya Duniaku - Menuju Generasi Emas yang Sehat dan Berkualitas', Selasa (22/1/2013) di Jakarta.

"Masalah utama bagi jajan anak, terutama anak Sekolah Dasar adalah higiene sanitasi yang belum baik, sehingga harus ada perhatian," ujar Roy.

Dalamroadshowyang kali ini berlangsung di SDN 01 Tebet Timur Jakarta itu, Roy mengatakan masih ada faktor lainnya yang menjadikan jajanan anak menjadi berbahaya untuk dikonsumsi, yaitu bahan kimia berbahaya, seperti pewarna tekstil, pengawet, serta pemanis buatan.

Masalah higiene dan sanitasi, menurut Roy, menjadi paling utama karena efeknya dapat langsung dirasakan setelah mengonsumsi makanan tidak bersih. Efek dari higiene sanitasi adalah jangka pendek, sedangkan, bahan kimia berbahaya berefek jangka panjang.

Sakit akibat makanan, disebut Roy sebagai kejadian luar biasa (KLB) pangan di Indonesia. Sebanyak 35 persennya adalah dari jajanan anak sekolah, dan 80 persen dari angka itu berasal dari jajanan anak Sekolah Dasar.

Hal inilah yang mendasari BPOM perlu untuk mengadakanroadshowtentang pentingnya keamanan pangan. SDN 01 Tebet Timur menjadi tempat pertama dilaksanakannya Road Show 'Sehatnya Duniaku'.

Rencananya selanjutnya, BPOM akan melanjutkan ke 25 Sekolah Dasar masing-masing di dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung.

"BPOM hanya dapat mengadakan penyuluhan tentang keamanan pangan jajanan anak, namun pelaku pengawasannya tentu saja komunitas sekolah, yaitu guru, murid, orang tua murid, pengelola kantin, serta pedagang makanan sekitar sekolah," jelas Roy.

( http://health.kompas.com/read/2013/01/22/16312414/Higiene.dan.Sanitasi.Jajanan.Anak.Perlu.Perhatian )Komentar :

Kebersihan dari makanan yang kita makan sangat penting sekali diperhatikan, karena hal ini berhubungan langsung dengan kesehatan tubuh kita. Dan dalam artikel ini dijelaskan tentang Kebersihan dari Jajanan SD, dimana banyak sekali dari jajanan SD yang dicampurkan dengan bahan bahan kimia yang berbahaya untuk tubuh. Dan seperti yang disampaikan oleh BPOM bahwa pengawasan jajanan tidak bisa dilakukan oleh BPOM saja, tetapi perlu kerjasama baik dari BPOM, Sekolah, dan Orang Tua Siswa.

Pengelolaan Air, Solusi Bijak Atasi Perubahan Iklim

Air termasuk komponen Bumi yang penting bagi tubuh manusia. Namun, air di Bumi berada dalam kondisi memprihatinkan.

(thinkstockphoto)Kondisi air akan selalu terkait dengan keadaan alam dan lingkungan. Isu-isu lingkungan yang terkait air termasuk kekeringan, kerusakan hutan, kurangnya air bersih, perubahan tata guna lahan, dan perubahan iklim.

Demikian disampaikan Wahyu Tri Raharja, Direktur Integrated Water Resources Management (IWRM) Danone Aqua, dalam acara "Diskusi Air dan Peluncuran Anugerah Jurnalistik Aqua 2012" di Jakarta, Selasa (6/11). Dengan keadaan seperti ini, air harus dikelola dengan bijak. Salah satunya menggunakan IWRM yang terbagi atas tiga pilar. Yakni kapasitas, kualitas, dan perlindungan.

Kapasitas dimaksudkan sebagai pengambilan air dalam keadaan seimbang. Sedangkan kualitas adalah standar yang digunakan harus sesuai kebutuhan manusia. Terakhir, proteksi merupakan perlindungan dan pelestarian sumber daya alam agar terjaga keberlanjutannya.

"Pemanfaatan sumber daya air haruslah seimbang dan memperhatikan seluruh pemangku kepentingan yang ada," kata Wahyu.

Air termasuk komponen Bumi yang penting bagi tubuh manusia. Zat cair ini merupakan media transportasi darah dan oksigen, mengatur suhu tubuh, pembentuk sel dan cairan, bahkan menjadi pelumas sendi. Orang dewasa normal memiliki 70 persen air dalam komponen tubuhnya. Komponen inilah yang akhirnya juga berpengaruh pada kesehatan kulit seseorang.

Disebutkan Carolina Halim, Health Marketing Manager Danone, dehidrasi ringan, sekitar 1,3 persen berat badan pada perempuan, bisa mengakibatkan penurunan daya ingat dan kewaspadaan visual. Selain itu berpengaruh juga padamooddan konsentrasi.

Namun, air di Bumi berada dalam kondisi memprihatinkan. Dikatakan Ari Muhammad, Sekertaris Kelompok Kerja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim, kelangkaan air bersih akan semakin sering di masa datang.

Untuk Pulau Jawa dan Bali, lamanya periode musim hujan kemungkinan akan memendek. Namun, curah hujannya akan meningkat. Berdasarkan ketersediaan air untuk kebutuhan minum pada tahun 2010 - 2015, beberapa daerah di Indonesia akan mengalami masalah kekurangan air bersih.

"Krisis air biasanya baru disadari saat sumur di rumah sudah tidak ada air. Tapi saat air masih melimpah di hadapan kita, tidak akan terasa mengenai masalah ini," papar Ari.

(Zika Zakiya)

( http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/11/pengelolaan-air-solusi-bijak-atasi-perubahan-iklim )Komentar :

Air merupakan salah satu Sumber Daya Alam yang sangat penting bagi tubuh kita. Hal ini tercermin dari bagian tubuh kita sendiri yang terdiri dari 70% cairan. Dan untuk mencegah tubuh kita dari dehidrasi kita wajib minum air sebanyak kurang lebih 2L selama 1 hari. Pada saat ini ketersediaan Air menjadi salah satu hal yang mendapatkan perhatian khusus, dikarenakan mulai berkurangnya cadangan air yang diakibatkan oleh banyak sebab ( Perubahan Iklim, Kurangnya Daerah resapan air, dan keseimbangan ketersediaan SDA dengan pemakaian SDA ). Sehingga masyarakat harus mulai mengatur pemakaian air dalam kehidupan sehari-hariBeginilah Cara Jepang Mengolah Limbah B3

HL| 04 June 2013 | 13:24Sebagaimana kita semua tahu bahwa limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia baik skala rumah tangga maupun industri. Diantara buangan itu ada limbah yang masuk kategori B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) khususnya yang dihasilkan oleh industri. Untuk kategori limbah non B3 kita bisa memanfaatkannya dengan proses daur ulang menjadi suatu produk yang bermanfaat. Namun untuk limbah B3 nampaknya proses daur ulang semacam ini tidak dimungkinkan karena adanya kandungan zat-zat berbahaya yang sangat tidak aman bagi manusia. Salah satunya solusinya adalah dengan mengubahnya menjadi energi dan listrik seperti yang dilakukan Jepang. Sebagai negara industri besar dunia, tentunya Jepang banyak sekali menghasilkan limbah kategori B3. Untuk itulah mereka mencoba memanfaatkan teknologi untuk mengolahnya sekaligus sebagai penghasil listrik yang bisa digunakan untuk daerah sekitarnya.

Pada akhir bulan Mei yang lalu, kami berkesampatan untuk melihat dari dekat proses pengolahan limbah B3 menjadi listrik yang dikelola oleh perusahaan DOWA. Sebagai tambahan informasi, DOWA juga memiliki pengolahan limbah di Indonesia, tepatnya di daerah Cileungsi, Bogor. Sebagai perusahaan yang bergerak di pengolahan limbah, mereka mempunyai beberapa pabrik pengolahan di Jepang dan luar Jepang. Salah satunya yang kami kunjungi berlokasi di Chiba, sebelah timur utaranya Tokyo. Untuk mencapai lokasi ini, dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari pusat kota Tokyo dengan menggunakan kereta

Instalasi pengolahan limbah B3 di Jepang (foto: syamsiro)

Teknologi yang ditawarkan perusahaan ini adalah dengan sistem pembakaran dimana limbah tersebut dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi untuk menghasilkan energi guna membangkitkan listrik. Teknologi yang ditawarkan cukup ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang sangat rendah dan dapat mengolah limbah jenis apapun dengan teknologi yang cukup terdepan.Berbagai jenis limbah bisa diolah dengan teknologi ini, baik yang berbahaya maupun tidak, baik itu limbah cair maupun padat. Untuk proses pembakarannya dibantu dengan menggunakan limbah oli bekas yang mempunyai nilai kalori tinggi, disamping juga kalor yang dihasilkan dari limbah-limbah tersebut. Prinsip teknologinya adalah menggunakan sistemrotary kilnatau tungku berputar untuk membakar limbah-limbah padatnya yang kemudian dicampur dengan oli bekas untuk meningkatkan nilai kalornya. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas pada suhu yang sangat tinggi mencapai 1000oC yang kemudian dikirim ke ruang pembakaran sekunder dimana disini limbah cair disemprotkan untuk mengontrol suhunya hingga turun menjadi sekitar 850oC. Setelah itu gas panas ini kemudian disuplai ke boiler untuk memanaskan air yang ada di dalamnya hingga menjadi uap. Uap yang dihasilkan ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin untuk kemudian dihubungkan ke generator listrik sehingga didapatlah produksi listrik melalui sistem ini. Untuk pabrik terbesar yang dipunyainya di Chiba, Jepang, dengan kapasitas 600 ton per hari limbah bisa menghasilkan listrik hingga mencapai 4 MW. Listrik yang dihasilkan sebagain digunakan sendiri untuk instalasi ini dan sisanya bisa dijual untuk kemudian digunakan melistriki pabrik-pabrik yang ada di sekitar lokasi pembangkit ini.

Instalasi penyaring gas buang tipe bag filter (foto: syamsiro)

Abu yang dihasilkan dari proses pembakaran tadi juga bisa digunakan untuk bahan campuran untuk membuat semen dan material konstruksi. Selain itu juga bisa digunakan untuk material urugan jalan maupun pabrik karena praktis sudah tidak berbahaya lagi. Abu yang dihasilkan berasal dari dua bagian pabrik, yang pertama dari proses pembakaran dan dihasilkan abu yang relative kasar dan yang kedua dari proses penyaringan gas buang yang berbentuk serbuk.Gas yang dilewatkan ke boiler kemudian didinginkan melalui sebuah unit pendingin sebelum akhirnya dibuang ke udara. Untuk menjamin kualitas gas buangnya sesuai standar lingkungan dan bebas emisi, maka gas tersebut dilewatkan beberapa peralatan sebagai penyaringnya. Yang pertama, begitu gas keluar dari peralatan pendingin / kondensor kemudian dilewatkan ke suatu alat yang namanya bag filter (penyaring udara tipe kantong). Alat ini berfungsi untuk menyaring partikel lembut supaya tidak ikut terbang ke udara dan akan membahayakan pernafasan manusia. Di dalamnya juga berisi material sejenis kapur yang berfungi untuk proses desulfurisasi yaitu proses untuk mencegah terbentuknya gas Sox yang juga membahayakan lingkungan. Setelah itu gas akan masuk ke dalam reaktor yang berfungsi untuk mengurangi kandungan NOx serta mengurangi emisi dioksinnya. Setelah betul-betul bersih baru kemudian gas tersebut keluar melalui sebuah cerobong yang cukup tinggi. Emisi yang dihasilkan sangat rendah terbukti dengan diraihnya ISO14001. (http://green.kompasiana.com/polusi/2013/06/04/beginilah-cara-jepang-mengolah-limbah-b3-562149.html )Komentar :Pengelolaan Limbah sangat penting sekali diperhatikan, hal ini dikarenakan limbah yang mengandung B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ) dapat merusak lingkungan dan mempengaruhi Kesehatan masyarakat di sekitar Pabrik. Dan Indonesia sebagai Negara berkembang tentu saja mulai tumbuh sector Industri, dimana seharusnya pertumbuhan Industri ini berjalan bersama dengan pengelolahan limbah yang baik. Dan dapat dijadikan contoh yang baik Jepang dengan kreatifitasnya dalam pengelolaan limbah.Selasa, 4 September 2012Air dan Udara Tercemar, Warga Pulogebang ProtesJAKARTA, KOMPAS.com - Akibat air tanah dan udara di lingkungannya tercemar, warga RW 07, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, protes kepada Dinas Kebersihan. Pencemaran air dan udara tersebut diketahui berasal dari sebuah instalasi Pengolahan Limbah Septic Tank yang berada dekat pemukiman warga.

Ketua RW 07, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Sarwadi mengatakan, unit pengolahan limbah septic tank atau yang dahulu dinamakan Instalasi Pengolahan Air Kotor (IPAK) tersebut tidak berfungsi dengan baik, terutama pada bak penampungan limbah manusia. Akibatnya, timbul bau tak sedap yang membuat warga resah.

"Sudah berapa tahun ini bau nggak sedap. Banyak warga merasa nggak nyaman, akhirnya protes. Masalahnya, bak penampungan tinja itu terbuka begitu, jadinya baunya kemana-mana," ujar Sarwadi saat dihubungi wartawan, Senin (3/9/2012) siang.

Selain menimbulkan bau tak sedap, kolam penampungan limbah manusia tersebut diduga bocor, sehingga merembes ke sumber-sumber air warga. Pasalnya warga sekitar masih banyak yang menggunakan air tanah untuk keperluan rumah tangga. Akibatnya, banyak warga di beberapa RT terpaksa membeli air bersih untuk keperluan rumah tangga.

"Air kita jadi berwarna keruh dan beraroma tidak sedap. Itu terjadi pada warga RW 07, khususnya di RT 03, 07 dan 09. Akhirnya mereka terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan minum dan lain-lain," lanjutnya.

Menurut Sarwadi, pihaknya telah mengadukan permasalahan itu kepada Dinas Kebersihan, selaku instansi yang membawahi unit tersebut. Pihak dinas, dikatakannya, sempat datang dan melakukan perbincangan dengan warga. Namun, antara kedua pihak, belum menemui solusi. Bahkan, warga juga telah melakukan aksi demonstrasi di depan instalasi tersebut, Sabtu lalu.

Sarwadi dan ratusan warga lainnya yang keberatan akan efek dari instalasi tersebut berharap, pemerintah segera menyelesaikan permasalahan ini. Pasalnya, pencemaran air dan udara di lingkungan itu diketahui sangat mengganggu aktivitas warga.

Komentar :

Pengelolaan tempat pembuangan yang kurang baik dari pihak pengelola mengakibatkan kerugian bagi masyarakat setempat. Dimana terjadi kebocoran di tempat penampungan pembuangan tinja, sehingga terjadi rembesan ke sumur sumur warga. Seharusnya pengelolaan yang lebih baik lagi dari Dinas Kebersihan supaya tidak terjadi kerugian bagi warga sekitarKebersihan Lingkungan

Pengelolaan Sampah di Indonesia Masih Buruk

KORAN JAKARTA

JAKARTA - Pengelolaan sampah terutama di kota-kota masih buruk dan minim inovasi. Hal ini menjadi keprihatinan Presiden sebab berpotensi menimbulkan persoalan yang lebih besar, tidak hanya di bidang kesehatan, namun juga lingkungan, bahkan ekonomi. "Harus diakui bahwa pengelolaan sampah dan sanitasi belum mendapatkan prioritas yang semestinya," kata Wakil Presiden (Wapres) Boediono saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) "Gerakan Indonesia Bersih" di Jakarta, Senin (12/11). Wapres mengatakan jumlah rata-rata sampah yang dihasilkan dari wilayah domestik rumah tangga di kota berpenduduk 200 ribu jiwa mencapai 100 ton per hari. Namun, dalam praktiknya persoalan sampah tersebut belum diiringi dengan kesiapan pengelolaan sampah dan sanitasi yang memadai. Padahal, kata Boediono, persoalan sampah dapat memicu rangkaian permasalahan yang lebih besar. "Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, yang biayanya akan sangat mahal, kerusakan lingkungan, bahkan kerugian ekonomi akibat kurang memadainya pengelolaan sampah dan sanitasi, ini telah menjadi keprihatinan Presiden," jelasnya. Menindak lanjuti hal tersebut, Boediono bersama dengan 19 kementerian dan lembaga, termasuk TNI dan Polri, berkoordinasi dalam menyusun sebuah pedoman dan rencana yang dapat dijadikan acuan, tidak hanya bagi pemerintah pusat dan daerah, namun juga dunia usaha masyarakat, perguruan tinggi, dan pihak lain yang terkait pengelolaan sampah dan sanitasi. Boediono mengatakan pada Januari 2012, konsep awal pedoman pengelolaan sampah dan sanitasi telah tersusun. "Namun masih membutuhkan penajaman lagi. Upaya penajaman itu di antaranya dengan penetapan proritas pada lokasi sasaran," ungkap Boediono. Sasaran tersebut, di antaranya terminal, bandara, pelabuhan laut, stasiun kereta api dan sarana pendidikan dasar, bantaran sungai dan wilayah perkotaan. Dengan telah ditetapkannya wilayah tersebut, kemudian disusun sistem pengelolaan sampah dan sanitasi yang lebih tajam jelas arahnya dan dapat diimplementasikan. "Pedoman itu kini telah diselesaikan September 2012," terang Boediono. Pedoman itulah yang pada Rakornas akan dibahas dan ditindaklanjuti agar menjadi langkah-langkah pelaksanaan yang nyata. "Saya berharap forum ini benar-benar mampu menjadi wadah koordinasi antartingkatan pemerintah dan masyarakat untuk menjadi cetak biru pengelolaan sampah yang operasional dan dapat diimplementasikan,"tegas Boediono. Ke depan dia berharap pengelolaan sampah dan sanitasi ini nantinya tidak hanya menjadi kegiatan pemerintah pusat dan daerah, namun menjadi aktivitas semua kalangan, legislatif, dunia usaha, pendidikan, hingga masyarakat. "Ini masalah segi banyak, perlu koordinasi efektif dalam pelaksanaannya," tandas dia. Sementara itu, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthazar Kambuaya, mengatakan Rakornas Gerakan Indonesia Bersih ini merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dalam upaya menangani persoalan limbah sampah dan sanitasi. Perkembangan dan pertumbuhan kota-kota di Indonesia tidak hanya memberikan nilai positif bagi kehidupan masyarakat, namun memunculkan permasalahan lingkungan yang serius. "Salah satu persoalan utama adalah masalah sampah dan limbah cair domestik," kata Balthazar. UU Nomor 18 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa upaya pengelolaan sampah dan sanitasi merupakan problem yang harus ditangani seluruh pihak secara bersama-sama. Lebih lanjut lagi diterjemahkan dalam PP Nomor 81 Tahun 2012 memberi landasan lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah dengan sistem 3 R (reduce, reuse, recycle).Sumber : koran Jakarta

Komentar :

Pengelolaan sampah menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan di Kota Besar seperti Jakarta, hal ini dikarenakan tingkat kepadatan penduduknya. Semakin banyak penduduk yang tinggal di suatu daerah, maka semakin banyak pulalah sampah yang dihasilkan. Sehinga memerlukan suatu pengelolaan yang baik, supaya tidak terjadi kerusakan lingkungan. Dan perlunya kesadaran dari masyarakat sendiri untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakanPuluhan Tahun Pemukiman Warga TPA Tetap Kumuh

Jakarta, 28 Febuari 2013

MESKI telah puluhan tahun pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantargebang terus membaik, namun pemukiman warga di sana tetap saja kumuh dan jorok. Warga sehari-hari hidup di bawah garis kemiskinan dengan tinggal seadanya di bawah gubuk-gubuk pendek beratap terpal bekas dan barang-barang bekas lain yang sudah tak terpakai.

Yang penting bisa buat berteduh. Habis, kalo nggak di sini di mana lagi, ujar Saidi, salah satu pemukim di sana.

Banyak pejabat, bahkan dari kalangan menteri sering berkunjung di sana. Semula mengungkapkan keprihatinannya dan ingin membantu, namun sejauh ini belum pernah ada realisasi untuk memberikan fasilitas rumah layak huni.

Biasanya janji ya tinggal janji. Kita mah udah terbiasa dijanjiin melulu, ujar Dede, pemulung lain.

Terbiasa hidup di TPA yang kotor dan bau, ternyata tak membuat penghuninya banyak yang sakit-sakitan. Seperti di permukiman lain, mereka hanya satu dua yang terkena penyakit. Termasuk, anak-anak kecil yang tampak ikut membantu orang tuanya memungut sampah dari truk-truk yang baru membuang sampah di sana.

Mungkin karena sudah kebal, ujar Dede. Boleh jadi. mereka sudah bersahabat dengan sampah lengkap dengan segala dampaknya. (may).

Sumber:http://bekasipos.com/index.php/metro-bekasi/city-news/100-puluhan-tahun-pemukiman-warga-tpa-tetap-kumuh.html

Komentar :

Setelah membaca media kompas pada artikel Puluhan Tahun Pemukiman Warga TPA Tetap Kumuh dan telah melihat salah satu foto pemukiman kumuh di bantargebang kota bekasi bahwa warga tersebut sudah membiasakan diri mereka dalam lingkungan yang kumuh dan sudah tidak mempedulikan janji manis para pejabat karena sering kali para pejabat mengungkapkan keprihatinan dan ingin membantu namun tidak ada realisasi untuk memberikan fasilitas.

Seperti yang kita ketahui sebagian masyarakat di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan dan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memilih bertempat tinggal di sekitar pemukiman kumuh. Salah satu tempat pemukiman kumuh yang diliput dalam media ada di sekitar TPA(Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang Bekasi.Kendaraan Bermotor Sumber Bencana Asap

REP| 24 August 2013 | 08:56

Ilustrasi Sumber Bencana Asap / www.jurnalpatrolinews.com

Mungkin kita sangat peduli bahwa membakar sampah menghasilkan asap yang berbahaya, merokok menghasilkan asap bagi perokok dan orang-orang di sekitarnya dan tentu saja amat berbahaya bagi kesehatan, penggunaan kayu sebagai bahan bakar juga akan menghasilkan asap yang sama resikonya bagi pencemaran udara. Akan tetapi kita melupakan kendaraan yang setiap hari bertambah bahkan di setiap rumah bisa memiliki lebih dari satu kendaraan padahal asap knalpot kendaraan ini adalah penyumbang devisa pencemaran tertinggi selain cerobong asap pabrik.

Kenyataan ini amat jauh dari penilaian secara umum yang terkesan dilupakan, entah karena memang kendaraan ini sumber devisa karena pajak kendaraan yang cukup tinggi intensitasnya, atau karena perjanjian kerjasama antara pemerintah dan pihak eksportir kendaraan yang tentu saja akan memberikan lebih banyak keuntungan secara finansial namun tidak memperhatikan begitu sumpek dan pengapnya udara di ibukota. Akibatnya asap kendaraan yang mengandung karbon dioksida dan karbon monoksida serta gas lainnya, di mana zat ini merupakan gas beracun bagi penghisapnya yang setiap hari harus kita temukan.

Akan tetapi memang kebijakan masuknya kendaraan ke dalam negeri tentu saja akan sejalan dengan besarnya permintaan konsumen dalam negeri. Di mana kita dapat melihat diagram pertumbuhan kendaraan bermotor setiap tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Meskipun menurut pemerintah hal itu menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mulai sejahtera karena bisa membeli kendaraan bermotor meski dengan cara kredit sekalipun.

Namun berbeda dengan negara eropa, contohnya Belanda, ketika kita menyaksikan kebijakan negara tersebut memang sangat membatasi kendaraan bermotor dengan alasan mengurangi pencemaran udara, dan akibatnya, udara yang bersih dan suasana yang nyaman karena sedikitnya asap di udara menjadikan kualitas hidup mereka menjadi lebih baik.

Memang, adapula produsen kendaraan bermotor berdalih mereka dapat mengurangi emisi asap dengan tekhnologi yang canggih. Akan tetapi faktanya tingkat pencemaran udara justru semakin hari semakin meningkat. Tidak saja pemborosan bahan bakar, pencemaran sisa-sisa kendaraan seperti minyak pelumas bekas yang jika dibiarkan semakin lama semakin mematikan ekosistem di negara ini.

Meskipun segala macam upaya untuk mengurangi pencemaran dengan program penanaman seribu pohon sekalipun, tetap akan kontradiktif dengan semakin padatnya volume asap di lingkungan kita karena kendaraan-kendaraan yang setiap hari selalu bertambah.

Lalu bagaimana semestinya pemerintah mengatasi persoalan asap kendaraan ini?

Sudah cukup banyak penelitian dan pengujian tekhnologi untuk mengurangi polusi asap, misalnya dengan menghasilkan kendaraan-kendaraan yang minim emisi, dan penanaman sejuta pohon, akan tetapi upaya ini akan menjadi sia-sia manakala arus kendaraan yang masuk tidak dibatasi, padahal kondisi ini semakin lama semakin memperparah kondisi kebersihan udara, oleh karena itu menyiapkan kendaraan umum yang benar-benar ramah lingkungan akan sangat penting, meskipun saat ini sudah berjalan akan tetapi ternyata belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Membatasi kendaraan pribadi hanya bagi kepentingan yang penting, misalnya jika satu keluarga bekerja dengan jarak yang cukup jauh mungkin memerlukan satu mobil karena di dalamnya dapat menampung semua anggota keluarga sekaligus. Meski mobilitas mereka terganjal kemacetan yang parah di jalan raya. Namun demikian masalah kemacetan ini lambat laun akan teratasi jika kendaraan dikurangi.

Melarang penggunaan kendaraan pribadi ketika bekerja di tempat yang tidak terlalu jauh, hal ini akan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar dan emisi kendaraan selain itu juga sangat menyehatkan.

Para birokrat dan pejabat memberikan contoh bagaimana berpola hidup yang elegan dan sederhana dengan memilih bersepeda ria atau berkendaraan umum dari pada memperbanyak kendaraan di rumah padahal kendaraan tersebut tidak terlalu penting untuk mobilitas.

Andaikan saja mobilitas tidak dapat dijangkau dengan sepeda maka kendaraan berenergi listri harus semakin digalakkan penggunaannya.

( http://green.kompasiana.com/polusi/2013/06/04/beginilah-cara-jepang-mengolah-limbah-b3-562149.html )Komentar :

Asap dari kendaraan tentu saja menjadi salah satu factor pencemaran udara terutama di kota kota besar seperti Jakarta. Tetapi hal ini akan sulit di kendalikan, jika tidak ada kebijakan tersendiri dari pemerintah tentang masuknya kendaraan bermotor ke Indonesia. Sehingga tidak ada batasan untuk masyarakat kita dalam pembelian kendaraan bermotor, dan tentu saja semakin banyak pengguna kendaraan bermotor, maka akan semakin parah Polusi udara yang terjadi.