kesehatan lingkungan

12
 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fakta pertama , Dari Hasil penelitian sekolah yang ada di Sungai Pagu, Sumatera Barat, menunjukan sebanyak 23 (38%) sekolah status kesehatan lingkungannya tergolong  buruk. Sekitar 19 (31%) status kesehatan lingkungan sekolahnya tergolong baik dari 61 sekolah yang diteliti. Angka ini jika dibandingkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan masih sangat rendah yaitu 70% lingkungan sekolah harus memenuhi persyaratan kesehatan tahun 2009. Dari pengamatan yang dilakukan peneliti, permasalahan utama yang dihadapi hampir sebagian besar sekolah persoalan penyediaan fasilitas sanitasi dasar seperti  penyediaan air bersih (bagi dari segi kualitas maupun kuantitas), penyediaan jamban,  pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah. Empat faktor sanitasi dasar tersebut sangat berpengaruh terhadap aspek kesehatan lingkungan lainnnya. Fakta kedua, Berdasarkan hasil analisis program Sosialisasi Adi Wiyata yang di adakan oleh BAPEDALDA (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) Kabupaten Tanah Bumbu pada tanggal 7 Agustus 2010, di dapati bahwa sebagian besar sekolah-sekolah yang ada di Tanah Bumbu berada pada criteria jelek atau sangat jelek dalam hal kesehatan lingkungan sekolah. Meski ada sebagian sekolah yang sudah menduduki criteria cukup, namun data tersebut membuktikan kurangnya perhatian terhadap kesehatan lingkungan masih kurang. Dari pantauan awal sebagian besar sekolah tersebut di dapati bahwa keadaan kesehatan lingkungannya masih jauh dari yang diharapkan. Fasilitas sanitasi dasar merupakan permasalahan utama dan pokok yang di hadapi sebagian besar sekolah. Dibidang penyediaan sarana air bersih terdapat beberapa sekolah yang tidak memiliki sarana air bersih baik dari segi kuantitas maupun kualitas, untuk keperluan air bersih terpaksa warga sekolah harus menumpang di rumah penduduk ataupun tempat ibadah yang ada di dekat sekolah. Beberapa sekolah juga memiliki kondisi penyediaan sarana jamban yang buruk. Peserta didik harus pulang ke rumah atau mencari tempat lain yang menyediakan tempat untuk Buang Air karena buruknya fasilitas jamban di sekolah. Kondisi tersebut disebabkan karena belum adanya perhatian dari stakeholder yang ada disekolah terhadap kesehatan lingkungan sekolah. Stakeholder sekolah masih mengganggap bahwa sekolah hanya tempat berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar. Kondisi kesehatan lingkungan sekolah yang buruk dapat mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Berawal dari lingkungan yang kotor akan berakibat pada

description

kesehatan lingkungan

Transcript of kesehatan lingkungan

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Fakta pertama , Dari Hasil penelitian sekolah yang ada di Sungai Pagu, Sumatera

    Barat, menunjukan sebanyak 23 (38%) sekolah status kesehatan lingkungannya tergolong

    buruk. Sekitar 19 (31%) status kesehatan lingkungan sekolahnya tergolong baik dari 61

    sekolah yang diteliti. Angka ini jika dibandingkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan

    Minimal bidang kesehatan masih sangat rendah yaitu 70% lingkungan sekolah harus

    memenuhi persyaratan kesehatan tahun 2009.

    Dari pengamatan yang dilakukan peneliti, permasalahan utama yang dihadapi

    hampir sebagian besar sekolah persoalan penyediaan fasilitas sanitasi dasar seperti

    penyediaan air bersih (bagi dari segi kualitas maupun kuantitas), penyediaan jamban,

    pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah. Empat faktor sanitasi dasar tersebut

    sangat berpengaruh terhadap aspek kesehatan lingkungan lainnnya.

    Fakta kedua, Berdasarkan hasil analisis program Sosialisasi Adi Wiyata yang di

    adakan oleh BAPEDALDA (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah)

    Kabupaten Tanah Bumbu pada tanggal 7 Agustus 2010, di dapati bahwa sebagian besar

    sekolah-sekolah yang ada di Tanah Bumbu berada pada criteria jelek atau sangat jelek

    dalam hal kesehatan lingkungan sekolah. Meski ada sebagian sekolah yang sudah

    menduduki criteria cukup, namun data tersebut membuktikan kurangnya perhatian

    terhadap kesehatan lingkungan masih kurang.

    Dari pantauan awal sebagian besar sekolah tersebut di dapati bahwa keadaan

    kesehatan lingkungannya masih jauh dari yang diharapkan. Fasilitas sanitasi dasar

    merupakan permasalahan utama dan pokok yang di hadapi sebagian besar sekolah.

    Dibidang penyediaan sarana air bersih terdapat beberapa sekolah yang tidak memiliki

    sarana air bersih baik dari segi kuantitas maupun kualitas, untuk keperluan air bersih

    terpaksa warga sekolah harus menumpang di rumah penduduk ataupun tempat ibadah

    yang ada di dekat sekolah.

    Beberapa sekolah juga memiliki kondisi penyediaan sarana jamban yang buruk.

    Peserta didik harus pulang ke rumah atau mencari tempat lain yang menyediakan tempat

    untuk Buang Air karena buruknya fasilitas jamban di sekolah. Kondisi tersebut

    disebabkan karena belum adanya perhatian dari stakeholder yang ada disekolah terhadap

    kesehatan lingkungan sekolah. Stakeholder sekolah masih mengganggap bahwa sekolah

    hanya tempat berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar.

    Kondisi kesehatan lingkungan sekolah yang buruk dapat mengganggu proses

    kegiatan belajar mengajar. Berawal dari lingkungan yang kotor akan berakibat pada

  • banyaknya penyebaran penyakit. Belum lagi dengan system Drainase yang buruk,

    sehingga mengakibatkan terciumnya bau tak sedap serta mengganggu proses belajar.

    Oleh karena itu, Agar kondisi kesehatan lingkungan sekolah tersebut dapat

    tercapai peran serta dan keterlibatan semua pihak baik pemerintah, swasta maupun

    masyarakat terutama warga lingkungan sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Murid) di segala

    aspek menjadi sangat besar penting dan menentukan.

    Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah rusaknya kondisi kesehatan sekolah

    dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai kebersihan kepada peserta didik serta

    membangun nilai kesadaran hidup bersih di lingkungan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan, maka muncul pokok

    masalah yang akan di bahas. Antara lain:

    1. Apa Dampak positif lingkungan sekolah yang bersih ?

    2. Apa Akibat kurangnya penjagaan kesehatan lingkungan sekolah?

    3. Bagaimana cara menata dan mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi

    kerusakan?

    4. Penggunaan system Sekolah Berbasis Lingkungan (SBL) sebagai solusi !

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Dampak positif lingkungan sekolah yang bersih

    Lingkungan sekolah yang terjaga kesehatan serta kebersihannya akan banyak

    menimbulkan sisi positif bagi warga yang tinggal di lingkungan tersebut. Beberapa

    dampak positif yang dapat di munculkan ketika penataan dan pengelolaan kondisi

    kesehatan lingkungan sekolah dapat terjaga antara lain :

    1. terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Sehingga dengan adanya

    lingkungan yang bersih tersebut dapat menunjang kelancaran proses kegiatan belajar

    mengajar.

    2. Tertatanya lokasi sekolah sesuai peruntukannya.

    3. Pemanfaatan lahan sekolah secara optimal.

    4. Adanya kegiatan yang produktif di sekolah.

    5. Taman sekolah yang indah dan berseri.

    6. Pohon pelindung yang menghijau sepanjang tahun.

    7. Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik.

    8. Udara bersih, sejuk, nyaman, dan sehat.

    9. Lingkungan sekolah yang berkualitas.

    10. Dengan adayanya pengelolaan yang baik, maka secara tidak langsung dapat

    memperkecil pengaruh pemanasan global.

    2.2. Akibat kurangnya penjagaan kesehatan lingkungan sekolah

    Pengelolaan lingkungan sekolah yang buruk dapat mengakibatkan hal-hal berikut :

    1. Kesehatan Lingkungan sekolah yang buruk dapat mengganggu kegiatan proses

    belajar mengajar

    2. Akibat dari system Drainase dan sanitasi yang buruk dapat mengakibatkan

    menyebarnya berbagai penyakit

    3. Terciptanya lingkungan kurang sehat dan tidak enak di pandang mata

  • 4. Kurang adanya pohon sebagai filter dan penetral udara menimbulkan udara yang

    kotor dan tercemar

    5. Secara tidak langsung dapat mempercepat resiko dari Global warming

    2.3. Upaya mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi kerusakan

    1) Membuat poster/tulisan mengenai fakta tentang sampah plastik

    Untuk mengingatkan siswa mengenai bahaya/ dampak dari sampah plastik dapat

    dilakukan dengan memberi tugas siswa untuk membuat poster/tulisan mengenai

    fakta tentang sampah plastik, yang kemudian ditempelkan di kelas, mading (majalah

    dinding-), kantin ataupun sudut-sudut sekolah yang lain. Siswa akan tahu fakta dan

    dampak dari sampah plastik karena siswa sendiri yang membuat dan sering

    membaca. Sehingga lambat laun siswa akan peduli lingkungannya dengan

    membuang sampah plastik pada tempatnya, dan mulai mengurangi penggunaan

    plastik dalam kehidupan sehari-hari.

    2) Pengadaan tempat untuk sampah plastik dan organik

    Untuk mengajak siswa peduli lingkungan sekolahnya, maka pihak sekolah pun

    harus peduli dan mau memfasilitasi. Caranya dengan menyediakan tempat terpisah

    untuk sampah plastik dan organik. Siswa harus tahu, mana yang tergolong sampah

    plastik, dan mana yang tergolong sampah organik (daun-daunan atau sisa makanan).

    Sehingga, dapat mempermudah proses daur-ulang atau pengolahan sampah

    selanjutnya.

    3) Mengajarkan siswa cara mengolah sampah

    Sampah (barang bekas), seperti kaleng susu, kaleng minuman, botol plastik

    minuman, koran bekas, dan lainnya sering luput dari perhatian kita bahwa sampah

    (barang bekas) tersebut dapat didaur-ulang. Untuk memberikan manfaat sampah

    (barang bekas), pada pelajaran ketrampilan misalnya, siswa ditugasi untuk

    membawa kaleng bekas dan kertas kado bekas. Kemudian, di sekolah dengan

    panduan dari guru, kaleng bekas tersebut dapat disulap menjadi tempat pensil

    ataupun celengan yang cantik, botol plastik minuman dapat dijadikan lampu hias

    atau mobil-mobilan, koran bekas dapat dijadikan pigura, dan sebagainya. Dengan

  • demikian, siswa akan tahu lebih banyak lagi mengenai manfaat dari sampah (barang

    bekas). Hal tersebut, secara tidak langsung dapat mengurangi sampah di rumah

    maupun sekolah, dan juga dapat menanamkan jiwa kewirausahaan siswa yang

    ramah lingkungan.

    Sampah dari daun-daun tanaman, dapat dikumpulkan kemudian diolah menjadi

    pupuk kompos. Siswa diberitahu bagaiman caranya membuat pupuk kompos. Tak

    terkendala lahan yang sempit, karena siswa dapat memanfaatkan lubang resapan

    biopori sebagai media tanam pupuk. Pupuk kompos ini, nantinya dapat digunakan

    untuk memupuk tanaman yang ada di sekolah.

    4) Keharusan untuk menumbuhkan sikap berperilaku sadar lingkungan

    Sudah menjadi keharusan bagi manusia untuk menyadari dan memahami bahwa

    pola kehidupan antroprosentris harus diubah menjadi pola kehidupan yang

    mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya yaitu satu kehidupan

    manusia yang seimbang dan harmonis dengan sistem alam. Hubungan yang

    seimbang dan harmonis hanya dapat terjadi apabila manusia menyadari dan

    memahami bahwa lingkungan hidup mempunyai keterbatasan dalam

    mempurifikasikan kembali kondisi lingkungan untuk kembali pada keadaan normal.

    Dengan demikian, setiap kegiatan yang dilakukan manusia tidak melampaui ambang

    batas lingkungan (Surna Tjahja Djajadiningrat, 2001).

    Melihat situasi seperti ini sudah selayaknya kita lebih menghargai lingkungan.

    Walaupun tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya memelihara lingkungan

    (pelestarian lingkungan) semakin meningkat, namun kesadaran untuk berbuat

    sesuatu untuk mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan masih merupakan

    kelemahan utama. Pemahaman masyarakat mengenai keterkaitan antara

    kependudukan dan lingkungan hidup belum memadai, sementara berbagai kearifan

    tradisional/lokal yang berorientasi menjaga keseimbangan interaksi ekosistem sudah

    semakin ditinggalkan karena faktor ekonomi, teknologi dan lain-lain. Kesadaran

    masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumberdaya alam yang memperhatikan

    penataan ruang, dan kaidah pemanfaatan yang berkelanjutan dalam proses

    pembangunan masih lemah, sehingga keterlibatannya dalam menjamin

    kesinambungan produktivitas sumberdaya alam dan menjaga kualitas ruang serta

    lingkungan belum optimal.

    5) Pengurangan kuantitas sampah dan penggunaan metode 3R

    Untuk mengurangi kuantitas sampah di muka bumi dapat di lakukan dengan

    kegiatan 3R, yaitu:

    1) Reduce (Mengurangi Sampah)

    caranya :

  • a) Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastic

    pembungkus barang belanja

    b) Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol baru

    setiap kali habis

    c) Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang besar

    daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama

    2) Reuse (Menggunakan sisa sampah yang masih dapat dipakai)

    caranya :

    a) Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah

    b) Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus

    c) Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan,

    perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lainnya

    3) Recycle (Daur Ulang Sampah)

    Daur ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkan

    teknologi dan penanganan khusus. Adapun cara-caranya seperti berikut ini :

    a) Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur ulang

    b) Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang

    c) Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil

    daur ulang

    6) Menerapkan konsep Green School

    Secara harfiah Green school berarti sekolah hijau, namun sebenarnya

    memiliki makna yang lebih luas dari arti harfiahnya. Green school bukan hanya

    tampilan fisik sekolah yang hijau/rindang, tetapi wujud sekolah yang memiliki

    program dan aktivitas pendidikan mengarah kepada kesadaran dan kearifan terhadap

    lingkungan hidup. Sekolah hijau yaitu sekolah yang memiliki komitmen dan

    secara sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan

    nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah.

    7) Mengadakan sosialisasi LH untuk menumbuhkan budaya hidup bersih di kalangan

    peserta didik.

    8) Bawa makanan dan minuman dari rumah karena terjamin kesehatannya, mengurangi

    sampah, dan murah harganya.

    9) Pastikan berpikir dan bertindak sehari-hari untuk lingkungan hidup yang lestari dan

    untuk generasi yang kan datang.

    2.4. Penggunaan system Sekolah Berbasis Lingkungan (SBL) sebagai solusi !

    Sekolah Berwawasan Lingkungan, yaitu sekolah yang menjadikan lingkungan

    sekitarnya sebagai objek dan subjek pembelajaran, serta penataan lingkungan dengan

    melibatkan partisipasi warga sekolah. Dengan dijadikannya lingkungan sekolah sebagai

  • basic pembelajaran maka guru dapat menanamkan sikap cinta terhadap lingkungan, yang

    akan menumbuh kembangkan budaya; mengelola, memelihara, dan melestarikan

    lingkungan hidup.

    Dengan terwujudnya Sekolah Berwawasan Lingkungan, diharapkan diperoleh

    hasil terciptanya lingkungan sekolah yang berkualitas, yaitu suatu lingkungan sekolah

    yang sejuk, nyaman, indah, bersih dan sehat. Berarti dengan sekolah berwawasan

    lingkungan dapat meminimalisasi dampak pemanasan global dilingkungan sekolah.

    Sekolah Berwawasan Lingkungan, tantangan dan harapan bagi sekolah dalam

    upaya menciptakan lingkungan sekolah yang berkualitas. Dikatakan tantangan karena

    tidak mudah menjadikan lingkungan sekolah kondusif dan bermutu. Harapan, dengan

    sekolah berwawasan lingkungan membuat sekolah menjadi hijau, sejuk, nyaman, indah,

    bersih, dan sehat, serta dapat meminimalisasi dampak pemanasan global. Yang

    menghadapi tantangan dan mewujudkan harapan adalah manusia.

    Menurut Sutardja. Abdul Gani, (1982) bahwa manusia sangat berperan dalam

    mengubah lingkungan, perubahan yang terjadi dari apa yang dilakukannya adalah

    berdampak positif maupun berdampak negatif bagi lingkungan itu sendiri dan bagi

    kehidupan yang terdapat disekitarnya.

    Pengelolaan lingkungan sekolah secara baik akan membentuk lingkungan sekolah

    berkualitas, yang dikenal dengan Sekolah Berwawasan Lingkungan, sebaliknya

    pengelolaan linglkungan sekolah secara serampangan menjadikan lingkungan sekolah

    tidak sehat. Kesehatan lingkungan sekolah sangat mendukung proses belajar mengajar

    yang dilaksanakan di sekolah, hasilnya mutu dan prestasi sekolah akan meningkat.

    Karakteristik Sekolah Berwawasan Lingkungan, adalah;

    1) unit bangunan sekolah tertata rapi,

    2) peruntukan pemamfaatan lahan yang jelas,

    3) pohon pelindung yang hijau,

    4) taman sekolah yang indah,

    5) tidak dijumpai air yang tergenang,

    6) sampah tidak ada yang berserakan,

    7) udara bersih dan sejuk,

    8) suasana sekolah tenteram dan damai.

    Kondisi sekolah yang demikian akan mampu menekan akibat yang ditimbulkan

    oleh pemanasan global. Kenyataan dilapangan menunjukkan masih banyak dijumpai

    sekolah yang kurang peduli terhadap lingkungan sekolah. Hal ini terlihat banyak sekolah

    yang pohon pelindung jarang, taman sekolah tidak terawat, drainase air limbah tidak

    lancar, sampah berserakan, iklim sekolah tidak kondusif. Sekolah yang demikian

    lingkungannya tidak sehat, dan terancam oleh pemanasan global.

  • Membandingkan antara kondisi Sekolah Berwawasan Lingkungan dengan

    sekolah yang tidak berwawasan lingkungan, jauh lebih baik Sekolah berwawasan

    Lingkungan, oleh sebab itu sewajarnya setiap sekolah menciptakan dan mengembangkan

    Sekolah Berwawasan Lingkungan agar kondisi iklim sekolah tetap kondusif.

    Beberapa hal yang dapat di upayakan untuk membangun Sekolah Berbasis

    Lingkungan antara lain:

    1) Dalam membenahi pekarangan sekolah untuk menciptakan Sekolah Berwawasan

    Lingkungan, terlebih dulu harus ditetapkan peruntukan lahan sekolah untuk;

    bangunan, penghijauan, kebun sekolah, taman kelas, taman burung, green house,

    apotik hidup, kolam ikan, tempat membuang sampah.

    2) Untuk menjaga kondisi udara dalam keadaan sejuk, nyaman, segar dan bersih, harus

    dilakukan penghijauan dengan menanam pohon pelindung di pekarangan sekolah,

    dan disekitar sekolah. Pohon pelindung ini dapat membantu mengurangi dampak

    yang ditimbulkan dari pemanasan global di lingkungan sekolah.

    3) Lingkungan sekolah harus selalu dijaga kebersihannya. Sampah yang dihasilkan

    dimusnahkan dengan cara; membakar, menimbun dalam tanah, mendaur ulang,

    dijadikan kompos. Air yang digunakan disekolah selalu dalam keadaan bersih, dan

    tidak boleh aadanya genangan air di pekarangan sekolah.

    Upaya menciptakan Sekolah Berwawasan Lingkungan, sebagaimana diuraikan

    diatas dapat dilakukan apabila seluruh warga sekolah berpartipasi, dan peduli

    terhadap lingkungan sekolah, serta mau melestarikannya. Selama kelestarian dari

    lingkungan Sekolah Berwawasan Lingkungan, maka selama itu pulalah pengaruh

    negative dari pemanasan global dapat diminimalisasikan.

  • BAB III

    PENUTUP

    3.1. Simpulan

    Kesehatan lingkungan sekolah :

    1. Dampak positif menjaga lingkungan sekolah antara lain:

    terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif. Sehingga dapat menunjang

    kelancaran proses kegiatan belajar mengajar.

    Tertatanya lokasi sekolah sesuai peruntukannya.

    Taman sekolah yang indah dan berseri.

    Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik.

    Udara bersih, sejuk, nyaman, dan sehat.

    Lingkungan sekolah yang berkualitas.

    Secara tidak langsung dapat memperkecil pengaruh pemanasan global.

    2. Akibat yang di timbulkan karena mengabaikan kesehatan lingkungan sekolah :

    Mengganggu kegiatan proses belajar mengajar

    Menyebarnya berbagai penyakit

    Mempercepat resiko dari Global warming

    3. Upaya mengelola lingkungan sekolah agar tidak terjadi kerusakan antara lain :

    Membuat poster/tulisan mengenai fakta tentang sampah plastic

    Pengadaan tempat terpisah untuk sampah plastik dan organik

    Pengurangan kuantitas sampah dan menggunakan metode 3R untuk pengelolaan

    sampah

    Menerapkan konsep Green School

    Mengadakan sosialisasi LH untuk menumbuhkan budaya hidup bersih dan sikap

    sadar lingkungan di kalangan peserta didik.

    Pastikan berpikir dan bertindak sehari-hari untuk lingkungan hidup yang lestari dan

    untuk generasi yang kan datang.

  • REFERENSI

    1. www.google.com 2. www.wikipedia.org 3. Program SOSIALISASI ADI WIYATA dari BAPEDALDA Kabupaten Tanah Bumbu, 7

    Agustus 2010.

  • 4. KONSEP SISTEM PENGELOLAAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH oleh Parus

    5. Makalah Keterlibatan Stakeholder Pada Status Kesehatan Lingkungan Sekolah Di Sungai Pagu oleh Rossa Yulfiano, Hari Kusnanto.